konstrukitvisme

18
KONSTRUKTIVISME DAN DESAIN PEMBELAJARAN A. Pengertian Konstruktivisme Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Sedangkan menurut Tran Vui, Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan merefleksikan pengalaman-pengalaman sendiri, sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain Dari keterangan di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia 1

Upload: galuh-fahmi

Post on 09-Jul-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konstrukitvisme

KONSTRUKTIVISME DAN DESAIN PEMBELAJARAN

A. Pengertian Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,

Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang

berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)

pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia

sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan

tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus

mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Sedangkan menurut Tran Vui, Konstruktivisme adalah suatu filsafat

belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan merefleksikan pengalaman-

pengalaman sendiri, sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang

memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari

kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau

kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain

Dari keterangan di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan

keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,

pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan untuk

mengembangkan dirinya sendiri. Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai

berikut:

1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa

itu sendiri.

2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan

mencari sendiri pertanyaannya.

3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman

konsep secara lengkap.

1

Page 2: Konstrukitvisme

4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

B. Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme lahir dari idea Piaget dan Vygotsky. Konstruktivisme

adalah satu paham bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep

secara aktif berasaskan pengetahuan dan pengalaman awal. Dalam Proses ini,

siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan awal

untuk membina pengetahuan baru. Menurut Briner (1999), pembelajaran secara

konstruktivisme berlaku di mana siswa membina pengetahuan dengan menguji

ide dan pendekatan berasaskan pengetahuan dan pengalaman awal,

mengimplikasikannya pada satu situasi baru dan mengintegerasikan

pengetahuan baru yang diperoleh dengan binaan intelektual yang

diwujudkannya. Mc Brien dan Brandt (1997), menyatakan konstruktivisme

adalah satu pendekatan pembelajaran berasaskan kepada penelitian tentang

bagaimana manusia belajar. Kebanyakan peneliti berpendapat setiap individu

membina pengetahuan dan bukannya hanya menerima pengetahuan daripada

orang lain.

Ide dari teori ini adalah siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri.

Pikiran siswa dianggap sebagai mediator yang menerima masukan dari dunia luar

dan menentukan apa akan dipelajari. Menurut Soedjadi, pendekatan

konstruktivisme dalam pembelajaran adalah pendekatan di mana siswa secara

individual menemukan dan mengubah sesuai informasi yang kompleks,

memeriksa dengan aturan yang ada dan memeriksa kembali jika perlu. Selain itu,

Bell (1993) mengemukakan konstruktivisme memandang siswa datang ke ruang

belajar membawa persiapan mental dan kognitifnya. Artinya, siswa yang datang

ke ruang belajar sudah memiliki konsep awal dari bahan yang akan diberikan ke

siswa, karena mereka mempunyai potensi untuk pembelajaran mandiri terlebih

2

Page 3: Konstrukitvisme

dahulu dari sumber yang ada atau dari pengalaman dalam lingkungan

kehidupannya. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai mediator dan fasilitator.

Brooks dan Books (1993) juga menyatakan konstruktivisme berlaku

apabila siswa membina makna tentang dunia dengan mensintesis pengalaman

baru pada apa yang mereka telah mengerti sebelum ini. Mereka akan

membentuk peraturan melalui cerminan tentang tindak balas mereka dengan

objek dan ide. Apabila mereka bertemu dengan objek, ide atau perkaitan yang

tak bermakna pada mereka, maka mereka akan menginterpretasikan apa yang

mereka lihat supaya sesuai dengan peraturan yang telah dibentuk atau

disesuaikan dengan peraturan agar dapat menerangkan informasi baru. Dalam

teori konstruktivisme, penekanan diberikan pada siswa lebih daripada guru.

Karena siswalah yang bertindak dengan bahan dan peristiwa serta memperoleh

pengertian tentang bahan dan peristiwa tersebut. Justru, siswa membina sendiri

konsep dan membuat penyelesaian kepada masalah (Sushkin 1999).

Dengan demikian, dapatlah dirumuskan secara keseluruhan pengertian

atau maksud pembelajaran secara konstruktivisme adalah pembelajaran yang

berpusatkan pada siswa. Guru berperan sebagai mediator yang membantu siswa

membina pengetahuan dan menyelesaikan masalah. Guru berperan sebagai

penentu bahan pembelajaran yang menyediakan peluang kepada siswa untuk

membina pengetahuan baru. Guru akan mengenal pasti pengetahuan awal siswa

dan merancang kaidah pembelajarannya dengan sifat asas pengetahuan

tersebut. Pengetahuan yang dimiliki siswa adalah hasil daripada aktivitas yang

dilakukan oleh siswa tersebut dan bukannya pembelajaran yang diterima secara

pasif.

Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat

konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi

kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik

dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur

pemikiran manusia. Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala

3

Page 4: Konstrukitvisme

baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secaca kognitif (mental). Untuk

itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau

perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman

tersebut. Dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu

berkembang. Proses perkembangan tersebut meliputi:

1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang ada pada seseorang

beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya

dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk

mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.

2. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap

mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.

3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal

sudah tidak cocok lagi.

4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga

seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya

(skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari

disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.

C. Perubahan Dalam Pembelajaran

Lahirnya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) telah mengubah

paradigma baru dalam proses pembelajaran. Guru di sekolah bukan lagi satu-

satunya sumber pengetahuan, tetapi merupakan bagian integral dalam sistem

pembelajaran. Tuntutan terhadap pelayanan pembelajaran saat ini, banyak

disebabkan oleh perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Karenanya, konsep pembelajaran saat ini pun berubah dari guru mengajar

menjadi siswa belajar.

Asumsi pergeseran itu, bertitik tolak pada siswa yang diharapkan mampu

meningkatkan kemampuan dirinya dalam memperkaya ilmu pengetahuan, sikap,

dan keterampilan berdasarkan kompetensi yang ada pada kurikulum.

4

Page 5: Konstrukitvisme

Pembelajaran sebagai hasil usaha siswa dan pola pembinaan ilmu

pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang

digunakan siswa sebagai bahan mentah bagi proses perenungan dan

pengabstrakan. Setiap siswa, sebenarnya telah mempunyai satu aset ide dan

pengalaman yang membentuk struktur kognitif. Untuk membina siswa dalam

menemukan pengetahuan baru, guru sebaiknya memerhatikan struktur kognitif

yang ada pada mereka. Pada proses belajar mengajar, guru tidak lagi hanya

mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi siswa sendiri yang harus membangun

pengetahuannya (knowledge is constructed by human).

Mengapa? Karena pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau

kaidah yang siap diterima dan diingat siswa. Siswa harus mengonstruksi

pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa

perlu dibiasakan untuk memunculkan ide-ide baru, memecahkan masalah, dan

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Dalam ide-ide konstruktif,

biarkan siswa mengonstruksi sendiri pengetahuannya. Hal ini sejalan dengan

esensi konstruktivisme bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan

suatu informasi kompleks ke situasi lain. Apabila dikehendaki, informasi itu

menjadi milik mereka sendiri.

Melihat konsep dasar tersebut, pembelajaran saat ini setidaknya

menggeser paradigma dari pembelajaran yang berdasar kacamata guru menjadi

pembelajaran yang berdasarkan kacamata siswa. Artinya, saat ini bukan

bagaimana guru mengajar, tetapi bagaimana agar siswa dapat belajar.

Pengertian belajar, menurut konstruktivisme, adalah perubahan proses

mengonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata yang dialami siswa

sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan yang mereka

peroleh sebagai hasil interpretasi pengalaman yang disusun dalam pikirannya.

Secara psikologis, tugas dan wewenang guru adalah mengetahui karakteristik

siswa, memotivasi belajar, menyajikan bahan ajar, memilih metode belajar, dan

mengatur kelas. Caranya? Biarkan mereka belajar sebagai proses mengonstruksi

5

Page 6: Konstrukitvisme

pengetahuan dan guru sebagai fasilitator dalam menerapkan kondisi yang

kolaboratif. Siswa belajar dalam kelompok dan siswa tidak hanya belajar dari

dirinya sendiri, tetapi belajar pula dari orang lain.

Masalahnya sekarang, bagaimana penerapan konstruktivisme dalam

pembelajaran di kelas. Guru akan banyak dituntut untuk mengubah desain

pembelajaran yang menekankan pada kemampuan siswa berdasarkan

pengalaman nyata. Model itu diharapkan mampu meminimalkan image bahwa

siswa belajar hanya duduk, dengar, dan catat. Oleh karena itu, pelaksanaan

pembelajaran di kelas dapat dilakukan sebagai berikut:

Pertama, tetapkan topik yang akan dibahas. Temukan ide, opini dan

perhatian siswa melalui wawancara, survei, atau interaktif pertanyaan siswa.

Kedua, respons terhadap interaksi, dengan pikiran siswa melalui pembentukan

jembatan yang dilengkapi tahapan bagi siswa untuk mengkonstruksi ide baru.

Ketiga, tarik pikiran siswa dengan mendorong kreativitas melalui aktivitas yang

mampu mendorong siswa untuk belajar mengambil risiko. Keempat, melakukan

refleksi atau evaluasi diri. Setelah itu, taksirlah kemajuan belajar siswa melalui

perubahan ide atau peningkatan hasil tes.

Kemudian, aturlah diskusi kelompok dan berikan kebebasan kepada

setiap siswa untuk membahas permasalahan utama. Berikan pula kesempatan

untuk memaparkan hasil belajar kepada siswa lain melalui presentasi. Tugas kita

(guru), mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa. Di sinilah peran guru sebagai

fasilitator dan mediator dapat berfungsi.

Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran menekankan pengajaran

top down daripada bottom-up. Top down berarti bahwa siswa mulai dengan

masalah kompleks untuk dipecahkan dan kemudian memecahkan atau

menemukan (dengan bimbingan guru) keterampilan-keterampilan dasar yang

diperlukan. Sedangkan pendekatan bottom-up tradisional yang mana

keterampilan-keterampilan dasar secara tahap demi tahap dibangun menjadi

keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Sehingga dapat dikatakan

6

Page 7: Konstrukitvisme

bahwa di dalam kelas yang terpusat pada siswa peran guru adalah membantu

siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan

memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.

Lebih lanjut dikatakan bahwa salah satu konsep kunci dari teori belajar

konstruktivis adalah pembelajaran dengan pengaturan diri (self regulated

learning) yaitu seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar

efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu. Jadi apabila

siswa memiliki strategi belajar yang efektif dan motivasi serta tekun menerapkan

strategi itu sampai pekerjaan terselesaikan maka kemungkinan mereka adalah

pelajar yang efektif.

D. Desain Pembelajaran

1. Pengertian

Desain pembelajaran berarti menciptakan situasi belajar yang sebaik

mungkin bagi peserta didiknya agar si pebelajar merasa nyaman dan

termotivasi dalam proses belajar sesuai dengan tujuan belajar yang telah

ditetapkan.

Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang. Misalnya

sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai

disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang

strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya.

Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan

spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi

yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan

mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.

Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem

pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur

untuk meningkatkan mutu belajar.

7

Page 8: Konstrukitvisme

Sementara itu, desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful

Sagala (2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang

digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas

pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan

perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan

pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.

2. Definisi

Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi

komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan

secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status

awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan

merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi.

Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji

secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau

dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati

secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi

dan hanya berupa asumsi.

3. Komponen Utama Desain Pembelajaran

Komponen utama dari desain pembelajaran adalah,

a. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang periu diketahui meliputi,

karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.

b. Tujuan pembelajaran (umum dan khusus) adalah penjabaran kompetensi

yang akan dikuasai oleh pembelajar.

c. Analisis pembelajaran merupakan proses menganalisis topik atau materi

yang akan dipelajari.

d. Strategi pembelajaran dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu

tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.

8

Page 9: Konstrukitvisme

e. Bahan ajar adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar.

f. Penilaian belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang

sudah dikuasai atau belum.

4. Teori-teori belajar dalam Desain Pembelajaran

Pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya oleh

pendesain merupakan hal yang sangat menentukan (peran sentral) dalam

desain pembelajaran.

“They call to mind previous instruction they have designed, have

experienced, or have seen that fits the particular constraints of the current

situation” (Rowland, 1993). Pengalaman memainkan peranan sentral dalam

penetapan isi dan penentuan strategi pembelajaran.

Model yang diperoleh dari pengalaman mencerminkan metode dan

strategi pembelajaran – aktivitas tingkah laku sederhana. Caroll

mengemukakan bahwa hal-hal yang dibangun (peggunaan komputer dalam

kasus ini) menyediakan basis yang sangat kaya untuk belajar dan pemahaman

tentang teori yang mendasari desain kita. Teori belajar secara implisit telah ada

dalam desain kita dan oleh karenanya sesorang akan mendapatkan

pemahaman tentang belajar dari suatu analisa desain itu. Pendesain

pembelajaran secara khas mungkin tidak akan cukup waktu dan dukungan

secara tegas dalam menerapkan teori belajar selama menyelesaikan tugas

pengembangan dan mendesain pembelajaran. Meskipun demikian teori belajar

merupakan suatu bagian integral dari produk pembelajaran.

Integrasi teori belajar dan desain yang dihasilkan dibedakan oleh

Reigeluth antara teori belajar deskriptif dan teori pembelajaran preskriptif.

Reigeluth (1983) mengemukakan bahwa pendesain pembelajaran memerlukan

teori pembelajaran preskriptif – metode memanipulasi lingkungan belajar

dengan kondisi yang dirancang khusus untuk digunakan dalam memperoleh

hasil belajar yang diinginkan. Lebih penting lagi, ia membantah bahwa teori

9

Page 10: Konstrukitvisme

pembelajaran preskriptif adalah teori pembelajaran yang independen – teori

deskriptif tidak perlu mempertimbangkan asumsi-asumsi tentang proses

pembelajaran dan arti belajar dan mengerti (memahami).

Sebagaimana yang disampaikan oleh Carroll dan Campbell, artifak (hasil

disain) yang kita buat mencerminkan teori yang kita gunakan. Desain yang kita

buat tidak hanya menyangkut tentang deskripsi tujuan dari serangkaian

pembelajaran, namun lebih dari itu desain juga mengungkapkan secara implisit

yang terkandung dalam teori belajar yang diterapkan.

Teori belajar dan pembelajaran preskriptif pada praktiknya harus berjalan

secara bersama-sama. Tentu saja, pendesain pembelajaran akan mengalami

kesulitan dalam mendapatkan instruktur/pengajar untuk mengikuti rencana

pembelajaran yang telah disusun. Hal ini dikarenakan pengajar memiliki

perbedaan tujuan pembelajaran dan pebedaan konsep dalam mengartikan

“memahami/mengerti” pokok materi. Instruktur/pengajar akan memodifikasi

pembelajaran preskriptifnya supaya dapat mengakomodasi perbedaan teori

belajar yang mereka miliki. Oleh karenanya instruktur akan mencari

suplemen/pelengkap atau pengganti isi dan strateginya melalui pendekatan

yang menurut mereka sesuai dengan pemahaman siswanya.

Penelitian terkini mengatakan bahwa lingkungan pembelajaran yang

bermedia teknologi dapat meningkatkan nilai para pelajar, sikap mereka

terhadap belajar, dan evaluasi dari pengalaman belajar mereka. Teknologi juga

dapat membantu untuk meningkatkan interaksi antara pengajar dan pelajar,

dan membuat proses belajar yang berpusat pada pelajar (student oriented).

Dengan kata lain, penggunaan media berupa audiovisual atau komputer dapat

membantu siswa itu memperoleh pelajaran bermanfaat.

Guru sebagai pengembang media pembelajaran harus mengetahui

perbedaan pendekatan-pendekatan dalam belajar agar dapat memilih strategi

pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran harus dipilih untuk

memotivasi para pembelajar, memfasilitasi proses belajar, membentuk

10

Page 11: Konstrukitvisme

manusia seutuhnya, melayani perbedaan individu, mengangkat belajar

bermakna, mendorong terjadinya interaksi, dan memfasilitasi belajar

kontekstual. Ada beberapa teori belajar yang melandasi penggunaan teknologi

dalam mendesain pembelajaran yaitu teori behaviorisme, kognitifisme, dan

kontruktivisme.

DAFTAR PUSTAKA

ADDIE Instructional Design Model. Retrived December 20 2006, from

http//itsinfo.tamu,edu/workshops/handouts/pdf handouts/addie.pdf.

Barbara B. Seels dan Rita C. Richey. 1995. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan

Kawasannya, (terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk)

Bagus Takwin, 2007, Konstruktivisme dalam Pemikiran. Dosen di Fakultas UI.

Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002, Pendekatan Kontekstual (Contextual

Teaching and Learning). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta.

Sagala Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Suparno, Paul, 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Penerbit

Kanisius. Yogyakarta.

www.bfskinner.org/Documen.asp

Wikipedia bahasa Indonesia, 7 Oktober 2010.

11

Page 12: Konstrukitvisme

Sedangkan pandangan Konstruktivisme tentang belajar adalah sebagai berikut:

1) Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu.

2) Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif dan refleksi dan interpretasi.

3) Si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalam menginterprestasikannya.

12