konjungtivitis vernalis

21
BAB I PENDAHULUAN Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Salah satu penyakit yang dapat menyerang indra penglihatan yaitu konjungtivitis. Sebelumnya, pengertian dari konjungtiva itu sendiri adalah membrana mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata. Sedangkan pengertian konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. Menurut sumber lainnya, Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, 1

Upload: tezar-andrean

Post on 28-Dec-2015

124 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

konjungtivitis vernalis

TRANSCRIPT

Page 1: konjungtivitis vernalis

BAB I

PENDAHULUAN

Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan

mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus

untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan

dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Salah satu

penyakit yang dapat menyerang indra penglihatan yaitu konjungtivitis. Sebelumnya,

pengertian dari konjungtiva itu sendiri adalah membrana mukosa yang melapisi bagian dalam

kelopak mata (palpebra) dan berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata.

Sedangkan pengertian konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan

pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering

disebut mata merah.

Menurut sumber lainnya, Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu

penyakit mata yang bisa mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa

tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular

konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah

konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Penularan terjadi ketika seorang yang

sehat bersentuhan dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh

penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus memahami tentang penyakit

konjungtivitis agar dapat melakukan tatalaksana terbaik dan edukasi kepada pasien.

1

Page 2: konjungtivitis vernalis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI KONJUNGTIVA

Konjungtiva merupakan membran halus yang melapisi kelopak mata dan melapisi

permukaan sklera yang terpajan dengan lingkungan luar.1 Konjungtiva adalah membran

mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata

(konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva

bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel

kornea di limbus. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:

a.       Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata)

b.      Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra)

c.       Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian

posterior palpebra dan bola mata).1

Gambar   1. Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva palpebralis merupakan konjungtiva yang melapisi permukaan posterior

kelopak mata dan melekat ke tarsus. Konjungtiva ini pada tepi superior dan inferior

tarsus akan melipat ke posterior (pada fornices superior dan inferior) dan membungkus

jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.1

Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di forniks dan melipat

berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan

2

Page 3: konjungtivitis vernalis

konjungtiva. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul tenon dan sclera di bawahnya,

kecuali di limbus (tempat kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu sejauh 3 mm). Lipatan

konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak (plika semilunaris) terlelak di

kanthus internus dan membentuk kelopak mata ketiga pada beberapa binatang. Struktur

epidermoid kecil semacam daging (karunkula) menempel superfisial ke bagian dalam plika

semilunaris dan merupakan zona transisi yang mengandung baik elemen kulit dan membran

mukosa.1

Konjungtiva forniks struktumya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi hubungan

dengan jaringan dibawahnya lebih lemah dan membentuk lekukan-lekukan. Juga

mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu, pembengkakan pada tempat ini

mudah terjadi bila terdapat peradangan mata.

B. VASKULARISASI KONJUNGTIVA

Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah:

- Arteri konjungtiva posterior yang memperdarahi konjungtiva bulbi

- Arteri siliar anterior atau episklera yang memberikan cabang :

o Arteri episklera masuk ke dalam bola mata dan dengan arteri siliar posterior

longus bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus yang akan

memperdarahi iris dan badan siliar

o Arteri perikornea yang memperdarahi kornea

o Arteri episklera yang terletak diatas sklera, merupakan bagian dari arteri

siliar anterior yang memberikan perdarahan ke dalam bola mata.1

 

C. HISTOLOGI KONJUNGTIVA

Konjungtiva bersambung dengan epitel kornea pada batas tepi kornea dan dengan kulit

pada batas tepi kornea dan dengan kulit pada tepi kelopak mata. Epitel konjungtiva beragam

menurut tempatnya. Epitel konjungtiva terdiri dari membran basal yang terdiri dari sel kuboid

dan lapisan permukaan yang terdiri dari sel kerucut atau silindris, dan terutama pada yang

melapisi kelopak bawah, terdapat beberapa lapisan intermedia yang terdiri dari satu hingga

tiga lpisan sel poligonal. Di antara sel epitel tersebar beberapa sel goblet yang mensekresi

mukus.

Sel-sel epitel superfisial konjungtiva mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang

mensekresi mukus. Mukusdiperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata. Stroma

3

Page 4: konjungtivitis vernalis

konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa

(profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa tempat dapat

mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak

berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa

konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian

menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari Jaringan penyambung yang melekat pada

lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva.

Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.

Pada stoma juga terdapat kelenjar airmata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang

struktur dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal. Sebagian besar kelenjar Krause berada di

forniks atas, dan sedikit ada di forniks bawah. Kelenjar Wolfring terletak di tepi atas tarsus

atas.

Injeksi Konjungtival

Melebarnya pembuluh darah konjungtiva posterior atau injeksi konjungtival ini dapat

terjadi akibat perngaruh mekanis, alergi maupun infeksi pada jaringan konjungtiva. Injeksi

konjungtiva memilikki sifat:

- Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri konjungtiva posterior

melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah dilepas dari dasar sklera

- Pada radang konjungtiva pembuluh darah ini terutama didapatkan di daerah forniks

- Ukuran pembuluh darah makin besar kebagian perifer karena asalnya dari bagian

perifer atau arteri siliar anterior

- Berwarna pembuluh darah merah segar

- Dengan tetes adrenalin 1: 1000 injeksi akan lenyap sementara

- Gatal

- Fotofobia tidak ada

- Pupil ukuran normal dengan reaksi normal.1

4

Page 5: konjungtivitis vernalis

Gambar 2. Injeksi konjungtiva

Injeksi Siliar

Melebarnya pembuluh darah perikornea (arteri siliar anterior) atau injeksi siliar atau

injeksi perikornea terjadi akibat radang kornea, benda asing pada kornea, radang jaringan

uvea, glaukoma, endoftalmitis ataupun panoftalmitis. Injeksi siliar mempunyai sifat:

- Berwarna lebih ungu dibanding dengan pelebaran pembuluh darah konjungtiva

- Pembuluh darah tidak tampak

- Tidak ikut serta dengan pergerakkan konjungtiva bila digerakkan karena menempel

erat dengan jaringan perikornea

- Ukuran sangat halus terletak di sekitar kornea, paling padat sekitar kornea dan

berkurang ke arah forniks

- Pembuluh darah perikornea tidak menciut bila diberi epinefrinatau adrenalin 1:

1000

- Hanya lakrimasi

- Fotofobia

- Sakit tekan yang dalam di sekitar kornea

- Pupil iregular kecil (iritis) dan lebar (glaukoma).1

5

Page 6: konjungtivitis vernalis

Gambar 3. Injeksi siliar

D. KONJUNGTIVITIS ALERGI

Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput bening yang menutupi bagian putih

mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai

macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Penyakit ini bervariasi mulai dari hyperemia

ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental.

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing,

misalnya kontak lensa.

Salah satu bentuk konjungtivitis adalah konjungtivitis alergi. Konjungtivitis alergi

adalah peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergi atau hipersensitivitas tipe

humoral ataupun sellular. Konjungtiva sepuluh kali lebih sensitif terhadap alergen

dibandingkan dengan kulit.

 D.1 Epidemiologi

Konjungtivitis alergi dijumpai paling sering di daerah dengan alergen musiman yang

tinggi. Keratokonjungtivitis vernal paling sering di daerah tropis dan panas seperti daerah

mediteranian, Timur Tengah, dan Afrika. Keratokonjungtivitis vernal lebih sering dijumpai

pada laki-laki dibandingkan perempuan, terutamanya usia muda (4-20 tahun). Biasanya onset

pada dekade pertama dan menetap selama 2 dekade. Gejala paling jelas dijumpai sebelum

onset pubertas dan kemudian berkurang.Keratokonjungtivitis atopik umumnya lebih banyak

pada dewasa muda.

 D.2 Etiologi

           Konjungtivitis alergi dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti :

a.       reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang

6

Page 7: konjungtivitis vernalis

b.      iritasi oleh angin, debu, asap, dan polusi udara

c.       pemakaian lensa kontak terutama dalam jangka panjang.

 D.3 Patogenesis

Tipe reaksi immunologi yang didapatkan pada konjungtivitis alergi berupa reaksi

hipersensitivitas tipe 1 (tipe cepat) yang berlaku apabila individu yang sudah tersentisisasi

sebelumnya berkontak dengan antigen yang spesifik. Imunoglobulin E (IgE) mempunyai

afinitas yang kuat terhadap sel mast, dan cross-link 2 IgE oleh antigen akan menyebabkan

degranulasi sel mast.4

Degranulasi sel mast mengeluarkan mediator-mediator inflamasi di

antaranya histamin, triptase, chymase, heparin, chondroitin sulfat, prostaglandin,

thromboxane, and leukotriene. Mediator-mediator ini bersama dengan faktor-faktor

kemotaksis akan menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular dan migrasi sel neutrophil

dan eosinophil. Ini merupakan reaksi alergi yang paling sering pada mata.

D.4 Klasifikasi

Konjungtivitis alergi terbagi atas:

a.       Konjungtivitis alergi tipe cepat;

-          Konjungtivitis “hay fever” (konjungtivitis simpleks) : Seasonal Allergic

Conjunctivitis (SAC) danPerennial Allergic Conjunctivitis (PAC)

-          Keratokonjungtivitis vernal

-          Keratokonjungivitis atopic

-          Giant Papillary Conjunctivitis.

b.       Konjungtivitis alergi tipe lambat;

      -     Keratokonjungtivitis phlyctenulosis

      -     Blefarokonjungtivitis kontak. 2

E. KONJUNGTIVITIS VERNALIS

E.1 Definisi

Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipe I)

yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. 1

7

Page 8: konjungtivitis vernalis

E.2 Klasifikasi

Terdapat dua bentuk utama konjngtivitis vernalis (yang dapat berjalan bersamaan),

yaitu :

1. Bentuk palpebra terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. Terdapat

pertumbuhan papil yang besar ( Cobble Stone ) yang diliputi sekret yang mukoid.

Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edem, dengan kelainan kornea lebih berat dari

tipe limbal. Secara klinik, papil besar ini tampak sebagai tonjolan besegi banyak

dengan permukaan yang rata dan dengan kapiler di tengahnya.

2. Bentuk Limbal hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk

jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenarasi epitel

kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan

sedikit eosinofil.1

E.3 Etiologi

Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim panas.

Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas

dan berhenti sebelum usia 20.4

E.4 Patofisiologi

Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang insterstitial

yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV. Pada konjungtiva akan

dijumpai hiperemia dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasi

akibat proliferasi jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak

terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada

konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobblestone. Jaringan ikat yang berlebihan ini

akan memberikan warna putih susu kebiruan sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak

berkilau. Proliferasi yang spesifik pada konjungtiva tarsal, oleh von Graefe disebut pavement

like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis

mekanik dan dalam kasus yang berat akan disertai keratitis serta erosi epitel kornea.

8

Page 9: konjungtivitis vernalis

Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan

hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus

sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun

kuantitas stem cells limbus. Kondisi yang terakhir ini mungkin berkaitan dengan

konjungtivalisasi pada penderita keratokonjungtivitis dan di kemudian hari berisiko

timbulnya pterigium pada usia muda. Di samping itu, juga terdapat kista-kista kecil yang

dengan cepat akan mengalami degenerasi.3

E.5 Gambaran Histopatologik

Tahap awal konjungtivitis vernalis ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam kaitan ini,

akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh satu

lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara papil serta pseudomembran

milky white. Pembentukan papil ini berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel PMN,

eosinofil, basofil, dan sel mast.

Hasil penelitian histopatologik terhadap 675 konjungtivitis vernalis mata yang

dilakukan oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan sel plasma pada

konjungtiva. Prolifertasi limfosit akan membentuk beberapa nodul limfoid. Sementara itu,

beberapa granula eosinofilik dilepaskan dari sel eosinofil, menghasilkan bahan sitotoksik

yang berperan dalam kekambuhan konjungtivitis. Dalam penelitian tersebut juga ditemukan

adanya reaksi hipersensitivitas. Tidak hanya di konjungtiva bulbi dan tarsal, tetapi juga di

fornix, serta pada beberapa kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan badan siliar .

Fase vaskular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen,

hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel radang secara

keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan

terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaan klinis. Hiperplasia

jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang

luas. Kolagen maupun pembuluh darah akan mengalami hialinisasi. Epiteliumnya

berproliferasi menjadi 5–10 lapis sel epitel yang edematous dan tidak beraturan. Seiring

dengan bertambah besarnya papil, lapisan epitel akan mengalami atrofi di apeks sampai

hanya tinggal satu lapis sel yang kemudian akan mengalami keratinisasi.

9

Page 10: konjungtivitis vernalis

Pada limbus juga terjadi transformasi patologik yang sama berupa pertumbuhan epitel

yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis sel (acanthosis). Horner-Trantas dot`s

yang terdapat di daerah ini sebagian besar terdiri atas eosinofil, debris selular yang

terdeskuamasi, namun masih ada sel PMN dan limfosit. 3

E.6 Gejala

Pasien umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat dan bertahi mata berserat-serat.

Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi (demam jerami, eczema, dan lain-lain) dan kadang-

kadang pada pasien muda juga. Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak

papilla halus di konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering memiliki

papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata,

dan mengandung berkas kapiler.

Gambar 4. konjungtivitis vernalis. Papilla ”batu bata” di konjungtiva

tarsalis superior. 5

Mungkin terdapat tahi mata berserabut dan pseudomembran fibrinosa (tanda

Maxwell-Lyons). Pada beberapa kasus, terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling

mencolok terdapat di limbus, yaitu pembengkakan gelatinosa (papillae). Sebuah

pseudogerontoxon (arcus) sering terlihat pada kornea dekat papilla limbus. Bintik-bintik

Tranta adalah bintik-bintik putih yang terlihat di limbus pada beberapa pasien dengan

konjungtivitis vernalis selama fase aktif dari penyakit ini.

10

Page 11: konjungtivitis vernalis

Sering tampak mikropannus pada konjungtivitis vernal palpebra dan limbus, namun

pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak timbul parut pada konjungtiva kecuali jika

pasien telah menjalani krioterapi, pengangkatan papilla, iradiasi, atau prosedur lain yang

dapat merusak konjungtiva. 2

E.7 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.4

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untuk

mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan

granula-granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik

bebas.3

E.8 Pengobatan

Karena konjungtivitis vernalis adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat

bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka pendek, berbahaya

jika dipakai jangka panjang.2

Opsi perawatan konjungtivitis vernalis berdasarkan luasnya symptom yang muncul

dan durasinya. Opsi perawatan konjungtivitis vernalis yaitu :

1. Tindakan Umum

Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu mengurangi

keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis. Beberapa tindakan tersebut

antara lain:

- Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari tangan,

karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator-

mediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah superinfeksi yang pada

akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya glaukoma sekunder dan katarak.

- Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter;

- Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuksari;

11

Page 12: konjungtivitis vernalis

- Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak dengan

alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru harus dihindari karena

lensa kontak akan membantu retensi allergen;

- Kompres dingin di daerah mata;

- Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga berfungsi

protektif karena membantu menghalau allergen;

- Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang sering juga disebut sebagai

climato-therapy.

2. Terapi topikal

- Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan

mukolitik seperti asetil sistein 10%–20% tetes mata. Dosisnya tergantung pada

kuantitas eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini, larutan 10% lebih dapat

ditoleransi daripada larutan 20%. Larutan alkalin seperti 1-2% sodium karbonat

monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan musin, sekalipun

tidak efektif sepenuhnya.

- dekongestan

- antihistamin

- NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs)

- Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan steroid topikal

prednisolone fosfat 1%, 6-8 kali sehari selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan

dengan reduksi dosis sampai ke dosis terendah yang dibutuhkan oleh pasien

tersebut. Bila sudah terdapat ulkus kornea maka kombinasi antibiotik steroid

terbukti sangat efektif.

- Antihistamin

- antibakteri

- Siklosporin

- Stabilisator sel mast seperti Sodium kromolin 4% dan Lodoksamid 0,l%.

12

Page 13: konjungtivitis vernalis

3. Terapi Sistemik

- Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik seperti

prednisolone asetat, prednisolone fosfat, atau deksamethason fosfat 2–3 tablet 4

kali sehari selama 1–2 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan dengan

pemakaian preparat steroid adalah “gunakan dosis serendah mungkin dan

sesingkat mungkin”.

- Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan sebagai pilihan

lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang dialami pasien.

Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol yang

memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis.

4. Tindakan Bedah

- Berbagai terapi pembedahan, krioterapi, dan diatermi pada papil raksasa

konjungtiva tarsal kini sudah ditinggalkan mengingat banyaknya efek samping

dan terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekat akan tumbuh lagi. 3,6

13

Page 14: konjungtivitis vernalis

BAB III

KESIMPULAN

Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipe I)

yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi

dan cenderung kambuh pada musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-

anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20.

Gejala yang spesifik berupa rasa gatal yang hebat, sekret mukus yang kental dan

lengket, serta hipertropi papil konjungtiva. Tanda yang spesifik adalah Trantas dots dan coble

stone. Terdapat dua bentuk dari konjungtivitis vernalis yaitu bentuk palbebra dan bentuk

limbal.

Konjungtivitis vernalis pada umumnya tidak mengancam penglihatan, namun dapat

menimbulkan rasa tidak enak. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpa diobati. Namun

tetap dibutuhkan perawatan agar tidak terjadi komplikasi dan menurunkan tingkat

ketidaknyamanan dari pasien. Perawatan yang dapat diberikan menghindari menggosok-

gosok mata, kompres dingin di daerah mata, memakai pengganti air mata, memakai obat tetes

seperti asetil sistein, antihistamin, NSAID, steroid, stabilisator sel mast, dll; obat oral (seperti

antihistamin dan steroid), dan pembedahan.

14

Page 15: konjungtivitis vernalis

B A B I V

D A F T A R P U S T A K A

1. Ilyas S., 2006. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI, hlm : 133-134.

2. Vaughan, Daniel G., 2000. Oftalmologi Umum edisi ke-4. Jakarta : Penerbit

Widya Medika, hlm : 115-116.

3 . Wahid, Dian Ibnu. Konjungtivitis Vernalis. Available on :

http://diyoyen.blog.friendster.com/2009/05/konjungtivitis-vernalis/. (Diakses

November 2009)

4 . Medicastore. Konjungtivitis Vernalis. Available on:

http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.html .

(Diakses November 2009)

5 . PubMed Central Journal list. Vernal Keratoconjunctivitis. Awailable on:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705659/. (Diakses November

2009)

6 . Optometry. Vernal Keratoconjunctivitis. Available on :

http://www.optometry.co.uk/articles/docs/0cd52f986c6c4d460c454802aa7cc5b3_

schmid20010223.pdf. (Diakses November 2009)

15