klhs padang bay city

Upload: rubinardi

Post on 06-Jul-2015

1.685 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

ESP-Environmental Support Programme Danida

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Rencana Pembangunan Padang Bay City di Sumatera Barat

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

Pengarah : H. Syamsul Arief Rivai Direktur Jendral Bina Pembangunan Daerah

Penanggung Jawab : Sjofan Bakar Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup

Penyusun : Diah Indrajati . Anton Suharsono . Suhardi Suryadi . Sudar Dwi Atmanto . Burhanuddin . Adi Wiyana

Kerja Sama Pemerintah Kota Padang di Sumatera Barat Dengan Proyek ESP 1 Output 3A, SubComponent KLHS Padang Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri.

Jakarta, Desember 2007

2

Kata SambutanPuji dan Syukur kita ucapkan Kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan KaruniaNya, sehingga pelaksanaan Kegiatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), terhadap rencana Pembangunan Padang Bay City (PBC) dapat berjalan dengan baik dan lancar. Atas nama Pemerintah Kota Padang, kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah khususnya kepada Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia dan Kementerian Lingkungan Hidup yang telah memfasilitasi dan menetapkan Kota Padang untuk kegiatan Proyek ESP I Output 3A , Sub-Component KLHS Padang yaitu melakukan Kajian Lingkungan Hidup Strategis terhadap rencana Pembangunan PBC. Seperti kita ketahui bersama bahwa rencana pembangunan PBC (PBC) merupakan mega proyek yang sangat besar, tentunya kegiatan ini akan sulit terwujud apabila semua komponen dan stakeholders yang ada tidak memiliki pandangan dan visi yang sama dalam mendorong terealisasinya rencana ini. Rencana Pembangunan Padang Bay City pada intinya mempunyai maksud dan tujuan antara lain mempercepat pertumbuhan pembangunan infrastruktur kota pada kawasan pesisir pantai Padang, menjadikan Padang Bay City sebagai salah satu Land Mark Kota Padang yang merupakan pintu gerbang dan tujuan wisata Sumatera Barat. Hal ini diharapkan akan mampu menjadi lokomotif pergerakan ekonomi riil serta penyediaan lapangan kerja baru, selain itu juga sebagai salah satu upaya prefentif penanganan resiko bencana gempa dan tsunami (Vertical Mitigation) bagi masyarakat di wilayah pesisir Pantai Padang. Studi ini tentunya juga merupakan sebuah sosialisasi yang sangat bernilai dalam menggali partisipasi masyarakat serta implikasinya terhadap lingkungan sekitar rencana pembangunan Padang Bay City (PBC). Akhirnya kami atas nama Pemerintah Kota Padang sangat bersyukur dan berterima kasih atas dilakukannya kajian ini. Kami berharap, hasil kajian ini dapat dijadikan referensi sebagai tindak lanjut dalam pengambilan keputusan yang lebih teknis terhadap rencana Pembangunan Padang Bay City (PBC) kedepan.

Walikota Padang

Drs. FAUZI BAHAR, M.Si

Kata Pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Penyampaian gagasan rencana pembangunan Padang Bay City (PBC) merupakan tahap awal penjabaran rencana penataan kawasan pantai Padang yang telah diwacanakan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Padang. Untuk memperoleh gambaran tentang kelengkapan unsur perencanaan, dicoba untuk menerapkan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai instrumen, dengan harapan dapat memberikan masukan untuk proses pengambilan keputusan dan pembuatan rencana pembangunan Padang Bay City (PBC) yang akan mencakup reklamasi serta pembuatan marina di muara Sungai Batang Arau dan restorasi bangunan gudang di kawasan kota lama. Kompleksitas interaksi antara keberadaan penduduk atau pemukiman , kegiatan ekonomi dan rencana pembangunan PBC memerlukan suatu kajian yang lebih komprehensif dan strategik, untuk

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

meningkatkan kepedulian serta kesadaran terhadap masalah dan data terkait dampak lingkungan yang potensial muncul, dan memberi kesempatan terjadinya dialog antar lembaga tentang isu - isu tersebut, dengan harapan diperoleh suatu rencana pembangunan yang terinformasi dengan benar (well-informed) dan partisipatif. Hal ini tidak mungkin dicapai hanya dengan AMDAL, rencana PBC memerlukan kajian yang lebih maju dari AMDAL, yaitu pendekatan KLHS atau Strategic Environmental Assessment (SEA). KLHS ini merupakan studi pendahuluan (pilot study) yang akan bermanfaat bukan saja bagi Pemerintah Kota Padang, namun juga bagi Pemerintah Pusat, karena pembelajaran yang diperoleh selama proses fasilitasi PBC telah memberikan kontribusi pemikiran di dalam proses penyusunan kerangka kebijakan KLHS di tingkat nasional. Diharapkan laporan ini dapat mendukung kedua tujuan tersebut. KLHS semestinya bersifat dinamis dan terus disempurnakan dangan data dan informasi baru. Indikasi berhasil atau gagal studi pilot ini akan dapat dilihat dari apakah ada tidak lanjut sesudah proyek empat bulan ini berakhir di akhir Nopember 2007. Bantuan teknis selama empat bulan ini lebih bersifat advisory, memberikan wacana dan pembelajaran bersama tentang pendekatan baru KLHS, sehingga akhir kerja bersama empat bulan menjadi awal dari kerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menindak lanjutinya menjadi suatu rencana kerja terintegrasi. Selanjutnya, masih banyak aplikasi lain dari KLHS yang perlu dipertimbangkan untuk Pemerintah Propinsi, Kabupaten, dan Kota, misalnya, untuk revisi tata ruang, rencana pembangunan pesisir, rencana pengelolaan daerah aliran sungai, RPJM dan kemungmungkinan pada saat alokasi APBD. Apresiasi kami kepada Sdr. Walikota Padang beserta jajarannya atas kerjasama selama ini, juga kepada Kementerian Lingkungan Hidup, dan Pemerintah Kerajaan Denmark yang memungkinkan pilot ini terlaksana, serta peran Tim Kecil KLHS PBC yang dibentuk oleh Sdr. Walikota Padang telah menjadi motor kegiatan penyusunan KLHS ini. Semoga pembelajaran dari KLHS~PBC ini dapat bermanfaat dan digunakan dalam menangani isu-isu pembangunan lainnya ke depan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Departemen dalam Negeri

H. SYAMSUL A. RIVAI

2

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

3

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

Daftar isi

Kata Sambutan .................................................................................................................. 1 Kata Pengantar .................................................................................................................. 1 Daftar Kata Teknis dan Singkatan.......................................................................................... 5 Ringkasan Eksekutif ............................................................................................................ 8 Pendahuluan ...................................................................................................................... 8 Institusi KLHS ................................................................................................................. 8 Pemahaman tentang KLHS ................................................................................................ 8 Metode KLHS .................................................................................................................. 9 Hasil KLHS ...................................................................................................................... 9 Pendahuluan ..................................................................................................................... 12 KLHS - Antara Konsep dan Praktek ....................................................................................... 13 3. Maksud, Tujuan dan Hasil yg Diharapkan ........................................................................... 16 3.1 Maksud .................................................................................................................. 16 3.2 Tujuan ................................................................................................................... 16 3.3 Hasil Laporan yang Diharapan .................................................................................... 16 3.4 Lingkup Bahasan ..................................................................................................... 17

4. Metode Kajian dan Format Laporan ................................................................................... 17 4.1 Pengumpulan Data ................................................................................................... 17 A. Data Sekunder .................................................................................................... 17 Data Primer................................................................................................................. 18 4.2 Evaluasi Lingkungan .................................................................................................. 20 I. Interpretasi............................................................................................................ 20

II. Overlay ................................................................................................................. 20 III. Bagan ................................................................................................................... 20 4.3 Sarana prasarana pelaksanaan KLHS ........................................................................... 22 4.4 Jadwal Pelakasanaan dan Tahapan Kegiatan ................................................................. 22 4.5 Format dan Fungsi Laporan ........................................................................................ 24 5. Tinjauan Kebijakan Pembangunan Kota dan Kawasan Pantai ................................................ 26 5.1 Landasan Hukum dan Peraturan yang Berkaitan ............................................................ 26 5.2 Rencana Pembangunan Jangka Panjang ....................................................................... 27 5.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah .................................................................... 29 5.4 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan Rencana Detail Ruang Kota ................................... 31 5.5 Rencana Unsur Kota ................................................................................................. 32 5.6 Gagasan Rencana Reklamasi Padang Bay City............................................................. 36 6. Rona Lingkungan Hidup dan Permasalahannya .................................................................... 40 6.1 Rona Lingkungan Wilayah Kota .................................................................................... 40 Lingkungan Fisik Alami .................................................................................................. 40 Lingkungan Sosekbud ................................................................................................... 44

4

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

6.2 Rona Lingkungan Kawasan Pantai ............................................................................... 48 A. Lingkungan Fisik Alami ............................................................................................ 48 6.3 Permasalahan Lingkungan dan Perairan Laut................................................................. 51 7. Penilaian Implikasi Pembangunan PBC Melalui Kajian Strategis .............................................. 53 7.1 Komponen Kegiatan yang Potensial Merubah Lingkungan ................................................ 53 7.2 Komponen Lingkungan yang Potensial Terkena Dampak Pembangunan PBC ....................... 54 7.3 Matriks Penilaian Implikasi Lingkungan Untuk KLHS Padang Bay City ............................... 55

7.4 Implikasi Kegiatan Strategis Terhadap Komponen Lingkungan Hidup ................................. 58 7.5 Persepsi Masyarakat................................................................................................ 59 7.6 Isu Pokok (Strategis) dari Penilaian Dampak Lingkungan dari Pembangunan PBC ................ 64 8. Menuju Mitigasi dari Masalah Pokok Lingkungan .................................................................. 65 8.1 Mitigasi Dampak Terhadap Keberadaan Padang Bay City ................................................. 66 8.2 Mitigasi Dampak Akibat Kegiatan Padang Bay City........................................................... 67 8.3 Alternatif untuk PBC ................................................................................................. 71

9. Kesimpulan dan Saran Tindak .......................................................................................... 71 9.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 71 9.2 Pelajaran dari Pengalaman ~ Lessons Learned ............................................................... 72 9.3 Saran Tindak ........................................................................................................... 73 Daftar Pustaka .................................................................................................................. 75

Daftar Kata Teknis dan SingkatanAdat Adat istiadat AMDAL Badan Balai BANGDA Customary Law Norms of customary law Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Environmental Impact Assessment) Agency Institute Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah / Directorate General for Regional Development, Ministry of Home Affairs Badan Perencanaan Pembangunan Nasional / National Planning Agency Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Regional Planning Board) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Regional Agency for Environmental Management) Head of District Daerah Aliran Sungai / watershed, river basin Critical Environmental Pressure Point(s) Departemen Dalam Negeri (Ministry of Home Affairs, MOHA)

BAPPENAS BAPPEDA BAPEDALDA

Bupati DAS CEPP DEPDAGRI

5

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

DG Dinas Dit DitJen DirJen EA EIA FGD GIS GPS Kabupaten Kecamatan Kepmen Keppres KLHS Masyarakat Menteri LSM MDG NGO NRMdf

Directorate General Public Service Delivery Institution Directorate Directorate General Direktorat Jenderal / Director General Executing Agency Environmental Impact Assessment / AMDAL Focus Group Discussion / Wacana dengan Golongan Tertentu Geographic Information System / Sistem Informasi Geografis Global Positioning System / Sistem Penentu Posisi Global District Sub-District Keputusan Menteri (Ministerial Decision) Kaputusan Presiden (Presidential Decision) Kajian Lingkungan Hidup Strategis / Strategic Environmental Assessment the People / the Community Minister Lembaya Swadaya Masyarakat / NGO Millennium Development Goal Non-Government Organization Natural Resource Management in A Decentralized Framework / Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam kerangka desentralisasi (Proyek Dirjen Bina Bangda - ADB) Padang Bay City Pemerintah Kota / City of Padang Government Peraturan Daerah Peraturan Pemerintah (Government Regulation) (Balai) Pengelolaan Sumber Daya Air / Water Resource Management (agency) Centre (national) Regional (Province, District) relations Centre Rencana Strategis / Strategic Plan Rencana Strategis Daerah / Strategic Regional Plan

PBC Pemerintah Kota Perda PP PSDA pusat-daerah pusat Renstra Renstrada

6

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

RPJM RPJP RTRWD RTRWN SDA SEA SENRA Sub-dit Tim KLHS

Rencana Pembangunan Jangka Waktu Menengah / Medium Term Development Plan Rencana Pembangunan Jangka Waktu Panjang / Long-term Development Plan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah / Regional Spatial Plan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional / National Spatial Plan Sumber Daya Alam / Natural Resources Strategic Environmental Assessment / Kajian Lingkungan Hidup Strategis - KLHS Strategic Environmental and Natural Resource Assessment Sub-direktorat / Sub-Directorate Tim dibentuk SK Wali Kota untuk pengelolaan KLHS PBC / Team formed by the Mayor to manage SEA for PBC Tim dibentuk Sekretariat Daerah untuk Aktif Implementasi KLHS PBC / Team formed by the Regional Sekretariat to actively implement SEA for PBC Terms of Reference / kerangka acuan Tugas Pokok dan Fungsi / Main Duties and Functions of a government institution Upaya Pengelolaan Lingkungan Upaya Pemantauan Lingkungan Udang-Udang / Act of Parliament

Tim Kecil KLHS

ToR Tupoksi UKL UPL UU

7

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

Ringkasan Eksekutif PendahuluanMenyimak peristiwa penting di dalam sejarah kota-kota pesisir di Indonesia, kota Padang mempersiapkan rencana pembangunan jangka panjang sebagai kota pantai utama di kawasan pantai Barat Sumatera. Salah satu wacana yang sedang ditempuh adalah menyusun rencana pengembangan kawasan pantai Padang melalui teknik reklamasi yang akan dilakukan dengan pendekatan kemitraan dengan swasta. Mempertimbangkan dampak penting yang potensial terjadi yang tak dapat dihindarkan dari mega proyek itu, beberapa pengamat mengkhawatirkan manfaat proyek tersebut. Menyadari hal ini, maka pada bulan Mei 2007, pemerintah daerah kota Padang berkonsultasi kepada Direktorat Tata Ruang dan Lingkungan, Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah (Dirjen Bina Bangda) pada Departemen Dalam Negeri untuk meminta pendapat dan masukan lebih lanjut. Pada saat itu disetujui bahwa rencana untuk membangun PBC akan menjadi subyek KLHS sehingga lewat identifikasi dan pengukuran beberapa titik tekanan lingkungan penting, termasuk di dalamnya persepsi para pemangku kepentingan akan dapat memberikan informasi yang lebih baik dan mendalam menyangkut rencana ini. Dirjen Bina Bangda dan Pemerintah Daerah Kota Padang telah bekerjasama selama empat bulan terakhir ini, untuk meletakkan dasar dari proses Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk meneruskan sampai didapatkan persetujuan untuk rencana pembangunan Padang Bay City (PBC). Dengan demikian, kebutuhan akan dorongan permintaan dari pemerintah daerah kota Padang akan tercapai, sementara itu berbagai pengalaman dari proyek pilot ini akan menjadi muatan dalam pekerjaan pembentukan kerangka aturan kerja pada Dirjen Bina Bangda dan Kementrian Lingkungan Hidup.

Institusi KLHSSuatu langkah awal yang penting adalah masalah kelembagaan, sebagai contoh adalah pembentukan Tim Kecil KLHS yang bekerja dengan dinamis di lingkungan Pemerintah Kota Padang. Tiga orang konsultan Dirjen Bina Bangda bekerja secara langsung dengan Tim tersebut. Tim juga menentukan tempat rapat reguler dan daerah kerja. Pada tahap awal penyusunan KLHS ini, pendekatan yang disarankan Tim Kecil, yakni fasilitasi yang diberikan oleh Tim Kecil adalah bentuk pendekatan yang paling sesuai penyusunan KLHS. Namun untuk selanjutnya perlu dipikirkan bentuk kelembagaan yang lebih terstruktur.

Pemahaman tentang KLHSSalah satu tantangan yang paling besar (seperti berupa kasus yang terjadi dimanapun di Indonesia saat KLHS diperkenalkan) adalah penyampaian konsep dan cara kerja KLHS, selalu disama-artikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Memang benar, ada beberapa istilah dalam KLHS dapat juga ditemukan dalam AMDAL. Pesan yang paling penting adalah, bahwa AMDAL merupakan kajian kelayakan lingkungan yang dikaitkan perizinan; tanpa AMDAL suatu proyek besar tidak dapat dilaksanakan (tidak dapat disangkal lagi, suatu saat di masa mendatang berbagai komponen proyek PBC akan harus diserahkan kepada AMDAL) ini adalah salah satu instrument (alat) pembuat keputusan (decision making). Sementara itu, KLHS adalah suatu alat bantu perumusan keputusan (decision aiding), untuk meningkatkan pengetahuan mengenai suatu rencana (atau program atau aturan kerja) tentang dampak lingkungan yang besar dan penting, melihat pada legitimasi sosial melalui pengikatan dengan berbagai unsur stakeholders dan memerlukan dialog yang terus menerus. Hal ini juga memerlukan diskusi mendalam antara pemerintah dengan investor karena kelayakan akan mempengaruhi penentuan keputusan suatu proyek, berhenti atau dilanjutkan. KLHS juga melihat pada isu-isu lingkungan secara kumulatif dan lintas bidang yang belum dijangkau oleh AMDAL untuk proyek-proyek individual. Semua itu dapat menjadi kontribusi kepada AMDAL dengan menyediakan masukan untuk spesifikasi teknis yang sesuai dan untuk informasi selama fase

8

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

penentuan lingkup kajian (scoping). Hal penting lain adalah KLHS dapat menarik minat para investor yang perduli lingkungan atau green investor .

Metode KLHSPendekatan KLHS di Padang terdiri dari beberapa langkah, seperti di bawah ini. Identifikasi dari isu PBC, yaitu berupa hasil pertemuan antara Pemerintah Kota dan Dirjen Bina Bangsa. Penyaringan (Screening). Suatu jawaban langsung terhadap pertanyaan Apakah sebuah KLHS itu dibenarkan? Kompleksitas, lintas bidang dan efek-efek kumulatif dari PBC sangat kuat mendebatkan sebuah KLHS. Penentuan luas kajian (Scoping). Sebuah pengamatan awal akan dampak lingkungan sebagai topik diskusi dengan Tim Kecil. Keputusan yang pasti tentang daerah di bawah naungan PBC, misalnya saja sebuah proyek reklamasi, pembangunan sebuah marina yang berbatasan pada sungai Batang Arau dekat dengan mulut sungai tersebut dan restorasi gedung-gedung tua yang berada di sepanjang sungai untuk kepentingan komersil, semua bagian dari sebuah rencana yang terintegrasi belum lagi didapatkan formulasinya. Penilaian Partisipatif Dampak Lingkungan dari Rencana Pembangunan PBC. Menilai dampak lingkungan yang potensial dari PBC dilihat dari dua sudut.

Pertama, analisa tim terhadap berbagai bentuk data, seperti misalnya peta-peta tua dan terkini, foto-foto tua dan terkini, dan dokumen-dokumen pembangunan untuk Pemerintah Kota,sebagaimana juga sektor individual. Susunan dari variabel-variabel lingkungan dicatat dan diprioritaskan.

Kedua, hasil-hasil tersebut kemudian dimodifikasi menurut persepsi pihak yang berkepentingan (stakeholders) untuk membuat satu daftar isu-isu pokok lingkungan untuk diskusi lebih lanjut dengan para pemegang saham. Persepsi dari para pemegang saham dinilai melalui sebuah survei dari 10 orang pemegang saham kunci, wawancara secara individu dan Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion) dengan pakar dari universitas dan lembaga non pemerintah (NGO), sebagaimana juga data sekunder seperti kumpulan dari kliping surat kabar.

Hasil KLHSHasil pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi isu-isu utama lingkungan seperti di bawah ini untuk dipecahkan untuk rencana pembangunan PBC. Karena KLHS adalah suatu proses yang dinamis, iteratif dan partisipatif, maka daftar berikut ini dapat dimodifikasi sebagai bentuk hasil dari dialog lintas pemangku kegiatan dan Pemerintah Kota. REKLAMASI PANTAI Abrasi Pantai. Data benthic diperlukan untuk membentuk sebuah model untuk menilai bentuk yang berbeda-beda dan kondisi-kondisi lain dari PBC pada daerah pesisir pantai yang terkikis dan bertambah. Analisa dari peta dan foto-foto tua mengindikasikan erosi pada pantai. PBC secara parsial bertumpang tindih dengan area yang terkikis tersebut. Drainase, Sanitasi dan Banjir. Potensi gangguan drainase di ujung kota (sebagian dapat ditanggulangi dalam pembuatan spesifikasi pembangunan; lihat dibawah) dengan implikasi untuk sanitasi serta lebih memungkinkan banjir. Lagi pula, PBC akan memperpanjang alur Batang Arau dan dengan begitu berpeluang meningkatkan sedimentasi di ujung sungai serta kemungkinan terjadinya banjir. Kebutuhan Air. PBC akan mengkonsumsi air dalam jumlah yang besar. Apakah PDAM memiliki kemampuan untuk menyediakannya? Jika misalnya pemenuhan kebutuhan air ini dengan cara mengeksploitasi air tanah (lewat sumur baru), akibat besarnya kebutuhan air itu tentu memiliki resiko lain, misalnya menurunnya tingkat muka air tanah sehingga akan mempercepat masukknya air laut (saline intrusion). Lalu Lintas. Kegiatan di dalam areal PBC akan meningkatkan volume lalu lintas kendaraan; karena itu harus sejak dini dipertimbangkan rencana peningkatan kapasitas jalan dan pola transportasi di kawasan pantai sebagai bagian dari sistem transportasi kota Padang.

9

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

Kekayaan Bentang Budaya. Memelihara keselarasan bentang alam dengan bentang budaya kawasan Muaro. Perpaduan kawasan kota lama Padang dengan ekosistem hutan pada daerah Gunung Padang gedung-gedung tua dan dengan aktor-aktor ekonomis yang ada, semuanya membentuk suatu keanggunan dimana PBC harus memperhitungkan secara arsitektual. Tentu saja, nilai ini akan bervariasi tergantung daripada persepsi turis lokal dan luar negeri. Kompetisi Ekonomi. Salah satu dari pertimbangan Pemerintah Kota adalah pusat-pusat jasa perdagangan yang baru yang akan beroperasi di PBC potensial mengalahkan usahausaha dari toko-toko kecil yang sudah lama ada. Terlepas dari pemberian kompensasi kepada mereka yang daerah usahanya secara langsung bertumpang tindih dengan PBC, sangat sulit untuk meyakini apa yang akan menjadi hasilnya. Hal ini akan bergantung kepada skala dari toko-toko PBC dan apakah banyak atau tidak pengunjung ke landmark (tanda pengenal) PBC. MARINA DI MUARA Pencemaran Sungai. Pencemaran sungai Batang Arau yang akan dijadikan marina mengancam rencana ini. Pemilik yacht tidak begitu menghawatirkan keruhnya air sungai, namun tentu tidak terhadap suspensi sampah domestik di air. Pemindahan Usaha Kapal dan Penduduk Muara. Menurut peraturannya, suatu area yang diklasifikasikan sebagai marina tidak dapat digunakan untuk aktifitas lain. Para nelayan, penumpang kapal feri dan kapal-kapal kargo akan diminta pindah. Keprihatinan para nelayan adalah bahwa daerah yang diusulkan sebagai pengganti tidak memiliki fasilitas untuk pendinginan dan transportasi untuk tangkapan mereka. Perlu ditambahkan bahwa sebagian dari masalah lingkungan hidup baik internal maupun external terkait dengan PBC dapat ditanggulangi bahkan sejak awal fase pembuatan spesifikasi bangunan. Permasalahan internal mencakup pentingnya aspek kedalaman tiang pancang konstruksi, ciri-ciri pertanahan, drainase dikaji dan dibuat spesifikasi bangunan yang dapat bertahan pada kondisi tersebut. Sedangkan aspek eksternal adalah semua faktor di luar PBC seperti abrasi pantai, dan pemindahan penduduk. Kedua aspek ini harus dapat dievaluasi oleh proses AMDAL. Arahan Mitigasi Meskipun penekanan utama KLHS adalah penilaian, beberapa upaya-upaya mitigasi dampak, baik upaya pencegahan maupun penanggulangan gangguan lingkungan dan atau kerugian lingkungan perlu pula dipikirkan secara mendalam. Memang bagian dari penentuan apakah sebuah parameter merupakan suatu pengukuran strategis adalah derajat dimana suatu kelonggaran itu memungkinkan dan efektif biayanya. Keringanan meliputi skenario yang berbeda-beda dengan dampak yang bervariasi pula, seperti misalnya daerah asal untuk PBC lebih ke arah utara atas daerah pesisir pantai, atau suatu struktur reklamasi yang lebih sederhana. Kesimpulan A. Hal-Hal yang Telah Dipelajari dari Pengalaman Implementasi KLHS Hal-hal berikut ini timbul dari implementasi KLHS untuk PBC: Pengumpulan data instansional dan penelusuran materi laporan-laporan studi yang penting yang selama ini dilakukan oleh Pemerintah Kota Padang memberi informasi yang sangat bernilai, namun belum banyak didayagunakan. Salah satu manfaat dari KLHS adalah mengumpulkan data yang relevan dalam satu tempat, dalam hal ini Tim Kecil data (database) dapat di akses kapan saja isu PBC akan dibicarakan dan untuk merespon keprihatinan publik. Kunci dari kesuksesan KLHS adalah rasa memiliki pada orang-orang yang mengimplementasikannya. Akan lebih baik jika KLHS menjadi dorongan permintaan pada kasus PBC. Jika daerah merasakan keharusan itu datangnya dari Pemerintah Pusat, maka akan ada resiko bahwa hal itu akan diserahkan pada perusahaan konsultan yang menghasilkan keabsahan sosial semata. Kunci dari kesuksesan Tim Kecil bergantung pada keaktifan dan kompetensi teknis anggotanya. Dialog KLHS diharapkan dapat mengurangi konfrontasi yang telah terjadi antara pemerintah dengan pemangku kepentingan terkait PBC.

10

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

Tantangan awal dari upaya pelaksanaan KLHS adalah membedakannya dengan AMDAL atau proses kelayakan serupa. B. Rekomendasi Dinamika dan Iterasi KLHS. Jika laporan KLHS sudah diselesaikan, maka segera disusun dokumen akhirnya. Saat ini KLHS bermaksud melakukan pemutakhiran kondisi ekonomi dan bagaimanan persepsi masyarakat. Data-data lain yang belum ada seperti misalnya data benthic (yang surveinya sedang dilaksanakan oleh GTZ untuk Proyek Sistem Peringatan Dini Tsunami) dan hasil pemodelan desain PBC dapat terus melengkapi dokumen KLHS PBC itu sendiri. Sehingga batasan dari laporan akhir KLHS ini adalah hingga tersedianya versi data-clip, dan terus dapat diperbaharui dan ditambahkan seiring dengan proses PBC itu dan ketersedian data-data baru. Dialog antara eksekutif dan legislatif. Kesempatan sudah terlihat dalam dikusi KLHS, khususnya untuk PBC dan dalam aplikasi yang lebih luas, seperti RPJM, RTRWP, APBD, pembentukan daerah baru melalui penggantian daerah lama, perencanaan spatial pesisir dan rencana pengelolaan daerah aliran sungai. Dialog antar pemangku kepentingan (stakeholders). FGD harus dilakukan antar pemangku kepentingan, dialog kerja sama juga dilakukan antar pemangku kepentingan. Hal ini termasuk juga kesiapan dokumen KLHS untuk diakses oleh public, dengan tim kecil menjadi tempat penjelasan untuk informasi PBC KLHS. Peranan Tim Kecil Pada Tahap Selanjutnya. Tim Kecil harus memelihara dan mengatur dialog Masyarakat dengan dunia usaha, mengumpulkan informasi baru dan memperbaharui data laporan KLHS. Mereka juga memiliki fungsi pelatihan dan atau sosialisasi yang secara potensial penting. Pendanaan KLHS. Sebuah tanda dari komitmen pemerintah daerah kota Padang terhadap KLHS bahwa tidak ada pendanaan pendukung yang diminta dari Dirjen Bina Bangda. Tetapi di masa mendatang alokasi rencana keuangan harus dibuat. Terminologi KLHS. Salah satu halangan dalam memahami KLHS untuk mereka yang baru mengenal pertama kali mungkin adalah istilah di dalamnya. Tidak ada alasan mengapa istilah tersebut tidak dapat disebut dengan sesuatu yang lebih dikenal oleh pemerintah daerah dan komuniti selama prinsip dasarnya sama. Salah satu nama yang diusulkan adalah Penilaian Partisipatif dari Implikasi Lingkungan (PPIL) dari suatu rencana, program atau aturan kerja. Kerjasama Pusat Daerah yang Produktif. Kerjasama antara Dirjen Bina Bangda dengan PemKo Padang selama ini sangat berguna satu sama lain, dan dapat dilanjutkan, bahkan mungkin dikembangkan berdasarkan KLHS yang pelaksanaannya berdasarkan kebutuhan baik di Padang ataupun di seluruh Propinsi Sumatra Barat. KLHS telah memberikan masukan yang bernilai untuk menyempurnakan kebijakan, rencana dan program yang akan mendukung gagasan PBC, dalam hal lain ia juga telah membagi pengalaman untuk mereka yang berada pada tingkat nasional yang bekerja untuk kerangka kerja KLHS. Tidak dapat disangkal lagi sebuah buku pedoman untuk para praktisi KLHS akan sangat dihargai oleh orang-orang yang ingin menjalankan KLHS di daerah-daerah mereka sendiri.

11

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

PendahuluanKota Padang serta Propinsi Sumatera Barat mempunyai peran penting dalam sejarah Republik Indonesia dari perjuangan untuk kemerdekaan, wawasan untuk pembangunan negara serta modernisasi perkotaan dengan memperhatikan lingkungan. Dewasa ini, Kota Padang punya visi pembangunan pesisir, antara lain reklamasi pantai dengan Padang Bay City (PBC). Colombijn Freek (1994) di dalam disertasinya, Paco-Paco (Kota) Padang menjelaskan hasil penelaahannya tentang pertumbuhan dan perkembangan kota Padang dari tinjauan sejarah politik dan ekonomi sejak awal abad ke 17 hingga tahun 1906. Diskripsi tersebut mengutarakan bahwa kota Padang tumbuh dan berkembang dari permukiman komunitas nelayan dan pedagang hasil bumi dan hasil tambang (emas). Pada bagian lain dijelaskan juga hal yang berkaitan dengan perencanaan kota dan pembangunan infrastruktur. Perkembangan jumlah dan sebaran penduduk yang berlangsung setelah masa kemerdekaan membawa implikasi terhadap perkembangan fisik kota, terutama ke arah utara dan timur. Sedangkan di bagian selatan dan barat terbentang Gunung Padang dan perairan laut yang merupakan kendala fisik bagi pengembangan kota. Pemerintah dan masyarakat menghadapi beberapa masalah di dalam penerapan rencana pembangunan kota sehingga masih relatif banyak bagian-bagian kota yang terbangun belum sesuai dengan peruntukan tanah yang ditetapkan di dalam rencana kota. Pengembangan ruang kota berdasarkan fungsi masing-masing kawasan pengembangan terus diupayakan oleh pemerintah, diantaranya pengembangan kawasan Pantai Padang. Baik di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) maupun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) telah dinyatakan bahwa kawasan Pantai Padang akan dikembangkan sebagai kawasan wisata terpadu. Agar tidak membebani anggaran belanja pembangunan daerah (APBD) maka pengembangan kawasan ini akan dilaksanakan melalui pendekatan Public Participation Partnership (PPP). Ditinjau dari aspek cultural landscape (warisan budaya kota ~ bentang budaya) dan natural landscape (geomorfologi kawasan pantai) maka kawasan pantai ini tergolong prime land yang memiliki nilai ruang yang sangat baik. Untuk itu perlu dilakukan pengenalan/ promosi potensi-potensi pengembangan kawasan pantai ini. Untuk menyusun dan mempersiapkan bahan-bahan promosi dimaksud, perlu dilakukan kajian-kajian yang memikirkan prinsip pembangunan ekonomi, Sosial dan Lingkungan Hidup, yang semua terpadu menjadi prinsip pembangunan berkelanjutan. Penataan kembali kawasan pantai melalui pendekatan reklamasi selain menuntut investasi finansial yang besar juga memerlukan dukungan teknologi tinggi sehingga potensial menimbulkan dampak besar dan penting. Kajian dampak penataan pantai hendaknya jangan bertumpu semata-mata pada kajian AMDAL yang merupakan bagian dari perizinan. Pada proses penyusunan Kerangka Acuan AMDAL, pendekatan untuk pelingkupan (scoping) materi kajian dan wilayah kajian selalu dihadang oleh dana yang terbatas, waktu yang terbatas dan jumlah personil yang terbatas sehingga hasil kajiannya selalu tidak efektif. Selain itu, metoda pendugaan dampak lingkungan selalu terfokus pada kegiatan-kegiatan yang tercantum di dalam diskripsi proyek. Untuk mengkaji lebih dini implikasi sesuatu keputusan sebelum penyusunan AMDAL, sering dilakukan kajian yang sifatnya terbuka, yakni Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Kini beberapa negara sering menyusun KLHS sebagai salah satu instrumen untuk mengkaji secara sistematis implikasi penerapan kebijakan, rencana dan program pembangunan tata ruang dan atau sektor terhadap lingkungan hidup agar diperoleh gambaran kegiatan strategis yang harus dipenuhi agar gagasan pembangunan mencapai sasaran pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Mengacu kepada penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa KLHS bukan kajian yang ditujukan untuk menyetujui dan atau menolak suatu rencana proyek, bukan kajian AMDAL dan bukan bagian dari proses perizinan, tapi dokumen kajian lingkungan yang secara kontinu dimutakhirkan dan dijabarkan agar sahih sebagai arahan kegiatan lanjutan yang lebih operasional. Terbatasnya informasi dan argumentasi serta pentingnya strategi pemanfaatan kawasan pantai Padang pada masa yang akan datang mendorong Pemerintah Kota melakukan konsultasi ke berbagai pihak, termasuk ke Departemen Dalam Negeri dan Kementerian Lingkungan Hidup. Konsultasi dimaksud menyarankan dilakukannya penyusunan KLHS untuk gagasan penataan Kawasan Pantai Padang. KLHS Gagasan Penataan Kawasan Teluk Padang dilaksanakan atas kesepakatan Walikota Padang, Kementerian Lingkungan Hidup dan Departemen Dalam Negeri dan DANIDA.

12

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

KLHS - Antara Konsep dan PraktekTantangan. Penyampaian konsep dan praktek KLHS menghadapi dua tantangan. Pertama, persepsi keliru bahwa KLHS semacam Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL). Kedua, karena belum diatur oleh kebijakan, dan belum ada pedoman atau aturan main resmi, KLHS meragukan tentang apa harus dikerjakan, apa yang harus diamati dan dikaji. Sebenarnya, KLHS di atur oleh prinsipnya yang terlihat dibawah bukan satu daftar umum tentang apa yang harus diamati. Pengamatan dan kajian diputuskan oleh pelaksana KLHS, berikut keterangan lebih lengkap. Pertama, perlu dirumuskan definisi negative sebab sering kali beberapa orang yang pertama kali mendengar istilah KLHS menduga itu sejenis AMDAL yang akan memperlambat proses pembangunan karena (dianggap) menambah birokrasi dan biaya evaluasi kelayakan. Sedangkan sesungguhnya, KLHS Bukan evaluasi daerah dari pusat ~ KLHS PBC demand-driven (melainkan berdasarkan permintaan dan kebutuhan daerah) Bukan AMDAL ~ Tidak ada kaitan dengan AMDAL Proyek maupun program dulu untuk AMDAL Regional Bukan proses perizinan atau kelayakan ~ hasilnya tidak meresmikan apapun Bukan ancaman pembangunan daerah ~ KLHS menjamin pembangunan daerah karena sebagai safeguard, merangsang pertimbangan masalah lingkungan baik oleh pemerintah maupun masyarakat dan begitu menyempurnakan proses pembuatan rencana, program atau kebijakan Bukan mekanis mengambil keputusan langsung (decision-making) ~ sedangkan memberdayakan proses pemngambilan keputusan kebijakan, program atau rencana (decisionaiding)

Wilayah KLHS biasanya jauh lebih luas daripada AMDAL yang pada umumnya focus pada proyek. Oleh karena itu, KLHS dapat mempertimbangkan aspek, 1. Lintas wilayah 2. Lintas sektoral 3. Dampak akumulatif 4. Dampak sampai jauh

13

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

Kedua, prinsip prinsip KLHS adalah kekuatannya, yang membuatnya adaptif dan tepat tujuan. Kajian Lingkungan Hidup Strategis, KLHS (Strategic Environmental Assessment, SEA), adalah suatu proses kajian yang sistematis dan partisipatif untuk mengevaluasi konsekwensi suatu kebijakan, rencana atau program yang ada dampak lingkungan. Kalau sempat menilai dampak lingkungan dari yang ada kaitan dengan implementasi kebijakan (K), rencana (R) atau program (P) baru, dan hasilnya dibahas bersama oleh semua pihak yang berkepentingan, maka K, R atau P tersebut akan lebih efektif dan lebih mungkin dihormati masyarakat. Berdasarkan keterpaduan antara penilaian dampak lingkungan menurut data yang tersedia dan observasi di lapangan, dengan pertimbangan persepsi masyarakat tentang kebijakan program atau rencana baru, dihasilkan suatu daftar variable atau parameter yang pokok atau strategis. Oleh karena itu, KLHS mempunyai legitimasi sosial. Terus disempurnakan sampai diserahkan kepada kelembagaan yang menyiapkan kebijakan, program atau rencana baru. Sesuai dengan keanekaan instrumen kajian pengelolaan lingkungan, banyak negara telah menerapkan KLHS, namun dalam implementasinya di banyak negara itu, pendekatan yang digunakan amat beragam, bahkan namanya pun tidak selalu sama. Ada KLHS yang hanya mempertimbangkan aspek lingkungan, ada yang mencakupi berbagai aspek ekonomi, dan ada yang diantaranya. Ada sistim KLHS yang wajib, ada yang sukarela. Ada yang lebih kuantitatif, ada yang lebih deskriptif. Jangka waktu pelaksanaan bisa dari tiga hari sampai dengan tiga tahun. Belum ada suatu definisi dan praktek standar KLHS, baik diluar negeri, maupun di Indonesia. Di Indonesia pula, akhir tiga tahun ini ada uji coba KLHS dengan pola yang beraneka ragam, yaitu, Di Nangroe Aceh Darussalam (NAD), 2005 SENRA (Bappenas dengan CIDA) untuk Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi dari Dampak Tsunami, 2006 CEPP (Bappenas dengan UNDP) identifikasi tekanan lingkungan yang kritis. 2006 Penataan ruang sungai dimana padat Galian C di Kreung Aceh. 2007 Proyek ESP di Ciayumajakuning (KLH dengan Danida) untuk rencana pengelolaan daerah aliran sungai lintas Kabupaten/Kota (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) yang bersumber di Gunung Ciremai. 2006 Proyek NRMdf di Propinsi Kalimantan Timur (Dirjen Bina Bangda dengan ADB) menilai alternatif tata ruang, versi propinsi dan versi Departemen Kehutanan.

-

-

Pada Proyek ESP 1 (2007) dan 2 (2008 - 2013), Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) lagi mengkaji kebijakan yang tepat untuk mendukung KLHS di Indonesia tanpa membekukan daya adaptasinya dan relevansinya untuk daerah. Bappenas menyusun pedoman untuk persiapan RPJM. Prinsip KLHS. United Nation Environmental Programme (UNEP) 2006 menjelaskan beberapa ciri yang diharapkan dari proses penyusunan KLHS. Ciri-ciri yang berikut menunjukkan daya adaptif dari KLHS, penyesuaian dengan kebutuhan serta aspek partisipasi pihak yang berkepentingan. 1. Lingkup materi dan wilayah kajian dapat disesuaikan dengan kebutuhan 2. Tingkat kedalaman kajian dapat disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai 3. Didasarkan pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan 4. Bersifat komprehensif 5. Relevan untuk perumusan keputusan 6. Dapat diintegrasikan ke dalam berbagai produk kebijakan 7. Seluruh stakeholders dapat berpartisipasi di dalam kajian 8. Pembiayaan sangat efektif Menurut International Association for Impact Assessment (IAIA 2002), prinsip prinsip dasar dari pelaksanaan KLHS adalah yang berikut (lihat Box 1),

14

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

1. Focussed ~ terfokus, terarah ke tujuan, yaitu, evaluasi atau pembuatan kebijakan, rencanca atau program baru 2. Integrated ~ terpadu, mencakupi baik pengamatan parameter maupun aspek ekonomi yang terkait 3. Accountable ~ akuntabel melalui proses yang transparan 4. Participative ~ partisipatif, melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan (stakeholders) 5. Iterative ~ kajian di-ulangi terus berdasarkan informasi dan data baru 6. Sustainability-led ~ diarahkan sasaran berkelanjutan

Definisi KLHS. Suatu definisi KLHS yang cukup terkenal dari Sadler dan Verhem (1996 cit. Adiwibowo 2007) adalah, KLHS adalah proses sistematis untuk menjamin bahwa konsekuensi atau dampak lingkungan yang timbul akibat suatu usulan kebijakan, rencana, atau program telah dipertimbangkan dan dievaluasi sedini mungkin dalam proses pengambilan keputusan, paralel dengan pertimbangan sosial dan ekonomi. Untuk rencana pembangunan PBC, definsi KLHS disesuaikan dengan tujuan sebagai berikut, KLHS adalah proses sistematis untuk menjamin bahwa dampak lingkungan yang timbul akibat pembangunan PBC, telah dipertimbangkan dan dievaluasi sedini mungkin dalam proses pengambilan keputusan tentang pembuatan rencana resmi pembangunan PBC, paralel dengan pertimbangan sosial dan ekonomi. Ada lima komponen dari proses KLHS untuk rencana pembangunan PBC. 1. Pengamatan variabel lingkungan hidup terkait dengan kemungkinan dampak dari PBC, serta usulan mitigasinya (sustainability-driven) 2. Pertimbangan persepsi masyarakat (accountable) 3. Keterpaduan antara 1 dan 2 untuk memperoleh penilaian masalah strategis ttg dampak potensil dari pembangunan PBC (integrated) 4. Menginformasikan proses pembuatan rencana resmi untuk pembangunan PBC cukup lama sebelumnya. 5. Disempurnakan terus berdasarkan data dan informasi baru (iterative)

Manfaat Lain dari KLHS. Kebijakan pembangunan dan atau pemanfaatan sumber daya alam yang didukung dengan KLHS yang melibatkan masyarakat akan menjadi bahan pertimbangan positif dari green investor (investor perduli lingkungan). KLHS dapat mendukung AMDAL dengan menyediakan data pada fase perlingkupan. Proses membuat rancangan spesifikasi bangunan PBC juga dimantapkan oleh hasil KLHS. Di bagian lain, penyusunan KLHS untuk menguji rumusan kebijakan merupakan bukti bahwa Pemerintah (Pusat, Kabupaten dan atau Kota) perduli terhadap perlindungan lingkungan hidup.

15

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

3.

Maksud, Tujuan dan Hasil yg Diharapkan

3.1

Maksud

Maksud kegiatan adalah menyusun suatu KLHS sebagai untuk memantapkan proses pembuatan rencana pembangunan PBC. Pelaksanaan KLHS dimaksud dilakukan secara bersama-sama oleh Tim Studi (terdiri dari tiga konsultan Dirjen Bina Bangda) bersama Tim Kecil yang mewakili Pemerintah Kota Padang.

3.2

Tujuanmelakukan identifikasi keselarasan rumusan kebijakan penataan Pantai Kota Padang dengan kebijakan sektor terkait lainnya baik dalam jangka panjang maupun jangka menengah. melakukan identifikasi rona lingkungan terutama di sekitar lokasi rencana penataan pantai; menelusuri kebutuhan-kebutuhan program dan rencana kegiatan yang perlu dilakukan sebagai upaya mitigasi yang diisyaratkan harus dilakukan apabila gagasan penataan pantai akan dilanjutkan ke tingkat kajian kelayakan ekonomi, kelayakan teknik dan atau kelayakan lingkungan serta AMDAL.

Tujuan utama penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) ini adalah:

Kegunaan hasil KLHS yang dilaksanakan secara bersama adalah diperolehnya laporan yang dapat digunakan oleh berbagai pihak, baik Pemerintah Kota, Dunia Usaha dan Unsur Masyarakat sebagai alat bantu untuk mengarahkan kegiatan lanjutan. Selanjutnya, KLHS dapat berguna sebagai rambu rambu untuk menyusun rencana resmi pembangunan PBC. Dengan demikian diharapkan bahwa polemik dan opini tentang dampak PBC dapat dijawab menurut kajian objektip berdasarkan fakta dan data yg ada. Selain itu, diharapkan pula bahwa proses dialog KLHS antar pihak yang berkepentingan akan menciptakan suasana yang lebih serasi sebab tujuan penyusunan KLHS bukan untuk menyetujui atau tidak kelayakan PBC tetapi lebih mengutamakan kegunaanya, yakni untuk meningkatkan pengetahuan dan keterlibatkan masyarakat didalam pembahasan rencana PBC. Pada tahap selanjutnya, apabila Pemerintah Kota Padang bersama mitra akan menyusun rancangan bangunan (design specifications) PBC, maka rancangan dimaksud akan lebih realistis karena sudah mempertimbangkan informasi dari hasil KLHS. Dengan demikian, proses pelingkupan (scoping) AMDAL akan lebih cermat dan cepat karena sebagian informasi lingkungan sudah dikaji oleh KLHS.

3.3

Hasil Laporan yang Diharapan

Sesuai dengan maksud, tujuan dan kegunaan, maka hasil yang diharapkan dari kajian ini adalah laporan kajian yang bersifat clip file yakni laporan yang terbuka untuk dimutakhirkan oleh Pemerintah Kota Padang. Pemutakhiran dimaksud boleh jadi karena: adanya kekurangan data (gap) pada saat penyusunan KLHS ini, misalnya, hasil dari survey benthic yang akan dikerjakan oleh German Indonesia Cooperation for Tsunami Early Warning System (GITEWS), karena adanya assumsi yang salah pada saat melalukan penelusuran implikasi lingkungan, dan penambahan informasi karena beberapa rekomendasi KLHS ini telah direalisasi serta, KLHS ini dikembangkan untuk mengkaji isu pokok lain.

16

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

3.4

Lingkup Bahasan

Sebagaimana diketahui, gagasan penataan PBC disampaikan oleh Pimpinan Pemerintah Kota Padang sebagai respons atas makin menurunnya daya dukung dan daya tampung lingkungan pantai di sekitar Purus dan Muaro. Sementara itu, di dalam dokumen-dokumen rencana pembangunan kota Padang telah diisyaratkan bahwa pengembangan Kawasan Pantai Padang diarahkan sebagai kawasan wisata terpadu yang dibangun melalui pendekatan kerjasama Pemerintah Kota dengan dunia usaha/ swasta. Dengan demikian, lingkup bahasan di dalam kajian ini mencakup 3 hal, yakni: 1. Penelusuran rumusan kebijakan, rencana, program (KRP) pengembangan tata ruang dan sektor-sektor baik jangka panjang dan jangka menengah serta rumusan program-program pembangunan bagian-bagian kota, terutama yang berkaitan dengan lokasi kawasan PBC. 2. Penelusuran rona lingkungan fisik alami, sosial ekonomi dan sosial budaya, terutama disekitar kawasan PBC. 3. Perumusan assumsi proyek (level kegiatan setelah program), apabila kegiatan fisik penataan Pantai Padang dilaksanakan, yakni kegiatan reklamasi pantai. 4. Penilaian implikasi terhadap lingkungan hidup.

4. Metode Kajian dan Format Laporan4.1A. I.

Pengumpulan DataData Sekunder Data Instansionil dan Publikasi

Sebagai suatu kajian tentang implikasi kebijakan, perencanaan dan program, maka kajian ini didasarkan pada data dan informasi serta publikasi. Data dan informasi yang diperlukan diperoleh dari instansi-instansi di lingkungan Pemerintah Kota Padang, antara lain: 1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2004-2020. Pemerintah Kota Padang. 2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2008. Pemerintah Kota Padang. 3. Padang Dalam Angka Tahun 2005. Kerjasama BAPPEDA Kota Padang dengan Badan Pusat Statistik Kota Padang. 4. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Padang Tahun 2006. 5. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang 2004-2013. 6. Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Kota Padang. 7. Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Kota Padang. 8. Opini Publik Rencana Pembangunan PBC, Klipping Surat Kabar. 9. Keputusan Walikota Madya Kepala Daerah Tingkat II Padang nomor 03 Tahun 1998 tentang Penetapan Bangunan Cagar Budaya dan Kawasan Bersejarah Di Kotamadya Padang. 10. Panduan Rancangan Kawasan dan Bangunan Di Kota Lama Padang. Salah satu publikasi yang digunakan di dalam kajian ini adalah Paco-Paco (Kota) Padang, Sejarah sebuah kota di Indonesia pada abad ke 20 dan penggunaan ruang kota yang disusun oleh Freek Colombijn yang diterbitkan oleh Penerbit Ombang, Yogyakarta tahun 2006.

17

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

II.

Peta-peta, gambar dan foto lama

Untuk lebih memahami perubahan garis pantai Padang dan pola penggunaan kawasan pantai (terutama kawasan kota lama), Tim Studi mengupayakan peta-peta lama, baik yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Padang maupun dari sumber lain. Guna menjelaskan posisi rencana Padang bay City dalam kaitan dengan kota Padang, maka diusahakan peta paling detil yang ada. Untuk kota Padang ternyata hanya ada peta rupabumi skala 1:50.000. Peta ini sudah cukup berumur karena berasal dari pemotretan udara tahun 1970an dan dipublikasikan pada awal 1980an. Peta-peta lain yang lebih awal dari tahun 1970an coba dicari di Internet. Dari sebuah situs di Belanda http://maps.kit.nl/apps/search dijumpai sejumlah besar koleksi peta tua yang memiliki skala dan tingkat kedetilan yang berbeda-beda. Dari koleksi itu diputuskan untuk membeli peta Padang dari dua tahun yang berbeda (1893 dan 1945), masingmasing dengan skala yang cukup detil (1:40.000 dan 1:5.000). Kedua peta ini terbukti dapat memberikan gambaran sejarah yang dapat dipertanggung jawabkan tentang dinamika Pantai Padang. Selanjutnya pasca tahun 1970an gambaran detil tentang bagaimana kondisi kota Padang saat ini didapatkan dari Citra Ikonos dipindai pada tahun 2005 yang dipinjamkan oleh Bappeda Kota Padang untuk study ini. Guna melihat apa yang terjadi di Pantai Padang dari tahun 1970an hingga tahun 2005, digunakan dua buah citra satelit Landsat (resolusi 30 meter) yang masing-masing bertahun 1990 dan 2000. Kedua citra ini diunduh dari Situs NASA. Menyangkut rencana Kota Padang, data / peta dikumpulkan dari beberapa sumber, antara lain dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Padang, Dinas Kelautan dan Perikanan, Bappeda Kota Padang dan dari Kantor Penanaman Modal dan Investasi Kota Padang. Peta-peta dan keterangan ini diterima dalam berbagai format sehingga untuk dapat mengintegrasikannya dengan data-data yang lain yang telah dikelola dengan GIS masih membutuhkan proses konversi dan perbaikan georeferensi yang memakan waktu cukup lama. Data-data yang kini telah memiliki referensi geografis ini selanjutnya dikelola dengan GIS dengan perangkat lunak ArcGIS 9.2. Selanjutnya basis data ini dapat digunakan secara lebih mudah untuk berbagai keperluan perencanaan pembangunan di Kota Padang di masa yang akan datang, termasuk melanjutkan Kajian Lingkungan Hidup Strategis. Data pendukung lainnya juga ditemui dalam bentuk foto-foto tua. Paling tidak ada 2 situs yang memiliki sejumlah koleksi foto tua yang diambil di kota Padang yang sudah puluhan bahkan lebih dari seratus tahun lalu. Situs itu antara lain adalah : http://home.iae.nl/users/arcengel/NedIndie/photos.htm#website http://www.geheugenvannederland.nl/index_en.html Sumber data lain yang perlu dieksplorasi adalah Arsip Kota Padang. Namun karena gempa, kantor dan arsip yang dahulunya terletak di lantai 4 gedung Walikota Baru dipindahkan untuk sementara waktu sambil menunggu selesainya perbaikan. Hal ini menyulitkan proses pencarian arsip yang diperlukan.

Data Primer I. Observasi Lapangan

Untuk lebih memahami kondisi wilayah kajian, Tim Studi melakukan observasi lingkungan ke beberapa lokasi, yakni: kawasan PBC (muara sungai Batang Arau hingga muara Banjir Kanal), Kawasan Kota Lama Muaro dan Gunung Padang, Air Manis dan Sungai Pisang, Bungus dan Teluk Bayur, lokasi penambangan batu di Indarung, lokasi pintu air Batang Arau dengan saluran pengendali banjir. Parameter yang diamati, terutama adalah keadaan topografi, pola penggunaan tanah dan bangunan, keadaan tata air, kualitas fisik lingkungan permukiman dan tampilan bangunan lama yang ditetapkan sebagai bangunan yang dipugar.

18

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

II.

Kajian Peta

Untuk mencari tahu tentang abrasi dan sedimentasi pantai, dicari peta pantai dari tahun-tahun sebelumnya lalu di overlay. Peta ditemukan di kelembagaan tertentu dan di internet. Kajian peta diperbandingkan dengan hasil studi ombak dan foto udara dari perguruan tinggi. Selanjutnya, masyarakat yang lama tinggal di pantai diwawancarai tentang ingatan mereka mengenai abrasi pantai. III. Wawancara dan Kuesioner

Tim Studi melakukan wawancara dengan beberapa orang responden, antara lain petugas di Pelabuhan/ dermaga Batang Arau, pengelola rumah makan di kawasan pantai, nelayan di kawasan pantai Purus dan peneliti/ dosen perguruan tinggi di Kota Padang. Tim Studi dibantu oleh Tim Surveyor terdiri dari lima orang untuk menangani pengumpulan data primer melalui kuisioner. Metoda pengumpulan data adalah sebagai berikut: Parameter dan Pengambilan Sampel Pengambilan data primer komponen sosial ekonomi budaya dan kemasyarakatan dilakukan melalui metode survey (kuisioner), observasi atau pengamatan dan wawancara mendalam (in-depth interview). Untuk metode penyebaran kuisioner dilakukan dengan metode cluster random sampling. Parameter komponen sosial ekonomi dan budaya yang dikumpulkan meliputi : Tingkat pekerjaan, status pekerjaan dan lapangan usaha Pola interaksi dan mobilitas masyarakat di lokasi rencana kegiatan Nilai-nilai dan norma-norma yang berkembang dan berlaku dalam masyarakat. Persepsi sikap masyarakat terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan baik pada tahap konstruksi maupun pasca konstruksi. Harapan dan kekhawatiran masyarakat terhadap rencana kegiatan yang akan dilakukan. Analisis Sampel dan Data Data yang didapat lewat kuisioner, ditabulasi dan dianalisa dengan memunculkan persentase sehingga ditemukan nilai-nilai secara keseluruhan. Evaluasi data didasarkan atas kecenderungan persepsi serta substansi tanggapan masyarakat yang berkembang terhadap rencana kegiatan. Kemudian dilakukan analisis secara deskriptif agar diperoleh nilai komparatif.

Lokasi Survei Lokasi penyebaran kuisioner dilakukan di Kelurahan Batang Arau, Kelurahan Bukit Gado-Gado (Kecamatan padang Selatan) dan Kelurahan Berok Nipah, Kelurahan Belakang Tangsi Kelurahan Olo, Kelurahan Purus (Kecamatan Padang Barat). Quota atau jumlah responden pada masing-masing kelompok masyarakat akan berbeda, Misalnya quota untuk nelayan akan relatif lebih besar / lebih banyak dibandingkan kapal wisatawan. Berdasarkan asumsi diatas responden dijaring berdasarkan karakteristik dan mempertimbangkan tingkat standar deviasi populasinya. Adapun pengelompokan responden tersebut adalah : Nelayan Pedagang (PKL, warung jajanan) dan pengada jasa Buruh Bongkar Muat Pelabuhan Pemilik Gudang/gedung tua Petani/pekerja di Bukit Gado-Gado Gunung Padang Wisatawan (Nusantara dan Mancanegara) Kapal Wisata/Pesiar Kapal Penumpang Tokoh Masyarakat sekitar lokasi kegiatan (alim ulama, cerdik pandai, pemuda).

19

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

Tim Survey juga melakukan wawancara mendalam dengan responden di Kelurahan Batang Arau, Kelurahan Bukit Gado-Gado (Kecamatan Padang Selatan) dan Kelurahan Berok Nipah, Kelurahan Belakang Tangsi Kelurahan Olo, Kelurahan Purus (Kecamatan Padang Barat). Wawancara juga dilakukan terhadap nelayan, wisatawan dan pedagang/pengada jasa. IV. Diskusi Terbatas pada Kelompok Khusus (Focus Group Discussion, FGD)

Untuk lebih memaknai keanekaragaman pendapat tentang gagasan penataan kawasan pantai Padang, Pemerintah Kota Padang memfasilitasi penyelenggaraan diskusi terbatas. Diskusi tersebut dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2006. Penyelenggaraan diskusi terbatas berlangsung sesuai dengan susunan acara yang telah disusun. Masing-masing peserta yang hadir, selain menyampaikan pokok-pokok pikiran dan atau pendapat juga mempersiapkan penjelasan tertulis (on call paper). Jumlah peserta diskusi terbatas mencapai 90% dari peserta yang diundang.

4.2 Evaluasi LingkunganI. Interpretasi Data Dasar

Untuk memperoleh pemahaman dan menggambarkan rona lingkungan hidup dilakukan pendekatan interpretasi data dasar. Pendekatan ini dilakukan untuk data yang diperoleh dari instansi yang berwenang, antara lain data statistic kependudukan, data hasil pemantauan kualitas fisik kimia air sungai Batang Arau. II. Overlay Peta

Untuk menjelaskan gejala perubahan rona lingkungan suatu lokasi dan atau implikasi suatu kegiatan terhadap komponen lingkungan dilakukan dengan cara penumpang tindihan/ overlay peta tematik. Misalnya, setelah melakukan intervensi penyetaraan skala terhadap peta Topografi yang tahun pemetaannya berbeda, maka dapat dilakukan penumpang tindihan, sehingga diperoleh pemahaman tentang pergeseran garis pantai pada kurun waktu tertentu. III. Bagan Alir Variabel Lingkungan serta Interaksinya

Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan keterkaitan suatu variable dengan variable lain digunakan bagan alir. Selanjutnya untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan kausatif suatu komponen rencana kegiatan terhadap suatu komponen lingkungan hidup, digunakan matriks interaksi lingkungan. Dengan demikian dapat ditelaah komponen lingkungan dan komponen kegiatan yang tergolong strategis yang perlu mendapat perhatian secara mendalam agar dapat dipikirkan cara optimasi dan atau mitigasinya.

20

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

Rencana Kegiatan Reklamasi Padang City.

Tipologi Kegiatan :

Identifikasi1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Lingkungan

Implikasi

Monitoring dan valuasi

Bay

1. PraKonstruksi 2. Konstruksi 3. Pasca Konstruksi

Morfologi Pantai Morfologi Muara Sungai Hidrodinamika Laut Abrasi dan Akresi Sampah padat Kualitas Air Batang Arau Kualitas Air Laut Kerusakan Lokasi Quarry Biologi

Penilaian1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Lingkungan

Implikasi

1 Monitoring Penyempurnaan KRP ttg PBC

Informasi :Kondisi lingkungan di lokasi proyek dan sekitarnya

Kualitas air laut Kuantitas air permukaan Morfologi pantai Pola arus Abrasi dan sedimentasi Mangrove Biota laut Kesempatan kerja Estetika lingkungan

2 Evaluasi Hasil Monitoring 3. Pemutakhiran KLHS PBC

Tipologi Lingkungan :Lingkungan sekitar proyek : 1. 2. 3. 4. 5. Hidrodinamika Perairan laut Pemukiman Penduduk Kawasan wisata pantai G. Padang dan Sungai Batang Arau Kota Lama

9.

10. Flora Darat

Mitigasi Dampak Lingkungan :

Desk Study

11. Fauna Darat 12. Biota Laut 13. Sosekbud 14. Perekonomian Kota 15. Persepsi Masyarakat

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Persepsi Masyarakat ttg PBC Keresahan Sosial Gangguan Thdp Biota Laut Kecemburuan Sosial Ketertiban dan Keamanan Kesempatan Kerja & Berusaha

Penelaahan Dokumen: RPJP, RPJM, RTRW, SLHD, Padang Dalam Angka, Renstra Pesisir Dokumen Perencanaan Padang Bay City

10. Sanitasi lingkungan 11. Persepsi masyarakat

16. Kesempatan Kerja & 12. Kamtibmas Berusaha Identifikasi Implikasi Gagasan Penilaian Implikasi Lingkungan 13. Transportasi darat Reklamasi Padang Bay Cityl : Berdasarkan Matriks Interaksi 17. Kegiatan Wisata Pantai Lingkungan. 14. Transportasi laut Penelaahan RPJP,18. Pendapatan Masyarakat RPJM, RTRW & Dokumen Lainnya. Interaksi Dengan Tim Teknis sekitar 15. Kegiatan 19. Kesehatan Masyarakat (rapat dan brainstorming) Klipping Surat Kabar 16. Muka tanah 20. Kamtibmas Konsultasi dan diskusi pakar, Kick Off KLHS PBC 21. Estetika Lingkungan pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab dan Observasi Lingkungan Sanitasi Lingkungan masyarakat yang berkepentingan 22.

7. Abrasi dan Akresi Akibat Menggali Konsep Mitigasi : Reklamasi

8. Pencemaran Batang Arau Diskusi Pendekatan Mitigasi 9. Keselarasan Naturan & Cultural Landscape Merumuskan Solusi untuk mitigasi Dampak Mengintegrasikan rumusan mitigasi dampak ke dalam format Program, Rencana dan Kebijakan..

Konsultasi dan diskusi Keresahan Sosial 23. pakar, pemrakarsa, instansi 24. Penguasaan yang bertanggung jawab dan masyarakat yang Pemilikan Tanah berkepentingan

Penilaian Isi Kuisioner dan

21

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

4.3

Sarana prasarana pelaksanaan KLHS

Sebagaimana dikemukakan pada bagian awal laporan ini, bahwa KLHS PBC disusun melalui kerjasama Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Pemerintah Kota Padang. Untuk mendukung penyelenggaraan KLHS, Walikota Padang membentuk dua (2) Tim Kerja. Tim Kerja I terdiri atas pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Padang yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah. Tim Kerja II merupakan gabungan tenaga ahli di lingkungan Kantor Walikota Padang yang dipimpin Asisten Kesejahteraan dan Pembangunan dan Sektretaris Tim Kepala Bagian Penanaman Modal Dan Kerja Sama. Untuk mendukung pelaksanaan KLHS, Pemerintah Kota Padang menyediakan ruang kerja bagi Tim Kerja dan Konsultan di Kompleks Dinas Pemadam Kebakaran Kota Padang.

4.4

Jadwal Pelakasanaan dan Tahapan Kegiatan

Jadwal dan Perjalanan di Padang Studi KLHS ini dilaksanakan dalam periode empat bulan. Kunjungan ke Padang dilakukan Tim Studi dua kali dalam sebulan untuk bekerja bersama dengan Tim Kecil, sedangkan waktu selama di Jakarta dipergunakan untuk penulisan KLHS, selain juga menjalankan tugas lain seperti memberikan masukkan untuk Tim Pembuatan Kebijakan untuk KLHS, pertemuan ESP lainnya, pencarian dan pengumpulan data lewat Internet serta pengolahan/analisa data untuk KLHS. Pekerjaan Tim Studi khusus untuk KLHS PBC adalah dua bulan, mencakupi satu minggu penuh (minggu ke-8) untuk menulis laporan akhir. Kegiatan dan tahapan KLHS terlihat pada Lampiran 13. Jadwal penyelesaian laporan akhir terpaksa diundur hingga bulan Desember sebab Team Leader dari Tim Studi sakit selama tiga minggu. Tahapan Kegiatan Tahapan kegiatan adalah sebagai berikut (digambarkan didalam bagan alir di halaman berikut), Perkenalan Masalah. Pemerintah Kota Padang menyampaikan ke Dirjen Bina Bangda visi pembangunan PBC serta proyek lain di wilayah pesisir seperti pengembangan marina, pembuatan terowongan, perlebaran jalan pantai / sunset road, dan reklamasi pelabuhan Teluk Bayur. Diakui bahwa tidak semua masyarakat menyetujui PBC. Dirjen Bina Bangda mengusulkan KLHS sebagai pendekatan yang tepat untuk menjawab permasalahan menyangkut PBC. Usulan Dirjen Bina Bangda disambut dengan baik oleh PemKo Padang. Intinya KLHS di Padang didasarkan pada keperluan daerah (demand-driven), didukung sepenuhnya oleh PemKo Padang dan tidak bersifat proyek dari pusat. Penapisan atau Penyaringan (Screening). Kompleksitas dari lingkup PBC di Kota Padang, efek kumulatif dan lintas sectoral sampai jauh dari lokasi menunjukkan tepatnya pelaksanaan KLHS. Perlingkupan (Scoping). Survey awal di daerah PBC serta pikiran Pemerintah Kota tentang obyek pembangunan yang terkait menunjukkan ruang lingkup KLHS yang mencakupi baik reklamasi pantai dengan PBC, maupun marina yang akan di kembangkan dan restorasi gedung lama dengan tujuan ekonomis yang berdekatan dengan Batang Arau yang akan dijadikan marina. Tidak ada waktu untuk mencakupi pembangunan lain di daerah pesisir Kota Padang. Tim KLHS dan Tim Kecil KLHS. Tim KLHS dibentuk oleh Wali Kota, lalu pada pertengahan bulan pertama (dari rencana empat bulan), Tim Kecil yang terdiri dari 15 orang yang berasal dari berbagai dinas dan instansi di PemKo Padang dan Propinsi Sumatera Barat terbentuk. Sosialisai Internal. Kegiatan pertama kerja sama dengan Pemerintah Kota adalah upaya menerangkan apa itu KLHS pada mitra kerja, lebih lebih meyakinkan mitra bahwa ini bukan semacam AMDAL. Bukan studi kelayakan sedangkan upaya meningkatkan pengetahuan tentang dampak lingkungan yang potensial bahaya cukup lama sebelum ada rencana resmi dan merangsang wacana dengan pihak yang berkepentingan yang berdasarkan fakta bukan opini atau polemik. Revisi Informasi Sekunder dan Memperoleh Data Primer (peta, data, foto serta hasil survey dan focus group discussion (FGD) serta wawancara per orangan). Presentasi Hasil Kerja antar Anggota Tim Kecil dan Tim Studi dari Dirjen Bina Bangda.

22

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

Pembuatan draft final report, mengundang komentar dari berbagai pihak. Final Report dalam bentuk jilid dan clip file siap utk ditambah dengan informasi baru dan terus disempurnakan sampai rencana resmi pembangunan PBC selesai. Dipakai sebagai referensi pada waktu wacana antara pihak yang berkepentingan. Tindak Lanjut sampai rencana pembangunan PBC sudah diresmikan. Update dari laporan KLHS dengan informasi baru yang terkait.

23

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

Bagan alir yang berikut menggambarkan esensi dari proses KLHS yang tersebut diatas.

PERKENALAN isu isu lingkungan dari visi pembangunan PBC yang mau dijadikan rencana resmi

PEMBUATAN RENCANA RESMI PEMBANGUNA N PBC

I N F O R M A S I

PENAPISAN Penentuan relevansi PBC untuk KLHS

PELINGKUPAN Identifikasi lokasi untuk KLHS serta isu-isu lingkungan yang pokok

Laporan KLHS

PELAKSANAAN Tim Kecil bersama Tim Bangda

Laporan KLHS

B A R U

Wacana antara pihak yang berkepentingan mulai dengan Focus Group Discussion (FGD) ~ Pembahasan lebih berdasarkan fakta daripada opini dan polemik

Kajian Data Primer dan Sekunder ~ menentukan variable lingkungan yang strategis

Tindak Lanjut

Laporan KLHS Jiliddan ClipFile ~ Bulan Ke-4

Identifikasi Parameter Strategis Keterpaduan antara kajian data primer/sekunder dan persepsi pihak yang berkepentingan 4.5 Format dan Fungsi Laporan

Laporan KLHS terdiri dari tiga bagian. Laporan utama KLHS ini terdiri dari tujuh bab, 11 lampiran dan satu narasi gambar sebagai kumpulan foto dan peta ilustrasi. Bagian 1: Laporan Utama Bab 1: Pendahuluan, konsep dasar KLHS dan tujuan KLHS dibahas. Bagain terakhirnya tentang landasan hukum. Bab 2: Metode pelaksanaan KLHS untuk PBC, mancakup pengumpulan data dan informasi sampai kajiannya. Bab 3: Meninjau Kesesuaian rencana PBC dengan kebijakan pemerintah. Bab 4: Terdiri dari konteks lingkungan hidup, yang mencakup rona lingkungan kota, dan rona lingkungan pantai.

24

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

Bab 5: Mencakup penilaian implikasi lingkungan dari pembangunan PBC melalui kajian strategis terdiri dari keterpaduan antara pengamatan lingkungan dan persepsi masyarakat untuk mengidentifikasikan isu strategis yang perlu ditindak lanjuti. Bab 6: Membahas Beberapa masalah pokok serta usulan mitigasi. Bab 7: Kesimpulan, pelajaran dari pengalaman (lessons learned) dan rekomendasi tindak lanjut hingga pembuatan rencana resmi untuk pembangunan PBC. Bagian 2: Lampiran Lampiran 1: terdiri dari daftar semua dokumen dan data yang diperoleh selama KLHS. Disediakan pula soft copy untuk di-GIS-kan di Lampiran 2, yaitu, di CD. Lampiran 2: Kuesioner survei persepsi pihak yang berkepentingan (stakeholders) Lampiran 3: Tabel-tabel rangkuman hasil survei. Lampiran 4: Tabel-tabel rangkuman hasil survei (lanjutan). Lampiran 5: Beberapa data tentang rona lingkungan kota Lampiran 6: Daftar anggota Tim KLHS. Lampiran 7: Daftar anggota Tim Kecil KLHS yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Padang. Lampiran 8: Daftar narasumber untuk Focus Group Discussion (FGD). Lampiran 9: Kajian yang dikemukakan oleh narasumber. Lampiran 10: Notulensi FGD. Lampiran 11: Usulan kegiatan tindak lanjut KLHS sampai rencana pembangunan PBC diresmikan. Bagian 3: Narasi Gambar Tujuan Narasi Gambar adalah untuk mendampingi teks dari laporan utama KLHS. Peta dan foto di-anotasi kira2 dalam urutan isu didalam laporan utama. Tiga bagian yang tersebut diatas sebagai masukkan untuk presentasi final di Padang pada tanggal 03 Desember 2007.

Semua data dan dokumen yang tersebut disediakan dalam bentuk softcopy di CD.

25

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

5. Tinjauan Kebijakan Pembangunan Kota dan Kawasan Pantai5.1 Landasan Hukum dan Peraturan yang Berkaitan

Kegiatan penataan Pantai Padang merupakan kegiatan yang bersifat lintas sektor yang berdampak terhadap masyarakat dan lingkungan hidup. Beberapa peraturan perundang-undangan yang perlu sebagai bahan pertimbangan antara lain adalah: Undang-undang: 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1956 Tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 20); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; digunakan sebagai acuan pengelolaan sumberdaya alam hayati (Mangrove dan satwa); 4. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran; digunakan sebagai acuan kegiatan transportasi laut; 5. Undang-undang Nomor 06 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia; digunakan sebagai acuan pengelolaan perairan; 6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; digunakan sebagai acuan pengelolaan lingkungan; 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah. 8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. 9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. 10. Undang-undang Nomor 07 Tahun 2003 tentang Sumber Daya Air; digunakan sebagai acuan pengelolaan sumber daya air; 11. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; digunakan sebagai acuan Kewenangan Pemerintah Kota; 12. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; digunakan sebagai acuan penataan ruang.

Peraturan Pemerintah 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Laut; digunakan sebagai acuan pengelolaan lingkungan perairan laut 2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara; digunakan sebagai acuan pengelolaan kualitas udara 3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Angkutan Di Perairan; digunakan sebagai acuan transportasi laut bahan reklamasi 4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; digunakan sebagai acuan pengelolaan kualitas air 5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah; sebagai acuan pemanfaatan tanah hasil reklamasi.

26

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

6. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Perlindungan Sumber-Sumber Air dan Pencemaran Lingkungan; digunakan sebagai acuan pengelolaan kualitas air dan pengelolaan lingkungan. 7. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Bangunan Gedung. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom.

5.2

Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional dan pelaksanaan kewenangan Daerah sebagaimana diatur di dalam Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2000, Pemerintah Kota Padang telah menyusun dan menetapkan Peraturan Daerah Kota Padang nomor 18 tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Padang Tahun 2004 2020. Selanjutnya pada tanggal 3 Agustus tahun 2004 Dewan Perwakilan Daerah Kota Padang menetapkan Keputusan nomor 16/II-DPRD/2004 tentang Persetujuan penetapan Peraturan Daerah Kota Padang tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Padang Tahun 2004 2020. RPJP tersebut telah dijabarkan ke format Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang digunakan sebagai acuan penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan. Di dalam dokumen RPJP tersebut ditegaskan bahwa tantangan kota Padang dalam jangka pendek adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh transformasi sosial . Selanjutnya tantangan jangka menengah adalah transformasi sosial sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sehingga berlangsung akumulasi kesejahteraan yang berkelanjutan. Pada bab 3 dokumen RPJP dimuat rumusan visi Kota Pandang, yaitu: terwujudnya masyarakat madani yang berbasis industri, perdagangan dan jasa yang unggul dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan perkotaan yang tertib dan teratur. Agar seluruh unsur stakeholders kota mendapat gambaran dan pemahaman yang sama, kata kunci di dalam rumusan visi tersebut dijelaskan secara lugas. Kata-kata kunci dimaksud adalah : (a) madani, (b) masyarakat madani sejahtera, (c) industri perdagangan dan jasa, (d) berdaya saing tinggi, (e) kehidupan perkotaan dan (d) perkotaan yang tertib dan teratur.

Visi Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang sasaran pembangunan, maka Visi pembangunan jangka panjang dijabarkan menjadi 9 (sembilan) rumusan misi, yaitu: 1. meningkatkan pemahaman terhadap adat dan agama dan pengamalan nilai-nilainya dalam kehidupan bermasyarakat ke arah komunitas kota yang perduli. 2. meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pembangunan sektor permukiman, pendidikan dan kesehatan ke arah pemberdayaan masyarakat. 3. meningkatkan produktifitas sektor-sektor perekonomian melalui formalisasi usaha dan profesionalisme ke arah pengelolaan usaha yang berdaya saing. 4. membangun jejaring usaha melalui pengembangan sistem informasi dan komunikasi untuk peningkatan akses dan interaksi ke arah persaingan global. 5. menata ruang dan meningkatkan prasarana dan sarana melalui pendekatan pembangunan berbasis kawasan ke arah keseimbangan pembangunan. 6. membangun kehidupan perkotaan yang tertib dan teratur melalui penegakan supremasi hukum ke arah aplikasi teknologi dengan sistem kontrol lingkungan; 7. meningkatkan kapasitas aparatur dan kewibawaan pemerintah melalui pembinaan pendidikan dan pelatihan ke arah keandalan dan pelayanan; 8. meningkatkan kapasitas wakil-wakil rakyat melalui berbagai forum sebagai pembentuk wacana pembangunan ke arah penguatan peran serta publik;

27

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

9. meningkatkan pengendalian pemanfaatan sumber daya alam ke arah aplikasi konsep pembangunan yang terpadu, berkeseimbangan dan berkelanjutan.

Selanjutnya, pemerintah merumuskan tujuan dan sasaran pembangunan kota Padang. Secara spesifik, rumusan tujuan dan sasaran pembangunan kota Padang adalah sebagai berikut: Tujuan Pembangunan: 1. meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dimulai dari pemahaman dan pengalaman tentang adat dan agama sebagai landasan etika dan moral pembangunan yang didukung oleh pembangunan permukiman, pendidikan dan kesehatan ke arah sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya. 2. meningkatkan produktivitas sektor-sektor perekonomian yang dimulai dari formalisasi usaha dan professionalisme dalam pengelolaan usaha sebagai landasan untuk bertahan dalam persaingan global dan bermitra ke arah akses dan interaksi global melalui sistem informasi dan komunikasi. 3. meningkatkan prasarana dan sarana dimulai dari penataan ruang dengan konsep pembangunan kawasan sebagai landasan bagi keseimbangan dan keberlanjutan pembangunan antar kawasan ke arah kehidupan perkotaan yang tertib dan teratur melalui aplikasi sistem lingkungan. 4. meningkatkan kapasitas aparatur pemerintah yang dimulai dari rekayasa ulang sistem dan menata kembali kelembagaan sebagai landasan pelayanan prima ke arah keandalan aparatur dan peningkatan kewibawaan pemerintah melalui pembinaan, pendidikan dan pelatihan serta pengembangan; 5. meningkatkan kapasitas wakil-wakil rakyat yang dimulai dari interaksi dalam berbagai forum pembentuk wacana pembangunan sebagai landasan untuk menyerap aspirasi dan mengakomodasi dalam rancangan produk hukum ke arah penguatan peranserta publik dalam proses pembangunan. Sasaran Pembangunan 1. kemiskinan dalam arti luas yang menyangkut aspek fisik dan mental makin berkurang sehingga berbagai faktor ikutannya dapat diatasi. 2. pengangguran semakin berkurang melalui perluasan kesempatan berusaha dan bekerja sehingga berbagai faktor ikutannya dapat diatasi; 3. ketimpangan dalam distribusi kekayaan antar kelas ekonomi dapat dikurangi melalui regulasi sehingga berbagai faktor ikutannya dapat diatasi.

Rekomendasi kebijakan jangka panjang memuat uraian tentang perspektif kota masa depan, kawasan pembangunan (meliputi kawasan Barat, Kawasan Timur, Kawasan Utara dan Kawasan Selatan), sektor unggulan, strategi dan prioritas pembangunan, agenda pembangunan daerah dan indikator keberhasilan pembangunan. Tentang perspektif kota masa depan, dijelaskan bahwa wujud kota Padang masa depan dicirikan oleh kota modern, nyaman dan aman karena pemerintah berwibawa, dunia usaha produktif dan komunitas yang perduli. Dalam konteks ini berkembang beberapa pusat pertumbuhan ekonomi dan pelayanan sosial yang baru sebagai landasan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat yang berkeseimbangan dan berkelanjutan.

Tentang kawasan pembangunan, dijelaskan bahwa kriteria penetapan kawasan adalah kesamaan karakteristik, potensi pertumbuhan dan kesatuan teritorialnya. Kriteria penetapan tersebut juga mempertimbangkan tiga kategori kawasan, pertama kawasan pusat, peralihan dan pinggiran ke dua kawasan darat dan laut, ke tiga kawasan maju dengan konsep konversi dan preservasi sebab pemanfaatan ruang intensitas tinggi dan kawasan tertinggal dengan konsep reservasi dan konservasi sebab intensitas pemanfaatan ruang yang rendah.

28

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

Kawasan Barat meliputi Kecamatan Padang Timur, Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Utara dan Kecamatan Padang Selatan merupakan pusat utama pertumbuhan ekonomi dan pelayanan sosial kota Padang. Pantai Padang merupakan bagian dari kawasan ini. Tentang pengembangan Pantai Padang dan kawasan sekitarnya diarahkan, sebagai berikut: 1. Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dikembangkan dengan kebijakan khusus termasuk kawasan Gunung Padang. 2. Kawasan ini memiliki potensi besar sebagai kawasan wisata marina atau ekonomi bahari seperti pelabuhan Muara, Pantai Padang dan Pantai Manih. 3. Kerjasama dengan investor adalah pilihan yang tepat namun kepastian tentang pola penggunaan tanah harus diupayakan, seperti pengalihan, pemilikan, penyewaan, penyertaan modal, penyerahan ke pemerintah melalui konsep konsolidasi atau kombinasinya. 4. Pemerintah bersikap reaktif dan proaktif serta antisipatif terhadap pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah karena pembentukan wajah kota sangat bergantung kepada pengaturan dan pengendalian pemanfaatan ruang tersebut.

Bila ditelaah lebih dalam, ternyata pengembangan Kawasan Pantai Padang tidak termasuk sebagai Prioritas Pembangunan Kawasan, tetapi dijelaskan pada sub bab lintas kawasan dan lintas sektor . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengembangan kawasan Gunung Padang, Muaro dan Pantai Padang tergolong sebagai kawasan potensial untuk dikembangkan. Untuk itu dicoba mengidentifikasi bagian lain RPJP yakni sub bab tentang Agenda Pembangunan Daerah. Pada bagian diisyaratkan perlunya disusun Program Induk sektor-sektor unggulan dan tata ruang serta program induk pengelolaan lingkungan hidup. Sehubungan dengan itu, pertanyaan lanjutan Kajian Lingkungan Hidup Strategis PBC adalah: bagaimana rumusan-rumusan program induk yang terkait dengan pengembangan kawasan sekitar Pantai Padang. Program Induk yang relevan mengakomodasi pengembangan Pantai Padang Gunung Padang Muaro adalah: Program Induk Peningkatan Kapasitas Ekonomi Kawasan Program Induk Penataan Ruang, Wilayah dan Kawasan Program Induk Pembangunan Kota Modern

5.3

Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Peraturan Daerah Kota Padang nomor 19tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) disetujui oleh DPRD Kota Padang tanggal 3 Agustus tahun 2004 melalui penetapan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang nomor 17/II-DPRD/2004 tentang Persetujuan Penetapan Peraturan Daerah Kota Padang tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Padang Tahun 2004-2008. Rumusan visi kota Padang di dalam RPJM adalah : Terwujudnya kota Padang sebagai pusat perekonomian dan pintu gerbang perdagangan terpenting di Indonesia Bagian Barat Tahun 2008. Selanjutnya dijelaskan pengertian dan pemahaman kata-kata kunci rumusan visi tersebut, yakni (a) pusat perekonomian (b) pintu gerbang perdagangan. Untuk mewujudkan visi tersebut, dipilih 15 misi, yaitu: 1. mengembangkan wilayah pinggiran menjadi pusat-pusat kegiatan ekonomi (kota kecil satelit) untuk meningkatkan optimasi penggunaan sumber daya; 2. menyediakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perekonomian dan permukiman yang dapat mendukung fungsi kota; 3. mengembangkan potensi sumberdaya alam yang dimiliki secara optimal; 1. menyelenggarakan pemrintahan kota dengan menggunakan prinsip Good Governance dan Clean Government. 2. mendorong perekonomian kota dengan memperkuat basis kegiatan ekonomi rakyat; 3. revitalisasi sumber-sumber keuangan Daerah;

29

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

4. membuka akses melalui peningkatan peran pelabuhan Teluk Bayur, Bandara Ketaping dan terminal Bingkuang sebesar-besarnya bagi peningkatan ekonomi rakyat; 5. membangun suasana kehidupan beragama yang damai dengan mengacu kepada Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. 6. membuka akses yang sama bagi setiap warga, laki-laki dan perempuan untuk aktif berperanserta dalam siklus dan proses pembangunan kota. 7. mengembangkan dan mendayagunakan potensi wisata dengan tetap mempertahankan identitas kota Padang sebagai kota perdagangan dan pendidikan dalam koridor Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. 8. membangun iklim investasi yang sehat bagi peningkatan perekonomian kota secara keseluruhan; 9. membangun kesadaran warga kota terhadap hukum yang berlaku dan penegakan hukum bersangkutan. 10. mengurangi potensi rawan bencana di kota Padang; 11. menciptakan kota Padang yang berwawasan lingkunan; 12. mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas aparatur pemerintah kota secara tepat. Untuk mendapat pemahaman yang lebih utuh, elemen-elemen tiap rumusan misi tersebut dijelaskan satu persatu. Misi yang relevan dengan isu PBC adalah misi no 3, yakni perlunya mengembangkan potensi sumberdaya alam yang dimiliki secara optimal. Pada halaman 25 dijelaskan bahwa ....... Kota Padang sebagai kota pesisir mempunyai potensi pengembangan wisata bahari sebagai unggulan. Pengembangan wisata bahari tersebut dapat dipadukan dengan pengembangan kota tua Padang Lama yang menyimpan sejarah permulaan kota Padang. Untuk itu dapat dikembangkan produk wisata terpadu yang merupakan kesatuan wisata Pantai Padang Kawasan Padang Lama Kawasan Gunung Padang Kawasan Pantai Air Manis. Kawasan Batang Arau dapat menjadi marina yang menghubungkan pulau pulau kecil di wilayah kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Pariaman. Selain itu jaringan jalan susur pantai juga perlu dikembangkan untuk menghubungkan kawasan dengan Bandar Ketaping. Untuk mendukung kawasan wisata terpadu tersebut perlu didukung dengan pengembangan sarana dan jasa pendukung wisata dan penciptaan kondisi lingkungan kota yang ramah dan nyaman. Pada bagian berikut akan ditelaah uraian Rekomendasi Kebijakan RPJM. Rekomendasi kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan kawasan PBC dan Gunung Padang adalah Sub Bidang Kepariwisataan, Penanaman Modal dan Penataan Ruang. Hal itu dijelaskan sbb: 1. Sub Bidang Kepariwisataan Salah satu tujuan pengembangan kepariwisataan kota Padang adalah : menjadikan Padang sebagai pintu gerbang kepariwisataan wilayah Barat. Sasaran pengembangan kepariwisataan antara lain adalah (a) berkembangnya kawasan wisata pesisir terpadu sebagai andalan untuk menarik wisatawan ke kota Padang, (b) meningkatnya investasi swasta di sektor pariwisata. Untuk memenuhi sasaran tersebut maka Dinas Pariwisata merumuskan indikasi program kegiatan, antara lain: Perencanaan Kawasan Wisata Terpadu Unggulan kota Padang, kajian kerjasama pengembangan kawasan, Revisi Rencana Induk Pariwisata kota Padang dan objek wisata dengan pihak swasta. 2. Sub Bidang Penanaman Modal Salah satu sasaran sektor penanaman modal di kota Padang adalah menggali potensi sumber-sumber penerimaan penanaman modal daerah secara intensifikasi dan ekstensifikasi. Untuk mencapai sasaran tersebut maka indikasi program yang akan dikaji lebih dalam adalah penggalian sumber-sumber penanaman modal yang baru, melakukan analisis penanaman modal daerah dan asing. 3. Sub Bidang Penataan Ruang Di dalam dokumen RPJM dijelaskan bahwa di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang telah dikaji arahan pusat-pusat pelayanan. Salah satu pusat pelayanan adalah Gunung Padang. Selain itu ditatapkan 4 sentra pengembangan kota dan 18 kawasan prioritas

30

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Padang

pengembangan. Kawasan Wisata Terpadu Gunung Padang dan kawasan sepanjang pantai termasuk di antara lokasi sentra pengembangan pusat kota. Dalam rangka kajian keterkaitan gagasan Pembangunan PBC dengan rumusan RPJP dan RPJM, perlu pula diidentifikasi penjabaran indikasi program tersebut ke rencana kerja masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota Padang. Data dan informasi tersebut sangat diperlukan dalam proses evaluasi implikasi gagasan pembangunan terhadap lingkungan hidup.

5.4

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan Rencana Detail Ruang Kota

Saat ini acuan perencanaan fisik kota yang digunakan oleh pemerintah bersama masyarakat kota Padang adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang tahun 2004 2013 yang disusun tahun 2003. RTRW tersebut sebagai lanjutan Rencana Induk Kota (RIK) Kota Padang 1983/1984 2003/2004. Di dalam laporan perencanaan tata ruang dikemukakan bahwa visi perencanaan ruang Kota Padang 2013 atau tata ruang kota Padang yang hendak dituju sampai tahun 2013 adalah : Terwujudnya struktur dan pola pemanfaatan ruang kota pesisir yang modern dan berbudaya. Visi tersebut merupakan respons penjabaran atas visi pengembangan kota Padang 2020, yakni : Terwujudnya masyarakat madani yang sejahtera berbasis perdagangan dan jasa yang berdaya-saing tinggi dalam kehidupan perkotaan yang tertib dan teratur. Untuk mencapai visi ruang kota Padang 2013 telah disusun strategi pokok penataan ruang sbb: 1. Memanfaatkan ruang daratan, lautan dan udara untuk semua aktifitas yang memberikan nilai tambah yang positif bagi Pembangunan Kota Padang. 2. Memanfaatkan morfologi kota (perairan/laut, daratan datar dan pegunungan) sebagai potensi dalam pengembangan kawasan budidaya dan kawasan lindung. 3. Mengembangkan pemanfaatan ruang kota untuk mendukung berlang-sungnya berbagai kegiatan sesuai dengan fungsi utama Kota Padang sebagai Pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa, Pusat Kegiatan Industrri, Pusat Kegiatan Pariwisata dan Pusat Kegiatan Transportasi Regional. 4. Mengarahkan pengembangan kegiatan permukiman (terutama ke arah Utara dan Timur) untuk mengurangi tekanan perkembangan fisik dan arus lalu-lintas di dan ke Kawasan Pusat Kota. 5. Mengembangkan kawasan yang tergolong kawasan transisi perkembangan (koridor dan sisi luar Padang By-Pass) untuk kegiatan perdagangan, jasa, industri, permukiman, perkantoran, olahraga, pendidikan dan prasarana transportasi. 6. Mengembangkan kawasan perkantoran Pemerintahan Kota di Kawasan Air Pacah untuk mengurangi arus pergerakkan menuju ke Kawasan Pusat Kota dan sekaligus mempermudah akses penduduk untuk memperoleh pelayanan di satu kawasan. 7. Mengembangkan jaringan jalan baru untuk mengurangi beban Jalan Arteri Padang Bukittinggi dan sekaligus mengoptimalkan Jalan Padang By-Pass. Pengembangan jalan baru diutama-kan adalah Jalan Sepanjang Pantai (Teluk BayurNipah/MuaroPasir Jambak Ketaping) dan Jalan Lingkar Luar (Bandar BuatLimau ManisGunung SarikAir PacahLubuk MinturunBy-Pass). 8. Menjadikan sektor transportasi sebagai sektor unggulan melalui pengintegrasian moda transportasi yang ada (pelayanan Pelabuhan Laut Teluk Bayur, Pelabuhan Muaro, Terminal Regional Bingkuang dan Bandara Ketaping yang didukung oleh prasarana dan sarana transportasi darat dan laut), sehingga menghasilkan nilai tambah bagi perkembangan kota. 9. Mengembangkan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan melalui pengembangan secara terencana Kawasan Wisata Terpadu Gunung Padang dan Kawasan Wisata Sungai Pisang serta mendorong pengembangan Pasar Raya & Eks-Terminal Lintas Andalas menjadi Kawasan Pusat Niaga (CBD) yang terkait dengan pengembangan wisata belanja dan wisata budaya. 10. Mengembangkan kawasan pesisir sepanjang pantai menjadi kawasan komersial dengan menggunakan konsep water-front city, sehingga dapat menjadi ciri khas Kota Padang dimasa depan dan sekaligus memberikan nilai tambah bagi pembangunan kota.

31

Kaji