tablet sublingual

24
I. Formula Asli Tablet sublingual II. Rancangan Formula Nama Produk : LATISIN ® Tablet Jumlah Produk : 100 tablet Tanggal Formulasi : 9 Mei 2013 Tanggal Produksi: 9 Mei 2014 Nomor Registrasi: DKL 131112510B2 Nomor Batch : B 130202 Komposisi : Digoksin 0,25mg Amylum Maydis 10% Selulosa 15% Talk 10% Lactose ad 20mg III. Master Formula Diproduk si Oleh Tanggal Formulasi Tanggal Produksi Dibuat Oleh Disetuj ui Oleh Rahma Farma 09 – 05 – 13 09 – 05 – 14 Siti Rahmah Asia Musfika h Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per Dosis Per Batch 01-Dg Digoksin Zat aktiv 0,25 mg 5mg 02-Am Amylum Maydis Zat Penghancu r 2mg 40mg 03-Sl Selulosa Zat Pengikat 3mg 60mg 04-Lk Laktosa Zat 12,75mg 255mg

Upload: rahma-sitirahmah

Post on 29-Nov-2015

254 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tablet Sublingual

I. Formula Asli

Tablet sublingual

II. Rancangan Formula

Nama Produk : LATISIN® Tablet

Jumlah Produk : 100 tablet

Tanggal Formulasi : 9 Mei 2013

Tanggal Produksi : 9 Mei 2014

Nomor Registrasi : DKL 131112510B2

Nomor Batch : B 130202

Komposisi :

Digoksin 0,25mg

Amylum Maydis 10%

Selulosa 15%

Talk 10%

Lactose ad 20mg

III. Master Formula

Diproduksi Oleh

Tanggal Formulasi

Tanggal Produksi

Dibuat Oleh

Disetujui Oleh

Rahma Farma

09 – 05 – 13 09 – 05 – 14Siti

RahmahAsia

MusfikahKode Bahan

Nama Bahan

Kegunaan Per Dosis Per Batch

01-Dg Digoksin Zat aktiv 0,25 mg 5mg

02-Am Amylum Maydis

Zat Penghancur

 2mg 40mg

03-Sl Selulosa Zat Pengikat  3mg 60mg

04-Lk  Laktosa Zat Pengisi 12,75mg 255mg05-Tl  Talk Zat Pelincir  2mg 40mg

Page 2: Tablet Sublingual

IV. Alasan Pembuatan Produk

Farmakologi penyakit :

Gagal jantung terjadi jika cuarh jantung tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan tubuh akan O2. Kondisi ini sangat letal, dengan

mortalitas berkisar antara 15-50% per tahun, bergantung pada keparahan

penyakitnya. Mortalitas meningkat sebanding dengan usia, dan resiko pada

laki-laki lebih besar dari pada perempuan (Departemen Farmakologi dan

Terapeutik Fak. Kedokteran UI, 2007, 299).

Gagal jantung adalah suatu sindroma klinik yang kompleks akibat

kelainan struktural dan fungsional jantung yang mengganggu kemampuan

ventrikel untuk diisi dengan darah atau untuk mengeluarkan darah.

Menifestasi gagal jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah.,

yang mebatasi kemampuan untuk melakukan kegiatan fisik. Retensi

cairan, yang menyebabkan kongesti paru dan edema perifer. Kedua

abnormalis tersebut mengganggu kapasitas fungsional dan kualitas hidup

pasien, tetapi tidak selalu ditemukan bersama pada seorang pasien

(Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fak. Kedokteran UI, 2007,

299).

Tujuan primer pengobatan gagal jantung adalah mencegah

terjadinya gagal jantung, terutama hi[ertensi dan/atau penyakit arteri

koroner. Jika disfungsi miokard sudah terjadi, tujuan pertama adalah

mengobati/menghilangkan penyebab dasarnya, jika mungkin (misalnya

iskemia, penyakit tiroid, alkohol, obat). Jika penyebab dasra tidak dapat

dikoreksi, pengobatan ditujukan untuk :

1. Mencegah memburuknya fungsi jantung, dengan perkataan lain

memperlambat progresi remodelling miokard, sehingga dapat

mengurangi mortalitas, dengan tujuan utama untuk mengobati gagal

jantung kronik.

2. Mengurangi gejala – gejala jantung sehingga memperbaiki kualitas

hidup pasien, dengan tujuan utama untuk pengobatan gagal jantung

Page 3: Tablet Sublingual

akut (Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fak. Kedokteran UI,

2007, 299).

Klasifikasi Gagal jantung menurut NYHA (New York Heart  Association) Functional Class

Klasifikasi Kriteria berdasarkan Simtomatik : 

1. Penyakit ringan dan tidak ada gejala pada aktivitas biasa 

2. Dalam aktivitas normal menimbulkan lelah dan aktivitas fisik sedikit

terbatas 

3. Ditandai dengan lelah, palpitasi atau angina, keterbatasanmelakukan

aktivitas

4. Keluhan sudah timbul waktu istirahat dan semakin berat pada waqktu

aktivitas ringan (Price and Wilson, 2005).

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang

biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang

sesuai. Tablet-tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat,

kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung

pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet

digunakan pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan dari

tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan

lapisan-lapisan dalam berbagai jenis (Ansel, 2008 : 244).

Tablet juga merupakan sediaan oral yang memiliki sifat

pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik

(Lachman. 1989: 645).

Tablet adalah sediaan padat mengndung bahan dengan atau tanpa

bahan pengisi. Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet.

Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih/ gepeng, bundar, segitiga,

lonjong, dan sebagainya (Syamsuddin. 2007: 165).

1. Keuntungan penggunaan tablet yaitu :

a. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan

kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketetapan

serta visibility kandungan yang paling rendah.

Page 4: Tablet Sublingual

b. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya

paling rendah.

c. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan

murah untuk di kemas serta dikirim.

d. Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling ringan dan paling

kompak.

e. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan

murah. Tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila

menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau

berhiasan timbul.

f. Tablet paling mudah ditelam serta paling kecil kemungkinan

tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang

memingkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.

g. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus,

seperti penglepasan di usus atau produk lepas lambat.

h. Tablet merupakan sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran

kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

2. Kerugian penggunaan tablet yaitu :

a. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak,

tergantung pada keaadaan amorfnya, flokulasi atau rendahnya berat

jenis.

b. Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan

atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau

setiap kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin

diformulasikan dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih

menghasilkan bioavaibilitas obat cukup.

c. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat

dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau

kelembapan udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu

sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan

Page 5: Tablet Sublingual

dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat merupakan jalan keluar yang

terbaik serta lebih mudah (Lachman, dkk. 2008: 645).

Tablet sublingual dimaksudkan untuk diletakkan di dalam mulut,

agar dapat melepaskan obatnya sehingga dapat diserap langsung oleh

selaput lendir mulut. Jenis tablet ini biasanya kecil dan rata, diletakkan

dibawah lidah. Obat – obat yang diberikan dengan cara ini dimaksudkan

agar memberi efek sistemik, dan karena itu harus dapat diserap dengan baik

oleh selaput lendir mulut. Obat yang diserap oleh selaput lendir mulut

masuk kealiran darah, selanjutnya masuk kealiran darah umum. Obat

diserap melalui saluran cerna masuk kesirkulasi darah usus, yang langsung

berhubungan dengan hati dan vena porta. Jadi penyerapan obat melalui

rongga mulut menyebabkan obat terhindar dari metabolisme first-pass.

Maka ada beberapa keuntungan yang didapat dari pemberian obat seperti

ini. suasana dalam lambung, yang dapat menyebabkan penguraian obat yang

luas (untuk beberapa steroid dan hormon) dapat dihindari oleh obat yang

diserap dengan baik dalam mulut. Obat dapat bekerja dalam waktu yang

lebih cepat daripada tablet yang harus ditelan (suatu keuntungan bagi

vasodilator yang diberi dengan cara ini). Efek first-pass dapat dihindari,

seperti telah diuraikan, dan untuk beberpa obat (misalnya tiltestoteron) rasa

mual yang dapat terjadi bila obat tersebut ditelan dapat dihindari (Lachman,

1994, 713).

V. Alasan Penambahan Bahan

1. Zat Aktif

Saat ini hanya digoksin yang digunakan untuk terapi gagal jantung.

Efek digoksin pada pengobatan gagal jantung :

a. Inotropik positif : digoksin menghambat Na-K-ATPase pada membran

sel otot jantung sehingga meninggalakn kadar Na+ intrasel, dan ini

menyebabkan berkurangnya pertukaran Na+ - Ca++ selama repolarasi

dan relaksasi otot jantung sehingga Ca2+ intrasel meningkat, dan

ambilan Ca2+ kedalam retikulum sarkoplasmik (SR) meningkat.

Page 6: Tablet Sublingual

Dengan demikian, Ca2+ yang tersedia dalam SR untuk dilepaskan

kedalam sitosol untuk kontraksi meningkat, sehingga kontraktilitas sel

otot jantung meningkat.

b. Kronotropik negatif (mengurangi frekuensi denyut ventrikel pada

takikardia atau fibrilasi atrium) dan mengurangi aktivasi saraf simpatis

: pada kadar terapi (1-2 ng/mL), digoksin meningkatkan tonus vagal

dan mengurangi aktivitas simpatis di nodus SA maupun AV, sehingga

dapat menimbulkan bradikardia sinus sampai henti jantung dan/atau

perpanjangan konduksi AV sampai meningkatnya blok AV. Afek pada

nodus AV inilah yang mendasari penggunaan digoksin pada

pengobatan fibrilasi atrium (Departemen Farmakologi dan Terapeutik

Fak. Kedokteran UI, 2007, 309).

2. Zat Tambahan

a. Amylum Maydis

Pati merupakan bahan penghancur yang paling umum dipakai,

dapat digunakan sebagai penghancur dalam (intra granular) dan

sebagai penghancur luar (ekstra granular) (Arsul, 2010 ; 24).

Pati mempunyai aktivitas sebagai penghancur dengan

membentuk ikatan jembatan hidrogen waktu kompresi/kempa dan

segera lepas bila kelembaban berlebihan. Mekanisme

pengembangannya sangat tergantung dari kekerasan, porositas dan

daya kapilaritas yang dimiliki oleh tablet (Arsul, 2010 ; 24).

Amilum dimodifikasi memelar dalam air, akan tetapi tetap

menjaga keutuhannya. Efektif sebagai penghancur pada konsentrasi

2%-8% (Agoes, Goeswin. 2008: 208).

Penghancur, pengikat, pengisi, pelincir dalam pembuatan tablet dab kapsul (Excipients: 685). Pati sebagai bahan pengatur aliran serta sebagai bahan pengikat dan bahan penghancur (Voigt, Rudolf. 1995: 169).

b. Cellulosa

Page 7: Tablet Sublingual

Selulosa seperti methylcellulosa dan Na-

carboxymethylcellulosa menghasilkan tablet cukup keras, dapat

digunakan dalam bentuk larutan atau ditambahkan dalam bentuk

kering kemudian ditambahkan dengan air, granul yang dihasilkan

kurang memuaskan (Arsul, 2010 ; 21)

Selulsa digunakan sebagai zat tambahan sebagai

pengikat/pengisi , juga sebagai pelincir dan penghancur (Excipien 6 th,

130).

Yang sangat disarankan untuk dipakai adalah sellulosa

kristalin mikro khusus untuk tabletasi langsung (R. Voight, 202).

c. Laktosa

Laktosa juga merupakan bahan pengisi yang paling banyak

dipakai karena tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik

yang digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat (menurut lachman

hal. 699).

Bahan pengisi ini menjamin tablet memiliki ukuran atau massa

yang dibutuhkan (0,1-0,8). Di samping sifatnya harus netral secara

kimia dan fisiologis, konstituen semacam itu sebaiknya juga dapat

dicernakan dengan baik. Yang umum digunakan adalah jenis pati dan

laktosa (menurut R.Voight hal. 202).

Laktosa secara luas digunakan dalam tablet kompresi langsung

dan sebagai pengisi tablet dan kapsul (menurut Excipient hal. 385).

d. Talk

Digunakan karena talk tidak diserap secara sistemik setelah

konsumsi oral sehingga dianggap tidak beracun (Rowe, 2009:728).

Selama pengeluaran tablet mengurangi gesekan tablet dan

dinding cetakan ketika tablet dilempar dari mesin dan memberikan

rupa yang bagus pada tablet yang sudah jadi (Ansel, 2008, 266).

Talk mempunyai sifat-sifat anti lekat (Lachman, 2008: 703).

Page 8: Tablet Sublingual

VI. Uraian Bahan

1. Digoksin (Martindale, 2009 ; 1259)

Nama Resmi : DIGOXIN

Nama Lain : Digoksin, digoksinas, 3β-[(O-2,6-Dideoxy-β-D-

ribo-hexo-pyranosyl-(1→4)-O-2,6-dideoxy-β-D-

ribo-hexopyranosyl-(1→4)-2,6-dideoxy-β-D-

ribo-hexopyranosyl)oxy]-12β,14β-dihydroxy-5β-

card-20(22)-enolide.

Berat Molekul : 780,9

Rumus Molekul : C41H64O14

Rumus Bangun :

Pemerian : Jelas menjadi putih, tidak berbau, kristal, atau

putih, tidak berbau, bubuk kristal.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam

alkohol; bebas larut dalam campuran volume

yang sama dichlo-romethane dan metil alkohol,

praktis tidak larut dalam air dan dalam eter,

sedikit larut dalam alkohol di-direkatkan dan

dalam kloroform, bebas larut dalam piridin.

Penyimpanan : Lindungi dari cahaya.

Farmakokinetik : Digitoxin adalah mudah dan benar-benar diserap

dari saluran gastroin-testinal. Konsentrasi plasma

terapeutik dapat berkisar dari 10 sampai 35

Page 9: Tablet Sublingual

nanogram / mL tetapi ada antarindividu

isconsiderable variasi. Digitoxin lebih dari 90%

terikat pada protein plasma. Hal ini sangat lambat

dikeluarkan dari tubuh dan dimetabolisme di

hati. Kebanyakan metabolit tidak aktif, utama

aktif metab-Olite adalah digoxin. Enterohepatik

daur ulang terjadi dan digitoxin adalah

diekskresikan dalam urin, terutama sebagai

metabolit. Hal ini juga diekskresikan dalam

tinja dan rute ini menjadi signifikan dalam ginjal

merusak-ment. Digitoxin memiliki paruh

eliminasi hingga 7 hari atau lagi. Waktu paruh

adalah generallyunchanged pada gangguan ginjal.

Farmakokinetik digitoxin dapat dipengaruhi oleh

usia dan oleh penyakit konkuren (lihat di bawah

Penggunaan dan Administrasi, be-rendah).

Penggunaan : Pada orang dewasa 1 sampai 1,5 mg telah

beengiven oral dalam dosis terbagi lebih dari 24

jam untuk digitalisasi cepat, sedangkan untuk

lambat digitalisa-tion dosis oral 200 mikrogram

dua kali sehari selama 4 hari memiliki pernah g

iven. U sual Maint Enon ce dosis 100 sampai 200

mikrogram setiap hari, tapi 100micrograms pada

hari alternatif mungkin cukup. Digitoxin juga

dapat diberikan melalui injeksi lambat intrave-

nous ketika muntah atau kondisi lain mencegah

lisan penggunaan, dosis pemeliharaan 70 to100

mikrogram setiap hari telah digunakan.

Kegunaan : Sebagai zat aktif

Page 10: Tablet Sublingual

2. Amylum Maydis (Exipient, 2009: 685)

Nama Resmi : AMYLUM MAYDIS

Nama Lain : Pati jagung

Pemerian : Serbuk sangat halus, putih

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam

etanol

Range : 5 – 10 %

Stabilitas : Pati kering stabil dilindungi dari kelembaban

tinggi. Pati akan lembab jika disimpan di bawah

kondisi normal. Pati secara fisik tidak stabil dan

mudah dimetabolisme oleh mikroorganisme bila

digunakan untuk granulasi basah.

Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara, ditempat yang sejuk

dan kering

Kegunaan : Sebagai zat penghancur

3. Cellulosa (Exipient, 2009: 129)

Nama Resmi : CELLULOSUM

Nama Lain : Selulosa

Berat Molekul : 36

Rumus Molekul : C6H10O5

Rumus Bangun :

Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih, tidak berbau

Range : 5 – 15 %

Page 11: Tablet Sublingual

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam asam encer

dan dalam kebanyakan pelarut organik, Sukar

larut dalam larutan natrium hidroksida encer P.

Kestabilan : Stabil dengan keadaan zat higroskopik, harus disimpan di tempat tertutup rapat dan kering.

Incompability : Pengoksidator kuat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai zat pengikat

4. Lactose (Excipients 6th, 2009 : 364)

Nama Resmi : LACTOSUM

Nama Lain : Laktosa, Gula Susu, Saccharum Lactis

Berat Molekul : 360,31

Rumus Molekul : C12H22O11H2O

Rumus Bangun :

Pemerian : Padat, merupakan kristal atau serbuk putih atau

sedikit putih.

Range : -

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform, etanol, eter.

Larut dalam 1 bagian air pada 5,24 bagian

laktosa, 1 bagian air pada 3,05 bagian laktosa

pada suhu 40oC, 1 bagian air pada 2,30 bagian

laktosa pada suhu 50oC, 1 bagian air pada 1,71

bagian laktosa pada suhu 60oC, 1 bagian air pada

0,96 bagian laktosa pada suhu 80oC.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan kering.

Kegunaan : Sebagai zat pengisi

Page 12: Tablet Sublingual

Konsentrasi : 65-85% (Excipients.2000:276)

Stabilitas : Cetakan mengembang kira-kira relatif pada

kelembaban ± 80%. Laktosa mungkin berubah

menjadi berwarna coklat/sawo pada

penyimpanan, reaksi ini dipengaruhi oleh panas

dan kondisi yang lembab. Kemurnian laktosa

dapat berubah dan berbeda sehingga penting

dalam mengevaluasi warnanya sebelum

digunakan dalam formulasi tablet. Stabilitas dari

jenis warna laktosa juga berbeda.

Incompability : Banyak terjadi reaksi kondensasi antara laktosa

dan campuran dengan kelompok amina primer

sehingga terbentuk warna coklat/sawo, atau

warna kuning kecoklatan. Banyak pula interaksi

yang dapat terlihat dari laktosa dan amina

sekunder. Bagaimanapun, reaksi akibat ini akan

berhenti dengan pembentukan amina, dan tidak

menghasilkan warna kuning kecoklatan.

5. Talk (Excipients 6th, 2009 : 728)

Nama Resmi : TALC

Nama Lain : Altalc; E553b; hydrous magnesium silicate;

Imperial; Luzenac Pharma; magnesium hydrogen

metasilicate; Magsil Osmanthus; Magsil Star;

powdered talc; purified French chalk; Purtalc;

soapstone; steatite; Superiore; talcum.

Berat Molekul : 667

Rumus Struktur :

Page 13: Tablet Sublingual

Range : Lubricant dan Glidant : 1,0 – 10,0 %

Diluent tablet : 5,0 – 30,0%

Incompabilitas : Tidak kompatibel dengan senyawa surfaktan

Stabilitas : Merupakan bahan yang stabil dan dapat

disterilkan dengan pemanasan 160oC.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, kering dan di tempat

yang sejuk.

Kegunaan : Sebagai zat pelincir

VII. Perhitungan Bahan

a. Per Dosis

Digoksin 0,25mg

1 x P = 20 mg

Sehari = 2 x 20 = 40 mg

Amylum Maydis =10

100 x 20mg = 2mg

Cellulose =15

100 x 20mg = 3mg

Talk =10

100 x 20mg = 2mg

Laktosa ad 20mg

b. Per Batch

Digoksin = 0,25mg x 20mg = 5mg

Amylum Maydis = 2mg x 20mg = 40mg

Cellulose = 3mg x 20mg = 60mg

Talk = 2mg x 20mg = 40mg

Page 14: Tablet Sublingual

Laktosa = 12,75mg x 20mg = 255mg

VIII. Cara Kerja

Metode yang digunakan adalah kempa langsung. Adapun langkah

– langkah pembuatan tabletnya sebagai berikut :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Semua bahan baik zat aktif (digoksin) maupun zat ditambahan

(amylum maydis, selulosa, laktosa dan talk, sukrosa) dihaluskan

3. Dicampur semua bahan

4. Lalu tablet dicetak pada mesin pencetak tablet.

Page 15: Tablet Sublingual

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C,. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI-Press

Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FK-UI.

Lachman dkk. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI-press.

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi volume 3.

Jakarta: EGC.

Rowe, Raymond C., dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Great Britain: RPS Publishing.

Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-sixth Edition. Great Britain: RPS Publishing.

Page 16: Tablet Sublingual

LAMPIRANBrosur

LATISIN ® TabletIsi Bersih : 100 tablet @ 20 mg

Komposisi : Tiap tablet mengandung :Digoksin 20mg Indikasi :Gagal jantung kronik, gagal jantung akutKontraindikasi :Bradikardia, blok AV derajat 2 dan 3, sindroma sick sinus, sindroma Wolff-Parkinson-White, kardiomiopati abstruktif hipertrofik, hipokalemia.Efek Samping ;Mual, muntah, nyeri lambung, rasa lelah, mimpi buruk, bingung, penglihatan berwarna kuning, penurunan konduksi AV dan peningkatan automatisitas.Interaksi Obat :β – bloker, verapamil, diltezem : aditif dengan digoksin dalam memperlambat konduksi AV dan mengurangi efek inotropik digoksin.Dosis :0,125-0,25mg sehari jika fungsi ginjal normal.Penyimpanan :Jangan terkena sinar matahari langsungNo. Reg. : DKL 131112510B2

No. Batch : D 130202

Diproduksi Oleh :PT. Edelweis

Makassar-Indonesia

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Page 17: Tablet Sublingual

Etiket

LATISIN® TabletNetto : 100 tablet 20mg

Diproduksi Oleh :PT. Edelweis Farma

Makassar-Indonesia

KomposisiTiap tablet mengandung :Digoksin 0,25mg IndikasiGagal jantung kronik, gagal jantung akutCara PemakaianSehari : 0,25mgJangan terkena sinar matahari langsung

No. Reg. : DKL 131112510B2

No. Batch : D 130202

HARUS DENGAN RESEP DOKTER