kopkun corner edisi 18

6
Setahun Desa Membangun 1 UU Perkoperasian, Perjuangan Ekstra Regulasi, Mung- kinkah? 2 TTS Berhadiah 4 Sekolah Menulis dan Entrepreneur Kopkun 5 Guerin & Miss Lee 6 Edisi Desember 2012 Volume II, Issue 18 Setahun Desa Membangun N amanya Gerakan Desa Membangun (GDM). Bukan “Membangun Desa”. Oleh para pegiatnya istilah “Desa Memban- gun” dibedakan dengan “Membangun Desa”. Mereka maknai “Desa Membangun” sebagai bentuk aktif dari orang desa untuk membangun, mengelola desanya. Artinya meletakkan (orang) desa sebagai subyek atau pelaku utama pembangunan. Sebaliknya, istilah “Membangun Desa”, hanya meletakkan desa sebagai obyek pembangunan. Dalam istilah akademisnya, “Desa Membangun” itu bernuansa bottom-up, sedangkan “Membangun Desa” bernuansa top-down. Dan tentu saja, hal itu adalah dua gaya yang berbeda sama sekali. Yang pertama demokratis, sedang yang kedua cenderung otoriter. Gerakan yang bermula pada 2011 ini mulai santer dibicarakan karena dianggap sebagai terobosan baru dalam tata kelola desa. Sebagai contoh, saat ini tiap desa yang berafiliasi dengan GDM punya situs desa. Misalnya Desa Melung, 20 menit dari kampus Unsoed, punya www.melung.or.id. Terobosan lain misalnya, seluruh komputer desa tak lagi gunakan Win- dows, namun Linux. Bahkan bahasanya pun sudah diubah menjadi Banyuma- san. Dalam hal administrasi desa, semuanya sudah terkomputerisasi. Jadi bagi masyarakat yang ingin buat Surat Pengantar, tak lagi menunggu lama. Hanya butuh lima menit, klik ini dan itu, dan jadilah surat itu. Yang menarik lagi, perangkat desanya akrab dengan social media seperti facebook dan twitter. Mereka gunakan social media sebagai salah satu cara mempromosikan potensi desa, misalnya sayur organik, seperti di Desa Me- lung. Jadi gerakan itu sangat lembut memamah teknologi informasi yang tentu saja berbasis internet. Dan itu semua, dilakukan oleh orang-orang desa! Tak sekedar social media, bahkan mereka pernah memantau sidang di Gedung DPR RI melalui video streaming. Yang langsung mereka respon melalui twitter. Dan konyolnya, anggota dewan di Senayan justru kaget dan belum siap dengan kemajuan itu. Rencananya 6-9 Desember mendatang gerakan ini akan gelar Harlah 1 Tahun GDM di Banyumas (www.desamembangun.or.id). Meski baru (akan) berusia satu tahun, gerakan ini telah terbukti banyak memberi solusi konkrit. Tentu saja kekurangan masih ada di sana-sini. Namun dengan melihat seman- gat zaman (zeitgeist) era 2.0 ini, bisa diproyeksikan gerakan ini akan berkem- bang dan makin dinamis. Akhirnya, kita perlu bilang “Selamat Harlah ke-1 GDM. Semoga makin kreatif dan progresif di darat (offline) dan udara (online)! [] Inside this issue: Kopkun.com Pojok Kopkun Apa dan bagaimana Desa Membangun itu? UU Perkoperasian yang baru penuh kontroversi, seperti apa se? Ada TTS berhadiah lho! Yang ingin berlajar menulis atau entre- preneur wajib baca! Siapa Guerin? Siapa Miss Lee? Baca! Kopkun Corner

Upload: kopkun-full

Post on 23-Mar-2016

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Buletin Bulanan Kopkun Corner diterbitkan oleh Koperasi Kampus Unsoed (Kopkun), Purwokerto, Indonesia | www.kopkun.com

TRANSCRIPT

Page 1: Kopkun Corner Edisi 18

Setahun Desa

Membangun

1

UU Perkoperasian, Perjuangan Ekstra Regulasi, Mung-kinkah?

2

TTS Berhadiah 4

Sekolah Menulis

dan Entrepreneur

Kopkun

5

Guerin & Miss Lee 6

Edisi Desember 2012

Volume II, Issue 18

Setahun Desa Membangun

N amanya Gerakan Desa Membangun (GDM). Bukan “Membangun Desa”.

Oleh para pegiatnya istilah “Desa Memban-gun” dibedakan dengan “Membangun Desa”. Mereka maknai “Desa Membangun” sebagai bentuk aktif dari orang desa untuk membangun, mengelola desanya. Artinya meletakkan (orang) desa sebagai subyek atau pelaku utama pembangunan. Sebaliknya, istilah “Membangun Desa”, hanya meletakkan desa sebagai obyek pembangunan. Dalam istilah akademisnya, “Desa Membangun” itu bernuansa bottom-up, sedangkan “Membangun Desa” bernuansa top-down. Dan tentu saja, hal itu adalah dua gaya yang berbeda sama sekali. Yang pertama demokratis, sedang yang kedua cenderung otoriter. Gerakan yang bermula pada 2011 ini mulai santer dibicarakan karena dianggap sebagai terobosan baru dalam tata kelola desa. Sebagai contoh, saat ini tiap desa yang berafiliasi dengan GDM punya situs desa. Misalnya Desa Melung, 20 menit dari kampus Unsoed, punya www.melung.or.id. Terobosan lain misalnya, seluruh komputer desa tak lagi gunakan Win-dows, namun Linux. Bahkan bahasanya pun sudah diubah menjadi Banyuma-san. Dalam hal administrasi desa, semuanya sudah terkomputerisasi. Jadi bagi masyarakat yang ingin buat Surat Pengantar, tak lagi menunggu lama. Hanya butuh lima menit, klik ini dan itu, dan jadilah surat itu. Yang menarik lagi, perangkat desanya akrab dengan social media seperti facebook dan twitter. Mereka gunakan social media sebagai salah satu cara mempromosikan potensi desa, misalnya sayur organik, seperti di Desa Me-lung. Jadi gerakan itu sangat lembut memamah teknologi informasi yang tentu saja berbasis internet. Dan itu semua, dilakukan oleh orang-orang desa! Tak sekedar social media, bahkan mereka pernah memantau sidang di Gedung DPR RI melalui video streaming. Yang langsung mereka respon melalui twitter. Dan konyolnya, anggota dewan di Senayan justru kaget dan belum siap dengan kemajuan itu. Rencananya 6-9 Desember mendatang gerakan ini akan gelar Harlah 1 Tahun GDM di Banyumas (www.desamembangun.or.id). Meski baru (akan) berusia satu tahun, gerakan ini telah terbukti banyak memberi solusi konkrit. Tentu saja kekurangan masih ada di sana-sini. Namun dengan melihat seman-gat zaman (zeitgeist) era 2.0 ini, bisa diproyeksikan gerakan ini akan berkem-bang dan makin dinamis. Akhirnya, kita perlu bilang “Selamat Harlah ke-1 GDM. Semoga makin kreatif dan progresif di darat (offline) dan udara (online)! []

Inside this issue:

Kopkun.com

Pojok Kopkun

• Apa dan bagaimana

Desa Membangun itu?

• UU Perkoperasian

yang baru penuh

kontroversi, seperti

apa se?

• Ada TTS berhadiah

lho!

• Yang ingin berlajar

menulis atau entre-

preneur wajib baca!

• Siapa Guerin? Siapa

Miss Lee?

Baca!

Kopkun Corner

Page 2: Kopkun Corner Edisi 18

K amis (18 Oktober 2012) lalu, DPR mengetuk palu disahkannya RUU Koperasi baru yang

menggantikan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Per-koperasian. Sebelum UU ini disahkan, banyak kalan-gan aktivis koperasi yang gusar dan menyampaikan masukan-masukan, kalau tidak ingin disebut sebagai kritik terhadap rancangan tersebut. Draft RUU ini disinyalir justru be-ruh kapitalisme. Wacana penolakan RUU cukup gencar di media sosial dan sampai hari ini pun beberapa kalangan tetap melakukan mengadvo-kasi, dan memperjuangkan UU yang sudah diparipur-nakan ini untuk diajukan ke Mahkamah Konstitusi. Kelirumonologi Undang-Undang Dalam risalah kecil ini, saya tidak akan mengambil porsi banyak dalam kajian kritik pasal-pasal yang (dianggap) keliru, baik sistematika, redaksi, dan sub-stansi karena sudah hadir rilis kritik di berbagai portal berita dan media sosial dari aktivis koperasi, yang saya anggap cukup memadai menjadi alasan mengajukan banding terhadap regulasi tersebut. Hal fundamental yang dikritik adalah tentang definisi koperasi. Bukan sekedar ihwal keseleo lidah redaksional, tapi ada interupsi substansi dari koperasi itu sendiri. Dalam Pasal 1 mendefinisikan koperasi

sebagai “…badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi…” Mendefinisikan koperasi semata badan hukum itu keliru, apalagi redaksi “didirikan oleh orang perseorangan” akan bermakna bias. Sialnya dalam sub penjelasan undang-undang, pasal 1 dijelaskan dengan kata singkat, “cukup jelas”. Penantian selama 12 tahun dikatung dalam rapat paripurna, terasa hambar ketika produk undang-undang yang dihasilkan justru menjadi “permasalahan tambahan”. Kekeliruan ini menjadi problematik, karena sejati-nya regulasi, sebagai pijakan dasar, harusnya tidak bermakna ambigu. Mendebatkan kembali tafsiran undang-undang adalah membuang waktu. Ada pato-kan yang kiranya bisa menjadi rujukan. Definisi umum yang ditawarkan oleh gerakan

koperasi internasional yang mendefinisikan koperasi secara umum sebagai sekelompok orang-orang yang otonom. Dalam hal ini titik tekan ada subjek/orang yang menjadi pe-laku utama. Monopoli Dekopin sebagai wadah tunggal koperasi yang tidak sesuai dengan semangat de-mokrasi, posisi pengawas yang cukup superior dan mengalahkan kekuatan rapat anggota, untuk meningkatkan SDM koperasi diperbo-lehkannya pengurus berasal dari non-Anggota, banyak memba-has bagian simpan pin-jam namun sektor lain tidak terbahas secara apik yang saya kira tidak tepat dalam porsi lex-generalis adalah ragam kekeliruan yang tercatat dalam UU Perkoperasian terbaru. Extra-Regulasi Ini bukan sekedar tentang persoalan ajakan moral layaknya mengajak untuk perang suci. Na-mun jika kehadiran ne-gara, dalam kasus ini produk undang-undang baru ini menjadi perma-salahan, mengapa harus menjebakan diri

UU Perkoperasian, Perjuangan Ekstra Regulasi, Mungkinkah?

Page 2 Kopkun Corner Volume 2 , I s sue 18

Sejatinya undang-undang adalah produk politik.

“Monopoli Dekopin sebagai wadah

tunggal koperasi yang tidak sesuai dengan semangat

demokrasi”

Page 3: Kopkun Corner Edisi 18

Page 3 Kopkun Corner Volume 2 , I s sue 18

Bagi Badiou momen politik adalah momen yang

menyoroti surplus representasi

kekuasaan dengan cara menghadirkan

“yang lain”

kubangan regulasi yang kontra-produktif? Kembali ke khitah, koperasi sejatinya kumpulan orang yang otonom. Koperasi sejati adalah koperasi yang berdiri mandiri tanpa intervensi apalagi belas kasih pihak luar. Konsep “Do It Your Self” saya kira bisa mewakili bentuk kerja koperasi yang otonom itu. Hierarki kebijakan dalam koperasi senyata-nyatanya adalah rapat anggota. Saya jadi ingat hasil riset salah seorang senior saya. Di salah satu koperasi yang menjadi objek penelitiannya, ia menemukan implementasi UU tentang perkoperasian tidak berjalan di koperasi tersebut. Namun anehnya koperasi tetap berjalan dengan baik. Ternyata yang menjadi ruh dalam berjalannya koperasi tersebut tiada lain dari hasil rapat anggota. Memang sifatnya masih kasuistik dan belum bisa digeneralisasi, tapi sekurangnya ini memperlihatkan tentang adannya kemampuan dalam diri koperasi untuk hidup tanpa kerangkeng regulasi birokrasi. Bukti empiris yang lebih besar ada. Di Norwegia dan Denmark contohnya, kedua negera tersebut tidak memiliki UU koperasi. Koperasi di dua negara terse-but berkembang pesat, bahkan menjadi substantive power ekonomi di sana. Jika negara memang punya komitmen yang tinggi dalam pengembangan koperasi, sebenarnya kehadiran UU Koperasi tidak bisa berdiri sendiri yang justru hanya malah “mengatur-atur” koperasi yang harusnya berdiri otonom. Problem ini saya tinjau menggunakan kacamata Badiou, seorang filusuf kontemporer ternama asal Prancis. Bagi para punggawa koperasi, permasalahan ini bisa menjadi awal untuk menciptakan momentum untuk berjuang dalam imajinasi extra-regulasi. Imaji-nasi inilah tentang “something else” yang menjadi unsur generik yang membawa kita pada kesetiaan (fidelity) atas “kebenaran”. “Kebenaran” di sini, dalam bahasa Badiou, selalu mengandung kebaruan dan menjauhkan manusia dari relativitas sehari-hari. Dalam titik tertentu kebenaran melampaui dan menjebol dari “pengetahuan. “Pengetahuan” secara konsepsi dibedakan oleh Badiou dengan “kebenaran”.“Pengetahuan” bagi Badiou sebatas informasi yang tersusun rapi—bagaikan ensikopledia, bagaikan monumen. Sedangkan “kebenaran” mengandung hal baru dan militansi. “Kebenaran” berawal dari proses subjektivisasi, yaitu keinginan subjek dalam situasi partikular yang kemudian menempatkan Kebenaran di cakrawala. Partikular-partikular di sini adalah perjuangan subjek-subjek koperasi yang berjuang secara baru, karena menunggu peran negara tak kunjung menciptakan hal yang baru, yakni untuk menjaga momen perjuangan di

luar undang-undang yang kita ciptakan. Bagi Badiou momen

politik adalah momen

yang menyoroti surplus

representasi kekuasaan

dengan cara

menghadirkan “yang

lain” yang belum muncul

dalam state of situtation.

Membaca beberapa

sejarah perjuangan

koperasi, khususnya

situasi kontemporer,

dalam pembacaan saya

masih dalam lingkaran

“pengetahuan”, yakni

dalam kondisi pengan-

daian yang sudah ter-

susun dalam draft ensi-

kopledia yang terbaku-

kan, dan masalahnya kita

tak jarang jadi naïf, per-

juangan itu, dalam kon-

teks ini adalah selalu,

selalu dan selalu mengge-

dor undang-undang.

Hemat saya subjek

koperasi justru bisa

melampauinya, seperti

yang dilakukan oleh para

insan koperasi di Norwe-

gia-Denmark, atau insan

koperasi tempat peneli-

tian senior yang saya

ceritakan di muka.

Kiranya kesempatan

momentum ini saatnya

memulai dengan “yang

lain”: extra regulasi.

Mungkin kah? []

Dodi Faedulloh, Sos., adalah Pengurus Kopkun Bidang Usaha.

Saat ini yang bersangkutan juga menjabat sebagai Direktur Bale

Adarma dan sedang studi master di MAP FISIP Unsoed.

Page 4: Kopkun Corner Edisi 18

Page 4 Kopkun Corner Volume 2 I s sue 18

Teka-teki Silang Bulanan

Mendatar: 1. Peringatan 1 Desember 5. Orang tertentu 7. Pergi (Inggris) 8. Mata uang Amerika 9. Number (singk.) 11. Standar produk Indonesia 12. Salah satu suku di Indonesia Menurun: 2. Instituti Koperasi Indonesia 3. Negara kesejahteraan 4. Menurunnya nilai uang 6. Pengikut ajaran Karl Marx 10. Kebijakan uang kuliah 11. Akibat virus Dengue Ketentuan: 1. TTS Berhadiah ini terbuka untuk semua orang di wilayah Purwokerto. 2. Jawaban dikirim ke Kopkun dengan menyertakan Nama, No. HP dan struk belanja

miminal Rp. 10.000 di Kopkun Swalayan. Atau email ke: [email protected] dengan menyertakan scanan/ foto struk belanja.

3. Jawaban paling lambat tanggal 29 Desember 2012 pukul 17.00 WIB. 4. Tiap bulan akan dipilih satu pemenang yang menjawab dengan benar. 5. Pemenang berhak atas langganan harian/ Koran tertentu selama satu bulan dan mer-

chandise menarik. 6. Pemenang akan dihubungi via telepon.

“Berhadiah Berlangganan Harian/ Koran

Selama Satu Bulan dan Merchandise

Menarik”

Kategori Peserta: Semua Usia/

Kalangan

Tema: Tidak dibatasi

Hadiah:

Total 44 juta

(Diambil 3 pemenang tiap kategori peserta)

Deadline pengumpulan naskah 31 Januari 2013 Pengumuman pemenang Mei 2013

Pengunduhan formulir dan informasi

selengkapnya di: http://femina.co.id/sayembara.cerpen.cerber

Informasi dari situs tetangga. Semoga bermanfaat!

Esai Kamu Untuk edisi mendatang, Redaksi membuka kesempatan bagi mahasiswa Unsoed mengirim esai pendek dengan tema “”. Esai maks 2800 karakter termasuk spasi. Dikirim ke [email protected] paling lambat 29 Desember 2012 pukul 17.00 WIB dalam ben-tuk .doc/ .docx/ .rtf. Sertakan nama, foto dan fakultas/ jurusan. Bagi yang dimuat akan memperoleh langganan Harian/ Koran selama satu bulan dan merchandise menarik.

SAYEMBARA CERPEN & CERBER

“40 Tahun Majalah Femina ”

Page 5: Kopkun Corner Edisi 18

Page 5 Kopkun Corner Volume 2 I s sue 18

Dibuka! Sekolah Menulis & Entrepreneur Angkatan ke-7

P rofil Singkat Sekolah Menulis Storia dan Sekolah Entrepreneur Creativa berdiri sejak akhir

2010. Sampai saat ini sudah ada 80an orang alumni sekolah menulis. Dan ada 70an alumni sekolah entrepreneur. Sekolah ini diasuh oleh ahli-ahli di bidangnya, baik para penulis atau entrepreneur/ manajer. Banyak yang bertanya mengapa Kopkun yang nota benenya adalah koperasi membangun tak hanya sekolah entrepreneur, melainkan juga sekolah menulis. Dan sedikit yang tahu bahwa koperasi sebenarnya bukan semata bergerak di ruang ekonomi, tapi juga sosial-budaya. Hal inilah yang membuat Kopkun concern bangun Sekolah Menulis Storia & Entrepreneur Creativa.

“Banyak yang bertanya mengapa

Kopkun bangun Sekolah Menulis.

Hal ini karena ...”

Page 6: Kopkun Corner Edisi 18

B anyak yang bertanya bagaimana menjadi anggota

Kopkun? Edisi kali ini akan kami beberkan mu-

dahnya menjadi anggota: 1. Mengisi formulir pen-

daftaran 2. Mengikuti Pendidikan Dasar (wajib) 3.

Menyelesaikan administrasi termasuk membayar Sim-

panan Pokok Rp. 1.000 dan Simpanan Wajib Rp.

10.000. Kelengkapan yang perlu disiapkan: foto kopi

KTP/ KTM dan pas foto 4x6/ 3x4 dua lembar.

Keuntungan jadi anggota Kopkun: 1. Diskon

untuk produk tertentu di Kopkun Swalayan 2. Diskon

20% untuk Sekolah Menulis Storia & Entrepreneur

Creativa. 3. Belajar berwirausaha, kepemimpinan dan

manajerial. 4. Berpeluang menjadi parttimer dan atau

fasilitator 5. Kemanfaatan dalam bentuk sosial-budaya

lainnya. Lebih lengkapnya datang langsung ke Kop-

kun Lt.2. Kami tunggu ya!

Jadi Anggota & Manfaatnya

A kar sejarah Hari Ibu di Indonesia lebih menarik dibanding di Eropa, misalnya. Di sebagian Eropa,

Mother’s Day merupakan pengaruh dari tradisi Yunani pada pemujaan Dewi Rhea, ibu segala dewa. Sedang di Indonesia, sejarah hari ibu terkait erat dengan perjuangan perempuan dalam kemerdekaan re-publik ini. Sampai akhirnya pada 1959, Soekarno menge-luarkan Dekrit Presiden No. 316, bahwa 22 Desember sebagai Hari Ibu. Sedari awal tonggak peringatan Hari Ibu di Indonesia bernuansa publik, bentuk penghormatan terhadap para pahlawan seperti: Cut Nyak Dhien, Kartini, Maramis, Sartika dan sebagainya . Ini berbeda dengan Eropa yang lebih bernuansa mitis dan sarat pemujaan. “Ibu” dalam momen itu lebih ditempatkan sebagai aktor sosial daripada balutan romantisme penuh kasih sayang. Sialnya, banyak peringatan salah kaprah yang menempatkan “Ibu” sebagai sosok biologis; Manusia yang melahirkan anak, menyusuinya, mengelola rumah tangga dan seterusnya. Dalam kesejarahan itu, sebenarnya peringatan Hari Ibu tak berbeda dengan Hari Pahlawan. Sosok yang terli-bat aktif dalam proses pembentukan dan pembangunan bangsa. Lucunya, Hari Ibu saat ini sama dengan lomba masak dan macak. Peran penting “Ibu” sebagai aktor sosial jus-tru dipasung dalam peran-peran rumah tangga.

Pada 22 Desember yang akan datang itu, saya lebih tertarik menonton ulang Veronica Guerin dari-pada Mom Never Dies. Film yang pertama berkisah jurnalis perempuan (Guerin) yang memerangi bandar narkotika di Irish, Ireland. Sedang film kedua, drama Korea yang menggambarkan sosok ibu (Miss Lee) yang kesepian di akhir hidupnya. Kedua film itu bisa membuat penonton meni-tikkan air mata. Bedanya, yang pertama kita jadi haru pada kiprah Guerin yang membuatnya ter-bunuh saat tugas. Sedang yang kedua, kita akan haru pada keluasan hati seorang ibu. Film yang pertama true story; Yang kedua drama fiksi. Pilih mana? []

Guerin & Miss Lee

Oleh: Firdaus Putra, S.Sos.

(Manajer Organisasi Kopkun)

Sekretariat:

Kopkun Lt. 2 Jl. HR. Boenyamin

Komplek Ruko Depan SKB Purwokerto

(0281) 631768 | www.kopkun.com

[email protected]

Redaksi Kopkun Corner

Penanggungjawab: Ketua Kopkun

Redaktur Pelaksana: Firdaus Putra

Reporter: Ulya, Amy & Nimas

Pemeriksa Aksara: Noor Hasanah

Distribusi: Windi, Hasbi, Dita, DJ, Imam

Untuk

pengguna Ipad dan Android,

sila pindai barcode ini!

Googling lah “Hari Ibu”. Banyak gambar lebih

bernuansa Ibu sebagai sosok biologis daripada

aktor sosial.