kpd
DESCRIPTION
kdpTRANSCRIPT
KETUBAN PECAH DINI (KPD)
Definisi
Pada keadaan yang normal ketuban pecah pada saat pembukaan cervik sudah
lengkap atau hampir lengkap. Tapi pada keadaan tertentu dapat terjadi pecahnya selaput
ketuban sebelum pembukaan servik lengkap atau hampir lengkap. Sampai saat ini belum
ada kesepakatan tentang definisi pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya.
Beberapa definisi yang dikemukakan adalah :
1. Robeknya selaput ketuban secara spontan sebelum terjadinya persalinan
(Anderson, H.F, at al, 1992, Saifuddin, A.B, 2001).
2. Kebocoran cairan amnion tanpa adanya tanda-tanda inpartu dengan tidak
memperhitungkan usia kehamilan (Cunningham, F.G, 2001).
3. Ketuban pecah sebelum pembukaan servik 5 cm (Wiknjosastro 1999).
Insiden
Angka kejadian KPD didapati 10 % dari seluruh kehamilan (Anderson HF at al
1992) dan 40-60 % diantaranya dengan persalinan preterem.
Etiologi
Etiologi pasti dari KPD belum diketahui. Meskipun demikian banyak ahli menduga
ada beberapa faktor penting sebagai faktor predisposisi terjadinya kasus ketuban pecah dini
Adapun faktor-faktor tersebut adalah (Danfort 1991, Knupel 1993, Anderson at al 1992):
1. Faktor ketuban
Adanya “lytic substance” yang dihasilkan endoservik menyebabkan
kelemahan ketuban didaerah ostium yang disebut locus minoris resistensi.
1
2. Faktor infeksi
Walaupun secara umum terjadinya infeksi traktus genitalis dianggap
sebagai akibat dari ketuban pecah dini, namun terbukti pula bahwa infeksi
traktus genitalis dapat juga sebagai faktor yang mendahului terjadinya ketuban
pecah dini.
3. Faktor trauma
Sering dihubungkan dengan sebab yang iatrogenik oleh karena pemeriksaan
dalam yang tidak semestinya dilakukan. Sebab-sebab lain diantaranya coitus
yang berlebihan.
4. Faktor kelainan letak dan malpresentasi
Keadaan malpresentasi yang paling sering menyebabkan ketuban pecah dini
antara lain presentasi sungsang dan bahu.
5. Faktor serviks
Serviks yang inkompeten dapat menjadi predisposisi terjadinya ketuban
pecah dini.
Beberapa ahli juga berpendapat faktor defisiensi vitamin C dan tekanan yang
berlebihan pada rahim seperti kehamilan ganda dapat menjadi predisposisi
terjadinya ketuban pecah dini
Diagnosis
Dari anamnesa diketahui ibu sedang hamil dengan keluhan keluar air-air yang
banyak dari kemaluan,berwarna jernih, berbau anyir dan tidak didahului oleh nyeri
pinggang yang menjalar ke ari-ari atau keluarnya lendir bercampur darah dari kemaluan.
Perlu juga dalam hal ini untuk mengetahui usia kehamilan yang dapat diperkirakan
berdasarkan hari pertama haid yang terakhir.
Dari pemeriksaan fisik,secara garis besar terbagi atas :
2
1. Pemeriksaan umum
Yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini adalah tanda-tanda vital dari
ibu, seperti suhu. Biasanya suhu penderita normal, kecuali bila disertai
infeksi yang ditandai dengan adanya demam.
2. Pemeriksaan abdomen
Pada pemeriksaan ini haruslah terlebih dahulu diketahui dengan pasti tanda-
tanda kehamilan. Uterus yang dipalpasi terasa lebih lunak dan bagian-
bagian janin lebih mudah dipalpasi.
3. Pemeriksaan dalam
Prinsipnya, pemeriksaan dalam kasus ini sedapat mungkin dibatasi guna
mengurangi resiko infeksi. Pemeriksaan dalam yang dilakukan :
a. Pemeriksaan inspekulo
Dilakukan pertama kali pada pemeriksaan dalam dengan
memakai spekulum steril untuk melihat secara langsung
cairan amnion yang keluar dari ostium uteri eksterna.
b. Pemeriksaan vagina (vagina toucher)
Dilakukan untuk memastikan adanya ketuban atau tidak.
Pada pemeriksaan ini juga ditentukan penipisan dan
dilatasi sevik, identifikasi bagian presentasi anak dan
menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat.
Dari pemeriksaan laboratorium bisa didapatkan keadaan leukositosis yang
mengindikasikan adanya infeksi intra uterin. Sementara melalui pemeriksaan penunjang
guna memastikan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan pada cairan ketuban, seperti :
1. Tes lakmus (kertas nitrazin)
2. Tes kristalisasi dan aborasi (ferning tes)
3
3. Pewarnaan sel-sel lemak fetus
4. Identifikasi rambut lanugo dan verniks kaseosa dari usapan vagina
Komplikasi
Berbagai akibat yang muncul mengiringi kasus ketuban pecah dini antara lain
adalah (Syaifuddin, AB, 2000):
1. Prematuritas
Dilaporkan bahwa 30% kelahiran preterm disebabkan oleh ketuban pecah dini
2. Morbiditas dan mortalitas ibu
Dihubungkan dengan adanya kejadian infeksi yang menyertai kejadian ketuban
pecah dini.
3. Morbiditas dan mortalitas bayi
Tingginya angka kematian perinatal berkaitan erat dengan terjadinya kelahiran
prematur, BBLR, infeksi serta sindroma gawat pernafasan.
Penatalaksanaan
Konservatif
Rawat di rumah sakit
Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tak tahan) dan
metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar,
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi
pada kehamilan 37 minggu.
Jika kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik,
deksametason dan induksi sesudah 6 jam.
4
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan
paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap
minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason IM 5 mg tiap 6 jam sebanyak 4 kali.
Aktif
Kehamilan 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 50 g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalina diakhiri:
a. Bila skor pelvik 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b. Bila skor 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
LAPORAN KASUS
5
ANAMNESA
Seorang pasien wanita umur 39 tahun masuk KB RSU Solok tanggal 15 September
2003 jam 11.40 WIB kiriman bidan dengan D/ keluar air-air yang banyak :
Keluhan Utama :
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 20 jam yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 20 jam yang lalu, membasahi satu helai
kain sarung, warna jernih, bau amis.
Nyeri pinggang yang menjalar ke ari-ari tidak ada.
Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak ada.
Keluar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada.
Demam tidak ada.
Tidak haid sejak 9 bulan yang lalu.
HPHT : 12 –12 –2003 TP : 19 –09 -2003
Gerak anak dirasakan sejak 5 bulan yang lalu.
Riwayat hamil muda : mual (+), muntah (-), perdarahan (-).
Prenatal care : teratur 1 sebulan ke bidan
Riwayat hamil tua : mual (-), muntah (-), perdarahan (-)
Riwayat menstruasi : menarche umur 13 tahun, siklus teratur 128 hari, lamanya
5-7 hari, jumlah 2-3 ganti duk/hari, nyeri haid (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada riwayat sakit jantung, paru, hati, ginjal, DM dan hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada riwayat keluarga mempunyai penyakit keturunan, menular dan kejiwaan.
6
Riwayat Perkawinan : 1 tahun 1988
Riwayat Kehamilan / Abortus / Persalinan : 4 / 0 / 3
1. 1989, Perempuan, 3500 g, aterm, spontan, bidan, hidup
2. 1992, Laki-laki, 3500 g, aterm, spontan, bidan, hidup
3. 1995, Laki-laki, 4000 g, aterm, spontan, bidan, hidup
Riwayat KB : 1. Suntik (1989 –1991).
2. Pil (1992 –1994).
3. Spiral (1995 –2002)
Riwayat imunisasi : 2 TT di bidan.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sedang Keadaan gizi : sedang
Kesadaran : komposmentis kooperatif Demam : ( - )
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg Sianosis : ( - )
Frekuensi nadi : 88 /menit Anemis : ( - )
Frekuensi nafas : 22 /menit TB : 155 cm
Suhu : 370C BB : 65 kg
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5-2 cm H2O, KGB tidak membesar
Thorak : Paru
I : Pergerakan simetris kiri kanan
P : Fremitus normal kiri kanan
Pk: Sonor, kiri dan kanan
A : Vesikuler normal, wheezing ( - ), ronkhi ( - )
Jantung
I : Iktus tidak terlihat
P : Iktus teraba satu jari medial LMCS RIC V
7
Pk: Batas jantung dalam batas normal
A : Murni, teratur, bising ( - )
Abdomen : Status obstetrikus
Genitalia : Status obstetrikus
Ekstremitas : edem -/-, RF + / +, RP-/-
Status Obstetrik
Muka : chloasma gravidarum (+)
Mammae : membesar,areola dan papilla hiperpigmentasi, kolostrum (+)
Abdomen :
Inspeksi : -tampak membuncit sesuai usia kehamilan aterm
-Linea mediana hiperpigmentasi,
-striae gravidarum (+)
-sikatrik (-).
Palpasi : L I : FUT 3 jari dibawah prosesus xypodeus
Teraba massa kurang bulat, lunak, tidak melenting.
L II : Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri
Bagian-bagian kecil di sebelah kanan
L III : Teraba massa keras, terfiksir
L IV : Bagian terbawah anak sudah masuk PAP
TFU : 33 cm TBA : 3255 gram His : -
Perkusi : Tymphani
Auskultasi : BJA (+) 12-11-12
8
Genitalia : Inspeksi : v/u tenang
Inspeculo :
Vagina : fluxus (- ), laserasi (- ), tumor (- ), tampak cairan
menumpuk di forniks posterior
Portio : Multipara, ukuran sebesar jempol kaki dewasa, OUE
terbuka, tampak cairan merembes dari canalis sevicalis, fluxus (- ),
laserasi (- ), tumor (-).
VT : 1 jari
Portio tebal 1 ½ cm, posterior, lunak
Ketuban (-), sisa jernih, bau (-)
Teraba kepala H 1
UPD : Promontorium : tak tercapai
Linea Inominata : 1/3 – 1/3
Sakrum : cekung
DSP : lurus
Spina Ischiadika : tidak menonjol
Os. Coccygeus : mudah digerakkan
Arcus pubis : 90 derajat
Diagnosis :
G4 P3 A0 H3 Gravid aterm (39–40 minggu)+ PRM 20 jam
Anak hidup tunggal intra uterin let. kep HI
Sikap :
Kontrol KU, Vital Sign, DJJ, tanda-tanda in partu
Antibiotika : Ampicilin 1 gr (skin tes), Gentamisin 80 mg
9
Drip induksi oksitosin
Tidur telentang
Rencana : Partus pervaginam
Follow Up
15-9-2003 jam 11. 50 WIB
Dimulai drip induksi oksitosin 5 U dalam 500 ml RL dimulai 10 tetes/menit dinaikkan 5
tetes/30 menit sampai his adekuat, maksimal 60 tetes/menit.
Jam 16.05 WIB
Selesai dilakukan drip induksi oksitosin kolf I
ANAMNESA
Nyeri pinggang yang menjalar ke ari-ari, makin lama makin sering dan bertambah kuat.
Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : komposmentis kooperatif
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
Frekuensi nadi : 88 /menit
Frekuensi nafas : 24 /menit
Suhu : 370C
His : 3-4’/40”/S
BJA : 12-11-12
Genitalia : Inspeksi : v/u tenang
VT : pembukaan 6 –7 cm, ketuban (-) sisa jernih, bau (-)
Teraba kepala UUK kiri depan HII-III
UPD : Panggul luas
DIAGNOSIS :
10
G4 P3 A0 H3 Parturient aterm (39-40 minggu) kala I fase aktif + PRM 10 jam
Anak hidup tunggal intra uterin let. kep HII-III
SIKAP :
Kontrol Vital Sign, DJJ, His, Lingkaran Bandle, KDL
Lanjutkan drip induksi oksitosin kolf ke II
Tidur miring ke kiri
RENCANA : Tunggu partus pervaginam spontan
Jam 16.10 WIB : dilakukan drip induksi sintosinon 10 U dalam 500 cc RL 30 tetes/menit.
Jam 18.10 WIB
ANAMNESA:
- Pasien kesakitan dan ingin mengedan.
PEMERIKSAAN FISIK :
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : komposmentis kooperatif
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
Frekuensi nadi : 92 /menit
Frekuensi nafas : 24 /menit
Suhu : 370 C
His : 2-3’/ 60’’/ K
BJA : 12-11-12
Genitalia : Inspeksi : Vulva membuka
VT : pembukaan lengkap
: ketuban (-) sisa jernih, bau (-)
: teraba kepala UUK kiri depan HIII-IV
UPD : Luas
DIAGNOSA :
G4 P3 A0 H3 parturient aterm (39-40 minggu) kala II
Anak hidup tunggal intra uterin let. B, UUK kiri depan HIII-IV
SIKAP :
11
Pimpin mengedan
Kontrol Vital Sign, His, DJJ, Lingkaran Bandl, KDL
RENCANA : Partus Pervaginam Spontan
LAPORAN PARTUS
Jam 20.30 :
Lahir spontan seorang anak perempuan dengan
Berat badan 3300 gram
Panjang badan 50 cm
A/S : 2/3
Plasenta lahir manual lengkap 1 buah, berat 500 gram, ukuran 18 x 17 x 2,5 cm, Pjg
TP 50 cm, insersi parasentral. Pendarahan selama persalinan 100 cc.
Diagnosis : Para 4 Post Partus Maturus Spontan.
Ibu dan Anak baik.
Sikap : Awasi kala IV
12
BAB IIIDISKUSI
Telah ditampilkan kasus seorang multigravida berumur 36 tahun yang masuk
Kamar Bersalin RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan diagnosis awal G2P1A0H1 Gravid
Aterm + PRM 2 jam, Anak Hidup Tunggal Intra Uterin Letak Kepala HI-II.
Diagnosis PRM pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dari anamnesis diketahui pasien mengeluh keluar air-air yang banyak
dari kemaluan sejak 2 jam sebelum masuk RS, yang membasahi sehelai kain sarung
dengan bau amis dan warna jernih. Pada pemeriksaan fisik dengan inspekulo didapatkan
adanya cairan yang menumpuk di fornik posterior vagina dengan test lakmus positif
(merubah warna lakmus merah menjadi biru) yang menunjukkan cairan ini memiliki pH >
7, sesuai dengan karakter cairan ketuban dan terlihat cairan keluar dari ostium uteri
eksternum (Andersen, et al, 1992, Saifuddin, A.B, 2001).
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak didapatkan tanda-tanda persalinan (in
partu), disimpulan pasien belum in partu. Sehingga diagnosa PRM pada pasien ini sudah
sesuai dengan definisi PRM, yaitu pecahnya ketuban sebelum proses persalinan.
(Andersen, et al, 1992, Duff, 1996, Saifuddin, 2001).
13
Sesuasuai denagan protap bagian obstetri dan ginekologi maka rencana
penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan menunggu munculnya tanda-tanda inpartu
sampai 6 jam sejak pecahnya ketuban.
Setelah ditunggu selama 4 jam, pada pasien ini tidak ada tanda – tanda inpartu, maka
penanganan selanjutnya dilakukan secara aktif, dengan melakukan induksi memakai
oksitosin, karena usia kehamilan sudah aterm (Andersen, et al, 1992, Saifuddin, A.B,
2001). penanganan ekspektatif tidak berbeda secara bermakna, sedangkan infeksi maternal
lebih rendah pada induksi dengan oksitosin (Hannah, et al, 1996). Kerugian yang lain
apabila ditunggu persalinan mulai secara spontan adalah semakin besarnya kemungkinan
prolaps atau kompresi pada tali pusat (Duff, 1996). Dapat disimpulkan bahwa tindakan
induksi persalinan pada pasien ini sudah tepat..
Pada pasien ini juga diberikan antibiotika sebagai tindakan pencegahan infeksi.
Tindakan pemberian propilaksis ini masih menjadi kontroversi dan hingga saat ini belum
ada penelitian untuk menilai keuntungan tindakan ini (Andersen, et al, 1992). POGI dalam
Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi untuk pasien PRM dengan tindakan
konservatif menganjurkan pemberian antibiotika bila ketuban sudah pecah > 6 jam. Dalam
buku acuan nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, antibiotika dosis tinggi
diberikan apabila ditemukan tanda-tanda infeksi.
Induksi persalinan dilakukan dengan drip sintosinon sebanyak 5 IU dalam 500 cc
cairan RL, diawali dengan 6 ml unit dan dinaikkan sebanyak 3 ml unit tiap 30 menit
sampai tercapai his yang adekuat untuk terjadinya persalinan. Selama drip induksi,
dilakukan kontrol yang ketat terhadap keadaan umum ibu, BJA, his dan tanda lingkaran
Bandl yang merupakan tanda-tanda komplikasi ancaman ruptura uteri.
Setelah drip induksi berjalan 3 jam, pasien merasakan nyeri yang semakin
meningkat dan perasaan ingin mengedan. Dilakukan pemeriksaan dalam, ditemukan
14
bahwa pembukaan telah lengkap dengan ubun-ubun kecil anak berada di depan. Pasien
kemudian dipimpin mengedan dan lahir seorang anak laki-laki dengan berat badan 2564
gram, panjang badan 47 cm dan Skor Apgar 8/9.
15
BAB IVKESIMPULAN
1. Diagnosis ketuban pecah dini pada pasien ini didasarkan pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
2. Etiologi ketuban pecah dini pada pasien ini belum dapat ditentukan.
3. Penatalaksanaan pasien ini sudah sesusuai dengan kepustakaan dan protap
bagian.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Andersen, HF. Hopkins, MK. Hayashi, RH. Premature Rupture of the Membranes. In :
Sciarra, JJ (Ed). Gynecology and Obstetrics. JB.Lippincott Company.
Philadelphia.1992.
2. Saifuddin, AB : Ketuban Pecah Dini : Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, edisi pertama 2000, JNPKKR-POGI-Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001.
3. Cunningham, Normal Labour and Delivery; Williams Obstetrics, 21th edition. Appleton
& Lange New York, 2001.
4. Wiknjosastro,H : Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal; Ilmu Kebidanan, Edisi
Ketiga Cetakan Keempat, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,
1999.
5. Knupple, R.A : Premature Rupture of The membranes ; High Risk Pregnancy, Second
Edition, W.B. Saunders Company, 1993.
6. Duff, P. : Premature Rupture of the Membranes at Term. The New England Journal of
Medicine 1996 ; 334:(16):1053-1054. Available from:
http://content.nejm.org/cgi/content/full/334/16/1053
7. Hannah, ME. Ohlsson, A. Farine, D. et al. Induction of Labor Compared with
Expectant management for Prelabor Rupture of the Membrane at Term. The new
England Journal of Medicine 1996.
17
18