konsep dasar penyakit abses pedis

19
KONSEP DASAR PENYAKIT ABSES PEDIS A. Pengertian Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004). Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik (Morison, 2003 dalam Nurarif & Kusuma, 2013) Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang kemudian pecah; rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis, meninggalkan jaringan parut yang kecil (Harrison, 2005) Pedis adalah anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan (dari pangkal paha ke bawah) (Mansjoer,2007). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan abses pedis adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri / parasit atau karena adanya benda asing (misalnya luka peluru maupun jarum suntik) dan mengandung nanah yang merupakan campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik yang timbul di kaki.

Upload: s-indah-novianti

Post on 27-Jan-2016

578 views

Category:

Documents


65 download

DESCRIPTION

dxqac

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Dasar Penyakit Abses Pedis

KONSEP DASAR PENYAKIT ABSES PEDIS

A. Pengertian

Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati)

yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya

oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka

peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan

untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses

adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar,

2004).

Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi

yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan

nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim

autolitik (Morison, 2003 dalam Nurarif & Kusuma, 2013)

Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang kemudian pecah;

rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis, meninggalkan jaringan parut

yang kecil (Harrison, 2005)

Pedis adalah anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan

(dari pangkal paha ke bawah) (Mansjoer,2007).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan abses pedis adalah infeksi kulit yang

disebabkan oleh bakteri / parasit atau karena adanya benda asing (misalnya luka

peluru maupun jarum suntik) dan mengandung nanah yang merupakan campuran dari

jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh

enzim autolitik yang timbul di kaki.

Page 2: Konsep Dasar Penyakit Abses Pedis

B. Anatomi dan Fisiologi Pedis

Terdiri atas 26 tulang,yaitu :14 phalanges, 5 os metatarsal dan 7 os Tarsi.

Os tarsi terdiri atas os calcaneus,os talus, os navicular,3 os cuneiform, dan os

cuboid. Berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. forefoot (metatarsal dan toes),

2. midfoot (cuneiform, navicular, dan cuboid),

3. hindfoot  (talus/astragalus, dan calcaneus(os calcis).

Tulang kaki dibentuk dan bersatu untuk membentuk kesatuan longitudinal

dan arcus transversal. Bagian permukaan anterior (superior) kaki disebut dengan

dorsum atau permukaan Dorsal, dan inferior(posterior) aspek dari kaki disebut

permukaan plantar. Karena ketebalan yang beragam pada anatomi kaki, maka harus

kita perhatikan pemberian faktor eksposi untuk dapat menunjukkan densitas

keseluruhan bagian tulang kaki.

C. Etiologi

Menurut Siregar (2004) abses dapat disebabkan karena adanya:

1. Infeksi mikrobial

Salah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada proses radang ialah

infeksi mikrobial. Virus menyebabkan kematian sel dengan cara multiplikasi

intraseluler. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik yaitu suatu sintesis

kimiawi yang secara spesifik mengawali proses radang atau melepaskan

endotoksin yang ada hubungannya dengan dinding sel.

2. Reaksi hipersentivitas

Page 3: Konsep Dasar Penyakit Abses Pedis

Reaksi hipersentivitas terjadi bila perubahan kondisi respons imunologi

mengakibatkan tidak sesuainya atau berlebihannya reaksi imun yang akan

merusak jaringan.

3. Agen fisik

Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat melalui trauma fisik,

ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin yang berlebih (frosbite).

4. Bahan kimia iritan dan korosif

Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa) akan

merusak jaringan yang kemudian akan memprovokasi terjadinya proses radang.

Disamping itu, agen penyebab infeksi dapat melepaskan bahan kimiawi spesifik

yang mengiritasi dan langsung mengakibatkan radang.

D. Manifestasi Klinis

Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk di kaki. Menurut

Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan

pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:

1. Nyeri

2. Nyeri tekan

3. Teraba hangat

4. Pembengakakan

5. Kemerahan

6. Demam

Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai

benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika

abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit

diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala

seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Paling sering, abses akan menimbulkan Nyeri

tekan dengan massa yang berwarna merah, hangat pada permukaan abses , dan

lembut.

1. Abses yang progresif, akan timbul "titik" pada kepala abses sehingga Anda

dapat melihat materi dalam dan kemudian secara spontan akan terbuka

(pecah).

2. Sebagian besar akan terus bertambah buruk tanpa perawatan. Infeksi dapat

menyebar ke jaringan di bawah kulit dan bahkan ke aliran darah.

Jika infeksi menyebar ke jaringan yang lebih dalam, Anda mungkin mengalami

demam dan mulai merasa sakit. Abses dalam mungkin lebih menyebarkan infeksi

keseluruh tubuh.

Page 4: Konsep Dasar Penyakit Abses Pedis

E. Patofisiologi

Proses abses merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah

penyebaran atau perluasan infeksi ke bagian lain tubuh. Organisme atau benda

asing membunuh sel-sel lokal yang pada akhirnya menyebabkan pelepasan sitokin.

Sitokin tersebut memicu sebuah respon inflamasi (peradangan), yang menarik

kedatangan sejumlah besar sel-sel darah putih (leukosit) ke area tersebut dan

meningkatkan aliran darah setempat.

Struktur akhir dari suatu abses adalah dibentuknya dinding abses, atau

kapsul, oleh sel-sel sehat di sekeliling abses sebagai upaya untuk mencegah pus

menginfeksi struktur lain di sekitarnya. Meskipun demikian, seringkali proses

enkapsulasi tersebut justru cenderung menghalangi sel-sel imun untuk menjangkau

penyebab peradangan (agen infeksi atau benda asing) dan melawan bakteri-bakteri

yang terdapat dalam pus.Abses harus dibedakan dengan empyema. Empyema

mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang telah ada sebelumnya secara

normal, sedangkan abses mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang

baru terbentuk melalui proses terjadinya abses tersebut.

Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi

bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi

infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan

sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam

melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri,

sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah,

yang mengisi rongga tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong.

Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas

abses, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi

lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam maka infeksi bisa menyebar di dalam

tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses ( Price,

2005 )

Page 5: Konsep Dasar Penyakit Abses Pedis

Nyeri(Pre Operasi)

Nyeri(Post Operasi)

Bakteri Gram Positif

(Staphylococcus aureus Streptococcus mutans)

Mengeluarkan enzim hyaluronidase dan enzim koagulase

merusak jembatan antar sel

transpor nutrisi antar sel terganggu

Jaringan rusak/ mati/ nekrosis

Media bakteri yang baik

Jaringan terinfeksi

Peradangan

Sel darah putih mati

Demam

Jaringan menjadi abses

& berisi PUS

Pecah

Reaksi Peradangan

(Rubor, Kalor, Tumor, Dolor, Fungsiolaesea)

Sumber : Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, 2001

Pembedahan

Luka InsisiResiko Penyebaran Infeksi

(Pre dan Post Operasi)

Gangguan

Thermoregulator

(Pre Operasi)

Page 6: Konsep Dasar Penyakit Abses Pedis

F. Komplikasi

Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar

atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren).

Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya,

sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan

adanya abses. Suatu abses dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal. Meskipun

jarang, apabila abses tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher

dalam yang dapat menekan trakea. (Siregar, 2004).

G. Pemeriksaan Diagnosis

Pemeriksaan laboratorium

1. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan peningkatan sel darah

putih(leukosit) yang diakibatkan oleh terjadinnya inflamasi atau infeksi pada

skrotum.

2. Selain itu dapat dilakukan Kultur urin dan pewarnaan gram untuk mengetahui

kuman penyebab infeksi.

3. Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak

4. Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita

Pemeriksaan pencitraan

USG, CT, Scan, atau MRI dan rongsen dilakukan untuk menentukan lokasi dan

ukuran abes

H. Penatalaksanaan Medis

Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan

antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi

bedah dan debridement.

Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya,

terutama apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus

diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong

dan diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgetik dan antibiotik.

Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila

abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah

yang lebih lunak. Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang

senantiasa diproduksi bakteri.

Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis,

tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang

Page 7: Konsep Dasar Penyakit Abses Pedis

perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota gerak

dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit.

Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus,

antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan.

Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten Methicillin (MRSA)

yang didapat melalui komunitas, antibiotik biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk

menangani MRSA yang didapat melalui komunitas, digunakan antibiotik lain:

clindamycin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan doxycycline.

Adapun hal yang perlu diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan

menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan

yang efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk ke

dalam abses, selain itu antibiotik tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam pH

yang rendah.

Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses

bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah,

sehingga pemberian antibiotik biasanya sia-sia.

Antibiotik biasanya diberikan setelah abses mengering dan hal ini

dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses

menyebarkan infeksi kebagian tubuh lainnya.

I. Pencegahan

Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat anti-bakteri

merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi atau mencegah penularan.

J. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

Abses bisa menyerang siapa saja dan dari golongan usia berapa saja,

namun yang paling sering diserang adalah bayi dan anak-anak.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Nyeri, panas, bengkak, dan kemerahan pada area abses.

2) Riwayat kesehatan sekarang

a) Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali,

sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan.

Page 8: Konsep Dasar Penyakit Abses Pedis

b) Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak steril atau

terkena peluru, dll.

c) Riwayat infeksi (suhu tinggi) sebelumnya yang secara cepat

menunjukkan rasa sakit diikuti adanya eksudat tetapi tidak bisa

dikeluarkan.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit menular dan kronis, seperti TBC dan diabetes

mellitus.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan :

a. Luka terbuka atau tertutup

b. Organ / jaringan terinfeksi

c. Massa eksudat dengan bermata

d. Peradangan dan berwarna pink hingga kemerahan

e. Abses superficial dengan ukuran bervariasi

f. Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa fluktuaktif.

3. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik

a. Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah

putih.

b. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan

rontgen, USG, CT, Scan, atau MRI.

4. Diagnosa Keperawatan

Tahap selanjutnya yang harus dilakukan setelah memperoleh data melalui

pengkajian adalah merumuskan diagnosa. Pengertian dari diagnosa

keperawatan itu sendiri adalah sebuah pernyataan singkat dalam pertimbangan

perawat menggambarkan respon klien pada masalah kesehatan aktual dan

resiko. Menurut Herdman (2007), diagnosa keperawatan untuk abses adalah :

a. Pre operasi

1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologi

2) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

b. Post Operasi

1) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan

2) Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan luka terbuka

3) Kerusakan Intergritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan.

5. Perencanaan Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan dengan menetapkan tujuan, kriteria

hasil, dan menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan :

Page 9: Konsep Dasar Penyakit Abses Pedis

a. Pre operasi

1) Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi.

Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyeri

berkurang, klien dapat rileks, klien mampu

mendemonstrasikan keterampilan relaksasi dan

aktivitas sesuai dengan kemampuannya, TTV dalam

batas normal; TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 x /

menit, pernapasan : 20 x / menit.

Intervensi Rasional

1) Observasi TTV

2) Kaji lokasi, intensitas, dan lokasi

nyeri.

3) Observasi reaksi non verbal dari

ketidaknyamanan.

4) Dorong menggunakan teknik

manajemen relaksasi.

5) Kolaborasikan obat analgetik

sesuai indikasi.

1) Sebagai data awal untuk melihat

keadaan umum klien

2) Sebagai data dasar mengetahui

seberapa hebat nyeri yang

dirasakan klien sehingga

mempermudah intervensi

selanjutnya

3) Reaksi non verba menandakan

nyeri yang dirasakan klien hebat

4) Untuk mengurangi ras nyeri yang

dirasakan klien dengan non

farmakologis

5) Mempercepat penyembuhan

terhadap nyeri

2) Gangguan thermoregulator berhubungan dengan proses

peradangan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan Hipertermi dapat teratasi.

Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36 0C – 37 0C).

Intervensi Rasional

1) Observasi TTV, terutama suhu

tubuh klien.

2) Anjurkan klien untuk banyak

minum, minimal 8 gelas / hari.

1) Untuk data awal dan memudahkan

intervensi

2) Untuk mencegah dehidrasi akibat

Page 10: Konsep Dasar Penyakit Abses Pedis

3) Lakukan kompres hangat.

4) Kolaborasi dalam pemberian

antipiretik.

penguapan tubuh dari demam

3) Membantu vasodilatasi pembuluh darah

sehingga mempercepat hilangnya

demam

4) Mempercepat penurunan demam

b. Post Operasi

1) Nyeri berhubungan dengan luka insisi akibat pembedahan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi.

Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyeri

berkurang, klien dapat rileks, klien mampu

mendemonstrasikan keterampilan relaksasi dan

aktivitas sesuai dengan kemampuannya, TTV dalam

batas normal; TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 x /

menit, pernapasan : 20 x / menit.

Intervensi Rasional

1) Observasi TTV

2) Kaji lokasi, intensitas, dan lokasi

nyeri.

3) Observasi reaksi non verbal dari

ketidaknyamanan.

4) Dorong menggunakan teknik

manajemen relaksasi.

5) Kolaborasikan obat analgetik

sesuai indikasi.

1) Sebagai data awal untuk melihat

keadaan umum klien

2) Sebagai data dasar mengetahui

seberapa hebat nyeri yang dirasakan

klien sehingga mempermudah intervensi

selanjutnya

3) Reaksi non verba menandakan nyeri

yang dirasakan klien hebat

4) Untuk mengurangi ras nyeri yang

dirasakan klien dengan non

farmakologis

5) Mempercepat penyembuhan terhadap

nyeri

6. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan

yaitu mencapai tujuan yang telah ditetapkan, peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

Page 11: Konsep Dasar Penyakit Abses Pedis

Pelaksanaan Keperawatan untuk abses adalah Drainase abses dengan

menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses telah berkembang dari

peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak, Karena

sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, antibiotik

antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan, kompres

hangat bisa membantu mempercepat penyembuhan serta mengurangi

peradangan dan pembengkakan.

7. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan

pelaksanaan sudah berhasil. Evaluasi Keperawatan pada klien dengan abses

adalah :

a. Klien melaporkan rasa nyeri berkurang

b. Rasa nyaman klien terpenuhi

c. Daerah abses tidak terdapat pus

d. Tidak ditemukan adanya tanda – tanda infeksi ( pembengkakan,

demam,kemerahan )

e. Tidak terjadi komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: Konsep Dasar Penyakit Abses Pedis

Carpenito, Lynda Juall & Moyet, Buku Saku; Diagnosis Keperawatan, 13th Edition, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2013

Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa Inggris : kurt J.

Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie. Edisi 13. jakarta :

EGC. 2005.

Nanda International, Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta, 2012

Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & NANDA; NIC-NOC, Mediaction Publishing, Jakarta, 2013

Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2.

Jakarta:EGC,2004.

Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Bruner and

Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa Indonesia :Monica Ester.

Edisi 8 jakarta : EGC,2007.

LAPORAN PENDAHULUAN

Page 13: Konsep Dasar Penyakit Abses Pedis

ABSES PEDIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi

Departemen Surgikal Di Ruang 14 Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang

Oleh :

Sri Indah Novianti

115070201111020

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Gambar Luka Abses Tn.F

Page 14: Konsep Dasar Penyakit Abses Pedis

Sebelum Perawatan

Setelah Perawatan