komunikasi nonverbal

76
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk social. Ia hanya dapat hidup berkembang dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia adalah komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu kita harus memberikan perhatian yang seksama terhadap komunikasi. Setiap orang selalu berupaya memahami setiap peristiwa yang dialaminya. Orang memberikan makna terhadap apa yang terjadi di dalam dirinya sendiri atau 1

Upload: ainun-khotimah

Post on 23-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

gesture, simbol, tanda, isyarat,

TRANSCRIPT

Page 1: komunikasi nonverbal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk social. Ia hanya dapat hidup berkembang dan

berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia

lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan

manusia adalah komunikasi.  Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting

dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh

komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal

maupun yang tidak dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat

vital bagi kehidupan manusia, karena itu kita harus memberikan perhatian yang

seksama terhadap komunikasi.

Setiap orang selalu berupaya memahami setiap peristiwa yang dialaminya.

Orang memberikan makna terhadap apa yang terjadi di dalam dirinya sendiri atau

lingkungan sekitarnya. Makna bukan hanya timbul dari komunikasi verbal, yang

mudah ditangkap dan dipahami maknanya. Mungkin banyak yang mengira pada

saat berkomunikasi dengan orang lain yang paling penting diperhatikan adalah isi

dari perkataan yang disampaikan lawan bicaranya. Namun itu tidak cukup, banyak

gejolak emosi yang dirasakan manusia terlebih ketika berkomunikasi dengan

orang lain. Emosi tersebut bisa tidak ditunjukan dengan kata-kata, namun bahsa

non-verbal tidak bisa berbohong. Dengan melihat gestur, postur, ekspresi wajah,

dan petunjuk lainny, kita bisa membaca perubahan emosi yang dialami oleh

1

Page 2: komunikasi nonverbal

seseorang. Jadi tidak mungkin jika dalam kehidupan sehari-hari kita tidak

menggunakan komunikasi non-verbal.

Penggunaan bahasa verbal dalam berkomunikasi hanya 35% dan 65% dari

komunikasi yang kita lakukan setiap hari adalah komunikasi non-verbal.

Komunikasi non-verbal terjadi sekitar 2/3 kalinya dalam sebuah percakapan.

komunikasi verbal adalah diskrit, sedangkan komunikasi nonverbal terus menerus.

Simbol verbal mulai dan berhenti, kami mulai berbicara pada satu saat dan

berhenti berbicara saat yang lain. Sebaliknya, komunikasi nonverbal cenderung

mengalir terus. Sebelum kita berbicara, ekspresi wajah dan postur

mengungkapkan perasaan kita, saat kita bicara, gerakan tubuh kita dan

mengkomunikasikan penampilan, dan setelah kita berbicara postur tubuh berubah,

mungkin santai.

Pesan-pesan nonverbal juga berfungsi untuk mengkontradiksikan atau

menegaskan pesan verbal seperti dalam sarkasme atau sindirian-sindiran tajam.

Kadang-kadang, komunikasi nonverbal mengganti pesan verbal. Misalnya, kita

tidak perlu secara verbal menyatakan kata "menang", namun cukup hanya

mengacungkan dua jari kita membentuk huruf `V' (victory) yang bermakna

kemenangan. Fungsi lain dari komunikasi nonverbal adalah mengatur pesan

verbal. Pesan-pesan nonverbal berfungsi untuk mengendalikan sebuah interaksi

dalam suatu cara yang sesuai dan halus, seperti misalnya anggukan kepala selama

percakapan berlangsung. Selain itu, komunikasi nonverbal juga memberi

penekanan kepada pesan verbal, seperti mengacungkan kepalan tangan.

2

Page 3: komunikasi nonverbal

1.2 Rumusan Masalah

- Apa pengertian komunikasi non-verbal ?

- Apa saja karakteristik dari komunikasi non-verbal ?

- Apa saja pengaruh-pengaruh komunikasi non-verbal ?

- Apa fungsi komunikasi non-verbal ?

- Apa saja macam-macam tipe komunikasi non-verbal ?

1.3 Tujuan

- Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi non-verbal

- Mengetahui karakteristik komunikasi non-verbal

- Memahami pengaruh komunikasi non-verbal

- Mengetahui fungsi dari komunikasi non-verbal

- Memahami macam-macam tipe komunikasi non-verbal

3

Page 4: komunikasi nonverbal

BAB II

PEMBAHASAN

Sering kali muncul kesenjangan besar antara apa yang orang katakan dan

apa yang mereka rasakan. Seperti contoh ketika seorang pembicara mencoba

tampil dengan percaya diri, tetapi bertindak seperti orang yang ingin berteriak

keluar (gugup). Atau, ketika dalam pertemanan salah satu teman bertanya “kamu

kenapa?” dan teman yang satu menjawab “tidak apa-apa” padalah dalam hatinya

ada sesuatu yang mengganjal (masalah) pada kasus-kasus ini kita mendapatkan

respon yang tidak benar atau bohong.

Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak pesan yang kita dapat dan kita

sampaikan meskipun tanpa kata-kata sama sekali. Ekspresi marah, jengkel,

tersenyum, bahagia, dan yang lainnya bisa lebih memiliki makna dari kata-kata

yang diucapkan. Dalam materi kali ini kita mulai mempelajari komunikasi non-

verbal yang sepertinya terlihat mudah dengan arti “non” tidak dan “verbal” kata-

kata (lisan) jika disatukan komunikasi non-verbal yaitu komunikasi yang

tidak/tanpa kata-kata. Ini permulaan yang baik untuk mengetahui dan mempelajari

komunikasi non-verbal selanjutnya akan ditamilkan perbedaan antara komunikasi

verbal dan komunikasi verbal dengan suara dan tanpa suara.

Pengertian dari komunikasi non-verbal disini adalah “oral and nonoral

messages expressed by other than linguistic means.” Bukan hanya tanda bahasa

yang di tulis menggunakan kata-kata saja, tetapi juga pesan yang disampaikan yang

mempunyai makna tapi tidak memiliki bahasa ; tanda-tanda, ekspresi tertawa, bahagia,

sedih, dan ungkapan-ungkapan yang biasa kita dengar.

4

Page 5: komunikasi nonverbal

T A B L E 5 - 1 Types of Communication

Vocal Communication Nonvocal

Communication

Verbal

Communication

Spoken words Written words

Nonverbal

Communication

Tone of voice, sighs,

screams, vocal qualities

(loudness, pitch, and so on)

Gestures, movement,

appearance, facial

expression, and so on

Dalam tabel ini dijelaskan bahwa komunikasi verbal yang menggunakan

suara ; berbicara menggunakan kata-kata, dan komunikasi verbal tanpa suara;

menulis kata-kata. Sedangkan komunikasi non-verbal yang menggunakan suara

adalah nada suara, desauan, teriakan, kualitas suara (halus, lembut, cepat dan lain-

lain) dan komunikasi non-verbal tanpa suara; bahasa tubuh, gerak-gerik,

penampilan, ekspresi wajah dan lain-lain.

2.1 Karakteristik Komunikasi Non-Verbal

2.1.1. Nonverbal Communication Exists (keberadaan komunikasi nonverbal)

Dalam suatu pengamatan terbukti bahwa tanpa memahami pembicaraan

tidak mungkin akan memahami maksud dari apa yang dirasakan. Kalian pasti bisa

membedakan antara orang yang sedang tergesa-gesa akan berbeda dengan orang

yang bahagia, putus asa, kecewa, atau rapuh. Poin terpenting adalah tanpa

pengetahuan formal pun kalian sudah dapat mengenal dan sedikit banyaknya

5

Page 6: komunikasi nonverbal

sudah bisa menafsirkan pesan dari seseorang yang ditunjukan dengan cara

nonverbal.

2.1.2. Nonverbal Behavior Has Communicative Value

(Perilaku Nonverbal Memiliki Nilai Komunikatif)

Pada hakikatnya tidak akan mungkin kita menyampaikan pesan tanpa

menggunakan komunikasi non-verbal

pula. Sama pada foto yang ada di

halaman ini, pemaknaan/ pengartian

nonverbal dari foto itu bisa saja

ambigu, tetapi pada titik ini lah

komunikasi nonverbal dapat memiliki

nilai yang lebih komunikatif.

Biasanya kita tidak selalu

bermaksud utntuk mengirimkan pesan

non-verbal. Tanpa disengaja sikap

nonverbal yang satu akan berbeda dengan sikap yang lainnya. Contohnya sering

kali kita gagap, malu-malu, mengerutkan dahi, dan berkeringat tanpa maksud

yang sama. Beberapa teori berpendapat bahwa perilaku yang tidak disengaja dapat

memberikan informasi, tetapi seharusnya tidak terhitung sebagai komunikasi. Hal

yang menarik adalah batas-batas komunikasi non-verbal yang lebih luas, perilaku

yang tidak disengaja dalam menyampaikan pesan dipelajari dalam komunikasi.

Kami melihat secara luas, perilaku nonverbal yang disengaja orang lain akan

6

Page 7: komunikasi nonverbal

dapat mengenalinya dan menilai ketika menanggapinya. Walaupun prilaku non-

verbal mengungkapkan suatu informasi, kita tidak selalu menyadari atas apa yang

kita komunikasikan dengan non-verbal kita. Dalam satu studi, kurang dari

seperempat percobaan suatu subjek yang telah diperitahkan/diinstruksikan untuk

menujukan peningkatan atau penurunan rasa sukanya pada pasangan dapat

dideskripsikan/digambarkan dengan prilaku nonverbal mereka. Selanjutnya,

bukan berarti seorang komunikator yang ekspresif dalam non-verbal orang lain

akan mengikuti/ masuk kedalam banyak pesan yang tidak terucap tersebut. Salah

satu penelitian membandingkan komunikasi e-mail yang di konfirmasi pada

seseorang lebih kekayaan pesannya lebih banyak daripada informasi yang ada

dalam percakapan tatap muka (face to face) tetapi dalam study ini juga

menunjukkan bahwa beberapa komunikator (terutama pria) gagal untuk

mengenali pesan-pesan tersebut.

UNDERSTANDING COMMUNICATION TECHNOLOGY

EXPRESSIVENESS IN ONLINE COMMUNICATION

Communication scholars have characterized face-to-face interaction as "rich" in nonverbal cues that convey feelings and attitudes. Even telephone conversations carry a fair amount of emotional information via the speakers' vocal qualities.

By comparison, most text-based communica¬tion on the Internet, such as e-mail and instant messaging, is relatively lean in relational information. With only words, subtlety is lost. This is why hints and jokes that might work well in person or on the phone often fail when communicated online. Ever since the early days of e-mail, Internet correspon¬dents have devised a series of "emoticons" using typed characters to convey feelings. The most common of these is the symbol :) , which, of course, represents humorous intent.

Less commonly used emoticons convey other emotions::-( is a frown, :-0 surprise, and so on. Even though you can't make your voice louder or softer or change its

7

Page 8: komunikasi nonverbal

tone in type, you can use regular keyboard characters to convey a surprisingly large range of feelings.

Asterisks Not all e-mail and instant messaging systems allow the use of italics, which are useful for emphasizing a point. Enclosing a statement in asterisks can add the same sort of light emphasis. Instead of saying I really want to hear from you,you can say I *really* want to hear from you.

Notice how changing the placement of asterisks produces a different message:

I really want to hear from *you.*

Capitalization Capitalizing a word or phrase can also em¬phasize the point:

I hate to be a pest, but I need the $2 0 you owe me TODAY.

Overuse of capitals can be offensive. Be sure to avoid typ¬ing messages in all uppercase letters, which creates the im¬pression of shouting:

HOW ARE YOU DOING? WE ARE HAVING A GREAT TIME HERE. BE SURE TO COME SEE US SOON.

Multiple Methods of Emphasis When you want to em¬phasize a point, you can use multiple methods:

I can't believe you told the boss that I sleep with a teddy bear! I wanted to *die* of embarrassment. Please don't *EVER* **EVER** do that kind of thing again.

Use this type of emphasis sparingly, and only where you want to make your point very strongly.

Adapted from K. Baker and S. Baker, How to Say It Online (New York: Prentice Hall, 2001)

Fakta bahwa anda dan orang-orang disekitar anda terus menerus

mengirimkan pesan nonverbal penting karena itu berarti anda memiliki sumber

informasi yang stabil yang tersedia dalam diri sendiri dan orang lain. Jika anda

dapat mengatur tanda-tanda ini, anda akan lebih sadar tentang bagaimana orang-

8

Page 9: komunikasi nonverbal

orang di sekitar anda dan berpikir, dan anda akan lebih mampu menanggapi

perilaku mereka.

2.1.3 Nonverbal Communication Is Primarily Relational

(Komunikasi Nonverbal adalah hubungan yang utama)

Beberapa pesan nonverbal melayani fungsi yang bermanfaat. Sebagai

contoh, seorang polisi mengtur arus lalu lintas dan pengguna jalan raya dengan

menggunakan gerakan tangan untuk mengkordinaksian pekerjaannya. Tetap

komunikasi nonverbal melayani jauh lebih umum (dan lebih menarik) dari

serangkaian fungsi sosial. Salah satu fungsi sosial yang penting dari komunikasi

nonverbal adalah mengelola identitas diri. Pada bab sebelumnya (bab 2) telah

dibahas bagaimana kita berusaha untuk membuat gambaran diri sendiri karena

kita ingin orang lain mengenali kita. Komunikasi nonverbal memainkan

pentingnya peran dalam sebuah proses, dalam banyak kasus komunikasi

nonverbal lebih penting dari komunikasi verbal. Misalnya, apa yang terjadi ketika

anda menghadiri sebuah pesta di mana anda akan bertemu orang asing (orang

lain) yang ingin mengenali anda lebih. Alih-alih menginterpretasikan diri anda

secara verbal (“hai! Aku menarik, ramah, dan santai”), tapi anda malah akan

berprilaku dengan cara yang akan menghadiri identitas anda. Mingkin anda akan

lebih banyak senyum atau dengan sikap yang lebih santai. Hali ini juga

kemungkinan anda akan lebih memperhatikan cara berpakaian anda, karena itu

akan menggambarkan sikap perhatian anda pada penampilan sendiri.

9

Page 10: komunikasi nonverbal

Seiring dengan mengelola identitas diri, komunikasi nonverbal

memungkinkan kita untuk menentukan jenis hubungan yang ingin kita bina

dengan orang lain. Kita dapat menilai ini bahkan memiliki berbagai cara dalam

berprilaku utnuk menyapa orang lain. Kita bisa melambaikan tangan, berjabat

tangan, menganggukan kepala, tersenyum, menepuk orang lain dari belakang,

meberikan pelukan, atau menghindari semua kontak tersebut. Masing-masing dari

keputusan tersebut dapat menggambarkan hubungan yang di bina dengan orang

lain.

Fungsi sosial yang ketiga dari komunikasi nonverbal adalah

menyampaikan emosi yang mungkin tidak mampu untuk diekspresikan atau

mungkin yang bahkan tidak disadarinya. Bahkan, komunikasi nonverbal jauh

lebih cocok untuk mengekspresikan sikap dan perasaan dari sebuah maksud.

Kita dapat membuktikan ini untuk diri sendiri dengan membayangkan

bagaimana kita bisa mengekspresikan setiap poin pada daftar berikut:

? Anda bosan.

? Anda menentang hukuman mati.

? Anda tertarik pada orang lain dalam kelompok.

? Anda ingin tahu apakah Anda akan diuji pada bahan ini.

? Anda gugup tentang mencoba eksperimen ini.

10

Page 11: komunikasi nonverbal

Poin yang pertama, ketiga, dan kelima dalam daftar ini semua melibatkan

sikap, mungkin kita bisa bayangkan bagaimana masing-masing dapat dinyatakan

nonverbal. Sebaliknya, poin kedua dan keempat melibatkan ide-ide, dan mereka

akan sangat sulit untuk menyampaikan tanpa menggunakan kata-kata.

2.1.4 Nonverbal Communication Is Ambiguous (Komunikasi Nonverbal itu

Ambigu)

Sangat penting untuk disadari bahwa komunikasi nonverbal sering sekali

sulit untuk ditafsirkan

secara akurat. Untuk

memahami sifat ambigu

dari komunikasi

nonverbal pelajarilah

foto pada halaman ini.

Emosi apa yang anda

bayangkan dari perasaan

pasangan ini: sedih? Menderita? Sekarat? Padahal tidak satupun dari presepsi itu

mendekati. Nyatanya pasangan tersebut baru mednapatkan lotre $ 1 juta dari

negara bagian New Jersey.

Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi nonverbal juga sangat ambigu.

Misalnya mengandalkan komunikasi nonverbal dalam mengkomunikasikan

permasalahan pada suatu hubungan berpacaran. Atau pada sebuah peraturan

swalayan bagian kasir yang mengharuskan tersenyum dan membuat kontak mata

11

Page 12: komunikasi nonverbal

dengan pelanggan, mungkin beberapa pelanggan akan salah menafsirkan maksud

dari pesan nonverbal tersebut.

Meskipun semua prilaku nonverbal adalah ambigu, beberapa emosi lebih

mudah untuk memecahkan kode akurat daripada yang lain. Dalam suatu

percobaan, subjek yang dengan baik bisa diidentifikasi adalah ekspresi wajah

positif seperti bahagia, cinta, kejutan daripada yang negatif seperti rasa takut,

sedih, marah dan jijik. Dalam kehidupan nyata, bagaimanapun ekspresi nonverbal

yang spontan dan ambigu dari pengamatan dapat mengidentifkasi pesan emosi

yang mereka sampaikan.

Beberapa orang lebih terampil daripada yang lain dalam mengirimkan atau

mengkomunikasinan perilaku nonverbalnya. Mereka yang baik dalam mengirim

pesan nonverbal biasanya juga adalah penerima yang lebih baik. Kemampuan

mengirim pesan nonverbal juga meningkat dilihat dari usia dan pelatihan

(pembelajaran), meskipun masih ada yang berbeda dalam kemampuannya karenan

faktor kepribadian dan pekerjaan. Menariknya, wanita tampaknya jauh lebih baik

dari pada laki-laki dalam mengirimkan pesan nonverbal. Lebih dari 95% dari studi

penelitian menunjukan bahwa perempuan lebih akurat dalam menafsirkan

tanda/pesan nonverbal.

Ketika kita mencoba meluruskan keambiguan dari sebuah pesan

nonverbal, kita perlu mepertimbangkan beberapa faktor: konteks dimana pesan itu

terjadi, sejarah hubungan dengan si pengirim pesan, suasana hati pada saat itu, dan

perasaan anda pada saat itu. Gagasan yang terpenting adalah bahwa ketika kita

12

Page 13: komunikasi nonverbal

menyadari pesan nonverbal, kita harus menganggap meraka bukan hanya fakta,

tapi juga sebagai petunjuk yang perlu diperiksa.

2.1.5 Nonverbal Communication Is Different from Verbal Communication

(Komunikasi Nonverbal Itu Bebeda dengan Komunikasi Verbal)

seperti pada tabel 5-2 menunjukka, komunikasi nonverbal berbeda dalam

beberapa hal dari bahasa lisan dan tulisan. Perbedaan-perbedaan ini memberikan

beberapa alasan mengapa sangat penting bagi kita untuk mempelajari dan fokus

pada prilaku nonverbal. Sebagai contoh, pesan verbal itu hampir selalu disengaja,

sementara isyarat nonverbal sering tidak dinginkan, dan kadang-kadang tidak

sadar.

TABLE 5-2 Some Differences between Verbal and Nonverbal Communication

Verbal communication Nonverbal

communication

Complexity One dimension (words only) Multiple dimensions

(voice, posture, gestures,

distance, etc.)

Flow Intermittent (speaking and silence

alternate)

Continuous (it's

impossible to not

communicate

nonverbally)

13

Page 14: komunikasi nonverbal

Clarity Less subject to misinterpretation More ambiguous

Impact Has less impact when verbal and

nonverbal cues are contradictory

Has stronger impact

when verbal and

nonverbal cues are

contradictory

Intentionality Usually deliberate Often unintentional

2.1.6 Nonverbal Skills Are Important (Kemampuan Nonverbal itu sangat

Penting)

Sulit untuk melebih-lebihkan ekspresi nonverbal yang efektif dan

kemampuan untuk membaca dan menaggapi perilaku orang lain. Pengiriman

pesan nonverbal dan kemampuan menerima pesan adalah yang terpenting dari

sebuah popularitas, daya tarik, dan kesejahteraan sosial-emosional. Komunikasi

nonverbal yang baik adalah yang lebih persuasif dan mereka bisa dan memiliki

kesempatan lebih besar untuk sukses dalam merubah kebohongan (wajah bukan

sebenarnya) menajadi keadaan sebenarnya. Kesensitivan pesan nonverbal adalah

hal utama dari apa yang beberapa ilmuwan sosial yang menyebutnya “kecerdasan

emosional”, peneliti telah membahas dan mengakui bahwa tidak mungkin

mempelajari bahasa lisan tanpa memperhatikan dimensi nonverbalnya.

14

Page 15: komunikasi nonverbal

2.2 Pengaruh dari komunikasi nonverbal

Banyak komunikasi nonverbal bersifat universal. Sebagai contoh, para

peneliti telah menemukan setidaknya enam ekspresi wajah bahwa semua manusia

di mana-mana menggunakan dan memahami: kebahagiaan, sedih, takut, marah,

jijik, dan terkejut. Bahkan anak-anak yang telah buta sejak lahir mengungkapkan

perasaan mereka menggunakan ekspresi ini. Terlepas dari kesamaan, ada beberapa

perbedaan penting dalam cara orang menggunakan dan memahami perilaku

nonverbal. Kita akan melihat beberapa perbedaan ini sekarang.

2.2.1 Culture (Budaya)

Budaya memiliki bahasa verbal dan nonverbal yang berbeda. Fiorello

LaGuardin, walikota New York 1933-1945, fasih dalam berbahasa Inggris, Italia,

dan Yiddish. Para peneliti yang menonton film pidato kampanyenya menemukan

bahwa dia memiliki kemampuan menyampaikan bahasa verbal dengan perubahan

perilaku nonverbalnya. Arti dari gerakan bervariasi dari satu budaya kebudaya

yang lainnya. "Oke" gerakan yang dibuat dengan bergabung ibu jari dan telunjuk

membentuk lingkaran merupakan penegasan cherry bagi kebanyakan orang

Amerika, tetapi memiliki makna yang kurang positif di bagian lain dari dunia.

Namun sebagian besar dari bentuk komunikasi nonverbal dibentuk oleh budaya.

Di Prancis dan Belgia itu berarti "Kau layak nol." Di Yunani dan Turki itu adalah

undangan seksual vulgar, biasanya dimaksudkan sebagai penghinaan.

Perbedaan lintas budaya yang kurang jelas dapat merusak hubungan tanpa

ada pihak yang mengetahui apa sebenarnya yang tidak beres. Edward Hall

15

Page 16: komunikasi nonverbal

mengungkapkan bahwa orang Amerika lebih nyaman mendiskusikan bisnis pada

jarak kira-kira empat kaki, sedangkan orang Timur Tengah lebih nyaman berdiri

lebih dekat. Sangat mudah untuk memvisualisasikan kecanggungan yang mungkin

terjadi ketika kedua orang itu bertemu. Keduanya akan merasa tidak nyaman, dan

kemungkinan tidak ada yang tahu mengapa. Seperti jarak, pola kontak mata pun

bervariasi di seluruh dunia. Tatapan langsung dianggap baik dalam berbicara di

Amerika Latin, Arab, dan Selatan Eropa. Di sisi lain, orang-orang Asia, India,

Pakistan, dan Eropa Utara menatap bagi para pendengar merupakan hal yang tidak

penting. Dalam kedua kasus yang berbeda ini, keduanya cendrung membuat

pendengar lebih nyaman. Selain itu, dalam budaya Eropa dan Amerika, kita

cendrung menghargai kontak mata terus-menerus sebagai tanda kejujuran dan

kepercayaan. Namun, dalam banyak budaya kontak mata langsung dianggap

sebagai menantang. Oleh karena itu, ketika membuat penilaian tentan komunikasi

nonverbal adalah amat pentiong untuk memastikan bahwa anda sangat sensitif

terhadap asal mula budaya yang anda amati.

Para komunikator menjadi lebih toleran terhadap orang lain yang memiliki

prilaku nonverbal berbeda karena hasil dari perbedaan budaya. Meskipun ada

perbedaan seperti ini, banyak juga perilaku nonverbal memliki arti yang sama di

seluruh dunia. Senyum dan tawa adalah tanda emosi positif dan universal,

sedangkan ekspresi asam menyampaikan ketidak senangan dalam setiap

kebudayaan. Meskipun ekspresi nonverbal seperti ini mungkin universal, cara

digunakannya bervariasi secara luas di seluruh dunia. Dalam materi ini

komunikator yang terampil dapat menyesuaikan perilaku mereka ketika

16

Page 17: komunikasi nonverbal

berintereaksi dedngan anggota budaya dan antar budaya lainnya agar pertukaran

lebih halus dan efektif.

2.2.2 Gender

Sangat mudah untuk mengidentifikasi perbedaan stereotip gaya maskulin

dan feminin dalam komunikasi nonverbal. Hanya berpikir tentang karikatur

berlebihan tentang laki-laki macho dan wanita halus yang muncul dari waktu ke

waktu.

Meskipun hanya sedikit dari kita berperilaku seperti karakter film stereotip

maskulin atau feminin, terdapat perbedaan yang bisa dikenali dalam cara pria dan

wanita dalam melihat dan bertindak. Beberapa perbedaan yang paling jelas adalah

fisiologis: tinggi, kedalaman dan volume suara, dan sebagainya. Perbedaan

lainnya adalah sosial. Misalnya, perempuan biasanya lebih ekspresif nonverbal,

dan mereka lebih baik dalam mengenali perilaku nonverbal orang lain.

Kebanyakan sarjana komunikasi sepakat bahwa faktor-faktor sosial

memiliki pengaruh yang lebih dibanding faktor biologis dalam membentuk

bagaimana pria dan wanita berperilaku. Misalnya, kemampuan untuk membaca

isyarat-isyarat nonverbal mungkin harus lebih berkaitan dengan status sosial

perempuan yang secara historis kurang kuat dalam membaca isyarat : Orang-

orang di posisi kerja bawahan juga memiliki kemampuan pendekodean yang lebih

baik. Sebagai perempuan tetap memperoleh status yang sama di tempat kerja dan

di rumah, hasil paradoks mungkin kurang kepekaan dalam membaca isyarat

nonverbal.17

Page 18: komunikasi nonverbal

Norma-norma budaya di dunia Barat membedakan laki-laki dari perilaku wanita.

Sebagai contoh, wanita lebih sering melakukan kontak mata dari pada laki-laki

dengan lawan bicara dalam percakapannya. Mereka lebih secara vokal ekspresif

dari pada pria. Wanita berinteraksi pada jarak lebih dekat, baik dengan laki-laki

dan dengan wanita lain, dari pada laki-laki dalam percakapan sesama jenis. Pria

lebih cenderung untuk bersandar ke depan dalam percakapan dari pada wanita.

Mereka butuh dan diberi ruang yang lebih pribadi. Wanita lebih cenderung untuk

menghadapi pasangan dalam percakapannya, sedangkan laki-laki biasanya lebih

berdiri di sudut. Wanita mengekspresikan emosi melalui ekspresi wajah dari pada

laki-laki. Paling terasa, wanita tersenyum jauh lebih dari pada laki-laki. Wanita

banyak bergerak, sedangkan laki-laki menggunakan gerakan yang lebih luas.

Setelah melihat perbedaan seperti ini, mungkin tampak seolah-olah pria dan

wanita berkomunikasi dengan cara yang sangat berbeda. Bahkan, komunikasi

nonverbal laki-laki dan perempuan adalah lebih mirip daripada perbedaan dalam

berbagai hal. Perbedaan seperti yang dijelaskan dalam paragraf sebelumnya yang

terlihat, tetapi mereka sebanding dengan aturan serupa yang kita ikuti di berbagai

bidang seperti melakukan kontak mata, postur, dan gerakan. Anda dapat

membuktikan hal ini dengan membayangkan apa anda akan menggunakan aturan

nonverbal yang berbeda secara radikal: berdiri hanya satu inci dari orang lain,

mengendus orang asing, atau menekan dahi seseorang ketika Anda ingin

perhatiannya. Sementara seks biologis dan norma-norma budaya pasti memiliki

pengaruh pada gaya nonverbal, mereka tidak sedramatis "pria berasal dari Mars,

wanita dari Venus" tesis menunjukkan.

18

Page 19: komunikasi nonverbal

2.3 Fungsi Komunikasi Nonverbal

Meskipun pesan verbal dan nonverbal berbeda dalam banyak hal, kedua

bentuk komunikasi digunakan bersama pada banyak kesempatan. pembahasan

berikut menjelaskan banyak fungsi komunikasi nonverbal dapat membantu dan

menunjukkan bagaimana pesan nonverbal yang berhubungan dengan verbal.

2.3.1 Mengulangi (Repeating)

Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal. Misalnya, jika

seseorang meminta Anda untuk menunjukan arah ke apotek terdekat, Anda bisa

mengatakan, "Utara sekitar dua blok dari sini," Anda dapat mengulangi instruksi

nonverbal dengan menunjuk ke utara. Menunjuk adalah contoh dari apa yang para

ilmuwan sosial sebut dengan perilaku nonverbal yang disengaja yang memiliki

makna yang dapat diketahui semua orang dalam suatu kelompok budaya. Sebagai

contoh, kita semua tahu bahwa mengangguk kepala berarti "ya," goyang kepala

berarti "tidak", melambaikan tangan berarti "halo" atau "selamat tinggal," dan

tangan ke telinga berarti "Saya tidak bisa mendengar Anda.

2.3.2 Mengganti (Substituting)

Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi tanpa

berbicara Anda bisa berinteraksi dengan orang lain. Misalnya seseorang bertanya

kepada Anda "Bagaimana kabarmu?", lalu Anda menggantikan jawaban verbal

dengan sebuah napas, senyum, atau kerutan. Contoh ini menunjukkan, bahwa

19

Page 20: komunikasi nonverbal

pengganti nonverbal ini sangat penting ketika orang enggan untuk

mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata.

2.3.3 Melengkapi (Complementing)

Kadang-kadang perilaku nonverbal sesuai dengan isi dari pesan verbal.

Misalnya, seorang teman meminta maaf karena lupa janji dengan Anda. Ketulusan

teman Anda akan diperkuat jika permintaan maaf secara lisan disertai dengan

perilaku yang nonverbal sesuai yaitu; nada suara yang tepat, ekspresi wajah, dan

sebagainya. sedangkan jika permintaan maaf teman Anda disampaikan dengan

mengangkat bahu, seringai, dan nada suara yang tinggi, Anda mungkin akan

meragukan ketulusannya, tidak peduli seberapa banyak penjelasan verbal teman

anda.

Banyak pelengkap perilaku yang terdiri dari perilaku ilustrasi nonverbal

untuk menyertai dan mendukungan kata yang diucapkan. Misalnya, menggaruk-

garuk kepala ketika mencari ide dan menjentikkan jari Anda ketika menemukan

ide adalah contoh ilustrator yang melengkapi pesan verbal. Penelitian

menunjukkan bahwa orang Amerika Utara menggunakan ilustrator lebih sering

ketika mereka terangsang secara emosional mencoba untuk menjelaskan ide-ide

yang sulit untuk dimasukkan ke dalam kata-kata ketika mereka marah, ngeri,

sangat gelisah, tertekan, atau bersemangat.

20

Page 21: komunikasi nonverbal

2.3.4 Aksen (Accenting)

Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Sama seperti

kita menggunakan huruf miring untuk menekankan ide dalam cetakan. Menunjuk

jari menuduh menambahkan penekanan terhadap kritik (serta mungkin

menciptakan defensif di penerima). Menekankan kata-kata tertentu dengan suara

("Itu adalah ide Anda!") Adalah cara lain untuk menambahkan aksen nonverbal.

2.3.5 Pengaturan (Regulating)

Perilaku nonverbal dapat mengontrol arus komunikasi verbal. Misalnya

Anda sebagi mahasiswa mengenakan jaket atau membereskan buku-buku, atau

melihat jam tangan Anda menjelang kuliah berakhir, sehingga dosen segera

menutup kuliahnya.

2.3.6 Bertentangan (Contradicting)

Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku

verbal dan bisa memberikan makna lain terhadap pesan verbal . Misalnya, seorang

suami mengatakan, “Bagus! Bagus!” ketika dimintai komentar oleh istrinya

mengenai gaun yang baru dibelinya, seraya terus membaca surat kabar atau

menonton televisi, atau seorang dosen yang melihat jam tangan dua-tiga kali,

padahal tadi ia mengatakan bahwa ia mempunyai waktu untuk berbicara dengan

mahasiswanya.

21

Page 22: komunikasi nonverbal

2.3.7 Kebohongan (Membohongi)

Kebohongan mungkin merupakan jenis yang paling menarik dari

komunikasi nonverbal dan salah satu ilmu sosial yang telah dipelajari secara

ekstensif. Sebagian besar pesan yang kita terima tidak sepenuhnya benar. Tidak

semua kebohongan adalah mementingkan diri sendiri atau berbahaya. Sebagai

contoh, Anda mungkin mengatakan "kebohongan putih" untuk menghindari

menyakiti perasaan seorang teman yang meminta pendapat Anda: "Itu tato baru,

eh, terlihat bagus." Dalam situasi seperti ini, sangat mudah untuk melihat

bagaimana faktor-faktor nonverbal dapat membuat ekspresi wajah berbohong

berhasil atau gagal.

TABLE 5-3 Leakage of Nonverbal Clues to Deception

Deception Clues Are Most Likely

When the Deceiver

Deception Clues Are Least Likely

When the Deceiver

Wants to hide emotions being experienced at the moment.

Wants to hide information unrelated to his or her emotions.

Feels strongly about the information being hidden

Has no strong feelings about the information being hidden

Feels apprehensive about the deception. Feels confident about the deception.

Feels guilty about being deceptive. Experiences little guilt about the deception.

Gets little enjoyment from being deceptive.

Enjoys the deception.

Needs to construct the message carefully while delivering it.

Knows the deceptive message well and has rehearsed it.

22

Page 23: komunikasi nonverbal

Kebanyakan orang terutama perempuan menjadi pembohong yang lebih

sukses saat mereka tumbuh dewasa. Tingginya monitor diri biasanya lebih baik

menyembunyikan kebohongan mereka dari pada komunikator yang kurang sadar

diri, dan pembohong yang sangat ekspresif lebih jujur dari pada mereka yang

lebih tenang. Tidak mengherankan, orang-orang yang pekerjaannya

mengharuskan mereka untuk bertindak berbeda dari yang mereka rasakan, seperti

aktor, pengacara, diplomat, dan tenaga penjualan, lebih berhasil berbohong dari

pada masyarakat umum.

Seberapa baik orang-orang dalam mendeteksi kebohongan? Kisaran

efektivitas dalam mengungkap pesan yang semu bersifat luas yaitu, mulai dari 45

sampai 70 persen. Ketika kita tumbuh tua kita menjadi lebih baik dalam

menafsirkan pesan yang kontradiktif.

2.4 Jenis-jenis Komunikasi Nonverbal

Menurut Ray L. Birdwhistell, 65% dari komunikasa tatap-muka adalah

non verbal, sementara menurut Albert Mehrabian, 93% dari semua makna social

dalam komunikasi tatap muka diperoleh dari isyarat-isyarat non verbal.

Komunikasi non verbal ialah menyampaikan arti (pesan) yang meliputi ketidak

hadiran simbol-simbol suara atau perwujudan suara.

Perilaku non verbal kita terima sebagai suatu “paket” siap pakai dari

lingkungan sosial kita. Kita tidak pernah mempersoalkan mengapa kita harus

memberi isyarat begini untuk mengatakan suatu hal atau isyarat begitu untuk

mengatakan hal lain. Bila seseorang  bertanya, mengapa umumnya bangsa Barat

23

Page 24: komunikasi nonverbal

berjabatan tangan ketika bertemu, ia mungkin diberi jawaban mengenai zaman

ketika orang menggunakan pedang dan bagaimana orang mengulurkan tangan

kanan kosong kepada tamu untuk menunjukkan keramahan.

Kita dapat mengklasifikasikan pesan-pesan non verbal ini dengan berbagai

cara. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi 3 bagian.

Pertama, bahasa tanda; kedua, bahasa tindakan; dan ketiga bahasa objek.

Meskipun tidak menggunakan pengkatagorian di atas, kita akan membahas

berbagai jenis pesan non verbal yang kita anggap penting. Salah satunya adalah

gerakan tubuh atau perilaku kinetik.

Sekarang Anda memahami bagaimana pesan nonverbal digunakan sebagai

bentuk komunikasi, kita dapat melihat berbagai bentuk perilaku nonverbal.

Halaman-halaman berikut ini menjelaskan bagaimana tubuh kita, artefak,

lingkungan, dan cara kita mengirim pesan menggunakan waktu.

2.4.1 Postur dan Gesture

Berhenti membaca sejenak dan perhatikan bagaimana Anda duduk. Apa

posisi nonverbal Anda mengatakan bagaimana perasaan Anda? Apakah ada orang

lain di dekat Anda sekarang? Pesan apa yang Anda dapatkan dari postur dan

gerakan mereka? nyalakan televisi Anda untuk program apapun, dan tanpa

menyalakan suara, lihat apa pesan yang dikomunikasikan oleh gerakan dan posisi

tubuh dari orang-orang di layar. Percobaan ini sederhana menggambarkan

kekuatan komunikatif Kinesics, studi tentang gerakan tubuh, gerakan, dan postur.

24

Page 25: komunikasi nonverbal

Postur adalah saluran yang kaya untuk menyampaikan informasi

nonverbal. Dari waktu ke waktu pesan postural yang jelas. Kebanyakan isyarat

postural yang lebih halus. Misalnya, tindakan mencerminkan postur orang lain

dapat memiliki konsekuensi positif. Satu penelitian menunjukkan bahwa konseler

karir yang digunakan "postur gema" untuk menyalin postur klien yang dinilai

lebih empatik daripada mereka yang tidak mencerminkan postur klien. Para

peneliti juga menemukan bahwa mitra dalam hubungan romantis cermin an

perilaku satu sama lain.

Postur dapat berkomunikasi sebagai kerentanan dalam situasi yang jauh

lebih serius daripada pengaturan sosial atau bisnis belaka. Satu studi menunjukkan

bahwa pemerkosa kadang-kadang menggunakan petunjuk postural untuk memilih

korban yang mereka percaya akan mudah untuk diintimidasi. Sasaran empuk

biasanya yang berjalan perlahan-lahan dan hati-hati, menunduk kebawah, dan

menggerakkan tangan dan kaki mereka dalam jangka pendek, juga gerakan

tersentak-sentak.

Gestures adalah elemen dasar komunikasi yang begitu fundamental, pada

kenyataannya, bahwa setiap orang telah menggunakannya dari sejak lahir. Satu

kelompok gerakan ambigu terdiri dari apa yang biasanya kita sebut gerakan

gelisah. Para ilmuwan sosial menyebut perilaku ini manipulator. Aturan-aturan

sosial dapat mencegah kita untuk melakukan sebagian manipulator di depan

umum, tapi orang-orang masih melakukannya tanpa menyadarinya. Sebagai

contoh, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa penyesat bob kepala mereka

lebih sering daripada teller kebenaran. Penelitian menegaskan apa akal sehat 25

Page 26: komunikasi nonverbal

menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan manipulator sering merupakan

tanda ketidaknyamanan. Tapi tidak semua gelisah merupakan sinyal kegelisahan.

Orang juga cenderung menggunakan manipulator saat santai. Ketika mereka

membiarkan kewaspadaan mereka turun (baik sendiri atau dengan teman-teman),

mereka akan lebih cenderung untuk memainkan daun telinga, memutar sehelai

rambut, atau membersihkan kuku. Kalau bukan mereka atau fidgeter yang

menyembunyikan sesuatu, pengamat cenderung menafsirkan manipulator sebagai

sinyal ketidakjujuran. Karena tidak semua fidgeters adalah pendusta, sangat

penting untuk tidak mengambil kesimpulan dengan cepat tentang arti manipulator.

2.4.2 Ekpresi Wajah dan Tatapan Mata

para dramawan, pelatih tari Bali, dan pembuat topeng di negara kita paham

benar mengenai perubahan suasana hati dan makna yang terkandung dalam

ekspresi wajah, seperti juga pengarah, pemain, dan penari Kabuki di Jepang.

Masuk akal bila banyak orang menganggap perilaku nonverbal yang paling

banyak “berbicara” adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata, meskipun

mulut tidak berkata-kata. Okulesika (Oculesics) merujuk pada studi tentang

penggunaan kontak mata (termasuk reaksi maik mata) dalam berkomunikasi.

Menurut Albert Mehrabiam, andil wajah bagi pengauh pesan adalah 55%,

sementara vokal 30%, dan verbal hanya 7%. Menurut Birdwhistell, perubahan

sedikit saja dapat menciptakan perbedaan yang besar. ia menemukan, misalnya,

bahwa terdapat 23 cara berbeda dalam mengangkat alis yang masing-masing

mempunyai makna yang berbeda.

26

Page 27: komunikasi nonverbal

Anda bisa membuktikan sendiri bahwa ekspresi wajah, khususnya mata,

paling ekspresif. Cobalah Anda saling memandang dengan orang lain, baik

dengan pria atau wanita. Anda pasti takkan kuat memandangnya terus menerus.

Anda kemungkinan akan tersenyum dan tertawa, atau melengos. Kontak mata

punya dua fungsi dalam komunkasi antarpribadi. Pertama, fungsi pengatur, untuk

memberi tahu orang lain apakah Anda akan melakukan hubungan orang itu atau

menghindarinya. Ketika Anda berada dalam lift, misalnya, Anda memberi tahu

mereka bahwa Anda lebih suka tidak berbicara dengan tidak meihat mata mereka.

Jika Anda ingin memecahkan kebekuan itu, Anda menggunakan mata Anda untuk

berhubungan, baik sebelum atau serempak dengan pesan verbal

Anda. Kedua, fungsi ekspresif, memberi tahu orang lain bagaimana perasaan

Anda terhadapnya. Pria menggunakan lebih banyak kontak mata dengan orang

yang mereka sukai, meskipun menurut penelitian, perilaku ini kurang ajeg di

kalangan wanita.

Pentingnya pandangan mata sebagai pesan nonverbal terlukis dalam

kalimat atau frase yang terdapat dalam banyak lagu: “sepasang bola mata,” “Dari

Mata Turun ke Hati,” “Your eyes said more to me that night than your lips would

ever say,” dan ” Your lips tell me no, no, but there’s yes, yes in your eyes,” dan

sebagainya. Juga dalam berbagai ungkapan sehari-hari: mata yang cerdas, mata

yang mempesona, mata yang sayu, mata yang sedih, mata yang tajam, mata yang

liar, mata yang penuh curiga, mata yang licik, mata yang genit, mata yang

sensual, mata keranjang (mata yang nakal), mata duitan, mata

iblis, dan sebagainya.Suatu penelitian mengungkapkan bahwa 67 budaya dari 186

27

Page 28: komunikasi nonverbal

budaya di seluruh dunia mempercayai apa yang disebut “mata jahat atau “mata

iblis” (evil eye). Bangsa Filipina misalnya punya kepercayaan tradisional bahwa

orang yang mempelajari dan mempraktikkan klenik dapat menimbulkan penyakit

dengan memberikan “pandangan iblis” kepada seseorang.

Disebut mangkukulam, oran-orang ini dipercayai bertanggung jawab atas segala

penyakit dan kemalangan.

Wajah dan mata mungkin bagian tubuh yang paling diperhatikan, dan

dampaknya sangat kuat. Misalnya, dengan tersenyum pelayan cocktail

mendapatkan tips lebih besar dari yang tersenyum kepadanya, dan biarawati yang

tersenyum mampu mengumpulkan sumbangan lebih besar dari orang-orang

dengan ekspresi murung. Pengaruh ekspresi wajah dan kontak mata tidak berarti

bahwa pesan nonverbal mereka selalu mudah dibaca. Wajah adalah saluran sangat

rumit ekspresi karena beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah jumlah

ekspresi orang yang dapat dihasilkan. Kecepatannya dapat berubah. Sebagai

contoh, film gerak lambat telah disimpulkan bahwa acara ekspresi sekilas di

wajah subjek dalam waktu yang singkat sebagai seperlima detik. Akhirnya,

tampaknya bahwa emosi yang berbeda menunjukkan dengan sangat jelas di

berbagai bagian wajah: kebahagiaan dan kejutan di mata dan wajah bagian bawah,

kemarahan di wajah bagian bawah dan alis dan dahi, ketakutan dan kesedihan di

mata, dan jijik di wajah bagian bawah .

Ekman dan Friesen telah mengidentifikasi enam emosi dasar bahwa

ekspresi wajah kaget, terkejut, takut, marah, jijik, kebahagiaan, dan kesedihan.

Ekspresi yang mencerminkan emosi ini tampaknya dikenal di antara anggota dan 28

Page 29: komunikasi nonverbal

semua budaya. Tentu saja, mempengaruhi memadukan kombinasi dari dua atau

lebih ekspresi yang menunjukkan emosi yang yang mungkin berbeda. Sebagai

contoh, sangat mudah untuk membayangkan bagaimana seseorang akan terlihat

siapa yang takut dan terkejut atau jijik dan marah.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang cukup tepat dalam menilai

ekspresi wajah emosi tersebut. Akurasi meningkat ketika hakim tahu "target" atau

memiliki pengetahuan tentang konteks di mana ekspresi terjadi atau ketika mereka

telah melihat beberapa contoh ekspresi target.

Mata sendiri dapat mengirim beberapa jenis pesan. Dalam budaya Eropa-

Amerika mainstream, pertemuan kontak mata sekilas dengan seseorang biasanya

merupakan tanda ada keterlibatan dengan anda, sedangkan berpaling merupakan

sinyal keinginan untuk menghindari untuk berkontak. Inilah sebabnya mengapa

pengacara pada pengemis jalanan, pedagang mencoba untuk menatap mata kita.

Setelah mereka berhasil menjalin kontak dengan sekilas, maka akan sulit bagi

orang mendekati untuk menarik diri.

MEMAHAMI KERAGAMAN

Perilaku mata sedemikian pentang dalam budaya Korea sehingga orang

Korea mempunyai kata khusus (nuichee) untuk menekankan pentingnya perilaku

itu. orang Korea percaya bahwa mata adalah jawaban “sebenarnya” mengenai apa

yang dirasakan dan dipikirkan seseorang. Dua orang pria yang tidak saling

mengenal pernah berkelahi di sebuah rumah makan di Indonesia gara-gara

keduanya saling memandang, yang dapat ditafsirkan sebagai saling tantang.

Dalam kasus lain, boleh jadi dua orang pria saling mengedipkan mata dan saling

tersenyum ketika mereka berjumoa di suatu kafe khusus, lalu mereka pergi keluar

29

Page 30: komunikasi nonverbal

seraya berpegangan tangan, entah ke amana dan untuk berbuat apa. Di Amerika,

seorang pria yang memandang lama pria lainnya, hampir bisa dipastikan seorang

homoseksual. Namun, pandang memandang yang dilakukan seoran pria dan

seorang pria dan wanita yang semula tidak saling mengenal di banyak negara,

pada akhirnya tidak jarang membawa mereka ke jenjang perkawinan. Dalam

perkawinan, di negara kita khususnya, tentu saja pasangan pengantin baru lebih

sering saling memandang daripada pasangan yang sudah beranak cucu. Di banyak

negara, seperti di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia, tidaklaj sopan menatap

orang asing. Malah dalam budaya Indian Navajo, anak-anak diajari bahwa suatu

tatapan secara harfiah adalah tatapan mata iblis dan mengisyaratkan serangan

seksual dan agresif. Di Indonesia dan di Sppanyol wanita terhormat akan

membalas tatapan kaum pria, apalagi di negeri negeri Muslim seperti Arab Saudi,

Iran, Pakistan. Di ketiga negara ini banyak wanita masih mengenakan cadar, agar

terhindar dari tatapan pria. Berbeda dengan kasus yang satu ini Ketika

melaksanakan umrah ke tanah suci Mekkah, seseorang wanita Indonesia bernama

Uli sempat melihat-lihat kota itu untuk mencari barang-barang yang menarik. Saat

menawar jilbab sebagai suvenir untuk temannya, tanpa sengaja mata Uli tertuju

pada seorang lelaki Arab di ujung jalan. Tanpa sengaja tidak enak untuk

melihatnya lagi. Namun lelaki itu masih memperhatikkan gerak-gerik Uli. Setelah

beberapa menit, lelaki itu berjalan menuju Uli dan ia bertanya dalam bahas

Indonesia, “Apakah Anda mau menjadi istri saya?” Mendengar hal itu Uli

terkejut, lalu ia balik bertanya, “Mengapa anda berkata demikian?” Lalu lelaki itu

berkata, “Mengapa Anda melihat terus kepada saya?” Menurut kebiasaan orang

Arab, wanita tidak boleh menatap mata elaki. Bila itu terjadi, itu termasuk

perbuatan ‘zina’. Uli baru mengerti setelah lelaki itu memberi penjelasan.

Menurut lelaki itu, daripada ‘berzina’ lebih baik menikah. Uli berkata bahwa ia

tidak tahu mengenai hal itu dan ia pun belum berniat menikah, apalagi dengan

orang yan belum dikenal. Lelaki itu mengerti dan berpesan padanya agar ia hati-

hati menjaga mata.

30

Page 31: komunikasi nonverbal

2.4.3 Suara

Suara itu sendiri adalah bentuk lain dari komunikasi nonverbal. Para

ilmuwan sosial menggunakan istilah paralanguage untuk menggambarkan

komunikasi nonverbal, pesan vokal. Anda dapat mulai memahami kekuatan

isyarat vokal dengan mempertimbangkan bagaimana makna dari kalimat

sederhana bisa berubah hanya dengan menggeser penekanan dari kata ke kata:

• Ini adalah sebuah buku komunikasi yang fantastis. (Bukan hanya buku, tapi yang

satu ini pada khususnya.)

• Ini adalah buku fantastik komunikasi. (Buku ini lebih unggul, menarik.)

• Ini adalah buku komunkasi fantastis.

(Buku ini baik sejauh komunikasi berjalan, itu mungkin tidak begitu baik sebagai

sastra atau drama.)

• Ini adalah buku komunikasi yang fantastis.

(Ini bukan drama atau compact disc, melainkan sebuah buku.)

Ada banyak suara cara lain dalam komunikasi yaitu melalui nada,

kecepatan, pitch, volume, jumlah dan panjang jeda, dan ketidak lancaran (seperti

terbata-bata, penggunaan "uh," "um," "eh," dan seterusnya ). Semua faktor ini

dapat melakukan banyak hal untuk memperkuat atau bertentangan dengan pesan

kata-kata yang kita sampaikan.

31

Page 32: komunikasi nonverbal

Sarkasme adalah salah satu contoh di mana kedua penekanan dan nada

suara membantu mengubah makna pernyataan untuk kebalikan dari pesan

verbalnya. Pengalaman ini diri Anda dengan tiga pernyataan berikut. Pertama kali

melalui, mengatakan secara harfiah, dan kemudian mengatakan mereka sinis.

• Terima kasih untuk membangunkan saya.

• Aku benar-benar punya waktu yang indah di kencan buta saya.

• Tidak ada yang lebih saya suka dari pada bangun sebelum matahari terbit.

Para peneliti telah mengidentifikasi nilai komunikatif paralanguage

melalui penggunaan kebebasan konten berbicara pidato biasa yang telah

dimanipulasi secara elektronik sehingga kata-kata yang tidak dapat dimengerti,

tapi paralanguage tetap terpengaruh. (Mendengar bahasa asing yang Anda tidak

mengerti memiliki efek yang sama.) Subjek yang mendengar kebebasan berbicara

konten dapat secara konsisten mengenali emosi yang diekspresikan, serta

mengidentifikasi kekuatan.

UNDERSTANDING COMMUNICATION TECHNOLOGY

RESEARCH BRINGS A NEW DIMENSION TO A CANDIDATE'S VOICE

What if the difference between winning and losing a close election turned out to be a hum in your voice? A new study by Kent State University researchers Stanford W. Gregory Jr. and Timothy J. Gallagher suggests that at least some of the way that people perceive social standing can be detected in the way their voices change when they are talking with people they see as more confident or higher on the social ladder.66 The researchers focused on the tendency of people in conversation to alter their pitch, volume, pace and other characteristics of speech to emulate one another. This area of study is known as communication accomodation theory. Dr. Gregory's research focuses on accommodation within a

32

Page 33: komunikasi nonverbal

little¬noticed range of vocal tones which fall below the range of spoken words. The changes are barely detectable, the re¬searchers say, but those who are most inclined to make them typically lose at the ballot box.

The paper analyzes the voices of presidential candidates in their debates since 1960. The researchers found that, in every case, the politician whose voice was most steadfast, as measured by the researchers, won the most votes.

John Schwartz

Source: New York Times online, September 17, 2002

Dampak dari isyarat paralinguistik kuat. Bahkan, penelitian menunjukkan

bahwa pendengar lebih memperhatikan pesan vokal daripada kata-kata yang

diucapkan saat diminta untuk menentukan sikap pembicara. Selanjutnya, ketika

faktor vokal bertentangan pesan verbal, pendengar menilai niat pembicara dari

paralanguage tersebut, bukan dari kata-kata sendiri.

Paralanguage dapat mempengaruhi perilaku dalam banyak hal, beberapa di

antaranya agak mengejutkan. Para peneliti telah menemukan bahwa komunikator

yang paling mungkin untuk memenuhi permintaan yang disampaikan oleh

pembicara yang tingkat mirip dengan mereka sendiri. Selain mematuhi speaker

tingkat yang sama, pendengar juga merasa lebih positif tentang orang-orang yang

tampaknya berbicara pada tingkat mereka sendiri. Intensitas vokal juga dapat

mempengaruhi bagaimana orang yang bersedia adalah untuk menanggapi

permintaan orang lain.

Perubahan vokal yang bertentangan kata yang diucapkan tidak mudah

untuk menyembunyikan. Jika speaker berusaha menyembunyikan rasa takut atau

33

Page 34: komunikasi nonverbal

marah, suara mungkin akan terdengar lebih tinggi dan lebih keras, dan tingkat

bicara mungkin lebih cepat dari biasanya. Kesedihan menghasilkan pola vokal

sebaliknya: lebih tenang, lebih rendah bernada pidato yang disampaikan pada

tingkat yang lebih lambat.

Selain memperkuat atau bertentangan pesan, beberapa faktor vokal

mempengaruhi cara pembicara dirasakan oleh orang lain. Misalnya, komunikator

yang berbicara keras dan tanpa keragu-raguan dipandang sebagai lebih percaya

diri dibandingkan mereka yang berhenti dan berbicara pelan. Orang-orang yang

berbicara lebih lambat yang dinilai sebagai memiliki kontrol lebih besar dari pada

orang yang berbicara cepat. Penelitian juga telah menunjukkan bahwa orang

dengan suara yang lebih menarik yang dinilai lebih tinggi daripada mereka yang

suaranya terdengar kurang menarik. Hanya apa yang membuat suara yang

menarik dapat bervariasi. Budaya dapat membuat perbedaan. Survei menunjukkan

bahwa ada kesamaan dan perbedaan antara apa yang orang Meksiko dan Amerika

melihat sebagai suara "ideal".

2.4.4 Sentuhan

Studi tentang sentuh-menyentuh disebut haptika (haptics). Kenyataannya

sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan,

belaian, pelukan, pegangan (jabatan tangan), rabaan, hingga sentuhan lembut

sekilas.

34

Page 35: komunikasi nonverbal

Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu

rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. kategori-

kategori tersebut adalah sebagai berikut:

fungsional-profesional.

Disini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi-bisnis, misalnya

pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian.

Sosial-sopan

Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan,

aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabat tangan.

Persahabatan-kehangatan

Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan afeksi atau

hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang saling merangkul

setelah mereka lama berpisah.

Cinta-keintiman

kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan keterkaitan

emosional atau keterkaitan emosional atau keterkaitan, misalnya

mencium pipi orang tua dengan lembut; orang yang sepenuhnya

memeluk orang lain; dua orang yang “bermain kaki” dibawah meja;

prang eskimo yang saling menggososkan hidung.

Rangsangan seksual.

35

Page 36: komunikasi nonverbal

Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya, hanya saja

motifnya bersifat seksual. Rangsangan Seksual tidak otomatis

bermakna cinta atau keintiman.

Selain menjadi sarana paling awal yang kita miliki untuk membuat kontak

dengan orang lain, menyentuh atau haptics sangat penting dalam perkembangan

kita yang sehat. Pada abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh banyak

bayi meninggal karena penyakit kemudian disebut marasmus, yang diterjemahkan

dari bahasa Yunani, berarti "membuang-buang jauh" Dalam beberapa panti

asuhan tingkat kematian cukup tinggi, tapi bahkan anak-anak di "progresif"

rumah, rumah sakit, dan lembaga lain meninggal secara teratur dari penyakitnya.

Ketika peneliti akhirnya melacak penyebab penyakit ini, mereka menemukan

bahwa banyak bayi menderita kurangnya kontak fisik dengan orang tua atau

perawat bukan gizi buruk, perawatan medis, atau faktor lainnya. Mereka belum

cukup tersentuh, dan sebagai akibatnya mereka meninggal. Dari pengetahuan ini

datang praktek "mothering" anak-anak di lembaga-lembaga penitipan bayi,

membawa mereka di sekitar mereka, dan memberikan penanganan kepada mereka

beberapa kali setiap harinya. Di salah satu rumah sakit yang mulai praktek, tingkat

kematian bayi turun dari antara 30 dan 35 persen menjadi di bawah 10 persen.

Sentuhan tampaknya meningkatkan fungsi mental anak serta kesehatan

fisik. LJ Yarrow telah melakukan survei yang menunjukkan bahwa bayi yang

telah diberi banyak rangsangan fisik oleh ibu mereka memiliki IQ lebih tinggi

secara signifikan dibandingkan mereka yang menerima kurang kontak.

36

Page 37: komunikasi nonverbal

Sentuhan juga memainkan peranan besar dalam cara kita menanggapi

orang lain dan lingkungan kita. Misalnya, sentuhan meningkatkan keterbukaan

diri, verbalisasi pasien kejiwaan, dan anak-anak preferensi miliki untuk konselor

mereka. Sentuhan juga meningkatkan kepatuhan. Dalam satu studi, subyek

didekati oleh seorang konfederasi wanita yang meminta agar mereka

mengmbalikan sepeserpun yang tersisa di bilik telepon di mana mereka muncul.

Ketika permintaan itu disertai dengan sentuhan ringan di lengan subjek,

probabilitas bahwa subjek yangmengembalikan sepeser itu pun meningkat secara

signifikan. Dalam percobaan serupa, subjek diminta oleh konfederasi pria atau

wanita untuk menandatangani petisi atau menyelesaikan skala penilaian. Sekali

lagi, subyek lebih mungkin untuk bekerja sama ketika mereka menyentuh ringan

di lengan. Dalam variasi rating skala penelitian, hasilnya sangat dramatis: 60

persen dari mereka yang tersentuh dipenuhi, sedangkan hanya 40 persen dari

subyek tersentuh memenuhi (menunjukkan kecenderungan untuk tidak

mematuhi). Sebuah kekuatan tambahan sentuh pada utilitas pekerjaan. Satu studi

menunjukkan bahwa sentuhan sekilas pada tangan dan bahu mengakibatkan kiat

yang lebih besar untuk pelayan restoran.

Anda mungkin keberatan dengan contoh-contoh berikut masing-masing

kategori tersebut, mengatakan bahwa beberapa perilaku nonverbal terjadi pada

beberapa jenis hubungan. Ciuman, misalnya, dapat berarti apa-apa dari ucapan

sopan tapi dangkal dengan gairah yang paling intens. Apa yang membuat

sentuhan yang diberikan kurang lebih intens? Para peneliti telah menyarankan

sejumlah faktor:

37

Page 38: komunikasi nonverbal

■ Apa bagian dari tubuh tidak menyentuh itu

■ Apa bagian dari tubuh disentuh

■ Berapa lama sentuhan berlangsung

■ Berapa banyak tekanan yang digunakan

■ Apakah ada gerakan setelah kontak dibuat

■ Apakah ada orang lain hadir

■ Situasi di mana sentuhan terjadi

■ Hubungan antara orang-orang yang terlibat

Dalam budaya tradisional AS, menyentuh umumnya lebih cocok untuk wanita

daripada pria. Pria menyentuh teman-teman pria mereka kurang dari mereka

menyentuh teman-teman perempuan mereka dan juga kurang dari perempuan

menyentuh teman-teman perempuan mereka. Takut homoseksualitas tampaknya

menjadi alasan kuat mengapa banyak pria enggan untuk menyentuh satu sama

lain. Meskipun perempuan lebih nyaman dengan sentuhan daripada laki-laki, jenis

kelamin bukanlah satu-satunya faktor yang membentuk kontak. Secara umum,

tingkat kenyamanan sentuhan sejalan dengan keterbukaan untuk mengungkapkan

perasaan intim, gaya interpersonal yang aktif, dan hubungan yang memuaskan.

38

Page 39: komunikasi nonverbal

2.4.5 Penampilan Fisik

Perhatian pada penampilan fisik tampaknya universal. sekitar 40.000 tahun

lalu, orang-orang purba menggunakan tulang untuk dijadikan kalunga dan hiasan

tubuh lainnya. Bukt-bukti arkeologis menunjukan bahwa sejak saat itu orang-

orang sangat peduli dengan tubuh mereka. Mereka mengecatnya, mengikatkan

sesutu padanya, dan merajahnya untuk terlihat cantik.

Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang, baik itu

busananya, dan juga ornamen lain yang dipakainya, seperti kacamata, sepatu, tas,

jam tangan, kalung, gelang, cincin, anting-anting, dsb. Sering kali orang memberi

makna tertentu pada karakterisistik fisik orang yang bersangkutan, seperti bentuk

tubuh, warna kulit, model rambut, dsb. Di amerika orang menghargai wanita yang

tinggi dan ramping. Di jepang wanita yang kecil justru menarik, tetapi di Cina

secara tradisional kecantikan wanita justru diasosiasikan dengan gaya rambut

sederhana yang tidak berusaha menarik perhatian dengan selendang berwarna-

warni, perhiasan atau make-up.

Kebanyakan orang mengklaim bahwa penampilan bukanlah ukuran terbaik

dari keinginan atau karakter, tetapi mereka biasanya lebih memilih orang lain

yang mereka anggap menarik. Sebagai contoh, perempuan yang dianggap menarik

memiliki lebih sering berkencan, menerima nilai yang lebih tinggi di perguruan

tinggi, membujuk laki-laki dengan lebih mudah, dan menerima hukuman

pengadilan yang lebih ringan. Baik pria maupun wanita yang melihat orang lain

lebih menerik maka akan dinilai lebih sensitif, baik, kuat, ramah, dan menarik

39

Page 40: komunikasi nonverbal

daripada saudara-saudara yang kurang beruntung seperti mereka. Siapa yang

paling mungkin untuk sukses dalam bisnis? Anda bertaruh pada pelamar kerja

yang menarik. Sebagai contoh, pria lebih pendek mengalami kesulitan mencari

pekerjaan.

Pengaruh ini dimulai sejak awal kehidupan. Anak-anak prasekolah

menunjukkan foto-foto anak-anak usia mereka sendiri dan diminta untuk memilih

teman potensial dan musuh. Para peneliti menemukan bahwa anak-anak berumur

tiga tahun, sepakat mengenai siapa yang menarik ("cute") dan tidak menarik

("jelek"). Selain itu, mereka dihargai rekan-rekan mereka yang menarik juga, dan

lawan jenis yang lebih lebih dari mereka. Juga, anak-anak prasekolah dinilai oleh

rekan-rekan mereka secantik yang paling disukai, dan mereka yang diidentifikasi

sebagai paling cantik yang paling tidak disukai. Anak-anak yang diwawancarai

dinilai anak tampan sebagai memiliki karakteristik sosial yang positif ("Dia ramah

untuk anak-anak lain") dan anak-anak tidak menarik sebagai memiliki yang

negatif ("Dia memukul anak-anak lain tanpa alasan").

Guru juga dipengaruhi oleh daya tarik siswa. Siswa menarik secara fisik

biasanya dinilai lebih menguntungkan lebih cerdas, ramah, dan populer daripada

rekan-rekan mereka yang kurang menarik. Untungnya, daya tarik adalah sesuatu

yang dapat kita kontrol tanpa harus memanggil seorang ahli bedah plastik. Kami

melihat orang lain yang terlihat indah atau buruk tidak hanya pada dasar

"peralatan asli" yang datang dari diri mereka, tetapi juga pada bagaimana mereka

menggunakan peralatan itu. Postur, gerak tubuh, ekspresi wajah, dan perilaku

lainnya dapat meningkatkan daya tarik orang lain yang biasa-biasa saja. Latihan 40

Page 41: komunikasi nonverbal

melihat dapat memperbaiki cara kita masing-masing. Akhirnya, cara kita

berpakaian dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam cara orang lain

memandang kita, karena sekarang Anda akan melihat.

2.4.6 Pakaian (clothing)

Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini

dianggap termasuk salah satu bentuk stereotipe. Pakaian selain sebagai unsur

untuk melindungi kita, pakaian adalah sarana komunikasi nonverbal. Pakaian

dapat digunakan untuk menyampaikan status ekonomi, tingkat pendidikan, status

sosial, standar moral, kemampuan atau kepentingan atletik, sistem kepercayaan

(politik, filsafat, agama), dan tingkat kecanggihan.

Penelitian menunjukkan bahwa kita membuat asumsi tentang orang berdasarkan

pakaian mereka. Komunikator yang mengenakan pakaian khusus sering

mendapatkan persuasif. Sebagai contoh, peneliti mengenakan seragam mirip

petugas polisi lebih berhasil dari pada mereka yang mengenakan pakaian sipil

dalam meminta pejalan kaki untuk mengambil sampah atau membujuk

pengendara yang parkir sembarangan untuk memberi uang kepada mereka. selain

itu pakaian dapat mencerminkan kepribadian seseorang yaitu, apakah ia seorang

yang konservatif, religius, modern, atau berjiwa muda.

2.4.7 Jarak (Distance)

Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika

berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi Anda

41

Page 42: komunikasi nonverbal

berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat

keakraban Anda dengan orang lain. Studi tentang cara orang dan hewan

menggunakan ruang telah disebut proxmices yaitu study yang menelaah presepsi

manusia atas ruang. Cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh ruang

terhadap komunikasi. beberapa pakar lainnya memperluas konsep proksemika ini

dengan memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh

terhadap proses komunikasi, termasuk iklim, pencahayaan, dan kepadatan

penduduk. Antropolog Edward T. Hall membagi ruang atau jarak menjadi 4 tipe

yaitu :

a. Jarak intim

Jarak intim dimulai dengan kontak kulit dengan jarak sekitar delapan belas inci.

Konteksnya paling nyata untuk jarak intim melibatkan interaksi dengan 'orang-

orang siapa kita secara emosional dekat dan kemudian sebagian besar dalam

situasi pribadi. Jarak intim antara individu juga terjadi pada sikap sirkum kurang

intim: mengunjungi dokter atau dokter gigi, di salon, dan selama beberapa kontes

atletik. Membiarkan seseorang untuk pindah ke zona intim biasanya merupakan

tanda kepercayaan. Biasanya jarak ini untuk bercinta, melindungi, dan

menyenangkan.

b. Jarak personal

Jarak yang menunjukkan perasaan masing - masing pihak yang

berkomunikasi dan juga menunjukkan keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini

berkisar antara satu setengah kaki sampai empat kaki.

42

Page 43: komunikasi nonverbal

c. Jarak sosial

Jarak sosial berkisar antara empat sampai sekitar dua belas meter. Di

dalamnya adalah jenis komunikasi yang biasanya terjadi dalam situasi bisnis.

Jangkauan lebih dekat, 4-7 meter, adalah jarak di mana percakapan biasanya

terjadi antara penjual dan pelanggan dan antara orang-orang yang bekerja

bersama-sama. Kami menggunakan jarak jauh sengan jarak sosial tujuh hingga

dua belas kaki untuk situasi yang lebih formal dan impersonal. Ini adalah jarak di

mana kita umumnya duduk dari bos.

d. Jarak publik

Jarak publik adalah istilah Hall untuk zona terjauh. Semakin dekat rentang

jarak publik adalah yang paling digunakan guru di kelas. Sedangkan rentang jauh

yaitu dua puluh lima kaki ruang publik. Dalam beberapa kasus itu perlu media

untuk berbicara menggunakan jarak publik karena ukuran penonton mereka luas.

Memilih jarak optimal dapat memiliki efek yang kuat pada bagaimana kita

memandang orang lain dan bagaimana kita menanggapi mereka. Sebagai contoh,

siswa lebih puas dengan guru yang memperkecil jarak antara mereka dan kelas

mereka. Mereka juga lebih puas dengan program itu sendiri, dan mereka lebih

cenderung untuk mengikuti petunjuk guru. Demikian juga, pasien medis lebih

puas dengan dokter yang tidak angkuh.

43

Page 44: komunikasi nonverbal

2.4.8 Waktu (Time)

Waktu menuntukan hubungan antarmanusia. Pola hidup manusia dalam

waktu ditentukan oleh budayanya. Waktu berhubungan erat dengan perasaan hati

dan perasaan manusia. kronemika (chronemics) adalah studi dan interpretasi atas

waktu sebagai pesan. Bagaimana kesadaran kita akan lingkungan kita.

Menurut Edward T.Hall membedakan konsep waktu menjadi dua yaitu :

a. Waktu monokronik yaitu sesorang cenderung lebih mengahargai waktu,

tepat waktu, dan membagi-bagi serta menepati jadwal waktu secara ketat,

menggunakan satu segmen waktu untuk mencapai suatu tujuan.

b. Waktu polikronik yaitu seseorang cenderung lebih santai dapat

menjadwalakan waktu untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus.

2.4.9 Teritorial (Territoriality)

Setiap daerah, seperti ruang, rumah, lingkungan, atau negara, yang kita asumsikan

sejenis "hak" adalah wilayah kita. Tidak semua wilayah bersifat permanen. Kita

sering menunjukan diri kita sendiri kepada orang lain di perpustakaan, di pantai,

dan sebagainya dengan menunjukan identitas kita dengan cara seperti membawa

buku, pakaian, atau barang-barang pribadi lainnya.

Secara umum seseorang yang mempunyai status yang tinggi memiliki banyak

wilayah pribadi dan privasi yang lebih besar. contohnya seorang karyawan harus

mengetuk pintu ketika akan memasuki ruangan bosnya sedangkan bos biasanya

44

Page 45: komunikasi nonverbal

dapat berjalan dengan bebas ke area karyawannya tanpa ragu-ragu. contoh lain di

sekolah seorang profesor memiliki kantor, ruang makan, dan bahkan toilet yang

bersifat pribadi, sedangkan siswa tidak memiliki tempat-tempat pribadi seperti

profesornya.

2.4.10 Lingkungan (Environment)

Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan

tertentu. Diantaranya adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan,

dan warna.

Lingkungan fisik yang di buat oleh seseorang mencerminkan dan membentuk

interaksi. Prinsip ini diilustrasikan seperti di rumah. Desain rumah dapat

memberikan informasi yang tepat mengenai intelektualisme pemilik rumah ',

kesopanan, jatuh tempo, optimisme, ketegangan, kemauan untuk mengambil

petualangan, orientasi keluarga, dan sebagainya. Eksterior rumah juga

memberikan persepsi yang tepat dari pemiliknya yaitu, kepentingan pemilik seni,

keanggunan, privasi, dan ketenangan.

Sejauh ini kita telah berbicara tentang bagaimana merancang lingkungan dapat

bentuk komunikasi, tetapi ada sisi lain yang perlu dipertimbangkan. Menonton

bagaimana orang menggunakan lingkungan yang sudah ada dapat menjadi cara

untuk mengatakan apa jenis hubungan yang mereka inginkan. Sebagai contoh,

Sommer menyaksikan siswa di perpustakaan perguruan tinggi dan menemukan

bahwa ada pola yang pasti untuk orang-orang yang ingin belajar sendiri.

Sementara perpustakaan tidak ramai, siswa hampir selalu memilih kursi sudut di 45

Page 46: komunikasi nonverbal

salah satu meja persegi panjang kosong. Akhirnya, setiap meja diduduki oleh

salah satu pembaca. Pembaca baru kemudian akan memilih tempat duduk di sisi

berlawanan dan ujung sebuah meja yang diduduki, sehingga menjaga jarak

maksimum antara mereka dan para pembaca lainnya. Salah satu rekan Sommer

mencoba melanggar "aturan" dengan duduk di samping, dan di seberang, pembaca

perempuan lain ketika kursi yang lebih jauh yang tersedia. Dia menemukan bahwa

wanita mendekati bereaksi membela diri, baik dengan sinyal ketidaknyamanan

mereka melalui pergeseran dalam sikap atau isyarat atau dengan akhirnya

menjauh.

46

Page 47: komunikasi nonverbal

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi nonverbal terdiri dari pesan yang diungkapkan dengan cara

nonlinguistik. Ada dimensi nonverbal untuk semua bahasa yang diucapkan, dan

ada bahasa isyarat yang tidak diucapkan.

Perilaku nonverbal merupakan bagian tak terpisahkan dari hampir semua

komunikasi, dan keterampilan nonverbal merupakan prediktor positif keberhasilan

relasional. Ada beberapa karakteristik penting dari komunikasi nonverbal.

Pertama adalah fakta sederhana bahwa itu ada komunikasi terjadi bahkan tanpa

adanya bahasa. Ini mengarah pada karakteristik kedua: Tidak mungkin untuk tidak

berkomunikasi nonverbal; manusia terus-menerus mengirim pesan tentang diri

mereka sendiri yang tersedia untuk orang lain untuk menerima. Karakteristik

ketiga adalah komunikasi nonverbal adalah ambigu; ada banyak penafsiran yang

mungkin untuk perilaku apapun. Kerancuan Hal ini penting bagi penerima untuk

memverifikasi penafsiran apapun sebelum melompat ke kesimpulan tentang

makna pesan non verbal. Akhirnya, komunikasi nonverbal berbeda dengan

komunikasi verbal dalam kompleksitas, aliran, kejelasan, dampak, dan

intensionalitas.

Beberapa komunikasi nonverbal dipengaruhi oleh budaya dan gender.

Meskipun ada beberapa ungkapan universal, bahkan memperhatikan cara ekspresi

47

Page 48: komunikasi nonverbal

ini digunakan mencerminkan budaya komunikator dan gender. Dan perilaku yang

memiliki arti khusus dalam satu budaya dapat mengekspresikan pesan yang

berbeda di negara lain. Kami menyatakan komunikasi nonverbal melayani banyak

fungsi: mengulang, mengganti, melengkapi, aksen, mengatur, dan bertentangan

perilaku verbal, serta menipu.

Bagian lain dari makalah ini memperkenalkan banyak cara di mana

manusia berkomunikasi nonverbal: melalui postur, gerakan, penggunaan wajah

dan mata, suara, sentuhan, pakaian, jarak, waktu, teritorial, dan lingkungan fisik.

48

Page 49: komunikasi nonverbal

Daftar Pustaka

Adler, B. Ronald, Goerge Rodman. 2006. Understanding Human Communication

Ninth Edition. Oxford University Press : Oxford New York

Barton, Will, Andrew Beck. 2010. Bersiap Mempelajari Kajian Ilmu Komunikasi.

Jalasutra: Yogyakarta

Mulyana, Dedi. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Rosda : Bandung

49