komponen tablet, preformulasi tablet
TRANSCRIPT
TEKHNOLOGI SEDIAAN FARMASI
SEDIAAN SOLID
OLEH:
NAMA : MUH. IHSAN H
NIM : 70100113030
KELAS : FARMASI B
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA – GOWA
2015
KOMPONEN TABLET
Komponen utama tablet adalah zat aktif dan zat tambahan, zat tambahan terdiri dari
bahan pengikat, bahan penghancur, bahan pengisi, bahan pelicin, bahan pewarna jika
diperlukan.
a. Zat aktif merupakan komponen utama yang paling berperan berefek pada indikasi dan
tujuan pengobatan tablet yang digunakan. Sebaiknya sifat zat aktif kemurniannya
tinggi, stabil, kompatibel dengan semua eksipien, bentuk partikel sferis, ukuran dan
distribusi ukuran partikelnya baik, sifat alir baik, optimum moisture content,
kompresibilitas baik, tidak mempunyai muatan pada permukaan, dan mempunyai sifat
organoleptis yang baik.
Terdapat dua zat aktif, yaitu zat aktif yang tidak larut (insoluble drug), dan zat aktif
tidak larut air (suluble drugs).
1.) Insoluble drugs, memberikan efek lokal pada saluran pencernaan.
2.) Suluble Drugs, memberikan efek sistemik dengan terdisolusi dan
terarbsorpsi pada usus.
b. Zat Tambahan:
a. Bahan pengikat adalah menyatukan semua antara bahan zat aktif dan zat
tambahan yang digunakan agar tidak mudah hancur.
Contoh : PVP, Amilum, gelatin, Starch 1500, dll.
b. Bahan penghancur adalah bahan yang digunakan untuk tujuan agar tablet
dapat segera hancur dan melepaskan zat aktifnya
Contoh : Amylum kering, Amilum, Starch, pati jagung.
c. Bahan pengisi adalah menambah sampai sesuai dengan bobot tablet yang
diinginkan, termasuk zat tambahan yang paling banyak digunakan.
Contoh : Amilum/pati, pati jagung, Sukrosa, Laktosa, Starch 1500, Avicel.
d. Bahan pelincir adalah bahan yang digunakan dalam proses pembuatan tablet
untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:
Memperbaiki aliran granul agar didapat bobot tablet yang seragam.
Contoh : Talkum, Aerosil.
Mencegah lekatnya masa siap cetak pada punch atau die, dalam hal ini
lubrikan disebut antiadheren. Contoh : Mg stearat dan Talkum.
Mempermudah pengeluaran tablet secara utuh dari cetakannya, dalam
hal ini lubrikan disebut lubrikan sejati. Contoh : Mg stearat.
e. Bahan bahan tambahan lain seperti, Bahan Warna, Pemberi Rasa dan Pemanis.
Penggunaan zat warna dalam preparat farmasi untuk tujuan estetika, sebagai
pembantu sensori untuk pemberi rasa yang digunakan, dan untuk tujuan
kekhasan produk. Contoh : Erythrosine (red), brilliant (blue 1), tartrazine
(yellow 5). Ada beberapa keuntungan penggunaan zat warna dalam tablet
yaitu :
Dapat menutupi warna obat yang kurang baik.
Membantu identifikasi hasil produksi.
Membuat suatu produk menjadi lebih menarik
PRE FORMULASI TABLET
Uraian Fisik.
Uraian fisik dari suatu obat sebelum pengembangan bentuk sediaan penting untuk
dipahami, dari segi pemerian dan deskripsi zat, kebanyakan zat obat yang digunakan
sekarang adalah bahan padat. Kebanyakan obat tersebut merupakan senyawa kimia
murni yang berbentuk amorf atau kristal. Obat cairan digunakan dalam jumlah yang
lebih kecil, gas bahkan lebih jarang lagi.
Pengujian Mikroskopik.
Pengujian mikroskopik dari zat murni (bahan obat) merupakan suatu tahap
penting dalam kerja (penelitian) praformulasi. Pengujian ini memberikan indikasi atau
petunjuk tentang ukuran partikel dari zat murni seperti juga struktur kristal.
Ukuran Partikel.
Sifat-sifat fisika dan kimia tertentu dari zat obat dipengaruhi oleh distribusi
ukuran partikel, termasuk laju disolusi obat, bioavailabilitas, keseragaman isi, rasa,
tekstur, warna dan kestabilan. Sifat-sifat seperti karateristik aliran dan laju sedimentasi
juga merupakan faktor-faktor penting yang berhubungan dengan ukuran partikel. Ukuran
partikel dari zat murni dapat mempengaruhi formulasi produk. Khususnya efek ukuran
partikel terhadap absorpsi obat. Keseragaman isi dalam bentuk sediaan padat sangat
tergantung kepada ukuran partikel dan distribusi bahan aktif pada seluruh formulasi yang
sama.
Koefisien Partisi dan Konstanta Disosiasi.
Untuk memproduksi suatu respon biologis molekul obat pertama-tama harus
melewati suatu membrane biologis yang bertindak sebagai pembatas lemak. Kebanyakan
obat yang larut lemak akan lewat dengan proses difusi pasif sedangakn yang tidak larut
lemak akan melewati pembatas lemak dengan transport aktif. Karena hal ini maka perlu
mengetahui koefisien partisi dari suatu obat. Khusus untuk obat yang bersifat larut air
maka perlu pula diketahui konstanta disosiasi agar diketahui bentuknya molekul atau ion.
Bentuk molekul lebih muda terabsorpsi daripada bentuk ion.
Disolusi.
Perbedaan aktivitas biologis dari suatu zat obat mungkin diakibatkan oleh laju
disolusi. Laju disolusi adalah waktu yang diperlukan bagi obat untuk melarut dalam
cairan pada tempat absorpsi. Untuk obat yang diberikan secara oral dalam bentuk
padatan, laju disolusi adalah tahap yang menentukan laju absorpsi. Akibatnya laju
disolusi dapat mempengaruhi onset, intensitas dan lama respon serta bioavailabilitas.
Kestabilan.
Salah satu aktivitas yang paling penting dalam praformulasi adalah evaluasi
kestabilan fisika dari zat obat murni. Pengkajian awal dimulai dengan menggunakan
sampel obat dengan kemurnian yang diketahui. Adanya pengotoran akan menyebabkan
kesimpulan yang salah dalam evaluasi tersebut.
MONOGRAFI
Atropin Sulfat/Atropini Sulfas
Strukturformel
(C17H23NO3)2H2SO4.H2O
Atropin sulfat mengandung tidak kurang dari 99,0 persen dan tidak lebih dari
setara101,0 persen dari bis (1R, 3r, 5S) -3 - [(RS) - (3-hydroxy-2-phenylpropionyl) oksi]-8-
metil-8-azabicyclo silfat oktan, dihitung dengan substansi anhidrat.
Berat molekul:
694.85
Pemerian :
Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, sangat pahit, mengembang
diudara kering ; perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya.
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, terlebih dalam etanolmendidih,
mudah larut dalam gliserin. Sukar larut dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter dan
dalam benzen
Penyimpanan :
Simpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Titik Leleh :
191-1950C( FI IV hal 115 )
pH Larutan :
4,5 – 6,2
Absorbsi:
Atropin dengan cepat dan baik diserap setelah pemberian intramuskular. Atropinmenghilang
dengan cepat dari darah dan didistribusikan ke seluruh berbagai jaringan tubuh dan cairan.
Distribusi:
Atropin didistribusikan kedalam tubuh melalui jaringan dan cairan tubuh, terdistribusi secara
luas dibadan. Terdistribusi secara luas dalam badan ! menembus plasenta, masuk dalam air
susu, menembus sawar darah otak.
Metabolisme:
Atropin mengikat dan menghambat reseptor asetilkolin muscarinic, memproduksiberbagai
macam efek antikolinergik. hepatik eliminasi (half-life elimination) 2-3 jam
Ekskresi:
Sebagian besar obat ini dihancurkan oleh hidrolisis enzimatik, terutama di hati. Dari
13menjadi 50% diekskresikan tidak berubah dalam urin. Urin (30% sampai 50% dalam
bentuk obat dan metabolitnya)
Titik Leleh/lebur :
191-1950C
DosisDosis Lazim : -
Dosis maksimum : -
Perhitungan Dosis : -
Daftar Obat : Obat Keras
Stabilitas : -
OTT : alkali, asam tanat, dan garam merkuri (Mart, 523)
pH : 3,5-6 (Fornas, ed II, 32)
STABILITAS PENYIMPANAN
Atropin sulfat secara lambat dipengaruhi oleh cahaya. Kompatibilitas dengan zat lain
tergantung dari beberapa faktor: seperti konsentrasi obat! pH akhir larutan dan temperatur.
Atreopine sulfate injeksi dilaporkan secara fisik incompatible dengan norepinephrine
bitartrate! sodium bicarbonate dan metaraminol bitartrate. Kerusakan atau endapan terjadi
dalam 15 menit jika atropine sulfate dicampur dengan larutan methohexital sodium.
MEKANISME AKSI
Menghambat aksi asetilkolin pada bagian parasimpatik otot halus! kelenjar sekresi dan SSP!
meningkatkan output jantung! mengeringkan sekresi! mengantagonis histamin dan serotonin
MONITORING
Denyut jantung, tekanan darah, pulsa, status mental, pemberian secara intravena diperlukan
monitor jantung