kualitatif_riska_0909

Upload: eka-afdi-s

Post on 12-Jul-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

judul

Hubungan Dukungan dengan Postpartum

Pengaruh Suami Intervensi Kejadian Psikoedukasi

Strategi Penanggulangan (Coping) Pada Ibu Mengalami

Blues dalam Mengatasi Yang

Pada Ibu Primipara Depresi di Ruang Bugenvile Postpartum RSUD Semarang Pendahuluan a. Latar Belakang: Ada pengulangan kalimat belum ada terkait penelitian tentang

Postpartum Blues di di Rumah Sakit

Tugurejo RSU dr Pirngadi Umum Daerah Medan Kota Semarang a. Pada tinjauan

pustaka tentang factor-faktor, setelah tanda : kalimat diawali dengan besar, seharusnya menggunakan huruf kecil huruf

Postpartum Blues padahal pasien ibu primipara di

Ruang Bugenvile juga beresiko

untuk mengalami masalah Postpartum Blues seperti di rumah sakit telah lain yang

dilakukan

penelitian tentangPostpartum Blues. Metodologi penelitian Analitik Korelasional Eksperimen semu equivalent Kualitatif Non pendekatan fenomenologis dengan

control group Hasil penelitian Terdapat hubung kalimat Sedangkan Sedangkan dukungan suami yang kurang dan ada gejala untuk di kata awal yaitu a. Pada penjelasan visi, setelah tanda kalimat diawali dengan huruf besar, seharusnya menggunak an gejala b. kecil Pada huruf :

sebanyak (12%), dan dukungan yang sedang dan ada sebanyak (32%). suami

penulisan Perolehan skor.. tidak menggunakan Times Roman c. Terlalu New

sering menggunakan awalan Selain pada paragraf Pembahasan Terdapat paragraph yang kata itu.. tiap

hanya terdiri dari

satu

kalimat

Selain itu, 58,3 % depresi pada ibuketika melahirkan

Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami(to understand) fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada memerincinya menjadi variabelvariabel yang saling terkait. Harapannya ialah diperoleh pemahaman yang mendalam tentang fenomena untuk selanjutnya dihasilkan sebuah teori. Karena tujuannya berbeda dengan penelitian kuantitatif, maka prosedur perolehan data dan jenis penelitian kualitatif juga berbeda. Setidaknya ada delapan jenis penelitian kualitatif, yakni etnografi (ethnography), studi kasus (case studies), studi dokumen/teks (document studies), observasi alami (natural observation), wawancara terpusat (focused interviews), fenomenologi (phenomenology),grounded theory, studi sejarah (historical research). Berikut uraian ringkas tentang masing-masing jenis penelitian itu. No Jenis penelitian 1. Etnografi (Ethnography) Uraian Etnografi merupakan studi yang sangat mendalam tentang perilaku yang terjadi secara alami di sebuah budaya atau sebuah kelompok sosial tertentu untuk memahami sebuah budaya tertentu dari sisi pandang pelakunya. Para ahli menyebutnya sebagai penelitian lapangan, karena memang dilaksanakan di lapangan dalam latar alami. Peneliti mengamati perilaku seseorang atau kelompok sebagaimana apa adanya. Data diperoleh dari observasi sangat mendalam sehingga memerlukan waktu berlama-lama di

lapangan, wawancara dengan anggota kelompok

budaya secara mendalam, mempelajari dokumen atau artifak secara jeli. Tidak seperti jenis penelitian kualitatif yang lain dimana lazimnya data dianalisis setelah selesai pengumpulan data di lapangan, data penelitian etnografi dianalisis di lapangan sesuai konteks atau situasi yang terjadi pada saat data dikumpulkan. Penelitian etnografi bersifat

antropologis karena akar-akar metodologinya dari antropologi. Para ahli pendidikan bisa menggunakan etnografi untuk meneliti tentang pendidikan di sekolah-sekolah pinggiran atau sekolah-sekolah di tengah-tengah kota.

2

Studi Kasus (Case Studies)

Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsif. Studi kasus bisa dipakai untuk meneliti sekolah di tengahtengah kota di mana para siswanya mencapai prestasi akademik luar biasa.

3

Studi Dokumen/Teks (Document Study)

Studi dokumen atau teks merupakan kajian yang menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan konteksnya. Bahan bisa

berupa catatan yang terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, film, catatan harian, naskah, artikel, dan sejenisnya. Untuk memperoleh kredibilitas yang tinggi peneliti dokumen harus yakin bahwa naskah-naskah itu otentik. Penelitian jenis ini bisa juga untuk menggali pikiran seseorang yang tertuang di dalam buku atau naskah-naskah yang terpublikasikan. Para pendidik menggunakan metode penelitian ini untuk mengkaji tingkat keterbacaan sebuah teks, atau untuk menentukan tingkat pencapaian pemahaman terhadap topik tertentu dari sebuah teks.

4.

Pengamatan Alami

Pengamatan alami

merupakan jenis

penelitian

(Natural Observation) kualitatif dengan melakukan observasi menyeluruh pada sebuah latar tertentu tanpa sedikitpun untuk

mengubahnya.

Tujuan

utamanya

ialah

mengamati dan memahami perilaku seseorang atau kelompok orang dalam situasi tertentu. Misalnya, bagaimana perilaku seseorang ketika dia berada kelompok diskusi yang anggota berasal dari latar sosial yang berbeda-beda. Dan, bagaimana pula perilaku dia jika berada dalam kelompok yang homogen. Peneliti menggunakan kamera

tersembunyi atau isntrumen lain yang sama sekali tidak dikatahui oleh orang yang diamati

(subjek).peneliti bisa mengamati sekelompok anak ketika bermain dengan teman-temannya untuk memahami perilaku interaksi sosial mereka.

DASAR-DASAR PENELITIAN KUALITATIF A. Ciri-ciri Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian lain. Untuk mengetahui perbedaan tersebut ada 15 ciri penelitian kualitatif yaitu: 1. Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah (natural setting). 2. Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara 3. Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. 4. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, artinya dalam pengumpulan data sering memperhatikan hasil dan akibat dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi. 5. Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari maknanya. Dengan demikian maka apa yang ada di balik tingkah laku manusia merupakan hal yang pokok bagi penelitian kualitatif. Mengutamakan data langsung atau first hand. Penelitian kualitatif menuntut sebanyak mungkin kepada penelitinya untuk melakukan sendiri kegiatan penelitian di lapangan. 6. Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang dilakukan secara ekstensif baik tringulasi metode maupun triangulasi sumber data. 7. Mementingkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat data yang sangat rinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan masalah yang diteliti. 8. Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, jadi tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya. 9. Mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dan segi pendiriannya.

10. Verifikasi. Penerapan metode ini antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif. 11. Pengambilan sampel secara purposif. Metode kualitatif menggunakan sampel yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian. 12. Menggunakan Audit trail. Metode yang dimaksud adalah dengan mencantumkan metode pengumpulan dan analisa data. 13. Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Data yang diperoleh langsung dianalisa, dilanjutkan dengan pencarian data lagi dan dianalisis, demikian seterusnya sampai dianggap mencapai hasil yang memadai. 14. Teori bersifat dari dasar. Dengan data yang diperoleh dari penelitian di lapangan dapat dirumuskan kesimpulan atau teori.

B. Dasar Teoritis Penelitian Kualitatif Pada penelitian kualitatif, teori diartikan sebagai paradigma. Seorang peneliti dalam kegiatan penelitiannya, baik dinyatakan secara eksplisit atau tidak, menerapkan paradigma tertentu sehingga penelitian menjadi terarah. Dasar teoritis dalam pendekatan kualitatif adalah: 1. Pendekatan fenomenologis. Dalam pandangan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orangorang biasa dalam situasi-situasi tertentu. 2. Pendekatan interaksi simbolik. Dalam pendekatan interaksi simbolik diasumsikan bahwa objek orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan kepada mereka. Pengertian yang dlberikan orang pada pengalaman dan proses

penafsirannya bersifat esensial serta menentukan. 3. Pendekatan kebudayaan. Untuk menggambarkan kebudayaan menurut perspektif ini seorang peneliti mungkin dapat memikirkan suatu peristiwa di mana manusia diharapkan berperilaku secara baik. Peneliti dengan pendekatan ini mengatakan bahwa bagaimana sebaiknya diharapkan berperilaku dalam suatu latar kebudayaan.

4.

Pendekatan etnometodologi. Etnometodologi berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang mulai melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup. Seorang peneliti kualitatif yang menerapkan sudut pandang ini berusaha menginterpretasikan kejadian dan peristiwa sosial sesuai dengan sudut pandang dari objek penelitiannya.

KEDUDUKAN DAN RAGAM PARADIGMA Ilmu pengetahuan merupakan suatu cabang studi yang berkaitan dengan penemuan dan pengorganisasian fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan metoda-metoda. Dari sini dapat dipahami bahwa untuk dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan, maka cabang studi itu haruslah memiliki unsur-unsur penemuan dan pengorganisasian, yang meliputi pengorganisasian fakta-fakta atau kenyataankenyataan, prinsip-prinsip serta metoda-metoda. Oleh Moleong prinsip-prinsip ini disebut sebagai aksioma-aksioma, yang menjadi dasar bagi para ilmuan dan peneliti di dalam mencari kebenaran melalui kegiatan penelitian. Dasar-dasar untuk melakukan kebenaran itu biasa disebut sebagai paradigma, yang oleh Bogdan dan Biklen dinyatakan sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Ada berbagai macam paradigma yang mendasari kegiatan penelitian ilmu-ilmu sosial. Paradigma-paradigma yang beragam tersebut tidak terlepas dari adanya dua tradisi intelektual Logico Empiricism dan Hermeneutika. Logico Empiricism, merupakan tradisi intelektual yang mendasarkan diri pada sesuatu yang nyata atau faktual dan yang serba pasti. Sedangkan Hermeneutika, merupakan tradisi intelektual yang mendasarkan diri pada sesuatu yang berada di balik sesuatu yang faktual, yang nyata atau yang terlihat. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenarankebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata,

akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut. Pilihan terhadap tradisi mana yang akan ditempuh peneliti sangat ditentukan oleh tujuan dan jenis data yang akan ditelitinya. Oleh karena itu pemahaman terhadap paradigma ilmu pengetahuan sangatlah perlu dilakukan oleh para peneliti. Bagi kegiatan penelitian, paradigma tersebut berkedudukan sebagai landasan berpijak atau fondasi dalam melakukan proses penelitian selengkapnya.

ANALISA TEORI METODOLOGI KUALITATIF TERHADAP JURNAL Peneliti dalam pembuatan jurnal yang berjudul Strategi Penanggulangan (Coping) pada Ibu yang Mengalami Postpartum Blues menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan yang benar yaitu pendekatan

fenomenologi. Peneliti mempunyai alasan menggunakan penelitian kualitatif , diantaranya: 1. Sifat dasar dari pertanyaan penelitian, yaitu dimulai dengan kata tanya bagaimana atau apa sehingga penelaahan awal terhadap topik adalah menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi. 2. Topik penelitian perlu dieksplorasi lebih mendalam karena variabel tidak dapat dengan mudah diidentifikasi, teori-teori tidak cukup untuk menjelaskan tingkah laku para subjek atau populasi penelitian mereka, dan teori perlu dikembangkan. 3. Kebutuhan untuk menampilkan gambaran yang mendetail mengenai topik yang ingin diteliti. 4. Meneliti subjek pada setting yang natural, termasuk didalamnya adalah meninjau lokasi penelitian, memperoleh akses, dan mengumpulkan sumber informasi. 5. Ketertarikan peneliti terhadap gaya penulisan kualitatif, yaitu peneliti membawa dirinya dalam penelitian dan membuat narasi dalam bentuk cerita. 6. Kecukupan waktu dan sumber dalam pengumpulan data di lapangan secara menyeluruh dan analisa data informasi yang mendetail.

7. Adanya penerimaan oleh subjek terhadap penelitian kualitatif. 8. Adanya penekanan peran peneliti sebagai pembelajar aktif dan dapat memberikan gambaran dari sudut pandang subjek dibanding seorang ahli yang memberikan penilaian terhadap subjek. Sedangkan alasan peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi dipilih karena penelitian ini bertujuan memahami subjek dalam dunia pengalamannya. Pemahaman itu akan bergerak dari dinamika pengalaman sampai pada makna pengalaman. Penelitian fenomenologi menggambarkan makna pengalaman subjek akan fenomena yang sedang diteliti. Peneliti menguraikan bahwa pengalaman wanita sebagai seorang istri dan melakukan penyesuaian di dalamnya, merasakan kepuasan dan kebahagiaan maupun penanganan konflik yang terjadi dapat dipahami melalui sudut pandangnya sebagai seorang istri. Bagaimana pula pengaruh kehidupan pernikahannnya terhadap terjadinya postpartum blues hanya dapat dirasakan oleh wanita tersebut. Selanjutnya perubahan gaya hidup akibat terjadinya kehamilan juga dipahami melalui sudut pandang wanita sebagai calon ibu baru. Ketika melahirkan bayi keturunannya, seorang ibu bisa menyadari arti hidup, proses memberikan unsur kehidupan, atau melahirkan makhluk hidup baru. Namun selain itu, pengalaman sebagai seorang ibu tidak hanya merupakan proses biologis saja yang sifatnya universal (dialami oleh setiap wanita di jagad raya ini) tetapi juga merupakan satu kesatuan pengalaman-pengalaman psikis individual, antara lain berisikan macammacam ingatan, harapan, kecemasan, ketakutan, trauma-trauma, rasa-rasa kebahagiaan, dan lain-lain. Dalam penelitiannya peneliti telah sesuai dengan ciri-ciri penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, fokus dari penelitian ini adalah strategi penanggulangan (coping) pada ibu yang mengalami postpartum blues setelah persalinan. Pembahasan ini diangkat untuk mengali, mengumpulkan, dan menganalisis secara menyeluruh dan mendalam tentang respon penanggulangan postpartum blues, mencari faktor yang berpengaruh terhadap ibu, melihat perubahan yang terjadi, tanpa mengesampingkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya postpartum blues.

Penentuan subjek dalam penelitian ini dilakukan secara purposif, yaitu ibu yang mengalami postpartum blues setelah melahirkan. Subjek diperoleh peneliti dengan melakukan screening terhadap ibu-ibu setelah melahirkan dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data seperti pengecekan status pasien yang diperoleh peneliti dari hasil rekaman medis, interview, dan observasi. Peneliti juga menggunakan alat bantu berupa skala sejumlah sepuluh aitem yang dibuat khusus untuk mengidentifikasi terjadinya gangguan emosional pasca persalinan, khususnya depresi postpartum. Peneliti dalam pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dengan alat bantu berupa tape recorder dengan berdasarkan persetujuan subjek dengan harapan dapat memberikan dasar untuk pengecekan kesahihan dan keandalan pernyataan peneliti dengan informasi yang diberikan subjek. Yang kedua peneliti menggunakan teknik observasi, observasi yang dilakukan pada penelitian ini disebut observasi naturalistik. Observasi naturalistik dalam penelitian ini dilakukan pada dua tempat, yaitu di rumah sakit dan di rumah, sesuai dengan pedoman yang telah dibuat sebelumnya. Selain itu, peneliti melakukan observasi secara semi partisipan, yaitu peranan peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya berperan serta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan. Kelengkapan informasi dari lapangan didapat peneliti dengan pencarian beberapa dokumen penting yang berhubungan dengan keadaan atau kondisi subjek penelitian.

GAMBARAN UMUM Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif pendekatan fenomenologis. Pengumpulan data yang dilakukan dengan metode observasi, wawancara mendalam, dan dokumen berupa materi audio, visual dan atau audiovisual. Subjek diperoleh sebanyak tiga orang melalui penelusuran pemeriksaan rekaman medik pasien bersalin dan menjalani rawat inap di RSUD Kota

Semarang. Dugaan munculnya postpartum blues pada ketiga subjek diperkuat dengan hasil pengisian The Edinburgh Postnatal Depression Scale.

Postpartum blues adalah gangguan mood yang menunjukkan adanya kumpulan gejala depresi dalam taraf ringan, dialami oleh ibu setelah melahirkan dan berlangsung selama kurang lebih dua minggu. Terjadinya postpartum blues

melibatkan predisposisi-predisposisi berupa kerentanan biologis, kerentanan psikologis, dan faktor sosial sebelum maupun setelah bersalin. Subjek telah

memiliki kerentanan psikologis sejak sebelum persalinan, selain adanya faktor sosial yang berperan dalam pengembangan gangguan. Kerentanan psikologis meliputi karakteristik kepribadian, isi kognitif, dan gaya penanggulangan masalah maladaptif, sedangkan faktor sosial meliputi situasi stressfull yang muncul

akibat kehamilan dan implikasinya, dan kurangnya dukungan sosial yang dirasakan oleh subjek. Kerentanan psikologis dan faktor sosial dapat

dimiliki/dialami oleh subjek sejak sebelum terjadinya kehamilan, dibawa selama masa kehamilan, kemudian ikut berpengaruh setelah persalinan.

Ketidakmampuan subjek dalam memenuhi tuntutan-tuntutan situasi stressfull selama kehamilan menyebabkan perpanjangan stres dan dapat timbul perasaan tidak berdaya. Situasi ini akan dibawa oleh subjek hingga persalinannya dan diperkuat karena kehadiran anggota keluarga baru. Proses persalinan akan menimbulkan kerentanan baru, yaitu kerentanan biologis dan munculnya situasi stressfull baru. Kerentanan biologis yang dimaksud

adalah proses persalinan yang mungkin tidak sesuai dengan harapan, mengalami penurunan ketahanan fisik, dan ketidakseimbangan hormonal. Sejumlah konsekuensi yang muncul akibat proses persalinan dan penambahan anggota

keluarga baru, peristiwa-peristiwa setelah melahirkan/ tekanan dari luar (tekanan sosial, pengalaman perubahan kehidupan, stres yang diperpanjang, status

ekonomi, dan tekanan lingkungan fisik), merupakan situasi stressfull yang harus dihadapi oleh subjek. Stres yang diperpanjang sejak masa kehamilan mungkin diperkuat setelah proses persalinan ini. Terdapat sejumlah kategori situasi

stressfull yang harus dihadapi oleh subjek, yaitu kehamilan, proses persalinan, penambahan peran dan tanggung jawab baru sebagai ibu, perluasan keluarga, pilihan karir, kurangnya dukungan keluarga yang

dirasakan, tekanan lingkungan fisik, kelelahan fisik, dan konsekuensi-konsekuensi yang menyertainya. Peristiwa-peristiwa dalam kehidupan tersebut ditambah dengan predisposisi psikologis, biologis, kurang merasakan dukungan sosial, dan penggunaan strategi penanggulangan yang maladaptif, secara bersama-sama memberikan kontribusi bagi berkembangnya postpartum blues. Situasi stressfull yang lebih dari satu dalam satu waktu, atau muncul secara berkesinambungan, juga akan menambah kerentanan subjek. Postpartum blues menunjuk pada kumpulan gejala yang terdiri dari kognisi yang terdistorsi, perubahan mood yang tidak pasti, gejala perilaku, dan gejala

psikosomatis. Gejala-gejala ini muncul secara berkesinambungan selama dampak dari situasi stressfull masih kuat dirasakan oleh subjek. Antara gejala yang satu dengan yang lain akan saling mempengaruhi dan baru akan mereda bila subjek telah berhasil menemukan strategi yang tepat untuk menanggulangi masalah-masalahnya. Munculnya gejala-gejala dipengaruhi oleh hasil penilaian kognitif terhadap situasi stressfull. Situasi yang mengancam dan tidak dapat dikontrol

menimbulkan munculnya perasaan tidak berdaya yang kemudian termanifestasi dalam gejala-gejala postpartum blues dan terjadinya gaya penanggulangan

maladaptif sehingga menambah kerentanan subjek dan memperkuat munculnya gejala. Penilaian kognitif terjadi selama gejala postpartum blues berlangsung untuk menilai sumber-sumber yang dimiliki subjek dalam menanggulangi situasi stressfull. Penilaian lebih lanjut terhadap situasi stressfull dapat menjamin subjek menemukan sumber-sumber lain untuk mengatasinya secara lebih sehat dibandingkan menggunakan gaya penanggulangan maladaptif. Strategi penanggulangan postpartum blues yang berfokus pada emosi terdiri dari dua kelompok besar yaitu: strategi dengan pendekatan tingkahlaku, diantaranya tindakan langsung, mencari informasi, mencari dukungan dari orang lain untuk mendapatkan dukungan emosional atau penghargaan, mencari ketenangan dan bantuan dari Tuhan dengan beribadah, dan pelepasan emosional. Pendekatan

kedua

adalah pendekatan kognitif, diantaranya menerima apa adanya,

mendefinisikan kembali secara positif, proses intrapsikis mekanisme pertahanan diri, dan membiarkan diri larut dalam perasaan tidak berdaya. Strategi yang berfokus pada emosi adalah upaya untuk mengontrol emosi subjek. Strategi ini menjadi strategi akhir yang digunakan untuk mengatasi masalah karena subjek merasa yakin bahwa dirinya tidak mampu mengubah situasi. Sebaliknya subjek mengharapkan adanya timbal balik yang positif berupa penyelesaian masalah secara nyata/ objektif dari strategi-strategi yang berfokus pada masalah. Strategi ini menjadi strategi akhir yang digunakan untuk mengatasi gejala yang dirasakan karena subjek merasa yakin bahwa dirinya mampu

mengubah situasi. Strategi penanggulangan yang berfokus pada masalah yang digunakan oleh subjek yaitu tindakan langsung, mencari informasi, mencari mendapatkan bantuan langsung, menunggu

dukungan dari orang lain untuk

kesempatan yang paling tepat untuk mengatasinya (penundaan). Pada jurnal ini penggunaan strategi untuk menanggulangi postpartum blues menunjukkan hasil sebagai berikut: a. Strategi-strategi yang digunakan tidak serta merta menyelesaikan masalah yang dihadapi subjek sehingga membutuhkan lebih dari satu macam strategi tepat. b. Kegagalan subjek dalam menggunakan strategi penanggulangan tertentu secara otomatis membuat stres diperpanjang dan membuat subjek bertahan dengan gejala yang dirasakan, dapat menambah kerentanan dan menyebabkan perasaan tidak berdaya. c. Tidak ada strategi penanggulangan yang paling tepat yang dapat digunakan untuk mengatasi semua masalah. d. Masing-masing subjek memiliki gaya sendiri dalam menjatuhkan pilihan strategi penanggulangan yang cenderung lebih banyak digunakan. e. Pemilihan strategi ternyata juga dipengaruhi oleh hasil penilaian yang berlangsung sepanjang munculnya gejala. untuk mengatasinya hingga menemukan strategi yang paling

f. Keberhasilan strategi penanggulangan subjek pada akhirnya membantu nmenurunkan atau menghilangkan pengaruh situasi stressfull sehingga subjek terhindar dari krisis. Keberhasilan dalam menggunakan strategi penanggulangan tertentu pada akhirnya dapat mengatasi gejala depresif sehingga berkurang secara nyata: dengan mengatasi pikiran yang terdistorsi, memegang kendali kembali atas respon emosional dan perilakunya. Subjek mampu mengekspresikan perasaan secara terbuka, mengenali pola-pola strategi penanggulangan yang sesuai dan

konsekuensi yang ditimbulkan, menilai kekuatan dan menerima dukungan dari orang lain, ikut serta mengambil keputusan, melakukan tindakan mencapai

tujuan, mengubah keinginan, menunjukkan sikap positif dan menerima tanggung jawab keluarga dan pengasuhan anak. Keberhasilan subjek dalam menanggulangi postpartum blues tidak terlepas dari sejumlah faktor yang memberikan efek perlindungan bagi subjek, yaitu faktor biologis pelindung, psikologis pelindung, dan sosial pelindung. Faktor biologis pelindung yang dimaksud mengacu pada pulihnya keadaan fisik. Faktor psikologis pelindung yang dimaksud adalah isi kognitif, karakteristik kepribadian, sikap hati yang terbuka, dan strategi penanggulangan yang lebih adaptif. Sedangkan faktor sosial pendukung adalah dukungan sosial yang dirasakan oleh individu (khususnya dari orangtua, saudara, suami, dan anak-anak). Pengaruh dukungan sosial sebenarnya dirasakan sejak sebelum kehamilan, selama masa kehamilan, hingga setelah persalinan. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa kurang adanya dukungan sosial, baik dirasakan sebelum kehamilan, selama kehamilan maupun setelah persalinan, akan menambah kerentanan subjek dan memberikan kontribusi bagi berkembangnya postpartum blues. Dengan demikian telah jelas bahwa adanya dukungan sosial sangat membantu subjek mengatasi permasalahan-permasalahannya. Dukungan sosial membuat subjek merasakan penerimaan atas diri dan keadaannya, merasakan adanya jaminan rasa aman/ perlindungan dan kepercayaan dari orangorang terdekatnya. Dukungan yang diterima sebagai upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dan dukungan instrumental. Dukungan sosial

juga dapat berupa keadaan anggota keluarga lain (seperti kesehatan anak-anak, anak-anak yang penurut).