kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

20
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air bersih merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga ketersediaannya sangat penting. Pemanfaatannya tidak hanya terbatas untuk keperluan rumah tangga, tetapi juga untuk fasilitas umum, sosial maupun ekonomi. Kebutuhan air bersih akan terus meningkat seiring dengan perkembangan manusia. Dengan adanya pertumbuhan penduduk, terjadi dinamika dalam masyarakat baik dalam segi kepadatan, sosial maupun ekonomi, sehingga kebutuhan air bersih pun akan meningkat. Lingkungan dengan kepadatan tinggi akan mengurangi kemudahan akses air bersih karena masyarakat yang sebelumnya dapat memperoleh air bersih dari sumur gali, menjadi kesulitan akibat terbatasnya lahan. Selain itu faktor kondisi alam juga mempengaruhi akses air bersih. Daerah tertentu karena kondisi kontur dan tanahnya menjadi sulit mendapatkan air bersih. Salah satu cara untuk memperoleh air bersih adalah dengan memanfaatkan pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Dalam upaya penyediaan air bersih, jaringan distribusi merupakan hal yang penting. Karena jaringan distribusi inilah yang menyalurkan air dari instalasi produksi menuju ke masyarakat. Berkenaan dengan meningkatnya kebutuhan air bersih di masa mendatang, PDAM dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan air bersih tersebut, dengan kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang diinginkan serta tekanan air yang mencukukpi. Tanpa jaringan distribusi yang mencukupi maka hal tersebut tidak akan mampu dipenuhi oleh PDAM. Dari hal-hal tersebut diatas maka perlu adanya pengembangan jaringan distribusi air bersih PDAM untuk memenuhinya.

Upload: 112233445566123456789

Post on 20-Mar-2017

476 views

Category:

Engineering


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air bersih merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga ketersediaannya

sangat penting. Pemanfaatannya tidak hanya terbatas untuk keperluan rumah

tangga, tetapi juga untuk fasilitas umum, sosial maupun ekonomi. Kebutuhan air

bersih akan terus meningkat seiring dengan perkembangan manusia. Dengan

adanya pertumbuhan penduduk, terjadi dinamika dalam masyarakat baik dalam segi

kepadatan, sosial maupun ekonomi, sehingga kebutuhan air bersih pun akan

meningkat.

Lingkungan dengan kepadatan tinggi akan mengurangi kemudahan akses

air bersih karena masyarakat yang sebelumnya dapat memperoleh air bersih dari

sumur gali, menjadi kesulitan akibat terbatasnya lahan. Selain itu faktor kondisi

alam juga mempengaruhi akses air

bersih. Daerah tertentu karena kondisi kontur dan tanahnya menjadi sulit

mendapatkan air bersih. Salah satu cara untuk memperoleh air bersih adalah dengan

memanfaatkan pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Dalam upaya penyediaan air bersih, jaringan distribusi merupakan hal yang

penting. Karena jaringan distribusi inilah yang menyalurkan air dari instalasi

produksi menuju ke masyarakat. Berkenaan dengan meningkatnya kebutuhan air

bersih di masa mendatang, PDAM

dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan air bersih tersebut, dengan kualitas,

kuantitas dan kontinuitas yang diinginkan serta tekanan air yang mencukukpi.

Tanpa jaringan distribusi yang mencukupi maka hal tersebut tidak akan mampu

dipenuhi oleh PDAM. Dari hal-hal tersebut diatas maka perlu adanya

pengembangan jaringan distribusi air bersih PDAM untuk memenuhinya.

Page 2: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

2

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini

adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan air bersih dan bagaimana persyaratan dalam

penyediaan air bersih?

2. Bagaimana kriteria perencanaan teknis sistem distribusi air bersih?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah:

1. Mengetahui definisi air bersih dan bagaimana persyaratan dalam penyediaan air

bersih.

2. Mengetahui kriteria perencanaan teknis sistem distribusi air bersih.

Page 3: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

3

BAB II

ISI

2.1 Definisi dan Persyaratan Air Bersih

2.1.1 Definisi

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan

menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih

adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun

persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi

kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak

menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes No.

416/Menkes/PER/IX/1990) dan penyediaan air bersih yang layak untuk dikonsumsi

harus memenuhi Permenkes No. 173/Menkes/Per/VII/1977.

Sistem adalah seperangkat elemen atau komponen yang saling bergantung

atau berinteraksi satu dengan lain menurut pola tertentu dan membentuk satu

kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu (Sinulingga, 2008).

2.1.2 Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih

Terdapat beberapa persyaratan dalam penyediaan air bersih, diantaranya:

1. Persyaratan Kualitas

Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih. Dalam

Modul Gambaran Umum Penyediaan dan Pengolahan Air Minum Edisi Maret 2003

dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut:

a. Persyaratan Fisik

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu

juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan

apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC ± 3oC.

b. Persyaratan Kimiawi

Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang

melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah: pH yang

diperbolehkan berkisar antara 6,5-8,5, total solid, zat organik, CO2 agresif,

Page 4: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

4

kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn),

chloride (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.

c. Persyaratan bakteriologis

Air bersih tidak boleh mengandung kuman pathogen dan parasitik yang

mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya

bakteri E. Coli atau fecal coli dalam air.

d. Persyaratan radioaktifitas

Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh

mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif,

seperti sinar alfa, beta dan gamma.

2. Persyaratan Kuantitas (Debit)

Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari

banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang

akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih

yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan

air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan,

tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya.

3. Persyaratan Kontinuitas

Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan

fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim

hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per

hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal

tersebut tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk

menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara

pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas

pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas

kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00. yang tidak ditentukan. Karena itu,

diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat.

Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran

tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6-1,2 m/dt. Ukuran pipa

Page 5: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

5

harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus

tercukupi. Dengan analisis jaringan distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran

pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar

kuantitas aliran terpenuhi.

Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah

kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan

dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada

waktu yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan

fasilitas energi yang siap setiap saat.

4. Persyaratan Tekanan Air

Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam

arti dapat dilayani dengan jumlah air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga

tekanan air akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi

diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan karena

gesekan, yang tergantung pada kecepatan aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan jarak

jalur pipa tersebut.

Dalam pendistribusian air, untuk dapat menjangkau seluruh area pelayanan

dan untuk memaksimalkan tingkat pelayanan maka hal wajib untuk diperhatikan

adalah sisa tekanan air. Sisa tekanan air tersebut paling rendah adalah 5 mka (meter

kolom air) atau 0,5 atm (satu atm = 10 m), dan paling tinggi adalah 22 mka (setara

dengan gedung 6 lantai). Menurut standar dari Departemen Pekerjaan Umum, air

yang dialirkan ke konsumen melalui pipa transmisi dan pipa distribusi, dirancang

untuk dapat melayani konsumen hingga yang terjauh, dengan tekanan air minimum

sebesar 10 mka atau 1 atm. Angka tekanan ini harus dijaga, idealnya merata pada

setiap pipa distribusi. Jika tekanan terlalu tinggi akan menyebabkan pecahnya pipa,

serta merusak alat-alat plambing (kloset, urinoir, faucet, lavatory, dll). Tekanan

juga dijaga agar tidak terlalu rendah, karena jika tekanan terlalu rendah maka akan

menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama aliran dalam pipa distribusi.

Page 6: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

6

2.2 Kriteria Perencanaan Teknis Sistem Distribusi Air Bersih

Kriteria perencanaan teknis jaringan distribusi air bersih digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan jaringan distribusi air bersih, sehingga jaringan

yang direncanakan dapat memenuhi persyaratan teknis dan hidrolis serta ekonomis.

Sistem distribusi air bersih bertujuan untuk mengalirkan/membagikan air bersih ke

seluruh daerah pelayanan dengan merata dan berjalan secara terus menerus sesuai

dengan kebutuhan konsumen. Untuk kelancaran sistem pendistribusian tersebut,

perlu diperhatikan faktor-faktor berikut :

Tersedianya tekanan yang cukup pada jaringan pipa distribusi, sehingga air

masih bisa mengalir ke konsumen dengan sisa tekanan yang cukup.

Kuantitas air yang mencukupi kebutuhan penduduk/konsumen dan dapat

melayani 24 jam.

Kualitas air bersih terjamin mulai dari pipa distribusi sampai ke konsumen.

Sistem distribusi air bersih merupakan jaringan perpipaan yang mengalirkan

air bersih dari sumber/instalasi ke daerah pelayanan. Secara sederhana suatu sistem

distribusi sir bersih dapat dilihat pada ilustrasi gambar berikut :

Reservoir Distribisi

Aliran Gravitasi

Daerah Pelayanan

Gambar 2.1 Sistem Distribusi Air Bersih Sistem Gravitasi

PPompa Distribusi

Reservoir Distribisi

Daerah Pelayanan

Gambar 2.2 Sistem Distribusi Air Bersih Sistem Pompa

Page 7: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

7

2.2.1 Pertimbangan Pemilihan Jaringan Perpipaan

1. Kriteria Perencanaan

Diameter pipa dihitung berdasarkan debit aliran puncak jam (peak hour).

Kecepatan aliran rata-rata aliran dalam pipa.

Jalur perpipaan harus diatur sebagai berikut :

- Terletak di tanah pemerintah atau umum (misalnya di pinggir jalur

- umum).

- Pipa yang menyebrangi jalan umum harus dilindungi.

Setiap sambungan (fitting) harus diberi bantalan (trust block) yang

ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.

Ke dalam pipa minimal 90-120 cm untuk pipa diameter < 900 mm, dan 150

cm untuk pipa dengan diameter > 1000 mm.

Tekanan yang terjadi dalam pipa tidak boleh melebihi 70% tekanan pipa

yang yang diijinkan.

Tekanan minimum pada pipa induk adalah 1 kg/cm2.

2. Klasifikasi Jaringan Perpipaan

Jaringan perpipaan air bersih dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Pipa induk (pipa utama/primer)

2. Pipa cabang (pipa sekunder)

3. Pipa pelayanan (pipa tersier)

Tujuan dan pengklasifikasian jaringan perpipaan ini adalah untuk memisahkan

bagian jaringan menjadi suatu sistem hidrolis tersendiri sehingga memberikan

keuntungan seperti :

Kemudahan dalam pengoperasian, sesuai dengan debit yang mengalir.

Mempermudah perbaikan jika terjadi kerusakan.

Meratakan sisa tekanan dalam jaringan perpipaan,m sehingga setiap daerah

pelayanan mendapatkan sisa tekanan relatif tidak jauh berbeda.

Mempermudah pengembangan jaringan perpipaan, sehingga jika dilakukan

perluasan dan pengembangan tidak perlu mengganti jaringan yang sudah ada,

dengan catatan masih memenuhi syarat kriteria hidrolis.

Page 8: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

8

Jaringan perpipaan distribusi air bersih dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Pipa Hantar Distribusi (Feeder System)

Pipa hantar dalam pipa distribusi biasanya memberikan bentuk atau kerangka

dasar sistem distribusi. Tidak dibenarkan sambungan rumah pada sistem pipa hantar

distribusi ini. Pipa hantar distribusi dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :

a. Pipa Induk Utama (Primary Feeder)

Pipa induk utama merupakan pipa distribusi yang mempunyai jangkauan terluas

dan diameter terbesar. Pipa ini melayani dan membagikan ke tiap blok-blok

pelayanan di daerah pelayanan, dan disetiap blok memiliki satu atau dua titik

penyadapan (tapping) yang dihubungkan dengan pipa induk sekunder (secondary

feeder). Secara fisik pipa induk utama dibatasi dengan :

- Dimensinya direncanakan untuk dapat mengalirkan air sampai

dengan akhir perencanaan dengan debit jam puncak.

- Tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen.

- Jenis pipa yang dipilih harus mempunyai ketahanan tinggi.

b. Pipa Induk Sekunder (Secondary Feeder)

Merupakan jenis hantaran yang kedua dari suatu sistem jaringan. Pipa ini

meneruskan air dari pipa induk utama ke tiap-tiap blok pelayanan. Pipa ini

selanjutnya mempunyai percabangan terhadap pipa servis. Secara fisik pipa induk

sekunder dibatasi sebagai berikut :

- Tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen

- Dimensi dihitung berdasarkan banyaknya sambungan yang

melayani konsumen.

- Kelas pipa yang dipergunakan sama atau lebih rendah dari pipa

induk utama.

Pipa Pelayanan Distribusi

Pipa pelayanan adalah pipa yang menyadap dari pipa induk sekunder dan

langsung melayani konsumen. Diameter yang dipakai tergantung pada besarnya

pelayanan terhadap konsumen.

Sistem pipa ini dibedakan menjadi :

Page 9: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

9

a. Pipa Cabang (Small Distribution Main)

Dapat mengalirkan langsung ke rumah dan dapat mengalirkan ke pipa yang lebih

kecil.

b. Pipa Service (Service Line)

Pipa ini merupakan pipa sambungan rumah.

3. Jenis perlengkapan Pipa

Pemilihan jenis pipa dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Ketentuan dan daya tahan terhadap tekanan yang terdiri dari :

- Tekanan dari dalam, yaitu tekanan statik dan water hammer

- Tekanan dari luar pipa, yaitu tekanan tanah dan air tanah, serta beban dari

tanah permukaan, misalnya lalu lintas dan lain-lain.

2. Diameter yang tersedia di pasaran

3. Daya tahan terhadap korosif dari luar dan dalam

4. Kemudahan dan pengadaan, pengangkutan dan pemasangan di daerah yang

bersangkutan

5. Harga pipa dan pemeliharaan.

Berikut adalah jenis-jenis pipa yang dapat digunakan:

a. Pipa Induk

Jenis pipa yang umum digunakan untuk pipa induk adalah ACP (Asbestos

cement Pipe), DCIP (Ductile Cast Iron Pipe), GIP (Galvanis Iron Pipe), PVC (Poly

Vynil Chloride) dan Steel Pipe.

- Pipa ACP (Asbestos Cement Pipe)

Jenis pipa ini dibuat dari campuran semen dan asbes, diameter terkecilnya yaitu 130

cm dan daya tahan tekannya 3,5 kg/cm2 sampai 14 kg/cm2 tidak dipengaruhi asam,

asin dan tahan terhadap material yang bersifat korosif Akan tetapi mempunyai

kelemahan yakni mudah retak dan pecah selam perjalanan angkutan serta tidak

tahan terhadap beban luar.

Page 10: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

10

- DCIP (Ductile Cast Iron Pipe)

Jenis pipa yang terbuat dari besi tuang yang dilapisi oleh lapisan anti korosi Jenis

pipa ini sangat kuat, berat, tahan lama tetapi harganya mahal.

- GIP (Galvanis Iron Pipe)

Jenis pipa ini dibuat dari baja atau besi tempa, umumnya tahan terhadap beban luar

maupun dalam dan umumnya digunakan pada saluran-saluran yang memerlukan

tiang penyangga di bawah jalan kereta api atau jalan raya serta pada perlintasan

sungai (jembatan pipa) Pipa ini tidak tahan terhadap material korosif dan

memerlukan banyak waktu untuk penyambungan serta mahal harganya.

- PVC (Poly Vynil Chloride)

Pipa ini bersifat fleksibel, panjang pipa biasanya 6 meter. PVC anti karat dan tahan

terhadap zat kimia serta tidak mudah terbakar, sehingga dapat diterapkan dalam

pemasangan di rumah-rumah. Konstruksi pipa PVC ringan sehingga mudah dalam

transportasi dan biayanya lebih ekonomis, sering dipergunakan sebagai pelindung

kabel listrik dan telekomunikasi karena pipa ini mempunyai sifat non-konduktifitas

elektrik yaitu tidak menghantarkan arus listrik. Permukaannya licin sehingga tidak

menghambat aliran air dan dapat mengurangi timbulnya endapan.

Karakteristik jenis pipa dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Karakteristik Beberapa Jenis Pipa

Jenis

Pipa Keuntungan Kelemahan

CIP - Kuat dan tahan korosi - Lemah terhadap tekanan / benturan

- Mudah dipotong - Berat

- Mechanical joint flexible - Membutuhkan perlindungan terhadap

- Konstruksinya mudah terlepasnya sambungan

- Tersedia dia. 75 mm - 1500 mm -Terjadi korosi pada permukaan sambungan

bila terdapat humus / terjadi oksidasi.

DCIP - Kuat dan tahan korosi - Berat

- Mudah dalam pemasangan - Membutuhkan perlindungan terhadap

- Mechanical joint flexible terlepasnya sambungan

- Sambungannya bermacam-macam

-Untuk ukuran pipa besar, sulit

memperbaiki

- Tersedia dia. 75 mm -1500 mm dari dalam

- Tahan benturan -Terjadi korosi pada permukaan sambungan

bila terdapat humus / terjadi oksidasi.

- Mahal

Page 11: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

11

GIP - Kuat dan ringan

- Membutuhkan expansion joint atau

fleksible

- Tersedia dia. 0,5 - 6 " joint

- Tahan benturan - Lemah terhadap korosi elektris

-Tidak perlu dijaga terhadap

lepasnya - Membutuhkan banyak waktu untuk lining

sambungan (dengan menggunakan dan welding

welding joint)

ACP - Tahan terhadap korosi - Lemah terhadap benturan

- Sambungan fleksibel - Sheer strength kecil

- Ringan dan mudah dipasang

- Membutuhkan banyak perlindungan

terhadap

- Kekasaran dalam tidak berubah lepasnya sambungan

- Murah - Mudah teknis akibat kualitas air dan tanah

- Tersedia dia. 50 - 600 mm

PVC - Tahan terhadap korosi - Lemah terhadap benturan pada temperatur

- Sambungan fleksibel rendah

- Ringan dan mudah dipasang

- Lemah terhadap panas sinar ultraviolet

dan

- Kekasaran dalam tidak berubah larutan organik

- Murah

- Membutuhkan expansion joint dan

fleksible

- Tersedia dia. 0,5 - 16 " joint

- Tahan terhadap tanah agresif

- Defleksi yang besar

4. Perlengkapan Pipa

Perlengkapan pipa berfungsi agar jaringan perpipaan berjalan dengan baik

sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan. Beberapa perlengkapan perpipaan

beserta fungsinya dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Katup (valve)

Berfungsi untuk mengatur arah aliran dalam pipa dan menghentikan aliran air

terutama bila satu bagian jalur pipa akan dites, diperiksa dan diperbaiki. Katup

ditempatkan pada :

Perlintasan pipa / jembatan pipa

Pada setiap jarak 3000 m

Setiap titik pengambilan / penyadapan, perubahan arah aliran

Titik penguras.

Page 12: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

12

Ada beberapa tipe katup (valve) :

- Gate Valve

Dipergunakan pada pipa induk terutama untuk pipa yang berdiameter besar.

Keuntungannya tahan terhadap tekanan besar. Kehilangan tekanan hampir tidak

ada.

- Globe Valve

Digunakan pada pipa yang berdiameter kecil. Keuntungannya relatif lebih murah

dan mudah dalam perbaikannya. Kerugiannya kehilangan tekanan cukup besar.

b. Katup Pelepas Udara (Air Release Valve)

Berfungsi untuk membuang udara yang terakumulasi dalam pipa. Katup

pelepas udara ditempatkan pada :

Tempat-tempat yang tinggi

Jalur mendatar setiap jarak 75 m -100 m

Jembatan pipa

c. Altitude Valve (Katup elevasi, pakai pelampung)

Digunakan pada tangki elevasi (menara air)., yang apabila tangki terisi

penuh akan menutup secara otomatis dan membuka jika tekanan pada sistem

distribusi lebih rendah daripada tekanan dalam tangki.

d. Katup Penguras (Blow Oil Valves)

Berfungsi untuk menguras kotoran / Lumpur yang terakumulasi pada pipa

distribusi. Diameter blow off valve berkisar antara ¼ - ½ dan diameter pipa

distribusi. Katup ini ditempatkan pada :

Tempat - tempat yang rendah, dimana kotoran / lumpur akan terakumulasi

(akibat dari pengurasan / pembilasan pada pipa dan interusi air jika terjadi

perbaikan jaringan pada sistem pipa)

Ujung-ujung saluran yang mendatar dan menurun

Penempatannya harus dekat dengan saluran pembuangan.

e. Blok penahan & Jangkar (Thrust Block & Angker)

Berfungsi untuk mengimbangi tekanan yang ditimbulkan oleh air, sehingga

peralatan (fitting) tidak bergerak jika diberikan tekanan. Blok penahan ini akan

Page 13: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

13

memberikan atau memindahkan beban dan fitting-fitting pada tanah sekitarnya.

Penempatannya di :

Pada belokan

Pada jalur pipa yang miring

Pada perubahan dimensi pipa

Ujung pipa

f. Hidrant Kebakaran (Fire Hydrant)

Berfungsi untuk kebutuhan pemadam kebakaran, dan dapat pula berfungsi

sebagai alat untuk penggelontoran dalam rioolering Penempatannya di :

Daerah padat penduduk

Persimpangan jalan

Kantor-kantor pemerintah

Pusat-pusat perdagangan (Central Business District)

g. Sambungan (Fitting)

Berfungsi untuk :

Menyambung pipa pada jenis dan ukuran pipa yang sama ataupun berbeda,

coupling joint, mechanical joint, reducer, dsb.

Mengubah dan membagi aliran digunakan : elbow/bend, tee, cross joint, caps,

plugs, atau blin flange.

h. Meter Air (Water Meter)

Berfungsi untuk mengukur kuantitas air yang digunakan oleh konsumen.

Ditempatkan pada :

Sambungan ke rumah-rumah, digunakan untuk menghitung pemakaian air

perbulannya.

Pada instansi, digunakan untuk mengetahui pemakaian air oleh penduduk,

mengetahui jumlah kebocoran air atau mengevaluasi jumlah air yang hilang.

i. Stop Kran

Berfungsi untuk mengatur aliran air pada saat operasi. Penempatannya di

titik awal pipa pelayanan dan dipasang seri dengan water meter.

j. Kran Umum (Public Tap)

Berfungsi sebagai sarana pelayanan air bersih untuk keperluan umum.

Penempatannya ditentukan berdasarkan :

Page 14: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

14

Keadaan sosial ekonomi penduduk

Kepadatan penduduk

Kondisi daerah pelayanan

Penempatan karan umum diusahakan pada daerah padat penduduk yang

tidak mungkin dilayani langsung.

k. Bangunan Perlintasan (Cross Way)

Dibuat apabila jaringan pipa melewati jalan raya, rel kereta api, dan sungai.

2.2.2 Pemilihan Pola Jaringan Perpipaan

Pola jaringan sistem perpipaan distribusi air bersih umumnya, dapat

diklasifikasikan menjadi :

Sistem jaringan melingkar (Grid System/Loop).

Sistem jaringan cabang ( Branch System).

Sistem kombinasi dri kedua sistem tersebut.

Bentuk sistem jaringan perpipaan tergantung pada pola jalan yang ada dan jalan

rencana, topografi, pola perkembangan daerah pelayanan dan lokasi instalasi

pengolahan. Gambar berikut dapat memberikan ilustrasi tentang bentuk dan sistem

jaringan pipa distribusi tersebut.

Gambar 2.3 Sistem Loop

Page 15: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

15

Gambar 2.4 Sistem Cabang

Gambar 2.5 Sistem Gabungan

1. Sistem Jaringan Perpipaan Melingkar

Sistem jaringan perpipaan melingkar terdiri dari pipa pipa induk dan pipa

cabang yang saling berhubungan satu sama lainnya dan membentuk loop

(melingkar), sehingga terjadi sirkulasi air ke seluruh jaringan distribusi. Dari pipa

induk dilakukan penyambungan (tapping) oleh pipa cabang dan selanjutnya dri pipa

cabang dilakukan pendistribusian untuk konsumen.

Dari segi ekonomis sistem ini kurang menguntungkan, karena diperlukan

pipa yang lebih panjang, katup dan diameter pipa yang bervariasi. Sedangkan dari

segi hidrolis (pengaliran) sisten ini lebih baik karena jika terjadi kerusakan pada

sebagian blok dan selama diperbaiki, maka yang lainnya tidak mengalami gangguan

aliran karena masih dapat pengaliran dari loop lainnya.

Page 16: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

16

Sistem jaringan perpipaan melingkar digunakan untuk daerah dengan

karakteristik sebagai berikut :

Bentuk dan perluasannya menyebar ke seluruh arah

Pola jaringan jalannya berhubungan satu dengan lainnya

Elevasi tanahnya relatif datar

2. Sistem Jaringan Bercabang

Sistem jaringan bercabang terdiri dari pipa induk utama (main feeder)

disambungkan dengan pipa sekunder, lalu disambungkan lagi dengan pipa cabang

lainnya, sampai akhirnya pada pipa yang menuju ke konsumen.

Dari segi ekonomis sistem ini menguntungkan, karena panjang pipa lebih

pendek dan diameter pipa kecil. Namun dari segi teknis pengoperasian mempunyai

keterbatasan, diantaranya :

Timbulnya rasa, bau akibat adanya ”air mati” pada ujung-ujung pipa cabang.

Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengurasan secara berkala dan

menyebabkan khilangan air yang cukup banyak.

Jika terjadi kerusakan akan terdapat blok daerah pelayanan yang tidak

mendapatkan suplai air, karena tidak adanya sirkulasi air.

Jika terjadi kebakaran, suplai air pada hidran kebakaran lebih sedikit, karena

alirannya satu arah.

Sistem jaringan perpipaan bercabang digunakan untuk daerah pelayanan

dengan karakteristik sebagai berikut :

Bentuk dan arah perluasan memanjang dan terpisah.

Pola jalur jalannya tidak berhubungan satu sama lainnya.

Luas daerah pelayanan relatif kecil.

Elevasi permukaan tanah mempunyai perbedaan tinggi dan menurun secara

teratur.

3. Sistem Jaringan Perpipaan Kombinasi

Sistem jaringan perpipaan kombinasi merupakan gabungan dari sistem

melingkar dan sistem bercabang. Sistem ini diterapkan untuk daerah pelayanan

dengan karakteristik:

Page 17: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

17

Kota yang sedang berkembang.

Bentuk perluasan kota yang tidak teratur, demikian pula jaringan jalannya tidak

berhubungan satu sama lain pada bagian tertentu.

Terdapat daerah pelayanan yang terpencil dan elevasi tanah yang bervariasi.

2.2.3 Sistem pengaliran

Sistem pengaliran dalam sistem distribusi air bersih dapat diklasifikasikan

menjadi sebagai berikut:

1. Sistem Gravitasi

Sistem pengaliran dengan gravitasi dilakukan dengan memanfaatkan beda

tinggi muka tanah, dalam hal ini jika daerah pelayanan terletak lebih rendah dari

sumber air atau reservoir. Untuk daerah pelayanan yang mempunyai beda tinggi

yang besar sistem gravitasi dapat digunakan karena dengan beda tinggi yang besar

untuk pengaliran kita dapat memanfaatkan energi yang ada pada perbedaan elevasi

tersebut tidak perlu pemompaan. Bila digabungkan dengan sistem jaringan

bercabang akan membentuk sistem yang optimal, baik dari segi ekonomis maupun

dari segi teknis.

2. Sistem Pemompaan

Sistem pengaliran dengan pemompan digunakan di daerah yang tidak

mempunyai beda tinggi yang cukup besar dan relatif datar. Perlu diperhitungkan

besarnya tekanan pada sistem untuk mendapatkan sistem pemompaan yang

optimal, sehingga tidak terjadi kekurangan tekanan yang dapat mengganggu sistem

pengaliran, atau kelebihan tekanan yang dapat mengakibatkan pemborosan energi

dan kerusakan pipa.

3. Sistem Kombinasi

Sistem ini merupakan sistem gabungan dari sistem gravitasi dan sistem

pemompaan. Pada sistem kombinasi ini, air yang didistribusikan dikumpulkan

terlebih dahulu dalam reservoir pada saat permintaan air menurun. Jika permintaan

air meningkat maka air akan dialirkan melalui sistem gravitasi maupun sistem

pemompaan.

Page 18: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

18

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan isi dari makalah ini, dapat diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan

menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih

adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.

Persyaratan penyediaan air bersih diantaranya meliputi persyaratan kualitas,

kuantitas, kontinuitas, dan tekanan air.

2. Kriteria perencanaan teknis sistem distribusi air bersih diantaranya meliputi:

pemilihan jaringan perpipaan, pemilihan pola jaringan perpipaan, dan sistem

pengaliran.

Page 19: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

19

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, Khayan, dan Kasjono H. S., 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum.

Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Joko, T., 2010. Unit Air Baku Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Joko, T., 2010. Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Sinulingga, S., 2008. Pengantar Teknik Industri. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sutrisno, T. dan Suciastuti E., 2010. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka

Cipta, Jakarta.

Page 20: Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr

20

TUGAS MATA KULIAH SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

“KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS SISTEM DISTRIBUSI

AIR BERSIH ”

Oleh:

Indah Purnamasari / 081211132015

PROGRAM STUDI S1 ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2015