kompetensi profesi keguruan kelompok 5

57
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru adalah salah satu di antara faktor pendidikan yang memiliki peranan yang paling strategis, sebab gurulah sebetulnya yang paling menentukan di dalam terjadinya proses belajar mengajar. Di tangan guru yang cekatan fasilitas dan sarana yang kurang memadai dapat diatasi, tetapi sebaliknya ditangan guru yang kurang cakap, sarana, dan fasilitas yang canggih tidak banyak memberi manfaat. Berangkat dari masalah di atas, maka langkah pertama yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan adalah dengan memperbaiki kualitas tenaga pendidiknya terlebih dahulu. Guru adalah seseorang figur yang mulia dan dimuliakan banyak orang,kehadiran guru di tengah-tengah kehidupan manusia sangat penting, tanpa ada guru atau seseorang yang dapat ditiru, diteladani oleh manusia untuk belajar dan berkembang, manusia tidak akan memiliki budaya, norma, dan agama. Guru merupakan orang pertama mencerdaskan manusia, orang yang memberi bekal pengetahuan, pengalaman, dan menanamkan nilai-nilai, budaya, dan agama terhadap anak didik, dalam proses pendidikan guru memegang peranan penting setelah orang tua dan keluarga di rumah. Di lembaga pendidikan guru menjadi orang pertama, bertugas membimbing, mengajar dan melatih anak didik mencapai kedewasaan. Peran guru sangat vital bagi pembentukan kepribadian,cita-cita,dan visi misi yang menjadi impian hidup anak didiknya di masa depan. Di balik kesuksesan murid, selalu ada guru profesional yang memberikan inspirasi dan motivasi besar pada dirinya sebagai sumber stamina dan energi untuk selalu belajar dan bergerak mengejar ketertinggalan, menggapai kemajuan, menorehkan prestasi spektakuler dalam panggung sejarah kehidupan manusia. [1]

Upload: rizal-fahmi

Post on 27-Dec-2015

76 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

profesi pendidikan

TRANSCRIPT

Page 1: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangGuru adalah salah satu di antara faktor pendidikan yang memiliki peranan

yang paling strategis, sebab gurulah sebetulnya yang paling menentukan di dalam terjadinya proses belajar mengajar. Di tangan guru yang cekatan fasilitas dan sarana yang kurang memadai dapat diatasi, tetapi sebaliknya ditangan guru yang kurang cakap, sarana, dan fasilitas yang canggih tidak banyak memberi manfaat. Berangkat dari masalah di atas, maka langkah pertama yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan adalah dengan memperbaiki kualitas tenaga pendidiknya terlebih dahulu.

Guru adalah seseorang figur yang mulia dan dimuliakan banyak orang,kehadiran guru di tengah-tengah kehidupan manusia sangat penting, tanpa ada guru atau seseorang yang dapat ditiru, diteladani oleh manusia untuk belajar dan berkembang, manusia tidak akan memiliki budaya, norma, dan agama.Guru merupakan orang pertama mencerdaskan manusia, orang yang memberi bekal pengetahuan, pengalaman, dan menanamkan nilai-nilai, budaya, dan agama terhadap anak didik, dalam proses pendidikan guru memegang peranan penting setelah orang tua dan keluarga di rumah. Di lembaga pendidikan guru menjadi orang pertama, bertugas membimbing, mengajar dan melatih anak didik mencapai kedewasaan.

Peran guru sangat vital bagi pembentukan kepribadian,cita-cita,dan visi misi yang menjadi impian hidup anak didiknya di masa depan. Di balik kesuksesan murid, selalu ada guru profesional yang memberikan inspirasi dan motivasi besar pada dirinya sebagai sumber stamina dan energi untuk selalu belajar dan bergerak mengejar ketertinggalan, menggapai kemajuan, menorehkan prestasi spektakuler dalam panggung sejarah kehidupan manusia.

Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuan profesional. Kemampuan profesional adalah kemampuan yang berkaitan dengan tugas-tugas guru sebagai pembimbing, pendidik, dan pengajar.Kemudian makalah ini akan menjelaskan tentang kompetensi profesional guru.

Definisi yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah bahwa guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru, dalam halo rang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Mengutip pendapat Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya This is Teaching (hal : 10) : “Teacher is professional person who conducs classes” ( Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas). Sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C Morris Mc Clare dalam Fondation of teaching, An Introduction to Modern Education (hal :141), “teacher are those person who consciously direct the experiences and behaviour of an individual so that education take place”. (Guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga dapat terjadi pendidikan).

[1]

Page 2: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

Jadi guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserrta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merangsang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.

Sedangkan dalam kegiatan proses pembelajaran tersebut, agar tujuan yang diharapakn dapat tercapai secara maksima maka guru juga harus memiliki kompetensi dalam mengajar. Kompetensi adalah kekuatan mental dan fisik untuk melakukan tugas atau ketrampilan yang dipelajari melalui latihan dan praktik (JJ. Litrell :310).

Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan disekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. Kompetensi guru dapat dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan tenaga guru.Sealain itu, penting dalam hubungannya kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Dengan kompetensi profesional tersebut, dapat diduga berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan sehingga mampu melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu. Keluaran pendidikan yang bermutu dapat dilihat dari hasil langsung pendidikan yang berupa nilai yang dicapai siswa dan dapat juga dilihat dari dampak pengiring, yaitu peserta didik setela di masyarakat.

Sebagai ikhtiar untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional seperti yang telah diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Oleh sebab itu guru dituntut agar terus mengembangkan kapasitas dirinya sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum regional, nasional maupun internasional.

Namun pada kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi terakhir. Kurang bonafide, jika sudah tidak ada lagi pekerjaan yang maka profesi sebagai guru yang menjadi pilihan. Bahkan guru ada yang dipilih secara asal, yang penting ada yang mengajar. Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan.Ujung tombak pejuang pemberantas kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah bagi proses perubahan dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa.

Majunya suatu negara sangat ditentukan majunya pendidikan di negara itu. Hal ini berarti pembenahan segala aspek / komponen yang terlibat dalam pendidikan harus mendapat prioritas utama dalam pembangunan suatu negara. Pemberlakuan kuriku-lum baru merupakan salah satu upaya memperbaiki proses

[2]

Page 3: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

penyelenggaraan pendi-dikan di suatu negara agar dapat mengejar kemajuan negara lain (Olivia, 1992 : 3)

Perubahan kurikulum di Indonesia merupakan upaya ke arah peningkatan kualitas pendidikan, karena di era globalisasi ini sangat dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu nasional dan internasional. Guru sebagai pelaksanaan pendidikan di tingkat pembelajaran memegang peranan penting dalam menciptakan SDM yang berkualitas.

Pendidik atau guru adalah tenaga profesional seperti yang diamanatkan dalam Pasal 39 ayat 2 UU RI No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 2 ayat 1 UU RI No 14/2005 tentang Guru dan Dosen, serta Pasal 28 ayat 1 PP RI No 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Landasan yuridis dan kebijakan tersebut menunjukkan adanya keseriusan dan komitmen yang tinggi Pemerintah dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan penghargaan kepada guru sebagai pelaksana pendidikan di tingkat pembelajaran yang bermuara akhir pada peningkatan kualitas pendidikan nasional.

Hal ini sejalan dengan arah kebijakan Sistem Pendidikan Nasional Pasal 42 UU RI No 20/2003 yang mensyaratkan pendidik (guru) harus memiliki kualifikasi akademik minimum dan sertifikasi sesuai dengan kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Demikian pula ditegaskan dalam Pasal 28 ayat 1 PP No 19/ 2005 dan Pasal 8 UU RI No 14/2005 yang mengamanatkan guru harus memiliki kualifikasi akademik minimal D4/S1 dan kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi kompetensi profesi-onal, pedagogik, kepribadian, dan sosial.

Berkaitan dengan hal itu saat ini banyak guru-guru di tingkat lanjutan pertama maupun menengah bersemangat melanjutkan studi S-2. Namun peningkatan jumlah guru yang berkualifikasi S-2 tidak berarti secara otomatis meningkat pula profesiona-

lismenya, karena untuk menjadi guru yang profesional bukan hanya bermodalkan ijasah S-2. Demikian pula semangat guru mengikuti berbagai aktivitas ilmiah, seperti seminar, lokakarya, workshop, TOT, dan sebagainya, juga tidak mampu menjamin terciptanya profesionalisme guru, jika aktivitas tersebut hanya seperti angin lalu, lewat begitu saja tanpa dipahami, dihayati, dan diamalkan ketika melaksanakan pembela-jaran di kelas.

Adanya sertifikasi dan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) bagi guru-guru yang belum lulus sertifikasi merupakan suatu usaha nyata Pemerintah (dalam hal ini Dinas Pendidikan) dalam rangka pembentukan guru yang profesional. Pada kenya-taannya, setelah melalui sertifikasi guru masih belum memiliki kiat jitu untuk menjadi guru yang profesional. Pada kesempatan inilah kita akan membahas bersama tentang bagaimana kiat-kiat untuk menjadi guru yang profesional.

[3]

Page 4: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

B. Rumusan masalahAdapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah :

1) Bagaimana Aspek-aspek profesi keguruan ?2) Bagaiamana komponen aspek-aspek kompetensi guru ?3) Bagaiamana Peran Profesi Guru dalam Sistem Pembelajaran ?4) Bagaiamana peran Profesi guru di bidang layanan administrasi ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan makalahBerdasarkan perumusan masalah

a. Untuk mengetahui kompetensi guru dalam melaksanakan bimbingan belajar.

b. Untuk mengetahui kompetensi guru dalam melakukan administrasi pembelajaran.

c. Untuk mengetahui kompetensi guru dalam menguasai bahan/materi pelajaran

d. Untuk mengetahui kompetensi guru dalam menyusun program pengajaran.

[4]

Page 5: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

BAB IIPEMBAHASAN

A. ASPEK-ASPEK PROFESI GURU a) Peran Dan Tugas Guru

Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Guru merupakan profesi / jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih (Umardi, 1999 : 10). Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada peserta didik. Dengan kata lain, seorang guru dituntut mampu menyelaraskan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses pembelajaran.

Hal ini sejalan dengan yang diamanatkan dalam Pasal 1 ayat 1 UU RI No. 14/2005 tentang guru dan dosen, dimana seorang guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pada tingkat pelaksanaan pembelajaran di kelas, gurulah yang sangat berperan dalam membawa peserta didiknya ke arah pembelajaran yang diisyaratkan dalam kurikulum.

Pada era globalisasi saat ini dimana kemajuan IPTEK semakin pesat, maka hal ini juga berimbas pada pentingnya seorang guru meningkatkan kinerja dan kemampu-an mereka, sehingga terwujud keprofesionalan yang mantap. Seorang guru IPA dan kimia khususnya, dituntut untuk mampu menampilkan pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menarik peserta didik untuk beraktivitas secara aktif. Sebagai contoh, pembelajaran yang dilakukan harus dapat memanfaatkan teknologi yang sudah ada, agar peserta didik tidak tertinggal kemajuan teknologi yang telah berkembang pesat di negara lain. Menurut Erwin Boschmann (2003), secara keseluruhan kelas akan menjadi lebih baik ketika suatu teknologi diterapkan di sana. Keberadaan teknologi dalam suatu sekolah hanya bermanfaat ketika seorang guru mampu menggunakannya secara efektif, bukan sekedar sebagai inventarisasi sekolah. Constance Blasie & George Palladino (2005) berpendapat bahwa pengetahuan dan penggunaan teknologi informasi secara tepat dalam pembelajaran harus dikuasai guru.

Selain harus melaksanakan beban kerja utama seperti yang tercantum dalam Pasal 35 ayat 1 UU RI No. 14/2005, yaitu merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan, saat ini guru juga dituntut kreatif menciptakan suasana belajar yang inovatif. Guru diharapkan mampu menghasilkan individu masa depan Indonesia yang memiliki dasar-dasar karakter yang kuat, kecakapan hidup, dan dasar-dasar penguasaan IPTEK (T. Raka Joni, 2006).

[5]

Page 6: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

Kreativitas guru bukan hanya dalam hal penerapan IPTEK, tetapi juga pengem-bangan metode-metode pembelajaran yang sederhana tetapi sesuai dengan karakter bangsa dan pengembangan materi ajar untuk memperkaya ilmu pengetahuan. Metode pembelajaran tidak harus menggunakan peralatan yang canggih, tetapi yang penting peserta didik termotivasi untuk belajar lebih baik. Moh. Uzer Usman (2000 : 9, 13) menyatakan guru harus belajar terus menerus dengan memperkaya dirinya dalam berbagai ilmu pengetahuan, sehingga dapat mengikuti perkembangan jaman dan perkembangan peserta didiknya.

b) Profesi GuruProfesi berasal dari bahasa latin ”proffesio” yang mempunyai dua

pengertian, yaitu janji / ikrar dan pekerjaan. Dalam arti sempit, profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksa-naan norma-norma sosial dengan baik. Dalam arti luas, profesi adalah kegiatan apa saja dan siapa saja untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu (Yunita Maria Yeni, M, 2006).

Suatu profesi mengandung makna penyerahan dan pengabdian penuh pada suatu jenis pekerjaan yang mengimplikasikan tanggung jawab pada diri sendiri, masyarakat, dan profesi (Dedi Supriadi, 1998 : 96 – 100). Menurutnya, ciri-ciri pokok profesi : (1) pekerjaan itu memiliki fungsi dan signifikansi sosial karena diperlukan untuk pengabdian kepada masyarakat. Jadi profesi mutlak memerlukan pengakuan masyarakat, (2) menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang lama dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan, (3) didukung oleh suatu disiplin ilmu, bukan sekedar common sense, (4) ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik, dan (5) sebagai konsekwensi layanan yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota profesi memperoleh imbalan finansial atau materiil.Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri profesi tersebut, maka guru dapat dikategorikan sebagai profesi. Profesi guru pada saat ini masih merupakan sesuatu yang ideal bila dibandingkan dengan profesi pada bidang lain (Mohamad Ali, 1985 : 13). Bila profesi lain menjalankan tugasnya selalu dilandasi kemampuan dan keahlian yang ditunjang dengan konsep dan teori yang pasti, maka profesi guru tidaklah demikian. Kenakalan antara satu peserta didik dengan yang lainnya, memerlukan penanganan yang berbeda.

Menurut UU RI No. 14/2005 Pasal 1 ayat 4, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru merupakan keteram-pilan profesional yang untuk menyandang profesi tersebut harus menempuh jenjang pendidikan tinggi pada program studi kependidikan (Mohamad Ali, 1985 : 31-34). Pekerjaan yang profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dikerjakan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Nana Sudjana, 1988 : 14).

[6]

Page 7: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasar-kan prinsip-prinsip, yaitu memiliki :

o bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. o komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,

ketakwaan, dan akhlak mulia.o kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan

bidang tugas. o kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. o tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.o penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. o kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. o jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan, dan o organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal

yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Menurut Journal Education Leadership edisi Maret 1993 (dalam Dedi Supriadi, 1998 : 98) ada lima ukuran seorang guru dinyatakan profesional, yaitu (1) memiliki komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya, (2) secara mendalam menguasai bahan ajar dan cara mengajarkan, (3) bertanggung jawab memantau kemampuan belajar peserta didik melalui berbagai teknik evaluasi, (4) mampu berpikir sistematis dalam melakukan tugas, dan (5) menjadi bagian dari masyarakat belajar di lingkungan profesinya.

Dengan adanya pengukuhan guru sebagai profesi, maka guru dituntut untuk ikut mereformasi pendidikan, memanfaatkan semaksimal mungkin sumber-sumber belajar di luar sekolah, merombak struktur hubungan guru dan peserta didik, menggunakan teknologi modern dan menguasai IPTEK, kerjasama dengan teman sejawat antar sekolah, serta kerjasama dengan komunitas lingkungannya.

c) Kompetensi Menurut asal katanya, “competency” berarti kemampuan atau kecakapan.

Kompetensi juga diartikan “... the state of being legally competent or qualified”, yaitu keadaan berwewenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Arti kompetensi guru adalah “the ability of a teacher to responsibly perform his or her duties appropriately”, artinya kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya secara bertanggungjawab dan layak (Muhibbin Syah, 2004 : 229). Menurut Depdiknas, kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Arti lainnya, kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan kinerja yang dibutuhkan lapangan (Depdiknas, 2004 : 3 – 4). Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan

[7]

Page 8: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

pengetahuan, keterampilan, maupun sikap profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru.

Pengertian lain dikemukakan oleh Mulyasa (2005 : 37 – 38), yaitu kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Menurut Anderson S & Ball S (1978 : 3), kompetensi guru adalah himpunan pengetahuan, kemampuan, dan keyakinan yang dimiliki seorang guru dan ditampilkan dalam situasi mengajar.

Menurut Gordon (dalam Mulyasa, 2005 : 38 – 39), ada enam aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu : (1) pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, (2) pemahaman (under-standing), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu, (3) kemampuan (skill), sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, (4) nilai (value), suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, (5) sikap (attitude), perasaan (senang – tidak senang, suka - tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, dan (6) minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.

B. KOMPONEN ASPEK-ASPEK KOMPETENSI GURUa) KOMPETENSI PROFESIONAL

Istilah profesional berasal dari kata profession (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesiensi (kemampuan tinggi) sebagai mata pencaharian (Muhibbin Syah, 2004 : 230). Jadi, kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Guru yang ahli dan terampil dalam melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional.

Kompetensi profesional guru menggambarkan tentang kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang yang mengampu jabatan sebagai seorang guru (Moh Uzer Usman, 2000 : 14). Tidak semua kompetensi yang dimiliki seseorang menunjukkan bahwa dia profesional, karena kompetensi profesional tidak hanya menunjukkan apa dan bagaimana melakukan pekerjaan, tetapi juga menguasai rasional yang dapat menjawab mengapa hal itu dilakukan berdasarkan konsep dan teori tertentu.

Menurut UU RI No. 14/2005 Pasal 10 ayat 1 dan PP RI No. 19/2005 Pasal 28 ayat 3, kompetensi profesional guru diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, kete-rampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang yang memangku jabatan guru sebagai profesi.

Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Indikator esensial dari kompetensi ini meliputi : (1) memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum

[8]

Page 9: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

sekolah, (2) memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang koheren dengan materi ajar, (3) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, dan (4) menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

Gregory Schraw, dkk (2005) menyatakan seorang guru memerlukan waktu 5 sampai 10 tahun atau 10.000 jam untuk menjadi seorang guru yang ahli. Dalam perjalanan yang lama itu, guru harus mengembangkan pembelajaran lebih lanjut dan meningkatkan penguasaan materi. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menjadi guru yang ahli (profesional) bukanlah cara yang mudah, tetapi harus melalui perjalanan panjang disertai terus menerus pengembangan diri.

b) Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan

pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara substansi, kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci jabaran dari kompetensi ini terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sub-Kompetensi dan Indikator Esensial Kompetensi PedagogikSubkompetensi Indikator Esensial

1. Memahami peserta didik

a. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif.

b. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian.

c. Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik.2. Merancang pem-

belajaran.a. Menerapkan teori belajar dan pembelajaran.b. Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteris-

tik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar.

c. Menyusun rancangan pembelajaran yang berdasarkan strategi yang telah dipilih.

3. Melaksanakan pem belajaran.

a. Menata latar (setting) pembelajaran.b. Melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

4. Penilaian hasil be-lajar.

a. Melaksanakan penilaian (asesmen) proses dan hasil bela-jar secara berkesinambungan dengan berbagai metode.

b. Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level).

c. Menggunakan informasi ketuntasan belajar untuk meran-cang program remedi atau pengayaan (enrichment).

d. Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaik-an kualitas program pembelajaran secara umum.

5. Pengembangan pe serta didik.

a. Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berba-gai potensi akademik.

b. Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berba-gai potensi non akademik.

[9]

Page 10: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

Menurut Amy J. Phelps & Cherin Lee (2003), seorang guru perlu selalu mengakses prekonsepsi tentang pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru masa depan dan mengenali aturan mainnya. Hal ini disebabkan semakin majunya IPTEK berdampak pula pada kemajuan masyarakat, sehingga tuntutan masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang lebih baik semakin mendesak. Lebih lanjut dikemukakan bahwa seorang guru selain dituntut menguasai materi pelajaran dengan baik, juga harus mampu mengkomunikasikan materi kepada peserta didik dengan cara dan strategi yang baik, sehingga mudah ditangkap dan dikuasai materi tersebut.

Guru yang memiliki kompetensi pedagogik yang baik akan mampu memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Ia mengetahui seluas dan sedalam apa materi yang akan diberikan pada peserta didiknya sesuai dengan perkembangan kognitifnya. Mereka memiliki pengetahuan, tetapi mengetahui juga bagaimana cara menyampaikan kepada peserta didiknya. Selain itu, ia memiliki banyak variasi mengajar dan menghargai masukan dari peserta didik (Jean Rudduck & Julia Flutter, 2004 : 78).

c) KOMPETENSI KEPRIBADIANKompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencer-

minkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Setiap unsur kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sub-Kompetensi dan Indikator Esensial Kompetensi KepribadianSubkompetensi Indikator Esensial

1. Memiliki kepribadian mantap dan stabil

a. Bertindak sesuai dengan norma hukum.b. Bertindak sesuai dengan norma sosial.c. Bangga sebagai pendidik.d. Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma.

2. Memiliki kepribadian dewasa

a. Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pen-didik.

b. Memiliki etos kerja sebagai pendidik.3. Memiliki

kepribadian arif.a. Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaat-

an peserta didik, sekolah, dan masyarakat.b. Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

4. Memiliki kepribadian yang berwibawa.

a. Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap pe-serta didik.

b. Memiliki perilaku yang disegani.5. Memiliki akhlak mu-

lia dan dapat menja-di teladan.

a. Bertindak sesuai dengan norma religius (intaq, jujur, ikhlas, suka menolong).

b. Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik

Seorang guru harus bertindak sesuai norma hukum dan norma sosial. Slogan “satu teladan lebih baik daripada seribu nasihat” nampaknya tepat. Pada

[10]

Page 11: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

masa sekarang ini, peserta didik lebih senang diteladani daripada dinasihati. Menurut Jean Rudduck & Julia Flutter (2004 : 74), guru yang baik adalah guru yang memiliki sifat terpuji yang dapat diteladani, seperti manusiawi, adil, konsisten, suka menolong peserta didik, adil, tidak pendendam, tidak egois, dan jujur. Sifat-sifat terpuji ini merupakan bagian dari kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru.

Pendapat serupa dikemukakan Tresna Sastrawijaya (1998 : 243), guru yang baik adalah mereka yang dapat menjadi contoh bagi peserta didiknya, memiliki wibawa, berhati mulia, berjiwa besar, memiliki filsafat pendidikan yang jelas, mampu menyalakan minat dan kecintaan materi ajar pada peserta didiknya, menyenangkan, teliti dan berhati-hati, cerdas, memiliki rasa humor, dan sopan.

d) KOMPETENSI SOSIALKompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian

dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua / wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dan indikator esensial seperti nampak pada Tabel 3.

Tabel 3. Sub-Kompetensi dan Indikator Esensial Kompetensi SosialSubkompetensi Indikator Esensial

1. Berkomunikasi secara efektif.

a. Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, seja-wat, dan orangtua / wali.

b. Berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat. 2. Bergaul secara efektif a. Mengembangkan hubungan secara efektif dengan pe-

serta didik, sejawat, orangtua / wali, dan masyarakat. b. Bekerja sama secara efektif dengan peserta didik, seja-

wat, orangtua / wali, dan masyarakat.

Kompetensi sosial sangat perlu dan harus dimiliki seorang guru, karena bagaimanapun proses pendidikan itu berlangsung dampaknya akan dirasakan bukan hanya oleh peserta didik itu sendiri tetapi juga oleh masyarakat yang menerima dan memakai lulusannya (Moh Uzer Usman, 2000 : 15).

Diantara berbagai bentuk komunikasi, kita mengenal komunikasi edukatif, yaitu komunikasi yang berlangsung dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran (Sardiman, A. M., 2004 : 1). Hasil komunikasi edukatif diharapkan mampu memotivasi peserta didik untuk membangun struktur kognitif baru yang dapat menjadi dasar tindakan yang akan dilakukan. Bila hal ini dapat dilakukan oleh setiap peserta didik, maka pengetahuan yang mereka miliki bukan hanya sekedar school knowledges, tetapi sudah sampai pada action knowledges. Mendidik memang seharusnya bertujuan untuk mengubah perilaku peserta didik yang diawali dengan perubahan struktur kognitif peserta didik, sehingga menjadi inner knowledges yang dapat ditunjukkan dalam bentuk action knowledges.

Seorang guru besar sastra Gilbert Hight dalam bukunya The Art of Teaching (Seni Mengajar) menyatakan bahwa “....teaching is an art, not a science”, artinya mengajar adalah sebuah seni, bukan sebuah ilmu (Barlow, 1985).

[11]

Page 12: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

Seseorang dapat mengajar dengan baik bukan lantaran ia menguasai ilmu mengajar yang banyak, tetapi karena ia memiliki seni mengajar yang dapat ditunjukkan ketika ia mengajar. Salah satu seni mengajar adalah seni berkomunikasi dengan peserta didik ketika mengajar. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, guru tidak sekedar menguasai ilmu komuni-kasi, tetapi bagaimana guru tersebut mampu menempatkan komunikasi sebagai kebutuhan peserta didik untuk berkembang. Harapannya dengan komunikasi yang diciptakan guru di kelas, peserta didik lalu berpikir untuk belajar lebih lanjut. Kompetensi sosial penting dimiliki oleh seorang guru, karena mempengaruhi kualitas pembelajaran dan motivasi belajar peserta didik.

C. PERAN PROFESI GURU DALAM SISTEM PEMBELAJARANa. Guru Adalah Seorang Pembelajar

Pembelajar atau yang umumnya kita kenal sebagai pengajar, pendidik, atau lebih umum disebut guru merupakan sebutan untuk seseorang yang dewasa secara psikologi, sehingga ia dapat memberikan pengalaman-pengalaman belajar kepada orang lain khususnya kepada peserta didik. Pembelajar juga merupakan komponen dari penting dalam kegiatan pendidikan, tanpa adanya seorang pembelajar kegiatan pendidikan sulit untuk dilaksanakan.Menurut Dewi S. Prawiradilaga (2007) dalam bukunya yang berjudul Prisip Desain Pembelajaran, pengajar merupakan istilah umum untuk seseorang ahli yang berprofesi sebagai guru, pendidik, dosen, instruktur, widyaiswara, pelatih, fasilitator.Namun, dalam konteks ini penulis akan mempersempit lingkup dari pembelajar, yaitu hanya untuk seorang guru.

b. Karakteristik Guru Sebagai Seorang PembelajarSeorang pembelajar harus memiliki karakteristik atau sifat-sifat khas yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pembelajar yaitu:o Kematangan diri yang stabil

Seorang pemelajar harus mampu peserta didiknya, serta harus dapat memahami nilai-nilai kemanusian yang berkembang dalam lingkungannya. Sebelum memehami orang lain seseorang harus dapat memahami dirinya sendiri terlebih dahulu. Untuk itu dia harus memiliki kematangan diri yang stabil agar mampu memahami diri sendiri dan peserta didiknya.

o Kematangan sosial yang stabilSeorang pemelajar harus memiliki jiwa sosialitas yang tinggi, sehingga mampu menjalin kerja sama dengan masyarakat. Serta memiliki pengetahuan yang cukup mengenai masyarakat sekitarnya. Sebab pada dasarnya segala pengalaman belajar yang akan diberikan pada peserta didik harus sesuai dengan nilai-nilai social yang berkembang pada masyarakat sekitar, agar kelak peserta didik dapat mengaplikasikan segala pengalaman belajar yang ia terima kepada masyarakat sekitarnya.

[12]

Page 13: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

o Kematangan professionalSeorang pemelajar harus memiliki kemampuan untuk mendidik, artinya harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang latar belakang dan perkembangan anak didiknya. Sebab pada dasarnya setiap anak didik terlahir dengan kepribadian dan kemampuan belajar yang berbeda-beda. Ada anak yang terlahir dengan kemampuan belajar atau tingkat kecerdasan yang tinggi, namun di samping itu ada juga anak yang terlahir dengan kemampuan belajar yang rendah, atau bisa dibilang di bawah rata – rata. Anak yang terlahir dengan kemampuan belajar yang rendah sering kali mengalami kesulitan dalam belajar seperti halnya kesulitan dalam memahami sesuatu, kesulitan dengan angka atau perhitungan, sukar untuk mengingat atau bahkan tidak bisa berkonsentrasi. Selain itu ada pula yang mengalami problem presepsi dan motorik yang menghambat mereka dalam meraih prestasi yang maksimal dalam belajar. Untuk itu seorang pemelajar harus mengetahi cara-cara mendidik yang tepat dan sesuai dengan kemampuan anak didiknya.

c. Tugas Guru Sebagai Seorang PembelajarSeorang pembelajar dimanapun dia mengajar, memiliki tugas untuk menyajikan ilmu yang dimilikinya kepada peserta didik. Tugas pembelajar dapat dijabarkar sebagai berikut: Tugas pembelajar sebagai profesi yaitu mendidik, mengajar dan melatih.

Mengajar dan Mendidik sekilas tampak sama saja, namun sebenarnya kegiatan mengajar lebih ditekankan pada penguasaan pengetahuan tertentu, sedangkan mengajar lebih ditekankan pada pembentukan manusia, artinya penanaman sikap dan nilai-nilai kemanusian. Jadi tanggung jawab guru atau seorang pembelajar tidak sebatas mengajar, namun juga harus dapat mendidik dan melatih siswanya.

Tugas pembelajar dalam bidang kemanusiaanSeorang pembelajar harus dapat memotivasi anak didiknya dalam belajar, selain itu harus dapat menjadi sahabat atau kawan belajar baginya. Bukan malah menjadi musuh yang menakutkan untuk anak didiknya, sebab biasanya ketika pembelajar mampu menarik perhatian anak didiknya, disaat itulah ada peluang besar untuk memanipulasi kegiatan belajar menjadi kegiatan yang menyenangkan. Jadi seorang pembelajar harus mampu menyajikan materi belajar sebaik mungkin, sehingga menarik perhatian para peserta didik.

Tugas pembelajar dalam bidang masyarakatPembelajar pada hakekatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa, yaitu mencerdakan kehidupan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkankan pancasila. Jadi segala pengelaman belajar uang diberikan oleh pembelajar hendaknya sesuai degan tujuan nasional bangsa, yaitu membentuk karakteristik bangsa Indonesia yang utuh, yang memiliki jiwa pancasilais.

[13]

Page 14: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

TUGAS

Mendidik

Mengajar

Melatih

Autoidentifikasi

Auto pengertian:homoludenshomopuberhomosapiens

Mendidik dan mengajar masyarakat untuk mejadi warga Negara Indonesia yang bermoral Pancasila

Menjadi orangtua kedua

Tranformasi diri

Kemasyarakatan

Kemanusian

Profesi

Mencerdaskan bangsa Indonesia

Meneruskan & mengembangkan nilai-nilai hidup

Meneruskan & mengembangkan IPTEK

Mengembangkan keterampilan dan penerapannya

Gambar 1 Bagan Tugas Guru Sebagai Pembelajar

c. Peran Guru Sebagai Seorang PembelajarPeran pembelajar tidak hanya sebatas sebagai sumber belajar atau pengajar yang memberikan materi ajar kepada peserta didiknya saja, namun peranan pembelajar dapat dirinci lebih luas lagi, diantaranya akan diuraikan sebagai berikut: Peran pembelajar dalam proses belajar mengajar

Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal, dan yang dianggap paling dominan, diklasifikasikan sebagai berikut:a. Sebagai demonstratorMelalui peranannya sebagai seorang demonstator, pemelajar harus mampu menguasai materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkannya kepada peserta didik. Selain itu harus mampu dan terampil dalam menjelaskan materi ajarnya dengan cara yang professional, sehingga peserta didik dapat menerima, memahami, dan menguasai ilmu pengetahuan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

[14]

Page 15: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

Untuk menjadikan proses pembelajaran lebih terarah, maka seorang pemelajar harus mampu merumuskan kurikulum, satuan pelajaran, dan racangan pelaksaan pembelajaran, yang akan menjadi pendomannya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

b. Sebagai pengelola kelasDalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager. Pembelajar

harus ampu mengelola kelas sebagai lingkungan yang kondusif untuk terjadinya kegiatan belajar mengajar. Lingkungan ini harus diorganisasi (diatur dan diawasi) agar kegiatan-kegiatan belajar bisa lebih terarah kepada tujuan pendidikan. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas unuk bermacam-macam kegiatan belajar dan menngajar agar mencapai hasil yang maksimal. Sedangkan tujuan khususnya adalah utnuk mengembangkan kemampuan dan kreatifitas siswa dalam menggunakan media-media belajar yang tersedia, dengan cara membuat kondisi yang memungkinkan peserta didik untuk dapat bekerja dan belajar dengan menggunakan media-media tersebut, serta membantu peserta didik dalam mencapai hasil yang diharapkan.

c. Sebagai mediator dan FasilitatorSabagai mediator seorang pembelajar hendaknya mamiliki keterampilan

dalam memilih, menggunakan dan mengusahakan media belajar yang sesuai dengan tujuan, materi, dan evaluasi pembelajaran. Sealin itu pembelajar harus memiliki keterampilan berkomuikasi, sebab seorang mediator adalah seorang perantara dalam hubungan antarmanusia. Sedangkan sebagai fasilitator, pembelajar hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar.

d. Sebagai elevatorSeperti yang kita ketahui segala sesuatu hal dapat dikatan sudah sesuai

atau belum dengan diadakannya evaluasi. Begitu pula dengan pendidikan, adanya evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai oleh peserta didik ataupun pendidinya. Dengan adanya evalusi, pembelajar dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran, penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah disajikan, serta ketepatan atau keefektifan metode belajar yang digunakan. Hasil dari evaluasi inilah yang akan menjadi umpan balik yang akan dijadiakan titik tolk utntuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya untuk memperoleh hasil yang lebih optimal.

Peran pembelajar dalam pengadministrasianDalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai berikut :

a. Pengambilan inisiatif , pengarah, dan penilaian kegiatan pendidikan.b. Wakil masyarakat, yang dapat menyalurkan kemauan masyarakat (dalam

arti yang baik).

[15]

Page 16: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

c. Penegak disiplind. Untuk memperlancar kegiatan pendidikan, maka pembelajar harus mampu

melaksakan kegiatan administrasi.e. Orang yang berpengetahuan, artinya ahli dalam mata pelajaran yang

hendak ia sampaikan. Sebab pembelajar bertanggung jawab dalam mewariskan kebudayaan (pengetahuan) kepada peserta didiknya, guna mempersiapkanmereka untuk menjadi anggota masyarakat yang dewasa.

Peran pembelajar secara pribadiDilihat dari segi pribadi atau dirinya sendiri, pembelajar harus berperan sebagai:

a. Petugas sosial yang dapat membantu kepentingan masyarakat.b. Pelajar dan ilmuwan, walaupun pembejar telah berperan sebagai pendidik,

namun pembelajar harus terus menuntut ilmu pengetahuan guna mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Jadi selain berperan sebagai ilmuwan, pembeljar juga berperan sebagai pelajar.

c. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam memberi pendidikan kepada anaknya. Pembelajar merupakan orangtua siswa di sekolah.

d. Teladan, artinya pembelajar harus mampu menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya.

e. Pencari keamanan, maksudnya senatiasa memberikan rasa aman bagi peserta didiknya. Dalam hal ini menjadi tempat berlindung dan bernaung.

Peran pembelajar secara psikologisSecara psikologis guru memiliki peran sebagai berikut :

a. Ahli psiklogi pendidikan yang mampu melaksanakan tugasnya berdasarkan prisip-prisip psikologi.

b. Artist in human relation, yaitu orang yang mampu menciptakan hubungan antar manusia dengan tujuan dan teknik tertentu dalam kegiatan pndidikan

c. Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai aspirasai dalam pembaharuan.

d. Petugas kesehatan mental yang dapat membina kesehatan mental peserta didik.

2.5 Profesionalisme Guru2.5.1 Guru Profesional Kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian tau orang yang mempunyai keahlian. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang dipersiapkan untuk pekerjaan tersebut.Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola, formal, dan sistematis. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (pasal 1) dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengrahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada

[16]

Page 17: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Guru professional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode pembelajaran. Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional adalah keahlian yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan secara khusus. Keahlian tersebut mendapat pengakuan formal yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak yang berwenang (dalam hal ini pemerintah dan organisasi profesi). Guru yang profesional adalah orang yang memilki kemapuan atau keahlian khusus dalam bidan keguruan (pembelajaran) sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai seorang pembelajar dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain pemelajar profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik dan memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya, artinya seorang pembelajar telah memperoleh pendidikan formal serta menguasai berbagai strategi dalam kegiatan belajar mengajar,selain itu pemelajar yang profesional juga harus menguasai landasan-landasan pendidikan yang tercantu dalam kompetensi.

Salah satu kewenangan guru adalah menghadapi peserta didiknya, untuk itu ia harus memiliki kemampuan dan memiliki standar, dengan prinsif mandiri (otonom) atas keilmuannya. Jadi untuk berprofesi sebagai seorang guru perlu adanya kekuatan pengakuan formal melalui tiga tahap; yakni; sertifikasi; regristrasi dan lisensi. a. Sertifikasi adalah pemberian sertifikat yang menunjukkan kewenangan

seseorang anggota seperti ijasah tertentu.Menteri Pendidikan akan mengeluarkan peraturan menteri nomor 18 tahun 2007 yang berisi kebijakan mengenai sertifikasi guru. Berdasarkan peraturan tersebut, sertifikasi dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio yaitu pengakuan atas pengalaman professional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan: kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatiahan, pengalaman mengajar, perencanan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengenbangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, penglaman organisasi dibidang kependidikan dan social, dan penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

b. Regritasi mengacu kepada suatu pengaturan di mana anggota diharuskan terdaftar namanya pada suatu badan atau lembaga

c. Lisensi adalah suatu pengaturan yang menetapkan seseorang memperoleh izin dari yang berwajib untuk menjalankan pekerjaanya.

2.5.2 Profesionalisme Dibangun Oleh Unsur KompetensiSeseorang dikatakan kompeten di bidang tertentu adalah sesorang yang memiliki kecakapan kerja, atau keahlian khusus yang sesuai dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan. W.R. Houston (Kuswana,WS, 1995) mengungkapkan bahwa; “kecakapan kerja diejawantahkan dalam perbuatan yang bermakna, bernilai sosial, dan ekonomi, serta memenuhi standar (kriteria) tertentu yang diakui dan

[17]

Page 18: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

disyahkan oleh kelompok profesinya atau oleh warga masyarakat”. Secara nyata orang kompeten mampu melakukan tugasnya di bidangnya secara efektif dan efisien. Kadar kompetensi tidak hanya menunjuk pada kuantitas tetapi sekaligus menunjuk pada kualitas kerja. Jadi dapat dkatakan bahwa kompetensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :a. Kompetensi dasar

Kompetensi yang harus dimiliki untuk memilihara dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Meliputi :i. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esaii. Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara berjiwa pancasilaiii. Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi seorang guru

b. Kompetensi umumKompetensi yang harus dimiliki untuk bisa hidup bersama di masyarakat, meliputi :i. Berinteraksi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan

profesionalii. Berinteraksi dengan masyarakat

c. Kompetensi teknis/keterampilanKompetensi yang harus dimiliki untuk melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan.i. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan untuk siswa yang mengalami

kesulitan belajar dan utnuk siswa yang memiliki kelainan (berkebuuhan khusus)

ii. Melaksanakan administrasi sekolahiii. Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan mengajar

d. Kompetensi profesional Kompetensi profesional meliputi hal-hal :i. Menguasai landasan pendidikan, yang meliputi :

Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat, sebagai pusat kebudayaan dan pendidikan.

Mengenal prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.

i. Menguasai bahan pengajaran Menguasaibahan pengajaran dan kurikulum pendidikan dasar dan

menengah Menguasai bahan pengayaan

ii. Menyusun progaram pengajaran Menetapkan tujuan pembelajaran Memilih dan mengembangkan bahan pelajaran yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran Memilihdan mengembangkan strategi belajar mengajar yang tepat Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai Memilih dan memanfaatkan sumber belajar dengan tepat

iii. Melaksanakan program pengajaran

[18]

Page 19: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

Menciptakan suasana belajar yang kondusif Mengatur ruang belajar (sarana dan prasarana) Mengatur interaksi belajar mengajar

iv. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

2.5.3 Tugas Profesional Orang yang profesianal dalam menjalankan tugasnya, adalah orang yang memiliki:a. Keahlian

Ahli dengan pengetahuan yang dimilikinya, terampil dalamdalam bertindak, tepat waktu, tepat aturan dan tepat takaran atau ukuran dalam mmenjalankan pekerjaannya.

b. Memiliki otonomi dan tanggung jawab Memiliki otonomi dan tanggung jawab serta sikap kemandirian, ciri-cirinya yaitu dapat menentukan serta mengambil keputusan sendiri dengan penuh tangung jawab atas keputusannya.

c. miliki rasa kesejawatan Ahli memiliki rasa kesejawatan sehingga ada rasa bangga dan aman melalui perlindungan atas pekerjaannya, dalam hal ini menjadi seorang guru.

2.5.4 Kriteria Guru ProfesionalSeorang guru yang profesional dalam bidangnya, yakni sebagai seorang pembelajar harus memiliki beberapa karakteristik yang dapat membedakannya dengan guru yang tidak memiliki profesionalisme dalam bidangnya, karakteristik tersebut antara lain adalah sebagai berikut:a. Kompetensi konseptual

Seorang guru mempunyai dasar teori dari pekerjaan yang menjadi konsentrasi keahliannya Misalnya, seorang dosen Teknologi Pendidikan harus menguasai teori dasar dari ilmu Teknologi Pendidikan, sehingga ia dapat menjalankan tugasnya sebagai dosen Teknologi Pendidikan dengan profesional.

b. Kompetensi teknis Seseorang guru mempunyai kemampuan keterampilan dasar yang dibutuhkan dari pekerjaan dan menjadi konsentrasi keahliannya. Misalnya, seorang dosen Teknologi Pendidikan harus mampu dan terampil dalam menggunakan media pembelajaran, khusunya dalam menggunakan media yang berbasis high technology.

c. Kompetensi kontekstual Seorang guru memahami landasan sosial, ekonomi, budaya profesi dan menjaga kelestarian lingkungan hidup yang dikerjakan sesuai konsentrasi keahliannya

d. Kompetensi adaptif Seorang guru mempunyai kemampuan penyesuaian diri dengan kondisi yang berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi

[19]

Page 20: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

seorang guru harus dapat menyesuaikan dirinya dengan perkembangan IPTEK, sehingga tidak gagap teknologi.

e. Kompetensi interpersonal Seorang guru harus mampu menyampaikan informasi dengan efektif, agar penerima ddapat menangkap tinformasi yang telah disampaikan dengan baik.

D. PERAN PROFESI GURU DI BIDANG LAYANAN ADMINISTRASI

a. Pengertian Administrasi PendidikanAdministrasi Pendidikan seringkali disalah artikan sebagai semata-mata

ketatausahaan pendidikan. Namun dari uraian berikut ini akan diketahui bahwa pengertian administrasi pendidikan sebenarnya adalah bukan sekadar itu. Mendefinisikan administrasi pendidikan tidakbegitu mudah, karena ia menyangkut pengertian yang luas. Culbertson (1982), mengatakan bahwa Schwab pada tahun enam puluhan telah mendiskusikan bagaimana kompleksnya administrasi pendidikan sebagai ilmu. Ia memperkirakan bahwa ada sekitar 50.000 masalah yang mungkin timbul dalam pelaksanaan administrasi pendidikan. Angka ini di perkirakan dari berbagai fenomena yang ada kaitannya dengan administrasi pendidikan, seperti masyarakat, sekolah guru, murid, orang tua, dan variabel yang berhubungan dengan itu. Dengan menggunakan anaiogi itu, pengertian administrasi pendidikan akan diterangkan dengan meninjaunya dari berbagai aspeknya. Marilah kita lihat administrasi pendidikan dari berbagai aspeknya itu, agar kita dapat memahaminya dengan lebih baik.

Pertama, administrasi pendidikan mernpunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung lingkup dan tingkat pengeriian pendidikan yang dimaksud. Tujuan pendidikan dalam satu jam pelajaran di kelas satu sekolah menengah pertama, misalnya, lebih mudah dirumuskan dan dicapai dibandingkan dengan tujuan pendidikan luar sekolah untuk orang dewasa, atau tujuan pendidikan nasional. Jika tujuan itu kompleks, maka cara mencapai tujuan itu juga kompleks, dan seringkali tujuan yang demikian itu tidak dapat dicapai oleh satu orang saja, tetapi harus melalui kerja sarna dengan orang lain, dengan segala aspek kerumitannya.

Kedua, administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, berapa lama, berapa orang yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya. Perencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan.

Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem. sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran.

Keempat, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi manajemen. Jika administrasi dilihat dari sudut ini, perhatian tertuJu kepada usaha untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumner yang ada dalam mencapai tujuan

[20]

Page 21: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

pendidikan sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan.

Kelima, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan. Administrasi pendidikan dilihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana kemampuan administrator pendidikan itu, apakah ia dapat melaksanakan tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, dan ing ngarso sungtulodo.

Keenam, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan. Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegiatan sekelompok orang bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap kali, administrator dihadapkan tepaoa macam masalah, dan ia harus memecahkan masalah itu. Untuk memecahkan masalah tersebut diperlukan kemampuan. dalam mengambil keputusan, yaitu memilih kemungkinan tindakan yang terbaik dari sejumlah kemungkinan-kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan.

Ketujuh, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi. Komunikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan orang lain itu. Jika dalam kerja sama pendidikan tidak ada komunikasi, maka orang yang bekerja sama itu saling tidak mengetahui apa yang dikerjakan atau apa yang dimaui teman sekerjanya. Bila hal ini terjadi, sebenarnya kerja sama itu tidak ada dan oleh karena itu administrasi pun yang ada.Kedelapan, administrasi seringkali diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan ketatausahaan yang intinya uOutuh kegiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan.

B. Administrasi, Pengembangan, dan Pelaksanaan Kurikulum.

a. Administrasi KurikulumKurikulum dalam suatu sistem pendidikan merupakan komponen yang

sangat penting. Dikatakan demikian karena kurikulum merupakan panutan dalam penyelenggaran prores belajar mengajar di sekolah. Kurikulum sekolah menengah merupakan seperangkat pengalaman belajar yang di rancang untuk siswa sekolah menengah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan.

Kurikulum dapat di artikan secara sempit dan luas. Dalam pengertian sempit, kurikulum di artikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang di berikan di sekolah sedangkan dalam pengertianluas kurikulum adalah semua pengalaman belajar yang di berikan sekolah kepada siswa, selama mereka mengikuti pendidikan sekolah itu.Dengan pengertian luas berikut ini, segala usaha sekolah untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam usaha menghasilkan lulusan baik baik secara kualitatif dan kuantitatif, tercakup dalam pengertian kurikulum. Undang – undang Nomor 2 tahun 1989, mengartikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang di gunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiataan belajar mengajar.

[21]

Page 22: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

Perencanaan kurikulum sekolah menegah oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat Pusat meliputi kegiatan sebagai berikut :

a. Penyusuan kurikulum dan kelengkapan pedoman yang terdiri atas :b. Ketentuan – ketentuan pokok.c. Garis – garis besar program pengajaran.d. Pedoman pelaksanaan kurikulum.

b. Pedoman – pedoman teknis pelaksanaan kurikulum lainnya.Di dalam kurikulum SMA tahun 1984, misalnya, tercantum tiga

komponen pokok, yaitu: (1) program pengajarn yang meliputi program inti,program khusus,dan pengelolaan program, (2) proses pelaksanaan kurikulum yang antara lain meliputi sistem belajar mengajar dan ekstrakulikuler, bimbingan karier dan penilian, dan (3) administrasi dan supervisi. Bagian ketiga ini sangat sederhana dan tidak mencerminkan konsep administrasi dan supervise yang mencukupi (adequate) untuk di pakai sebagai pedoman pelaksanaan kurikulum. Dibawah ini memiliki komponen – komponen kurikulum sekolah menengah sebgai berikut :

a. Tujuan Institusional Sekolah Menengah.b. Struktur Program Kurikulum Sekolah Menengah.c. Garis – garis Besar Program Pengajaran ( GBPP).

b. Pengembangan KurikulumGuru perlu mengetahui aspek – aspek yang berhubungan dengan

perkembangan kurikulum ini.a. Prosedur Pembahasan Materi Kurikulum.Seperti telah disinggung di muka, di dalam UU No. 2 Tahun 1989

disebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.Oleh karena itu sekolah harus mengusahakan agar materi kurikulm itu di sesuaikan dengan kebutuhan tersebut melalui berbagai kegiatan pembahasan. Kegiatan pembahasan dapat dilakukan melalui diskusi kelompok guru bidang studi, semua guru, dan guru dengan kepala sekolah.

b. Penambahan Mata pelajaran Sesuai dengan Lingkungan SekolahSekoah dapat menambah kurikulum yang telah ditetapkan secara nasional.

Dasar penambahan ini diatur dalam pasal 38 UU No. 2 Tahun 1989. Kurilum dapat ditambah oleh sekolah dengan mata pelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan serta ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.Karena penambahan mata pelajaran akan mengakibatkan perubhan dalam berbagai aspek pengeloalaan, penambahan itu harus memenuhi persyaratan administratif sebgai berikut :

o Usul penambahan itu dapat dating dari berbagai pihak.

[22]

Page 23: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

o Usul itu dibicarakan di dalam rapat kelompok guru sejenis atau kelompok kerja guru.

o Untuk memberikan pertimbangan akademik tentang usul tersebut.o Rapat dewan guru hendaknya memberikan tugas kepada tim kecil.o Jika rapat dewan guru telah menyetujinya maka penambahan mata

pelajaran ini diusulkan kepada kepala bidang pada kanwil Dep. P dan k setempat.

o Ka Kanwil akan mengeluarkan persetujuan tentan penambahan mata pelajaran.

c. Penjabaran dan Penambahan bahan kajian Mata PelajaranSeperti disebutkan baik dalanm UU No.2 Tahun 1989 maupun PP No. 29

Tahun 1990 (Pasal 15) bahwa mata pelajaran atau kajian dalam mata pelajaran dapat ditambah oleh sekolah untuk memperkaya pelajaran tersebut dengan catatan mengurangi dan tidak bertentangan kurikulum yang telah ditetapkan secara nasioal. Pemerkayaan bahan kajian ini dapat dilakukan pada berbagi tingkat.

1) Dilakukan oleh Guru Bidang Studi.2) Dilakukan oleh Kelompok Guru Bidang Studi Sejenis.3) Dilakukan oleh Guru Bersama Kepala Sekolah.4) Dilakukan oleh Pengawas.5) Dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).

c. Pelaksanaan Kurikulum 1. Penyusunan dan Pengembangan Satuan Pengajaran.

Satuan Pengajaran adalah suatu bentuk persiapan mengajar secara mendetail per pokok bahasan yang disusun secara sistematis berdasarkan garis-garis besar program pengajaran yang telah ada untuk suatu mata pelajaran tertentu. Pengembang Satuan Pengajaran ini di mulai dari pengembangan pengajaran dalam satuan semester.

a) Pengertian Penyusunan Program Pengajaran SemesterProgram pengajaran semester adalah rencana belajar-mengajar yang akan

dilaksanakan selama salu semester dalam tahun ajaran tertentu. Program pengajaran ini merupakan pengembangan lebih lanjut GBPP masing-masing bidang studi.b) Tujuan Penyusunan Progam Pengajaran Semester

Menjabarkan bahan pengajaran yang akan disajikan guru dalam proses belajar-mengajar.

Mengarahkan tugas yang harus ditempuh oleh guru agar pengajaran dapat terlaksana secara bertahap dengan tepat.

c) Fungsi Program Pengajaran Semester Sebagai pedoman penyelenggaraan pengajaran selama satu semester. Sebagai bahan dalam pembinaan guru yang dilakukan oleh kepala sekolah

dan atau pengawas sekolah.

[23]

Page 24: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

d) Langkah-Langkah Penyusuqan Program pengajaran Semester Mengelompokkan bahan pengajaran yang tercantum dalam Garis-Garis

Besar Program Pengajaran menjadi beberapa satuan bahasan. Setiap satuan bahasan sebaiknya terdiri dari bahan pengajaran yang relevan.

Menghitung banyaknya satuan bahasan yang terdapat selama satu semester.

Menghitung banyaknya minggu efektif sekolah selama satu semester dengan melihat kalender pendidikan sekolah yang bersangkutan.

Mengalokasikan waktu yang dibutuhkan untuk setiap satuan bahasan sesuai dengan hari efektif sekolah.

Mengatur pelaksanaan belajar-mengajar sesuai dengan banyaknya minggu efektif sekolah yang tersedia berdasarkan kalender pendidikan.

2. Prosedur Penyusunan Satuan Pengajaran.Langkah-langkah yang ditempuh untuk membuat SP berdasarkan pokok-

pokok bahasan yang telah disebutkan dalam GBPP adalah:o Mengisi identitas mata pelajaran.o Menjabarkan tuJuan pokok bahasan tujuan instruksional umurn

menjadi tujuan instruksional khusus (TIK) yang lebih rinci.o Menjabarkan materi pengajaran dari pokok bahasan atau subpokok

bahasan sesuai dengan TIK.o Mengalokasikan waktu pengajaran.o Menetapkan langkah-langkah penyampaian secara lebih rincio Menetapkan prosedur memperoleh balikan, baik balikan formal

melalui monitoring atau balikan sumatif melalui tes bagian ituo Mengantisipasikan perbaikan pengajaran.

3. Pengembangan Satuan Pengajaran. Karena perkembangan ilmu dan peningkatan kemampuan guru serta

perubahan kebutuhan siswa, maka SP yang sudah dibuat dan sudah digunakan untuk mengajar perlu dikembangkan lebih lanjut. Pengembangan ini dapat meliputi penambahan, pengurangan, pengubahan dan penggantian. Oleh karena itu, guru dan kepala sekolah disarankan untuk selalu melakukan tilik ulang SP yang telah dibuat itu. Titik ulang ini bisa dilakukan oleh guru secara individual, kelompok guru di sekolah, kelompok guru antarsekolah maupun kelompok guru yang lebih luas lagi. Jika diperlukan juga dapat menggunakan jasa konsultasi dari pakar-pakar bidang Studi atau pakar pendidikan. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan secara berkala pada setiap akhir semester.

4. Penggunaan Satuan Pengajaran Bukan Buatan Guru sendiri.Dalam hal ini satuan pelajaran tidak di buat oleh guru, guru perlu

melakukan hal-hal sebagai berikut:

[24]

Page 25: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

a. Melihat kembali GBPP dan mencocokkan kesesuaian komponen-komponen dalam satuan pelajaran dengan komponen-komponen dalam GBPP.

b. Jika hal tersebut terah diiakukan rlan ridak ada penyimpangan yang berarti maka langkah selanjutnya adalah mencocokkan keajegan (konsistensi) antara: (1) tujuan umum dengan tujuan instruksional khusus, (2) tujuan instruksional khusus dengan bahan, metode, dan teknik evaluasi, serta sumber belajar.

c. Melakukan pertimbangan (judgment) apakah satuan pelajaran itu dapat dilaksanakan di kelas sejauh berhubungan dengan kemampuan awal siswa, fasilitas yang tersedia, dan faktor pendukung lainnya.

d. Jika butir c belum memadai, maka guru harus melakukan penyesuaian terhadap SP tersebut sehingga realistik dan dapat dilaksanakan. Proses penyesuaian ini dapat berupa penambahan, pengurangan atau penggantian dari komponen yang tidak sesuai. Hendaknya kegiatan semacam ini minimal dilaporkan kepada kepala sekolah atau akan rebih baik lagi jika dikerjakan atas supervisi kepala sekolah. Sudah barang tentu bantuan teman sejawat, pengawas atau pakar dari luar sekolah dapat dirnanfaatkan untuk perbaikan SP ini.

5. Pelaksanaan Proses belajar Mengajar. Aspek adrninistrasi dari pelaksanaan proses belajar-mengajar adalah pengalokasian dan pengaturan sumber-sumber yang ada di sekolah untuk memungkinkan proses belajar mengajar itu dapat dilakukan guru dengan seefektif mungkin. Sering kali sumber tersebut sangat terbatas sehingga sangat mungkin dipergunakan pula oleh kelas lain dalam waktu yang bersarnaan. Jika hal ini terjadi guru harus dapat merealokasikan waktu atau ternpat sehingga tidak mengganggu program sekolah secara keseluruhan. Dalam hal ini yang harus dilakukan. Di dalam melaksanakan proses belajar-mengajar guru harus selalu waspada terhadap gangguan yang mungkin terjadi karena kesalahan perencanaan fasilitas serta surnber lain yang mendukung proses belajar-mengajar tersebut. Pertemuan-pertemuan dengan guru lain atau kepala sekolah dapat dipakai sebagai wahana untuk menghindari kesalahan perencanaan, di samping untnk meningkatkan kemampuan profesional guru itu sendiri. Peningkatan kemampuan profesional ini dapat dilakukan dengan pertukaran informasi antara guru bidang studi yang sejenis. Komunikasi dengan guru bidang studi lain dimaksudkan untuk rnenjaga kesinambungan mata pelajaran itu dengan mata pelajaran selanjutnya. Di samping itu, juga untuk mendapatkan balikan tentang bagian-bagian mana dari bahan belajar yang tidak atau sukar dikuasai oleh siswa. Komunikasi dengan guru bidang studi dimaksudkan agar ada integrasi antara mata-mata pelajaran yang diberikan guru bidang studi dengan guru bidang studi lain. Aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi proses belajar mengajar ini dibicarakan secara rinci

[25]

Page 26: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

dalam mata kuliah yang lain seperti belajar dan pembelajaran, strategi belajar-mengajar, atau evaluasi pengajaran.

6. Pengaturan Ruang Belajar. Untuk menciptakan suasana belajar yang aktif perlu diperhatikan pengaturan ruang belajar dan perabot sekolah. Pengaturan tersebut hendaknya memungkinkan siswa duduk berkelompok dan memungkinkan guru secara leluasa membirnbing dan membantu siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. bentuk dan luas ruangan kelas.b. bentuk serta ukuran bangku atau kursi dan meja siswa.c. jurnlah siswa pada tingkat kelas yang bersangkutan.d. Jumlah siswa dalam tiap-tiap kelas.e. jurnlah kelornpok dalam kelas.f. jumlah siswa dalam tiap kelompok.g. kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan.

Untuk memudahkan belajar berkelompok, penyusunan meja dan kursi di dalam kelas harus sedemikian rupa sehingga guru dan siswa dapat bergerak secara leluasa serta sewaktu-waktu dapat melihat dengan jelas apa yang tertera di papan tulis.

7. Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakulikuler.Ada tiga macam kegiatan kurikuler, yaitu kegiatan intrakulikuler,

kokurikuler. dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan sekolah dengan penjatahan waktu sesuai dengan struktur program, sepsrti yang telah dibicarakan pada bagian terdahulu. Pada bagian ini akan dibicarakan kegiatan kokurikuler dan kegiatan ekstrakurikutrer.

a. Kegiatan KokurikulerKegiatan kokurikuler adalah kegiatan yang erat kaitannya dengan

pemerkayaan pelajaran. Kegiatan ini dilakukan di luar jam pelajaran yang ditetapkan di dalam struktur program, dan dimaksudkan agar siswa dapat lebih mendalami dan memahami apa yang telah dipelajari dalarn kegiatan intrakurikuler. Kegiatan ini. dapat berupa penugasan-penugasan atau pekerjaan rumah yang rnerupakan penunjang kegiatan intrakurikuler. Untuk pelaksanaan kegiatan kokurikuler ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

a. Harus jelas hubungan antara pokok bahasan atau subpokok bahasan yang diajarkan dengan tugas yang diberikan.

b. Tugas yang diberikan tidak menjadi beban yang berlebihan bagi siswa, baik untuk beban fisik maupun psikis, karena di luar jangkauan dan kemampuan siswa itu.

c. Pengadnninistrasian tugas yang diberikan kepada siswa harus tertib, termasuk penilaian dan pemantauannya.

d. Penilaian terhadap hasil tugas siswa perorangan diperhitungkan sebagai bahan dalam penghitungan nilai rapot semester.

[26]

Page 27: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

b. Kegiatan EkstrakurikulerKegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa

(intrakurikuler) tidak erat terkait dengan pelajaran di sekolah. Program ini dilakukan di sekolah atau di luar sekolah. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan siswa. menambah keterampilan, mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat, minat, menunjang pencapaian tujuan intrakurikuler, serta melengkapi usaha pembinaan manusia Indonesia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan secara berkala pada waktu-waktu tertentu.

8. Evaluasi Hasil Belajar dan Program Pengajaran.Evaluasi merupakan tahapan penting dalam suatu kegiatan. Di bawah ini

diuraikan secara singkat dua jenis evaluasi, yaitu evaluasi hasil belajar dan evaluasi prograrn pengajaran.

o Evaluasi Hasil Belajar Evaluasi hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guna memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa.

o Evaluasi Program Pembelajaran Evaluasi program pembelajaran merupakan suatu rangkaian yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program serta, faktor-faktor yang mendukung atau menghambat keberhasilan.

Administrasi Kesiswaan, Sarana dan Prasarana, Personal, Keuangan, dan Hubungan Sekolah. 1. Administrasi Kesiswaan

Isi kegiatan kedua dalam administrasi pendidikan, adalah administrasi kesiswaan. Siswa merupakan salah satu sub-sistem yang penting dalam system pengelolaan pendidikan di sekolah menengah, administrasi kesiswaan dilkaukuan agara transformasi siswa menjadi lulusan yang dikehendaki oleh tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, dapat berlangsung secara efektif dan efisien.Tugas kepala sekolah dan para guru dalam hal ini adalah memberikan layanan kepada siswa, dengan memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

2. Administrasi Sarana dan PrasaranaUntuk menunjang pelaksanaan pendidikan diperlukan fasilitas pendukung

yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Prasarana dan sarana pendidikan adalah semua benda bergerak maupun yang tidak bergerak, diperlukan untuk menujang penyelenggaraan proses belajar mengajar baik secra langsung maupun tidak langsung. Kegiataan dalam administrasi prasarana dan sarana pendidikan meliputi:

a) Perencanaan Kebutuhanb) Pengadaan Prasarana dan sarana pendidikanc) Penyimpanan Prasarana dan Sarana Pendidikan

[27]

Page 28: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

d) Inventarisasi Prasarana da Sarana Pendidikane) Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Pendidikanf) Penghapusan Prasarana dan Sarana Pendidikang) Pengawasan Prasarana dan Sarana Pendidikanh) Peranan Guru dalam administrasi Prasarana dan sarana

3. Administrasi PersonalPersonal pendidikan dalam arti luas meliputi guru, pegawai, dan siswa.

Dalam pembahasan ini personel adalah golongan petugas dimana golongan tersebut membidangi personel edukatif dan non edukatif. Yang dimaksud dengan pegawai negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat – syarat yang ditentuka dalam perundang-undangan yang berlaku.Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Pasal 13 disebutkan bahwa pengadaan dan pengembangan tenaga kependidikan pada sekolah menengah yang diselenggarakan oleh pemerintah menjadi tanggung jawab menteri pendidikan dan kebudayaan atau menteri lain (menteri agama atau menteri lain yang lain).

Pengadaan Guru Sekolah Menengah sebagai Pegawai Negeri\ Pengisian Jatah atau Formasi Baru Pembinaan Pegawai Negeri Sipil Kesejahteraan Pegawai Pemindahaan Pemberhentian Pensiun

4. Adminitrasi Keuangan Sekolah MenengahDalam suatu lembaga pendidikan, biaya pendidikan merupakan salah satu

komponen penunjang yang penting,yang sifatnya melengkapi akan tetapi tidak dapat ditinggalkan. Dalam administrasi keuangan ada pemisahan tugas dan fungsi antara otorisator, ordonator, dan bendaharawan. Keuangan sekolah menengah dpat diperoleh dari dana Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN), serta bantuan masyarakat Dana APBN terdiri dari dana rutin dan dana pembangunan. Dana APBD dapat berasal dari pemerintah Tingkat I atau Tingkat II, serta Dana dari masyarakat diperoleh dari dana yang dikumpulkan oleh Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3),serta bantuan masyarakat lainnya.

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).b. Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan.c. Subsidi/Bantuan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Negeri.

5. Administrasi Hubungan Sekolah dengan Masyarakat (Husemas)Sekolah berada tengah-tengah masyarakat dan dapat dikatakan berfungsi

sebagai pisau bermata dua. Nilai-nilai yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan tetap dijaga kelestariannya, sedang yang tidak sesuai harus diubah pelaksaan fungsi seolah ini,trlebih dahulu sekolah menengah yang berada di tengah-tengah masyarakat terpencil.Husesmas adalah suatu proses komujikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat

[28]

Page 29: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan sertamendorong minat dan kerja sama untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan sekolah. Definisi diatas mengandung beberpa elemen penting,sebagai berikut:

o Adanya kepentingan yang sama antara sekolah dan masyarakat.o Untuk memenuhi harapan masyarakat itu,masyarakat perlu

berperan serta dalam pengembangan sekolah.o Untuk meningkatkan peran serta itu diperlukan kerja sama yang

baik.

E. ORGANISASI PROFESI KEGURUAN SEJARAH Dengan melihat adanya faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya

profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternative untuk meningkatkan profesi guru. Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan profesionalisme guru diantaranya meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi.

Program penyetaaan Diploma II bagi guru-guruSD, Diploma III bagi guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Meskipun demikian penyetaraan ini tidak bermakna banyak, kalau guru tersebut secara entropi kurang memiliki daya untuk melakukan perubahan.Selain diadakannya penyetaraan guru-guru, upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah program sertifikasi. Selain sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru, dan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman dalam memecahkanmasalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya (Supriadi, 1998).

Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kodeetik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll secara bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru.Dari beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang paling penting agar guru-guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu dengan menyetarakan banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun yang akan diterapkan pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya guru akan mencari pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya. Di Amerika Serikat hal ini sudah lama berlaku sehingga tidak heran kalau pendidikan di Amerika Serikat menjadi pola anutan negara-negara.

Tuntutan keprofessionalan suatu pekerjaan pada dasarnya membutuhkan sejumlah persyaratan yang harus dimiliki oleh seseorang yang memangku jabatan tersebut. Menurut Moh.Ali dalam Moh. User Usman persyaratan guru professional antara lain: 1) menuntut adanya keterampilan, 2) menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu, 3) menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan guru yang memadai,4) adanya kepekaan terhadap dampak

[29]

Page 30: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya, 5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan (Moh Uzer Usman; 1996).

1) Sejarah Perkembangan Profesi Keguruan/ KependidikanPerkembangan Profesi Keguruan kita ikuti perkembangan profesi keguruan

Indonesia, jelas bahwa pada mulanya guru-guru Indonesia diangkat dari orang-orang yang tidak berpendidikan khusus untuk memangku jabatan guru. Dalam bukunya Sejarah Pendidikan Indonesia, Nasution (1987) sejarah jelas melukiskan perkembangan guru di Indonesia. Pada mulanya guru diangkat dari orang-orang yang tidak memiliki pendidikan khusus yang ditambah dengan orang-orang yang lulus dari sekolah guru (kweekschool) yang pertama kali didirikan di Solo tahun 1852. Karena mendesaknya keperluan guru maka Pemerintah Hindia Belanda mengangkat lima macam guru yaitu:

a. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang penuh.

b. Guru yang bukan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk menjadi guru.

c. Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu.d. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan

calon guru.e. Guru yang diangkat karena keadaan yang sangat mendesak yang berasal

dari warga yang pernah mengecap pendidikan.Walaupun jabatan guru tidak harus disebut sebadai jabatan profesional penuh,

status mulai membaik. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang mewadahi persatuan guru, dan juga mempunyai perwakilan di DPR/MPR.

Dalam sejarah pendidikan guru Indonesia, guru pernah mempunyai status yang sangat tinggi di masyarakat, mempunyai wibawah yang sangat tinggi, dan dianggap sebagai orang yang serba tahu. Peranan guru saat itu tidak hanya mendidik anak di depan kelas, mendidik masyarakat, tempat masyarakat untuk bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi maupun sosial. Namun, wibawa guru mulai memudar sejalan dengan kamajuan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan keperluan guru yang meningkat tentang imbalan atau balas jasa.

Meskipun sekolah Guru telah diadakan, namun kurikulumnya masih lebih mementingkan pengetahuan yang akan diajarkan disekolah, sedangkan materi ilmu mendidikan psikologi belum dicantumkan secara khusus didalamnya. Sejalan dengan pendirian sekolah-sekolah yag lebih tinggi tingkatannya dari sekolah umum seperti Hollands Indlandse School(HIS), Meer Uitgebreid Lagere ONderwijs (MULO), Hogere Burgeschool (HBS), dan Algemene Middlebare School(AMS), secara berangsur-angsur didirikan pula lembaga pendidikan guru atau kursus-kursus penyiapan guru; seperti Hogere Kweekschool (HKS) untuk guru HIS dan kursus Hoofdacte(HA) untuk calon kepala sekolah.

Keadaan demikian berlanjut sampai zaman pendudukan Jepang dan awal perang kemerdekaan. Secara perlahan namun pasti, pendidikan guru

[30]

Page 31: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

meningkatkan jenjang kualifikasi dan mutunya saat ini lembaga tunggal untuk pendidikan guru, yakni Lemabga Pendidikan Tenaga Kpendidikan(LPTK).

Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan. Memperhatikan kualitas guru di Indonesia memang jauh berbeda dengan dengan guru-guru yang ada di Amerika Serikat atau Inggris. Di Amerika Serikat pengembangan profesional guru harus memenuhi standar sebagaimana yang dikemukakan Stiles dan Horsley (1998) dan NRC (1996) bahwa ada empat standar standar pengembangan profesi guru yaitu:

1. Standar pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi untuk para guru sains memerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan melalui perspektif-perspektif dan metode-metode inquiri. Para guru dalam sketsa ini melalui sebuah proses observasi fenomena alam, membuat penjelasan-penjelasan dan menguji penjelasan-penjelasan tersebut berdasarkan fenomena alam.

2. Standar pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk guru sains memerlukan pengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran, pendidikan, dan siswa, juga menerapkan pengetahuan tersebut ke pengajaran sains. Pada guru yang efektif tidak hanya tahu sains namun mereka juga tahu bagaimana mengajarkannya. Guru yang efektif dapat memahami bagaimana siswa mempelajari konsep-konsep yang penting, konsep-konsep apa yang mampu dipahami siswa pada tahap-tahap pengembangan, profesi yang berbeda, dan pengalaman, contoh dan representasi apa yang bisa membantu siswa belajar.\

3. Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan profesi untuk para guru sains memerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuan untuk pembelajaransepanjang masa. Guru yang baik biasanya tahu bahwa dengan memilih profesi guru, mereka telah berkomit menuntuk belajar sepanjang masa. Pengetahuan baru selalu dihasilkan sehingga guru berkesempatan terus untuk belajar.

4. Standar pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk guru sains harus koheren (berkaitan) dan terpadu. Standar ini dimaksudkan untuk menangkal kecenderungan kesempatan-kesempatan pengembangan profesi terfragmentasi dan tidak berkelanjutan. Apabila guru di Indonesia telah memenuhi standar profesional guru sebagaimana yang berlaku di Amerika Serikat maka kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia semakin baik. Selain memiliki standar professional guru sebagaimana uraian di atas, di Amerika Serikat sebagaimana diuraikan dalam jurnal Educational Leadership 1993 (dalam Supriadi 1998) dijelaskan bahwan untuk menjadi profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal:

a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya.

[31]

Page 32: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

b. Guru menguasai secara mendalam bahan/ mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa

c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi

d. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya

e. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

2) Sejarah Profesi Pendidikan Indonesia dan Guru Sejarah Pada zaman dahulu, sebelum agama masuk di Indonesia, seorang yang

ingin belajar harus mengunjungi seorang petapa. Petapa itu mungkin saja yang telah meninggalkan tahta kerajaan karena sudah tua dan memperdalam masalah kerohanian. Petapa itulah yang disebut juga guru bagi murid muridnya yang menuntut ilmu ditempat tersebut. Biasanya para murid itu mengerjakan sawah ladang petapa untuk keperluan hidup sehari-hari.

Pada masa kerajaan Budha/Hindu di Indonesia orang belajar dibiara. Biksu yang mengajar membaca serta menulis huruf sansekerta dibiara tersebut disebut guru. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka bekerja diladang. Para siswa juga meminta sedekah dari masyarakat untuk membantu kehidupan sehari-hari.

Setelah agama islam masuk di Indonesia orang belajar di pesantren supaya dapat membaca Alquran dan melakukan salat dengan benar. Ulama yang mengajar dipesantren juga dinamakan guru. Para siswa biasanya tinggal dirumah ulama tersebut dan membantu bercocok tanam untuk kebutuhan hidup sehari-hari.Para pedagang Portugis dan Belanda yang datang di Indonesia umumnya beragama kristen, selain berdagang mereka juga menyebarkan agama itu. Mempelajari agama kristen, membaca dan menulis huruf latin. Para pendeta yang mengajarkan agama kristen itu juga disebut guru. Untuk kepentingan penjajahannya Belanda memerlukan pegawai yang pandai menulis dan membaca huruf latin. Karena itu mereka mendirikan sekolah dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang tidak berkaitan dengan agama. Inilah awal mula sistem pendidikan modern di Indonesia.

3) Menjadi Seorang Guru Tidak Semudah Membalikkan Telapak TanganKreativitas merupakan dasar dari segala hal dalam rangka meningkatkan

sesuatu kearah kemajuan. Untuk berlaku kreatif, maka kita harus punya pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Sedangkan langkah kemajuan, kemauan atau niat merupakan awal bagi terbentuknya sebuah sikap, tingkah laku loyalitas sebagai wujud dari kreadibilitas kepribadian seseorang. Jika antara kreativitas dan kepribadian yang baik itu berpadu, maka akan menampilkan proses pendidikan yang selalu diiringi dengan kreativitas anak didik. Untuk mewujudkan keterpaduan itu perlu adanya motivasi dan sikap konkret dari para pendidik agar tujuan untuk meningkatkan kemampuan anak didik lebih terarah dan tepat guna.

[32]

Page 33: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

4) Profesi Guru Sejarah Sejarah merupakan ilmu yang akan terus berkembang dan tidak akan mati,

itulah mengapa sejarah sukar untuk dijadikan salah satu bagian dalam ujian nasional. Mungkin hal ini terdengar aneh mengapa harus membahas ujian nasional saat membahas sejarah dalam kurikulum 2013. Jika kita memandang kebelakang, pelajaran sejarah tidak terlalu banyak mendapat tempat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) khususnya di tingkat SMA. Sejarah hanya diberikan 2jp untuk kelas X dan 1 JP untuk kelas IPA serta 3jp untuk IPS. Hal inilah yang dirasakan kurang karena karakter bangsa dan anak bangsa bisa dibangun dengan sejarah. Kurikulum 2013 untuk SMA akan membagi sejarah pada dua mata pelajaran yaitu sejarah Indonesia dan pelajaran sejarah saja. Dengan pembelajaran sejarah Indonesia merupakan pelajaran wajib dengan 2jp tiap kelas dan tiap tingkatan kelas serta pelajaran sejarah menjadi pelajaran pilihan dengan jumlah 4jp buat tiap tingkatan dan bisa dipilih baik jurusan IPS maupun jurusan IPA. Dengan begitu seharusnya pelajaran sejarah menjadi salah satu andalan pembentukan karakter siswa khususnya siswa SMA? pertanyaan ini sepertinya akan dijawab tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan masuknya sejarah kedalam pelajaran pilihan bagi jurusan IPS menunjukkan bahwa nantinya sejarah juga akan masuk kedalam ujian yang bersifat terpadu seperti ujian nasional atau apalah nantinya nama ujian itu jika UN dihapuskan. Masuknya sejarah menggeser matematika sebagai pilihan untuk program IPS yaitu Ekonomi, Sosiologi dan Antropologi, Sejarah dan Gerografi. Keempat mata pelajaran ini nantinya pasti akan diujikan sebagai syarat kelayakan lulus bagi mereka yang mengambil jurusan IPS. Sebuah tantangan berat bagi para guru sejarah dimana guru sejarah dituntut mampu mengantarkan siswa siswinya untuk mampu menghapalkan sejarah nasional dan dunia hanya dalam waktu kurang lebih 3 tahun dan dalam waktu yang tidak terlalu lama itu siswa juga harus menghapalkan pelajaran-pelajaran yang lain. Padahal seorang guru sejarah harus menghapalkan perbagian sejarah Indonesia dan dunia dalam tiap-tiap semester tanpa diganggu dengan pelajaran lain saat ia kuliah. Pertanyaannya sekarang mampukah siswa dan guru sejarah SMA mempertanggung jawabkan pelajaran sejarah yang telah diberikan porsi kusus untuk memberikan pembelajaran karakter bagi siswa. Yang pasti ada sekitar enam bulan lagi sebelum kurikulum baru di terapkan secara penuh dalam pembelajaran pada tahun ajaran 2013/2014 semoga seluruh guru sejarah siap dalam menerapkan kurikulum baru karena guru sejarah di haruskan untuk mengajar dua kali lipat lebih banyak dibandingkan pelajaran lainnya karena ada pelajaran sejarah Indonesia sebagai pelaaran wajib dan pelajaran Sejarah sebagai pelajaran pilihan di semua tingkatan kelas mulai kelas X sampai XII.

[33]

Page 34: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanGuru adalah profesi yang berbeda perannya tetapi sama tugasnya, yaitu

memperkecil perbedaan. Ustad selalu mengajak kita beramal, berzakat, menyantuni fakir miskin dan yatim piatu, intinya memperkecil perbedaan antara si miskin dan si kaya. Seorang guru selalu mengajak peserta didiknya agar belajar rajin, memahami ilmu yang diajarkan, mendapat nilai yang baik, intinya memperkecil perbedaan antara yang pandai dan yang bodoh. Oleh karenanya, tugas mereka sama, yaitu merupakan tugas yang mulia.

Tugas mulia jaminannya surga, dan ini adalah penyemangat kerja yang paling hakiki yang harus dimiliki guru agar dalam menjalankan tugas sebagai guru agar menimbulkan kenikmatan dan kebahagiaan dalam mengajar. Cerminan dari hal ini adalah guru senantiasa berusaha menjadi profesional dengan mengembangkan kemampuan diri dan meningkatkan semua kompetensi yang harus melekat padanya, menunjukkan wajah riang dan senantiasa siap membantu kesulitan yang dihadapi peserta didik. Marilah kita menjadi guru yang selalu haus akan ilmu, malu karena tidak tahu perkembangan ilmu, dan penasaran ketika mendengar ada ilmu baru.

Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai sebagai seorang pengajar sangat tegantung pada diri pribadi masing-masing guru dalam lingkungan tempat ia bertugas. Sedangkan kompetensi guru adalah kemampuan yang dimiliki guruyang diindikasikan dalam tiga kompetensi, yaitu kompetensi yang berhubungan dengan tugas profesionalnya sebagai guru (profesional), kompetensi yang berhubungan dengan keadaan pribadinya (personal), dan kompetensi yang berhubungan dengan masyarakat atau lingkungannya (sosial).

B. SaranGuru yang profesional tidak hanya tahu akan tugas, peranan dan

kompetensinya. Namun dapat melaksanakan apa-apa yang menjadi tugas dan perannya, dan selalu meningkatkan kompetensinya agar tercapai kondisi proses belajar mengajar yang efektif dan tercapai tujuan belajar secara optimal.

[34]

Page 35: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

DAFTAR PUSTAKAAmy J. Phelps & Cherin Lee. (2003). The Power of Practice : What Students

Learn from How We Teach. Journal of Chemical Education, 80 (7), 829 – 832.

Anderson, S., & Ball, S. (1978). The Profession and Practice of Program Evaluation. San Francisco : Jossey-Bass Publisher.

Barlow, Daniel Lenox. (1985). Educational Psychology : The Teaching – Learning Process. Chicago : The Moody Bible Instutute.

Constance Blasie & George Palladino. (2005). Implementing the Professional Development Standards : A Research Department’s Innovative Masters Degree Program for High School Chemistry Teachers. Journal of Chemical Education. 82 (4), 567 – 570.

Dedi Supriadi. (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.

Depdiknas. (2004). Standar Kompetensi Guru Sekolah Menengah Atas. Jakarta : Depdiknas Dirjen Didasmen – Direktorat Tenaga Kependidikan.

Erwin Boschmann. (2003). Teaching Chemistry Via Distance Education. Journal of Chemical Education. 80 (6), 704 – 708.

Gregory Schraw, Davia W. Brooks, & Kent J. Crippen. (2005). Using an Interactive, Compensatory Model of Learning to Improve Chemistry Teaching. Journal of Chemical Education. 82 (4), 637 – 640.

Jean Rudduck & Julia Flutter. (2004). How to Improve Your School. New York : Continuum.

Maister, D. H. (1997). The Professionalism. New York : The Free Press.

Mohamad Ali (1985). Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Bandung : Sinar Baru.

Moh. Uzer Usman. (2000). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Muhibbin Syah. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2005). Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan Imple-mentasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

[35]

Page 36: Kompetensi Profesi Keguruan Kelompok 5

Olivia, Peter, F.. (1992). Developing the Curriculum. New York : Harper Collins Publishers.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta : Rajawali.

Slameto (1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Bina Aksara.

T. Raka Joni. (September 2006). Standar Kompetensi Profesional Guru. Makalah disajikan dalam Komisi Khusus PGSD di Jakarta.

Tresna Sastrawijaya. (1998). Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta : Depdikbud.

Undang – Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Undang - Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Umardi. (1999). Pembinaan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti.

Yunita Maria Yeni, M. (18 Mei 2004). Profesi Guru, Antara Pengabdian dan Tuntutan. Sinar Harapan. Diakses tanggal 8 Nopember 2006. http:/www.-dekdiknas.go.id.

[36]