kti tn.a
TRANSCRIPT
Asuhan Keperawatan Tn.A dengan Ulkus Diabetikum di ruang D
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
Oleh:
Kelompok VI
Andria Pratama
Emylia
Hido Hardwiarta
Melki Tuah
Stefani Andani
Yepriani Sinta
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKARAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2012
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan kasus
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 juli 2008 pukul 07.35 WIB, dilakukan melalui
teknik wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta dari status klien, catatan
keperawatan klien didapatkan data mengenai klien sebagai berikut :
1. Identitas
Klien bernama Tn. A berusia 63 tahun, agama islam berasal dari suku Dayak
berkebangsaan Indonesia. Klien adalah pensiunan pegawai negeri sipil (PNS), berpendidikan
terakhir Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), tinggal menetap di jalan G. Obos No. IX
Kota Palangka Raya. Klien masuk rumah sakit tanggal 02 juli 2008 dengan Nomor M.R 07
04 55 dan didiagnosa medis Ulkus Diabetikum.
Dalam perawatan di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya klien didampingi oleh
anaknya Ny. J (34 Tahun), sekaligus sebagai penanggung jawab selama klien dirawat. Ny. J
bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) dengan pendidikan terakhir Sarjana S1, tinggal
menetap di Jalan Sapan No. 25 Palangka Raya.
2. Riwayat Perawatan (Nursing History)
Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh badan terasa lemah, tadak mampu
beraktivitas akibat luka pada kaki sebelah kiri. Klien mengatakan bahwa dia tidak pernah
masuk Rumah Sakit dan hanya pernah mengalami sakit sesak napas dan terkadang tekanan
darah meningkat sampai 170/90 mmHg. Klien hanya minum obat yang di beli dari warung.
Klien mengatakan mengalami KKL di Jalan G. Obos Palangka Raya pada tanggal 02
juli 2008 jam 08.00 WIB. Ada luka lecet pada kaki kiri dank lien langsung dibawa ke IGD
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dan dirawat di ruang D sampai saat pengkajian.
Klien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, kedua orang tuanya sudah
meninggal dan saudara-saudaranya masih hidup dan tinggal menetap di Palangka Raya. Klien
dan istri memiliki dua orang anak, satu orang laki-laki dan satu orang perempuan, berikut
genogram tiga generasi Tn. A
Keterangan :
= Laki-laki = meninggal
= perempuan = klien
------------ = tinggal satu rumah = orang terdekat
Masalah keperawat : intoleransi aktivitas
3. Observasi Pemeriksaan Fisik
Tanggal 22 juli 2008, saat pengkajian diambil, keadaan klien tampak lemah berbaring
di tempat atas tidur, terpasang infuse RL 25 tetes/menit di tangan kanan. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital diperoleh hasil pengukuran suhu 36,5°C diukur melalui aksila, nadi 100
kali/menit teratur dan kuat, respirasi 28 kali/menit normal dan tekanan darah 200/100 mmHg
diukur pada lengan kanan dengan posisi berbaring.
Pengkajian pada sistem pernapasan, hidung dalam keadaan bersih, tidak ada
penyumbatan oleh benda asing, maupun darah yang keluar dari hidung, Trakhea tidak
terdapat mukus, benda asing maupun peradangan yang menggangu jalan nafas. Bentuk
rongga dada normal.
Tipe pernapasan normal, bunyi napas normal terdengar vesikuler di seluruh lapang
paru, tidak ada wheezing, ronchi, crecels, maupun rales. Tidak ada keluhan seperti batuk
berdahak atau berdarah.
Sistem penginderaan, klien mengatakan tidak ada masalah dalam sistem melihat,
gerakan bola mata aktif kea rah lateral, medial, maupun memutar. Scelera tampak berwarna
putih normal, konjungtiva merah muda kornea mata bening. Klien tidak menggunakan alat
bantu pengelihatan seperti kaca mata tidak ada nyeri dan keluhan lain pada mata. Klien dapat
mendengar dengan baik (pendengaran normal). Telinga tampak bersih, tidak ada sumbatan.
Tidak ada tinnitus, otalgia maupun otorhoe. Keseimbangan klien baik, klien mampu berjalan
dengan baik, klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Keadaan hidung juga tampak
bersih, bentuk simetris, tidak ada obstruksi, nyeri tekan sinus atau kelainan lain, hidung
berfungsi dengan baik.
Sistem kardiovaskuler, klien menyatakan tidak ada nyeri dada, dan keluhan lain, suara
jantung normal terdengar S1 di apeks jantung dan S2 di interkosta ke 2, tidak ada edema,
denyut nadi normal, pengisian kapiler kurang dari 2 detik.
Sistem persyarafan, tingkait keadaan klien compos mentis. Nilai GCS 15 normal, E = 4
(klien mampu membuka mata secara spontan), V = 5 (klienmampu berorientasi dengan baik,
berkomunikasi baik, pembicaraan tearah), M = 6 (respon motorik sesuai perintah, klien
mampu mengangkat tangan ke atas saat diminta perawat), keadaan pupil isokor, reflek
terhadap cahaya baik, mata kanan dan kiri positif. Penilaian fungsi syaraf cranial, syaraf
kranial I (olfaktorius) : pada pemeriksaan menggunakan minyak angin dan kopi, klien
mampu membedakan kedua bau tersebut. Syaraf kranial II (optikus) : klien mampu melihat
orang-orang disekelilingnyadengan baik, syaraf kranial III (okulomotorius) :klien mampu
melihat ke atas dan ke bawah, syaraf kranial IV (trochlear) : klien mampu menggerakkan
bola mata searah jarum jam. Syaraf kranial V (trigeminus) : klien mampu merasakan
sentuhan atau tekanan di wajahnya, otot rahang simetris saat gigi dirapatkan, syaraf kranial
VI (abdusen) : klien mampu menggerakkan bola matanya kesamping, kiri, dan kanan, syaraf
kranial VII (fasialis) : klien mampu mengerutkan dahi dan mengangkat alis secara simetris,
syaraf kranial VIII (vestibulokokhlearis) : klien mampu mendengarkan kata-kata yang
dibicarakan dengan jelas, syaraf kranial IX (glosofaringeus) : klien mampu membedakan rasa
gula dan garam pada sepertiga superior lidah, syaraf kranial X (fagus) : refleks menelan baik.
Syaraf kranial XI (assesorius) : klien dapat menggerakkan bahu dan leher klien mampu
menoleh ke kiri dan ke kanan dengan melawan tahanan tangan perawat pada pipi kiri dan
kanan. Syaraf kranial XII (hipoglosus) : klien mampu menjulurkan lidah simetris, tidak ada
kekakuan otot lidah.
Klien dapat merasakan sentuhan ujung pulpen pada telapak tangan. Fungsi motorik,
kondisi klien lemah tidak dapat memenuhi aktivitas sehari-hari. Status refleks baik dan tidak
ada masalah.
Sistem perkemihan, produksi urine ±1500 ml/24 jam dengan warna kuning muda. Bau
khas urin normal, klien mengeluh sering kencing.
Sistem pencernaan, mukosa mulut lembab, kebersihan mulut dan gigi baik, gigi
lengkap, tidak ada stomatitis, lidah berwarna merah normal. Tidak ada keluhan nyeri pada
tenggorokan saat menelan, tidak ada peradangan tonsil, abdomen tidak ada acites, tidak ada
haemoroid pada rectum. Klien mengatakan BAB 1 kali sehari, konsistensi lembek, klien tidak
menggunakan obat pencahar atau lavement.
Sistem musculoskeletal, kekuatan otot dan tulang, pada pemeriksaan kekuatan dan
pergerakan tulangdan otot diperoleh hasil sebagai berikut :
Keterangan : 5555 5555
5555 3333
Ekstremitas kanan atas : 5555
Klien mampu melakukan ROM penuh dan melawan gravitasi dengan nilai 5 pada
bagian caput humerus hingga phalanges.
Ekstremitas kiri atas : 5555
Klien mampu melakukan ROM penuh dan melawan gravitasi dengan nilai 5 pada
bagian femur hingga phalanges.
Ekstremitas kanan bawah : 5555
Ekstremitas sinistra bawah : 3333
Klien mampu melakukan melawan garvitasi dengan bantuan
Bentuk tulang normal, simetris, tidak ada fraktur. Tidak ada kelainan pada tulang dan
otot, terdapat ulkus pada kakisebelah kiri, kemerahan sekitar luka, kulit belum menyatu,.
Sistem integumen, warna kulit sawo matang, tidak pucat, turgor kulit baik, lesi pada kaki kiri,
warna kuku putih, bersih, rambut beruban. Kebersihan kulit, rambut dan kuku terjaga dengan
baik.
Persepsi klien terhadap kesehatan dan penyakit, klien mengatakan kesehatan itu sangat
penting, klien juga ingin cepat sembuh dan segera pulang agar bias kembali berkumpul
dengan keluarga.
Fungsi kesehatan, sebelum sakit klien makan tiga kali sehari, sebelum sakit nafsu
makan baik, klien selalu menghabiskan 1 porsi makanan 1 kali makan, kadang-kadang
tambah, makanan yang dimakan bervariasi seperti nasi, lauk-pauk, dan sayur. Sedangkan
saat dirawat di rumah sakit nafsu makan klien baik. Jenis makanan yang dimakan sesuai
dengan menu yang disediakan di rumah sakit, klien makan 1 porsi makanan yang disediakan.
Sebelum sakit klien mampu minum 800-1000 ml sehari yaitu air putih dan kopi, selama
sakit klien mampu minum 1000-1500 ml sehari yaitu air putih dan teh. Sebelum sakit klien
mengatakan bahwa ia tidur malam selama 7-8 jam. Tidur pada siang siang hari biasanya
selama 2 jam. Kebiasaan sebelum tidur adalah menonton televisi dan membaca Koran. Saat
sakit, klien tidur malam selama 6 jam dan tidur siang selama 1-2 jam. Tidak ada kebiasaan
sebelum tidur yang dilakukan klien selama dirawat. Klien mengatakan untuk keperluannya
dibantu keluarga karena tidak mampu bergerak maksimal.
Klien mengatakan ia masih belum mengerti tentang makanan yang boleh dimakan dan
tidak boleh dimakan. Klien mengatakan bahwa dengan sakitnya ini ia semakin mendekatkan
diri kepada Tuhan. Klien yakin perawatan yang diberikan akan menyembuhkan sakitnya.
Klien berperan sebagai kepala keluarga dan sedang menjalani masa pensiunnya, klien
seorang bapak dari 2 orang anak, klien mengatakan bahwa saat ini walaupun ia sedang sakit,
tidak ada gangguan dalam perannya karena keluarga khusnya istrinya sangat mengerti dengan
keadaannya saat ini.
Klien mengatakan bahwa apabila ada masalah, ia selalu membicarakannya dengan istri
dan anak-anaknya. Klien beragama islam danmengatakan bahwa perawatan dan pengobatan
yang didapatnya selama dirawat tidak ada yang bertentangan dengan keyakinannya.
Psikososial spiritual, dalam kehidupan sehari-hari klien menggunakan bahasa Banjar,
klien berbicara normal. Hubungan klien dengan keluarga baikdan harmonis. Hubungan
dengan teman dan petugas kesehatan baik, dan kooperatif. Klien selama sakit hanya bisa
berdoa di atas tempat tidur.
Data penunjang, hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 21 juli 2008 : Glukosa S hasil
137 mg/dl. Pemeriksaan radiologi pada tanggal 7 juli 2008 : Foto thorax PA.
Terapi yang diberikan kepada klien pada tanggal 22 juli 2008 adalah :
a. Cairan infus RL 25 tts/menit
b. Obat oral : Ambroxol 3x1, tablet , inpepsa 3x10 mg, Nefformin 500mg, 1x1 tablet,
Ecephyllin Retard 2x1 tablet
c. Obat injeksi : injeksi cefriaxone 1x2 ampul IV, injeksi ulcumet 3x1 ampul IV
d. Perawatan luka : Luka diobersihakan dengan NaCl, setelah bersih ulkus ditempelkan
supratul, kemudian ditutup dengan kasa yang telah di basahi dengan dumazol.
Inisial pasien : Tn. A
No . reg : 07.04.55
ANALISA DATA
No Data fokus ( Subjektif dan
Objektif )
Kemungkinan
penyebab
Masalah
1 DS
Klien mengatakan badan
terasa lemah dan semua
aktifitas saya dibantu oleh
anak saya
DO
Klien tampak lemah
Aktifitas selalu dibantu oleh
anaknya (makan, minum,
BAB dan BAK )
Skala ketergantungan 3
TTV :
TD: 200/100 mmHg
N: 100x/mnt
S: 36,50C
RR: 28 X/mnt
Ulkus pada telapak kaki
kiri
↓
Penurunan kekuatan
tonus otot
↓
Kelemahan fisik
↓
Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas
Inisial pasien : Tn. A
No . reg : 07.04.55
ANALISA DATA
No Data fokus ( Subjektif dan
Objektif )
Kemungkinan penyebab Masalah
2 DS
Klien mengatakan luka di
kaki kiri saya tidak sembuh-
sembuh
DO
Luka bewarna kemerahan
Kulit luka belum menyatu
Bentuk luka dangkal
Kulit kelihatan kering
Kadar gula darah tinggi
↓
Luka
↓
Invasi mikroorganisme
↓
Vaskularasi berkurang
↓
Ulkus (ganggren)
↓
Kerusakan integritas kulit
Kerusakan integritas
kulit
Inisial pasien : Tn. A
No . reg : 07.04.55
ANALISA DATA
No Data fokus ( Subjektif dan
Objektif )
Kemungkinan penyebab Masalah
3 DS
Klien mengatakan saya
masih belum jelas
makanan apa yang boleh
dimakan dan yang tidak
boleh dimakan
DO
Klien bertanya makanan
apa yang boleh dimakan
dan yang tidak boleh
dimakan
Klien ingin mendapatkan
informasi yang banyak
dari perawat
Kurang terpapar dengan
informasi tentang diet DM
↓
Kurang
pengetahuan
Kurang
pengetahuan
Inisial pasien : Tn. A
No . reg : 07.04.55
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus diabetikum
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang diet.
Inisial pasien : Tn. A
No . reg :07.04.55
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Tanggal Nomor
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan/ Kriteria
hasil
Rencana tindakan Rasional
1 22-7-
2008
I Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan
aktifitas sehari-
hari klien dapat
terpenuhi dengan
kriteria hasil:
Tonus otot
meningkat
Aktifitas klien
terpenuhi
Skala
ketergantunga
n 0 (benar-
benar mandiri)
TTV dalam
batas normal
TD: 120/80
mmHg
N: dalam
rentang 60-
100 x/mnt.
S: dalam
rentang
1. Kaji
kemampuan
klien dalam
melakukan
aktifitas
2. Observasi
tanda-tanda
vital klien
3. Bantu klien
dalam
memenuhi
ADLnya seperti
makan,minum
dan BAB.
4. Anjurkan
kepada keluarga
untuk
membantu klien
dalam
beraktifitas
5. Anjurkan
kepada klien
untuk
menghindari
kegiatan yang
tidak perlu
1. Dapat mengetahui sampai mana
klien mampu melakukan
aktifitas sehari- hari tanpa
bantuan dari orang lain
2. Menggambarkan keadaan umum
klien.
3. Dapat memenuhi kebutuhan
klien sehari-hari seperti makan,
minum dan BAB.
4. Dengan membantu aktifitas
klien maka dapat mengurangi
terjadinya/timbulnya kelelahan
dan penyakit tambahan.
5. Supaya klien tidak merasa
tambah lelah.
36,50C-37,50C
RR dala,
rentang 12-20
x/mnt
dilakukan
karena dapat
menyebabkan
kelelahan yang
berlebihan.
Inisial pasien : Tn. A
No . reg :07.04.55
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Tanggal Nomor
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan/ Kriteria
hasil
Rencana tindakan Rasional
2 22 juli
2008
II Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3x24 jam
diharapkan
kerusakan jaringan
dapat diminimalisai
dengan kriteria
hasil:
Tidak terdapat
kemerahan di
daerah luka.
Terbentuk
granulasi
jaringan baru
Luka dan kulit
menyatu
Luka terlihat
kering
1. Observasi kondisi
luka
2. Lakukan cuci
tangan sebelum dan
sesudah melakukan
tindakan
keperawatan
3. Lakukan perawatan
lika dengan baik
dan benar
4. Anjurkan keluarga
untuk mempertahan
lingkungan yang
bersih.
5. Ganti laken atau
alat tenun.
1. Dimana infeksi dapat terjadi
kapan saja dimana saja,
tergantung pada tipe
penutupan luka
penyembuhan sempurna
memerlukan waktu6-8
bulan.
2. Mencegah terjadinya
infeksi nosokomial
3. Untuk menurunkan
potensial terjadinya infeksi
yang berkelanjutan dan
mempercepat proses
penyembuhan.
4. Mencegah infeksi dari luar
atau lingkungan
5. Menjaga kebersihan
lingkungan (tempat tidur)
dan mencegah infeksi
nosokomial.
Inisial Pasien : Tn. A
No. Reg : 07. 04. 55
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Tanggal Nomor
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan/Kriteria
Hasil
Rencana
Tindakan
Rasional
3. 22 Juli
2008
III Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x25 menit
diharapkan klien
mengerti tentang diet
diabetikum dengan
kriteria hasil :
- Klien dapat
memahami dan
mengerti tentang
diet untuk
penyakitnya
- Pastikan klien
memahami diet
yang dianjurkan
1. Kaji tingkat
pengetahuan
klien
2. Diskusikan
mengenai diet
DM :
- Pengertian
- Tujuan diet
- Bahan
makanan
yang
dianjurkan
- Bahan
makanan
yang tidak
dianjurkan
3. Anjurkan klien
untuk
memahami diet
yang diberikan
1. Mengetahui sejauh mana
batas pengetahuan klien
tentang diet DM.
2. Kesadaran tentang
pentingnya control diet
akan membantu klien dalam
merencanakan makanan
( dietnya )
3. Kalau klien mematuhi diet
yang dianjurkan, maka gula
darah dapat menjadi normal
dan luka akan cepat
sembuh.
Inisial Pasien : Tn. A
No. Reg : 07. 04. 55
PELAKSANAAN KEPERAWATAN ( IMPLEMENTASI )
No Tanggal/
Jam
Nomor
Diagnosa
Keperawatan
Pelaksanaan/ Tindakan
Keperawatan
Evaluasi tindakan/
Respon Klien
Paraf/ Nama
Perawat,
Mhs
1. 22 Juli 2008
08.00 WIB
08.20 WIB
08.30 WIB
09.00 WIB
09.20 WIB
I 1. Mengkaji kemampuan
klien, dengan cara
memindahkan dari
tempat tidur ke kursi
roda.
2. Mengobservasi tanda –
tanda vital klien.
3. Membantu klien dalam
memenuhi ADL klien
seperti makan, minum
4. Menganjurkan kepada
keluarga untuk
membantu klien dalam
beraktivitas
5. Menganjurkan kepada
klien untuk
menghindari kegiatan
yang tidak perlu
dilakukan.
S: Klien mengatakan
badan saya masih
lemah
O:
- Klien tampak lemah
terbaring di tempat
tidur
- TTV :
TD: 200/100 mmHg
N: 100x/m
R: 28x/m
S: 36,5°C
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Sisngadi
Inisial Pasien : Tn. A
No. Reg : 07. 04. 55
PELAKSANAAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)
No. Tanggal/
Jam
Nomor
Diagnosa
Keperawatan
Pelaksanaan/Tindakan
Keperawatan
Evaluasi
tindakan/Respon Klien
Paraf/Nama
Perawat,
Mhs
2. 22 Juli 2008
09.30 WIB
09.45 WIB
09.50 WIB
10.30 WIB
11.00 WIB
II 1. Mengkaji keadaan luka
- Membuka balutan
- Terdapat jaringan
nekrotik
- Luka dan kulit belum
menyatu
- Balutan masih tampak
basah.
2. Mencuci tangan sebelum
melakukan tindakan
keperawatan ( mengganti
perban )
3. Merawat luka sesuai
standar keperawatan
( dengan cara steril )
4. Mengganti laken atau
alat tenun
5. Menganjurkan keluarga
untuk mepertahankan
lingkungan tetap bersih.
S: Klien mengatakan luka
dikaki masih belum
sembuh.
O:
- Terdapat balutan luka
dikaki kiri bawah
- Luka masih terlihat
kemerah – merahan
- Luka dan kulit masih
belum menyatu
- Luka masih basah
-
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Sisngadi
Inisial Pasien : Tn. A
No. Reg : 07. 04. 55
PELAKSANAAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)
No. Tanggal/
Jam
Nomor
Diagnosa
Keperawatan
Pelaksanaan/Tindakan
Keperawatan
Evaluasi tindakan/Respon
Klien
Paraf/Nama
Perawat,
Mhs
3. 23 Juli 2008
08.30 WIB
09.00 WIB
09.30 WIB
III 1. Mengkaji tingkat
pengetahuan klien
tentang diet DM.
2. Menjelaskan
mengenai :
- Pengertian
- Tujuan diet
- Bahan makanan
yang boleh dimakan
- Bahan makanan
yang tidak boleh
dimakan
3. Menganjurkan untuk
mematuhi diet yang
diberikan
S: Klien mengatakan saya
sudah mengerti dan
paham makanan apa saja
yang boleh dan tidak
boleh dimakan.
O: Klien dapat
menyebutkan sebagian
makanan yang boleh dan
tidak boleh dimakan.
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Sisngadi
Inisial Pasien : Tn. A
No. Reg : 07. 04. 55
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/Jam Nomor
Diagnosa
Keperawatan
Catatan Perkembangan
(SOAP/SOAPIER)
Paraf/Nama
Perawat,
Mhs
24 Juli 2008
08.00 WIB
I S: Klien mengatakan badan saya masih
terasa lemah
O :
- Klien masih tampak lemah
- Aktivitas masih dibantu anak klien
seperti makan, minum, dan BAB
- TTV :
TD: 180/90 mmHg
N: 84x/menit
R: 26x/menit
S: 36,2°C
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
I: Bantu klien dalam memenuhi ADLnya
- Observasi TTV klien
- Anjurkan keluarga membantu
kebutuhan ADL klien
E: Aktivitas masih dibantu
Sisngadi
Inisial Pasien : Tn. A
No. Reg : 07. 04. 55
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/Jam Nomor
Diagnosa
Keperawatan
Catatan Perkembangan (SOAP/SOAPIER) Paraf/Nama
Perawat,
Mhs
24 Juli 2008
08.15 WIB
II S: Klien mengatakan luka dikaki saya masih belum sembuh.
O: - Terdapat balutan luka dikaki kiri bawah
- Disekitar luka masih kemerahan
- Luka dan kulit belum menyatu
- Masih terdapat jaringan nekrotik
A: - Masalah belum teratasi
P: - Lanjutkan intervensi
I: - Kaji keadaan luka
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
perawatan luka
- Rawat luka sesuai dengan standar keperawatan
- Pertahankan luka tetap kering dan bersih
E: - Luka tertutup perban
- Perban tampak bersih
Sisngadi
Inisial Pasien : Tn.A
No. Reg: 07.04.05
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/Jam Nomor
Diagnosa
Keperawatan
Catatan Perkembangan (SOAP/SOAPIER) Paraf/Nama
Perawat,
Mahasiswa
24 Juli 2008
10.00 WIB
III S:
Klien mengatakan saya sudah mengerti da paham
makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh
dimakan
O:
- Klien dapat menyebutkan sebagian jenis
makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan
- Klien tampak mengangguk dan mengerti
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Sisngadi
Inisial Pasien : Tn.A
No. Reg : 05.49.84
DISCHARGE PLANNING
Kamis, 24 Juli 2008
Pukul 13.45 WIB
Di hari terakhir dinas, sebelum berpisah perawat mengingatkan kembali penjelasan-
penjelasan yang sudah diberikan kepada klien.
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Menurut Doengoes (1999: 726-729), pengkajian mencakup data yang dikumpulkan
melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik serta review catatan sebelumnya. Data yang muncul pada
pengkajian adalah perubahan tekanan darah, penurunan kekuatan otot, kulit kering atau
bengkak, turgor jelek, muntah, refleks tendon menurun, kulit rusak dan ulserasi.
Dikemukakan pula oleh Marisson (2003: 47), data yang muncul adalah pergelangan
kaki mengkilat, pigmentasi kulit sekitar ulkus, eksim statis, kulit memucat karena atrofi, dan
oedema perifer serta kedalaman dan bentuknya dangkal, dengan pinggir rata seringkali
berbentuk bulat memanjang.
Terdapat perbedaan antara teori dengan kasus pada Tn.A. data yang ditemukan pada
Tn.A adalah merah disekitar luka, terdapat pus bercampur darah, kulit belum menyatu (kulit
rusak), bengkak di kaki kanan (oedema perifer), kulit kering atau bersisik serta kedalaman
dan bentuknya dangkal. Sedangkan data yang tidak ditemukan adalah penurunan kekuatan
otot, perubahan tekanan darah, turgor jelek, muntah, refleks tendon menurun, pergelangan
kaki meningkat, pigmentasi kulit sekitar ulkus, eksim statis dan kulit memucat karena atrofi.
Pada Tn.A terdapat kemerahan di sekitar luka dan pembengkakan di kaki kanan
(oedema perifer). Menurut teori pembengkakan dan kemerahan akibat selulitis, biasanya
teraba pulsasi arteri bagian distal yang menunjukkan adanya ulkus Diabetikum, ditemukan
pula adanya pus pada luka. Hal ini disebabkan karena telah terjadi infeksi. Infeksi pada luka
klien terjadi akibat perawatan luka yang tidak aseptik. Berdasarkan data sebelum masuk
rumah sakit, klien hanya dirawat di rumah, selama di rumah tidak mendapatkan perawatan
yang adekuat berupa larutan antiseptik dan obat antibiotik. Infeksi pada Tn.A diperkuat
dengan data adanya pus bercampur darah dan bengkak di kaki kanan (oedema perifer).
Menurut Harrison (2003), nyeri dan oedema perifer yang nyata tanda bila luka terinfeksi.
Demikian pula dengan masalah kurang pengetahuan, berdasarkan data yang didapat pada
waktu pengkajian klien tidak mengetahui tentang jenis makanan yang boleh dan tidak boleh
dimakan untuk menurunkan kadar gula.
Penurunan kekuatan otot ditemukan pada kasus Tn.A, karena berdasarkan data pada
saat pengkajian kekuatan otot pada ekstremitas yang terkena Ulkus Diabetikum bernilai 3
(tiga), yaitu tidak dapat melawan tahanan penuh dari perawat. Eksim statis dan penurunan
tekanan darah tidak ditemukan pada kasus, karena pada saat pengkajian, sudah terdapat luka,
kulit rusak, telah terjadi ulkus pada pengukuran tekanan darah 200/100 mmHg. Menurut
harrison (1999: 318), eksim statis biasanya bermula sebagai eritema ringan dan pengelupasan
kulit, disertai dengan pruritus pada bagian medial pergelangan kakidan apabila berlanjut
dapat menjadi radang, disertai dengan fibrosis yang mengakibatkan oedema yang dapat
mengeras dan dapat terkontaminasi menjadi ulkus. Demikian pula tanda dan gejala seperti
kulit memucat karena atrofi, turgor jelek, muntah, reflek tendon menurun, ulserasi,
pergelangan kaki mengkilat dan pigmentasi kulit disekitar ulkus.
Pemeriksaan diagnostik pada kasus ulkus diabetikum meliputi: glukosa, hemoglobin,
glikosilat, trombosit darah menunjukkan hematokrit meningkat, leukosit meningkat,
hemokosentrasi menongkat merupakan respon terhadap stress atau infeksi serta kultur.
Sedangkan pada kasus pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah, glukosa sewaktu
saja.
Faktor penunjang dalam pengkajian yaitu sikap kooperatif dari klien dan keluarga
dengan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan, tersedianya data yang
menunjang berupa catatan medik di dalam status klien tidak ditemukan faktor penghambat
dalam pengkajian.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasikan, memfokuskan dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta terhadap masalah aktual dan resiko tinggi (Doengoes, 1999:
8).
Menurut teori, diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Ulkus Diabetikum ada 8
(delapan) yaitu: Kerusakan integritas kulit yang dihubungkan dengan faktor mekanik,
imobilitas, malnutrisi dan luka. Kekurangan volume cairan, dapat berhubungan dengan
diresis osmotik, kehilangan gastric berlebihan: diare, muntah, masukan dibatasi, mual, kacau,
mental. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh dapat diperhitungkan dengan
ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan oleh jaringan mengakibatkan
peningkatan-peningkatan metabolisme protein / lemak). Penururnan masukan oral (anoreksia,
mual, lambung penuh, nyeri abdomen dan perubahan kesadaran). Status hipermetabolisme
(pelepasan hormon stress proses infeksi). Infeksi, terhadap sepsis faktor resiko meliputi:
kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi, infeksi pernapasan yang
ada sebelumnya atau ISK. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan
dengan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa/insulin. Kelelahan dapat dihubungkan
dengan: penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah (insufiensi insulin,
peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolik atau infeksi). Ketidakberdayaan
berhubungan dengan penyakit progresif, ketergantungan dengan orang lain. Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
dapat dihubungkan dengan: kurang pemajanan atau mengingat.Kesalahan interpretasi
informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn.A adalah: Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik. Kerusakan integritas kulit, berhubungan dengan
adanya Ulkus Diabetikum. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang diet. Diangkat sebagai diagnosa keperawatan pertama adalah Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik sebagai diagnosa pertama karena berdasarkan data,
aktivitas klien selalu dibantu oleh istri, skala ketergantungan 3 (dibantu sebagian), dan hasil
tanda-tanda vital Tekanan Darah: 200/100 mmHg, frekuensi Nadi: 100x/menit, Pernapasan:
28x/menit dan Suhu badan : 36,5 oC. Diagnosa keperawatan kedua Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan adanya Ulkus Diabetikum. Bertdasarkan data, luka kemerah-merahan,
kulit belum menyatu (kulit rusak) dan glukosa sewaktu 217 mg/dl. Diagnosa keperawatan
yang ketiga adalah Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang diet,
berdasarkan data didapatkan klien tidak tahu jenis makanan yang baik untuk menurunkan
kadar gulanya. Tidak ditemukan faktor penghambat dalam merumuskan diagnosa
keperawatan.
3. Perencanaan
Intervensi keperawatan adalah deskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat (Dongoes, 1999: 110). Diagnosa
prioritas adalah diagnosa-diagnosa keperawatan atau masalah-masalah kolaboratif yang
apabila tidak diarahkan akan menghambat kemajuanuntuk mencapai hasil atai berpengaruh
negatif fungsional pasien (Carpenito, 1988: 67).
Prioritas keperawatan pada kasus Ulkus Diabetikum menurut Dongoes (1999) adalah :
a. Memperbaiki integritas kulit.
b. Memperbaiki cairan dan elektrolit dan keseimbangan asam basa .
c. Memperbaiki metabolisme abnormal.
d. Mengidentifikasi atau membantu penanganan terhadap penyebab atau penyakit yang
mendasari.
e. Mempertahankan tingkat mental.
f. Mencegah komplikasi.
g. Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
h. Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis, perawatan dan
kebutuhan perawatan.
Sedangkan prioritas rencana keperawatan pada Tn. A adalah :
a. Memperbaiki integritas kulit.
b. Memenuhi ADL-nya.
c. Memberikan informasi tentang diet.
Terhadap perbedaan prioritas antara teori dengan kasus, pada kasus Tn. A prioritas
pertama adalah Intoleransi Aktivitas, pada teori seharusnya berada pada prioritas keempat,
hal ini disebabkan karena dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum dan
BAB, pasien selalu ketergantungan dibantu oleh keluarga dan anak, agar penyembuhan
cepatterjadi maka dalam pemenuhan aktivitas (ADL) harus diperhatikan seperti personal
hygine pasien.
Kerusakan integritas kulit berada pada prioritas kedua sedangkan pada teori berada
pada prioritas pertama. Hal ini disebabkan pada luka Ulkius Diaberikum memerlukan
penyembuhan luka dan perlu waktu yang lama. Menurut Potter (2005; 1857), bila luka
mengalami banyak kehilangan jaringan, maka penyembuhan luka akan memerlukan waktu
penyembuhan yang lama. Prioritas ketiga kurang pengetahuan. Hal ini disebabkan masalah
kurangpengetahuan bisa mambantukesembuhan klien.
Prioritas yang ada pada teori tetapi tidak ditemukan pada kasus Tn. A adalah
kekurangan volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Infeksi resiko
tinggi terhadap sepsis. Hal ini disebakan Karen intake caiaran adekuat, baik lewat oral
maupun parenteral, tidak mengalami kurang nafsu makan, mual muntah, dan telah rejadi
infeksi pada luka. Prioritas resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual, tidak
diangkat sebagai prioritas karena tidak ditemukan data yang berhubungan dengan masalah
sensori-perseptual.
Di dalam kasus ada rencana tindakan yang tidak sama dengan teori,yaitu mengganti
linen yang meliputi laken, stik laken dan zeil. Hal ini disebabkan linen sudah tiga hari tidak
diganti dan tampak kotor,, kondisi ini dapat menyebabkan luka terkontam9nasi kuman
patogen.
Faktor penunjang dalam menentukan intervensi adalah kebijakan dari rumah sakit
yang memberikan otonomi kepada perawat untuk melakukan tindakan asuhan keperawatan
sesuai standar keperawatan dan sikap kooperatif dari klien dan keluarga.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995: 40). Pada Tn. A pelaksanaan Asuhan
Keperawatan yang dikelola sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun,
pelaksanaan tindakan keperawatan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter
dan ahli gizi.
Dokter terlibat dalam memberikan terapi seperti antibiotika dan analgetik. Ahli gizi
berperan dalam pemberian diet makanan yang menunjang proses penyembuhan luka berupa
diet 1700 kalori.
Faktor penunjang dalam melakukan tindakan keperawatan adalah kebijakan dari
rumah sakit yang memberikan otonomi kepada perawat untuk melakukan tindakan asuhan
keperawatan sesuai standar keperawatan dan sikap kooperatif dari klien dan keluarga.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Effendi, 1995:
45).
Pada evaluasi, hanya ada satu masalah yang dapat teratasi yaitu pengetahuan tentang
diet. Berdasarkan hasil evaluasi, klien sudah bisa menjelaskan kembali apa yang telah
disampaikan pada penyuluhan tentang diet penyakitnya. Masalah yang belum teratasi adalah
kerusakan integritas kulit, dari hasil evaluasi masih terdapat pus, bengkak, kemerahan
disekitar luka, kulit kering atau bersisik, kulit belum menyatu (kulit rusak).
Faktor penunjang dalam evaluasi adalah sikap kooperatif dari klien dan keluarga.
Tidak ditemukan faktor penghambat dalam evaluasi.
Daftar Pustaka
Sisngadi (PO.62.20.1.05.074). Asuhan Keperawatan Tn.A dengan Ulkus Diabetikum di ruang
D RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. Palangkaraya: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Palangkaraya.