klasifikasi asma bronkiale
DESCRIPTION
asmaTRANSCRIPT
![Page 1: Klasifikasi Asma Bronkiale](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082611/55cf96c5550346d0338db04f/html5/thumbnails/1.jpg)
Anatomi Tractus Respiratorius
Tractus respiratorius adalah saluran dari hidung sampai alveoli (yaitu
merupakan unit fungsional terkecil dari paru-paru). Pada alveoli terjadi pertukaran
gas, yaitu dilepaskannya O2 dari alveoli ke dalam kapiler, sedangkan gas CO2 dari
kapiler akan dilepaskan ke dalam alveoli untuk dikeluarkan ke udara luar.
Struktur anatomis tractus respiratorius terdiri dari:
Hidung
Pharynx
Larynx
Trachea
Bronchus
Bronchiolus
Alveolus
1. Hidung
Hidung menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas. Bagian
luar hidung terdiri dari os nasalis (bagian paling atas) yang tidak dapat
digerakkan, cartilago nasalis yang dapat sedikit digerakkan, dan lobulus
hidung yang mudah digerakkan, kesemuanya ditutup oleh kulit. Belahan
bawah apertura piriformis hanya kerangka tulangnya saja, memisahkan hidung
luar dengan hidung dalam. Di sebelah superior struktur tulang hidung luar
berupa prosesus maksilaris yang berjalan ke atas dan kedua tulang hidung
yang semuanya disokong oleh prosesus nasalis tulang frontalis dan suatu
bagian lamina prependikularis tulang etmoidalis. Spina nasalis anterior
merupakan bagian dari prosesus maksilaris medial embrio yang meliputi
premaksilaris anterior, dapat pula dianggap sebagai bagian hidung luar.
Vestibulum nasi ditumbuhi dengan rambut yang berfungsi untuk menyaring
udara pernafasan.
Tractus Respiratorius Superior
Tractus Respiratorius Inferior
![Page 2: Klasifikasi Asma Bronkiale](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082611/55cf96c5550346d0338db04f/html5/thumbnails/2.jpg)
2. Pharynx
Pharynx adalah bagian dari tractus respiratorius yang terletak antara dorsal
cavum nasi, cavum oris, dan bagian atas larynx. Secara anatomis pharynx
dibagi menjadi nasopharynx (epipharynx), oropharynx (mesopharynx), dan
larynxopharynx (hypopharynx).
Panjang pharynx ± 12 cm yang membentang dari garis median ke tepi
bawah cartilage cricoid yaitu setinggi vertebra cervicalis VI. Pharynx terdiri
dari lapisan muscular dan lapisan fibrosus.
Nasopharynx terletak di belakang cavum nasi di atas palatum molle dan
berkomunikasi dengan cavum nasi melalui choane, sehingga palatum molle
menjadi dasar dari nasopharynx. Bagian posterior superior nasopharynx
dihubungkan dengan basis tulang occipital dan arcus tulang atlas (VC I).
Permukaan dinding oropharynx dimulai dari palatum molle pada bagian
superior dan batas superior epiglottis untuk bagian inferiornya. Dinding
anterior oropharynx inkomplit dan berkomunikasi dengan cavitas oralis
dengan isthmus faucium yang merupakan bagian tersempit antara arcus
glosopalatina. Otot ini berisi otot palatoglossus yang bersama-sama dengan
arcus palatopharingeus membentuk pillar faucial dengan plica palatoglossus di
anterior dan palatopharingeus di posterior pada dinding lateral oropharing.
Cekungan yang terbentuk pada pillar ini disebut fossae tonsilar atau fossa
triangular yang berisi jaringan limpoid tonsila palatine.
3. Larynx
Larynx sebagai jalan masuk menuju saluran pernafasan bagian dalam yang
fungsi utamanya sebagai katup untuk melindungi paru-paru yang pada saat
bersamaan dapat menghasilkan suara. Larynx membentang dari bagian bawah
atau inferior faring ke trakea.
a. Tulang-tulang larynx: Cartilago tyroid, Cartilage cricoid, Epiglotis,
Cartilago Arytenoid, Cartilago corniculata, Cartilago cuneiforme, dan Os
hyoid.
b. Persendian larynx: Articulatio cricothyroideus dan Articulatio
cricoarytenoid.
![Page 3: Klasifikasi Asma Bronkiale](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082611/55cf96c5550346d0338db04f/html5/thumbnails/3.jpg)
c. Ligamentum larynx: Membrana thyroid, Ligamentum cricothyroid, dan
Ligamentum vokalis.
d. Cavitas laryngis: Vestibulum laryngis, Ventricularis laryngis, dan Cavitas
infraglotidis.
e. Plica larynx: Plica vestibularis dan Plica vocalis.
4. Trachea
Trachea di mulai dari tepi bawah cartilage cricoid (CV VI) sampai ia pecah
menjadi bronchus primaries dextra dan sinistra. Trachea merupakan kelanjutan
dari larynx. Panjangnya ± 9-15 cm yang terdiri dari 16-20 buah cartilago
hyalin yang tidak lengkap, yaitu di sebelah ventral tersusun atas cartilago dan
membran di sebelah dorsal. Di sebelah dorsal trachea terdapat oesophagus dan
di antaranya berjalan nervus vagus.
Di sebelah ventral trachea melekat isthmus glandulla thyroidea dan otot-
otot pretrachealis. Pada keadaan tertentu misalnya penyumbatan atau spasme
upper respiratory tract dibuatlah lubang pada trachea ini dan dipasanglah
canule, tindakan ini disebut dengan tracheostomy.
5. Bronchus & Bronchiolus
Percabangan pertama bronchus primarius disebut bifurcatio trachea dan
terdiri dari bronchus primarius dextra et sinistra. Bronchus primarius dextra
lebih besar bila dibandingkan dengan sinistra, sebab ia melayani 3 lobus paru-
paru. Bronchus primarius dextra posisinya lebih vertikal menyebabkan apabila
ada benda asing masuk, maka biasanya masuk langsung ke dalam bronchus
primarius dextra. Berjalan di atas vena pulmonalis dan di bawah arcus vena
Azigos, bronchus primarius ini akhirnya akan masuk ke dalam paru-paru
melalui hilus pulmonalis diikuti oleh arteria dan vena pulmonalis, arteria dan
vena bronchialis yang akan memberikan makanan terhadap bronchus,
pembuluh lymphe dan saraf.
Bronchus primarius sendiri terbagi lagi menjadi 3 untuk paru-paru kanan
(bronchus lobaris superior, medius, dan inferior) dan 2 untuk paru-paru kiri
(bronchus lobaris superior dan inferior). Kemudian dari bronchus lobaris ini
![Page 4: Klasifikasi Asma Bronkiale](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082611/55cf96c5550346d0338db04f/html5/thumbnails/4.jpg)
keluar cabang-cabang bronchus segmentalis yang namanya sesuai dengan
segment paru-paru (paru-paru kanan 10 segmen dan kiri 8 segment).
Bronchus segmentalis ini akan bercabang lagi menjadi bronchus yang lebih
kecil yaitu bronchiolus. Bronchiolus ini juga akan menjadi bronchiolus
terminalis kemudian bronchiolus terminalis ini akhirnya menjadi bronchiolus
respiratorius. Bronchiolus respiratorius akan menjadi suatu orde yang lebih
kecil lagi yaitu ductus alveolaris, saccus alveolaris dan alveolus.
6. Paru-paru
Terletak di cavum thoracis dan terbungkus oleh suatu selaput serosa yang
disebut dengan pleura. Pleura ini ada 2 lapisan yaitu pleura parietalis yang
terletak di luar dan melekat pada dinding thorax bagian dalam. Sedangkan
pleura yang melekat langsung pada permukaan luar paru-paru disebut pleura
visceralis. Ruang di antara kedua pleura tadi disebut cavum pleura. Pada
keadaan normal ruangan ini tipis dan berisi cairan sebagai pelumas.
Paru-paru kanan terbagi menjadi 3 lobus oleh fissura obliqua dan
horizontalis, sedangkan paru-paru kiri terbagi menjadi 2 lobus oleh fissura
horizontalis. Paru-paru kanan dibagi menjadi lobus superior, medius, dan
inferior, sedangkan paru-paru kiri dibagi menjadi lobus superior dan inferior.
Paru-paru kanan terdiri dari 10 segmen dan paru-paru kiri terdiri dari 8
segmen.
From:
Elfiah, Ulfa, dr.. ______. Diktat Anatomi Tractus Respiratorius. Program Studi
Pendidikan Dokter Universitas Jember.
![Page 5: Klasifikasi Asma Bronkiale](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082611/55cf96c5550346d0338db04f/html5/thumbnails/5.jpg)
Klasifikasi Asma Bronkiale
Tergantung dari stimulasi yang menyebabkan serangan asma, dua kategori
timbale balik dapat dipisahkan:
(1) Imunologik ekstrinsik asma
(2) Non-imunologik intrinsik asma
Bentuk ekstrinsik terhitung <10% dari semua kasus, biasanya terlihat pada
anak-anak, umumnya kurang berat dan lebih dapat ditangani daripada bentuk
intrinsik. Kebanyakan penderita dengan asma ekstrinsik, adalah atopik dan
mempunyai riwayat keluarga yang jelas dari semua bentuk alergi dan mungkin
asma bronchial. Asma intrinsic dapat terjadi pada segala umur, dan ada
kecenderungan lebih sering kambuh dan berat, dan lebih sering ke arah status
asmatikus. Namun banyak penderita juga mempunyai kedua bentuk tersebut.
Patofisiologi Asma Bronkiale
Walaupun banyak dapat dipelajari tentang jalur-jalur yang menyebabkan
serangan bronkokonstriktif, namun masih banyak kekurangan-kekurangan dalam
pengetahuan kita. Dengan istilah yang sangat disederhanakan, maka ada dua jalur
yang saling terkait timbal balik.
o Interaksi allergen dengan ikatan antibody-antibodi IgE spesifik dengan sel
mast, yang melepaskan mediator kimiawi.
o Hiperaktivitas autonom atau ketidakseimbangan penyempitan neurologist
dari jalan udara.
Asma imunologik ekstrinsik adalah penyakit hipersensitivitas tipe I yang
diperantarai IgE. Terjadi pada individu yang atopik dan membentuk antibody IgE
bila terkena allergen biasa. Antibodi-antibodi ini terikat pada sel mast (dan
mungkin basofil) dalam mukosa trakeobronkial. Sel-sel yang peka bila terkena
alergen dengan cepat mengeluarkan histamin dan dengan simultan merangsang
pembentukan mediator lain, di antaranya prostaglandin PGD2 dan leukotrien LTD.
Yang terakhir ini adalah bronkokonstriktor, yang lebih paten seribu kali daripada
![Page 6: Klasifikasi Asma Bronkiale](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082611/55cf96c5550346d0338db04f/html5/thumbnails/6.jpg)
histamin. Tetapi derivat lain asam arakhidonat juga dilepas, termasuk LTB4 (suatu
kemoatraktan yang poten)dan tromboksan A2 (aktivator dan agregator dari
platelet. Dengan cara ini sel mast, segala bentuk sel darah putih dan platelet, ikut
serta pada reaksi alergi bronkus. Sel-sel ini kemudian merangsang terlepasnya
lebih banyak mediator primer dan sekunder seperti serotonin dan kinin. Berbagai
mediator juga bereaksi menguatkan efeknya.
Asma intrinsik nonimunologik dipostulasikan sebagai hasil dari beberapa
abnormalitas dari kontrol parasimpatikdari fungsi saluran udara. Otot polos
saluran udara, kelenjar submukosa dan kapiler diatur oleh sistem saraf otonom;
rangsangan kolinergik dan alfa-adrenergik menyebabkan bronkokonstriksi dan
sekersi mukosa, di mana rangsangan beta-adrenergik terjadi sebaliknya. Jadi
kenaikan respon alfa-adrenergik atau naiknya jumlah alfa reseptor dalam sel
mukosa bronkial dapat menyebabkan banyak gejala asma. Kemungkinan lain,
beberapa intervensi yang menghambat jalur beta-adrenergik, dapat juga
menyebabkan bronkokonstriksi. Menurut teori, bahwa terpapar pada suhu dingin,
kenaikan ventilasi denganolahraga, polusi udara dan rangsangan non-imunologik
lain menyebabkan vagal eferen kolinergik dan alfa-adrenergik mengadakan
perubahan karakterisasi dari asma. Tidak selalu bahwa abnormalitas otonom
adalah mekanisme primer.
From:
Robbins, Stanley L., dkk. 1995. Buku Ajar Patologi II; Alih Bahasa, Staf Pengajar
Laboraturium Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Jakarta: EGC.