kpku bab iv

32
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN Pelaksanaan pekerjaan di lapangan sangat tergantung pada profesionalisme tenaga kerja pelaksana yang mengatur tahap-tahap pekerjaan serta ketepatan dalam mengambil keputusan terhadap apa yang terjadi di lapangan. Dalam pelaksanaan di lapangan, kepala pelaksana maupun pelaksana lapangan harus dapat berkerja sama dengan pimpinan proyek, karena suatu masalah yang ada harus terlebih dahulu di bicarakan dengan pihak pimpinan proyek. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pelaksanaan pekerjaan yang diamati selama praktek kerja pada Proyek Pemgembangan Paviliun Garuda 2 RSUP Dr.KARIADI Semarang yaitu sebagai berikut : 1. Pekerjaan Balok (beam), 2. Plat Lantai. 4.1 Tinjauan strutur Balok IV-1

Upload: indraponyol

Post on 18-Feb-2015

77 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

paviliun garuda

TRANSCRIPT

Page 1: kpku BAB Iv

BAB V

PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan di lapangan sangat tergantung pada profesionalisme

tenaga kerja pelaksana yang mengatur tahap-tahap pekerjaan serta ketepatan

dalam mengambil keputusan terhadap apa yang terjadi di lapangan. Dalam

pelaksanaan di lapangan, kepala pelaksana maupun pelaksana lapangan harus

dapat berkerja sama dengan pimpinan proyek, karena suatu masalah yang ada

harus terlebih dahulu di bicarakan dengan pihak pimpinan proyek. Dalam bab ini

akan diuraikan mengenai pelaksanaan pekerjaan yang diamati selama praktek

kerja pada Proyek Pemgembangan Paviliun Garuda 2 RSUP Dr.KARIADI

Semarang yaitu sebagai berikut :

1. Pekerjaan Balok (beam),

2. Plat Lantai.

4.1 Tinjauan strutur Balok

Balok adalah elemen struktur yang mendukung tegangan lentur.Balok

berfungsi untuk mendukung beban vertikal,yang meliputi berat sendiri dan beban

yamg didukungnya,serta menahan beban horizontal yang ditimbulkan oleh beban

gempa dan ringan.

Jenis balok menurut fungsinya dapat dibedakan menjadi balok induk dan

balok anak. Balok induk adalah Balok yang dianggap satu kesatuan dengan kolom

sehingga membentuk suatu konstruksi portal sedangkan balok anak adalah Balok

yang tertumpu pada balok induk yang dipakai untuk memperkecil bentang plat.

IV-1

Page 2: kpku BAB Iv

Balok dalam proyek ini mernpunyai ukuran-ukuran sebagai berikut :

1. Balok Lt. Semi Basement (20 x 40 cm)

a. Tulangan lapangan: atas 3D16 bawah 3D16 beugel Ø10-100 mm.

b. Tulangan tumpuan: tas 3D16 bawah 3D16 beugel Ø10-100 mm.

Gambar 4.1. Penulangan Balok TB-3

2. Balok Induk Lt. 01 (40 x 70 cm)

a. Tulangan lapangan:Ukuran balok ½ ln atas 3D22 bawah 6D22 beugel

Ø10-150 mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30mm.

b. Tulangan tumpuan luar:Ukuran balok 1/4ln atas 6D22 bawah 3D22

beugel 3 P10-100 mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30mm.

c. Tulangan tumpuan dalam:Ukuran balok 1/4ln atas 6D22 bawah 3D22

beugel 3P10-100mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30mm.

IV-2

Page 3: kpku BAB Iv

Gambar 4.2. Detail Balok BI-I

3. Balok Induk Lt. 02 (40 x 70 cm)

a. Tulangan lapangan: Ukuran balok 1/2ln atas 3D22 bawah 4D22 beugel

3P10-150 mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30mm.

IV-3

Page 4: kpku BAB Iv

b. Tulangan Tumpuan Luar: Ukuran balok 1/4ln atas 6D22 bawah 3D22

beugel 3P10-100 mm selimut beton 30mm.

c. Tulangan Tumpuan Dalam: Ukuran balok 1/4ln atas 6D22 bawah 3D22

Beugel 3P10-100mm selimut beton 30mm.

IV-4

Page 5: kpku BAB Iv

Gambar 4.3. Detail Balok BI-2

4. Balok Induk lt. 03 (40 x 70 cm)

a. Tulangan lapangan: Ukuran balok 1/2ln atas 3D22 bawah 5D22 beugel

3P10-150 mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30mm.

b. Tulangan tumpuan Luar: Ukuran balok 1/4ln atas 5D22 bawah 3D22

beugel 3P10-100 mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30mm.

c. Tulangan tumpuan Dalam: Ukuran balok 1/4ln atas 5D22 bawah 3D22

beugel 3P10-100mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30mm

IV-5

Page 6: kpku BAB Iv

Gambar 4.4. Detail Balok BI-3

5. Balok Anak BA1 (25 x 50 cm)

a. Tulangan lapangan: Ukuran balok 1/2ln atas 3D19 bawah 3D19 beugel

3P10-100 mm selimut beton 30mm.

b. Tulangan tumpuan Luar: Ukuran balok atas 3D19 bawah 3D19 beugel

3P10-100 mm selimut beton 30mm.

c. Tulangan tumpuan Dalam: Ukuran balok atas 3D19 bawah 3D19 beugel

3P10-100mm selimut beton 30mm.

IV-6

Page 7: kpku BAB Iv

Gambar 4.5. Detail Balok BA-I

6. Balok Anak BA2 (20 x 30 )

a. Tulangan lapangan:Ukuran balok 1/2ln atas 2D16 bawah 2D16 beugel

2P10-100 mm selimut beton 30mm.

b. Tulangan tumpuan luar: Ukuran balok 1/4 atas 2D16 bawah 2D16 beugel

2P10-100 mm selimut beton 30 mm.

c. Tulangan tumpuan dalam: Ukuran balok 1/4 atas 2D16 bawah 2D16

beugel 2P10-100 mm selimut beton 30 mm.

TUMPUAN KIRI

IV-7

Page 8: kpku BAB Iv

LAPANGAN

Gambar 4.6. Detail Balok BA-2

7. Balok Kantilever BI-1’ (40 x 70 cm)

a. Tulangan lapangan:Ukuran balok 1/2ln atas 6D22 bawah 3D22 beugel

3P10-150 mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30 mm .

b. Tulangan tumpuan luar: Ukuran balok 1/4ln atas 6D12 bawah 3D12

beugel 3P10-100 mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30 mm.

c. Tulangan tumpuan dalam: Ukuran balok 1/4ln atas 6D12 bawah 3D12

beugel 3P10-100 mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30 mm.

Gambar 4.7. Tumpuan / Lapangan BI-I

8. Balok kantilever BI-3’ (40 x 70 cm)

IV-8

Page 9: kpku BAB Iv

a. Tulangan lapangan: Ukuran balok 1/2ln atas 5D22 bawah 3D22 beugel

3P10-150 mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30 mm.

b. Tulangan tumpuan luar: Ukuran balok 1/4ln atas 5D22 bawah 3D22

beugel 3P10-100 mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30 mm

c. Tulangan tumpuan dalam: Ukuran balok 1/4ln atas 5D22 bawah 3D22

beugel 3P10-100 mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30 mm.

Gambar 4.1. Tumpuan / Lapangan BI-3

9. Balok kantilever BA-1’ (25 x 50 cm)

a. Tulangan lapangan: : Ukuran balok 1/2ln atas 3D22 bawah 3D22 beugel

3P10-150 mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30 mm.

b. Tulangan tumpuan luar: Ukuran balok 1/4ln atas 3D22 bawah 3D22

beugel 3P10-100 mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30 mm.

c. Tulangan tumpuan dalam: Ukuran balok 1/4ln atas 3D22 bawah 3D22

beugel 3P10-100 mm tulangan pinggang 4D16 selimut beton 30 mm.

IV-9

Page 10: kpku BAB Iv

Gambar 4.2. Tumpuan / Lapangan BA-I

Untuk balok-balok struktur dalam hal ini balok induk dan balok anak penulangan

dilakukan dengan merangkai di lokasi atau ditempat. Adapun langkah kerjanya

sebagai berikut :

a. Memasang balok kayu landasan untuk merangkai tulangan balok.

b. Menyiapkan bahan dan peralatan serta tenaga kerjanya.

c. Meletakkan sejumlah tulangan yang akan dirangkai seperti yang telah

direncanakan.

d. Menandai tulangan dengan kapur untuk jarak-jarak beugel yang telah

ditentukan.

e. Merangkai beugel dengan jumlah yang telah diperhitungkan.

f. Merangkai tulangan dengan beugel diatas landasan dengan kawat bendrat.

g. Setelah rangkaian selesai memasukan rangkaian tersebut ke dalam begisting

dengan cara mengambil landasan balok kayu tersebut secara perlahan dan

IV-10

Page 11: kpku BAB Iv

bersamaan. Namun sebelum rangkaian tulangan diturunkan atau dimasukkan

kedalam tulangan balok masuk kedalam begisting, selanjutnya.

h. Memasang skur pada atas begisting, hal ini berfungsi untuk menghindari

berubahnya ukuran balok akibat begisting tidak mampu menerima beban

beton segar.

i. Setelah semuanya siap di cor, perlu dicek dan diadakan pembersihan lokasi

sekali lagi.

Gambar 4.3. Penulangan Balok

4.1.1 Cetakan Beton/Begisting

Persyaratan Umum

Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, Cetakan

dan Perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam

SNI- 2002, NI-2, ACI 347, ACI 301, ACI 318. Kontraktor harus terlebih

dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan serta gambar-gambar

rancangan cetakan dan perancah untuk mendapatkan persetujuan Direksi

IV-11

Page 12: kpku BAB Iv

Lapangan sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-

gambar tersebut harus secara jetas terlihat konstruksi cetakan/acuan,

sambungan-sambungan serta kedudukan serta sistem rangkanya,

pemindahan dari cetakan serta perlengkapan untuk struktur yang aman.

a. Di dalam segala hal, cetakan beton (termasuk penyangganya) harus

direncanakan sedemikian rupa hingga dapat dibuktikan bahwa

penyangga dan cetakan tersebut mampu menerima gaya-gaya yang

diakibatkan oleh penuangan dan pemadatan adukan beton.

b. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan batas-batas bidang

dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak bocor dan harus cukup

kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran

dari penyangga.

c. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada

d. lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada

cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal maupun

vertikal; terutama untuk permukaan beton yang tidak difinish

(expossed concrete).

e. Kecuali beton fondasi, cetakan dibuat dari multipleks dengan

ketebalan minimal 12 mm.

f. Kontraktor harus melakukan upaya-upaya sedemikian hingga

penyerapan air adukan oleh cetakan dapat dicegah.

g. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar

dapat memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya

IV-12

Page 13: kpku BAB Iv

"overstress" atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi

yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan

kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada di

atasnya selama pelaksanaan.

h. Sebelum penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan

kebenaran letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan

pengembangan pada saat beton dituang, permukaan cetakan harus

bersih terhadap segala kotoran, dan diberi form oil untuk mencegah

lekatnya beton pada cetakan. Untuk menghindari lekatnya form oil pada

baja tulangan, maka pemberian form oil pada cetakan harus dilakukan

sebelum tulangan terpasang.

Gambar 4.4. Begisting Balok

IV-13

Page 14: kpku BAB Iv

4.1.2 Pengangkutan dan Pencoran Balok

Pengecoran balok dilakukan tidak bersamaan dengan pengecoran

plat. Pengecoran balok ini dilakukan setelah penulangan dan pembuatan

begisting balok selesai. Adapun rincian langkah kerjanya antara lain :

a. Menyiapkan peralatan dan bahan serta tenaga kerja untuk pengecoran.

b. Pengecoran balok ini menggunakan beton ready mix dengan mutu

beton K.250.

c. Perletakan pengadukan dan pencoran harus diatur sedemikian rupa

hingga memudahkan dalam pelaksanaan pencoran .

d. Waktu antara pengadukan dan pencoran tidak boleh lebih dari 1 jam.

e. Pencoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari

terjadinya pemisahan material dan perubahan letak tulangan.

f. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari

1,5 m, cara penuangan dengan alat-alat bantu seperti talang, pipa,

chute, dan sebagainya harus mendapat persetujuan Manajemen

Konstruksi

g. Pelaksana harus memberitahukan Manajemen Konstruksi selambat-

lambatnya 2 hari sebelum pencoran beton dilaksanakan.

h. Pemadatan beton dilakukan dengan penggetar mekanis/mechanical

vibrator dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan

maksud untuk mengalirkan beton.

i. Pemadatan ini harus dilakukan sedemikian rupa hingga beton yang

IV-14

Page 15: kpku BAB Iv

dihasilkan merupakan massa yang utuh, bebas dari lubang-lubang,

segregasi atau keropos .

j. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan

alat penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin

pengisian beton dan pemadatan yang baik.

k. Alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan terutama pada

tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras

Gambar 4.5. Pengecoran Balok

4.1.3 Pembongkaran Begisting Balok

Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari

Manajemen Konstruksi, atau jika umur beton telah melampaui waktu

sebagai berikut :

1) Bagian sisi balok 48 jam (setara dengan 35 % f’c)

2) Balok tanpa beban konstruksi 7 hari (setara dengan 70 % f’c)

3) Balok dengan beban konstruksi 21 hari (setara dengan 95 % f’c)

IV-15

Page 16: kpku BAB Iv

Gambar 4.6. Pembongkaran Begisting Balok

4.2 Pekerjaan Plat

Pada prinsipnya lingkup pekerjaan plat ini sama dengan pekerjaan balok,

mulai dari pembuatan begisting dari pembongkarannya. Cara pembuatan begisting

dan penulangannya pun hampir sama, sedangkan waktu pengecorannya dilakukan

secara bersama-sama.

4.2.1 Begisting Plat

Begisting plat ini dikerjakan bersamaan dengan pembuatan begisting

balok, karena balok dan plat merupakan konstruksi yang monolit.

Langkah-langkah pembuatan begisting plat adalah:

a. Membuat perancah plat sama dengan pembuatan perancah balok.

b. Menentukan ketinggian dari balok penyangga penurunan yang terjadi

dari gelagar induk dan gelagar anak, kemudian dipasang dengan

benang untuk mendapatkan ketinggian yang sama kemudian ( dicek

dengan selang air ).

c. Memasang skur pengaku.

d. Gelagar induk dan gelagar anak dipasang dengan ketentuan.

IV-16

Page 17: kpku BAB Iv

e. Pemasangan multiplek di bagian atas dari gelagar anak kemudian di

paku.

4.2.2 Penulangan Plat

Penulangan plat ini dikerjakan setelah pembuatan begisting plat dan

penulangan balok sudah selesai. Adapun langkah kerja penulangan plat ini

adalah:

a. Besi yang telah disiapkan dibawa ke atas perancah dan disusun seperti

pada gambar.

b. Tulangan yang dipasang pertama adalah tulangan yang paling bawah.

c. Tulangan diatur sedemikian rupa dan di bagian bawah dipasang

decking beton.

d. Setelah lapisan bawah selesai, baru dipasang lapisan atas.

e. Agar tidak menempel antara tulangan bagian atas dengan tulangan

bagian bawah, maka tiap 1 m2 dipasang 4 buah cakar ayam yang

diikat dengan kawat bendrat.

Gambar 4.7. Penulangan Plat

IV-17

Page 18: kpku BAB Iv

4.2.3 Pengecoran Plat

Pada prinsipnya pengecoran plat ini sama dengan pengecoran balok

karena pelaksanannya dilakukan secara bersamaan.

Gambar 4.8. Pengecoran Plat

4.2.4 Pembongkaran Begisting Plat

Pada dasarnya pembongkaran begisting plat ini pun sama tekniknya

dengan pembongkaran begisting balok, pelaksanaanya diawali dari tepi

dan mengarah ketengah atau berselang antara tengah dan tepi.

Gambar 4.9. Pembongkaran Begisting Plat

4.2.5 Pengujian Beton

Pengujian mutu beton dilakukan setiap 5 m3 beton, setiap sampel

terdiri : 1 tes slump, 3 tes silinder.Pengujian laboratorium ini semuanya

IV-18

Page 19: kpku BAB Iv

dilaksanakan oleh pihak ready mix yang diketahui oleh kontraktor dan

pengawas proyek saat pekerjaan pengecoran balok, plat lantai.

4.2.6 Pengujian Slump ( Kekentalan Beton )

Adalah pemeriksaan kekentalan adukan beton yang dipakai.

Kekentalan adukan beton harus disesuaikan dengan cara pengangkutan,

cara pemadatan, jenis konstruksi dan kerapatan tulangan kekentalan

adukan dipengaruhi oleh :

Jumlah dan jenis semen (faktor air semen)

Jenis dan gradasi agregat

Penggunaan bahan tambah

Adukan beton untuk pengujian slump ini diambil langsung dari

mixer dengan mengunakan ember yang tidak menyerap air. Beton sendiri

merupakan campuran antara agregat halus, agregat kasar, semen dan air.

Mutu beton dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kualitas bahan

homogenitas campuran dan kekentalan adukan.

Pengujian nilai slump dilakukan dengan menggunakan kerucut

Abrams yaitu kerucut terpancung dengan diameter atas 10 cm dan

diameter bawah 20 cm dengan tinggi 30 cm. Untuk menumbuk adukan

digunakan penumbuk dari baja Ø 16 cm, panjang 60 cm.

Adapun proses pengujiannya adalah :

1. Bersihkan kerucut Abrams

dan dibasahi dengan air lalu diletakkan pada suatu bidang

datar.

IV-19

Page 20: kpku BAB Iv

2. Adukan beton diambil

langsung dari concrete mixer sebelum dilaksanakan

pengecoran. Masukkan adukan ke dalam kerucut sebanyak 3

lapis dan tiap- tiap lapis ditusuk 25 kali dengan menggunakan

penumbuk baja. Setelah penuh lalu diratakan dan ditunggu

selama 30 detik, kemudian kerucut ditarik keatas perlahan-

lahan.

3. Permukaan beton akan

mengalami penurunan dan penurunan ini diukur sebagai nilai

slump.

Pada proyek ini nilai slump rata–rata pada pekerjaan pengecoran

yang di ijinkan minimum 7,5 cm maximum 15 cm seperti yang disyaratkan

dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS ).

Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat

pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 4.1. Ketentuan Kekentalan Slump

Bagian Konstruksi Nilai Slump (mm)

Balok- balok 75 - 150

Pelat Lantai 75 - 150

IV-20

Page 21: kpku BAB Iv

Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan

teknis ini,Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup

di dalam Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI

T-15-1990-03).

4.2.7 Kuat Tekan Beton ( Silinder )

Pengujian kuat tekan beton, yang dilakukan secara acak dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. Untuk setiap 10 m3 adukan beton, minimal harus dibuat 2 buah benda

uji berupa silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm,

Di dalam segala hal, pembuatan benda uji ini harus dilakukan dengan

sepengetahuan Manajemen Konstruksi

b. Menyiapkan benda uji yang terbuat dari cetakan – cetakan baja.

c. Cetakan diolesi dengan olie agar nantinya beton mudah dilepas.

Kemudian cetakan ditaruh diatas alas yang rata dan tidak menyerap

air.

d. Adukan beton diambil langsung dari truck mixer dengan

menggunakan ember yang tidak menyerap air dan dimasukkan ke

dalam cetakan dalam tiga lapis dengan tebal yang sama, dimana

masing-masing lapis ditusuk sebanyak 25 kali dengan tongkat yang

berujung bulat.

IV-21

Page 22: kpku BAB Iv

e. Permukaan cetakan disipat rata dan diberi tanda untuk menentukan

umurnya.

f. Benda uji yang baru dicetak, disimpan yang bebas getaran dan ditutup

dengan karung basah selama 24 jam.

g. Kemudian benda uji tersebut dilepas dari cetakan dan direndam dalam

bak air sampai hari pengujiannya.

h. Kemudian silinder beton tersebut dites pada hari ke 7 dan 28 hari.

i. Pengujian tekan dilakukan pada bidang – bidang sisi yang menempel

pada alas cetakan. Sebelum benda uji diperiksa kekuatannya, maka

ukurannya harus ditentukan dengan cara pengukuran hingga 1

milimeter.

Gambar 4.10. Hasil Pengujian Beton

4.3 Permasalahan Di Lapangan

Dengan melihat kenyataan dilapangan yang penuh tantangan dalam

pelaksanaan pekerjaan ada pula kendala yang dihadapi. Beberapa kendala yang

dihadapi dalam pengembangan Gedumg Paviliun Garuda II adalah sebagai berikut

IV-22

Page 23: kpku BAB Iv

1. Terjadi bobokan dinding atau beton lantai pada daerah yang akan dipasang

instalasi kabel / pipa. Untuk mengatasinya adalah koordinasi Shopdrawing

struktur , ME dan Arsitek.

2. Koordinasi shopdrawing antara SubKontraktor dan Kontraktor

3. Kurangnya kesadaran dalam keselamatan, masih ada beberapa pekerja

yang tidak mengindahkan peringatan menggunakan alat pengaman dalam

pelaksanaan pekerjaan proyek ini.

4. Akses jalan utama yang relatif padat menyebabkan kemacetan saat

mobilisasi pekerjaan.

IV-23