korelasi berat badan dan frekuensi denyut jantung 2012

Upload: adi-hardianto

Post on 18-Jul-2015

424 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Korelasi Berat Badan dan Frekuensi Denyut Jantung Kelo mpo k 1 2 X= Berat (gram) 49.05 49 Y= ratarata denyut jantung 42.4 76.4 5C 46 62 15C 32 54 30C 46 63 45 45 70

Denyut jantung diukur dengan memegang di daerah jantung pada sternum. Tepat di tengan sternum ditusuk dengan jari lalu maju sebanyak dua ost. Costae ke sebelah kiri. Saat praktikum yang diamati dua ekor katak. Semakin besar berat badan katak maka frekuensi denyut jantung semakin menurun. Berat badan yang berlebihan memberikan tegangan atau beban ekstra pada jantung dan pembuluh darah. Tegangan atau beban pada jantung inilah yang akan menyebabkan frekuensi denyut jantung semakin menurun. Berat badan yang besar akan membuat beban pada otot jantung saat berkontraksi memompa darah menuju atau dari jantung. Selain itu ukuran tubuh mempengaruhi laju metabolismenya, jaringan tubuh hewan yang lebih kecil memerlukan laju pengiriman oksigen ke jaringan yang lebih tinggi secara proporsional. Akibat korelasi dengan laju metabolisme yang tinggi tersebut, laju denyut jantung hewan tersebut akan lebih tinggi. Selain itu, jika semakin kecil hewan maka semakin besar pula energi yang diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh yang stabil. Semakin kecil seekor hewan maka semakin besar pula rasio antara luas permukaan tubuhnya dengan volume tubuhnya, dan dengan demikian semakin besar panas yang hilang atau yang diperoleh dari sekelilingnya. Oleh karena itu, katak yang lebih kecil, denyut jantungnya lebih cepat, hal ini dikarenakan untuk menyeimbangkan suhu panas yang hilang dan untuk memperlancar pengiriman oksigen ke jaringan dengan lancar. Berdasarkan hasil data di atas terdapat perbedaan antara kelompok satu dengan kelompok dua, diamana kelompok satu denyut jantung katak berdetak paling cepat bila diberi air dengan suhu 50 C dan 300 C. Jadi, ritme denyut jantung dapat diubah oleh berbagai faktor selain saraf. Contohnya rangsangan kimiawi seperti hormon dan perubahan kadar CO2 dan O2 atau rangsangan panas. Hormon adrenalin akan meningkatkan kontraksi jantung, sedangkan asetilkolin akan menurunkannya. Berbagai rangsangan psikis juga dapat mempengaruhi kecepatan denyut jantung. Baik suhu panas ataupun dingin menyebabkan percepatan denyut jantung. Hal ini dikarenakan reaksi katak terhadap perubahan suhu merupakan mekanisme dari tubuh katak untuk mengurangi atau melepaskan panas dari tubuh katak. Suhu yang panas dapat menimbulkan dehidrasi atau kekurangan cairan pada tubuh katak akibat keluarnya cairan yang berlebihan melalui pernapasan. Jika kebutuhan air tidak terpenuhi maka akan terjadi gangguan pengaturan suhu tubuh. Pada akhirnya akan meningkatkan denyut jantung. Peningkatan denyut jantung merupakan

respons dari tubuh katak untuk menyebarkan panas yang diterima ke dalam organ-organ yang lebih dingin. Berdasarkan referensi yang ada, seharusnya respon denyut jantung dan tekanan darah akan semakin meningkat dengan meningkatnya suhu lingkungan. Hal ini sesuai dengan teori yaitu peningkatan suhu menyebabkan peningkatan frekuensi jantung yang besar, sedangkan penurunan suhu sangat mengurangi frekuensi, efek ini mungkin sebagai akibat peningkatan permeabilitas membran otot terhadap berbagai ion pada suhu lebih tinggi mengakibatkan percepatan proses self-excitation (Guyton, 1995). Seharunya saat diberi rangsangan dengan suhu rendah, maka ini akan merangsang saraf parasimpatis ke jantung (nervus vagus) yang menyebabkan hormon asetilkolin dilepaskan pada ujung-ujung nervus vagus. Hormon ini mempunyai dua efek utama pada jantung:1. Mengurangi kecepatan irama simpul S-V (Sinus Venosus) dan 2. Mengurangi eksitabilitas serabut junction A-V (Atrioventrikuler) di antara otot atrium dan simpul AV, dengan demikian memperlambat penghantaran impuls jantung ke dalam ventrikel. Rangsangan nervus vagus yang sangat kuat dapat menghentikan sama sekali aktivitas simpul S-V berirama atau menghambat sama sekali penghantaran impuls jantung melalui A-V junction. Mekanisme efek-efek vagus, saat asetilkolin dilepaskan pada ujung-ujung saraf vagus sangat meningkatkan permeabilitas membran tersebut terhadap kalium, sehingga memungkinkan kebocoran kalium dengan cepat ke bagian luar. Ini menyebabkan peningkatkan negativitas di dalam serabut yang disebut hiperpolarisasi yang membuat jaringan peka rangsangan menjadi jauh kurang peka rangsang. Saat diberi rangsangan dengan suhu yang lebih tinggi, maka ini akan merangsang saraf simpatis yang menyebabkan efek-efek pada jantung berlawanan dengan efek pada vagus, pertama meningkatkan kecepatan timbulnya impuls dalam simpul S-V, kedua meningkatkan kecepatan hantaran dan eksibilitas semua bagian jantung, ketiga yaitu sangat meningkatkan kekuatan kontraksi semua otot jantung, baik atrium atau ventrikel, intinya perangsangan simpatis meningkatkan seluruh aktivitas jantung. Perangsangan simpatis akan melepaskan hormon norepinefrin pada ujung saraf simpatis. Hormon ini meningkatkan permeabilitas membran serabut terhadap natrium dan kalisum. Dalam simpul S-V, peningkatan permeabilitas natrium akan menyebabkan peningkatan perangsangan sendiri, yang jelas akan meningkatkan frekuensi jantung. Dalam simpul A-V, meningkatkan permeabilitas natrium akan mempermudah setiap serabut untuk merangsang serabut berikutnya, sehingga mengurangi waktu penghantaran dari atrium ke ventrikel. Namun pada percobaan kelompok satu justru air yang suhunya rendah memberikan pengaruh lebih besar daripada air yang suhunya tinggi. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena ketidaktelitian dalam melihat perbedaan perubahan denyut jantung dari air es ke air panas atau juga

pengaruh suhu lingkungan terhadap air panas sehingga airnya tidak sepanas yang diinginkan. Automasi Artinya jantung ini masih dapat melakukan fungsinya tanpa dipengaruhi saraf. Dibuktikan dengan cara merusak otak atau sumsum punggung. Jantung tetap normal melakukan fungsinya untuk beberapa saat. . Jantung tetap berdenyut setelah seluruh persarafannya dipotong; bahkan potongan bila jantung dipotong-potong, masih setiap jaringan jantung berdenyut.

Jantung memang memiliki otomasi sendiri di otot jantung berupa serabut purkinje dan serabut his. Pacemaker jantung mamalia adalah Nodus Keith dan Flacke (Nodus Sinoaricularis), sedang pada katak fraksi jantung diatur oleh salah satu dari ketiga pasang ganglionnya.Terbukti tanpa adanya koordinasi syaraf simpatis dan parasimpatis jantung tetap dapat berdetak diluar tubuh. Tetapi karena jika kondisi diluar tubuh tidak cocok dengan jantung maka jantung kerjanya menjadi semakin melemah (Pearce, Evelin. C. 2005). DAFTAR PUSTAKA Guyton, Arthur C. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC Pearce, Evelin. C. 2005. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta: PT. Gramedia