kti tinggal revisi

30
PEMANFAATAN DAUN COCOR BEBEK (Kalancohe pinnata) SEBAGAI OBAT LUKA GORES TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Disusun Oleh: Aulia Nur Arifina 9105 Rahmayani Nashihatun Aminah 9207 Siti Wahdaniatul Ula 9250

Upload: aim-gunnoz

Post on 07-Aug-2015

240 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: KTI tinggal revisi

PEMANFAATAN DAUN COCOR BEBEK (Kalancohe pinnata) SEBAGAI OBAT LUKA GORESTAHUN PELAJARAN 2010/2011

Disusun Oleh:

Aulia Nur Arifina 9105

Rahmayani Nashihatun Aminah 9207

Siti Wahdaniatul Ula 9250

MADRASAH MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH

Jalan Suronatan NG. II/653 Notoprajan Yogyakarta

2011

Page 2: KTI tinggal revisi

PENGESAHAN

PEMANFAATAN DAUN COCOR BEBEK (Kalancohe pinnata)

SEBAGAI OBAT LUKA GORES

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Disususn oleh:

Aulia Nur Arifina 9105

Rahmayani Nashihahtun Aminah 9207

Siti Wahdaniatul Ula 9250

Telah Disetujui dan Diuji oleh Tim Penguji serta Disahkan oleh

Direktur Madrasah Mu’allimaat Muhammmadiyah Yogyakarta

Pada Tanggal : ______________________

Pembimbing : Rus Ernawati, S.Si __________

Penguji I : __________

Penguji II : __________

Direktur Madrasah Mu’allimaat

Muhammadiyah Yogyakarta

Dra. Fauziyah Tri Astuti, M.A

NBM. 548.999

Page 3: KTI tinggal revisi

MOTTO

“Kita adalah kita yang terbaik jika kita menjadi diri kita sendiri”

(Aulia Nur Arifina)

Page 4: KTI tinggal revisi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya masyarakat mengenal daun cocor bebek sebagai tanaman

hias bahkan gulma yang mengganggu tanaman lain karena perkembang

biakannya yang relatif cepat dan dapat tumbuh di berbagai jenis media.

Berdasarkan pengalaman daun cocor bebek dapat di gunakan sebagai obat

penyembuh luka gores tradisional, namun belum ada penelitian lebih lanjut

mengenai obat luka gores yang menggunakan daun cocor bebek.

Selain itu kebanyakan masyarakat juga belum mengetahui tentang

banyaknya manfaat daun cocor bebek. Sehingga mereka banyak

menggunakan betadine dan obat merah sebagai obat yang praktis dalam

penyembuhan luka gores. Hal ini menyebabkan pemanfaatan daun cocor

bebek kurang terasa dibanding tanaman-tanaman herbal yang lain seperti daun

sirih dan daun jambu biji. Pemanfaatan cocor bebek sebagai obat memberikan

alternatif tentang obat herbal yang alami tidak mengandung bahan kimia yang

berbahaya serta mudah didapat. Untuk mengetauhi penelitian ini dibuat

menjadi dua tahap yaitu dengan tumbuhan cocor bebek dan salep cocor bebek.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah cocor bebek memiliki pengaruh terhadap penyembuhan luka

gores?

2. Lebih efektif manakah antara cocor bebek dengan betadine dalam

penyembuhan luka gores?

Page 5: KTI tinggal revisi

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apakah cocor bebek mempunyai pengaruh terhadap

penyembuhan luka gores.

2. Mengetahui efektifitas penyembuhan luka gores dengan betadin dan cocor

bebek.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengobatan herbal luka

gores selain denganbetadine serta alternative pemanfaatan daun cocor

bebek.

Page 6: KTI tinggal revisi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Tanaman Cocor Bebek

Cocor bebek atau suru bebek (Latin:Kalanchoe pinnata ) adalah tumbuhan

sukulen (mengandung air) yang berasal dari Madagaskar. Tanaman ini terkenal

karena metode reproduksinya melalui tunas daun (tunas/adventif). (Wikipedia)

Cocor bebek populer digunakan sebagai tanaman hias di rumah tetapi

banyak pula yang tumbuh liar di kebun-kebun dan pinggir parit yang tanahnya

banyak berbatu. Cocor bebek adalah tanaman berair yang tidak suka banyak

air alias senang kering. Cocor bebek hidupnya suka pada tempat yang panas

75% dengan cahaya yang banyak. Tanaman ini sangat mudah beradaptasi

dengan lingkungan. (Wikipedia)

Cocor bebek menjadi tanaman yang umum di daerah beriklim tropika

seperti Asia, Australia, Selandia Baru, India Barat, Makaronesia, Maskarenes,

Galapagos, Melanesia, Polinesia, dan Hawaii. (Wikipedia)

Kandungan kimia cocor bebek antara lain zat asam lemon, zat asam apel,

vitamin C, quercetin -3- diarabinoside, kaempferol -3- glukoside, dan tanin.

Khasiatnya sebagai anti radang, menghentikan pendarahan, mengurangi

pembengkakan dan mempercepat penyembuhan. (Arief Hariana, 2007)

1. Ciri-ciri Tanaman Cocor Bebek

Cocor bebek memiliki batang yang lunak dan beruas. Daunnya tebal

berdaging dan mengandung banyak air. Warna daun hijau muda (kadang

kadang abu-abu). Bunga majemuk, buah kotak. Daun cocor bebek berbentuk

memanjang atau bulat telur dengan ujung tumpul tepi beringgit. Setiap helai

daunnya tebal, dan mengandung banyak air. Selain itu, tangkai daunnya

Page 7: KTI tinggal revisi

bersayap dan dapat dikembangbiakkan sebagai tanaman atau bibit baru. Bila

dimakan cocor bebek rasanya agak asam dan dingin. (Wikipedia)

Jika daunnya dipetik akan membentuk kuncup-kuncup anak tanaman dalam

toreh-toreh pinggiran daunnya. Cocor bebek mempunyai batang yang tegak,

dan pangkalnya berkayu dengan bentuk segi empat tumpul atau membulat.

(Annehira)

2. Taksonomi

Kedudukan tanaman cocor bebek dalam sistematika tumbuhan

termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Saxifragales

Famili : Crassulaceae

Genus : Kalanchoe

Spesies : Kalanchoe pinnata

B. Tinjauan Tentang Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan

yang mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan

regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu

kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal. (Mawardi-

Hasan,2002)

Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu, pemulihan jaringan ialah

regenerasi jaringan pulih seperti semula baik struktur maupun fungsinya dan

repair ialah pemulihan atau penggantian oleh jaringan ikat (Mawardi-

Hasan,2002).

Penyembuhan luka melalui beberapa fase. Fase tersebut meliputi: koagulasi,

inflamasi, poliferasi, dan fase remodeling. (Suriadi,2004)

Page 8: KTI tinggal revisi

1. Fase koagulasi; Merupakan awal proses penyembuhan luka dengan

melibatkan platelet. Awal pengeluaran platelet menyebabkan vasokonstriksi

dan terjadi koagulasi. Proses ini adalah sebagai hemostatis dan mencegah

pendarahan yang lebih luas. Pada tahapan ini terjadi adhesi, agregasi,

degranulasi pada sirkulasi platelet di dalam pembbentukan gumpalan fibrin.

(Suriadi,2004)

2. Fase inflamasi; Mulainya beberapa menit setelah luka dan kemudian dapat

berlangsungsampai beberapa hari. Selama fase ini sel-sel inflamatory terikat

dalam lukadan aktif melakukan penggerakkan dengan lekosites. Dalam proses

inflamatory adalah suatu perlawanan terhadap infeksi dan sebagai jembatan

antara jaringan yang mengalami injury dan untuk pertumbuhan sel-sel baru.

3. Fase poliferasi; Terjadi proses granulasi dan kontraksi. Proses ini ditandai

dengan terbentuknya jaringan granulasi dalam luka. Pada fase ini macrophag

dan limphocytes ikut berperan. Pada fase ini juga terjadi angiogenesis, yaitu

suatu proses dimana kapiler-kapiler pembuluh darah yang baru tumbuh, atau

pembentukan jaringan baru (granulation tissue)secara klinis akan tampak

kemerahan pada luka. Kemudian pada fase kontraksi luka, kontraksi di sini

adalah berfungsi dalam memfasilitasi penutupan luka. (Suriadi, 2004)

Menurut Hunt dan Dunphy (1969) kontraksi adalah merupakan peristiwa

fisiologi yang menyebabkan terjadinya penutupan luka pada luka yang

terbuka. Kontraksi terjadi bersamaan dengan sintesis kolagen. Hasil dari

kontraksi akan tampak diman ukuran luka akan tampak semakin mengecil

atau bersatu. (Suriadi, 2004)

4. Fase remodeling atau maturasi

Pada fase ini banyak terdapat komponen matrik, komponen hyaluroniacacid,

proteoglycan, dan kolagen yang berdeposit selama perbaikan untuk

memudahkan perekatan pada migrasi seluler dan menyokong jaringan.

(Suriadi, 2004)

Serabut – serabut kolagen meningkat secara bertahap dan bertambah tebal

kemudian di sokong oleh proteinase untuk perbaikan sepanjang garis luka.

Page 9: KTI tinggal revisi

Kolagen menjadi unsur yang utama pada matrik, serabut kolagen menyebar

dengan saling terikat dan menyatu dan berangsur – angsur menyokong

pemulihan jaringan. (Suriadi, 2004)

Bagan Fisiologi Penyembuhan Luka

Injury

Hemostasis; koagulasi agregasi platelet

Inflamasi; Granulosites, Macrophag, Pagositosis

Fibroblast

Epitelisasi

Sintesis kolagen dan kontraksi Remodeling; adanya lisis dan sintesis kolagen

Peningkatan serabut kolagen

Penyembuhan luka

B. Kerangka Berfikir

Luka adalah hilangnya atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang di

sebabkan benda asing dan mengakibatkan pendarahan.

Jaringan akan tertutup apabila terdapat zat pendukung penutup luka yaitu

vitamin C yang berfungsi untuk mencegah menggupalnya platelet ( trombosit )

Page 10: KTI tinggal revisi

dalam pembuluh darah sehingga trombosit pecah dan mengeluarkan enzim

trombokinase yang akan mengubah protombin menjadi trombin dengan bantuan

kalsium dan vitamin K. Trombin akan mengkatalis perubahan fibrinogen menjadi

benang fibrin yang menyebabkan luka tertutup.

Cocor bebek mengandung vitamin C yang bertugas membantu proses

penyembuhan luka. Luka dapat di percepat penyembuhannya dengan cocor bebek.

C. Hipotesis

Kandungan vitamin C dalam daun cocor bebek dapat dimanfaatkan sebagai

obat penyembuh luka gores.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen yaitu uji coba pemanfaatan

daun cocor bebek sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan luka gores.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dari bulan Desember 2010 sampai bulan Februari

2011 yang meliputi pencarian bahan baku dan eksperimen hingga selesai,

Page 11: KTI tinggal revisi

sedangkan pelaksanaan uji keberhasilan dilakukan pada tanggal 18-23

Februari 2011.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Asrama Mariya Qibtiya, rumah salah satu

penulis dan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas, yaitu keefektifan salep cocor bebek, remasan daun cocor

bebek dan betadine dalam penyembuhan luka gores.

2. Variabel terikat, yaitu kesembuhan luka gores.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Metode Observasi

Menggunakan metode observasi untuk meneliti manfaat daun cocor bebek

sebagai bahan untuk menyembuhkan luka gores.

2. Metode Eksperimen

Menggunakan metode eksperimen untuk membuktikan bahwa kandungan

daun cocor bebek dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyembuh luka gores

untuk membandingkan keefektifan antara salep cocor bebek, remasan cocor

bebek dan betadine.

3. Metode Dokumentasi

Menggunakan metode dokumentasi untuk mendokumentasi penelitian dengan

foto-foto

Page 12: KTI tinggal revisi

A. Instrumen Penelitian

1. Alat Percobaan:

a. Panci stainless

b. Kompor

c. Nampan

d. Sendok

e. Gelas kaca

f. Blender

g. Botol kecil

2. Bahan Percobaan:

a. Daun cocor bebek 1 lembar

b. Daun cocor bebek 30 lembar (dikeringkan)

c. Lilin lebah 100 gram

d. Minyak wijen 250 gram

e. Betadine

B. Prosedur Penelitian

1. Salep Cocor Bebek

Langkah dan proses pembuatan salep cocor bebek adalah sebagai berikut :

Page 13: KTI tinggal revisi

a. Memetik daun cocor bebek yang masih muda.

b. Kemudian daun cocor bebek dijemur di terik matahari selama kurang lebih 3

hari atau sampai daun benar-benar kering.

c. Daun yang telah kering diblender hingga menjadi serbuk-serbuk halus.

d. Panaskan lilin lebah dengan minyak wijen pada panci stainless.

e. Kemudian tambahkan bubuk daun cocor bebek dan aduk-aduk dalam api

yang kecil sampai tercampur dengan baik.

f. Biarkan dingin lalu tuang pada botol atau gelas.

Cara diatas adalah cara praktis dan cepat membuat salep cocor bebek, karena

hanya membutuhkan waktu kurang lebih 5 menit saja. Cara ini lebih efektif

dari pada cara-cara yang lain dalam pembuatan salep untuk menyembuhkan

luka gores.

2. Daun cocor bebek.

a. Memetik daun cocor bebek ± 5 lembar.

b. Remas – remas daun cocor bebek hingga lumat.

c. Tempelkan pada luka.

2. Perlakuan pada luka gores

a. Menyiapkan 6 tikus percobaan yang telah dilukai dengan goresan sepanjang

1,5 cm pada punggungnya kemudian pisahkan menjadi 4 kelompok.

Macam perlakuan :

Page 14: KTI tinggal revisi

Tahap I

Kelompok 1: satu tikus yang telah dilukai tidak diberi perlakuan.

Kelompok 2: dua tikus yang telah dilukai diberi salep cocor bebek.

Kelompok 3: dua tikus yang telah dilukai diberi remasan cocor bebek.

Kelompok 4: satu tikus yang telah dilukai diberi betadine.

Tahap II

Kelompok 2: satu tikus yang telah dilukai diberi salep cocor bebek.

Kelompok 3: satu tikus yang telah dilukai diberi remasan cocor bebek.

b. Mengamati hasilnya dan menulisnya pada tabel.

Sebagai indikator keberhasilan eksperimen, penulis juga menguji luka gores pada

tikus yang tidak diberi perlakuan atau tidak diobati agar dapat mengamati

seberapa jauh perbedaan hasil eksperimen.

C. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

pengamatan indra penglihatan yaitu dengan membandingkan warna dan keadaan yang

terjadi pada luka gores yang diberi salep cocor bebek, remasan cocor bebek, betadine

dan yang tidak diberi perlakuan. Sehingga dapat diketahui luka gores mana yang

lebih cepat sembuh.

Page 15: KTI tinggal revisi

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Page 16: KTI tinggal revisi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil

pengamatan dari tikus yang telah diberi luka gores dan diberi pengobatan dari salep

cocor bebek, remasan daun cocor bebek, betadin dan yang tidak diberiperlakuan.

Penelitian dilakukan dengan banyaknaya hari yang dibutuhkan untuk penyembuhan

luka gores. Berikut hasil pengamatan berdasarkan keefektifan pengobatan pada luka

gores.

Tabel 1. Hasil pengamatan terhadap luka yang telah di diamkan selama 1 hari

Tahap I

Perlakuan Warna luka Kering/basah Penutupan luka

Digores + 0

Digores + salep

cocor bebek

+ 00

Digores + salep

cocor bebek

+ 0

Digores + remasan

daun cocor bebek

+ 0

Digores + remasan

daun cocor bebek

+ 0

Digores + betadin + 0

Tabel 2. Hasil pengamatan terhadap luka yang telah di diamkan selama 3 hari

Tahap II

Perlakuan Warna luka Kering/basah Penutupan luka

Page 17: KTI tinggal revisi

Digores + 0

Digores + salep

cocor bebek

+ 00

Digores + salep

cocor bebek

++ 00

Digores + remasan

daun cocor bebek

++ 00

Digores + remasan

daun cocor bebek

+ 00

Digores + betadin ++ 00

Tabel 3. Hasil pengamatan terhadap luka yang telah di diamkan selama 5 hari

Tahap III

Perlakuan Warna luka Kering/basah Penutupan luka

Digores ++ 0

Digores + salep

cocor bebek

++ 00

Digores + salep

cocor bebek

+ 000

Digores + remasan

daun cocor bebek

+ 0

Page 18: KTI tinggal revisi

Digores + remasan

daun cocor bebek

++ 0

Digores + betadin ++ 00

Tabel 4. Hasil pengamatan terhadap luka yang telah di diamkan selama 7 hari

Tahap IV

Perlakuan Warna luka Kering/basah Penutupan luka

Digores +++ 000

Digores + salep

cocor bebek

+++ 0000

Digores + salep

cocor bebek

+++ 000

Digores + remasan

daun cocor bebek

+++ 000

Digores + remasan

daun cocor bebek

++ 000

Digores + betadine ++ 00

Keterangan :

1. Warna luka : Semakin banyak tanda (+) maka warna semakin gelap.

2. Keadaan : Semakin banyak tanda ( ) maka luka semakin kering.

Page 19: KTI tinggal revisi

3. Penutupan luka : Semakin banyak tanda (0) maka luka semakin menutup.

B. Pembahasan

Dari beberapa hasil pengamatan di atas menunjukkan bahwa salep cocor

bebek dapat dimanfaatkan sebagai obat penyembuh luka gores. hal ini disebabkan

karena pada cocor bebek mengandung vitamin C yang dapat mempercepat proses

penyembuhan luka.

Bahkan dalam waktu dan jumlah pemberian obat yang sama, tikus yang diberi salep

cocor bebek lebih cepat sembuh dibanding tikus yang diberi betadine dan daun cocor

bebek saja. Hal ini disebabkan karena kandungan vitamin C pada salep cocor bebek

lebih banyak. Juga karena adanya lilin lebah yang berfungsi sebagai perekat.

Sehingga penyembuhan luka lebih cepat.

Beberapa tabel diatas menunjukan bahwa frekuensi pemberian obat mempengaruhi

tingkat penyembuhan luka. Beberap tabel diatas menyebutkan bahwa terdapat

perbedaan tingkat kesembuhan pada tahap 1,2,3,dan 4 . Semakin sering dilakukan

pemberian obat maka akan semakin cepat pula proses penyembuhan luka tersebut.

Banyaknya vitamin C juga akan berpengaruh terhadap warna, tingkat

penutupan dan pengeringan luka. Sesuai hasil penelitian, tikus yang tidak diberi

perlakuan warnanya lebih cerah dibanding yang di beri betadine, daun cocor bebek,

dan salep cocor bebek. Dan tikus yang di beri salep cocor bebek warnanya lebih gelap

di banding tikus yang tidak di beri perlakuan, di beri betadine, dan di beri daun cocor

bebek saja.

Hal ini berarti semakin banyak vitamin C yang di serap maka akan semakin

gelap warna luka. Warna cerah luka menunjukan bahwa proses pembekuan darah

yang belum sempurna, maka dengan pemberian vitamin c warna cerah akan berubah

Page 20: KTI tinggal revisi

menjadi gelap karena platelet dalam darah akan pecah dan membentuk benang-

benang fibrin.

Vitamin c berpengaruh terhadap tingkat kekeringan luka. Tikus yang tidak

diberi perlakuan lukanya akan lebih basah dibandingkan tikus yang diberi betadine,

daun cocor bebek, dan salep cocor bebek. Tikus yang di beri salep cocor bebek

cenderung memiliki luka yang lebih kering jika di bandingkan dengan tikus yang

diberi betadine dan daun cocor bebek.

Semakin banyak kandungan vitamin C maka semakin cepat proses

penyembuhan luka sehingga luka akan lebih cepat kering.

Tikus yang tidak mengalami perlakuan, mengalami penutupan luka yang lebih

lama dibanding yang di beri betadine, daun cocor bebek, dan salep cocor bebek.

Tikus yang diberi salep cocor bebek paling cepat mengalami penutupan luka. Hal ini

menunjukan semakin banyak vitamin C maka akan semakin mempercepat penutupan

luka.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kandungan vitamin C dalam salep

cocor bebek akan mempercepat proses penyembuhan luka dari pada betadine atau

daun cocor bebek saja.

Di katakan lebih cepat karena vitamin C yang terkandung dalam salep cocor

bebek lebih banyak dari pada vitamin C pada betadine dan daun cocor bebek saja.

Sedangkan di katakan lebih efektif karena salep cocor bebek mengandung lilin lebah

yng berfungsi sebagai perekat yang tahan terhdap air sehingga lebih melekat pada

luka di banding betadine dan daun cocor bebek saja.

Dari pengamatan yang telah di lakukan, hal yang perlu di perhatikan selain

hal di atas adalah pemberian salep cocor bebek secara teratur semakin mempercepat

proses penyembuhan luka.

Page 21: KTI tinggal revisi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan penulis, dapat disimpulkan bahwa :

Salep cocor bebek dapat digunakan sebagai obat penyembuh

luka gores.

Pemberian salep secara teratur akan mempercepat proses

penyembuhan luka.

Salep cocor bebek lebih efektif digunakan untuk penyembuhan

luka gores dari pada betadine, dan daun cocor bebek.

B. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan penulis, maka didapatkan beberapa

saran yaitu:

Perlu diadakannya pengembangan produksi salep cocor bebek

untuk dimanfaatkan sebagai obat penyembuh luka gores.

Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut tentang ada atau

tidaknya efek samping salep cocor bebek.

Page 22: KTI tinggal revisi