konsentrasi ekonomi syariah fakultas ekonomi dan...

88
PERILAKU KONSUMSI DALAM FASHION LIFESTYLE MUSLIMAH MELAYU JAMBI DI KEC. DANAU TELUK SKRIPSI Oleh: MUSLIMIN EES 150775 Pembimbing: H.SISSAH,S.Ag.,M.HI KHAIRIYANI SE.M.S.AK KONSENTRASI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PERILAKU KONSUMSI DALAM FASHION LIFESTYLE MUSLIMAH

    MELAYU JAMBI DI KEC. DANAU TELUK

    SKRIPSI

    Oleh:

    MUSLIMIN

    EES 150775

    Pembimbing:

    H.SISSAH,S.Ag.,M.HI

    KHAIRIYANI SE.M.S.AK

    KONSENTRASI EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

    JAMBI

    2019

  • PERSEMBAHAN

    Alhamdulillahirabbil „alamin

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan nikmat kesehatan

    sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh strata satu (S1)

    shalawat beserta salam tidak lupa pula ku kirimkan kepada junjunganku Nabi

    Muhammad Rasulullah SAW

    Kupersembahkan skripsi ini untuk:

    Ibuku tercinta Sulastri dan Ayahandaku Mistaudin yang kucintai karena tidak

    henti-hentinya memberikan motivasi kepadaku baik moril maupun materil selama

    proses perkuliahanku semoga keduanya dalam lindungan Allah SWT amiin…

    Kepada kakaku Muhlisin dan adikku Imam Fajar yang amat ku sayangi yang telah

    memberikan dukungan kepadaku sehingga aku bisa menyelesaikan skripsi ini.

    semoga keduanya dalam lindungan Allah SWT amiin…

    Kepada sepupuku Eka Sawitri dan seseorang yang istimewa di dekatku yang

    selalu memberi support kepadaku Rizki Rahmawati.

    Kepada sahabatku Syadri, Heriantoni, Swandi, Sunanto, Isnawati, Aruwa, Ridha

    Hawaditsi dan teman-teman seperjuanganku sekalian yang telah membantu dan

    selalu memberi support dalam penyelesaian skripsi ini saya ucapkan terima kasih

  • MOTTO

    إًَِّهُۥ ٍْۚٓ َءاَدَم ُخُروْا ِشٌََتَُكۡن ِعٌَد ُكلِّ َهۡعِجٖد َوُكلُىْا َوٱۡشَسبُىْا َوََل تُۡعِسفُٓىْا بٌَِ َََٰ۞

    ١٣ََل َُِحبُّ ٱۡلُوۡعِسفَُِي

    Artinya :

    Wahai anak cucu adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki)

    masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh Allah tidak

    menyukai orang yang berlebihan.1

    1 Q.S.Al-A’raf [7] : 31.

  • KATA PENGANTAR

    ِ بِۡعنِ يِ ٱّللَّ ۡحَوَٰ ِحُنِ ٱلسَّ ٱلسَّ

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang mana

    dalam penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan, sehingga dapat

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa iringan sholawat

    serta salam penulis hantarkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

    Skripsi ini diberi judul “Perilaku Konsumsi dalam Fashion Lifestyle

    Muslimah Melayu Jambi di Kec. Danau Teluk” Adapun tujuan dari

    penyusunan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir yang merupakan syarat untuk

    meraih gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam jurusan Ekonomi Syariah Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Dalam

    menyelesaikan skripsi ini, penulis akui tidak sedikit hambatan dan rintangan yang

    penulis temui baik dalam pengumpulan data maupun dalam penyusunannya.

    Berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama dari Bapak H. Sissah.,M.HI.

    dan Ibu Khairiyani, SE.,M.S.AK selaku pembimbing I dan II. Maka skripsi ini

    dapat di selesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan

    adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam

    penyelesaian skripsi ini, serta kepada yang terhormat :

    1. Bapak Dr. Hadri Hasan, MA. Selaku Rektor UIN STS Jambi.

    2. Bapak Prof. Dr. Subhan, M.EI. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Islam UIN STS Jambi.

    3. Ibu Dr. Rafida, SE., M.EI, Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE., ME, dan Ibu Dr.

    Halimah Dja’far, S. Ag., M. Fil. I, selaku Wakil Dekan I, II dan III di

    lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.

    4. Bapak Dr. Sucipto, S.Ag., MA dan Ibu G.W.I Awal Habibah, M.E,Sy selaku

    Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.

  • ABSTRAK

    Skripsi ini membahas permasalahan perilaku konsumsi dalam fashion

    lifestyle muslimah melayu Jambi di Kec Danau Teluk. Bertujuan untuk

    mengetahui mengapa muslimah melayu Jambi di Kec. Danau Teluk belum

    sepenuhnya berkonsumsi secara syariah, bagaimana cara konsumsi

    berpakaian muslimah melayu Jambi di Kec. Danau Teluk dan apa saja

    kendala yang di hadapi muslimah melayu Jambi di Kec. Danau Teluk

    dalam menerapkan konsumsi pakaian secara syariah. Penelitian ini

    menggunakan penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data

    melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian

    yang dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut: (1) Perilaku

    konsumsi dalam fashion lifestyle muslimah melayu Jambi di Kec. Danau

    Teluk masih di temukan berpakaian blum secara syariah di sebabkan oleh

    faktor pendapatan, minimnya ilmu agama dan pendidikan mereka yang

    masih banyak berlandaskan sekolah umum; (2) Cara konsumsi berpakaian

    oleh muslimah melayu Jambi di Kec. Danau Teluk Jika dihubungkan

    dengan aturan dalam Islam. Muslimah melayu Jambi di Kec. Danau Teluk

    memahami dan mengetahui aturan dalam Islam untuk menutup aurat,dan itu

    sudah di jalankan oleh sebagian muslimah melayunya. Mereka juga

    menerapkan aturan memakai pakaian tidak tipis sehingga tampak bayangan

    tuh dan tidak berpakaian yang menyerupai pakaian laki-laki. Namu, mereka

    melanggar aturan seperti masih banyak di temukan muslimah melayunya

    memakai pakaian ketat dan sempit, dan mengkonsumsi pakaian yang

    memiliki warna yang terang dan mencolok; (3) Terdapat dua kendala yang

    di hadapi masyarakat muslimah melayu Jambi di Kec. Danau Teluk masih

    di temukan yang belum memakai pakaian syariah, yaitu faktor pribadi atau

    kemauan dan ada anggapan miring masyarakat terhadap muslimah yang

    memakai pakaian syariah tidak sesuai dengan perilakunya.

    Kata Kunci: perilaku konsumsi berpakaian wanita muslimah secara syariah

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

    PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ ii

    NOTA DINAS ................................................................................................. iii

    PENGESAHAN .............................................................................................. iv

    MOTTO .......................................................................................................... v

    ABSTRAK ...................................................................................................... vi

    PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................. 1

    B. Batasan Masalah .......................................................................... 10

    C. Rumusan Penelitian ..................................................................... 10

    D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 10

    E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 11

    F. Kajian Teori ................................................................................. 12

    G. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 29

    BAB II. METODE PENELITIAN

    A. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 36

    B. Metode Pendekatan ...................................................................... 36

    C. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 36

    D. Populasi dan Sampel .................................................................... 37

    E. Instrumen Pengumpulan Data ...................................................... 37

    F. Teknik Analisis Data ................................................................... 40

    G. Sistematika Penulisan ................................................................. 40

    BAB III. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

    A. Sejarah Singkat Kecamatan Danau Teluk ...................................... 41

    B. Jumlah Penduduk ........................................................................... 42

  • C. Jumlah sekolah ............................................................................... 43

    BAB IV. HASlL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Fakto masih di temukannya wanita muslimah Melayu Jambi di Kec.

    Danau Teluk belum sepenuhnya berkonsumsi secara syariah ...... 45

    B. Cara berkonsumsi berpakaian muslimah Melayu Jambi di Kec.

    Danau Teluk ................................................................................... 57

    C. Kendala yang di hadapi muslimah Melayu Jambi di Kec. Danau

    Teluk dalam berkonsumsi pakaian secara syariah ......................... 60

    1. Pribadi atau Kemauan .............................................................. 61

    2. Anggapan mring masyarakat terhadap pakaian yang tidak sesuai

    dengan perilaku ........................................................................ 62

    BAB V. PENUTUP

    A. Kesimpulan ..................................................................................... 64

    B. Saran ............................................................................................... 65

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 : Penelitian Terdahulu……………………………………………… 29

    Tabel 3.1 : Data Penduduk Kelurahan Se Kecamatan Danau Teluk………….. 42

    Tabel 3.2 : Data Jumlah Sekolah Negeri/Seasta di Wilayah Kecamatan Danau

    Teluk………………………………………………………………... 43

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Al-Qur’an yang menjadi dasar semua hukum Islam, dengan tegas

    menyatakan bahwa Allah adalah pemilik segala sesuatu yang ada di dunia,

    sedangkan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Allah menciptakan segala

    sesuatunya bukan untuk dirinya sendiri, namun diserahkan kepada manusia

    sebagai khalifah di muka bumi. Seluruh manusia secara kolektif diperbolehkan

    untuk memiliki, menikmati dan memindah tangankan kekayaan yang diakui dan

    dipelihara dengan Islam.2

    Allah SWT berfirman:

    ِ َوٱۡذُكُسوْا ةُ فَٱًتَِشُسوْا فٍِ ٱۡۡلَۡزِض َوٱۡبتَُغىْا ِهي فَۡضِل ٱّللَّ لَىَٰ فَإَِذا قُِضَُِت ٱلصَّ

    َ َكثُِٗسا لََّعلَُّكۡن تُۡفلُِحىَى ٣١ٱّللَّ

    Artinya: “Apabila selesai shalat, maka hendaklah kamu bertebaran di muka

    bumi, dan mencari karunia Allah dan sebutlah Allah sebanyak-banyaknya

    supaya kamu memperoleh kebahagiaan.”3

    Manusia pada hakekatnya dituntut untuk bekerja dan berusaha untuk

    memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Mereka memiliki berbagai macam

    kebutuhan dalam hidupnya yaitu kebutuhan jasmani dan rohani. Semua kebutuhan

    2 Lukman Hakim, Prisip-Prinsip Ekonomi Islam (Surakarta: PT Gelora Aksara Pratama 2012).

    hlm. 86. 3Q.S.Al-Jumu’ah [63]: 10.

  • itu dikonsumsi agar manusia bisa bertahan hidup.4

    Berdasarkan pandangan

    ekonomi Islam, kerja adalah setiap tenaga jasmani maupun kemampuan akal yang

    dikeluarkan manusia dalam kegiatan perekonomian sesuai dengan syariah,

    bertujuan mendapatkan penghasilan dan penghidupan.5

    Berdasarkan atas penjelasan di atas, tujuan manusia bekerja untuk

    memenuhi kebutuhan hidupnya dan menyelaraskan kepentingan akhirat, terutama

    konsumsi. Konsumsi dalam ekonomi Islam dapat diartikan sebagai pemenuhan

    kebutuhan baik jasmani maupun rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi

    kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT untuk mendapatkan kesejahteraan

    dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat (falah). Setiap melakukan tindakan

    konsumsi, maka prilaku konsumen terutama muslim selalu dan harus di dasarkan

    pada syariah Islam.6

    Secara sederhana, konsumsi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai

    pemakaian barang untuk mencukupi suatu kebutuhan secara langsung. Konsumsi

    juga diartikan dengan penggunaan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan

    manusiawi (the use of goods and services in the satisfaction of human wants).

    Yusuf al-Qardhawi (1997) berpendapat bahwa, konsumsi adalah pemanfaatan

    hasil produksi yang halal dengan batas kewajaran untuk menciptakan manusia

    hidup aman dan sejahtera. Konsumsi di sini bukan semata-mata makan dan

    4Bagus Baidhawi dan Irham Zaki, Implementasi Konsumsi Islami Pada Pengajar Pondok

    Pesantren Aqobah Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang (Jurnal. Vol.1, no.9 September 2014).

    hal.610. 5 Lukman Hakim, Op.cit.

    6Amri Amir, Pola dan Prilaku Konsumsi Masyarakat Muslim di Provinsi Jambi (Telaah

    Berdasarkan Tingkat Pendapatan dan Keimanan),(Jurnal Perspektif Pembiayaan dan

    Pembangunan Daerah, Vol,4. No. 2 2016). hlm. 74.

  • minum saja, konsumsi mencakup segala pemakaian dan pemanfaatan barang dan

    jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

    Membangun atau membeli rumah, membeli mobil, emas, perak dan perhiasan lain

    juga termasuk dalam aktivitas konsumsi.7

    Aktivitas konsumsi dalam Islam merupakan salah satu aktivitas ekonomi

    manusia yang bertujuan untuk meningkatkan ibadah dan keimanan kepada Allah

    SWT dalam rangka mendapatkan kemenangan, kedamaian dan kesejahteraan

    akhirat (falah), baik dengan membelanjakan uang atau pendapatannya untuk

    keperluan dirinya maupun untuk amal saleh bagi sesamanya.8

    Qardhawi (1997) menguraikan beberapa prinsip perilaku konsumsi dalam Islam

    sebagai berikut:

    a) Dasar pemikiran pola konsumsi dalam Islam adalah hendak mengurangi

    kelebihan keinginan biologis yang tumbuh dari faktor-faktor pisikis buatan

    dengan maksud membebaskan energi manusia untuk tujuan-tujuan spiritual.

    b) Anjuran-anjuran Islam mengenai perilaku konsumsi dituntun oleh prinsip

    keadilan, prinsip kebersihan, prinsip kesederhanaan, prinsip kemurahan hati

    dan prinsip moralitas.

    c) Pada umumnya kebutuhan-kebutuhan manusia digolongkan ke dalam tiga

    hal, yaitu barang-barang keperluan pokok, barang-barang keperluan

    kesenangan dan barang-barang keperluan kemewahan. Berdasarkan tiga

    pengelompokan ini, Islam menggariskan prinsip menurut urutan prioritas

    7Zuliana, Prinsip Konsumsi dalam Islam Berbasis Nilai Material dan Spiritual (Universitas

    Negeri Wali Songo Semarang, 2015). hlm. 3. 8Ibid, hlm. 4.

  • kebutuhan yang dikenal dalam al-maqasid al-syari‟ah dengan istilah

    daruriyyah, hajjiyah dan tahsiniyyah.9

    Saat ini konsumsi bukan lagi berdasarkan “kebutuhan”. Namun lebih

    kepada “keinginan” yang menandai pola-pola konsumsi untuk mengartikulasi rasa

    identitas. Konsumsi ini muncul sebagai perhatian budaya di dalam perdebatan

    mengenai perkembangan dengan apa yang disebut “masyarakat konsumen”.

    Perilaku konsumen adalah sebagai perilaku yang terlibat dalam hal

    perencanaan, pembelian, dan penentuan produk serta jasa yang konsumen

    harapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Islam

    berpandangan bahwa perilaku seorang konsumen harus mencerminkan

    hubungannya dirinya dengan Allah SWT. Inilah yang tidak kita dapati dalam ilmu

    perilaku konsumsi konvensional. Setiap pergerakkan dirinya, yang berbentuk

    belanja sehari-hari, tidak lain adalah manifestasi dzikir dirinya atas nama Allah

    SWT.10

    Konsumsi disini bukan makan dan minum saja, memakai barang dan jasa

    juga termasuk konsumsi. Seperti halnya memakai pakaian, pakaian juga termasuk

    kedalam mengkonsumsi barang berupa pakaian. Pakaian adalah termasuk

    kebutuhan pokok manusia yang harus terpenuhi. Pakaian adalah kebutuhan pokok

    manusia yang tidak berkaitan dengan kesehatan, etika, estetika, tetapi juga

    berhubungan dengan kondisi sosial budaya, bahkan juga ekspresi ideologi. Bagi

    manusia pakaian tidak saja berdimensi keindahan, tetapi juga kehormatan juga

    9 Andi Bahri, Etika Konsumsi dalam Perspektif Islam (Jurnal. Vol. 11, No. 2, Desember 2014).

    hlm. 352-353. 10

    Hisbatul Husna, Analisis Perilaku Konsumsi Jilbab Oleh Komunitas Hijabers Di Kota

    Pekanbaru Di Tinjau Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Sekripsi Universitas Islam Negeri

    Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru [2014]).

  • keyakinan. Itulah sebabnya, aturan tentang pakaian termasuk yang dipandang

    penting oleh Allah SWT, sehingga tercantum dalam Al-Qur’an yang mulia.

    Allah berfirman:

    ٍٓ َءاَدَم قَۡد بٌَِ لَِك َََٰتُِكۡن َوِزَٗشۖا َولِبَاُض ٱلتَّۡقَىيَٰ َذَٰ ِزٌ َظۡىَءَٰ ُكۡن لِبَاٗظا ََُىَٰ ُۡ أًََصۡلٌَا َعلَ

    ِ لََعلَّهُۡن ََرَّكَُّسوَى ِت ٱّللَّ لَِك ِهۡي َءاَََٰس ْۚ َذَٰ ُۡ ٦٢َخ

    Artinya : „Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan

    pakaian untuk menutup auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetepi

    pakaian takwa, itulah lebih baik. Demikianlah sebagian besar tanda-tanda

    kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.”11

    Adapun fungsi pakaian terutama sebagai penutup aurat, sekaligus sebagai

    perhiasan, memperindah jasmani manusia. Agama Islam memerintahkan kepada

    setiap orang untuk berpakaian yang baik dan bagus. Baik berarti sesuai dengan

    fungsi pakaian itu sendiri, yaitu menutup aurat dan bagus cukup memadai serasa

    sebagai perhiasan tubuh yang sesuai dengan kemampuan sipemakai untuk

    memilikinya untuk keperluan ibadah, misalnya untuk sholat di masjid, kita di

    anjurkan untuk memakai pakaian yang baik dan suci. Berpakaian mengikuti muda

    yang berkembang saat ini, bukan merupakan halangan, sejauh tidak menyalakan

    fungsi menurut Islam. Namun kita diperintahkan untuk tidak berlebih-lebihan.12

    إًَِّهُۥ ٍْۚٓ َءاَدَم ُخُروْا ِشٌََتَُكۡن ِعٌَد ُكلِّ َهۡعِجٖد َوُكلُىْا َوٱۡشَسبُىْا َوََل تُۡعِسفُٓىْا بٌَِ َََٰ۞

    ١٣ََل َُِحبُّ ٱۡلُوۡعِسفَُِي

    11

    Q.S. Al-A’raf (7): 26. 12

    Septian Rizki Yudha, Implementasi Pakaian Muslim dan Muslimah dalam Perspektif Ajaran

    Hukum Islam dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005 di Lakukan Di Kabupaten Pesisir

    Selatan (Sekripsi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014). Hlm 2

  • Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah itu di setiap

    (memasuki) mesjid, makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan.

    Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”13

    Seperti halnya daerah Jambi, daerah yang merupakan salah satu wilayah

    provinsi yang terletak di bagian tenggara Pulau Sumatra, berbatasan dengan Riau,

    Bengkulu, Sumatra Selatan dan Sumatra Barat. Secara geografis Jambi berada di

    tengah-tengah Pulau Sumatra, menghadap ke jalur pelayaran internasional.

    Jambi memiliki berbagai macam kearifan lokal salah satunya kebudayaan

    Arab Melayu masyarakat Jambi Kota Seberang. Jambi Kota Seberang merupakan

    salah satu kampung tertua di Jambi yang terletak di Kecamatan Pelayangan, dan

    Kecamatan Danau Teluk. Lokasinya tak jauh dari Kota Jambi, hanya dibatasi oleh

    sungai terpanjang di Sumatera, sungai Batanghari. Meski dikenal juga sebagai

    kampung santri, Jambi Kota Seberang merupakan gambaran perpaduan tiga

    budaya, yakni Tionghoa, Arab dan Melayu. Perpaduan ini adalah cikal bakal

    berkembangnya budaya Arab Melayu yang menunjukkan kearifan lokal. Kearifan

    lokal menurut Rahyono (2009: 7) merupakan sebuah kecerdasan yang dimiliki

    oleh kelompok etnis tertentu, yang diperoleh melalui pengalaman etnis tersebut

    bergulat dengan lingkungan hidupnya.

    Sejalan dengan itu, Keraf dalam Suhartini (2009: 207) menegaskan bahwa

    kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau

    13

    Q.S. Al-A’raf (7): 31.

  • wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam

    kehidupan di dalam komunitas ekologis. Jadi kearifan lokal merupakan hasil dari

    masyarakat/etnis tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami

    oleh masyarakat lain. Yang manarik dari kearifan lokal Arab Melayu ini adalah

    tradisi keagamaan yang masih dilakukan oleh masyarakat setempat dan kental

    keislamannya. Beberapa perayaan tradisi keagamaan tersebut diantaranya: nginau

    (Pantangan-pantangan bagi suami-istri ketika istrinya hamil), nuak (Peringatan

    tujuh bulan kehamilan), nyukur bayi (mencukur rambut bayi), ziarah kubur massal

    (ziarah ke makam bersamasama), burdah, Nisfu Sya`Ban, hadrah atau

    kompangan, hari assyura dan musik gambus.

    Dalam hal pakaian atau busana, mereka memiliki adat tersendiri dalam hal

    berpakaian baik dalam acara tertentu maupun sehari-hari. Dalam pakaian sehari-

    hari. Dahulu muslimah melayu Jambi menggunakan dua helai kain yang menutupi

    seluruh badan dan hanya menampakkan wajah dan pergelangan tangan mereka

    dalam berpakaian. Namun disekarang ini pakaian tersebut sudah tergerus oleh

    zaman dan muslimahnyapun lebih berpakaian mengikuti tren busana,dan

    merekapun banyak masih berpakain yang melanggar norma-norma Islam dalam

    berpakaian.

    Daerah tersebut juga banyak memiliki sekolah-sekolah dan pondok

    pesantren yang berlandaskan ajaran Islam. Daerah tersebut memiliki dua

    Kecamatan, Kecamatan Danau Teluk dan Kecamatan Pelayangan. Kecamatan

    Danau Teluk memiliki lima Kelurahan yaitu Kelurahan Pasir Panjang, Kelurahan

  • Tanjung Raden, Kelurahan Tanjung Pasir, Kelurahan Olak Kemang dan

    Kelurahan Ulu Gedong.14

    Berdasarkan penelitian sebelumnya yang masih berkaitan dengan penelitian

    ini, yang dilakukan oleh Hisbatul Husna dalam penelitian yang berjudul “Analisis

    Perilaku Konsumsi Jilbab Oleh Komunitas Hijabers Di Kota Pekanbaru Di Tinjau

    Menurut Perspektif Ekonomi Islam” menyatakan bahwa dulu jilbab yang hanya

    dimanfaatkan sebagai penutup aurat dalam syariat Islam, saat ini jilbab sering

    dialih fungsikan hanya menjadi salah satu gaya berbusana agar tampak menarik.

    Kini jilbab tidak lagi dianggap sebagai sebuah kebutuhan tetapi dianggap sebagai

    sebuah trend. Padahal dalam agama Islam wanita diwajibkan memakai jilbab

    ketika sudah mencapai umur (baligh), seharusnya seorang perempuan muslimah

    menjaga dan memelihara auratnya dari perkara perkara maksiat dan dari perkara

    yang mendatangkan peluang syetan untuk membuka perangkapnya.15

    Salah satu segmen yang menarik untuk dibicarakan adalah bagaimana

    perilaku konsumsi fashion lifestyle muslimah di Jambi Seberang Kecamatan

    Danau Teluk. Berdasarkan dari wawancara dengan salah satu ulama sekaligus

    tokoh masyarakat di Jambi Seberang Kecamatan Danau Teluk, ia berpendapat

    bahwa Jambi Seberang adalah daerah yang terkenal dengan masyarakatnya yang

    Islami dan Religious dan penduduknya yang beragama Islam. Namun, masih

    banyak di temukan sebagian masyarakatnya yang berpakaian yang tidak sesuai

    dengan prinsip Islam dan hal ini masih banyak di temukan di pasar tradisional

    14

    Observasi kehidupan Masyarakat di Jambi Seberang Kecamatan Danau Teluk. November

    2018-2019. 15

    Hisbatul Husna, Op.cit.

  • Olak Kemang, dan masyarakatnya juga ada yang mengkonsumsi pakaian itu

    secara berlebihan.16

    Pendapat tersebut juga diperkuat dengan observasi sementara yang

    dilakukan di daerah tersebut, ada sebagian masyarakat khususnya wanita

    muslimnya di temukan masih banyak masyarakat yang belum menerapkan pola

    konsumsi yang secara Islam. Seperti masih di temukan sebagian wanita

    muslimnya yang memakai pakaian secara berlebih-lebihan seperti halnya banyak

    terjadi pada saat terdapat acara-acara tertentu mereka cenderung memakai pakaian

    yang tidak anjuran Islam dan mengedepankan keinginan mereka bukannya

    kebutuhan. Adanya masyarakat yang memakai pakaian yang tidak sesuai norma-

    norma Islam yaitu berpakaian yang tidak seutuhnya menutup aurat sepenuhnya.

    Hal ini berbanding terbalik dengan teori dalam etika berkonsumsi secara Islam,

    yang di antaranya terdapat prinsip moralitas dalam berkonsumsi.17

    Berdasarkan hal tersebut, peneliti memilih untuk melakukan penelitian pada

    masyarakat muslim Jambi Seberang khususnya daerah Kecamatan Danau Teluk.

    Oleh karena itu dan berdasarkan latar belakang di atas, peneliti sangat tertarik

    untuk mengadakan penelitian yang berjudul: “Perilaku Konsumsi dalam

    Fashion Lifestyle Muslimah Melayu Jambi di Kecamatan Danau Teluk.”

    16

    Wawancara dengan Irhami Kasran, salah satu toko masyarakat dan ulama’ di Jambi Seberang bertempat tinggal di Rt. 05 Kelurahan Pasir Panjang. 2 Maret 2019

    17Observasi kehidupan Masyarakat di Jambi Seberang Kecamatan Danau Teluk. November

    2018-2019.

  • B. Batasan Masalah

    Agar penelitian ini lebih jelas, fokus, terarah dan tidak meluas dari

    pembahasan yang dimaksud, maka penulis perlu membatasi ruang lingkup

    penelitian ini. batasan masalahnya. Subjek penelitian adalah muslimah melayu

    Jambi di Kecamatan Danau Teluk berusia 21-30 tahun. Sedangkan objek

    penelitian adalah perilaku konsumsi dalam fashion lifestyle muslimah melayu

    Jambi di Kecamatan Danau Teluk berusia 21-30 tahun.

    C. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pokok-pokok

    permasalah sebagai berikut:

    1. Mengapa masih ditemukan muslimah Melayu Jambi di Kec. Danau Teluk

    belum sepenuhnya konsumsi berpakain muslimah menurut syariah?

    2. Bagaimana cara konsumsi berpakaian muslimah Melayu Jambi di

    Kecamatan Danau Teluk secara syariah?

    3. Apa saja kendala yang di hadapi muslimah Melayu Jambi di Kecamatan

    Danau Teluk dalam menerapkan pakaian syariah?

    D. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditetapkan beberapa tujuan dari

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • 1. Untuk mengetahui Mengapa masih ditemukan muslimah Melayu Jambi di

    Kec. Danau Teluk belum sepenuhnya konsumsi berpakain muslimah

    menurut syariah.

    2. Untuk mengetahui cara konsumsi berpakaian muslimah Melayu Jambi di

    Kecamatan Danau Teluk secara syariah.

    3. Untuk mengetahui kendala apa yang di hadapi muslimah melayu Jambi di

    Kecamatan Danau Teluk dalam menerapkan fashion syariah.

    E. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian yang diharapkan pada penelitian ini adalah:

    1. Bagi penulis, menambah wawasan mengenai permasalahan yang penulis

    teliti.

    2. Bagi perguruan tinggi, dapat menjadi sumber rujukan referendi sebagai

    penelitian selanjutnya.

    3. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

    dasar kajian selanjutnya yang berhubungan dengan perilaku konsumsi

    dalam fashion lifestyle muslimah Melayu Jambi di Kecamatan Danau

    Teluk.

    4. Bagi masyarakat, sebagai sumber atau referensi tentang pengetahuan

    mengenai perilaku konsumsi dalam fashion lifestyle muslimah Melayu

    Jambi di Kecamatan Danau Teluk.

  • F. Kajian Teori

    a. Perilaku konsumen

    1. Definisi perilakuk konsumen

    Pengertian perilaku konsumen menurut beberapa ahli, yaitu:

    a. James F. Engel et al. (1968: 8) berpendapat bahwa:

    “Consumer behavioris defined as the acts of individuals directly involved in

    obtaining and using economic good services including the decision process

    that precede and determine these acts”.

    (perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang

    secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan mempergunakan

    barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang

    mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut)

    b. David L. Loundon dan Albert J. Della Bitta (1984: 6) mengemukakan

    bahwa:

    “consumer behavior may be defined as decision process and physical

    activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using or

    disposing of goods and services”

    (perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan

    keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses

    mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan

    barang-barang dan jasa)

    Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku

    konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu,

  • kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan

    keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa

    ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan.18

    b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

    Menurut Philip Kotler ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi

    perilaku konsumen dalam hal pembelian suatu barang atau jasa yaitu :

    a. Faktor Kebudayaan

    Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan

    dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya bertindak

    berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari.

    b. Faktor Sosial

    1) Kelompok Referensi

    Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang

    mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap

    atau perilaku seseorang. Para pemasar berusaha mengidentifikasi

    kelompok-kelompok referensi dari konsumen sasaran mereka.

    2) Keluarga

    Keluarga dalam budaya yang cenderung kolektif sangat menentukan

    perilaku, pilihan produk dan aktifitas pembelian. Dari keluarganya

    konsumen belajar dan bersosialiaasi untuk menjadi konsumen kelak di

    kemudian hari.

    3) Peran dan Status

    18

    Anwar Prabu Mangkunegara, Perilaku Konsumen, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005).

    hlm. 3-4.

  • Posisi seseorang dalam tiap kelompok dapat ditentukan dari segi peran

    dan status. Tiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan

    umum oleh masyarakat.

    c. Faktor Pribadi

    1) Umur dan Tahapan dalam Siklus Hidup

    Orang akan mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang

    kehidupan mereka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai

    dengan usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga.

    2) Pekejan

    Setiap orang memiliki cita-cita tertentu tentang pekerjaannya. Namun,

    banyak yang tidak dapat merealiaasikan cita-cita itu. Orang bisa bekerja

    sesuai dengan cita-citanya atau tidak, namun yang jelas ia memerlukan

    barang-barang yang sesuai pekerjaannya.

    3) Keadaan Ekonomi

    Keadaan ekonomi seseorang akan besar pengaruhnya terhadap pilihan

    produk. Keadaan ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat

    dibelanjakan (tingkatannya, kestabilannya, dan pola waktu), tabungan

    dan milik kekayaan, kemampuan meminjam, dan sikapnya terhadap

    pengeluaran lawan menabung.

    4) Gaya Hidup

    Gaya hidup seseorang, adalah pola hidup seseorang dalam dunia

    kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan

    pendapat yang bersangkutan. Artinya, pemasar biasa menganalisis gaya

  • hidup seseorang dari bagaimana orang itu beraktivitas yaitu menjalankan

    tuntutan pekedaannya, memenuhi hasratnya untuk melakukan berbagai

    hobinya, berbelanja, maupun melakukan olahraga kegemaranya.

    5) Kepribadian dan Konsep Diri

    Kepribadian berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik yang

    paling dalam pada diri manusia, perbedaan karateristik tersebut

    menggambarkan ciri unik dari masing-masing individu. Perbedaan

    karakteriatik akan mempengaruhi respon individu terhadap

    lingkungannya secara konsiaten. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan

    ciri-ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, perbedaan,

    kondiai sosial, dan kemampuan beradaptasi.

    d. Faktor Psikologi

    1) Motivasi

    Motivasi adalah dorongan kebutuhan yang menyebabkan seseorang

    melakukan tindakan. Kebanyakan dari kebutuhan kebutuhan yang ada

    tidak cukup kuat untuk memotivasi seseorang untuk bertindak pada suatu

    saat tertentu. Para ahli psikologi telah mengembangkan teori motivasi

    pada manusia.

    2) Persepsi

    Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,

    mengorganiasasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan

    suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Faktor-faktor persepsi ini

    yaitu perhatian, gangguan dan mengingat kembali yang selektif berarti

  • bahwa para pemasar harus bekerja keras agar pesan yang disampaikan

    diterima.

    3) Proses Belajar

    Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang

    timbul dari pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia diperoleh dengan

    dipelajari.

    4) Kepercayaan dan Sikap

    Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang

    terhadap sesuatu. Melalui tindakan dan proses belajar, orang akan

    mendapatkan kepercayaan dan sikap yang kemudian mempengaruhi

    perilaku pembeli.

    Sedangkan dalam perilaku konsumen muslim faktor yang menentukan

    dalam perilaku konsumsinya adalah kecerdasan dalam membuat suatu

    pilihan antara manfaat konsumsi itu sendiri dengan balasan yang akan

    diterima di akhirat nanti. Hal ini tentu dilandasi pemahaman bahwa

    kehidupan didunia bukan akhir dari segalanya, tetapi hanya sebagai

    washilah untuk kehidupan yang kekal abadi di akhirat.

    Dengan demikian seorang muslim dalam perilaku konsumsinya akan

    dipengaruhi faktor akidah, ibadah, akhlak dan keseimbangan. Makna

    ibadah tidak hanya dipahami sebagai pelaksanaan kewajiban ibadah

    ritual saja. Namun melakukan amal kebaikan juga ibadah, memberi

    manfaat kepada yang lain adalah ibadah. Faktor keseimbangan dalam

    berkonsumsi juga penting karena dalam Islam konsumen muslim

  • dianjurkan untuk tidak berlebih-lebihan dan dapat mengalokasikan.

    pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan duniawi dan juga

    ukhrawinya19

    c. Konsumsi dalam perspektif Islam

    1. Teori konsumsi

    Pakar ekonomi memberikan pandangannya dalam mendefinisikan

    konsumsi, terdapat perbedaan di antara para pakar ekonom, namun

    konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang dan jasa

    untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ekonomi Islam, di dalamnya terdapat

    pengertian konsumsi yang sama, tapi memiliki perbedaan dalam setiap yang

    melingkupinya. Perbedaan yang mendasar dengan konsumsi ekonomi

    konvensional adalah tujuan pencapaian dari konsumsi itu sendiri, cara

    pencapaiannya harus memenuhi kaidah pedoman syariah Islamiyyah.20

    Teori Konsumsi Menurut Pendapat Ilmuwan

    a) Abu Abdillah Muhammad bin Al-Hasan bin Farqad Al-Syaibani

    Apabila manusia telah merasa cukup dari apa yang dibutuhkan kemudian

    bergegas pada kebajikan, sehingga mencurahkan pehatiannya pada urusan

    akhiratnya adalah lebih baik bagi mereka. Pendapat ini diartikan bahwa,

    seorang muslim berkonsumsi dalam kondisi yang cukup (kifayah), bukan

    kondisi susah dan meminta-minta (kafafah). Beliau menyeruhkan agar

    manusia hidup dalam kecukupan, baik untuk diri sendiri maupun untuk

    keluarganya. Beliau juga menyatakan bahwa sifat-sifat kaya berpotensi

    19

    Hisbatul Husna, Op.cit 20

    Ummi Hani, Teori Konsumsi dalam Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional(Analisis

    perbandingan), (Sekripsi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pare-Pare [2017]), hlm. 27

  • membawa pemiliknya hidup dalam kemewahan. Berdasarkan hal ini, tidak

    ada penentangan gaya hidup lebih dari cukup selama harta tersebut hanya di

    pergunakan untuk kebaikan.

    b) Al-Ghazali

    Kesejahteraan (maslahah) dari suatu masyarakat tergantung pada

    pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar yakni agama, hidup atau jiwa,

    keluarga atau keturunan, harta atau kekayaan, dan akal. Al-Ghazali (1100

    M) mendefinisikan aspek ekonomi dan fungsi kesejahteraan sosialnya

    dalam kerangka sebuah hierarki utilitas individu dan sosial yang tripartite,

    yakni kebutuahan pokok (daruriyat), kebutuahan kesenangan atau

    kenyamanan (hajiyat), dan kebutuhan mewah (tahsiniyat).21

    c) Muhammad Abdul Mannan

    Mannan (1970 M) berpendapat bahwa, konsumsi adalah permintaan

    sedangkan produksi adalah penyediaan atau penawaran. Kebutuhan

    konsumen yang kini telah diperhitungkan sebelumnya, merupakan insentif

    pokok bagi kegiatan-kegiatan ekonominya sendiri. Lebih lanjut, Mannan

    mengatakan semakin tinggi kita menaiki jenjang peradaban, semakin kita

    terkalahkan oleh kebutuhan fisiologis karena faktor-faktor psikologis, cita

    rasa seni, keangkuhan, dorongan-dorongan untuk pamer semua faktor ini

    memainkan peran yang semakin dominan dalam menentukan bentuk

    rahiriyah konkrit dari kebutuhan-kebutuhan fisiologis kita. Seperti halnya

    dalam suatu masyarakat primitive, konsumsi sangat sederhana, karena

    21

    Munawwarah Huzaemah, Teori Konsumsi dalam Ekonomi Mikro(Analisis Kritis Dalam

    Perspektif Ekonomi Islam), (Sekripsi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016). hlm.

    65.

  • kebutuhannya sangat sederhana. Sebaliknya, peradaban modern telah

    menghancurkan kesederhanaan tersebut dengan berbagai kebutuhan.

    Jadi, dari definisi di atas dapat di pahami bahwa konsumsi adalah suatu

    aktifitas memakai atau menggunakan suatu produk barang atau jasa yang

    telah dihasilkan oleh para produsen atau konsumsi juga berarti segala

    tindakan menghabiskan atau mengurangi nilai guna barang dan jasa demi

    terpenuhi kebutuhan.

    Secara ekonomi, tindakan pertama yang dilakukan seseorang apabila

    memperoleh pendapatan atau kekayaan merupakan membelanjakan atau

    mengeluarkannya untuk memenuhi berbagai kebutuhan, baik untuk dirinya,

    ataupun untuk keluarganya. Tindakan lebih lanjut adalah mempergunakan

    barang-barang itu, baik yang sekali habis dipakai maupun tidak, tindakan ini

    disebut dengan tindakan konsumsi.22

    2. Prinsip-prinsip konsumsi

    Perintah Islam mengenai konsumsi di kendalikan oleh lima prinsip

    konsumsi yaitu:23

    Pertama, kehalalan dan thayyib. Prinsip ini mengandung pengertian

    bahwa mengkonsumsi segala sesuatu harus yang dihalalkan dan dengan cara

    yang baik (halalan thayyiban) (QS. Al-Baqarah [2]: 75). Secara harfiah,

    halal arti asalnya adalah lepas atau tidak terikat. Sedangkan thayyib berarti

    baik, bagus (al-hasan), sehat (al-mu‟afah), dan lezat (al-ladzidz).

    22

    Havis Aravik, Ekonomi Islam ( Malang: Eptadua, 2016). hlm.114-115. 23

    Muhammad Abdul Mannan, Ekonomi Islam:Teori dan Praktek, Perj. Potan Arif Harahap

    (Jakarta, PT.Intermasa, 1992). hlm. 45.

  • Setiap individu dibatasi oleh aturan-aturan syariat, dimana ada beberapa

    barang yang tidak boleh di konsumsi karena ada suatu alasan tertentu,

    barang ini hukumnya adalah haram. Sehingga konsumen hanya boleh

    mengkonsumsi barang atau objek yang halal, baik produknya maupun

    prosesnya. Oleh karenanya, hanya produk yang halal dan thayyib (yang

    mendatangkan kebaikan) yang bisa dikonsumsi oleh seorang konsumen

    dalam aktivitas sehari-hari. Semakin banyak barang/jasa halal-thayyib yang

    dikonsumsi, maka akan semakin besar pula berkah yang akan di terima.

    Berkah bagi konsumen ini juga akan berhubungan secara langsung dengan

    besarnya manfaat dari barang/jasa yang dikonsumsi.24

    Kedua, prinsip kesederhanaan. Hidup sederhana adalah tradisi Islam

    yang mulia, baik dalam membeli makanan, minuman, pakaian, dan

    kediaman, atau dalam segi kehidupan apapun.25

    memerintahkan manusia

    untuk lebih efisien dalam menggunakan pendapatannya dan tidak boleh

    menghambur-hamburkan hartanya, karena itu adalah perbuatan mubazir dan

    dapat merusak keseimbangan sosial, kesejahteraan dan akan berakibat pada

    kemiskinan dan kehinaan.

    Prinsip makan dan minum secukupnya adalah gaya hidup yang

    diinginkan dalam Islam. Gaya hidup berlebih-lebihan merupakan ciri khas

    masyarakat yang tidak mengenal tuhan, dikutuk dalam Islam dan disebut

    dengan israf (pemborosan) atau tabzir (menghambur-hamburkan harta tanpa

    24

    Havis Aravik, Op.cit. hlm. 117-118 25

    Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta, Gema Insani Press, 1997). hlm.

    149.

  • guna). Tabzir berarti menggunakan harta dengan cara yang salah, tanpa

    aturan, dan melanggar syariat.

    Pemborosan berarti penggunaan harta secara berlebih-lebihan untuk hal-

    hal yang melanggar hukum dalam hal seperti, makan, pakaian, tempat

    tinggal bahkan sedekah. Ajaran Islam menganjurkan pola konsumsi dan

    pengunaan harta secara wajar dan berimbang, yakni pola yang terletak

    diantara kekikiran dan pemborosan. Konsumsi di atas dan melampaui

    tingkat moderat (wajar) di anggap israf dan tidak di senangi Islam.

    Ketiga, prinsip kebersihan, prinsip ini mengandung arti bahwa setiap

    mengkonsumsi sesuatu harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak

    mengandung riba, tidak kotor/najis dan tidak menjijikkan sehingga merusak

    selera. Artinya, tidak semua diperkenankan boleh dimakan dan diminum

    dalam semua keadaan, kecuali yang bersih dan bermanfaat.

    Prinsip ini juga bermakna bahwa makan dan minum yang akan

    dikonsumsi bukan dari hasil suap. Ibnu Umar berkata; “Nabi melaknat

    penyuap dan yang disuap, yazid menambah; Allah melaknat penyuap dan

    disuap.”(HR. Ahmad).

    Menyuap dalam masalah hukum adalah memberikan sesuatu baik berupa

    barang maupun lainnya dengan tujuan tertentu. Suap menyuap berbahaya

    karena merusak tatanan atau sistem yang ada di masyarakat, dan

    melecehkan orang lain. Oleh sebab itu, Islam melarang perbuatan tersebut

    dan termasuk dosa besar yang dilaknat oleh Allah. Harta yang diterima dari

  • suap menyuap tergolong harta yang diperoleh melalui jalan bathil, sehingga

    diharamkan untuk dikonsumsi.

    Keempat, prinsip kemurahan hati. Prinsip ini mengandung pengertian

    bahwa dengan menaati perintah Islam tidah ada bahaya maupun dosa ketika

    kita memakan dan memimum makanan halal yang disediakan Allah karena

    kemurahan hati-nya. Selama maksudnya adalah untuk kelangsungan hidup

    dan kesehatan yang lebih baik dengan tujuan menunaikan perintah Allah

    dengan keimanan yang kuat dalam tuntutan-nya dan perbuatan adil sesuai

    dengan itu yang menjamin persesuaian dari semua perintah-nya.26

    Kelima, prinsip moralitas. Prinsip ini mengandung pengertian bahwa

    konsumsi terhadapa suatu barang, maka dalam rangka menjaga martabat

    manusia yang mulia, berbeda dengan mahluk Allah lainnya. Sehingga dalam

    mengkonsumsi harus menjaga adab dan etika (tertib) yang disunahkan oleh

    Nabi Muhammad SAW.27

    bukan hanya mengenai makanan dan minuman

    langsung tetapi dengan tujuan terakhirnya, yakni untuk peningkatan atau

    kemajuan nilai-nilai moral dan spiritual. Seseorang muslim diajarkan untuk

    menyebut nama Allah sebelum makan dan menyatakan terima kasih kepada-

    nya setelah makan. Demikian ia akan merasakan kehadiran Ilahi pada waktu

    memenuhi keinginan-keinginan fisiknya. Hal ini penting artinya karena

    Islam menghendakai perpaduan nilai-nilai hidup material dan spiritual yang

    berbahagia.28

    26

    Havis Aravik, Op.cit. hlm. 120-123. 27

    Lukman Hakim, Op.cit. hlm. 99. 28

    Havis Aravik, Op.cit. hlm. 123.

  • 3. Etika konsumsi

    Qardhawi (1997), seorang ulama Mesir paling disegani saat ini

    menyampaikan beberapa norma dasar yang hendaknya menjadi landasan

    dalam perilaku konsumsi seorang muslim yang beriman. Norma dasar

    tersebut ialah membelanjakan harta dalam kebaikan dan menjauhi sifat

    kikir, tidak melakukan kemubadziran dan kesederhanaan.29

    Etika konsumsi Islam berarti seseorang ketika mengkonsumsi barang-

    barang atau rezeki harus dengan cara yang halal dan baik. Artinya,

    perbuatan yang baik dalam mencari barang-barang atau rezeki baik untuk

    dikonsumsi maupun diproduksi adalah bentuk ketaatan terhadap Allah

    SWT. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:

    هُ ٌۡ ۡغفَِسٗة هِّ ُ ََِعُدُكن هَّ ُي ََِعُدُكُن ٱۡلفَۡقَس َوََۡأُهُسُكن بِٱۡلفَۡحَشآِءۖ َوٱّللَّطََٰ ُۡ ٱلشَّ

    ِظٌع َعلُِن وَ ُ َوَٰ ٦٢٢فَۡضٗٗلۗ َوٱّللَّArtinya:"Wahai umat manusia, makanlah apa yang ada di bumi dengan

    cara yang sah dan baik.”30

    Berdasarkan hal tersebut, orang mu'min berusaha mencari kenikmatan

    dengan menaati perintah-perintah-Nya dan memuaskan dirinya sendiri

    dengan barang-barang dan anugerah-anugerah yang dicipta Allah untuk

    umat manusia. Konsumsi dan pemuasan kebutuhan tidak dikutuk dalam

    Islam selama keduanya tidak melibatkan hal-hal yang tidak baik atau

    merusak. 31

    Allah SWT. Berfirman dalam Al-Qur'an:

    29

    Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islam, (Yogyakarta, Ekonisia 2003) hlm. 139. 30

    Q.S. Al-Baqarah (2) : 268. 31

    Zuliana, Op.cit. hlm. 29-30.

  • ِس ًَۡفٍط أَۡو ُۡ ا بَِغ ِءََل أًََّهُۥ َهي قَتََل ًَۡفَعَۢ ٓ ٍٓ إِۡظَسَٰ ًَٰ بٌَِ لَِك َكتَۡبٌَا َعلَِهۡي أَۡجِل َذَٰ

    فََعاٖد فٍِ ٱۡۡلَۡزِض فََكأًَََّوا قَتََل ٱلٌَّاَض َجِوُٗعا َوَهۡي أَۡحَُاهَا فََكأًَََّوآ أَۡحَُا

    لَِك ٱلٌَّاَض َجِوُٗعاْۚ َولَقَۡد َجآَءتۡ هُن بَۡعَد َذَٰ ٌۡ ِت ثُنَّ إِىَّ َكثُِٗسا هِّ ََٰ هُۡن ُزُظلٌَُا بِٱۡلبٌَُِّ

    ١٦فٍِ ٱۡۡلَۡزِض لَُوۡعِسفُىَى Artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel,

    bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena

    orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat

    kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh

    manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan

    seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan

    manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka

    rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas.

    Kemudian, banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh

    melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi"32

    Setiap seorang mukmin dilarang untuk berlebih-lebihan dalam

    mengkonsumsi suatu barang atau jasa karena hal tersebut tidaklah termasuk

    ciri khas manusia yang tidak mengenal tuhannya, dikutuk dalam Islam

    disebut juga dengan Israf (pemborosan) atau tabzir (menghamburhamburkan

    harta tanpa guna). Pemaknaan tabzir didalam kontek kekinian akan lebih

    luas lagi yaitu seseorang yang melakukan tindak penyuapan, korupsi atau

    sogok-menyogok juga termasuk pada tatanan tabzir.33

    32

    Q.S. Al-Maidah (7) : 32. 33

    Almizan, Konsumsi Menurut Ekonomi Islam dan Kapitalis (Institut Agama Islam Negeri

    Imam Bonjol Padang, Vol, 1. No. 1. 2016). hlm 7.

  • 4. Tujuan konsumsi

    Manusia mengkonsumsi barang pastilah mempunyai tujuan tertentu.

    Tujuan konsumsi adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia serta

    tujuan utama pemenuhan kebutuhan utama umat Islam adalah sebagai

    sarana penolong untuk beribadah kepada Allah.34

    Pemenuhan kebutuhan

    (konsumsi) dengan niat untuk meningkatkan stamina dalam bingkai

    ketaatan dan pengabdian kepada Allah akan menjadikannya bernilai ibadah

    yang berpahala. Tujuan tersebut merupakan kerangka besar (big frame) dari

    tujuan penciptaan manusia, termasuk segala aktivitas yang dilakukannya di

    muka bumi berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan atau konsumsinya di

    muka bumi.

    Berdasarkan hal demikian, aktivitas konsumi merupakan salah satu

    aktivitas ekonomi manusia yang bertujuan meningkatkan ibadah dan

    keimanan kepada Allah dalam rangka mendapatkan kebahagiaan,

    kedamaian dan kesejahteraan akhirat (falah), baik dengan membelanjakan

    uang atau pendapatannya untuk keperluan dirinya maupun untuk amal

    shaleh bagi sesamanya. Hal ini jelas berbeda dengan tujuan konsumsi dalam

    ekonomi konvensional yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan hidup

    yang jumlahnya tidak terbatas dengan tujuan memperoleh kepuasan yang

    maksimal, dengan menggunakan penghasilan yang jumlahnya terbatas.35

    Ada dua macam tujuan konsumsi dalam Islam yaitu:

    34

    Ummi Hani, Op.cit. hlm. 28. 35

    Havis Aravik, Op.cit,. hlm. 125-126.

  • Pertama Tujuan Materil, Adapun tujuan materil dari perilaku konsumsi

    dalam pandangan Islam adalah dapat mendatankan kesehatan fisik,

    menjaga, menutup aurat dan memberikan kenyamanan hidup.

    Kedua Tujuan Spiritual, Adapun tujuan spiritual dari perilaku konsumsi

    dalam pandangan Islam adalah Pembentukan jiwa syukur akan karunia

    Allah dan pembentukan ahli ibadah yang bersyukur.36

    Namun terdapat tujuan utama dalam Islam yaitu tercapainya maslahah

    yaitu selamat di dunia dan di akhirat. Demi mencapai kemaslahatan maka

    manusia harus mendasarkan segala aktivitasnya pada nilai-nilai agama serta

    segala hal yang dicontohkan Rasulullah.37

    d. Fashion dalam pandangan Islam

    1. Definisi fashion

    Pengertian fashion atau busana adalah segala sesuatu yang dikenakan

    pada tubuh, baik dengan maksud melindungi tubuh maupun memperindah

    penampilan tubuh. Busana pada umumnya suatu ekspresi atau ungkapan

    pribadi yang tidak selalu sama untuk setiap orang. Perubahan mode yang

    menyangkut busana akan terjadi lebih cepat dibandingkan dengan

    perubahan kebudayaan secara keseluruhan. Dalam dunia fashion terdapat

    istilah fashionable dan unfashionable untuk menjelaskan apakah seseorang

    tersebut mengikuti perkembangan mode terbaru atau tidak.38

    36

    Andi Bahri, Op.cit, hlm. 363-364. 37

    Ima Amalia, at al, Etika Konsumsi Islam dari Pegawai SMU di Kota Bandung, (Vol, 31, No.

    1. 2015), hlm. 48. 38

    Wasia Roesbani dan Roesmini Soerjaatmadja, Pakaian Pengetahuan, Jakarta: Balai Pustaka, 1984, hal 1

  • Pakaian menurut isltilah adalah “segala sesuatu yang dikenakan

    seseorang dalam berbagai ukuran dan modenya berupa baju, celana, sarung,

    jubah, ataupun yang lain, sesuaikan dengan kebutuhan pemakainya untuk

    suatu tujuan yang bersifat khusus ataupun umum. Adapun tujuan

    berpakaian:

    b. Tujuan khusus yaitu : “pakaian yang lebih berorientasi kepada nilai

    keindahan, sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaian.”

    c. Tujuan umum yaitu : “pakaian yang lebih berorientasi kepada keperluan

    menutup atau melindungi bagian tubuh yang perlu ditutup atau

    dilindungi, baik menurut kepatutan agama ataupun adat.”39

    2. Tata cara berpakaian

    Pakaian manita muslim menanamkan tradisi yang universal dan

    fundamental untuk mencegah kemerosotan moral dengan menutup

    pergaulan bebas. Hal ini sebagai mana yang dikatakan oleh Fuad M

    Fachruddin (1991M) yang mengatakan bahwa pakaian yang dikenakan

    seorang muslimah bukan hannya menutup badan saja, melaikan harus

    menghilangkan rasa birahi yang menimbulkan syahwat.

    Ada delapan tata cara dalam menutup aurat dalam Islam:

    1. Pakaian itu mestilah menutup aurat.

    2. Pakaian itu tidak terlalu tipis sehingga tampak bayangan tubuh dari

    luar.

    3. Pakaian itu tidak ketat atau sempit.

    39

    Syarifah Habibah, Sopan Santun Berpakaian dalam Islam (Jurnal Vol. 2. No. 2.), hlm. 66.

  • 4. Warna pakaian itu suram atau gelap, seperti warna hitam atau kelanu

    asap. Tujuannya adalah agar lelaki tidak bernapsu melihatnya

    (terutamanya pakaian seperti jilbab dan kebaya).

    5. Tidak memakai wangi-wangian, pakaian jangan sekali-kali

    disemerbakkan dengan bau-bauan yang harum, demikian juga tubuh

    wanita itu, karena bau-bauan ini menimbulkan pengaruhnya atas

    nafsu laki-laki.

    6. Tidak seperti pakaian laki-laki, pakaian itu tidak bertashabbuh

    pakaian laki-laki.

    7. Pakaian itu tidak bertashabbuh dengan pakaian perempuan-

    perempuan kafir dan musyrik.

    8. Pakaian itu bukanlah libasu sh-shuhrah, yakni pakaian untuk

    bermegah-megahan, untuk menunjuk-nunjuk atau bergaya.40

    3. Fungsi berpakaian muslim

    Pakaian (sandang) adalah salah satu kebutuhan pokok manusia di

    samping makanan (pangan) dan tempat tinggal (papan). Selain berfungsi

    menutup tubuh, pakaian juga dapat merupakan pernyataan lambang status

    seseorang dalam masyarakat. Sebab berpakaian ternyata merupakan

    perwujudan dari sifat dasar manusia yang mempunyai rasa malu sehingga

    berusaha selalu menutupi tubuhnya.

    Oleh karena itu, betapapun sederhana bentuknya tapi usaha untuk

    menutupi tubuh itu masih ada. Misalnya, orang Irian Jaya yang memakai

    40

    Septian Rizki Yudha, Imflementasi Pakaian Muslim dan Muslimah dalam Perspektif Hukum

    Islam dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005 di Kabupaten Pesisir Selatan (Jurnal,

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014), .hlm. 16-17.

  • koteka untuk laki-laki dan sali lokal untuk perempuannya. Busana tersebut

    hanya menutupi bagian-bagian tertentu dari tubuh yang dianggap vital.

    Namun, bangsa yang menganggap diri mereka berbudaya pun sering tak

    segan-segan untuk menanggalkan busana mereka. Semakin minim, semakin

    seksi, dianggap menjadi semakin menarik. Itulah akibat jika berpakaian

    hanya berdasarkan budaya masyarakat dan mengikuti mode saja.41

    G. Tinjauan Pustaka

    Tabel 1.1

    Penelitian Terdahulu

    No. Nama

    Peneliti/Tahun

    Judul Penelitian Metode

    Penelitian

    Kesimpulan

    1. Amri

    Amir/2016

    Pola dan Prilaku

    Konsumsi

    Masyarakat

    Muslim di

    Provinsi Jambi

    (Telaah

    Berdasarkan

    Tingkat

    Pendapatan dan

    Keimanan)42

    Kualitatif Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa:

    1. Rata-rata pengeluaran keluarga

    muslim di Provinsi

    Jambi untuk pangan

    per bulan mencapai

    43,48 persen dari total

    pengeluaran keluarga

    dan non pangan

    mencapai 56,52 persen

    dari total pengeluaran.

    2. Tingkat pendidikan, tingkat

    pendapatan, tingkat

    keimanan keluarga

    muslim di Jambi

    mempunyai hubungan

    yang kuat dengan

    pengeluaran untuk

    pangan dan

    41

    Ahmad Fauzi, Op.cit. hlm. 53 42

    Amri Amir, Pola dan Prilaku Konsumsi Masyarakat Muslim di Provinsi Jambi (Telaah

    Berdasarkan Tingkat Pendapatan dan Keimanan), (Jurnal Perspektif Pembiayaan dan

    Pembangunan Daerah, 2016), hlm. 73.

  • keagamaan.

    2. Yolanda Hani

    Putriani/2015

    Pola Perilaku

    Konsumsi Islami

    Mahasiswa

    Muslim Fakultas

    Ekonomi dan

    Bisnis Universitas

    Airlangga di

    tinjau dari tingkat

    Religious43

    Kualitatif Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa:

    1. Tidak terdapat

    perbedaan antara

    mahasiswa Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Airlangga

    bidang studi

    Ekonomi Islam,

    Akuntansi, Ilmu

    Ekonomi

    dan Manajemen dalam

    berperilaku

    konsumsi Islami.

    2. Mahasiswa Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Airlangga

    memiliki pola

    konsumsi dan tingkat

    religiusitas yang

    Islami walaupun

    sebagian dari mereka

    tidak mempelajari

    konsumsi Islami.

    3. Zulfikar

    Alkautsar/2014

    Implementasi

    pemahaman

    konsumsi islam

    pada perilaku

    konsumsi

    konsumen

    Muslim44

    Kualitatif Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa:

    1. Mahasiswa program

    studi ekonomi Islam

    Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis Universitas

    Airlangga yang

    memiliki pemahaman

    konsumsi Islam

    mengimplementasikan

    pemahaman

    tersebut pada perilaku

    konsumsinya dalam

    kehidupan sehari-hari

    2. Secara umum,

    43

    Yolanda Hani Putriani, Pola Perilaku Konsumsi Islami Mahasiswa Muslim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga di Tinjau dari Tingkat Religious (Jurnal Ekonomi

    dan Bisnis 2015), hlm. 570. 44

    Zulfikar Alkautsar, Implementasi Pemahaman Konsumsi Islam Pada Perilaku Konsumsi

    Konsumen Muslim (Sekripsi Universitas Airlangga [2014]), hlm. 736.

  • mahasiswa program

    studi ekonomi Islam

    Fakultas Ekonomi

    dan Bisnis Universitas

    Airlangga merasakan

    perbedaan pada

    perilaku konsumsi

    mereka kini dengan

    perilaku konsumsi

    mereka saat belum

    mengetahui teori

    konsumsi Islam, yakni

    lebih memperhatikan

    kehalalan produk

    yang akan dikonsumsi

    baik berupa sifat zat,

    cara pengolahan

    produk, dan

    cara memperolehnya.

    Kemudian proporsional

    dalam berkonsumsi

    yakni

    dengan mendahulukan

    apa yang menjadi

    kebutuhan utama

    daripada memuaskan

    keinginan yang

    merupakan dorongan

    hawa nafsu.

    3. Implementasi

    pemahaman unsur halal

    dalam konsumsi Islam

    oleh para

    mahasiswa diwujudkan

    melalui

    pemeriksaan label pada

    kemasan

    produk yang akan

    dikonsumsi,

    rekomendasi dari

    teman yang telah

    mengkonsumsi produk

    tersebut,

    memperhatikan fungsi

    dari produk

    yang akan dibeli

  • apakah sesuai

    dengan hukum Islam

    atau tidak, dan

    menanyakan langsung

    pada pramuniaga di

    tempat penjualan

    produk tersebut.

    4. Implementasi

    pemahaman unsur

    proporsional dalam

    berkonsumsi oleh

    para mahasiswa

    diwujudkan melalui

    pembuatan prioritas

    konsumsi sebagai

    cara untuk

    mendisiplinkan diri

    dalam pembelanjaan

    uang yang mereka

    miliki dan menghindari

    untuk berhutang.

    5. Implementasi

    pemahaman unsur

    prioritas kebutuhan

    dalam berkonsumsi

    oleh para mahasiswa

    diwujudkan dalam

    bentuk pembuatan pos-

    pos pengeluaran yang

    telah diatur

    sedemekian rupa

    sehingga uang yang

    semestinya digunakan

    untuk suatu

    kebutuhan tidak ikut

    terpakai untuk

    memenuhi kebutuhan

    lainnya.

    6. Implementasi

    pemahaman unsur

    konsumsi sosial oleh

    para mahasiswa

    diwujudkan dalam

    bentuk pelaksanaan

    sedekah/infak yang

    direncakan tiap awal

  • bulan setelah

    mendapatkan uang

    bulanan dari orang tua.

    4. Bagus

    Baidhowi/2014

    Implementasi

    konsumsi Islami

    pada pengajar

    pondok pesantrent

    (stadi kasus pada

    pengajar pondok

    pesantren Al-

    Aqobah

    Kecamatan

    Diwek Kabupaten

    Jombang)45

    Kualitatif Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa:

    1. Mengolah dengan

    zat yang halal dan

    membelanjakan dijalan

    Allah SWT tidak untuk

    judi dan foya-foya. Hal

    ini mereka lakukan

    sejalan dengan

    tuntunan syariat Islam

    bahwa salah satu syarat

    utama konsumsi Islami

    harus halal dan thayyib.

    2. Tidak boros dalam

    membelanjakan harta

    karena mereka lebih

    mementingkan

    kebutuhan daripada

    keinginan. Hal ini

    mereka lakukan sejalan

    dengan tuntunan syariat

    Islam bahwa salah satu

    syarat utama konsumsi

    Islami dengan tidak

    berlebih lebihan.

    3. Tidak hidup mewah

    dan menonjolkan

    kekayaan

    4. Menyeimbangkan

    antara konsumsi

    duniawi dan konsumsi

    akhirat.

    5. Hisbatul

    Husna/2014

    Analisis Perilaku

    Konsumsi Jilbab

    Oleh Komunitas

    Hijabers Di Kota

    Pekanbaru Di

    Tinjau Menurut

    Kualitatif Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa:

    1. Faktor-faktor yang

    mempengaruhi

    Komunitas Hijabers di

    Kota Pekanbaru dalam

    45

    Bagus Baidhowi , Implementasi konsumsi Islami pada pengajar pondok pesantrent (stadi kasus pada pengajar pondok pesantren Al-Aqobah Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang), jurnal

    ekonomi dan bisnis, 2014, hlm. 610.

  • Perspektif

    Ekonomi Islam46

    mengkonsumsi jilbab

    adalah karena tidak

    ingin ketinggalan

    zaman, ingin

    mempercantik diri,

    ingin tampil lebih

    modis, dan agar orang

    yang memakai jilbab

    tidak dianggap

    membosankan.

    2. Analisa perilaku

    konsumsi jilbab oleh

    komunitas hijabers di

    kota pekanbaru yaitu

    masih minimnya dalam

    memahami kriteria

    jilbab yang

    sesuai dengan syariat

    Islam. Makna jilbab

    yang di jelaskan oleh

    responden adalah jilbab

    yang dapat menutup

    aurat. Pada

    kenyataannya jilbab

    hanya dianggap sebagai

    sebuah aturan bukan

    lagi sebuah kebutuhan.

    3. Menurut perspektif

    Ekonomi Islam

    perilaku konsumsi

    jilbab oleh

    komunitas hijabers di

    kota pekanbaru tidak

    sesuai dengan prinsip-

    prinsip konsumsi dalam

    Islam. Jika

    dihubungkan dengan

    prinsip konsumsi Islam

    yang ada, yaitu

    keadilan dan kehalalan,

    kebersihan,

    kesederhanaan, murah

    hati dan juga moralitas.

    46

    Hisbatul Husna, Analisis Perilaku Konsumsi Jilbab Oleh Komunitas Hijabers di Kota

    Pekanbaru di Tinjau Menurut Perspektif Ekonomi Islam, (Sekripsi, Ekonomi Islam. 2014).

  • Prinsip yang paling

    dominan adalah prinsip

    moralitas dan

    kesederhanaan, karena

    apa yang mereka

    konsumsi dalam hal

    tren jilbab tidak

    sepenuhnya sesuai

    dengan syari’at Islam,

    cenderung kepada Israf

    (Pemboros), Tabzir,

    kebakhilan, kekikiran

    dan berlebih

    lebihan.

    Penelitian terdahulu yang telah penulis jelaskan, merupakan suatu

    pertimbangan dalam pembuatan penelitian. Hal ini agar tidak adanya kesamaan

    dalam penelitian yang penulis lakukan. Secara garis besar penelitian terdahulu

    yang penulis tulis menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan didalam

    masyararakat dan dalam lingkungan Siswa dan Mahasiswa yang tinjauan

    penelitiannya dilihat dari segi keimanandan pendapatan. Namun penelitian yang

    saya lakukan adalah penelitian didalam masyarakat yang dilihat dari konsumsi

    barang berupa pakaian berdasarkan syariat Islam.

    Sumber : Penelitian Terdahulu

  • BAB II

    METODE PENELITIAN

    A. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Jambi Seberang Kecamatan Danau Teluk. Lokasi

    ini dipilih karena masyarakatnya yang keseluruhan beragama Islam. Namun,

    masih terdapat permasalah di bidang konsumsi Fashion berpakaian muslimahnya.

    Penelitian ini dimulai sejak September 2018.

    B. Metode Pendekatan

    Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    secara kualitatif. Menurut Sugiyono menyatakan bahwa penelitian kualitatif

    adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

    alamia, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai

    instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive

    sampling.47

    C. Jenis dan Sumber Data

    Ada dua jenis data dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder.

    Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh

    penelitinya atau orang yang bersangkutan dilapangan.48

    Data primer yaitu data

    yang diperoleh dari responden melalui pengukuran langsung, kuesioner.

    Kelompok panel atau data hasil wawancara dengan narasumber. Berdasarkan

    penjelasan diatas, peneliti disini menggunakan data primer, dimana peneliti harus

    47

    Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),

    (Bandung ; Alfabeta, 2017), hlm. 15. 48

    Nur Asnawi, Metodologi Riset Manajemen Pemasaran (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2011), hal 153.

  • terjun langsung di tengah masyarakat Jambi Seberang Kecamatan Danau Teluk

    untuk melakukan interaksi langsung dengan masyarakat.

    Data sekunder yaitu data yang didapat dari catatan, buku, laporan

    pemerintah, buku-buku, dan sebagainya. Data yang diperoleh dari data sekunder

    tidak perlu diolah lagi. Sumber yang tidak langsung memberikan data pada

    pengumpulan data.49

    D. Populasi dan Sampel

    Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama.

    Populasi dalam penelitian ini adalah muslimah melayu Jambi di Kecamatan

    Danau Teluk dengan Jumlah 800 orang berdasarkan usia dari 21-30 tahun.

    Sedangkan sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh

    populasi yang di gunakan untuk penelitian yang nanti kesimpulan dari

    penelitian tersebut berlaku untuk populasi. Sampel di sini berjumlah 18 orang

    dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel dipilih dengan

    cermat sehingga relevaan dengan rancangan penelitian.50

    E. Instrumen Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan oleh

    peneliti untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan oleh peneliti untuk

    mengumpulkan data, sebagai berikut:

    a) Observasi

    49

    Andra Tersiana, Metode Penelitian, (Yoyakarta, 2018). hlm. 75. 50

    Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2008), Cet. Ke-1, h.175

  • Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek

    penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.Observasi

    memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan

    dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung

    diperoleh dari data.51

    Obeservasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

    gejala yang tampak pada objek penelitian.52

    Secara metodologi, penggunaan

    observasi dapat mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,

    kepercayaan, perhatian, kebiasaan, melihat apa yang terjadi sebagaimana

    dilihat pada objek penelitian.

    b) Wawancara

    Wawancara perupakan percakapan dua arah atas inisiatif pewawancara

    untuk memperoleh informasi dari informan.Suatu wawancara dapat disifatkan

    sebagai suatu proses interaksi, dan komunikasi, dimana sejumlah variabel

    memainkan peranan yang penting karena variabel tersebut ialah pewawancara,

    informan, dan materi wawancara.53

    Wawancara digunakan sebagai teknik

    pengumpulan data dengan menyiapkan instrumen penelitian berupa

    pertanyaan-pertanyaan tertulis, selain menggunakan instrumen sebagai

    pedoman, maka pengumpulan data juga dapat menggunakan alat bantu seperti

    tape recorder, dan lainnya. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur

    51

    Nur Asnawi, Op.cit. Hal 153.

    52Sujarweni, Wiratna.Metodologi Penelitian (Yogyakarta, PUSTAKABARUPRESS, 2014).

    Hal. 75. 53

    Donald R. Cooper, Metode Penelitian Bisnis (Jakarta: Erlangga, 1996), hal 289.

  • maupun tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

    pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang

    informasi apa yang akan diperoleh. Sedangkan wawancara tidak terstruktur

    adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman

    wawancara tersusun secara sistematis.

    Pada penelitian ini penulis menggunakan kedua metode wawancara seperti

    yang telah dipaparkan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar informan tidak

    hanya memberikan jawaban-jawaban secara lengkap saja melainkan agar

    informan tetap dapat menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai

    fenomena yang terjadi.

    c) Dokumentasi

    Dokumen merupakan sebuah tulisan yang memuat informasi, bertujuan

    untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian. Dokumentasi

    dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

    catatan, handout, dan buku. Demi meningkatkan tingkat kredibilitas, maka

    dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis akan menggunakan dokumentasi

    sebagai pelengkap terhadap hasil penelitian dari observasi atau wawancara.54

    54

    Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Afabeta,

    2009), hal 138.

    54Ibid. hal. 241.

  • F. Teknik Analisis Data

    Analisa yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah analisa

    deskriptif kualitatif yaitu menganalisa data dengan mengklasifikasikan data-

    data berdasarkan persamaan jenis dari data tersebut, kemudian diuraikan antara

    satu data dengan data yang lainnya sedemikian rupa sehingga diperoleh

    gambaran umum yang utuh tentang masalah yang diteliti.

    G. Sistematika Penulisan

    Dalam sistematika penulisan terdiri dari lima bab dan setiap bab nya terdiri

    dari sub-sub. Masing-masing bab membahas permasalahan tersendiri tetapi saling

    keterkaitan antara satu bab dengan bab berikutnya. Adapun sistematika

    pembahasan adalah :

    BAB I : Bab ini membahas tentang uraian penelitian yang meliputi latar

    belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

    kerangka teori dan tinjauan pustaka.

    BAB II : Bab ini membahas tentang metode penelitian yang meliputi

    pendekatan penelitian,jenis dan sumber data, instrumen pengumpulan data,

    dan teknik analisis data.

    Bab III: Bab ini membahas mengenai gambaran umum mengenai gambaran

    umum tempat penelitian di Jambi Seberang Kecaatan Danau Teluk.

    Bab IV : Bab ini merupakan pembahasan dan hasil penelitian berisi

    deskripsi data penelitian.

    Bab V : Bab ini merupakan penutup berisi kesimpulan dan saran.

  • BAB III

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Sejarah singkat Kecamatan Danau Teluk

    Kecamatan Danau Teluk adalah sebuah daerah di provinsi Jambi yang

    letaknya di pinggir sungai batanghari. Sebuah kecamatan yang memiliki lima

    Kelurahan, yaitu Kelurahan Olak Kemang, Kelurahan Ulu Gedong, Tanjung

    Pasir, Tanjung Raden dan Pasir panjang yang semua penduduknya beragama

    Islam.

    Terciptanya nama daerah atau Kecamatan Danau Teluk berasal dari

    fenomena alam yang terjadi. Terdapat sebuah danau yang letaknya tepat berada di

    Kelurahan Olak Kemang, dulu danau ini terbentuk oleh proses peristiwa alam

    yang terjadi. Dahulu masyarakat dalam menandai wilayahnya dengan

    menggunakan pohon-pohon besar yang dahulu banyak tumbuh di daerah tersebut.

    Danau itu menjadi tempat salah satu mata pencarian warga sekitar dari dahulu

    hingga sekarang.

    Pernyataan di atas di perkuat dengan wawancara penulis bersama ketua

    lembaga adat Kecamatan Danau Teluk mengatakan:

    Kalok kalian mau nanyo sejarah tentang Danau Teluk, abang blum dapat tau

    tentang kapan berdirinyo, tahun berapo dan siapo yang namokan Danau

    Teluk. Banyaklh anak anak yang nyusun skripsitu nanyo ke abg,tapi abang

    jugo kini lagicari taulah macam kamutu jugo, kito ko susah nak nanyo ke

    orang tuo di Danau Teluk ko, orang tuo-tuoyu sudah banyak

    meninggal,masih ado sikok duo tapi orangtu banyak dak tau. Tapi setau abg

    Kecamatan Danau Teluk tu namonyo berasal dari Danau di Olak Kemangtu

    dulu itu terjadi karno fenomena alam yang terjadi dulu banyak batang-

    batang besak di situ, itulh jadi patokan orang dulu untuk nandoi

  • wilayahnyo.klok masyarakatanyo seluruhnyo agama Islam,tpi cbak kalian

    tanyoi ke orang tuo-tuo dulu, siapo tau dio tau55

    Pernyataan di atas di tegaskan oleh wawancara penulis dengan salah satu

    ulama dan orang tertua di Olak Kemang:

    kalo kamu nak nanyo daerah Danau Teluk, Datok taulah dikit tapi dak

    semuanyo maklumlah datuk ko lah tuo. Dulu memang daerah Danau Teluk

    iko terjadi dari adonyo Danau depantu hha, Teluk namonyo. Kecamatan

    Danau Teluk iko dari situlah namonyo.datok lh lupo tahun berapo di namoi

    Danau Teluk daerah iko dan masyarakatnyo semuonyo agama Islam. tengok

    ado buktinyo pondok pesantren As’ad samo Nurul Iman tu56

    B. Jumlah penduduk

    Penduduk merupakan masyarakat yang mendiami suatu daerah tertentu.

    Seperti halnya kecamatan danau teluk yang memiliki jumlah penduduk tahun

    2018 sebanyak 11.106 dan pada tahun 2019 terjadi kenaikan sebanyak 12.432

    penduduk. Untuk meliha jumlah penduduk di Kecamatan Danau Teluk pada

    setiap Kelurahannya dapat di lihat pada table di bawah ini:

    Tabel 3.1

    Data Penduduk Kelurahan Se Kecamatan Danau Teluk 2019

    55

    Wawancara dengan Rd. Ahyar 19 april 2019 56

    Wawancara dengan Gr. Somad Nawawi, 23 Februari 2019

    NO Kelurahan Jumlah

    Penduduk Laki-

    Laki

    Jumlah

    Penduduk

    Perempuan

    Jumlah

    Keseluruhan

    1. Ulu Gedong 1.151 1.162 2.313

    2. Olak Kemang 2.769 2.618 5.297

    3. Tanjung Pasir 794 988 1.782

  • Sumber Data: Dokumentasi Data Kantor Kecamatan Danau Teluk

    Data tabel di atas dapat di jelaskan bahwa jumlah Kelurahan di Kecamatan

    Danau Teluk terdapat 5 Keluraha, yaitu Ulu Gedong, Olak Kemang, Tanjung

    Pasir, Tanjung Raden dan Pasir Panjang. Masing-masing memiliki jumlah

    penduduk keseluruhan laki-laki dan perempuan yaitu Ulu Gedong 2.313, Olak

    Kemang 5.297, Tanjung Pasir 1.782, Tanjung Raden 1.575 dan Pasir Panjang

    1.465, dari jumlah keseluruhan yaitu 12.432 penduduk.

    b. Jumlah Sekolah

    Tabel 3.2

    Data Jumlah Sekolah Negeri/Swasta di wilayah Kecamatan Danau

    Teluk

    4. Tanjung Raden 716 859 1.575

    5. Pasir Panjang 795 670 1.465

    Jumlah 6.135 6.279 12.432

    NO Kelurahan Nama Sekolah Negeri/Swasta

    1. Ulu Gedong 1. SDN. 127 2. MIS Diniyah Awaliyah 3. MTS Nurul Iman 4. SMAN 7 Jambi

    2. Olak Kemang 1. SDN. 03 2. SDN. 167 3. SDN. 54 4. SD I 5. Madrasah Ibtidaiyah Nurunnajah 6. Madrasah Ibtidaiyah As’ad Putra/Putri 7. SMPN. 3

  • Sumber Data: Dokumentasi Data Kecamatan Danau Teluk 2019

    Data tabel di atas dapat di jelaskan bahwa jumlah Kelurahan di Kecamatan

    Danau Teluk terdapat 5 Keluraha, yaitu Ulu Gedong, Olak Kemang, Tanjung

    Pasir, Tanjung Raden dan Pasir Panjang. Masing-masing memiliki jumlah sekolah

    yaitu Ulu Gedong memiliki 4 sekolahah, 2 diantaranya sekolah berlandaskan

    Islam dan 2 berlandaskan. Olak Kemang memiliki jumlah 11 sekolahan, 7 sekolah

    yang berlandaskan sekolah Islam dan 4 sekolah yang berlandaskan umum.

    Tanjung Pasir memiliki 3 sekolahan, 2 diantaranya sekolah umum dan 1 sekolah

    Islam. Tanjung Raden memiliki 3 sekolahan, 2 diantaranya sekolah umum dan 1

    sekolah Islam. Pasir Panjang memiliki 3 sekolahan, 2 diantaranya sekolah yang

    berlandaskan umum dan 1 sekolah yang berlandaskan sekolah Islam.

    8. MTSN. Olak Kemang 9. MTS Putra/Putri As’ad 10. MAN 01 Jambi 11. Madrasah Aliyah As’ad Putra/Putri

    3. Tanjung Pasir 1. SDN. 07 2. SDN. 128 3. MIS Nurul Islam

    4. Tanjung Raden 1. SDN. 168 2. SDN. 70 3. MIS Sa’adatul Ulya

    5. Pasir Panjang 1. SDN. 48 2. MIS Tarbiyatul Islamiah 3. SMKN. 5

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Faktor masih di temukannya wanita Melayu Jambi di Kec. Danau

    Teluk belum sepenuhnya konsumsi pakaian secara syariah

    Berdasarkan penelitian di lapangan, masih ada sebagian masyarakat

    khususnya wanita muslimnya di temukan masih banyak masyarakat yang belum

    menerapkan pola konsumsi yang secara Islam. Seperti masih di temukan sebagian

    wanita muslimnya yang memakai pakaian secara berlebih-lebihan seperti halnya

    banyak terjadi pada saat terdapat acara-acara tertentu mereka cenderung memakai

    pakaian yang tidak anjuran Islam dan mengedepankan keinginan mereka

    bukannya kebutuhan. Adanya masyarakat yang memakai pakaian yang tidak

    sesuai norma-norma Islam yaitu berpakaian yang tidak seutuhnya menutup aurat

    sepenuhnya. Hal ini berbanding terbalik dengan teori dalam etika berkonsumsi

    secara Islam, yang di antaranya terdapat prinsip kesederhanaan dan prinsip

    moralitas dalam berkonsumsi. Hal tersebut terjadi akibat beberapa faktor prilaku

    individu.

    Sikap dan prilaku wanita muslim di Kecamatan Danau Teluk terbentuk oleh

    adanya berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi sikap dan prilaku mereka

    adalah faktor pendapatan, faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi dan

    pendidikan.

    Salah satu faktor pertama untuk mengetahui prilaku konsumsi berpakaian

    wanita muslimah melayu di Kecamatan Danau Teluk adalah di lihat dari faktor

    pendapatan. Faktor pendapatan seseorang akan ikut membentuk sikap dan prilaku

  • konsumsi berpakaian fashion lifestyle muslimah melayu di Kecamatan Danau

    Teluk. Pendapatan dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk

    pendapatan tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang di terima oleh

    penduduk suatu Negara.

    Hal di atas diperkuat dengan hasil wawancara dengan saudari novitasari

    selaku masyarakat Kecamatan Danau Teluk mengatakan:

    sayo punyo penghasilan dari lakilah bang, cukup dak cukup dari laki sayolh

    bang,dikit atau banyak iko cukuplh bang klok untuk sayo. Kalo penghasilan

    sayo ko lebih yo kito lengkapi kebutuhan kitolah dulu sesudah tu pengen

    lebeh kyk orang apo salahnyo kito gunoi untuk yang laen apo lagi ado

    manfaatnyo dari kito. Klo kito punyo penghasilan uwak tinggi dak kepikiran

    lagi sayo nak beli barang apo pakaian yang mahal dan elok, sayo lah tuo

    hahaha57

    Wawancara dengan ibu saudari novitasari menunjukkan bahwa sebagai

    seorang wanita muslim dan pekerjaan sebagai urt saudari Novitasari menerima

    pendapatan dari hasil tersebut dan jika ia memilik penghasilan yang tingggi dan

    lebih ia mementikang kebutuhan dari pada keinginan. Hal tersebut menunjukkan

    saudari Novitasari tidak melanggar aturan dalam prinsip konsumsi dalam Islam.

    Hasil wawancara dengan saudari Siti Maysarah selaku masyarakat

    Kecamatan Danau Teluk mengatakan:

    Kalok penghasilan dak punyo ayuk, laki ayuk yang kerjo ayuk jago tokoh.

    Dari penghasilan laki ayuk tu cukuplah tuk kebutuhan kami. Tapi kalo kito

    punyo penghasilan lebih pastilah kito penuhi kebutuhan kito dlu dek,

    kebutuhan ayuk be banyak blum terpenuhi dek e, kalok penghasilan laki

    ayuk tinggi pastilah kitoto ado raso dalam diri kito tu pengen beli barang

    yang mahal bermerk pulak dek apo laki pakean kito dek pastilah cari yang

    bagus.normallh orang kayak itu tu dek58

    57 Wawancara dengan Saudari Novitasari, 20 April 2019 58

    Wawancara dengan Saudari Siti Maysarah, 20 April 2019

  • Wawancara dengan saudari Siti Maysarah menunjukakan bahwa

    penghasilan mempengaruhi dari prilaku konsumsi berpakaian wanita muslimah

    melayu. Dapat kita lihat dari ungkapan saudari Siti Maysarah yang memiliki

    penghasilan cukup namun jika memiliki penghasilan tinggi ia akan membeli dan

    menggunakan barang pakaian yang bagus dan bermerk.

    Hasil wawancara dengan saudari Ningsi selaku masyarakat Kecamatan

    Danau Teluk mengatakan:

    Klok penghasilan ayuk punyolah laki ayuk jgo punyo,lai ayuk kerjo ayuk

    kerjo di perusahaan, dikatokan cukup yo cukup penghasilan kami malah

    adalah lebih dikit dek hahaha. Kalok kebutuhan samo keinginan kiti

    pentingkan kebutuhan dululh dek,kalok keinginan masalah blakangan

    gampanglh tu hahha. Setiap oranglah dek punyo sifat kyak itu apolagi

    penghasilannyo tinggi pengen beli inilah itulah pengen make barang yang

    baguslah mahallah macam-macamlah dek e59

    Wawancara dengan saudari Ninggsi menunjukkan bahwa penghasilan dapat

    mempengaruhi prilaku konsumsi dalam berpakaian fashion lifestyle wanita

    muslimah melayu di Kecamatan Danau Teluk. Saudari Ningsi memiliki

    penghasilan yang lebih di tambah penghasilan suaminya dan ia memiliki sifat

    ingin membeli dan memakai barang pakain yang mahal dan bagus jika memiliki

    penghasilan tinggi. Hal ini menhindikasikan adanya faktor penghasilan

    mempengaruhi pola prilaku konsumsi seseorang.

    Hasil wawancara dengan saudari Atika selaku masyarakat Kecamatan

    Danau Teluk mengatakan:

    Kami blum punyo penghasilan bang klo orang tuo kami punyo penghasilan,

    kamibe masih mintak samo oarang tuo bang e, klok dari orang tuo kami di

    kasi duet untuk beli pakean kami cukuplah bang hahaha malah lebih hahaha.

    Kalok kami punyo penghasilan yo kami kebutuhan dululdh kami dului bang,

    59

    Wawancara dengan Saudari Ningsi, 20 April 2019

  • apo lagi klo kami punyo penghasilan tinggi bang pastilah make barang

    barang yang mahal bang60

    Wawancara dengan saudari Atika memberikan kesimpulan ia blum punya

    penghasilan, namu jika ia memiliki penghasilan tinggi ia akan membeli dan

    memakai barang barang yang bagus. Hal ini menunjukkan penghasilan

    memberikan faktor dalam prilaku seseorang.

    Hasil wawancara dengan saudari Rian selaku masyarakat Kecamatan Danau

    Teluk mengatakan:

    Kalok ayuk penghasilan dak ado, laki ayuk yang ado laki ayuk yang kerjo.

    Dari penghasilan laki ayuk di katokan cukup yo cukuplh dek untuk beli

    pakean yang standar standar haha yo kalok lebih mungkin dak ado. Kalok

    uwak punyo penghasilan lebih pastilah ayuk penuhi kebutuhan dulu, yo

    daklah keinginan. ayuk lah punyo keluargo, banyak kebutuhan orang

    bekeluargo tu dek. Klo tinggi penghasilan tu pastilah terbesit dalam diri

    manusiokyk itu dek namo manusio kadang pamer manusiotu klok banyak

    duet61

    Wawancara dengan saudari Rian dapat disimpulkan bahwa ia memiliki

    penghasilan dari suaminya, namun jika ia memiliki penghasilan yang tinggi ia

    akan memenuhi keinginanya. Hal ini menunjukkan bahwa faktor penghasilan

    mempengaruhi sikap prilaku konsumsi berpakaian wanita muslimah melayu

    Kecamatan Danau Teluk.

    Hasil wawan cara dengan saudari Siti Maysarah, saudari Ningsi, saudari

    Atika dan saudari Rian selaku masyarakat wanita muslimah melayu Kecamatan

    Danau Teluk menunjukkan hasil jawaban yang sama. Baik dalam segi memiliki

    penghasilan atau tidak, baik dari segi memiliki penghasilan yang cukup, lebih

    ataupunpenghasilan yang tinggi. Terdapat adanya faktor pendapatan yang dapat

    60

    Wawancara dengan Saudari Atika, 20 April 2019 61

    Wawancara dengan Saudari Rian, 20 April 2019

  • mempengaruhi pola perilaku konsumsi berpakaian wanita muslim Kecamatan

    Danau Teluk.

    Faktor yang mempengaruhi sikap dan prilaku konsumsi berpakai