kti diare

31
2.4. DIARE Defenisi diare sesuai dengan Hippocrates, maka diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Nelson dkk,1969 ; Morley,1974) berpendapat bahwa istilah gastroenteritis hendaknya dikesampingkan saja, karena memberikan kesan terdapatnya suatu radang sehingga selama ini penyelidikan tentang diare cenderung lebih ditekankan pada penyebabnya. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh berlebih sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua. 2.4.1. Epidemiologi diare Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama

Upload: nur-fitryanti-lubis

Post on 11-Feb-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

diareeee

TRANSCRIPT

Page 1: KTI diare

2.4. DIARE

Defenisi diare sesuai dengan Hippocrates, maka diare adalah buang

air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi

tinja yang lebih lembek atau cair (Nelson dkk,1969 ; Morley,1974)

berpendapat bahwa istilah gastroenteritis hendaknya dikesampingkan saja,

karena memberikan kesan terdapatnya suatu radang sehingga selama ini

penyelidikan tentang diare cenderung lebih ditekankan pada penyebabnya.

Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh berlebih

sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat

berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak

dan orang tua.

2.4.1. Epidemiologi diare

Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di

Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar

keluhan pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit

di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat

pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.

Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2

episode/orang/tahun sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di USA

dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut

pada dewasa terjadi setiap tahunnya.WHO memperkirakan ada sekitar 4

miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.

Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta

episode diare pada orang dewasa per tahun. Dari laporan surveilan terpadu

tahun 1989 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah

sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat

Page 2: KTI diare

jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela,

Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri

berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat

juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli

( EIEC).

2.4.2. Klasifikasi diare

Pengelompokan diare dapat berdasarkan banyak hal. Secara klinis,

dapat dibedakan menjadi dua kelompok sindrom yaitu diare cair dan disentri

atau diare berdarah. Masing-masing menggambarkan patogenensis yang

berbeda. Klasifikasi lain berdasarkan adanya invasi barrier usus oleh

mikroorganisme tersering penyebab diare (bakteri dan virus ) dapat

dikelompokan sebagai diare infeksi dan diare non infeksi.

Berdasarkan patomekanisme, diare tebagi atas diare sekretorik atau

diare osmotic. Diare juga dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat

dehidrasinya. Haroen Noerasid membagi diare berdasarkan dehidrasi ringan,

sedang dan berat. Sedangkan menurut unit gastro-enterohepatologi IDAI

2009 membagi berdasarkan derajat dehidrasi yang terjadi, diare terbagi

menjadi dehidrasi berat, dehidrasi tak berat dan tanpa dehidrasi.

Pengelompokan diare berdasarkan lama waktunya, terbagi atas diare

akut dan diare kronik. Dimana diare akut berlangsung selama 7 hari

sedangkan diare kronik adalah diare yang bersifat akut dan berrlangsung

selama 14 hari atau lebih.

2.4.3. Mikroorganisme penyebab diare

Page 3: KTI diare

Dalam biakan tinja penderita diare sering tidak ditemukan bakteri

pathogen; sebelum tahun 1950 dengan tidak adanya dasar disangka bahwa

diare disebabkan karena virus. Baru sejak tahun 1950-an di Amerika Utara

dilakukan penelitian virus pada diare. Jenis virus penyebab diare ditulis

dalam tabel I.

Tabel I Beberapa Virus Penyebab Diare

Nama Jenis

Enterovirus a. Virus polio : 3 tipe

b. Virus coxsackie : A (20tipe)

dan B (6tipe)

c. Virus ECHO

(Enterocytopathogenic

Human Orphan Virus) : 31

tipe

Adenovirus Lebih dari 28 tipe

Reovirus rotavirus

Pada saat ini nama rotavirus yang paling sering digunakan sebagai

penyebab diare. Rotavirus yang ditemukan diberbagai Negara mungkin

merupakan etiologi yang paling penting dari diare bayi dan anak. Di

Melbourne, Toronto, Canada dan Washington DC pada anak yang dirawat

dengan gastroenteritis akut ditemukan rotavirus sebagai penyebab pada 50-

80% kasus. Infeksi rotavirus biasnaya terjadi pada anak umur 6 bulan – 2

tahun. Angka kejadian penyakit ini berkurang dengan bertambahnya umur.

Kebanyakan peneliti melaporkan puncak angka kejadian pada bayi antar 6

bulan – 1 tahun. Dikatakan bahwa diare akibat rotavirus terdapat lebih sering

Page 4: KTI diare

pada anak laki-laki dari pada anak perempuan dengan tidak diketahui

penyebabnya.

Selain virus, juga terdapat bakteri sebagai penyebab kejadian diare

diantaranya dijelaskan pada tabel II.

Tabel II Beberapa Bakteri Penyebab Diare

Nama Jenis

E.coli a. Enterotoksigenik (ETEC)

b. Enteropatogenic (EPEC)

c. Enteroinvasif (EIEC)

Salmonella S.typhi, S.paratyphi, S.oranienburg

Shigella S.dysentriae, S.felxneri, S.boydii

Vibrio a. V. cholera

b. V. campylobacter jejunilcoli

( CJC)

c. V. parahemolyticus

Bakteri penyebab diare E. coli terbagi atas 3 jenis, yaitu ETEC,

EPEC dan EIEC. Jenis pertama adalah enterotoksigenik (ETEC) yang

ditemukan sekitar tahun 19770 dari strain-strain yang ada hubungannya

dengan penyakit diare. Penelitian selanjutnya menerangkan strain-strain

enterotoksigenik dari E.coli sebagai suatu hal yng bersifat pathogen pada

penyakit diare manusia. Pada tahun 1945 Bray berhasil menemukan tipe

antigen spesifik E.coli Enteropatogenic (EPEC) pada bayi penderita kolera.

Selain itu dikemukakan terdapatnya bau khas seperti semen dari cairan yang

dihasilkan oleh organisme tersebut. Selain kedua jenis E.coli tersebut,

terdapat E.coli Enteroinvasif (EIEC) yang diketahui dapat menyebabkan

Page 5: KTI diare

diare berdarah dan berinvasi ke usus besar. Jenis ini, juga sering ditemukan

dalam tinja yang penuh leukosit dan eritrosit.

Di Indonesia, sejak tahun 1968 E.Coli lebih banyak diperhatikan

sebagai penyebab diare bayi atas dasar yang diperoleh pada tahun tersebut di

bandung oleh Soeprapti Thaib dkk (1968) yaitu 41,9% (88 dari 210 tinja)

pada bayi umur 0-6 bulan dan 35,3% (45 dai 136 tinja) pada bayi berumur

6012 bulan yang dirawat di bangsal gastroenterology anak RSCM/FKUI

jakarta pada tahun 1973. Sejak tahun 1975 perhatian terhadap penyakit diare

akut beralih dari E.Coli enteropatogenik (EPEC) ke E.Coli Enterotoksigenik

(ETEC) di samping rotavirus, salmonella oranienburg, shigella dysenteriae

dan vibrio cholera

2.4.4. Faktor penyebab terjadinya diare

Diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus. Diare juga dapat

disebabkan oleh malabsorbsi makanan, keracunan makanan, alergi ataupun

karena defesiensi.

Bahaya utama diare adalah kematian yang disebabkan tubuh banyak

kehilangan air dan garam yang terlarut yang disebut dengan dehidrasi.

Kematian lebih mudah terjadi pada anak yang bergizi buruk, karena gizi yang

buruk menyebabkan anak tidak merasa lapar dan orang tuanya tidak segera

memberikan nutrisi pengganti untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.

Keadaan gizi yang buruk akan mempengaruhi lama dan komplikasi

yang terjadi pada penderita diare. Anak dengan status kurang kalori protein

akan mengalami ketidakseimbangan eletrolit dan diare mempercepat

komplikasi yang terjadi. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) terbukti

meningkatkan daya tahan terhadap diare.

Page 6: KTI diare

Hygiene dan sanitasi lingkungan yang buruk mempermudah

penularan diare baik melalui makanan, air minum yang tercemar kuman

penyebab diare maupun air sungai.

Factor social budaya yang berupa pendidikan, pekerjaan dan

kepercayaan masyarakat membentuk perilaku positif maupun negative

terhadap berkembangnya diare. Perilaku masyarakat yang negative misalnya

membuang tinja dikebun atau sungai, minum air yang tidak dimasak dan

melakukan pengobatan sendiri dengan cara yang tidak tepat.

Kepadatan penduduk dan social ekonomi yang rendah serta

lingkungan yang kurang mendukung sering menimbulkan wabah diare.

Dehidrasi yang terjadi pada penderita diare karena usus bekerja tidak

sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya

terbuang bersama tinja sehingga tubuh kekurangan cairan. Derajat dehidrasi

diukur berdasarkan persentase kehilangan berat badan selama diare. Bila

berat badan turun kurang dari 5% termasuk dehidrasi ringan, berat badan

turun 5-10% termasuk dehidrasi sedang dan bila berat badan turun lebih dari

10% termasuk dehidrasi berat.

2.4.5. Patofisiologi diare

Istilah diare digunakan jika terjadi peningkatan fluiditas atau volume

feses dan frekuensi defekasi. Hal ini biasanya berhubungan dengan

peningkatan beratnya (pada laki0laki : >235g/hari dan perempuan :

>175g/hari) dan frekuensinya (>2/hari). Diare dapat mengakibatkan

terjadinya :

Page 7: KTI diare

Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang

menyebabkan dehidrasi, asidosis emtabolik dan hipokalemia.

Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau

pra-renjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai

muntah, perfusi jaringan berkurang sehingga hipoksia dan asidosis

metabolik bertambah berat dan bila tidak cepat ditangani

penderita dapat meninggal.

Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan

karena diare dan muntah, hipoglikemi akan lebih sering terjadi

pada anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi

dnegan gagal berrtambah berat badan. Sebagai akibat

hipoglikemia depat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan

kejang dan koma.

Pada keadaan normal usus halus akan mengabsorbsi Na+, Cl–,

HCO3–. Timbulnya penurunan dalam absorbsi dan peningkatan sekresi

mengakibatkan cairan berlebih melebihi kapasitas kolon dalam

mengabsorbsi.

Mekanisme ini sangat dipengaruhi oleh faktor mukosa maupun factor

intaraluminal saluran cerna. Factor mukosa berupa perubahan dinamik

mukosa yaitu adanya peningkatan cell turnover dan fungsi usus yang belum

matang dapat menimbulkan gangguan absorbsi-sekresi dalam saluran cerna.

Factor-faktor intraluminal itu sendiri juga ikut berpengaruh seperti

peningkatan osmolaritas akibat malabsorbsi dan bacterial overgrowth,

sedangkan peningkatan sekresi disebabkan oleh toksin bakteri, mediator

inflamasi asam lemak hidroksi dan obat-obatan. Diare dapat memiliki

berbagai penyebab.

Page 8: KTI diare

a. Diare Osmotik

Diare osmotik terjadi akibat sejumlah besar asupan makanan

yang sukar diserap bahkan dalam keadaan normal atau malabsorbsi.

Keberadaan substansi yang tidak terserap, seperti gula sintesis

(sorbitol, fruktosa) atau peningkatan jumlah partikel osmotic didalam

usus halus, akan menaikan tekanan osmotic dan menarik air secara

berlebihan ke dalam usus halus sehingga terjadi peningkatan berat

serta volume feses.

Pada malabsorbsi karbohidrat terjadi penurunan absorbsi Na+

di usus halus bagian atas menyebabkan penyerapan air menjadi

bekurang. Aktivitas osmotic dari karbohidrat yang tidak diserap juga

menyebabkan sekresi air. Akan tetapi, bakteri didalam usus besar

dapat memetabolisme karbohidrat yang tidah diserap hingga sekitar

80g/hari menjadi asam organic yangberguna untuk menghasilkan

energy, yang bersama-sama dengan air akan diserap didalam kolon.

Hanya gas yang dihasilkan dalam jumlah besar (flatus) yang akan

memberikan bukti terjadinya malabsorbi karbohidrat. Namun, jika

jumlah yang tidak diserap >80g/hari atau bakteri dihancurkan oleh

antibiotic, akan terjadinya diare.

Karbohidrat yang tidak terserap akan mengakibatkan beban

osmotik, oleh bakteri dalam kolon akan membentuk gas ( perut

kembung, tinja berbuih dan flatus) dan asam-asam organic dibentuk

sepeti asamlaktat dan adanya gula dalam tinja. Dengan demikian,

tanda dan gejala utama intoleransi gula adalah diare berair, berbuih

dan sering flatus, tinja bersifat asam, pH 5,5 atau kurang, dan dalam

tinja terdapatnya gula yang tidak diserap. Dapat pula terjadi suatu

kondisi patologis, ialah rusaknya mukosa usus halus, terutama

Page 9: KTI diare

mikrovilli dengan sel epitelnya sebagai tempat enzim-enzim ( lactase,

sukrase, maktase). Kerusakan ini akan mengakibatkan tanda intolerasi

gula tergantung beberapa factor yaitu luasnya kerusakan, banyaknya

disakarida yang dimakan pada satu waktu dan umur serta kemampuan

untuk menyerap kembali cairan hasil kondisi hiperosmolar dalam

kolon

b. Diare Sekretorik

Pada diare sekretorik mikroorganisme pathogen atau tumor

akan mengiritasi otot dan lapisan mukosa instestinum. Peningkatan

motilitas dan secret ( air, elektrolit, serta lender) sebagai

konsekuensinya akan mengakibatkan diare.

Diare sekretorik terjadi jika sekresi Cl– dimukosa usus halus

diaktifkan. Didalam sel mukosa, Cl– secara sekunder aktif diperkaya

oleh pembawa simport Na+ -K+, -2Cl– basolateral dan disekresi

melalui kanal Cl- didalam lumen. Kanal ini akan lebih sering

membuka ketika konsentrasi cAMP instrasel meningkat. cAMP

dibentuk dalam jumlah yang lebih besar jika terdapat, missal laksatif

dan toksin bakteri tertentu (clostridium difficle, vibrio cholera).

Toksin kolera menyebabkan diare masih (hingga 100mL/jam) yang

dapat secara cepat mengancam nyawa akibat kehilangan air, K+ dan

HCO3– (syok hipovolemik, hipokalemia, asidosis nonrespiratorik).

Pembentukan VIP (vasoactive intestinal peptide) yang

berlebihan oleh sel tumor pulau pancreas juga menyebabkan

tingginya kadar cAMP dimukosa usus sehingga mengakibatkan diare

yang berlebihan dan mengancam nyawa : “kolera” pankreatik atau

watery diarrhea syndrome.

Page 10: KTI diare

Pada kasus reseksi usus parsial, terdapat beberapa alasan

mengapa diare terjadi setalahnya. Garam empedu yang normalnya di

absorbsi di ileumakan mempercepat aliran yang melalui kolon

(absorbsi air menurun). Selain itu, garam empedu yang tidak diserap

akan di-dehidroksilasi oleh bakteri di kolon. Metabolit garam empedu

yang terbentuk akan merangsang sekresi NaCl dan H₂O di kolon.

Akhirnya, terjadi kekurangan absorbsi aktif Na+ pada segmen usus

yang direseksi.

Secara skematik perbedaan tipe diare osmotic (kiri) dan diare

sekretorik (kanan) dapat dilihat dari gambar I dibawah ini :

Gambar I. perbedaan diare osmotic dan diare sekretorik.

Page 11: KTI diare

2.4.6. Gambaran klinis diare

Diare terjadi dalam kurun waktu kurang atau sama dengan 15 hari

disertai dengan demam, nyeri abdomen dan muntah. Jika diare berat dapat

disertai dehidrasi. Muntah-muntah hampir selalu disertai diare akut, baik

yang disebabkan bakteri atau virus V. Cholerae. E. Coli patogen yang

biasanya menyebabkan watery diarrhea.

Dehidrasi, malnutrisi, penurunan berat badan, dan sindrom defesiensi

vitamin spesifik adalah tanda-tanda yang sering dijumpai pada diare,

bergantung pada penyebab, keparahan dan kronisitas.

Gambaran klinis diare akut yang disebabkan infeksi dapat disertai

dengan muntah, demam, hematosechia, buang air besar berlebih, nyeri perut

sampai kram.

Karena kehilangan cairan maka penderita merasa haus, berat badan

berkurang, mata cekung, lidah/ mulut kering, tulang pipi menonjol, turgor

berkurang dan suara serak. Akibat asidosis metabolik akan menyebabkan

frekuensi pernafasan cepat, gangguan kardiovaskuler berupa nadi yang cepat

tekanan darah menurun, pucat, akral dingin kadang-kadang sianosis, aritmia

jantung karena gangguan elektrolit.

Gejala diare akut dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu :

Page 12: KTI diare

Fase prodromal (sindroma pra-diare) : pasien mengeluh penuh

di abdomen, nausea, vomitus, berkeringat dan sakit kepala

Fase diare : pasien mengeluh diare dengan komplikasi

(dehidrasi, asidosis, syok, dan lain-lain), kolik abdomen,

kejang dengan atau tanpa demam, sakit kepala

Fase pemulihan : gejala diare dan kolik abdomen berkurang,

disertai fatigue.

Dalam praktek klinis sangat penting dalam membedakan gejala antara

diare yang bersifat inflamasi dan diare yang bersifat noninflamasi.

Berikut ini yang perbedaan diare inflamasi dan diare non inflamasi :

Tabel III. Perbedaan Diare Inflamasi dan Diare

Noninflamasi.

Manifestasi Diare Inflamasi Diare Noninflamasi

Karakter Tinja Volume sedikit,

mengandung darah

dan pus.

Volume banyak, cair,

tanpa pus atau darah

Patologi Inflamasi mukosa

colon dan ileum

distal

Usus halus proksimal

Mekanisme Diare Inflamasi mukosa

menganggu absorbsi

cairan yang

kemungkinan efek

sekretorik dan

inflamasi

Diare

sekretorik/osmotic

yang diinduksi oleh

enterotoksin atau

mekanisme lainnya.

Tidak ada inflamasi

Page 13: KTI diare

mukosa

Kemungkinan

Patogen

Shigella, salmonella,

E.coli, EIEC

Cholera, ETEC,

EPEC, keracunan

makanan tipe toksin,

rotavirus, adenovirus.

2.4.7. Diagnosis diare

Secara sistematik dan cermat perlu ditanyakan riwayat penyakit, latar

belakang dan lingkungan pasien, riwayat pemakaian obat sebelumnya,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan mikrobiologi.

Anamnesis yang baik : bentuk feces (watery diarrhea atau disentri

diare), makanan dan minuman 6 - 24 jam terakhir yang dimakan/minum oleh

karena keracunan makanan atau pencemaran sumber air, dimana tempat

tinggal penderita : asrama, penampungan jompo/pengungsi, dan lain-lain.

Wisatawan asing yang dicurigai kemungkinan kolera, E.colli, Amoebiasis,

Giardiasis, pola kehidupan seksual.

2.4.8. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada umumnya diperlukan pada diare akut.

Sebagian penderita diare dehidrasi yang dirawat di rumah sakit, tanpa suatu

pemeriksaan laboratorium apapun dapat juga di tolong dan sembuh. Namun

demikian, bila perlengkapan laboratorium tersedia maka sebaiknya dilakukan

pemeriksaan laboratorium yang lengkap, teliti dan berulang. Berikut ini ialah

pemeriksaan laboratorium yang diperlukan pada penderita diare agar

pengobatan berhasil secara menyeluruh.

2.4.9. Pemeriksaan Darah, Urin dan Tinja

Page 14: KTI diare

Pemeriksaan darah (Hb, eritrosit, hematokrit, leukosit dan lain-lain)

untuk membantu menentukan derajat dehidrasi dan infeksi. Pemeriksaan Hb

sebaikanya dikerjakan sebelum dan sesudah rehidrasi tercapat untuk

menentukan adanya anemia sebagai dasar. Hemokonsentrasi pada keadaan

renjatan tidak merupakan indikasi kontra untuk memberikan tranfusi darah.

Pemeriksaan urin, ditetapkan volume urin diperiksa berat jenis dan

albuminuri. Bila mungkin diperiksa osmolaritas urin, pH urin karena urin

yang asam menunjukan adanya asidosis. Elektrolit urin yang diperiksa ialah

Na+ K+ dan Cl–. Asetonuri menunjukan adanya ketosis.

Pada pemeriksaan tinja, dicari penyebab infeksi. Pada gastroenteritis

yang berat ( misalnya kolera) diperhatikan volume cairan tinja yang keluar

dan pemeriksaan kadar Na+, K+, Cl– dan bikarbonat dalam tinja.

2.4.10. Pemeriksaan analisa gas darah

Asidosis atau alkalosis disertai kelainan keseimbangan garam atau air.

Tubuh kurang mentoleransi perubahan tekanan osmotic karena kehilangan

atau tambahan elektrolit total, kemudian menjadi asidosis atau alkalosis

karena kehilangan atau didapatkannya berbagai elektrolit. Pada umumnya

tekanan osmotic CES dipertahankan sejauh mungkin walau merupigak pH

normal.

Kadar bikarbonat plasma dapat digunakan sebagai ukuran derasat

asidosis atau alkalosis pada semua kasus bila keseluruhan ganggaun berasal

dari metabolik.

2.4.11. PENATALAKSANAAN DIARE

2.4.11.1. Rehidrasi

Page 15: KTI diare

Bila pasien umum dalam keadaan baik tidak dehidrasi, asupan cairan

yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup. Bila

pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang

agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik

mengandung elektrolit dan gula atau strach harus diberikan. Terapi rehidrasi

oral murah, efektif, dan lebih praktis daripada cairan intravena. Cairan oral

antara lain; pedialit, oralit dll cairan infus a.l ringer laktat dll. Cairan

diberikan 50 – 200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi.

Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :

a. Diare tanpa dehidrasi

Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau

lebih :

Keadaan Umum : baik

Mata : Normal

Rasa haus : Normal, minum biasa

Turgor kulit : kembali cepat

b. Diare dehidrasi Ringan/Sedang

Tanda diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di

bawah ini atau lebih:

Keadaan Umum : Gelisah, rewel

Mata : Cekung

Rasa haus : Haus, ingin minum banyak

Turgor kulit : Kembali lambat

c. Diare dehidrasi berat

Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:

Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar

Page 16: KTI diare

Mata : Cekung

Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum

Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)

2.4.11.2. Pemberian Obat Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.

Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),

dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan

hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus

yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan

tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi

volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan

berikutnya. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc mempunyai

efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study

menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67

% .Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak

mengalami diare.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.

Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air

matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.

2.4.11.3. Pemberian Makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi

pada penderita terutama pada anakagar tetap kuat dan tumbuh serta

mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus

lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih

sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah

Page 17: KTI diare

mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna

dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti,

pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu

pemulihan berat badan.

2.4.11.4. Pemberian obat antidiare.

Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala :

Obat yang paling efektif yaitu derivat opioid misal loperamide,

difenoksilat-atropin dan tinkur opium. Loperamide paling disukai

karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil,

Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat digunakan

tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan

enselofati bismuth. Obat antimotilitas penggunaannya harus hati-

hati pada pasien disentri yang panas (termasuk infeksi Shigella)

bila tanpa disertai mikroba, karena dapat memperlama

penyembuhan penyakit.

Obat yang mengeraskan tinja; atapulgite : 4 x 2 tab perhari,

smectite 3 x 1 saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare

berhenti

Obat anti sekretorik: Hidrase 3 x 1 tab perhari

2.5.11. Pencegahan diare

2.5.11.1. Perilaku sehat

a. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan

tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap

secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan

sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa

ini.

Page 18: KTI diare

ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu

formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat

terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan

atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari

bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan

seperti ini di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif).

Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan.

Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil

ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih).

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya

antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan

perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI

secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare

daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus

bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu

formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan

terjadinya gizi buruk.

b. Menggunakan air bersih yang cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-

Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui

makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari

tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan

air tercemar.

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar

bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan

masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.

Page 19: KTI diare

Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu

dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari

kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

1. Ambil air dari sumber air yang bersih

2. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta

gunakan gayung khusus untuk mengambil air.

3. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan

untuk mandi anak-anak

4. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai

mendidih)

5. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan

dengan air yang bersih dan cukup.

c. Mencuci tangan dan menggunakan jamban.

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci

tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang

tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak

dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan

angka kejadian diare sebesar 47%).

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya

penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko

terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus

membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.

2.5.11.2. Penyehatan lingkungan

Page 20: KTI diare

a. Penyediaan air bersih

Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan

melalui air antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit,

penyakit mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih

baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi

kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air

bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu

perilaku hidup bersih harus tetap dilaksanakan.

a. Pengolahan sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya

vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah

dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika

seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh

karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan

penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus

dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara.

Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat

pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara

ditimbun atau dibakar.

b. Sarana pembuangan air limbah

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus

dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.

Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan

menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat

perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi

menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang

Page 21: KTI diare

endemis filaria. Bila ada saluran pembuangan air limbah di halaman, secara

rutin harus dibersihkan, agar air limbah dapat mengalir, sehingga tidak

menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan

nyamuk.