kontribusi ekspor kopi terhadap pertumbuhan … · 2018-09-03 · kontribust ekspor kopi teriiadap...

i

KONTRIBUSI EKSPOR KOPI

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Progam Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh :

Gregorius Titis Widaryanto

NIM: 11 1324 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KONTRIBUST EKSPOR KOPI

TERIIADAP PERTUMBL]-HAN EKONOMI IN DONBSLA,

i

I1{AKALAII

Cleh:


16

Telah drsetirlui oieh :

Pernbimbing

t

r-17-\rMuCay*r, S.P{i., },4.Sc Tanggal 27 Juh 2*Y,M.Y.


KONTRIBUSI EKSPOR KSPI

TERIIADAF PERTUII,{BLII{A]\ EKON OMI II{DONESIA

MAEL{I,AH

Oleh:


NiM : 11 1324 001

:pan panitia pengu3i

Ketua

Sekretaris

Anggota

Ar:ggcta

Anggota

Pendidikan

M.Si,

Yogyakarta 27 Juli 2018


v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya

yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir.

Tugas akhir dengan judul “Kontribusi Ekspor Kopi Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Indonesia” ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam pembutan tugas akhir ini tidak lepas dari beberapa pihak yang telah

memberikan bantuan moril, materi, dukungan, bimbingan maupun kerjasamanya,

untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed., selaku Kepala Program

Studi Pendidikan Ekonomi

4. Y.M.V. Mudayen, S.Pd. M.Sc. Dosen yang dengan sabar membimbing

dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas akhir dan telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik

serta saran untuk kesempurnaan tugas akhir ini.

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah

memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.


vii

ABSTRAK

KONTRIBUSI EKSPOR KOPI

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA


Universitas Sanata Dharma

2018

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1) mendeskripsikan sejarah

komoditi kopi dan ekspor kopi; 2) mendeskripsikan syarat dan peraturan ekspor

kopi; dan 3) mendeskripsikan kontribusi ekspor kopi pada pertumbuhan ekonomi

di Indonesia. Penulisan makalah ini didasarkan atas studi pustaka.

Hasil studi pustaka dapat diringkas sebagai berikut: 1) sejarah awal kopi

Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika Belanda membawa kopi dari Malabar

dan dibudidayakan di perkebunan yang letaknya di Batavia, sedangkan ekspor

kopi dimulai sejak VOC (Vereeningde Oostindische Compagnie) berkuasa yang

pada saat itu melakukan pengiriman kopi dari Indonesia ke wilayah Eropa; 2)

syarat dan peraturan ekspor kopi mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 10/M-DAG/PER/5/2011 yang dibuat agar ekspor kopi Indonesia

mempunyai standar dan legalitas; serta 3) ekspor kopi di Indonesia menunjukkan

perkembangan yang positif di tahun 2015: Ekspor produk kopi olahan tahun 2015

tercatat $356,79 juta meningkat delapan persen dibanding tahun sebelumnya. Hal

ini menunjukan bahwa ada penambahan wirausaha di bidang kopi dan dengan

demikian peningkatan ekspor kopi melahirkan peluang kerja.

Kata kunci: sejarah kopi, ekspor kopi, syarat dan peraturan, komoditi kopi, dan

pertumbuhan ekonomi Indonesia


viii

ABSTRACT

THE CONTRIBUTION OF COFFEE

EXPORT ON ECONOMIC GROWTH IN INDONESIA


Sanata Dharma University

2018

The purposes of this paper are: 1) to describe history of coffe as a

commodity and the coffee export; 2) to describe the requirements and regulations

of coffee export; and 3) to describe the contribution of coffee export on economic

growth in Indonesia. This paper is written based on literature review.

The results of literature review can be summarized as follows: 1) the early

history of coffee in Indonesia began in 1696 when Dutch brought some coffee

from Malabar and were cultivated in plantation where is near Batavia; while

coffee export was started when VOC (Vereeningde Oostindische Compagnie) was

led by Herman Willem Daendels; 2) the regulations and the requirements of

coffee export refer to The rules of Trade Ministry, number 10/M-

DAG/PER/5/2011 that made for quality standard and legality of coffee

export; and 3) Indonesia coffee export showed a positive result in 2015:

processed coffee exports recorded $356,79 million in 2015, increased eight

percent compared from previous year. It is indicated that there is increasing

number of coffee entrepreneur; thus the coffe export contribute to employment

opportunities.

Keyword: history coffee, the export of coffee, requirements and regulations,

commoditification of coffee, economic growth in Indonesia


ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PENGESAHAN iii

SURAT PERYATAAN iv

KATA PENGANTAR v

ABSTRAK vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Batasan Masalah 7

C. Rumusan Masalah 7

D. Tujuan Penulisan 8

E. Manfaat Penelitian 8

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Komoditi kopi dan Ekspor Kopi di Indonesia

1. Sejarah Komoditi Kopi 9

2. Sejarah Ekspor Kopi di Indonesia 10

B. Peraturan dan Syarat Ekspor Kopi di Indonesia

1. Dasar Hukum Ekspor Kopi 11

2. Ketentuan Ekspor Kopi 12

3. Syarat Ekspor Kopi 16

C. Kontribusi Ekspor Kopi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 17

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 20

B. Saran 22

C. Keterbatasan 22

DAFTAR PUSTAKA 23


x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel.1 Ekspor Kopi Tahun 2007-2016 17


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aspek ekonomi merupakan satu hal yang penting dalam suatu negara,

karena seringkali aspek ekonomi menjadi fokus utama bagi setiap negara dalam

tata kelola pemerintahan. Aspek ekonomi menjadi tolak ukur utama kesejahteraan

rakyat. Kesejahteraan rakyat ini menjadi salah satu tujuan utama dari pencapaian

kepentingan nasional.

Dalam perekonomian suatu negara ini dikenal konsep pertumbuhaan

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian

suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama

periode tertentu.

Menurut Budiono (1999) pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses

pertumbuhan output perkapita jangka panjang yang terjadi apabila muncul

kecenderungan, output perkapita untuk naik output tersebut bersumber dari proses

intern perekonomian tersebut, bukan berasal dari luar negeri yang bersifat

sementara. Menurut Sukirno (2011) pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan

fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu negara, misalnya

pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur,

pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan

produksi barang modal. Todaro (1999) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi

sebagai suatu proses yang mantap dimana kapasitas produksi dari suatu

perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat


2

pendapatan nasional yang semakin besar. Untuk memberikan suatu gambaran

umum mengenai pertumbuhan ekonomi suatu negara, ukuran yang selalu

digunakan adalah tingkat pertumbuhan pendapatan nasional riil yang dicapai

(Sukirno, 2011: 423). Pertumbuhan ekonomi dicerminkan oleh besarnya Produk

Domestik Bruto (PDB). PDB memisakan besarnya pendapatan dan pengeluaran

dalam perekonomian suatu negara selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi

berkaitan dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan

ekonomi masyarakat. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, digunakan PDB

berdasarkan harga konstan (PDB Rill), sehingga angka pertumbuhan yang

dihasilkan merupakan pertumbuhan rill yang terjadi karena adanya pertambahan

produksi (Mankiw, 2007). Jadi pertumbuhuhan ekonomi dapat dihitung dengan

tiga cara diantaranya adalah

Pendekatan Pendapatan : Y = r + w + i + p

Pendekatan Pengeluaran : Y = C + I + G + ( X – M)

Pendekatan Produksi : Y=(P1X Q1)+(P2X Q2)+….(PnX Qn)

Salah satu contoh menghitung Pendekatan pengeluaran sebagai berikut

Konsumsi masyarakat Rp. 80.000.000

Pendapatan laba usaha Rp. 40.000.000

Pengeluaran negara Rp. 250.000.000

Pendapatan sewa Rp. 25.000.000

Pengeluaran investasi Rp. 75.000.000

Ekspor Rp. 50.000.000

Impor Rp. 35.000.000


3

GDP = C + I + G + ( X – M )

GDP = 80.000.000 + 75.000.000 + 250.000.000 +(50.000.000 – 35.000.000 )

GDP = 405.000.000 + 15.000.000 = 420.000.000 (GDP)

Tingkat pertumbuhan ekonomi yang naik dari tahun ke tahun menunjukkan

bahwa adanya keberhasilan suatu pemerintahan negara dalam meningkatkan dan

memeratakan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah negerinya.

PDB sendiri jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh

masyarakat dalam suatu negara selama satu tahun, termasuk pula yang dihasilkan

warga negara asing yang berada di wilayah negara tersebut (Mankiw,2007).

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai keadaan perekonomian yang

menunjukkan adanya kenaikan PDB suatu negara bila dibanding dengan tahun

sebelumnya.

Salah satu rujukan untuk melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah

anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). APBN adalah suatu daftar yang

memuat sumber-sumber pendapatan negara dan jenis-jenis pengeluaran negara

dalam jangka waktu satu tahun (Suparmoko, 2000) APBN dibuat berlandaskan

undang-undang yang dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab demi

kemakmuran rakyat. Disektor pendapatan terdapat beberapa elemen yang menjadi

sumber pemasukan bagi negara. Sedangkan di sektor belanja terdapat

pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang digunakan utuk membiayai kebutuhan

negara.

Salah satu kegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan negara

adalah ekspor. Kegiatan ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan


4

menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya

yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir.

Marolop (2011: 63) mendefinisikan ekspor sebagai pengeluaran barang dari

daerah pabean Indonesia untuk dikirim ke luar negeri dengan mengikuti ketentuan

yang berlaku, terutama mengenai peraturan kepabeanan. Ekspor dilakukan dengan

harapan mampu mendorong kegiatan ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Salah satu kegiatan ekspor yang terbesar di negara Indonesia adalah

sektor perkebunan.

Sejarah perkebunan di Indonesia dimulai tahun 1696 ketika Belanda

membawa kopi dari Malabar, India, ke Jawa. Mereka membudidayakan tanaman

kopi tersebut di Kedawung, sebuah perkebunan yang terletak dekat Batavia

(sekarang Jakarta). Ketika itu semua tanaman kopi yang ada di Indonesia

merupakan jenis Arabika (Coffea arabica) Perkembangan komoditi kopi mulai

diperhatikan oleh Pemerintah belanda, pada tahun 1712 kopi hasil perkebunan

Indonesia berhasil diekspor untuk pertama kalinya ke negeri Belanda dan di jual

di pelelangan kopi Amsterdam sebanyak 894 pon. Sejak tahun 1712 kopi sudah

menjadi suatu Komoditi yang sangat penting dalam perdagangan di Hindia

Belanda (jajahan Belanda) Spillane ( 1990:41).

Dengan berkembangnya waktu Sektor perkebunan menjadi komoditi

terbesar di Indonesia dalam hal ekspor. Sektor perkebunan Indonesia meliputi

kelapa sawit, rempah-rempah, karet, kopi, hasil hutan dan kakao. Dalam sektor

hasil perkebunan yang diekspor ke luar negeri, Salah satu satu output yang

menjadi komoditas handal Indonesia adalah kopi. Kopi adalah salah satu


5

komodititas yang paling banyak diperdagangkan di dunia. Untuk menjaga

kwalitas dari ciri khas kopi tanah air pemerintah mengeluarkan peraturan Nomor

41/M-DAG/PER/9/2009 tentang ketentuan ekspor kopi. Hal ini ditujukan agar

kopi Indonesia yang di ekspor keluar negeri kualitasnya tetap terjamin. Hal ini

bisa di lihat dalam beberapa tahun hasil persentase ekspor kopi ke luar negri

mengalami naik turun misalnya di tahun 2012 Indonesia mengekspor hasil

perkebunan kopi sebanyak 44% dari hasil perkebunan, di tahun 2013 naik

sebanyak 53% dan di tahun selanjutnya turun lagi sebanyak 38%. Dilihat dari

jenis kopi yang banyak diperdagangkan di pasar dunia, 10 jenis kopi speciality

yang ada di dunia, lima diantaranya berasal dari Indonesia (Statistik Perkebunan

Kopi Indonesia 2012 - 2014).

Kelebihan kopi Indonesia dibandingkan dari negara lain adalah banyaknya

jenis kopi yang berkualitas sangat bagus Hal ini karena mutunya yang tinggi dan

keunikan rasanya. Perkembangan industri kopi di Indonesia mulai meningkat.

Peningkatan tersebut di buktikan dengan meningkatnya kinerja industri

pengolahan kopi di dalam negeri yang positif. Pertumbuhan konsumsi produk

kopi olahan di dalam negeri meningkat rata-rata lebih dari 7 persen per tahun.

Sedangkan penjualan ke pasar luar negeri, ekspor produk kopi olahan tahun 2015

lebih manis lagi. Pada 2015, ekspor kopi olahan tercatat USD 356,79 juta alias

meningkat 8 persen dibanding tahun sebelumnya (Statistik Perkebunan Kopi

Indonesia 2012-2015).

Ekspor produk kopi olahan didominasi produk kopi instan, ekstrak, esens

dan konsentrat kopi yang tersebar ke negara tujuan ekspor seperti Filipina,


6

Malaysia, Thailand, Singapura, RRC, dan Uni Emirat Arab. -Perkembangan

industri kopi dibidang ekspor sangat berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi di

Indonesia di antaranya bertambahnya dari sisi pajak, devisa, serta pendapatan

Negara, berkembangnya industri kopi juga banyak melahirkan wirausaha kreatif

seperti barista dan pemilik kedai kopi skala kecil, menengah hingga besar yang

dengan kreativitasnya terus melahirkan menu-menu baru. Ada belasan kopi

special kita yang telah dikenal di dunia, termasuk Luwak Coffee, dengan rasa dan

aroma khas sesuai indikasi geografis yaitu kopi arabika dan kopi robusta dan itu

tersebar di berbagai daerah jadi rasa dan nikmat kopi jadi beranekaragam dan

yang menjadi keunggulan Indonesia. Saat ini sudah ada 12 kopi Indonesia yaitu

Kopi Arabika Gayo, Sumatera Arabika Simalungun Utara, Robusta Lampung,

Arabika Java Preanger, Java Arabika Sindoro-Sumbing, Arabika Ijen Raung,

Arabika Kintamani Bali, Arabika Kalosi Enrekang, Arabika Toraja, Arabika

Flores Bajawa, Liberika Tungkal Jambi dan Kopi Robusta Semendo asal

Sumatera Selatan (http://www.kemenperin.go.id/artikel/15421/Menperin).

Dari sisi produksi kopi, Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar

ke empat di dunia setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia dengan produksi rata-

rata sebesar 685 ribu ton pertahun atau 8,9 persen dari produksi kopi dunia. Selain

ekspor kopi keluar Indonesia juga mengimpor kopi dari luar, dikarenakan

permintaan pasar akan kopi begitu besar serta selera konsumen kopi di Indonesia

beranekaragam ada yang tertarik dengan kopi local ada juga yang tertarik kopi

dari luar negeri. Guna memacu industri pengolahan kopi, Kementerian

Perindustrian telah memfasilitasi melalui beberapa kebijakan yaitu industri


7

pengolahan kopi masuk dalam industri pangan dan prioritas untuk dikembangkan

(PP No.14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional

2015-2035) pada 5 tahun kedua (2020-2024); dan pemberian fasilitas pajak

penghasilan (PP No.18 Tahun 2015) untuk investasi baru industri pengolahan

kopi (KBLI 10761) di beberapa daerah di luar Jawa. Berikutnya, harmonisasi tarif

bea masuk (MFN) produk kopi olahan (kopi sangrai, kopi bubuk, kopi instan,

kopi mix) dari 5 persen menjadi 20 persen melalui Peraturan Menteri Keuangan

No.132 Tahun 2015. Harmonisasi tarif ini dimaksudkan untuk memberikan iklim

berusaha yang kondusif bagi industri pengolahan kopi didalam negeri

memberlakukan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kopi Instan

secara wajib yang mulai berlaku secara efektif pada tanggal 17 Januari 2016

sesuai Peraturan Menteri Perindustrian No. 87/M-IND/PER/10/2014

(http://www.kemenperin.go.id/artikel/15421/Menperin).

Pengembangan industri kopi masih perlu ditingkatkan mengingat saat ini

baru mampu menyerap sekitar 35% produksi kopi dalam negeri dan sisanya

sebesar 65 persen masih diekspor dalam bentuk biji. Apalagi, konsumsi kopi

masyarakat Indonesia rata-rata baru mencapai 1,2 kg per kapita per tahun jauh

dibawah negara – negara pengimpor kopi seperti USA 4,3 kg, Jepang 3,4 kg,

Austria 7,6 kg, Belgia 8,0 kg, Norwegia 10,6 Kg dan Finlandia 11,4 Kg per

kapita per tahun (http://www.kemenperin.go.id/artikel/15421/Menperin). Menurut

Hidayat (2014), pengembangan industri kopi di dalam negeri masih mempunyai

prospek baik. Di Indonesia sendiri total luas lahan yang digunakan untuk

perkebunan kopi menurut Badan Pusat Statistik (2015) mencapai 1.240,9 ha.


8

Dengan produksi biji kopi sebanyak 675.881 ton dari total produksi, sekitar 67%

kopi diekspor sedangkan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri

(Asosiasi Eksportir dan Indutri Kopi Indonesia/AEKI).

Penulis juga menyimpulkan bahwa perkembangan industri kopi sangat

berpengaruh bagi petani kopi atau bagi wirausaha yang bergerak dalam bidang

kopi. Kontribusi ekspor bagi pemerintah juga sangat menjanjikan Pada 2015

ekspor kopi olahan tercatat USD 356,79 juta alias meningkat 8 persen dibanding

tahun sebelumnya.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan kajian tentang ekspor kopi di

Indonesia yang sangat luas, maka perlu adanya batasan masalah supaya tujuan

dari penulisan dapat terfokus dan terarah. Adapun batasan masalah tersebut

sebagai berikut.

1. Sejarah perkembangan komoditi kopi dan sejarah Ekspor Kopi di Indonesia

2. Peraturan dan syarat ekspor kopi

3. Kontribusi ekspor kopi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas, maka rumusan

masalah yang diambil sebagai berikut.

1. Bagaimana sejarah perkembangan komoditi kopi dan Sejarah Ekspor Kopi

di Indonesia ?

2. Bagaimana peraturan dan syarat ekspor kopi di Indonesia ?


9

3. Bagaimana kontribusi ekspor kopi terhadap pertumbuhan ekonomi

Indonesia?

D. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, tujuan

penulisan ini sebagai berikut

1. Mendeskripsikan sejarah perkembangan komoditi kopi dan Sejarah Ekspor

Kopi di Indonesia.

2. Mendeskripsikan peraturan dan syarat ekspor kopi di Indonesia.

3. Mendeskripsikan kontribusi ekspor kopi terhadap pertumbuhan ekonomi

Indonesia.

E. Manfaat Penulisan

Bedasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, di atas manfaat

penulisan ini sebagai berikut

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil makalah ini diharapkan memberi manfaat bagi pembaca dan bagi

penulis yang akan menggambil judul tentang Kontribusi Ekspor Kopi

terhadap Pertumbuhan Ekonomi

2. Manfaat Praktis

a. Dapat menjadi bahan referensi bagi Mahasiswa yang mengambil judul

tentang Kontribusi Ekspor Kopi

b. Dapat menjadi bahan bacaan untuk materi yang berhubungan dengan

kontribusi ekspor kopi terhadap perekonomian Indonesia


10

c. Bagi penulis dapat bermanfaat sebagai cara mengamalkan Ilmu pada

waktu kuliah dengan cara menulis makalah


11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Komoditi kopi dan Ekspor Kopi di Indonesia

1. Sejarah Komoditi Kopi

Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika Belanda

membawa kopi dari Malabar, India, ke Jawa. Mereka membudidayakan

tanaman kopi tersebut di Kedawung, sebuah perkebunan yang terletak

dekat Batavia. Namun upaya ini gagal kerena tanaman tersebut rusak oleh

gempa bumi dan banjir. Upaya kedua dilakukan pada tahun 1699 dengan

mendatangkan stek pohon kopi dari Malabar. Pada tahun 1706 sampel kopi

yang dihasilkan dari tanaman di Jawa dikirim ke negeri Belanda untuk

diteliti di Kebun Raya Amsterdam. Hasilnya sukses besar, kopi yang

dihasilkan memiliki kualitas yang sangat baik. Selanjutnya tanaman kopi

ini dijadikan bibit bagi seluruh perkebunan yang dikembangkan di

Indonesia. Belanda pun memperluas areal budidaya kopi ke Sumatera,

Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau lainnya di Indonesia.

Pada tahun 1878 terjadi tragedi yang memilukan. Hampir seluruh

perkebunan kopi yang ada di Indonesia terutama di dataran rendah rusak

terserang penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix (HV). Kala itu semua

tanaman kopi yang ada di Indonesia merupakan jenis Arabika (Coffea

arabica). Untuk menanggulanginya, Belanda mendatangkan spesies kopi

liberika (Coffea liberica) yang diperkirakan lebih tahan terhadap penyakit

karat daun.


12

Sampai beberapa tahun lamanya, kopi liberika menggantikan kopi

arabika di perkebunan dataran rendah. Di pasar Eropa kopi liberika saat itu

dihargai sama dengan arabika. Namun rupanya tanaman kopi liberika juga

mengalami hal yang sama, rusak terserang karat daun. Kemudian pada

tahun 1907 Belanda mendatangkan spesies lain yakni kopi robusta (Coffea

canephora). Usaha kali ini berhasil, hingga saat ini perkebunan-

perkebunan kopi robusta yang ada di dataran rendah bisa bertahan. Pasca

kemerdekaan Indonesia tahun 1945, seluruh perkebunan kopi Belanda

yang ada di Indonesia di nasionalisasi. Sejak itu Belanda tidak lagi

menjadi pemasok kopi dunia. (James,1990) ada beberapa jenis kopi di

Indonesia di antaranya kopi gayo, kopi toraja, kintamani, kopi flores, kopi

jawa, kopi lanang, kopi luwak, kopi Wamena, kopi Sidikalang,

2. Sejarah Ekspor Kopi di Indonesia

Sejarah ekspor kopi Indonesia memang telah dimulai semenjak era

VOC berkuasa. Bahkan guna memuluskan jalan ekspor kopi dari

Indonesia, Herman Willem Daendels yang memerintah Nusantara pada

1808-1811 memerintahkan pembangunan jalan raya mulai dari Anyer di

Jawa Barat hingga ke Penarukan di Jawa timur. Tujuannya tentu untuk

memudahkan sistem transportasi pengiriman kopi dari timur menuju ke

barat yaitu ke Pelabuhan Batavia. Dari sana lantas bisa langsung

dikirimkan ke Eropa.


13

Dengan penerapan sistem kerja paksa dan terbangunnya

insfrastruktur jalan di Pulau Jawa, maka produksi kopi di Jawa bisa

mencapai 26.000 ton. Bahkan antara tahun 1830-1834 produksinya telah

menembus angka 79.000 ton. Hingga mencapai puncaknya pada abad ke-

19, tepatnya pada tahun 1880-1884, produksi kopi di Indonesia telah

mencapai angka 94.000 ton. Memang produksinya tinggi, namun efek

buruknya rakyatlah yang semakin menderita ketika sistem kerja paksa ini

dijalankan. Maka pemberontakan pun muncul di mana-mana. Produksi

kopi pun sempat banyak mengalami hambatan hingga puncaknya

meyebarlah wabah penyakit karat daun atau dikenal dengan hama

Hamilera vastatrix. Hama penyakit ini menerjang seluruh perkebunan kopi

Nusantara pada 1876. Akibatnya produksi kopi mengalami penurunan

drastis. Hanya jenis kopi Arabika yang ditanam di ketinggian 1000 MDPL

sajalah yang masih bisa bertahan. Dan kini urusan ekspor kopi, Indonesia

telah memiliki wadah yang bernama AEKI atau Asosiasi Eksportir Kopi

Indonesia yang dapat menampung seluruh perusahaan perkopian di

Indonesia dari mulai hulu hingga hilir.

B. Peraturan dan Syarat Ekspor Kopi di Indonesia

1. Dasar Hukum Eskpor Kopi

Kopi adalah salah satu komoditas ekspor yang diatur tata niaga

ekspornya. Ketentuan tentang ekpor kopi diatur beberapa kali dengan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, yaitu


14

a. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

558/MPP/Kep/12/1998 tanggal 4 Desember 1998 tentang Ketentuan

Umum Dibidang Ekspor sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

01/MDAG/PER/1/2007 tanggal 22 Januari 2007;

b. Peraturan Nomor 26/M-DAG/PER/12/2005, diganti dengan Nomor

27/M-AG/PER/7/2008 dan terakhir Nomor 41/M-DAG/PER/9/2009

Tentang Ketentuan Ekspor Kopi yang terakhir kali mengalami

perubahan dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 10/M-

DAG/PER/5/2011.

c. Undang-undang No.17 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-

Undang No.10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan

d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.04/2007 tentang

Ketentuan Kepabeanan di Bidang Ekspor

e. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-40/BC/2008 jo.

P-06/BC/2009 jo. P-30/BC/2009 jo. P-27/BC/2010 tentang Tata

Laksana Kepabeanan di Bidang Ekspor

f. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-

41/BC/2008 tentang Pemberitahuan Pabean Ekspor.


15

2. Ketentuan Ekspor Kopi

Kopi adalah salah satu komoditas unggulan dari Indonesia untuk

menjaga mutu dan kualitas kopi pemerintah mengeluarkan peraturaan

kebijakan ekspor kopi dan hal tersebut diatur tata niaga ekspornya, yang

termasuk dalam Buku Tarif Kepabeanan Indonesia HS Nomor 09.01 dan

21.01. Ketentuan tentang ekpor kopi diatur beberapa kali dengan Peraturan

Menteri Perdagangan Republik Indonesia, yaitu peraturan Nomor 26/M-

DAG/PER/12/2005, diganti dengan Nomor 27/M-DAG/PER/7/2008 dan

terakhir Nomor 41/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Ketentuan Ekspor Kopi

yang terakhir kali mengalami perubahan dengan Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 10/M-DAG/PER/5/2011.

Dalam rangka mendorong peningkatan daya saing, terciptanya

persaingan usaha yang sehat dibidang kopi dan memperhatikan keputusan

rapat Kelompok Kerja Keanggotaan Indonesia dan Kontribusi Pemerintah

Republik Indonesia pada Organisasi-organisasi Internasional, perlu

dilakukan pengalihan pembayaran kontribusi keanggotaan Indonesia pada

International Coffee Organization (ICO) Pemerintah merubah Peraturan

Menteri Perdagangan Nomor 41/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Ketentuan

Ekspor Kopi menjadi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 10/M-

DAG/PER/5/2011.Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 41/M-DAG/PER/9/2009 tentang Ketentuan Ekspor

Kopi, diubah sebagai berikut:


16

1. Ketentuan Pasal 6 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 6

(1) Untuk mendapat SPEK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1),

EKS atau ETK harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada

Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) dengan

melampirkan fotokopi pengakuan sebagai EKS atau ETK.

(2) Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan SPEK paling

lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan

benar.

(3) SPEK berlaku selama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterbitkan dan

hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali.

(4) SPEK yang masa berlakunya melewati batas akhir tahun kopi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4), tidak dapat

dipergunakan sebagai persyaratan untuk melakukan ekspor kopi, dan

tidak dapat diperpanjang.

(5) SPEK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) diterbitkan dalam

rangkap 5 (lima) terdiri dari:

a. lembar asli untuk Kantor Pelayanan Bea dan Cukai setempat;

b. tindasan pertama untuk Bank Devisa dalam negeri;

c. tindasan kedua untuk Dinas penerbit SPEK;

d. tindasan ketiga untuk Direktorat Jenderal Perdagangan Luar

Negeri dalam hal ini Direktorat Ekspor Produk Pertanian dan

Kehutanan, Kementerian Perdagangan; dan


17

e. tindasan keempat untuk EKS atau ETK bersangkutan.

(6) SPEK sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat digunakan untuk

pengapalan dari pelabuhan ekspor di seluruh Indonesia.

2. Ketentuan Pasal 7 dihapus.


Pasal 8

1) Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) wajib

menyampaikan laporan realisasi penerbitan SPEK setiap bulan kepada

Direktur Jenderal melalui Direktur Ekspor Produk Pertanian dan

Kehutanan atau melalui http://inatrade.kemendag.go.id paling lambat

tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.

2) Dinas yang tidak memenuhi kewajiban melaporkan realisasi

penerbitan SPEK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dicabut

penetapannya sebagai penerbit SPEK.


1) EKS dan ETK wajib menyampaikan laporan realisasi ekspor kopi

secara tertulis setiap 3 (tiga) bulan kepada Direktur Jenderal melalui

Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan atau melalui

http://inatrade.kemendag.go.id.Pasal 10

2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling

lambat setiap tanggal 10 Oktober, tanggal 10 Januari, tanggal 10 April,

dan tanggal 10 Juli.


18

3) Bentuk laporan realisasi ekspor kopi sebagaimana tercantum dalam

Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri ini.

5. Lampiran III dihapus.

3. Syarat Ekspor Kopi

Pemerintah juga memberi syarat ekspor kopi hal ini lakukan

selain menjaga mutu dan kualitas ekspor kopi persyaratan ini di

berikan agar kopi yang ekspor keluar negeri ada jaminan legal dari

pemerintah dan syarat yang di keluarkan oleh pemerintah antara lain :

a. Ekspor kopi hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah

diakui sebagai Eksportir Terdaftar Kopi (ETK) dan Eksportir Kopi

Sementara (EKS) oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri

Kementrian Perdagangan.

b. Dalam setiap ekspor kopi juga harus dilengkapi dengan Surat

Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK). SPEK adalah surat persetujuan

pelaksanaan ekspor kopi ke seluruh negara tujuan yang dikeluarkan

oleh Dinas yang bertanggungjawab di bidang perdagangan di

Propinsi/Kabupaten/Kota. SPEK juga dapat digunakan untuk

pengapalan dari pelabuhan ekspor di seluruh Indonesia.

c. Di samping itu, kopi yang diekspor wajib sesuai dengan standar

mutu yang ditetapkan Menteri Perdagangan dan harus disertai

dengan Surat Keterangan Asal (certificate of origin) SKA Form


19

ICO, yaitu surat keterangan yang digunakan sebagai dokumen

penyerta barang (kopi) yang diekspor dari seluruh Indonesia, yang

membuktikan bahwa barang (kopi) tersebut berasal, dihasilkan

dan/atau diolah di Indonesia


20

C. Kontribusi Ekspor kopi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia

Perkembangan industri kopi di Indonesia mulai meningkat hal ini

dibuktikan dengan meningkatnya kinerja industri pengolahan kopi di

dalam negeri hingga mengalami peningkatan yang positif. Pertumbuhan

konsumsi produk kopi olahan di dalam negeri meningkat rata-rata lebih

dari 7 persen per tahun. Sedangkan penjualan ke pasar luar negeri, ekspor

produk kopi olahan tahun 2015 menunjukkan angka yang positif. Pada

2015, ekspor kopi olahan tercatat USD 356,79 juta alias meningkat 8

persen dibanding tahun sebelumnya. Ekspor produk kopi olahan

didominasi produk kopi instan, ekstrak, dan konsentrat kopi yang tersebar

ke negara tujuan ekspor seperti Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura,

RRC, dan Uni Emirat Arab.

Tabel. 1

Ekspor kopi Tahun 2007-2016

Tahun

Ekspor/Export

Volum Nilai

Ton (000 US$)

2007 321.404 636.319

2008 468.749 991.458

2009 433.600 814.300

2010 433.595 814.311

2011 346.493 1.036.671

2012 448.591 1.249.520

2013 534.023 1.174.029

2014 384.816 1.039.341

2015 458.694 1.191.926

2016 267.058 650.216

Sumber Statistik Perkebunan Indonesia

Tahun 2007-2016


21

Dari data ekspor kopi Indonesi perkembangan industri kopi di

Indonesia menunjukan hal yang positif perkembangann ini juga berdampak

pada bertambahnya devisa Negara, meningkatnya padapatan dan pajak Negara

dan berkembangnya industri kopi juga berdampak dengan menurunnya angka

penggangguran serta melahirkan wirausaha kreatif seperti barista dan pemilik

kedai kopi skala kecil, menengah hingga besar yang dengan kreativitasnya

terus melahirkan menu-menu baru. Ada belasan kopi specialty kita yang telah

dikenal di dunia, termasuk Luwak Coffee dengan rasa dan aroma khas sesuai

indikasi geografis yang menjadi keunggulan Indonesia.

Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia

setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia dengan produksi rata-rata sebesar 685

ribu ton pertahun atau 8,9 persen dari produksi kopi dunia. Guna memacu

industri pengolahan kopi, Kementerian Perindustrian telah memfasilitasi

melalui beberapa kebijakan yaitu industri pengolahan kopi masuk dalam

industri pangan dan prioritas untuk dikembangkan (PP No.14 Tahun 2015

tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035) pada 5

tahun kedua (2020-2024); dan pemberian fasilitas pajak penghasilan (PP

No.18 Tahun 2015) untuk investasi baru industri pengolahan kopi (KBLI

10761) di beberapa daerah di luar Jawa. Menurut Hidayat (2014),

pengembangan industri kopi di dalam negeri masih mempunyai prospek baik.

Di Indonesia sendiri total luas lahan yang digunakan untuk perkebunan kopi

menurut Badan Pusat Statistik (2015) mencapai 1.240,9 ha. Dengan produksi

biji kopi sebanyak 675.881 ton dari total produksi, sekitar 67% kopi diekspor


22

sedangkan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (Asosiasi

Eksportir dan Indutri Kopi Indonesia/AEKI).

Perkembangan industri kopi di Indonesia saat ini sudah mulai

meningkat. Dari data dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), para

petani Indonesia bersama dengan kementerian-kementerian, untuk

meningkatkan daya saing dengan luar negri. Pemerintah berencana untuk

memperluas perkebunan kopi Indonesia, dengan cara meremajakan

perkebunan yang lama dan memberi sosialisasi berkebun yang baik melalui

program intensifikasi. Dengan meningkatkan luas perkebunan, diharapkan

produksi kopi Indonesia dalam 10 tahun ke depan ditargetkan meningkat

mencapai antara 900 ribu ton sampai 1,2 juta ton per tahun. Disebabkan oleh

meningkatnya permintaan global dan domestik, dari sektor perkebunan

membutuhkan investasi dan inovasi untuk memajukan sektor kopi Indonesia

agar selalu tetap yang terbaik di mata dunia.


23

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam Sub-sub Bab II Pembahasan tentang Kontribusi

Ekspor Kopi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia selanjutnya dapat ditarik

beberapa kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah dalam penulisan ini.

Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut,

1. Sejarah kopi di Indonesia dimulai dari tahun 1696 ketika Belanda

membawa kopi dari Malabar, India, ke Jawa. Mereka membudidayakan

tanaman kopi tersebut di Kedawung, sebuah perkebunan yang terletak

dekat Batavia dari tempat inilah kopi pertama kali berasal. Sejarah ekspor

kopi Indonesia sudah dimulai semenjak era VOC berkuasa. untuk

memuluskan jalan ekspor kopi dari Indonesia, pada tahun 1808-1811

Herman Willem Daendels memerintahkan pembangunan jalan raya mulai

dari Anyer di Jawa Barat hingga ke Penarukan di Jawa timur. Tujuannya

tentu untuk memudah perjalanan menuju Batavia dan dari sana lantas bisa

langsung dikirimkan ke Eropa.

2. Pemerintah mengeluarkan peraturan kebijakan ekspor kopi dan hal

tersebut diatur tata niaga ekspornya, yang termasuk dalam Buku Tarif

Kepabeanan Indonesia HS Nomor 09.01 dan 21.01. Ketentuan tentang

ekpor kopi diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 10/M-

DAG/PER/5/2011. Peraturan tersebut dibuat dengan tujuan agar produk

dari kopi dari Indonesia mempunyai standar mutu ekspor sehingga kualitas


24

dan mutu kopi Indonesia di luar negri tetap terjamin. Pemerintah juga

memberi syarat ekspor kopi, syarat ekspor kopi dei berikan agar kopi dari

Indonesia terjamin legalitasnya.

3. Ekspor kopi di Indonesia menunjukan angka positif hal ini terbukti

pertumbuhan konsumsi produk kopi olahan di dalam negeri meningkat

rata-rata lebih dari 7 persen per tahun. Sedangkan penjualan ke pasar luar

negeri, ekspor produk kopi olahan tahun 2015 menunjukan angka yang

positif. Pada 2015, ekspor kopi olahan tercatat USD 356,79 juta alias

meningkat 8 persen dibanding tahun sebelumnya. Selain itu perkembangan

industri kopi banyak melahirkan wirausaha yang bergerak dalam bidang

kopi

B. Saran

Berdasarkan uraian di latar belakang dan hasil pembahasan dan

selanjutnya dapat di sampaikan beberapa saran berikut ini

1. Diharapkan pemerintah agar melakukan ekspansi dalam membudidayakan

kopi dan mengembangkan komoditi kopi demi terciptanya kualitas ekspor

kopi terbaik. Pengembangan komoditi kopi diharapkan agar pendapatan

produk domestik bruto Indonesia di bidang kopi, terus meningkat. Upaya

yang dapat dilakukan dalam peningkatan ekspor adalah dengan

meningkatkan investasi dalam negeri, dimana jika investasi meningkat

akan berdampak baik bagi perekonomian Indonesia. Pemerintah juga lebih

memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia agar secara

efesien dan efektif


25

2. Pemerintah diharapkan membantu petani dalam mengekspor kopi, karena

ekspor kopi sangat berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian

pemerintah dari sisi pajak,devisa dan pendapatan negara

3. Bagi penulis selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan makalah ini

menjadi lebih baik lagi, karena makalah ini hanya bersifat gambaran

umum, diharapkan penulis selanjut dapat lebih di perkaya materi agar

makalah ini dapat berguna memberikan informasi dibidang ekspor kopi

C. Keterbatasan

Berdasarkan uraian di latar belakang dan hasil pembahasan dan

selanjutnya dapat di sampaikan beberapa keterbatasan makalah ini berikut ini

1. Makalah ini hanya bersifat gambaran umum tentang kontribusi ekspor

kopi terhadapt pendapat ekonomi

2. Materi yang disajikan tidak cukup mendalam, jadi masih bisa di

kembangkan lebih baik lagi


26

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta: BPFE

Gaya Hidup Dorong Industri Kopi Tumbuh Di akses dari

(http://www.kemenperin.go.id/artikel/15421/Menperin), tanggal 8 April 2018

Ketentuan Ekspor Kopi di akses dari (http://gaeki.or.id/ketentuan-ekspor-kopi/),

Tanggal 1 Maret 2018

Mankiw, N. G. 2007. Teori Makro Ekonomi, Edisi Keenam, Jakarta: Penerbit

Erlangga

.

Marolop, T. 2011. Aspek dan Produksi Impor dan Ekspor, Jakarta: Salemba

Empat

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:27/M-

Dag/Per/7/2008 tentang Ketentuan Ekspor Kopi


Dag/Per/9/2009 tentang Ketentuan Ekspor Kopi


Dag/Per/5/2011aa tentang Ketentuan Ekspor Kopi

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 132/PMK.010/2015/

Tentang Penerapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembenanan Tarif BEA

masuk atas Barang Impor

Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 87/M-

IND/Per/10/2014 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI),

Kopi Instan Secara Wajib

Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2015 Tentang Rencana Induk Pembangunan

Industri Nasional Tahun 2015-2035.

Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 2015 Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk

Penanam Modal di Bidang – Bidang Usaha Tertentu Dan Atau Daerah –

Daerah Tertentu

Sukirno, S. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Spillane, J. 1990, Komoditi Kopi: Perannya Dalam Perekonomian Indonesia,

Yogyakarta: Kanisius


http://gaeki.or.id/ketentuan-ekspor-kopi/

27

Suparmoko. 2000. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek, Edisi Kelima.

Yogyakarta: BPFE

.

Statistik Perkebunan Kopi Indonesia Tahun 2015-2017

Statistik perkebunan kopi Indonesia Tahun 2012-2015



Tarigan, Br E. 2015. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Kopi Campuran

Robusta dan Arabika, Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia


kontribusi ekspor kopi terhadap pertumbuhan … · 2018-09-03 · kontribust ekspor kopi teriiadap...

Documents