kondisi ekonomi masa demokrasi terpimpin

19
Oleh : Nurul Rizka Maulidya Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin Dalam hal ini, untuk membahas dan menjelaskan kondisi perekonomian masa pemerintahan Demokrasi Terpimpin saya membagi menjadi dua bagian. Bagian pertama saya merasa perlu terlebih dahulu mengetahui dan memahami pemikiran-pemikiran Soekarno mengenai ekonomi pada masa itu. Karena dari pemikiran-pemikiran Soekarno inilah yang nantinya akan sangat mempengaruhi hal-hal yang akan dibahas pada bagian kedua seperti landasan ekonomi dan langkah-langkah pelaksanaan sistem ekonomi beserta kebijakan perekonomian masa Demokrasi Terpimpin. Selanjutnya, pada bagian kedua saya akan menguraikan sistem ekonomi beserta implementasi kebijakan ekonomi tersebut. 1. Pemikiran-pemikiran Soekarno Membahas kondisi perekonomian masa Demokrasi Terpimpin, perlu terlebih dahulu melihat pemikiran-pemikiran ekonomi yang berkembang pada masa itu. Ini dikarenakan pemikiran ekonomi para tokoh secara otomatis akan sangat mempengaruhi konsep serta implementasi kebijakan ekonomi yang nantinya di diambil dan dijalankan pada masa tersebut. Dalam kesempatan kali ini kami akan mengkaji kondisi ekonomi pada masa demokrasi terpimpin, menurut pemikiran yang berkembang dari tokoh terkait yaitu Presiden Soekarno. Mengapa Soekarno ? karena sebagai ‘pemimpin demokrasi’, Soekarno telah menjadi tokoh

Upload: nurul-rizka-maulidya

Post on 26-Jun-2015

3.068 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

BELAJAR :))

TRANSCRIPT

Page 1: Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

Oleh : Nurul Rizka Maulidya

Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

Dalam hal ini, untuk membahas dan menjelaskan kondisi perekonomian masa

pemerintahan Demokrasi Terpimpin saya membagi menjadi dua bagian. Bagian pertama saya

merasa perlu terlebih dahulu mengetahui dan memahami pemikiran-pemikiran Soekarno

mengenai ekonomi pada masa itu. Karena dari pemikiran-pemikiran Soekarno inilah yang

nantinya akan sangat mempengaruhi hal-hal yang akan dibahas pada bagian kedua seperti

landasan ekonomi dan langkah-langkah pelaksanaan sistem ekonomi beserta kebijakan

perekonomian masa Demokrasi Terpimpin. Selanjutnya, pada bagian kedua saya akan

menguraikan sistem ekonomi beserta implementasi kebijakan ekonomi tersebut.

1. Pemikiran-pemikiran Soekarno

Membahas kondisi perekonomian masa Demokrasi Terpimpin, perlu terlebih dahulu

melihat pemikiran-pemikiran ekonomi yang berkembang pada masa itu. Ini dikarenakan

pemikiran ekonomi para tokoh secara otomatis akan sangat mempengaruhi konsep serta

implementasi kebijakan ekonomi yang nantinya di diambil dan dijalankan pada masa

tersebut. Dalam kesempatan kali ini kami akan mengkaji kondisi ekonomi pada masa

demokrasi terpimpin, menurut pemikiran yang berkembang dari tokoh terkait yaitu Presiden

Soekarno. Mengapa Soekarno ? karena sebagai ‘pemimpin demokrasi’, Soekarno telah

menjadi tokoh yang paling berpengaruh pada masa pemerintahan Demokrasi Terpimpin.

Pemikiran-pemikiran Soekarno mengenai ekonomi pada masa itu, tertuang dalam teks pidato-

pidatonya yang kami rangkum dan akan kami uraikan sebagai berikut :

Dalam pidato yang berjudul “kembali ke Rel Revolusi” (1959).

Soekarno menyatakan bahwa tujuan jangka pendek yang ingin ditempuh pada masa

Demokrasi Terpimpin ialah: program Kabinet Kerja yang dinilai amat sederhana, meliputi

fokus pada sandang-pangan, dan keamanan, kemudian ditopang dengan melanjutkan

perjuangan anti imperialisme, ditambah dengan mempertahankan kepribadian bangsa di

tengah-tengah tarikan-menarik ke kanan dan ke kiri, (antara hagemoni sosialis-liberalis) yang

sedang berjalan dalam pergolakan dunia menuju kepada satu kekuatan baru.

Page 2: Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

Dan tujuan jangka panjang, ialah: menciptakan masyarakat yang adil dan makmur,

melenyapkan imperialisme di mana-mana, dan mencapai dasar-dasar bagi perdamaian dunia

yang kekal dan abadi. Maka untuk menanggulangi segala masalah-masalah berhubungan

dengan tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang tersebut, Soekarno menyatakan kita

tidak dapat mempergunakan sistem yang sudah-sudah dan alat-alat (tools) yang sudah-sudah.

Sistem liberalisme harus dibuang jauh-jauh, demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin

harus ditempatkan sebagai gantinya. Susunan peralatan yang dulu ternyata tak efisien, harus

dibongkar, dan diganti dengan susunan peralatan yang baru. Ordening baru dan herordening

baru harus diadakan, agar demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin dapat berjalan.

Menurut pemikiran Soekarno, inilah yang disebut retooling for the future. Dalam hal

retooling di bidang ekonomi, perlu diadakan retooling alat-alat produksi dan alat-alat

distribusi.

Alat-alat produksi dan alat-alat distribusi semuanya harus di-retool dan semuanya

harus direoganisasi, harus berpedoman ke arah pelaksanaan Pasal 33 Undang-undang 1945

dengan mempergunakan relnya demokrasi terpimpin. Selama kita mempunyai beberapa

badan yang diserahi oleh negara untuk mengurus dan mengembangkan beberapa bidang

produksi dan distribusi, tetapi bukan produksi dan distribusi itu menjadi teratur-beres dan

berkembang, tetapi badan-badan itu menjadi sarangnya orang-orang yang mamadet-madet

kan isi kantungnya sendiri, orang-orang yang menjadi kaya-raya, orang yang menjadi

milyuner!

Daar moet een eind aan komen! Soekarno berpendapat keadaan yang demikian itu

harus diubah! Dan bukan saja badan-badan itu harus di-retool, tetapi juga semua alat-alat

vital dalam produksi dan semua alat-alat vital dalam distribusi harus dikuasai atau sedikitnya

diawasi oleh pemerintah. Tidak boleh lagi terjadi, alat-alat vital tidak dikuasai atau tidak

diawasi Pemerintah, yang menyebabkan beberapa gelintir spekulan atau beberapa gelintir

profiteur dapat mengguncangkan seluruh ekonomi nasional, dan mengkucar-kacirkan seluruh

kebutuhan Rakyat.

Disini terlihat jelas Soekarno menginginkan Demokrasi Terpimpinnya di iringi

dengan semangat perjuangan revolusi yang anti imperialisme dan disertai retooling alat

produksi dan alat distribusi agar pemerintah leluasa untuk menguasai dan mengawasi seluruh

alat-alat vital milik Negara demi perekonomian nasional yang stabil.

Page 3: Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

Dalam pidato yang berjudul “Bangsa yang Dihormati dan Dikagumi” (1962).

Soekarno menyatakan, dengan selesainya soal keamanan, dan dengan selesainya soal

Irian Barat, maka modal pemerintah untuk memecahkan ekonomi akan sangat bertambah.

Dulu pernah Soekarno mengatakan, bahwa untuk menyelesaikan tugas keamanan saja, 50

persen dari seluruh kegiatan nasional dicurahkan kepada itu, dan kemudian, ditambah dengan

tugas TRIKORA, jumlah ini menjadi lebih besar lagi! Hampir-hampir tiga peremat dari

kegiatan nasional negara, digunakan untuk menyelesaikan keamanan dan menjalankan

Trikora itu. Jelasnya lebih dari 70 persen dari Kegiatan Nasional negara, ditumplekkan ke

arah itu! Lebih dari 70 persen!. Soekarno mencoba meyakinkan, bahwa inilah salah satu

penyebab terbesar yang membawa kesulitan dalam kehidupan ekonomi. Dalam hal ini

Soekarno memberi penjelasan sekaligus meminta pengertian dari para hadirin pada saat itu,

bahwa dengan ditumplekkannya lebih daripada 70 persen Kegiatan Nasional itu,

menyebabkan program “Sandang-Pangan” belum sama sekali terlaksana dengan cara yang

memuaskan.

Menurut Soekarno, duduk perkaranya, keamanan dan Irian Barat tidak bisa tunggu

satu hari lebih lama lagi, sedangkan soal Sandang Pangan bisa kita pecahkan sambil berjalan,

dan kedepannya akan lebih mudah, karena modal yang tadinya kita pergunakan untuk

memulihkan keamanan dan mengembalikan Irian Barat itu, dapat dipergunakan untuk

memecahkan persoalan-persoalan ekonomi. Kecuali daripada itu, keadaan Sandang-Pangan

toh masih boleh dikatakan lumayan, mengingat bahwa kita melemparkan hampir tiga

perempat dari Kegiatan Nasional ke arah Keamanan dan Irian Barat itu?, mengingat bahwa

kita ini setengah-setengah dalam keadaan perang?, mengingat bahwa pembangunan-

pembangunan vital yang menelan ongkos milyar-milyar berjalan terus?, mengingat bahwa

kita tahun yang lalu dihamuk oleh kemarau yang maha hebat, ditambah dengan hama baru

yang bernama ganjur? Adakah orang Indonesia yang mati kelaparan? Adakah orang

Indonesia yang telanjang tidak berpakaian?.

Menurut kami, disini secara tersirat Soekarno berpandangan untuk lebih memilih

mendahulukan proses politik daripada proses ekonomi.

Dalam pidato yang berjudul “Revolusi Berjalan Terus” (1965).

Dengan semangat yang menggelora Soekarno berbicara dihadapan hadirin yang ada.

Bagaimana mengukur suatu revolusi dengan ukuran-ukuran revolusi? Segala-sesuatu

hendaknya diamati: untuk kesejahteraan umum, ya atau tidak? Pro bono publico, inilah

semboyan kita, artinya pro bono publico, untuk kesejahteraan umum! Sekalipun ada yang

Page 4: Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

secara pribadi dirugikan, sekalipun ada yang laba perusahaannya berkurang, tapi asal pro

bono publico, maka ia harus diterima. Sebaliknya, walaupun ada yang ditambah mobil,

tambah bungalow, tambah koelkast, tambah air conditioner, walaupun ada yang

menyekolahkan anaknya ke Eropa atau ke jabalkat sekalipun, tapi tidak pro bono publico,

maka ia harus ditolak. Kecuali – kecuali, kataku – jika orang sudah menjadi orang asing di

tanah air sendiri, atau sudah menjadi orang pribumi di negeri asing! Ya, kecuali jika orang

sudah cidera, sudah durhaka, sudah khianat terhadap urusan revolusi!.

Selanjutnya, Soekarno berargumen kita perlu melihat kepada kaum buruh dan kaum

tani, karena mereka dapat dianggap sebagai sokoguru-sokoguru revolusi kita. Mereka

memang pantas, pantas, tepat disebut sokoguru revolusi. Mereka bekerja, mereka

menghasilkan, mereka berproduksi, tanpa mengeluh dan tanpa banyak cincong. Mereka

mempunyai tuntutan-tuntutan mereka – sudah barang tentu – tetapi tuntutan-tuntutan itu

biasanya masuk akal. Kalau kaum buruh ingin supaya upahnya bisa naik sedikit untuk

pembeli buku sekolah untuk anaknya, apakah itu tidak masuk akal? Kalau kaum tani

menghasratkan tanah, tanah “senyari bumi”, apakah itu tidak masuk akal? Soekarno teringat

kepada seniman-seniman ludruk Marhaen yang mengatakan “Ia kalau punya pacul tapi ndak

punya tanah, ke mana pacul itu mesti dipaculkan!” Tetapi ada di antara kita yang ndoro-

ndoroan, yang main tuan besar, yang mengira dirinya eigenaar revolusi, mengira dirinya

“presdir” republik, lalu maunya bukan dia berkurban buat republik, tapi republik berkurban

buat dirinya!... orang-orang semacam ini, Pervenuparvenu, charlatan-charlatan, profitor-

profitor macam ini ada baiknya kita promovir menjadi penghuni bui Nusakambangan.

Soekarno selalu mengatakan bahwa perjuangan kelas harus ditundukkan kepada

perjuangan nasional. Dan Soekarno merasa gembira bahwa jeritannya itu dipahami oleh

sebagian besar rakyat. Di sisi lain, Soekarno juga memperingatkan, kalau koruptor-koruptor

dan pencoleng-pencoleng kekayaan negara meneruskan “operasi” mereka yang sesungguhnya

antirepublik dan antirakyat itu, maka jangan kaget jika pada satu waktu perjuangan

antargolongan berkobar dan membakari kemewahan hidup kaum koruptor dan pencoleng itu.

Sekadar tambahan :

Menurut Herbert Feith dan Lance Castles dalam buku Pemikiran politik Indonesia

1945-1965, dijelaskan bahwa dengan keberhasilan pemerintahan Presiden Sukarno

membebaskan Irian Barat pada bulan Agustus 1962, maka timbulah tekanan dari berbagai

kelompok, di luar maupun di dalam negeri, agar pemerintah memusatkan perhatiannya pada

masalah ekonomi yang sudah menjadi demikian peliknya. Akan tetapi kebijakan ekonomi

Page 5: Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

yang mana yang akan dipilih? Pemilihan kebijakan inilah yang membawa pemerintah pada

semacam persimpangan jalan. Pada bulan Mei 1963 Menteri Pertama, Djuanda,

mengeluarkan serangkaian peraturan untuk mengurangi subsidi dan memangkas pengeluaran

pemerintah. Ini perlu dilihat dalam konteks terjadinya perundingan International Monetary

Fund (IMF) dan beberapa negara Barat yang menjanjikan memberikan pinjaman pada

Indonesia apabila pemerintah mengambil langkah-langkah reformasi yang mereka anjurkan.

Dikeluarkannya peraturan-peraturan Djuanda itu memadai bahwa para pendukung kebijakan

ekonomi yang berhaluan kanan dan pro-Barat mendapat angin. Namun tantangan terhadap

peraturan Mei itu pun sangat gencar, dan Presiden Sukarno sendiri tidak pernah merestuinya

secara penuh.

Dalam waktu empat bulan sesudahnya, konflik kanan-kiri menjadi panas sekali.

Pertentangan mengenai peraturan Mei ini jalin menjalin dengan perbedaan sikap mengenai

bagaiamana Indonesia harus menanggapi usulan pembentukan negara baru Malaysia.

Presiden Sukarno pernah menyatakan sikap konfrontasi terhadap proyek yang diprakarsai

Inggris ini, yang bertujuan mempersatukan Malaya, Singapura, Serawak, Sabah dan Brunei.

Namun demikian tampaknya ia tertarik oleh sebuah gagasan Filipina yang didukung pulah

oleh Amerika Serikat, yakni MA-PHIL-INDO, suatu aliansi tiga Negara Malaysia, Filipina

dan Indonesia, di mana Indonesia akan menerima keberadaan negara baru Malayasia.

Seandainya gagas itu diterima, maka hal itu akan merupakan kemenangan kekuatan kanan di

Indonesia, dan kekuatan itu mungkin sekali akan memperoleh jalan pula bagi

dilaksanakannya kebijakan di bidang ekonomi.

Namun sekali lagi, seperti halnya pada tanggal 17 Oktober 1952, Presiden Sukarno

mengambil kebutuhan penting yang menguntungkan golongan Kiri. Pada tanggal 15

September pemerintah memutuskan bahwa ia akan “menahan diri” dalam hal pengakuan

terhadap Malaysia apabila kelahirannnya diumumkan pada esok hari. Pada tanggal 18

September kedutaan Inggris di Jakarta dibakar oleh sekolompok pemuda, dan banyak rumah-

rumah orang Inggris di Jakarta dirampok dan dibakar. Pada tanggal 21 September pemerintah

mengambil keputusan untuk memutuskan semua hubungan dengan Malaya dan Singapura.

Beberapa hari kemudian IMF menegaskan bahwa paket pinjaman yang direncanakan, tidak

akan diberikan kepada Indonesia.

Pada akhir September 1963 transisi dari Demokrasi Terpimpin Awal ke Demokrasi

Terpimpin Akhir telah selesai. Selama dua tahun berikutnya proses kemerosotan ekonomi

semakin lama semakin cepat. Agitasi anti-imperialis semakin lama semakin tinggi nadanya.

Page 6: Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

Yang terpokok, masyarakat Indonesia semakin lama semakin dikuasai polarisasi kanan-kiri

yang akhirnya mencapai puncaknya pada tanggal 1 Oktober 1965.

2. Sistem Ekonomi beserta Implementasi Kebijakan Ekonomi

Sampai saat ditetapkannya Dekrit Presiden, dapat dikatakan bahwa keadaan ekonomi

Indonesia pada saat itu sangat suram, hal tersebut disebabkan oleh kekacauan politik pada

masa demokrasi liberal sehingga masalah ekonomi tidak ditangani secara serius, ditambah

lagi tindakan ekonomi salah urus terhadap perusahaan-perusahaan asing, sehingga menambah

beban di bidang ekonomi, dan di perparah dengan adanya pemberontakan-pemberontakan

daerah seperti PRRI-Permesta sehingga menghambat pendapatan negara.

Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem

demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-

galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada

kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik, dan ekonomi (Mazhab

Sosialisme). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini

belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia.

Sistem Ekonomi Terpimpin

Seiring dengan perubahan politik menuju demokrasi terpimpin maka ekonomipun

mengikuti ekonomi terpimpin. Sehingga ekonomi terpimpin merupakan bagian dari

demokrasi terpimpin. Dimana semua aktivitas ekonomi disentralisasikan di pusat

pemerintahan sementara daerah merupakan kepanjangan dari pusat. Langkah yang ditempuh

pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi negara serta menunjang pembangunan

ekonomi adalah sebagai berikut :

1) Devaluasi.

Pada tanggal 25 Agustus 1959 pemerintah mengumumkan keputusannya mengenai

penuruan nilai uang (devaluasi), yaitu pendevaluasian mata uang Rp 1.000,00 dan Rp

500,00 menjadi Rp 100,00 dan Rp 50,00. Mata uang pecahan Rp 100,00 ke bawah tidak

didevaluasi. Tujuan dilakukan Devaluasi yaitu guna membendung inflasi yang tetap tinggi,

dan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, serta agar dapat

meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil tidak dirugikan.

Selain itu dibelakukannya pembekuan terhadap semua simpanan di bank yang

melebihi jumlah Rp 25.000,00. Namun, tindakan itu tidak dapat mengatasi kemunduran

ekonomi, sehingga pada tanggal 28 Maret 1963 Presiden Soekarno menyampaikan

Page 7: Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

“Deklarasi Ekonomi” yang ternyata tidak berhasil juga. Pembentukan Deklarasi Ekonomi

(Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam

pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada

1961-1962 harga barang-barang naik 400%.

Devaluasi juga dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000

menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama,

tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka tindakan

pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.

2) Pembentukan Front Nasional.

Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.13 Tahun 1959. Front

Nasional merupakan sebuah organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita proklamasi dan

cita-cita yang terkandung dalam UUD 1945. Tujuannya adalah menyatukan segala bentuk

potensi nasional menjadi kekuatan untuk menyukseskan pembangunan. Front Nasional

dipimpin oleh Presiden Sukarno sendiri. Tugas front nasional adalah sebagai berikut :

Menyelesaikan Revolusi Nasional, melaksanakan pembangunan, dan mengembalikan Irian

Barat.

3) Pembentukan Kabinet Kerja.

Tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk kabinet Kerja. Sebagai wakil presiden

diangkatlah Ir. Juanda. Hingga tahun 1964 Kabinet Kerja mengalami tiga kali perombakan

(reshuffle). Program kabinet ini adalah sebagai berikut, mencukupi kebutuhan sandang

pangan, menciptakan keamanan negara, dan berjuang mengembalikan Irian Barat.

4) Pembentukan Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas).

Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi di bawah Kabinet Karya maka

dibentuklah Dewan Perancang Nasional (Depernas) pada tanggal 15 Agustus 1959 dipimpin

oleh Moh. Yamin dengan anggota berjumlah 50 orang. Tugas Depernas : Mempersiapkan

rancangan Undang-undang Pembangunan Nasional yang berencana dan Menilai

Penyelenggaraan Pembangunan. Hasil yang dicapai, dalam waktu 1 tahun Depernas berhasil

menyusun Rancangan Dasar Undang-undang Pembangunan Nasional Sementara Berencana

tahapan tahun 1961-1969 yang disetujui oleh MPRS.

Mengenai masalah pembangunan terutama mengenai perencanaan dan pembangunan

proyek besar dalam bidang industri dan prasarana tidak dapat berjalan dengan lancar sesuai

harapan. 1963 Dewan Perancang Nasional (Depernas) diganti dengan nama Badan Perancang

Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin oleh Presiden Sukarno. Tugas Bappenas

adalah menyusun rencana jangka panjang dan rencana tahunan, baik nasional maupun daerah,

Page 8: Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

mengawasi dan menilai pelaksanaan pembangunan, menyiapkan serta menilai hasil kerja

mandataris untuk MPRS.

5) Deklarasi Ekonomi (Dekon)

Latar belakang dikeluarkan Deklarasi Ekonomi adalah karena berbagai peraturan

dikeluarkan pemerintah untuk merangsang ekspor (export drive) mengalami kegagalan,

misalnya Sistem Bukti Ekspor (SBE). Sulitnya memperoleh bantuan modal dan tenaga dari

luar negeri sehingga pembangunan yang direncanakan guna meningkatkan taraf hidup rakyat

tidak dapat terlaksana dengan baik. Sehingga pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan

landasan baru guna perbaikan ekonomi secara menyeluruh yaitu Deklarasi Ekonomi

(DEKON) dengan 14 peraturan pokoknya.

Dekon dinyatakan sebagai strategi dasar ekonomi Terpimpin Indonesia yang menjadi

bagian dari strategi umum revolusi Indonesia. Strategi Dekon adalah mensukseskan

Pembangunan Sementara Berencana 8 tahun yang polanya telah diserahkan oleh Bappenas

tanggal 13 Agustus 1960. Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa sistem ekonomi

Indonesia adalah Berdikari yaitu berdiri diatas kaki sendiri. Tujuan utama dibentuk Dekon

adalah untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari sisa-

sisa imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.

Dalam tahap pelaksanaannya, peraturan tersebut tidak mampu mengatasi kesulitan

ekonomi dan masalah inflasi, Dekon mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia,

kesulitan-kesulitan ekonomi semakin mencolok, tampak dengan adanya kenaikan harga

barang mencapai 400 % pada tahun 1961-1962, mengakibatkan beban hidup rakyat semakin

berat.

Kegagalan Peraturan Pemerintah disebabkan karena tidak terwujudnya pinjaman dari

International Monetary Fund (IMF) sebesar US$ 400 juta, adanya masalah ekonomi yang

muncul karena pemutusan hubungan dengan Singapura dan Malaysia dalam rangka Dwikora,

politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara barat semakin memperparah kemerosotan

ekonomi Indonesia.

6) Kenaikan laju inflasi

Latar Belakang meningkatnya laju inflasi yaitu penghasilan negara berupa devisa dan

penghasilan lainnya mengalami kemerosotan, nilai mata uang rupiah mengalami

kemerosotan, anggaran belanja mengalami defisit yang semakin besar, pinjaman luar negeri

tidak mampu mengatasi masalah yang ada, upaya likuidasi semua sektor pemerintah maupun

swasta guna penghematan dan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran belanja tidak

berhasil, penertiban administrasi dan manajemen perusahaan guna mencapai keseimbangan

Page 9: Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

keuangan tak memberikan banyak pengaruh, penyaluran kredit baru pada usaha-usaha yang

dianggap penting bagi kesejahteraan rakyat dan pembangunan mengalami kegagalan.

Kegagalan-kegagalan tersebut disebabkan karena pemerintah tidak mempunyai

kemauan politik untuk menahan diri dalam melakukan pengeluaran, diperparah dengan

tindakan pemerintah yang menyelenggarakan proyek-proyek mercusuar seperti GANEFO

(Games of the New Emerging Forces ) dan CONEFO (Conference of the New Emerging

Forces) yang memaksa pemerintah untuk memperbesar pengeluarannya pada setiap tahunnya.

Dampak yang ditimbulkan yaitu inflasi semakin bertambah tinggi, harga-harga

semakin bertambah tinggi, kehidupan masyarakat semakin terjepit, Indonesia pada tahun

1961 secara terus menerus harus membiayai kekurangan neraca pembayaran dari cadangan

emas dan devisa, ekspor semakin buruk dan pembatasan Impor karena lemahnya devisa, pada

tahun 1965 cadangan emas dan devisa telah habis bahkan menunjukkan saldo negatif sebesar

US$ 3 juta sebagai dampak politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara barat.

Kebijakan pemerintah dalam keadaan defisit negara yang semakin meningkat ini

diakhiri pemerintah dengan pencetakan uang baru tanpa perhitungan matang. Sehingga

menambah berat angka inflasi. Dampaknya dari kebijakan pemerintah tersebut, uang rupiah

baru yang seharusnya bernilai 1000 kali lipat uang rupiah lama akan tetapi di masyarakat

uang rupiah baru hanya dihargai sekitar 10 kali lipat lebih tinggi dari uang rupiah baru, dan

tindakan moneter pemerintah untuk menekan angka inflasi malahan menyebabkan

meningkatnya angka inflasi.

7) Meningkatkan Perdagangan dan Perkreditan Luar Negeri.

Pemerintah membangkitkan ekonomi agraris atau pertanian, sebab kurang lebih 80%

penduduk Indonesia hidup dari bidang pertanian. Hasil pertanian tersebut diekspor untuk

memperoleh devisa yang selanjutnya digunakan untuk mengimpor berbagai bahan baku/

barang konsumsi yang belum dihasilkan di Indonesia.

Jika Indonesia tidak mampu memperoleh keuntungan maka akan mencari bantuan

berupa kredit luar negeri guna memenuhi biaya import dan memenuhi kebutuhan masyarakat

di dalam negeri. Sehingga Indonesia mampu memeprbesar komoditi ekspor, dari eksport

tersebut maka akan digunakan untuk membayar utang luar negeri dan untuk kepentingan

dalam negeri. Dengan bantuan kredit tersebut membuka jalan bagi perdagangan dari negara

yang memberikan pinjaman kepada Indonesia.

8) Pembentukan Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) dan Kesatuan Operasi

(KESOP)

Page 10: Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

Dikeluarkan peraturan tanggal 17 April 1964 mengenai adanya Komando Tertinggi

Operasi Ekonomi (KOTOE) dan Kesatuan Operasi (KESOP) dalam usaha perdagangan.

Selain itu diadakannya peleburan bank-bank Negara. Presiden berusaha mempersatukan

semua bank negara ke dalam satu bank sentral sehingga didirikan Bank Tunggal Milik

Negara berdasarkan Penpres No. 7 tahun 1965. Tugas bank tersebut adalah sebagai bank

sirkulasi, bank sentral, dan bank umum. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka dilakukan

peleburan bank-bank negara seperti Bank Koperasi dan Nelayan (BKTN), Bank Umum

Negara, Bank Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia ke dalam Bank Indonesia.

Dibentuklah Bank Negara Indonesia yang terbagi dalam beberapa unit dengan tugas dan

pekerjaan masing-masing. Tindakan itu menimbulkan spekulasi dan penyelewengan dalam

penggunaan uang negara sebab tidak ada lembaga pengawas.

Kegagalan pemerintah dalam menanggung masalah ekonomi, disebabkan karena semua

kegiatan ekonomi terpusat sehingga kegitan ekonomi mengalami penurunan yang disertai

dengan infasi, masalah ekonomi tidak diatasi berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi, tetapi

diatasi dengan cara-cara politis, kemenangan politik diutamakan sedangkan kehidupan

ekonomi diabaikan (politik dikedepankan tanpa memperhatikan ekonomi). Peraturan yang

dikeluarkan oleh pemerintah sering bertentangana antara satu peraturan dengan peraturan

yang lainnya. Tidak ada ukuran yang objektif untuk menilai suatu usaha atau hasil dari suatu

usaha. Terjadinya berbagai bentuk penyelewengan dan salah urus. Kebangkrutan tidak dapat

dikendalikan, masyarakat mengalami kesulitan hidup, kemiskinan, dan angka kriminalitas

yang meningkat.

9) Konfrontasi Ekonomi dalam rangka perjuangan pembebasan Irian Barat

Konfrontasi ekonomi dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap aset-aset dan

kepentingan-kepentingan ekonomi Belanda di Indonesia. Konfrontasi ekonomi tersebut

sebagai berikut :

A) Tahun 1956 secara sepihak Indonesia membatalkan hasil KMB, diumumkan pembatalan

utang-utang RI kepada Belanda.

B) Selama tahun 1957 dilakukan pemogokan buruh di perusahaan-perusahaan Belanda,

melarang terbitan-terbitan dan film berbahasa Belanda, dan melarang penerbangan kapal-

kapal Belanda, serta memboikot kepentingan-kepentingan Belanda di Indonesia.

C) Selama tahun 1958-1959 dilakukan nasionalisasi terhadap ± 700 perusahaan-perusahaan

Belanda di Indonesia, dan mengalihkan pusat pemasaran komoditi RI dan Rotterdam

(Belanda) ke Bremen, Jerman.

Page 11: Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

ANALISIS

Pemikiran – pemikiran ekonomi menurut Soekarno telah kami uraikan sebelumnya.

Menurut pendapat kami pemikiran-pemikiran itu dapat dinilai lumayan “idealis”. Tetapi perlu

diketahui, pemikiran atau konsep, yang bersifat idealistis, kadangkala atau bahkan teramat

sering berbeda dengan kenyataan praktek, dan itu terbukti !!!. Hal inilah yang menimpa

pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Pada beberapa segi memang dapat dipahami dan

dimengerti, karena suatu tindakan atau tingkah laku manusia sangat tergantung pada berbagai

faktor atau kondisi yang melingkupinya seperti juga halnya pada saat suatu konsep atau

sistem dirumuskan untuk dijalankan.

Kontribusi pemerintah dalam usaha-usaha untuk membangun perekonomian dapat

dikatakan “gagal” pada periode Demokrasi Terpimpin (1957-1965) karena semestinya

pembangunan dipahami tidak hanya sebagai pertumbuhan ekonomi atau pembangunan fisik

saja, melainkan seharusnya mewujudkan kesejahteraan yang layak, keadilan sosial dan

keseimbangan ekologis. Di sisi lain, kami melihat pemerintahan Soekarno ini lebih memilih

mendahulukan proses politik daripada proses ekonomi.

Perlu diketahui, periode Orde Lama yang dipimpin Soekarno lebih kuat

nasionalismenya, sentralisasi, komando dan kepemilikan kolektif bisa disimpulkan berarti

prosesnya menjauhi kutub “Laissez-Faire” dan mendekati kutub “Dirigisme/hegemoni”.

Bahan kritik yang pantas ditujukan untuk pemerintahan masa Demokrasi Terpimpin

yaitu perlu ditekankan rasionalitas dalam pengambilan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi.

Selain itu proses perekonomian yang berjalan perlu ditopang dengan penegakkan rule of law

karena dalam masa pemerintahan Demokrasi Terpimpin terjadi banyak penyelewengan

terhadap UUD 1945. Hal yang tidak kalah penting, jangan sampai nasionalisme yang terlalu

berlebihan menghalangi timbulnya modernisasi ekonomi. Khusus mengenai kemercusuaran

nyatanya saat itu anggapan yang ada bahwa Indonesia hanya sebuah mercu saja bagi dunia.

Dengan konsep Ekonomi Terpimpin mulai tahun 1957 hingga tahun 1965. Dalam

periode ini peranan negara dalam pengendalian ekonomi lebih besar dari periode sebelumnya.

Tapi pada kenyataannya sistem politik-ekonomi pada masa ini juga tidak memberikan hasil

yang didambakan masyarakat, terbukti hasilnya kondisi ekonomi yang memprihatinkan.

Inflasi lepas kendali, produksi nasional merosot dan kehidupan sehari-hari pun semakin berat.

Kegagalan ekonomi inilah menjadi salah satu pemicu rezim Demokrasi Terpimpin jatuh,

yang kemudian diganti oleh rezim Orde Baru atau Orde Soeharto.

Page 12: Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

REFERENSI UTAMA :

Buku Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965. Herbert Feith dan Lance Castles.