kinetika simon armando 12.70.0058 e5

27
1 KINETIKA FERMENTASI DI DALAM PRODUKSI MINUMAN VINEGAR LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI FERMENTASI Disusun oleh: Nama : Simon Armando NIM : 1!"#!##$% Kelom&o' : E$ PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNI(ERSITAS KATOLIK SOEGI)APRANATA SEMARANG #1$ 1

Upload: james-gomez

Post on 04-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembuatan cider apel dengan lama fermentasi selama hari ke5

TRANSCRIPT

KINETIKA FERMENTASI DI DALAM PRODUKSI MINUMAN VINEGAR

LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI FERMENTASI

Disusun oleh:Nama : Simon ArmandoNIM : 12.70.0058Kelompok : E5

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG

Acara I201515

1. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan kinetika fermentasi dalam produksi minuman vinegar dari sari apel dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kineka Fermentasi dalam Produksi Minuman Vinegar Sari Apel KelPerlakuanWaktu MO tiap petakRata-rata / tiap petakRata-rata / tiap ccODpHTotal Asam

1234

E1Sari apel +S. cereviceae

N054675,52,2 x 1070,22193,58,64

N247586889084,753,39 x 1081,22403,439,216

N4811121415135,2 x 1070,92433,438,640

N7214565222361,44 x 1081,19903,829,024

N965516263332,51,3 x 1081,51893,4711,328

E2Sari apel + S. cereviceaeN0111211910,754,3 x 1070,18333,59,792

N248961947379,253,17 x 1081,00813,539,024

N488339504353,752,15 x 1081,55543,479,600

N722854192832,351,29 x 1081,9073,728,832

N9622231437249,6 x 1071,41503,4710,368

E3Sari apel + S. cereviceaeN01181312114,4 x 1070,17373,479,408

N244447474846,51,86 x 1081,02123,78,448

N48106104122137117,254,69 x 1081.09973,469,024

N7236156544748,251,93 x 1081,44803,849,024

N965162514156 x 1070,38463,478,83

14

E4

Sari apel + S. cereviceaeN0136647,252,9 x 1070,17983,479,216

N247251525156,52,26 x 1080,94433,539,024

N481318404328,51,14 x 1081,04063,459,216

N7281108145111111,254,45 x 1081,28703,619,408

N962730303229,751,19 x 1080,55484,439,024

E5Sari apel + S. cereviceaeN01014713114,4 x 1070,17143,469,6

N2497103965888,53,54 x 1081,12813,469,216

N4811487989097,253,89 x 1080,91643,209,216

N7255807055652,6 x 1081,06643,408,832

N966983857878,753,15 x 1080,52063,498,832

Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa bahwa semakin lama waktu maka jumlah mikroorganisme akan meningkat pada awal fermentasi namun kemudian akan mengalami penurunanan, Nilai OD, pH, dan total asam mengalami perubahan yang fluktuatif ketika semakin lama waktu fermentasi.

Hubungan antara rata-rata jumlah mikroorganisme dan waktu dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik 1. Hubungan Jumlah Mikroorganisme dan Waktu

Dari grafik 1 diatas dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya waktu, jumlah mikroorganisme mengalami kenaikan dan penurunan. Pada awal fermentasi didapatkan kenaikan jumlah mikroorganisme. Setelah 24 jam fermentasi, kelompok E3 dan E5 tetap mengalami kenaikan jumlah mikroorganisme, sedangkan kelompok E1, E2, dan E4 mengalami penurunan jumlah mikroorganisme. Setelah 48 jam fermentasi. Kelompok E1 dan E4 mengalami kenaikan, sedangkan kelompok E2, E3, dan E5 mengalami penurunan jumlah mikroorganisme. Setelah 72 jam semua kelompok mengalami penurunan jumlah mikroorganisme kecuali pada kelompok E5 yang mengalami kenaikan jumlah mikroorganisme.

Hubungan antara absorbansi dan waktu fermentasi dapat dilihat pada grafik 2.

Grafik 2. Hubungan antara Absorbansi dan Waktu

Dari grafik 2 diatas dapat dilihat bahwa pada waktu 0 hingga 48 jam didapatkan hasil kenaikan absorbansi. Sedangkan mulai 72 jam, didapatkan penurunan absorbnsi pada semua kelompok kecuali kempok E1 yang mengalami kenaikan nilai absorbansi.

Hubungan jumlah sel mikroorganisme dan pH dapat dilihat pada grafik 3

Grafik 3. Hubungan Jumlah Sel dan pH

Dari grafik 3 diatas dapat dilihat bahwa pada semua kelompok dengan semakin naiknya pH, jumlah mikoorganisme mengalami perubahan secara fluktuatif.

Hubungan jumlah sel mikroorganisme dan nilai absobansi dapat dilihat pada grafik 4

Grafik 4. Hubungan Jumlah Sel dan Absobansi

Dari grafik 4 diatas dapat dilihat bahwa pada semua kelompok dengan semakin naiknya nilai absorbansi, maka jumlah sel mikoorganisme mengalami perubahan secara fluktuatif.

Hubungan jumlah sel mikroorganisme dan total asam dapat dilihat pada grafik 5

Grafik 5. Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme dan Total Asam

Dari grafik 5 dapat dilihat ketika terjadi kenaikan total asam secara fluktuatif, maka didapatkan jumlah mikroorganisme yang fluktuatif pula. 14

2. PEMBAHASAN

Fermentasi merupakan salah satu proses metabolisme yang dilakukan dengan bantuan mikroorganisme untuk menghasilkan energi dengan cara mengubah gula pada saat fermentasi menjadi glukosa dan fruktosa. Dengan adanya mikroba yang melakukan metabolisme maka akan dihasilkan produk akhir yang dapat memberikan perubahan-perubahan pada bahan pangan secara fisik atau kimia (Hidayat et al., 2006). Salah satu produk fermentasi yang dibuat dalam praktikum kali ini adalah cider yang dibuat dibuat dengan penambahan inokulum Saccharomyces cereviceae ke dalam sari buah apel. Saccharomyces cereviceae dapat menfermentasikan glukosa dalam buah apel. Hasil pemecahan tersebut akan menghasilkan alkohol dan CO2 (Rahman,1992).

Dalam jurnal yang berjudul Development of Organic Acids and Volatile Compounds in Cider during Malolactic Fermentation Zhao et al., (2014) menyebutkan jika dalam proses fermentasi cider yang berlangsung terdiri dari dua tahap yaitu fermentasi alcohol dan fermentasi malolatik. Pada fermentasi alcohol terjadi perubahan gula menjadi ethanol oleh yeast Pada fermentasi malolatik, terjadi perubahan asam malat menjadi asam laktat. Tahapan ini akan menurunkan keasaman, mempengaruhi kestabilan mikroba dan akan berdampak pada karakteristik sensori cider.

Pada praktikum ini digunakan bahan utama berupa buah apel yang diambil sari buahnya. Sari buah apel memiliki sifat antiseptik, sehingga dapat membantu menekan jumlah bakteri jahat dalam saluran pencernaan, memperbaiki metabolisme tubuh, memperlancar aliran darah, mengatasi keracunan serta menekan risiko obesitas. Realita & Debby (2010) menjelaskan bahwa buah yang dapat digunakan sebagai pembuatan cider adalah buah yang memiliki kadar gula yang cukup, maka dari itu digunakan buah apel karena memiliki kadar gula yang cukup. Kadar gula dari buah yang digunakan akan berpengaruh pada kualitas cider yang dihasilkan.

Dalam pembuatan cider di praktikum kali ini diawali dengan membuat sari buah apel dari buah segar menggunakan juicer. Kemudian 250 ml sari apel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer untuk di sterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121o C selama 15 menit. Proses sterilisasi dilakukan dengan tujuan untuk inaktivasi enzim dan mengurangi jumlah mikroorganisme kontaminan seperti bakteri patogen (Frazier, 1988). Hal ini didudkung juga dengan teori dari Fardiaz (1992) yang mengatakan bahwa sterilisasi bertujuan membunuh semua mikroorganisme yang terdapat pada suatu benda, sehingga bila ditumbuhkan didalam suatu medium tidak ada lagi mikroorganisme lain yang dapat berkembang biak. Kemudian sari apel yang sudah disterilisasi didinginkan beberapa waktu dengan tujuan untuk menciptakan kondisi pertumbuhan optimal bagi Saccharomyces cereviceae yaitu suhu yang tidak terlalu panas (Potter & Hotchkiss, 1996).

Gambar 1. Pengambilan Sari Buah Menggunakan Juicer

Gambar 2. Sterilisasi Sari Apel

Kemudian inokulum Saccharomyces cereviceae diinokulasikan secara aseptis ke dalam sari buah apel. Teknik aseptik dalam inokulasi bertujuan untuk mencegah kontaminasi dari bakteri yang merugikan dan mencegah kultur yang akan ditumbuhkan tidak tercemar oleh bakteri yang tidak diinginkan (Hadioetomo, 1993). Perlakuan aseptis dilakukan agar Saccharomyces cereviceae yang dibiakkan dapat berkembang biak dengan baik dan mikroba lain yang tidak diinginkan tidak mengganggu mikroba yang akan dibiakkan (Dwidjoseputro, 1994),

Nogueira et al., (2007) menyebutkan bahwa terdapat banyak spesies yeast yang berperan dalam proses fermentasi, tetapi yeast jenis Saccharomyces cerevisiae var uvarum adalah yang berperan paling utama. Saccharomyces cerevisiae akan memecah pati dan menghasilkan alcohol dan CO2. Selama fermentasi terjadi proses pemecahan pati oleh enzim amilase pada bahan yang mengandung pati. Selain yeast, mikroorganisme lain yang berperan yaitu bakteri asam laktat antara lain adalah Leuconostoc mesenterides, Lactobaclillus brevis, dan Leuconostoc oenos serta bakteri asam asetat yaitu Acetobacter aceti dan Gluconobacter oxydans.

Kemudian diliakukan inkubasi selama 5 hari pada suhu ruang (25-300C) sambil dilakukan penggoyangan menggunakan shaker. Menurut Winarno et al., (1980) penggoyangan bertujuan untuk meningkatkan laju alir udara serta mencegah terhambatnya laju transfer oksigen. Dalam hal ini oksigen berperan dalam metabolisme sel sehingga yeast akan tumbuh dengan baik, maka dari kebutuhan akan oksigen perlu diperhatikan (Winarno et al., 1980). Said (1987) menambahkan bahwa perlakuan ini juga bermanfaat dalam menghomogenkan sel mikroorganisme dengan media berupa sari buah.

Suhu inkubasi juga perlu diperhatikan dimana akan mempengaruhi proses fermentasi alcohol yang akan berdampak pada reaksi biokimia yeast. Pada suhu yang tinggi, laju fermentasi akan meningkat akan tetapi gula tidak terpakai secara penuh. Selain itu, suhu yang tinggi akan meningkatkan aktivitas enzim sehingga meningkatkan laju fermentasi. Suhu yang tinggi dalam jangka waktu lama akan berakibat pada berkurangnya stabilitas enzim sehingga mengurangi penggunaan gula. Sebaliknya, suhu yang rendah akan berawal sangat lambat, sehingga gula digunakan secara sempurna karena jumlah biomasa yeast yang tinggi dijaga selama proses berlangsung (Musyimi et al., 2013).

Setiap hari ketika inkubasi diambil sampel secara aseptis untuk dilakukan uji tingkat kepadatan, pengukuran OD atau absorbansi, pengukuran total asam, dan pH. Untuk uji kepadatan dilakukan dengan metode Petroff-Hauser dimana hitungan mikroskopik dilakukan dengan pertolongan kotak-kotak skala haemocytometer (Fardiaz, 1992). Alat yang digunakan adalah Haemocytometer yang merupakan suatu ruang hitung yang terdiri atas petakpetak berukuran kecil untuk menghitung jumlah sel di bawah mikroskop (Hadioetomo, 1993).

Dalam pengukuran menggunakan haemocytometer pertama-tama alat haemocytometer dan kaca preparat dibersihkan menggunakan alkohol. Kemudian plat haemocytometer ditutup dengan kaca preparat dan vinegar apel diteteskan ke dalam celah di plat haemocytometer hingga celah terisi penuh oleh cairan vinegar apel ini. Haemocytometer yang telah terisi cairan vinegar apel kemudian diletakkan dibawah mikroskop. Kemudian jumlah mikroorganisme dapat dihitung.

Gambar 3. Hasil Pengamatan Mikroskop

Berdasarkan grafik hubungan antara lama waktu fermentasi dengan jumlah sel mikroorganisme, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dan penurunan jumlah sel mikroorganisme terjadi perubahan yang tidak menentu setiap hari. Pada awal fermentasi didapatkan kenaikan jumlah mikroorganisme. Setelah 24 jam fermentasi, kelompok E3 dan E5 tetap mengalami kenaikan jumlah mikroorganisme, sedangkan kelompok E1, E2, dan E4 mengalami penurunan jumlah mikroorganisme. Setelah 48 jam fermentasi. Kelompok E1 dan E4 mengalami kenaikan, sedangkan kelompok E2, E3, dan E5 mengalami penurunan jumlah mikroorganisme. Setelah 72 jam semua kelompok mengalami penurunan jumlah mikroorganisme kecuali pada kelompok E5 yang mengalami kenaikan jumlah mikroorganisme. Peningkatan jumlah sel mikroorganisme ini terjadi karena Saccharomyces cereviceae menggunakan glukosa pada sari apel sebagai energi untuk pertumbuhan. Sedangkan penurunan jumlah sel mikroorganisme terjadi karena Saccharomyces cereviceae mengalami kematian. Dalam jurnal Production of Ethanol by Fed-Batch Fermentation, Cheng (2009) mengatakan bahwa peningkatan jumlah sel mikroorganisme menunjukkan sel telah mengkonsumsi substrat untuk kepentingan pertumbuhan sel. Jumlah substrat juga akan semakin menurun selama proses fermentasi berlangsung sehingga pertumbuhan sel akan terhambat karena jumlah substrat yang semakin berkurang.

Menurut Triwahyuni et al., (2012), pertumbuhan yeast akan mengalami peningkatan pada 24-48 jam. Pada jam ke 48, pertumbuhan yeast berada pada fase eksponensial, dimana jumlah yeast akan meningkat sangat tinggi. Hal tersebut ditunjukan pada data kelompok E1 dan E4 yang jumlah selnya mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada jam ke 48. Setelah mengalami kenaikan, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan. Hal ini disebabkan jumlah gula yang terbatas, sehingga yeast akan mengalami fase stasioner akibat dari keterbatasan faktor pertumbuhan dalam media. Setelah itu akan terjadi kematian yeast, menurut Amenaghawon et al., (2012), kematian yeast dapat terjadi akibat keberadaan etanol yang diproduksi oleh yeast melalui proses fermentasi dalam jumlah yang besar. Etanol yang berlebih dapat menghambat pertumbuhan yeast. Dalam jurnal berjudul Pengaruh Varietas Apel dan Campuran Bakteri Asam Asetat Terhadap Proses Fermentasi Cider Caturryanti et al. (2008) mengatakan bahwa etanol digunakan sebagai sumber energy bagi bakteri asam asetat untuk pertumbuhan sel.

Untuk Optical density (OD) cider selama inkubasi setiap hari dapat diketahui dengan menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm. Nilai yang diukur merupakan absorbansi larutan yang merupakan nilai kconstan dari intensitas penyerapan cahaya. Larutan dengan kekeruhan yang tinggi akan memiliki nilai absorbansi yang semakin tinggi pula (Fox, 1991).

Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada semua kelompok dengan semakin naiknya nilai absorbansi, maka jumlah sel mikoorganisme mengalami perubahan secara fluktuatif. Pada awal fermentasi semua kelompok cenderung mengalami kenaikan nilai absorbansi ketika jumlah sel meningkat juga, dan pada akhir fermentasi cenderung mengalami penurunan nilai absorbansi ketika jumlah jumlah sel juga menurun. Hal ini disebabkan jumlah sinar yang dihambat akan berbading lurus dengan massa sel yang ada, sehingga semakin banyak jumlah sel mikroorganisme maka sinar yang dihamburkan akan semakin banyak (Pelezar & Chan, 1976).

Dari hasil hubungan antara nilai absorbansi dan waktu fermentasi dapat dilihat bahwa semakin bertambahnya waktu, maka jumlah mikroorganisme semakin banyak. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat proses fermentasi terjadi penambahaan jumlah sel karena yeast mengkonsumsi substrat untuk pertumbuhannya (Cheng, 2009). Jika dihubungkan dengan niali absorbansi maka nilai absorbansi juga akan semakin meningkat karena kekeruhan yang semakin meningkat. Pada akhir fermentasi didapatkan hasil penurunan jumlah mikroorganisme, hal ini disebabkan karena mulai habisnya jumlah substrat sehingga yeast tidak dapat bertahan hidup (Cheng, 2009).

Selanjutnya dilakukan pula pengukuran total asam setiap harinya. Total asam cider dapat diketahui dengan cara titrasi menggunakan NaOH 0,1 N. Dalam titrasi ini cider ditambah dengan indikator PP sebanyak 3 tetes. Menurut teori Chang (1991), penggunaan indikator PP dilakukan karena titran yang digunakan adalah NaOH. Proses titrasi dihentikan saat larutan sampel berubah menjadi warna merah muda. Menurut Petrucci & Suminar (1987), titrasi yang dilakukan dengan indikator PP dan titran larutan basa akan menimbulkan warna merah muda. Setelah dititrasi akan berubah menjadi warna coklat muda seperti pada gambar 3. Total asam dapat dihitung dengan menggunakan rumus Total Asam =

Gambar 4. Hasil Titrasi Total AsamDari hasil pengamatan hubungan jumlah sel mikroorganisme dan total asam dapat dilihat bahwa menunjukkan data yang fluktuatif. Seharusnya didapatkan jumlah mikrooganisme yang semakin banyak jika didapatkan nilai total asam yang semakin asam. Ketika ferementasi berlangsung akan dihasilkan senyawa asam. Contoh senyawa asam yang terkandung dalam cider atau vinegar yaitu asam asetat dan asam suksinat. Senyawa asam teresebut merupaka merupakan asam organik yang berperan dalam pembentukan aroma dan berkontribusi dalam total asam volatil (Escalante et al., 2012). Ketidaksesuaian pada hasil praktikum kali ini disebabkan oleh kondisi lingkungan inkubasi yang tidak mendukung sehingga proses fermentasi tidak berlangsung dengan baik dan tidak dihasilnya asam yang seharusnya.

Dalam jurnal yang berjudul Fermentasi Sari Buah Nanas Menjadi Vinegar Kwartiningsih dan Nuning (2005) menyebutkan kadar asam akan mengalami penurunan pada akhir fermentasi. Hal ini disebabkan karena asam asetat teroksidasi oleh oksigen dari udara menjadi CO2 dan H20. Agar kadar asam tidak mengalami penurunan dapat dilakukan penyimpanan vinegar pada kondisi yang tertutup rapat tanpa adanya O2.Kemudian dilakukan pengukuran pH. Sampel yang digunakan merupakan sisa dari cider yang diambil sampel sebelumnya. Dapat dilihat pada hubungan jumlah sel dan pH bahwa perubahannya terjadi secara fluktuatif. Dalam jurnal Pengaruh Varietas Apel (Malus Sylvestris) dan Lama Fermentasi Oleh Khamir Saccharomyces cereviceae Sebagai Perlakuan Pra-Pengolahan Terhadap Karakteristik Sirup, Wahono et al (2011) mengatakan bahwa pH akan semakin menurun sejalan dengan lamanya waktu fermentasi dan peningkatan jumlah biomassa sel. Perubahan pH sari apel ini disebabkan oleh aktivitas yeast yang menghasilkan asam-asam organik sebagai hasil samping selain etanol. Maka dari itu seharusnya pH akan berbanding terbalik dengan jumlah sel mikroorganisme. Namun hasil dari praktikum ini kurang sesuai karena hasil yang fluktuatif, hal ini bisa disebabkan karena kondisi lingkungan inkubasi yang tidak mendukung sehingga proses fermentasi tidak berlangsung dengan baik dan tidak dihasilnya asam yang seharusnya.

3. KESIMPULAN

Fermentasi cider terdiri dari dua proses utama yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi malolatic. Sterilisasi sari buah dilakukan untuk inaktivasi enzim dan mengurangi jumlah mikroorganisme kontaminan khususnya bakteri patogen. Perlakuan aseptis dilakukan agar Saccharomyces cereviceae yang dibiakkan dapat berkembang biak dengan baik dan mikroba lain yang tidak diinginkan tidak mengganggu mikroba yang akan dibiakkan. Oksigen berperan dalam metabolisme sel sehingga yeast akan tumbuh dengan baik. Kepadatan yeast diukur dengan menggunakan alat Haemocytometer maupun dengan mengukur Optical density dengan menggunakan Spektrofotometer. Kenaikan jumlah sel diikuti dengan kenaikan nilai absorbansi. Semakin lama waktu fermentasi, jumlah sel semakin banyak. Kenaikan jumlah sel diikuti dengan penurunan pH. Semakin lama waktu fermentasi, nilai absorbansi akan semakin meningkat Total asam meningkat diikuti dengan meningkatnya jumlah sel. Dalam pembuatan cider apel terjadi proses fermentasi dimana terjadi pemecahan gula menjadi alcohol dan asam yang dipengaruhi oleh waktu fermentasi akan menghasilkan kualitas cider apel yang berbeda-beda.

Semarang, 8 Juli 2015Asisten Dosen: Bernardus Daniel Metta Meliani Chaterine Meilani

(Simon Armando)12.70.0058

4. DAFTAR PUSTAKA

Amenaghawon, N.A, Okieimen, C.O and Ogbeide, S.E. (2012).Kinetic Modelling of Ethanol Inhibition during Alcohol fermentation of Corn Stover using Saccharomyces cerevisiae. International Journal of Engineering Research and Applications (IJERA),pp.798-803.

Chaturryanti Dessi, Sri Luwihana, Siti Tamaroh. (2008). Pengaruh Varietas Apel Dan Campuran Bakeri Asam Asetat Terhadap Proses Fermentasi Cider. AGRITECH, Vol. 28, No. 2 Mei 2008

Chang, R. (1991). Chemistry. MC Graw Hill. USA.

Cheng, N. G., Masitah H., Andri C. K., Chew F. L., Margaret T. (2009). Production of ethanol by fed-batch fermentation. Pertanika J. Sci. & Technol. 17(2): 399408.

Dwidjoseputro,D. (1994). Dasar-dasar mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

E-Escalante, W., M. Rychtera, K. Melzoch And B. Hatta-Sakoda. (2012). Effect Of Aeration On The Fermentative Activity Of Saccharomyces Cerevisiae Cultured In Apple Juice. Revista Mexicana De IngenierIa QuImica Vol. 11, No. 2 (2012) 211-226.

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Fox, P. F. ( 1991 ). Food Enzymologi Vol 1. Elsevier Applied Sciences. London

Frazier, William C., Dennis C. Westhoff. (1988). Food Microbiology 4th ed. Kin Keong Printing Co.Pte.Ltd. Xir +539p.

Hadioetomo, R.S. (1993). Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia, Jakarta.

Hidayat N, Padaga M, dan SuhartiniS. (2006), Mikrobiologi Industri. Andi. Yogyakarta.Hyperbaric Stress.

Kwartiningsih Endang dan Nuning Sri Mulyati. (2005). Fermentasi Sari Buah Nanas Menjadi Vinegar. Ekuilibrium. Vol 4 No.1. 8-15

Musyimi, Sila D.N, Okoth E.M, Onyango C.A, dan Mathooko F.M. (2013). The influence of process optimization on the fermentation profile of mango wine prepared from the Apple mango variety. Journal of Animal &Plant Sciences, 2013. Vol.17, Issue 3: 2600-2607

Nogueira et al. ( 2007). Effect of Biomass Reduction on the Fermentation of Cider. Brazilian Archives of Biology and Technology Vol.50, n. 6 : pp.1083-1092

Pelezar, Michael J. & Chan. E.C.S. (1976). Turbidimetric Measurement of Plant Cell Culture Growth. Massachussets : MIT.

Petrucci, R. H. & Suminar. (1987). Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Potter, N. N. & J. H. Hotchkiss. (1996). Food ScinceFifthEdition. CBS Publishers &Distributors. New Delhi.

Rahman, A. (1992). Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcan. Jakarta.Hayes (1995).

Realita, Tita dan M. Sumanti, Debby.(2010). Teknologi Fermentasi. Penerbit : Widya Padjajaran. Bandung.

Said, E. G. (1987). Bioindustri: Penerapan Teknologi Fermentasi. PT. MediyatamaSarana Perkasa. Jakarta.

Wahono dan Bagus R.S. (2011). Pengaruh Varietas Apel (Malussylvestris) dan Lama Fermentasi Oleh Khamir Saccharomyces cerevisiaeSebagai Perlakuan Pra-pengolahan Terhadap Karakteristik Sirup. Jurnal Teknologi Pertanian 2(3):135-142

Triwahyuni, E.; N. Ariani; H. Hendarsyah; T. Idiyanti. (2012). The Effect Of Dry Yeast Saccharomyces cereviceae Concentration On Fermentation Process For BioethanolProduction From Palm Oil Empty Fruit Bunches. Proceeding ofICSEEA 31 34.

Winarno, F. G. ; S. Fardiaz & D. Fardiaz. (1980). Pengantar Teknologi Pertanian. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Zhao, H., F. Zhou, F. Dziugan, Y. Yao, J. Zhang, Zhaolin Lv And B. Zhang. (2014).Development of Organic Acids and Volatile Compounds in Cider during Malolactic Fermentation.Czech J. Food Sci.Vol. 32, 2014, No. 1: 6976.

5. LAMPIRAN

5.1. Perhitungan Perhitungan Kelompok E1Perhitungan Rata-rata / MO tiap cc

Volume petak = 0,05 mm x 0,05 mm x 0,1 mm= 0,00025 mm3= 0,00000025 cc= 2,5 x 10-7 ccN0N24N48N72N96

Perhitungan Total AsamTotal Asam =N0Total Asam =mg/mlN24Total Asam =mg/mlN48Total Asam = mg/mlN72Total Asam = mg/mlN96Total Asam = mg/ml

Perhitungan Kelompok E2Perhitungan Rata-rata / MO tiap cc

N0N24N48N72N96

Perhitungan Total AsamTotal Asam =N0Total Asam =mg/mlN24Total Asam =mg/mlN48Total Asam = mg/mlN72Total Asam = mg/mlN96Total Asam = mg/ml

Perhitungan Kelompok E3Perhitungan Rata-rata / MO tiap cc

N0N24N48N72N96

Perhitungan Total AsamTotal Asam =N0Total Asam =mg/mlN24Total Asam =mg/mlN48Total Asam = mg/mlN72Total Asam = mg/mlN96Total Asam = mg/ml

Perhitungan Kelompok E4Perhitungan Rata-rata / MO tiap cc

N0N24N48N72N96

Perhitungan Total AsamTotal Asam =N0Total Asam =mg/mlN24Total Asam =mg/mlN48Total Asam = mg/mlN72Total Asam = mg/mlN96Total Asam = mg/ml

Perhitungan Kelompok E5Perhitungan Rata-rata / MO tiap cc

N0N24N48N72N96

Perhitungan Total AsamTotal Asam =N0Total Asam =mg/mlN24Total Asam =mg/mlN48Total Asam = mg/mlN72Total Asam = mg/mlN96Total Asam =mg/ml

5.2. Jurnal5.3. Laporan Sementara