komunikasi nonverbal

21

Click here to load reader

Upload: rika-rizkina-lubis

Post on 30-Jun-2015

1.814 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Komunikasi NonVerbal

MAKALAH ILMU KOMUNIKASI

“KOMUNIKASI NONVERBAL”

Oleh :

1. Roza Aulia AR2. Uly Fitry Ervan3. Windy Agustia Putri4. Yudi Hermansyah Putra5.

Dosen Pengajar :

Elva Rahmah, S.Sos, Ms.Kom

JURUSAN BAHASA INDONESIA DAN DAERAHFAKULTAS BAHASA SENI DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Page 2: Komunikasi NonVerbal

PROGRAM STUDI IPK2010

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur hanya termasuk bagi Allah, Rabb sekalian Alam, karena izin dan

kekuasaan-Nyalah penulis dengan berbagai keterbatasan dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul “Komunikasi Non-Verbal”. Pemulisan makalah ini bertujuan untuk

pemenuhan tugas Mata Kuliah Ilmu Komunikasi . penulis berusaha untuk memaparkan

pokok permasalahan, yang didapatkan dari berbagai sumber.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah

ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis, juga

kepada teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu dalam penulisan makalah

ini, dan juga tidak lupa ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan

informasi untuk terselesaikannya makalah ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik

nantinya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis

sendiri khususnya. Amin.

Padang, September 2010

Penulis

Page 3: Komunikasi NonVerbal

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B.Rumusan Masalah .......................................................................... 2

C.Tujuan Penulisan ........................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Komunikasi Non-Verbal................................................ 3

B. Fungsi Komunikasi Non-Verbal....................................................... 3

C. Klasifikasi Komunikasi Non-Verbal................................................ 4

D. Bahasa Tubuh................................................................................... 5

E. Penampilan Fisik.............................................................................. 6

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Komunikasi NonVerbal

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi itu tidak semudah yang kita duga. Memang banyak orang yang

menganggap bahwa komunikasi itu mudah dilakukan, semudah bernafas karena kita biasa

melakukannya sejak lahir. Karena ada kesan “enteng” itu, tidak mengherankan bila

sebagian orang enggan mempelajari bidang ini, terbiasa berkomunikasi sebenarnya belum

berarti memahami komunikasi manusia, belum berarti memahami apa yang tejadi selama

komunikasi berlangsung, mangapa itu terjadi? Akibat-akibat apa yang terjadi? Dan

akhirnya apa yang dapat kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil

dari kejadian tersebut?

Dimanapun kita tinggal dan apapun pekerjaan kita, kita slalu membutuhkam

komunikasi dengan orang lain, jadi bukan hanya dosen, polisi, pengacara ataupun penjual

yang harus trampil berkomunikasi, namun hampir semua jabatan, banyak orang gagal

karena mereka tidak terampil berkomunikasi.

Dalam kehidupan sehari-hari pun banyak kegagalan dalam pekerjaan atau karir

disebabkan kegagalan berkomunikasi, misalnya orang tidak terima bekerja karena ia gagal

berkomunikasi dalam wawancara. Mungkin ia seorang arsitek yang cerdas atau akuntan

yang brilian, namun ia tidak dapat menjadi dirinya di hadapan pewawancara. Dalam

kontak-kontak inilah kita harus menegaskan kembali persepsi kita bahwa komunikasi itu

bukan sesuatu yang mudah, karena itu berbagai upaya terus menerus harus kita lakukan

untuk meningkatkan pengetahuan, komunikasi dan ketrampilan kita berkomunikasi.

Mestinya tidak ada kata berhenti dalam belajar, karena pengetahuan dan ketrampilan yang

kita butuhkan harus slalu kita asah agar senantiasa up-to-date dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan wacana mereka.

Komunikasi non-verbal merupakan proses komunikasi dimaman pesan

disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi non-verbal adalah

menggunakan gerak syarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata. Penggunaan

objek seperti pakaian, potongan rambut, simbol-simbol serta cara berbicara seperti

Page 5: Komunikasi NonVerbal

intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya mencoba memberikan informasi

mengenai komunikasi non-verbal.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah :

1. Apa itu komunikasi non verbal?

2. Apakah fungsi komunikasi non verbal?

3. Apakah klasifikasi pesan non verbal?

4. Apakah itu bahasa tubuh, sentuhan, tata bahasa, penampilan fisik, bau-bauan,

orientasi, ruang dan jarak pribadi, diam, warana, artefak?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi tentang komunikasi non verbal.

2. Menambah pengetahuan tentang komunikasi non verbal.

Page 6: Komunikasi NonVerbal

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Non-Verbal

Komunikasi non verbal adalah prose komunikais dimana pesan disampaikan tidak

menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat,

bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian,

potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol serta cara berbicara seperti intonasi,

penekanan, kualitas suara, gaya emosi dan gaya berbicara.

Para ahli di bidang komunikasi non verbal biasanya menggunakan defenisi “tidak

menggunakan kata” dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non verbal dengan

komunikasi non lisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai

komunikasi non verbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara

tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi non verbal juga berbeda dengan

komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal dan non verbal.

B. Fungsi Komunikasi Non Verbal

Dilihat dari fungsinya, perilaku non verbal mempunyai beberapa fungsi. Paul

Ekman menyebutkan lima fungsi pesan non verbal, seperti yang dapat dilukiskan perilaku

matra, yakni sebagai :

1. Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan

dengan simbol verbal. Kehidupan mata dapat mengatakan, “saya tidak sungguh-

sungguh”.

2. Illustrator. Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.

3. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka

menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.

4. Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam

tekanan. Itu merupakan respon yang yang tidak disadari yang merupakan upaya

tubuh untuk mengurangi kecemasan.

Page 7: Komunikasi NonVerbal

5. Affect Display. Pembesaran manic mata (pupil dilation) menunjukkan peningkatan

emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut atau senang.

Dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku non verbal memiiki fungsi-

fungsi sebagai berikut :

1. Perilaku non verbal dapat mengulangi perilaku verbal, misalnya anda

menganggukkan kepala ketika anda mengatakan “Ya”, atau menggelengkan kepala

ketika anda mengatakan “Tidak”.

2. Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya anda

melambaikan tangan seraya mengucapkan “Selamat Jalan”, “Sampai jumpa lagi,

ya” atau “Bye Bye”; atau anda menggunakan gerakan tangan, nada suara yang

meninggi, atau suara yang lambat ketika anda berpidato di hadapan khalayak.

3. Perilaku non verbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi berdiri sendiri,

misalnya anda menggoyangkan tangan anda dengan telapak tangan mengarah ke

depan (sebagai pengganti kata “Tidak”) ketika seorang pengamen mendatangi

mobil anda atau anda menunjukkan letak ruang dekan dengan jari tangan, tanpa

mengucapkan sepatah kata pun, kepada mahasiswa baru yang bertanya “Di mana

ruang dekan, Pak?”

4. Perilaku non verbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya anda sebagai

mahasiswa mengenakan jaket atau membereskan buku-buku, atau melihat jam

tangan anda menjelang atau ketika kuliah berakhir, sehingga dosen segera menutup

kuliahnya.

5. Perilaku non verbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku non

verbal. Misalnya, suami mengatakan. “Bagus, Bagus!” ketika dimintai komentar

oleh istrinya mengenai gaun yang baru dibelinya, seraya terus membaca surat kabar

atau menonton televisi; atau seorang dosen melihat jam tangan dua tiga kali,

padahal tadi ia mengatakan bahwa ia mempunyai waktu untuk berbicara dengan

anda sebagai mahasiswanya.

C. Klasifikasi Pesan Non Verbal

Menurut Ray L. Birdwhistell, 65% dari komunikasi tatap muka adalah non verbal,

sementara menurut Albert Mehrabian, 93% dari semua makna sosial dalam komunikasi

tatap muka diperoleh dari isyarat-isyarat non verbal. Dalam pandangan Birdwhistell, kita

Page 8: Komunikasi NonVerbal

sebenarnya mampu mengucapkan ribuan suara vokal, dan wajah kita dapat menciptakan

250.000 ekspresi yang berbeda-beda. Secara keseluruhan seperti dikemukakan para pakar,

kita dapat menciptakan sebanyak 700.000 isyarat fisik yang terpisah, demikian banyak

sehingga upaya untuk mengumpulkannya akan menimbulkan frustasi. Seperti bahasa

verbal, bahasa nonverbal suatu kelompok orang juga tidak kalah rumitnya. Bila kelompok-

kelompok budaya yang memiliki sandi nonverbal yang berbeda ini berinteraksi, fenomena

yang terjadi akan semakin rumit, seka;ipun kelompok-kelompok budaya tersebut

memahami bahasa verbal yang sama.

Kita dapat mengklasifikasikan pesan-pesan non verbal ini dengan berbagai cara.

Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian. Pertama, bahasa

tanda (sign language), acungan jempol untuk numpang mobil secara gratis; bahasa isyarat

tuna rungu; kedua, bahasa tindakan (action language), semua gerakan tubuh yang tidak

digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya berjalan; dan ketiga,

bahasa objek (object language), pertunjukan benda, pakaian dan lambang non verbal

bersifat public lainnya seperti ukuran ruangan, bendera, gambar (lukisan), musik (misalnya

marching band), dan sebagainya. Baik secara sengaja ataupun tidak. Secara garis besar

Larry A. Samovar dan Richard E. Porter membagi pesan-pesan non verbal menjadi dua

kategori besar, yakni: pertama perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan

dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan dan parabahasa;

kedua, ruang, waktu dan diam. Klasifikasi Samovar dan Porter in sejajar dengan klasifikasi

Jhon R. Wenburg dan William W. Wilmot, yakni isyarat-isyarat non verbal perilaku

(behavioural) dan isyarat-isyarat non verbal bersifat public seperti ukuran ruangan dan

factor-faktor situasional lainnya.

Meskipun tidak menggunakan pengkategorian di atas, kita akan membahas

berbagai jenis pesan non verbal yang kita anggap penting, mulai dari pesan nonverbal yang

bersifat perilaku hingga pesan nonverbal yang terdapat dalam lingkungan kita.

D. Bahasa Tubuh

Hal terpenting dalam komunikasi adalah aspek non verbal. Bahkan, komunikasi

verbal, (komunikasi lisan, berbicara) bisa jadi hanyalah “pelengkap” setiap kali kita

melakukan komunikasi. Pasalnya, menurut catatan Kevin Hogan, Psy.D. dari lembaga

“Success Dynamics Coorporation” Denmark, antara 60% hingga 75% dari semua

komunikasi yang kita l;akukan sehari-hari adalah non verbal. “Between 60% and 75% of

all your communication is non verbal”, katanya.

Page 9: Komunikasi NonVerbal

Karenanya, aspek nonverbal atau bahasa tubuh (body language) sangat penting kita

perhatikan demi kesuksesan komunikasi. Sukses dalam berkomunikasi, bisa jadi

merupakan kunci sukses dalam karir ataupun dalam menjalani kehidupan yang fana ini.

Kevin Hogan dalam sebuah tulisannya, “Body Language: The Basic”, menempatkan

penampilan fisik atau pakaian sebagai bahasa tubuh atau komunikasi non verbal utama.

Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah kinesika (kinesics), suatu istilah yang

diciptakan seorang perintis studi bahasa non verbal, Ray L. Birdwhistell. Setiap anggota

tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki dan

bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. Karena kita

hidup, semua anggota badan kita senantiasa begerak. Lebih dari dua abad yang lalu Blaise

Pascal menulis bahwa tabiat kita adalah bergerak; istirahat sempurna adalah kematian.

E. Penampilan Fisik

1. Busana

Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan (tertulis atau tidak), nilai

kenyamanan, dan tujuan pencitraan, semua itu mempengaruhi cara kita berdandan.

Bangsa-bangsa yang mengalami empat musim yang berbeda menandai perubahan

musim itu dengan perubahan cara mereka berpakaian. Pada musim dingin dengan

udara di bawah 0° C misalnya, tidak ada orang yang hanya mengenakan T-Shirt

dan celana pendek di luar rumah. Sebaliknya pada musim dingin lebih banyak

orang mengenakan pakaian lengkap. Di Amerika, busana berwarna teduh

dikenakan untuk kegiatan bisinis dan sosial. Di India dan Myanmar, busana bisnis

lebih kasual dari pada di Eropa. Seringkali mereka mengenakan busana tradisional

mereka, seperti yang juga dilakukan orang Arab ketika mereka berbisnis dengan

orang luar. Setiap fase penting dalam kehidupan fisik sering ditandai dengan

pemakaian busana tertentu, seperti pakaian tradisional ketika anak lelaki disunat,

toga ketika kita di wisuda, pakaian pengantin ketika kita menikah, dan kain kafan

ketika kita meninggal.

Sebagian orang berpandangan bahwa pilihan seseorang atas pakaian

mencerminkan kepribadiannya, apakah ia orang yang konservatif, religious,

modern, atau berjiwa muda. Tidak dapat pula dibantah bahwa pakaian, seperti juga

rumah, kendaraan dan perhiasan, digunakan untuk memproyeksikan citra tertentu

yang diinginkan pemakainya. Pemakai busana itu mengharapkan bahwa kita

mempunyai citra terhadapnya sebagaimana yang diinginkannya. Mungkin ada juga

Page 10: Komunikasi NonVerbal

kebenaran dalam peribahasa latin uestis uirum reddit yang berarti “pakaian menjadi

orang”. Atau malah lebih benar lagi ungkapan “pakaian adalah orang”,

sebagaimana disarankan William Thourlby yang dalam bukunya You Are What You

Wear : The Key To Business Success menekankan pentingnya pakaian demi

keberhasilan bisnis. Orang-orang dalam jabatan eksekutif khususnya sangat

memperhatikan penampilan. Mereka berpakaian bukan hanya untuk sekedar

menutupi tubuh atau asal pantas, namun juga berusaha menciptakan kesan yang

positif pada orang lain. Pria eksekutif bahkan sangat teliti dalam memilih dasi,

saputangan, tas, sepatu, dompet dan buku agenda yang mereka gunakan.

2. Karakteristik Fisik

Suatu studi menunjukkan bahwa daya tarik fisik merupakan suatu ciri penting

dalam banyak teori kepribadian, meskipun bersifat implicit. Orang yang menarik

secara fisik secara ajeg dinilai lebih pandai bergaul, luwes, tenang, menarik, hangat

secara seksul, responsive, persuasive, dan berhasil dalam karier daripada orang

yang tidak menarik.

Di beberapa daerah di Indonesia Timur, kumis dapat dianggap ciri

kedewasaan. Pengusaha bioskop yang memutar film 17 tahun ke atas dapat

mengetahui dewasa tidaknya seseorang dengan melihat adanya kumis diatas bibir

seorang laki-laki. Mereka yang tidak berkumis, meskipun sudah dewasa, tetap saja

dianggap anak-anak. Seorang pria yang tidak berekumis yang sedang berlibur di

kampong halaman orang tuanya di Kefa, Timor, diantarkan petugas untuk

bergabung dengan anak-anak SD ketika ia menghadiri suatu Misa hari Minggu,

padahal ia sudah dewasa. Di Kabupaten Manggarai, Flores, rambut lurus disebut

“rambut air” didaerah itu dianggap istimewa, khususnya oleh kalangan anita karena

jarang. Oleh karena pada umumnya warga daerah itu berambut krirting, orang

berambut lurus diasosiasikan dengan pendatang.

Banyak orang, khususnya kaum wanita, mendambakan rambut lurus. Ini

tampaknya merupakan implikasi dari iklan-iklan produk kecantikan yang

menayangkan bintang-bintang iklan berambut lurus. Sejak puluhan tahun lalu,

sebagian dari kaum pria Afro-Amerika yang umumnya berambut keriting dan

“rendah diri” di hadapan orang kulit putih, berusaha meluruskan rambut mereka

dengan bahan kimia, sementara sebagian kaum wanitanya menggunakan wig

berwarna hijau, merah muda, ungu, merah dan pirang. Malcolm X, pejuang hak

Page 11: Komunikasi NonVerbal

asasi kulit hitam di Amerika, lewat otobiografinya, menyindir orang seperti itu

sebagai orang yang lebih menggelikan daripada badut dan mungkin telah

kehilangan jati dirinya. Rambut merah atau pirang yang merupakan standar wanita

barat itu kini telah ditiru banyak wanita di seluruh dunia, termasuk di sebagian

wanita di Indonesia. Di kalangan selebritis, fenomena ini lebih menonjol lagi.

Wajah wanita kebarat-baratan dengan hidung mancung, dagu lancip dan kulit

yang putih, kini menjadi dambaan banyak wanita Indonesia. Wajah Indo yang

sering muncul dalam layar lebar dan sinetron kita dalam dua dekade terakhir,

misalnya Meriam Bellina, Sophia Latjuba dan Tamara Bleszynski, adalah idola

penonton wanita kita. Dengan menampilkan wajah Eurasia itu, wanita kita dapat

mengidentifikasikan diri dengan si tokoh dan hal ini diasumsikan dapat menjadi

pemicu yang membuat film atau sinetron itu laku di pasaran. Ironisnya, bahkan

film Roro Mendut garapan Ami Prayono tahun 1983 yang didasarkan novel Y.B.

mangunwijaya, juga diperankan oleh Meriam Bellina. Padahal, Roro mendut

dilukiskan sebagai wanita Jawa asal Pesisir yang “berkulit seperti kayu jati muda

atau hitam manis”.

3. Bau-Bauan

Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian seperti deodorant, eau

de toilette, eau de cologne, dan parfum) telah berabad-abad digunakan orang, juga

untuk menyampaikan pesan, mirip dengan cara yang juga dilakukan hewan.

Kebanyakan hewan menggunakan bau-bauan untuk memastikan kehadiran musuh,

menandai wilayah mereka, mengidentifikasi keadaan emosional, dan menarik lawa

jenis. Suku-suku primitive di pedalaman telah lama menggunakan tumbuh-

tunbuhan sebagai bahan wewangian. Pada zaman Nabi Muhammad, wanita yang

ayahnya meninggal dunia, dianjurkan untuk berkabung selama tiga hari. Sebagai

tanda berkabung itu, mereka tidak menggunakan wewangian selama masa itu.

Namun, kaum pria dinjurkan untuk menggunakan wewangian pada saat mereka

melaksanakan sholat Jum’at. Orang-orang saling mengoleskan parfum yang tidak

beralkohol itu kepada sesamanya, sebagai tanda persaudaraan. Hal ini masih

dilakukan sebagian muslim, khususnya oleh kelompok Muslim yang aktif

berdakwah dari daerah ke daerah, kota ke kota, dan dari negara ke negara, yang

dikenal dengan sebutan Jamaah Tabligh.

Page 12: Komunikasi NonVerbal

Bau tubuh memang amat sensitif. Kita enggan berdekatan dengan orang yang

bau badan, bau ketiak apalagi bau mulut. Berapa sering anda melakukan hal-hal

berikut sebelum anda pergi ke suatu acara istimewa dan bertemu dengan orang-

orang yang istimewa pula : menggosok badan dengan sabun mandi, menyikat gigi,

berkumur-kumur dengan cairan pembersih mulut dan pembunuh kuman, lalu

mengenakan pakaian segar, sepatu yang bebas bau, menggunakan deodorant,

mengoleskan parfum, dan akhirnya mengunyah permen penyegar mulut.

“Wewangian mengirim pesan lebih ke otak”, kata Harry Darsono, perancang

model terkenal, sementara Victor Hugo menyatakan, “Tidak sesuatu pun

membangkitkan kenangan seperti suatu bau”. Bau bunga melati mungkin akan

mengingatkan kita pada kematian seseorang yang kita kasihi belasan tahun lalu,

atau pada perkawinan puluhan tahun lalu. Bau parfum tertentu pun boleh jadi

mengingatkan kita pada seseorang yang khusus : ibunda, istri, mantan pacar dan

sahabat yang mungkin telah tiada.

Page 13: Komunikasi NonVerbal

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi non verbal adalah komunikasi diman pesan disampaikan tidak dengan

kata-kata, seperti gerak isyarat, bahasa tubuh, dll. Dismaping itu komunikasi non verbal

mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang telah disampaikan secara verbal,

2. Substitusi, yaitu menggambarkan lambang-lambang verbal,

3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna lain terhadap pesan verbal,

4. Komplemen, melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal,

5. Aksenturasi, menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahinya/

Selain itu, komunikasi non verbal diklasifikasikan menurut Jurgen Ruesch sebagai

berikut :

1. Bahasa tanda seperti bahasa isyarat tuna rungu

2. Bahasa tindakan yaitu semua gerakan tubuh yang tidak sigunakan secara eksklusif

untuk memberikan sinyal, misalnya berjalan.

3. Bahasa objek, seperti pertunjukan benda, pakaian, dan lambang non verbal bersifat

public seperti ukuran ruangan, bendera, gambar dan music baik yang disengaja

maupun tidak.

Disisi lain secara garis besar, Larry A Samovar dan Richard E. Porter membagi

menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Perilaku yang terdiri dari penampilan pakaian, gerakan dan postur tubuh, dsb

2. Ruang waktu dan diam.

Meskipun tidak menggunakan pengkategorian di atas, kita akan menggunakan

berbagai jenis pesan non verbal yang kita anggap penting, mulai dari pesan non verbal

yang bersifat perilaku hingga pesan non verbal yang terdapat dalam lingkungan kita.

Page 14: Komunikasi NonVerbal

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Onong. 1994. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Rakhamat, Jalaludin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya.