kisi-kisi bab 1.1

6
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PULOSARI KECAMATAN PARE Latar Belakang Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Kendali tersebut membawa dampak terhadap peningkatan jumlah populasi lanjut usia (Lansia) di Indonesia menurut World Health Organization (WHO) tahun 1998, angka harapan hidup orang Indonesia mengalami peningkatan dari 65 tahun pada tahun 1997 menjadi 73 tahun pada tahun 2005 (Wirakusumah, 2005). Lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun keatas. Kelompok ini memerlukan perhatian khusus, mengingat bahwa jumlahnya yang semakin meningkat (Hardywinoto, 2005). Seperti tahapan-tahapan usia lainnya, dalam fase ini sesorang dapat mengalami masalah gizi, baik gizi lebih maupun gizi kurang. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk menciptakan sumber daya manusia yang baik tentunya banyak faktor yang mendukung. Faktor langsung yang berhubungan dengan status gizi meliputi konsumsi makanan dan penyakit infeksi. Faktor tidak langsung meliputi pengetahuan, pendidikan, status ekonomi,

Upload: aditya-pamungkas

Post on 16-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

.

TRANSCRIPT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PULOSARI KECAMATAN PARELatar Belakang

Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Kendali tersebut membawa dampak terhadap peningkatan jumlah populasi lanjut usia (Lansia) di Indonesia menurut World Health Organization (WHO) tahun 1998, angka harapan hidup orang Indonesia mengalami peningkatan dari 65 tahun pada tahun 1997 menjadi 73 tahun pada tahun 2005 (Wirakusumah, 2005). Lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun keatas. Kelompok ini memerlukan perhatian khusus, mengingat bahwa jumlahnya yang semakin meningkat (Hardywinoto, 2005). Seperti tahapan-tahapan usia lainnya, dalam fase ini sesorang dapat mengalami masalah gizi, baik gizi lebih maupun gizi kurang. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk menciptakan sumber daya manusia yang baik tentunya banyak faktor yang mendukung. Faktor langsung yang berhubungan dengan status gizi meliputi konsumsi makanan dan penyakit infeksi. Faktor tidak langsung meliputi pengetahuan, pendidikan, status ekonomi, pendidikan dan besarnya keluarga. Maka dari data tersebut untuk meningkatkan derajat kesehatan pada masyarakat yang memasuki usia lansia sangat diperlukan. Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi lansia, gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, pada seseorang yang memasuki usia lansia. Konsep gizi seimbang adalah suatu usaha untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan tubuh (dinamis) akan zat gizi dengan asupan yang didapat melalui makanan dan keseimbangan antara berbagai macam zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi. Seluruh upaya di atas memiliki kaitan erat dengan usaha program peningkatan gizi masyarakat. Dalam hal ini Lansia merupakan sasaran strategis perlunya diberi pengetahuan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi status gizi pada lansia. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU KELUARGA TENTANG PENTINGNYA SAFETY LANSIA TERHADAP RESIKO CIDERA/JATUH

PADA LANSIA

Latar belakang

Pengetahuan dan perilaku keluarga tentang pentingnya safety lansia yang baik dapat mengurangi resiko cidera atau jatuh pada lansia

Adanya fenomena dimayarakat tentang ketidaktahuan keuarga tentang hal-hal kecil di rumah ynag dapat meningkatkan resiko cidera pada lansia menjadikan jumlah kejadian jatuh akibat pengaman di rumah yang kurang menjadi meningkat

Pengetahuan dan perilaku tentang safety lansia yang baik dapat mengurangi kejadian cidera/jatuh. Sehingga dibutuhkan pengetahuan dan perilaku yang baik pada anggota keluarga yang terdapat lansia di dalamnya.PENGARUH BIMBINGAN ROHANI TERHADAP STATUS MENTAL LANSIA TINGGAL SENDIRI Latar Belakang

Meningkatnya populasi lansia akan menyebabkan konsekuensi berupa besarnya biaya kesehatan karena sifat penyakitnya lansia adalah penyakit degeneratif, kronis dengan multiple patologi serta gangguan pada status mental sehingga memerlukan biaya penanganan yang mahal. Adat budaya bangsa Indonesia dalam kehidupan lansia adalah merupakan figur yang dihormati dan merupakan sumber daya yang bernilai tentang pengetahuan dan pengalaman hidup serta kearifan yang dimiliki masih dapat dimanfaatkan, bimbingan rohani sebagai upaya memberikan dukungan dan dorongan spiritual pada lansia yang tinggal di panti untuk lebih meningkatkan dukungan hidup yang akhirnya dapat memperbaiki status mental mereka ketika berinteraksi dan harus tinggal di panti (Budi Darmojo, 2005)

Fenomena yang terjadi di masyarakat pada lansia yang mengalami kemunduran baik fisik dan mental mengalami perubahan memori serta kerusakan kognitif sebagai akibat proses menua

Bimbingan rohani merupakan langkah untuk meningkatkan status mental lansia hal ini dapat dilakukan dengan memberikan ceramah keagamaan, membacakan doa sesuai agama dan kepercayaan lansia. Tindakan ini merupakan medikasi terapiutik karena keyakinan merupakan sumber utama yang sangat besar dalam memperbaiki status mental lansia. Berdoa merupakan sumber efektif untuk meningkatkan fungsi kognitif dan menumbuhkan suasana hati yang penuh ketenangan dan kedamaian sehingga memperbaiki status mental lansia yang jauh dari keluarga atau tinggal sendiri.