kti lola illona elfani kausar
DESCRIPTION
Tugas Kesehatan KeluargaTRANSCRIPT
TUGAS PADA ANG
TB PARU DI WILAYAHKABUPATEN BANJAR
Diajukanuntuk
Fakultas
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TUGAS KESEHATAN KELUARGAPADA ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA
WILAYAH KERJA PUSKESMAS ASTAMBULBANJAR PERIODE FEBRUARI-AGUSTUS 2014
Karya Tulis IlmiahDiajukan guna memenuhi sebagian syarat
untuk memperoleh derajat Sarjana KeperawatanFakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
OlehLola Illona Elfani Kausar
I1B111210
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANBANJARBARU
Desember, 2014
KELUARGA YANG MENDERITAASTAMBUL
AGUSTUS 2014
Mangkurat
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Banjarbaru, Desember 2014
Lola Illona Elfani Kausar
iv
ABSTRAK
TUGAS KESEHATAN KELUARGA PADA ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ASTAMBUL KABUPATEN BANJARPERIODE FEBRUARI-AGUSTUS 2014
Lola Illona Elfani Kausar
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru. TB paru dapat ditularkan langsung oleh penderita melalui percikan ludah ataupun melalui dahak penderita yang dibawa oleh udara. Peran keluarga sangat penting dalam pencegahan penularan dan mendampingi penderita saat masa pengobatan, oleh karena itu pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan benar sangat diperlukan. Tugas kesehatan keluarga adalah kewajiban yang harus dilaksanakan keluargauntuk dapat mengoptimalkan kesehatan anggota keluarganya. Tujuan penelitian ini menggambarkan tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul periode Februari-Agustus 2014. Metode penelitian dengan deskriptif terhadap 30 responden diambil dengan teknik sampel jenuh. Hasil penelitian didapatkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga sebagian besar yaitu 8 responden (26%) baik, 11 responden (37%) cukup, dan 11 responden (37%) kurang. Hasil untuk pelaksanaan tiap tugas yaitu mengenal masalah 15 responden (50%) kurang, membuat keputusan 18 responden (60%) cukup, memberi perawatan 15 responden (50%) kurang, modifikasi lingkungan 13 responden (43%) cukup, dan menggunakan fasilitas kesehatan 12 responden (40%) baik. Kesimpulan: berdasarkan hasil penelitian ini pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul periode Februari-Agustus 2014 sebagian besar dalam kategori cukup dan kurang.
Kata-kata kunci: TB paru, tugas kesehatan keluarga
v
ABSTRACT
FAMILY HEALTH TASKS TO FAMILY MEMBER(S) SUFFERING FROM PULMONARY TUBERCULOSIS IN WORKING AREA OF ASTAMBUL
PUBLIC HEALTH CENTER IN BANJAR REGENCYIN PERIOD FROM FEBRUARY-AUGUST 2014
Lola Illona Elfani Kausar
Pulmonary Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis bacteria which attacks the lung. Pulmonary TB is transmitted through droplets of saliva or phlegm which spread through the air. The role of family is very significant in preventing the transmission and inassisting the patient during treatment that proper implementation of family health task is extremely required. Family health task is an obligation that should be performed by a family in order to optimize the health of the family members. The purpose of this study was to describe the family health tasks to family member(s) suffering from Pulmonary Tuberculosis in the working area of Astambul Public Health Center in the period from February-August 2014. The method used in this study was a descriptive research method. There were 30 respondents taken with saturated sampling technique. The results of the study on the implementation of family health tasks showed that: 8 respondents (26%) were categorized good, 11 respondents (37%) fair, and 11 respondents (37%) poor. The results of the performance of each task indicated that identifying problems was 15 respondents (50%) poor, making decision 18 respondents (60%) fair, providing treatment 15 respondents (50%) poor, modifying the environment 13 respondents (43%) fair, and utilizing the health facilities 12 respondents (40%) good. It can therefore be concluded that the implementation of family health tasks to family member(s) suffering from pulmonary tuberculosis in the working area of Astambul Public Health Center in the period from February-August 2014 mostly fell under the category of fair and poor.
Keywords: pulmonary tuberculosis, family health tasks
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“TUGAS KESEHATAN KELUARGA PADA ANGGOTA KELUARGA
YANG MENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
ASTAMBUL KABUPATEN BANJAR PERIODE FEBRUARI-AGUSTUS
2014” tepat pada waktunya.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna
memperoleh derajat Sarjana Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua Bahrian dan Sri Ratiani atas dukungan semangat, material,
dan do’a yang telah diberikan.
2. Dekan Fakultas Kedokteran Prof. Dr. dr. H. Ruslan Muhyi, Sp.A(K) yang
telah memberi kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.
3. Kedua pembimbing Herawati, S.Kep., Ns., M.Kep dan Endang Pertiwiwati,
S.Kep., Ns., MARS yang berkenan memberikan saran dan arahan dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Dosen penguji dr. H. Adenan, M.Kes dan Kurnia Rachmawati, S.Kep., Ns.,
MNSc yang memberi kritik dan saran sehingga Karya Tulis Ilmiah ini
menjadi semakin baik.
vii
5. Rekan penelitian, Sari Dewi Intan Kumala serta semua pihak atas
sumbangan pikiran dan bantuan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi dunia
ilmu pengetahuan.
Banjarbaru, Desembar 2014
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................... iii
ABSTRAK ......................................................................................... iv
ABSTRACT ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ......................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................. 6
E. Keaslian Penelitian................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis ........................................................... 8
B. Konsep Keluarga .................................................... 14
BAB III LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori....................................................... 28
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ............................................ 31
B. Populasi dan Sampel .............................................. 31
C. Instrumen Penelitian .............................................. 32
D. Variabel Penelitian ................................................. 33
E. Definisi Operasional............................................... 33
ix
F. Prosedur Penelitian ................................................ 34
G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data .......... 35
H. Cara Analisis Data ................................................. 36
I. Waktu dan Tempat Penelitian ................................ 37
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Lokasi Penelitian ............................. 38
B. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga Berdasarkan Karakteristik Responden ....................................... 39
C. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga ................... 46
D. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga Tiap Item Pertanyaan ............................................................. 47
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan ................................................................ 59
B. Saran....................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Kisi-kisi instumen tugas kesehatan keluarga ........................... 33
4.2 Klasifikasi tingkat kategori tugas kesehatan keluarga ............. 34
5.1 Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluargayang menderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar periode Februari-Agustus 2014berdasarkan jenis kelamin ....................................................... 39
5.2 Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluargayang menderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar periode Februari-Agustus 2014berdasarkan umur ..................................................................... 40
5.3 Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluargayang menderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar periode Februari-Agustus 2014berdasarkan pendidikan terakhir .............................................. 41
5.4 Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluargayang menderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar periode Februari-Agustus 2014berdasarkan berdasarkan pekerjaan .......................................... 43
5.5 Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluargayang menderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar periode Februari-Agustus 2014berdasarkan penghasilan .......................................................... 44
5.6 Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluargayang menderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar periode Februari-Agustus 2014berdasarkan tipe keluarga ......................................................... 45
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ......................................... 30
5.1 Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014 ............................................................................ 46
5.2 Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga “ Mengenal Masalah Kesehatan” pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014 ................................................ 47
5.3 Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga “ Membuat Keputusan yang Tepat” pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014 ................................................ 49
5.4 Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga “ Memberi Perawatan pada Anggota Keluarga yang Sakit” pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014... 51
5.5 Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga “ Mempertahankan Suasana Rumah yang Sehat” pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014 .................. 53
5.6 Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga “ Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang Ada di Masyarakat” pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014............................................................................. 55
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan dan Pengambilan Data ke Dinas KESBANGPOL Kabupaten Banjar
2. Surat Permohonan Izin Survei Pendahuluan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar
3. Surat Permohonan Izin Survei Pendahuluan ke Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar
4. Surat Permintaan Menjadi Responden Penelitian
5. Surat Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
6. Kuesioner Tugas Kesehatan Keluarga yang Belum dilakukan Uji Validitas dan Reabilitas
7. Lembar Kisi-Kisi Kuesioner Tugas Kesehatan Keluarga
8. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner Tugas Kesehatan Keluarga
9. Surat Izin Penelitian Fakultas Kedokteran
10. Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar
11. Surat Izin Penelitian ke Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar
12. Karakteristik Responden Penelitian
13. Surat Permohonan Izin Uji Validitas dan Reabilitas ke Puskesmas Cempaka Banjarbaru
14. Kuesioner Tugas Kesehatan Keluarga Salah Satu Responden Penelitian
15. Foto-Foto Dokumentasi
DAFTAR SINGKATAN
BP-4 Balai Pengobatan Pemberantasan Penyakit Paru
BTA Basil Tahan Asam
EQA External Quality Assurance
HIV Human Immuno deviciency Virus
INH Isoniazid
KESBANGPOL Kesatuan Bangsa dan Politik
KLB Kejadian Luar Biasa
MDR Multri Drug Resistance
OAT Obat Anti Tuberkulosis
PMO Pengawas Minum Obat
PNS Pegawai Negeri Sipil
Poskesdes Pos Kesehatan Desa
Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
PPD Purified Protein Derivate
P2 TB Program Pemberantasan Tuberkulosis
PT Perguruan Tinggi
RT Rukun Tetangga
SD Sekolah Dasar
SKRT Survei Kesehatan Rumah Tangga
SMA Sekolah Menengah Atas
SMP Sekolah Menengah Pertama
TB Tuberkulosis
UKBM Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
UPT Unit Pelayanan Terpadu
WHO World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (1). Gejala utama TB paru
adalah batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala tambahan
yaitu dahak, dahak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan
fisik, demam lebih dari 1 bulan (2).
Berdasarkan laporan tahunan World Health Organization (WHO) tahun
2010 disimpulkan bahwa ada 22 negara dengan kategori beban tinggi terhadap TB
(High Burden of TB Number). Sebanyak 8,9 juta penderita TB dengan proporsi
80% pada 22 negara berkembang dengan kematian 3 juta orang per tahun dan 1
orang dapat terinfeksi TB setiap detik (3).
Indonesia berada pada peringkat kelima negara dengan beban TB tertinggi
di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan
estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian
akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya (WHO tahun 2010) (3).
Data Program Pemberantasan Tuberkulosis (P2 TB) di Indonesia menunjukkan
peningkatan kasus dari tahun ke tahun. Upaya penanggulangan maupun
pencegahan yang telah diupayakan masih belum berhasil menyelesaikan masalah
2
yang ada yaitu menurunkan angka kesakitan dan kematian. Masalah yang
dijumpai adalah kesulitan penemuan penderita TB paru Basil Tahan Asam (BTA)
positif, ketidakteraturan berobat dan drop out pengobatan. Kasus TB yang tidak
terobati tersebut akan terus menjadi sumber penularan (4).
Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga
kesehatan tahun 2013 adalah 0,4%, gejala batuk ≥ 2 minggu adalah 3,9%, dan
batuk darah 2,8%, sedangkan prevalensi penduduk Kalimantan Selatan di nasional
yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0,3%, gejala
batuk ≥ 2 minggu adalah 4,4%, dan batuk darah 3,1% (2). Berdasarkan profil
kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2012, menyebutkan bahwa
prevalensi perkiraan penderita baru TB paru Kabupaten Banjar menduduki urutan
kedua setelah kota Banjarmasin yaitu dengan angka perkiraan penderita baru TB
paru BTA positif sebanyak 1.064 orang (5).
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan
tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu
anggota keluarga dapat memengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah
kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga dapat memengaruhi sistem keluarga
tersebut dan memengaruhi komunitas setempat, bahkan komunitas global.
Membangun Indonesia sehat seharusnya dimulai dengan membangun keluarga
sehat sesuai dengan budaya keluarga (6).
Kesanggupan keluarga melaksanakan perawatan atau pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga
3
yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga. Selain keluarga mampu melaksanakan fungsi dengan baik,
keluarga juga harus melakukan tugas kesehatan keluarga. Tugas kesehatan
keluarga yaitu: mengenal masalah kesehatan keluarga, membuat keputusan
tindakan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit,
mempertahankan suasana rumah yang sehat, dan menggunakan fasilitas kesehatan
yang ada di masyarakat (7).
Penelitian Herawati tahun 2011 yang berjudul studi kasus ketidakpatuhan
orang kontak serumah terhadap anjuran pemeriksaan tuberkulosis di Kelurahan
Pajajaran Kecamatan Cicendo wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki didapatkan
bahwa pentingnya fungsi keluarga untuk menghindari terjadinya penularan TB
paru (8). Dari hasil penelitian Muniroh tahun 2013, peran Pengawas Minum Obat
(PMO) oleh keluarga yang sudah baik maka akan berpengaruh terhadap
meningkatnya kepatuhan berobat, sehingga penderita akan cenderung
mengkonsumsi obat secara teratur sehingga mendorong kesembuhan penderita TB
paru. Peran keluarga sebagai PMO merupakan salah satu contoh dari salah satu
tugas kesehatan yang dilakukan keluarga pada anggota keluarganya yang sakit (3).
Hasil penelitian-penelitian di atas, menunjukkan bahwa tugas kesehatan
keluarga dalam mengiringi proses kesembuhan anggota keluarga yang menderita
TB paru sangat penting karena keluarga sebagai unit terdekat dari penderita TB
paru dan keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan anggota keluarganya, dan sebaliknya apabila
4
tugas kesehatan keluarga tidak berjalan dengan semestinya, maka sulit untuk
mencapai derajat kesehatan keluarga yang optimal (3,6,8).
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar tahun 2013, jumlah penderita
baru TB paru BTA positif sebanyak 416 orang dengan kejadian terbanyak di
wilayah kerja Puskesmas Astambul (9). Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti pada bulan Maret 2014 di Puskesmas Astambul, pada tahun
2013 terdapat 71 orang penderita baru TB paru BTA positif. Hasil wawancara
pada tanggal 8 maret 2014 dengan kepala Puskesmas Astambul dan pengelola
program TB Puskesmas Astambul, mereka mengatakan tidak mengetahui sejauh
mana keterlibatan keluarga dalam merawat anggota keluarga mereka yang
menderita TB paru, serta mereka mengatakan tidak mengetahui apakah keluarga
sudah melakukan tugas kesehatan keluarga dengan benar atau tidak. Menurut
kepala Puskesmas Astambul dan pengelola program TB, keluarga membawa
pasien TB paru ke Puskesmas sudah dalam keadaan sakit yang parah, seperti
batuk-batuk yang sudah lama. Selanjutnya dilakukan wawancara dengan tiga
keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita TB paru pada tanggal
15 dan 16 maret 2014, keluarga mengatakan bahwa mereka membawa anggota
keluarganya ketempat pelayanan kesehatan setelah sakit yang cukup lama dan
cukup parah seperti batuk-batuk yang sudah lama, keluarga juga tidak terlalu
mengerti penyakit yang sedang diderita anggota keluarganya yang menderita TB
paru. Saat peneliti berkunjung kerumah tiga keluarga tersebut, tampak lingkungan
rumah yang kurang bersih dan kurangnya terpapar sinar matahari.
5
Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang tugas
kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita TB paru di wilayah
kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar periode Februari-Agustus 2014.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana tugas kesehatan
keluarga pada anggota keluarga yang menderita TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar periode Februari-Agustus 2014?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menggambarkan tentang tugas
kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita TB paru di wilayah
kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar periode Februari-Agustus 2014.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tugas kesehatan
keluarga berdasarkan tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan tipe
keluarga, serta menggambarkan lima tugas kesehatan keluarga yang meliputi:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga,
b. Membuat keputusan kesehatan yang tepat,
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit,
d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat,
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
6
D. Manfaat Penelitian
Untuk institusi pendidikan atau perawat yang berada di komunitas, hasil
penelitian ini memberikan gambaran pentingnya tugas kesehatan keluarga
khususnya pada keluarga dengan anggota yang menderita TB paru, manfaat
praktis penelitian ini dapat digunakan oleh perawat komunitas untuk memberikan
asuhan keperawatan yang optimal pada keluarga, serta penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan rujukan referensi untuk calon peneliti selanjutnya terkait
dengan tugas kesehatan keluarga.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian-penelitian yang terkait dengan penelitian ini sebagai berikut:
1. Jurnal penelitian Wahyudi tahun 2008 tentang penilaian lima tugas keluarga
pada keluarga dengan anggota keluarga menderita TB paru di wilayah kerja
Balai Pengobatan (BP-4) Magelang. Kesamaan dari penelitian ini yaitu
sama-sama meneliti tentang tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga
yang menderita TB paru. Perbedaan dari penelitian ini yaitu Wahyudi
menggunakan metode kualitatif dengan lebih berfokus pada pernyataan
keluarga, sedangkan peneliti menggunakan metode kuantitatif untuk
menggambarkan secara deskriptif tugas kesehatan keluarga di wilayah kerja
Puskesmas Astambul periode Februari-Agustus 2014.
2. Jurnal penelitian Muniroh tahun 2013 tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kesembuhan penyakit tuberkulosis paru di wilayah
kerja Puskesmas Mangkang Semarang Barat. Perbedaan dari penelitian ini
yaitu Muniroh lebih berfokus pada faktor-faktor yang berhubungan dengan
7
kesembuhan penyakit TB paru pada penderita, sedangkan peneliti lebih
berfokus pada tugas kesehatan yang dilakukan oleh keluarga khususnya
pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita TB paru
di wilayah kerja Puskesmas Astambul periode Februari-Agustus 2014.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis Paru (TB Paru)
1. Definisi tuberkulosis paru (TB paru)
Penyakit TB merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai
organ atau jaringan tubuh. TB paru merupakan bentuk yang paling banyak dan
paling penting (10). TB merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Organisme ini disebut pula sebagai basil tahan
asam. Penularan terjadi melalui udara (airbone spreading) dari droplet infeksi.
Sumber infeksi adalah penderita TB paru yang membatukkan dahaknya, dimana
pada pemeriksaan hapusan dahak umumnya ditemukan BTA positif. Batuk akan
menghasilkan droplet infeksi (droplet nuclei). Risiko penularan infeksi akan lebih
tinggi pada BTA positif dibandingkan BTA negatif (11).
Penyakit TB paru merupakan penyakit menahun, bahkan dapat seumur
hidup. Setelah seseorang terinfeksi kuman TB, hampir 90% penderita secara klinis
tidak sakit, hanya didapatkan tes tuberkulin positif, 10% akan sakit. Penderita
yang sakit bila tanpa pengobatan, setelah 5 tahun, 50% penderita TB paru akan
mati, 25% sehat dengan pertahanan tubuh yang baik dan 25% menjadi kronik dan
infeksius (11).
2. Etiologi tuberkulosis paru (TB paru)
Penyebab penyakit TB adalah Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut
mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan berbentuk batang tipis,
9
lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi
mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian
warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam, serta
tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman TB juga tahan terhadap keadaan kering
dan dingin, bersifat dorman dan aerob (10).
Bakteri TB ini mati pada pemanasan 100�C selama 5-10 menit atau pada
pemanasan 60�C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30
detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab
dan gelap (bisa berbulan-bulan), tetapi tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara
(10).
3. Epidemiologi tuberkulosis paru (TB paru)
WHO menyatakan bahwa 1/3 penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB.
Setiap tahunnya diseluruh dunia didapatkan sekitar 4 juta penderita baru TB
menular, ditambah dengan jumlah yang sama TB yang tidak menular dan sekitar 3
juta meninggal setiap tahunnya. Saat ini di negara maju diperkirakan setiap tahun
terdapat 10-20 kasus baru setiap 100.000 penduduk dengan kematian 1-5 per
100.000 penduduk, sedang di negara berkembang angkanya masih tinggi. Di
Afrika setiap tahun muncul 165 penderita TB paru setiap 100.000 penduduk (11).
Morbiditas tinggi biasanya terdapat pada kelompok masyarakat dengan
sosial ekonomi rendah dan prevalensinya lebih tinggi pada daerah perkotaan dari
pada pedesaan. Insiden TB di Amerika Serikat adalah 9,4 per 100.000 penduduk
pada tahun 1994 (lebih dari 24.000 kasus dilaporkan). Epidemi pernah dilaporkan
10
pada tempat orang-orang berkumpul seperti rumah perawatan, penampungan tuna
wisma, rumah sakit, sekolah, dan penjara. Dari tahun 1989-1992 terjadi Kejadian
Luar Biasa (KLB) multidrug resistance (MDR) minimal terhadap INH (isoniazid)
dan rifampisin di daerah tempat penderita Human Immuno deficiency Virus (HIV)
berkumpul. KLB tersebut berhubungan dengan tingginya angka kematian dan
tingginya penularan TB pada petugas kesehatan (10).
Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2001, penyakit pada sistim pernafasan merupakan penyebab kematian kedua
setelah sistim sirkulasi. Pada SKRT tahun 1992, TB merupakan penyebab
kematian kedua, sedangkan SKRT tahun 2001 menunjukkan TB penyebab
kematian pertama pada golongan penyakit infeksi. WHO memperkirakan
Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat TB dan terdapat
550.000 kasus TB. Data Departemen Kesehatan pada tahun 2001 di Indonesia
terdapat 50.443 penderita TB paru BTA positif yang diobati (23% dari perkiraan
penderita TB BTA positif) (11).
Penyakit ini menyerang semua golongan usia dan jenis kelamin, serta mulai
merambah tidak hanya pada golongan sosial ekonomi rendah saja. Profil
kesehatan Indonesia tahun 2002 menggambarkan persentase penderita TB terbesar
adalah usia 25-34 tahun (23,67%), diikuti 35-44 tahun (20,46%), 15-24 tahun
(18,08%), 45-54 tahun (17,48%), 55-64 tahun (12,32%), lebih dari 65 tahun
(6,68%), dan yang terendah 0-14 tahun (1,31%). Laporan dari seluruh Provinsi di
Indonesia pada tahun 2002 menunjukkan bahwa dari 76.230 penderita TB BTA
positif terdapat 43.294 laki-laki (56,70%) dan 32.936 perempuan (43,21%). Dari
11
seluruh penderita tersebut, angka kesembuhan hanya mencapai 70,03% dari 85%
yang ditargetkan (10).
4. Klasifikasi tuberkulosis paru (TB paru)
Kasus TB diklasifikasikan berdasarkan (11): a. Lokasi atau organ tubuh
yang sakit (paru atau ekstra paru); b. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara
mikroskopis) (BTA positif atau BTA negatif); c. Riwayat pengobatan TB
sebelumnya, pasien baru atau sudah pernah diobati; dan d. Status HIV pasien.
Tingkat keparahan penyakit (ringan atau berat) saat ini sudah tidak dimasukkan
dalam penentuan definisi kasus.
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh (anatomicalsite) yang terkena (11): TB
paru, yaitu kasus TB yang menyerang jaringan (parenkim) paru. TB ekstra paru,
yaitu kasus TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru, seperti pleura,
kelenjar getah bening, selaput jantung (pericardium), tulang, persendian, kulit
abdomen, traktus genitourinarius dan selaput otak.
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis (11): TB paru
BTA positif. 1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak Sewaktu Pagi
Sewaktu (SPS) hasilnya BTA positif; 2) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran TB; 3) Satu spesimen dahak
SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif; 4) Satu atau lebih
spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT. TB paru BTA negatif. 1) Kasus yang tidak memenuhi
definisi pada TB paru BTA positif; 2) Hasil pemeriksaan dahak negatif tetapi hasil
12
kultur positif. Sedikitnya 2 hasil pemeriksaan dahak BTA negatif pada
laboratorium yang memenuhi syarat External Quality Assurance (EQA).
Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil pemeriksaan dahak BTA negatif untuk
memastika diagnosis terutama pada daerah dengan prevalensi HIV > 1% pada
pasien TB dengan kehamilan atau ≥ 5% pasien TB; 3) Jika hasil pemeriksaan
dahak BTA 2 kali negatif di daerah yang belum memiliki fasilitas kultur
Mycobacterium tuberculosis; 4) Memenuhi kriteria hasil foto toraks sesuai dengan
gambaran TB aktif dan disertai salah satu hal seperti (hasil pemeriksaan HIV
positif atau secara laboratorium sesuai HIV, atau jika HIV negatif (atau status
HIV tidak diketahui atau prevalensi HIV rendah), tidak menunjukkan perbaikan
setelah pemberian antibiotik spektrum luas kecuali antibiotik yang mempunyai
efek anti TB seperti fluorokuinolon dan aminoglikosida).
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya (11): kasus baru,
yaitu pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Pemeriksaan BTA bisa positif atau
negatif. Kasus yang sebelumnya diobati. 1) Kasus kambuh (relaps), adalah pasien
TB yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan TB dan telah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur); 2) Kasus setelah putus berobat (default), adalah pasien yang
telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih, yang kembali berobat dengan
hasil BTA positif; 3) Kasus setelah gagal pengobatan (failure), adalah pasien yang
pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan
kelima atau lebih selama pengobatan. Kasus pindahan (transfer in), yaitu pasien
13
yang dipindahkan keregister lain untuk melanjutkan pengobatan. Kasus lain, yaitu
pasien yang tidak memenuhi ketentuan diatas, seperti: tidak diketahui riwayat
pengobatan sebelumnya, pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil
pengobatannya, kembali diobati dengan BTA negatif.
5. Patofisiologi tuberkulosis paru (TB paru)
Organisme yang terhirup masuk kedalam lobus medius dan bawah, karena
peningkatan ventilasi, selanjutnya berkembang selama 3 minggu kemudian,
menyebar ke kelenjar getah bening hilus dan seringkali aliran darah. Organisme
turutama tumbuh di daerah dengan tekanan PaO2 tinggi (apex paru, korteks
renalis, vertebra), pada 90% pasien, sistem imun kemudian mengandung
organisme yang menyebarkan scar khusus (kompleks Ghon). Namun, foto toraks
mungkin normal dan tidak disertai gejala klinis. Apabila hanya sedikit organisme
yang hidup, maka disebut sebagai infeksi TB laten. TB laten dapat reaktivasi di
kemudian waktu (reaktivasi TB). Purified Protein Derivate (PPD) positif 6-8
minggu setelah infeksi awal. Pasien-pasien ini resisten terhadap infeksi eksogen
yang lebih lemah (12).
6. Patogenesis tuberkulosis paru (TB paru)
Penularan TB terjadi ketika seseorang terinfeksi droplet yang mengandung
kuman TB. Di dalam tubuh, bakteri tumbuh lambat dan bertahan dalam
lingkungan intraseluler dan dorman sebelum reaktivasi. Pengertian utama dari
petogenesis kuman TB adalah kemampuan kuman untuk lolos dari mekanisme
pertahanan tubuh host, termasuk makrofag dan sistem hipersensitivitas tipe
14
lambat. Droplet nukleus yang terinfeksi berukuran sangat kecil (1-5 mikron) dan
mengandung sejumlah 1-10 basil (12).
Setelah terhisap, kuman terkumpul di bronkiolus respiratorius distal atau
alveolus yang letaknya sub pleura, kemudian mekrofag alveolar akan memfagosit
kuman, tetapi makrofag tidak mampu melisiskan bakteri sehingga bakteri
berkembang dalam makrofag, selanjutnya terjadi perpindahan makrofag yang
berisi kuman TB kekelenjar getah bening regional (penyebaran limfogen)
membentuk fokus primer. Pada penyebaran hematogen kuman TB masuk ke
sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh (12).
7. Manisfestasi klinis tuberkulosis paru (TB paru)
Untuk mengetahui penderita TB dengan baik harus dikenali tanda dan
gejalanya. Seseorang ditetapkan sebagai tersangka penderita TB paru apabila
ditemukan gejala klinis utama (cardinal symptom) pada dirinya. Gejala utama
pada tersangka TB adalah batuk berdahak lebih dari 3 minggu, batuk berdarah,
nafas sesak, dan nyeri dada. Gejala lainnya adalah berkeringat pada malam hari,
demam tidak tinggi atau meriang, dan penurunan berat badan (12).
B. Keluarga
1. Definisi keluarga
Definisi yang sering dipakai oleh masyarakat Indonesia, keluarga adalah
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami isteri, atau suami isteri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Undang-undang nomor 10
tahun 1992) (13). Menurut WHO tahun 1976 keluarga adalah kumpulan anggota
15
rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau
perkawinan (14).
Keluarga adalah persekutuan dua orang atau lebih individu yang terikat oleh
darah, perkawinan atau adopsi yang membentuk satu rumah tangga. Menurut
Bozeet tahun 1987 dalam Friedman tahun 2010 keluarga adalah siapa yang
disebut oleh pasien sebagai keluarganya. Dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah kumpulan dua orang manusia atau lebih, yang satu sama lain saling terikat
secara emosional, serta mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga
(15).
Dari uraian tentang keluarga di atas menunjukkan bahwa keluarga
merupakan suatu sistem. Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu: ayah,
ibu, dan anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut.
Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, interelasi dan interdepensi untuk
mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan suatu sistem yang terbuka
sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya, yaitu lingkungan dan
masyarakat, dan sebaliknya sebagai sub sistem dari lingkungan dan masyarakat,
keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra sistem). Oleh karena itu betapa
pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk manusia sebagai anggota
masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial-spiritual. Keluarga yang sehat adalah
keluarga yang membantu anggota keluarga untuk mencapai tuntutan bagi
perawatan diri, dan sejauh mana keluarga memenuhi fungsi keluarga dan
menyelesaikan tugas-tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangan keluarga
(13).
16
2. Struktur keluarga
Macam-macam struktur keluarga (13): a. Patrilineal adalah keluarga
sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana
hubungan ini disusun melalui jalur garis ayah. b. Matilineal adalah keluarga
sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana
hubungan ini disusun melalui jalur garis ibu. c. Patrilokal adalah sepasang suami
isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. d. Matrilokal adalah sepasang
suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. e. Keluarga kawinan
adalah hubungan suami isteri sebagai dasar pembinaan keluarga, dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga kerena adanya hubungan dengan
suami atau isteri.
Ciri struktur keluarga (13): a. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan,
saling ketergantungan antara anggota keluarga. b. Adanya keterbatasan, yaitu
setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing. c. Adanya perbedaan dan
kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya
masing-masing.
3. Tipe keluarga
Di Indonesia dalam UU nomor 10 tahun 1992 disebutkan bahwa keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri atas suami isteri dan anak atau
ayah/ibu dan anak. Dalam konteks pembangunan, di Indonesia bertujuan
menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Keluarga sejahtera dalam UU
nomor 10 tahun 1992 disebut sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas
17
perkawinan yang sah, dan mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
maternal, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang
serasi, selaras, seimbang anatara anggota dan dengan masyarakat (16).
Macam-macam tipe keluarga (15,16):
Nuclear family adalah keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak
yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah. Extended family adalah
keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenel, kakek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya. Reconstituted nuclear adalah
pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/isteri,
tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan
dari perkawinan lama maupun hasil perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah. Middle age/aging couple adalah suami sebagai pencari
uang, isteri di rumah atau duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier. Dyadic nuclear
adalah suami isteri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,
keduanya/salah satu bekerja di rumah. Single parent adalah satu orang tua sebagai
akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di
rumah/di luar rumah. Dual carier adalah suami isteri atau keduanya berkarier dan
tanpa anak. Commuter married adalah suami isteri/keduanya orang karier dan
tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu tertentu.
Single adult adalah wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah. Three generation adalah tiga generasi atau lebih
18
tinggal dalam satu rumah. Institutional adalah anak-anak atau orang dewasa
tinggal dalam suatu panti. Comunal adalah satu rumah terdiri atas dua/lebih
pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama dalam penyediaan
fasilitas. Group marriage adalah satu perumahan terdiri atas orang tua dan
keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah
dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak. Unmarried parent
and child adalah ibu dan anak di mana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya di
adopsi. Cohibing cauple adalah dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa pernikahan.
Dari sekian macam tipe keluarga, maka secara umum di Indonesia di kenal
dua tipe keluarga, yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe keluarga non tradisional
(16). Tipe keluarga tradisional terdiri dari (16): a. Keluarga inti dimana suatu
rumah tangga yang terdiri dari suami, isteri, dan anak (kandung/angkat);
b. Keluarga besar dimana keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah misal kakak, nenek, paman, bibi; c. Single parent dimana suatu
rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung/angkat).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh kematian/perceraian; d. Single adult dimana
suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa; e. Keluarga lanjut usia
dimana terdiri dari suami isteri lanjut usia.
Tipe keluarga non tradisional terdiri dari (16) : a. Commune family dimana
lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah; b. Orang tua (ayah ibu)
yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah
19
tangga; c. Homosexual dimana dua individu yang sejenis hidup bersama dalam
rumah tangga.
4. Teori perkembangan keluarga
Salah satu kerangka paling baru yang digunakan untuk mempelajari dan
bekerja dengan keluarga adalah perkembangan keluarga. Pendekatan teoritis ini
mencoba mengungkapkan perubahan dari sistem keluarga yang terjadi dari waktu
kewaktu, termasuk perubahan dalam interaksi dan hubungan di antara anggota
kelompok dari waktu kewaktu. Pendekatan perkembangan keluarga didasarkan
pada observasi bahwa keluarga adalah kelompok berusia panjang dengan suatu
sejarah alamiah, atau siklus kehidupan, yang perlu dikaji jika dinamika kelompok
diinterpretasikan secara penuh dan akurat. Meskipun setiap keluarga mengalami
setiap tahap perkembangan dengan cara-cara yang unik, semua keluarga dianggap
sebagai contoh dari seluruh pola normatif dan mengikuti urutan-urutan
perkembangan yang universal (15).
Tiga asumsi dasar tentang teori perkembangan keluarga, seperti yang
diuraikan oleh Aldous tahun 1996 dalam Friedman tahun 2010, adalah (15): a.
Perilaku keluarga adalah jumlah pengalaman sebelumnya dari anggota keluarga
sebagaimana yang terjadi pada saat ini dan saat pengalaman mereka pada masa
depan; b. Perkembangan dan perubahan berkali-kali pada keluarga terjadi dengan
cara serupa dan konsisten; c. Keluarga dan anggotanya memerlukan tugas-tugas
tertentu dengan waktu spesifik yang diatur oleh mereka dan oleh konteks budaya
dan sosial.
20
Formulasi tahap-tahap perkembangan keluarga yang paling banyak
digunakan untuk keluarga inti dengan dua orang tua adalah delapan tahap siklus
kehidupan keluarga dari Duvall tahun 1977 dan Miller tahun 1985 dalam
Friedman tahun 1998, yaitu (17): Tahap I keluarga pemula (juga menunjuk
pasangan menikah atau tahap pernikahan). Tahap II keluarga sedang mengasuh
anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 30 bulan). Tahap III keluarga dengan
anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6 tahun). Tahap IV keluarga
dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6 sampai 13 tahun). Tahap V
keluarga dengan anak usia remaja (anak tertua berumur 13 sampai 20 tahun).
Tahap VI keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah). Tahap VII orang tua
usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun). Tahap VIII keluarga dalam masa
pensiun dan lansia (juga termasuk anggota keluarga yang berusia lanjut atau
pensiun hingga pasangan meninggal dunia).
5. Peran keluarga
Peran formal keluarga adalah setiap posisi formal dalam keluarga adalah
peran yang terkait, yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen.
Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggotanya, seperti cara
masyarakat membagi perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi
berfungsinya suatu sistem. Ada peran yang membutuhkan keterampilan dan
kemampuan tertentu, ada juga peran yang tidak terlalu kompleks, sehingga dapat
didelegasikan kepada yang kurang terampil atau kepada mereka yang kurang
memiliki kekuasaan (17).
21
Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga (pencari nafkah, ibu
rumah tangga, tukang perbaiki rumah, supir, pengasuh anak, manajer keuangan,
dan tukang masak). Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang yang
memenuhi peran ini, maka akan lebih banyak tuntutan dan kesempatan bagi
anggota keluarga untuk memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda
(17).
Jika seorang anggota keluarga meninggalkan rumah, dan karenanya ia tidak
memenuhi suatu peran, maka anggota lain akan mengambil alih kekosongan ini
dengan memerankan perannya agar tetap berfungsi (17). Peran dasar yang
membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan isteri-ibu antara lain sebagai
berikut (17): a. Peran sebagai provider atau penyedia; b. Sebagai pengatur rumah
tangga; c. Perawatan anak, baik yang sehat maupun yang sakit; d. Sosialisasi
anak; e. Rekreasi; f. Persaudaraan (kindship), memelihara hubungan keluarga
paternal dan maternal g. Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari
pasangan); h. Peran seksual.
Peran informal keluarga bersifat implisit, biasanya tidak tampak, dimainkan
hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional individu dan/atau untuk menjaga
keseimbangan dalam keluarga. Peran informal mempunyai tuntutan yang berbeda,
tidak terlalu didasarkan pada usia, ataupun jenis kelamin, melainkan lebih
didasarkan atribut-atribut personalitas atau kepribadian anggota keluarga individu.
Beberapa contoh peran informal yang bersifat adaptif dan merusak kesejahteraan
keluarga diantaranya sebagai berikut (15): a. Pendorong, memiliki arti bahwa
dalam keluarga terjadi kegiatan pendorong, memuji, setuju dengan, dan menerima
22
kontribusi dari orang lain. Akibatnya ia dapat merangkul orang lain dan membuat
mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk didengarkan;
b. Pengharmoni, yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara para
anggota, penghibur dan penyatu kembali perbedaan pendapat; c. Inisiator-
konstributor, mengemukakan dan mengajukan ide baru atau cara mengingat
masalah atau tujuan kelompok; d. Pendamai, berarti jika terjadi konflik dalam
keluarga maka konflik dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai; e.
Pencari nafkah, yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam memenuhi
kebutuhan, baik material maupun nonmaterialanggota keluarganya; f. Perawatan
keluarga, yaitu peran yang dijalankan terkait merawat anggota keluarga jika ada
yang sakit; g. Penghubung keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim
dan memonitor komunikasi dalam keluarga; h. Pionir keluarga, yaitu membawa
keluarga pindah kesuatu wilayah asing dan mendapat pengalaman baru; i.
Koordinator, keluarga berarti mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-
kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keakraban dan memerangi
kepedihan; j. Pengikut dan saksi, saksi sama dengan pengikut, kecuali dalam
beberapa hal, saksi lebih pasif. Saksi hanya mengamati dan tidak melibatkan
dirinya.
6. Fungsi keluarga
Friedman mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, diantaranya adalah
fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi dan fungsi
perawatan kesehatan keluarga (15,16).
23
Fungsi afektif (The affective function). Berkaitan dengan fungsi internal
keluarga yang merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikologis. Keberhasilan fungsi afektif tampak
melalui keluarga yang gembira dan bahagia. Anggota keluarga mengembangkan
gambaran diri yang positif, perasaan yang dimiliki, perasaan yang berarti, dan
merupakan sumber kasih sayang. Dukungan (reinforcement) yang semuanya
dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga. Fungsi afektif
merupakan sumber energi yang menentukan kebagiaan keluarga. Adanya
perceraian, kenakalan anak, atau masalah lain yang sering timbul dalam keluarga
dikarenakan fungsi afektif yang tidak terpenuhi (15).
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk fungsi afektif antara
lain (15): memelihara saling asuh (mutual nurturance), membina keakraban,
keseimbangan saling menghormati, ikatan dan identifikasi, keterpisahan dan
keterikatan, pola kebutuhan-respons, dan peran terapeutik.
Fungsi sosialisasi (The socialzation function). Sosialisasi dimulai pada saat
lahir dan akan diakhiri dengan kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang
berlangsung seumur hidup, dimana individu secara kontinu mengubah perilaku
mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka
alami. Ini termasuk internalisasi satu set norma dan nilai yang cocok bagi remaja
berusia 14 tahun, pergantian berusia 20 tahun, orang tua yang berusia 24 tahun,
kakek atau nenek yang berusia 50 tahun, juga orang yang telah pensiun dalam usia
65 tahun. Sosialisasi mencakup semua proses dalam sebuah komunitas semua
proses dalam sebuah komunitas tertentu atau kelompok dimana manusia,
24
berdasarkan sifat kelenturannya, melalui pengalaman yang diperoleh selama
hidup, mereka memperoleh karakteristik yang terpola secara sosial. Sosialisasi
mencakup semua proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh seorang
individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial.
Keluarga merupakan tempat individu melakukan sosialisasi. Pada setiap tahap
perkembangan keluarga dan individu (anggota keluarga) dicapai melalui interaksi
atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya, serta perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam
keluarga, sehingga individu mampu berperan di masyarakat (15).
Fungsi reproduksi (The reproductive function). Keluarga berfungsi untuk
meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit terkontrol.
Di sisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan,
sehingga lahirlah keluarga baru dengan satu orang tua (16).
Fungsi ekonomi (The economic function). Untuk memenuhi kebutuhan
keluarga seperti: makanan, pakaian, dan perumahan, maka keluarga memerlukan
sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga yang berada di bawah
garis kemiskinan, perawat bertanggung jawab untuk mencari sumber-sumber di
masyarakat yang dapat digunakan oleh keluarga dalam meningkatkan status
kesehatan (16).
Fungsi perawatan kesehatan keluarga/pemeliharaan kesehatan (The health
care function). Bagi para professional kesehatan keluarga, fungsi perawatan
kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga. Guna
25
menempatkan dalam sebuah perspektif, fungsi ini merupakan salah satu fungsi
keluarga yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan fisik, seperti: makan, pakaian,
tempat tinggal dan perawatan kesehatan. Jika dilihat dari perspektif masyarakat,
keluarga merupakan sistem dasar, dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan
diatur, dan diamankan. Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat
preventif secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit. Lebih jauh
lagi keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan
mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para professional perawatan
kesehatan (15).
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan akan
memengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu. Tingkat pengetahuan
keluarga terkait konsep sehat sakit akan memengaruhi perilaku keluarga dalam
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan
perawatan atau pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan
keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan
dengan baik berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Selain
keluarga mampu melaksanakan fungsi dengan baik, keluarga juga harus mampu
melakukan tugas kesehatan keluarga (7).
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut ((Bailon dan Maglaya)
dalam Mubarak WI tahun 2006 dan Ali Z tahun 2009) (7,18):
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh di abaikan,
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu
26
mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang dialami oleh anggota
keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga, secara
tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila
menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat kapan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
b. Membuat keputusan kesehatan yang tepat
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara
anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan sebuah tindakan.
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah
kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka keluarga dapat
meminta bantuan kepada orang lain dilingkungan tempat tinggalnya.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Sering mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjut atau perawatan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi
anggota keluarga, sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu lebih banyak
27
berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah
haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan bagi anggota keluarga.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada di sekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta
bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah yang dialami anggota
keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.
28
BAB III
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
Penyakit TB merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai
organ atau jaringan tubuh. TB paru merupakan bentuk yang paling banyak dan
paling penting (10). TB merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penularan terjadi melalui udara (airbone spreading)
dari droplet infeksi. Sumber infeksi adalah penderita TB paru yang membatukkan
dahaknya, dimana pada pemeriksaan hapusan dahak umumnya ditemukan BTA
positif (11).
Friedman mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, meliputi fungsi
afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi
perawatan kesehatan keluarga. Fungsi afektif berkaitan dengan memfasilitasi
stabilisasi kepribadian orang dewasa dan memenuhi kebutuhan psikologi anggota
keluarga. Fungsi sosialisasi berkaitan dengan memfasilitasi sosialisasi primer
anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif.
Fungsi reproduksi untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat. Fungsi ekonomi untuk
menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektif. Fungsi perawatan
kesehatan keluarga untuk menyediakan kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian,
tempat tinggal, dan perawatan kesehatan (15).
29
Terdapat lima tugas kesehatan keluarga (Bailon dan Maglaya), yaitu:
mengenal masalah kesehatan keluarga, membuat keputusan kesehatan yang tepat,
memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana
rumah yang sehat, dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
(7,18).
Tugas kesehatan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga berkaitan
dengan perubahan kesehatan yang dialami oleh anggota keluarganya. Membuat
keputusan kesehatan yang tepat berkaitan dengan upaya utama keluarga untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan sebuah tindakan. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang
sakit berkaitan dengan memperoleh tindak lanjut atau perawatan agar masalah
yang lebih parah tidak terjadi. Mempertahankan suasana rumah yang sehat
berkaitan dengan kondisi rumah yang dapat menjadikan lambang ketenangan dan
kesehatan bagi anggota keluarga. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat berkaitan dengan keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada di sekitarnya untuk anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan (7,18).
Masalah kesehatan anggota keluarga saling berkaitan, apabila ada anggota
keluarga yang sakit akan memengaruhi anggota keluarga yang lain. Dalam
perawatan anggota keluarganya yang sakit, keluarga tetap merupakan pangambil
keputusan dalam perawatan anggota keluarganya yang sakit. Dalam pengobatan,
30
keluarga sangat berperan penting. Pengobatan TB paru memerlukan waktu yang
lama sehingga memerlukan dorongan dari keluarga (19).
Kerangka konsep penelitian ini bisa dilihat pada Gambar 3.1
Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian
Fungsi dasar keluarga menurut (Friedman)
Fungsi sosialisasi
Fungsi reproduksi
Fungsi ekonomi
Fungsi perawatan kesehatan keluarga
Tugas kesehatan keluarga (Bailon dan Maglaya) :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga,
2. Membuat keputusan kesehatan yang tepat,
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit,
4. Mempertahankan suasan rumah sehat, dan
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Fungsi afektif
Keluarga dengan anggota yang menderita TB paru
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif,
yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya
bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi
tertentu (20).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang memiliki anggota
keluarga yang menderita TB paru BTA positif dan bertempat tinggal di wilayah
kerja Puskesmas Astambul dari periode Februari-Agustus 2014 yang berjumlah
31 keluarga.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
sampel jenuh, yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel.
Cara ini dilakukan bila populasinya kecil, seperti bila sampelnya kurang dari tiga
puluh maka anggota populasi tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel
penelitian (21). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden.
Dengan rumus sampel jenuh:
= − 1= 31 − 1= 30
32
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
dengan kriteria inklusi:
a. Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita TB paru BTA
positif, dan tinggal serumah,
b. Diakui pasien sebagai anggota keluarganya,
c. Berumur ≥ 20 tahun,
d. Bersedia menjadi responden penelitian dan telah mengisi lembar inform
concent,
e. Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Astambul,
f. Dapat membaca dan menulis.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner
yang dimodifikasi dari penelitian Handayani tahun 2014 tentang tugas kesehatan
keluarga dengan menggunakan skala Gutman (ya atau tidak) berjumlah 14 soal
dengan skor nilai 0 untuk jawaban tidak dan 1 untuk jawaban ya untuk soal
positif, dan skor nilai 0 untuk jawaban ya dan 1 untuk jawaban tidak untuk soal
negatif. Instumen penelitian telah dilakukan uji validitas dan reabilitas di wilayah
kerja Puskesmas Cempaka Kecamatan Cempaka dengan responden uji validitas
dan reabilitas memiliki karakteristik yang sama dengan responden penelitian dan
berjumlah 30 responden. Hasil uji validitas, dari 19 soal pada kuesioner
33
penelitian, jumlah soal yang valid adalah 14 soal, sedangkan nilai untuk reabilitas
adalah 0,882 dapat dilihat pada lampiran 8.
Nilai minimal : 0 x 14 = 0
Nilai maksimal : 1 x 14 = 14
dengan kisi-kisi soal yang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Kisi-Kisi Instrumen Tugas Kesehatan Keluarga pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru yang sudah dilakukan Uji Validitas dan Reabilitas
Komponen Indikator No. Item Instrumen
Jumlah
Tugas Kesehatan Keluarga
1. Mengenal Masalah Kesehatan 1,2,3 32. Membuat Keputusan Tindakan
Kesehatan yang Tepat4,5 2
3. Memberikan Perawatan pada Anggota Keluarga yang Sakit
6,7,8,9 4
4. Mempertahankan Suasana Rumah Sehat
10,11 2
5. Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang ada
12,13,14 3
D. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini adalah tugas kesehatan keluarga pada anggota
keluarga yang menderita TB paru BTA positif.
E. Definisi Operasional
1. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga adalah tugas atau kewajiban keluarga dalam
meningkatkan atau mengoptimalkan kesehatan anggota keluarganya yang
menderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul, meliputi mengenal
masalah kesehatan yang dialami anggota keluarga, mengambil keputusan tindakan
kesehatan yang tepat untuk anggota keluarga saat sakit, merawat anggota keluarga
yang sakit, mempertahankan kondisi lingkungan rumah yang sehat, dan
34
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada disekitar. Diukur dengan instrumen
berupa kuesioner yang dimodifikasi dari penelitian Handayani tahun 2014 tentang
tugas kesehatan keluarga yang dapat digolongkan dalam kategori sebagai berikut:
Tabel 4.2 Klasifikasi Tingkat Kategori Tugas Kesehatan KeluargaSkor Nilai Jawaban
BenarPersentase
Klasifikasi TingkatKategori
10-14 68% - 100% Baik
6-9 34% - 67% Cukup
0-5 0% - 33% Kurang
2. TB Paru
Suatu penyakit infeksi yang menyerang paru, yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan oleh seseorang yang positif
menderita TB paru melalui percikan ludah langsung atau ditularkan melalui dahak
penderita yang dibawa oleh udara, dan dapat didiagnosa dengan pemeriksaan
dahak/ sputum positif (BTA positif).
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan yang dilakukan yaitu terlebih dahulu dibuat surat izin
studi pendahuluan dari Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat,
kemudian surat izin studi pendahuluan diserahkan ke Dinas Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) Kabupaten Banjar yang kemudian
mendapat tembusan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, dan Puskesmas
Astambul. Studi pendahuluan dilakukan di Puskesmas Astambul dan ke beberapa
rumah penderita TB paru untuk mengetahui keadaan lapangan yang sebenarnya.
35
Pengambilan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar dan
Puskesmas Astambul untuk kepentingan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Pengumpulan data dilaksanakan pada Juli-September 2014 di Puskesmas
Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar yang dilakukan sendiri oleh
peneliti. Responden penelitian dipilih sesuai dengan metode dan kriteria inklusi
yang telah ditentukan. Dijelaskan pada responden penelitian tentang prosedur,
manfaat dan tujuan penelitian, kemudian diberikan lembar persetujuan penelitian.
Data dikumpulkan dengan cara peneliti membacakan dan menjelaskan pertanyaan
pada lembar kuesioner kepada responden, dan responden akan secara langsung
menjawab pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak. Lembar kuesioner diperiksa
kelengkapan pengisiannya dan apabila terdapat pertanyaan yang belum dijawab,
maka responden diminta untuk melengkapi kuesioner tersebut.
3. Tahap Penyusunan Laporan
Setelah semua kuesioner telah diisi oleh responden, dilakukan analisis data
dan penyusunan laporan penelitian.
G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data primer diperoleh langsung dengan menggunakan kuesioner.
Responden diberikan penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan dan manfaat
penelitian serta cara pengisian lembar kuesioner. Responden yang menyetujui
penelitian ini selanjutnya diminta mengisi surat kesediaan menjadi responden.
Peneliti yang mengunjungi rumah pasien untuk bertemu langsung dengan
keluarga pasien yang sesuai kriteria inklusi peneliti untuk meminta kesediaannya
36
mengisi lembar kuesioner. Pengisian lembar keusioner dilaksanakan di rumah
responden oleh keluarga penderita TB paru (responden sesuai dengan kriteria
inklusi). Peneliti juga menggunakan data sekunder yang didapatkan dari
Puskesmas Astambul berupa data jumlah pasien TB paru BTA positif dan alamat
lengkap dari pasien.
Proses pengolahan data melalui tahap-tahap sebagai berikut (20):
1. Editing.
Secara umum editing adalah kegiatan pengecekan dan perbaikan kuesioner
(penyuntingan).
2. Coding.
Setelah semua kuesioner disunting, selanjutnya dilakukan coding, yaitu
mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan
(pengkodean).
3. Entry data.
Proses memasukkan data kedalam program atau software komputer.
4. Tabulating.
Membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian yang diinginkan
oleh peneliti.
H. Cara Analisa Data
Cara analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
univariate, yaitu analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (20). Variabel dalam penelitian ini adalah
tugas kesehatan keluarga, meliputi: mengenal masalah kesehatan yang dialami
37
anggota keluarga, mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat untuk
anggota keluarga saat sakit, merawat anggota keluarga yang sakit,
mempertahankan kondisi lingkungan rumah yang sehat, dan menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada disekitar, yang akan digambarkan dalam bentuk
frekuensi dan persentase dengan menggunakan diagram pie, dan karakteristik
variabel yang akan dianalisis yaitu tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
dan tipe keluarga yang akan digambarkan dalam bentuk frekuensi dan persentase
dengan menggunakan tabel.
I. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Astambul Kecamatan
Astambul Kabupaten Banjar. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli-September
2014.
38
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Lokasi Penelitian
Kecamatan Astambul berjarak 9 km dari kota Martapura, dan berjarak 50
km dari kota Banjarmasin. Kecamatan Astambul memiliki batas wilayah dengan
kecamatan lain, yaitu sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Simpang Empat, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Mataraman dan
Pengaron, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Karang Intan, dan
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Martapura (22).
Keadaan geografis Kecamatan Astambul berupa dataran rendah yang terdiri
dari rawa-rawa, dan tanah rendah di kiri kanan sepanjang sungai yang melewati
wilayah Kecamatan Astambul. Sebagian kecil wilayah Kecamatan Astambul
tanahnya berupa dataran tinggi atau pegunungan, merupakan Desa Banua Anyar
Danau Salak dan Desa Danau Salak (22).
Puskesmas Astambul atau Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Puskesmas
Astambul berada di Desa Sungai Alat RT I Kecamatan Astambul Kabupaten
Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Luas wilayah Kecamatan Astambul 216,5
km2, terdiri dari 22 desa dan 102 Rukun Tetangga (RT). Desa-desa yang menjadi
wilayah Kecamatan Astambul adalah: Desa Banua Anyar Danau Salak, Desa
Danau Salak, Desa Pasar Jati, Desa Jati Baru, Desa Astambul Seberang, Desa
Astambul Kota, Desa Pingaran Ulu, Desa Pingaran Ilir, Desa Sungai Alat, Desa
Kaliukan, Desa Lok Gabang, Desa Tambak Danau, Desa Pamatang Hambawang,
39
Desa Sei Tuan Ulu, Desa Sungai Tuan Ilir, Desa Banua Anyar Sungai Tuan, Desa
Kalampayan Tengah, Desa Kalampayan Ulu, Desa Limamar, Desa Kalampayan
Ilir, Desa Tambangan, dan Desa Mungguraya (22).
Penelitian mengenai tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang
menderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar
Periode Februari-Agustus 2014 telah dilakukan dan didapatkan sampel penelitian
sebanyak 30 responden. Responden dipilih menggunakan teknik sampel jenuh.
B. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru berdasarkan Karakteristik Responden (Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan, Penghasilan, dan Tipe Keluarga)
1. Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita TB paru ditinjau dari jenis kelamin
Tabel 5.1. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014 Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Tugas Kesehatan KeluargaTotal
Baik Cukup Kurang(org) (%) (org) (%) (org) (%) (org)
Laki-laki 5 23 9 41 8 36 22Perempuan 3 37,5 2 25 3 37,5 8
Total 30
Berdasarkan tabel 5.1 responden perempuan berjumlah 8 orang (27%)
dengan 3 responden (37,5%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik,
2 responden (25%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan cukup baik,
dan 3 responden (37,5%) dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarganya masih
kurang, sedangkan responden laki-laki berjumlah 22 orang (73%) dengan 5
responden (23%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik, 9
40
responden (41%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan cukup baik, dan
8 responden (36%) dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarganya masih kurang.
2. Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita TB paru ditinjau dari umur
Tabel 5.2. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014 Berdasarkan Umur
Umur (Thn) Tugas Kesehatan KeluargaTotal
Baik Cukup Kurang(org) (%) (org) (%) (org) (%) (org)
≥ 20-30 2 28,5 3 43 2 28,5 7≥ 31-40 3 23 4 31 6 46 13≥ 41-50 1 16,5 1 16,5 4 67 6≥ 51-60 0 0 1 50 1 50 2
> 60 1 50 0 0 1 50 2Total 30
Berdasarkan tabel 5.2 responden dengan usia ≥20-30 tahun berjumlah 7
orang (23%) dengan 2 responden (28,5%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga
dengan baik, 3 responden (43%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan
cukup baik, dan 2 responden (28,5%) dalam pelaksanaan tugas kesehatan
keluarganya masih kurang. Responden dengan usia ≥31-40 tahun berjumlah 13
orang (43%) dengan 3 responden (23%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga
dengan baik, 4 responden(31%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan
cukup baik, dan 6 responden (46%) dalam pelaksanaan tugas kesehatan
keluarganya masih kurang. Responden dengan usia ≥41-50 tahun berjumlah 6
orang (20%) dengan 1 responden (16,5%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga
dengan baik, 1 responden (16,5%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan
cukup baik, dan 4 responden (67%) dalam pelaksanaan tugas kesehatan
41
keluarganya masih kurang. Responden dengan usia ≥51-60 tahun berjumlah 2
orang (7%) dengan 1 responden (50%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga
dengan cukup baik, 1 responden (50%) dalam pelaksanaan tugas kesehatan
keluarganya masih kurang, sedangkan tidak ada responden yang melaksanakan
tugas kesehatan keluarga dengan baik (0%). Responden dengan usia >60 tahun
berjumlah 2 orang (7%) dengan 1 responden (50%) melaksanakan tugas kesehatan
keluarga dengan baik, tidak ada responden (0%) melaksanakan tugas kesehatan
keluarga dengan cukup baik, dan 1 responden (50%) dalam pelaksanaan tugas
kesehatan keluarganya masih kurang.
3. Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita TB paru ditinjau dari pendidikan terakhir
Tabel 5.3. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014 Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir
Tugas Kesehatan KeluargaTotal
Baik Cukup Kurang(org) (%) (org) (%) (org) (%) (org)
Tidak sekolah/ tidak tamat SD
2 20 2 20 6 60 10
Tamat SD/ sederajat
3 33 5 56 1 11 9
Tamat SLTP/ sederajat
0 0 3 50 3 50 6
Tamat SLTA/ sederajat
3 60 1 20 1 20 5
Tamat PT 0 0 0 0 0 0 0Total 30
Berdasarkan tabel 5.3 responden yang tidak sekolah atau tidak tamat
Sekolah Dasar (SD) berjumlah 10 orang (33%) dengan 2 responden (20%)
melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik, 2 responden (20%)
42
melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan cukup baik, dan 6 responden
(60%) dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarganya masih kurang. Responden
yang tamat SD sederajat berjumlah 9 orang (30%) dengan 3 responden (33%)
melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik, 5 responden (56%)
melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan cukup baik, dan 1 responden
(11%) dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarganya masih kurang. Responden
yang tamat Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) sederajat berjumlah 6 orang
(20%) dengan 3 responden (50%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan
cukup baik, 3 responden (50%) dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarganya
masih kurang, dan tidak ada responden (0%) yang melaksanakan tugas kesehatan
keluarga dengan baik. Responden yang tamat Sekolah Lanjut Tingkat Atas
(SLTA) sederajat berjumlah 5 orang (17%) dengan 3 responden (60%)
melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik, 1 responden (20%)
melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan cukup baik, dan 1 responden
(20%) dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarganya masih kurang, sedangkan
tidak ada responden (0%) yang pendidikan terakhirnya tamat Perguruan Tinggi
(PT).
43
4. Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita TB paru ditinjau dari pekerjaan
Tabel 5.4. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul KabupatenBanjar Periode Februari-Agustus 2014 Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Tugas Kesehatan KeluargaTotal
Baik Cukup Kurang(org) (%) (org) (%) (org) (%) (org)
Tidak bekerja 2 18 6 55 3 27 11PNS 0 0 1 100 0 0 1
Pegawai swasta 1 100 0 0 0 0 1Wiraswasta 5 29 4 24 8 47 17Pensiunan 0 0 0 0 0 0 0
Total 30
Berdasarkan tabel 5.4 responden yang tidak bekerja berjumlah 11 orang
(37%) dengan 2 orang (18%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan
baik, 6 orang (55%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan cukup baik,
dan 3 orang (27%) dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarganya masih kurang.
Responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjumlah 1 orang
(3%) dengan 1 responden (100%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan
cukup baik, sedangkan tidak ada responden (0%) yang melaksanakan tugas
kesehatan keluarga dengan baik dan kurang. Responden yang bekerja sebagai
pegawai swasta berjumlah 1 orang (3%) dengan 1 responden (100%)
melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik, sedangkan tidak ada
responden (0%) yang melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan cukup baik
dan kurang. Responden yang bekerja sebagai wiraswasta berjumlah 17 orang
(57%) dengan 5 responden (29%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan
baik, 4 responden (24%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan cukup
44
baik, dan 8 responden (47%) dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarganya
masih kurang. Tidak terdapat (0%) responden yang status pekerjaannya adalah
pensiunan.
5. Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita TB paru ditinjau dari penghasilan
Tabel 5.5. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014 Berdasarkan Penghasilan
Penghasilan(per bulan)
Tugas Kesehatan KeluargaTotal
Baik Cukup Kurang(org) (%) (org) (%) (org) (%) (org)
≤ 500 ribu 6 24 9 36 10 40 25500 ribu – 1 juta 1 33,3 1 33,3 1 33,3 3> 1 juta – 2,5 juta 1 50 1 50 0 0 2> 2,5 juta – 5 juta 0 0 0 0 0 0 0
> 5 juta 0 0 0 0 0 0 0Total 30
Berdasarkan tabel 5.5 responden dengan penghasilan ≤Rp.500.000,-
berjumlah 25 orang (83%) dengan 6 responden (24%) melaksanakan tugas
kesehatan keluarga dengan baik, 9 responden (36%) melaksanakan tugas
kesehatan keluarga dengan cukup baik, dan 10 responden (40%) dalam
pelaksanaan tugas kesehatan keluarganya masih kurang. Responden dengan
penghasilan Rp.500.000,- sampai Rp.1.000.000,- berjumlah 3 orang (10%)
dengan 1 responden (33,3%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik,
1 responden (33,3%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan cukup baik,
dan 1 responden (33,3%) dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarganya masih
kurang. Responden dengan penghasilan >Rp.1.000.000,- sampai Rp.2.5000.000,-
berjumlah 2 orang (7%) dengan 1 responden (50%) melaksanakan tugas kesehatan
45
keluarga dengan baik, 1 responden (50%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga
dengan cukup baik, dan tidak ada responden (0%) dalam pelaksanaan tugas
kesehatan keluarganya kurang. Tidak terdapat responden (0%) dengan
penghasilan >Rp.2.500.000,- sampai Rp.5.000.000,- dan >Rp.5.000.000,- dalam
penelitian ini.
6. Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita TB paru ditinjau dari tipe keluarga
Tabel 5.6. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014 Berdasarkan Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tugas Kesehatan KeluargaTotal
Baik Cukup Kurang(org) (%) (org) (%) (org) (%) (org)
Extended Family 5 26 7 37 7 37 19Nuclear Family 3 27 4 36,5 4 36,5 11
Total 30
Berdasarkan tabel 5.6 responden dengan tipe keluarga extended family
berjumlah 19 orang (63%) dengan 5 responden (26%) melaksanakan tugas
kesehatan keluarga dengan baik, 7 responden (37%) melaksanakan tugas
kesehatan keluarga dengan cukup baik, dan 7 responden (37%) dalam pelaksanaan
tugas kesehatan keluarganya masih kurang, sedangkan responden dengan tipe
keluarga nuclear family berjumlah 11 orang (37%) dengan 3 responden (27%)
melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik, 4 responden (36,5%)
melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan cukup baik, dan 4 responden
(36,5%) dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarganya masih kurang.
46
BAIK (8)26%
CUKUP (11)37%
KURANG (11)37%
Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga
C. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga
Gambar 5.1. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014
Berdasarkan gambar 5.1 menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan
keluarga pada anggota keluarga yang menderita TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Astambul periode Februari-Agustus 2014, 8 responden (26%)
melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik, 11 responden (37%)
melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan cukup baik, dan 11 responden
(37%) dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarganya masih kurang. Terlihat
dari hasil penelitian di atas bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada
anggota keluarga yang menderita TB baru di wilayah kerja Puskesmas Astambul
ada pada dikisaran kategori cukup dan kurang.
47
BAIK (6)20%
CUKUP (9)30%
KURANG (15)50%
Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga
D. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru Ditinjau dari Tiap Item Tugas Kesehatan Keluarga
1. Gambaran tugas kesehatan keluarga “mengenal masalah kesehatankeluarga” pada anggota keluarga yang menderita TB paru
Gambar 5.2. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga “ Mengenal Masalah KesehatanKeluarga” pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014
Berdasarkan gambar 5.2 tugas mengenal masalah kesehatan keluarga, dari
30 responden 6 orang (20%) melaksanakan tugas mengenal masalah kesehatan
keluarga dengan baik, 9 orang (30%) mengenal masalah kesehatan keluarga
dengan cukup baik, dan 15 orang (50%) dalam melaksanakan tugas mengenal
masalah kesehatan keluaranya masih kurang.
Keluarga bertindak sebagai yang pertama sekali mengenali adanya
gangguan kesehatan pada salah satu anggota keluarganya. Masalah kesehatan
dalam keluarga dapat diatasi dengan segera jika keluarga dapat mengenal masalah
kesehatan anggota keluarganya lebih dini. Mengenali masalah kesehatan keluarga
merupakan hal awal untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan keluarga sesuai
situasi yang dialaminya. Kesehatan anggota keluarga merupakan hal yang sangat
48
penting untuk diperhatikan. Kesehatan dapat menjadi sumber daya terbesar untuk
dapat memenuhi kesejahteraan setiap anggota keluarga. Setiap anggota keluarga
harus dapat memahami masalah kesehatan yang terjadi dalam keluarga meskipun
itu merupakan hal kecil. Jika menemukan masalah kesehatan dalam keluarga
maka perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi serta bagaimana
perubahan yang ditimbulkan dari masalah tersebut (23).
Dari hasil penelitian di atas, didapatkan hasil 50% responden dalam kategori
kurang untuk pelaksanaan tugas mengenal masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Astambul. Berdasarkan kuesioner penelitian ini, tugas mengenal
masalah kesehatan dalam pelaksanaannya banyak dalam kategori kurang, salah
satunya keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala TB paru serta penyebab TB
paru. Dalam penelitian Wahyudi tahun 2008 mengatakan bahwa semakin terdidik
keluarga, semakin baik pengetahuan tentang kesehatan, sedangkan dalam
penelitian ini responden banyak yang tingkat pendidikannya tidak tamat SD/
sederajat. Sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan wahyudi bahwa
keluarga dengan pendidikan yang lebih baik akan lebih baik pula pengetahuannya
tentang kesehatan, dan pengetahuan keluarga yang kurang tentang mengenal tanda
dan gejala TB paru serta tidak mengetahui penyebab TB paru dikarenakan tingkat
pendidikan keluarga yang kebanyakan rendah (19).
49
BAIK (7)23%
CUKUP (18)60%
KURANG (5)
17%
Membuat Keputusan Kesehatan yang Tepat
2. Gambaran tugas kesehatan keluarga “membuat keputusan kesehatan yang tepat ” pada anggota keluarga yang menderita TB paru
Gambar 5.3. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga “ Membuat Keputusan Kesehatan yang Tepat” pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014
Berdasarkan gambar 5.3 tugas membuat keputusan kesehatan yang tepat,
dari 30 responden 7 orang (23%) melaksanakan tugas membuat keputusan
kesehatan yang tepat dengan baik, 18 orang (60%) membuat keputusan kesehatan
yang tepat dengan cukup baik, dan 5 orang (17%) dalam melaksanakan tugas
membuat keputusan kesehatan yang tepat masih kurang. Tugas ini mengarahkan
keluarga untuk dapat memutuskan hal yang tepat saat terjadi masalah kesehatan
pada anggota keluarganya. Dalam hal ini keluarga berupaya untuk mencari
pertolongan yang sesuai dengan masalah kesehatan yang terjadi. Upaya tersebut
dapat mengurangi dampak negatif atau bahkan mengatasi masalah kesehatan yang
terjadi (23).
Ketepatan dan kecepatan mendapatkan pengobatan juga memengaruhi
tingkat kesembuhan penderita TB paru. Penderita seringkali datang berobat sudah
50
dalam keadaan terlambat dan banyak komplikasi (24). Pada penelitian ini,
terdapat 5 orang responden yang masuk kedalam kategori kurang dalam
melaksanakan tugas membuat keputusan yang tepat bagi anggota keluarganya
yang menderita TB paru, sehingga sesuai dengan hasil penelitian di atas bahwa
pasien TB paru yang datang berobat ke puskesmas dalam keadaan yang sudah
cukup parah salah satunya disebabkan karena kurangnya tugas membuat
keputusan yang tepat dilaksanakan oleh anggota keluarga pasien.
Berdasarkan kuesioner penelitian ini, tugas membuat keputusan tindakan
kesehatan yang tepat oleh keluarga dalam pelaksanaannya banyak dalam kategori
cukup, salah satunya keluarga cukup memberi motivasi pasien untuk terus
bersemangat menjalani pengobatan. Hal ini juga disebutkan dalam penelitian
Wahyudi tahun 2008, bahwa pada pelaksaan tugas membuat keputusan tindakan
kesehatan yang tepat pada pasien dengan TB paru, keluarga merasa terganggu
sehingga keluarga berupaya untuk mencari pengobatan agar penderita segera sehat
kembali dan dapat melaksanakan fungsinya. Wahyudi juga mengatakan bahwa
masalah kesehatan anggota keluarga saling berkaitan, apabila ada anggota
keluarga yang sakit akan memengaruhi anggota keluarga yang lain. Keluarga
sebagai pengawas dan pemberi semangat kepada penderita mempunyai peran
yang sangat besar dalam peningkatan pengobatan penderita (19,25). Hasil
penelitian ini dan juga hasil penelitian wahyudi menunjukkan bahwa dalam
pelaksanaan tugas membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat pada
anggota keluarga yang menderita TB paru, keluarga cukup baik dalam melakukan
tugasnya, walaupun tidak semua responden dalam penelitian ini masuk dalam
51
BAIK (2)7%
CUKUP (13)43%
KURANG 15)50%
Memberi Perawatan pada Anggota Keluargayang Sakit
kategori cukup ataupun baik, karena masih ada keluarga yang dalam pelaksanaan
tugasnya masih kurang, yaitu terlihat bahwa tugas membuat keputusan yang tepat
terdapat 23% responden dalam kategori baik, dan 60% responden dalam kategori
cukup baik, serta masih ada 17% responden dalam kategori kurang.
3. Gambaran tugas kesehatan keluarga “memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit” pada anggota keluarga yang menderita TB paru
Gambar 5.4. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga “ Memberi Perawatan pada Anggota Keluarga yang Sakit” pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014
Berdasarkan gambar 5.4 tugas memberi perawatan pada anggota keluarga
yang sakit, dari 30 responden 2 orang (7%) melaksanakan tugas perawatan pada
anggota keluarganya yang sakit dengan baik, 13 orang (43%) melaksanakan tugas
perawatan pada anggota keluarganya yang sakit dengan cukup baik, dan 15 orang
(50%) dalam melaksanakan tugas perawatan pada anggota keluarganya yang sakit
masih kurang. Peran keluarga dalam mencegah penularan penyakit TB paru juga
sangat diperlukan. Keluarga melakukan upaya pencegahan dengan cara
52
menerapkan pola hidup sehat (makan makanan bergizi, istirahat cukup, olahraga
teratur) bila batuk mulut ditutup, jangan meludah di sembarang tempat (26).
Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan
lain-lain akan memengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap
penyakit termasuk TB paru (24). Memenuhi gizi yang cukup sesuai kebutuhan
merupakan salah satu tugas memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit,
sehingga apabila tugas ini tidak terlaksana dengan baik, hal tersebutlah yang
menyebabkan anggota keluarga dapat terkena penyakit atau pasien tidak kunjung
membaik atau sembuh (23).
Hasil penelitian diatas, terlihat bahwa pelaksanaan tugas memberi
perawatan pada anggota keluarganya yang sakit di wilayah kerja Puskesmas
Astambul masih banyak yang kurang, hal tersebut terlihat bahwa tugas memberi
perawatan pada anggota keluarganya yang sakit terdapat 50% responden masih
dalam kategori kurang, dan hanya 7% responden dalam kategori baik, hal ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas memberi perawatan pada anggota
keluarganya yang sakit masih sangat kurang. Berdasarkan kuesioner penelitian ini,
tugas memberi perawatan dalam pelaksanaannya banyak dalam kategori kurang,
salah satunya keluarga kurang dalam mengingatkan pasien TB paru untuk
menutup mulut saat batuk, dan kurang dalam menyediakan makanan yang bergizi.
Dalam penelitian Wahyudi tahun 2008 mengatakan bahwa perilaku keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang menderita TB paru dipengaruhi oleh
pengetahuan mereka tentang TB paru serta kemampuan sosial ekonomi mereka
(19). Responden dalam penelitian ini untuk tingkat pengetahuannya banyak dalam
53
BAIK (10)34%
CUKUP (13)43%
KURANG (7)23%
Mempertahankan Suasana Rumah yang Sehat
kategori rendah (tidak tamat SD/ sederajat), hal ini lah yang menyebabkan
responden (keluarga) kurang pengetahuan tentang cara penularan TB paru,
sehingga keluarga tidak mengingatkan pasien untuk menutup mulut saat batuk.
Selain itu responden dalam penelitian ini banyak yang tidak memiliki pekerjaan
dan tingkat ekonomi yang rendah, hal ini lah yang menyebabkan responden
(keluarga) tidak dapat menyediakan makanan yang bergizi atau sesuai anjuran
petugas kesehatan untuk anggota keluarganya yang menderita TB paru, sehingga
untuk melaksanaan tugas memberi perawatan, responden dalam penelitian ini
masih banyak yang dalam kategori kurang.
4. Gambaran tugas kesehatan keluarga “mempertahankan suasana rumah yang sehat” pada anggota keluarga yang menderita TB paru
Gambar 5.5. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga “ Mempertahankan Suasana Rumah yang Sehat” pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014
Berdasarksan gambar 5.5 tugas mempertahankan suasana rumah yang sehat,
dari 30 responden 10 orang (34%) melaksanakan tugas mempertahankan suasana
rumah yang sehat dengan baik, 13 orang (43%) melaksanakan tugas
54
mempertahankan suasana rumah yang sehat dengan cukup baik, dan 7 orang
(23%) dalam pelaksanaan tugas mempertahankan suasana rumah yang sehat
masih kurang. TB paru juga mudah menular pada keluarga yang tinggal
diperumahan padat, kurang sinar matahari dan sirkulasi udaranya buruk atau
pengap (24). Modifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga juga
merupakan hal penting dalam tugas kesehatan keluarga karena kesehatan anggota
keluarga dipengaruhi oleh gaya hidup, stress dan lingkungan. Untuk menjamin
kesehatan keluarga maka perlu memperhatikan faktor lingkungan dari tempat
tinggal (23).
Berdasarkan kuesioner penelitian ini, tugas mempertahankan suasana rumah
sehat dalam pelaksanaannya banyak dalam kategori baik dan cukup, salah satunya
keluarga sudah baik dalam menjaga lingkungan rumah agar tetap bersih dan
nyaman (seperti lantai yang bersih). Hasil penelitian Wahyudi tahun 2008
menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan keluarga dalam meningkatkan
lingkungan yang sehat antara lain dengan menjaga kebersihan dan mengatur
ventilasi (19). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden
dalam melaksanakan tugas mempertahankan suasana rumah yang sehat cukup
baik, hal ini terlihat saat peneliti mengunjungi rumah responden, rumah responden
cukup bersih, seperti lantai yang dibersihkan sehingga tidak ada debu. Namun
beberapa rumah responden juga terlihat jendelanya tidak terbuka sehingga
rumahnya jarang terpapar sinar matahari sehingga masih ada dalam pelaksanaan
tugas ini responden (keluarga) dalam kategori kurang.
55
BAIK (12)40%
CUKUP (8)26%
KURANG (10)34%
Menggunakan Fasilitas Kesehatanyang ada di Masyarakat
5. Gambaran tugas kesehatan keluarga “menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat” pada anggota keluarga yang menderita TB paru
Gambar 5.6. Gambaran Tugas Kesehatan Keluarga “ Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang Ada di Masyarakat” pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Periode Februari-Agustus 2014
Berdasarkan gambar 5.6 tugas menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat, dari 30 responden 12 orang (40%) dapat mencapai fasilitas kesehatan
dengan baik, 8 orang (26%) dapat mencapai fasilitas kesehatan dengan cukup
baik, dan 10 orang (34%) mengaku tidak dapat pergi ke puskesmas astambul atau
tempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya dikarenakan sibuk bekerja, tidak ada
transportasi, tidak ada biaya untuk transportasi ataupun berobat, dan tidak pernah
sakit sehingga tidak pernah datang ke tempat pelayanan kesehatan. Memanfaatkan
pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga juga perlu dilakukan untuk dapat
menjaga stabilitas kesehatan penderita Tb paru. Seiring berkembangnya zaman,
pelayanan kesehatanpun semakin berkembang. Dahulu pusat pelayanan kesehatan
berada jauh dari masyarakat pedesaan, tetapi sekarang hampir di setiap wilayah
56
memiliki pelayanan kesehatan terpadu, seperti puskesmas, posyandu lansia dan
posyandu balita. Pelayanan kesehatan tersebut dapat dimanfaatkan oleh penderita
TB paru untuk memeriksakan kondisi kesehatanya secara berkala (23).
Hasil penelitian diatas, terlihat bahwa pelaksanaan tugas menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Astambul
sudah cukup baik, hal tersebut terlihat bahwa tugas menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada di masyarakat terdapat 40% responden dalam kategori baik,
dan tugas ini merupakan tugas yang paling tinggi persentasenya dalam kategori
baik dibandingkan tugas-tugas yang lainnya.
Berdasarkan kuesioner penelitian ini, tugas menggunakan fasilitas kesehatan
dalam pelaksanaannya banyak dalam kategori baik, salah satunya keluarga sudah
baik dalam kemampuan menjangkau fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat,
khususnya untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang ada di Puskesamas
Astambul. Hasil penelitian Wahyudi tahun 2008 mengatakan bahwa respon
keluarga apabila terdapat anggota keluarga yang sakit adalah sangat bervariasi,
mulai tidak melakukan apa-apa dengan alasan tidak mengganggu, melakukan
tindakan tertentu seperti mengobati sendiri, mencari fasilitas kesehatan
tradisional, mencari pengobatan di warung, mencari pengobatan ke fasilitas
kesehatan modern yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun lembaga-
lembaga swasta seperti Puskesmas, Rumah sakit dan lain-lain (19). Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wahyudi di atas, keluarga sebagai
responden dalam penelitian ini kebanyakan dapat menjangkau fasilitas kesehatan
yang ada, serta memanfaatkannya apabila ada anggota keluarganya yang sakit,
57
tetapi beberapa responden juga ada yang tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada dengan alasan tidak ada transportasi ataupun tidak ada biaya.
Berdasarkan 5 tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang
menderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul, pelaksanaan tugas yang
paling baik adalah pelaksanaan tugas menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
di masyarakat dengan persentase 40%, sedangkan pelaksanaan tugas yang paling
kurang adalah pelaksanaan tugas memberi perawatan pada anggota keluarga yang
sakit dengan persentase hanya 7%. Dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarga
secara keseluruhan di wilayah kerja Puskesmas Astambul masih kurang, karena
untuk kategori baik persentasenya hanya 26% (8 responden) dari 30 responden.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan diwujudkan dalam bentuk
promosi kesehatan dan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), seperti
Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) dan Pos Kesehatan Desa (poskesdes), yang
bertujuan untuk memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat dalam
melaksanakan upaya pemeliharaan kesehatan secara mandiri (27). Petugas
kesehatan yang merupakan bagian dari Puskesmas adalah tim kesehatan terdiri
dari dokter umum, perawat komunitas, bidan, dan tenaga kesehatan yang lain.
Petugas kesehatan selalu berupaya agar keluarga dan masyarakat makin berdaya
di bidang kesehatan. Disamping itu, petugas kesehatan memotivasi, dan menggali
partisipasi aktif masyarakat di bidang kesehatan (28).
Edukasi kesehatan dalam rangka promosi kesehatan sehubungan dengan
kepatuhan berobat pasien TB paru merupakan salah satu peran perawat
komunitas. Perawat komunitas sebagai petugas kesehatan selain memberi edukasi
58
tentang penyakit TB paru dengan menggunakan lembar balik, memasang poster,
membagikan brosur atau leaflet yaitu bahan informasi tertulis tentang penyakit TB
paru. Masyarakat dihimbau agar datang ke pelayanan kesehatan apabila merasa
ada gejala penyakit TB paru seperti tanda dan gejala yang telah diinformasikan.
Informasi dan wawasan kesehatan tentang TB paru diberikan pada setiap
kesempatan dimana komunitas berkumpul. Selain itu diinformasikan pada pasien
TB paru dan keluarganya, apabila sewaktu-waktu ada yang ingin ditanyakan
terkait dengan TB, perawat komunitas bersedia membantu (28).
Perawat komunitas memberikan informasi tentang TB paru pada kelompok-
kelompok komunitas yang ada di masyarakat. Kader kesehatan di masyarakat
mempunyai keluarga binaan di lingkungan tempat tinggalnya. Perawat komunitas
bekerja sama dengan kader kesehatan, berperan sebagai fasilitator pada support
group dalam kelompok komunitas daerah binaannya. Petugas kesehatan termasuk
perawat komunitas secara berkala dan bergantian mengunjungi kelompok
komunitas TB paru dan keluarganya, tujuannya adalah memberikan dukungan.
Dukungan yang diberikan perawat komunitas selain kepada pasien TB paru, dan
keluarga pasien, juga dukungan kepada kader kesehatan (28).
59
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden, maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dapat dilihat berdasarkan
karakteristik responden, seperti jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir,
pekerjaan, penghasilan, dan tipe keluarga.
2. Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita
TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul periode Februari-Agustus
2014 yaitu pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan kategori baik 8
responden (26%), pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan kategori
cukup 11 responden (37%), dan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga
dengan kategori kurang 11 responden (37%).
3. Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita
TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul periode Februari-Agustus
2014 berdasarkan tiap item tugas kesehatan keluarga yaitu item tugas
mengenal masalah kesehatan keluarga didapatkan hasil 50% responden
dalam kategori kurang.
4. Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita
TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul periode Februari-Agustus
2014 berdasarkan tiap item tugas kesehatan keluarga yaitu item tugas
60
membuat keputusan kesehatan yang tepat didapatkan hasil 60% responden
dalam kategori cukup.
5. Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita
TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul periode Februari-Agustus
2014 berdasarkan tiap item tugas kesehatan keluarga yaitu item tugas
memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit didapatkan hasil 50%
responden dalam kategori kurang.
6. Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita
TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul periode Februari-Agustus
2014 berdasarkan tiap item tugas kesehatan keluarga yaitu item tugas
mempertahankan suasana rumah yang sehat didapatkan hasil 43%
responden dalam kategori cukup.
7. Gambaran tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita
TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul periode Februari-Agustus
2014 berdasarkan tiap item tugas kesehatan keluarga yaitu item tugas
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat didapatkan hasil
40% responden dalam kategori baik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada calon peneliti
selanjutnya untuk melanjutkan penelitian terkait tugas kesehatan keluarga pada
anggota keluarga yang menderita TB paru dengan penelitian korelasi/ hubungan,
contohnya hubungan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan tingkat
kesembuhan penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Astambul.
61
Diharapkan pada pihak puskesmas untuk meningkatkan pemberian pendidikan
kesehatan yang lebih intensif kepada keluarga terkait tugas kesehatan keluarga
pada penderita TB paru.
DAFTAR PUSTAKA
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364 Tahun 2009 tentang Pedoman penanggulangan tuberkulosis (TB). Jakarta: KEMENKES RI, 2009.
2. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: RISKESDAS, 2013.
3. Muniroh N, Aisah S, Mifbakhuddin. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesembuhan penyakit tuberkulosis (TB) paru di wilayah kerja puskesmas Mangkang Semarang Barat. Jurnal Keperawatan Komunitas 2013; 1(1): 33-42.
4. Ratnasari NY. Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup pada penderita tuberkulosis paru (TB paru) di balai pengobatan penyakit paru (BP4) Yogyakarta unit minggiran. Jurnal Tuberkulosis Indonesia 2012; 8: 7-11.
5. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimanta Selatan. Profil kesehatan provinsi Kalimantan Selatan 2012. Banjarmasin: Dinkes Prov. Kalimantan Selatan, 2012.
6. Sudiharto. Asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan transkultural. Jakarta: EGC, 2007.
7. Mubarak WI, Bambang AS, Rozikin K, Patonah S. Buku ajar ilmu keperawatan komunitas 2 teori dan aplikasi dalam praktik dengan pendekatan asuhan keperawatan komunitas, gerontik, dan keluarga. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
8. Herawati. Studi kasus ketidakpatuhan orang kontak serumah terhadap anjuran pemeriksaan tuberkulosis di kelurahan Pajajaran kecamatan Cicendo wilayah kerja puskesmas Pasirkaliki. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, 2011.
9. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar. Martapura: Dinkes Kab. Banjar, 2013.
10. Widoyono. Penyakit tropis epidemiologi, penularan, pencegahan, dan pemberantasannya edisi kedua. Jakarta: Erlangga, 2011.
11. Universitas Airlangga. Buku ajar ilmu penyakit paru. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo, 2010.
12. Icksan AG, Luhur R. Radiologi toraks tuberkulosis paru. Jakarta: Sagung Seto, 2008.
13. Muhlisin A. Keperawatan keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2012.
14. Andarmoyo S. Keperawatan keluarga konsep teori, proses, dan praktik keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
15. Friedman MM, Bowden VR, Jones EG. Buku ajar keperawatan keluarga riset, teori, dan praktik edisi 5. Jakarta: EGC, 2010.
16. Harmoko. Asuhan keperawatan keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
17. Friedman MM. Keperawatan keluarga teori dan praktik edisi 3. Jakarta: EGC, 1998.
18. Ali Z. Pengantar keperawatan keluarga. Jakarta: EGC, 2009.
19. Wahyudi, Upoyo AS, Kuswati A. Penilaian lima tugas keluarga pada keluarga dengan anggota keluarga menderita TB paru di wilayah kerja BP-4 Magelang. Jurnal Keperawatan Soedirman 2008; 3(3): 144-8.
20. Notoadmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
21. Hidayat AAA. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika, 2009.
22. Laporan tahunan UPT puskesmas Astambul kecamatan Astambul kabupaten Banjar. Martapura: Puskesmas Astambul, 2012.
23. Handayani PK. Hubungan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita diabetes mellitus tipe 2 (NIDDM) di poli dalam RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman, 2014.
24. Manalu HSP. Faktor-faktor yang memengaruhi kejadian TB paru dan upaya penanggulangannya. Jurnal Ekologi Kesehatan 2010; 9(4): 1340-6.
25. Erawatyningsih E, Purwanta, Subekti H. Faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan berobat pada penderita tuberkulosis paru. Berita Kedokteran Masyarakat 2009; 25(3): 117-24.
26. Nugroho FA, Astuti EP. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru keluarga. Jurnal STIKES RS. Baptis 2010; 3(1): 19-28.
27. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Strategi nasional pengendalian TB. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011.
28. Murtiwi. Keberadaan pengawas minum obat (PMO) pasien tuberkulosis paru di Indonesia. Jurnal Keperawatan Indonesia 2006; 10(1): 11-15.
Lampiran 4 Surat Permintaan Menjadi Responden Penelitian
SURAT PERMINTAAN
MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Dengan Hormat,
Saya mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, akan melakukan penelitian dengan
judul:
Tugas Kesehatan Keluarga pada Anggota Keluarga yang Menderita TB
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul 2014
Manfaat penelitian ini yaitu sebagai informasi tentang gambaran tugas
kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita TB paru di wilayah
kerja Puskesmas Astambul. Untuk keperluan tersebut kami mohon kesediaan
Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner atau daftar pertanyaan yang telah kami
sediakan dengan jujur dan sesuai kondisi yang dialami.
Atas bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih.
Banjarbaru, 2014
Hormat Saya,
(Lola Illona Elfani K)
NIM. I1B111210
Lampiran 5 Surat Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
SURAT PERSETUJUAN
MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :
Alamat :
Dengan ini bersedia untuk menjadi subyek penelitian, dalam penelitian:
Nama : Lola Illona Elfani Kausar
NIM : I1B111210
Judul Penelitian : Tugas Kesehatan Keluarga pada Anggota
Keluarga yang Menderita TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Astambul 2014.
Setelah saya mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian ini, maka saya
menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, karena
saya menyadari sepenuhnya manfaat penelitian ini terhadap ilmu pengetahuan,
dan saya tidak menuntut ganti rugi atas apapun yang terjadi selama penelitian ini
berlangsung.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan yang sesadar-sadarnya
tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Banjarbaru, 2014
Peneliti Responden
( Lola Illona Elfani K) ( )
NIM. I1B111210
3
Lampiran 6 Kuesioner Tugas Kesehatan Keluarga yang Belum dilakukan Uji
Validitas dan Reabilitas
PENELITIAN TENTANG TUGAS KESEHATAN KELUARGA PADA
ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA TB PARU DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS ASTAMBUL
1. Keusioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data gambaran tugas kesehatan
keluarga pada anggota keluarga yang menderita TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Astambul.
2. Data ini digunakan untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah atas nama Lola Illona
Elfani Kausar, mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran UNLAM.
3. Kami mohon kesediaan untuk menjawab pertanyaan tanpa prasangka dan
perasaan tertekan. Semua jawaban dan keterangan yang disampaikan
Bpak/Ibu semata-mata untuk kepentingan penelitian dan dijamin
kerahasiaannya.
4. Keterangan dan jawaban yang Bapak/Ibu sampaikan besar sekali artinya
untuk kelancaran penelitian ini. Terimakasih.
4
KUESIONER “ TUGAS KESEHATAN KELUARGA PADA ANGGOTA
KELUARGA YANG MENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ASTAMBUL”
Kode responden :Nama :Alamat :Tanggal pengambilan data :
A. Data Demografi1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan2. Umur : ................... Tahun3. Pendidikan Terakhir : Tidak sekolah/ tidak tamat SD
Tamat SD/ sederajat Tamat SMP/ sederajat Tamat SMA/ sederajat Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan : Tidak bekerja Pegawai Negari Sipil Pegawai swasta Wiraswasta Pensiunan
5. Penghasilan (per bulan) : Kurang dari Rp.500.000 Rp.500.000 - Rp.1.000.000
Lebih dari Rp.1.000.000 – Rp.2.500.000 Lebih dari Rp.2.500.000 – Rp.5.000.000 Lebih dari Rp.5.000.000
6. Tipe Keluarga : Tinggal bersama Suami/isteri Anak Orang tua Cucu
Sanak saudara
5
B. Kuesioner Tugas Kesehatan Keluarga
Petunjuk pengisian :
1. Responden diharapkan mengisi pertanyaan sesuai petunjuk pengisian dan
keadaan yang dirasakan sebenar-benarnya.
2. Berikan tanda ceklist (√) untuk pilihan yang sesuai dengan pendapat
Bapak/Ibu dengan ketentuan YA atau TIDAK.
3. Bila Bapak/Ibu ingin memperbaiki jawaban pertama yang salah, cukup
memberi tanda garis dua (=) pada ceklist (√) yang salah kemudian tuliskan
tanda ceklist (√)pada jawaban yang dianggap benar.
No. Pertanyaan Ya Tidak
1.
Mengenal Masalah Kesehatan
Apakah keluarga tahu gejala yang muncul saat
penyakit pasien TB paru kambuh?
2. Apakah keluarga mengacuhkan saat keluhan
pasien TB paru muncul?
3. Apakah keluarga mengetahui kondisi kesehatan
pasien TB paru saat pemeriksaan dahak di
Puskesmas? (*)
4. Apakah keluarga mengetahui cara penularan TB
paru ke orang lain?
5.
Membuat Keputusan Tindakan Kesehatan
yang Tepat
Apakah keluarga mencari informasi tentang
penanganan pasien TB paru ketika gejalanya
kambuh saat di rumah? (*)
6. Apakah keluarga bekerja sama dengan petugas
kesehatan untuk memantau kerutinan pasien TB
paru minum obat?
6
No. Pertanyaan Ya Tidak
7. Apakah keluarga menganggap batuk berdarah
pada pasien TB paru adalah hal yang wajar? (*)
8. Apakah keluarga memotivasi pasien TB paru
untuk terus bersemangat menjalani pengobatan?
9.
Memberikan Perawatan pada Anggota
Keluarga yang Sakit
Apakah keluarga mengingatkan pasien TB paru
untuk menutup mulut dengan tangan atau
saputangan saat pasien batuk?
10. Apakah keluarga menyediakan makanan yang
sesuai anjuran petugas kesehatan dan cukup gizi
untuk pasien TB paru?
11. Apakah keluarga menyediakan waktu untuk
beristirahat selama pasien TB paru menjalani
pengobatan? (*)
12. Apakah keluarga membiarkan pasien TB paru
mengurusi jadwal minum obatnya sendiri?
13. Apakah keluarga mempunyai jadwal minum obat
rutin pasien TB paru?
14.
Mempertahankan Suasana Rumah Sehat
Apakah keluarga menjaga lingkungan rumah tetap
bersih dan nyaman? (seperti lantai bersih tidak
berdebu, membuka jendela rumah setiap hari agar
mendapat paparan sinar matahari yang cukup dan
pertukaran udara di dalam rumah menjadi bersih
dan sehat)
15. Apakah keluarga membiarkan pasien TB paru
membuang dahak sembarangan di sekitar rumah?
7
No. Pertanyaan Ya Tidak
16.
Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang ada
Apakah keluarga menjelaskan pada pasien TB
paru keuntungan berobat ke pelayanan kesehatan?
17. Apakah keluarga membawa anggotanya yang
sakit ke pelayanan kesehatan?
18. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas
kesehatan yang ada?
19. Apakah keluarga selalu meminta bantuan kepada
petugas kesehatan dalam memecahkan masalah
kesehatan yang dialami pasien TB paru? (*)
(*) = pertanyaan tidak valid
Lampiran 7 Lembar Kisi-Kisi Kuesioner Tugas Kesehatan Keluarga
Kisi-Kisi Instrumen Tugas Kesehatan Keluarga pada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru yang sudah dilakukan Uji Validitas dan Reabilitas
Komponen IndikatorNo. Item
InstrumenJumlah
Tugas Kesehatan Keluarga
Mengenal Masalah Kesehatan1 (+)2 (-)3 (+)
3
Membuat Keputusan Tindakan Kesehatan yang Tepat
4 (+)5 (+)
2
Memberikan Perawatan pada Anggota Keluarga yang Sakit
6 (+)7 (+)8 (-)9 (+)
4
Mempertahankan Suasana Rumah Sehat10 (+)11 (-)
2
Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang ada
12 (+)13 (+)14 (+)
3
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner Tugas Kesehatan KeluargaCorrelations
correlationsKorelasi antara Nilai korelasi
(pearson correlation)Probabilitas korelasi
(sig.(2-tailed))Kesimpulan
Item No. 1 dengan Total
0,732 0,000 Valid
Item No. 2 dengan Total
0,695 0,000 Valid
Item No. 3 dengan Total
0,245 0,191 Tidak valid
Item No. 4 dengan Total
0,373 0,042 Valid
Item No. 5 dengan Total
-0,175 0,534 Tidak valid
Item No. 6 dengan Total
0,712 0,000 Valid
Item No. 7 dengan Total
0,160 0,398 Tidak valid
Item No. 8 dengan Total
0,495 0,005 Valid
Item No. 9 dengan Total
0,763 0,000 Valid
Item No. 10 dengan Total
0,502 0,005 Valid
Item No. 11 dengan Total
0,040 0,834 Tidak valid
Item No. 12 dengan Total
0,439 0,015 Valid
Item No. 13 dengan Total
0,423 0,020 Valid
Item No. 14 dengan Total
0,559 0,001 Valid
Item No. 15 dengan Total
0,651 0,000 Valid
Item No. 16 dengan Total
0,630 0,000 Valid
Item No. 17 dengan Total
0,802 0,000 Valid
Item No. 18 dengan Total
0,753 0,000 Valid
Item No. 19 dengan Total
0,077 0,685 Tidak valid
Metode uji validitas yang digunakan adalah product moment, dengan nilai tabel product moment untuk jumlah sampel 30 orang adalah 0,361. Apabila nilai korelasi tiap item pertanyaan lebih besar dari nilai tabel, maka item pertanyaan tersebut dinyatakan valid.Dari 19 item pertanyaan yang dimodifikasi dari Handayani (2014) terdapat 14 item pertanyaan yang valid.
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.882 14
Nilai reliabilitas untuk 14 item pertanyaan yang sudah valid adalah 0,882, menurut metode reliabilitas product moment apabila nilai reliabilitas suatu instrumen lebih besar dari 0,60, maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel.
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.795 19
Lampiran 12 Karakteristik Responden Penelitian
Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur,
Pendidikan terakhir, Pekerjaan, Penghasilan, dan Tipe Keluarga
1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik BAIK CUKUP KURANG Jumlah
Laki-laki 5 9 8 22
Perempuan 3 2 3 8
Jumlah 30
2. Berdasarkan Umur
Karakteristik BAIK CUKUP KURANG Jumlah
≥20-30 2 3 2 7
≥31-40 3 4 6 13
≥41-50 1 1 4 6
≥51-60 0 1 1 2
>60 1 0 1 2
Jumlah 30
3. Berdasarkan Pendidikan
Karakteristik BAIK CUKUP KURANG Jumlah
Tidak sekolah/tidak
tamat SD
2 2 6 10
Tamat SD/sederajat
3 5 1 9
Tamat SLTP/sederajat
0 3 3 6
Tamat SLTA/sederajat
3 1 1 5
Tamat PT0 0 0 0
Jumlah30
4. Berdasarkan Pekerjaan
KarakteristikBAIK CUKUP KURANG Jumlah
Tidak bekerja2 6 3 11
PNS0 1 0 1
Pegawai swasta
1 0 0 1
Wiraswasta5 4 8 17
Pensiunan0 0 0 0
Jumlah30
5. Berdasarkan Penghasilan
karakteristik BAIK CUKUP KURANG Jumlah≤ 500 ribu 6 9 10 25
> 500 rb – 1 juta
1 1 1 3
> 1 juta – 2,5 juta
1 1 0 2
> 2,5 juta – 5 juta
0 0 0 0
> 5 juta 0 0 0 0Jumlah 30
6. Berdasarkan Tipe Keluarga
karakteristik BAIK CUKUP KURANG Jumlah
Nuclear 3 4 4 11
Extended 5 7 7 19
Jumlah 30