kronologis sengketa shgb 285 / rangai tri tunggal file · web viewuntuk menjamin kepastian hukum...
TRANSCRIPT
I PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG
Terkait adanya sengketa atas kepemilikan sebidang tanah Sertifikat Hak Guna Bangunan
(SHGB) 285/Rangai Tri Tunggal, antara Suryadi Angga Kusuma selaku pemilik yang
namanya tertera dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) 285/Rangai Tri Tunggal,
Sanusi Sukiandjojo selaku pemilik awal dan Basais Sutami adik Sanusi Sukiandjojo yang
mengklaim bahwa tanah bersangkutan merupakan milik pribadinya dan sudah diputus
berkekuatan hukum tetap berdasarkan Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor : 2395
K/PDT/2003, tanggal 12 Juli 2005, juncto Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang No. :
31/PDT/2002/PT.TK, tanggal 28 Oktober 2002, juncto Putusan Pengadilan Negeri Kelas I A
Tanjung Karang Nomor : 46/PDT.G/2001/PN.TK tanggal 3 Januari 2002, yang mana tanah
bersangkutan direncanakan akan dibeli oleh PT. Sumber Indah Perkasa untuk proyek
pembangunan pabrik pengolahan minyak inti sawit (Kernel) bersamaan dengan 4 (empat)
bidang tanah lainnya, masing-masing SHGB 286, 287, 288, 289 yang kesemuanya
bersinggungan satu sama lain sehingga membentuk satu kesatuan tanah, dengan luasan
keseluruhan mencapai 15 Ha sesuai dengan luasan yang diajukan Izin Lokasi lahannya
kepada Bupati Lampung Selatan untuk Pembangunan Pabrik Industri Minyak Kasar (Minyak
Makan), Lemak dari Nabati, Ransum Makan Ternak, Industri Turunannya dan Dermaga /
Jetti yang berlokasi dan berdomisili di alamat di Desa Rangai Tri Tunggal, Kec. Ketibung,
Lampung Selatan, yang mana sudah dikeluarkan SK Bupati Lampung Selatan No. 237a/HK-
LS/2008 untuk izin bersangkutan yaitu atas lokasi dan luasan tersebut.
Adapun dikarenakan atas tanah tersebut masih terdapat sengketa atas hak kepemilikannya,
berikut penulis sampaikan paparan berikut opini hukum terkait sengketa atas tanah Sertifikat
Hak Guna Bangunan (SHGB) 285/Rangai Tri Tunggal tersebut yang dipaparkan dalam
makalah ini, yang juga makalah ini disusun sebagai salah satu prasyarat memasuki Program
Magister Hukum Universitas Gajah Mada Kelas Jakarta.
Ian Maradona 1
II. LANDASAN TEORI
Dasar Peraturan Agraria :
Menurut UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA NOMOR 5 TAHUN 1960
Bagian II mengenai Pendaftaran Tanah Pasal 19 dinyatakan bahwa :
(1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi: a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah;b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-haktersebut;c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagaialat pembuktian
yang kuat.(3) Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan
masyarakat, keperluan lalu-lintas sosial ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria.
(4) Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran termaksud dalam ayat (1) diatas, dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut.
UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA NOMOR 5 TAHUN 1960 Bagian V
mengenai Hak Milik Pasal 23 menyatakan :
(1) Hak milik, demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19.
(2) Pendaftaran termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut.
UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA NOMOR 5 TAHUN 1960 Bagian V
mengenai Hak Guna Bangunan Pasal 38 menyatakan :
(1) Hak guna-bangunan, termasuk syarat-syarat pemberiannya, demikian juga setiap peralihan dan hapusnya hak tersebut harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19.
(2) Pendaftaran termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak guna-bangunan serta sahnya peralihan hak tersebut, kecuali dalam hal hak itu hapus karena jangka waktunya berakhir.
Adapun menurut PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
40 TAHUN 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai
Ian Maradona 2
Atas Tanah, mengenai Hapusnya Hak Guna Bangunan Bagian Kedelapan Pasal 35
ayat 1 butir b (3) menyatakan :
(1) Hak Guna Bangunan hapus karena : a. berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian
atau perpanjangannya atau dalam perjanjian pemberiannya;b. dibatalkan oleh pejabat yang berwenang, pemegang Hak Pengelolaan atau
pemegang Hak MiIik sebelum jangka waktunya berakhir, karena : 1) tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak dan/atau dilanggamya
ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Pasal 31 dan Pasal 32; atau
2) tidak dipenuhinya syarat-syarat atau kewajiban-kewajiban yang tertuang dalam perjanjian pemberian Hak Guna Bangunan antara pemegang Hak Guna Bangunan dan pemegang Hak Milik atau perjanjian penggunaan tanah Hak Pengelolaan ; atau
3) putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap;c. dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktu
berakhir;d. dicabut berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961;e. ditelantarkan;f. tanahnya musnah;g. ketentuan Pasal 20 ayat (2).
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hapusnya Hak Guna Bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Presiden.
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 mengenai Pendaftaran
Tanah, Pasal 32 ayat (1), (2) menyatakan :
(1) Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.
(2) Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut.
PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG TATA
CARA PEMBERIAN DAN PEMBATALAN HAK ATAS TANAH NEGARA
Ian Maradona 3
DAN HAK PENGELOLAAN, Bagian Ketiga mengenai Pembatalan Hak Atas
Tanah Karena Melaksanakan Putusan Pengadilan Yang Telah Memperolah
Kekuatan Hukum Tetap, dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 14, dinyatakan
bahwa :
(14) pembatalan hak atas tanah adalah pembatalan keputusan pemberian suatu hak atas tanah atau sertipikat hak atas tanah karena keputusan tersebut mengandung cacad hukum administrasi dalam penerbitannya atau untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Dalam Pasal 124 Permen Agraria No. 9/1999 tersebut juga menyatakan bahwa :
(1) Keputusan pembatalan hak atas tanah karena melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap diterbitkan atas permohonan yang berkepentingan.
(2) Amar putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap meliputi dinyatakan batal atau tidak mempunyai kekuatan hukum atau yang pada intinya sama dengan itu.
Ian Maradona 4
III.METODELOGI HUKUM DAN BAHAN KAJIAN
Batasan – Batasan :
Dalam menyusun makalah ini penulis hanya membatasi isi dan kandungannya dibuat
didasarkan pada batasan sebagai sebagai berikut :
A. Dokumen yang tersedia berupa salinan asli maupun copy, diasumsikan sama dengan
aslinya berikut tanda tangan yang dibubuhi merupakan tanda tangan orang yang
bersangkutan tertera sama dengan nama yang bersangkutan dan merupakan orang yang
berwenang menandatangani surat, dokumen maupun akte terkait tanpa terkecuali,
B. Diasumsikan peraturan perundang-undangan yang dijadikan referensi dalam makalah
hukum ini masih berlaku secara sah sampai dengan tanggal makalah ini disusun dan
belum ada perubahan / revisi, penambahan / amandment atas peraturan perundang-
undangan terkait.
Ian Maradona 5
IV. PEMBAHASAN
A. Kronologis Perkara :
1. Akte Pengikatan Jual Beli No : 32
Seperti tertulis dalam ketentuan umum Akte Pengikatan Jual Beli No : 32 Tanggal 29
April 2003 yang dibuat dihadapan Notaris Djoni, SH., PPAT Kota Bandar Lampung
antara pihak pertama selaku penjual Sanusi Sukiandjojo dan pihak kedua selaku
pembeli Suryadi Angga Kusuma bahwa :
” selanjutnya atas jual beli tersebut menurut keterangan para pihak akan dilakukan
dengan syarat-syarat atau aturan-aturan yang ditetapkan dalam model atau formulir
Akta Jual Beli pejabat yang kemudian hari mungkin dirubah atau ditambah dengan
ketentuan mengenai pemberian kuasa untuk membalikkan nama hak atas tanah
tersebut ke atas nama pihak kedua”.
Selain daripada hal tersebut diatas, dalam pasal 1 APJB ini menurut keterangan para
pihak
” Pihak pertama menjamin kepada pihak kedua tentang adanya hak-hak yang akan
dijual dalam akta ini dan jika dikemudian hari ternyata bahwa pihak pertama tidak
mempunyai hak atas tanah tersebut, maka pengikatan jual beli tanah ini dengan
sendirinya menjadi batal demi hukum”.
2. Masalah Hukum :
Berdasarkan dokumen yang dimiliki, penulis temukan beberapa permasalahan hukum
yang terjadi antara lain :
a. Berdasarkan surat BPN Kalianda pada tanggal 2 September 2000 yang
menyatakan bahwa Tanah SHM No. 257/Sisa terdaftar pada kantor Badan
Pertanahan Nasional Kalianda, Lampung Selatan atas nama Sanusi,
b. Ada pihak lain yang kemudian mengaku sebagai pemilik sah atas persil tanah
tersebut (Basais Sutami) dengan diajukannya sengketa tersebut ke PN Kelas I A
Tanjung Karang antara Basais Sutami selaku Penggugat melawan Maria Generosa
Ian Maradona 6
selaku Tergugat I dan Sanusi Sukiandjojo selaku Tergugat II, yang perkara
sengketanya telah diputus melalui :
(1) Putusan Pengadilan Negeri Kelas I A Tanjung Karang Nomor :
46/PDT.G/2001/PN.TK tanggal 3 Januari 2002 menyatakan dalam pokok
perkaranya bahwa :
(a) Kepemilikan Sanusi atas tanah dinyatakan tidak berkekuatan hukum
mengikat,
(b) Basais adalah pemegang hak yang sah atas tanah berdasarkan bukti
pembelian yang sah,
(c) Semua transaksi yang dilakukan oleh Tergugat II (Sanusi) dinyatakan
tidak sah dan tidak berkekuatan hukum mengikat.
(2) Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang Nomor : 31/PDT/2002/PT.TK,
tanggal 28 Oktober 2002, menyatakan dalam pokok perkaranya menguatkan
putusan hakim terdahulu yang menyatakan bahwa kepemilikan Sanusi atas
tanah dinyatakan tidak berkekuatan hukum mengikat dan semua transaksi
yang dilakukan oleh Tergugat II (Sanusi) dinyatakan tidak sah dan tidak
berkekuatan hukum mengikat.
(3) Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor : 2395 K/PDT/2003, tanggal 12 Juli
2005, menyatakan dalam pokok perkaranya menolak kasasi
tergugat/pembanding sehingga Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang
Nomor : 31/PDT/2002/PT.TK mempunyai kekuatan hukum tetap (Inkracht).
Adapun dengan dasar penolakan kasasi Mahkamah Agung R.I., atas perkara
tersebut untuk tergugat/pembanding/pemohon kasasi, maka pihak Basais
mengajukan Sita Eksekusi (Executorial Baslag) atas tanah dimaksud dan untuk
pengajuan itu telah dikeluarkannya Salinan Penetapan Eksekusi PN Kelas I
Tanjung Karang No. 13/Eks/2009/PN.Tk, tanggal 25 Juni 2009 dengan
pelaksanaan / pendelegasian eksekusi dilaksanakan oleh juru sita PN Kalianda
sesuai domisili obyek sengketa dengan dasar Salinan Penetapan Delegasi
Eksekusi PN Kalianda No. 01/DELEG/2009/PN.KLD, tanggal 14 Juli 2009.
Ian Maradona 7
c. Upaya Perdamaian
Pada pelaksanaan jalannya sidang gugatan sengketa atas kepemilikan tanah
SHGB 285/Rangai Tri Tunggal sudah pernah dilakukan upaya perdamaian antara
pihak-pihak yang berperkara yaitu pihak pertama Basais Sanusi dan pihak kedua
masing-masing Maria Generosa dan Sanusi Sukiandjojo, dengan
ditandatanganinya Akta Perdamaian No. 11 tanggal 18 Desember 2002, yang
dibuat dihadapan Notaris Jenmerdin, SH., dengan kemudian dilakukan revisi atas
akte tersebut dengan perubahannya yaitu Akta Perubahan No. 21 tanggal 8 April
2003 yang juga dibuat dihadapan Notaris Jenmerdin, SH.
Bahwa dalam Akta Perdamaian No. 11 tanggal 18 Desember 2002, yang dibuat
dihadapan Notaris Jenmerdin, SH., dengan kemudian dilakukan revisi atas akte
tersebut dengan perubahannya yaitu Akta Perubahan No. 21 tanggal 8 April 2003
yang juga dibuat dihadapan Notaris Jenmerdin, SH. Masing-masing dalam
pokoknya menyatakan bahwa :
(1) Para pihak sepakat menyelesaikan sengketa keperdataan ini dengan jalan
damai dan tidak akan memperpanjang sengketa perselisihan tersebut,
(2) Masing-masing pihak akan melepaskan hak-hak dan kepentingannya secara
menyeluruh tanpa ada yang dikecualikan, baik putusan Pengadilan Negeri
maupun putusan peradilan yang lebih tinggi.
Adapun dalam praktek penerapan isi akta perdamaian dan akta perubahan atas
akta perdamaian itu masing-masing pihak mengelak dari kesepakatan yang dibuat
dengan tidak melaksanakan isi klausul menjadikan akta yang telah dibuat sia-sia
dan tidak mempunyai kekuatan hukum apa-apa,
B. Pihak Yang Dinyatakan Sebagai Pemilik Sah SHGB 285/Rangai Tri Tunggal :
1. Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 5 tahun 2005 juncto Nomor 14 tahun
1985 menyatakan bahwa kasasi merupakan putusan pengadilan tingkat terakhir dari
semua tingkat peradilan tidak terbatas pada peradilan umum, sehingga putusan kasasi
Ian Maradona 8
dapat disamakan dengan putusan yang berkekuatan hukum tetap (Inkracht Van
Gewijsde), kecuali ada peninjauan kembali atas kasasi Mahkamah Agung R.I.,
tersebut dengan diketemukannya bukti-bukti baru yang membatalkan putusan kasasi
Mahkamah Agung R.I., Nomor : 2395 K/PDT/2003, tanggal 12 Juli 2005 tersebut.
Adapun dengan ditolaknya kasasi atas perkara sengketa kepemilikan hak atas tanah
SHGB 285/Rangai Tri Tunggal bekas SHM 257/sisa oleh Makhamah Agung RI
dengan pemohon Kasasi Maria Generosa dan Sanusi Sukiandjojo dan termohon
Kasasi Basais Sutami. Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor : 2395 K/PDT/2003,
tanggal 12 Juli 2005, jucto Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang Nomor :
31/PDT/2002/PT.TK, tanggal 28 Oktober 2002, juncto Putusan PN Kelas I A
Tanjung Karang No. 46/Pdt.G/2001/PN.TK tanggal 3 Januari 2002 menjadi
berkekuatan hukum tetap (Inkracht) dengan menunjuk Basais Sutami selaku
Penggugat/Terbanding/Termohon Kasasi sebagai pemilik persil tanah SHM 257/sisa
yang sah yang sekarang menjadi SHGB 285/Rangai Tri Tunggal.
Juga merujuk dari peraturan Agraria, PP 40/1996 Pasal 35 ayat 1 butir b (3) yang
menyatakan Hak Guna Bangunan dapat hapus atas dasar putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, walau dalam PP 24/1997 Pasal 32 ayat
(1) dinyatakan :
”Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang
data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur
dan buku tanah hak yang bersangkutan”,
namun dalam ayat (2) juga dinyatakan
”Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas
nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik
dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas
tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5
(lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan keberatan secara
Ian Maradona 9
tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang
bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai
penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut.”
Jadi dalam penerapan hukumnya walaupun SHGB 285/Rangai Tri Tunggal bekas
SHM 257/sisa saat ini atas nama Suryadi Angga Kusuma berdasarkan atas Akte
Pengikatan Jual Beli No : 32 Tanggal 29 April 2003 yang dibuat dihadapan Notaris
Djoni, SH., PPAT Kota Bandar Lampung antara pihak pertama selaku penjual Sanusi
Sukiandjojo dan pihak kedua selaku pembeli Suryadi Angga Kusuma, yang kemudian
ditingkatkan menjadi Akta Jual Beli No. 108/8/KT/2003 tanggal 11 Agustus 2008
(data tidak tersedia) yang dibuat dihadapan PPAT Kab. Lampung Selatan Dwi
Wijayanti sehingga dapat dibalik namakan dari pemilik awal yang namanya tertera di
SHM 257/sisa (Sanusi Sukiandjojo) menjadi Suryadi Angga Kusuma sah
penerapannya, namun dikarenakan atas dasar sengketa kepemilikan hak atas persil
tanah dimaksud sudah ada putusan kasasi MA yang menyatakan persil tanah
dimaksud merupakan milik Basais Sutami selaku pemilik awal yang juga telah
dibuktikan dengan pembuktian di persidangan berdasarkan salinan Putusan
Mahkamah Agung R.I. Nomor : 2395 K/PDT/2003, tanggal 12 Juli 2005, jucto
Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang Nomor : 31/PDT/2002/PT.TK, tanggal 28
Oktober 2002, juncto Putusan PN Kelas I A Tanjung Karang No.
46/Pdt.G/2001/PN.TK tanggal 3 Januari 2002, maka kepemilikan Suryadi Angga
Kusuma atas persil tanah SHGB 285/Rangai Tri Tunggal bekas SHM 257/sisa
menjadi batal demi hukum dan pemilik yang sah atas persil tanah tersebut adalah
Basais Sutami.
Dan juga dikarenakan pendaftaran balik nama sertifikat hak milik yang mana
dilaksanakan tanggal 11 Agustus 2008 melalui No. Isian DI. 307.NO: 13.144 dan DI.
308. NO: 10.160, belum habis masa daluarsa untuk para pihak yang berkeberatan atas
dikeluarkannya SHM 257/sisa menjadi atas nama Suryadi Angga Kusuma sesuai
ketentuan PP 24/1997 Pasal 32 ayat (2) yaitu 5 (lima) tahun, maka tindakan hukum
yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersengketa selain Suryadi Angga Kusuma dan
Ian Maradona 10
penerapan hukum yang dilakukan oleh hakim yang memutus sengketa kepemilikan
persil 257/sisa yang telah berubah menjadi SHGB 285/Rangai Tri Tunggal sah secara
hukum.
C. Dasar Pengenaan Hakim Memutus Perkara Tingkat Pertama
Apabila kita runut dari awal sejarah mulai sengketa ini, seperti disebutkan dalam dalil-
dalil gugatan Basais Sutami, Jawaban Tergugat Maria Generosa selaku tergugat I dan
Sanusi Sukiandjojo selaku tergugat II, Eksepsi, Replik, Duplik yang pada pokoknya
menyatakan :
1. Bahwa atas persil tanah tersebut telah diserahkan uang pembelian dengan kwitansi
pembayaran secara bertahap dengan 6 (enam) tahap sejak Agustus 1987 sampai
Januari 1988, dengan penjual H. Ashari seperti tertuang dalam SHM 08 Surat Ukur
No. 3357/1982 dengan luasan 37.700 M2 (data tidak tersedia) dan pembeli Basais
Sutami, (lampiran kwitansi tidak tersedia),
2. Bahwa Basais telah banyak memasukkan nama-nama dalam Akta Pengikatan Jual
Beli dan karena terbentur ketentuan maksimal kepemilikan tanah, maka Basais
mengatasnamakan APJB kepada Maria Generosa (Kakak kandung Basais) sesuai
dengan APJB No. 16 tanggal 7 September 1987 (data tidak tersedia) dengan
ketentuan apabila selanjutnya Maria Generosa berkehendak meningkatkan APJB
tersebut menjadi Akta Jual Beli yang diikuti dengan levering dari H. Ashari, maka
Maria Generosa harus membayar senilai uang pembelian Basais kepada H. Ashari
plus biaya administrasi lainnya,
3. Bahwa Maria Generosa telah mengalihkan hak kepemilikannya kepada Sanusi
Sukiandjojo berdasar pada Surat Pengikatan Perjanjian Jual Beli No. 65 tanggal 18
Januari 1988 (data tidak tersedia) dengan diterbitkannya SHM 240 dengan surat ukur
No. 698/1995 (data tidak tersedia) atas nama Sanusi Sukiandjojo, tanpa disertai
pembayaran senilai uang pembelian Basais dengan H. Ashari yang telah ditentukan
sebelumnya antara Basais dengan Maria Generosa (kwitansi tidak ada dan tidak
disertai sebagai alat pembuktian di persidangan),
Ian Maradona 11
4. Bahwa atas tanah tersebut telah dilakukan penggabungan area persil oleh Sanusi
dengan persil tanah yang bersebelahan dengan persil tanah dimaksud sehingga
terbitlah SHM 257 dengan Surat Ukur No. 1903/1995 dengan luasan berubah menjadi
dari 37.700 M2 menjadi 61.020 M2,
5. Bahwa kemudian Sanusi menjual sebagian persil tanah SHM 257 - Surat Ukur No.
1903/1995 tersebut kepada pihak lain seluas 32.325 M2 sehingga luas tanah tersebut
berkurang menjadi 28.695 (SHM 257/sisa),
6. Bahwa atas dasar hal tersebut diatas Basais mengajukan Conservatoir Beslag dengan
alasan ditakutkan atas persil tanah SHM 257/sisa juga akan dialihkan hak
kepemilikannya oleh Sanusi kepada pihak lain, yang mana untuk obyek yang sama
telah dijatuhkan Conservatoir Beslag dalam perkara No. 13/Pdt.G/2000/PN.TK (data
tidak tersedia), yang mana pada saat berlangsungnya persidangan sengketa atas
perkara No. 46/PDT.G/2001/PN.TK ini masih proses Kasasi Mahkamah Agung R.I.
7. Bahwa Basais mengklaim jelas tanah bekas SHM 08 Surat Ukur No. 3357/1982
dengan turunan-turunannya (sertifikat) adalah murni hak miliknya dengan
pembuktian kwitansi pembelian secara bertahap, yang mana telah berulang kali
dimintakan hak pembeliannya kepada Maria Generosa yang telah mengalihkan
kepemilikannya kepada Sanusi yang juga tidak menyerahkan hak sejumlah uang
pembelian persil tanah tersebut pada Basais, sehingga Basais memohon pada Majelis
Hakim PN Kelas I A Tanjung Karang memutus Maria Generosa dan Sanusi secara
tanggung renteng membayar senilai uang pembelian tanah persil dimaksud tahun
1987-1988 dengan mengkonversi nilai harga pasar saat ini (pada saat gugatan
diajukan) Rp. 120.000,- per meter persegi,
8. Bahwa Basais telah berulang kali menagih uang pembelian persil tanah dimaksud,
dikarenakan faktor kesulitan tersebut maka pihak Basais memohon Majelis Hakim
PN Kelas I A Tanjung Karang dapat membatalkan SHM 257/sisa atas nama Sanusi
tersebut dan menyatakan tidak berkekuatan hukum segala bentuk transaksi atas persil
tanah tersebut yang dilakukan Sanusi terhadap pihak lain,
9. Untuk gugatan tersebut diatas pihak tergugat I Maria Generosa dan tergugat II Sanusi
Sukiandjojo telah mengajukan jawaban gugatan yang intinya menolak dan
menyatakan gugatan Basais tidak beralasan,
Ian Maradona 12
10. Sanusi mengklaim dalam pokok perkara bahwa yang bersangkutan mendapat hak atas
tanah berdasarkan atas Akta Jual Beli No. 71 PPAT/II/KTB-/1995 yang dibuat
dihadapan Ny. Julia Mensana Notaris di Bandar Lampung, (data tidak tersedia)
dengan penjual Sudijanto, dalam jabatannya selaku Branch Manager PT. Bank Bali
cabang Bandar Lampung berdasarkan SK Direksi PT. Bank Bali dan Akta Kuasa
yang dibuat dihadapan Notaris bersangkutan (data tidak tersedia),
11. Dalam memutus perkara di persidangan terhadap perkara ini, para pihak
menghadirkan saksi-saksi yang menguatkan para pihak dalam hal ini Basais
menghadirkan saksi-saksi antara lain :
a. Pemilik SHM 08 (H. Ashari),
b. Mustofa.
Dan Maria beserta Sanusi menghadirkan Notaris PPAT Jenmerdin, yang masing-
masing menurut keterangannya :
a. Pemilik SHM 8 (H. Ashari) menyatakan dimuka sidang menjual tanahnya pada
Basais, tidak pernah menjual tanah tersebut pada pihak lain, menandatangani
beberapa kwitansi pembelian, tidak kenal pada Maria Generosa, tidak pernah
melakukan jual beli dengan Maria Generosa, menerima uang hasil penjualan
tanah tersebut yang diantar kerumah disaksikan anak dan istrinya, dan pada waktu
menandatangani pengikatan jual beli dihadapan notaris Jenmerdin adalah dengan
Basais,
b. Mustofa menyatakan dimuka sidang mengetahui tanah yang menjadi sengketa,
jual beli tersebut dilakukan antara Basais dengan H. Ashari, mengetahui saat
Basais menyerahkan uang pada H. Ashari, tidak mengetahui ada perjanjian antara
H. Ashari dengan Maria Generosa dan Sanusi, tidak mengetahui H. Ashari
menjual tanah pada Maria Generosa dan Sanusi,
c. Notaris PPAT Jenmerdin menyatakan dimuka sidang mengetahui tanah yang
menjadi sengketa, menyatakan bahwa benar tanah tersebut sudah dijual belikan
antara H. Ashari dengan Maria Generosa dan Sanusi Sukiandjojo pada 7 Juli 1987
dengan Akta No. 16, menyatakan bahwa pada saat membuat Akta No. 16 tersebut
yang hadir adalah H. Ashari, istri, anaknya, Maria Generosa dan Sanusi
Sukiandjojo, menyatakan bahwa pada tanggal 18 Januari 1988 Akta No. 16
Ian Maradona 13
tersebut dibatalkan dengan Akta No. 63 dan pada hari yang sama dibuat lagi Akta
Jual Beli antara H. Ashari dengan Sanusi yaitu Akta No. 65, menyatakan bahwa
mengenai pembayaran jual beli tersebut Notaris Jenmerdin tidak mengetahuinya
tetapi kata para pihak sudah lunas, bahwa pada saat membuat Akta-akta itu Basais
tidak hadir, bahwa uang pembayaran Akta yang menyerahkan adalah Basais,
sedangkan yang mengambil Akta adalah pegawai Sanusi Sukiandjojo (Sumardi),
bahwa yang membuat Akta adalah Sanusi Sukiandjojo dan Maria Generosa
namun yang membayar adalah Basais.
Perlu diketahui bahwa dalam Hukum Acara Perdata, pemeriksaan yang digunakan
adalah Hakim bersifat pasif tidak aktif seperti Hukum Acara Pidana karena menyangkut
kepentingan hukum privat bukan publik, seperti tertera dalam Pasal 1865 BW,
”barangsiapa mengajukan peristiwa-peristiwa atas nama ia mendasarkan sesuatu hak, diwajibkan membuktikan peristiwa-peristiwa itu; sebaliknya barangsiapa mengajukan peristiwa-peristiwa guna pembatahan hak orang lain, diwajibkan juga membuktikan peristiwa-peristiwa itu”.
Jadi Majelis Hakim PN Tanjung Karang dalam mengadili perkara ini hanya melihat
dari bukti-bukti yang diajukan para pihak yang berperkara dan dapat dibuktikan satu
sama lain di persidangan, baik melalui pembuktian surat (surat-surat akta dan surat-
surat bukan akta), maupun saksi-saksi.
Dasar yang menguatkan bagi Basais untuk menyatakan bahwa persil tanah 285/Rangai
Tri Tunggal bekas 257/sisa dan turunan-turunannya miliknya, adalah didasari pada
kwitansi pembelian bertahap 6 (enam) kali dan keterangan saksi H. Ashari sebagai
pemilik mula / penjual yang menyatakan bahwa pembelian tanah persil miliknya
dilakukan antara dirinya dan Basais secara bertahap yang uangnya diantarkan kerumah
dan disaksikan oleh istri dan anaknya juga saksi Notaris Jenmerdin yang menyatakan
bahwa Akta dibuat oleh Sanusi Sukiandjojo dan Maria Generosa, namun uang
pembayaran Akta dan persil tanah dibayar oleh Basais.
Ian Maradona 14
Majelis Hakim PN Tanjung Karang yang mengadili perkara ini menilai bahwa gugatan
Basais yang memohon bahwa persil tanah SHM 257/sisa yang sekarang menjadi SHGB
285/Rangai Tri Tunggal adalah miliknya yang sah adalah benar dan sudah sepatutnya
sehingga memenangkan pihak Basasi selaku Penggugat untuk sebahagian gugatannya
dan menyatakan bahwa persil tanah SHM 257/sisa adalah milik Basais dan menyatakan
segala transaksi yang dilakukan oleh Sanusi atas persil tanah dimaksud adalah tidak
berkekuatan hukum, sedangkan untuk Sanusi yang menyatakan bahwa tanah tersebut
didapat dengan cara pembelian secara lelang dari asset eks. Foreclosed Bank Bali
sesuai bukti copy Akta Risalah Lelang No. 112/1992-93 tidak dapat dibuktikan.
D. Posisi Hukum Suryadi Angga Kusuma Selaku Pemilik Yang Tertera Dalam SHGB
285/Rangai Tri Tunggal
Sesuai dengan adanya putusan hakim berkekuatan hukum tetap atas persil tanah SHGB
285/Rangai Tri Tunggal bekas SHM 257/sisa yang nyata dalam pokoknya menyatakan
bahwa Basais Sutami sebagai pemilik persil yang sah, maka kekuatan hukum SHGB
285/Rangai Tri Tunggal menjadi lemah dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Dalam hal apabila pihak Basais mengajukan permohonan pembatalan sertifikat SHM
257/sisa ke Badan Pertanahan Daerah Kab. Kalianda berdasarkan Putusan Mahkamah
Agung R.I. Nomor : 2395 K/PDT/2003, tanggal 12 Juli 2005, jucto Putusan Pengadilan
Tinggi Tanjungkarang Nomor : 31/PDT/2002/PT.TK, tanggal 28 Oktober 2002, juncto
Putusan PN Kelas I A Tanjungkarang No. 46/Pdt.G/2001/PN.TK tanggal 3 Januari 2002,
yang menyatakan bahwa Basais merupakan pemilik yang sah atas persil tersebut, yang
akibat hukumnya secara mutatis mutandis akan membatalkan juga SHGB 285/Rangai Tri
Tunggal, maka upaya hukum yang dapat ditempuh oleh Suryadi Angga Kusuma adalah
dengan mengajukan gugatan terhadap Sanusi Sukiandjojo ke kantor Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Kelas I A Tanjungkarang atas tidak benarnya pernyataan yang
diberikan Sanusi Sukiandjojo selaku penjual berdasar Akta Pengikatan Jual Beli No. 32
tanggal 29 April 2003 yang dibuat dihadapan Notaris Djoni, S.H.
Ian Maradona 15
E. Resiko Yang Akan Dan Mungkin Timbul Atas Pembelian Tanah SHGB 285/Rangai
Tri Tunggal oleh PT. SIP.
Seperti telah diuraikan diatas, atas dasar Putusan Kasasi Mahkamah Agung R.I. Nomor :
2395 K/PDT/2003, tanggal 12 Juli 2005, jucto Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang
Nomor : 31/PDT/2002/PT.TK, tanggal 28 Oktober 2002, juncto Putusan PN Kelas I A
Tanjungkarang No. 46/Pdt.G/2001/PN.TK tanggal 3 Januari 2002, yang pada intinya
menyatakan bahwa Kepemilikan Sanusi atas persil 257/sisa dinyatakan tidak berkekuatan
hukum mengikat dan Basais adalah pemegang hak yang sah atas tanah berdasarkan bukti
pembelian yang sah, maka semua transaksi yang dilakukan oleh Sanusi Sukiandjojo
dinyatakan tidak sah dan tidak berkekuatan hukum mengikat yang berpengaruh juga
kepemilikan persil tanah SHGB 285/Rangai Tri Tunggal bekas SHM 257/sisa secara
mutatis mutandi juga tidak sah dan tidak berkekuatan hukum mengikat sehingga tidak
mungkin perusahaan membeli persil dimaksud pada Suryadi Angga Kusuma.
Apabila perusahaan tetap ingin melakukan jual beli persil tanah SHGB 285/Rangai Tri
Tunggal dengan Suryadi yang mana telah kami utarakan diatas bahwa atas dasar semua
transaksi yang dilakukan oleh Sanusi Sukiandjojo dinyatakan tidak sah, yang mana
dikarenakan atas persil tanah dimaksud juga telah dikenakan sita eksekusi melalui
Penetapan Eksekusi PN Kelas I Tanjungkarang No. 13/Eks/2009/PN.Tk, tanggal 25 Juni
2009 dan Penetapan Delegasi Eksekusi PN Kalianda No. 01/DELEG/2009/PN.KLD,
tanggal 14 Juli 2009, yang tidak mungkin dilakukan peralihan hak kepemilikannya, maka
secara hukum jual beli yang dilakukan antara perusahaan dengan Suryadi Angga Kusuma
tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum apa-apa.
Ian Maradona 16
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan paparan diatas menurut pendapat hukum penulis, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Basais adalah pemilik sah persil tanah SHGB 285/Rangai Tri Tunggal
berdasarkan Putusan Kasasi Mahkamah Agung R.I. Nomor : 2395 K/PDT/2003,
tanggal 12 Juli 2005, jucto Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang Nomor :
31/PDT/2002/PT.TK, tanggal 28 Oktober 2002, juncto Putusan PN Kelas I A
Tanjungkarang No. 46/Pdt.G/2001/PN.TK tanggal 3 Januari 2002,
2. Hakim dalam mengadili perkara sudah menerapkan ketentuan hukum yang benar,
yang mana putusannya didasari pada :
a. Kompetensi Absolut kewenangan mengadili perkara ini berada pada lingkup
Pengadilan Negeri karena mencakup sengketa kepemilikan hak bukan
administratif pembatalan suatu putusan pejabat tata usaha negara,
b. Kompetensi Relatif berdasarkan Pasal 118 ayat (1) Rbg bahwa gugatan
diajukan didomisili dimana tergugat tinggal dalam hal ini PN Tanjung
Karang, bukan PN Kalianda dimana obyek sengketa berada,
c. Kekuatan pembuktian di persidangan didasari pada alat bukti yang tersedia :
(1) Alat bukti surat (surat-surat akta (SHM, AJB, PPJB, Risalah Lelang) dan
surat-surat bukan akta (Kwitansi Pembelian, surat permohonan, kliping
koran, dsb),
(2) Keterangan saksi mengenai kejadian.
3. Sebetulnya ada upaya hukum lain yang dapat diterapkan oleh Suryadi Angga
Kusuma dalam kaitannya dengan permasalahan ini, yaitu Darden Verzet
(Perlawanan Pihak Ketiga), selain kita kenal istilah verzet terhadap putusan
verstek yang diajukan oleh pihak yang terlibat dalam perkara (yang tidak hadir di
persidangan), verzet juga dimungkinkan diajukan oleh pihak ketiga (tidak sebagai
Ian Maradona 17
pihak) yang kepentingannya ikut di rugikan. Dalam hal ini Suryadi sebagai
pembeli yang beritikad baik yang namanya tercantum dalam SHGB 285/Rangai
Tri Tunggal telah dirugikan atas Sita Eksekusi yang ditetapkan melalui Penetapan
Eksekusi PN Kelas I Tanjungkarang No. 13/Eks/2009/PN.Tk, tanggal 25 Juni
2009 dan Penetapan Delegasi Eksekusi PN Kalianda No.
01/DELEG/2009/PN.KLD, tanggal 14 Juli 2009, atas perkara sengketa
kepemilikan antara Basais Sutami, Sanusi Sukiandjojo dan Maria Generosa. Yang
sering terjadi adalah verzet terhadap sita eksekusi (seperti studi kasus ini) bila
dalam rangka pelaksanaan putusan (eksekusi) pengadilan meletakkan sita
terhadap benda/barang tertentu yang ternyata oleh pihak lain diklaim sebagai
miliknya, maka pihak ketiga tersebut dapat mengajukan perlawanan dengan
menempatkan pemohon eksekusi sebagai pihak Terlawan. Dalam permohonan
tersebut. Perlawan (Suryadi Angga Kusuma) meminta agar pengadilan
mencabut/mengangkat sita yang bersangkutan. Lebih jauh hal mi berarti, bahwa
perlawanan hanya dapat diajukan bila eksekusi belum dilaksanakan, tetapi baru
“persiapan” pelaksanaan dengan mengamankan barang-barang/benda yang akan
dieksekusi. Bila eksekusi sudah selesal, maka perlawanan tidak dapat dibenarkan
lagi, upaya hukumnya adalah melalui gugatan biasa., sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam hal ini Suryadi Angga Kusuma telah salah mengambil langkah
hukum yang mengakibatkan yang bersangkutan sudah tidak dapat lagi
mengajukan Darden Verzet karena Executorial Beslag sudah ditetapkan. Adapun
upaya hukum lain yang dapat diajukan oleh Suryadi Angga Kusuma adalah
melalui gugatan biasa.
B. SARAN
Adapun saran penulis mengenai langkah yang dapat diambil apabila PT. SUMBER
INDAHPERKASA tetap membeli persil tanah SHGB 285/Rangai Tri Tunggal untuk
bahan pertimbangan adalah :
1. Melakukan Pengikatan Jual Beli terhadap obyek persil tanah dimaksud dengan
ketentuan melepaskan perusahaan dari resiko hukum yang mungkin timbul atas
Ian Maradona 18
perselisihan sengketa kepemilikan persil tanah dimaksud oleh para pihak yang
berperkara dan Suryadi Angga Kusuma menjamin perusahaan apabila dikemudian
hari terdapat perselisihan baru terkait dengan pelaksanaan jual beli ini maka
perusahaan tidak dilibatkan dan Suryadi Angga Kusuma mengembalikan penuh
biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan untuk pembelian persil tanah
tersebut berikut biaya-biaya lainnya yang mungkin timbul.
2. Perusahaan mengakomodir upaya mediasi antara pihak-pihak yang bersengketa
dengan tujuan mencari titik temu untuk perselisihan sengketa kepemilikan persil
tanah dimaksud yang mana pada akhirnya mempertemukan perusahaan dengan
pemilik yang sah secara hukum tanpa mengindahkan hak-hak pihak yang
bersengketa, dengan perantaraan institusi yang berwenang.
Ian Maradona 19
VI. DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang No. 5 tahun 1960 Tentang Ketentuan Pokok Dasar Agraria,
2. Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-Undang No. 14
tahun 1985 tentang Kekuasaan Kehakiman,
3. Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1996, Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah,
4. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997, Tentang Pendaftaran Tanah,
5. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 tahun
1999 tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hal Atas Tanah Negara Dan Hak
Pengelolaan,
6. Panggabean.H.P. DR. SH., MS. Pendalaman Kemahiran Beracara (Perdata), Suatu
Bahasan Terhadap Praktik Peradilan Secara Umum. Jala Permata. Jakarta 2007.
Ian Maradona 20