kompetensi konselor yang diharapkan oleh para siswa kelas ... · yang diharapkan oleh para siswa...
TRANSCRIPT
KOMPETENSI KONSELOR
YANG DIHARAPKAN OLEH PARA SISWA KELAS XI
SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2007/2008
SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Disusun oleh :Prias Hayu Purbaning Tyas
031114021
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGJURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2008
i
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini. saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Prias Hayu Purbaning Tyas
Nomor Mahasiswa :031114021
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
"KOMPETENSI KONSELOR YANG DIHARAPKAN OLEH PARA
SISWA KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN
2007/2008"
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian sava memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan.
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data,mend istribusikan secara terbatas, clan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 7 Oktober 2008
Yang menyatakan
Prias Hayu Purbaning Tyas
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawaDia membuat segala sesuatu indah pada waktunya
(Pengkhotbah, 3: 4, 11)
kekuatan hadir, ketika aku mulai mengikhlaskan segala sesuatu yang terjadidalam kehidupanku
(penulis)
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Yesus Kristus dan Bunda Maria
Yang tercinta Bapak Ibu
Yang tercinta adikku Sigit dan Puthut
Yang terkasih Willibrordus Boy
v
vi
ABSTRAK
KOMPETENSI KONSELORYANG DIHARAPKAN OLEH PARA SISWA KELAS XI
SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTATAHUN AJARAN 2007/2008
Prias Hayu Purbaning Tyas031114021
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetensi konseloryang diharapkan siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran2007/2008.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sampel penelitianberjumlah 118 (43, 54%) dari 271 siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakartatahun ajaran 2007/2008.
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun berdasarkanstandar kompetensi konselor yang telah ditetapkan oleh Asosiasi Bimbingan danKonseling Indonesia (ABKIN, 2006). Alat tersebut memiliki 68 butirpernyataan. Ada 4 aspek kompetensi konselor yaitu kepribadian, profesional,pedagogik dan sosial. Validitas alat ukur adalah validitas isi. Teknik yangdigunakan adalah melakukan penilaian dengan menguji isi pernyataan kuesionermelalui professional judgement, dengan dasar “apakah semua indikator dalamaspek kompetensi konselor telah tercakup dalam pernyataan dalam tes?”(Sukardi, 2007:123) . Koefisien reliabilitas yaitu riX = 0, 958.
Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif yaitumean, standar deviasi, dan kategorisasi berdasarkan kategorisasi jenjangmenurut Azwar (1999:108) yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendahdan sangat rendah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa memiliki harapan yangtinggi bahkan sangat tinggi terhadap kompetensi konselor yaitu: 1). Memahamilandasan keilmuan dan pendidikan; 2). Menguasai konsep dasar danmengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan; 3). Menampilkan keutuhanpribadi konselor; 4). Berperilaku etik dan profesional; 5). Memfasilitasiperkembangan individu; 6). Memiliki komitmen untuk meningkatkankemampuan profesional; 7). Memahami bidang-bidang garapan BK; 8).Menguasai pendekatan-pendekatan dan teknik-teknik BK; 9). Mampumenggunakan media BK; 10). Menguasai landasan budaya .
vii
ABSTRACT
STUDENTS’ PERCEPTION ABOUT COUNSELLORS’ COMPETENCYACCORDING TO THE SECOND GRADE STUDENTS
OF SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTAACADEMIC YEAR 2007/2008
Prias Hayu Purbaning Tyas031114021
The aim of this research was to find out the students’ perception aboutcounsellors’ competencies according to the second grade students of SMABOPKRI 2 YOGYAKARTA of the 2007/2008 academic year.
This kind of research was descriptive. The total sample of this researchwas 118 (43, 54%) of 271 second grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakartaof the 2007/2008 academic year.
The instrument of this research was a questionnaire which was arrangedbased on the counsellors’ competencies standard that was decided by AsosiasiBimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN, 2006). The research instrumentconsisted of 68 numbers of statements. There are 4 counsellors’ competenciesaspects; personality, professionalism, pedagogic and social. The validity of theinstrument was content validity through professional judgement. The coefficientof reliability was riX = 0, 958.
The analysis of the data was a descriptive statistic, which meant,deviation standard and categorization according to Azwar (1999:108) i.e.; veryhigh, high, medium, low and very low.
The result showed that the students had high expectation even very highto the counsellors’ competencies such as: 1). Understand the basic knowledge andeducation; 2). Master basic concept and implementing education principle; 3).Have a good counsellor personality; 4). Behave ethically and professional; 5).Facilitating individual development; 6). Commit to improve professional ability;7). Understand the guidance and counselling fields; 8). Expert in approaches andtechniques in guiding and counselling; 9). Able to use the media of guidance andcounselling; 10). Understand the basic culture.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Yesus Kristus atas cinta dan berkat-
Nya yang begitu besar telah memberi kekuatan dan kesabaran kepada penulis
sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi
syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma
Program Studi Bimbingan dan Konseling.
Penulisan skripsi ini terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menghaturkan terimakasih
kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si, selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menulis
skripsi ini, juga sebagai Dosen Pembimbing yang begitu sabar dalam
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. A. Setyandari, S.Pd., Psi., M.A, selaku Sekretaris Program Studi yang telah
membantu penulis untuk menentukan tanggal ujian.
4. Drs. Wens Tanlain, M.Pd dan Drs. Y.B. Adimassana, M.A, yang telah
berkenan menjadi dosen penguji skripsi.
5. Sri Rahayuningsih, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA BOPKRI 2
Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian.
ix
6. Drs. Edi Sutrisno selaku koordinator umum BK di SMA BOPKRI 2
Yogyakarta, dan Ibu Risma Indah S.Pd., selaku guru BK dan koordinator
kelas XI yang telah menemani dan membantu penulis membagikan
kuesioner di kelas.
7. Siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, secara khusus kelas XI IPS I, XI IPS
III, XI IPA I, dan XI BAHASA, yang telah meluangkan waktu untuk
mengerjakan kuesioner.
8. Sahabat-sahabatku, Nani, Ida, Heni, Yesi, Sr. Gaudent. Mas Gugun, yang
sangat membantu penulis dalam proses penulisan BAB III, Putri,
Rusdwiana, Dewi, Ike, Asep (yang telah menemani penulis di masa-masa
“penghabisan”), Agung, Pitra, Ari, Sonya, Pikal, Tyo, Vera, Sr. Eme, Sr.
Cipriana, Bismo, Erna, Vera, Sepri, Krist, Sigit, dan Shandy, yang selalu
menemani, memberi semangat dan dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
9. Yang tercinta Bapak, Ibu, Sigit, dan Puthut, yang selalu memberi dukungan
dan kekuatan terutama saat penulis merasa putus asa dan menyerah.
10. Yang terkasih Willibrordus Boy, yang dengan cinta dan kesabarannya selalu
memberikan perhatian dan semangat kepada penulis.
11. Kakak-kakak tingkatku BK, bang Andi, Ina, Uning, Paula, Arya, Tutik,
Olla, Okta yang selalu membuat penulis bangkit ketika mulai kehilangan
semangat.
x
12. Teman-teman Dahlia, Mbak Woro, Mbak Elis, Dyas, Dewi, Anggun, Nana,
dan Tiwi, yang tak pernah bosan mendengarkan keluh kesah penulis dalam
proses penulisan skripsi ini.
13. Semua teman-teman Bimbingan dan Konseling, yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, yang telah menemani perjalanan penulis selama 5
tahun ini di BK USD.
Penulis berharap, skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memberi sedikit sumbangan bagi pengembangan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….….... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………….….. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………….. iv
ABSTRAK …………………………………………………………….….. v
ABSTRACT ………………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xiv
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 6
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 6
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 6
E. Batasan Istilah …………………………………………………… 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………. 9
A. Pengertian Konselor ……………………………………………... 9
B. Kompetensi Konselor ……………………………………………. 10
xii
C. Remaja dan Karakteristiknya ……………………………………. 19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………………. 24
A. Jenis Penelitian ……………………………………………………24
B. Variabel Penelitian ………………………………………………. 24
C. Populasi dan Sampel …………………………………………….. 25
1). Populasi ……………………………………………………… 25
2). Sampel ……………………………………………………….. 26
D. Alat Ukur ……………………………………………………….. 27
1). Jenis Alat Ukur ……………………………………………... 27
2). Format Pernyataan ………………………………………….. 27
3). Kisi-Kisi Skala ……………………………………………… 28
E. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur …………………………... 31
1). Validitas kuesioner ………………………………………….. 31
2). Uji Daya Diskriminasi ………………………………………. 33
3). Reliabilitas Kuesioner ……………………………………….. 38
F. Pelaksanaan Ujicoba dan Penelitian …………………………….. 39
1). Pelaksanaan Ujicoba ………………………………………… 39
2). Penelitian …………………………………………………… 40
G. Teknik Analisis Data ……………………………………………. 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………… 43
A. Deskripsi Data secara umum ……………………………………. 43
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ……………………………….. 43
1) Hasil Penelitian ……………………………………………… 43
xiii
2) Pembahasan …………………………………………………. 56
BAB V. KESIMPULAN DAN PENUTUP ……………………………… 64
A. Ringkasan ………………………………………………………. 64
B. Kesimpulan ……………………………………………………... 65
C. Saran-saran ……………………………………………………… 66
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kisi-kisi skala kompetensi konselor yang diharapkan siswa
SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 …………28
Tabel 2. Distribusi skala kompetensi konselor setelah ujicoba ................ 35
Tabel 3. Kategorisasi kompetensi konselor yang diharapkan siswa
SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 ………... 42
Tabel 4. Tingkat kompetensi konselor yang diharapkan siswa
SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008................ 44
Tabel 5. Deskripsi data hasil penelitian ................................................... 45
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ..................................................... 70
Lampiran 2 : Data Statistik Penelitian ............................................... 74
Lampiran 3 : Data Statistik Ujicoba .................................................. 76
Lampiran 4 : Surat ijin penelitian ...................................................... 78
Lampiran 5 : Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian
di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ……………………. 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, pelayanan bimbingan dan konseling di Indonesia semakin
berkembang. Hal itu terbukti dari adanya beberapa Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) di Indonesia yang membuka program studi
Bimbingan dan Konseling, yang siap mencetak konselor yang berkompeten.
Sampai saat ini, konselor di Indonesia masih banyak bertugas di lembaga
pendidikan, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk bekerja di luar
lembaga pendidikan, seperti rumah sakit, dan perusahaan. Oleh karena itu,
seorang konselor harus memiliki kompetensi yang merujuk pada penguasaan
konsep atau teori Bimbingan dan Konseling, penghayatan dan perwujudan
nilai, kinerja yang profesional dan tentunya kepribadian yang menarik.
Seorang konselor dituntut memiliki kompetensi tersebut, dan mampu
mengembangkannya dengan menyesuaikan pada lingkungan dan kondisi yang
ada.
Kompetensi merupakan sebuah kontinum perkembangan mulai dari
proses kesadaran, akomodasi dan tindakan nyata sebagai wujud kinerja
(Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), 2005:11). Dengan
kata lain, kompetensi merupakan kemampuan yang diperoleh dari adanya
kesadaran tentang pentingnya penguasaan konsep mengenai bimbingan dan
konseling, yang kemudian direfleksikan melalui penghayatan dan penilaian,
2
dan akhirnya diwujudkan dalam kerja nyata sebagai seorang konselor yang
profesional. Dalam buku Standar Kompetensi Konselor Indonesia (2005:12),
disebutkan beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang konselor,
yaitu :
1. Penguasaan konsep dan praksis pendidikan
2. Kesadaran dan komitmen etika profesional
3. Penguasaan konsep perilaku dan perkembangan individu
4. Penguasaan konsep dan praksis asesmen
5. Penguasaan konsep dan praksis bimbingan dan konseling
6. Pengelolaan program bimbingan dan konseling
7. Penguasaan konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling.
Selain kompetensi-kompetensi yang telah disebutkan di atas, dapat
dijelaskan pula secara lebih sederhana bahwa seorang konselor harus fleksibel,
dalam arti dapat berusaha untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada,
baik keadaan lingkungan dimana ia bekerja maupun orang-orang di
sekitarnya. Berkaitan dengan konselor sekolah, dia harus fleksibel dalam
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekolah maupun keadaan siswa
atau guru-guru, tidak kaku pada teori yang ada, tapi justru menyesuaikan
dengan keadaan lapangan. Teori yang diterima seringkali berbeda dengan
kenyataan yang ada di lapangan. Oleh karena itu penting bagi konselor untuk
mampu menyesuaikan diri dengan keadaan tempat ia bekerja, sehingga akan
terjadi keselarasan antara konselor dengan pihak-pihak di sekolah yaitu siswa
dan guru-guru.
3
Selain itu, untuk menjadi konselor sekolah yang sungguh-sungguh
berkompeten, dibutuhkan kepercayaan dari para siswa. Hal ini akan
berpengaruh positif terhadap profesionalisme konselor itu sendiri. Artinya
bahwa siswa percaya layanan bimbingan dan konseling yang diperolehnya
dikelola oleh konselor yang kompeten. Kepercayaan yang diterimanya dapat
membuat konselor berfungsi secara penuh dalam memberikan pelayanan
bimbingan dan konseling.
Dalam kenyataannya, berdasarkan pengalaman pribadi melaksanakan
Praktek Lapangan Bimbingan dan Konseling I (PLBK-I) di salah satu SMA
swasta di Yogyakarta dan juga pengalaman beberapa mahasiswa Program
Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang ber-PLBK I
di beberapa sekolah lainnya di Yogyakarta, ada beberapa sekolah yang
mempunyai ruang dan guru pembimbing, namun pelayanan BK yang
diberikan masih kurang efektif. Secara umum, hal ini terlihat dari keengganan
siswa untuk berhubungan dengan konselor sekolah, karena mereka tidak tahu
apa dan fungsi BK di sekolah tersebut. Konselor di sekolah mereka kurang
memberikan perhatian secara personal kepada para siswa, dan hanya sekedar
memberikan bimbingan klasikal di kelas.
Salah seorang mahasiswa BK USD, angkatan 2003 yang berpraktek di
salah satu sekolah negeri di Yogyakarta menyatakan bahwa di sekolah tempat
mereka berpraktek BK, program BK yang dirancang tidak terlaksana seperti
yang direncanakan. Ditambahkan pula, di sekolah tersebut, antara koordinator
BK dan staf-staf BK kurang adanya komunikasi, kurangnya perhatian dari
4
para konselor terhadap siswa-siswa, dan kompetensi konselor yang masih
kurang, sehingga siswa menjadi enggan berhubungan dengan BK sekolah,
dan yang terlihat adalah hubungan antara siswa dengan konselor sekolah
tersebut menjadi kurang harmonis (Ida, 2003). Berdasarkan pengalaman salah
satu mahasiswa BK angkatan 2001 yang melaksanakan praktek BK di salah
satu sekolah swasta Kristen di Yogyakarta, menyatakan bahwa jumlah
konselor tidak seimbang dengan jumlah siswa yang seharusnya memenuhi
ratio 1:150, sedangkan pada kenyataannya ratio antara konselor dengan siswa
adalah 1:176, sehingga pelayanan bimbingan konseling menjadi kurang
optimal, pengadaan papan bimbingan dan folder yang kurang rutin dan
memenuhi kebutuhan siswa, kurangnya pengawasan dan pembimbingan
terhadap siswa-siswa yang sering melakukan kegiatan negatif di lingkungan
sekolah baik pada saat jam sekolah maupun di luar jam sekolah (Arny, 2001).
Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan BK di beberapa sekolah masih kurang efektif.
Dari pengalaman penulis juga saat berpraktek BK di salah satu sekolah
swasta Katolik di Yogyakarta, kegiatan pelayanan BK di sekolah tersebut
sudah berjalan baik di antaranya memasukkan kegiatan bimbingan klasikal
dalam jadwal pelajaran mingguan, meski hanya 1-2 jam pelajaran setiap
minggunya, adanya bimbingan karir, penyelenggaraan week end, atau
renungan mingguan, serta pelaksanaan konseling. Hubungan antara konselor
dan sebagian besar siswa di sekolah tersebut juga hangat, akrab namun tetap
menunjukkan hubungan sebagai guru dan siswa (Hayu, 2003). Kendati
5
program bimbingan dan konseling di sebuah sekolah telah berjalan baik,
ternyata masih ada beberapa siswa yang kurang merespon baik program BK di
sekolahnya. Dari siswa-siswa tersebut penulis memperoleh informasi tentang
alasan mereka tidak merespon baik BK di sekolah mereka. Beberapa alasan
yang penulis terima antara lain bahwa ketika memberikan bimbingan klasikal,
konselor kadang-kadang menyampaikan informasi yang berbeda dengan yang
diketahui siswa dari luar sekolah, sehingga membuat mereka bingung, apalagi
konselor tidak menciptakan suasana yang memungkinkan siswa untuk
mendiskusikan materi. Mereka juga mengungkapkan bahwa gaya
membimbing konselor di kelas mereka tidak menarik dan tidak memotivasi
siswa untuk memperhatikan, bahkan kadang-kadang menjemukan.
Dengan pertimbangan bahwa konselor sekolah banyak menggunakan
waktu di sekolah dan idealnya mampu berhubungan erat dengan para siswa,
serta masukan dari pengalaman-pengalaman mahasiswa praktikan diatas,
penulis ingin mengetahui bagaimanakah sebenarnya harapan siswa SMA
terhadap kinerja atau kompetensi konselor di sekolah secara umum sehingga
dimungkinkan terjadinya keharmonisan antara konselor dan siswa di sekolah?
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi
konselor menurut siswa- siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun
ajaran 2007/2008, karena dengan mengetahui penilaian dan harapan siswa
terhadap konselor di sekolah, diharapkan dapat membantu konselor untuk
meningkatkan kinerjanya.
6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah harapan para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
tahun ajaran 2007/2008 terhadap kompetensi profesional konselor?
2. Bagaimanakah harapan para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
tahun ajaran 2007/2008 terhadap kompetensi kepribadian konselor?
3. Bagaimanakah harapan para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
tahun ajaran 2007/2008 terhadap kompetensi pedagogik konselor?
4. Bagaimanakah harapan para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
tahun ajaran 2007/2008 terhadap kompetensi sosial konselor?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetensi
konselor yang diharapkan para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
tahun ajaran 2007/2008.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, diharapkan konselor sekolah dapat
mengetahui dan memahami harapan-harapan tersebut dan menjadikannya
sebagai salah satu referensi untuk meningkatkan pelayanan Bimbingan dan
Konseling di sekolah.
7
E. Batasan Istilah
1 Konselor Sekolah
Konselor sekolah adalah tenaga profesional yang mencurahkan seluruh
waktunya pada pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
2 Siswa-siswi SMA
Siswa-siswi SMA adalah remaja putera dan puteri yang masih duduk di
bangku kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.
3 Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan yang ditunjukkan dalam keterampilan,
nilai dan sikap kebiasaan berfikir dan bertindak, atas dasar pengetahuan
dan mampu merefleksikannya secara mendalam, yang bersifat dinamis.
4. Kompetensi Konselor
Kompetensi konselor adalah keterampilan, nilai dan sikap kebiasaan
berfikir dan bertindak yang dimiliki oleh seorang tenaga profesional dalam
bidang bimbingan dan konseling. Ada 4 aspek kompetensi konselor yaitu :
a. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan membantu peserta didik untuk memahami diri,
menerima diri dan mengembangkan aspek-aspek kepribadiannya
secara utuh, serta mengaktualisasikan dirinya
b. Kompetensi Profesional
Penguasaan konselor atas karakteristik pribadi peserta didik, materi
bimbingan yang inheren pada pribadi peserta didik, teknik
membantu dan sejumlah kompetensi tambahan lainnya yang secara
8
simultan mengarah ke konseling yang peduli terhadap
kemaslahatan peserta didik
c. Kompetensi Kepribadian
Kemampuan dasar yang dimiliki oleh konselor yang juga menjadi
ciri khas kepribadian konselor. Kompetensi ini, mencakup
kemampuan dalam memperhatikan penampilan, sifat-sifat dan
karakter pribadi yang mencerminkan pribadi konselor tersebut.
d. Kompetensi Sosial
Kemampuan konselor dalam berelasi dengan siswa dan pihak-
pihak yang ada di sekolah, orang tua siswa dan juga masyarakat
sekitar
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian konselor
Konselor adalah tenaga yang telah terdidik secara formal dalam bidang
konseling pada tingkat universitas dan mempunyai kemampuan untuk
membantu konseli dalam memecahkan masalah melalui proses konseling (R.
Thantawy, 2005; 59). Artinya bahwa, untuk mendapatkan profesi konselor,
seseorang harus menempuh pendidikan formal dalam bidang bimbingan dan
konseling, minimal S1, dan telah berpengalaman dalam melaksanakan layanan
konseling.
Sebagai konselor sekolah, konselor merupakan tenaga profesional
yang bekerja di antara dua bidang pekerjaan yaitu pendidikan dan psikologi
(ABKIN, 2006:1). Konselor sekolah memiliki kedudukan yang sama
pentingnya dengan guru dan berfungsi sama pentingnya dalam membantu
keberhasilan akademik siswa di sekolah. Namun dalam menjalankan tugasnya
tersebut, konselor perlu memperhatikan keutuhan pribadi setiap siswa baik
dalam hal belajar, minat karir, dan juga pribadi sosialnya, karena itu dengan
adanya konselor, diharapkan siswa menjadi terbantu meraih keberhasilan
akademik sesuai dengan potensi yang mereka miliki.
10
B. Kompetensi konselor
Seorang konselor wajib memiliki dasar-dasar kompetensi mengenai
bimbingan dan konseling. Kompetensi adalah sebuah kontinum perkembangan
mulai dari proses kesadaran, akomodasi dan tindakan nyata sebagai wujud
kinerja (ABKIN, 2005;11). Artinya bahwa kompetensi merupakan
kemampuan yang diperoleh dari adanya kesadaran tentang pentingnya
penguasaan konsep mengenai bimbingan dan konseling, yang kemudian
direfleksikan melalui penghayatan dan penilaian, dan akhirnya diwujudkan
dalam kerja nyata sebagai seorang konselor yang profesional.
Untuk menjadi profesional, seorang konselor harus menempuh
pendidikan Bimbingan dan Konseling dalam waktu yang cukup lama,
setidaknya minimal menempuh pendidikan S1. Seorang konselor harus benar-
benar memiliki kemampuan dasar sebagai seorang konselor. Kemampuan
dasar dari seorang konselor tersebut termuat dalam kompetensi konselor yang
telah ditetapkan oleh Pengurus Besar ABKIN periode 2005-2009. Kompetensi
konselor itu sendiri dibagi menjadi 4 macam kompetensi, yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi
sosial.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik dapat diartikan sebagai kemampuan
membantu peserta didik untuk memahami diri, menerima diri dan
mengembangkan aspek-aspek kepribadiannya secara utuh, serta
mengaktualisasikan dirinya (Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan
11
Konseling Indonesia, 2006:6). Dalam kompetensi pedagogik, terdapat 2
sub kompetensi, yaitu :
a) Memahami landasan keilmuan pendidikan yang mencakup filsafat,
psikologi, sosiologi, dan antropologi.
b) Menguasai konsep dasar dan mengimplementasikan prinsip-prinsip
pendidikan.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan dasar yang
dimiliki oleh konselor yang juga menjadi ciri khas kepribadian konselor.
Kompetensi ini, mencakup kemampuan dalam memperhatikan
penampilan, sifat-sifat dan karakter pribadi yang mencerminkan pribadi
konselor tersebut.
Menurut Rollo May (2003:165), kualitas lahiriah seorang konselor
yang baik diantaranya adalah : menawan hati, mempunyai kemampuan
untuk bersikap tenang ketika bersama orang lain, mempunyai kapasitas
yang baik dalam berempati dengan orang lain. Bila seorang konselor dapat
menikmati kebersamaannya bersama orang lain dengan tulus dan niat yang
baik terhadap orang-orang tersebut, dalam hal ini adalah dengan siswa-
siswa di sekolah, apalagi dapat membantu siswa dalam mengembangkan
dirinya, maka dengan sendirinya pula konselor tersebut menjadi orang
yang menarik bagi siswa.
12
Selain memiliki kompetensi dasar mengenai bimbingan dan
konseling yang sifatnya teoritis dan keahlian, seorang konselor juga perlu
memperhatikan kepribadiannya sebagai seorang konselor sekolah.
Menurut Carlghuff (Sutrinah, 2004:9-10), ada 9 sifat kepribadian dalam
diri seorang konselor yang dapat mengembangkan orang lain yaitu :
a. Empati, yaitu kemampuan konselor untuk merasakan secara tepat apa
yang dirasakan dan dialami orang lain dan mengkomunikasikan
persepsinya secara tepat.
b. Respek, menunjukkan secara langsung bahwa konselor menghargai
martabat dan nilai konseli sebagai manusia, artinya adalah konselor
menerima bahwa konseli mempunyai hak memilih, mempunyai
kebebasan kemauan dan dapat membuat keputusan sendiri.
c. Keaslian, kemampuan konselor menyatakan diri secara bebas dan
mendalam tanpa ragu-ragu, tidak memainkan peranan, tidak
mempertahankan diri dan tidak ada pertentangan antara apa yang dia
katakan dan yang dia lakukan.
d. Konkret, pernyataan ekspresi khusus mengenai perasaan dan
pengalaman orang lain. Konselor akan selalu menjaga keserasian
dalam hubungan dengan orang lain dan mencegah konseli untuk
melarikan diri dari masalah yang dia hadapi.
e. Konfrontasi, dapat dilakukan konselor jika terdapat kesenjangan antara
apa yang dikatakan konseli dengan apa yang dialaminya, atau antara
13
apa yang dikatakan pada suatu saat dengan apa yang dikatakan
sebelumnya.
f. Membuka diri, penampilan perasaan, sikap, pendapat dan pengalaman-
pengalaman pribadi konselor untuk kebaikan konseli.
g. Kesanggupan, merupakan kharisma, suatu kekuatan yang dinamis dan
magnetis dari kekuatan pribadi konselor. Konselor yang mempunyai
potensi ini selalu menampakkan kekuatannya dalam penampilan
pribadi, yaitu mampu menguasai diri, dan mampu menyalurkan
potensinya dan memberi rasa aman kepada konseli.
h. Kesiapan, suatu hubungan perasaan antara konseli dan konselor pada
waktu ini dan saat ini. Tingkat kesiapan yang tinggi terjadi saat diskusi
dan analisa yang terbuka mengenai hubungan antara konseli dan
konselor dalam konseling.
i. Aktualisasi diri, mempunyai koreksi yang tinggi terhadap keberhasilan
konseling. Aktualisasi diri menunjukkan secara tidak langsung bahwa
orang dapat hidup dan memenuhi kebutuhannya secara tidak langsung
karena ia mempunyai kekuatan untuk mencapai tujuan hidupnya.
Belkin (Winkel, 1997, 198-199), juga menyajikan beberapa
kualitas yang perlu dimiliki oleh seorang konselor, dibawah tiga judul
yaitu :
a. Mengenal diri sendiri, artinya bahwa konselor harus sungguh-sungguh
menyadari dan menerima segala keunikannya, kelemahan dan
kelebihan dan harus tahu usaha-usaha apa yang kiranya dapat membuat
14
konselor lebih berhasil. Ada 3 kualitas yang menunjukkan bahwa
konselor telah mengenal dirinya sendiri yaitu :
• Merasa aman dengan dirinya sendiri, artinya bahwa konselor
mempunyai rasa percaya diri, rasa harga diri, dan tidak merasa
cemas dan gelisah tentang dirinya sendiri.
• Percaya pada orang lain, artinya mampu untuk memberikan sesuatu
dari diri sendiri dan menerima sesuatu dari kepribadian orang lain.
• Memiliki keteguhan hati, artinya bahwa konselor berani untuk
memberikan pelayanan bimbingan dan mengambil resiko untuk
tidak selalu mendapat tanggapan yang positif atau mendapatkan
balas jasa dalam bentuk dikagumi dan dihargai.
b. Memahami orang lain, kualitas ini menuntut keterbukaan hati dan
kebebasan dari cara berfikir yang kaku menurut keyakinan/pandangan
pribadi saja. Artinya bahwa bila konselor telah memiliki kemampuan
membuka hati dan membebaskan diri dari cara berfikir yang kaku
maka :
• Konselor akan mampu mengikuti pandangan dan perasaan dari
pihak konseli
• Konselor meski telah terbuka hatinya, bukan berarti boleh
mengambil sikap mengadili orang lain, kendati dapat menilai
tindakan dan perbuatan orang menurut norma-norma moralitas
yang objektif.
15
• Keterbukaan hati dan pikiran juga dapat memungkinkan konselor
menjadi lebih peka terhadap pikiran dan perasaan yang
diungkapkan oleh orang lain baik lewat kata-kata maupun dengan
ungkapan nonverbalnya, dan ikut menghayatinya tanpa harus
kehilangan identitasnya sendiri sebagai konselor.
c. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, beberapa hal yang
mendukung kemampuan ini adalah :
• Bertindak sejati, tulen dan ikhlas, artinya adalah mampu berkata-
kata dan berbuat tanpa memakai topeng atau bersandiwara, secara
pribadi sungguh terlibat dan tidak berpura-pura.
• Bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain, artinya
sebagai konselor sekolah, tidak boleh memaksakan kehendaknya
sendiri kepada siswa, dan tidak secara sadar mau memaksakan
siswa ke cara berfikir dan bertindak tertentu.
• Mampu mendengarkan dengan baik, artinya mampu menangkap
apa yang sebenarnya diungkapkan oleh siswa, menggali makna
yang terkandung dari kata-kata yang diungkapkan siswa sebagai
konseli.
• Menghargai orang lain, artinya bahwa konselor dapat didekati dan
mendekati siswa, dengan sikap yang positif dan kerelaan menerima
siswa apa adanya.
• Mampu mengungkapkan perasaan serta pikiran secara memadai
dalam kata-kata, artinya konselor terampil menyampaikan pikiran
16
dan perasaan dalam kata-kata yang memadai, baik itu pikiran dan
perasaannya sendiri maupun pikiran dan perasaan siswa yang
dipantulkannya kembali kepada siswa.
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah penguasaan konselor atas
karakteristik pribadi peserta didik, materi bimbingan yang inheren pada
pribadi peserta didik, teknik membantu dan sejumlah kompetensi
tambahan lainnya yang secara simultan mengarah ke konseling yang
peduli terhadap kemaslahatan peserta didik (Pengurus Besar Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia, 2006:6).
Menurut naskah Kurikulum Inti Pendidikan Tenaga Kependidikan,
Lampiran A : Program S1, Bimbingan dan Konseling (Winkel, 1997:195), ada
delapan profil kemampuan dasar konselor sekolah, meliputi :
1. Seorang konselor harus menguasai bahan bimbingan, artinya bahwa
konselor harus benar-benar memahami materi bimbingan yang akan
diberikan sehingga bimbingan dapat berjalan baik dan tujuan diberikannya
bimbingan dapat tercapai.
2. Seorang konselor harus dapat mengelola pelayanan bimbingan, artinya
konselor harus mampu merencanakan, menyampaikan dan mengevaluasi
materi bimbingan yang telah dia berikan.
3. Seorang konselor harus dapat menyelenggarakan administrasi bimbingan
di sekolah
17
4. Seorang konselor harus dapat mengelola layanan konseling,
mendengarkan, melakukan pendekatan dan membantu konseli
memecahkan masalah sesuai dengan kemampuan pribadinya.
5. Seorang konselor harus dapat melaksanakan tugas bimbingan yang
berkaitan dengan pengajaran, karena konselor juga sebagai pendidik di
sekolah maka penting bagi konselor menguasai teknik-teknik pengajaran.
6. Seorang konselor harus dapat menguasai landasan pendidikan dan
bimbingan, sebagai dasar pengetahuan dalam mengimplementasikan
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
7. Seorang konselor harus dapat memahami proses pengajaran, karena
konselor bekerja di lembaga pendidikan, dan salah satu tugasnya adalah
memberikan bimbingan klasikal.
8. Seorang konselor harus dapat memahami asas penelitian dan menafsirkan
penelitian pendidikan/bimbingan guna keperluan bimbingan dan konseling
(Winkel, 1997:195).
Dalam sebuah artikel yang dimuat dalam Harian Pikiran Rakyat, (6
September 2006, hal. 20) Sunaryo Kartadinata, Ketua Umum Pengurus Besar
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) menyatakan bahwa
seorang konselor dipersyaratkan untuk memiliki kompetensi :
1. Memahami secara mendalam konseli yang dilayani
2. Menguasai landasan dan kerangka teoritik bimbingan dan
konseling
18
3. Menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang
memandirikan
4. Mengembangkan profesionalitas profesi secara berkelanjutan
5. Implementasi kompetensi yang dilandasi sikap, nilai, dan
kecenderungan pribadi yang mendukung.
Dalam buku Standar Kompetensi Konselor Indonesia (2005:12), juga
disebutkan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang konselor, yaitu :
4. Penguasaan konsep dan praksis pendidikan
4. Kesadaran dan komitmen etika profesional
4. Penguasaan konsep perilaku dan perkembangan individu
4. Penguasaan konsep dan praksis asesmen
4. Penguasaan konsep dan praksis bimbingan dan konseling
4. Pengelolaan program bimbingan dan konseling
4. Penguasaan konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan konselor dalam berelasi
dengan siswa dan pihak-pihak yang ada di sekolah. Atau secara lebih luas
kompetensi sosial dapat diartikan kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat, untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua wali
peserta didik dan juga masyarakat sekitar (ABKIN, 2006:6).
19
Selain itu, konselor juga harus memahami seluk beluk budaya
masyarakat sekitar terutama siswa sebagai klien pada umumnya. Hal ini
menyangkut bagaimana karakter bahasa, tingkah laku dan kebiasaan yang
biasa dilakukan oleh masyarakat setempat yang mungkin bertolak
belakang dengan latar budaya konselor. Konselor harus mampu
menyesuaikan diri dan menerima perbedaan itu secara terbuka, sehingga
proses pelayanan bimbingan dan konseling menjadi lebih mudah
dilaksanakan. Secara umum hal ini tercakup dalam indikator kompetensi
sosial yang isinya adalah :
a) Memahami ragam budaya yang dapat mempengaruhi perilaku individu
dan kelompok
b) Memahami dan menunjukkan sikap penerimaan terhadap perbedaan
sudut pandang subjektif antara konselor dan konseli
c) Peka, toleran, dan responsif terhadap perbedaan budaya konseli
C. Remaja dan karakteristiknya
Menurut Hurlock (1996:206) istilah adolescence atau remaja
berasal dari kata Latin yaitu adolescere (kata bendanya, adolescentia atau
remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Piaget
(Hurlock, 1996) mengungkapkan bahwa istilah adolescence yang
digunakan saat ini memiliki arti yang lebih luas yaitu individu yang
sedang tumbuh untuk menjadi dewasa baik secara mental, emosi dan fisik.
Secara psikologis, para remaja ini masuk ke dalam lingkungan orang
20
dewasa, sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja adalah individu yang
sedang berkembang utuh menuju kedewasaan.
Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke masa
dewasa (Hurlock, 1996). Dalam hal ini remaja yang dimaksud adalah
remaja SMA, remaja dalam rentang usia 15-18 yang biasa disebut remaja
pertengahan. Pada usia-usia ini, siswa SMA mengalami banyak perubahan
kepribadian baik secara fisik, psikologis maupun sosial. Berikut ini adalah
ciri-ciri remaja menurut Soekanto (1989: 22) :
1) Pertumbuhan fisik yang pesat, pada masa remaja, pertumbuhan fisik
mereka tampak jelas dan tegas antara remaja pria dan wanita.
Pertumbuhan fisik tersebut diantaranya adalah pertumbuhan tinggi dan
berat badan, dan disertai perubahan pada bagian tubuh yang lain. Oleh
remaja, pertumbuhan fisik yang baik dianggap sebagai suatu
kebanggaan tersendiri.
2) Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan
lingkungan atau kalangan orang-orang dewasa. Kadang-kadang remaja
berharap dari interaksi tersebut masyarakat dapat menganggap mereka
sebagai orang yang sudah dewasa.
3) Keinginan yang kuat untuk bisa mendapatkan kepercayaan diri,
kendati tanggung jawab masih belum matang.
4) Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, baik secara sosial,
ekonomi maupun politik, dengan mengutamakan kebebasan dari
pengawasan yang terlalu ketat oleh orang tua atau sekolah.
21
5) Adanya perkembangan taraf intelektualitas untuk menghadapi identitas
diri.
6) Menginginkan sistem aturan dan nilai yang sesuai dengan kebutuhan
atas keinginannya, yang kadang tidak selalu sama dengan aturan dan
nilai yang dianut oleh orang dewasa.
Masa remaja memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari masa
sebelum dan sesudahnya. Hurlock (1996) menyebutkan sejumlah ciri-ciri
masa remaja, yaitu seperti yang akan dijelaskan di bawah ini :
1). Masa remaja sebagai periode peralihan
Pada periode ini, status remaja tidak jelas, karena mereka tidak bisa
lagi disebut anak-anak namun belum juga dianggap dewasa.
2). Masa remaja sebagai periode perubahan
Pada periode ini, remaja mengalami banyak perubahan dalam dirinya
yaitu perubahan fisik yang sangat pesat, perubahan dalam minat sosial,
perubahan mental dan juga moral, serta perubahan emosi.
3). Masa remaja sebagai usia bermasalah
Pada periode ini, remaja merasa sudah mampu dan tidak mau minta
tolong pada orang tua, bahkan kadang-kadang menolak bantuan dari
orang lain. Tidak jarang antara orang tua dan remaja sering terjadi
perbedaan pendapat, sehingga sering terjadi masalah antara mereka.
4). Masa remaja sebagai periode mencari identitas
Pada periode ini, remaja mulai mencari identitas dirinya dengan
mencari dan menemukan sosok atau figur seseorang yang dapat
22
dijadikan idolanya. Mereka sering mengidolakan sosok pribadi yang
ideal baginya.
5). Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan
Kenyataan yang ada dalam masyarakat adalah pandangan yang negatif
terhadap para remaja. Remaja seringkali takut kalau tidak mampu
mengatasi masalah-masalahnya yang akan berpengaruh terhadap
konsep dirinya.
6). Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis
Pada periode ini, remaja cenderung melihat segala sesuatu sesuai
dengan keinginan dan bukan seperti apa adanya, mereka cenderung
bercita-cita tinggi tanpa melihat keadaan yang sebenarnya.
7). Masa remaja adalah masa ambang dewasa. Mereka masih belum
mampu bersikap rasional dan objektif terhadap dirinya dan juga
lingkungannya. Hal ini sering membuat remaja mengalami kegagalan
dan kekecewaan.
8). Masa remaja sebagai masa perkembangan organ-organ seksual. Pada
periode ini, baik remaja pria maupun remaja putri mulai menunjukkan
perannya sebagai laki-laki ataupun wanita, serta mulai mengaitkan diri
pada teman lawan jenisnya dalam pergaulannya sehari-hari.
Berbagai perubahan yang terjadi pada masa remaja,
menyebabkan remaja mulai bertanya-tanya tentang dirinya, membuat
mereka mulai tertarik untuk mencari jawaban tentang apa yang terjadi
pada dirinya melalui berbagai cara. Tugas seorang konselor di sekolah
23
adalah membantu remaja-remaja ini menemukan jawaban atas apa yang
menjadi kesulitan mereka dalam usaha menjadi pribadi yang utuh. Oleh
karena itu, agar kedua belah pihak dapat saling menguntungkan, maka
antara konselor dan siswa harus terjadi relasi yang harmonis, dan untuk
mencapai tujuan tersebut, penting bagi konselor sekolah mengetahui
harapan para siswa akan kompetensi konselor itu sendiri terhadap
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survey.
Menurut Furchan (1982:424) survey digunakan untuk melukiskan variabel,
atau membandingkan keadaan variabel dengan kriteria yang telah di tetapkan
sebelumnya/ menilai keefektifan program, atau untuk menyelidiki hubungan
antar variabel atau menguji hipotesis. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
penelitian deskriptif dengan metode survey, yaitu untuk mengumpulkan
informasi tentang harapan para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
tahun ajaran 2007/2008, mengenai kompetensi konselor, sehingga akan
diperoleh kesimpulan tentang kompetensi konselor yang diharapkan oleh
siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.
B. Variabel Penelitian
Variabel merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian dalam suatu penelitian (Suharsimi, 2006: 118). Variabel yang
dipakai dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, karena objek dalam
penelitian ini adalah kompetensi konselor.
25
C. Populasi dan Sampel
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas
(SMA) BOPKRI 2 Yogyakarta. Secara khusus, peneliti hanya mengambil
siswa kelas XI, dengan alasan waktu pelaksanaan penelitian berdekatan
dengan ujian akhir sekolah, sehingga pihak sekolah tidak mengijinkan siswa
kelas XII untuk dijadikan subjek penelitian, siswa kelas X dipandang belum
begitu mengenal secara baik pelayanan BK di sekolah karena termasuk siswa
baru dan belum begitu banyak mengikuti kegiatan BK. Siswa yang duduk di
bangku kelas XI ini berumur antara 15-17 tahun, yang mayoritas berasal dari
daerah Yogyakarta, dan beberapa berasal dari luar Yogyakarta, bahkan luar
Jawa.
1. Populasi
Menurut Donald Ary dalam Furchan (1982:189), populasi adalah
semua anggota sekelompok orang, kejadian, atau objek yang telah
dirumuskan secara jelas. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi
kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008, yang
berumur antara 15-17 tahun. Jumlah keseluruhan siswa kelas XI ini adalah
271 orang, yang terbagi dalam 8 kelas XI dengan rincian sebagai berikut:
KELAS JUMLAH SISWAXI IPA 1 34XI IPA 2 35XI IPA 3 31XI IPS 1 39XI IPS 2 39XI IPS 3 37XI IPS 4 34
XI BAHASA 22TOTAL 271
26
2. Sampel
Menurut Donald Ary dalam Furchan (1982:189), sampel survey
adalah kelompok kecil yang diamati (sebagian) dari populasi yang
dijadikan subjek penelitian. Dalam penelitian ini, penulis hanya
menggunakan sampel sebagai subjek penelitian. Untuk menentukan
sampel, peneliti menggunakan sampel acak (random sampling). Mula-
mula, penulis menentukan persentase jumlah sampel yang akan di
gunakan, yaitu 50% dari jumlah populasi. Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah 271 siswa, sehingga di dapatkan sampel penelitian
271 x 50% = 135 siswa. Namun pada prakteknya, sampel yang diperoleh
tidak mencapai jumah 135 siswa, melainkan hanya 118 siswa atau 43,
54%-nya saja dari jumlah populasi. Hal itu tidak menjadi masalah bagi
penelitian ini karena menurut Donal Ary (Furchan, 1982:198), penelitian
deskriptif biasanya menggunakan sampel yang lebih besar, dan biasanya
dianjurkan untuk mengambil 10 – 20 % dari populasi yang dapat
dijangkau. Jumlah sampel penelitian yang berjumlah 118 siswa tersebut
terbagi dalam 4 kelas. Untuk memudahkan pengambilan data penelitian,
maka penulis mengacak kelas yang dapat dijadikan sampel penelitian.
Berdasarkan undian, maka kelas-kelas yang menjadi sampel penelitian
adalah:
27
§ Kelas XI IPS I = 38 siswa
§ Kelas XI IPS III = 29 siswa
§ Kelas XI Bahasa = 22 siswa
§ Kelas XI IPA I = 29 siswa +
TOTAL 118 siswa
Dengan begitu maka sampel penelitian telah ditentukan, yaitu 118
siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.
D. Alat Ukur
1. Bentuk dan Format Pernyataan
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
kuesioner yang terdiri dari beberapa item pernyataan. Penentuan skor
untuk setiap jawaban adalah sebagai berikut:
a. Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable), jawaban “Ya”
diberi skor 1 dan jawaban “Tidak” diberi skor 0.
b. Untuk pernyataan yang bersifat negatif (Unfavorable), jawaban “Ya”
diberi skor 0 dan jawaban “Tidak” diberi skor 1.
Subjek diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang
telah disediakan pada setiap pernyataan, dengan cara memberikan tanda
centang ( ) pada kolom alternatif jawaban. Setelah itu, jawaban-jawaban
diberi skor kemudian diakumulasi untuk mengungkap harapan siswa
terhadap kompetensi konselor sekolah mereka. Semakin tinggi skor total
pada setiap item, maka hal itu menunjukkan bahwa siswa sungguh
28
mengharapkan konselor yang memiliki kompetensi seperti yang tercantum
dalam pernyataan item.
2. Kisi-kisi Kuesioner
Kisi-kisi kuesioner kompetensi konselor yang diharapkan siswa
SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 adalah sebagai
berikut:
Tabel 1Kisi-kisi kuesioner kompetensi konselor yang diharapkan siswa kelas XISMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 sebelum uji coba
No AspekKompetensi
Subkompetensi Indikator NomorItem
1. Pedagogik Memahami landasankeilmuan danpendidikan
Memahamikarakteristik individusecara utuh
1-3
Memahami prosespembentukanperilaku individudalam pendidikan
4,5
Menguasai konsepdasar danmengimplementasikanprinsip-prinsippendidikan
Mampu memilih danmenggunakan alat-alat pendidikan
6-8
2. Kepribadian Menampilkankeutuhan pribadikonselor
Berperilakumembantu sesuaikeimanan terhadapTuhan YME
26,28
Mengkomunikasikansecaraverbal/nonverbalminat tulus dalammembantu orang lain
9-13
Sikap hangat danperhatian pada siswa
14-18
29
Menghormati siswasebagai pribadi yangberharga danbertanggung jawab
19,20
Mampu meyakinkanbahwa siswamempunyaikemampuan untukmemecahkanmasalah, menata danmengaturkehidupannya
21-25
Empati dan atribusiyang tepat
76-78,27
Mempunyai kontroldiri yang baik
79, 80,29
Berfikir positifterhadap orang laindan lingkungannya
81
Berperilaku etik danprofesional
Bersikap tidakmendikte siswa untukberperilaku atauperpikir sepertikehendak kuesioner
31
Menghindari sikapprasangka danstereotip terhadapsiswa
32
Menghargai nilai-nilai pribadi siswa
33-37
Pengelolaan dirisecara efektif
38-42
Menjalin relasi yangbaik dengan guru-guru dan karyawan disekolah
43, 44,30
Konsisten dalamberperilaku sesuaikode etik dan profesi
45-50
30
3. Profesional Memfasilitasiperkembanganindividu
Memilih strategiintervensiperkembanganindividu sesuaidengan kebutuhandan karakteristikindividu dankelompok
82
Menciptakanlingkungan yangkondusif bagiperkembanganindividu
51-53
Memiliki komitmenuntuk meningkatkankemampuanprofesional
Menyelenggarakanlayanan BK yangdapatdipertanggungjawab-kan
54-57
Memahami bidang-bidang garapan BK
Terampilmemberikanpelayanan BK pribadisosial
58-60
Terampilmemberikanpelayanan BK karir
61-64
Terampilmemberikanpelayanan BK belajar
65-66
Menguasaipendekatan-pendekatan danteknik-teknik BK
Terampilmenggunakan teknik-teknik BK individualdan kelompok
67, 83-86
Mampu menggunakanmedia BK
Mengembangkanalat/media BK
68
Menggunakan mediadalam layanan BK
69-72
4. Sosial Menguasai landasanbudaya
Memahami ragambudaya yang dapatmempengaruhiperilaku individu dankelompok
73-75
TOTAL ITEM 86
31
E. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur
1. Validitas Kuesioner
Menurut Masidjo (1995:242), validitas suatu alat ukur adalah
taraf sampai di mana suatu alat ukur, mengukur apa yang seharusnya
diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diharapkan, dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat (Arikunto, 1989:136). Menurut Azwar (2007: 5-6), validitas
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen pengukur dapat
dikatakan memiliki validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan
fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut.
Validitas terdiri dari : (1) Validitas isi yaitu suatu validitas yang
menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat ukur mencerminkan
hal-hal yang akan diukur, (2) validitas konstruksi atau konsep yaitu
validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes alat ukur sesuai
dengan konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau konsep teoritis yang
mendasari disusunnya alat-alat ukur tersebut, (3) validitas kriteria yaitu
suatu validitas yang memperhatikan hubungan yang ada antara alat ukur
dengan alat ukur lain yang berfungsi sebagai kriteria(Masidjo, 1995:243).
Validitas yang digunakan dalam kuesioner ini adalah validitas isi.
Proses pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana isi tes
mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur (Azwar, 2007:45). Validitas
32
isi pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Ada
beberapa hal yang dilakukan para ahli dalam mempertimbangkan validitas
isi dari sebuah tes antara lain sebagai berikut: mengamati dan mengoreksi
aitem-aitem yang telah dibuat oleh peneliti, serta memberikan
pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut telah menggambarkan atribut
yang hendak diukur. Dalam hal ini, pertimbangan tersebut berdasarkan
pada pertanyaan “apakah semua indikator dalam aspek kompetensi
konselor telah tercakup dalam pernyataan dalam tes?” (Sukardi, 2007:
123).
Dalam penelitian ini, validitas alat ukur dipertimbangkan oleh
Dra. M. M. Sri Hastuti, M. Si sebagai dosen pembimbing yang sekaligus
sebagai orang yang telah memiliki kompetensi di bidang Bimbingan dan
Konseling. Pertimbangan ini dilakukan dengan mengamati dan
mengoreksi item-item yang telah dibuat oleh penulis, kemudian
mengkomunikasikannya kepada penulis bila ada kesalahan atau
ketidakcocokan antara aspek kompetensi dengan isi pernyataan aitem, juga
memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut dapat
menggambarkan atribut yang hendak diukur yaitu kompetensi konselor.
2. Uji Daya Diskriminasi
Dalam seleksi aitem skala psikologi yang mengukur atribut
afektif, parameter yang paling penting adalah daya beda atau disebut juga
daya diskriminasi aitem (Azwar, 2007: 58). Artinya adalah kemampuan
33
item untuk membedakan antara subjek yang mengharapkan atribut yang
diukur dengan yang tidak. Pengujian daya diskriminasi aitem itu dilakukan
dengan melakukan komputasi koefisien korelasi antara skor-skor item
dengan skor-skor skala, sehingga akan menghasilkan koefisien korelasi
aitem total (riX). Adapun rumus yang digunakan untuk mencari riX, adalah
dengan menggunakan formula Pearson (Azwar, 2007: 60) yaitu :
riX = [ ][ ]∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−
nXXnii
nXiiX
/)((/)(
/))((2222
Keterangan :
i : Skor item
X : Skor total
n : Banyaknya subjek
Untuk mengoptimalkan fungsi skala, maka pemilihan item-
itemnya didasarkan pada besarnya koefisien korelasi yang mendekati
angka 1,00, hal itu menunjukkan bahwa daya diskriminasi item baik.
Adapun kriteria pemilihan item berdasar korelasi item-total, biasanya
digunakan batasan riX 0,30. Bila koefisien korelasi item dibawah 0,30,
maka item dinyatakan gugur, artinya bahwa item tersebut tidak mampu
membedakan antara subjek yang mengharapkan atribut yang diukur
dengan yang tidak. Sedangkan nilai item diatas 0,30 dianggap baik atau
layak. Dalam penelitian ini diperoleh riX > 0, 30, artinya bahwa item-item
kuesioner untuk mengambil data penelitian tersebut mampu untuk
membedakan antara subjek yang mengharapkan atribut yang diukur
34
dengan yang tidak. Data koefisien item total dari item-item kuesioner
ujicoba dapat dilihat pada lampiran 3.
Dari hasil ujicoba, diketahui bahwa dari 86 item, terdapat 14 item
yang gugur karena tidak memenuhi syarat riX 0,30. Dari 14 item yang
gagal, ada 2 nomor yang menjadikan salah satu indikator dari kompetensi
kepribadian menjadi tidak terwakili, yaitu nomor 19 dan 20. Oleh karena
itu, penulis melakukan revisi yaitu dengan mengganti rumusan isi
pernyataan kedua aitem tersebut, menjadi nomor 73 dan 74. Secara
terperinci, akan diuraikan berikut:
Item Gagal Item RevisiMenghargai pendapat siswa (19) Mau mendengarkan pendapat siswa
(73)Menghargai usaha/kerja keras siswa(20)
Memberikan pujian sebagai bentukpenghargaan atas keberhasilan usahadan kerja keras siswa (74)
Item-item yang lolos tetap dipertahankan untuk penelitian
selanjutnya ditambah dengan item revisi, sehingga jumlah item lolos yang
awalnya berjumlah 72 butir kemudian ditambah 2 butir, menjadi 74 butir
item. Pada awalnya, penulis menggunakan pernyataan favorable pada
seluruh item, namun dari pengalaman saat pengambilan data ujicoba dan
hasil ujicoba tersebut, penulis mempunyai kesan bahwa dari semua item
yang merupakan pernyataan favorable, tentunya siswa akan cenderung
menjawab “Ya”. Hal itu didukung dari bahasa verbal yang terlontar
spontan dari beberapa siswa. Beberapa dari mereka mengatakan “wah
35
jawabannya kok “Ya” semua?”, dari sebab itu penulis menarik beberapa
kesimpulan :
1. Dengan pernyataan positif dalam setiap item, siswa akan cenderung
menjawab “Ya”. Namun hal itu menimbulkan pertanyan bagi penulis,
apakah jawaban “Ya” yang mereka berikan memang jujur dari diri
pribadi siswa, ataukah mereka hanya menebak-nebak “mungkinkah ini
yang diharapkan oleh penulis?”
2. Siswa berfikir, daripada saya jawab “Ya” semua, lebih baik ada
beberapa yang saya jawab “Tidak”. Maka data yang diperoleh menjadi
tidak valid.
Kesimpulan diatas membuat penulis membagi 74 item lolos, dalam bentuk
pernyataan favorable (positif) dan unfavorable (negatif), sehingga
distribusinya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2Distribusi kisi-kisi kuesioner kompetensi konselor yang diharapkan siswa
kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 setelahdirevisi
Aspek Subkompetensi Indikator favorable unfavorablePedagogik Memahami
landasankeilmuan danpendidikan
Memahamikarakteristik individusecara utuh
2 1 ,3
Memahami prosespembentukan perilakuindividu dalampendidikan
4,5 -
Menguasaikonsep dasar danmengimplementasikan prinsip-prinsippendidikan
Mampu memilih danmenggunakan alat-alatpendidikan
6, 7 8
36
Kepribadian Menampilkankeutuhan pribadikonselor
Berperilaku membantusesuai keimananterhadap Tuhan YME
20 22
Mengkomunikasikansecara verbal/nonverbalminat tulus dalammembantu orang lain
9 10, 11, 12
Sikap hangat danperhatian pada siswa
13, 15 14, 16
Menghormati siswasebagai pribadi yangberharga danbertanggung jawab
74 73
Mampu meyakinkanbahwa siswamempunyaikemampuan untukmemecahkan masalah,menata dan mengaturkehidupannya
17, 19 18
Empati dan atribusiyang tepat
63, 64, 21 -
Mempunyai kontrol diriyang baik
- 65, 66, 23
Berfikir positifterhadap orang lain danlingkungannya
- 67
Berperilaku etikdan profesional
Bersikap tidakmendikte siswa untukberperilaku atauperpikir sepertikehendak kuesioner
- 25
Menghindari sikapprasangka dan stereotipterhadap siswa
- 26
Menghargai nilai-nilaipribadi siswa
27, 30 28, 29
Pengelolaan diri secaraefektif
32, 35 31, 33, 34
37
Menjalin relasi yangbaik dengan guru-gurudan karyawan disekolah
24, 37 36,
Konsisten dalamberperilaku sesuai kodeetik dan profesi
39, 41 38, 40
Profesional Memfasilitasiperkembanganindividu
Memilih strategiintervensiperkembangan individusesuai dengankebutuhan dankarakteristik individudan kelompok
- 68
Menciptakanlingkungan yangkondusif bagiperkembangan individu
42, 43 -
Memilikikomitmen untukmeningkatkankemampuanprofesional
Menyelenggarakanlayanan BK yang dapatdipertanggungjawab-kan
45, 47 44, 46
Memahamibidang-bidanggarapan BK
Terampil memberikanpelayanan BK pribadisosial
48, 50 49
Terampil memberikanpelayanan BK karir
53 51, 52
Terampil memberikanpelayanan BK belajar
55 54
Menguasaipendekatan-pendekatan danteknik-teknik BK
Terampil menggunakanteknik-teknik BKindividual dankelompok
69, 71, 72 56, 70
Mampumenggunakanmedia BK
Mengembangkanalat/media BK
57 -
Menggunakan mediadalam layanan BK
58, 59 -
Sosial Menguasailandasan budaya
Memahami ragambudaya yang dapatmempengaruhi perilakuindividu dan kelompok
60, 61 62
TOTAL 39 35
38
3. Reliabilitas Kuesioner
Reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam
beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap sekelompok subjek yang
sama, akan tetap diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar 2007: 4).
Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas (rxx) yang angkanya
berada dalam rentang 0 – 1,00. Semakin tinggi suatu koefisien reliabilitas
hingga mendekati angka 1,00, maka nilai reliabilitasnya juga tinggi.
Reliabilitas kuesioner dihitung dengan rumus koefisien alpha )
(Cronbach) sebagai berikut :
= 2[1 - 2
22
21
xsss +
Keterangan :
21s dan 2
2s = skor tiap item
2xs = skor total (Azwar,2007:87)
Melalui program SPSS for windows versi 12,0, dihasilkan rxx =
0,958. Angka tersebut menunjukkan bahwa kuesioner kompetensi
konselor yang telah diujicobakan sebelumnya, layak untuk digunakan
dalam pengambilan data penelitian.
39
F. Pelaksanaan Uji Coba dan Penelitian
Untuk mendapatkan alat penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan mutunya, maka alat ukur diujicobakan terlebih
dahulu. Sebelum diujicobakan, alat tersebut terlebih dahulu harus memenuhi
tuntutan validitas isi yang diperoleh dari pertimbangan ahli yaitu
pertimbangan dari dosen pembimbing.
1). Pelaksanaan Uji coba
Ujicoba dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2008. Jumlah item
yang dipakai dalam ujicoba ini adalah 86 butir sesuai dengan kisi-kisi.
Penulis menyebarkan kuesioner kepada 31 orang siswa kelas XI (IPS 2
SMA BOPKRI 2 Yogyakarta). Kelas yang telah terpilih sebagai subjek
ujicoba ini, tidak disertakan dalam penelitian selanjutnya.
Hasil dari data ujicoba tersebut kemudian dihitung daya beda dan
reliabilitasnya. Item-item yang lolos adalah item-item yang memenuhi
kriteria riX 0,30. Item yang lolos tersebut dijadikan alat penelitian.
Untuk menguji reliabilitas skala, digunakan koefisien alpha ( ) Cronbach.
Dari 86 item yang diujicobakan, 14 aitem dianggap gagal karena tidak
memenuhi kriteria riX 0,30 sehingga penulis memutuskan membuang 14
item gagal tersebut, sehingga jumlah item yang tersisa menjadi 72. Namun
ada 2 nomor yang menjadi salah satu indikator kompetensi kepribadian
menjadi tidak terwakili, yaitu nomor 19 (Menghargai pendapat siswa) dan
20 (Menghargai usaha/kerja keras siswa). Oleh karena itu, penulis
40
membuat kembali rumusan pernyataan item kuesioner untuk mengganti
item yang gagal, menjadi nomor 73 (Mendengarkan pendapat siswa,
namun sering menyela dan mencela pendapat siswa) dan 74 (Memberi
pujian atas keberhasilan usaha dan kerja keras siswa), sehingga jumlah
item penelitian menjadi 74 butir.
2). Penelitian
Penelitian dilakukan pada hari Rabu tanggal 28 Mei 2008, di
SMA BOPKRI 2 Yogyakarta untuk 118 siswa (43, 54%) dari jumlah
keseluruhan siswa kelas XI yaitu 271 siswa. Penelitian dilaksanakan pada
118 siswa yang terbagi dalam 4 kelas, dengan rincian sebagai berikut:
§ Kelas XI IPS I : jam ke-4, 09.30-10.00 (30 menit) = 38 siswa
§ Kelas XI IPS III : jam ke-5, 10.30-11.00 (30 menit) = 29 siswa
§ Kelas XI Bahasa : jam ke-6, 11.30-11.55 (25 menit) = 22 siswa
§ Kelas XI IPA I : jam ke-8, 13.10-13.30 (20 menit) = 29 siswa +
118 siswa
G. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas, sama
dengan teknik yang digunakan untuk ujicoba yaitu dengan komputasi SPSS
for windows versi 12,0. Koefisien reliabilitas alpha ) Cronbach diperoleh
rxx = 0,959. Hal ini menunjukkan tingkat reliabilitas yang tinggi. Namun bila
dilihat per item, dari 74 item yang dijadikan data penelitian, terdapat 6 item
41
yang berada dibawah rix = 0,30, yaitu item nomor 8 (0, 035), item nomor 12
(0,277), item nomor 21 (0,137), item nomor 33 (0,042), item nomor 44 (-
0,41), dan item nomor 51 (-0,39). Oleh karena itu, ke-6 item yang dinyatakan
gagal tersebut dibuang, sehingga jumlah item menjadi 68 buah.
Untuk mengetahui kompetensi konselor yang diharapkan siswa dan
tingkat harapannya, digunakan teknik analisis statistik deskriptif yaitu dengan
menghitung mean, standar deviasi dan mengkategorikannya menurut norma
yang telah ditetapkan oleh peneliti. Penulis mengkategorisasikan tingkat
harapan siswa terhadap kompetensi konselor secara umum, yaitu dengan
menggunakan kategorisasi jenjang. Kategori tingkat harapan siswa ini disusun
berdasarkan pendapat Azwar (1999: 108), sebagai berikut :
Xitem -1,5 σ kategori sangat rendah
1,5 σ< Xitem -0,5σ kategori rendah
-0,5σ< Xitem +0,5σ kategori sedang
+0,5σ< Xitem +1,5σ kategori tinggi
+1,5σ< Xitem kategori sangat tinggi
Keterangan :
• Xmaksimum : skor tertinggi yang mungkin diperoleh
setiap item
• Xminimum : skor terendah yang mungkin diperoleh
setiap item
• σ : standar deviasi adalah jarak rentangan
42
yang dibagi dalam 6 satuan deviasi
sebaran
• µ : mean teoretik (rata-rata teoretis dari skor
maksimum dan minimum
Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :
Xitem maksimum : 118 x 1 = 118
Xitem minimum : 118 x 0 = 0
Range : 118 – 0 = 118
σ (item teoretik) : 118 : 6 = 20 (dibulatkan)
µ (item teoretik) : (118+0) : 2 = 59
Tabel 3Kategorisasi kompetensi konselor yang diharapkan siswa
SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008
Penghitungan Skor KategoriX µ -1,5 σX 59 - 30
... - 29 Sangat rendah
µ-1,5 σ< X µ-0,5σ59-30< X 59-10
30 - 49 Rendah
µ-0,5σ< X µ+0,5σ59-10< X 59+10
50 - 69 Sedang
µ+0,5σ< X µ+1,5σ59+10 < X 59+30
70 - 89 Tinggi
µ+1,5σ< X59+30 < X
89 - ... Sangat tinggi
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan memuat hasil penelitian dan jawaban atas masalah
penelitian, yaitu “Bagaimanakah harapan para siswa kelas XI SMA BOPKRI
2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap kompetensi (pedagogik,
kepribadian, profesional dan sosial) konselor?”
A. Deskripsi Data secara umum
Penelitian dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 Mei 2008.
Dari 135 orang subjek penelitian yang ditargetkan untuk diteliti, sebanyak
118 subjek (43, 54%) yang mengisi Kuesioner Kompetensi Konselor.
Meskipun hal ini menyimpang dari rencana awal yang seharusnya, yaitu
pengambilan sampel 50% dari jumlah populasi, namun jumlah tersebut
masih melebihi syarat pengambilan sampel 10-20 % dari populasi jumlah
populasi yang dapat dijangkau (Furchan, 2005: 204).
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Tingkat kompetensi konselor yang diharapkan siswa SMA
BOPKRI 2 Yogyakarta berdasarkan item-item pernyataan kompetensi
konselor yang dipilih siswa, disajikan pada tabel 4 berikut ini:
44
Tabel 4Tingkat kompetensi konselor yang diharapkan siswa SMA BOPKRI 2
Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008
Kategori Skor Jumlahitem
Persentase
Sangat rendah ... - 29 - -Rendah 30 - 49 - -Sedang 50 - 69 - -Tinggi 70 - 89 10 14, 70 %
Sangat Tinggi 90 - ... 58 85, 30 %
Deskripsi data hasil penelitian mengenai kompetensi konselor
yang diharapkan siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008 menunjukkan bahwa 58 item (85, 30%) termasuk pada
kategorisasi sangat tinggi, 10 item (14, 70%) termasuk pada kategorisasi
tinggi, dan tidak ada skor item yang termasuk pada kategori sedang,
rendah dan sangat rendah.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa harapan siswa SMA
BOPKRI 2 Yogyakarta terhadap kompetensi konselor adalah tinggi
bahkan sangat tinggi. Tinggi berarti bahwa siswa mengharapkan konselor
memiliki kompetensi yang dimaksud, sangat tinggi berarti bahwa siswa
sangat mengharapkan konselor memiliki kompetensi yang dimaksud.
Pada tabel 5 akan diuraikan item-item pernyataan kompetensi konselor
yang diharapkan, yang termasuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi
tersebut. Namun mengingat bahwa tidak semua pernyataan adalah
pernyataan positif (favorable), maka penulis mendeskripsikan pernyataan
negatif (unfavorable) ke dalam arti yang positif sesuai dengan kisi-kisi
item sebelum diubah ke dalam bentuk positif (favorable) dan negatif
45
(unfavorable). Deskripsi data hasil penelitian disajikan pada tabel 5 berikut
ini :
Tabel 5Deskripsi data hasil penelitian mengenai kompetensi konselor yang
diharapkan siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran2007/2008
Kategori
Kompetensi Tinggi Sangat Tinggi
Pedagogik • Mau mendengarkan siswayang mengungkapkanperasaannya namun memberibatas waktu tertentusehingga siswa kurangleluasa
(item 1)› 84 siswa menjawab tidakuntuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangtinggi terhadap konselor untuktidak memiliki kompetensitersebut, melainkan siswamengharapkan konselor yangmau memberikan kebebasankepada siswa untukmengungkapkan perasaannya
• Memberikan kebebasankepada siswa untukmengungkapkan pikirannya(item 2)
• Membandingkan siswa satudengan yang lainnya(item3)
› 96 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan berharap konseloryang tidak membandingkansiswa yang satu dengan yanglainnya• Mampu meyakinkan siswa
bahwa siswa dapatmelakukan sesuatu asalkanmau berusaha (item 4)
• Memberikan pujian kepadasiswa atasprestasi/keberhasilan nya(item 5)
• Penuh kasih sayang dalammenghadapi para siswa(item 6)
• Dekat dengan siswa namuntetap disegani (item 7)
Kepribadian • Sopan santun terhadapsesama (item 20)
• Mudah mengeluh saatmengalami keadaan yangtidak menyenangkan (item22)
› 94 siswa menjawab ”tidak”
46
untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangbisa dan mau mensyukuri danmengambil hikmah dari setiapkeadaan• Bersedia menerima siswa
yang ingin mengungkapkankeluh kesahnya (item 9)
• Tidak menghiraukan saatsiswa masuk ke ruang BK(item 10)
› 96 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangmau selalu tersenyum danmemberi sapaan ramah saatsiswa masuk ke ruang BK• Mendengarkan apa yang
disampaikan siswa sambilmengerjakan sesuatu (item11)
› 91 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangmau mendengarkan denganseksama apa yang disampaikansiswa
• Mau berbaur dengan siswasaat jam istirahat, sebagaibentuk perhatian kepadasiswa (item 15)
• Mengetahui siswa yangkelihatan tengah menghadapimasalah(murung/sedih/menyendiri,
• Mampu menjalin relasi yanghangat dan akrab denganguru dan siswa (item 13)
• Menjalin hubungan baikdengan siswa ketika beradadi sekolah saja (item 14)
› 97 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwa
47
tidak seperti biasanya dll),namun tidakmenghiraukannya (item 16)
› 81 siswa menjawab tidakuntuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangtinggi terhadap konselor untuktidak memiliki kompetensitersebut, melainkan siswamengharapkan konselor yangmau menyapa siswa yangkelihatan tengah menghadapimasalah(murung/sedih/menyendiri,tidak seperti biasanya dll)
siswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangmampu menjalin hubunganbaik dengan siswa baik disekolah maupun di luarsekolah
• Mendengarkan pendapatsiswa namun seringmenyela dan mencelanya(item 73)
› 92 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangmau mendengarkan pendapatsiswa dan menghargainya• Memberi pujian atas
keberhasilan usaha dankerja keras siswa (item 74)
• Mampu menumbuhkankepercayaan dalam dirisiswa (item 17)
• Membiarkan siswa yangmerasa minder karenakekurangannya (item18)
› 99 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut, melainkansiswa mengharapkan konseloryang bisa dan bersediamembantu siswa menerimakekurangan yang dimilikinya.• Dapat meyakinkan siswa
bahwa siswa memiliki
48
kemampuan untukmemecahkan sendirimasalah yang tengahdihadapinya (item 19)
• Mampu menenangkan siswayang menangis ketikakonseling (item 63)
• Mampu mengajak siswauntuk mau mengungkapkanmasalahnya pada saatkonseling (item 64)
Mempunyai kontrol diri yangbaik• Diam saja dan masa bodoh,
bila melakukan kesalahanmisal tidak sengajamenyinggung perasaansiswa (item 23)
› 97 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangmau meminta maaf bila secaratidak sengaja menyinggungperasaan siswa atau berbuatkesalahan• Mudah tersinggung (item
65)› 97 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangtidak mudah tersinggung• Mudah marah (item 66)› 100 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yang
49
tidak mudah marah-marah
• Hanya bergaul dengan siswayang satu daerah dengankonselor (item 67)
› 106 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangmau bergaul dengan semuasiswa tanpa membeda-bedakansiswa satu dengan yang lainnya
• Mendikte siswa untukmengikuti kehendakkonselor (item 25)
› 82 siswa menjawab tidakuntuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangtinggi terhadap konselor untuktidak memiliki kompetensitersebut, melainkan siswamengharapkan konselor yangtidak mendikte siswa untukmengikuti kehendak konselor
• Memberikan perhatianhanya kepada siswa yangberprestasi atau kaya saja(item 26)
› 106 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangmampu memberikanperhatian/perlakuan yang samaantara siswayang satu denganyang lainnya• Menghargai spontanitas
siswa dalam menanggapiapa yang disampaikankonselor, saat bimbingankelas berlangsung (item 27)
• Memarahi siswa yang
50
memberikan kritik dan sarankepada konselor tentang dirikonselor (item 28)
› 104 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangmampu menghargai kejujuransiswa yang memberikan kritikdan saran kepada konselortentang diri konselor• Memaksa siswa untuk mau
sependapat denganpemikiran atau gagasankonselor (item29)
› 99 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangmampu menerima bahwa siswatidak selalu sependapat denganpendapat/pemikiran konselor• Menghargai nilai-nilai yang
dianut oleh siswa (item 30)• Disiplin dalam segala hal
(item 35)• Berpenampilan norak (item
31)› 100 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangmemiliki penampilan danperilaku yang wajar namunmenarik• Mampu bertindak tegas
dalam menghadapi siswa(item 32)
• Mudah marah bahkanringan tangan dalam
51
menghadapi siswa yangkurang tertib (item 34)
› 104 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangsabar terutama dalammenghadapi siswa-siswa yangkurang/tidak tertib• Ramah dan terbuka pada
siswa sehingga siswa lebihmerasa nyaman berhadapandengan konselor (item 24)
• Ramah hanya kepada kepalasekolah dan guru tertentu(item36)
› 106 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangramah kepada kepala sekolahdan semua guru• Menghormati siswa,
penjaga sekolah, maupunkaryawan sekolah lain (item37)
• Suka menceritakankejelekan siswa yang satukepada siswa yang lain(item 38)
› 104 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangbisa dipercaya• Jujur (item 39)• Menceritakan masalah
siswa kepada siswa yang
52
lain (item 40)› 96 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangmampu menyimpan rahasia• Tulus dan terbuka dalam
membantu siswa (item 41)Profesional • Memberikan perhatian
hanya kepada siswa yangduduk di depan pada saatbimbingan di kelas (item68)
› 103 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut, melainkansiswa mengharapkan konseloryang mampu memberikanperhatian kepada masing-masing siswa secarakeseluruhan pada saatmemberikan bimbingan dikelas, sehingga tidak ada siswayang merasa diabaikan• Memberi semangat kepada
siswa yang akan mewakilisekolah mengikutilomba/kompetisi (item 42)
• Memberi semangat kepadasiswa untukmengembangkan bakatnyadalam bidang tertentu (item43)
• Mendampingi siswa barudalam kegiatan MOS (item45)
• Membiarkan siswamenyelesaikan masalahnyasendiri tanpa campur tangankonselor (item 46)
› 88 siswa menjawab tidakuntuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yang
• Mampu membantu siswamenemukan manfaat darikegiatan bimbingan yangtelah diberikannya (item 47)
53
tinggi terhadap konselor untuktidak memiliki kompetensitersebut, melainkan siswamengharapkan konselor yangmau dan mampu membantusiswa untuk menemukan jalankeluar atas masalah yangtengah dihadapinya• Memberikan bimbingan
mengenai cara-caramerawat dan menjagakesehatan tubuh (item 48)
• Membiarkan siswa yangkurang percaya diri karenamerasa diri jelek/kurangcerdas/tidak dapat bergauldibandingkan teman-temanlainnya (item 49)
› 97 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangmampu menumbuhkankepercayaan diri siswa yangmemandang diri jelek/kurangcerdas/tidak dapat bergauldibanding teman-temannya• Mampu membantu siswa
menemukankelebihan/kekuatan yangdimilikinya (item 50)
• Membiarkan siswa yangmengalami kesulitan dalammenentukan masa depannya(item 52)
› 91 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangmau dan mampu membantudan membimbing siswa dalammenentukan masa depannya• Memberikan kiat-kiat
meraih sukses di masadepan (item 53)
• Mengetahui kesulitan
54
belajar siswa namun tidakmembantu mengatasinya(item 54)
› 94 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangmampu memahami kesulitanbelajar siswa dan membantumengatasinya• Memberikan kiat-kiat cara
belajar yang menyenangkan(item 55)
• Mengajak siswa untuk lebihaktif ikut serta dalammembuat papan bimbingan(item 57)
• Membiarkan siswa yangtidak aktif dalam kegiatanbimbingan di kelas (item56)
› 97 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengaharapkan konselor yangmampu mendorong siswauntuk aktif dalam kegiatanbimbingan di kelas• Mampu mengajak siswa
untuk aktif dalam kegiatandiskusi kelompok (item 69)
• Memberikan ceramah,namun tidak memberikanwaktu kepada siswa untukbertanya ataumendiskusikannya (item70)
› 93 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memiliki
55
kompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangmampu memberikan ceramahyang menarik yang dapatmembuat siswa lebih aktif dantidak mudah bosan• Terampil membimbing
siswa dalam menenangkanpikiran dan mengendorkanotot-otot yang tegang dikelas (item 71)
• Terampil membimbingsiswa untuk mengambilmanfaat positif dari setiappengalamannya ketikakonseling (item 72)
• Menggunakan media powerpoint dalam menyampaikanmateri bimbingan di kelas(item 58)
• Melatih kepekaan siswaterhadap lingkungan sekitardengan mendiskusikanperistiwa-peristiwa yangditulis di surat kabar (item59)
Sosial • Memahami siswa yangtingkah lakunya berbedadengan budaya lingkungansekolah (misal: bagi orangYogyakarta, makan dengankaki naik ke atas kursiadalah hal yang tidaksopan, namun bagi orangSulawesi/Lampung hal ituadalah sopan (item 60)
• Mampu membantu siswadari luar daerah untukmengenal budayalingkungan tempat diabersekolah (item 61)
• Enggan bertanya kepadasiswa bila bahasanya sulitdipahami oleh konselor(item 62)
› 93 siswa menjawab ”tidak”untuk item ini, artinya bahwasiswa memiliki harapan yangsangat tinggi terhadap konseloruntuk tidak memilikikompetensi tersebut,melainkan siswamengharapkan konselor yangtidak malu untuk bertanyakepada siswa yang bahasanyasulit dipahami oleh konselor
Berdasarkan tabel 5 diatas, terlihat kecenderungan harapan siswa yang
paling banyak, pada kompetensi kepribadian konselor, yang kemudian
56
diikuti oleh kompetensi profesional, kompetensi pedagogik dan
kompetensi sosial.
2. Pembahasan
Sebelum penulis memaparkan mengenai pembahasan, ada
beberapa hal yang ingin penulis sampaikan berhubungan dengan alat
dan pengambilan data penelitian mengenai kompetensi konselor yang
diharapkan oleh siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008. Pertama, bentuk kuesioner dalam penelitian ini adalah
penelitian tertutup, sehingga tidak memungkinkan harapan siswa
terhadap konselor sekolah dapat seluruhnya tertuang dalam penelitian
ini. Kedua, hasil dari penelitian ini bukan hasil yang bersifat abadi atau
sepanjang waktu akan sama, karena harapan setiap orang akan terus
berubah. Artinya bahwa hasil yang diperoleh saat ini, mungkin akan
berbeda di kemudian hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa item-item pernyataan
kompetensi konselor tertentu, dipilih siswa dengan harapan yang tinggi
bahkan sangat tinggi. Item-item tersebut mewakili 4 kompetensi
konselor yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Harapan siswa tinggi
dan sangat tinggi artinya bahwa kemungkinan besar kompetensi-
kompetensi konselor yang tertuang dalam item-item pernyataan, belum
57
terwujud, sehingga siswa begitu mengharapkan konselor memiliki
komptensi tersebut.
Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kompetensi kepribadian konselor yang lebih diharapkan oleh siswa.
Kecenderungan ini mungkin karena kepribadian merupakan hal yang
paling mudah untuk diamati oleh para siswa. Kompetensi ini
mencakup penampilan konselor secara fisik, tingkah laku, sifat-sifat
dan karakter pribadi yang dimiliki oleh seorang konselor. Sebagai
contoh dapat dilihat pada item nomor 31, 36 dan 24. Dalam pernyataan
tersebut siswa mempunyai harapan tinggi kepada konselor perempuan
yang mempunyai penampilan yang menarik, dandanan yang sederhana
tapi tetap terlihat cantik, ramah, murah senyum dan supel dalam
relasinya dengan siswa dan guru-guru. Hal-hal tersebut menarik bagi
siswa karena dengan begitu, siswa menjadi lebih nyaman berada di
dekat konselor. Satu lagi contoh yaitu nomor item 16, konselor yang
mempunyai kepedulian dan perhatian tinggi kepada siswa yang sedang
memiliki masalah, konselor mau menyapa dan menanyakan
perilakunya yang tidak seperti biasanya tersebut. Siswa menjadi lebih
merasa diperhatikan dan mungkin akan jauh lebih terbuka dengan
konselor. Contoh-contoh di atas meskipun sederhana namun cukup
berarti bagi seorang siswa, dan bisa memberikan sedikit gambaran
mengenai harapan siswa terhadap konselor mereka.
58
Ada beberapa kemungkinan yang menjadikan alasan
mengapa siswa sangat mengharapkan konselor memiliki kompetensi
kepribadian, diantaranya adalah :
a) Dilihat dari ciri-ciri masa remaja. Sebagai remaja, siswa memiliki
keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan diri dari
orang-orang disekitarnya termasuk dari konselor sekolah,
meskipun siswa belum matang dalam hal tanggung jawab. Siswa
mengharapkan konselor yang bisa meyakinkan siswa bahwa siswa
mempunyai kemampuan menyelesaikan sendiri masalah yang
dihadapinya, dan konselor akan siap membantu bila siswa
mengalami kesulitan dalam hal ini, dan bisa membantu siswa untuk
menumbuhkan kepercayaan dirinya (Soekanto, 1989:22).
Dukungan semacam ini mampu membuat siswa lebih percaya diri,
dan hal ini diantaranya telah tertuang dalam pernyataan item nomor
17, 18, 19, 73.
b) Sebagai remaja, siswa menginginkan sistem aturan dan nilai yang
sesuai dengan kebutuhan atasnya, yang kadang tidak selalu sama
dengan aturan dan nilai yang dianut oleh orang dewasa. Seringkali
siswa merasa tidak nyaman bila terlalu diatur ketat oleh sekolah
ataupun oleh orang tua mereka. Mereka berpikir bahwa aturan-
aturan yang telah ada, tidak mendukung apa yang menjadi
kebutuhannya atau keinginannya. Mereka merasa tidak bisa bebas
untuk mengaktualisasikan dirinya. Oleh karena itu, konselor
59
diharapkan bisa memberikan pendekatan-pendekatan agar siswa
menjadi lebih dewasa dalam mengikuti aturan-aturan yang telah
ada, bisa lebih menghargai bahwa siswa sedang berada dalam
tahap menuju kedewasaan dan masa pencarian jati dirinya
(Soekanto, 1989:22). Hal ini bisa dilakukan dengan menghargai
nilai-nilai yang dianut siswa, tidak mendikte siswa untuk
melakukan apa yang menjadi kehendak konselor. Harapan-harapan
siswa tersebut diantaranya telah tertuang dalam item nomor 25, 27,
28, 29 dan 30.
c) Seperti yang telah disampaikan pada paragraf sebelumnya, bahwa
kepribadian merupakan hal yang paling mudah diamati, karena
mencakup penampilan fisik, tingkah laku, sifat-sifat dan karakter
pribadi konselor. Jadi pada dasarnya jika konselor memiliki pribadi
yang selalu merasa nyaman dalam kebersamaannya dengan orang
lain, penuh percaya diri mampu membuat siswa merasa nyaman
berada didekat konselor, maka dengan sendirinya konselor akan
menjadi pribadi yang menarik bagi siswa.
Harapan siswa tersebut diatas, juga mendukung penelitian
sebelumnya mengenai ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang
diharapkan siswa yang dilakukan oleh Marcella (2005) dengan subjek
penelitian adalah siswa kelas I dan II SMA GAMA Yogyakarta tahun
ajaran 2004/2005. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa
mengharapkan konselor yang berkepribadian hangat dan terbuka,
60
dewasa, mampu bersikap objektif dan fleksibel, mampu menjalin
komunikasi yang baik dengan orang lain, berempati, menjalin relasi
dengan orang lain, memberi dukungan, menghargai pribadi, memiliki
wawasan yang luas, bebas dari kecenderungan menguasai siswa. Hasil
penelitian serupa yang dilakukan oleh Sutrinah (2004), pada siswa
kelas I dan II SMU Stella Duce 1 Yogyakarta, menunjukkan bahwa
siswa mengharapkan konselor yang dewasa, fleksibel dan objektif,
hangat dan terbuka, mampu berelasi dengan orang lain, mampu
menghargai siswa, bebas (apa adanya), memahami ungkapan perasaan
siswa, memiliki intelegensi yang tinggi, mampu berempati,
berwawasan luas, mampu berkomunikasi, sportif, dan bukan sebagai
pengambil keputusan bagi siswa.
Kompetensi kepribadian konselor ternyata menjadi kompetensi
yang paling diharapkan siswa dibandingkan kompetensi sosial.
Kompetensi sosial dalam penelitian ini terbatas pada kemampuan
konselor memahami ragam budaya yang dapat mempengaruhi perilaku
individu siswa maupun kelompok. Hal ini sesuai dengan isi
kompetensi sosial menurut Standar Kompetensi Konselor Indonesia
dalam konteks PP nomor 19 tahun 2005, yang lebih menekankan pada
pemahaman konselor terhadap seluk beluk budaya masyarakat sekitar
yang dalam hal ini adalah lingkup sekolah. Item-item pernyataan
tentang kompetensi sosial ini dipilih siswa dengan harapan yang tinggi
bahkan sangat tinggi. Hal ini dikarenakan mungkin, siswa pernah
61
mengalami pengalaman di masa lalu, mungkin pada saat SMP atau
awal-awal SMA. Pengalaman itu bertolak belakang dengan apa yang
tercantum dalam item-item pernyataan, sehingga siswa begitu
mengharapkan konselor memiliki kompetensi sosial ini.
Kompetensi profesional adalah kompetensi dimana konselor
wajib memiliki kemampuan untuk memahami karakteristik pribadi
siswa, materi bimbingan yang inheren pada pribadi siswa, teknik
membantu dan sejumlah kompetensi tambahan lainnya yang secara
simultan mengarah ke konseling yang peduli terhadap kemaslahatan
peserta didik (ABKIN, 2006:6). Dalam penelitian ini, item-item
pernyataan kompetensi profesional dibatasi hanya pada kompetensi
yang dapat diamati langsung oleh siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa item-item pernyataan
kompetensi profesional konselor juga dipilih siswa dengan harapan
yang tinggi bahkan sangat tinggi. Kemungkinan alasan mengapa item-
item pernyataan kompetensi ini begitu diharapkan siswa, antara lain:
a) Siswa membutuhkan seseorang yang bisa memberikannya
semangat dan dukungan dalam melakukan segala hal yang positif
yang mendukung perkembangan pribadi siswa, karena berpengaruh
pula pada kepercayaan diri siswa. Mengingat bahwa siswa adalah
remaja yang memiliki keinginan kuat untuk bisa mendapatkan
kepercayaan diri, oleh karena itu konselor diharapkan mampu
memberikan dukungan kepada siswa, sehingga siswa siap
62
menerima segala sesuatu yang akan terjadi pada dirinya. Item-item
yang mewakili kemampuan ini adalah item-item nomor 42 dan 43.
b) Siswa adalah remaja yang sedang dalam masa perubahan.
Perubahan tersebut terdiri dari perubahan fisik, perubahan dalam
minat sosial, juga perubahan emosi. Perubahan tersebut membawa
siswa kepada sesuatu yang baru, dan mungkin siswa mengalami
kebingungan untuk memahami perubahan dalam dirinya tersebut.
Oleh karena itu item-item pernyataan kompetensi nomor 45, 46,
47, 48, 49, 50, 52, 53, 54, 55 dipilih siswa karena sesuai dengan
kebutuhannya.
Selain subkompetensi-subkompetensi di atas, ada beberapa
hal lagi yang termasuk dalam kompetensi profesional yaitu melakukan
dan mengelola penelitian yang berguna bagi pelayanan bimbingan dan
konseling, menguasai teknik-teknik dalam konseling, mengelola
layanan bimbingan yang sesuai dengan tugas perkembangan siswa dan
lain sebagainya. Tentunya hal-hal tersebut tidak bisa diamati langsung
oleh siswa, sehingga harapan siswa terhadap kompetensi profesional
konselor menjadi terbatas hanya pada kegiatan-kegiatan konselor yang
dapat diamati langsung oleh siswa seperti yang telah diungkapkan
dalam pernyataan pernyataan harapan siswa pada hasil penelitian di
atas.
Kompetensi pedagogik berarti konselor yang mampu
membantu siswa untuk menerima dan memahami dirinya,
63
mengembangkan segala aspek kehidupannya secara utuh, dan mampu
mengaktualisasikannya (Pengurus Besar ABKIN, 2006:6). Hasil
penelitian menunjukkan item-item pernyataan yang memuat
kompetensi pedagogik, dipilih siswa dengan harapan yang tinggi
bahkan sangat tinggi. Alasan item-item pernyataan ini dipilih siswa
mungkin karena: 1). Siswa adalah remaja yang sedang dalam proses
pencarian identitas, dengan mencari dan menemukan sosok yang ideal
untuk dijadikan panutan atau idola. Konselor yang penuh kasih sayang
dan bisa dekat dengan siswa, tentunya akan membuat siswa merasa
nyaman dan senang dengan sosok konselornya. Hal ini bisa menjadi
gambaran baginya untuk menemukan apa yang terbaik bagi dirinya. 2).
Siswa memiliki keinginan yang kuat untuk bisa mendapatkan
kepercayaan diri dari orang lain termasuk oleh konselor. Untuk
mendapatkan kepercayaan diri tersebut, tentunya siswa berharap
konselor bisa memberikan kebebasan kepada siswa untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya, bisa memandang siswa
sebagai pribadi yang berharga, yang berbeda dengan yang siswa
lainnya, selain itu kasih sayang dan hubungan konselor dengan siswa
juga dapat mempengaruhi kepercayaan diri siswa.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi konselor yang
diharapkan oleh para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun
ajaran 2007/2008.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
metode survey. Sampel penelitian ini diambil secara acak sebanyak 118 siswa
(43, 54%) dari total jumlah siswa sebanyak 271 siswa.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang disusun
berdasarkan referensi dari alat yang telah disusun oleh Marcella (2005:59),
dan sebagian besar disusun berdasarkan Standar Kompetensi Konselor yang
telah disusun oleh Pengurus Besar ABKIN (Pengurus Besar Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia, 2006:6). Alat tersebut memuat empat
aspek kompetensi yang harus dimiliki seorang konselor yaitu kompetensi
kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi
sosial. Kuesioner tersebut diujicobakan kepada 31 siswa SMA BOPKRI 2
Yogyakarta dengan 86 item favorable, dan menyisakan 74 item yang
memenuhi kriteria reliabilitas dan ujidaya beda riX > 0, 30 dengan 2 item
tambahan. Kuesiner yang telah di revisi, kemudian dijadikan alat pengumpul
data penelitian dan disebarkan kepada 118 siswa SMA yang sama. Dari hasil
penelitian tersebut ternyata 6 item tidak memenuhi kriteria riX > 0, 30,
65
sehingga item-item tersebut tidak digunakan, jadi tersisa 68 item yang
digunakan dalam penelitian ini.
Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan statistik deskriptif,
yaitu dengan menghitung mean, standar deviasi dan mengkategorikan skor-
skor item pernyataan kompetensi konselor yang diharapkan siswa menurut
norma yang telah ditetapkan. Penulis mengkategorisasikan tingkat harapan
siswa terhadap kompetensi konselor dengan menggunakan kategorisasi
jenjang berdasarkan pendapat Azwar (1999:108) yaitu ketegori sangat rendah,
rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa, item-item pernyataan
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi pedagogik dan
kompetensi sosial, dipilih siswa dengan harapan yang tinggi dan sangat tinggi.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian dan pembahasan
yang telah dituliskan pada bab sebelumnya adalah kompetensi-kompetensi
kepribadian, profesional, sosial dan pedagogik dipilih siswa dengan harapan
yang tinggi dan sangat tinggi. Artinya adalah, kompetensi-kompetensi tersebut
sungguh diharapkan siswa untuk dimiliki oleh konselor. Hal itu menunjukkan
bahwa sejauh pengamatan dan pemahaman siswa, hal-hal yang tercantum
dalam item-item pernyataan kompetensi konselor, belum terwujud.
66
Saran-saran
Berikut ini akan dikemukakan saran-saran untuk berbagai pihak:
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai
gambaran umum untuk memilih calon-calon konselor sekolah yang akan
bertugas di sekolahnya, dan juga sebagai dasar penilaian terhadap
profesionalitas konselor sekolah.
2. Konselor
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada
konselor sekolah untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi sebagai
konselor yang profesional, dan dalam rangka memperbaiki kualitas
pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa di
sekolah.
3. Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan atau bahan
pertimbangan penelitian lain. Kuesioner penelitian ini bersifat tertutup,
sehingga tidak memungkinkan seluruh harapan siswa tertuang dalam
penelitian ini. Ada baiknya apabila penelitian akan dilakukan di tempat
yang sama, atau memiliki tujuan penelitian sama, hendaknya bisa
membuat kuesioner yang memungkinkan harapan siswa tertuang
sepenuhnya, mungkin dengan membuat kuesioner yang bersifat terbuka.
67
DAFTAR PUSTAKA :
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik .Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2007. Reliabilitas dan Validitas . Yogyakarta: PustakaPelajar.
______________ . 2007. Penyusunan Skala Psikologi . Yogyakarta: PustakaPelajar
Furchan, Arif. 1982. “Pengantar Penelitian dalam Pendidikan . Surabaya:Usaha Nasional.
Gunarto, Petrus. 2008. Deskripsi Asertivitas antar Anggota Cell Group diJoy Fellowship tahun 2007/2008 dan Implikasinya terhadap UsulanTopik-Topik Program Pelatihan Asertivitas . Skripsi Sarjana.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma (Tidak Diterbitkan).
Hurlock, Elizabeth. 1992. “Perkembangan Anak Jilid 2 . Jakarta : Erlangga
Irwanto,dkk. 1989. Psikologi Umum . Jakarta : PT. Gramedia.
Kartono,Kartini,dkk. 1985. Kepribadian Siapakah Saya? . Jakarta :CV. Rajawali.
May, Rollo. 2003. Seni Konseling . Yogyakarta : Pustaka Penerbit.
Marcella. 2005. “Ciri-Ciri Kepribadian Guru Pembimbing yang DiinginkanSiswa Kelas I dan II SMA GAMA Yogyakarta Tahun Ajaran2004/2005 . Skripsi Sarjana. Yogyakarta: Universitas SanataDharma (Tidak Diterbitkan)
Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah .Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Pengurus Besar ABKIN. 2006. Penjelasan Standar Kompetensi KonselorIndonesia dalam Konteks PP Nomor 19 Tahun 2005 . Bandung
R. Thantawy. 2005. Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling . PenerbitGramedia Widiasarana Indonesia.
Sugiyono. 1999. Statistika Untuk Penelitian . Bandung : CV. Alfabeta
68
Sujanto, Agus (dkk). 1984. “Psikologi Kepribadian . Jakarta : Aksara Baru
Soekanto, S. 1989. Remaja dan Pola Rekreasinya . Jakarta: Gunung Mulia.
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi danPraktiknya”. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sutrinah, Margareta. Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing menurutPersepsi Siswa kelas I dan II SMU Stella Duce I Yogyakarta TahunAjaran 2002/2003 . Skripsi Sarjana. Yogyakarta: Universitas SanataDharma (Tidak Diterbitkan)
Winkel, W. S. 1997. “Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan .Jakarta: Grasindo
____________. 1987. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah .Jakarta: PT. Gramedia
Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, teori-aplikasi . Jakarta: PT. Bumi Aksara
Zamroni. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling . DepartemenPendidikan Nasional
Lampiran 1
KUESIONER KOMPETENSI KONSELOR
YANG DIHARAPKAN OLEH SISWA
Kata Pengantar
Kuesioner ini bukanlah ujian, ini merupakan alat untuk
mendapatkan gambaran tentang harapan anda sebagai siswa, terhadap
kompetensi konselor di sekolah. Konselor yang dimaksud di sini adalah
guru BK atau dulu disebut guru BP .
Anda diharapkan menjawab dengan sungguh-sungguh dan jujur.
Jawaban anda tidak akan dinilai benar atau salah, dirahasiakan dan hanya
dipakai untuk kepentingan penelitian ini semata.
Pada halaman berikut, anda akan menemukan butir-butir
pernyataan tentang komptensi-kompetensi konselor. Setiap pernyataan
disediakan 2 alternatif jawaban yaitu Ya dan Tidak . Berikanlah tanda
centang ( ), pada kolom yang sesuai dengan harapan anda.
Kerjakan dengan teliti dan serius. Usahakan jangan sampai ada
satu butir pernyataan yang terlewati, atau tidak terjawab, dan salah
mencantumkan jawaban. Jika ada pernyataan atau hal yang masih ragu-ragu
atau kurang jelas, tanyakanlah pada petugas.
Identitas :
Nama : .........................................
Kelas : .........................................
Tanggal : .........................................
SELAMAT MENGERJAKAN
NO PERNYATAANBerdasarkan pengetahuanmu mengenai konselor sekolah(guru pembimbing) dan pengalamanmu dengan konselorsekolah (guru pembimbing), kamu mengharapkan konseloryang :
YA TIDAK
1. Mau mendengarkan siswa yang mengungkapkanperasaannya, namun memberi batas waktu tertentu,sehingga siswa kurang leluasa.
2. Memberikan kebebasan kepada siswa untukmengungkapkan pikirannya
3. Membandingkan siswa satu dengan yang lainnya4. Mampu meyakinkan siswa bahwa siswa mampu melakukan
sesuatu asalkan mau berusaha5. Memberikan pujian kepada siswa, atas
prestasi/keberhasilannya6. Penuh kasih sayang dalam menghadapi para siswa7. Dekat dengan siswa namun tetap disegani8. Memarahi siswa yang pakaiannya tidak rapi9. Bersedia menerima siswa yang ingin mengungkapkan keluh
kesahnya10 Tidak menghiraukan saat siswa masuk ke ruang BK11. Mendengarkan apa yang disampaikan siswa, sambil
mengerjakan sesuatu12. Dengan berat hati meluangkan waktu saat siswa
membutuhkan bantuan13. Mampu menjalin relasi yang hangat dan akrab dengan guru
dan siswa14. Menjalin hubungan baik dengan siswa ketika berada di
sekolah saja15. Mau berbaur dengan siswa saat jam istirahat, sebagai bentuk
perhatian kepada siswa16. Mengetahui siswa yang kelihatan tengah menghadapi
masalah(murung/sedih/menyendiri, tidak seperti biasanyadll), namun tidak menghiraukannya
17. Mampu menumbuhkan kepercayaan diri dalam diri siswa18. Membiarkan siswa yang merasa minder karena
kekurangannya19. Dapat meyakinkan siswa bahwa siswa memiliki
kemampuan untuk memecahkan sendiri masalah yangtengah dihadapinya
20. Sopan santun terhadap sesama21. Mampu mendengarkan siswa yang mengungkapkan
perasaannya tanpa harus ikut larut di dalamnya22. Mudah mengeluh saat mengalami keadaan yang tidak
menyenangkan23. Diam saja dan masa bodoh, bila melakukan kesalahan misal
tidak sengaja menyinggung perasaan siswa24. Ramah, dan terbuka pada siswa, sehingga siswa lebih
merasa nyaman berhadapan dengan konselor25. Mendikte siswa untuk mengikuti kehendak konselor26. Memberikan perhatian hanya kepada siswa yang berprestasi
atau kaya saja27. Menghargai spontanitas siswa dalam menanggapi apa yang
disampaikan konselor, saat bimbingan kelas berlangsung28. Memarahi siswa yang memberikan kritik dan saran kepada
konselor tentang diri konselor29. Memaksa siswa untuk mau sependapat dengan pemikiran
atau gagasan konselor30. Menghargai nilai-nilai yang dianut oleh siswa31. Berpenampilan norak32. Mampu bertindak tegas dalam menghadapi siswa33. Mempunyai pengetahuan yang luas hanya dalam bidang
belajar34. Mudah marah bahkan ringan tangan dalam menghadapi
siswa yang kurang tertib35. Disiplin dalam segala hal36. Ramah hanya kepada kepala sekolah dan guru tertentu37. Menghormati siswa, penjaga sekolah, maupun karyawan
sekolah yang lain38. Suka menceritakan kejelekan siswa yang satu kepada siswa
yang lainnya39. Jujur40. Menceritakan masalah siswa kepada siswa yang lain41. Tulus dan terbuka dalam membantu siswa42. Memberi semangat kepada siswa yang akan mewakili
sekolah mengikuti lomba/kompetisi43. Memberi semangat kepada siswa untuk mengembangkan
bakatnya dalam bidang tertentu44. Menyampaikan materi bimbingan sesuai dengan kebutuhan
siswa yang kritis dan aktif mengikuti bimbingan di kelas45. Mendampingi siswa baru dalam kegiatan MOS (Masa
Orientasi Sekolah)46. Membiarkan siswa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa
campur tangan konselor47. Mampu membantu siswa menemukan manfaat dari kegiatan
bimbingan yang telah diberikannya48. Memberikan bimbingan mengenai cara-cara merawat dan
menjaga kesehatan tubuh
49. Membiarkan siswa yang kurang percaya diri karena merasadiri jelek/kurang cerdas/tidak dapat bergaul dibandingkanteman-teman yang lain
50. Mampu membantu siswa menemukan kelebihan/kekuatanyang dimilikinya
51. Memiliki informasi mengenai dunia kerja yang sudah umumdan kurang prospektif di beberapa tahun ke depan
52. Membiarkan siswa yang mengalami kesulitan dalammenentukan masa depannya
53. Memberikan kiat-kiat meraih sukses di masa depan54. Mengetahui kesulitan belajar siswa namun tidak membantu
mengatasinya55. Memberikan kiat-kiat cara belajar yang menyenangkan56. Membiarkan siswa yang tidak aktif dalam kegiatan
bimbingan di kelas57. Mengajak siswa untuk lebih aktif ikut serta dalam membuat
papan bimbingan58. Menggunakan media Power Point dalam menyampaikan
materi bimbingan di kelas59. Melatih kepekaan siswa terhadap lingkungan sekitar dengan
mendiskusikan peristiwa-peristiwa yang ditulis di suratkabar
60. Memahami siswa yang tingkah lakunya berbeda denganbudaya lingkungan sekolah (Misal : bagi orang Yogyakarta,makan dengan kaki naik ke atas kursi adalah hal yang tidaksopan, namun bagi orang Sulawesi/Lampung hal itu adalahsopan)
61. Mau membantu siswa dari luar daerah untuk mengenalbudaya lingkungan tempat dia bersekolah
62. Enggan bertanya kepada siswa bila bahasanya sulitdipahami oleh konselor
63. Mampu menenangkan siswa yang menangis ketikakonseling
64. Mampu mengajak siswa untuk mau mengungkapkanmasalahnya, pada saat konseling
65. Mudah tersinggung
66. Mudah marah67. Hanya bergaul dengan siswa yang satu daerah dengan
konselor68. Memberikan perhatian hanya kepada siswa yang duduk di
depan pada saat bimbingan di kelas69. Mampu mengajak siswa untuk aktif dalam kegiatan diskusi
kelompok70. Memberikan ceramah, namun tidak memberikan waktu
kepada siswa untuk bertanya atau mendiskusikannya71. Terampil membimbing siswa dalam menenangkan pikiran
dan mengendorkan otot-otot yang tegang di kelas72. Terampil membimbing siswa untuk mengambil manfaat
positif dari setiap pengalamannya ketika konseling73. Mendengarkan pendapat siswa, namun sering menyela dan
mencela pendapat siswa74. Memberikan pujian atas keberhasilan usaha dan kerja keras
siswa
Item-TotalStatistics
(Penelitian)
Scale Meanif ItemDeleted
Scale Variance ifItem Deleted
Corrected Item-TotalCorrelation
SquaredMultipleCorrelation
Cronbach's Alpha ifItem Deleted
ITEM1 58.38 201.2 0.347 . 0.959ITEM2 58.18 201.2 0.569 . 0.959ITEM3 58.28 200.8 0.454 . 0.959ITEM4 58.18 202.3 0.442 . 0.959ITEM5 58.28 200.2 0.497 . 0.959ITEM6 58.25 200 0.555 . 0.959ITEM7 58.29 199.3 0.569 . 0.959ITEM8 58.61 205.1 0.035 . 0.961ITEM9 58.17 201.7 0.534 . 0.959ITEM10 58.27 201.5 0.393 . 0.959ITEM11 58.31 199.1 0.567 . 0.959ITEM12 58.28 202.6 0.277 . 0.96ITEM13 58.25 199.5 0.603 . 0.959ITEM14 58.28 201.4 0.396 . 0.959ITEM15 58.4 200.1 0.427 . 0.959ITEM16 58.41 200.1 0.427 . 0.959ITEM17 58.24 200.3 0.542 . 0.959ITEM18 58.25 200 0.561 . 0.959ITEM19 58.32 202 0.312 . 0.959ITEM20 58.21 200.8 0.551 . 0.959ITEM21 58.41 203.8 0.137 . 0.96ITEM22 58.3 198.5 0.627 . 0.958ITEM23 58.26 199.3 0.61 . 0.959ITEM24 58.27 199.4 0.59 . 0.959ITEM25 58.39 200.2 0.426 . 0.959ITEM26 58.19 201 0.58 . 0.959ITEM27 58.23 199.3 0.661 . 0.958ITEM28 58.22 199.2 0.708 . 0.958ITEM29 58.24 199.4 0.637 . 0.959ITEM30 58.22 200.1 0.614 . 0.959ITEM31 58.25 198.8 0.674 . 0.958ITEM32 58.32 200.7 0.425 . 0.959ITEM33 58.4 205.1 0.042 . 0.96ITEM34 58.22 200.6 0.561 . 0.959ITEM35 58.39 200.5 0.399 . 0.959ITEM36 58.2 200.3 0.638 . 0.959ITEM37 58.24 200.6 0.512 . 0.959
ITEM38 58.21 199.8 0.665 . 0.959ITEM39 58.23 199.2 0.667 . 0.958ITEM40 58.27 200.3 0.506 . 0.959ITEM41 58.22 198.3 0.789 . 0.958ITEM42 58.25 198.3 0.729 . 0.958ITEM43 58.28 197.8 0.72 . 0.958ITEM44 58.9 210.5 -0.41 . 0.962ITEM45 58.34 200 0.47 . 0.959ITEM46 58.34 201.5 0.346 . 0.959ITEM47 58.26 199.6 0.586 . 0.959ITEM48 58.35 198.8 0.552 . 0.959ITEM49 58.27 199.9 0.544 . 0.959ITEM50 58.28 198.2 0.676 . 0.958ITEM51 58.77 211 -0.39 . 0.962ITEM52 58.31 198.9 0.588 . 0.959ITEM53 58.25 199.6 0.595 . 0.959ITEM54 58.28 200.2 0.5 . 0.959ITEM55 58.22 199.3 0.682 . 0.958ITEM56 58.27 200.5 0.491 . 0.959ITEM57 58.27 201 0.444 . 0.959ITEM58 58.45 200 0.413 . 0.959ITEM59 58.23 201.2 0.461 . 0.959ITEM60 58.41 200.9 0.361 . 0.959ITEM61 58.33 198.1 0.634 . 0.958ITEM62 58.3 200.8 0.424 . 0.959ITEM63 58.28 197.6 0.733 . 0.958ITEM64 58.25 199.8 0.576 . 0.959ITEM65 58.26 199.1 0.628 . 0.959ITEM66 58.23 199.1 0.677 . 0.958ITEM67 58.19 201.2 0.55 . 0.959ITEM68 58.22 201.9 0.411 . 0.959ITEM69 58.25 198.8 0.679 . 0.958ITEM70 58.3 199.5 0.538 . 0.959ITEM71 58.28 198.7 0.644 . 0.958ITEM72 58.24 199.5 0.626 . 0.959ITEM73 58.31 199.2 0.558 . 0.959ITEM74 58.25 200.1 0.55 . 0.959
Koefisien reliabilitas
N = 118
Alpha = ,959
Jumlah item = 74
Item-Total Statistics(Ujicoba)
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
SquaredMultiple
Correlation
Cronbach'sAlpha if Item
Deletedsoal1 63.35 117.570 .829 . .957soal2 63.32 119.359 .668 . .957soal3 63.45 117.123 .665 . .957soal4 63.39 116.378 .894 . .956soal5 63.42 120.985 .236 . .959soal6 63.39 118.778 .561 . .958soal7 63.35 118.437 .694 . .957soal8 63.42 119.718 .392 . .958soal9 63.32 119.359 .668 . .957soal10 63.48 120.725 .231 . .959soal11 63.32 118.892 .755 . .957soal13 63.32 120.492 .458 . .958soal14 63.29 122.146 .223 . .958soal15 63.32 119.359 .668 . .957soal16 63.52 117.391 .568 . .958soal18 63.42 119.785 .384 . .958soal21 63.29 121.413 .409 . .958soal23 63.29 122.146 .223 . .958soal25 63.32 121.759 .226 . .959soal26 63.32 119.626 .618 . .958soal27 63.35 120.903 .313 . .958soal28 63.32 119.359 .668 . .957soal29 63.35 119.703 .497 . .958soal30 63.39 116.378 .894 . .956soal31 63.45 116.789 .704 . .957soal32 63.39 123.112 -.022 . .960soal33 63.39 123.912 -.127 . .960soal34 63.32 123.426 -.076 . .959soal35 63.29 121.880 .291 . .958soal36 63.45 121.056 .209 . .959soal38 63.52 117.725 .533 . .958soal39 63.42 119.518 .417 . .958soal40 63.29 120.546 .630 . .958soal41 63.32 119.359 .668 . .957soal42 63.48 119.325 .383 . .958soal43 63.29 120.546 .630 . .958soal44 63.32 120.092 .532 . .958soal46 63.29 120.546 .630 . .958soal47 63.29 120.546 .630 . .958soal49 63.35 117.570 .829 . .957soal50 63.32 120.092 .532 . .958
soal52 63.32 119.626 .618 . .958soal53 63.35 117.570 .829 . .957soal54 63.45 119.856 .347 . .958soal55 63.55 118.723 .411 . .958soal56 63.29 123.146 -.029 . .959soal57 63.32 119.626 .618 . .958soal58 63.48 117.458 .589 . .957soal59 63.29 120.546 .630 . .958soal60 63.39 116.378 .894 . .956soal62 63.29 123.480 -.112 . .959soal63 63.29 123.146 -.029 . .959soal64 63.29 123.413 -.095 . .959soal65 63.39 117.912 .681 . .957soal66 63.29 120.546 .630 . .958soal67 63.42 116.585 .785 . .957soal68 63.61 121.845 .092 . .960soal71 63.42 118.718 .516 . .958soal72 63.39 118.645 .580 . .958soal73 63.48 116.658 .678 . .957soal74 63.35 117.570 .829 . .957soal75 63.29 120.546 .630 . .958soal76 63.35 119.170 .580 . .958soal77 63.29 123.146 -.029 . .959soal79 63.35 117.570 .829 . .957soal80 63.39 116.378 .894 . .956soal81 63.32 119.359 .668 . .957soal82 63.35 118.903 .621 . .957soal83 63.32 122.226 .141 . .959soal84 63.35 121.037 .293 . .958soal85 63.35 117.570 .829 . .957soal86 63.32 120.092 .532 . .958
Koefisien reliabilitas
N = 31
Alpha = ,958
Jumlah item = 86