kiprah29
TRANSCRIPT
1VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
2 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
3VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
N u a n s aKIPRAH NuansaNuansaNuansaNuansaNuansaHUNIAN, INFRASTRUKTUR, KOTA DAN LINGKUNGAN
Pembina:Djoko KirmantoAgoes Widjanarko
Dewan Redaksi:M. Amron, Bambang Goeritno, Purnarachman,Setia Budhy Algamar, Waskito Pandu,Dadan Krisnandar, Supardi, Edi A. Djayadiredja,Antonius Budiono, Iman Sudradjat, Sjukrul Amien
Pemimpin Umum:Amwazi Idrus
Pemimpin Redaksi:Dedy Permadi
Wakil Pemimpin Redaksi:Dwityo Akoro Soeranto
Pemimpin Usaha:Etty Winarni
Redaksi Pelaksana:Djuanto
Redaksi:Lisniari Munthe, Yunaldi, Warjono, Srijanto,Warsono, Gustaf, Indah, Rendhi,Achmad Syamsudin
Editor:Agung Y. Achmad, Sofwan D. Ardyanto
Kontributor:Taufan Madiasworo, S. Budhi Raharjo
Desain/ Artistik:Eko Wahono, Dian Irawati
Fotografer:Tim Dok. Puskom
Sekretaris:Widowati, Litha
Iklan:Karyono, Anggraeni, Zulkarnaen, Sutedjo DP.
Sirkulasi/ Distribusi:Anas S, Yusron, Budi, Nadi Tarmadi, Sutikno,Budi R.
Diterbitkan oleh:Departemen Pekerjaan Umum
Alamat:Puskom PU, Gedung Bina Marga Lt.1Jl Patimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta 12110Telp./ Fax: 021-725 1538, 021-722 1679e-mail:[email protected],
Bank:No. Rek. 126 00011515112Bank Mandiri KCP Dep. PU Jkt.
Pencetak:PT. Permata Printing, Jakarta
KIPRAHJalan, Urat Nadi Perekonomian
Transportasi merupakan masalah yang teramat penting. Ya, hal itu sudah
dimaklumi banyak kalangan. Ketersediaan prasarana transportasi juga terkait
erat dengan kemiskinan. Desa yang minim prasarana transportasinya hampir
selalu lebih miskin dibanding dengan wilayah yang lebih aksesibel. Wajar bila semua
orang akan mempertimbangkan kemudahan akses ketika hendak membeli properti.
Sebenarnya, pemerintah cukup serius menangani masalah yang satu ini. Tapi,
setelah demikian lama republik ini ada, transportasi tak pernah mampu diselesaikan
dengan tuntas, bahkan di Ibukota Jakarta sekalipun.
Di beberapa kota besar, pemandangan yang biasa kita lihat adalah
kemacetan yang semakin parah dari waktu ke waktu. Kondisi ini tak hanya terlihat
di Jakarta, tapi telah merambah ke kota besar lainnya seperti Surabaya, Medan,
Bandung, Denpasar dan Yogya, untuk sekadar menyebut beberapa. Bahkan di
kota-kota lain yang lebih kecil tak tertutup kemungkinan bakal terjadi hal serupa.
Inilah dampak dari kebijakan pembangunan kota yang terlalu ‘horizontal’, pengem-
bangan sistem transportasi yang lebih banyak bertumpu pada ketersediaan jalan,
dan kurang memperhatikan pengembangan sistem transportasi publik. Penduduk
cenderung mengupayakan kebutuhan transportasinya sendiri melalui kendaraan
pribadi dari rumah menuju tempat aktivitasnya, yang semakin lama ternyata
cenderung kian jauh.
Ironisnya, hiruk pikuk di sejumlah kota besar itu kontras dengan kondisi
perdesaan dan berbagai daerah terpencil. Seakan wilayah yang disebut terakhir itu
tak tersentuh roda pembangunan, sistem transportasi yang tersedia sangat minim
dan lambat laju perkembangannya. Kondisi ini jelas telah membawa dampak ke
berbagai sektor. Tak terbayangkan daya serap pelajaran yang diterima seorang
pelajar yang harus berjalan selama 2 jam untuk pergi ke sekolah akibat sistem
transportasi yang tersedia tak memadai.
Tata ruang dan pengembangan kawasan telah mengakibatkan sekaligus
menerima dampak dari keruwetan penanganan transportasi di negeri ini.
Pembangunan rumah murah berskala besar di berbagai pinggiran kota telah
menyebabkan jarak tempuh ke pusat-pusat kegiatan kian jauh. Kebutuhan akan
sistem transportasi pun cukup besar. Dan, mereka sangat mengandalkan keberadaan
jalan. Nampaknya potensi transportasi yang lain, seperti kereta api dan transportasi
sungai belum dioptimalkan. Ya, jalan telah menjadi andalan, dan upaya memacu
jumlah panjang jalan tanpa dibarengi dengan pengembangan kendaraan umum,
telah mempercepat pertumbuhan penggunaan motor dan mobil pribadi.
Dampak lain yang tak kalah memprihatinkan adalah kondisi fisik jalan yang
harus terus-menerus dirawat, kalau kita tak ingin melihat prasarana tersebut selalu
dalam kondisi rusak dan berlubang.
Wajah transportasi itulah yang bisa kita lihat pada saat ini, dan problema
tersebut telah menyebabkan produktivitas penduduk kurang optimal, yang pada
akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional. Ternyata,
minimnya transportasi telah membawa dampak yang luar biasa bagi kondisi ekonomi
bangsa, sesuatu yang di banyak seminar sebetulnya telah disadari para pakar,
kalangan perguruan tinggi dan pemerintah sendiri.z(red).
4 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Nuansa3 Jalan, Urat Nadi Perekonomian
Surat Pembaca6 Fasum dan Integritas Moral
6 Wisata Air Kali Anyar Solo
7 UU Sampah Belum Efektif
7 Reformasi Birokrasi
Lintas Info8 Selamatkan Pantai Bali
8 Selamatkan Lahan Gambut Pacu Produksi
Pangan
9 SDM Humas Ujung Tombak Departemen
10 Menikmati Dunia Maya dari Arena Expo
Zaragoza
D a f t a r I s iDaftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar Isi○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
34 Jalan Tol Bukan Semata untuk Mengurai
Kemacetan
36 Jalan Lintas Sumatera Proyek Vital di
Barat Sumatera
38 Trans-Papua, Menerobos Daerah Terisolir
39 Kebijakan Sektor Jalan: Perspektif Internasional
Tamu Kita42 Infrastruktur di Mata Seorang “Tukang Insinyur”
Jelajah44 Merah Putih Benderaku Rupiah Uangku
46 Jika Kalbar Bobol Indonesia Rugi
48 Menuju Mamuju Lebih Maju
49 Bila Lintas Barat Sulteng Kembali Terkoneksi
51 Sawahlunto: Kota Bekas Tambang Nan Lestari
54 Free Trade Zone Batam-Bintan-Karimun
Laporan Utama12 Jalan, Transportasi dan Pertumbuhan Ekonomi
14 Membangun Jalan Tak Sekadar Tentang Aspal
dan Beton
20 Hermanto Dardak: Koordinasi Sebuah Kata Kunci
23 Wendy Aritenang: Revitalisasi Kereta Api Bukan
Perkara Sederhana
25 Kerusakan Jalan Tanggung Jawab Siapa?
27 Kondisi Ekonomi Kita Bertumpu Pada Jalan
29 Mandor Jalan
31 Tol Trans-Jawa
Bukan Jalan Daendels Babak Kedua
5VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Laporan Khusus57 Dari Siaga Waduk Sampai Komisi Irigasi
58 Waspada Meski Status Relatif Aman
61 Kabar Baik Dari Nipah
Aktualita62 Konstruksi Indonesia: Go Green Construction
64 Rencana Revisi Keppres No.80: Eskalasi? Masih
Tunggu SKB
65 Hari Tata Ruang: Membumikan Penataan Ruang
Info Teknologi67 Sistem Pracetak C-Plus untuk Bangunan Gedung
Bertingkat: Efisien Tanpa Mengorbankan Kualitas
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
Wacana68 Solusi Bagi Jakarta yang Semakin Padat
70 Road Pricing, Solusi Alternatif
bagi Kemacetan Kota Besar
72 Taman: Mutiara di Halaman Rumah
Resensi Buku75 Mau Zero Accident? Patuhi Buku Ini
Renungan Jauhari76 Kondisi Bangsa dan Pemulihan Iman
Selingan78 Catatan dari Lisbon: Belajarlah kepada Oriente
Bingkai81 Rumah Pompa Riool Cirebon
Jendela82 Ririn Dwi Ariyanti: Jalan Mulus Pengaruhi
Mood Artis
6 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
S aya adalah salah seorang
warga Solo, Jawa Tengah,
yang patut merasa bangga dengan
penataan Kota Surakarta yang
semakin berseri. Sebagai warga,
saya merasa kondisi lingkungan di
Kota Surakarta kini nampak kian
tertata rapi dan bersih.
Saya merasa perlu membe-
rikan acungan jempol atas upaya
Pemerintah Kota Surakarta yang
sukses menata kawasan Banjarsari.
Bahkan, kini upaya serupa dilan-
jutkan dengan menggarap perba-
ikan Kali Anyar, di Kelurahan Sum-
ber, Kecamatan Jebres, melalui
sebuah program normalisasi Kali
Anyar dan Kali Pepe, yang selama
ini terkesan kumuh. Selanjutnya, ka-
wasan tersebut akan disulap
Wisata Air Kali Anyar Solo
S u r a t P e m b a c aSurat PembacaSurat PembacaSurat PembacaSurat PembacaSurat Pembaca
menjadi kawasan wisata air, lengkap
dengan prasarana pendukungnya
berupa taman kota, dan jalur hijau
untuk melengkapi fasilitas Taman
Tirtonadi. Caranya, dengan mem-
bendung bagian hilir sungai sejauh
satu kilometer, sehingga tercipta
genangan air buatan.
Sebagai staf BBWS Bengawan
Solo, saya menyambut gembira siner-
gi yang terjalin antara pihak Peme-
rintah Kota, Balai Besar Wilayah
Sungai (BBWS) Bengawan Solo, dan
tentu saja masyarakat luas, terutama
dalam kegiatan penataan ulang
kawasan di sepanjang daerah aliran
sungai (DAS) berupa pengerukan
sungai, perbaikan tanggul, parapet,
dan penertiban bantaran kali.
Sementara sebagai warga biasa
Kota Surakarta, saya menaruh hormat
kepada Walikota Surakarta, yang
mendukung penuh program pena-
taan kawasan di sepanjang daerah
aliran sungai yang ada di Kota Sura-
karta tersebut. Sebagai informasi, saat
ini juga sedang berlangsung pena-
taan bangunan Bendung dan Pompa
Demangan serta Joyontakan sebagai
upaya mengurangi daerah genang-
an banjir. Sementara pihak BBWS
Bengawan Solo sendiri saat ini se-
dang melakukan survai investigasi di
beberapa Sub DAS anak sungai
Bengawan Solo untuk kepentingan
perencanaan dan penanganan fisik.
Sukoco
Staf BBWS Bengawan Solo
Jalan Kartosuro – Solo Km 7 Pabelan
Surakarta.
Seperti sudah menjadi hal rutin,
jalan raya di Pantura selalu rusak
dalam rentang waktu yang pendek
(1- 2 tahun). Ini mengesankan bahwa
kemajuan teknologi konstruksi jalan
selama ini tidak mampu mengim-
bangi perkembangan pemanfaatan
jalan. Dengan asumsi bahwa pe-
nguasaan teknologi konstruksi jalan
di Indonesia telah demikian maju,
maka kemungkinan kualitas yang
rendah itu disebabkan karena, apa
lagi jika bukan, korupsi.
Di lain pihak, kerusakan jalan
yang konon lebih didominasi faktor
kelebihan muatan menandakan beta-
pa mentalitas para pengguna jalan
Pantura yang merupakan fasilitas
umum (Fasum) itu ada yang tak
beres. Hal terakhir ini di antaranya
adalah pengusaha angkutan distri-
busi barang. Dari sanalah sumber
kelebihan muatan di jalan berasal.
Mengapa mereka melebihkan
muatan? Apa lagi jika bukan karena
mereka ingin mendapatkan untung
lebih besar dengan pengeluaran yang
jauh lebih kecil. Padahal, hampir di tiap
kabupaten atau kota yang berada di
jalan Pantura itu terdapat timbangan.
Logikanya, toh biaya tambahan yang
dikeluarkan para pengusaha angkutan
barang, atau si sopir bila hal itu dila-
kukan secara perorangan, kepada
oknum petugas timbangan atau polisi
di jalan besarnya tak seberapa bila
dibandingkan dengan keuntungan
yang diperoleh dari kelebihan muatan
tersebut. Yang ini juga korupsi.
Masalahnya memang menjadi
ruwet bila dalam soal kualitas jalan dan
kelebihan muatan di jalan tersebut
terajut oleh tindakan korup seperti itu.
Yang pasti, mereka tak pernah merasa
bersalah lantaran telah berkontribusi
terhadap kerusakan jalan. Di mana sih
integritas moral para oknum dan
pengusaha angkutan itu? Sesungguh-
nya, keuntungan yang mereka dapat-
kan tidak sebanding dengan kerugian
yang diderita banyak orang, bahkan
pada gilirannya para pengusaha yang
bersangkutan.
Mohon instansi-instansi terkait
dengan prasarana jalan ini mening-
katkan pengawasan internal di ling-
kungan masing-masing.
Zaenal Arifin
Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
Fasum dan Integritas Moral
7VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Pelaksanaan Undang-undang
Sampah No. 18 Tahun 2008 ter-
nyata belum efektif. Buktinya, masih
banyak terjadi silang sengketa antar-
Pemda dan masyarakat. Contohnya,
persoalan antara Pemda Bekasi dan
Pemprov DKI Jakarta tentang buangan
sampah di Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Bantar Gebang, yang hingga kini
masih belum tuntas. Masalahnya, apa
lagi jika bukan karena dana kompen-
sasi sampah yang belum dibayarkan
Pemprov DKI Jakarta (bulan Mei – Juli
2008) kepada Pemda Bekasi. Bukti
konkrit lainnya adalah kasus pengha-
dangan warga desa terhadap truk-truk
pengangkut sampah menuju ke TPA
Galuga di Desa Cijunjung, Cibung-
bulan, Kabupaten Bogor.
Demikian juga unjuk rasa yang
dilakukan ratusan warga perumahan
Departemen Pertahanan dan Kea-
manan di Rajeg, Cibinong, yang me-
nuntut Pemkab Bogor segera menu-
tup TPA Pondok Rajeg dengan alasan
sudah melebihi kapasitas dan menim-
bulkan bau busuk serta asap tebal akibat
akumulasi panasnya gas metan.
Jika persoalan sampah lokal
saja membuat pening tujuh keliling,
apalagi persoalan sampah impor?
Bagi saya, sampah impor justru
mendatangkan persoalan yang lebih
kompleks, seperti pemalsuan doku-
men pengiriman atau kongkalikong
antara para eksportir dan oknum
pertugas Bea Cukai.
Saya usul, pemerintah seharusnya
lebih tegas dalam menjatuhkan sanksi
kepada para pelanggar. Bukankah
UU tersebut sudah menyebutkan
sejumlah larangan seperti: pelarangan
memasukkan sampah ke wilayah In-
donesia dari luar negeri, pelarangan
mengelola sampah yang bisa menye-
babkan pencemaran maupun keru-
sakan lingkungan; serta larangan
pembakaran sampah yang tidak
sesuai dengan aturan teknis. Untuk
itu mohon perhatian pihak-pihak
yang berwenang, khususnya Pemda,
pabrikan dan masyarakat, agar tidak
termasuk pihak-pihak yang disebut
sebagai pelanggar. Terima kasih.
Mohammad Sanam Sam
Jakarta Timur.
UU Sampah Belum Efektif
Tanggal 22 Juni lalu Jakarta genap
berusia 481 tahun. Wajah Jakarta
sebagai ibukota negara semakin
warna-warni dan menjadi magnet
bagi para pendatang. Namun sa-
yang, kemajuan fisik kota ini belum
sepenuhnya diikuti dengan tingkat
pelayanan aparat yang memadai.
Bagi saya, dan juga kebanyakan
warga ibukota, di sana-sini masih
dijumpai keluhan masyarakat.
Contohnya, ketika warga ingin
mengurus perizinan. Prosesnya rumit
dan memakan waktu lama. Kesan
kami, perizinan masih dijadikan
instrumen untuk pendapatan. Tapi,
apa mau dibuat, itulah Jakarta.
Pengalaman semacam itu kami
alami saat mengurus surat pindah
kependudukan dan membuat akte
kelahiran anak kami yang kedua.
Oleh seorang oknum pegawai di
Kelurahan Kuningan Timur, Keca-
matan Setiabudi, Jakarta Selatan,
kami dijanjikan bahwa semua itu
akan selesai dalam waktu enam
bulan. Pikir saya, lama nian? Yang
menyebalkan, si oknum memberi
sinyal bahwa jika ingin proses cepat
maka harus ada biaya tambahan. Itu
diungkap secara terang-terangan.
Wah, jika demikian adanya,
wajar jika saya dan kebanyakan
warga Jakarta bertanya: sebenarnya
ada atau tidak sih reformasi birokrasi
di jajaran Pemprov DKI-Jakarta, kok
tingkat pelayanannya masih seperti
dulu? Padahal reformasi telah ber-
langsung selama sepuluh tahun, lho.
Bagaimana Pak Gubernur? Mohon
perhatian. Terima Kasih.
Djufri Waldi
Jl Guru Mughni, Gg. Kembang Rt 00 7/01
No 13, Kuningan Timur, Setiabudi, Jakarta
Selatan ( 12950).
Reformasi Birokrasi
Foto Cover: © Pusdok PU-Seno
8 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
P royek Pengamanan Pantai
Bali yang sudah dilaksanakan
sejak 1980 telah menghabiskan dana
sebesar Rp 900 miliar. Dana sebesar
itu digunakan untuk melindungi
kawasan pantai dari bahaya abrasi
dan gelombang tinggi.
Menurut Kepala Balai Wilayah
Sungai Bali-Penida, Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air (SDA) Departemen PU
Nyoman Rai Yusha, hingga saat ini
pengerjaan proyek tersebut masih terus
berjalan. “Pada tahun ini saja peme-
rintah mengalokasikan dana APBN se-
besar Rp 200 miliar,“ tegas Nyoman.
Dana itu akan dialokasikan untuk
pengerjaan tanggul pengaman pantai
di Pantai Kuta, Pantai Padanggalak, serta
pantai-pantai lain di Kabupaten Bu-
leleng dan Klungkung.
Menurut catatan Nyoman, dari
436 kilometer garis pantai di Pulau Bali,
terjadi kerusakan sepanjang 91 kilome-
ter. Hingga saat ini, perbaikan di daerah
yang rusak tersebut baru berjalan 53
persen.
Apa saja yang dilakukan dalam
Proyek Pengamanan Pantai Bali? Nyo-
man pun membuka daftarnya. Dalam
daftar itu tertera beberapa pekerjaan,
seperti pengisian pasir, penguatan
garis pantai, pembuatan krib, serta
penanaman terumbu karang. Selain
berharap pada suksesnya pelaksa-
naan proyek, Nyoman berharap pro-
yek masyarakat ikut berpartisipasi
menjaga dan merawat kelestarian
lingkungan pantai.
Selamatkan Pantai Bali
Sementara itu, Direktur Rawa
dan Pantai, Ditjen SDA, Djaja Murni
Warga Dalam menambahkan bahwa
penanganan kerusakan kawasan
pantai bukan hal yang mudah karena
menyedot dana yang cukup banyak.
Setiap meter garis pantai yang rusak,
menurut dia, membutuhkan dana
perbaikan Rp 10 juta hingga Rp 20 juta.
Pantai Kuta setidaknya kehilangan pasir
sekitar 10.000 meter kubik setiap
tahun.z (Joe).
L i n t a s I n f oLintas InfoLintas InfoLintas InfoLintas InfoLintas Info
Selamatkan Lahan Gambut, Pacu Produksi Pangan
Pemerintah telah memiliki strategi
revitalisasi dan rehabilitasi ka-
wasan pengembangan lahan gam-
but (PLG) di Kalimantan Tengah
(Kalteng). Strategi tersebut adalah
optimalisasi tata air dan kesesuaian
lahan dengan komoditas tanaman-
nya.
“Ditinjau dari segi hidrotopo-
grafi berupa ketebalan gambut ada
wilayah di PLG yang sesuai untuk padi
dan palawija dan ada pula yang sesuai
untuk tanaman holtikultura,” ucap Di-
rektur Sungai, Danau dan Waduk
Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber
Daya Air (SDA) Widagdo saat men-
dampingi tim kunjungan kerja Komisi
V DPR-RI ke Satuan Permukiman (SP)
Kapuas, Kalteng, Agustus silam.
Optimalisasi tata air dilakukan
melalui rehabilitasi saluran yang ada,
percetakan sawah serta operasi dan
pemeliharaan jaringan. Menurut
Widagdo, pengairan pertanian lahan
gambut berbeda dengan pertanian
irigasi, karena PLG menggunakan tata
air pasang surut air laut. “Pada saat
pasang, air laut membawa unsur hara
rawa yang negatif sehingga kadar PH
(tingkat basa-red) meningkat atau
kadar keasaman tanah berkurang,”
terang Widagdo. “Kematangan lahan
gambut pada lokasi dekat sungai
karena fluktuasi pasang surutnya lebih
cepat dari rawa,” lanjut Widagdo.
Sementara itu Kepala Balai Wila-
yah Sungai Kalimantan II Nugroho
Hadisusanto mengungkapkan, peme-
rintah telah memiliki rencana perce-
patan rehabilitasi jaringan tata air di
PLG seluas 93 ribu ha. Upaya tersebut
dimulai pada tahun ini hingga 2011.
Salah satu sudut pemandangan pantai Sanur Bali setelah diperbaiki.
Fo
to:
Do
k.
9VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Rehabilitasi dilakukan di empat kabu-
paten, yaitu Barito Selatan, Pulang Pisau,
Palangka Raya dan Kapuas. ”Pemerintah
akan mengalokasikan dana Rp 398
miliar lebih untuk program rehabilitasi
tersebut,” ujar Nugroho.
Pada tahun ini, rehabilitasi dila-
kukan di kawasan Terusan Raya, Kabu-
paten Kapuas, dan kawasan Gohong-
Mintin, Kabupaten Pulang Pisau. Dana
yang dibutuhkan untuk rehabilitasi
seluas 14 ribu ha tersebut Rp 81,3 miliar.
Sementara itu, Ketua Komisi V
DPR-RI Ahmad Muqowam menilai
pelaksanaan program PLG cukup
sukses. Penilaian tersebut ia sam-
paikan setelah melihat dan berko-
munikasi langsung dengan para
petani di SP 2, Kecamatan Kapuas
Murung, Kabupaten Kapuas, Kalteng.
“Selama ini yang diangkat media
massa dari PLG selalu gambaran
petani PLG yang miskin, lahan gam-
but yang tidak terpelihara, keteriso-
lasiannya, dan hal-hal kekurangan
lainnya. Namun setelah saya lihat
sendiri kenyataannya tidak selalu
seperti itu,” ucap Ketua Komisi V.
Latar belakang pengembangan
proyek PLG 1 juta ha yang dimulai
pada 1995 ialah untuk memper-
tahankan swasembada beras, kepri-
hatinan terhadap tingginya alih fungsi
lahan pertanian menjadi lahan non-
pertanian di Jawa serta kesadaran
potensi besar dari lahan gambut yang
ada di Kalimantan.
Pemerintah menyadari proyek
PLG selama ini belum berjalan opti-
mal, karena itu upaya revitalisasi dan
rehabilitasi dilakukan melalui Instruksi
Presiden No. 2 Tahun 2007 tentang
Percepatan Rehabilitasi dan Revi-
talisasi Kawasan PLG Kalteng. Dalam
Inpres tersebut diatur berbagai aspek
yang ditangani lintas-departemen
dan melibatkan Bappenas sebagai
koordinator.z(rnd)
SDM Humas Ujung Tombak Departemen
Insan-insan pelaksana kehumas-
an (public relations) merupakan
ujung tombak keberhasilan dari
suatu departemen. Sehebat apapun
karya cipta yang telah dihasilkan
sebuah instansi, tanpa adanya du-
kungan publikasi bisa dipastikan
hasilnya akan sangat kurang bermak-
na. Demikian disampaikan Amwazi
Idrus, Kepala Pusat Komunikasi Publik
Departemen PU, ketika membuka
kegiatan Peningkatan SDM Humas di
Yogyakarta, beberapa waktu silam.
“Bisa jadi, keberhasilan yang
telah digapai Departemen justru
mendapatkan apresiasi kurang positif
dari masyarakat bila publik belum
mengetahui program (rencana) yang
akan atau sedang dilakukan dan
keberhasilan yang telah dicapai,” kata
Amwazi.
Apalagi, kini telah berlaku UU No.
14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (UU KIP) yang disahkan
DPR-RI pada 3 April lalu. Undang-
undang tersebut semakin menegaskan
bahwa prinsip demokrasi kian me-
nuntut adanya keterbukaan (transpa-
ransi) pada institusi pemerintah dan
sikap responsif terhadap perhatian dan
tuntutan warga. Organisasi pemerintah
dianggap sebagai “perusahaan” yang
mesti memberikan layanan terbaik
kepada warga negara layaknya “kon-
sumen”. Terlebih dengan adanya sanksi
atau ketentuan pidana di dalam UU
yang terdiri dari 14 bab dan 64 pasal
ini, bahwa pemerintah dituntut untuk
membuka diri terhadap informasi-
informasi yang sangat diperlukan publik.
Kepala Pusat Komunikasi Publik
menyampaikan bahwa seorang pela-
ku kehumasan dituntut untuk memi-
liki wawasan yang luas, bertindak
proaktif, memiliki kepekaan dan kepe-
dulian dalam membaca situasi, memi-
liki inisiatif serta tekad untuk memper-
baiki diri dan belajar dari pengalaman
yang ada. “Dengan kompetensi terse-
but, insan kehumasan diharapkan
dapat berkarya nyata dan menjadi
praktisi kehumasan yang handal dan
profesional dalam rangka memben-
tuk citra positif PU,” kata Amwazi.
Sementara itu, menurut Budi
Irawanto, salah satu narasumber
dalam kegiatan tersebut, selama ini
fungsi Humas masih sekadar dilihat
secara sempit seperti peliput kegiat-
an, urusan keprotokolan, penyusun
release / berita dan pengolah naskah
pidato. SDM yang ditempatkan di
bagian Humas pun sering kurang
memiliki kualifikasi yang sesuai de-
ngan tuntutan humas. Minim sarana
dan prasarana pendukung seperti
teknologi komunikasi dan informasi
serta rumitnya birokrasi, sering men-
jadi kendala humas pemerintah.
Budi menganjurkan agar Humas
perlu menjalin hubungan dengan me-
dia. “Keterbukaan pada media massa
akan menjamin prinsip, akuntabilitas,
mengurangi korupsi, mengkritalisasi
isu-isu publik, dan menempatkan me-
dia sebagai wakil warga negara yang
menjalankan fungsi check and bal-
ance,” ungkap Budi.z
10 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Pameran telah berkembang tak
hanya sekadar memamerkan
berbagai benda obyek pa-
meran. Pada dekade 70-an, Infra-
struktur PU sebagai obyek pamer
umumnya direpresentasikan dalam
bentuk maket, foto, alat peraga–baik
dalam ukuran sebenarnya maupun
dalam bentuk miniatur—dan panel
atau poster berisi informasi tentang
infrastruktur yang bersangkutan.
Akhirnya, karena berupa ‘benda
mati’, tentu saja para penjaga stan
pameran harus siap sedia membe-
rikan penjelasan tambahan kepada
pengunjung. Penjelasan dapat disam-
paikan secara lisan langsung kepada
pengunjung, maupun tulisan dalam
bentuk booklet, leaflet mapun brosur.
Dewasa ini, kreativitas dan
kemajuan teknologi informasi telah
mendorong metode penyampaian
informasi dalam bentuk berbagai
media yang mungkin tak pernah kita
duga sebelumnya. Pada World Expo
Zaragoza 2008, beberapa paviliun
negera maju, antara lain Perancis,
Italia, Spanyol, Jepang, Korea dan
bahkan beberapa negara Timur
Tengah seperti Arab Saudi, Kuwait,
dan UEA telah menampilkan sesuatu
yang sangat berbeda. Mulai dari
permainan cahaya lampu yang me-
nimbulkan efek dramatis, film ani-
masi, 3D dan bahkan 4 D, serta touch
screen dan hologram telah banyak
membuat decak kagum para pe-
ngunjung. Pengunjung pun terasa
diajak ‘berkomunikasi’ dengan benda
pameran. Penyajian informasi yang
bersifat interaktif ini sangat penting
ditengah banyaknya informasi yang
diterima pengunjung. Melalui penya-
MenikmatiDunia MayaDari ArenaExpoZaragoza
Yang tertinggal dari kunjungan ke Zaragoza
Jajaran TV plasma di paviliun Arab Saudi. Film
yang diputar bisa berupa beberapa film yang
diputar menerus, atau bisa berupa touch
screen, sehingga pengunjung bisa memilih
sendiri informasi yang dikehendaki.
L i n t a s I n f oLintas InfoLintas InfoLintas InfoLintas InfoLintas InfoF
oto
: Su
ge
ng
11VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
jian, yang telah memberikan rasa
penasaran pengunjung, inilah berba-
gai negara tersebut telah mampu
memberikan kesan yang mendalam,
dan pada akhirnya pesan yang ingin
disampaikan akan selalu diingat oleh
para pengunjung.
Nampaknya Indonesia harus
memetik pelajaran dari penyeleng-
garaan pameran internasional ter-
sebut, sehingga tak terjebak pada
penyampaian informasi bergaya
lama, yang saat ini sudah diting-
galkan oleh khalayak dan mulai
memanfaatkan kreativitas dan tekno-
logi yang bersifat global untuk me-
nyampaikan keunikan lokal negeri
tercinta ini. z(dp)
Pemanfaatan cahaya lampu untuk
menerangi benda pamer pada
paviliun Perancis. Dalam ruang
dengan dinding berwarna hitam
dan gelap, kehadiran benda yang
diterangi lampu hijau telah
menarik perhatian pengunjung
untuk mendekat dan mengamati
dengan seksama benda pamer
tersebut.
Desain berbentuk
lorong, untuk
mengarahkan
pengunjung pada
paviliun Jerman.
Pemutaran film pada
layar lebar berbentuk
lengkung di paviliun
Afrika Selatan.
Penyajian film telah
berkembang dari
bentuk animasi, 3D
dan bahkan 4D,
sehingga pengunjung/
penonton seakan
‘terlibat’ dan berada
dalam adegan film
tersebut.
Hologram di paviliun
Kuwait. Hologram
bisa dikembangkan
dalam 2D atau 3D,
serta dalam bentuk
penyajian statis atau
interaktif dengan
pengunjung.
Foto: dp. Foto: Sugeng
Fo
to: Ir
aF
oto
: Su
ge
ng
12 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
13VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Sesaat setelah Revolusi Kebudayaan dan awal
reformasi di Republik Rakyat Cina (RRC), pada
akhir 70-an, tokoh moderat komunis Deng
Xiaoping dalam suatu orasinya mengucapkan
sepotong semboyan: “jika suatu bangsa dan negara
ingin mempercepat proses pembangunan kese-
jahteraan sosial bagi rakyatnya, ‘kaya, makmur dan
adil’ maka pertama-tama yang harus dilakukan adalah
pembangunan dan perluasan jaringan infrastruktur:
jalan dan irigasi.” Sebelum itu, Prof. Soetami dengan
‘Teori Laron’-nya juga pernah menyatakan hal serupa.
Intinya, ketersediaan infrastruktur, termasuk di
dalamnya jalan, merupakan ragi bagi perwujudan
kesejahteraan sosial. Berkaca dari prinsip dua
begawan itu, bisa dibayangkan betapa luas spektrum
infrastruktur jalan terhadap kesejahteraan sosial
sebuah bangsa.
Laporan Utama KIPRAH edisi ini kembali meng-
ulas tentang berbagai dinamika yang berkembang di
seputar infrastruktur jalan, mulai dari peran infra-
struktur jalan sebagai pemicu munculnya kegiatan
ekonomi hingga infrastruktur jalan, yang kondisinya
semakin terbebani oleh kegiatan transportasi yang
lebih dari 90 persen terfokus di jalan darat. Nah, itu
semua, akhirnya bermuara pada pergulatan untuk
terus mengembangkan jaringan infrastruktur jalan di
negeri ini, baik berupa jalan non-tol maupun jalan tol.
Selain itu, wacana tentang pengembangan moda
transportasi lain seperti kereta api juga patut dike-
mukakan mengingat beban jalan darat yang sudah
semakin berat untuk melayani pertumbuhan perge-
rakan manusia dan barang.
Berbagai tokoh pun didatangi. Selain Dirjen Bina
Marga, Hermanto Dardak dan dua Direktur di ling-
kungan Ditjen Bina Marga, KIPRAH juga menggali
informasi dari Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia,
Dr. Bambang Susantono. Juga, Dirjen Perkeretaapian
Departemen Perhubungan, Wendi Aritenang khusus
untuk menggali informasi tentang pengembangan
moda transportasi kereta api di Indonesia.
Pada Laporan Utama kali ini, beberapa single out
tulisan dimunculkan untuk menggali lebih dalam isu-
isu sentral dalam bidang infrastruktur jalan, seperti
Jalan Tol Trans-Jawa, jalur Trans-Papua, mandor jalan,
dan kerusakan jalan.z
Jalan,Transportasi,
danPertumbuhan
Ekonomi
14 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Munasik (63), sopir tronton
sebuah perusahaan sepa-
tu di Surabaya, tak mam-
pu menutupi kegembiraannya saat
Kiprah memintai komentarnya ten-
tang perjalanan pada malam tanggal
14 September 2008 silam. Pasalnya,
perjalanan melewati Jalan Raya
Pantura kali ini, dan beberapa malam
sebelumnya, berjalan lancar, hal yang
senantiasa ia dan orang-orang sepro-
fesinya dambakan saat bekerja. Apa
lagi jika bukan lantaran jalan yang ia
lalui itu dalam kondisi prima. “Mulus,
rata, dan semakin lebar,” ucap Muna-
sik yang telah lebih dari 30 tahun
Arus transportasi darat masih didominasi di jalan. Selain peningkatan kapasitas
jalan, aturan bersama penggunaan jalan harus dipatuhi. Diperlukan transportasi
intermoda dan manajemen jalan yang lebih kompak.
berlaga sebagai sopir di jalur pantai
utara Jawa itu.
Pelebaran jalan dan pemeli-
haraan besar-besaran memang te-
ngah dilakukan di sejumlah jalur
penting di Tanah Air, seperti lintas
timur Sumatera, lintas barat Sula-
wesi. Jika di total. Proyek yang
dikenal dengan preservasi jalan itu
akan berlangsung hingga akhir
2009. Tujuannya tidak lain adalah
untuk menyediakan prasarana jalan
yang prima untuk mendukung akti-
vitas perekonomian nasional. Ke-
siapan jalan raya Pantura terhadap
arus musik dan arus balik lebaran
sempat ditinjau Ketua Komisi V DPR
RI Achmad Muqowam beserta rom-
bongan pada 21-22 September
2008 lalu.
Tapi, lanjut Munasik, sayangnya
kondisi bagus jalan Pantura dan
beberapa lintas padat lainnya itu
biasanya tak bertahan lama alias
cepat rusak. Mengapa?
“Yang saya lihat, di jalur Pantura
masih banyak truk, tronton atau
trailer yang berbobot melebihi kapa-
sitas normal, mencapai tiga puluh
ton. Ini kan gak bener,” tutur Munasik.
“Hanya dengan uang sebesar Rp 100
ribu mereka lolos dari timbangan. Di
Membangun Jalan Tak SekadarTentang Aspal dan Beton
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
15VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
jalan sopir akan ditilang polisi, yang
untuk itu ia harus merogoh kocek Rp
75 ribu. Tapi, setelah itu perjalanan
lancar. Di tiap timbangan pengen-
dara trailer hanya menyediakan
‘ceban’ untuk petugas di sana,” tutur
Munasik yang pengemudi tronton
berbobot mati 6 ton itu.
Penuturan Munasik, warga De-
sa Ngemplak, Lasem, Kabupaten
Rembang, Jawa Tengah, ini, adalah
informasi sederhana di lapangan
tentang bagaimana keruwetan pra-
sarana jalan di Pantura itu bisa dirang-
kai. Itu baru dari satu sisi, yakni
bagaimana pelanggaran tonase di
jalan bisa berlangsung demikian
mulus. Masih ada beberapa masalah
di sana. Misalnya, kebiasaan para
pengendara trailer yang parkir di
pinggir jalan dengan posisi ban kanan
berada di sebagian badan jalan.
Sementara, kendaraan berat dilarang
melalui lajur kanan. Kemacetan pun
tak bisa dihindarikan. Dengan berat
muatan melebihi batas yang dian-
jurkan, yakni 10 ton per as, dan
kendaraan berjalan lambat, bahkan
bukan tidak mungkin menimbulkan
kemacetan, sudah bisa diperkirakan
nasib yang menimpa badan jalan.
Kompleksitas jalan juga diper-
buruk akibat adanya pemanfaatan
ruas jalan nasional yang tidak tepat,
seperti pasar tumpah. Aktivitas orang-
orang lokal yang berkerumun dan
sejumlah angkot yang memadati satu
lajur jalan nasional jelas melahirkan
kemacetan. Pemahaman masyarakat
tentang pemanfaatan jalan rupanya
masih jauh dari yang diharapkan. Ini
bisa jadi merupakan akibat lanjutan
dari penataan ruang yang tidak
sesuai dengan konsep tata ruang
nasional pada daerah-daerah yang
dilalui jalur nasional tersebut.
Cermin dari ketidaksesuaian
penataan ruang itu juga tampak
dalam pola pengembangan kawas-
an. Alih-alih menimba manfaat, pe-
ngembangan yang tak berkonsep
jelas menambah beban ruas jalan
nasional itu. Misalnya, pendirian
pusat perbelanjaan, mendirikan
pasar, atau pusat-pusat aktivitas yang
pada dasarnya merupakan kegiatan
masyarakat lokal yang semestinya
bisa ditangani dengan sistem trans-
portasi komuter. Lebih buruk lagi,
daerah-daerah yang dilalui jalur
nasional itu tidak membangun prasa-
rana transportasi spasial yang mema-
dai dan membiarkan mengarah ke
jalan nasional. Ruas jalan nasional,
dengan demikian, mendapatkan
beban tambahan yang tidak seha-
rusnya ditanggung.
Disorientasi penataan ruang
juga bisa dilihat dari, misalnya, pe-
nempatan drainase spasial yang
mendompleng ke drainase jalan.
Karena kiriman air dengan volume
melebihi kapasitas, badan jalan akhir-
nya tergenang. Bila hal ini disambung
dengan faktor alam, yakni banjir
akibat curah hujan tinggi, maka usia
jalan menjadi semakin singkat alias
cepat rusak. “Karena, musuh utama
badan jalan yang pertama adalah air,
yang kedua air, dan ketiga air,” kata
Dirjen Bina Marga Departemen PU
Hermanto Dardak.
Tentang pemanfaatan ruang
jalan pada ruas jalan nasional, Depar-
temen PU tidak bisa berbuat apa-apa.
Yang bisa dilakukan departemen ini
hanyalah memberikan surat tem-
busan kepada stakeholder, yakni
Pemda setempat, untuk melakukan
penataan kembali pemanfaatan ru-
angnya. Sudah pasti, hal itu tidak bisa
diwujudkan dengan segera. Tentu,
ceritanya akan berbeda bila, meski-
pun perlahan, penataan ruang dae-
rah benar-benar dilakukan.
Persoalan penumpukan beban
transportasi pada jalan yang disebab-
kan moda transportasi darat yang
tidak terdistribusikan secara memadai
ke moda transportasi darat yang lain,
seperti kereta api, atau ke moda
transportasi air melalui laut, juga
merupakan persoalan yang tak kalah
rumit. Akibatnya, jalan menjadi padat
dan macet, dan cepat rusak.
Fo
to:
Joe
.
Kunjungan lapangan Tim Komisi V DPR RI ke jalan Pantura dalam rangka kesiapan arus mudik
lebaran 2008 (20-21 September) dipimpin Achmad Muqowam, Ketua Komisi V didampingi Direktur
Jalan dan Jembatan Wilayah Barat, Hediyanto Husaini.
16 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Masalahnya, moda transportasi
kereta api belum memiliki infrastruktur
yang siap memenuhi harapan masya-
rakat sebagai pilihan moda transpor-
tasi, baik untuk angkutan manusia
apalagi barang. Selama ini, kereta api
lebih banyak melayani kepentingan
yang pertama. Sebagai angkutan
barang, kereta api baru melayani
pertamina. Itu pun karena perusahaan
swasta nasional tersebut memiliki
modal cukup untuk membangun infra-
struktur tambahan yang terhubung-
kan ke jalur rel kereta yang sudah ada.
Menurut Dirjen Perkeretaapian
Departemen Perhubungan Wendy
Aritenang, pada saat ini revitalisasi
perkeretaapian memang terus dila-
kukan. Namun, kapasitasnya masih
terbatas. Masalahnya cukup kom-
pleks. Dari rel warisan Belanda sepan-
jang 6.700 km, pada saat ini hanya
4.600 km yang beroperasi. Anggaran
dari APBN selama ini dititikberatkan
untuk pemeliharaan dan pembaruan
rel. Ongkos untuk itu pun cukup
mahal. “Apabila dihitung nilai investa-
sinya, saat ini pembaruan dan peme-
liharaan setiap 1 km memerlukan biaya
Rp 5 – Rp 10 miliar. Itu pun hanya untuk
bantalan jalan saja,” kata Wendy.
Revitalisasi kereta api telah
dilakukan sejak empat tahun terakhir.
Hingga tahun 2008, panjang per-
baikan yang telah dilakukan menca-
pai 2.900 km. Angka ini jelas tidak
mampu untuk menangani permin-
taan pengangkutan barang. Ban-
dingkan dengan India, misalnya,
yang memiliki sekitar 70.000 km atau
Jerman negara yang kecil tapi memi-
liki ratusan ribu kilometer jalan.
Jadi, kembali ke jalan, moda
transporasi darat masih akan dido-
minasi pada jalan. Sementara pelang-
garan tonase selama ini terus ber-
langsung, aneka macam suara miring
tentang penyediaan infrastruktur
jalan nasional yang terkesan buruk
selalu saja terarah kepada Pemerin-
tah atau dalam hal ini Departemen
Pekerjaan Umum (PU). Seolah bahwa
semua akibat dari kerusakan jalan
berawal dari kualitas konstruksinya
yang tak memenuhi standar mutu.
Dalam pengamatan Wakil Sekjen
Masyarakat Transportasi Indonesia
(MTI) Taufik Mulyono, soal standar
mutu jalan adalah hal yang bisa dibuk-
tikan. Ia tidak hendak menyalahkan
Departemen PU. Bahkan bagi Taufik,
departemen ini telah memiliki pengua-
saan teknologi dan teknik konstruksi
jalan yang sudah setara dengan ne-
gara-negara maju. Juga berkesadaran
akan mutu jalan. “Persoalannya adalah
sadar mutu itu tidak selalu bisa dibuk-
tikan di lapangan. Mungkin itu terjadi
di tingkat kontraktor, konsultan, atau
Saat ini moda transportasi kereta api belum menjadi sarana transportasi utama.
Fo
to:
Do
k.L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
17VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
insinyur di lapangan,” ujar Taufik
memberi analisis. “Mudahnya, kita
bandingkan saja jalan Pantura dengan
jalan tol. Bila tonase yang menjadi
biang masalahnya, mengapa di jalan
tol yang di sana juga terjadi pelang-
garan tonase, tidak terjadi kerusakan fa-
tal?” imbuh Taufik retoris.
Departemen PU sendiri, dalam
kasus-kasus tertentu, tidak ingin me-
ngelak terhadap kemungkinan ada-
nya konstruksi jalan yang tidak meme-
nuhi standar. Asalkan kritik-kritik
tersebut bisa dibuktikan “Tolong,
tunjukan jalan yang mana?” ujar Danis
Sumadilaga, Direktur Bina Teknik
Ditjen Bina Marga Departemen PU.
Mengacu kepada UU No. 38
Tahun 2004 dan PP No. 34 Tahun
2006 yang isinya tentang teknis jalan,
seperti seberapa besar lebar badan
jalan minimum dan seterusnya, pro-
ses pengendalian mutu di lingkung-
an PU terkait dengan pembangunan
prasarana jalan dilakukan demikian
ketat. “Kita sudah berusaha mengacu
pada aturan itu. Contoh jalur Pantura
kita bikin empat lajur dengan ukuran
2 x 3,5 dan di tengah ada median
pemisah. “Median pemisah itu efektif
mengurangi resiko kecelakaan juga,
lho,” tambah Danis Sumadilaga.
Hermanto Dardak juga angkat
bicara dalam soal ini. Ia mengisahkan
bahwa dulu kontruksi jalan di Pantura
bisa memberikan umur sampai 10
tahunan. “Kala itu, kendaraan yang
lewat per satu as 10 ton. Sekarang,
kenyataanya per satu as bisa men-
capai 20 ton. Itu artinya, laju keru-
sakan juga akan semakin cepat akibat
daya rusak yang berkali-kali lipat
tersebut. “Dengan beban MST yang
mencapai dua kali lipat, umur jalan
tidak akan sampai satu tahun sudah
rusak,” tegas Hermanto Dardak.
Bersama Peduli JalanBersama Peduli JalanBersama Peduli JalanBersama Peduli JalanBersama Peduli Jalan
Terang sudah masalahnya,
bahwa persoalan prasarana jalan ini
meniscayakan keterlibatan beberapa
pihak. Di tingkat perencanaan, diper-
lukan kerja sama Departemen PU
sebagai penyelenggara infrastruktur
jalan dan Pemda di daerah-daerah
jalur nasional. Keterlibatan Pemda
penting karena berkaitan dengan
pengembangan dan penataan ruang
wilayah daerah. Sementara pada
tingkat pemanfaatan, koordinasi
Departemen PU dengan Departe-
men Perhubungan sebagai peme-
gang otoritas regulasi transportasi
mutlak dibutuhkan untuk menghin-
dari overloading.
Atas dasar itu pula Wakil Sekjen
MTI, Taufik Mulyono tidak sepakat jika
isu kerusakan jalan, khususnya pada
tingkat pemanfaatan prasarana jalan,
menempatkan Departemen PU seba-
gai satu-satunya pihak yang harus
menanggung kesalahan. Masih ada
pihak atau institusi lain yang terlibat,
seperti Departemen Perhubungan,
Polri, atau pengusaha angkutan.
“Semua stakeholders itu sebaiknya
duduk satu meja,” saran Taufik.
***
Jalan Tol Jakarta-Merak: Seluruh infrastruktur jalan dibangun berdasarkan standar mutu Bina Marga, baik jalan tol maupun jalan non-tol.
Fo
to:
Ah
ad
po
int
com
m.
18 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Kebijakan JalanKebijakan JalanKebijakan JalanKebijakan JalanKebijakan Jalan
Masalah jalan nasional tidak
hanya terjadi di Pantura. Departemen
PU sebagai institusi yang bertang-
gung jawab dalam penyediaan infra-
struktur ini memandang penyediaan
prasarana jalan memiliki banyak
dimensi. Pemerintah, misalnya, men-
jamin ruas Jalan Lintas Timur (Jalin-
tim) Sumatera sudah terbebas dari
kerusakan pada akhir 2008. Jalur
yang juga merupakan urat nadi
perekonomian nasional ini melewati
enam kota kota besar, yakni Bandar
Lampung, Palembang, Jambi, Pekan-
baru, Medan dan Banda Aceh de-
ngan total panjang 2.537,42 km.
Problema jalan, seperti diurai di
atas, tidak membuat surut Depar-
temen PU, khususnya Direktorat
Jenderal Bina Marga, untuk tetap
mengembangkan infrastruktur jalan.
Bagaimanapun, prasarana yang satu
ini bersifat vital bagi aktivitas pereko-
nomian nasional—terlebih untuk
kepentingan economic recovery
Mempertimbangkan hajat hi-
dup orang banyak di satu pihak, dan
anggaran pemerintah yang cekak,
beberapa strategi kebijakan di bidang
pengembangan infrastruktur jalan
mengacu kepada beberapa pende-
katan strategis. Kebijakan strategis di
bidang pengembangan prasarana
jalan itu bernama preservasi. Kebijak-
an ini adalah upaya melestarikan
jaringan jalan yang sudah ada de-
ngan cara memelihara, memperbaiki,
melebarkan, meningkatkan kualitas
dan kapasitas jalan.
Selain itu, pendekatan regional
infrastruktur jalan juga menjadi kebi-
jakan strategis lainnya. Keberadaan
prasarana jalan diharapkan bisa m-
emperlancar pengembangan eko-
nomi di tingkat regional. Dalam
konteks ini proyek Jalan Tol Trans-
Jawa diluncurkan. “Jalan tol ini
dibangun selain untuk mengurangi
beban Pantura juga untuk efisiensi
biaya transportasi,” jelas Haris Batu-
bara, Direktur Jalan Bebas Hambat-
an dan Jalan Kota. Efisiensi itu, pada
akhirnya, akan bermuara pada sema-
kin murahnya biaya produksi, yang
juga akan berimplikasi pada efisiensi
ekonomi di pulau Jawa.
Prinsip serupa juga diterapkan
di banyak daerah di Indonesia. Trans
Papua, misalnya, terbukti efektif
menggerakkan perekonomian re-
gional. Satu dari sekian banyak fungsi
vital infrastruktur jalan adalah mem-
buka akses daerah terpencil. Proyek
Trans-Papua yang sementara ini baru
sebatas pada penanganan 11 ruas
jalan sepanjang 3.098 km efektif
membuka akses transportasi daerah-
daerah yang selama ini terisolasi.
Akses yang lebih mudah itu, lo-
gikanya, menjadikan geliat ekonomi
di banyak daerah Papua perlahan
tapi pasti mengalami percepatan.
***
Infrastruktur jalan, memang,
memiliki multidimensi. Tidak sekadar
tentang teknis konstruksinya, tapi jauh
lebih luas dari itu. Ada pepatah Cina
berkata, membangun negara berarti
membangun jalan. Ya, itu karena jalan
adalah pemicu dari evolusi berbagai
sektor kehidupan: ekonomi, kebu-
dayaan, dan sebagainya.z
Fo
to:
Do
k.
Jalan mulus dan Jalan Rusak - Penumpukan beban yang terlalu berat pada transportasi jalan darat menjadikan laju kerusakan jalan menjadi lebih cepat.
Fo
to:
Do
k.
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
19VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Jaringan jalan nasional sepan-
jang 1.750 kilometer atau
setara dengan 5% dari total
panjang jalan nasional dalam kondisi
rusak. Pada saat ini, perbaikan tengah
dilakukan dan diharapkan telah
selesai pada akhir 2009. Demikian
simpul dari penjelasan Achmad
Hermanto Dardak, Dirjen Bina Marga
Departemen PU pada temu war-
tawan di Jakarta, beberapa waktu
silam. Penyebab jalan rusak itu antara
lain karena kelebihan muatan kenda-
raan serta kondisi tanah dan kons-
truksi jalan yang buruk.
Belajar dari pengalaman ten-
tang kerusakan jalan ini selama ini,
Ditjen Bina Marga akan memfokuskan
preservasi atau pemeliharaan jalan
dibandingkan dengan pembangunan
jalan dan jembatan baru. Kebijakan ini
dilakukan agar jaringan jalan tetap
dapat dilalui dengan baik sepanjang
tahun sesuai dengan standar pe-
layanan minimum.
Penambahan lajur jalan dila-
kukan lebih sebagai usaha untuk
mengurangi kepadatan lalu lintas di
berbagai wilayah. Selain itu, juga akan
dilakukan peningkatan kapasitas jalan
sehingga mampu dilewati kendaraan
bermuatan sumbu terberat minimal
10 ton.
Pada tahun 2008, kata Dardak,
Ditjen Bina Marga mendapatkan dana
Rp 18,4 triliun untuk penanganan
jalan. Pada 2009, dana itu diharapkan
naik menjadi Rp 21,4 triliun, di mana
Rp 12,04 triliun (56,3 persen dari total
dana 2009) dipergunakan untuk
pemeliharaan jalan, dan Rp 7,79 triliun
(36,4 persen) untuk pelebaran jalan.
Khusus di PerbatasanKhusus di PerbatasanKhusus di PerbatasanKhusus di PerbatasanKhusus di Perbatasan
Dalam konteks lain, dalam ren-
cana keuangan Bina Marga tahun
2009 tercermin bahwa penambahan
jalan baru hanya dilakukan pada
kawasan perbatasan sepanjang 167
kilometer, jalan di pulau terkecil
maupun terluar sepanjang 108 kilo-
meter, jalan lintas pantai selatan Jawa
101 kilometer, dan jalan akses Pela-
buhan Tanjung Priok.
Sementara itu, proyek pele-
baran jalan pada 2009 lebih difokus-
kan pada ruas Makassar – Parepare,
Sulawesi Selatan, yakni dari dua lajur
akan dijadikan empat lajur. Penam-
bahan lajur jalan ini ini dilakukan
untuk mengimbangi pertumbuhan
lalu lintas ruas Makassar – Parepare
yang kian meningkat. Dalam waktu
bersamaan, pemeliharaan jalan akan
dikerjakan pada seluruh jaringan
jalan nasional sepanjang 35.500 ki-
lometer. z(((((JJJJJoe).oe).oe).oe).oe).
Belajar dari pengalaman tentang kerusakan jalan ini
selama ini, Ditjen Bina Marga akan memfokuskan
preservasi atau pemeliharaan jalan dibandingkan
dengan pembangunan jalan dan jembatan baru.
UtamakanPreservasi Jalan
Fo
to:
Do
k.
20 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Sebelum menjadi Dirjen Bina
Marga, Hermanto Dardak
adalah Dirjen Penataan Ruang
di Departemen Pekerjaan Umum.
Pria berkumis ini punya peran dalam
lahirnya UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang. Tak heran,
ketika menjawab pertanyaan KIPRAH
tentang strategi Bina Marga di bawah
kepemimpinannya, Hermanto Dar-
dak mengawalinya dengan ulasan
fungsi infrastruktur jalan tidak hanya
sebagai prasarana transportasi, tapi
juga jalan sebagai pembentuk struk-
tur ruang, yang pada akhirnya mela-
hirkan pusat-pusat kegiatan baru.
“Sejarah Indonesia menunjukkan
infrastruktur jalan menjadi pemben-
tuk struktur ruang. Jalan Daendels,
salah satunya,” kata peraih gelar
doktor bidang Transportasi Ekonomi
dari Universitas of NSW, Sydney ini.
Hermanto Dardak juga menye-
but bahwa infrastruktur jalan meru-
pakan instrumen yang pengelolaan-
nya tidak bisa berdiri sendiri. “Penge-
lolaan infrastruktur jalan sangat
multidimensi dan banyak melibatkan
stakeholder di bidang lain, seperti tata
ruang, manajemen transportasi, dan
pemerintah daerah. Jadi, kata kunci-
nya, Bina Marga harus cerdas dalam
berkoordinasi dengan stakeholder
lain itu,” tegasnya.
Bagaimana Anda menjelas-Bagaimana Anda menjelas-Bagaimana Anda menjelas-Bagaimana Anda menjelas-Bagaimana Anda menjelas-
kan peran vital infrastruktur jalankan peran vital infrastruktur jalankan peran vital infrastruktur jalankan peran vital infrastruktur jalankan peran vital infrastruktur jalan
terhadap perikehidupan bangsa ini.terhadap perikehidupan bangsa ini.terhadap perikehidupan bangsa ini.terhadap perikehidupan bangsa ini.terhadap perikehidupan bangsa ini.
Yang jelas, di era pasar global
ini, kesiapan infrastruktur jalan sangat
mempengaruhi kesiapan Indonesia
dalam menghadapi pasar global.
Jalan dibangun untuk meningkatkan
nilai tambah komoditas yang diha-
silkan oleh rakyat. Jika infrastruktur
jalan tidak prima maka akan terjadi in-
efisiensi kegiatan ekonomi, yang
pada akhirnya menjadikan biaya
produksi menjadi mahal. Jika biaya
produksi mahal, maka nilai jualnya
pun mahal. Jika sudah demikian,
bagaimana kita bisa bersaing di pasar
global, jika harga komoditas kita lebih
mahal dibandingkan negara-negara
lain.
Sejak Anda memimpin BinaSejak Anda memimpin BinaSejak Anda memimpin BinaSejak Anda memimpin BinaSejak Anda memimpin Bina
Marga, strategi apa yang pertamaMarga, strategi apa yang pertamaMarga, strategi apa yang pertamaMarga, strategi apa yang pertamaMarga, strategi apa yang pertama
kali dilakukan?kali dilakukan?kali dilakukan?kali dilakukan?kali dilakukan?
Saya mencoba menyederhana-
kan pembagian kegiatan di Bina
Marga menjadi dua hal, yakni: preser-
vasi dan pembangunan. Sebelum ini,
selain pembangunan jalan, kita juga
“Koordinasi, Sebuah Kata Kunci”
Dirjen Bina Marga
Hermanto Dardak
Pelapisan aspal ruas jalan Pantura Jawa.
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
21VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
mengenal istilah pemeliharaan dan
peningkatan jalan untuk mening-
katkan kapasitas sebuah ruas atau
poros jalan. Intinya, yang termasuk
dalam preservasi jalan itu di anta-
ranya pemeliharaan jalan. Sedang-
kan, apapun yang bersifat menam-
bah kapasitas, seperti melebarkan
jalan, sekarang ini masuk dalam
kategori pembangunan. Pemba-
ngunan ruas baru dan pembangun-
an jembatan atau flyover, termasuk
dalam kategori pembangunan.
Mengapa strategi ini ditempuh?Mengapa strategi ini ditempuh?Mengapa strategi ini ditempuh?Mengapa strategi ini ditempuh?Mengapa strategi ini ditempuh?
Saat ini, Bina Marga sedang
fokus pada preservasi jalan. Jadi,
pengelompokan ini hanya untuk
memudahkan penyusunan anggar-
an dan evalusi semata.
Dalam banyak kesempatan, Dalam banyak kesempatan, Dalam banyak kesempatan, Dalam banyak kesempatan, Dalam banyak kesempatan,
Anda menyebut bahwa kebijakanAnda menyebut bahwa kebijakanAnda menyebut bahwa kebijakanAnda menyebut bahwa kebijakanAnda menyebut bahwa kebijakan
infrastruktur jalan tidak bisa dipi-infrastruktur jalan tidak bisa dipi-infrastruktur jalan tidak bisa dipi-infrastruktur jalan tidak bisa dipi-infrastruktur jalan tidak bisa dipi-
sahkan dengan kebijakan penataansahkan dengan kebijakan penataansahkan dengan kebijakan penataansahkan dengan kebijakan penataansahkan dengan kebijakan penataan
ruang. Bisa dijelaskan?ruang. Bisa dijelaskan?ruang. Bisa dijelaskan?ruang. Bisa dijelaskan?ruang. Bisa dijelaskan?
Mungkin karena kebetulan saya
pernah menjadi Dirjen Penataan Ru-
ang. Prinsipnya begini, dokumen tata
ruang menjadi acuan tentang bagai-
mana sebuah wilayah atau kawasan
dikembangkan. Juga, tentang daerah
mana saja yang boleh dibangun, dan
mana saja yang tidak. Daerah dengan
kemiringan di atas 30 persen, tentu
kurang layak untuk wilayah permuki-
man. Namun, jika ternyata kemudian
di kawasan itu berkembang menjadi
permukiman maka Bina Marga harus
menyediakan infrastruktur jalan de-
ngan risiko ruas jalan tersebut menjadi
rawan longsor, misalnya. Bahkan,
secara ekstrem, jalan tersebut akan
menjadi sangat terjal.
Selain itu, infrastruktur jalan
juga berperan sebagai katalisator
perkembangan sebuah kawasan
sesuai dengan amanat tata ruang.
Dulu, perkembangan Jakarta mengi-
kuti poros Utara-Selatan. Sekarang,
Tata Ruang DKI Jakarta mengarahkan
perkembangan Jakarta ke poros
Barat-Timur. Nah, Bina Marga harus
membangun jalan untuk merangsang
tumbuhnya berbagai kegiatan ekono-
mi di poros itu. Atau, jika sebuah
ibukota kabupaten dipindahkan ke
tempat yang baru, misalnya. Bagaima-
na mungkin orang mau mengge-
rakkan ekonomi di tempat yang baru
itu jika Bina Marga tidak menyiapkan
infrastruktur yang menjadi akses
keluar masuk baik untuk transportasi
manusia maupun barang?
Tapi, mengingat jalan jugaTapi, mengingat jalan jugaTapi, mengingat jalan jugaTapi, mengingat jalan jugaTapi, mengingat jalan juga
berperan membentuk pusat ke-berperan membentuk pusat ke-berperan membentuk pusat ke-berperan membentuk pusat ke-berperan membentuk pusat ke-
giatan, bagaimana jika orang cen-giatan, bagaimana jika orang cen-giatan, bagaimana jika orang cen-giatan, bagaimana jika orang cen-giatan, bagaimana jika orang cen-
derung mengembangkan sebuahderung mengembangkan sebuahderung mengembangkan sebuahderung mengembangkan sebuahderung mengembangkan sebuah
pusat kegiatan yang sebenarnya dipusat kegiatan yang sebenarnya dipusat kegiatan yang sebenarnya dipusat kegiatan yang sebenarnya dipusat kegiatan yang sebenarnya di
kawasan itu dirancang sebagaikawasan itu dirancang sebagaikawasan itu dirancang sebagaikawasan itu dirancang sebagaikawasan itu dirancang sebagai
ruang hijau, misalnya?ruang hijau, misalnya?ruang hijau, misalnya?ruang hijau, misalnya?ruang hijau, misalnya?
Memang ini dilema. Namun,
Bina Marga juga sedang memper-
timbangkan untuk melakukan pema-
garan di sepanjang jalan-jalan by-pass
atau lingkar luar, yang memang
dibangun dengan tujuan untuk
kelancaran arus transportasi. Dengan
dipagar, misalnya, jalur di sepanjang
lingkar luar tidak akan berkembang
menjadi permukiman atau arena
perdagangan. Memang, idealnya,
jalan-jalan lingkar itu dipagar sehing-
ga fungsinya sebagai freeway ter-
jaga. Freeway itu jalan bebas ham-
batan tapi bukan tol. Jalan-jalan
lingkar itu kan dibangun untuk men-
distribusikan trafik lalu lintas agar
tidak menumpuk pada satu titik.
Namun, jika ternyata di sepanjang
ruas jalan lingkar itu tumbuh aktivitas
akhirnya akan menjadi sumber ke-
macetan lagi.
Namun, dalam konteks itu,Namun, dalam konteks itu,Namun, dalam konteks itu,Namun, dalam konteks itu,Namun, dalam konteks itu,
pembuat kebijakan penataan ruangpembuat kebijakan penataan ruangpembuat kebijakan penataan ruangpembuat kebijakan penataan ruangpembuat kebijakan penataan ruang
di daerah adalah Pemda. Sejauhdi daerah adalah Pemda. Sejauhdi daerah adalah Pemda. Sejauhdi daerah adalah Pemda. Sejauhdi daerah adalah Pemda. Sejauh
mana posisi tawar Bina Margamana posisi tawar Bina Margamana posisi tawar Bina Margamana posisi tawar Bina Margamana posisi tawar Bina Marga
terhadap Pemda?terhadap Pemda?terhadap Pemda?terhadap Pemda?terhadap Pemda?
Tentang ini, kami berkoordinasi
dengan Pemda. Kami pernah menyu-
rati Pemda dan akan mendukung
pembangunan sebuah jalan lingkar
dengan syarat daerah di sepanjang
jalan lingkar itu didesain bukan
sebagai daerah pengembangan
permukiman atau perdagangan.
Kami minta Tata Ruangnya diubah
dan disahkan melalui Perda. Jika tidak,
ya tidak kami bangun. Dalam konteks
yang berbeda, kami juga berkoor-
dinasi dengan Pemda agar pasar-
pasar tumpah yang sudah terlanjur
tumbuh di ruas-ruas jalan nasional
dimodifikasi. Bina Marga menganjur-
kan agar muka pasar tadi jangan
menghadap jalan tapi membelakangi
jalan nasional. Sekali lagi, saya tegas-
kan bahwa pengelolaan infrastruktur
jalan sangat multidimensi dan meli-
batkan banyak stakeholder semisal
Pemerintah Daerah, dan bidang lain
seperti tata ruang dan manajemen
transportasi. Bina Marga harus cerdas
dalam berkoordinasi dengan stake-
holder lain itu. Jadi, kuncinya adalah
koordinasi.
“Sekali lagi, saya
tegaskan bahwa
pengelolaan infrastruktur
jalan sangat multidimensi
dan banyak melibatkan
stakeholder di bidang
lain, seperti tata ruang,
manajemen transportasi,
dan pemerintah daerah.
Jadi, kata kuncinya, Bina
Marga harus cerdas
dalam berkoordinasi
dengan stakeholder lain
itu.”
22 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Hingga sejauh ini, aktivitasHingga sejauh ini, aktivitasHingga sejauh ini, aktivitasHingga sejauh ini, aktivitasHingga sejauh ini, aktivitas
transportasi masih sangat ber-transportasi masih sangat ber-transportasi masih sangat ber-transportasi masih sangat ber-transportasi masih sangat ber-
gantung pada transportasi darat.gantung pada transportasi darat.gantung pada transportasi darat.gantung pada transportasi darat.gantung pada transportasi darat.
Akibatnya beban yang terlalu beratAkibatnya beban yang terlalu beratAkibatnya beban yang terlalu beratAkibatnya beban yang terlalu beratAkibatnya beban yang terlalu berat
itu berimplikasi pada banyak hal,itu berimplikasi pada banyak hal,itu berimplikasi pada banyak hal,itu berimplikasi pada banyak hal,itu berimplikasi pada banyak hal,
seperti kerusakan jalan, misalnya.seperti kerusakan jalan, misalnya.seperti kerusakan jalan, misalnya.seperti kerusakan jalan, misalnya.seperti kerusakan jalan, misalnya.
Bagaimana tanggapan Anda ten-Bagaimana tanggapan Anda ten-Bagaimana tanggapan Anda ten-Bagaimana tanggapan Anda ten-Bagaimana tanggapan Anda ten-
tang hal ini?tang hal ini?tang hal ini?tang hal ini?tang hal ini?
Betul sekali. Dulu, trafik lalu
lintas Pantura hanya 100 kendaraan
per hari, lalu berkembang menjadi
1000 per hari, lalu menjadi 5.000 per
hari. Dan, sekarang sudah mencapai
di atas 20.000 kendaraan per hari.
Korelasinya, jika dulu kontruksi jalan
yang sederhana bisa berumur hingga
10 tahun, sekarang 5 tahun pun tidak
sampai karena beban yang terlalu
berat itu. Itu hanya satu contoh.
Prinsipnya, Bina Marga selalu beru-
paya untuk meningkatkan kapasitas
jalan sehingga beban lalu lintas
terhadap konstruksi berkurang. Salah
satu cara adalah dengan melebarkan
jalan. Bina Marga juga selalu mela-
kukan koordinasi dengan Depar-
temen Perhubungan untuk memini-
malkan pelanggaran-pelanggaran
beban para pengguna jalan. Sung-
guh, pelanggaran-pelanggaran itu
membuat segalanya menjadi tidak
efisien. Jalan rusak, artinya harus
mengeluarkan biaya untuk menam-
bal kerusakan. Jika sebuah poros
jalan awet, anggarannya akan bisa
digunakan untuk membangun poros
lain, bukan? Yang saya dengar, kini
Dephub sudah menurunkan angka
toleransi kelebihan beban menjadi
hanya sebesar 30% dari sebelumnya
70 %. Artinya, ada sebuah kemajuan.
Seperti apa mekanisme Seperti apa mekanisme Seperti apa mekanisme Seperti apa mekanisme Seperti apa mekanisme per-per-per-per-per-
formance best contractformance best contractformance best contractformance best contractformance best contract menjadikan menjadikan menjadikan menjadikan menjadikan
pemeliharaan jalan bisa lebih efektif?pemeliharaan jalan bisa lebih efektif?pemeliharaan jalan bisa lebih efektif?pemeliharaan jalan bisa lebih efektif?pemeliharaan jalan bisa lebih efektif?
Memang, sebelum ada meka-
nisme ini, dulu tanggung jawab kon-
traktor hanya sekitar 1 tahun atau
bahkan 6 bulan setelah jalan diserah-
terimakan. Artinya, setelah itu kontrak-
tor tidak bertanggung jawab lagi jika
ada kerusakan. Selanjutnya Bina Marga
yang memelihara jalan itu. Mulai tahun
ini beberapa proyek pengerjaan ruas
jalan sudah menerapkan mekanisme
itu. Lama kontrak dua tahun. Mekanis-
me ini menjadikan kontraktor lebih
berhati-hati dalam membangun. Se-
bab, jika pada bulan ke-18 ternyata
jalan yang ia bangun rusak, misalnya,
maka dia harus memperbaiki kerusak-
an itu dengan biaya sendiri.
Inovasi-inovasi teknologi konsInovasi-inovasi teknologi konsInovasi-inovasi teknologi konsInovasi-inovasi teknologi konsInovasi-inovasi teknologi kons-----
truksi jalan apa saja, yang sedangtruksi jalan apa saja, yang sedangtruksi jalan apa saja, yang sedangtruksi jalan apa saja, yang sedangtruksi jalan apa saja, yang sedang
dikembangkan oleh Bina Marga?dikembangkan oleh Bina Marga?dikembangkan oleh Bina Marga?dikembangkan oleh Bina Marga?dikembangkan oleh Bina Marga?
Cukup banyak. Salah satunya,
pemanfaatan recycling aspal. Ini
merupakan bagian dari visi green
construction dan pembangunan
yang berkelanjutan, dari sisi ling-
kungan hidup. Kita juga sedang
mengembangkan teknologi beton
pre-cast yang digunakan untuk mem-
bangun di kawasan-kawasan khusus,
yang kepadatan lalu lintasnya tinggi,
seperti di Cilincing. Prinsipnya, inovasi
teknologi yang dikembangkan harus
berdampak pada efisiensi.
Tentang infrastruktur jalan diTentang infrastruktur jalan diTentang infrastruktur jalan diTentang infrastruktur jalan diTentang infrastruktur jalan di
kawasan metropolitan ternyatakawasan metropolitan ternyatakawasan metropolitan ternyatakawasan metropolitan ternyatakawasan metropolitan ternyata
muncul silang pendapat. Ada yangmuncul silang pendapat. Ada yangmuncul silang pendapat. Ada yangmuncul silang pendapat. Ada yangmuncul silang pendapat. Ada yang
beranggapan tidak usah dibangunberanggapan tidak usah dibangunberanggapan tidak usah dibangunberanggapan tidak usah dibangunberanggapan tidak usah dibangun
ruas tol baru di Jakarta karena justruruas tol baru di Jakarta karena justruruas tol baru di Jakarta karena justruruas tol baru di Jakarta karena justruruas tol baru di Jakarta karena justru
akan menambah kemacetan. Kan,akan menambah kemacetan. Kan,akan menambah kemacetan. Kan,akan menambah kemacetan. Kan,akan menambah kemacetan. Kan,
uangnya bisa digunakan untukuangnya bisa digunakan untukuangnya bisa digunakan untukuangnya bisa digunakan untukuangnya bisa digunakan untuk
membangun sistem transportasimembangun sistem transportasimembangun sistem transportasimembangun sistem transportasimembangun sistem transportasi
massal. Tanggapan Anda?massal. Tanggapan Anda?massal. Tanggapan Anda?massal. Tanggapan Anda?massal. Tanggapan Anda?
Sebenarnya, seperti saya sam-
paikan tadi, pembangunan ruas jalan
tidak semata untuk mengurai kema-
cetan, tapi juga memiliki dimensi
pembentukan struktur ruang sesuai
rencana tata ruang. Yah, menurut
saya, idealnya dua-duanya harus
jalan. Membangun jalan baru tetap
tidak boleh berhenti, tapi mem-
bangun sistem transportasi massal
juga harus jalan. Enam ruas tol baru
di Jakarta yang akan dibangun kan
prinsipnya akan menjadi bagian dari
jalan nasional, yang fungsinya untuk
mendukung kegiatan perekonomian
nasional. Menurut rumus transpor-
tasi, sebuah kota yang berpenduduk
5 juta itu mutlak harus memiliki sistem
transportasi massal yang handal.
Sekarang, berapa jumlah penduduk
Jakarta?z
Kondisi jalan Pantura pada ruas Ciasem, Subang, Jawa Barat yang telah menjadi dua jalur empat lajur
memperlancar arus lalu lintas.
Fo
to:
Joe
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
23VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Moda transportasi kereta
api ke depan belum
sanggup mengambil por-
si yang selama ini menjadi beban
transportasi jalan. Infrastrukturnya
masih harus dikembangkan, dan itu
membutuhkan ongkos mahal. Mes-
kipun demikian, upaya revitalisasi
kereta terus dilakukan.
Berikut wawancara KIPRAH de-
ngan Direktur Jenderal Perkereta-
apian Departemen Perhubungan
Wendy Aritenang, di Jakarta, be-
berapa waktu lalu.
harapkan langsung bisa tersedia
dalam waktu singkat. Harapan itu
tidak bisa dipenuhi dengan segera,
karena masih ada kendala lainnya
yang harus dipikirkan.
Belanda sudah mewariskan rel
kereta api sepanjang 6700 km dan
sampai sekarang hanya beroperasi
4600 km. Ini berbeda dengan India
yang memiliki panjang rel 70.000 km
atau Jerman yang negara kecil tapi
memiliki ratusan ribu km jalur kereta
api. Sementara, di daerah Jawa Timur
dulu pernah ada kereta Lintas Jawa,
rintah ingin menggalakkan invest
untuk perkeretaapian. Sekarang,
apabila dihitung dengan nilai inves-
tasinya, untuk setiap 1 km diperlukan
biaya Rp 5 miliar – Rp 10 miliar. Itu
pun hanya untuk bantalan jalan
saja. Apabila dikalikan dengan 40 km
sudah berapa banyak biaya yang
harus dikeluarkan? Pemerintah tidak
memiliki anggaran sebanyak itu.
Pada saat ini baru sekitar 2900 km
perbaikan itu dilakukan dengan
anggaran tahun 2008, dan sekitar
900 km rel kereta belum diperbaiki.
Seperti apa kebijakan Dep-Seperti apa kebijakan Dep-Seperti apa kebijakan Dep-Seperti apa kebijakan Dep-Seperti apa kebijakan Dep-
hub, khususnya di Ditjen Perke-hub, khususnya di Ditjen Perke-hub, khususnya di Ditjen Perke-hub, khususnya di Ditjen Perke-hub, khususnya di Ditjen Perke-
retaapian, dalam konteks sebagairetaapian, dalam konteks sebagairetaapian, dalam konteks sebagairetaapian, dalam konteks sebagairetaapian, dalam konteks sebagai
penyedia sarana moda transportasipenyedia sarana moda transportasipenyedia sarana moda transportasipenyedia sarana moda transportasipenyedia sarana moda transportasi
kereta api?kereta api?kereta api?kereta api?kereta api?
Baru dalam 3-5 tahun terakhir
ini orang ramai membicarakan revi-
talisasi kereta api. Mereka meng-
seperti lintas Magelang, tapi kemu-
dian mati atau tidak beroperasi, yang
jumlahnya mencapai 1500 km rel
kereta api.
Menurut Anda, sejak kapanMenurut Anda, sejak kapanMenurut Anda, sejak kapanMenurut Anda, sejak kapanMenurut Anda, sejak kapan
sebaiknya revitalisasi kereta api inisebaiknya revitalisasi kereta api inisebaiknya revitalisasi kereta api inisebaiknya revitalisasi kereta api inisebaiknya revitalisasi kereta api ini
perlu dilakukan?perlu dilakukan?perlu dilakukan?perlu dilakukan?perlu dilakukan?
Baru 4 tahun terakhir ini peme-
Sebagian besar perbaikan itu di
Jawa.
Meliputi apa saja perbaikan itu?Meliputi apa saja perbaikan itu?Meliputi apa saja perbaikan itu?Meliputi apa saja perbaikan itu?Meliputi apa saja perbaikan itu?
Untuk mengganti bantalan
dengan beton, mengganti rel kecil
yang semula 33 kini menjadi 42,
bahkan akan diganti menjadi 54. Lalu
pembetulan penjepit, , , , , perbaikan
Revitalisasi Kereta Api Bukan Perkara SederhanaWendy Aritenang, Direktur Jenderal Perkeretaapian Departemen Perhubungan
Wendy Aritenang.
Fo
to:
ah
ad
po
int
com
m.
24 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
jjjjjembatan. Pada tahun 2009 kita bisa
selesaikan sarana yang memang
sudah dianggarkan untuk diperba-
harui. Tetapi masih ada yang meng-
gantung, yakni sarana lokomotifnya
yang sebagian besar sudah berumur
di atas 20 tahun. Kita bisa membeli
kereta, tapi PT. INKA kini sudah bisa
membuat. Dan, untuk lokomotif,
karena harganya mahal, kita hanya
mampu membeli 7 – 8 unit per tahun
dari 200 lokomotif yang ada.
Jika hal ini sepenuhnya bisa
dilaksanakan, toh masih belum tentu
dapat mengurangi tingkat kemacetan
di jalan raya karena kapasitasnya masih
sangat terbatas. Makanya, bila ada o-
rang bilang, semuanya larikan saja ke
kereta api, ‘oh itu tidak bisa’, dan kita
tidak sanggup karena kapasitasnya
sudah habis dan padat sekali. Kecuali,
jika kita teruskan pekerjaan kita yang
tertunda, yakni double track Cirebon
sampai Kroya-Yogya, Jakarta-Surabaya.
Nah, apabila sudah selesai semuanya
baru kita bisa bicarakan banyak. Ter-
utama bagi angkutan barang, kita
dapat alihkan pelan-pelan.
Pada saat ini Pada saat ini Pada saat ini Pada saat ini Pada saat ini belum banyakbelum banyakbelum banyakbelum banyakbelum banyak
perusahaanperusahaanperusahaanperusahaanperusahaan yang memanfaatkanyang memanfaatkanyang memanfaatkanyang memanfaatkanyang memanfaatkan
jasa kereta api. Kenapa?jasa kereta api. Kenapa?jasa kereta api. Kenapa?jasa kereta api. Kenapa?jasa kereta api. Kenapa?
Jika Pertamina itu karena dia pu-
nya kemampuan untuk membuat
lintas cabang. Yang lain sangat sulit,
karena double handling. Kecuali,
seperti bila kita nanti bekerja sama
dengan real estate atau (kawasan
industri). Seperti sekarang ini, kita
sedang merintis kerja sama dengan
Jababeka.
Mungkinkah pengembanganMungkinkah pengembanganMungkinkah pengembanganMungkinkah pengembanganMungkinkah pengembangan
perkeretaapian dilakukan denganperkeretaapian dilakukan denganperkeretaapian dilakukan denganperkeretaapian dilakukan denganperkeretaapian dilakukan dengan
mendatangkan investor asing?mendatangkan investor asing?mendatangkan investor asing?mendatangkan investor asing?mendatangkan investor asing?
Kita sudah menganut konsep
“multi operators” yang artinya kita
membuka kesempatan bagi investor
baik menyelenggarakan kereta saja,
menyelenggarakan relnya saja atau
kedua-duanya. Jadi seperti itu dimung-
kinkan. Tapi, karena nature-nya yang
menguntungkan itu angkutan barang
jadi banyak yang mengajukan pro-
posal untuk angkutan barang saja,
seperti yang terjadi di Sumatera Selatan
(ada yang mengajukan untuk angkat
batubara ke tiga arah) yaitu ke Beng-
kulu, pelabuhan tanjung api-api, dan
Tanahan. Hal serupa juga terdapat di
Kalimantan Tengan (batubara), Kali-
mantan Selatan dan Sumatra Utara.
Sementara itu, untuk angkutan orang
hanya dari bandara ke kota. Contoh,
dari stasiun Manggarai – Dukuh Atas
ke Bandara jadi itu dimungkinkan, ka-
rena nature-nya tidak seperti jalan tol
jadi orang masih susah untuk menjang-
kau. Bagaimanapun, prasarana kereta
api masih harus disubsidi oleh peme-
rintah. Di Eropa yang banyak rell track-
nya itu disubsidi pemerintah.
Seberapa besar perhatianSeberapa besar perhatianSeberapa besar perhatianSeberapa besar perhatianSeberapa besar perhatian
pemerintah dalam hal revitalisasipemerintah dalam hal revitalisasipemerintah dalam hal revitalisasipemerintah dalam hal revitalisasipemerintah dalam hal revitalisasi
perkeretaapian ini?perkeretaapian ini?perkeretaapian ini?perkeretaapian ini?perkeretaapian ini?
Baru 4 tahun terakhir ini ang-
garan untuk kereta api cukup besar.
Pada tahun ini kita dapat Rp3,5 triliun,
tahun kemarin Rp2,5 triliun, tahun sebe-
lumnya Rp1,5 triliun dan sebelumnya di
bawah Rp1 triliun. Sekarang, dalam satu
tahun yang diangkut kereta berjumlah
160 juta orang. 110 juta di antaranya di
Jabotabek, dan dua per tiganya disub-
sidi. Beratnya bukan main manfaat
ekonominya sangat besar. Jadi peme-
rintah sangat hebat tidak melihat dari sisi
keuntungannya saja. Di zaman dahulu,
begitu rugi ya langsung ditutup, tidak
untung ya langsung tidak beroperasi.
Kalau semua dituruti seperti itu
namanya tidak realistis. Kasus-kasus
seperti itu misalnya di Magelang, yang
ditutup karena merugi, sebagaimana
di Cibinong, Lumajang, Pandeglang,
Tuban dan Madiun. Tapi, kini peme-
rintah sadar bahwa mungkin saja pada
saat ini rugi tapi pemasukannya ba-
nyak, kebutuhannya banyak, maka
disubsidilah. Pemerintah melihat man-
faat ekonominya bukan finansialnya.
Jalur kereta dari kota ke Ban-Jalur kereta dari kota ke Ban-Jalur kereta dari kota ke Ban-Jalur kereta dari kota ke Ban-Jalur kereta dari kota ke Ban-
dara ini kan segmennya cukupdara ini kan segmennya cukupdara ini kan segmennya cukupdara ini kan segmennya cukupdara ini kan segmennya cukup
lumayan, kalau semuanya dibikinlumayan, kalau semuanya dibikinlumayan, kalau semuanya dibikinlumayan, kalau semuanya dibikinlumayan, kalau semuanya dibikin
AC, keretanya bagus, mungkinAC, keretanya bagus, mungkinAC, keretanya bagus, mungkinAC, keretanya bagus, mungkinAC, keretanya bagus, mungkin
banyak orang yang mau. Bisa tidak,banyak orang yang mau. Bisa tidak,banyak orang yang mau. Bisa tidak,banyak orang yang mau. Bisa tidak,banyak orang yang mau. Bisa tidak,
hal itu dijadikan pilot proyek yanghal itu dijadikan pilot proyek yanghal itu dijadikan pilot proyek yanghal itu dijadikan pilot proyek yanghal itu dijadikan pilot proyek yang
bisa menjadi mesin uang, artinyabisa menjadi mesin uang, artinyabisa menjadi mesin uang, artinyabisa menjadi mesin uang, artinyabisa menjadi mesin uang, artinya
tidak tersubsidi?tidak tersubsidi?tidak tersubsidi?tidak tersubsidi?tidak tersubsidi?
Orang yang mau ke bandara
naik kereta harganya premium. Tapi
kalau dia tidak mampu ya silahkan
naik bus. Yang penting kereta itu
bukan satu-satunya. Atau kalau mau
naik mobil pribadi (juga tersedia
jalurnya). Tapi kalau dia mau pergi ke
Serpong saya kasih harga mahal itu
tidak betul, karena jalur ke sana baru
ada untuk bus belum ada alternatif
yang lain. Nah seperti itu.
Kapan itu terlaksana?Kapan itu terlaksana?Kapan itu terlaksana?Kapan itu terlaksana?Kapan itu terlaksana?
Jalur Bandara Soekarno Hatta
sudah mulai proses tender. Untuk
jalur Juanda masih proses, sementara
Bandara Walanamu pada tahun
depan. Jalur Tanjung Priuk masih ada
sedikit kendala
Kereta-kereta premium keKereta-kereta premium keKereta-kereta premium keKereta-kereta premium keKereta-kereta premium ke
Bandara itu menggunakan danaBandara itu menggunakan danaBandara itu menggunakan danaBandara itu menggunakan danaBandara itu menggunakan dana
APBN atau investor?APBN atau investor?APBN atau investor?APBN atau investor?APBN atau investor?
Dana Investor. Ini baru kita iklan-
kan. Sudah ada 3 calon investor yang
menyatakan bersedia bekerja sama
dan bertanya – tanya melalui surat.z
“Makanya, bila ada orang
bilang, semuanya larikan
saja ke kereta api, ‘oh itu
tidak bisa’, dan kita tidak
sanggup karena
kapasitasnya sudah
habis dan padat sekali.”
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
25VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Begitu isu tentang kerusakan
jalan mengemuka, Departe-
men Pekerjaan Umum, khu-
susnya Bina Marga, selalu menjadi
sasaran empuk pertama untuk disa-
lahkan. Wajar, di negeri ini Bina
Marga merupakan leading sector di
bidang pengelolaan jalan dan jemba-
tan. Setelah itu, baru Departemen
Perhubungan dengan dalih diang-
gap alpa mengontrol kelebihan
muatan (tonase) pengguna jalan.
Uniknya, meski menjadi pihak
yang selalu disalahkan, kedua depar-
temen ini juga pernah terlibat adu
argumen tentang apa sebenarnya
yang menjadi pangkal kerusakan itu.
Sebuah artikel di Situs Puskom Dep-
hub, yang melansir berita yang ditulis
Harian Suara Karya, edisi 26 Februari
2008, misalnya, menyebut konstruksi
jalan yang tidak memenuhi standar
sebagai penyebab utama kerusakan
jalan. Bukan kelebihan muatan.
Artikel itu juga mengutip hasil
penelitian Agus Taufik, seorang dosen
Universitas Gadjah Mada (UGM),
dalam tesis untuk mengambil gelar
doktoral yang menyebutkan bahwa
penyebab dari kerusakan jalan justru
lebih banyak akibat konstruksi yang
tidak memenuhi standar. Porsinya
mencapai sebesar 44 persen, baik
menyangkut kepadatan tanah, beton,
dan aspal. Sedangkan kerusakan yang
disebabkan oleh kelebihan muatan
hanya 12 persen saja.
Namun, bukan berarti hasil
penelitian itu tidak bisa dibantah.
Menteri PU Djoko Kirmanto tetap
bersikukuh bahwa jalan nasional
tidak akan pernah bagus jika beban
muatan barang tak terkendali. Menu-
rut Djoko Kirmanto, jika kebijakan
untuk tetap mengizinkan kelebihan
beban hingga 60 persen dari beban
yang seharusnya dan diijinkan (JBI)
tidak segera direvisi, selamanya jalan
akan rusak. “Mengapa tidak di-nolkan
saja,” kata Djoko seusai menggelar
rapat koordinasi tentang kerusakan
jalan beberapa waktu lalu.
Silang pendapat itu akhirnya
bermuara pada kesepakatan antara
Departemen PU dan Departemen
Perhubungan. Dirjen Perhubungan
Darat, Iskandar Abubakar menya-
takan bahwa kebijakan mengizinkan
toleransi kelebihan JBI hingga 60%
akan direvisi. “Akhir tahun ini, akan
menjadi nol persen,” tegas Iskandar
Abubakar, seperti dikutip Suara Karya.
***
Dari markas Departemen Peker-
jaan Umum, Direktur Bina Teknik
Bina Marga, Danis Hidayat Suma-
dilaga menjelaskan bahwa kerusakan
jalan tidak bisa divonis sebagai akibat
dari satu sebab semata. “Bisa jadi
merupakan kombinasi dari berbagai
sebab. Setidaknya, ada tiga faktor
yang saling mempengaruhi,” kata-
nya. Ketiga faktor itu yakni: faktor
teknis, faktor pemanfaatan jalan, dan
faktor lingkungan sekitar jalan.
Sebagai pimpinan direktorat,
Kerusakan Jalan:Tanggung Jawab Siapa Saja?Departemen Perhubungan akan melibatkan pihak
swasta untuk mengontrol tonase angkutan di jalan raya.
Danis Hidayat Sumadilaga.
Fo
to:
Do
k.
26 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
yang mengurusi hal ihwal standar
konstruksi jalan, Danis menyatakan
bahwa Bina Marga berusaha untuk
menerapkan Manajemen Mutu untuk
menjaga kualitas konstruksi jalan
yang dibangun sesuai standar. “Pa-
yung hukumnya jelas, yakni PP No.
34/2006 tentang Jalan,” jelas Danis.
Bahkan, di luar urusan teknis,
berbagai kebijakan pun ditempuh
untuk menggiring para kontraktor
jalan untuk tidak berani coba-coba
membangun jalan di bawah standar
baku. “Salah satunya, mekanisme
kontrak Performance Based Contract,”
ungkap Danis. Melalui mekanisme ini,
pembayaran bagi kontraktor akan
dilakukan jika performa jalan yang
dibangun sudah teruji di lapangan.
Selain itu, kebijakan Performance Based
Contract memang mengatur peme-
nang tender untuk melakukan perbaik-
an jalan sekaligus pemeliharaan.
Tentang faktor kedua, yakni
faktor pemanfaatan jalan, Danis
menyebut perilaku lalu lintas yang
melintas di jalan juga memiliki peran
terhadap laju kerusakan jalan. Ten-
tang ini, Danis menyebut PP No. 43
tahun 1993 tentang Prasarana dan
Lalu Lintas Jalan landasannya. Bagian
kesembilan dari PP itu menyebut
tentang Muatan Sumbu Terberat
(MST). Saat ini, MST tertinggi yang
diberlakukan, yakni hingga 10 ton
yang berlaku di jalur Pantura. Itu pun
sebenarnya sudah di atas standar
rata-rata, yang 8 ton MST.
Sedangkan faktor ketiga, yakni
lingkungan sekitar, Danis mengiden-
tifikasinya sebagai faktor alam dan
perilaku masyarakat di sekitar badan
jalan. “Tidak sedikit kasus infrastruktur
jalan yang rusak karena perilaku warga,”
ungkapnya. Sebagai contoh, pencurian
baut Jembatan Kapuas II baru-baru ini,
yang akan sangat berpengaruh pada
kekuatan konstruksi jembatan. Selain itu,
Danis juga menyebut perilaku warga
membuah sampah tidak pada tem-
patnya sering menyebabkan drainase
jalan tidak berfungsi. “Akibatnya jalan
menjadi rusak,” simpulnya.
Berangkat dari tiga faktor ter-
sebut, pernyataan Danis tentang
kemungkinan penyebab kerusakan
jalan yang multifaktor menjadi lebih
jelas. “Bina Marga berperan membuat
jalan agar sesuai dengan standar,
Departemen Perhubungan menga-
wasi perilaku lalu lintas, sementara
Pemerintah Daerah berperan menga-
wasi perilaku masyarakat,” jelas Danis.
Melalui pernyataan ini, Danis ingin
menyampaikan bahwa Bina Marga
bukan satu-satunya stakeholders
dalam konteks kerusakan jalan.
Selain faktor teknis tadi, sebe-
narnya isu kerusakan jalan juga tidak
bisa dilepaskan dari kebijakan makro
di bidang transportasi. Saat ini, ham-
pir 93 persen beban transportasi, baik
angkutan penumpang maupun ang-
kutan barang dipikul oleh jalan. “Ini
terlalu berat. Agak kurang efisien, jika
semua harus dibebankan ke jalan.
Jadi, harus juga dikembangkan moda
transportasi lain,” simpul Dirjen Bina
Marga, Hermanto Dardak.
Tentang hal ini, Danis Suma-
dilaga, sepakat bahwa penambahan
kapasitas jalan pada suatu titik tidak
akan mampu melayani percepatan
pertumbuhan tingkat lalu lintas yang
semakin tinggi. “Moda transportasi
kereta api dan kapal laut juga harus
dikembangkan untuk transportasi
jarak jauh, terutama untuk angkutan
barang,” nilainya.
Jadi, jika begitu, tidak tepat jika
setiap muncul isu kerusakan, Depar-
temen PU menjadi satu-satunya sasar-
an tembak untuk dipersalahkan. “Ini
bukan membela diri, tapi itulah fak-
tanya,” simpul Danis Sumadilaga.z
Antrean truk dengan muatan menuju pelabuhan Merak.
Fo
to:
Do
k.L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
27VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Dalam pandangan Masyara-
kat Transportasi Indonesia
(MTI), jalan sebagai sub-
sistem dari tranportasi darat memiliki
dimensi tak tunggal. Perlu keterli-
batan banyak instansi, tidak hanya
Departemen PU, agar vitalitasnya
terpelihara dengan baik.
MTI termasuk yang “tidak mau
tahu” bila prasarana jalan itu rusak.
“Karena, jalan merupakan prasarana
vital bagi proses produksi dan distri-
busi barang, dan fasilitas bagi pe-
ngembangan ekonomi,” kata Ketua
MTI Bambang Susantono membe-
rikan alasan.
Untuk mengetahui lebih jauh
bagaimana respon MTI tentang
problema jalan sebagai prasarana
transportasi darat, berikut wawancara
KIPRAH dengan Bambang Susantono
di Jakarta, beberapa waktu silam.
Soal Soal Soal Soal Soal overloadoverloadoverloadoverloadoverload kendaraan di kendaraan di kendaraan di kendaraan di kendaraan di
jalan di satu pihak dan kapasitasjalan di satu pihak dan kapasitasjalan di satu pihak dan kapasitasjalan di satu pihak dan kapasitasjalan di satu pihak dan kapasitas
jalan di pihak lain selalu menge-jalan di pihak lain selalu menge-jalan di pihak lain selalu menge-jalan di pihak lain selalu menge-jalan di pihak lain selalu menge-
muka. Bagaimana MTI melihatmuka. Bagaimana MTI melihatmuka. Bagaimana MTI melihatmuka. Bagaimana MTI melihatmuka. Bagaimana MTI melihat
persoalan inipersoalan inipersoalan inipersoalan inipersoalan ini?
Saya ingin membedakan antara
jalan perkotaan dan nonperkotaan.
Solusi untuk perkotaan tidak boleh
bertumpuk pada pembangunan jalan.
Karena, penambahan ruas jalan di per-
kotaan terbukti tidak efektif. Bahkan, di
Seoul, Korea Selatan, jalan layang di
tengah kota diruntuhkan untuk me-
ngatasi kemacetan. Dan, itu efektif.
Anda setuju bahwa kema-Anda setuju bahwa kema-Anda setuju bahwa kema-Anda setuju bahwa kema-Anda setuju bahwa kema-
cetan, khususnya di perkotaan,cetan, khususnya di perkotaan,cetan, khususnya di perkotaan,cetan, khususnya di perkotaan,cetan, khususnya di perkotaan,
adalah persoalan penataan ruang?adalah persoalan penataan ruang?adalah persoalan penataan ruang?adalah persoalan penataan ruang?adalah persoalan penataan ruang?
Iya, salah satunya karena soal
itu. Semakin tata ruangnya bagus
semakin minimal orang melakukan
pergerakan, semakin dia jauh dari
pusat satu dengan pusat yang lain,
orang akan terpacu untuk membuat
trip atau jalan.
Bagaimana dengan yang non-Bagaimana dengan yang non-Bagaimana dengan yang non-Bagaimana dengan yang non-Bagaimana dengan yang non-
perkotaan?perkotaan?perkotaan?perkotaan?perkotaan?
Yang utama sebenarnya bagai-
mana keterkaitan piranti jalan ini
sehingga berfungsi sebagai satu
sistem. Kalau jalur nasional bagus tapi
jalan penghubungnya, misalnya an-
tara kabupaten dan kota, tidak bagus,
maka tetap saja alur dari sentral
produksi ke tingkat distribusi menjadi
Kondisi Ekonomi KitaBertumpu Pada Jalan
Ketua MTI, Bambang Susantono:
Bambang Susantono.
28 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
tidak bisa berjalan dengan baik.
Hal-hal lain misalnya pemeli-
haraan. Dulu Ditjen Bina Marga
mempunyai data yang cukup baik
untuk melihat performa jalan, dulu
namanya IRMS. Tapi belakangan
data-data itu seperti tidak terlindung
dengan baik. Yang tak kalah penting
adalah melihat jalan dari sisi standar-
standar keselamatan.
Dalam konteks jalan, di manaDalam konteks jalan, di manaDalam konteks jalan, di manaDalam konteks jalan, di manaDalam konteks jalan, di mana
posisi MTI?posisi MTI?posisi MTI?posisi MTI?posisi MTI?
Kita melihat jalan sebagai me-
dia dari transportasi jadi sebetulnya
perencanaan jalan itu harus dile-
takkan pada perencanaan trans-
portasi darat, transportasi darat
bagian dari perencanaan multimoda.
Kejadian sekarang adalah peren-
canaan transportasi jalan lebih maju
dari perencanaan multimoda.
Siapa yang paling berpenga-Siapa yang paling berpenga-Siapa yang paling berpenga-Siapa yang paling berpenga-Siapa yang paling berpenga-
ruh dalam pengembangan mul-ruh dalam pengembangan mul-ruh dalam pengembangan mul-ruh dalam pengembangan mul-ruh dalam pengembangan mul-
timoda itu?timoda itu?timoda itu?timoda itu?timoda itu?
Itu tergantung pada sistem ja-
ringannya, apakah sistem jaringannya
melayani nasional, provinsi atau re-
gional. Sebenarnya prinsip transportasi
yang efisien ya sistem multimoda tadi.
Jalur Pantura terlampau pa-Jalur Pantura terlampau pa-Jalur Pantura terlampau pa-Jalur Pantura terlampau pa-Jalur Pantura terlampau pa-
dat. Jalan cepat rusak dan kitadat. Jalan cepat rusak dan kitadat. Jalan cepat rusak dan kitadat. Jalan cepat rusak dan kitadat. Jalan cepat rusak dan kita
kurang kompetitif. Apa komentarkurang kompetitif. Apa komentarkurang kompetitif. Apa komentarkurang kompetitif. Apa komentarkurang kompetitif. Apa komentar
Anda?Anda?Anda?Anda?Anda?
Kami usul revitalisasi kereta api.
Kereta api itu efektif melayani ang-
kutan dengan jarak antara 300-500
km jadi kita bisa menekan cost. Kita
menggunakan kontainer untuk kota-
kota di sepanjang Pantura ini, dan
transportasinya ke truk. Ini memang
harus dilakukan secara bertahap. Tapi
itu harus ada cetak birunya. Revi-
talisasi kereta api ini akan sedikit
membagi beban terutama beban
jalan, penumpang dan barang. Jadi
kita berada dalam situasi di mana
jalan itu menjadi tumpuan harapan
semua orang dalam hal lalu-lintas
darat, yang lain itu minor. Nah di jalan
itu sendiri memang harus ada koor-
dinasi, terutama dalam hal kese-
lamatan.
Menurut Anda, seperti apaMenurut Anda, seperti apaMenurut Anda, seperti apaMenurut Anda, seperti apaMenurut Anda, seperti apa
pola koordinasinya?pola koordinasinya?pola koordinasinya?pola koordinasinya?pola koordinasinya?
Dalam penyelenggaran ang-
kutan darat itu, saya kira diperlukan
koordinasi tiga institusi, yakni Dephub
untuk pengaturan sarana; PU untuk
prasarananya, dan Polri untuk mana-
jemen lalu lintasnya. Demikian juga
untuk keselamatan.
Soal kereta api tadi, infra-Soal kereta api tadi, infra-Soal kereta api tadi, infra-Soal kereta api tadi, infra-Soal kereta api tadi, infra-
strukturnya minim. Untuk pengem-strukturnya minim. Untuk pengem-strukturnya minim. Untuk pengem-strukturnya minim. Untuk pengem-strukturnya minim. Untuk pengem-
bangannya membutuhkan danabangannya membutuhkan danabangannya membutuhkan danabangannya membutuhkan danabangannya membutuhkan dana
amat besar, dan pemerintah tidakamat besar, dan pemerintah tidakamat besar, dan pemerintah tidakamat besar, dan pemerintah tidakamat besar, dan pemerintah tidak
memiliki dana cukup untuk itu.memiliki dana cukup untuk itu.memiliki dana cukup untuk itu.memiliki dana cukup untuk itu.memiliki dana cukup untuk itu.
Bagaimana komentar Anda?Bagaimana komentar Anda?Bagaimana komentar Anda?Bagaimana komentar Anda?Bagaimana komentar Anda?
Nah kata-kata bahwa negara
tidak punya uang inilah sebenarnya
yang menghambat upaya kita bersa-
ma untuk melakukan revitalisasi
kereta api. Paradigmanya harus
dibalik. Bagaimana kita mencapai
sesuatu yang ideal dulu, karena kelak
keuntungannya bukan hanya dari sisi
cost bagi pengguna jasa kereta, tapi
juga cost untuk nasional. Bagaimana
prasarana jalan ini tidak cepat bila
bebannya amat besar.
Menurut MTI, bagaimana kon-Menurut MTI, bagaimana kon-Menurut MTI, bagaimana kon-Menurut MTI, bagaimana kon-Menurut MTI, bagaimana kon-
sumen seharusnya bersikap terha-sumen seharusnya bersikap terha-sumen seharusnya bersikap terha-sumen seharusnya bersikap terha-sumen seharusnya bersikap terha-
dap fenomena jalan rusak?dap fenomena jalan rusak?dap fenomena jalan rusak?dap fenomena jalan rusak?dap fenomena jalan rusak?
Yang pertama apabila ada jalan
yang rusak, yang harus diperhatikan
adalah safety atau keselamatan jangan
sampai kerusakan itu membahayakan
orang yang berjalan misalnya jalan
berlubang cepatlah ditutup sementara
dengan plat baja (sementara).
Siapa yang harus bertang-Siapa yang harus bertang-Siapa yang harus bertang-Siapa yang harus bertang-Siapa yang harus bertang-
gung jawab dengan usaha daruratgung jawab dengan usaha daruratgung jawab dengan usaha daruratgung jawab dengan usaha daruratgung jawab dengan usaha darurat
seperti itu?seperti itu?seperti itu?seperti itu?seperti itu?
Departemen PU dong bila itu
jalan nasional. Yang penting, harus
ada orang yang memberitahukan
melalui rambu-rambu kerusakan
“artinya memberitahukan kepada
publik bahwa telah terjadi kerusakan
sehingga publik mempunyai info
yang cukup dalam perjalanan. De-
ngan dia tahu jalan itu rusak ia akan
mengambil jalan alternatif. Itu bagian
dari hak-hak konsumen untuk me-
ngetahui hal itu.
Perlu terobosan manajemenPerlu terobosan manajemenPerlu terobosan manajemenPerlu terobosan manajemenPerlu terobosan manajemen
pemeliharaan jalan Menurut Anda?pemeliharaan jalan Menurut Anda?pemeliharaan jalan Menurut Anda?pemeliharaan jalan Menurut Anda?pemeliharaan jalan Menurut Anda?.
Memang. Misalnya kontrak
multitahun atau performance base
contract atau kontrak yang berbasis
kinerja. Kalau dulu kan kalau kita
rusak jalan kita tunggu sampai kon-
traknya baru lagi baru kita perba-
harui. Sedangkan dalam perfor-
mance base contract, bila ada ke-
rusakan sedikit kontraktor harus
segera membenahi.
Berapa rentang waktu tole-Berapa rentang waktu tole-Berapa rentang waktu tole-Berapa rentang waktu tole-Berapa rentang waktu tole-
ransi yang diberikan untuk menga-ransi yang diberikan untuk menga-ransi yang diberikan untuk menga-ransi yang diberikan untuk menga-ransi yang diberikan untuk menga-
tasi persoalan kerusakan jalan?tasi persoalan kerusakan jalan?tasi persoalan kerusakan jalan?tasi persoalan kerusakan jalan?tasi persoalan kerusakan jalan?
Itu tergantung dari kontraknya
nanti, misalnya 2-3 atau sampai 4 hari,
yang jelas yang di dalam kontraknya
disebutkan bahwa jalan itu harus
mulus titik. Jadi bagaimana upaya PU
untuk menjaga jalan ini agar tetap
mulus, ataupun memperbaiki jalan
yang rusak melalui kontraktor.z
“...kata-kata bahwa
negara tidak punya uang
inilah sebenarnya yang
menghambat upaya kita
bersama untuk
melakukan revitalisasi
kereta api.
Paradigmanya harus
dibalik: Bagaimana kita
mencapai sesuatu yang
ideal dulu...”
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
29VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Beberapa tahun terakhir ini,
istilah ‘mandor jalan’ kembali
mengemuka. Konteksnya,
apalagi jika bukan tentang solusi
pengawasan dan pemeliharaan infra-
struktur jalan. Bahkan, dalam sebuah
rapat koordinasi dengan Menteri
Pekerjaan Umum, Komisi V DPR-RI
pun ikut mencantumkan sistem man-
dor jalan sebagai salah satu solusi
untuk mengantisipasi tingkat keru-
sakan infrastruktur jalan yang sema-
kin tinggi. Pada salah satu butir
rekomendasi Komisi V tertulis: “Komisi
V DPR RI mengharapkan agar peme-
rintah meningkatkan alokasi ang-
garan bagi pemeliharaan jalan dan
jembatan, antara lain dengan cara
swakelola dan mengaktifkan kembali
keberadaan mandor jalan.”
Bagi masyarakat infrastruktur
jalan, mandor jalan bukan istilah
baru. Bahkan, sistem mandor jalan
ini sudah dikenal sejak era pemerin-
tahan kolonial Belanda di Indonesia.
Salah satu mandor jalan era pemerin-
tahan kolonial yang namanya sempat
terabadikan dalam catatan sejarah di
antaranya Jalil, yang oleh Pemerintah
Kolonial Hindia Belanda diangkat
menjadi mandor jalan di Belitung atas
jasa-jasanya membantu pemerintah
kolonial membangun infrastruktur
jalan yang menghubungkan bebe-
rapa distrik di Belitung.
Tugas para mandor jalan ini
sederhana, tapi vital. Mereka adalah
ujung tombak dalam sebuah mekanis-
me manajemen infrastruktur jalan.
Mereka bertugas memonitor perkem-
bangan kondisi jalan, menyampaikan
laporan, dan menangani kerusakan-
Mandor Jalan
Bagi komunitas dan
pelaku di bidang
infrastruktur jalan,
“mandor jalan” bukan
istilah baru. Bahkan,
sistem mandor jalan
sudah dikenal sejak
era pemerintahan
kolonial Belanda di
Indonesia.
kerusakan kecil yang terjadi pada
segmen jalan yang menjadi tanggung
jawabnya. Para mandor jalan inilah
yang secara rutin melakukan patroli
atau inspeksi jalan serta mengiden-
tifikasi kerusakan sekecil apapun di
wilayah kerja masing-masing. Tatkala
menjumpai potensi kerusakan ringan,
mereka berkewajiban segera melaku-
kan perbaikan sesuai kapasitas me-
reka. Jika ternyata kerusakan yang
terjadi di luar kemampuan mereka
untuk mengatasinya, para mandor
jalan itu segera berkoordinasi dengan
para stakeholder setempat untuk
memperbaiki kerusakan tersebut.
“Prinsipnya, mereka bertugas meng-
antisipasi setiap kerusakan ringan agar
segera diperbaiki sebelum berkem-
bang menjadi rusak berat,” tegas
Menteri PU Djoko Kirmanto.
Fo
to:
Do
k.
30 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Selama ini, sistem pengawasan
jalan melalui sistem mandor jalan
seperti terabaikan karena adanya
sistem proyek yang diterapkan dalam
pemeliharaan infrastruktur jalan. Dari
seluruh propinsi di Indonesia, Jawa
Timur merupakan propinsi yang
konsisten menerapkan sistem ini
melalui Balai-balai Pemeliharaan
Jalan (BPJ), yang tersebar di 12
daerah mulai dari ujung timur hingga
ujung sebelah barat Provinsi Jawa
Timur. Setiap BPJ dibantu oleh Kantor
Pembantu BPJ dan resor-resor penga-
mat jalan. Di tingkat lapangan, mere-
ka inilah yang melakukan tugas dan
fungsi mandor jalan. Selain di Jawa
Timur, pemeliharaan jalan-jalan nasio-
nal di Jawa Tengah, dan Yogyakarta
juga tetap mempertahankan sistem
mandor jalan sejak dekade 1950-an.
Toh, jika pada akhirnya sistem
mandor jalan kembali menjadi solusi
alternatif, hal itu karena para pemang-
ku kebijakan pernah merasakan keam-
puhan sistem ini di masa silam. Tak
heran, jika beberapa daerah di Indo-
nesia telah menghidupkan kembali
fungsi mandor jalan. Jambi, misalnya,
telah mengaktifkan fungsi mandor
jalan poros Bangko-Sungaipenuh
sejak tahun 2005. Sementara di
Lampung, Dinas Bina Marga Propinsi
Lampung juga telah kembali mene-
rapkan sistem mandor jalan sejak
tahun 2007, meski baru sebatas untuk
memonitor dan memperbaiki jalan
provinsi yang membentang di sepu-
luh kabupaten dan kota, yang ada di
provinsi ini.
***
Ada bagusnya juga berkaca dari
sejarah mandor Jalil di Belitung ketika
itu, Belanda merekrut mandor jalan dari
penduduk lokal atau daerah yang
dilintasi akses jalan yang mereka bangun.
Di Jambi, cara Belanda itu kembali
diterapkan. Sistem mandor jalan, yang
diterapkan di propinsi ini pada prinsipnya
memberdayakan kelompok-kelompok
kerja yang dibentuk oleh Camat. Me-
mang, sejauh ini, tugas mereka hanya
membersihkan ruas jalan selama sepan-
jang tahun. Setiap kelompok ditugasi
mengawasi dan membersihkan jalan
sepanjang 20 kilometer. Jika ada keru-
sakan, mereka hanya berkewajiban me-
nyampaikan laporan. Setiap kelompok
kerja diberi fasilitas kerja berupa satu unit
sepeda motor dan satu unit mesin gergaji
kayu untuk menunjang kelancaran
pekerjaan. Setiap mandor mendapat
upah senilai Rp 750.000 per bulan,
sedangkan pekerja senilai Rp 450.000
per bulan.
Dengan pendekatan yang ham-
pir sama, Lampung juga menerapkan
sistem serupa. Setiap mandor men-
dapat honor sebesar Rp 500 ribu per
bulan. Selain itu, para mandor ini juga
mendapatkan berbagai fasilitas ope-
rasional, seperti motor dan peralatan
perbaikan ringan. Target pertama,
jalan-jalan tingkat propinsi di wilayah
Lampung bebas lubang. Memang,
ada tugas lain yang menjadi paket
tanggung jawab mereka, seperti
membersihkan bahu jalan
dan menjaga kemiringan
jalan; menggali
saluran air sehingga air mengalir
secara sempurna dan melakukan
pemeliharaan bangunan pelengkap
jalan lainnya seperti gorong-gorong.
***
Bagi sebagian kalangan, sistem
mandor jalan dianggap hanya cocok
diterapkan di daerah-daerah yang
minim ahli jasa konstruksi dan minim
peralatan berat. Kalangan pengu-
saha ini keberatan merasa sistem
mandor jalan tidak perlu diterapkan
di pulau Jawa dengan alasan pembo-
rosan mengingat para kontraktor di
Pulau Jawa sudah memiliki peralatan
lengkap. Tentu saja, hal ini bersebe-
rangan dengan pernyataan Dirjen
Binamarga, Hermanto Dardak. “Pe-
nerapan mandor jalan sangat efektif
jika diterapkan di Jawa dan sebagian
Sumatera, dengan sistem swakelola
atau swastanisasi,” tegas Hermanto
Dardak.z (Sofwan)
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
31VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Ada orang bilang, Jalan Tol
Trans-Jawa yang akan
menghubungkan Merak
dan Banyuwangi sejauh 1.200 kilo-
meter ini ibarat mengulang mimpi
Gubernur Jenderal Hindia Timur
Herman Willem Daendels, 200 tahun
silam. Bahkan, Tol Trans-Jawa ini
disebut-sebut sebagai “Trans-Jawa
babak kedua”. Analogi ini ternyata
juga menjadi penyebab kekhawa-
tiran terhadap terulangnya dampak
yang terjadi akibat pembangunan
jalan Daendels itu jika Tol Trans-Jawa
diteruskan.
Pendapat yang kontra pemba-
ngunan Tol Trans-Jawa sebagian
besar mendasarkan argumennya atas
nama dampak pembangunan ja-
ringan tol yang dibangun di sisi selatan
Jalan Daendels ini. Berkaca dari
sejarah, struktur ruang pulau Jawa
sekarang ini merupakan hasil dari
pembangunan Trans-Jawa babak
pertama, yang dilakukan oleh Daen-
dels itu. Jalan lintas Anyer-Panarukan
itulah yang dianggap memicu pertum-
buhan sporadis dan tak terencana di
sepanjang jalur utara pulau Jawa.
Kota-kota pun tumbuh mengikuti
jalan, fenomena yang menurut Peter
JM Nas dan Pratiwo (Java and De
Groote Postweg, La Grande Route,
The High Military Road, Leiden/Ja-
karta, 2001), sebagai pertumbuhan
kota memanjang. Bahkan, dalam
tulisan berserinya, harian KOMPAS
menyimpulkan bahwa setelah 200
tahun pembangunan jalan Trans-
Jawa ala Daendels itu, wajah Jawa
menjadi seperti pulau kota: Dari Anyer
hingga Panarukan hampir tak ada
jeda ruang untuk konservasi dan
pertanian. Ruang disesaki perumahan,
pertokoan, dan pergudangan. Kehan-
curan ekologis dan perubahan tata
ruang yang tidak terkontrol menim-
bulkan banjir pada musim hujan,
kekeringan saat kemarau.
Apalagi, selain itu, pemba-
ngunan Jalan Tol Trans-Jawa ini juga
sempat diwarnai dengan ketidaksetu-
juan atas konversi lahan pertanian
produktif, bahkan ratusan hektar di
antaranya merupakan lahan persa-
wahan irigasi teknis. Nah, intinya, ada
kekhawatiran Tol Trans-Jawa akan
kembali mengevolusi struktur ruang
pulau Jawa menjadi semakin tidak
sehat. “Jangan meniru proyek Daen-
dels di masa silam itu,” nilai Prof. Emil
Salim suatu ketika.
Tentu saja, menyikapi analisis
yang cenderung kontra tersebut para
pejabat Bina Marga Departemen
tergerak untuk angkat bicara. “Pemba-
ngunan tol Trans-Jawa ini sudah
dipertimbangkan matang-matang,
semata-mata untuk kesejahteraan
rakyat. Bukan untuk menghilangkan
lahan persawahan, jaringan irigasi,
hutan lindung, perkebunan atau
mengurangi kesempatan kerja para
petani penggarap,” tegas Dirjen Bina
Marga PU, Hermanto Dardak. Bahkan,
Tol Trans-Jawa
Bukan Jalan Daendels Babak KeduaTol Trans-Jawa memang masih menuai pro dan kontra. Namun, itu tidak
menjadikan megaproyek ini terhenti. “Jalan Tol Trans-Jawa tetap harus
dibangun,” tegas Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.
32 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
lanjut mantan Dirjen Penataan Ruang
ini, penetapan trase jalannya pun sudah
melalui berbagai prosedur, mulai dari
proses Amdal, analisis rencana tata
ruang wilayah, analisis ekonomi, hingga
pertimbangan teknis sebelum Guber-
nur menerbitkan SP2LP (Surat Persetuju-
an Penetapan Lokasi Pembangunan).
Sementara itu, Direktur Jalan
Bebas Hambatan dan Jalan Kota,
Bina Marga PU, Haris Hasudungan
Batubara mengklarifikasi berbagai
argumen yang menyatakan bahwa
jalan tol Trans-Jawa ini akan ‘me-
lahap’ hingga seribu hektar lahan
pertanian beririgasi teknis, khu-
susnya di Jawa Tengah hingga Jawa
Timur. “Setelah kami ukur, luasnya
tidak sampai 600 hektar, hanya 320
hektar,” jelas Haris Batubara.
Penurunan luas lahan persa-
wahan irigasi teknis yang berpotensi
digusur itu, lanjut Haris, karena Bina
Marga telah mengubah spesifikasi
lebar jalan, khususnya di areal persa-
wahan itu. Selain itu, tim verifikasi Bina
Marga menemukan fakta bahwa tidak
semua lahan persawahan yang berpo-
tensi digusur itu merupakan lahan
persawahan beririgasi teknis. “Ada juga
yang hanya berupa gadu (huma) dan
sawah abadi,” jelas Haris Batubara.
Selain itu, Haris juga mengkla-
rifikasi kekhawatiran banyak pihak
bahwa jalan Tol Trans-Jawa ini akan
semakin mengancam konversi lahan-
lahan pertanian di sepanjang jalur
yang dilintasinya. Lazimnya, pembu-
kaan jalan baru akan diiringi konversi
lahan pertanian menjadi lahan untuk
peruntukan lain, seperti industri atau
permukiman. “Kami sudah sepakat
untuk tidak membuka opening di
sepanjang area persawahan itu,”
ungkap Haris. Artinya, menurut
logika sederhana, selama tidak ada
pintu tol di area persawahan itu
potensi konversi lahan pertanian
menjadi sangat kecil.
NegaraNegaraNegaraNegaraNegara Rasio(km/satu juta penduduk)Rasio(km/satu juta penduduk)Rasio(km/satu juta penduduk)Rasio(km/satu juta penduduk)Rasio(km/satu juta penduduk)
Indonesia 6
Thailand 20,5
Singapura 34,2
Filipina 54,6
Malaysia 82,8
Jepang 82,9
Cina 92,9
Tol Cikampek merupakan bagian dari rangkaian Jalan Tol Trans-Jawa. Kelak, ruas ini akan bersambung dengan 10 ruas tol hingga ke Surabaya.
Fo
to:
Do
k.
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
33VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Jika dibentangkan dari ujung
paling barat di Merak hingga
ujung paling timur di Surabaya,
panjang jalan tol Trans-Jawa ini
mencapai 1.150 kilometer. Na-
mun, karena ruas Merak hingga
Profil Tol Trans-Jawa
Lantas, bagaimana dengan la-
han pertanian yang memang akan
tergusur? Tentang hal ini, atas nama
Pemerintah, Menteri PU Djoko Kir-
manto berjanji akan mengganti
sawah yang dibebaskan itu dengan
pencetakan sawah-sawah baru di
luar Jawa. “Tahun ini pemerintah
membuka 40 ribu hektar lahan perta-
nian di luar Jawa,” jelasnya.
Dari sisi asas manfaat, Herman-
to Dardak menyebut proyek Tol
Trans-Jawa sebagai proyek multi-
manfaat. Yang jelas, lanjut Hermanto,
kelak jika 10 ruas tol itu telah ter-
hubung, transportasi angkutan ba-
rang akan semakin efisien karena
waktu tempuh yang semakin cepat.
Selama ini, transportasi angkutan
penumpang dan barang lintas Jawa
masih sangat bergantung pada jalur
Pantura. “Biaya transportasi yang
semakin efisien akan berdampak
pada nilai tambah berbagai komo-
ditas, termasuk komoditas hasil perta-
nian,” tegas Hermanto Dardak. Bah-
kan, ketika proyek ini tuntas dipre-
diksi akan ada investasi masuk sebe-
sar Rp 50 triliun.
***
Sebenarnya, terlepas dari po-
tensi dampak negatif yang ada,
pembangunan jalan Tol Trans-Jawa
ini mestinya dilihat dari kepentingan
skala makro negara. Banyak negara
Asia telah memberi contoh bahwa
pembangunan jalan tol punya impli-
kasi besar terhadap laju perekono-
mian negara.
Sayangnya, Indonesia termasuk
negara yang paling rendah rasio
panjang jalan tolnya terhadap popu-
lasi (lihat tabel). Bahkan, tergolong
sangat rendah, yakni hanya 6 kilome-
ter per satu juta penduduk. Jadi,
Cikopo telah ada, fokus proyek ini
adalah membangun 10 ruas tol dari
Cikopo hingga Surabaya, yang jika
ditotal memiliki panjang 652 kilome-
ter. Hingga September 2008, bebe-
rapa ruas telah mulai memasuki
Perkembangan Proyek Tol Trans Jawa per September 2008Perkembangan Proyek Tol Trans Jawa per September 2008Perkembangan Proyek Tol Trans Jawa per September 2008Perkembangan Proyek Tol Trans Jawa per September 2008Perkembangan Proyek Tol Trans Jawa per September 2008
NoNoNoNoNo Nama RuasNama RuasNama RuasNama RuasNama Ruas PanjangPanjangPanjangPanjangPanjang Pembebasan LahanPembebasan LahanPembebasan LahanPembebasan LahanPembebasan Lahan
1 Cikopo - Palimanan 116 km 10,52 %
2 Kanci - Pejagan 34 km 96,13 %
3 Pejagan - Pemalang 57,5 km 2,23 %
4 Pemalang - Batang 39 km 0 %
5 Batang - Semarang 75 km 0,23 %
6 Semarang - Solo 75, 7 km 3,68 %
7 Solo - Mantingan 55,1 km 1,11 %
8 Mantingan – Ngawi - Kertosono 116,2 km 0 %
9 Kertosono - Mojokerto 41 km 11,02 %
10 Mojokerto - Surabaya 37 km 9,38 %
tahap konstruksi, yakni ruas Kanci-
Pejagan, ruas Mojokerto – Kerto-
sono, dan ruas Surabaya – Mojo-
kerto. Selebihnya, masih dalam
proses pembebasan lahan (lihat
peta dan info grafis).
sangat masuk akal jika pertumbuhan
ruas jalan tol di negeri ini digenjot.
Tidak hanya itu, masyarakat
pun menyambut positif proyek ini.
Sutrisno, misalnya, seorang supir truk
angkutan barang, yang sudah ra-
tusan kali hilir mudik Jakarta – Suraba-
ya ikut berkomentar. “Yang jelas, bagi
para sopir, jalan tol Jakarta – Suraba-
ya akan menghemat biaya dan tena-
ga. Pungli di jalanan, juga akan
berkurang,” katanya.
Mungkin ada benarnya jika
proyek ini mirip dengan proyek yang
pernah dijalankan Daendels dua
abad silam. Namun, tetap saja ada
karakteristik yang berbeda. Jika dulu,
jalan Anyer – Panarukan dibangun
dalam konteks kepentingan kolonial,
Tol Trans-Jawa dibangun dalam
konteks kepentingan kesejahteraan
rakyat semata. Jadi, ini bukan proyek
Daendels babak kedua.z(Sofwan)
34 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
Sebuah seruan untuk men-
dukung petisi “Selamatkan
Warga Jakarta, Tolak Pem-
bangunan Jalan Tol” diluncurkan di
sebuah blog pribadi seorang warga
kota Jakarta. Sementara di lain kanal
informasi, sebuah harian sore Jakarta
menulis tentang penolakan sebagian
warga kota Jakarta terhadap pemba-
ngunan enam ruas jalan tol lingkar
dalam kota. “Rencana pembangunan
enam ruas jalan tol itu juga tidak
pernah tercantum dalam rencana tata
ruang wilayah maupun Pola Trans-
portasi Makro,” kata Ketua Kelompok
Kerja Transportasi Kaukus Lingkungan
Hidup Jakarta Tubagus Haryo Kar-
byanto, seperti ditulis Harian KOMPAS
edisi 26 Mei 2008 lalu.
Mereka yang tidak setuju itu
berdalih bahwa dari pengalaman
banyak kota di dunia setiap ada
penambahan panjang jalan bebas
hambatan baru justru akan memicu
kemacetan lalu-lintas yang lebih
parah dan juga polusi udara. Penje-
lasannya, penambahan panjang jalan
justru akan semakin mendorong
hasrat warga kota untuk menggu-
nakan kendaraan bermotor pribadi.
Di California, misalnya, setiap 1
persen peningkatan panjang jalan
dalam setiap mil akan menghasilkan
peningkatan kendaraan yang lewat
sebesar 0,9 persen dalam waktu lima
tahun. Sementara itu, di Jakarta
dalam kurun waktu 1999-2003 setiap
ada pertambahan panjang jalan
sepanjang 1 km akan selalu diikuti
dengan pertambahan jumlah kenda-
Jalan Tol Bukan Semata untukMengurai Kemacetan
Jalan Bebas Hambatan Kawasan Metropolitan
raan bermotor sebanyak 1.923 unit
mobil pribadi dan 3000 kendaraan
bermotor roda dua (Kajian Jaringan
Jalan Tol DKI Jakarta, PT. Pemba-
ngunan Jaya, Mei 2005). Dapat
dibayangkan betapa banyak pertam-
bahan penggunaan mobil pribadi
akibat pembangunan jalan tol Becak-
ayu dan 6 (enam) jalan tol dalam kota
ini. Begitu dalih kelompok ini.
Namun, Pemerintah juga pu-
nya penjelasan yang bisa menjawab
kekhawatiran itu. Memang, pem-
bangunan enam ruas jalan tol baru
lingkar dalam tersebut diakui tidak
serta merta akan mengurai benang
kusut kemacetan lalu lintas di Jakarta.
“Jalan tol dalam kota memang bukan
satu-satunya solusi untuk mengatasi
kemacetan lalu lintas di Jakarta,” kata
Haris Batubara, Direktur Jalan Bebas
Hambatan dan Jalan Kota, Bina
Marga PU. “Kemacetan di Jakarta
adalah persoalan yang harus dipe-
cahkan oleh multi-stakeholders,”
lanjut Haris, seraya menyebut kebi-
jakan transportasi publik dan traffic
management sebagai elemen pen-
ting lain yang juga menjadi penentu
penyelesaian masalah ini.
“Lantas, jika tidak semata untuk
mengatasi kemacetan, untuk apa enam
Fo
to:
Do
k.
Jembatan layang Tomang Tol Jakarta.
Haris Batubara, Direktur Jalan Bebas
Hambatan dan Jalan Kota, Bina Marga PU.
35VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
ruas jalan tol lingkar dalam itu diba-
ngun?” Pertanyaan semacam ini hilir
mudik di benak warga kota atau pemer-
hati transportasi Jakarta, yang cende-
rung tidak setuju program ini dijalankan.
Menurut Dirjen Bina Marga PU,
Hermanto Dardak, jaringan jalan
punya keterkaitan erat dengan pem-
bentukan struktur ruang kota. Sesuai
dengan master plan Tata Ruang Ja-
karta, pengembangan Kota Jakarta
kini diarahkan ke arah Barat dan Timur,
tidak lagi ke Selatan. Nah, dalam
konteks inilah enam ruas jalan tol
lingkar dalam kota itu punya peran.
Artinya, Pemerintah harus menyiapkan
akses untuk mendukung arah pe-
ngembangan itu, yakni melalui sistem
empat jalan lingkar yang dilengkapi
dengan sistem delapan radial. “Enam
ruas tol tersebut akan meniadakan
missing link serta membentuk sistem
lingkar terdalam dan melengkapi
sistem radial pada jaringan tol Jabo-
detabek yang sudah ada,” ujar
Hermanto Dardak. Memang, hal ini
berkaitan dengan dimensi jangka
panjang pengembangan kota.
Tentang hal ini, Haris Batubara,
memberi contoh dampak pembuka-
an ruas tol TB Simatupang dan Pluit,
di utara dan selatan, yang berhasil
membangun struktur ruang di sepan-
jang lintasan ruas tol itu. “Kini, di
sepanjang jalan itu tumbuh pola
residensial vertikal,” jelas Haris. Dalam
konteks jangka panjang, pola permu-
kiman di Jakarta idealnya tumbuh
vertikal melalui pembangunan ru-
mah-rumah susun dan apartemen.
Namun demikian, lanjut Her-
manto Dardak, dalam konteks jangka
pendek, enam ruas tol ini juga ber-
manfaat bagi pengendalian arus lalu
lintas di dalam kota, yakni untuk mela-
yani permintaan lalu lintas ke pusat kota
dengan pengendalian on/off ramp
serta meningkatkan rasio jalan terutama
pada koridor utama yang mempunyai
kepadatan tinggi.
Selain itu, saat ini rasio panjang
jalan di ibukota baru 6 persen dari total
luas kota DKI Jakarta. Rasio ini masih
sangat rendah. Menurut Menteri PU
Djoko Kirmanto, idealnya rasio panjang
jalan di Jakarta bisa mencapai 20 persen,
seperti kota-kota besar lain di dunia.
Selain Jabodetabek, sistem ja-
ringan jalan perkotaan di kota-kota met-
ropolitan lainnya, juga akan didesain
dengan pola yang hampir sama de-
ngan pola yang dikembangkan di
Jakarta, yakni sistem jalan lingkar dan
sistem jalan radial. “Jaringan jalan yang
menghubungkan pusat-pusat kegiatan
di kawasan metropolitan Surabaya dan
sekitarnya juga akan mengarah seperti
Jabodetabek,” ungkap Haris Batubara.
Pada akhirnya, meski keputusan
untuk membangun enam ruas tol itu
sudah bulat, suara publik yang kha-
watir bahwa enam ruas tol lingkar da-
lam itu justru akan menambah kema-
cetan lalu lintas juga harus direspon.
Artinya, sistem angkutan publik massal
tetap menjadi prioritas utama dalam
mengatasi kemacetan di berbagai
wilayah metropolitan. Tentang ini,
bahkan, Dirjen Bina Marga telah me-
lemparkan gagasan untuk mendesain
jalan-jalan dalam kota, yang dilengkapi
dengan satu lajur express bus. Bahkan
pemerintah juga telah menyiapkan
desain jika pemerintah DKI berniat
membangun jalur monorail di antara
jalan layang dan jalan arteri. Singkat
bahasa, sistem infrastruktur dibenahi,
sistem sarana transportasinya pun juga
dibenahi. “Kedua hal itu ibarat dua
muka keping mata uang,” simpul Haris
Batubara.z
NoNoNoNoNo RuasRuasRuasRuasRuas PanjangPanjangPanjangPanjangPanjang
1 Kemayoran - Kampung Melayu 9,66 km
2 Duri Pulo – Tomang – Kampung Melayu 11,38 km
3 Rawa Buaya - Sunter 22,60 km
4 Sunter - Pulo Gebang 10,80 km
5 Pasar Minggu - Casablanca 7,55 km
6 Ulujami - Tanah Abang 8,26 km
Rencana Umum Jaringan Jalan Tol Jabodetabek.
36 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Ketika transportasi jalan
menjadi satu-satunya moda
transportasi darat yang mela-
yani hajat pergerakan penumpang
dan barang di sebuah wilayah, mau
tidak mau infrastruktur jalan di wila-
yah itu harus selalu dalam keadaan
prima. Prinsip ini dipahami betul oleh
para pemangku kebijakan infra-
struktur jalan di Sumatera Barat.
Bahkan, bisa dikatakan, infrastruktur
jalan di propinsi ini merupakan salah
satu yang terbaik di Indonesia, untuk
kategori luar Pulau Jawa.
Jalan Raya Lintas Barat Sumatera
merupakan jalur perhubungan darat
terpenting bagi Sumatera Barat. Ini
dikarenakan jalur KA di Sumatera hanya
ada di Provinsi Sumatera Utara, Suma-
tera Selatan dan Lampung. Memang,
Sumatera Barat juga memiliki jalur kereta
api, tapi saat ini lebih banyak berfungsi
sebagai jalur wisata semata.
Karena itu, saat ini beberapa
proyek penting di bidang infrastruk-
tur jalan sedang dilakukan di propinsi
ini. Sebut saja, pembangunan Duku
Fly Over di Simpang Duku, Kabu-
paten Padang Pariaman. Jalan layang
ini menghubungkan jalan Padang -
Bukittinggi dan Bandara Internasi-
onal Minangkabau (BIM) serta Pela-
buhan Teluk Bayur.
Selain itu, yang paling feno-
menal adalah pembangunan Jem-
batan Kelok 9 sepanjang 5 km pada
ruas Bukittinggi–Pekanbaru, tepat-
nya pada KM 143 hingga KM 148 dari
Padang. Ruas ini merupakan ruas
jalan nasional yang menghubungkan
jalur lintas tengah Sumatera dan lintas
timur Sumatera. “Proyek-proyek
tersebut memiliki nilai strategis dalam
menggerakkan nadi berbagai sektor
kehidupan di Sumatera Barat,” kata
Yusdi Syukri, Kepala Satuan Kerja Non
Vertikal Tertentu (SNVT) Pemba-
Jalan Lintas SumateraProyek Vital di Barat Sumatera
Kelok Sembilan, Sumatera Barat.
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
37VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
ngunan Jalan dan Jembatan Provinsi
Sumatera Barat kepada kontributor
KIPRAH.
Jembatan Kelok-9, misalnya.
Kelak, jika enam jembatan yang
meliuk di sembilan kelok itu telah
rampung dan bisa dilintasi ken-
daraan, arus lalu lintas Bukittingi
(Sumbar) – Pekanbaru (Riau), yang
saat ini sudah mencapai lebih kurang
6% per tahun dengan rata-rata 7.900
kendaraan per hari, akan semakin
lancar. Terutama, arus lalu lintas
barang untuk mendistribusikan ber-
bagai hasil pertanian Sumatera Barat
ke Riau, sebelum akhirnya dikapalkan
ke Singapura dan Malaysia. Selain itu,
yang jelas, karena keindahan visual
panoramanya, rangkaian jembatan
Kelok-9 diyakini akan berkembang
menjadi obyek kunjungan wisata.
***
Jembatan Kelok Sembilan dan DukuJembatan Kelok Sembilan dan DukuJembatan Kelok Sembilan dan DukuJembatan Kelok Sembilan dan DukuJembatan Kelok Sembilan dan Duku
Fly OverFly OverFly OverFly OverFly Over
Sebagai informasi detail, pem-
bangunan jembatan Kelok-9 merupa-
kan proyek infrastruktur jalan –
jembatan, yang terdiri dari pemba-
ngunan jembatan sepanjang 964
meter dan jalan penghubung sepan-
jang 1.573 m dengan lebar antara
12,5 meter hingga 14,00 meter.
Proyek ini telah dilaksanakan sejak
tahun anggaran 2003.
Menurut Ir. Dahler, Msc, Pejabat
Pembuat Komitmen Kegiatan Pem-
bangunan Jembatan Kelok-9, secara
teknis jembatan-jembatan yang diba-
ngun pada proyek ini tidak setipe. Ada
beberapa alasan teknis yang menda-
sarinya. Pertama, lantaran alinyemen
jembatan berada pada daerah radius
yang relatif kecil, maka ada keterba-
tasan dalam pemilihan tipe super
struktur. Karena itu, untuk jembatan
beradius antara 30–60 m dipilih tipe
Reinforce Concrete Girder. Kedua,
untuk radius jembatan yang relatif
lebih besar dipakai tipe Super Struktur
Balok I Girder. Ketiga, dengan alasan
tidak adanya pilar yang masuk ke
dalam sungai, maka pada tempat-
kan, di samping itu jenis ini punya
view arsitektur yang bagus secara
keseluruhan. Selain itu, masih menurut
Dahler, pemilihan-pemilihan tipe
jembatan tadi sangat mempertim-
bangkan unsur efisiensi biaya.
Sementara itu, Jembatan la-
yang Duku ini terletak di persim-
pangan yang sangat strategis karena
akan menjadi solusi atas kemacetan
lalu lintas pada simpang sebidang di
persimpangan Duku. Kemacetan di
simpang ini semakin hari semakin
meningkat sejak Bandara Interna-
sional Minangkabau (BIM) bero-
perasi. Juga, seiring dengan perkem-
bangan Kawasan Industri Padang
(Padang Industri Park), yang otomatis
meningkatkan trafik lalu lintas dari
kawasan industri tersebut ke Pela-
buhan Teluk Bayur. Menurut data,
trafik di persimpangan ini mencapai
lebih dari 26.700 kendaraan/hari.
Menurut Rino Ginto, yang Peja-
bat Pembuat Komitmen Kegiatan
Pembangunan Duku Fly Over, jem-
batan layang ini ditargetkan akan
sudah mulai bisa berfungsi pada
tahun 2009 mendatang. Z (slamet)
...karena keindahan
visual
panoramanya,
rangkaian jembatan
Kelok-9 diyakini
akan berkembang
menjadi obyek
kunjungan wisata.
tempat tertentu perlu adanya bentang
yang lebih panjang yaitu 55 m dan 50
m. Tipe super struktur yang ekonomis
dan memenuhi syarat secara teknis
untuk bentang ini adalah Balance Can-
tilever Box Girder. Keempat, untuk
bentang 60 – 90 m dan kondisi ter-
rain yang merupakan lembah yang
cukup dalam, tipe Arch Bridge diterap-
Duku Flayover Sumatera Barat.
38 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Satu dari sekian banyak fungsi
vital infrastruktur jalan adalah
membuka akses daerah ter-
pencil. Tesis ini paling relevan diaju-
kan ketika membahas pengembang-
an infrastruktur jalan di Papua Barat,
yang relatif masih memiliki banyak
daerah terisolir. Apalagi, Inpres 5
tahun 2007 secara lugas sudah
menyebut elemen terbukanya aksesi-
bilitas daerah terpencil sebagai ba-
gian dari perlakuan khusus (affirma-
tive action) bagi Papua Barat.
Dalam konteks ini, Bina Marga
telah mendesain strategi pengem-
bangan infrastruktur jalan di Papua
melalui penanganan 11 ruas jalan
Trans-Papua sepanjang 3.098 kilome-
ter. Ruas Manokwari-Bintuni, misalnya,
adalah salah satunya. Dari 253 km
jalan ruas Manokwari-Bintuni, hingga
kini 150 kilometer di antaranya sudah
diaspal. Sebagian lainnya meskipun
sudah bisa ditembus tapi masih beru-
pa jalan tanah. Menurut pantauan
KIPRAH, kondisi jalan yang sudah
diaspal itu sudah nyaman untuk
dilalui. “Apalagi sambil menikmati
keindahan alam di sepanjang jalan
saat melewati Pantai Maruni,” ungkap
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasi-
onal X Maruasas Panjaitan. Menurut
rencana, ruas jalan dengan lebar jalan
4,5 meter itu sedang dipertimbangkan
untuk ditingkatkan menjadi hingga 12
meter mengingat Lalu Lintas Harian
(LHR) di ruas tersebut yang sudah
mencapai 600 hingga 700 kendaraan
per hari. Kini, setidaknya ruas jalan
Manokwari – Bintuni menjadi prese-
den positif bagi terbukanya daerah-
daerah terisolir di sekitar Manokwari.
Beberapa tahun silam, jangan
bayangkan lintas Manokrawi – Bintuni
senyaman sekarang. Ketika itu, para
pelopor pembangunan jalan tersebut
harus berhadapan dengan kondisi
alam, yang relatif masih asli. Belum
lagi, faktor tingginya kemiringan
kontur, yang juga menjadi tantangan
teknis tersendiri. Selain ruas Manok-
wari - Bintuni, Bina Marga juga mem-
bangun jembatan Anggresi di daerah
Maruni pada tahun 2004 silam. Tahun
ini, sedang dibangun jembatan
Aimasi sepanjang 240 meter.
Menerobos Daerah Terisolir
Kini, semua pergulatan itu ting-
gal cerita. Memang, masih ada pergu-
latan lain menunggu di tempat lain.
Tapi yang jelas, ruas Trans-Papua itu
kini telah memberikan kontribusi
positif bagi roda perekonomian di
kawasan itu. Apalagi, ruas itu melin-
tas di wilayah perkebunan sawit PTPN
II di Prafi, Kabupaten Manokwari.
“Jalur ini merupakan nadi bagi opera-
sional PTPN Kebun Parfi,” kata Mer
Simanjuntak, Manajer PTPN Manajer
PTP Nusantara Kebun Prafi yang
mengelola lahan sawit seluas 10.000
hektar itu.
Sedikit kilas balik, pembangun-
an jalan Trans Papua yang melintasi
kebun kelapa sawit itu, sebenarnya
telah mulai dirintas sejak tahun 1982.
Ketika itu, hanya berupa jalan berba-
tu dan berkerikil. Dengan kondisi jalan
semacam itu, waktu tempuh menuju
Manokwari bisa mencapai lebih dari
2 jam. Kini, setelah beraspal hotmix
cukup 1 hingga 1,5 jam saja. “Mohon,
mutu jalan ini tetap dijaga,” harap
Yulius, salah seorang Kepala Desa di
kawasan perkebunan sawit itu. z(Lies)
Trans-Papua
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
39VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Semua mafhum, tujuan pem-
bangunan milenium (MDG:
Millennium Development
Goal) merupakan komitmen negara-
negara yang diprakarsai Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mem-
perkecil ketimpangan antara negara
maju dan negara berkembang. Seba-
gai instrumen capaian pembangun-
an, MDG digunakan berbagai lem-
baga internasional dan nasional
untuk menunjukkan kontribusinya
dalam menyejahterakan masyarakat.
Status MDG Indonesia, meski-
pun dilaporkan membaik untuk
beberapa komponen, terutama di
bidang pendidikan, masih membu-
tuhkan perhatian seksama dari para
pengambil kebijakan. Dalam laporan-
nya, MDG Indonesia menyebutkan
bahwa: 17,75% masyarakat masih
hidup di bawah garis kemiskinan
pada tahun 2006, naik dari 15,97%
di tahun 2005; 52% dari masyarakat
miskin tidak memiliki akses terhadap
air yang aman, dan 44% tanpa sani-
tasi yang memadai; mortalitas ibu
hamil termasuk yang paling tinggi di
Asia Tenggara (307 tiap 100.000);
tingkat partisipasi untuk SMP adalah
81% di tahun 2003; epidemi HIV/
AIDS meningkat secara nasional;
indikator nasional menutupi dispa-
ritas wilayah yang ada di Indonesia
Bagaimana transportasi dan
jalan mampu mengurangi kemis-
kinan terutama di daerah perdesaan?
Bagaimana anak-anak mampu meng-
akses pendidikan dasar lebih baik?
Apakah sistem transportasi dan
jaringan jalan memberi kesetaraan
jender bagi masyarakat penggu-
nanya? Sejauhmana program pe-
ningkatan mutu jalan kabupaten
mengurangi kemungkinan kematian
bayi dan ibu hamil? Bagaimana
pembangunan jalan dirancang untuk
mengurangi disperse penyakit menu-
lar termasuk HIV/AIDS? Apakah
peningkatan mobilitas mampu men-
dorong keberlanjutan lingkungan?
Seperti apakah program di sektor
transportasi dan jalan yang mampu
mendorong kemitraan global?
Jalan dan Pencapaian MDGJalan dan Pencapaian MDGJalan dan Pencapaian MDGJalan dan Pencapaian MDGJalan dan Pencapaian MDG
Salah satu pilar penting dalam
pengurangan kemiskinan dan kela-
paran adalah akses. Akses fisik yang
disediakan pemerintah harus mampu
memberikan peluang kepada masya-
rakat untuk menjangkau kesempatan
berusaha dan memperoleh pengha-
silan yang memadai. Bagi masyarakat
miskin di perdesaan, peluang untuk
memperoleh akses pasar dan infor-
masi merupakan barang langka
sehingga keterisolasian menjadi salah
satu hambatan besar bagi pem-
bangunan.
Riset Maghribi dan Parikesit
(2004) mengenai akses ke dan mo-
bilitas di jaringan jalan kabupaten
dan indikator pembangunan di Indo-
nesia misalnya menunjukkan bahwa
(1) ada hubungan yang signifikan
antara akses dan tingkat kesejah-
teraan masyarakat meskipun investasi
jalan memiliki sifat “diminishing re-
turn” (investasi di sektor jalan akan
memiliki dampak ekonomi langsung
yang semakin menurun pada saat
daerah sudah demikian maju), (2)
dampak ekonomi pembangunan
akses fisik lebih signifikan pada
daerah-daerah yang kurang maju.
Silviani (2000) yang melakukan kom-
parasi Indonesia, Ghana dan Zambia
juga membuktikan bahwa daerah-
daerah yang secara ekonomi lebih
maju memiliki akses ke luar desa yang
lebih tinggi, baik dilihat dari jumlah
perjalanan, waktu dan beban. Oleh
karena itu, kebijakan pemerintah
untuk mendorong hilangnya keter-
isolasian daerah merupakan kunci
bagi penghapusan kemiskinan ab-
solut bagi masyarakat Indonesia.
Studi kasus di Maroko (IFRTD,
2007), Pakistan (Shakoor dkk, 2007)
dan India (Anniruth, 2008) meru-
pakan contoh menarik tentang hu-
bungan antara prasarana jalan yang
bermutu lebih baik dan tingkat parti-
sipasi anak-anak (dan juga wanita)
pada pendidikan dasar lebih tinggi.
Di Maroko, misalnya, peningkatan ini
bisa mencapai 100% sementara di
Pakistan berkisar 25% dari kondisi
sebelum adanya perbaikan mutu
jalan. Di samping itu, kajian-kajian
Kebijakan Sektor Jalan:Perspektif Internasional
Danang Parikesit *)
A n a l i s i s AnalisisAnalisisAnalisisAnalisisAnalisis
40 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
tersebut juga memperlihatkan bahwa
wilayah yang memiliki akses baik
akan mendorong guru-guru yang
berkualitas baik untuk bersedia me-
ngajar pada wilayah tersebut.
Ketersediaan akses terhadap
lapangan kerja diharapkan mampu
mendorong partisipasi perempuan
yang lebih besar dalam pemba-
ngunan. Berlawanan dengan keya-
kinan dari banyak pihak, riset Porter
dan Fernando (2004), Silviani (2000)
serta kajian dari the International
Labour Organization (ILO) menun-
jukkan bahwa wanita melakukan
perjalanan lebih banyak, lebih lama,
dan memiliki beban angkutan yang
lebih besar dari kaum pria. Pria juga
lebih memiliki prioritas ke alat angkut
yang dimiliki keluarga. Hal ini menun-
jukkan bahwa pembangunan di
sektor jalan dan penyediaan layanan
transportasi belum dirancang sede-
mikian rupa untuk memberi kesem-
patan yang lebih baik kepada wanita.
Akses jalan ke sumber air dan energi
(yang merupakan tugas pokok wani-
ta di Indonesia) sering menjadi priori-
tas yang lebih rendah dibandingkan
akses ke sawah (yang merupakan
tugas pokok pria).
Sadarkah kita bahwa pada saat
ini lebih dari 60% masyarakat di
negara-negara miskin dan berkem-
bang, termasuk Indonesia, tinggal
pada jarak 8 km lebih dari fasilitas
pelayanan kesehatan? Sebuah pene-
litian di Cebu, Filipina, menunjukkan
bahwa peningkatan 10% jarak ke
fasilitas kesehatan akan mening-
katkan angka mortalitas bayi, anak
dan ibu hamil sebesar 2%. Data
agregat dari 34 negara yang dikom-
pilasi oleh Edmonds (1998) selama 10
tahun juga menunjukkan bukti yang
kuat mengenai keterkaitan antara
akses dan mortalitas bayi.
Apa hubungan antara trans-
portasi dan jalan dengan HIV/AID,
malaria dan penyakit menular? Studi
IFRTD (2008) di 25 kasus di Afrika dan
Asia menunjukkan bahwa sektor
transportasi dan jalan merupakan
pihak yang menentukan dalam dis-
persi HIV/AIDS terutama sepanjang
koridor perdagangan (trade corridor)
dan semasa pelaksanaan proyek
jalan. Berbagai lembaga donor seper-
ti Bank Dunia dan ADB telah mene-
rapkan kebijakan baku mengenai
upaya pencegahan HIV/AIDS selama
pelaksanaan proyek jalan (Moles-
worth, 2007) dalam bentuk kewa-
jiban peserta tender untuk melak-
sanaan program-program mitigasi
HIV/AIDS. Kemampuan sektor trans-
portasi dalam mengendalikan disper-
si HIV/AIDS dan penyakit menular
melalui pekerja angkutan juga belum
terlihat secara signifikan di Indonesia.
Sementara itu, keterkaitan jalan
Hubungan antara tingkat mobilitas masyarakat dan tingkat pembangunan.
Hubungan antara akses dan mortalitas bayi.
41VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
dan lingkungan bisa kita ketengah-
kan sebuah contoh internasional pa-
ling penting dalam Green Road di
Nepal. Capaian tersebut menarik
karena menggabungkan solusi tek-
nologi dalam pemeliharaan lereng
dengan menggunakan bio-engineer-
ing, penggunaan material lokal serta
pengenalan teknologi “gravity rope-
way” dan “trailbridges” untuk me-
ningkatkan konektifitas daerah-dae-
rah yang terisolasi dengan penduduk
rendah. Faktor pemeliharaan jalan
yang baik juga terbukti mampu
mendorong pemanfaatan sumberda-
ya alam tak terbaharukan yang lebih
baik. Studi Rural Investment Climate
Assessment dari Bank Dunia (2007)
menunjukkan bahwa pemeliharaan
jalan kabupaten di Indonesia masih
membutuhkan 17 kali dari yang
disediakan saat ini, dan pada akhirnya
menyebabkan timbulnya biaya tinggi
dan pemborosan sumber daya ter-
utama dalam mendorong pertum-
buhan kegiatan ekonomi non-perta-
nian di daerah perdesaan.
Pemerintah seringkali melupa-
kan bahwa pembangunan harus
ditumpu juga oleh masyarakat yang
kuat dan organisasi masyarakat yang
berdaya. Peran berbagai organisasi
non pemerintah harus dilihat sebagai
mitra yang memberdayakan masya-
rakat. Kerja sama pemerintah dengan
perguruan tinggi untuk mendorong
transportasi lebih baik juga perlu
dikembangkan. Jaringan interna-
sional seperti IFRTD yang saat ini
memiliki lebih dari 4.000 anggota di
lebih dari 30 negara berkembang,
serta gTKP (global Transport Knowl-
edge Partnership, www.gtkp.org)
merupakan bagian dari kerja sama
global yang akan mampu bersama-
sama dengan pemerintah, PBB, lem-
baga donor bilateral dan multilateral
memastikan bahwa MDG sebagai
komitmen bersama dapat dicapai.
Gambaran di atas menunjuk-
kan bahwa terdapat cukup bukti dan
pengalaman internasional untuk
mengaitkan antara transportasi dan
jalan dengan kemajuan pencapaian
tujuan pembangunan milenium atau
MDG. Sebagian besar dari kebijakan
yang saat ini dilakukan oleh peme-
rintah pusat dan pemerintah daerah
di negara-negara yang telah melaksa-
nakan “good practices” banyak diilha-
mi oleh pengalaman yang telah
didokumentasikan oleh berbagai
jaringan dan lembaga internasional.
Disparitas pembangunan infrastruk-
tur jalan yang dimiliki Indonesia dan
kondisi sosial, ekonomi dan geografis
merupakan kondisi yang harus diim-
bangi dengan kemampuan peme-
rintah pusat dan daerah dalam men-
cari solusi inovatif dan terobosan
yang mampu mengentaskan seba-
gian masyarakat Indonesia yang saat
ini masih terbelenggu kemiskinan
dan keterbelakangan.
Tulisan di atas memperlihatkan
bahwa intervensi sektor transportasi
dan jalan merupakan salah satu
komponen besar pencapaian MDG di
negara berkembang, termasuk Indo-
nesia. Contoh-contoh telah ada di
sekitar kita dan melalui informasi
yang disediakan oleh berbagai sum-
ber. Oleh karena itu, berbagai pro-
gram jalan dapat kiranya dikem-
bangkan secara lebih sistematis
dalam upaya nasional menyejah-
terakan masyarakat Indonesia.z
Artikel ini merupakan ringkasan dari
makalah penulis dalam ADB Transport
Forum, Manila, 9 – 12 September 2008
dengan judul “Rural Transport: Outstanding
Knowledge Gaps” dan Planning Saloon di
University of Sydney, 21 Agustus 2008
dengan judul “Transport - The Missing
Link?: A catalyst for achieving the MDG.
*) Guru Besar Transportasi Universitas
Gadjah Mada (dparikesit.staff.ugm.ac.id)
dan Chairman, the International Forum for
Rural Transport and Development
(www.ifrtd.org) – sebuah jaringan
international yang berbasis di London dan
bertujuan untuk mendorong diskursus
transportasi dan pembangunan khususnya
di daerah perdesaan, bagi masyarakat
miskin dan memiliki hambatan akses dan
mobilitas. Email: [email protected];
Pemerintah seringkali
melupakan bahwa
pembangunan harus
ditumpu juga oleh
masyarakat yang kuat
dan organisasi
masyarakat yang
berdaya.
A n a l i s i s AnalisisAnalisisAnalisisAnalisisAnalisis
42 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
T a m u K i t aTamu KitaTamu KitaTamu KitaTamu KitaTamu Kita
Pria ini pernah identik dengan
sebutan “tukang insinyur”
sewaktu berakting sebagai
pemeran utama sinetron berseri “Si
Doel Anak Sekolahan”. Memang,
gelar tukang insinyur itu hanya
bagian dari identitas yang melekat
pada diri Rano Karno di dunia
peran. Namun, kini di dunia
nyata, setelah ia menjabat
sebagai Wakil Bupati
Tangerang, tun-
tutan jabatan
m e m a k s a
Rano memahami
pergulatan bidang-
bidang teknis, yang
identik sebagai
pekerjaan kaum
insinyur, yakni
bidang infra-
Infrastruktur di Mata Seorang“ Tu k a n g I n s i n y u r ”
struktur.
Memang, Rano Karno yang
berlatar belakang pekerja seni ini
masih belum terlalu fasih berbicara
tentang teknis dan detail dunia infra-
struktur. Namun, ia tampak gigih
mempelajari seluk beluk dan berbagai
nomenklatur di bidang infrastruktur,
terutama yang menunjang profesi
barunya sebagai seorang birokrat.
“Sebagai orang baru di dunia birokrasi,
saya harus belajar memahami dengan
cepat, termasuk hal ihwal infrastruk-
tur,” kata pria kelahiran Jakarta, 8
Oktober 1960 silam itu.
Sebagai pasangan pemenang
Pilkada, secara internal, Rano dan
Bupati Tangerang Ismet Iskandar
berbagi tugas dalam menjalan peran
mereka sebagai pasangan Bupati dan
Wakil Bupati Tangerang. Sebagai
Wakil Bupati, Rano kebagian peran
untuk menangani lima bidang, yakni:
pendidikan, lingkungan hidup, pe-
muda dan olahraga, wisata dan
pemberdayaan perempuan. Itu ar-
tinya, bidang infrastruktur bukan
merupakan bidang yang menjadi
fokus kerjanya selama lima tahun
menjabat sebagai Wakil Bupati. “Tapi,
bukan berarti saya sama sekali tidak
mengurusi infrastruktur. Menurut
undang-undang, tugas seorang
Wakil Bupati adalah pengawasan,
termasuk pengawasan penyelengga-
raan infrastruktur,” tegas Rano, yang
pernah menempuh pendidikan ak-
ting di Los Angeles ini.
Kini, hasil kerja kerasnya untuk
memahami lika-liku bidang infra-
H. Rano Karno:
43VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
struktrur selama enam bulan sejak
dilantik menjadi Wakil Bupati, mulai
tampak. Rano mulai menguasai seluk
beluk dan keterkaitan antarbidang-
bidang teknis, yang termasuk dalam
konteks pengembangan infrastruk-
tur. Tentang infrastruktur jalan, misal-
nya, Rano menyampaikan visinya.
“Saya pernah membaca filosofi China
bahwa membangun negara berarti
membangun jalan. Infrastruktur
jalanlah yang membuat ekonomi
bergerak,” ungkapnya. “Ibarat fungsi
dalam tubuh manusia, infrastruktur
jalan adalah urat nadi, yang mengalir-
kan darah. Jika ia putus, manusia bisa
mati,” lanjutnya beranalogi.
Bahkan, medio Juli lalu, ia ikut
hadir dalam peresmian Jembatan
Layang (fly over) Ciputat sepanjang
1,4 kilometer. “Fly Over ini diharapkan
mampu membuka simpul kemacetan
yang selama ini terjadi di Jalan Raya
Ciputat,” kata Rano Karno. Sayangnya,
di mata Rano, di sisi lain fly over ini juga
bisa menambah beban wilayah Cipu-
tat menjadi semakin besar. “Betapa
tidak, akses yang semakin lancar akan
membuat ruas Ciputat kembali men-
jadi jalur favorit. Akibatnya, struktur
ruang kegiatan ekonomi akan ber-
ubah. Dampaknya, beban Ciputat
yang menurut saya sudah over load
akan semakin terbebani,” kata Rano.
Sejak menjadi Wakil Bupati, Rano
memang cukup gelisah melihat fakta
tentang kondisi infrastruktur, khususnya
jalan, di Kabupaten Tangerang. “Jangan
melihat Serpong dan sekitarnya, yang
sudah seperti kota besar. Coba jalan ke
pelosok Balaraja atau Teluknaga, masih
banyak akses jalan yang kondisinya
belum layak,” ungkap Rano.
Karena itulah, di masa kampa-
nye Pilkada Kabupaten Tangerang,
pasangan Ismet dan Rano menjadikan
pengembangan infrastruktur jalan
sebagai agenda utama di bidang fisik.
Bahkan, keduanya, secara lugas me-
nyebut ruas jalan Sepadan – Mauk
dan ruas Cadas – Mauk, sebagai ruas
yang akan segera dibenahi.
***
Rano dan Seni MemimpinRano dan Seni MemimpinRano dan Seni MemimpinRano dan Seni MemimpinRano dan Seni Memimpin
Latar belakang Rano Karno,
yang seorang pekerja seni, tampak-
nya akan sangat berpengaruh dalam
gaya kepemimpinannya sebagai
seorang pejabat daerah. Kepada
KIPRAH, Rano tampak tak sungkan
menampilkan dua sisi kemanusian-
nya, satu sisi sebagai seorang biro-
krat, satu sisi sebagai seorang profesi-
onal. “Saya memang sedang menco-
ba belajar sebagai seorang birokrat.
Tapi, saya tetap ingin mewarnai nafas
birokrasi di kabupaten ini dengan
latar belakang saya sebagai pekerja
profesional,” ungkap Rano.
Tampaknya, Rano ingin memba-
wa perubahan atmosfer bekerja di
lingkungan Pemerintah Kabupaten
Tangerang. Rano ingin setiap PNS
yang kini ia pimpin tidak menjadi ‘ro-
bot birokrasi’, yang kaku dalam memak-
nai setiap tugas yang diberikan. “Ja-
ngan terlalu kaku, sesekali berimpro-
visasi boleh, kan. Ya, seperti dalam
berkesenian. Bagaimanapun, memim-
pin kan ada seninya, juga,” lanjut pria
yang hingga kini masih tinggal di
kawasan Lebak Bulus ini, sebelum
pindah ke Rumah Dinas Wakil Bupati,
yang kini sedang dalam proses pe-
nyelesaian. Di mata Rano, birokrasi
yang kaku hanya akan melahirkan
ketegangan antara rakyat dan pa-
mong praja. “Dampaknya, sulit mencip-
takan atmosfer yang dialogis antara
rakyat dan pamong praja,” lanjut Rano.
Namun demikian, jika ternyata
tahapan dialogis itu menemui jalan
buntu, sementara ada sebagian rakyat
di Tangerang yang nyata-nyata mem-
bangkang aturan, seperti menduduki
jalur hijau atau tanah negara, misal-
nya, Rano siap bersikap keras. “Jika
memang harus digusur, ya digusur.
Jika sudah begitu, harus siap diang-
gap tidak populer,” tegasnya.
Oke Bang Rano, rakyat Tange-
rang menanti improvisasi Anda seba-
gai Wakil Bupati.z
“Ibarat fungsi dalam tubuh
manusia, infrastruktur
jalan adalah urat nadi,
yang mengalirkan darah.
Jika ia putus, manusia
bisa mati.”
Pembangunan fly-over Ciputat.
Fo
to:
Do
k.
44 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Selama ini, wilayah perbatasan
cenderung diperlakukan ibarat
halaman belakang rumah kita,
yang bernama Indonesia. Padahal,
idealnya, bukan sebagai halaman
belakang, melainkan halaman depan.
Nah, untuk menggali wajah infra-
struktur di kawasan ini, KIPRAH
melakukan penelusuran selama satu
pekan ke daerah perbatasan Indone-
sia - Malaysia, khususnya di sepanjang
kawasan perbatasan Aruk, Sanjingan
Besar, Kabupaten Sambas.
Sebagai wilayah yang berba-
“Merah PutihBenderaku,Rupiah Uangku.”Infrastruktur jalan ternyata juga punya spektrum
sebagai alat pertahanan kedaulatan teritorial negara.
Apalagi, jika konteksnya tentang kawasan perbatasan.
Infrastruktur Daerah Perbatasan
tasan langsung dengan Malaysia
dengan garis batas sepanjang 97 ki-
lometer, Sambas memang sedang
getol membangun daerah perba-
tasan. Apalagi, di daerah ini, kondisi
prasarana di kawasan perbatasan itu
tidak selengkap prasarana di Pintu
Lintas Batas (PLB) Entikong, Kabu-
paten Sanggau. Dua pintu gerbang
yang sedang diincar Sambas adalah
Temajo di Kecamatan Paloh dan Aruk
di Kecamatan Sanjingan Besar yang
sebagian besar wilayahnya adalah
perbukitan.
Bagaimanapun, perikehidupan
di kawasan perbatasan Sambas tak
bisa dilepaskan dari roda kehidupan
di negeri Serawak. Apalagi, saat ini
Serawak sedang melakukan pengem-
bangan kawasan Sematan, sebagai
salah satu kawasan megaproyek
sektor gas alam.
Selama ini, faktanya, penduduk
Sambas di sekitar perbatasan justru
cenderung lebih sering melakukan
aktivitas dagang ke negeri tetangga
daripada ke Pontianak. Alasan untuk
itu sangat pragmatis. Pertama, jarak
ke Serawak jauh lebih dekat daripada
ke Pontianak atau ke Sambas. Kedua,
harga jual komoditas yang mereka
perdagangkan jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pasar lokal di
Pontianak atau Sambas. Lantaran
fenomena ini, di kawasan ini muncul
ungkapan: “Merah putih benderaku,
ringgit uangku.” Ironis.
Sebagai langkah awal proses
pengelolaan kawasan perbatasan,
Pemkab Sambas kini sedang mem-
persiapkan pembentukan daerah
otorita semacam Batam di Keca-
J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah
45VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
matan Paloh. Daerah otorita ini
didesain untuk tumbuh sebagai mag-
net baru kegiatan ekonomi Sambas
dan Serawak, terutama di daerah
perbatasan.
Tentunya, rencana itu perlu
didukung oleh kesiapan infrastruktur.
Selain fasilitas PLB di Aruk, akses jalan
lengkap dengan prasarana jembatan,
mutlak diperlukan untuk menunjang
arus transportasi untuk kepentingan
perdagangan. “Infrastruktur yang
mendukung sistem transportasi akan
menarik minat investor negeri te-
tangga untuk berinvestasi di Sambas,”
kata Bupati Sambas, Burhanuddin A.
Rasyid kepada KIPRAH. Kini, pasca
pembangunan infrastruktur jalan
menuju Aruk, waktu tempuh Sambas-
Aruk sejauh 90 kilometer hanya 2
jam. Padahal, sebelumnya bisa me-
makan waktu hingga 5 jam.
Tak hanya infrastruktur jalan,
infrastruktur pelabuhan juga menjadi
elemen vital untuk pengembangan
kawasan perbatasan itu. Pelabuhan
Sintete, yang terletak di Kecamatan
Pemangkat merupakan pintu gerbang
perdagangan dan sentra pertumbuhan
ekonomi Sambas bagian selatan.
***
Dukungan Bidang JalanDukungan Bidang JalanDukungan Bidang JalanDukungan Bidang JalanDukungan Bidang Jalan
Menyusuri ruas jalan dari Pon-
tianak menuju Sambas, KIPRAH meni-
lai ruas jalan nasional Lintas Utara
Kalimantan itu dalam kondisi prima.
Sayang, begitu menuju kawasan
perbatasan Aruk di Sanjingan Besar
kondisi jalan mulai diwarnai dengan
kerusakan di beberapa titik. Titik
kerusakan, yang dianggap paling
berat, yakni tanjakan “letter S” dan
ruas Simpang Tanjung – Batas Sera-
wak (sepanjang 4 kilometer).
Menurut Andi Suganda, Kepala
PPK Pembangunan Jalan dan Jem-
batan Perbatasan, setidaknya dibu-
tuhkan dana pembangunan sekitar Rp
32 milyar untuk mengatasi kerusakan
itu, sekaligus mengganti jembatan
yang ada. Namun, tahun 2008 ini, Andi
mengaku baru mendapat komitmen
anggaran sebesar Rp 24,5 milyar.
Tak berbeda jauh dengan kon-
disi jalan menuju kawasan perbatasan
Aruk, kondisi poros jalan menuju
kawasan perbatasan Badau pun setali
dua uang. Untuk menuju Badau, kita
harus melalui Ruas Jalan Nasional
Lintas Tengah dari Kota Pontianak
menuju Sei Penyuh hingga Putus
Sibau, yang kondisinya relatif baik.
Sayang, poros jalan dari Putus Sibau
menuju daerah perbatasan PLB Jasa
dan PLB Badau, yang jaraknya ratusan
kilometer kondisinya sungguh mem-
prihatinkan.
Menurut Kepala Bidang Bina
Marga Dinas Pekerjaan Umum Kalbar,
setelah merespon berbagai suara dari
masyarakat, program perbaikan jalan
menuju daerah perbatasan di Aruk
dan Badau pun akhirnya ditetapkan
sebagai salah satu program strategis.
Alhasil, kelak, ungkapan “Merah
putih benderaku, ringgit uangku” akan
berubah menjadi ungkapan: “Merah
putih benderaku, rupiah uangku.”
***
Suara dari Pos Lintas BatasSuara dari Pos Lintas BatasSuara dari Pos Lintas BatasSuara dari Pos Lintas BatasSuara dari Pos Lintas Batas
Saat ini, pengembangan PLB
Aruk dan PLB Badau memang se-
dang menjadi fokus pemerintah, baik
Pemerintah Pusat maupun Pemkab
Sambas dan Pemkab Kapuas Hulu,
selaku pengelola PLB Badau. Sebe-
narnya, selain tiga PLB yang sudah
ada (Entikong, Aruk, dan Badai)
masih ada dua PLB lagi, yang juga akan
segera dibangun, yakni PLB Jagoi
Babang di Kabupaten Bekayang dan
PLB Jasa di Kabupaten Sintang.
Berbagai pemangku kebijakan
pun bersinergi di kawasan perbatasan
Kalbar ini. Rencananya, menurut PPK
APBD Pembangunan Gedung PLB
Aruk, Subagio, PLB tersebut memang
didesain menjadi salah satu pintu
gerbang perbatasan terlengkap dan
terbaik di Kalbar yang dapat dicapai
melalui jalan darat. Salah satu fasilitas
teranyar yang dimiliki PLB ini, yakni
gedung pelayanan imigrasi seluas 1,8
hektar senilai Rp 25 milyar, yang
proses pembangunannya telah ram-
pung 90 persen.
Namun demikian, apalah arti
kemewahan PLB Aruk jika masya-
rakat di sekitarnya tidak diberdayakan
secara sosial dan ekonomi. Tentang
ini, menurut Arkan, yang Satker
Pengembangan Kawasan Perbatas-
an Aruk, Dinas Cipta Karya Kalbar,
juga akan membangun jalan ling-
kungan, prasarana air bersih, drai-
nase serta kelengkapan fasos dan
fasum pada area seluas 30 hektar.
Dari semua itu, penyediaan pelayan-
an air bersih berkapasitas 40 liter/
detik bagi 600 KK calon penghuni
perbatasan menjadi skala prioritas.
Pihak Malaysia sendiri dengan
dukungan dana yang kuat saat ini
juga sedang mempersiapkan fasilitas
serupa untuk mengimbangi kesiap-
an Indonesia di kawasan perbatasan,
yakni PLB Biawak dan PLB Lubuk
Hantu. (Joe)
Bupati Sambas, Burhanuddin A. Rasyid.
46 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Selama ini, orang pada
umumnya cenderung me-
mandang daerah perbatasan:
kawasan yang bersebelahan lang-
sung dengan negara lain, sebagai
halaman belakang atau wilayah ping-
giran. Pandangan minor tentang wila-
yah perbatasan seperti terjadi dalam
konteks Kalimantan Barat (Kalbar)
yang berbatasan langsung dengan
negeri jiran Malaysia, misalnya.
Cara berpikir seperti ini harus
diubah. Dari halaman belakang, dae-
rah perbatasan harus dilihat sebagai
halaman depan Indonesia. Caranya
adalah dengan melakukan pember-
dayaan masyarakat dan peningkatan
pengembangan infrastruktur di ka-
wasan perbatasan tersebut. Cara
pandang semacam itu menjadi salah
satu buah perenungan yang kemu-
dian dituturkan Ari Januarif, Kepala
Dinas Cipta Karya, Dinas PU Kalbar,
Kepala Sub Dinas Cipta Karya Propinsi Kalbar,
Ari Januarif.
Jika Kalbar Bobol, Indonesia Rugi
kepada KIPRAH dalam sebuah wa-
wancara pada beberapa waktu lalu.
Berikut petikannya:
Kalbar tengah giat memba-Kalbar tengah giat memba-Kalbar tengah giat memba-Kalbar tengah giat memba-Kalbar tengah giat memba-
ngun. Benarkah?ngun. Benarkah?ngun. Benarkah?ngun. Benarkah?ngun. Benarkah?
Ada tiga proyek strategis PU
yang siap diresmikan dalam waktu
dekat. Yaitu dua Pintu Pos Pelintas
Batas (PPLB): masing-masing di Aruk,
Kabupaten Sambas dan PPLB Badau,
di Kabupaten Kapuas Hulu. Satu
proyek lagi adalah peningkatan
kapasitas pelayanan air minum Ponti-
anak melalui jaringan perpipaan
PDAM dari 1.100 liter per detik
menjadi 2.000 liter per detik. Selain
itu, kami juga sedang mengadakan
running test air minum Sepura di
Kabupaten Sambas. Proyek itu menja-
di strategis karena selama ini Kota
Pontianak dan sekitarnya sangat sulit
mendapatkan air baku untuk air
minum. Jika musim hujan kebanjiran,
sebaliknya bila musim kemarau kesu-
litan air karena terintrusi oleh air laut,
yang masuk ke sungai. Karena itu
kami masih mengandalkan sumber
utama air baku dari Sungai Kapuas,
Kali Ambawang dan Danau Parepat.
Terkait dengan proyek revi-Terkait dengan proyek revi-Terkait dengan proyek revi-Terkait dengan proyek revi-Terkait dengan proyek revi-
talisasi bangunan-bangunan berse-talisasi bangunan-bangunan berse-talisasi bangunan-bangunan berse-talisasi bangunan-bangunan berse-talisasi bangunan-bangunan berse-
jarah, untuk program tahun inijarah, untuk program tahun inijarah, untuk program tahun inijarah, untuk program tahun inijarah, untuk program tahun ini
bangunan dan daerah mana sajabangunan dan daerah mana sajabangunan dan daerah mana sajabangunan dan daerah mana sajabangunan dan daerah mana saja
yang akan ditangani ?yang akan ditangani ?yang akan ditangani ?yang akan ditangani ?yang akan ditangani ?
Kami tetap concern terhadap
upaya pelestarian budaya, termasuk
memperbaiki bangunan-bangunan
tua yang memiliki sejarah tinggi. Saat
ini kami sedang melakukan revitalisasi
bangunan di kawasan Kesultanan
Sintang di Kabupaten Sanggau.
Jaraknya dari Pontianak lebih kurang
500 kilometer ke arah timur utara.
Untuk tahap pertama, di tahun 2008,
J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah
Fo
to:
Do
k.
47VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
telah disediakan anggaran APBN
sebesar Rp 2 miliar, di samping du-
kungan APBD.
Kalbar berbatasan denganKalbar berbatasan denganKalbar berbatasan denganKalbar berbatasan denganKalbar berbatasan dengan
wilayah negara Malaysia. Bagai-wilayah negara Malaysia. Bagai-wilayah negara Malaysia. Bagai-wilayah negara Malaysia. Bagai-wilayah negara Malaysia. Bagai-
mana Anda memandang masalahmana Anda memandang masalahmana Anda memandang masalahmana Anda memandang masalahmana Anda memandang masalah
ini?ini?ini?ini?ini?
Menurut catatan saya, kawasan
perbatasan Kalbar yang berhadapan
langsung dengan Serawak, Malaysia
Timur, membentang sepanjang 857
kilometer, mencakup lima wilayah
kabupaten, yaitu Sambas, Bengka-
yang, Sanggau, Sintang dan Kabupa-
ten Kapuas Hulu. Di sana terdapat 14
kecamatan dan 98 desa yang berba-
tasan langsung dengan negeri jiran
itu. Bagian lain terdiri dari areal
perbukitan dan hutan, baik hutan
konversi maupun hutan lindung
serta taman nasional.
Bagi kami, skala perhatian dan
penanganan kawasan perbatasan
harus terus ditingkatkan, meski harus
diakui saat ini penanganannya masih
belum optimal dan terpadu. Indika-
sinya, masih kerap timbul konflik
kepentingan horizontal, sektoral
maupun vertikal, karena belum ter-
susun tata ruang wilayah, aturan
hukum, serta ketidakjelasan kewe-
nangan. Namun, ke depan, kita
upayakan kondisi di sini akan lebih
baik lagi.
Bagaimana kondisi riilnya padaBagaimana kondisi riilnya padaBagaimana kondisi riilnya padaBagaimana kondisi riilnya padaBagaimana kondisi riilnya pada
saat ini?saat ini?saat ini?saat ini?saat ini?
Hingga sekarang, baru ada satu
PPLB Entikong dan dua PPLB yang
akan diresmikan nanti. Paling tidak
masih ada 16 pos lintas batas lainnya
yang belum dibuka, dan yang ilegal
jumlahnya mencapai ratusan– tak
terkontrol, sehingga rentan terhadap
penyelundupan berbagai komoditas,
seperti bahan pokok makanan dan
minuman sampai suburnya traffick-
ing dan illegal logging yang dam-
paknya sangat merugikan Kalbar.
Sebenarnya, apa sih pemicuSebenarnya, apa sih pemicuSebenarnya, apa sih pemicuSebenarnya, apa sih pemicuSebenarnya, apa sih pemicu
arus trafficking ilegal itu?arus trafficking ilegal itu?arus trafficking ilegal itu?arus trafficking ilegal itu?arus trafficking ilegal itu?
Apalagi, jika bukan dipicu oleh
rendahnya tingkat kesejahteraan
masyarakat perbatasan akibat keter-
isolasian, dan rendahnya kualitas
sumber daya manusia (pendidikan,
kesehatan). Alasan itu yang menjadi
pemacu dan pemicu maraknya pelin-
tas batas. Apalagi, akses ke Sarawak
jauh lebih mudah dan murah bila
dibanding ke Pontianak. Di Sarawak,
prasarana dan sarana dasar infra-
strukturnya jauh lebih lengkap dan
menjanjikan. Begitu juga tingkat
kesejahteraannya.
Apakah kerja sama regionalApakah kerja sama regionalApakah kerja sama regionalApakah kerja sama regionalApakah kerja sama regional
selama ini tidak berjalan?selama ini tidak berjalan?selama ini tidak berjalan?selama ini tidak berjalan?selama ini tidak berjalan?
Setiap tahun, secara berkala
kami mengadakan pertemuan dan
pembahasan dengan pihak Malaysia.
Tempat penyelenggaraannya pun
selalu bergilir.
Persoalan-persolan apa sajaPersoalan-persolan apa sajaPersoalan-persolan apa sajaPersoalan-persolan apa sajaPersoalan-persolan apa saja
yang perlu diwaspadai?yang perlu diwaspadai?yang perlu diwaspadai?yang perlu diwaspadai?yang perlu diwaspadai?
Paling tidak ada delapan per-
soalan yang belakangan merasuk ke
wilayah Indonesia melalui wilayah
atau kawasan perbatasan Kalbar,
yakni: rentan terhadap intervensi
asing; rentan terhadap keamanan;
rentan terhadap perdagangan dan
penyelundupan. Kawasan perbatas-
an juga menjadi transit lalu lintas
peredaran uang asing palsu, penang-
kapan ikan ilegal dan pengapalan di
tengah laut. Selain itu, sedihnya lagi,
kawasan perbatasan di Kalbar juga
merupakan daerah miskin, tertinggal
dan rawan bencana alam. Leng-
kaplah sudah.
Tentu persoalan mendasar ituTentu persoalan mendasar ituTentu persoalan mendasar ituTentu persoalan mendasar ituTentu persoalan mendasar itu
penting untuk segera ditapenting untuk segera ditapenting untuk segera ditapenting untuk segera ditapenting untuk segera ditangani.ngani.ngani.ngani.ngani.
Karena, bila terjadi keboKarena, bila terjadi keboKarena, bila terjadi keboKarena, bila terjadi keboKarena, bila terjadi kebobolan dibolan dibolan dibolan dibolan di
sejumlah titik itu, damsejumlah titik itu, damsejumlah titik itu, damsejumlah titik itu, damsejumlah titik itu, dampakpakpakpakpaknya akannya akannya akannya akannya akan
memperlemah posisi Indonesia,memperlemah posisi Indonesia,memperlemah posisi Indonesia,memperlemah posisi Indonesia,memperlemah posisi Indonesia,
tentunya. Tanggapan Anda?tentunya. Tanggapan Anda?tentunya. Tanggapan Anda?tentunya. Tanggapan Anda?tentunya. Tanggapan Anda?
Tentu saja, saya setuju. Artinya,
jika Kalbar bobol, yang rugi bukan
hanya Kalbar, tapi juga Indonesia. Satu
bukti nyata lain, yaitu sewaktu tejadi isu
kasus perekrutan tenaga Indonesia
menjadi Tentara Diraja Malaysia, kita
yang pontang-panting kan? Ini seka-
ligus bukti bahwa apabila sebagian
daerah di negara ini sakit, katakanlah
miskin, Indonesia secara keseluruhan
akan ikut merasakan sakit atau kemis-
kinan itu juga.
Jelasnya bagaimana?Jelasnya bagaimana?Jelasnya bagaimana?Jelasnya bagaimana?Jelasnya bagaimana?
Artinya, kemiskinan dan be-
ragam keterbatasan yang membelit
dan membelenggu Kalbar menjadi
amat strategis untuk ditanggulangi,
terutama karena fungsi penduduk di
kawasan perbatasan itu sekaligus
sebagai penjaga kedaulatan ibu per-
tiwi. Sebab, bagaimana mungkin pen-
duduk perbatasan Kalbar dapat men-
jaga kawasan secara handal dan
gagah berani jika kondisi sosial-ekono-
minya buruk, miskin, sarana kesehatan
kurang menunjang serta fasilitas pendi-
dikan yang serba pas-pasan?
Lalu, apa langkah terbaik yangLalu, apa langkah terbaik yangLalu, apa langkah terbaik yangLalu, apa langkah terbaik yangLalu, apa langkah terbaik yang
harus dilakukan?harus dilakukan?harus dilakukan?harus dilakukan?harus dilakukan?
Kuncinya adalah memberdaya-
kan masyarakat perbatasan. Perekono-
mian mereka harus didorong sehingga
mampu memenuhi seluruh kebutuhan
hidupnya. Yang tak kalah penting
adalah pembenahan infrastruktur jalan
sebagai pembuka wilayah, sehingga
aksesibilitas rakyat untuk memobilisasi
perekonomiannya semakin terbuka.z
(Joe)
48 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Paling tidak ada empat agenda
program utama Sulbar.
Keempat agenda itu adalah
program percepatan pembangunan
infrastuktur, selain peningkatan
sektor pertanian, pendidikan, kese-
hatan, dan pengentasan kemiskinan.
Dari mana propinsi yang baru terben-
tuk pada 5 Oktober 2004 itu mewu-
judkan empat agenda besarnya itu?
Agaknya, pengembangan infra-
struktur menempati urutan pertama.
Maklum, jaringan jalan yang ada di
Sulbar sebagian besar rusak berat,
terutama ruas Mamuju - Pasangkayu
hingga perbatasan Sulteng. “Keterba-
tasan prasarana jalan ini menyebabkan
biaya ekonomi tinggi, masyarakat juga
sulit memasarkan hasil produksinya,”
kata Sjarief Burhanuddin, Kepala Bap-
peda Prop. Sulbar kepada KIPRAH di
kantornya, beberapa waktu silam.
Kondisi serupa juga bisa dijum-
pai pada jalan lintas tengah (peda-
laman) menuju Mamasa dan Makale
yang berbatasan dengan Sulsel dan
Sulteng. Kondisi jalan tersebut mem-
buat aktivitas ekonomi dan mobilitas
penduduk tidak lancar. Mereka kesu-
litan untuk mengangkut dan menjual
hasil kebunnya. Contohnya, bila
mereka hendak bepergian harus
berjalan kaki puluhan kilometer
jauhnya menuju kota terdekat.
Menurut Syarief, daerah ini bu-
kan tak punya hasil produksi. Sulbar
adalah penghasil sejumlah komoditas
yang memiliki nilai ekonomi tinggi,
seperti kopra, kelapa sawit, kopi, kakao,
cengkeh, jeruk dan ikan. Yang terjadi,
kata Syarief, kesulitan penduduk dalam
memasarkan memasarkan aneka hasil
bumi tersebut karena keterbatasan
prasarana jalan. Akibatnya, komuditas
barang-barang tersebut dipasarkan
melalui Makassar sejauh 500 kilometer
lebih. Potret buram ini menunjukkan
bahwa daerah ini masih jauh tertinggal
bila dibanding dengan daerah lain.
Menurut Kepala Satker Pemba-
ngunan Jalan dan Jembatan Provinsi
Sulbar Iskandar Arsyad, pengembang-
an prasarana jalan di Sulbar difokuskan
pada pembangunan jaringan jalan
dengan sasaran perluasan dan pertam-
bahan lajur kilometer. Pada program
2008-2009, Iskandar memprioritaskan
peningkatan kapasitas dan struktur
jalan dengan pelebaran, khususnya
ruas jalan Mamuju - Pasangkayu batas
Sulteng, sepanjang 276 km. Jaringan
jalannya akan diperlebar dari 4,5 m
menjadi 6 dan 7 m dengan aspal
hotmix, yang ditargetkan selesai De-
sember 2009.
Sementara itu, jalan nasional
akan dilakukan preservasi dalam
rangka mempertahankan kinerja dan
menjaga agar kondisi jalan tetap
berfungsi. Penanganan lain adalah
perbaikan jalan, yaitu dari perbatasan
Pinrang-Polmas-hingga Surumana,
Donggala batas Sulteng. Ruas ini
merupakan bagian dari lintas barat
Sulawesi sepanjang 544 km. “Status
jalan ini akan ditingkatkan dari jalan
provinsi menjadi jalan nasional. Sejak
April 2008 lalu, proyek tersebut mulai
dikerjakan, khususnya jaringan jalan
poros Mamuju-Pasangkayu yang
rusak parah akibat bencana alam dan
beban muatan berlebih.
“Ruas Polman – Mamuju yang
umumnya tidak rusak hanya diper-
lebar saja sesuai ketentuan jalan
nasional,” ujar Iskandar. Untuk men-
dukung keperluan tersebut peme-
rintah pusat TA 2008 mengucurkan
dana sebesar Rp 317 miliar dan akan
ditingkatkan menjadi Rp 400 miliar
pada tahun depan.
Banjir dan Tanah longsorBanjir dan Tanah longsorBanjir dan Tanah longsorBanjir dan Tanah longsorBanjir dan Tanah longsor
Sementara itu Kepala Satker Pe-
meliharaan Jalan dan Jembatan Prov
Sulbar, Romul Parewasi, menyatakan
Sulawesi Barat (Sulbar) kaya akan sumber daya alam. Namun, potensi-potensi
itu belum dapat dikembangkan secara optimal. Pengmebangan prasarana jalan
akan menembus kebekuan itu.
Menuju Mamuju Lebih Maju
J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah
49VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Apa jadinya bila prasarana
jalan dalam konsisi tidak
memadai bagi aktivitas eko-
nomi dan kepentingan lain? Jawa-
bannya jelas, akan mengakibatkan
biaya tinggi pada setiap usaha distri-
busi barang, dan proses mobilitas
penduduk menjadi terhambat. Kon-
disi semacam ini terjadi pada sepan-
jang 2.118, 86 km jalan di wilayah
Sulawesi Tengah (Sulteng), khusus-
nya pada ruas jalan nasional lintas
barat Sulawesi pada segmen Dong-
gala menuju Tolitoli dan Buol hingga
Umu – Tolinggula di perbatasan
Gorontalo.
Beruntung, Pemprov setempat
sigap menyikapi problem ini. Sejak
bulan Juni 2008 lalu Pemda memulai
proyek peningkatan kapasitas, kuali-
tas, dan struktur jalan sekaligus. Lebar
jalan yang semula 4.5 meter kini
dilebarkan menjadi 6 dan 7 meter,
khususnya pada ruas batas Mamaju,
Palu hingga Umu– Tolinggula, perba-
tasan Gorontalo, sepanjang 1.250, 28
km. Proyek peningkatan kapasitas
dan lebar jalan tersebut didanai
APBN sebesar Rp 250 miliar, yang
dikerjakan melalui kontrak reguler
maupun multi- years.
Menurut pantuan KIPRAH, pela-
yanan dasar prasarana jalan di wila-
Bila LintasBarat SultengKembaliTerkoneksi
ruas jalan nasional Mamuju - Pasang-
kayu di Kecamatan Pedongga pada
titik–titik tertentu kondisinya rusak
parah akibat banjir, tanah longsor, dan
beban muatan tinggi. “Soal beban
muatan, jembatan belly kita di sungai
Lara pernah menjadi korban, roboh
akibat dilalui truk kayu bermuatan 30
ton lebih,” kata Romul meyakinkan.
Di ruas lain sebagian jalan retak
dan amblas, akibat bahu jalan long-
sor sepanjang 10 meter. Seorang
sopir angkutan, Andi (40) mengata-
kan, kerusakan itu mengganggu
perjalanan, terutama jika berpapasan
dengan kendaraan dari arah berla-
wanan. “Untuk sementara, saya
berharap lokasi itu diperbaiki agar
tidak membahayakan pengendara di
malam hari, karena longsorannya
bisa meluas,” kata Andi yang hampir
setiap hari pergi pulang Mamuju –
Pasangkayu.
Demikian juga kerusakan yang
terjadi di lereng-lereng bukit tikungan
tajam, terutama di seputar kawasan
perkebunan kelapa sawit yang sepi.
Andi mengusulkan agar segera dita-
ngani secara permanen. Karena
sebagian jalan masih berupa jalan
makadam (batu pecah dan pasir
dipadatkan), sisanya jalan laven yang
belum pernah ditingkatkan. Padahal,
daerah ini dikenal rawan kecelakaan
dan kurang aman.
Dari pantauan KIPRAH, jarak
Pasangkayu yang juga ibukota kabu-
paten Mamuju Utara dengan Ma-
muju sekitar 276 kilometer. Jarak
yang relatif dekat itu menghabiskan
waktu tempuh 8 hingga 9 jam akibat
kondisi jalan yang 30 persen berlu-
bang, permukaan beraspal kasar.
Melihat kondisi tersebut tentu pena-
nganannya tidak bisa tambal sulam,
tapi harus permenen, kalau perlu
dilakukan rekonstruksi, tergantung
tingkat kerusakkannya.
Kondisi itu berbeda dengan jalan
beraspal mulus yang menghubung-
kan Makassar – Mamuju. Meski jarak-
nya lebih jauh, yakni 443 kilometer,
waktu tempuh nyaris sama yaitu 8 jam.
Tidak mengherankan bila perjalanan
Makassar – Mamuju lebih nyaman
dibanding dengan perjalanan dari
Mamuju ke Pasangkayu.z (Joe).
Ruas jalan
nasional Mamuju-
Pasang Kayu yang
sering mengalami
longsor dan
terendam banjir.
Foto: Joe
50 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
yah Sulteng dalam beberapa tahun ter-
akhir ini kurang memadai. Sebagian
besar jalan rusak, baik akibat bencana
alam (banjir dan tanah longsor),
maupun beban muatan berlebih.
Bahkan, pada wilayah-wilayah terten-
tu masih banyak daerah yang terting-
gal dan terisolir, khususnya lintas barat,
tengah dan timur.
Contohnya, jarak 573 km anta-
ra Ibukota Kabupaten Buol dan Ibu-
kota Provinsi Palu ditempuh dalam
waktu 18 jam. Pada ruas ini terdapat
banyak aspal mengelupas, selain
lubang-lubang selebar 30 – 50 cm
dengan kedalaman 5 – 10 cm dan
berkerikil. Kondisi paling parah
terdapat pada ruas Paleleh – Umu
hingga Tolinggula perbatasan Goron-
talo. Di ruas ini terdapat tanah longsor
yang menutupi sebagian badan jalan
yang menyebabkan sistem penga-
turan lalu lintas buka tutup pun
dilakukan . “Ruas tersebut sedang
kami tangani yaitu dengan perkuatan
tebing dan pelebaran jalan, untuk
selanjutnya akan dilakukan pengas-
palan,” tandas PPK Pemeliharaan
Jalan dan Jembatan ruas Buol – Umu,
Syaifuddin Arief kepada KIPRAH.
Kabupaten Buol sendiri, kata
Syaifuddin, memiliki ruas jalan sepan-
jang 420 km, terdiri dari 184 km jalan
negara dan 245 km jalan kabupaten.
Tercatat, 20 km dalam kondisi baik,
70 km dalam kondisi rusak sedang
dan jalan yang dalam kondisi rusak
dan rusak berat masing-masing 65
km dan 90 km. Akibatnya, jarak 152
km dari Buol hingga perbatasan
Gorontalo menghabiskan waktu
tempuh sekitar 9 jam.
Kondisi serupa dijumpai bila
Anda akan memasuki Kabupaten
Tolitoli. Di sana terdapat dua jem-
batan runtuh akibat diterjang banjir.
Salah satunya adalah jembatan Oti di
Desa Oti. Tentu saja, hal ini meng-
ganggu arus lalu lintas orang, ba-
rang, dan jasa. Banyak orang lantas
menempuh jalur air melalui dasar
sungai atau menyisir di sepanjang
pantai. Hal itu bisa dilakukan bila
permukaan air laut surut. Bila tidak,
penduduk terpaksa harus menunggu
dalam waktu yang tak tentu.
Menanggapi hal tersebut Marhen
Lumintang, PPK Pembangunan Jalan
dan Jembatan ruas Tolitoli – Buol,
mengatakan, mulai bulan Juni pihaknya
akan melakukan perkuatan struktur dan
kapasitas jalan dengan pelebaran,
terutama pada ruas-ruas yang dianggap
kritis. Juga terhadap dua jembatan yang
hanyut disapu banjir akan diganti dan
dibangun secara permanen. Secara
menyeluruh jaringan jalan lintas barat
Sulawesi ditargetkan rampung pada
akhir Desember 2009.
Fokus penanganan jalan lintas
barat Sulawesi sepanjang 2.118, 86
km itu ditujukan untuk menghu-
bungkan pelabuhan Makassar, Pare-
pare di Sulsel, Pelabuhan Mamuju,
Pelabuhan Pantoloan dan Tolitoli di
Suteng dan Gorontalo sampai dengan
Pelabuhan Bitung di Sulut, dan banda-
ra di lima provinsi dimaksud. Hal itu
dilakukan terutama untuk mening-
katkan aksesibilitas wilayah dalam
rangka memacu pertumbuhan dan
perkembangan wilayah yang kaya
akan sumber daya alam tersebut.
“Banyak tantangan dan kendala
yang kami hadapi, utamanya faktor
keterbatasan dana, alat berat, dan
medan yang cukup sulit,” ujar Idris Tahir,
Kepala Satker Pembangunan Jalan dan
Jembatan Provinsi Sulteng. “Meski
demikian,” tambah Idris, “kami tetap
optimis bahwa pada akhir Desember
2009 target kami rampung.”
Sementara itu, jaringan jalan
yang telah selesai dibangun, fokus
penangananya dititikberatkan pada
pemeliharaan, baik secara berkala
maupun rutin, agar jaringan jalan
tetap dapat dilalui dengan baik
sepanjang tahun. “Saat ini kebutuhan
untuk penambahan jalan sudah tidak
setinggi kebutuhan untuk pemeliha-
raan dan fokus kita adalah memper-
tahankan kualitas jalan sesuai dengan
standar pelayanan minimum,” tegas
Sompi, Kepala Satker Pemeliharaan
Jalan dan Jembatan Provinsi Sulteng
kepada KIPRAH. z(Joe).
Gerusan air telah memakan sebagian badan jalan ruas Palelek-Umu.
Fo
to:
Do
k.
J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah
51VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Ketika kota-kota di Sumatera
Barat, seperti Bukittinggi,
Batu Sangkar, Payakumbuh,
Padang Panjang dan Solok terbentuk
karena perkembangan komunitas
Minang, Kota Sawahlunto tumbuh
karena usaha tambang pemerintahan
Belanda pada 1888. Sejak itu berbagai
infrastruktur pendukung aktivitas
pertambangan dibangun, seperti
Pelabuhan Teluk Bayur (Emmahaven),
jaringan rel kereta api serta bangunan
seperti kantor, rumah sakit, bangunan
peribadatan dan sebagainya. Maka,
tak heran jika di Kota Sawahlunto kita
akan lebih mudah menemukan ba-
ngunan bergaya arsitektur kolonial
dibanding rumah gadang.
Berada di kawasan Bukit Ba-
risan Sumatera Barat, Sawahlunto
memiliki topografi yang unik. Kota ini
berada di ceruk lembah dan dike-
lilingi perbukitan curam. Sejumlah
sungai mengalir di kota ini, seperti
Sungai Batang Lasi di Kecamatan
Silungkang, Batang Lunto di Lembah
Segar, Batang Sumpahan di Baringin
dan Batang Ombilin di Kecamatan
Talawi. Kota Sawahlunto memiliki
luas wilayah 27.345 ha yang terdiri
dari 4 kecamatan. Dari Ibukota Pa-
dang, Kota Sawahlunto berjarak 95
km atau ditempuh dalam waktu 2-3
jam perjalanan darat.
Sawahlunto di Masa LaluSawahlunto di Masa LaluSawahlunto di Masa LaluSawahlunto di Masa LaluSawahlunto di Masa Lalu
Sejarah Kota Sawahlunto ber-
awal dari penemuan deposit batu
bara di sekitar Sungai Ombilin oleh Ir
De Groet, seorang geolog Belanda,
pada tahun 1858. Penelitian lebih
lanjut dilakukan Ir De Greve pada
1867 dan Ir R.D.M Verbeck di tahun
1875. Daerah tersebut berupa lahan
pertanian (sawah) milik ulayat anak
nagari lunto. Sawahlunto diambil dari
gabungan dua kata: sawah dan
lunto.
Pada 1888, Belanda berhasil
menguasai tanah ulayat tersebut.
Sejak itulah aktivitas penambangan
dimulai. Sawahlunto yang awalnya
menjadi tempat bermukim para
pekerja tambang terus tumbuh dan
berkembang menjadi sebuah kota
kecil yang dilengkapi dengan ber-
bagai fasilitas pengusahaan batu
tambang seperti bangunan dan juga
peralatan oleh Pemerintah Belanda.
Ketika itu, besar investasi yang dita-
nam sebesar 5,5 juta gulden. Belanda
juga membangun pelabuhan Teluk
Bayur (Emmahaven) yang dikerjakan
Sawahlunto:
Kota Bekas Tambang Nan Lestari
Teks dan Foto: Taufan Madiasworo*
52 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah
pada 1888 (selesai 1893). Pemba-
ngunan rel kereta api dari Teluk Bayur
melalui Padang Panjang sampai ke
Sawahlunto dimulai pada 1888 dan
selesai pada tahun 1893. Keberadaan
prasarana kereta api ini memacu
usaha penambangan semakin ber-
kembang, dari puluhan ribu menjadi
ratusan ribu ton tiap tahunnya.
Pada tahun 1918 Sawahlunto
dikategorikan sebagai Gemeentelijk
Ressort atau Gemeente dengan luas
wilayah 778 ha, hal ini terkait dengan
puncak keberhasilan kegiatan per-
tambangan tersebut. Pada tahun
1930 wilayah ini berpenduduk
43.576 jiwa, 564 jiwa di antaranya
adalah orang Belanda. Hingga perte-
ngahan abad ke-20, Sawahlunto
menjadi salah satu kota penting di
Sumatera Barat. Banyak pedagang
dari luar negeri datang ke daerah ini.
Walaupun demikian Sawahlunto
belum sempat menjadi Stadsgemeen-
te, yang penyelenggaraan kotanya
dilakukan oleh stadsgemeenteraad
(DPRD) dan Burgemeester (Walikota).
Pada tahun 1940 sampai akhir
tahun 1970, produksi batu bara
Ombilin sempat mengalami kemero-
soton. Dengan penerapan teknologi
baru, di tahun 1990-an produksi batu
bara kembali meningkat. Penam-
bangan batu bara Ombilin telah
beroperasi selama 109 tahun, kini
cadangan batu bara yang ada lebih
dari 100 juta ton. Deposit batu bara
yang berada jauh di dalam tanah
tersebut lebih rumit untuk dieks-
ploitasi.
Kota Sawahlunto Masa KiniKota Sawahlunto Masa KiniKota Sawahlunto Masa KiniKota Sawahlunto Masa KiniKota Sawahlunto Masa Kini
Sejak tahun 2001, Sawahlunto
telah menetapkan visinya menjadi
“kota wisata tambang yang berbu-
daya”. Visi ini untuk mendukung misi
Sawahlunto sebagai tempat yang
baik untuk hidup, berusaha, dan
dikunjungi, menuju kota wisata
tambang yang berbudaya. Pariwisata
menjadi leading sector dengan fokus
pengembangan wilayah berada di
bagian kota lama. Visi dan misi
tersebut adalah pengukuhan diri
Sawahlunto sebagai kota wisata
tambang tampaknya merupakan
pilihan yang tepat untuk memperta-
hankan identitas sejarahnya dan
membuka peluang untuk memacu
pertumbuhan ekonomi dari sektor
nontambang.
Berbagai usaha telah dilakukan
untuk mewujudkan visi tersebut,
antara lain dengan menginventarisasi
bangunan bersejarah, penelitian
rekonstruksi dan revitalisasi kota
bekas instalasi tambang batubara,
program action plan pengembangan
pariwisata di bidang sejarah tam-
bang. Beberapa pembenahan aset
fisik kota juga terus dilakukan untuk
meningkatkan kualitas kota, seperti
renovasi, konservasi, revitalisasi dan
adaptasi re-use bangunan bersejarah,
menyiapkan bekas tambang batu
bara peninggalan Belanda sebagai
obyek wisata tambang, mendirikan
museum tambang, museum kereta
api, pemugaran fasade bangunan,
mengembangkan obyek wisata re-
kreasi dan pembangunan obyek
wisata resort serta menjalin kerja
sama dibidang kepariwisataan de-
ngan Malaka dan Singapura.
Sawahlunto merupakan kota
tujuan wisata yang menjanjikan
kepuasan kepada para pengunjung
karena panorama bangunan berse-
jarah yang memiliki nilai arsitektur
tinggi. Tercatat beberapa arsitektur
bersejarah penting peninggalan
kolonial di Sawahlunto, antara lain:
Gedung Pusat Kebudayaan yang
Gudang ransoem.
Hotel Ombilin.
53VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
berada di pusat kota, dulunya berna-
ma gedung Societeit, dibangun pada
tahun 1918 dan digunakan untuk
tempat para pejabat dan none Belan-
da berpesta. Eks-gedung Societeit ini
pernah ditempati Bank Mandiri dan
menjadi gedung pertemuan masya-
rakat. Sejak 1 Desember 2006 ge-
dung ini difungsikan sebagai Gedung
Pusat Kebudayaan Sawahlunto.
Hotel Ombilin, yang berada
bersebelahan dengan Gedung Pusat
Kebudayaan, merupakan pengi-
napan terbaik di Sawahlunto. Se-
belumnya bangunan tersebut digu-
nakan sebagai rumah sakit khusus
karyawan PT. BA-UPO. Atap bergon-
jong sebagai teras depan merupakan
elemen tambahan dari bangunan
induknya yang dibangun Belanda.
Selain itu ada Kantor Pusat Tambang
Batu Bara Ombilin Sawahlunto (diba-
ngun pada tahun 1916) yang meru-
pakan landmark penting kota, atau
Museum Gudang Ransum yang du-
lunya merupakan bangunan yang
berfungsi sebagai dapur umum un-
tuk menyediakan makanan bagi
karyawan dan pekerja tambang.
Sawahlunto dengan keunikan
karakter kotanya adalah potret kota
yang cukup langka di Indonesia.
Ketika kota-kota lain di Indonesia
belum memanfaatkan dengan opti-
mal potensi ekonomi, sosial, budaya
dan lingkungan untuk kepentingan
pelestarian, Sawahlunto justru me-
mantapkan eksistensinya sebagai
kota pusaka, dengan memanfaatkan,
mengembangkan dan melestarikan
segenap potensi tersebut diatas
untuk meningkatkan nilai dan kuali-
tas kota serta melibatkan masyarakat-
nya secara aktif dalam proses budaya
kotanya. Upaya pelestarian yang
dilakukan Pemkot Sawahlunto ini
dapat menjadi best practice bagi kota-
kota lain di Indonesia dalam melaku-
kan pembangunan dan pelestarian
kota.
*) Kepala Seksi Pembinaan Perencanaan
Tata Ruang Perkotaan Wilayah II, Dep.PU
Suasana di Gudang Ransoem.
Salah satu sudut kota Sawahlinto.
54 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Pemerintah, melalui Peraturan
Pemerintah (PP) No.46 Tahun
2007, menetapkan Batam–
Bintan–Karimun sebagai Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas. Ketiga pulau yang berada di
Provinsi Kepulauan Riau itu kini
tengah mempercantik diri menyong-
song sebagai julukan Wilayah Pusat
Perdagangan dan Pelabuhan Bebas.
Batam sebagai Kawasan Perda-
gangan Bebas (Free Trade Zone)
memang merupakan salah satu titik
perhubungan paling strategis di Asia
Tenggara. Hanya berjarak 20 km dari
Singapura, kawasan ini menjadi jalur
pelayaran terbesar kedua di dunia.
Selama ini, sekitar 130 perjalanan per
hari dari Singapura – Batam. Semen-
tara itu, perjalanan dari Batam menu-
ju Kota Tanjung Pinang di Pulau
Bintan hanya ditempuh dalam waktu
sekitar 55 menit perjalanan meng-
gunakan ferry.
Di Batam, sektor industri meru-
pakan penyumbang terbesar bagi
pemasukan kas daerah (71,61%),
kemudian disusul dengan sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Di
bidang investasi, Pemkot Batam, sejak
1 Oktober 2001, menerapkan Sistem
Layanan Satu Atap dan telah menge-
luarkan hampir 20.000 ijin usaha.
Batam memang menjadi surga
bagi para pemodal untuk berinves-
tasi. Apa lagi jika bukan lantaran
Batam berlokasi sangat strategis,
insentif, menarik, berfasilitas modern,
lingkungan bersih, dan dukungan
dari pemerintah yang begitu kuat.
Dalam meningkatkan Penanaman
Modal Asing (PMA), misalnya, Batam
menerapkan prosedur yang tidak
berbelit, status hak kepemilikan
hingga 100% dan ijin investasi selama
30 tahun dan bisa diperpanjang serta
sewa lahan hingga 80 tahun—bisa
diperpanjang.
Batam juga menarik sebagai
tempat tujuan wisata, terutama
wisata pantai untuk menikmati pan-
tainya yang elok atau terumbu ka-
rang yang sangat mengesankan.
Cukup tinggi tingkat kunjungan turis
asing ke pulau ini.
Bintan memiliki potensi yang
mirip Batam. Bila di sektor pariwisata
Batam menjual Pulau Galang dan
Rempang, Pulau Bintan memiliki
lokasi wisata Lagoi (23.000 ha).
Terletak di utara, Lagoi dapat ditem-
puh dalam tempo 45 menit dari
Singapura, dan 35 menit dari Batam.
Lokasi wisata Lagoi dilengkapi de-
ngan 7 hotel bertarif internasional, 2
resort dan 2 lapangan golf yang juga
bertaraf internasional, dengan 36
hole. Begitu indahnya pemanda-
ngan laut dan pantainya sehingga
trak kurang dari 40.000 wisatawan
mancanegara per bulan datang ke
Lagoi.
Pulau Karimun tak kalah mena-
rik dengan dua pulau yang disebut
di muka. Pendapatan terbesar Pulau
Karimun berasal dari sektor perta-
nian, kemudian disusul sektor perda-
gangan, hotel dan restoran, selain
sektor pertambangan, seperti granit,
timah dan pasir. Tercatat sektor
pariwisata juga menjadi sarana inves-
tasi andalan.
Tidak kurang 20.000 per bulan
wisatawan Singapura dan Malaysia
berkunjung ke Pulau Karimun. O-
byek wisata terdiri Pantai Pelalawan,
Air Terjun Pongkar, Pantai Pongkar,
Batu Tulis Budha Mahayana. Berda-
sarakan Rencana Tata Ruang Wila-
yah (RTRW) Kabupaten, rencana
pemanfaataan ruang dibagi atas
kawasan lindung dan kawasan bu-
didaya.z (S(S(S(S(Sony)ony)ony)ony)ony)
Free Trade Zone Batam - Bintan - KarimunBatam memang menjadi surga bagi para pemodal untuk berinvestasi
Pantai trikora Bintan.
Fo
to:
Do
k
J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah
55VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
56 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
57VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Tahun ini Badan Meteorologi
dan Geofisika (BMG) mem-
prediksi bahwa musim kema-
rau tahun 2008 tidak akan separah
tahun 2007. Bahkan, BMG juga
memperkirakan bahwa musim kema-
rau tahun 2008 adalah musim kema-
rau basah karena masih berpeluang
terjadinya hujan.
Namun demikian, beberapa
wilayah di Indonesia tetap berpeluang
dilanda kekeringan agak parah ketim-
bang daerah-daerah lainnya. Sedih-
nya, daerah-daerah tersebut merupa-
kan daerah yang selama ini menjadi
Dari Siaga WadukHingga Komisi Irigasi
lumbung beras nasional, seperti
Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kali-
mantan Tengah bagian selatan dan
Sulawesi Selatan bagian selatan.
Laporan Khusus kali ini menya-
jikan tentang seperti apa peluang
kekeringan yang akan menjadi dam-
pak musim kemarau tahun 2008.
Juga, apa saja langkah Departemen
Pekerjaan Umum untuk mengan-
tisipasi problem tahunan tersebut,
mulai dari preservasi jaringan irigasi,
siaga waduk, hingga penguatan
kelembagaan di tingkat petani mela-
lui penguatan peran Komisi Irigasi.
Selain itu, laporan khusus edisi
ini juga menyajikan berita gembira
tentang Waduk Nipah di pulau Ma-
dura, yang pembangunannya sempat
terseok-seok selama puluhan tahun.
Semoga saja, prediksi BMG
tersebut tidak meleset. Bahkan, jika
boleh berharap terlalu besar kepada
Sang Pengatur Musim, jadikan kema-
rau tahun ini tak usah terlalu panjang.
Namun, apapun kehendak alam,
tugas manusia adalah mengantisipasi
dampak musim yang kadang berpi-
hak, dan kadang berlawanan pihak,
dengan kepentingan manusia itu.z
LAPORAN KHUSUSFoto: Weda
58 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Awal September tahun ini,
langit pulau Jawa diselimuti
mendung. Hujan pun sem-
pat mengguyur beberapa wilayah di
pulau ini. Apakah ini sebuah sinyal
bahwa musim kering di tahun ini
sudah usai? Tidak juga. Namun, yang
jelas, ramalan Badan Meteorologi
dan Geofisika bahwa bahwa musim
kemarau di tahun tidak akan separah
tahun 2007 lalu benar adanya. Bah-
kan, BMG juga memperkirakan bah-
wa musim kemarau tahun 2008
adalah musim kemarau basah karena
masih berpeluang terjadinya hujan.
Toh, di sebuah harian nasional,
Kepala Pusat Klimatologi dan Kualitas
Udara BMG, Soeroso, mendorong
petani untuk tetap waspada mulai.
“Bagaimanapun juga, petani tidak
boleh fine-fine saja. Mungkin saja bisa
terjadi kekeringan di wilayah-wilayah
yang biasa kekeringan saat kemarau
dan wilayah-wilayah tadah hujan,”
ujar Soeroso dalam konferensi pers me-
ngenai prakiraan musim kemarau 2008
di Jakarta, pertengahan Maret lalu.
Menurut data BMG, beberapa
wilayah yang berpeluang terlanda
kekeringan dengan curah hujan
rendah, di antaranya: Lampung,
Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan
Tengah bagian selatan dan Sulawesi
Selatan bagian selatan.
Dari kacamata infrastruktur
Sumber Daya Air, potret kemarau
pada sebuah tahun punya korelasi
yang sangat kuat dengan potret
waduk-waduk yang ada di seantero
negeri ini. Hingga awal Agustus
tahun ini, dari pantauan Dirjen Sum-
ber Daya Air (SDA) Departemen PU,
L a p o r a n K h u s u sLaporan KhususLaporan KhususLaporan KhususLaporan KhususLaporan Khusus
Waspada,Meski Status Relatif AmanMenurut data BMG, beberapa wilayah yang berpeluang terlanda kekeringan
dengan curah hujan rendah, di antaranya: Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT,
Kalimantan Tengah bagian selatan dan Sulawesi Selatan bagian selatan.
Iwan Nusyirwan, Dirjen Sumber Daya Air.
59VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Iwan Nusyirwan, setidaknya dari 63
waduk yang ada, dua waduk di
antaranya sudah mengalami keke-
ringan. Sementara tujuh waduk
lainnya berada dalam kategori was-
pada kekeringan. Dua waduk utama
yang sudah mengalami kekeringan
itu, yakni: Waduk Batutegi (Lampung
Utara) dan Waduk Gajah Mungkur
(Jateng). Sementara tujuh waduk
utama yang berada dalam katagori
waspada, yakni: Waduk Juanda dan
Cirata (Jabar), Waduk Sempor dan
Wadaslintang (Jateng), Waduk Su-
tami dan Lahor (Jatim), dan Waduk
Bili-bili di Sulsel. Bahkan, jika disim-
pulkan, hingga pertengahan tahun
2008 ini, ketersediaan air waduk
berada dalam kondisi lebih buruk jika
dibandingkan dengan periode yang
sama tahun lalu. Memang, selain
curah hujan, debit air waduk juga
sangat ditentukan oleh pasokan air
dari sungai.
Tentu saja, dengan kondisi
yang semacam itu, meskipun BMG
memprediksi musim kemarau tahun
ini tidak akan separah tahun lalu,
Ditjen SDA tetap berada dalam posisi
waspada. Berbagai upaya antisipatif
pun ditempuh, terutama untuk me-
ngamankan sektor pertanian. Ditjen
SDA, tentu tak ingin dituding sebagai
pihak yang paling bertanggung
jawab jika terjadi kasus gagal panen
akibat kesalahan manajemen irigasi
dan suplai air bagi lahan-lahan persa-
wahan itu. Apalagi, awal musim
tanam ketiga sudah di depan mata.
Prinsipnya, menurut informasi
yang dilansir Ditjen SDA, pengaturan
dan efisiensi penggunaan air menjadi
dua urusan yang mutlak dilakukan.
Seluruh jajaran pengelola waduk pun
sudah diinstruksikan untuk terus
melakukan pemantauan intensif
terhadap ketersediaan air waduk
agar muka air waduk tetap berada
pada ambang normal. Sementara,
dalam konteks efisiensi, para penge-
lola waduk itu juga diinstruksikan
untuk melakukan penyesuaian pe-
ngaturan alokasi air berdasarkan
sistem prioritas, terutama pada wila-
yah-wilayah yang dilayani waduk-
waduk yang sudah berada dalam
kategori kering dan waspada kering
tadi. Artinya, alokasi distribusi air pada
waduk-waduk yang dioperasikan
dengan pola kering tersebut dila-
kukan berdasarkan urutan prioritas.
Prioritas pertama untuk mensuplai air
unit pompa air berkapasitas 25 liter/
detik telah didistribusikan melalui
BBWS dan BWS yang ada kepada
kelompok tani P3A (Perkumpulan
Petani Pengguna Air). Kelompok
inilah, yang akan diserahi tanggung
jawab operasional harian. Selain
distribusi pompa-pompa kering un-
tuk mengantisipasi kekeringan areal
persawahan irigasi, para petani juga
dihimbau untuk menggunakan air
secara berulang, yakni dengan meng-
gunakan kembali buangan air irigasi
sawah untuk mengairi areal persa-
wahan. Sementara itu, untuk meng-
antisipasi kekurangan air baku untuk
kebutuhan sehari-hari, air bersih
disuplai melalui mobil-mobil tangki
dan pengadaan hidran umum di
daerah-daerah rawan air bersih juga
dilakukan, misalnya di beberapa
daerah di Kabupaten Wonogiri dan
Kabupaten Wonosari, di daerah
perbukitan Gunung Kidul.
Pertanian Masih AmanPertanian Masih AmanPertanian Masih AmanPertanian Masih AmanPertanian Masih Aman
Meski BMG menyatakan bahwa
kemarau tahun ini merupakan kema-
rau basah, tapi isu tentang gagal
panen masih dijumpai di beberapa
wilayah, terutama di Jawa Barat,
Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur
dan Sumatera Utara. Menurut info
yang dilansir Departemen Pertanian,
selama periode Januari hingga
Agustus 2008, luas areal persa-
wahan yang mengalami puso akibat
kekeringan mencapai 16.475 hektar.
Hampir 10 persen dari luas persa-
wahan, yang mengalami kekeringan.
Memang, luas sawah yang menga-
lami puso itu masih lebih rendah jika
dibandingkan periode yang sama
pada tahun 2007 lalu, yang men-
capai 39.812 hektar.
Sebenarnya, luas sawah yang
mengalami gagal panen tersebut
masih bisa ditekan jika para petani
Seluruh jajaran
pengelola waduk
pun sudah
diinstruksikan untuk
terus melakukan
pemantauan intensif
terhadap
ketersediaan air
waduk agar muka
air waduk tetap
berada pada
ambang normal.
baku bagi kebutuhan pokok sehari-
hari masyarakat. Prioritas selanjutnya,
yakni untuk irigasi pertanian rakyat.
Sementara prioritas terakhir, untuk
kebutuhan industri dan lainnya. Tak
cukup sampai di situ, di tingkat
pengguna, Gerakan Hemat Air juga
dilakukan, yakni dengan mekanisme
penggiliran dan pemanfaatan tek-
nologi hemat air.
Memang, ada juga solusi lain
yang ditempuh untuk mengurangi
beban akibat dampak kekeringan itu,
misalnya melalui pendistribusian
pompa-pompa air melalui Balai-balai
Sesar dan Balai-balai Wilayah Sungai
setempat. Menurut catatan KIPRAH,
tahun ini, setidaknya sebanyak 166
60 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
L a p o r a n K h u s u sLaporan KhususLaporan KhususLaporan KhususLaporan KhususLaporan Khusus
disiplin dengan pola tanam yang
dianjurkan Pemerintah. Hingga awal
tahun, masih banyak petani yang
dilaporkan masih menanam padi di ar-
eal yang tidak dianjurkan karena rawan
kekeringan. “Jadi, gagal panen ter-
sebut bukan semata karena dise-
babkan oleh jaringan irigasi yang
rusak,” tegas Menteri PU Djoko
Kirmanto. Memang, rusaknya jaringan
irigasi akan berdampak pada menu-
runya fungsi pelayanan. “Tapi, kan
bukan berarti sama sekali tidak ber-
fungsi,” lanjut Menteri PU, Djoko
Kirmanto.
Saat ini, hingga pertengahan
tahun 2008 jaringan irigasi yang
melayani sekitar 400 ribu hektar
persawahan dilaporkan rusak. “Ta-
hun depan ditargetkan kerusakan itu
sudah rampung diperbaiki,” tegas
Dirjen SDA, Iwan Nusyirwan. Nah,
musim kemarau ini akan diman-
faatkan untuk memperbaiki sebagian
besar jaringan irigasi yang rusak
tersebut. Menurut data Departemen
PU, sejak tahun 2005 telah dilakukan
perbaikan terhadap jaringan irigasi
yang rusak, yang ketika itu dilapor-
kan mencapai 1,5 juta hektar.
Partisipasi PetaniPartisipasi PetaniPartisipasi PetaniPartisipasi PetaniPartisipasi Petani
Betul, bahwa Pemerintah me-
mikul tanggung jawab besar untuk
mengantisipasi ancaman kekeringan
Menurut PP No. 20 tahun
2006, petani pemakai air diwajibkan
membentuk perkumpulan petani
pemakai air pada setiap daerah
layanan/petak tersier atau desa,
sebagai kelembagaan pengelolaan
irigasi yang menjadi wadah petani
pemakai air. Atas dasar PP tersebut
pada prinsipnya, masyarakat petani
punya hak dan tanggung jawab
pengelolaan sistem irigasi. Bahkan,
mereka berhak merekomendasikan
pengubahan atau pembongkaran
bangunan saluran irigasi pada ja-
ringan irigasi tersier jika dianggap
sudah tidak memadai. “Pola irigasi
yang selalu datang hampir setiap
tahun. Namun, tentunya, Peme-
rintah tak bisa bekerja sendiri. Petani
pun punya andil besar untuk ber-
tindak secara partisipatif agar dam-
pak kekeringan tak terlalu menge-
rikan. Salah satunya, melalui manaje-
men air partisipatif di tingkat desa.
partisipatif dengan prinsip keman-
dirian ini memang sedang dikem-
bangkan,” jelas Kasubdit Kemitraan
dan Peran Masyarakat Direktorat
Badan Pengelolaan Sumber Daya Air
Suko Rahardjo.
Kemudian para wakil Perkum-
pulan Petani Pengguna Air (P3A)
Potret Irigasi di IndonesiaPotret Irigasi di IndonesiaPotret Irigasi di IndonesiaPotret Irigasi di IndonesiaPotret Irigasi di IndonesiaTotal lahan irigasi 6.700.000 ha
Lahan irigasi teknis 800.000 ha
Kerusakan tahun 2005 1.500.000 ha
Diperbaiki hingga tahun 2008 1.100.000 ha
Sisa yang masih rusak 400.000 ha
Sumber: Ditjen SDA (diolah)
tersebut menjadi anggota Komisi
Irigasi, yang juga beranggotakan
perwakilan Pemerintah Kabupaten/
Kota. Komisi inilah yang akan meru-
muskan pola dan rencana tata ta-
nam pada daerah-daerah irigasi.
Sementara itu, dalam konteks distri-
busi dan alokasi air irigasi, komisi ini
bersama-sama BBWS dan BWS me-
rumuskan kebutuhaan dan sistem
alokasi air. “Setidaknya, melalui
mekanisme ini tidak terjadi lagi
penggunaan air irigasi liar, yang bisa
menyebabkan ketidakmerataan
ketersediaan air,” lanjut Suko
Rahardjo.z (Sofwan dan Joe)
Bahkan, P3A berhak
merekomendasikan
pengubahan atau
pembongkaran
bangunan saluran
irigasi pada jaringan
irigasi tersier jika
dianggap sudah
tidak memadai.
61VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Ketika para petani di banyak
wilayah di Indonesia ketar-
ketir dengan ancaman gagal
panen karena musim kering ber-
kepanjangan, para petani di wilayah
Sampang, Madura, justru berada
dalam kegembiraan. Apa lagi, jika
bukan karena proses pembangunan
Waduk Nipah telah rampung.
Bagi warga Sampang, saat-saat
ketika Waduk Nipah mulai beroperasi
merupakan saat-saat yang telah ham-
pir 30 tahun dinantikan. Kini, ba-
yangan tentang lahan persawahan
yang semula kering kerontang akan
segera tergantikan oleh panorama ar-
eal persawahan yang menghijau
karena terjamin pasokan airnya.
Sebagai sebuah bangunan infra-
struktur, program Waduk Nipah sebe-
narnya sudah dirancang sejak tahun
1973. Namun, lantaran terbelit oleh
kendala kultur sosial, terutama pada
proses pembebasan lahan, baru pada
tahun 2004 proses pembangunannya
bisa dilakukan.
Kesiapan Waduk Nipah tentu
akan mengubah pola kegiatan perta-
nian di pulau Madura, yang selama ini
sangat mengandalkan curah hujan.
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)
Sungai Brantas mempredikisi dari
kapasitas tampungan air waduk ini
setidaknya cukup untuk memasok air
untuk kebutuhan irigasi pertanian
seluas 1.150 hektar. Juga, untuk
memasok ketersediaan air baku untuk
berbagai keperluan. Semoga saja,
Kabar Baik dari Nipah
stigma Madura sebagai pulau sulit air
dan selalu dibayang-bayangi ancam-
an kekeringan akan segera berakhir
dengan beroperasinya waduk seluas
411,6 hektar ini.
Keputusan Pemerintah untuk
membangun Waduk Nipah pada 35
tahun lalu tidak bisa dipisahkan dari
rekomendasi konsultan perencanaan
M. Mac Donald & Partners yang mela-
kukan studi perencanaan tentang
perlunya sebuah waduk di Pulau
Madura. Hasilnya, sebagai sebuah
pulau, Madura sebenarnya memiliki
potensi curah air hujan yang cukup
memadai untuk memenuhi berbagai
kebutuhan, baik pengairan maupun
air bersih. Persoalannya, tidak ada
infrastruktur penampung air hujan
yang memadai. Nah, Waduk Nipah
kemudian lahir sebagai sebuah solusi.
Jika kemudian proses pemba-
ngunan waduk ini baru mulai dikebut
pengerjaannya tiga dekade setelah
proses studi penelitiannya yang perta-
ma hal itu bukan karena pemerintah
tidak menjadikan proyek ini sebagai
prioritas. Karakter penduduk Madura,
terutama Sampang, yang keras dan
sulit berkompromi membuat proses
pembebasan lahan berjalan lambat.
Bayangkan, 21 tahun, sejak tahun
1983 hingga tahun 2004.
Berangkat dari pengalaman
sulitnya proses pembebasan lahan,
yang sebenarnya lebih berdimensi
sosio-kultur ini, maka dalam proses
konstruksinya ditempuh kebijakan
Rampungnya proses pembangunan Waduk
Nipah setelah dinantikan selama 30 tahun.
untuk memberi porsi lebih besar
kepada masyarakat lokal untuk terlibat
sebagai pekerja konstruksi. Tercatat,
dari ratusan pekerja yang terlibat, 90%
di antaranya adalah pekerja yang
berasal dari Pulau Madura. “Proyek ini
sarat dengan dimensi sosial, jadi jika
pun ada kendala, yang spesifik justru
bukan masalah teknis, tetapi masalah
sosialnya. Ya, harus pandai-pandai
menyikapinya,” ujar Soegianto kepada
KIPRAH, ketika ia masih menjabat
Kepala BBWS Sungai Brantas.
Jika pun ada kendala teknis, hal
itu karena kondisi geologi tanah di
Nipah yang sangat beragam: sebagian
berbatu cadas, sebagian berupa tanah
lempung, dan sebagian lagi tanah
lunak. Variasi yang demikian itu mem-
buat pelaksana proyek harus menem-
puh teknik blastingblastingblastingblastingblasting ( ( ( ( (peledakan), yang
berbeda-beda.
Kendala lain, yakni proses penye-
diaan material yang harus didatangkan
dari Pulau Jawa, seperti pasir, semen,
besi, baja tulangan dan material pa-
brikan yang harus didatangkan dari
Surabaya dan Kediri. Faktor jarak dan
proses pengiriman inilah yang terka-
dang mengganggu jadwal pekerjaan.
Namun, semua cerita seru di balik
proses pembangunan Waduk Nipah itu
kini tinggal kenangan di buku catatan
proyek. Yang tertinggal, justru sebuah
harapan tentang perikehidupan di
berbagai sektor yang lebih baik dengan
kesiapan Waduk Nipah melayani ke-
butuhan air rakyat Madura. z(Joe)
62 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
AktualitaAktualitaAktualitaAktualitaAktualita A k t u a l i t a
Tahun ini, even tahunan
Konstruksi Indonesia kembali
digelar. Sesuai komitmen,
ketika even ini digulirkan pertama kali
lima tahun silam, skala agenda Kon-
struksi Indonesia akan diadakan
dengan skala besar setiap lima tahun
sekali. Itu artinya, jatuh pada tahun
2008 ini.
Tahun ini, seiring dengan sema-
ngat “green” yang menggelora di
seluruh dunia, tema Konstruksi Indo-
nesia 2008 pun diselaraskan dengan
semangat itu, yakni: Mewujudkan
Pembangunan Infrastruktur Berwa-
wasan Lingkungan Melalui Inovasi
Teknologi Konstruksi. “Tema besar
Konstruksi Indonesia 2008 memang
mengangkat green construction atau
konstruksi berwawasan lingkungan
sebagai bentuk partisipasi masyarakat
konstruksi Indonesia dalam meng-
hadapi ancaman pemanasan global,”
ucap Kepala BPKSDM Sumaryanto
Widayatin.
Tahun ini, selain melanggeng-
kan tradisi tahun lalu, yakni dengan
mengadakan berbagai lomba, seperti
Lomba Tukang dan Mandor, Lomba
Foto Konstruksi, Lomba Jurnalistik/
Karya Tulis, Lomba Karya Ilmiah
Terkait Konstruksi, Lomba Karya
Konstruksi, dan Lomba Prestasi Badan
Usaha, even Konstruksi Indonesia
juga mengagendakan beberapa
even khusus, seperti Konferensi dan
Go GreenConstruction
Konstruksi IndonesiaKonstruksi IndonesiaKonstruksi IndonesiaKonstruksi IndonesiaKonstruksi Indonesia
Pameran Konstruksi Internasional,
Bedah Buku Perjalanan Wakil Presiden
RI di Bidang Konstruksi, Tournament
Golf, Jalan Santai dan Fun Bike serta
Misi Konstruksi ke Timur Tengah,
khususnya ke Dubai, Uni Emirat Arab.
Tentang misi khusus ke Dubai itu,
menurut Menteri PU Djoko Kirmanto,
merupakan bagian dari strategi Depar-
temen PU untuk menjawab derasnya
tawaran dan peluang proyek infra-
struktur di Timur Tengah bagi para
pelaku jasa konstruksi Indonesia dalam
dua tahun terakhir ini. “Sayang jika
kesempatan emas ini kita lewatkan,”
ujar Utusan Khusus Presiden RI untuk
Timur Tengah, Alwi Shihab pada
launching Konstruksi Indonesia 2008,
pada pertengahan tahun ini.
Selain berbagai lomba dan
even khusus tadi, seperti juga tahun
lalu, tahun ini juga Anugerah Karya
Konstruksi Indonesia 2008 juga akan
kembali dilakukan. Tahun lalu, Anu-
gerah Karya Konstruksi mendapat
perhatian positif dari masyarakat
konstruksi Indonesia. Kala itu, inovasi
teknologi pondasi dangkal Sarang
Laba-Laba menjadi penerima anu-
gerah karya konstruksi untuk kategori
Teknologi Konstruksi. Juga, ecotech
garden, sebuah teknologi tepat guna
di bidang keciptakaryaan, yang efektif
mengurangi bau dan mereduksi zat
racun pada air limbah rumah
tangga.z
63VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Jenis Lomba: lomba tukang kayu, lomba tukang plumbing, lomba tukang taman,
lomba tukang batu, lomba tukang kayu, dan lomba tukang besi dan beton Materi
Lomba dikembangkan sesuai ketentuan, materi lomba standar nasional mengacu
pada kompetensi yang ada dalam SKKNI
Terdiri dari dua kategori, yakni: kategori foto hitam putih dan kategori foto
berwarna, dengan teknik foto bebas, baik konvensonal maupun digital.
Penghargaan terhadap tulisan yang berbobot dalam bidang konstruksi untuk
pengembangan dan kemajuan konstruksi Indonesia.
Lomba karya tulis yang bersifat ilmiah dan memiliki kaitan dengan bidang konstruksi,
yang terbagi menjadi 3 (tiga) kategori, yakni: kategori umum-internal PU,
mahasiswa, dan pelajar.
Penghargaan terhadap hasil karya yang mampu menghasilkan karya rancang
bangun yang memenuhi citra rasa seni yang tinggi serta bangunan yang handal,
dan aspek manajemen konstruksi serta berbagai aspek lain yang menonjol di bidang
konstruksi.
Badan Usaha Jasa Pelaksana Konsruksi non-BUMN dengan kualifikasi usaha kecil/
non-kecil (grade 2 - grade 7); memiliki sertifikat badan usaha tahun 2008 dan izin
usaha jasa konstruksi; memiliki kantor dan pegawai tetap; menyelesaikan
pembayaran pajak penghasilan (PPh) badan usaha tahun terakhir; dan memiliki
pengalaman pekerjaan secara berturut-turut sejak tahun 2005, 2006 dan 2007
pada bidang arsitektur dan atau sipil dan atau elektrikal dan atau tata lingkungan.
Berupa kumpulan informasi baik berupa tulisan popular, foto atau gambar-gambar
tentang karya kontruksi di wilayah Indonesia, yang dianggap layak dan memadai
serta memenuhi persyaratan teknis teknologi berwawasan lingkungan.
Even bagi masyarakat konstruksi internasional untuk melihat potensi Indonesia
dalam bidang konstruksi.
Bedah buku yang menceritakan tentang perjalanan Wakil Presiden RI yang
merupakan pengusaha di sektor konstruksi.
Misi perkenalan dunia konstruksi tanah air kepada masyarakat dunia internasional,
khususnya di Timur Tengah
Penganugerahan karya konstruksi yang akan disiarkan di Metro TV dalam rangka
PU Award pada 28 November 2008
Jalan Santai dan Fun Bike pada 30 November 2008
Pemberian tropi dan penghargaan kepada para pemenang lomba dalam rangka
Konstruksi Indonesia 2008.
Tournament Golf pada 7 Desember 2008
Lomba Tukang dan Mandor
4 Agustus - 22 November 2008
Lomba Foto Konstruksi
18 September - 17 November 2008
Lomba Jurnalistik/Karya Tulis
18 September - 14 November 2008
Lomba Karya Ilmiah Terkait Konstruksi
18 September - 13 November 2008
Lomba Karya Konstruksi
1 Mei - 18 Nopember 2008
Penghargaan Prestasi Badan Usaha
1 Juli - 18 November 2008 Kriteria
Peserta
Penyusunan Buku Konstruksi
Indonesia
18 September - 9 November 2008
Konferensi dan Pameran Konstruksi
Internasional Jakarta
29 - 31 Oktober 2008
Bedah Buku Konstruksi Jakarta
30 Oktober 2008
Keikutsertaan dalam The Big 5
Building in the Middle East dan Misi
Konstruksi ke Dubai
23 November - 27 November 2008
Penganugerahan Karya Konstruksi
Pemberian Penghargaan pada
Upacara Hari Bakti PU
3 Desember 2008
Agenda Kegiatan Konstruksi Indonesia 2008Agenda Kegiatan Konstruksi Indonesia 2008Agenda Kegiatan Konstruksi Indonesia 2008Agenda Kegiatan Konstruksi Indonesia 2008Agenda Kegiatan Konstruksi Indonesia 2008
64 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Pro-kontra eskalasi harga
proyek tampaknya masih
akan bergulir meskipun Ke-
pala Badan Pembina Konstruksi dan
Sumber Daya Manusia (BPK-SDM)
Departemen Pekerjaan Umum (PU)
Sumaryanto Widayatin telah meng-
umumkan bahwa Pemerintah akan
merevisi Keputusan Presiden (Keppres)
No 80 tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. “Revisi ini ditempuh untuk
mencegah terulangnya kembali po-
lemik penyesuaian nilai (eskalasi)
kontrak antara pemerintah dengan
para pelaku jasa konstruksi, yang tahun
ini sempat menimbulkan pro-kontra,”
ungkap Sumaryanto Widayatin.
Tentu saja berita ini tidak serta
merta membuat kalangan penyedia
jasa konstruksi lega. Pasalnya, permo-
honan eskalasi kontrak tahun 2008
tersebut masih menunggu Surat
Keputusan Bersama (SKB) tentang
optimalisasi nilai kontrak pekerjaan
yang sedang digodok oleh Depar-
temen Keuangan dan Badan Perenca-
naan Pembangunan Nasional (Bappe-
nas). Apalagi, Sumaryanto menegas-
kan bahwa Pemerintah masih cende-
rung tidak akan melakukan eskalasi
nilai kontrak karena ketiadaan ang-
garan. Bahkan, dalam draft SKB ter-
sebut, juga tidak menyebutkan pasal
bahwa pekerjaan yang tidak selesai
pada tahun ini akan dialihkan (carry-
over) pada tahun depan.
A k t u a l i t aAktualitaAktualitaAktualitaAktualitaAktualita
Bagi kalangan penyedia jasa
konstruksi meningkatnya harga mate-
rial bagi pembangunan berbagai
infrastruktur cukup membuat mereka
gerah. Bayangkan, harga aspal beton,
misalnya sempat naik hingga 200
persen. Dampaknya, beberapa asosiasi
seperti Asosiasi Aspal Beton Indonesia
(AABI), Asosiasi Kontraktor Indonesia
(AKI) serta Gabungan Pengusaha
Kontruksi Indonesia (GAPENSI) menun-
tut eskalasi sekitar 20% sampai 25%,
khususnya pada proyek jalan nasional.
Selain itu, kenaikan harga BBM
secara otomotis memicu kenaikan
berbagai harga bahan baku material
lainnya. Banyak kalangan khawatir jika
eskalasi harga proyek tidak disesuaikan
akan berdampak pada turunnya kua-
litas produk jasa konstruksi.
“Revisi ini merupakan jalan
keluar. Bagaimanapun, kontraktor
merupakan tulang punggung pem-
bangunan nasional. Jika terjadi kena-
ikan harga yang tajam, harus dica-
rikan jalan keluar agar para kontrak-
tor tidak menanggung hal tersebut
sendirian,” ujar Sumaryanto.
***
Meskipun belum akan menjadi
solusi bagi tarik ulur antara penyedia
jasa konstruksi dan pemerintah ten-
tang eskalasi harga proyek tahun ini,
setidaknya, rencana pemerintah
untuk merevisi Keppres No 80 tahun
2003 itu bisa menjadi sinyal akan
semakin jelasnya status eskalasi harga
proyek jika terjadi kenaikan bahan
material proyek yang terlalu tajam.
Kelak, ketika revisi tersebut telah
disahkan maka peluang proyek-proyek
dengan kontrak tahun tunggal untuk
menerima eskalasi bisa terwujud.
Sedangkah proyek dengan kontrak
tahun jamak (multi years), para kon-
traktornya masih dituntut untuk terus
bekerja selama masa berlakunya kon-
trak tersebut, meski terjadi kenaikan
komponen-komponen material pada
tahun pertama. Bagi, yang memban-
del, Sumaryanto sudah memberi sinyal
tegas bagi mereka. “Pada kontrak
multiyears dua tahun, misalnya, meski-
pun di tahun pertama telah terjadi
kenaikan material yang signifikan, para
kontraktor itu tetap harus bekerja pada
tahun pertama. Bagi yang menolak,
tidak akan kita berikan eskalasi,” tegas
Sumaryanto.
Selain akan merevisi Keppres
No. 80, pemerintah juga akan mem-
buat regulasi pengadaan barang/jasa
pemerintah dalam bentuk UU. Regu-
lasi berbentuk UU itu dianggap akan
memiliki kekuatan hukum serta sanksi
hukum yang lebih kuat. “Sanksi bagi
pelanggar bisa lebih berat. Bahkan,
bisa hingga dipidanakan,” jelas Sumar-
yanto. Selama ini, melalui mekanisme
Keppres, para pelanggar hanya bisa
dikenakan sangsi perdata. Sementara
itu, unsur pelanggaran pidana tetap
menggunakan KUHP.z (Laporan: RND)
Rencana Revisi Keppres No. 80Rencana Revisi Keppres No. 80Rencana Revisi Keppres No. 80Rencana Revisi Keppres No. 80Rencana Revisi Keppres No. 80
Eskalasi?Masih Tunggu SKB
Sumaryanto Widayatin.
65VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
“Penataan ruang bukan
semata tentang
mendesain sebuah tata
ruang yang secara
spasial mengakomodir
segenap kepentingan
dan fungsi ruang, tetapi
juga tentang harmonisasi
antara manusia dan
ruang yang
ditinggalinya.”
Begitu bunyi sebuah artikel pada
Buku Penataan Ruang Kawasan
Metropolitan tentang spektrum ke-
tisipasinya dalam berbagai kegiataan
penataan ruang, terutama pada
pemanfaatan ruang yang sesuai
dengan amanat tata ruang. “Banyak
masyarakat yang belum sadar bahwa
sebenarnya mereka juga punya
peran besar dalam penataan ruang,”
kata Iman Soedrajat, Direktur Pena-
taan Ruang Nasional, Ditjen Penataan
Ruang, Departemen PU.
Tahun ini, manuver-manuver
itu mulai tampak geliatnya. Salah
satunya, yakni pencanangan Hari
Tata Ruang Nasional pada setiap 8
November, yang akan diawali tahun
ini. Menurut Direktur Penataan
Ruang Nasional, Iman Soedrajat,
tanggal 8 November dipilih karena
tanggal tersebut bagi komunitas
perencana wilayah internasional
juga merupakan tanggal bagi Hari
Perencanaan Kota Internasional
(World Town Planning Day). “Seti-
daknya, pencanangan Hari Tata
Ruang dan sayembara-sayembara
yang ada membuat penataan ruang
menjadi urusan yang lebih mem-
bumi di mata masyarakat,” ungkap
Iman, menyoal manfaat berbagai
even pada Hari Tata Ruang itu.
Hari Tata Ruang
Membumikan Penataan Ruanggiatan penataan ruang. Pertanya-
annya: apakah manusia-manusia
yang menggunakan ruang itu sudah
paham seutuhnya tentang hakikat
dan posisi vital penataan ruang itu
sendiri? Belum! Cukup satu kata
untuk menjawabnya.
Nah, wajar jika kemudian Dirjen
Penataan Ruang gelisah tentang sebe-
rapa besar khalayak ramai merespon
hadirnya Undang-Undang No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
sebagai pengganti Undang-Undang
No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan
Ruang. Bahkan, UU No. 26 itu telah
ditindaklanjuti dengan penerbitan PP
No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, yang
menjadi kitab acuan bagi pengem-
bangan wilayah nasional selama kurun
waktu 20 tahun yang akan datang.
Tentu, harus ada sebuah ma-
nuver yang menggerakkan masya-
rakat untuk lebih menunjukkan par-
Iman Soedrajat, Direktur Penataan
Ruang Nasional.
Fo
to:
Do
k.
66 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
SayembaraSayembaraSayembaraSayembaraSayembara
Pencanangan Hari Tata Ruang
Nasional itu juga disertai dengan
beberapa sayembara, yakni: sayem-
bara desain logo tata ruang, sayem-
bara desain tata ruang kawasan, dan
sayembara inovasi penataan ruang.
Informasi detail tentang berbagai
sayembara itu terpaparkan secara
jelas di situs resmi Ditjen Penataan
Ruang www.penataanruang.net.
Ringkasnya, desain logo tata
ruang yang menjadi pemenang
sayembara akan digunakan sebagai
logo tata ruang permanan, yang
akan menjadi logo bagi berbagai
aktivitas penyelenggaraan penataan
ruang, termasuk di dalamnya peri-
ngatan Hari Tata Ruang. “Logo ter-
sebut hendaknya menggambarkan
integrasi dan harmoni antara manu-
sia dan ruang, bagi yang bersifat
lingkungan alami maupun binaan,”
jelas Iman, yang juga Ketua Ikatan
Ahli Perencanaan (IAP) itu.
Sementara itu, sayembara desain
tata ruang kawasan, merupakan lom-
ba ide dan pemikiran tentang desain
sebuah kawasan, yang ditetapkan oleh
panitia sayembara. Sedangkan, sayem-
bara inovasi penataan ruang lebih
pada implementasi penataan ruang,
yang sudah terimplementasi. “Skalanya
bisa makro, bisa juga mikro,” jelas Iman
Soedrajat. “Jika mau contoh, misalnya,
seperti inovasi masyarakat Kali Code
menata ruang permukiman mereka di
Jogja,” lanjut Iman.
Memang, sayembara jenis ke-
tiga ini masih sepi peminat, jika
dibandingkan dua jenis sayembara
lainnya. Belum banyak lembaga atau
badan yang mengusulkan contoh
sukses implementasi tata ruang untuk
diikutkan dalam sayembara. “Me-
mang, masih agak sulit dicari,” ung-
kap Iman. Alasan ini pula, tampaknya,
yang membuat waktu pemasukan
dokumen sayembara diperpanjang
sebulan, hingga 15 Oktober 2008.
Akhirnya, selamat bersayembara.z
sayembara desain tata
ruang kawasan,
merupakan lomba ide
dan pemikiran tentang
desain sebuah kawasan,
yang ditetapkan oleh
panitia sayembara.
Sedangkan sayembara
inovasi penataan ruang
lebih pada implementasi
penataan ruang yang
sudah terimplementasi.
A k t u a l i t aAktualitaAktualitaAktualitaAktualitaAktualita
Pemanfaatan ruang kota di Jakarta.
67VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Kebutuhan perumahan yang tinggi dan terbatasnya
lahan di perkotaan menuntut pembangunan
perumahan secara vertikal berupa rumah susun.
Di sisi lain, biaya konstruksi rumah susun termasuk tinggi.
Atas dasar itulah kemudian Pusat Penelitian dan Pengem-
bangan Permukiman mengembangkan sistem pracetak dan
prefabrikasi sebagai alternatif sistem konstruksi bangunan
yang diharapkan dapat menurunkan biaya konstruksi.
Secara teknis, sistem Pracetak C-Plus adalah sebuah
sistem struktur pracetak untuk bangunan bertingkat
dengan kolom berbentuk plus (+). Pada sistem ini
sambungan balok kolomnya menggunakan kombinasi
sambungan mekanis berupa pelat baja dengan mur dan
baut serta grouting dengan semen non-shrinkage.
Sistem C-Plus ini telah diuji di Balai Struktur dan
Konstruksi Bangunan Puslitbang Permukiman. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa sistem ini dapat diapli-
kasikan pada konstruksi bangunan bertingkat dan telah
memenuhi SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara Peren-
canaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung.
Bahkan, sistem ini telah diterapkan pada konstruksi
bangunan rumah susun Cigugur Tengah, Kota Cimahi
untuk dua blok bangunan, masing-masing lima lantai.
Beberapa keunggulan sistem ini di antaranya, yakni:
efisiensi biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan kon-
struksi. Sebagai informasi, per Desember 2006, misalnya,
biaya struktur jika menggunakan sistem ini hanya
Rp800.000 per m². Sedangkan, biaya struktur tanpa
fondasi hanya Rp 650.000 per m².
Selain itu, bentuknya yang simetris membuat
kapasitas kolom pada ke dua arah sama. Juga, volume
beton yang lebih sedikit dengan inersia yang sama. Dan,
yang jelas, semua itu menjadikan pemanfaatan ruang
menjadi lebih optimal.
Sistem, yang sudah didaftarkan pada Ditjen HAKI,
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan
nomor pendaftaran P00200500183 tertanggal 4 April
2005, ini dapat diterapkan pada bangunan rumah susun,
kantor rumah sakit dan bangunan umum bertingkat
lainnya. Aplikator sistem ini di antaranya, kontraktor baik
BUMN, BUMD, atau swasta yang berkecimpung di bidang
konstruksi pracetak. Untuk menggunakan sistem ini,
aplikator harus mendapatkan lisensi dari Puslitbang
Permukiman Departemen Pekerjaan Umum.z
Sistem Pracetak C-Plus untuk Bangunan Gedung Bertingkat
Efisien Tanpa Mengorbankan Kualitas
I n f o T e k n o l o g i Info TeknologiInfo TeknologiInfo TeknologiInfo TeknologiInfo Teknologi
68 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun
ke depan atau tepatnya antara 2010-2015, kita
akan memasuki abad perkotaan. Ketika itu, pen-
duduk yang tinggal di kawasan perkotaan akan lebih banyak
daripada penduduk yang tinggal di kawasan perdesaan.
Konsekwensinya? Tentu ada. Selain penambahan
ruang kota untuk menampung pertambahan penduduk
urban sekitar 3,0 – 3,5 juta per tahun, baik yang datang dari
kawasan perdesaan maupun yang memang dilahirkan di
kota (akibat pertumbuhan natural), semakin tingginya
mobilitas penduduk menuntut kecerdasan pemerintah kota
melakukan pengaturan sistem transportasi kota.
Keberhasilan pengelolaan kawasan perkotaan dapat
dicerminkan dari kualitas pelayanan angkutan umumnya.
Kinerja sistem transportasi sejatinya merupakan cermin
dari tatanan kehidupan masyarakat di kawasan perkotaan.
Dari sisi pengaturan fungsi perkotaan, misalnya, ren-
dahnya perhatian terhadap permasalahan sistem trans-
portasi kota mencerminkan efisiensi pengaturan lokasi
pusat-pusat kegiatan perkotaan.
Solusi Bagi Jakarta yangSemakin Padat
Permasalahan Transportasi di JakartaPermasalahan Transportasi di JakartaPermasalahan Transportasi di JakartaPermasalahan Transportasi di JakartaPermasalahan Transportasi di Jakarta
Dalam konteks metropolitan, Jakarta adalah kota inti
dari kawasan metropolitan Jabodetabek. Dalam konteks ini,
sebagai sebuah kawasan monocentric pattern, Jabo-
detabek menempatkan Jakarta sebagai pusat ekonomi dan
bisnis. Dengan jumlah penduduk DKI Jakarta dewasa ini
berkisar 8,5 juta jiwa dengan kepadatan berkisar 11.300
jiwa per km² serta jumlah penduduk Botabek yang sekitar
15,4 juta maka total penduduk di wilayah Jabodetabek
mencapai sekitar 23,9 juta jiwa.
Sebagai pusat ekonomi dan bisnis, setiap hari Jakarta
dibanjiri kendaraan dari daerah pinggiran kota, atau
bahkan di luar kota atau daerah penyangga. Kondisi ini
menjadi salah satu penyebab kemacetan di Jakarta.
Menurut catatan Ditlantas Polri tiga tahun lalu (2005),
jumlah kendaraan bermotor yang beredar di Jakarta
sudah mencapai sekitar 8,86 juta, yang terdiri dari mobil
(35,74%), bus (7,8%) dan motor (56,35%). Jumlah itu, tentu
saja, terus bertambah. Penambahan kendaraan pribadi ini
juga tak hanya menambah beban jalan, tapi juga
Integrasi Sistem Transportasi Publik di Jabodetabek
W a c a n aWacanaWacanaWacanaWacanaWacana
69VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
meningkatkan kebutuhan akan ruang parkir.
Pertanyaannya kemudian: seperti apa solusi masalah
transportasi di Jakarta yang paling realistis? Setidaknya, ada
dua pilihan: terus menambah panjang jalan dan pemba-
ngunan jalan tol dalam kota, yang malangnya dibayang-
bayangi oleh mahal dan lamanya proses pembebasan lahan,
atau mulai berpaling pada penyediaan transportasi publik
yang memadai dan nyaman?
***
Mengurai Benang Kusut Transportasi JakartaMengurai Benang Kusut Transportasi JakartaMengurai Benang Kusut Transportasi JakartaMengurai Benang Kusut Transportasi JakartaMengurai Benang Kusut Transportasi Jakarta
Jika memang harus memilih satu di antara dua pilihan
tadi, memilih penyediaan transportasi publik yang memadai
dan nyaman, jelas merupakan sebuah keniscayaan. Hal itu
tidak berarti alternatif pembangunan jalan baru di ibu kota
dalam rangka menampung volume kendaraan yang
semakin meningkat tidak perlu dilakukan. Namun, perlu juga
dicatat bahwa pembangunan jalan baru bukannya tanpa
konsekwensi, yang justru bisa memperburuk keadaan.
Pembangunan enam ruas tol dalam kota, yang pernah
digagas pemerintah, misalnya justru berpotensi memacu
peningkatan volume kendaraan pribadi yang masuk ke pusat
kota melalui jalan tol. Tentu saja, selain justru mengakibatkan
kemacetan, juga memicu peningkatan angka kecelakaan,
pemborosan BBM, dan polusi udara.
Dari sisi penggunaan bahan bakar minyak (BBM).
Pertambahan jumlah kendaraan, jelas berdampak pada
semakin meningkatnya konsumsi BBM. Pada Mei 2008,
konsumsi BBM nasional sudah mencapai 16,4 juta kilo liter
atau 46% dari total konsumsi BBM sebagaimana tercantum
dalam APBN-P sebanyak 35,5 juta kilo liter. Dengan
menyimak jarak dan waktu tempuh warga ke pusat-pusat
ekonomi dan bisnis di pusat kota yang semakin jauh, bisa
dibayangkan: betapa konsumsi BBM akan terus ’meroket’ di
tahun-tahun mendatang bila kita tidak segera melakukan
langkah-langkah strategis. Jelas, sangat tidak efisien.
Bandingkan dengan tingkat efisiensi yang bisa dicapai
jika menerapkan sistem transportasi publik yang saling
terintegrasi. Fakta menunjukkan bahwa penggunaan ruas
jalan oleh satu busway berkapasitas angkut 85 orang setara
dengan 50 mobil pribadi.
Sayangnya, bagi masyarakat Jakarta, saat ini angkutan
umum belum menjadi pilihan utama. Lamanya waktu
tempuh dan waktu tunggu, terutama pada jam-jam puncak
kepadatan lalu lintas, membuat para stress para peng-
gunanya. Belum lagi, faktor keamanan, yang masih diwarnai
aksi kejahatan seperti pencopetan dan penodongan. Alhasil,
masyarakat yang mempunyai kemampuan finansial berlebih,
cenderung berpindah moda transportasi menggunakan
kendaraan pribadi.
Pentingnya Transportasi Publik yang TerintegrasiPentingnya Transportasi Publik yang TerintegrasiPentingnya Transportasi Publik yang TerintegrasiPentingnya Transportasi Publik yang TerintegrasiPentingnya Transportasi Publik yang Terintegrasi
Pemda DKI Jakarta memang sudah memiliki Pola
Transportasi Makro (PTM), berupa masterplan Pemerintah
Propinsi DKI yang mengintegrasikan empat moda trans-
portasi umum, yakni busway, monorel, subway dan
transportasi air. Jika, kelak pola ini benar-benar telah
diwujudkan, hendaknya perlu dikembangkan lebih luas tidak
hanya sekadar meliputi wilayah Jakarta tapi juga menjangkau
wilayah Bodetabek.
Tentu saja, mengingat sistem itu menyangkut berbagai
wilayah administrasi pemerintahan, Pemerintah Daerah DKI
Jakarta tidak dapat berdiri sendiri dalam merumuskan
kebijakan transportasinya. Perlu sebuah kerjasama antar-
daerah dalam menangani persoalan transportasi ini.
Prinsipnya, pengembangan sistem transportasi publik yang
hendak dikembangkan harus mampu menghubungkan
kantong-kantong permukiman warga ke pusat-pusat
kegiatan utama. Ini mutlak, sebab jika tidak, tetap saja publik
akan cenderung mengupayakan transportasinya secara
sendiri-sendiri (dengan kendaraan pribadi).
Selain itu, dalam rangka efisiensi pula, kebijakan
transportasi publik di Jabodetabek perlu didukung dengan
kebijakan pengembangan rumah susun serta bangunan
perkantoran dan bisnis berlantai banyak sehingga layanan
transportasi publik bisa terkonsentrasi di halte kendaraan
yang letak dan lokasinya terintegrasi dengan bangunan
tinggi tersebut. Kebijakan ini juga memungkinkan semakin
sederhananya moda transportasi pendukung yang dibutuh-
kan warga. Melalui transportasi publik pula, kebutuhan akan
ruang parkir di perkantoran bisa jauh berkurang dan boleh
jadi bisa berubah menjadi ruang terbuka hijau.z(Dedy Permadi)
“Bandingkan dengan tingkat
efisiensi yang bisa dicapai jika
menerapkan sistem
transportasi publik yang saling
terintegrasi. Fakta
menunjukkan bahwa
penggunaan ruas jalan oleh
satu busway berkapasitas
angkut 85 orang setara dengan
50 mobil pribadi.”
70 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Kemacetan lalu lintas merupakan permasalahan
sehari-hari yang lazim ditemui di kota-kota besar
di dunia. Penyebabnya bisa bermacam-macam,
seperti kecelakaan lalu lintas, banjir, ataupun perbaikan
jalan. Namun, salah satu penyebab yang mendasar adalah
jumlah kendaraan bermotor yang jauh melampaui
kapasitas jalan.
Alasan serupa juga melanda DKI Jakarta. Berdasarkan
data Pemprov DKI Jakarta, pada akhir 2007 pertumbuhan
panjang jalan hanya +0,01% per tahun sedangkan pertum-
buhan kendaraan bermotor di DKI Jakarta pada lima tahun
terakhir rata-rata sebesar 9,5% per tahun. Apabila pertum-
buhan yang tidak seimbang ini tidak disertai dengan
pengendalian penggunaan kendaraan pribadi, maka DKI
Jakarta diprediksikan akan mengalami macet total pada
tahun 2011.
Memang, Pemprov DKI Jakarta telah menyusun Pola
Transportasi Makro (PTM) yang akan diterapkan melalui tiga
strategi yaitu pengembangan angkutan umum massal,
pembatasan lalu lintas, dan peningkatan kapasitas jaringan.
Beberapa strategi tersebut sudah diimplementasikan dalam
berbagai bentuk seperti sistem busway, kawasan 3 in 1, pele-
baran dan pengembangan jalan serta ATCS (Area Traffic Con-
trol System).
Sementara, beberapa lainnya masih dalam proses
pengkajian seperti Road Pricing (Electronic Road Pricing).
Road pricing merupakan suatu konsep ekonomi terkait
dengan berbagai biaya yang dibebankan untuk penggu-
naan jalan. Biaya ini meliputi pajak bahan bakar, biaya SIM,
pajak parkir, tol, dan biaya kemacetan yang besarnya berva-
riasi tergantung pada waktu, jalan, dan tipe kendaraan (dari
Glossary of Terms for Managed Line).
Walaupun di DKI Jakarta sistem ini masih dikaji, namun
beberapa negara termasuk negara maju justru telah
mempertimbangkan dan bahkan menerapkan konsep Elec-
tronic Road Pricing (ERP) untuk mengatasi kemacetan, seperti
Road Pricing, Solusi Alternatifbagi Kemacetan Kota Besar“ ... salah satu penyebab mendasar kemacetan lalu
lintas adalah jumlah kendaraan bermotor yang jauh
melampaui kapasitas jalan. Road Pricing bisa
menjadi salah satu solusi bagi masalah ini.”
Electronic Road Pricing di
North Bridge Road,
Singapura.
W a c a n aWacanaWacanaWacanaWacanaWacana
71VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Inggris yang telah menerapkannya di sejumlah kota. Menurut
Departemen Transportasi Inggris, penerapan Road Pricing
di Inggris dipertimbangkan mengingat penanganan yang
telah dilakukan saat ini, seperti penetapan target Public Ser-
vice Agreement (PSA), pengawasan oleh lebih dari 1000
petugas lalu lintas di jalan raya, penyediaan informasi
perjalanan oleh National Traffic Control Centre, peningkatan
kapasitas dan panjang jalan, serta Traffic Management Act
masih dianggap tidak cukup untuk menanggulangi
kemacetan dalam jangka panjang.
Tidak hanya Inggris, beberapa negara lain di Eropa juga
telah dengan serius mempertimbangkan penggunaan road
pricing secara nasional, untuk mengatasi tingkat kemacetan
yang semakin meningkat. Sejumlah road pricing akan
diterapkan dengan memanfaatkan sistem positioning satelit
Galileo yang baru. Dengan sistem berbasis satelit ini, alat
pelacak satelit yang dipasang di kendaraan akan mengi-
rimkan informasi berupa jalan yang dilewati, jarak tempuh
dan waktu. Informasi ini akan dikirimkan ke sistem komputer
sentral dan kemudian biaya yang perlu dibayar akan dibe-
bankan pada pengendara. Walaupun memiliki konsep yang
sama, namun penerapan road pricing di setiap negara sangat
bervariasi.
Penerapan Penerapan Penerapan Penerapan Penerapan Road PricingRoad PricingRoad PricingRoad PricingRoad Pricing di di di di di BBBBBerbagai Negaraerbagai Negaraerbagai Negaraerbagai Negaraerbagai Negara
Singapura merupakan negara pertama di dunia yang
menerapkan wacana road pricing pada tahun 1975. Saat
itu, road pricing masih diterapkan secara manual melalui
kontrol oleh polisi pada wilayah CBD perkotaan. Kemudian,
pada September 2008, sistem tersebut diperbaharui dengan
teknologi Electronic Toll Collection (ETC) dengan 100% free-
flow. Teknologi ini diimplementasikan oleh Land Transport
Authority, setelah diujicoba dengan Lamborghinis, Porches,
dan Ferrari berkecepatan tinggi.
Sementara di benua Eropa, salah satu negara Eropa
yang cukup awal menerapkan wacana ini adalah Norwegia.
Negara ini pertama kali memperkenalkan road pricing di
Bergen pada tahun 1986. Saat itu hanya lalu lintas yang
memasuki kota pada hari kerja pukul 06.00 – 22.00 yang
dikenakan biaya, sedangkan kendaraan umum dibebaskan
dari biaya. Saat ini Bergen memiliki sistem tol otomatis yang
memungkinkan kendaraan lewat tanpa harus member-
hentikan lalu lintas. Sistem serupa juga telah diperkenalkan
di Oslo Toll Ring pada 2 Februari 2008. Untuk menjaga
integrasi sistem pengumpulan pembayaran via elektronik,
sistem Auto PASS digunakan di seluruh negeri seperti untuk
jalan tol, road pricing, dan lainnya. Sebagian besar
pengendara lokal telah membeli tag yang akan dibaca oleh
detektor secara otomatis saat kendaraan lewat, sedangkan
kendaraan yang belum memiliki tag harus membayar secara
manual.
Di Inggris, istilah road pricing lebih dikenal dengan
nama Congestion Charge, yang diterapkan untuk pertama
kalinya di Durham pada tahun 2002. Sementara London
menerapkan congestion charge di daerah sentral pada tahun
2003. Kendaraan yang melewati area Congestion Charge
harus membayar biaya harian sebesar £8 (sekitar Rp
109.000), yang harus dilakukan antara pukul 07.00 – 18.00
pada hari Senin – Jumat. Terlambat melakukan pembayaran
dikenakan denda minimal £50 (Rp 877.900).
Sementara itu, di Jerman, road pricing diterapkan
sejak tanggal 1 Januari 2005 meski baru sebatas bagi
kendaraan niaga jenis truk. Setiap truk diharuskan
membayar antara • 0,09 sampai • 0,14 (sekitar Rp 1.200 -
Rp 1.900) per kilometer, tergantung pada tingkat emisi dan
jumlah sumbu as truk. Berbeda dengan Jerman, road pric-
ing di Swedia diterapkan pada kawasan tertentu dan
diberlakukan bagi seluruh kendaraan. Selain itu istilah yang
digunakan adalah Stockholm Congestion Tax. Sistem ini
telah digunakan secara permanen sejak tanggal 1 Agustus
2007, setelah 7 bulan masa uji coba. Seluruh pintu masuk
dan pintu keluar area road pricing memiliki tempat kontrol
untuk mengenali plat nomor kendaraan secara otomatis.
Seluruh kendaraan yang masuk dan keluar area diwajibkan
membayar • 1,09 sampai • 2,18 (sekitar Rp 14.000 –
Rp 29.000) tergantung waktu yang telah ditentukan antara
pukul 06.30 – 18.29. Pajak maksimum per kendaraan per
hari senilai • 6,53 (sekitar Rp 89.000). Pembayaran dapat
dilakukan dengan berbagai cara dalam waktu 14 hari
setelah melintasi tempat kontrol.
Namun dari berbagai sistem road pricing itu, nominasi
untuk penghargaan Strategi Transportasi Terbaik Eropa jatuh
kepada Malta dengan Valetta Congestion Charge (Valetta
CVA). Controlled Vehicular Access (CVA) merupakan sistem
otomatis yang diterapkan di Malta sejak tanggal 1 Mei 2007.
Dibandingkan dengan model yang diterapkan di negara lain,
sistem ini memiliki berbagai inovasi, yang meliputi variabel
pembayaran menurut durasi masa tinggal, pengecualian
bagi warga yang tinggal di dalam area road pricing, dan
pilihan waktu pembayaran bagi pemilik kendaraan. Fasilitas
prabayar seperti pengaturan debit dan voucher juga telah
disediakan.
Bagaimana Gubernur Jakarta, tertarik menerapkan
road pricing? z (Indah A. Dewi)
72 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Mendengar kata taman orang pada umumnya
berimaji tentang suatu lokasi atau tempat yang
romantis: beraneka-ragam bunga indah dan
harum, patung-patung indah di tepi kolam dengan airnya
yang tenang dang mendatangkan kedamaian. Atau,
taman akan dibayangkan sebagai wahana burung-
burung, kawasan asri yang dihembusi angin semilir. Dan
betapa indahnya taman bila tertempa sinar mentari pagi
yang menembus ranting-ranting dan dipantulkan oleh
titik-titik embun, memancar bagai gemerlap cahaya intan
mutiara.
Taman-taman indah seperti itu biasanya hanya
terdapat di rumah-rumah elit, hotel-hotel megah, pusat-
pusat rekreasi, dan di pusat-pusat kota besar, sementara
akses bagi masyarakat umum yang pada umumnya kelas
menengah ke bawah ke sana terbatas.
Adalah suatu pandangan umum yang keliru bila
memahami taman sebagai suatu susunan tanaman yang
serba mahal, bangku dan lampu serba luar negeri, kolam
yang mewah, dan seterusnya. Nilai keindahan suatu
taman tidak ditentukan oleh bahan-bahan (hard and
soft materials) mahal yang digunakan. Yang lebih
substansif adalah bahwa keberadaan taman harus dapat
memberikan perasaan menyenangkan, memberi
semangat dan pemupukan jiwa kepada diri kita atau setiap
anggota keluarga. Karena itu, mari kita hadirkan taman di
rumah kita.
Taman dibangun untuk menciptakan lingkungan
hidup yang menyenangkan, sehingga setiap individu yang
berada di dalamnya dapat mengkreasikan seluruh aktivitas
kehidupannya secara utuh dan maksimal baik aktivitas
jasmani maupun rohani. Beberapa jenis taman antara lain
Taman Permukiman, Taman Lingkungan, Children Play
Ground, Taman Halaman/ Pekarangan Rumah, Taman
Olah Raga; Taman Jalan Raya: Kawasan Jalan Tol, Me-
dian Jalan, Traffic Island, dan seterusnya.
Multifungsi TamanMultifungsi TamanMultifungsi TamanMultifungsi TamanMultifungsi Taman
Taman memiliki banyak kegunaan. Alangkah
bijaksana bila di tempat tinggal kita mempunyai ruang
khusus yang disebut “daerah kehidupan” (living area) yang
antara lain terdapat pada: ruangan istirahat keluarga (rest
room), teras halaman, lapangan rumput (lawn), tempat
bermain anak-anak (children play ground), taman bunga,
dan sebagainya.
Taman juga mempunyai fungsi ekologis, mengingat
unsur-unsur (elements) taman lebih didominasi oleh soft
materials terutama tanaman. Ia tak hanya mampu
mencegah erosi dan longsor, tetapi juga bisa menciptakan
keseimbangan tata air (water-balance). Vegetasi yang
terstruktur sebagai unsur dominan sebuah taman di mana
terjadi stratifikasi dari pohon, perdu, semak hingga
Taman: Mutiara di Halaman Rumah
Oleh: Ir. Maman Djumantri, M.Si *)
W a c a n aWacanaWacanaWacanaWacanaWacana
73VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
tanaman penutup tanah (ground-cover), menciptakan
keseimbangan tata air. Air hujan yang jatuh ke permukaan
tanah, sebagian mengalir di atas permukaan (run off),
sebagian tertahan di dalam tanaman penutup tanah,
sebagian lagi masuk ke dalam tanah (infiltration) yang
selanjutnya sebagian tertahan pada sistem perakaran
berfungsi sebagai reservoir, dan sebagian lagi mengalami
percolation memasuki acquifer (lapisan kedap air) menjadi
air tanah dangkal dan air tanah dalam.
Masih banyak fungsi taman, seperti fungsi sosial
(sebagai arena untuk komunikasi dan interaksi sosio-
psikologi antaranggota keluarga, atau fungsi ekonomis
karena taman bisa dijadikan sebagai media untuk
penanaman tumbuhan produktif. Taman memiliki fungsi
yang bersifat biologis. . . . . Taman bermanfaat sebagai, antara
lain, penghasil oksigen (O2) terbesar dan penyerap karbon
dioksida (CO2) dan zat/gas pencemar udara lainnya.
Taman juga menjadi sumber gizi keluarga (nutrition)
melalui berbagai jenis tanaman yang tumbuh di dalamnya,
seperti talas, singkong, ubi jalar, jagung, garut, ganyong,
kelapa, pisang, aneka daun-hijau: melinjo, pace/
mengkudu, pepaya, turi, kelor, sawi, singkong, katuk;
jambu biji, sirsak, serikaya, cabai besar, pepaya, tomat, jeruk
nipis, dan seterusnya.
Yang tak kalah penting, taman juga memiliki fungsi
fisis. Dengan memanfaatkan karakteristik dan tabiat dari
masing-masing jenis tanaman seperti tinggi dan lebar tajuk
pohon; kerapatan ranting dan daun; bentuk, tekstur dan
lebar daun; warna daun dan bunga; kepuletan batang
dan cabang; kekuatan akar; dan seterusnya, tanpa
mengesampingkan keartistikannya tanaman dapat
difungsikan antara lain sebagai: (1) Peneduh (canopy):
Pohon Beringin (Ficus benjamina), Pohon Asem
(Tamarindus indica), Samanea saman, Cattapa sp; (2)
Penyekat (devider): Bunga Kacapiring (Gardenia sp),
Codiaeum variegatum; (3) Tirai (screen): Aspharagus sp,
Bambu Jepang (Bamboosa japanica); (4) Pengarah lalu-
lintas: Bunga Kertas (Baugenvilae sp), Bunga Soka (Ixora
sp); (5) Sirkulator: Bunga Sepatu; (6) Ventilasi (ventilator):
Pohon Kamboja, Pohon Angsana; (7) Pemecah angin
(wind breaker): Pohon Cemara, Pohon Natal, Pohon Liang
Liyu (Salyx Babilonica);. (8) Penyaring udara kotor (filter,
absorber): Pohon Bungur Besar, Pohon Nyamplung,
Pohon Sawo Kecik, Pohon Mahoni, dan sebagainya.
Bila lahan sempit dan terbatasBila lahan sempit dan terbatasBila lahan sempit dan terbatasBila lahan sempit dan terbatasBila lahan sempit dan terbatas
Harapan untuk menghadirkan taman dengan fungsi-
fungsi di atas sering dihadapkan pada ketersediaan lahan
yang terbatas. Namun, itu bukan berarti kita tak pernah bisa
menghadirkan taman di rumah kita. Beberapa langkah bisa
dilakukan bila lahan rumah kita sempit, misalnya dengan
menyusun tanaman yang bertekstur halus. Tanaman
merambat, misalnya, dapat digantung di dalam pot dengan
pengaturan yang artistik dan minimalis; jangan asal
menyimpan saja yang akhirnya dapat mengganggu ruang-
gerak kita.
Lalu bagaimana bila rumah kita tidak mempunyai
halaman pekarangan atau ruangan khusus yang berfungsi
untuk rekreasi? Beberapa langkah bisa ditempuh, misalnya
mengembangkan natural mini landscape. . . . . Kita dapat
membuat taman di atas meja kecil, baki, dan bahkan suatu
container seperti piring, mangkuk, gelas, kaleng sardine, dan
sebagainya. Kita dapat gunakan tanaman antara lain seed-
ling Azelia, Araucaria excelsa, Carassula sp, Cuffea, dan
sebagainya. Tanaman yang mewakili semak: Pilea micro-
phylla, Peperomia pelucida, dwarf palm. Berjenis-jenis cac-
tus dapat digunakan sebagai pengganti Agave, Oxales
berbunga violet sebagai pengganti Aster; sedangkan untuk
ground-cover (tanaman penutup tanah) dapat digunakan
species lumut dan sebagainya. Kolam, jaringan jalan dan
sculpture (patung) dapat diatur menurut selera kita.
Sedangkan media tumbuh yang baik haruslah terdiri
74 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
atas tiga lapisan, yakni lapisan batu-bata yang ditumbuk
sebagai drainage material, lapisan serbuk arang sebagai ab-
sorber air, dan lapisan paling atas berupa tanah yang tidak
subur agar pertumbuhan tanaman tidak terlalu cepat.
Bagi keluarga berpenghasilan menengah ke bawah,
dana/biaya untuk membangun sebuah taman memang
suatu persoalan tersendiri. Kita lihat sekarang harga
Mussaenda (Nusa Indah) setinggi 50 cm sudah mencapai
Rp 20.000, sedangkan Anthurium crystallium (Kuping Gajah)
setinggi 40 CM dijual seharga Rp 15.000, dan seterusnya.
Karena itu, upayakan kita kumpulkan tanaman sedikit demi
sedikit, dan tanaman yang sudah ada kita biakkan hingga
mencapai jumlah yang diinginkan.
Pada umumnya tanaman hias berkembang-biak
dengan stek, tunas dan/atau akar. Ini sangat meng-
untungkan karena dengan cara ini akan diperoleh tanaman
baru dengan mudah dan cepat. Cara lain dengan meminta
langsung kepada tetangga kita bagian dari tanaman yang
dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Ini kan sudah
merupakan tradisi/budaya masyarakat kita terutama di
perdesaan sebagai media anjang-sono (silaturahmi).
Secara garis besar, membangun sebuah taman
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: (1) inventarisasi
keadaan fisik/teknik, sosial dan ekonomi; (2) analisis disertai
imajinasi; (3) perencanaan pelaksanaan; (4) membuat desain;
(5) pelaksanaan di lapangan; (6) pemeliharaan fisik dan
pemeliharaan idiil; (7) evaluasi.
Inventarisasi fisik/teknik meliputi keadaan tanah,
kemiringan lahan, topografi, iklim, sumber air, sumber
tanaman yang ada di tempat, alat-alat yang tersedia serta
ilmu yang dimiliki yang menunjang pencapaian tujuan
pembuatan taman tersebut. Inventarisasi sosial misalnya:
budaya setempat, jumlah keluarga, adat kebiasaan, agama,
umur, tingkat pendidikan, perubahan kondisi yang dialami,
dan lain-lain. Inventarisasi ekonomi meliputi tingkat
pendapatan keluarga, biaya yang tersedia dan sumber dana
potensial. Data yang diperoleh harus lengkap dan teliti.
Sebab, dalam tahapan analisis akan diuji keuntungan dan
kerugiannya untuk memperoleh alternatif terpilih.
Dalam tahap analisis, perlu dilakukan antara lain:
analisa tapak (site analysis), yakni untuk menemukan
hubungan-hubungan yang telah ada atau yang didirikan
antara struktur (jalan, bangunan, utilitas, arsitektur) dan alam
seperti lahan, tanah, udara, iklim, topografi, tumbuhan, air,
hewan, batu, karang, dan sebagainya.
Dalam tahap perencanaan yang perlu dilakukan
adalah pembuatan gambar, pembuatan rencana penga-
daan bahan, alat-alat dan tenaga kerja serta pembuatan
jadual kerja. Pelaksanaan di lapangan meliputi: pengukuran
lahan, pematokan, pembuatan bedengan dan parit,
pemagaran, pembibitan dan penanaman. Pemeliharaan
meliputi: penyiraman, penyiangan, pemupukan, pemberan-
tasan hama dan penyakit tanaman dan perbaikan bedengan.
Bila semua itu telah dilakukan, langkah selanjutnya
adalah menangkan imajinasi kita tentang taman yang
hendak kita bangun ke dalam sebuah desain. Suatu karya
menjadi indah bila didesain dengan bagus. Prinsip-prinsip
desain itu adalah: tema (theme), gradasi (gradation), kontras,
(contrast), dan pengendali-diri (control/restraint). Tema
merupakan unsur pengenal, pengikat, penyatu (univying
factor). Misalnya, suasana serba santai, romantis, halus, bulat,
serba hijau, dan seterusnya.
Nah, sekarang mutiara di depan rumah siap kita
hadirkan. Selamat bereksperimen untuk membikin taman.
Semoga berhasil!z
*) Penulis adalah Kasubdit Pedoman Pengembangan Kawasan,
Dit. Tarunas, Ditjen Penataan Ruang.
W a c a n aWacanaWacanaWacanaWacanaWacana
75VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Pada sebuah proyek konstruksi, fokus para insinyur
perencana struktur (structural engineer) dan
insinyur pelaksana (site engineer) adalah bagai-
mana bangunan atau infrastruktur yang mereka bangun
bisa memenuhi persyaratan teknis yang berlaku. Prinsip-
nya, bisa menjamin keselamatan penggunanya. Begitu
juga dengan infrastruktur jalan dan jembatan.
Namun, bagaimana dengan proses pembangunan
infrastruktur yang dibangun tersebut: apakah sudah
memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja para
pekerja konstruksi yang terlibat dalam proyek pemba-
ngunan infrastruktur jalan dan jembatan itu? Dalam
konteks untuk menjawab pertanyaan sederhana itulah,
Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) untuk berbagai jenis sektor
pekerjaan, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi
jalan dan jembatan.
Di Indonesia, hingga saat ini aspek K3 secara umum
masih sering terabaikan. Menurut data yang pernah dirilis
Majalah Warta Ekonomi edisi 2 Juni 2006, setiap tujuh
detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja. Selain itu, standar
keselamatan kerja di Indonesia ternyata juga dianggap
yang paling buruk jika dibandingkan dengan negara-
negara Asia Tenggara lainnya. Memang, belum ada angka
yang pasti tentang jumlah kecelakaan yang terjadi khusus
pada proyek-proyek konstruksi jalan dan jembatan.
Mau Zero Accident? Patuhi Buku Ini
Judul Buku:
“PEDOMAN PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
UNTUK KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN”
Nah, dalam konteks inilah, Pemerintah selaku
pembina dan juga “the biggest owner” dari proyek-proyek
konstruksi jalan dan jembatan mensyaratkan penilaian
sistem K3 sebagai salah satu aspek yang memiliki bobot
yang besar dalam proses evaluasi pemilihan penyedia jasa
konstruksi. Muaranya, apalagi jika bukan terselengga-
ranya K3 secara optimal. Tentunya, untuk memenuhi hajat
penilaian yang terukur diperlukan sebuah standar baku
pelaksanaan K3 dalam proyek-proyek konstruksi. Oleh
karena itu, Direktorat Jenderal Bina Marga menerbitkan
buku “Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan” pada akhir
tahun 2006 silam, sebagai sebuah produk penerbitan
yang memuat norma, standar, pedoman, dan manual
yang bisa diterapkan dalam berbagai proyek konstruksi
jalan dan jembatan.
Memang, pada akhirnya, buku pedoman ini
hanya akan menjadi pajangan atau koleksi tumpukan
buku-buku tebal di kantor-kantor proyek jika tidak
diimplementasikan secara sungguh-sungguh. Namun
pertanyaannya, tidakkah para pelaku konstruksi tidak ingin
jika di akhir proyek pada safety report proyek mereka
tertulis “no body injure, zero accident, dan no loss day
work”? Apalagi tidak ada kematian. Jika itu yang ingin
dicapai, patuhi saja kaidah-kaidah yang tertulis di dalam
buku pedoman ini. z. (Sofwan)
Di Indonesia, hingga saat ini
aspek K3 secara umum
masih sering terabaikan.
Menurut data yang pernah
dirilis Majalah Warta Ekonomi
edisi 2 Juni 2006, setiap tujuh
detik terjadi satu kasus
kecelakaan kerja.
Resensi BukuResensi BukuResensi BukuResensi BukuResensi BukuR e s e n s i B u k u
76 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Sudah semenjak 1945 bangsa Indonesia sepakat
untuk menjadikan Pancasila, yang mengandung
nilai-nilai luhur, sebagai falsafah dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai
sila pertama menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah lama
memilih untuk percaya akan adanya Tuhan. UUD 1945 pun
menyatakan bahwa Indonesia adalah negara beragama. Hal
ini berarti bahwa dalam menjalankan hidup dan kehidupan
berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia selalu meng-
gunakan agama-agamanya yang berke-Tuhan-an tersebut
sebagai pedoman dan kendali dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Dan seharusnya, ditambah dengan ilmu penge-
tahuan, dengan demikian agama-agama telah bisa membawa
bangsa Indonesia menuju pintu gerbang kemajuan
peradaban bangsa di segala bidang sejajar dengan
negara-negara beradab lainnya di dunia. Namun,
apa yang terjadi dengan bangsa Indonesia saat ini?
Di satu sisi, paling tidak dalam 15 tahun terakhir
kita melihat kehidupan beragama di Indonesia sangat
bergairah. Rumah-rumah ibadah penuh dengan
umat, muncul dengan pesat kelompok-kelompok
pengajian, zikir akbar, penampilan umat terlihat lebih
agamis, pembangunan rumah ibadat sangat pesat,
sekolah-sekolah modern berbasis keagamaan muncul di mana-
mana, anak-anak muda terlihat sangat bergairah menjalani
hidup keberagamaan mereka, dan lain sebagainya.
Namun, di sisi lain, secara objektif kita pun dapat
merasakan bahwa pada saat kehidupan keberagamaan kita
sedang marak dan bergairah ini, justru bangsa Indonesia sedang
mengalami krisis di berbagai bidang kehidupannya, bahkan
dapat dikatakan bahwa jika kita tidak berhati-hati akan menjurus
kepada terjadinya krisis peradaban. Walaupun tidak secara tegas
mengatakan bahwa telah terjadi krisis peradaban, Soeryanto
Poespowardoyo dalam sebuah tulisannya mengatakan bahwa
bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami dekadensi budaya
dan dekadensi moral.
Kemiskinan, ekonomi yang semakin terpuruk, korupsi
yang telah membudaya di segala lapisan dan kalangan
masyarakat, kekacauan, kekerasan yang terjadi di mana-mana
(baik yang dilakukan oleh individu, kelompok, maupun oleh
negara), semakin tidak berwibawanya aparat penegak hukum
di mata masyarakat, kemunafikan, pembohongan publik, saling
fitnah antarsesama, penyalahgunaan narkoba, kebrutalan,
pemerkosaan, penjarahan, premanisme, pembunuhan,
semakin rendahnya toleransi antarsesama, hilangnya rasa malu
dan disiplin di berbagai bidang kehidupan, perjudian, serta
bentuk-bentuk tindakan melawan hukum, agama, dan norma-
norma kepatutan lainnya seakan telah menjadi bagian dari
keseharian kita yang pada akhirnya telah semakin menjauhkan
kita dari pergaulan bangsa-bangsa beradab lainnya di dunia.
Bangsa Indonesia sebenarnya telah bertahun-tahun
mencoba untuk menjadi bangsa modern dan maju dengan
agama, namun bisa dikatakan bahwa bangsa Indonesia telah
gagal. Sebagaimana dikatakan oleh Budhy Munawar Rahman
bahwa: “Kehidupan kemanusiaan Indonesia dewasa ini tengah
mengalami krisis yang luar biasa, yang antara lain ditandai
dengan semakin dangkalnya pengertian kita mengenai
kehidupan manusia.” Dekadensi budaya dan
dekadensi moral yang terjadi saat ini ironisnya
dilakukan dan dialami oleh manusia-manusia Indo-
nesia yang katanya beragama, berbudaya tinggi,
berperikemanusiaan, dan beradab, serta memiliki
Pancasila yang mengandung nilai-nilai yang amat
luhur tersebut.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Menurut para
pengamat hal tersebut terjadi karena kehidupan
keberagamaan di Indonesia, yang diharapkan dapat
memajukan peradaban bangsa, telah terperangkap pada hal-
hal yang bersifat simbol-simbol, formalitas, rutinitas ritual, dan
upacara, BUKAN menekankan pada nilai-nilai luhur spritualitas
yang amat tinggi. Untuk menggali lebih dalam mengenai hal
ini maka tinjauan dari sudut filasafat mungkin akan dapat
menjelaskannya lebih lanjut mengapa hal itu bisa terjadi dan
bagaimana kiranya cara kita mengatasinya. Mengapa filasafat?
“Karena filsafat mampu ‘membongkar’ semua hal yang selama
ini dianggap baik-baik saja, tidak ada masalah,” kata Soeryanto
Poespowardoyo.
Filsafat adalah hasrat manusia yang selalu sadar akan
dirinya sendiri dan akan dunia untuk melakukan penelitian kritis
(bertanya, merenung, mengkaji, dan mencari jawaban terakhir)
atas semua yang ditemui dan dia alami sehari-hari yang akan
memberikan arah kepada kiblat kelananya sehari-hari serta
membuka jalan kepadanya (Edmunt Husserl, 1938). Dalam
perkembangannya, muncul aliran filsafat yang langsung
membina kehidupan manusia sehari-harinya (materialisme
dialektis) yang dijabarkan sebagai suatu praxis, praktek hidup
(C.A. van Peursen).
Menurut Budhy Munawar Rachman, filsafat diyakini dapat
Kondisi Bangsa dan Pemulihan Iman
R e n u n g a n J a u h a r iRenungan JauhariRenungan JauhariRenungan JauhariRenungan JauhariRenungan Jauhari
77VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
dijadikan sebagai alat yang paling tepat untuk memahami hal-
hal yang lebih tinggi (seperti spiritualitas, keagamaan) daripada
sekadar hal-hal yang lebih rendah dari itu (seperti sains, fikih).
Sejak filsafat telah mulai terpisah dan menjauh dari hal-hal yang
lebih tinggi seperti dikatakan oleh filsafat klasik dan agama: “agar
manusia dapat mempertahankan keinsaniannya,” maka
mulailah filsafat modern diperkenalkan dan dikembangkan oleh
Descrates. Sejak saat itu telah terjadi pemiskinan terhadap filasafat
dan agama; manusia lebih berorientasi pada pengetahuan
mengenai hal-hal yang lebih rendah (sains, fikih) yang diyakini
dapat membawa manusia menuju pintu gerbang kebaha-
giaannya.
Sains (ilmu pengetahuan) yang pada dasarnya lebih
banyak diartikan sebagai penumpukan ilmu demi kecekatan
yang mementingkan segi-segi kuantitatif daripada penumpukan
ilmu demi pengertian (kearifan) yang mementingkan segi-segi
kualitatif, telah menjadi suatu ancaman paling gawat bagi
peradaban modern. Filsafat tidak lagi cinta pada kearifan, tapi
benci pada kearifan.
Pertanyaan-pertanyaan yang teramat penting dari filsafat
dan agama yang telah berusia ribuan tahun, seperti: APA ARTI
DAN TUJUAN HIDUP, dianggap sama sekali tidak bermakna
oleh saintisme. Dan, pada kenyataannya memang dewasa ini
kehidupan kemanusiaan kita, termasuk di Indonesia, tengah
mengalami krisis yang luar biasa yang antara lain ditandai
dengan semakin dangkalnya pengertian kita mengenai
kehidupan manusia.
Dewasa ini semakin banyak orang menyadari bahwa
percobaan modern untuk memisahkan manusia dari tingkat-
tingkat yang lebih tinggi (agama, spiritualitas) TELAH GAGAL.
Manusia kembali mulai menyadari bahwa mereka selama ini
telah menutup Gerbang Surga terhadap dirinya dengan
mengurung diri di bumi untuk mencapai apa yang mereka
namakan dengan kebahagiaan (yang ternyata hanyalah
tempat persinggahan sementara). Untuk mencapai kebaha-
giaan yang abadi harus dilakukan upaya-upaya pemulihan yang
harus datang dari dalam diri manusia itu sendiri.
Manusia kemudian mulai mencari-cari upaya pemulihan
yang paling tepat dengan antara lain mulai berpaling dan
mengkaji kembali filsafat dari para filsuf dan agamawan klasik
seperti Santo Agustinus. Pendapat yang sangat arif dan terkenal
dari Santo Agustinus adalah: “tidak ada alasan bagi manusia
untuk berfilsafat (dan beragama) kecuali untuk mencapai
kebahagiaan.” Namun, kembalinya manusia kepada filsafat
klasik dan agama ternyata tidak juga bisa membawa mereka
kepada kebahagiaan, kedamaian, keamanan, kecintaan akan
sesama, dan sepertinya juga tidak membawanya mencapai
gerbang surga.
Untuk kasus Indonesia situasinya bahkan jauh lebih parah
lagi: kesadaran yang luar biasa meningkat akan pentingnya
kehidupan keagamaan ternyata tidak serta merta membawa
bangsa ini menjadi bangsa yang maju dengan peradaban tinggi
sejajar dengan bangsa-bangsa beradab lainnya di dunia.
Kehidupan keagamaan dan kehidupan beragama sebagian
(besar?) manusia Indonesia telah terperangkap pada hal-hal
yang bersifat FORMALISME BERAGAMA semata yang lebih
mementingkan simbol-simbol, upacara, formalitas, dan
sebagainya. Formalisme keagamaan dan beragama tersebut
juga telah menghinggapi sebagian (besar?) birokrat dan
aparatur pemerintah yang notabene semuanya adalah
manusia-manusia Indonesia yang beragama!
Agama, kembali lagi, hanya dipahami dan diamalkan
sebatas nalar dan pengetahuannya yang terbatas mengenai
hal-hal yang bersifat hakiki dari agama itu sendiri, sehingga
manusia tidak bisa mencapai tingkat eksistensi yang lebih tinggi.
Untuk mencapai tingkat eksistensi yang lebih tinggi, manusia
tidak cukup hanya sekedar beragama, tetapi yang lebih penting
lagi adalah bahwa nalar manusia dalam beragama tersebut
harus dituntun oleh IMAN yang dapat membuka mata
kebenaran.
IMAN, menurut Budhy Munawar-Rachman, diyakini
sebagai alat yang mampu melihat, dan karenanya memahami,
kebenaran terdalam yang ada pada manusia, yang tidak hanya
memberi penerangan kepada pikiran, tetapi juga membe-
baskan jiwa dan membahagiakan. Untuk mencapai tingkat
eksistensi yang tinggi, bangsa Indonesia memerlukan pepepepepemumumumumu-----
lihan IMANlihan IMANlihan IMANlihan IMANlihan IMAN yang harus datang dari dalam diri manusia Indo-
nesia itu sendiri (from inside-out) yang semakin mengandalkan
pentingnya pengertian mengenai dunia batin manusia (yang
tidak teramati oleh metodologi ilmu pengetahuan modern).
Oleh karena itulah, dalam rangka mewujudkan kehi-
dupan manusia Indonesia yang lebih baik, profesional (yang
menguasai sains dan teknologi), berkualitas dan mempunyai
tingkat eksistensi yang tinggi, serta untuk dapat memajukan
peradaban bangsa Indonesia sehingga sejajar dan mampu
bersaing dengan bangsa-bangsa maju lainnya di dunia, maka
kita, bangsa dan manusia Indonesia, termasuk seluruh jajaran
aparatur pemerintahannya, harus tidak pernah berhenti
bertanya, berpikir, merenung, dan mencari jawaban atas semua
yang dilihat dan dialami dalam kehidupan kita sehari-hari serta
terus mencari, memahami, dan mengamalkan secara benar hal-
hal yang hakiki dari agama yang kita anut dengan tuntunan
iman, dan bukan sekedar menjalani kehidupan keberagamaan
secara formal belaka.z (SBA)
78 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Kereta api Madrid-Lisbon sempat berhenti. Para
penumpang pun terlihat bersiap-siap untuk
segera turun di sebuah stasiun, yang telah menarik
perhatian sebagian besar dari mereka. Menarik karena
bentuknya seperti jajaran pohon palem setinggi 25 m,
berstruktur besi tapi tak memperlihatkan kesan kaku dan
rigid. Tapi para penumpang keliru, karena stasiun itu
bukanlah Santa Apolonia, stasiun utama di Kota Lisbon.
Stasiun itu tapi adalah sebuah stasiun lain yang terletak di
bagian timur Kota Lisbon, Portugal.
Ya, itulah OrienteOrienteOrienteOrienteOriente, sebuah stasiun antarmoda
transportasi, yang mempertemukan berbagai moda
transportasi di Lisbon, seperti kereta api, angkutan metro,
bis dan taxi. Bahkan, stasiun yang pembangunannya
dimulai sejak tahun 1993 dan mulai beroperasi pada tahun
1998 ini juga terhubung dengan transportasi ke bandara.
Desain stasiun ini menjadi istimewa karena ben-
tuknya yang memberi kesan ringan, elastis dan dinamis,
dan karena struktur bangunannya yang merupakan
kombinasi beton dan baja berbentang lebar, serta tentu
saja karena dirancang oleh salah satu arsitek terbaik di
Spanyol, bahkan di Eropa, Santiago CalatravaSantiago CalatravaSantiago CalatravaSantiago CalatravaSantiago Calatrava. Pada
awalnya, bangunan ini dirancang untuk melayani
penumpang yang diperkirakan akan membanjir pada
penyelenggaraan Lisbon World Expo 1998.
Calatrava, yang seringkali terinspirasi oleh bentuk
tumbuhan dan hewan dalam karya-karyanya, merancang
bangunan tersebut menjadi tiga bagian. Lantai atas
Belajarlah kepada
Oriente
Catatan dari Lisbon
Stasiun Kereta Api Oriente yang terletak
di lantai atas, terdiri dari 4 lajur dengan
atap berbentuk jajaran pohon palem
dengan konstruksi rangka baja dan
penutup atap kaca.
79VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
merupakan bagian dari jalur KA nasional, sementara lantai
dasar merupakan area terminal bis dan langsung terhubung
dengan area Expo. Sedangkan lantai basement yang terdiri
dari dua lantai, merupakan stasiun pemberhentian Metro.
Bila lantai atas bangunan stasiun ini terkesan ringan,
lantai dasar dan bagian basemennya justru terkesan
kontras melalui kehadiran tiang beton kokoh membentuk
sirip binatang dan kanopi bangunan struktur baja
berbentang lebar, yang memberikan kesan dinamis dan
‘sesuatu yang bergerak’. Sang arsitek yang juga adalah
insinyur sipil itu mampu menampilkan nilai artistik sebuah
karya aristektural melalui struktur bangunan yang tidak
saja berfungsi sebagai penopang, tapi juga menghadirkan
keindahan itu sendiri, sekaligus fungsinya melayani
perpindahan orang dan barang dari satu moda ke moda
transportasi lainnya.
Kekaguman orang tak hanya berhenti hingga disitu,
tapi juga kepada area Expo, yang saat ini telah berubah
menjadi Parque das Nacoes (Park of Nations). Di area ini
berbagai prasarana yang ada tampak membentuk satu
kesatuan kawasan baru. Bahkan, diprediksikan akan
menjadi pusat kota baru. Ada nuansa kontras antara
kawasan baru dengan nuansa modern di bagian timur
kota dan kawasan kota lama, yang berarsitektur gotik di
sekitar Santa Apolonia.
Rancangan ini, yang selain indah dan mampu
memberikan sumbangan kepada dunia arsitektur itu,
ternyata juga telah mampu berdapatasi dengan ling-
kungan dan fungsi-fungsi sekitar, dan menjadikannya
sebuah kawasan yang banyak dikunjungi. Berbagai
keistimewaan inilah yang bisa menjadi pelajaran bagi kita,
agar bangunan kita tak hanya indah tapi juga bisa
memberikan makna dan sumbangan yang berarti bagi
kualitas kawasan yang lebih besar.z (dp)
Searah jarum jam:
Terminal bis yang terletak di lantai dasar dengan atap rangka besi berbentuk dinamis.
Koridor menuju terminal bis.
Tangga yang menghubungkan stasiun KA nasional di lantai atas dengan terminal bus di lantai dasar.
Interior bangunan di lantai basemen dengan struktur beton berbentuk melengkung yang menggambarkan sirip binatang.
Sel inganSel inganSel inganSel inganSel inganS e l i n g a n
80 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
*) Widyaiswara Madya Departemen PU
Oleh: Eddy Sunyoto *)
81VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Bohong, jika ada orang bilang
Pemerintah Kolonial Belanda
hanya mewariskan keseng-
saraan di negeri ini. Pernyataan ini
mungkin terkesan agak tidak nasio-
nalis. Tapi, itulah faktanya.
Di sektor infrastruktur fisik per-
kotaan, misalnya, Belanda banyak
mewariskan pengetahuan teknis ten-
tang bagaimana mengelola fisik
sebuah kota secara fisik, seperti
pengelolaan air bersih untuk minum
hingga pengelolaan air kotor.
Bingkai foto kali ini tentang
sebuah aset bersejarah yang dikelola
PDAM Kota Cirebon, yaitu sebuah
rumah pompa riool lengkap dengan
beberapa set mesin kuno yang pada
masanya menjadi andalan Peme-
rintah Kotapraja Cirebon dalam
Rumah Pompa RioolCirebon
mensterilkan dan membuang air
kotor (riool) atau air limbah Kota
Cirebon ke laut Jawa.
Sayang, kondisi rumah pompa
ala Belanda itu kurang terawat. Tapi,
itu masih lebih baik ketimbang dimus-
nahkan. Pasalnya, beberapa tahun
lalu sempat ada wacana agar rumah
pompa itu dibongkar saja. Berun-
tung, ada seorang mantan pejabat
senior yang mempertahankan rumah
pompa riool itu agar dipelihara.
Sempat juga ada wacana untuk
dijadikan museum. Tapi, karena
lokasinya bertetangga dekat dengan
Rumah Pompa milik PDAM Cirebon,
yang notabene berfungsi sebagai
pengolah air limbah, wacana itu
sepertinya sulit diwujudkan. Ala-
sannya, museum kan identik dengan
obyek wisata sejarah. Apa mau wisa-
tawan sejarah datang ke tempat yang
berpotensi menimbulkan bau tak
sedap? Ah, itu hanya alasan. If there
is a will, there is a way, begitu kata
sebuah iklan politik.z (Kalipaksi)
Bangunan pusat pompa
air riool kotamadya
Cirebon.
Bangunan Pusat Pompa Air Riool Kota Cirebon.
Foto-foto: Ahadpoint Comm.
B i n g k a iBingkaiBingkaiBingkaiBingkaiBingkai
82 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Bagi para pekerja seni, yang
relatif sering melakukan
perjalanan, suasana yang
nyaman selama menuju tempat shoot-
ing, misalnya, sangat menentukan
mood dalam berimprovisasi. “Jika
sudah terjebak macet yang nggak
jelas juntrungannya, mood bisa ka-
cau,” ungkap Ririn Dwi Ariyanti, artis
sinetron dan model iklan shampoo ini.
“Terutama, jika harus shooting di luar
kota, yang untuk mencapai lokasi
shooting harus melalui jalan darat,
macet lagi,” lanjutnya kepada KIPRAH.
Sebagai artis, dara kelahiran 6
November 1985 ini cukup sering mela-
kukan perjalanan darat untuk menuju
lokasi shooting, seperti di Bandung,
misalnya. “Sekarang, perjalanan darat
Jakarta-Bandung sudah lebih cepat
setelah ada Tol Cipularang,” nilai Ririn.
“Jelas, lebih nyaman. Aku bisa
cukup istirahat selama perjalanan,”
lanjut artis yang mengawali karir
keartisannya sebagai pemeran Cinta
pada serial sinetron “Ada Apa De-
ngan Cinta” tahun 2003 lalu ini. Selain
AADC, sinetron lain yang kemudian
dibintanginya, antara lain Bukan
Diriku, Cincin, Impian Cinderella,
Manusia Bodoh, Matahari Cinta, Pintu
Hidayah, Maha Kasih, Maha Cinta,
Janji, dan Cahaya.
Sejak kecil, Ririn memang cukup
sering ke Bandung, meski ia bukan
orang Bandung. “Waktu kecil hingga
remaja, Papa sering mengajak kami
ke Bandung,” kenangnya. Nah, untuk
menuju Bandung, jalur favorit sang
Papa yaitu jalur Purwakarta. “Seingat-
ku, jarang lewat Puncak, tuh,” tegas
Ririn, yang kini menjadikan jalur
Cipularang sebagai jalur favoritnya
jika hendak pergi ke Bandung.
***
Meski seorang figur publik, Ririn
mengaku dirinya hanyalah seorang
warga negara biasa, yang berharap
Pemerintah bisa menyediakan infra-
struktur jalan yang layak. Bungsu
dari dua bersaudara pasangan
Amelia Rusanti dan Sudiman Rian-
tonoto ini gembira ketika men-
dengar pemerintah akan segera
membangun jalan tol Trans-Jawa
dan enam ruas tol lingkar dalam
di Jakarta. “Wah, semoga jalan tol
dalam kota itu bisa menjawab
kemacetan di ibukota,” harapnya.
Namun, meskipun Peme-
rintah akan segera memba-
ngun ruas-ruas jalan tol
dalam kota baru di
Jakarta, Ririn
tetap berharap Pemerintah juga mem-
perhatikan sistem angkutan trans-
portasi massal supaya jumlah kenda-
raan pribadi yang lalu lalang di jalan
bisa berkurang. “Jika angkutan umum-
nya oke, nyaman, aku juga mau kok
naik angkutan umum,” ka-
tanya. z
Ririn Dwi Ariyanti
Jalan Mulus Pengaruhi Mood Artis
Ririn Dwi
Ariyanti.
J e n d e l aJendelaJendelaJendelaJendelaJendela
83VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
84 VOLUME 29 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH