model konseling di sekolah

63
Model untuk konseling di sekolah Disusun oleh : - Afghan Ganjar SaumaNIM 1104693 - Melani Devi Trianawati NIM 1100589 - Muhammad Rizal Nugraha NIM 1102113 - Nindi Astari Putri NIM 1100666 - Novi Setiawatri NIM 1104950 kan Ilmu Komputer | 2012 | Universitas Pendidikan I

Upload: novi-setiawatri

Post on 11-Feb-2015

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Model Konseling di Sekolah

TRANSCRIPT

Page 1: Model Konseling di Sekolah

Model untuk konseling di sekolah

Disusun oleh :- Afghan Ganjar Sauma NIM 1104693- Melani Devi Trianawati NIM 1100589- Muhammad Rizal Nugraha NIM

1102113- Nindi Astari Putri NIM

1100666- Novi Setiawatri NIM 1104950

Pendidikan Ilmu Komputer | 2012 | Universitas Pendidikan Indonesia

Page 2: Model Konseling di Sekolah

Kenapa kita membutuhkan model untuk konseling di sekolah ?

• Apa itu model ?• Apa itu Konseling ?• Fungsi model untuk konseling ?

Kebutuhan konseling untuk anak-anak

Page 3: Model Konseling di Sekolah

Model yang cocok untuk konseling di sekolah

• Dapat mencegah, membangun, dan menengahi permasalahan• Agar anak dapat menyesuaikan dengan tingkat

perkembangannya• Guru dapat mengimplementasikan konseling minimal dengan

pelatihan• Dapat digunakan sebagai pemberi bantuan dalam sesuatu

yang tidak ideal.• Sesuai dengan strategi bimbingan, individu dan pendidikan

sosial dan kemampuannya mendekati pastoral yang mana ditemukan disekolah

• Mudah dimengerti dan diterima oleh orang tua.

Page 4: Model Konseling di Sekolah

Humanistic framework

Hubungan konseling hanyalah sarana untuk menekan sumber daya pribadi dan mengembangkan potensi manusia. (Thompson and Rudolp)Dari perspektif humanistik orang yang sehat secara psikologis adalah salah satu yang berfungsi penuh dalam proses aktualisasi diri.

Page 5: Model Konseling di Sekolah

Asumsi utama dari perspektif ini adalah bahwa anak-anak pada dasarnya baik dan memiliki kecenderungan bawaan ke arah pertumbuhan dan pemenuhan potensi mereka, yaitu menuju aktualisasi diri. Jika kondisi ini tidak ada maka pertumbuhan mereka terhadap aktualisasi diri akan terhambat, harga diri mereka akan terancam dan mereka cenderung untuk mengembangkan masalah psikologis.

Page 6: Model Konseling di Sekolah

Komponen utama orang sehat secara psikologis (Cole, 1982)

• Harga diri yang tinggi, merasa aman, kesadaran diri, rasa memiliki, memiliki tujuan dan perasaan kompetensi pribadi

• Internal locus of control, yaitu keyakinan bahwa tindakan sendiri lebih berpengaruh daripada kekuatan-kekuatan luar dalam mencapai tujuan seseorang

• Self-manajemen, mampu merencanakan, mempertimbangkan pilihan dan beradaptasi sesuai dengan situasi yang berbeda

• Nilai-nilai intrinsik, memiliki keyakinan religius atau spiritual untuk memandu perilaku seseorang

• Tanggung jawab sosial, merasa perlu untuk berkontribusi pada kehidupan orang lain

• Kompetensi dalam keterampilan hidup, yang meliputi kecakapan personal dan sosial

Page 7: Model Konseling di Sekolah

Developmental model

Konselor mendengarkan situasi masalah klien mereka dalam hal perkembangan, tugas tahapan perkembangan, dalam hal interaksi dengan pengaturan sosial kehidupan, dan dalam hal kekuatan dan kekurangan. (Egan)

Page 8: Model Konseling di Sekolah

Model ini memiliki gagasan bahwa ada tahap perkembangan di mana anak-anak harus maju jika mereka ingin menjalani kehidupan yang baik sebagai orang dewasa. Perkembangan yang memuaskan melalui tahap tergantung pada pencapaian keberhasilan tugas perkembangan(Havinghurst, 1972)Pemenuhan tugas-tugas perkembangan tergantung pada penguasaan keterampilan hidup yang sesuai untuk setiap tahap dan tugas.

Page 9: Model Konseling di Sekolah

Tujuan keseluruhan dari konseling perkembangan yang memfasilitasi anak-anak aktualisasi diri dengan membantu mereka mengatasi berbagai tugas yang terkait dengan setiap tahap perkembangan. Penyelesaian situasi masalah mendesak adalah tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang adalah untuk membekali anak dengan keterampilan baru sehingga mereka dapat memecahkan masalah mereka sendiri dan dengan demikian hidup mereka lebih efektif.

Page 10: Model Konseling di Sekolah

Psycho-educational approach

Dari perspektif psiko-pendidikan, masalah anak-anak dipandang sebagai kurangnya keterampilan bukan kelainan atau penyakit. Dari perspektif ini, konseling merupakan suatu proses dimana konselor berbagi keahlian mereka dengan anak-anak dengan cara memfasilitasi atau langsung mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan. Dengan cara ini, anak-anak belajar keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi atau mencapai ambisi yang mereka inginkan. Selain itu, anak-anak dapat diajarkan keterampilan lain yang mereka butuhkan untuk hidup mereka lebih efektif.

Page 11: Model Konseling di Sekolah

Three stage counselling model

• Model yang diusulkan untuk konseling di sekolah adalah pengembangan model konseling berdasarkan prinsip humanistik, ditetapkan dalam kerangka psiko-pendidikan. Model ini telah dipengaruhi oleh model-model konseling sebelumnya seperti yang diusulkan oleh Egan (1982, 1986) dan Hornby (1990) tetapi telah diadaptasi untuk membuatnya cocok untuk konseling di lingkungan sekolah.

Page 12: Model Konseling di Sekolah

Three stage counselling model for schools

Exploration Intervention Empowering

Tiga Aspek Contoh Tiga Aspek

Membangun hubungan terapeutikMenjelajahi keprihatinan

Menilai situasi

Pemecahan masalah

Cognitive TherapyTerapi bermainsolusi-fokus terapimenulis terapi

Mendukung program aksi

Konsolidasi perubahan

Mengaktifkan aktualisasi diri

Page 13: Model Konseling di Sekolah

Exploration

• Ada tiga aspek dari tahap pertama dari model: membangun hubungan terapeutik, kekhawatiran mengeksplorasi, dan menilai situasi masalah.

Page 14: Model Konseling di Sekolah

Membangung hubungan terapeutik

• Guru harus terlebih dahulu mengembangkan hubungan yang cukup dengan siswa agar mereka bersedia membuka. Hal ini sering disebut sebagai aliansi terapi yang sebagian besar didasarkan pada kemampuan guru untuk berkomunikasi empati, keaslian dan penghormatan kepada siswa..

Page 15: Model Konseling di Sekolah

Menjelajahi keprihatinan

• Keterampilan mendengarkan juga penting untuk memfasilitasi eksplorasi keprihatinan siswa. Dengan mendapatkan siswa untuk berbicara tentang masalah mereka atau ambisi dan mengungkapkan perasaan guru dapat membantu mereka untuk mengklarifikasi keluhan atau keinginan.

Page 16: Model Konseling di Sekolah

Menilai situasi

• Membantu siswa untuk mengklarifikasi keprihatinan mereka juga memungkinkan guru untuk mengakses situasi masalah serta tugas perkembangan yang belum terselesaikan dan defisit dalam keterampilan hidup yang telah menyebabkan situasi.

• Serta mahasiswa mempertimbangkan sebagai guru individual perlu fokus pada interaksi mereka dengan lainnya dan aspek yang lebih luas dari sekolah, keluarga dan masyarakat yang berdampak pada kehidupan mereka. Penilaian ini membantu guru untuk memutuskan jenis intervensi yang paling tepat.

Page 17: Model Konseling di Sekolah

Intervensi

• Pada tahap kedua model strategi intervensi berbagai hal digunakan untuk mengajar siswa keterampilan hidup yang mereka butuhkan untuk menangani situasi masalah mereka saat ini atau ambisi. Ada dua aspek dari tahap kedua ini: jenis strategi intervensi yang tersedia, dan metode yang digunakan untuk menerapkannya.

Page 18: Model Konseling di Sekolah

Intervensi

• Strategi intervensi berkisar dari penggunaan teknik 'kosong-kursi' untuk membantu siswa mengekspresikan emosi yang belum terselesaikan, melalui restrukturisasi kognitif dalam rangka untuk mengembangkan diri-pernyataan positif dan membangun rasa percaya diri, dengan penggunaan teknik pemecahan masalah untuk membantu siswa memutuskan mereka terbaik tindakan.

Page 19: Model Konseling di Sekolah

Pelaksanaan metode

Ada empat cara di mana strategi intervensi yang diimplementasikan.Pertama, guru bertindak sebagai model yang menunjukkan keterampilan seperti mendengarkan secara aktif dan keterampilan pernyataan dalam interaksi mereka dengan siswa. Kedua guru bertindak siswa secara langsung membimbing melalui kegiatan atau latihan. Model ini biasanya efektif untuk digunakan sebagai metoode dalam merubah sikap klien, meningkatkan kesadaran diri, pemecahan konflik, maupun sebagai metode untuk mengubah prilaku.

Page 20: Model Konseling di Sekolah

Pelaksanaan metode

Ketiga, guru merealisasikan dari asumsi bahwa masalah-masalah siswa adalah hasil pikiran, sikap, dan kepercayaan-kepercayaannya yang begatif, tidak realistik. Teknik ini dapat digunakan kepada siswa yang secara konstan merenungkan sesuatu pada masa lalu, saan ini, atau masa depan

Page 21: Model Konseling di Sekolah

Pelaksanaan metode

Keempat, strategi manajemen diri. Strategi ini ini bertujuan untu merubah diri sendiri oleh dirinya sendiri. Dalam strategi ini siswa diarahkan pada usaha-usaha langsung untuk mengubah dirinya sendiri dengan bantuan yang minimal dari guru. Tekniknya melalui mentoring diri, penghargaan diri, dan kontrak dengan diri sendiri.

Page 22: Model Konseling di Sekolah

Empowering• Mendukung program aksi

Seorang guru mendukung yang akan dan sedang dilakukan oleh siswa. Apabila siswa sedang dalam proses menyelesaikan masalah, maka guru sebagai konselor hendaknya memberikan dukungan untuk terlaksananya aksi yang dilakukan untuk menuju perubahan dirinya yang lebih baik.

• Konsolidasi changeGuru hendaknya membantu mengarahkan, memberikan bimbingan, dan dukungan terhadap perubahan yang hendak dicapai oleh siswanya. Guru bisa memfasilitasi dan mendorong siswa hingga mencapai perubahan yang diharapkan sesuai dengan tingkat pertumbuhannya.

• Mengaktifkan aktualisasi diriDalam hal ini, guru sebagai konselor hendaknya membantu siswa dalam mengaktualisasikan didi menuju perubahannya

Page 23: Model Konseling di Sekolah

Attitudes, Knowledge and Skills Needed to Implement the Model in Schools

AttitudesSkills

Knowledges

Page 24: Model Konseling di Sekolah

Attitudes

Sikap yang harus dimiliki

Rasa hormat• jangan meremehkan siswa• menganggap siswa berkompeten, mampu, dan

bertanggung jawabEmpati

• turut merasakan masalah siswaKetulusan

• menerima kehadiran siswa dengan tulus• membantu masalah siswa dengan tulus

Page 25: Model Konseling di Sekolah

Attitudes

Empati

Penerimaan dan Penghargaan

Kehangatan dan Perhatian

Keterbukaan dan Ketulusan

Ekspresi Emosi yang Positif

Page 26: Model Konseling di Sekolah

Skills

Communication

Listening

Discussed

Stress management skills

Counselling skills

Page 27: Model Konseling di Sekolah

Skills-Communication-

Komunikasi

Verbal

Mendengarkan

Non Verbal

• Posisi badan• Kontak mata• Keterampilan

mengamati klien

“listening is the basis of a counselor’s effectiveness”

Page 28: Model Konseling di Sekolah

Skills-Dicussed-

Diskusi suatu proses yg teratur dengan melibatkan sekelompok orang dalam

tatap muka interaksi kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagi informasi

atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah

Mengapa harus diskusi?

1. Kelompok mempunyai buah pikiran yang lebih kaya dibanding dengan yang

dimiliki perorangan

2. Anggota sering dimotivasi oleh kehadiran anggota kelompok yang lain

3. Anggota yang pemalu akan bebas mengemukakan pikirannya dalam kelompok

yang kecil.

Page 29: Model Konseling di Sekolah

Skills-Stress Mangement Stress-

stress

Distress (-)

Eustress (+)

3 cara manjemen stres

1. Menghilangkan sumber stres

2. Memperkuat kekebalan terhadap stres

3. Mengatasi stres secara tepat dan sementara

Page 30: Model Konseling di Sekolah

SkillsKnowledge

Pengetahuan yang dibutuhkan guru agar dapat menasihati secara efektif itu luas tetapi sebagian besar sudah dimiliki oleh sebagian besar guru. Pengetahuan itu meliputi :

1. Good knowlegde of the child development (chapter1)

2. Understanding typical emotional and behavioural problem which children experience (chapter1)

3. Understanding of the children’s reaction to loss and trauma, and other sensitive issues (chapter 10 and 11)

4. Good knowledge of the school pastoral care system and of the outside agencies which can also provide guidance and counselling.

Page 31: Model Konseling di Sekolah

5. Know about their student’s background, particularly those from different cultural groups(discussed in chapter 9).

6. Thorough knowledge of the school's personal and social education curriculum (discussed in chapter 1 and 6).

7. Know about the variety of intervention strategies (discussed in chapter 4).

8. Understanding of the ethical and profesional issues raised by counselling in school such as confidentiality, and supervision. (discussed in chapter 15).

SkillsKnowledge

Page 32: Model Konseling di Sekolah

Konselor dan guru perlu menyesuaikan pendekatan dan keterampilan mereka agar dapat secara efektif menasihati anak-anak dan remaja (Thompson and Rudolph, 2000).

pertama-tama, tempat yang tepat untuk anak-anak konseling perlu ditemukan.

Idealnya, ruangan yang nyaman, bebas dari gangguan dan dengan tempat duduk yang cocok untuk anak-anak harus digunakan.

anak-anak harus diperbolehkan untuk memilih di mana mereka akan duduk. guru kemudian harus duduk sendiri di tingkat mata dengan anak.

Practical Consideration for Counselling In School

Page 33: Model Konseling di Sekolah

Konselor dan guru perlu menyesuaikan pendekatan dan keterampilan mereka agar dapat secara efektif menasihati anak-anak dan remaja (Thompson and Rudolph, 2000).

pertama-tama, tempat yang tepat untuk anak-anak konseling perlu ditemukan.

Idealnya, ruangan yang nyaman, bebas dari gangguan dan dengan tempat duduk yang cocok untuk anak-anak harus digunakan.

anak-anak harus diperbolehkan untuk memilih di mana mereka akan duduk. guru kemudian harus duduk di level mata dengan anak.

Practical Consideration for Counselling In School

Page 34: Model Konseling di Sekolah

membangun kepercayaan dalam hubungan mungkin memakan waktu lebih lama dengan anak-anak daripada orang dewasa sehingga guru perlu bersabar.

keterampilan mendengarkan sangat penting juga pertanyaan yang tidak mengancam

pertanyaan seperti tentang usia anak dan anggota keluarga dapat membantu untuk memulai diskusi

meminta anak untuk membantu sering memungkinkan guru dilihat sebagai figur yang tidak otoriter, misalnya “tell me how i can help you with this problem"

Practical Consideration for Counselling In School

Page 35: Model Konseling di Sekolah

mempertahankan sikap fasilitatif sangat penting

hindari komunikasi seperti menasihati, menghibur atau bercanda, yang sering tanpa disadari digunakan oleh guru

menggunakan pertanyaan tepat sebagai juga penting. pertanyaan terbuka dan pertanyaan klarifikasi dapat berguna

tetapi penggunaan terlalu banyak pertanyaan, pertanyaan tertutup, atau 'mengapa' pertanyaan harus dihindar

penggunaan pertanyaan dan strategi intervensi lainnya dibahas dalam bab 4.

Practical Consideration for Counselling In School

Page 36: Model Konseling di Sekolah

TAMBAHAN

Page 37: Model Konseling di Sekolah

Model-Model Konsultasi

• Model mediasi (mediation model)

Pada model ini guru bertindak sebagai koordinator yang berfungsi membantu menggabungkan berbagai layanan yang disediakan oleh sekolah bagi siswa untuk memecahkan masalahnya. Guru dan siswa bersama-sama melakukan koordinasi layanan yang telah ada yang relevan dengan pemecahan masalah yang dialami mahasiswa, misalnya melakukan referal kepada Unit Layanan Bimbingan Konseling atau Lembaga Psikologi yang tersedia di sekolah lalu mendisain rencana alternatif berbagai layanan yang dibutuhkan siswa.

Page 38: Model Konseling di Sekolah

• Model proses konsultasi atau kolaborasi (process consultation or collaboration model)Pada model ini guru bertindak sebagai fasilitator dalam proses penyelesaian masalah. Peran utamanya adalah membuat siswa secara aktif terlibat dalam pencarian solusi dan pemecahan masalah. Guru dan siswa bersama-sama mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah secara jelas dan mendalam, mendisain alternatif solusi yang dapat dilakukan, mengimplementasikan dan mengevaluasi rencana pemecahan masalah yang telah dilakukan.

Page 39: Model Konseling di Sekolah

Dengan model ini, guru berperan dalam membantu siswa memecahkan masalahnya sendiri dan membantu mahasiswa untuk dapat mengembangkan sikap mandiri baik di bidang akademik, personal dan sosial.Guru mengajarkan strategi-strategi pemecahan masalah yang dapat dilakukan sendiri dalam kehidupan kesehariannya. Misalnya mengajarkan relaksasi untuk menenangkannya menghadapi masa ujian.

Page 40: Model Konseling di Sekolah

Tiga Tahap Dalam konseling di Sekolah

Tahap 1: Menjelajahi dan Memfokuskan• Mengajukan pertanyaan terbuka dan menunggu balasan• Mendengarkan dan mengamati• Bekerja dengan bagaimana orang merasa• Menyepakati definisi besar bantuan yang Anda berikanTahap 2: Memahami Mengembangkan• Meringkas dan menghubungkan apa yang telah dikatakan• Pengujian perasaan• Menyarankan tindakan alternatif• Menantang dan Menghadapi (ini mungkin harus dilakukan

dengan Kejujuran)

Page 41: Model Konseling di Sekolah

Tahap 3: Bertindak untuk Perubahan• Membantu dan mendukung orang untuk melakukan hal yang

berbeda• Pengambilan keputusan dan Pemecahan masalah• Tujuan pengaturan• Mengevaluasi Kemajuan

Tiga Tahan Dalam konseling di Sekolah

Page 42: Model Konseling di Sekolah

PROSES KONSULTASI• Proses konsultasi dilakukan dalam beberapa langkah dan berurutan

untuk memastikan tidak ada yang terlupa dan pengalaman konsultasi bermanfaat untuk semua yang terlibat. Proses konsultasi disajikan dalam tujuh langkah :1. Diawali dengan kontak ( hubungan) dan persetujuan. 2. Menegaskan hubungan dan mengumpulakan data.3. Diagnosis dan pengembangan tujuan/sasaran-sasaran4. Membangkitkan dan seleksi strategi intervensi5. Implementasi pertemuan dalam rangka membentuk tentang hal yang terjadi dalam konsultasi6. Memberikan dukungan dan evaluasi terhadap usaha penanggulangan7. Pengakhiran dan tindak lanjut

Page 43: Model Konseling di Sekolah

PROSES KONSULTASI• Proses konsultasi dimulai apabila konsultan diminta konsulti untuk

membantu memecahkan masalah, yaitu : • Langkah (1) Konselor membuat penilaian awal permasalahan dan

menetapkan, jika konselor memiliki kemampuan, hasrat, waktu dan kecakapan peran untuk terlibat dalam penaggulangan masalah. Konselor juga membuat evaluasi awal keampuan konsulti untuk memudahkan perubahan dan mencapai persetujuan awal mengenai peran yang diharapkan dan dasar hubungan konsultasi. Jika persoalan ini tidak memuaskan konselor, konsultasi tidak akan diteruskan dan alih tangan adalah alternative yang terbaik dan dapat diterima.

Page 44: Model Konseling di Sekolah

• Langkah (2) Konselor mengumpulkan data dari konsulti dengan memperhatikan masalah dasar dan parameter untuk ditanggulangi. Kemudian megumpulkan data dan informasi lain dari sumber-sumber yang relevan (guru, saudara kandung, orang tua, sahabat, dan lain-lain), untuk mengembangkan diagnosa ditetapkan masalah dan tujuan secara baik.Dengan penetapan masalah yang jelas data yang dikumpulkan relevan, konsultan dan konsulti mengembangkan penetapan tujuan peilaku khusus.Tujuan digunakan untuk membantu menetukan perubahan hasrat khusus serta membuat keiteria evaluasi. Tujuan yang lengkap termasuk siapa yang akan mengerjakaan apa, kapan,dalam keadaan bagaimana, sebagai evaluasi apa kreterianya.Jadi, kreteria evaluasi mnentukan dan prosedur ditetapkan pada langkah ini.

PROSES KONSULTASI

Page 45: Model Konseling di Sekolah

• Langkah (3) Konsultan dan konsulti menghasilkan daftar yang memungkinkan buntuk strategi intervensi,menaksir kegunaan relative tentang keterangan siapa akan melakukan intervensi dan memilih rencana yang akan dilaksanakan.

• Sebagai rencana konsulti dan konsultan saling membantu berdasarkan model serta rencana persetujuan. Evaluasi akan selalu menjadi proses bersama bila memungkinkan.

• Garis pedoman untuk pengakhiran, perlengkapan selama langkah awal,lebih sering ditentukan oleh susunan waktu atau pencapaian hasil tujuan sebagai pendekatan akhir konsultan mempersiapkan konsulti untuk memindahkan pertanggung jawaban atau memlihara, mengubah konsulti jadi penurunan keterlibatan aktif konsultan.

• Konsultan harus menindaklanjuti kemajuan konsulti untuk evaluasi perubahan jangka panjang dan prestasi umum tujuan konsultasi.

PROSES KONSULTASI

Page 46: Model Konseling di Sekolah

PROSEDUR UMUM LAYANAN BIMBINGAN KONSELING

• Sebagai sebuah layanan profesional, layanan bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan secara sembarangan, namun harus dilakukan secara tertib berdasarkan prosedur tertentu, yang secara umum terdiri dari enam tahapan sebagai, yaitu: (A) Identifikasi kasus; (B) Identifikasi masalah; (C) Diagnosis; (D) Prognosis; (E) Treatment; (F) Evaluasi dan Tindak Lanjut.

Page 47: Model Konseling di Sekolah

A. Identifikasi kasus• Identifikasi kasus merupakan langkah awal

untuk menemukan peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Robinson (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan dan konseling, yakni :

Page 48: Model Konseling di Sekolah

• Call them approach : melakukan wawancara dengan memanggil semua peserta didik secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan peserta didik yang benar-benar membutuhkan layanan konseling.

• Maintain good relationship : menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru pembimbing dengan peserta didik. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.

Page 49: Model Konseling di Sekolah

• Developing a desire for counseling : menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran peserta didik akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan peserta didik yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.

• Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta didik, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi peserta didik.

• Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan peserta didik yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial.

Page 50: Model Konseling di Sekolah

B. Identifikasi Masalah• Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan

atau masalah yang dihadapi peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan peserta didik dapat berkenaan dengan aspek : (1) substansial – material; (2) struktural – fungsional; (3) behavioral; dan atau (4) personality.

• Untuk mengidentifikasi kasus dan masalah peserta didik, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah peserta didik, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk menemukan kasus dan mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi peserta didik, seputar aspek : (1) jasmani dan kesehatan; (2) diri pribadi; (3) hubungan sosial; (4) ekonomi dan keuangan; (5) karier dan pekerjaan; (6) pendidikan dan pelajaran; (7) agama, nilai dan moral; (hubungan muda-mudi); (9) keadaan dan hubungan keluarga; dan (10) waktu senggang.

Page 51: Model Konseling di Sekolah

C. Diagnosis• Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab

atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah peserta didik.• Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor penyebab

kegagalan belajar peserta didik, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun output belajarnya.

• W.H. Burton membagi ke dalam dua faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar peserta didik, yaitu : (1) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri peserta didik itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (2) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.

Page 52: Model Konseling di Sekolah

D. Prognosis• Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan apakah masalah

yang dialami peserta didik masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya.

• Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga.

• Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang dihadapi siswa untuk diminta bekerja sama guna membantu menangani kasus – kasus yang dihadapi.

Page 53: Model Konseling di Sekolah

Treatment• Langkah ini merupakan upaya untuk melaksanakan

perbaikan atau penyembuhan atas masalah yang dihadapi klien, berdasarkan pada keputusan yang diambil dalam langkah prognosis.

Evaluasi dan Follow Up• Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha

pemecahan masalah seyogyanya tetap dilakukan untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi peserta didik.

Page 54: Model Konseling di Sekolah

• Berkenaan dengan evaluasi bimbingan dan konseling, Depdiknas (2003) telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan dan konseling yaitu: Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh

peserta didik berkaitan dengan masalah yang dibahas; Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi

yang dibawakan melalui layanan, dan Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta

didik sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.

Page 55: Model Konseling di Sekolah

• Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2004) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yang terbagi ke dalam kriteria yaitu kriteria keberhasilan yang tampak segera dan kriteria jangka panjang.

• Kriteria keberhasilan tampak segera, diantaranya apabila: Peserta didik (klien) telah menyadari (to be aware of) atas

adanya masalah yang dihadapi. Peserta didik (klien) telah memahami (self insight) permasalahan

yang dihadapi. Peserta didik (klien) telah mulai menunjukkan kesediaan untuk

menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).

Page 56: Model Konseling di Sekolah

Peserta didik (klien) telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release).

Peserta didik (klien) telah menurun penentangan terhadap lingkungannya

Peserta didik (klien) telah melai menunjukkan sikap keterbukaannya serta mau memahami dan menerima kenyataan lingkungannya secara obyektif.

Peserta didik (klien) mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional.

Peserta didik (klien) telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha – usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya.

Page 57: Model Konseling di Sekolah

• Sedangkan kriteria keberhasilan jangka panjang, diantaranya apabila: Peserta didik (klien) telah menunjukkan kepuasan dan

kebahagiaan dalam kehidupannya yang dihasilkan oleh tindakan dan usaha-usahanya.

Peserta didik (klien) telah mampu menghindari secara preventif kemungkinan-kemungkinan faktor yang dapat membawanya ke dalam kesulitan.

Peserta didik (klien) telah menunjukkan sifat-sifat yang kreatif dan konstruktif, produktif, dan kontributif secara akomodatif sehingga ia diterima dan mampu menjadi anggota kelompok yang efektif.

Page 58: Model Konseling di Sekolah

1. Turut merasakan masalah siswa

2. Melihat masalah dari sudut pandang siswa

3. Menunjukan kebersamaan dengan siswa

4. Membantu memahami masalah dengan tulus

Attitudes

-Empati-

(other source)

Page 59: Model Konseling di Sekolah

Attitudes

-Penerimaan dan Penghargaan-

1. Siswa diterima secara bermartabat

2. Guru melihat siswa sebagai manusia yang berguna

3. Menerima kehadiran siswa dengan tulus

4. Tidak menganggap remeh terhadap siswa

(other source)

Page 60: Model Konseling di Sekolah

Attitudes

-Kehangatan dan Perhatian-

1. Memperlakukan siswa secara bersahabat

2. Menunjukkan kepedulian terhadap siswa

3. Memfokuskan pikiran pada masalah siswa

4. Membantu pengungkapan masalah

(other source)

Page 61: Model Konseling di Sekolah

Attitudes

-Keterbukaan dan Ketulusan-

1. Memberikan kebebasan kepada siswa dalam mengemukakan

pikiran, perasaan, dan masalahnya

2. Berupaya untuk saling percaya dengan siswa

3. Menanggapi hal yang positif dan negatif pada diri siswa secara

konstruktif

(other source)

Page 62: Model Konseling di Sekolah

Attitudes

-Eksprsi Emosi yang Positif-

1. Menggembirakan, memfasilitasi siswa

2. Dengan mudah dapat dipahami siswa

3. Memusatkan hubungan pada pembicaraan, perasaan, pikiran

dan pengalaman siswa

4. Memberi kemudahan kepada siswa untuk mengekspresikan

pikiran-pikirannya

(other source)

Page 63: Model Konseling di Sekolah

Referensi

• http://www.ummetro.ac.id/file_jurnal/Tri%20Anjar.pdf

• http://afhny.wordpress.com/peran-guru-dalam-bimbingan-konseling/

• http://muhammadananggadipa.wordpress.com/2012/01/13/komunikasi-terapeutik-pada-anak-usia-sekolah/

• http://massofa.wordpress.com/2008/10/30/langkah-langkah-dalam-memberikan-bimbingan-konseling-di-sekolah/