konsep dasar model pembelajaran di sekolah …

14

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH …
Page 2: KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH …
Page 3: KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH …

1

KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH BERASRAMA1

Muchlas Suseno2 & Elvy Usmiawati3

A. Konsep dan Hakikat Model PembelajaranPada bagian ini dibahas secukupnya tentang dua hal yang mendasar

yaitu model pembelajaran di sekolah dan model pembelajaran di asrama.

Kedua hal tersebut tentunya perlu dibahas dan disinergikan sehingga dapat

menjadi ciri pembeda dari model-model pembelajaran di sekolah pada

umumnya, yaitu sekolah non-asrama. Pembelajaran di sekolah dalam uraian

ini tetap digunakan dengan sebutan ‘Pembelajaran’ atau Learning, sedangkan

pembelajaran di asrama dibahas dengan menggunakan istilah ‘Pengasuhan’

atau Nurturing.

Selanjutnya, terkait dengan hal tersebut di atas dalam bab ini juga

dibahas tentang beberapa istilah yang pada umumnya maknanya terpisah

antara satu dengan yang lain. Namun demikian pada tataran praktis istilah-

istilah tersebut dapat terkait satu dengan lainnya yang saling bergantian dan

melengkapi (interchangeable and complementary) yang merujuk pada maksud

dan makna yang hampir sama. Hal ini dimungkinkan karena sebagaimana

dicontohkan oleh Joyce dan Weil bahwa istilah model pembelajaran, misalnya,

dapat mencakup dan mewadahi beberapa istilah yang terkait dengan proses

pembelajaran, seperti pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran (Joyce,

1996). Ada dua alasan yang mendasari kesimpulan tersebut.

Pertama, istilah model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas,

melebihi makna yang terkandung dalam strategi, metode, atau prosedur. Model

pembelajaran mencakup pengertian yang luas dan menyeluruh. Misalnya,

problem-based model of instruction berupa kegiatan kelompok-kelompok siswa

dalam bekerjasama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati. Dalam

model ini, siswa seringkali menggunakan berbagai macam keterampilan dan

prosedur pemecahan masalah melalui kegiatan berpikir kritis. Jadi satu model

1 Makalah disampaikan pada rapat kerja Penyusunan Analisis dan Penetapan Kebutuhan ModelSekolah Berasrama, tanggal 26 – 28 Juli 2017 di Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Jakarta.

2Dosen Universitas Negeri Jakarta.3 Guru SMAN Moh. Husni Thamrin Jakarta.

Page 4: KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH …

2

pembelajaran dapat menggunakan sejumlah keterampilan metodologis dan

prosedural.

Kedua, model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting,

apakah yang dibicarakan adalah tentang mengajar di kelas, atau praktek

mengawasi siswa. Model pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan

pembelajarannya, sintaks atau pola urutannya, dan sifat lingkungan belajarnya.

Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat

mencapai pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain.

Berikut, selanjutnya, dibahas istilah-istilah yang digunakan terkait

dengan model pembelajaran serta uraian tentang maknanya,

Pembelajaran (learning) adalah kegiatan guru dalam membelajarkan siswa

di lingkungan sekolah yang utamanya berupa upaya menjadikan siswa

dalam kondisi belajar.

Pengasuhan (nurturing) adalah kegiatan pengasuh dalam membelajarkan

para siswa di lingkungan asrama tempat tinggal mereka melalui berbagai

kegiatan pengembangan diri dan kegiatan lain yang mendukung proses

pembelajaran di sekolah.

Strategi pembelajaran adalah cara guru mengatur keseluruhan proses

pembelajaran, yang antara lain meliputi pemilihan model, metode, dan

pendekatan pembelajaran.

Model Pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur

pentahapan kegiatan belajar (pembelajaran)

Gaya belajar adalah cara atau strategi siswa dalam belajar.

Metode pembelajaran adalah cara guru menyampaikan materi ajar.

Pendekatan pembelajaran adalah landasan konseptual yang mendasari

strategi pembelajaran.

B. Model Pembelajaran di Sekolah Berasrama1. Model Pembelajaran di Sekolah

Sebagian besar kita masih mempercayai bahwa dalam suatu kegiatan belajar-

mengajar di kelas, guru berperan sebagai pelaku utama proses belajar yang bertugas

memberi dan menyampaikan pengetahuan kepada para siswa. Dalam pandangan ini,

Page 5: KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH …

3

siswa dinyatakan telah berhasil dalam belajar bila mereka dapat mengungkapkan

kembali pengetahuan sesuai dengan keinginan guru. Bila apa yang diungkapkan oleh

siswa ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru maka siswa

dianggap belum berhasil atau bahkan belum melaksanakan kegiatan belajar. Dengan

asumsi ini maka guru berusaha sangat aktif dalam menyampaikan materi ajar melalui

kegiatan ceramah dan siswa berperan sebagai peserta pendengar yang tugas

utamanya mendengar, mencatat materi ajar yang disampaikan oleh guru, dan

melaksanakan tugas-tugas sesuai instruksi guru. Sudut pandang ini tidak seluruhnya

salah yang sekaligus perlu disikapi bahwa sebagian dari keseluruhan itu ada

benarnya. Tugas guru untuk menyampaikan materi ajar (delivery of material of

instruction) harus diterima dan diakui namun hal itu bukan satu-satunya tugas utama

guru dalam proses belajar-mengajar.

Berbeda dengan sudut pandang di atas, ada sudut pandang lain yang

mempercayai bahwa peran dan tugas guru dalam kegiatan belajar-mengajar yang

perlu diutamakan adalah menciptakan kondisi psikologis emosional siswa agar

mereka siap untuk menerima materi ajar yang disampaikan oleh guru. Hal ini menjadi

penting untuk dibahas karena kesiapan siswa dalam menerima informasi dalam

belajar akan menentukan hasil belajar. Secara lebih rinci, hal tersebut terkait dengan

kebermaknaan serta relevansi informasi yang diterima oleh siswa yang pada

gilirannya akan menumbuh-kembangkan kesadaran diri siswa untuk belajar mandiri,

khususnya dalam menemukan gayanya sendiri dalam belajar (Taber, 2011). Oleh

karena itu, guru perlu dan harus membantu proses ini dengan cara mengajar yang

menekankan aspek relevansi materi ajar dan strategi mengajar dengan gaya belajar

para siswanya.

Dua sudut pandang tersebut di atas, bila dikaitkan dengan hasil-hasil penelitian di

bidang pendidikan, pada dasarnya bermuara dari dua aliran atau madzhab baku yang

telah lama dipraktikkan, yaitu aliran behavioristik dan konstruktivistik. Penganut aliran

behavioristik mempercayai bahwa para siswa harus dibiasakan aktif melakukan

(actively doing) melalui pembiasaan atau habituasi, peniruan dan pendisiplinan

perilaku. Bila kegiatan tersebut dapat dipraktekkan maka dipercayai para siswa akan

menampilkan hasil belajar yang tinggi. Sementara itu, pandangan konstruktivistik

menekankan bahwa tugas guru tidak hanya semata-mata memberikan informasi

pengetahuan kepada siswa dan mengharapkan siswa aktif mencerna informasi

Page 6: KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH …

4

tersebut melalui keharusan-keharusan melakukan sesuatu, yang pada banyak hal

sering tidak bermakna dan tidak sesuai dengan kondisi para siswa.

Tanpa mengesampingkan beberapa pendekatan lainnya yang mendasari praktek

pembelajaran di kelas, dua strategi belajar-mengajar tersebut menjadi penting untuk

dibicarakan dalam kaitan dengan kegiatan belajar-mengajar di sekolah berasrama.

Selanjutnya, di bawah ini dibahas beberapa model pembelajaran yang berkembang

dan bertumpu pada dua strategi tersebut di atas.

a. Pendekatan BehavioristikPendekatan pembelajaran behavioristik menjelaskan bahwa esensi belajar adalah

perubahan tingkah laku yang harus dapat diamati, diukur dan dinilai secara kongkret.

Perubahan terjadi melalui rangsangan atau stimulant yang menimbulkan tanggapan

atau response berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulant tersebut tidak lain

adalah lingkungan belajar, baik yang internal maupun eksternal yang erat kaitannya

dengan proses belajar. Sedangkan response adalah akibat atau dampak, berupa

reaksi fisik terhadap stimulant. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da

kecenderungan perilaku Stimulus-Response (S-R).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan teori behavioristik adalah ciri-

ciri yang mendasari proses pembelajaran, yaitu:

Mementingkan pengaruh faktor lingkungan belajar

Mementingkan peranan reaksi

Mengutamakan mekanisme terbentuknya perilaku melalui prosedur

stimulus-respon

Mengutamakan pembentukan kebiasaan melalului latihan dan pengulangan

dan pendisiplinan

Beberapa model pembelajaran yang berbasis pada pendekatan behavioristik

yang masih dipraktekkan sampai saat ini biasanya terkait dengan kegiatan

belajar yang mementingkan keterampilan fisik kejuruan, misalnya antara lain

pembelajaran keterampilan komputer dan multi-media, dan keterampilan teknik

mekanik. Model-model pembelajaran tersebut, antara lain:

Ceramah

Drill and Practice atau juga disebut Demonstrasi

Simulasi

Permainan termasuk permainan peran (role play)

Page 7: KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH …

5

b. Pendekatan KonstruktivistikTerdapat dua jenis pendekatan pembelajaran konstuktif, yaitu

konstruktif kognitif dan konstruktif sosial. Secara umum dua jenis pendekatan

ini memiliki prinsip dasar yang relatif sama sehingga dalam naskah ini tidak

dibahas secara sendiri-sendiri, melainkan diuraikan sekaligus bersamaan.

Dalam konsep konstruktivistik ini belajar merupakan proses aktif di

mana siswa mengkonstruksi arti, wacana, dialog, dan pengalaman fisik. Belajar

juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau

informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki siswa

sehingga pengetahuannya berkembang.

Untuk mewujudkan hal tersebut, guru harus dapat menfasilitasi para

siswanya agar dapat membangun atau mengkonstruksi pengetahuan dalam

benak pikiran mereka. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan

idea-ideanya sendiri sesuai dengan kondisi serta gaya belajarnya. Dalam hal

ini, guru dapat memberi siswa cara-cara untuk meniti tangga dalam mencapai

tingkat pemahaman pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi sesuai

dengan kemampuannya.

Ada beberapa ciri yang menandai pembelajaran konstruktivistik, antara

lain:

1) Pembelajaran berlangsung dengan model belajar kooperatif, yaitu

memanfaatkan interaksi dengan teman dalam teamwork, berbasis

proyek, dan berbasis penemuan.

2) Pembelajaran menekankan scaffolding, yaitu bantuan dari guru pada

awal proses pembelajaran yang lambat-laun berkurang sejalan dengan

tingkat kemandirian belajar siswa

3) Pembelajaran memperhatikan generative learning yang menekankan

peran aktif para siswa dalam berpartisipasi untuk mengkonstruksi makna

dari informasi dan kondisi yang ada di lingkungan kelas berdasarkan

pengetahuan awal dan pengalaman yang dimiliki mereka.

4) Pembelajaran menekankan prinsip self regulated learning yang

menekankan pada kemandirian belajar.

Page 8: KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH …

6

5) Pembelajaran mengutamakan aspek kontekstual (Contextual Learning)

(Slavin, 2009).

Sementara itu, beberapa pakar pedagogy lainnya seperti misalnya

(Christie, A, 2005; Grabowski, B, 2004) menemukenali sebelas ciri yang

mengindikasikan peran guru dalam proses belajar mengajar konstruktivistik,

yaitu:

1) Mendorong tumbuh-kembangnya inisiatif dan kemandirian siswa

2) Merangsang tumbuh-kembangnya ketrampilan kognitif tingkat tinggi,

seperti dalam hal mengklasifikasi, menganalisis, mepredeksi, dan

mencipta.

3) Menfasilitasi siswa agar menemukan sendiri gaya dan strategi belajar

yang sesuai dengan ciri karakter dirinya

4) Melibatkan siswa untuk berbagi pendapat sesuai dengan

pemahamannya sebelum guru menyampaikan pendapatnya

5) Mendorong siswa untuk terlibat dalam dialog dan interaksi dengan guru

dan juga dengan sesama teman

6) Menggali dan merangsang tumbuhnya keberanian bertanya dan

mengemukakan pendapat dengan cara melontarkan pertanyaan

pancingan (probing questions)

7) Mengelaborasi jawaban pendek dan spontan yang dikemukakan oleh

siswa agar berkembang lebih luas

8) Mendorong keterlibatan siswa dalam diskusi

9) Memanfaatkan waktu jeda setelah guru melontarkan pertanyaan

10) Menyediakan waktu untuk siswa agar dapat mengkonstruksi dan

mencipta

11) Memupuk dan merawat sifat alamiah siswa dalam memenuhi hasrat

keingin-tahuan mereka (learning curiosity).

Model-model pembelajaran konstruktivistik yang banyak dipraktekkan

guru dalam proses pembelajaran, antara lain:

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning)

Pembelajaran Melalui Inkuiri (Inquiry-based Learning).

Page 9: KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH …

7

c. Pendekatan EklektikPada kenyataannya bila ditanyakan metode mana yang paling efektif

untuk dipraktikkan dalam pengajaran maka tidak ada jawaban yang tepat dan

pasti yang dapat ditemukan karena sebagaimana disimpulkan dalam berbagai

artikel hasil penelitian, sesungguhnya tidak ada satu pun metode yang efektif

dalam pembelajaran melainkan gabungan antara satu metode dengan metode

lainnya yang disebut dengan istilah Metode Eclectic (Mwanza, 2017). Hal

tersebut terjadi karena tiap-tiap metode mempunyai kelebihan dan

kekurangannya masing-masing sehingga dengan metode eclectic ini guru

dapat memilih dan menyesuaikan metode mana yang cocok sesuai dengan

kondisi dan situasi di tempat mereka mengajar (Brown, 2013). Hal tersebut

menjadi penting untuk dibicarakan dalam kajian ini berdasarkan, paling tidak,

pada dua alasan, yaitu (1) amanah dari kurikulum tahun 2013, dan (2) amanah

program yang menjadi fokus pembicaraan dalam hal ini, yaitu sekolah

berasrama.

Berkaitan dengan kurikulum 2013 disebutkan dalam Permendikbud

Nomer 103 tahun 2014 bahwa pembelajaran pada pendidikan dasar dan

pendidikan menengah dilaksanakan melalui pendekatan saintifik dengan

urutan kegiatan logis (1) mengamati, (2) menanya, (3) mengumpulkan

informasi/mencoba, (4) menalar/mengasosiasi, dan (5) megomunikasikan.

Langkah-langkah pendekatan saintifik tersebut pada prinsipnya merupakan

implementasi dari konsep pembelajaran konstruktivistik. Selanjutnya dalam

lampiran Permendikbud Nomer 103 tahun 2014 dijelaskan tentang tiga jenis

proses interaksi dalam pembelajaran, yaitu (1) interaksi antarpeserta didik, (2)

interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik, dan (3) interaksi antara

peserta didik dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Sesungguhnya, masih ada satu jenis interaksi yang dapat ditambahkan untuk

melengkapi tiga jenis interaksi tersebut, yaitu interaksi antara peserta didik

dengan dirinya sendiri, yang dalam praktiknya dapat dilakukan dalam bentuk

upaya memotivasi diri sendiri, berpikir positif dan kegiatan intrapersonal lainnya

(Suseno, 2012).

Jenis interaksi yang pertama dan kedua sepenuhnya dapat

dilaksanakan dan bahkan menjadi inti kegiatan utama dalam proses

Page 10: KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH …

8

pembelajaran di sekolah. Jenis interaksi yang ketiga dan keempat merupakan

kegiatan pendukung yang fungsi dan perannya sangat penting dan bahkan

dipercaya menjadi fungsi penentu sukses peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu menfasilitasi dan menciptakan

kondisi yang memungkinkan terjadinya proses dua interaksi terakhir tersebut

sebagai tambahan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Hal ini menjadi

alasan utama mengapa metode eklektik perlu diterapkan.

Selanjutnya, dalam konteks sekolah berasrama, langkah-langkah dan

strategi pembiasaan atau habituasi termasuk penegakan disiplin juga perlu

diterapkan selama proses pembelajaran di sekolah. Hal ini khususnya

dilakukan untuk mendukung proses pengasuhan di di asrama. Pelaksanaan

strategi pembiasaan ini juga memperkuat alasan untuk menerapkan metode

eklektik pada sekolah berasrama. Selanjutnya, rincian langkah-langkah

penerapan metode eklektik pada kegiatan utama di sekelolah diuraikan pada

bagian akhir pada bab ini, yaitu pada bagian pembahasan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Model Pengasuhan di AsramaSekolah berasrama (Boarding school) dapat diartikan sebagai sekolah yang

menyediakan asrama sebagai tempat tinggal sekali gus sebagai tempat

mengasuh (nurture) para siswa selama kurun waktu mereka menyelesaikan

tugas pembelajarannya. Ada sejumlah masalah sekali gus keunggulan

pada pengelolaan sekolah berasrama, sebagai berikut:

a. Keunggulan sekolah berasrama.

Menurut Muslimin (2012) keunggulan sekolah berasrama berupa,

antara lain:

1) Program pendidikan paripurna

Umumnya sekolah-sekolah regular (non-asrama) terkonsentrasi pada

kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek hidup anak yang

tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada

dalam pegelolaan program pendidikan pada sekolah regular.

Sebaliknya, sekolah berasrama dapat merancang program

pendidikan yang komprehensif holistik dari program pedidikan

Page 11: KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH …

9

keamanan, perkembangan akademik, keahlian hidup (soft skills)

sampai membawa wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak

hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik dalam

konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup.

2) Fasilitas lengkap

Sekolah berasrama pada umumnya mempunyai fasilitas yang

lengkap, mulai dari fasilitas ruang belajar, fasilitas pendukung

kegiatan belajar, seperti sarana olahraga, ruang pertemuan serta

fasilitas pendukung lainnya.

3) Siswa yang heterogen

Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar

belakang yang tingkat heterogenitasnya tinggi. Berasal dari berbagai

daerah dengan latar belakang sosial, budaya, tingkat kecerdasan,

kemampuan akademik yaang sangat beragam. Kondisi ini sangat

kondusif untuk membangun wawasan nasional dan siswa terbiasa

berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga

sangat baik bagi anak untuk menghargai kebhenekaan/pluralitas.

b. Problematika sekolah berasrama

Sutrisno (http://iiecri.com/download) mengungkapkan bahwa sampai

saat ini sekolah-sekolah berasrama masih menghadapi banyak

persoalan yang belum dapat diatasi sehingga banyak sekolah

berasrama tidak berkembang sesuai dengan rencana. Persoalan dan

masalah yang dihadapi oleh sekolah berasrama, antara lain:

1) Kategorisasi identitas sekolah berasrama (apakah berbasis

religius, nasionalis, atau perpaduan keduanya) yang sering

menyulitkan pelaksanaannya.

2) Dikotomi antara guru sekolah yang bertugas melaksanakan

pembelajaran dan guru asrama yang bertugas melaksanakan

pengasuhan

3) Kurikulum pengasuhan yang tidak baku

Untuk mengatasi problematika tersebut di atas maka perlu dilakukan upaya

berikut ini:

Page 12: KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH …

10

1) Kategorisasi identitas perlu ditetapkan, yaitu dalam hal ini adalah

sekolah berasrama nasionalis

2) Perlu dibuat uraian tugas dan tanggungjawab yang jelas dan terpisah

antara guru sekolah dan guru asrama. Uraian tugas dan

tanggungjawab termasuk aturan pelaksanaanya diuraikan pada Bab

Pengelolaan Sekolah Berasrama

3) Perlu dibuat kurikulum pengasuhan yang dapat dijadikan patokan

dasar pelaksanaan pengasuhan siswa di asrama.

C. Kegiatan Intrakurikuler, Ekstrakulikuler dan Kokurikuler

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2017

tentang hari sekolah disebutkan tiga kegiatan di hari sekolah, yaitu (1) intrakurikuler,

(2) Kokurikuler, dan (3) Ekstrakurikuler (Ditjen Dikdasmen, Kemendikbud, 2017).

Selanjutnya dijelaskan bahwa kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan belajar di

sekolah untuk memenuhi tugas dan kegiatan yang tercantum dalam kurikulum.

Kegiatan ini pada dasarnya merupakan kegiatan baku yang berlaku pada sekolah-

sekolah pada umumnya, yaitu penyampaian materi ajar dari seluruh mata pelajaran

yang tercantum dalam kurikulum. Kegiatan intrakurikuler merupakan sarana

pelaksanaan jenis interaksi pertama dan kedua, yaitu interaksi antarpesertadidik dan

interaksi antara peserta didik dan tenaga pendidik.

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan siswa di bawah bimbingan dan

pengawasan sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat,

kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal

untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Dalam Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 tahun 2014 disebutkan bahwa kegiatan

ekstrakurikuler terdiri dari dua jenis, yaitu (1) kegiatan wajib yang harus

dselenggarakan oleh semua satuan pendidikan dan harus diikuti oleh seluruh peserta

didik dan (2) kegiatan pilihan yang dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan

pendidikan sesuai bakat dan minat peserta didiknya. Kegiatan ekstrakurikuler wajib

dilaksanakan dalam bentuk pembinaan Pramuka sedangkan ekstrakurikuler pilihan

berupa pembinaan olah bakat, dan olah minat termasuk olahraga (Kemendikbud,

2014).

Page 13: KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH …

11

Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memperkuat

atau memperdalam kompetensi dasar atau indikikator pada mata pelajaran/bidang

sesuai kurikulum. Kegiatan kokurikuler meliputi, antara lain: pengayaan mata

pelajaran ilmiah, pembimbingan seni dan budaya, dan/atau bentuk kegiatan lain untuk

penguatan karakter peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler pada

dasarnya merupakan kegiatan pengembangan diri siswa untuk mendukung dan

melengkapi kompetensi akademik yang dikembangkan melalui kegiatan intrakurikuler.

Berdasarkan uraian di atas, khususnya terkait dengan pengertian makna

pengasuhan, maka perlu dibuat rekomendasi bahwa model pengasuhan siswa

sekolah berasrama perlu dikembangkan dengan tujuan utama mengembangkan

potensi diri siswa melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler. Bentuk-

bentuk kegiatannya dapat dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu (1) kegiatan

pembinaan bakat dan minat bidang olahraga, (2) kegiatan pengembangan bakat dan

minat bidang seni, dan (3) kegiatan pengembangan bakat dan minat bidang

kewirausahaan.

References

Brown, H. (2013). English Language Teaching in the ‗Post-Method‘ Era: Toward

better Diagnosis, Treatment, and Assessment. In W. Richard J. & Renandya,

Methodology in Language Teaching: An Anthology of Current Practice (pp. 9 -

18). Cambridge: Cambridge University Press.

Christie, A. (2005). Constructivism and its implications for educators. Diunduh dari

laman http://alicechristie.com/edtech/learning/constructivism/index.htm

Ditjen Dikdasmen, Kemendikbud. (2017, June 1). Hari Sekolah: Permendikbud.

Jakarta, DKI Jakarta, Jakarta.

Grobowski, Barbara (2004). Generative Learning Contributions to the Design ofInstruction and Learning. Handbook of Research on EducationalCommunication and Technology.

Joyce, B. W. (1996). Models of Teaching. Englewood Cliff, N.J.: Prentice-Hall.

Kemendikbud. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 62.

Jakarta, DKI Jakarta, Jakarta.

Page 14: KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH …

12

Muslimin, Sutrisno (2012). Problem dan Solusi Pendidikan di SekolahBerasrama(Boarding School. Diunduh dari lamanhttps://www.academia.edu/4407946/

Mwanza, D. S. (2017). The Eclectic Approach to Language Teaching: Its

Conceptialisation and Misconceptions. International Journal of Humanities

Social Science and Education, 53 - 67.

Slavin, R. E. (2009). Educational Psychology: Theory and Practice. New Jersey:

Pearson Education, Inc.,.

Suseno, M. (2012). Power of Words: Seni Memotivasi Diri dan Orang Lain. Depok:

PT Komodo Books.

Taber, K. S. (2011). Constructivism as Educational Theory: Contingency in Learning,

and Optimally Guided Instruction. Cambridge: Nova Science Publisher, Inc.