kronologis sengketa shgb 285 / rangai tri tunggal file · web viewuntuk menjamin kepastian hukum...

30
I PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG Terkait adanya sengketa atas kepemilikan sebidang tanah Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) 285/Rangai Tri Tunggal, antara Suryadi Angga Kusuma selaku pemilik yang namanya tertera dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) 285/Rangai Tri Tunggal, Sanusi Sukiandjojo selaku pemilik awal dan Basais Sutami adik Sanusi Sukiandjojo yang mengklaim bahwa tanah bersangkutan merupakan milik pribadinya dan sudah diputus berkekuatan hukum tetap berdasarkan Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor : 2395 K/PDT/2003, tanggal 12 Juli 2005, juncto Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang No. : 31/PDT/2002/PT.TK, tanggal 28 Oktober 2002, juncto Putusan Pengadilan Negeri Kelas I A Tanjung Karang Nomor : 46/PDT.G/2001/PN.TK tanggal 3 Januari 2002, yang mana tanah bersangkutan direncanakan akan dibeli oleh PT. Sumber Indah Perkasa untuk proyek pembangunan pabrik pengolahan minyak inti sawit (Kernel) bersamaan dengan 4 (empat) bidang tanah lainnya, masing-masing SHGB 286, 287, 288, 289 yang kesemuanya bersinggungan satu sama lain sehingga membentuk satu kesatuan tanah, dengan luasan keseluruhan mencapai 15 Ha sesuai dengan luasan yang diajukan Izin Lokasi lahannya kepada Bupati Lampung Selatan untuk Pembangunan Pabrik Industri Minyak Kasar (Minyak Makan), Lemak dari Nabati, Ransum Makan Ternak, Industri Turunannya dan Dermaga / Jetti yang berlokasi dan berdomisili di alamat di Desa Rangai Tri Tunggal, Kec. Ian Maradona 1

Upload: vonhi

Post on 12-Apr-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

I PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG

Terkait adanya sengketa atas kepemilikan sebidang tanah Sertifikat Hak Guna Bangunan

(SHGB) 285/Rangai Tri Tunggal, antara Suryadi Angga Kusuma selaku pemilik yang

namanya tertera dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) 285/Rangai Tri Tunggal,

Sanusi Sukiandjojo selaku pemilik awal dan Basais Sutami adik Sanusi Sukiandjojo yang

mengklaim bahwa tanah bersangkutan merupakan milik pribadinya dan sudah diputus

berkekuatan hukum tetap berdasarkan Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor : 2395

K/PDT/2003, tanggal 12 Juli 2005, juncto Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang No. :

31/PDT/2002/PT.TK, tanggal 28 Oktober 2002, juncto Putusan Pengadilan Negeri Kelas I A

Tanjung Karang Nomor : 46/PDT.G/2001/PN.TK tanggal 3 Januari 2002, yang mana tanah

bersangkutan direncanakan akan dibeli oleh PT. Sumber Indah Perkasa untuk proyek

pembangunan pabrik pengolahan minyak inti sawit (Kernel) bersamaan dengan 4 (empat)

bidang tanah lainnya, masing-masing SHGB 286, 287, 288, 289 yang kesemuanya

bersinggungan satu sama lain sehingga membentuk satu kesatuan tanah, dengan luasan

keseluruhan mencapai 15 Ha sesuai dengan luasan yang diajukan Izin Lokasi lahannya

kepada Bupati Lampung Selatan untuk Pembangunan Pabrik Industri Minyak Kasar (Minyak

Makan), Lemak dari Nabati, Ransum Makan Ternak, Industri Turunannya dan Dermaga /

Jetti yang berlokasi dan berdomisili di alamat di Desa Rangai Tri Tunggal, Kec. Ketibung,

Lampung Selatan, yang mana sudah dikeluarkan SK Bupati Lampung Selatan No. 237a/HK-

LS/2008 untuk izin bersangkutan yaitu atas lokasi dan luasan tersebut.

Adapun dikarenakan atas tanah tersebut masih terdapat sengketa atas hak kepemilikannya,

berikut penulis sampaikan paparan berikut opini hukum terkait sengketa atas tanah Sertifikat

Hak Guna Bangunan (SHGB) 285/Rangai Tri Tunggal tersebut yang dipaparkan dalam

makalah ini, yang juga makalah ini disusun sebagai salah satu prasyarat memasuki Program

Magister Hukum Universitas Gajah Mada Kelas Jakarta.

Ian Maradona 1

II. LANDASAN TEORI

Dasar Peraturan Agraria :

Menurut UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA NOMOR 5 TAHUN 1960

Bagian II mengenai Pendaftaran Tanah Pasal 19 dinyatakan bahwa :

(1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi: a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah;b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-haktersebut;c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagaialat pembuktian

yang kuat.(3) Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan

masyarakat, keperluan lalu-lintas sosial ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria.

(4) Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran termaksud dalam ayat (1) diatas, dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut.

UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA NOMOR 5 TAHUN 1960 Bagian V

mengenai Hak Milik Pasal 23 menyatakan :

(1) Hak milik, demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19.

(2) Pendaftaran termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut.

UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA NOMOR 5 TAHUN 1960 Bagian V

mengenai Hak Guna Bangunan Pasal 38 menyatakan :

(1) Hak guna-bangunan, termasuk syarat-syarat pemberiannya, demikian juga setiap peralihan dan hapusnya hak tersebut harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19.

(2) Pendaftaran termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak guna-bangunan serta sahnya peralihan hak tersebut, kecuali dalam hal hak itu hapus karena jangka waktunya berakhir.

Adapun menurut PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

40 TAHUN 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai

Ian Maradona 2

Atas Tanah, mengenai Hapusnya Hak Guna Bangunan Bagian Kedelapan Pasal 35

ayat 1 butir b (3) menyatakan :

(1) Hak Guna Bangunan hapus karena : a. berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian

atau perpanjangannya atau dalam perjanjian pemberiannya;b. dibatalkan oleh pejabat yang berwenang, pemegang Hak Pengelolaan atau

pemegang Hak MiIik sebelum jangka waktunya berakhir, karena : 1) tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak dan/atau dilanggamya

ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Pasal 31 dan Pasal 32; atau

2) tidak dipenuhinya syarat-syarat atau kewajiban-kewajiban yang tertuang dalam perjanjian pemberian Hak Guna Bangunan antara pemegang Hak Guna Bangunan dan pemegang Hak Milik atau perjanjian penggunaan tanah Hak Pengelolaan ; atau

3) putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap;c. dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktu

berakhir;d. dicabut berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961;e. ditelantarkan;f. tanahnya musnah;g. ketentuan Pasal 20 ayat (2).

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hapusnya Hak Guna Bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Presiden.

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 mengenai Pendaftaran

Tanah, Pasal 32 ayat (1), (2) menyatakan :

(1) Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.

(2) Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut.

PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN

PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG TATA

CARA PEMBERIAN DAN PEMBATALAN HAK ATAS TANAH NEGARA

Ian Maradona 3

DAN HAK PENGELOLAAN, Bagian Ketiga mengenai Pembatalan Hak Atas

Tanah Karena Melaksanakan Putusan Pengadilan Yang Telah Memperolah

Kekuatan Hukum Tetap, dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 14, dinyatakan

bahwa :

(14) pembatalan hak atas tanah adalah pembatalan keputusan pemberian suatu hak atas tanah atau sertipikat hak atas tanah karena keputusan tersebut mengandung cacad hukum administrasi dalam penerbitannya atau untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Dalam Pasal 124 Permen Agraria No. 9/1999 tersebut juga menyatakan bahwa :

(1) Keputusan pembatalan hak atas tanah karena melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap diterbitkan atas permohonan yang berkepentingan.

(2) Amar putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap meliputi dinyatakan batal atau tidak mempunyai kekuatan hukum atau yang pada intinya sama dengan itu.

Ian Maradona 4

III.METODELOGI HUKUM DAN BAHAN KAJIAN

Batasan – Batasan :

Dalam menyusun makalah ini penulis hanya membatasi isi dan kandungannya dibuat

didasarkan pada batasan sebagai sebagai berikut :

A. Dokumen yang tersedia berupa salinan asli maupun copy, diasumsikan sama dengan

aslinya berikut tanda tangan yang dibubuhi merupakan tanda tangan orang yang

bersangkutan tertera sama dengan nama yang bersangkutan dan merupakan orang yang

berwenang menandatangani surat, dokumen maupun akte terkait tanpa terkecuali,

B. Diasumsikan peraturan perundang-undangan yang dijadikan referensi dalam makalah

hukum ini masih berlaku secara sah sampai dengan tanggal makalah ini disusun dan

belum ada perubahan / revisi, penambahan / amandment atas peraturan perundang-

undangan terkait.

Ian Maradona 5

IV. PEMBAHASAN

A. Kronologis Perkara :

1. Akte Pengikatan Jual Beli No : 32

Seperti tertulis dalam ketentuan umum Akte Pengikatan Jual Beli No : 32 Tanggal 29

April 2003 yang dibuat dihadapan Notaris Djoni, SH., PPAT Kota Bandar Lampung

antara pihak pertama selaku penjual Sanusi Sukiandjojo dan pihak kedua selaku

pembeli Suryadi Angga Kusuma bahwa :

” selanjutnya atas jual beli tersebut menurut keterangan para pihak akan dilakukan

dengan syarat-syarat atau aturan-aturan yang ditetapkan dalam model atau formulir

Akta Jual Beli pejabat yang kemudian hari mungkin dirubah atau ditambah dengan

ketentuan mengenai pemberian kuasa untuk membalikkan nama hak atas tanah

tersebut ke atas nama pihak kedua”.

Selain daripada hal tersebut diatas, dalam pasal 1 APJB ini menurut keterangan para

pihak

” Pihak pertama menjamin kepada pihak kedua tentang adanya hak-hak yang akan

dijual dalam akta ini dan jika dikemudian hari ternyata bahwa pihak pertama tidak

mempunyai hak atas tanah tersebut, maka pengikatan jual beli tanah ini dengan

sendirinya menjadi batal demi hukum”.

2. Masalah Hukum :

Berdasarkan dokumen yang dimiliki, penulis temukan beberapa permasalahan hukum

yang terjadi antara lain :

a. Berdasarkan surat BPN Kalianda pada tanggal 2 September 2000 yang

menyatakan bahwa Tanah SHM No. 257/Sisa terdaftar pada kantor Badan

Pertanahan Nasional Kalianda, Lampung Selatan atas nama Sanusi,

b. Ada pihak lain yang kemudian mengaku sebagai pemilik sah atas persil tanah

tersebut (Basais Sutami) dengan diajukannya sengketa tersebut ke PN Kelas I A

Tanjung Karang antara Basais Sutami selaku Penggugat melawan Maria Generosa

Ian Maradona 6

selaku Tergugat I dan Sanusi Sukiandjojo selaku Tergugat II, yang perkara

sengketanya telah diputus melalui :

(1) Putusan Pengadilan Negeri Kelas I A Tanjung Karang Nomor :

46/PDT.G/2001/PN.TK tanggal 3 Januari 2002 menyatakan dalam pokok

perkaranya bahwa :

(a) Kepemilikan Sanusi atas tanah dinyatakan tidak berkekuatan hukum

mengikat,

(b) Basais adalah pemegang hak yang sah atas tanah berdasarkan bukti

pembelian yang sah,

(c) Semua transaksi yang dilakukan oleh Tergugat II (Sanusi) dinyatakan

tidak sah dan tidak berkekuatan hukum mengikat.

(2) Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang Nomor : 31/PDT/2002/PT.TK,

tanggal 28 Oktober 2002, menyatakan dalam pokok perkaranya menguatkan

putusan hakim terdahulu yang menyatakan bahwa kepemilikan Sanusi atas

tanah dinyatakan tidak berkekuatan hukum mengikat dan semua transaksi

yang dilakukan oleh Tergugat II (Sanusi) dinyatakan tidak sah dan tidak

berkekuatan hukum mengikat.

(3) Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor : 2395 K/PDT/2003, tanggal 12 Juli

2005, menyatakan dalam pokok perkaranya menolak kasasi

tergugat/pembanding sehingga Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang

Nomor : 31/PDT/2002/PT.TK mempunyai kekuatan hukum tetap (Inkracht).

Adapun dengan dasar penolakan kasasi Mahkamah Agung R.I., atas perkara

tersebut untuk tergugat/pembanding/pemohon kasasi, maka pihak Basais

mengajukan Sita Eksekusi (Executorial Baslag) atas tanah dimaksud dan untuk

pengajuan itu telah dikeluarkannya Salinan Penetapan Eksekusi PN Kelas I

Tanjung Karang No. 13/Eks/2009/PN.Tk, tanggal 25 Juni 2009 dengan

pelaksanaan / pendelegasian eksekusi dilaksanakan oleh juru sita PN Kalianda

sesuai domisili obyek sengketa dengan dasar Salinan Penetapan Delegasi

Eksekusi PN Kalianda No. 01/DELEG/2009/PN.KLD, tanggal 14 Juli 2009.

Ian Maradona 7

c. Upaya Perdamaian

Pada pelaksanaan jalannya sidang gugatan sengketa atas kepemilikan tanah

SHGB 285/Rangai Tri Tunggal sudah pernah dilakukan upaya perdamaian antara

pihak-pihak yang berperkara yaitu pihak pertama Basais Sanusi dan pihak kedua

masing-masing Maria Generosa dan Sanusi Sukiandjojo, dengan

ditandatanganinya Akta Perdamaian No. 11 tanggal 18 Desember 2002, yang

dibuat dihadapan Notaris Jenmerdin, SH., dengan kemudian dilakukan revisi atas

akte tersebut dengan perubahannya yaitu Akta Perubahan No. 21 tanggal 8 April

2003 yang juga dibuat dihadapan Notaris Jenmerdin, SH.

Bahwa dalam Akta Perdamaian No. 11 tanggal 18 Desember 2002, yang dibuat

dihadapan Notaris Jenmerdin, SH., dengan kemudian dilakukan revisi atas akte

tersebut dengan perubahannya yaitu Akta Perubahan No. 21 tanggal 8 April 2003

yang juga dibuat dihadapan Notaris Jenmerdin, SH. Masing-masing dalam

pokoknya menyatakan bahwa :

(1) Para pihak sepakat menyelesaikan sengketa keperdataan ini dengan jalan

damai dan tidak akan memperpanjang sengketa perselisihan tersebut,

(2) Masing-masing pihak akan melepaskan hak-hak dan kepentingannya secara

menyeluruh tanpa ada yang dikecualikan, baik putusan Pengadilan Negeri

maupun putusan peradilan yang lebih tinggi.

Adapun dalam praktek penerapan isi akta perdamaian dan akta perubahan atas

akta perdamaian itu masing-masing pihak mengelak dari kesepakatan yang dibuat

dengan tidak melaksanakan isi klausul menjadikan akta yang telah dibuat sia-sia

dan tidak mempunyai kekuatan hukum apa-apa,

B. Pihak Yang Dinyatakan Sebagai Pemilik Sah SHGB 285/Rangai Tri Tunggal :

1. Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 5 tahun 2005 juncto Nomor 14 tahun

1985 menyatakan bahwa kasasi merupakan putusan pengadilan tingkat terakhir dari

semua tingkat peradilan tidak terbatas pada peradilan umum, sehingga putusan kasasi

Ian Maradona 8

dapat disamakan dengan putusan yang berkekuatan hukum tetap (Inkracht Van

Gewijsde), kecuali ada peninjauan kembali atas kasasi Mahkamah Agung R.I.,

tersebut dengan diketemukannya bukti-bukti baru yang membatalkan putusan kasasi

Mahkamah Agung R.I., Nomor : 2395 K/PDT/2003, tanggal 12 Juli 2005 tersebut.

Adapun dengan ditolaknya kasasi atas perkara sengketa kepemilikan hak atas tanah

SHGB 285/Rangai Tri Tunggal bekas SHM 257/sisa oleh Makhamah Agung RI

dengan pemohon Kasasi Maria Generosa dan Sanusi Sukiandjojo dan termohon

Kasasi Basais Sutami. Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor : 2395 K/PDT/2003,

tanggal 12 Juli 2005, jucto Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang Nomor :

31/PDT/2002/PT.TK, tanggal 28 Oktober 2002, juncto Putusan PN Kelas I A

Tanjung Karang No. 46/Pdt.G/2001/PN.TK tanggal 3 Januari 2002 menjadi

berkekuatan hukum tetap (Inkracht) dengan menunjuk Basais Sutami selaku

Penggugat/Terbanding/Termohon Kasasi sebagai pemilik persil tanah SHM 257/sisa

yang sah yang sekarang menjadi SHGB 285/Rangai Tri Tunggal.

Juga merujuk dari peraturan Agraria, PP 40/1996 Pasal 35 ayat 1 butir b (3) yang

menyatakan Hak Guna Bangunan dapat hapus atas dasar putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, walau dalam PP 24/1997 Pasal 32 ayat

(1) dinyatakan :

”Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian

yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang

data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur

dan buku tanah hak yang bersangkutan”,

namun dalam ayat (2) juga dinyatakan

”Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas

nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik

dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas

tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5

(lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan keberatan secara

Ian Maradona 9

tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang

bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai

penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut.”

Jadi dalam penerapan hukumnya walaupun SHGB 285/Rangai Tri Tunggal bekas

SHM 257/sisa saat ini atas nama Suryadi Angga Kusuma berdasarkan atas Akte

Pengikatan Jual Beli No : 32 Tanggal 29 April 2003 yang dibuat dihadapan Notaris

Djoni, SH., PPAT Kota Bandar Lampung antara pihak pertama selaku penjual Sanusi

Sukiandjojo dan pihak kedua selaku pembeli Suryadi Angga Kusuma, yang kemudian

ditingkatkan menjadi Akta Jual Beli No. 108/8/KT/2003 tanggal 11 Agustus 2008

(data tidak tersedia) yang dibuat dihadapan PPAT Kab. Lampung Selatan Dwi

Wijayanti sehingga dapat dibalik namakan dari pemilik awal yang namanya tertera di

SHM 257/sisa (Sanusi Sukiandjojo) menjadi Suryadi Angga Kusuma sah

penerapannya, namun dikarenakan atas dasar sengketa kepemilikan hak atas persil

tanah dimaksud sudah ada putusan kasasi MA yang menyatakan persil tanah

dimaksud merupakan milik Basais Sutami selaku pemilik awal yang juga telah

dibuktikan dengan pembuktian di persidangan berdasarkan salinan Putusan

Mahkamah Agung R.I. Nomor : 2395 K/PDT/2003, tanggal 12 Juli 2005, jucto

Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang Nomor : 31/PDT/2002/PT.TK, tanggal 28

Oktober 2002, juncto Putusan PN Kelas I A Tanjung Karang No.

46/Pdt.G/2001/PN.TK tanggal 3 Januari 2002, maka kepemilikan Suryadi Angga

Kusuma atas persil tanah SHGB 285/Rangai Tri Tunggal bekas SHM 257/sisa

menjadi batal demi hukum dan pemilik yang sah atas persil tanah tersebut adalah

Basais Sutami.

Dan juga dikarenakan pendaftaran balik nama sertifikat hak milik yang mana

dilaksanakan tanggal 11 Agustus 2008 melalui No. Isian DI. 307.NO: 13.144 dan DI.

308. NO: 10.160, belum habis masa daluarsa untuk para pihak yang berkeberatan atas

dikeluarkannya SHM 257/sisa menjadi atas nama Suryadi Angga Kusuma sesuai

ketentuan PP 24/1997 Pasal 32 ayat (2) yaitu 5 (lima) tahun, maka tindakan hukum

yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersengketa selain Suryadi Angga Kusuma dan

Ian Maradona 10

penerapan hukum yang dilakukan oleh hakim yang memutus sengketa kepemilikan

persil 257/sisa yang telah berubah menjadi SHGB 285/Rangai Tri Tunggal sah secara

hukum.

C. Dasar Pengenaan Hakim Memutus Perkara Tingkat Pertama

Apabila kita runut dari awal sejarah mulai sengketa ini, seperti disebutkan dalam dalil-

dalil gugatan Basais Sutami, Jawaban Tergugat Maria Generosa selaku tergugat I dan

Sanusi Sukiandjojo selaku tergugat II, Eksepsi, Replik, Duplik yang pada pokoknya

menyatakan :

1. Bahwa atas persil tanah tersebut telah diserahkan uang pembelian dengan kwitansi

pembayaran secara bertahap dengan 6 (enam) tahap sejak Agustus 1987 sampai

Januari 1988, dengan penjual H. Ashari seperti tertuang dalam SHM 08 Surat Ukur

No. 3357/1982 dengan luasan 37.700 M2 (data tidak tersedia) dan pembeli Basais

Sutami, (lampiran kwitansi tidak tersedia),

2. Bahwa Basais telah banyak memasukkan nama-nama dalam Akta Pengikatan Jual

Beli dan karena terbentur ketentuan maksimal kepemilikan tanah, maka Basais

mengatasnamakan APJB kepada Maria Generosa (Kakak kandung Basais) sesuai

dengan APJB No. 16 tanggal 7 September 1987 (data tidak tersedia) dengan

ketentuan apabila selanjutnya Maria Generosa berkehendak meningkatkan APJB

tersebut menjadi Akta Jual Beli yang diikuti dengan levering dari H. Ashari, maka

Maria Generosa harus membayar senilai uang pembelian Basais kepada H. Ashari

plus biaya administrasi lainnya,

3. Bahwa Maria Generosa telah mengalihkan hak kepemilikannya kepada Sanusi

Sukiandjojo berdasar pada Surat Pengikatan Perjanjian Jual Beli No. 65 tanggal 18

Januari 1988 (data tidak tersedia) dengan diterbitkannya SHM 240 dengan surat ukur

No. 698/1995 (data tidak tersedia) atas nama Sanusi Sukiandjojo, tanpa disertai

pembayaran senilai uang pembelian Basais dengan H. Ashari yang telah ditentukan

sebelumnya antara Basais dengan Maria Generosa (kwitansi tidak ada dan tidak

disertai sebagai alat pembuktian di persidangan),

Ian Maradona 11

4. Bahwa atas tanah tersebut telah dilakukan penggabungan area persil oleh Sanusi

dengan persil tanah yang bersebelahan dengan persil tanah dimaksud sehingga

terbitlah SHM 257 dengan Surat Ukur No. 1903/1995 dengan luasan berubah menjadi

dari 37.700 M2 menjadi 61.020 M2,

5. Bahwa kemudian Sanusi menjual sebagian persil tanah SHM 257 - Surat Ukur No.

1903/1995 tersebut kepada pihak lain seluas 32.325 M2 sehingga luas tanah tersebut

berkurang menjadi 28.695 (SHM 257/sisa),

6. Bahwa atas dasar hal tersebut diatas Basais mengajukan Conservatoir Beslag dengan

alasan ditakutkan atas persil tanah SHM 257/sisa juga akan dialihkan hak

kepemilikannya oleh Sanusi kepada pihak lain, yang mana untuk obyek yang sama

telah dijatuhkan Conservatoir Beslag dalam perkara No. 13/Pdt.G/2000/PN.TK (data

tidak tersedia), yang mana pada saat berlangsungnya persidangan sengketa atas

perkara No. 46/PDT.G/2001/PN.TK ini masih proses Kasasi Mahkamah Agung R.I.

7. Bahwa Basais mengklaim jelas tanah bekas SHM 08 Surat Ukur No. 3357/1982

dengan turunan-turunannya (sertifikat) adalah murni hak miliknya dengan

pembuktian kwitansi pembelian secara bertahap, yang mana telah berulang kali

dimintakan hak pembeliannya kepada Maria Generosa yang telah mengalihkan

kepemilikannya kepada Sanusi yang juga tidak menyerahkan hak sejumlah uang

pembelian persil tanah tersebut pada Basais, sehingga Basais memohon pada Majelis

Hakim PN Kelas I A Tanjung Karang memutus Maria Generosa dan Sanusi secara

tanggung renteng membayar senilai uang pembelian tanah persil dimaksud tahun

1987-1988 dengan mengkonversi nilai harga pasar saat ini (pada saat gugatan

diajukan) Rp. 120.000,- per meter persegi,

8. Bahwa Basais telah berulang kali menagih uang pembelian persil tanah dimaksud,

dikarenakan faktor kesulitan tersebut maka pihak Basais memohon Majelis Hakim

PN Kelas I A Tanjung Karang dapat membatalkan SHM 257/sisa atas nama Sanusi

tersebut dan menyatakan tidak berkekuatan hukum segala bentuk transaksi atas persil

tanah tersebut yang dilakukan Sanusi terhadap pihak lain,

9. Untuk gugatan tersebut diatas pihak tergugat I Maria Generosa dan tergugat II Sanusi

Sukiandjojo telah mengajukan jawaban gugatan yang intinya menolak dan

menyatakan gugatan Basais tidak beralasan,

Ian Maradona 12

10. Sanusi mengklaim dalam pokok perkara bahwa yang bersangkutan mendapat hak atas

tanah berdasarkan atas Akta Jual Beli No. 71 PPAT/II/KTB-/1995 yang dibuat

dihadapan Ny. Julia Mensana Notaris di Bandar Lampung, (data tidak tersedia)

dengan penjual Sudijanto, dalam jabatannya selaku Branch Manager PT. Bank Bali

cabang Bandar Lampung berdasarkan SK Direksi PT. Bank Bali dan Akta Kuasa

yang dibuat dihadapan Notaris bersangkutan (data tidak tersedia),

11. Dalam memutus perkara di persidangan terhadap perkara ini, para pihak

menghadirkan saksi-saksi yang menguatkan para pihak dalam hal ini Basais

menghadirkan saksi-saksi antara lain :

a. Pemilik SHM 08 (H. Ashari),

b. Mustofa.

Dan Maria beserta Sanusi menghadirkan Notaris PPAT Jenmerdin, yang masing-

masing menurut keterangannya :

a. Pemilik SHM 8 (H. Ashari) menyatakan dimuka sidang menjual tanahnya pada

Basais, tidak pernah menjual tanah tersebut pada pihak lain, menandatangani

beberapa kwitansi pembelian, tidak kenal pada Maria Generosa, tidak pernah

melakukan jual beli dengan Maria Generosa, menerima uang hasil penjualan

tanah tersebut yang diantar kerumah disaksikan anak dan istrinya, dan pada waktu

menandatangani pengikatan jual beli dihadapan notaris Jenmerdin adalah dengan

Basais,

b. Mustofa menyatakan dimuka sidang mengetahui tanah yang menjadi sengketa,

jual beli tersebut dilakukan antara Basais dengan H. Ashari, mengetahui saat

Basais menyerahkan uang pada H. Ashari, tidak mengetahui ada perjanjian antara

H. Ashari dengan Maria Generosa dan Sanusi, tidak mengetahui H. Ashari

menjual tanah pada Maria Generosa dan Sanusi,

c. Notaris PPAT Jenmerdin menyatakan dimuka sidang mengetahui tanah yang

menjadi sengketa, menyatakan bahwa benar tanah tersebut sudah dijual belikan

antara H. Ashari dengan Maria Generosa dan Sanusi Sukiandjojo pada 7 Juli 1987

dengan Akta No. 16, menyatakan bahwa pada saat membuat Akta No. 16 tersebut

yang hadir adalah H. Ashari, istri, anaknya, Maria Generosa dan Sanusi

Sukiandjojo, menyatakan bahwa pada tanggal 18 Januari 1988 Akta No. 16

Ian Maradona 13

tersebut dibatalkan dengan Akta No. 63 dan pada hari yang sama dibuat lagi Akta

Jual Beli antara H. Ashari dengan Sanusi yaitu Akta No. 65, menyatakan bahwa

mengenai pembayaran jual beli tersebut Notaris Jenmerdin tidak mengetahuinya

tetapi kata para pihak sudah lunas, bahwa pada saat membuat Akta-akta itu Basais

tidak hadir, bahwa uang pembayaran Akta yang menyerahkan adalah Basais,

sedangkan yang mengambil Akta adalah pegawai Sanusi Sukiandjojo (Sumardi),

bahwa yang membuat Akta adalah Sanusi Sukiandjojo dan Maria Generosa

namun yang membayar adalah Basais.

Perlu diketahui bahwa dalam Hukum Acara Perdata, pemeriksaan yang digunakan

adalah Hakim bersifat pasif tidak aktif seperti Hukum Acara Pidana karena menyangkut

kepentingan hukum privat bukan publik, seperti tertera dalam Pasal 1865 BW,

”barangsiapa mengajukan peristiwa-peristiwa atas nama ia mendasarkan sesuatu hak, diwajibkan membuktikan peristiwa-peristiwa itu; sebaliknya barangsiapa mengajukan peristiwa-peristiwa guna pembatahan hak orang lain, diwajibkan juga membuktikan peristiwa-peristiwa itu”.

Jadi Majelis Hakim PN Tanjung Karang dalam mengadili perkara ini hanya melihat

dari bukti-bukti yang diajukan para pihak yang berperkara dan dapat dibuktikan satu

sama lain di persidangan, baik melalui pembuktian surat (surat-surat akta dan surat-

surat bukan akta), maupun saksi-saksi.

Dasar yang menguatkan bagi Basais untuk menyatakan bahwa persil tanah 285/Rangai

Tri Tunggal bekas 257/sisa dan turunan-turunannya miliknya, adalah didasari pada

kwitansi pembelian bertahap 6 (enam) kali dan keterangan saksi H. Ashari sebagai

pemilik mula / penjual yang menyatakan bahwa pembelian tanah persil miliknya

dilakukan antara dirinya dan Basais secara bertahap yang uangnya diantarkan kerumah

dan disaksikan oleh istri dan anaknya juga saksi Notaris Jenmerdin yang menyatakan

bahwa Akta dibuat oleh Sanusi Sukiandjojo dan Maria Generosa, namun uang

pembayaran Akta dan persil tanah dibayar oleh Basais.

Ian Maradona 14

Majelis Hakim PN Tanjung Karang yang mengadili perkara ini menilai bahwa gugatan

Basais yang memohon bahwa persil tanah SHM 257/sisa yang sekarang menjadi SHGB

285/Rangai Tri Tunggal adalah miliknya yang sah adalah benar dan sudah sepatutnya

sehingga memenangkan pihak Basasi selaku Penggugat untuk sebahagian gugatannya

dan menyatakan bahwa persil tanah SHM 257/sisa adalah milik Basais dan menyatakan

segala transaksi yang dilakukan oleh Sanusi atas persil tanah dimaksud adalah tidak

berkekuatan hukum, sedangkan untuk Sanusi yang menyatakan bahwa tanah tersebut

didapat dengan cara pembelian secara lelang dari asset eks. Foreclosed Bank Bali

sesuai bukti copy Akta Risalah Lelang No. 112/1992-93 tidak dapat dibuktikan.

D. Posisi Hukum Suryadi Angga Kusuma Selaku Pemilik Yang Tertera Dalam SHGB

285/Rangai Tri Tunggal

Sesuai dengan adanya putusan hakim berkekuatan hukum tetap atas persil tanah SHGB

285/Rangai Tri Tunggal bekas SHM 257/sisa yang nyata dalam pokoknya menyatakan

bahwa Basais Sutami sebagai pemilik persil yang sah, maka kekuatan hukum SHGB

285/Rangai Tri Tunggal menjadi lemah dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Dalam hal apabila pihak Basais mengajukan permohonan pembatalan sertifikat SHM

257/sisa ke Badan Pertanahan Daerah Kab. Kalianda berdasarkan Putusan Mahkamah

Agung R.I. Nomor : 2395 K/PDT/2003, tanggal 12 Juli 2005, jucto Putusan Pengadilan

Tinggi Tanjungkarang Nomor : 31/PDT/2002/PT.TK, tanggal 28 Oktober 2002, juncto

Putusan PN Kelas I A Tanjungkarang No. 46/Pdt.G/2001/PN.TK tanggal 3 Januari 2002,

yang menyatakan bahwa Basais merupakan pemilik yang sah atas persil tersebut, yang

akibat hukumnya secara mutatis mutandis akan membatalkan juga SHGB 285/Rangai Tri

Tunggal, maka upaya hukum yang dapat ditempuh oleh Suryadi Angga Kusuma adalah

dengan mengajukan gugatan terhadap Sanusi Sukiandjojo ke kantor Kepaniteraan

Pengadilan Negeri Kelas I A Tanjungkarang atas tidak benarnya pernyataan yang

diberikan Sanusi Sukiandjojo selaku penjual berdasar Akta Pengikatan Jual Beli No. 32

tanggal 29 April 2003 yang dibuat dihadapan Notaris Djoni, S.H.

Ian Maradona 15

E. Resiko Yang Akan Dan Mungkin Timbul Atas Pembelian Tanah SHGB 285/Rangai

Tri Tunggal oleh PT. SIP.

Seperti telah diuraikan diatas, atas dasar Putusan Kasasi Mahkamah Agung R.I. Nomor :

2395 K/PDT/2003, tanggal 12 Juli 2005, jucto Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang

Nomor : 31/PDT/2002/PT.TK, tanggal 28 Oktober 2002, juncto Putusan PN Kelas I A

Tanjungkarang No. 46/Pdt.G/2001/PN.TK tanggal 3 Januari 2002, yang pada intinya

menyatakan bahwa Kepemilikan Sanusi atas persil 257/sisa dinyatakan tidak berkekuatan

hukum mengikat dan Basais adalah pemegang hak yang sah atas tanah berdasarkan bukti

pembelian yang sah, maka semua transaksi yang dilakukan oleh Sanusi Sukiandjojo

dinyatakan tidak sah dan tidak berkekuatan hukum mengikat yang berpengaruh juga

kepemilikan persil tanah SHGB 285/Rangai Tri Tunggal bekas SHM 257/sisa secara

mutatis mutandi juga tidak sah dan tidak berkekuatan hukum mengikat sehingga tidak

mungkin perusahaan membeli persil dimaksud pada Suryadi Angga Kusuma.

Apabila perusahaan tetap ingin melakukan jual beli persil tanah SHGB 285/Rangai Tri

Tunggal dengan Suryadi yang mana telah kami utarakan diatas bahwa atas dasar semua

transaksi yang dilakukan oleh Sanusi Sukiandjojo dinyatakan tidak sah, yang mana

dikarenakan atas persil tanah dimaksud juga telah dikenakan sita eksekusi melalui

Penetapan Eksekusi PN Kelas I Tanjungkarang No. 13/Eks/2009/PN.Tk, tanggal 25 Juni

2009 dan Penetapan Delegasi Eksekusi PN Kalianda No. 01/DELEG/2009/PN.KLD,

tanggal 14 Juli 2009, yang tidak mungkin dilakukan peralihan hak kepemilikannya, maka

secara hukum jual beli yang dilakukan antara perusahaan dengan Suryadi Angga Kusuma

tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum apa-apa.

Ian Maradona 16

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan paparan diatas menurut pendapat hukum penulis, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1. Basais adalah pemilik sah persil tanah SHGB 285/Rangai Tri Tunggal

berdasarkan Putusan Kasasi Mahkamah Agung R.I. Nomor : 2395 K/PDT/2003,

tanggal 12 Juli 2005, jucto Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang Nomor :

31/PDT/2002/PT.TK, tanggal 28 Oktober 2002, juncto Putusan PN Kelas I A

Tanjungkarang No. 46/Pdt.G/2001/PN.TK tanggal 3 Januari 2002,

2. Hakim dalam mengadili perkara sudah menerapkan ketentuan hukum yang benar,

yang mana putusannya didasari pada :

a. Kompetensi Absolut kewenangan mengadili perkara ini berada pada lingkup

Pengadilan Negeri karena mencakup sengketa kepemilikan hak bukan

administratif pembatalan suatu putusan pejabat tata usaha negara,

b. Kompetensi Relatif berdasarkan Pasal 118 ayat (1) Rbg bahwa gugatan

diajukan didomisili dimana tergugat tinggal dalam hal ini PN Tanjung

Karang, bukan PN Kalianda dimana obyek sengketa berada,

c. Kekuatan pembuktian di persidangan didasari pada alat bukti yang tersedia :

(1) Alat bukti surat (surat-surat akta (SHM, AJB, PPJB, Risalah Lelang) dan

surat-surat bukan akta (Kwitansi Pembelian, surat permohonan, kliping

koran, dsb),

(2) Keterangan saksi mengenai kejadian.

3. Sebetulnya ada upaya hukum lain yang dapat diterapkan oleh Suryadi Angga

Kusuma dalam kaitannya dengan permasalahan ini, yaitu Darden Verzet

(Perlawanan Pihak Ketiga), selain kita kenal istilah verzet terhadap putusan

verstek yang diajukan oleh pihak yang terlibat dalam perkara (yang tidak hadir di

persidangan), verzet juga dimungkinkan diajukan oleh pihak ketiga (tidak sebagai

Ian Maradona 17

pihak) yang kepentingannya ikut di rugikan. Dalam hal ini Suryadi sebagai

pembeli yang beritikad baik yang namanya tercantum dalam SHGB 285/Rangai

Tri Tunggal telah dirugikan atas Sita Eksekusi yang ditetapkan melalui Penetapan

Eksekusi PN Kelas I Tanjungkarang No. 13/Eks/2009/PN.Tk, tanggal 25 Juni

2009 dan Penetapan Delegasi Eksekusi PN Kalianda No.

01/DELEG/2009/PN.KLD, tanggal 14 Juli 2009, atas perkara sengketa

kepemilikan antara Basais Sutami, Sanusi Sukiandjojo dan Maria Generosa. Yang

sering terjadi adalah verzet terhadap sita eksekusi (seperti studi kasus ini) bila

dalam rangka pelaksanaan putusan (eksekusi) pengadilan meletakkan sita

terhadap benda/barang tertentu yang ternyata oleh pihak lain diklaim sebagai

miliknya, maka pihak ketiga tersebut dapat mengajukan perlawanan dengan

menempatkan pemohon eksekusi sebagai pihak Terlawan. Dalam permohonan

tersebut. Perlawan (Suryadi Angga Kusuma) meminta agar pengadilan

mencabut/mengangkat sita yang bersangkutan. Lebih jauh hal mi berarti, bahwa

perlawanan hanya dapat diajukan bila eksekusi belum dilaksanakan, tetapi baru

“persiapan” pelaksanaan dengan mengamankan barang-barang/benda yang akan

dieksekusi. Bila eksekusi sudah selesal, maka perlawanan tidak dapat dibenarkan

lagi, upaya hukumnya adalah melalui gugatan biasa., sehingga dapat disimpulkan

bahwa dalam hal ini Suryadi Angga Kusuma telah salah mengambil langkah

hukum yang mengakibatkan yang bersangkutan sudah tidak dapat lagi

mengajukan Darden Verzet karena Executorial Beslag sudah ditetapkan. Adapun

upaya hukum lain yang dapat diajukan oleh Suryadi Angga Kusuma adalah

melalui gugatan biasa.

B. SARAN

Adapun saran penulis mengenai langkah yang dapat diambil apabila PT. SUMBER

INDAHPERKASA tetap membeli persil tanah SHGB 285/Rangai Tri Tunggal untuk

bahan pertimbangan adalah :

1. Melakukan Pengikatan Jual Beli terhadap obyek persil tanah dimaksud dengan

ketentuan melepaskan perusahaan dari resiko hukum yang mungkin timbul atas

Ian Maradona 18

perselisihan sengketa kepemilikan persil tanah dimaksud oleh para pihak yang

berperkara dan Suryadi Angga Kusuma menjamin perusahaan apabila dikemudian

hari terdapat perselisihan baru terkait dengan pelaksanaan jual beli ini maka

perusahaan tidak dilibatkan dan Suryadi Angga Kusuma mengembalikan penuh

biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan untuk pembelian persil tanah

tersebut berikut biaya-biaya lainnya yang mungkin timbul.

2. Perusahaan mengakomodir upaya mediasi antara pihak-pihak yang bersengketa

dengan tujuan mencari titik temu untuk perselisihan sengketa kepemilikan persil

tanah dimaksud yang mana pada akhirnya mempertemukan perusahaan dengan

pemilik yang sah secara hukum tanpa mengindahkan hak-hak pihak yang

bersengketa, dengan perantaraan institusi yang berwenang.

Ian Maradona 19

VI. DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang No. 5 tahun 1960 Tentang Ketentuan Pokok Dasar Agraria,

2. Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-Undang No. 14

tahun 1985 tentang Kekuasaan Kehakiman,

3. Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1996, Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna

Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah,

4. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997, Tentang Pendaftaran Tanah,

5. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 tahun

1999 tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hal Atas Tanah Negara Dan Hak

Pengelolaan,

6. Panggabean.H.P. DR. SH., MS. Pendalaman Kemahiran Beracara (Perdata), Suatu

Bahasan Terhadap Praktik Peradilan Secara Umum. Jala Permata. Jakarta 2007.

Ian Maradona 20