perbedaan tingkat kecemasan anak terhadap rita amaliah simon

29
Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar Rita Amaliah Simon-FKG-UH 1 ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN Laporan Penelitian 20 Agustus 2014 PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANAK TERHADAP TINDAKAN EKSTRAKSI DAN NON EKSTRAKSI DI BAGIAN KEDOKTERAN GIGI ANAK, RSGMP KANDEA, MAKASSAR Nama : Rita Amaliah Simon Stambuk : J11106069 Pembimbing : Prof. DR. drg. Rasmidar Samad,MS Tanggal Baca : 20 Agustus 2014 BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

Upload: andiannisaekaaprilda

Post on 10-Nov-2015

63 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 1

    ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN

    Laporan Penelitian 20 Agustus 2014

    PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANAK TERHADAP

    TINDAKAN EKSTRAKSI DAN NON EKSTRAKSI DI BAGIAN

    KEDOKTERAN GIGI ANAK, RSGMP KANDEA, MAKASSAR

    Nama : Rita Amaliah Simon Stambuk : J11106069 Pembimbing : Prof. DR. drg. Rasmidar Samad,MS Tanggal Baca : 20 Agustus 2014

    BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2014

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 2

    PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANAK TERHADAP

    TINDAKAN EKSTRAKSI DAN NON EKSTRAKSI DI BAGIAN

    KEDOKTERAN GIGI ANAK , RSGMP KANDEA, MAKASSAR Rita Amaliah Simon Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

    PENDAHULUAN

    Kecemasan atau ketakutan

    terhadap perawatan dental sering

    dijadikan alasan utama untuk tidak

    melakukan perawatan gigi.1 Dalam

    upaya peningkatan Usaha Kesehatan

    Gigi dan Mulut untuk anak-anak, rasa

    takut merupakan hambatan bagi dokter

    gigi yang dapat menyebabkan perilaku

    negatif anak ketika menjalani prosedur

    perawatan.1,2

    Rasa takut pada anak merupakan

    naluri yang berkembang sesuai proses

    perkembangan anak. Perasaan ini timbul

    melalui pengamatan terhadap objek yang

    tidak menyenangkan yang secara naluri

    dihindari dalam usaha melindungi

    dirinya dari bahaya. Dalam perawatan

    gigi, hal ini merupakan alasan untuk

    mengabaikan perawatan giginya.

    Agar perawatan gigi anak

    berjalan lancar, pertama kali yang perlu

    diperhatikan adalah mengenali sikap

    anak saat pertama kali berkunjung ke

    dokter gigi. Selanjutnya melakukan

    pendekatan sesuai dengan sikapnya,

    bekerjasama dengan orangtua,

    menerapkan konsep segitiga perawatan

    gigi anak.1

    Dalam perawatan gigi dan mulut

    sedikitnya terdapat empat reaksi, yaitu:

    kecemasan, rasa takut, penolakan, dan

    rasa malu. Kecemasan yang dialami oleh

    pasien perlu dipertimbangkan.

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 3

    Kecemasan pasien dapat berpengaruh

    terhadap perawatan gigi dan mulut.

    Kecemasan dental yang timbul

    mulai dari masa anak-anak merupakan

    hambatan terbesar bagi dokter gigi

    dalam melakukan perawatan yang

    optimal. Di seluruh dunia, prevalensi

    kecemasan dental tinggi mencapai 6-

    15% dari seluruh populasi, namun cukup

    bervariasi di berbagai bagian dunia dan

    pada populasi sampel yang berbeda.

    Etiologi dari fenomena ini pun bersifat

    multifaktorial, salah satunya ketakutan

    terhadap perawatan yang akan diterima.1

    Kecemasan pada anak-anak telah

    diakui sebagai masalah selama bertahun-

    tahun yang menyebabkan anak sering

    menunda dan menolak untuk melakukan

    perawatan. Suatu penelitian di Australia

    memperkirakan bahwa antara 50%

    hingga 80 % dari seluruh kasus penyakit

    yang terjadi berkaitan secara langsung

    dengan kecemasan sebagai faktor

    etiologi. Kecemasan perawatan gigi

    sering berasal di masa kecil (51%) atau

    remaja (22%). Salah satu aspek

    terpenting dalam mengatur tingkah laku

    anak dalam perawatan gigi adalah

    dengan mengontrol rasa sakit, karena

    pengalaman yang tidak menyenangkan

    akan berdampak terhadap perawatan

    giginya dimasa depan. Penundaan

    terhadap perawatan dapat

    mengakibatkan bertambah parahnya

    tingkat kesehatan mulut pasien dan

    terkadang menambah ketakutan pasien

    untuk berobat ke dokter gigi.3

    Perawatan gigi anak umumnya

    dimulai saat usia sekolah dasar, dimana

    banyak diantaranya menghadapi

    pengalaman pertama yang kurang

    menyenangkan sehingga dapat menjadi

    suatu kecemasan yang berkembang

    menjadi ketakutan yang kemudian

    menetap hingga dewasa.

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 4

    Perkembangan emosi berhubungan

    dengan seluruh aspek perkembangan

    anak. Perkembangan emosi dan sosial

    merupakan dasar perkembangan

    kepribadian di masa datang. Setiap orang

    akan mempunyai emosi rasa senang,

    marah, kesal dalam menghadapi

    lingkungannya sehari-hari. Pada tahap

    ini emosi anak usia dini lebih terperinci

    bernuansa atau terdeferensiasi,

    (Patmonodewo, 2003).

    Setiap anak menunjukkan ekspresi

    yang berbeda sepanjang

    perkembangannya. Pada awal

    perkembangan anak, mereka telah

    menjalin hubungan timbal balik dengan

    orang yang mengasuhnya. Menurut

    Beaty (1994) yang dikutip oleh Susanto

    (2011) dalam sebuah buku

    Perkembangan anak usia dini

    mengemukakan bahwa, ada beberapa

    emosi yang umum pada anak sebagai

    berikut : (a) kemarahan, terjadi saat

    keinginan tidak terpenuhi; (b) kasih

    sayang, sesuatu yang sangat dibutuhkan

    anak setiap saat; (c) cemburu apabila ada

    hal yang dilakukan anak lain melebihi

    apa yang dia lakukan; (d) takut akan

    sesuatu yang baru; (e) sedih, yang

    disebabkan hilangnya anggota keluarga,

    mainan, atau teman; dan (f) senang dan

    malu.

    Perkembangan emosi yang muncul

    pada setiap anak pasti berbeda antara

    anak yang satu dan anak yang lainnya.

    Ini disebabkan karena adanya faktor-

    faktor yang mempengaruhinya. Menurut

    Hurlock (1978), sedikitnya ada dua

    faktor yang mempengaruhi emosi anak,

    yaitu peran kematangan dan peran

    belajar.4

    Rasa sakit dan perawatan gigi

    sering disamakan persepsi oleh pasien,

    terkhusus pada masalah pertumbuhan

    gigi yang mengharuskan untuk

    dilakukan pencabutan, penyakit

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 5

    periodontal yang menghendaki tindakan

    bedah, atau gigi yang menghendaki

    perawatan saluran akar. Sehingga

    penting pada setiap kunjungan untuk

    mengurangi dan mengontrol rasa sakit.

    Terdapat banyak teknik dalam

    mengontrol rasa sakit untuk membantu

    anak menanggulangi situasi seperti ini

    baik sebelum perawatan dan setelah

    perawatan. Teknik tersebut meliputi

    penggunaan anastesi lokal atau obat anti

    sakit sebelum melakukan pencabutan

    gigi. Anastesi lokal adalah

    menghilangkan sensasi rasa nyeri

    sementara dibagian tubuh yang diperoleh

    dari aplikasi topikal atau agen injeksi

    tanpa menghilangkan tingkat kesadaran.

    Pencegahan nyeri selama prosedur

    perawatan gigi dapat memelihara

    hubungan pasien dan dokter gigi,

    membangun kepercayaan,

    menghilangkan kecemasan dan

    ketakutan pasien, serta memberikan

    sikap positif terhadap perawatan gigi,

    sehingga teknik tata cara anastesi perlu

    dipertimbangkan sebagai pedoman

    dalam mengatur tingkah laku pasien

    anak selama perawatan gigi. Pada

    tindakan non pencabutan, teknik yang

    digunakan juga perlu diperhatikan,

    misalnya dalam proses penambalan,

    perlu diperhatikan kecemasan anak jika

    preparasinya menggunakan hand

    instrument saja ataupun perawatan yang

    menggunakan rotary instrument.5

    PERKEMBANGAN EMOSIONAL

    DAN KOGNITIF ANAK

    Perkembangan adalah perubahan

    mental yang berlangsung secara bertahap

    dan dalam waktu tertentu, dari

    kemampuan yang sederhana menjadi

    kemampuan yang lebih sulit. Fase

    perkembangan dapat diartikan sebagai

    penahapan atau babakan rentang

    perjalanan kehidupan individu yang

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 6

    diwarnai ciri khusus atau pola tingkah

    laku tertentu.5

    Fase perkembangan menurut

    Sumiati Ahmad yang dikutip oleh

    Susanto (2011), membagi periodisasi

    biologis dan perkembangan emosional

    anak. Tahap I : mulai dari 0-1 tahun,

    disebut bayi. Sejak lahir, seorang

    individu sudah memiliki kemampuan

    untuk merasakan dan memberi respon

    emosi dalam bentuk tertarik pada

    sesuatu, merasa tertekan dan merasa

    jijik. Bayi sudah bisa memberikan

    senyuman sosial sebagai bentuk ekpsresi

    emosi, pada usia mulai 4-6 minggu.

    Emosi yang lain berkembang secara

    bertahap dan ditunjukkan dengan

    semakin banyaknya respon ketika anak

    berkembang seiring dengan waktu.

    Emosi marah, terkejut dan sedih mulai

    muncul pada usia 3-4 bulan, dan anak

    mulai bisa merasakan takut pada usia

    antara 5 7 bulan. Rasa malu mulai

    muncul pada usia 6-8 bulan, dan

    perasaan bersalah baru muncul pada

    anak sekitar usia 1 tahun. Ketika anak

    belum bisa bicara, mereka menggunakan

    emosi, khususnya senyuman dan

    tangisan untuk berkomunikasi.

    Senyuman bayi mengkomunikasikan

    rasa senang dan nyaman kepada orang

    tuanya, dan meningkatkan semakin

    banyaknya pernyataan cinta dan

    perhatian yang disampaikan oleh orang

    tuanya. Sebaliknya, tangisan merupakan

    bentuk komunikasi dari perasaan

    tertekan karena lapar, sakit atau marah.

    Tahap II : mulai dari 1-6 tahun, disebut

    masa prasekolah. Secara emosional,

    anak usia prasekolah sudah bisa

    merasakan cinta dan mempunyai

    kemampuan untuk menjadi anak yang

    penuh kasih sayang, baik dan sangat

    menolong, dan pada saat yang

    bersamaan bisa juga sangat egois dan

    agresif. Anak sudah bisa merasakan dan

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 7

    menyadari jika ada anak lain yang sedih,

    merasa bersimpati dan ingin menolong.

    Namun demikian, karena mereka belum

    bisa berpikir dari sudut pandang orang

    lain, mereka belum bisa diharapkan

    untuk berempati. Ketika anak semakin

    matang, mereka akan mampu untuk

    mengidentifikasi atau mengenali

    perasaan mereka, dan

    menghubungkannya dengan kejadian

    atau peristiwa yang spesifik.

    Anak usia 3 tahun bisa

    menceritakan perbedaan antara reaksi

    senang dan sedih pada sebuah cerita, dan

    seiring dengan meningkatnya

    kemampuan bahasa mereka, anak usia 4

    dan 5 tahun sudah bisa menyampaikan

    perasaan mereka pada orang lain. Anak

    usia ini sudah bisa mengekspresikan

    emosi dasar dari rasa marah dan takut,

    baik dengan cara yang positif maupun

    negatif. Marah sebagai bentuk

    pernyataan asertif, sebagai dasar dari

    cara anak mengembangkan kemampuan

    inisiatif, dan bisa mendorongnya kearah

    prestasi dan penyelesaian masalah. Rasa

    takut, yang diekspresikan dalam bentuk

    kecemasan yang ringan justru bisa

    menjadi sebuah motivator bagi mereka.

    Marah juga bisa mereka ekspresikan

    dalam bentuk agresisivitas, biasanya hal

    ini disebabkan karena mainan dan ruang

    bermain atau tempat untuk bereksplorasi

    yang kurang, dan kecemburuan biasanya

    berkaitan dengan persaingan antar

    saudara kandung.

    Anak prasekolah hanya

    mengekspresikan satu emosi pada satu

    waktu, dan belum bisa memadukan

    emosi atau perasaan dari hal-hal yang

    membingungkan. Karena itu, anak-anak

    ini menjadi bingung dan sulit untuk

    membedakan emosi mereka, dan tidak

    tahu bagaimana cara menyampaikan apa

    yang mengganggu atau apa yang mereka

    inginkan. Tahap III : mulai dari 6-12

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 8

    tahun, disebut masa sekolah.

    Perkembangan emosi anak usia sekolah

    kurang lebih sama dengan anak usia

    prasekolah, namun karena kemampuan

    kognitif mereka sudah lebih

    berkembang, hal ini memungkinkan

    mereka untuk bisa mengekpresikan

    emosinya dengan lebih bervariasi, dan

    terkadang bisa mengekpresikan secara

    bersamaan dua bentuk emosi yang

    berbeda dan bahkan bertolak belakang,

    Cenderung aktif, lebih yakin dan ramah

    dalam bergaul, tegas, tertarik dan senang

    dengan hal-hal yang baru, seperti :

    keterampilan baru atau pelajaran baru.

    Menunjukkan ketegasan, dan jika diberi

    kesempatan dapat menjadi bertahan

    (defensif) serta berbantah (argumentatif).

    Perkembangan kemampuan kognitif

    mereka juga yang membuat anak usia

    antara 6-8 tahun sudah mengetahui

    bahwa orang lain bisa mempunyai

    perasaan dan pikiran berbeda mengenai

    suatu hal. Pada usia 8-10 tahun mereka

    bisa mempersepsikan mengenai apa yg

    orang lain pikir dan rasakan, dan pada

    usia 12 tahun keatas mereka sudah

    mampu menganalisa dan mengevaluasi

    cara mereka merasakan atau memikirkan

    sesuatu, begitu juga orang lain, dan

    mereka sudah mulai bisa merasakan

    bentuk empati yang lebih dalam.

    Pengetahuan mengenai benar atau salah

    dan perkembangan emosi mengenai

    perasaan benar dan salah pada anak usia

    ini ditentukan oleh aturan yang ada

    dalam keluarga, sekolah, masyarakat dan

    teman sebaya mereka. Begitu anak-anak

    tumbuh dan berkembang, mereka

    semakin matang untuk membentuk

    aturan dan nilai-nilai mereka sendiri

    dalam kerangka sosial dan budaya yang

    lebih luas. Anak pada usia 6-7 tahun

    mengetahui adanya aturan, dan

    menganggap hal tersebut tidak bisa

    diubah, dan mereka selalu memikirkan

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 9

    mengenai hukuman yang akan mereka

    dapat jika mereka melanggar aturan.

    Mulai usia 10 tahun keatas, mereka

    mulai bisa mempertimbangkan antara

    tujuan tingkah laku dan konsekuensinya,

    mereka juga menyadari bahwa sebuah

    tingkah laku bisa memiliki makna

    berbeda tergantung sudut pandangnya.

    Mereka juga tahu bahwa aturan bisa

    diubah dan dikompromikan.6,7

    Jean Piaget (1954)

    mengemukakan teori mengenai

    Tahapan Perkembangan Kognitif yang

    membagi fase perkembangan anak

    menjadi 4 tahapan, yaitu: Sensory-motor

    Stage (0-2 tahun) yaitu keadaan dimana

    seorang anak mulai menyadari

    keberadaan dirinya dan mulai melakukan

    suatu tindakan secara terarah, tahap

    selanjutnya adalah Preoperative Stage

    (2-7 tahun), yaitu fase diamana seorang

    anak mulai belajar menggunakan bahasa,

    kata-kata dan mengenal gambar dan

    simbol. Pada tahap ini, sifat seorang

    anak masih egosentris. Tahap ketiga

    adalah Concrete Operasional Stage ( 7-

    11 tahun), merupakan tahap diamana

    seorang anak mulai berpikir secara logis

    mengenai benda-benda dan kejadian

    disekitarnya dan terkadang pemikirannya

    masih bersifat konkrit atau harafiah.

    Formal Operational Stage, yaitu tahapan

    dimana seorang anak dapat berpikir

    secara konkrit dan abstrak. Mereka

    mulai dapat berpikir tentang masa depan,

    membuat hipotesis, dan sebagainya (11

    tahun ke atas).7

    PENGUKURAN TINGKAT

    KECEMASAN

    Kecemasan merupakan masalah

    yang menyebabkan anak sering menolak

    untuk melakukan perawatan.1

    Kecemasan dalam praktek dokter gigi

    merupakan halangan yang sering

    mempengaruhi perilaku pasien dalam

    perawatan, dapat menimbulkan sikap

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 10

    yang tidak kooperatif, memberikan efek

    negatif terhadap prosedur perawatan

    yang akan dilakukan sehingga akan

    menghambat proses perawatan gigi.2,8

    Untuk mencegah terjadinya masalah ini,

    sebaiknya digunakan teknik manajemen

    bagi anak-anak untuk mengidentifikasi

    kecemasan dalam perawatan gigi pada

    usia sedini mungkin.8

    Untuk mengukur tingkat

    kecemasan, dapat digunakan macam

    kuesioner, skala atau derajat dengan

    tingkat validitas dan reabilitas yang

    berbeda-beda. Secara garis besar metode

    untuk mengukur derajat kecemasan

    tersebut dapat dikelompokkan menjadi

    dua. Metode pengukuran langsung, yaitu

    dimana si anak diminta untuk mengisi

    secara langsung kuesioner yang

    diberikan. Metode ini mempunyai

    kelemahan dapat menunjukkan hasil

    yang bias karena kemungkinan anak

    tidak mengerti isi kuesioner atau ada

    perasaan malus erta takut untuk mengisi

    kuesioner secara jujur. Metode

    pengukuran tidak langsung, yaitu

    melalui penelitian terhadap anak

    tersebut atau melalui interview terhadap

    pihak ketiga (orang tua, dokter gigi

    anakyang bersangkutan, atau orang-

    orang dalam lingkungan anak si anak).

    Pada metode ini anak tidak melakukan

    pengisian survei sendiri karena pengisian

    survei langsung dilakukan oleh peneliti.1

    Untuk menilai kecemasan dalam

    perawatan gigi, banyak teknik

    pengukuran yang dapat digunakan.

    Dalam menilai kecemasan atau

    ketakutan pada anak, dibedakan menjadi

    dua tipe teknik penilaian : teknik yang

    berdasarkan observasi reaksi anak (misal

    penilaian perilaku dan psikologis) dan

    teknik yang berdasar pada beberapa

    bentuk dari verbal-cognitive self-report

    (misal kuesioner).1 The Venham Picture

    Test (VPT). VPT merupakan skala

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 11

    pengukuran tingkat kecemasan yang

    menggunakan teknik gambar dalam

    menjawab dan terdiri dari delapan jenis

    yang menggambarkan situasi atau

    keadaan dari kecemasan. Skor yang

    dihasilkan dapat bervariasi dari 0 hingga

    8. VPT juga dapat digunakan sebagai

    alat ukur kecemasan situasional yang

    dapat memprediksi tingkah laku anak

    selama perawatan, namun reabilitas VPT

    masih memerlukan studi lanjut.1, Facial

    Images Scale (FIS) merupakan alat ukur

    yang digunakan untuk mengukur

    tingkat kecemasan yang terdiri dari lima

    kategori ekspresi wajah yang

    menggambarkan situasi atau keadaan

    dari kecemasan, mulai dari ekspresi

    wajah sangat senang (skor 1), Senang

    (skor 2), biasa-biasa saja (skor 3), tidak

    senang (skor 4), hingga sangat tidak

    senang (skor 5). Alat ukur ini

    menunjukkan dari skor satu yaitu

    menunjukkan ekspresi yang paling

    positif (sangat senang) sampai skor lima

    pada bagian wajah yang paling

    menunjukkan ekspresi negatif (sangat

    tidak senang). FIS dapat digunakan

    untuk mengukur tinkat kecemasan anak

    karena reliabilitas, stabilitas dan

    validitasnya cukup baik.

    Gambar 1. Gambaran 5 kategori wajah pada kuisioner Facial Image Scale. Sangat senang

    ( skor 1), senang (skor 2), biasa-biasa saja (skor 3), tidak senang (skor 4) dan sangat tidak

    senang ( skor 5).

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 12

    Pada penelitian ini akan diamati

    perbedaan kecemasan anak terhadap

    tindakan pencabutan (ekstraksi) dan non

    pencabutan (non ekstraksi) dalam

    perawatan gigi anak dengan

    menggunakan pendekatan ekspresi

    wajah yaitu skala pengukuran tingkat

    kecemasan dengan menggunakan Face

    Image Scale.

    METODE PENELITIAN

    Rancangan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian

    observasional analitik dengan rancangan

    sekat-silang (Cross-Sectional study).

    Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di bagian

    Pedodonsia, Rumah Sakit Gigi dan

    Mulut Pendidikan Hj. Halimah Dg Sikati

    (RSGMP) Kandea, Makassar pada

    Bulan Mei sampai Juni 2014.

    Kriteria Inklusi

    1. Pasien anak di bagian kedokteran

    gigi Anak, RSGMP kandea,

    Makassar yang datang pada saat

    penelitian berlangsung yaitu pada

    tanggal 11 mei 6 juni 2014.

    2. Anak berusia 6 12 tahun.

    3. Bersedia dijadikan sampel.

    Kriteria Eksklusi

    Anak dengan keterbelakangan mental.

    Data Penelitian

    a. Jenis Data : Data Primer.

    b. Pengelolaan Data : Perhitungan

    menggunakan program SPSS 16.

    c. Penyajian Data : Data disajikan

    dalam bentuk tabel distribusi.

    Definisi Operasional Variabel

    Ekstraksi gigi : berupa proses

    pencabutan gigi dari dalam soket di

    tulang alveolar.

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 13

    Non ekstraksi gigi : Perawatan

    gigi yang dilakukan selain tindakan

    pencabutan gigi, baik itu penambalan

    gigi, perawatan saluran akar ,maupun

    pembuatan space maintainer.

    Tingkat Kecemasan : Harapan

    negatif yang sering dikaitkan dengan

    pengalaman-pengalaman traumatis

    sebelumnya, takut sakit, trauma dan

    persepsi dari gagal atau perawatan gigi

    yang menyakitkan sebelumnya.

    Tata Laksana Penelitian

    Melakukan pemilihan subyek

    dengan cara Convenience Sampling dan

    sesuai kriteria subyek penelitian. Pada

    penelitian ini didapatkan 63 sampel

    berusia 6-12 tahun. Mencatat data

    subyek penelitian : Jenis kelamin, usia,

    jenis perawatan.

    Mengamati perawatan gigi anak,

    baik tindakan pencabutan (ekstraksi) dan

    tindakan non pencabutan (non ekstraksi).

    Mengamati ekspresi dominan yang

    ditimbulkan saat perawatan gigi anak

    dan mencocokkan dengan 5 kategori

    wajah yang terdapat pada kuisioner

    Facial Image Scale.

    Kriteria penilaian variabel

    Penilaian tingkat kecemasan

    berdasarkan ekspresi wajah dengan

    menggunakan Facial Image Scale

    .

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 14

    Keterangan : 1 : Sangat Senang

    2 : Senang

    3 : Biasa-Biasa saja

    4 : Tidak Senang

    5 : Sangat tidak senang

    Durasi Perawatan dihitung sejak Pasien

    duduk di atas dental unit hingga

    turundari dental unit.

    HASIL

    Dari penelitian analitik

    observasional dengan rancangan cross

    sectional yang dilakukan di klinik

    RSGMP kandea pada bulan Mei hingga

    juni 2014 dengan tujuan untuk

    mengetahui perbedaan rasa cemas anak

    terhadap perawatan pencabutan gigi

    (ekstraksi) dan non pencabutan gigi (non

    ekstraksi) , didapat data distribusi

    frekuensi subyek penelitian dengan

    berbagai tingkat kecemasan. Subyek

    penelitian berjumlah 63 anak yang

    terbagi atas 31 anak laki-laki dan 32

    anak perempuan yaitu keseluruhan anak

    yang mengunjungi klinik RSGMP

    kandea selama penelitian berlangsung.

    Dari penelitian ini diperoleh

    sampel sebanyak 63 orang anak. Pada

    tabel 1 memperlihatkan responden

    perempuan lebih banyak dibandingkan

    laki-laki, yaitu sebanyak 32 orang anak

    perempuan (50,8 %) berbanding 31

    orang anak laki-laki (49,2 %). Adapun

    dari karakteristik usia, responden

    terbanyak pada usia 9 tahun sedangkan

    yang paling sedikit yaitu responden pada

    usia 12 tahun. Pada tabel 2,

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 15

    memperlihatkan anak yang mendapatkan

    perawatan ekstraksi gigi saat penelitian

    ini berlangsung yaitu 29 orang (46%),

    jumlahnya lebih sedikit dibandingkan

    jumlah anak yang mendapatkan

    perawatan selain ekstraksi gigi (non

    ekstraksi) yaitu 34 anak (54%).

    Tabel 1. Distribusi karakteristik responden.

    Sumber : Data Primer

    Dari penelitian ini diperoleh

    sampel sebanyak 63 orang anak. Pada

    tabel 1 memperlihatkan responden

    perempuan lebih banyak dibandingkan

    laki-laki, yaitu sebanyak 32 orang anak

    perempuan (50,8 %) berbanding 31

    orang anak laki-laki (49,2 %). Adapun

    dari karakteristik usia, responden

    terbanyak pada usia 9 tahun sedangkan

    yang paling sedikit yaitu responden pada

    usia 12 tahun.

    Pada tabel 2, memperlihatkan anak

    yang mendapatkan perawatan ekstraksi

    gigi saat penelitian ini berlangsung yaitu

    29 orang (46%), jumlahnya lebih sedikit

    Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Persentase kumulatif

    Jenis kelamin

    Laki-laki 31 49,2 49,2

    Perempuan 32 50,8 100 Usia (tahun) 7 12 19 19

    8 11 17,5 36,5 9 16 25,4 61,9 10 9 14,3 76,2 11 12 19 95,2 12 3 4,8 100

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 16

    dibandingkan jumlah anak yang

    mendapatkan perawatan selain ekstraksi

    gigi (non ekstraksi) yaitu 34 anak (54%).

    Pada tabel 2, menunjukkan

    distribusi responden anak berdasarkan

    perawatan . Dari 63 anak yang menjadi

    sampel penelitian, 34 anak mendapatkan

    perawatan pencabutan gigi (ekstraksi)

    dan 29 anak yang lain mendapatkan

    perawatan gigi non ekstraksi.

    Tabel 2. distribusi responden anak berdasarkan perawatan

    Perawatan Frekuensi Persentase (%) Persentase kumulatif (%) Ekstraksi gigi 29 46 46 Non ekstraksi 34 54 100 Total 63 100

    Sumber : Data Primer

    Tabel 3. Distribusi responden anak berdasarkan Facial image scale (FIS) sebelum, Selama dan setelah perawatan.

    FIS (Facial image scale) Frekuensi Persentase (%) Persentase kumulatif (%)

    Sebelum perawatan

    1 2 3,2 3,2 2 29 46 49,2 3 16 25,4 74,6 4 16 25,4 100 5 0 0 100

    Selama perawatan

    1 1 1,6 1,6 2 4 6,3 7,9 3 47 74,6 82,5 4 11 17,5 100 5 0 0 100

    Setelah perawatan

    1 3 4,8 4,8 2 27 42,9 47,6 3 31 49,2 96,8 4 0 0 96,8 5 2 3,2 100

    Total 63 100

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 17

    Pada tabel 3 , memperlihatkan

    bahwa sebelum perawatan, jumlah

    responden anak dengan kategori Facial

    image Scale (FIS) 2 yaitu 29 orang

    anak (46%), lebih banyak dibandingkan

    jumlah responden anak dengan kategori

    Facial image Scale 1, 3,4 dan 5. Selama

    perawatan, jumlah responden anak

    dengan kategori Facial image scale (FIS)

    3 yaitu 47 orang anak (74,6%), lebih

    banyak dibandingkan jumlah responden

    anak dengan kategori facial image scale

    1,2,4 dan 5. Setelah perawatan, jumlah

    responden anak dengan kategori facial

    image scale (FIS) 3 yaitu 31 orang

    (49,2%), lebih banyak dibandingkan

    jumlah responden anak dengan kategori

    Facial image scale 1,2,4 dan 5.

    Tabel 4. Hubungan usia dengan kecemasan dental berdasarkan score Facial Image Scale sebelum perawatan.

    Usia

    (tahun)

    Score Facial Image Scale

    1 2 3 4 5 Total

    n % n % n % n % n % n %

    7 0 0 4 6,35 3 4,76 5 7,94 0 0 12 19,05

    8 1 1,6 5 7,94 3 4,76 2 3,17 0 0 11 17,46

    9 1 1,6 8 12,7 5 7,94 2 3,17 0 0 16 25,41

    10 0 0 4 6,35 2 3,17 3 4,76 0 0 9 14,28

    11 0 0 7 11,1 3 4,76 2 3,17 0 0 12 19,03

    12 0 0 1 1,6 0 0 2 3,17 0 0 3 4,77

    Total 2 3,17 29 46,04 16 25,39 16 25,38 0 0 63 100

    Pada tabel 4, memperlihatkan

    bahwa pada keseluruhan usia sampel

    memiliki score Facial Image Scale

    tertinggi 4, pada usia 7 tahun sebanyak 5

    anak (7,94 %), usia 8 tahun sebanyak 2

    anak (3,17%), usia 9 tahun sebanyak 2

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 18

    anak (3,17%), usia 10 tahun sebanyak 3

    anak (4,76%), usia 11 tahun sebanyak 2

    anak dan usia 12 tahun sebanyak 2 anak

    (3,17%). Score Facial image scale

    terbanyak pada score 2 (senang) yaitu

    pada usia 9 tahun sebanyak 8 orang

    (12,7%).

    Pada tabel 5, memperlihatkan

    bahwa selama perawatan score Facial

    Image Scale terbanyak pada anak usia 9

    tahun dengan score FIS 3, dan score

    Facial image scale tertinggi selama

    perawatan adalah score 4 (tidak senang).

    Tabel 5. Hubungan usia dengan kecemasan dental berdasarkan score Facial Image Scale

    selama perawatan.

    Usia

    (tahun)

    Score Facial Image Scale

    1 2 3 4 5 Total

    n % n % n % n % n % n %

    7 0 0 1 1,6 8 12,7 3 4,76 0 0 12 19,05

    8 1 1,6 1 1,6 7 11,1 2 3,17 0 0 11 17,46

    9 0 0 2 3,17 11 17,46 3 4,76 0 0 16 25,41

    10 0 0 0 0 8 12,7 1 1,6 0 0 9 14,28

    11 0 0 0 0 10 15,87 2 3,17 0 0 12 19,03

    12 0 0 0 0 2 3,17 1 1,6 0 0 3 4,77

    Total 1 1,6 4 6,37 46 73 12 19,06 0 0 63 100

    Sumber : Data Primer

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 19

    Tabel 6. Hubungan usia dengan kecemasan dental berdasarkan score Facial Image Scale

    setelah perawatan.

    Usia

    (tahun)

    Score Facial Image Scale

    1 2 3 4 5 Total

    n % n % n % n % n % n %

    7 1 1,6 4 6,35 7 11,1 0 0 0 0 12 19,05

    8 1 1,6 3 4,76 6 9,52 0 0 1 1,6 11 17,46

    9 0 0 8 12,7 7 11,1 0 0 2 3,17 16 25,41

    10 0 0 5 7,94 4 6,37 0 0 0 0 9 14,28

    11 0 0 5 7,94 6 9,52 0 0 0 0 12 19,03

    12 0 0 1 1,6 2 3,17 0 0 0 0 3 4,77

    Total 2 3,2 30 41,29 32 50,78 0 0 3 4,77 63 100

    Sumber : Data primer

    Pada tabel 6, memperlihatkan

    bahwa score Facial image scale

    terbanyak pada score 2 (senang) yaitu

    pada anak usia 9 tahun sebanyak 8 anak

    (12,7%).Pada tabel 7 memperlihatkan

    rerata nilai Facial Image Scale anak

    yang mendapatkan perawatan ekstraksi

    lebih tinggi dibandingkan anak yang

    mendapatkan perawatan non ekstraksi.

    Nilai p menunjukkan terdapat perbedaan

    yang signifikan nilai Facial Image Scale

    antara anak yang mendapatkan

    perawatan ekstraksi dengan anak yang

    mendapatkan perawatan non ekstraksi

    sebelum perawatan.

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 20

    Tabel 7. Perbandingan nilai Facial Image Scale antara kelompok anak yang

    mendapatkan perawatan ekstraksi dan non ekstraksi sebelum perawatan (dengan

    menggunakan uji t independen)

    n Rerata SD p

    Ekstraksi 29 3.00 0,92 0,024

    Non Ekstraksi 34 2.50 0,78

    Sumber : Data primer

    Pada tabel 8 memperlihatkan

    rerata nilai facial image scale anak yang

    mendapatkan perawatan ekstraksi lebih

    tinggi dibandingkan anak yang

    mendapatkan perawatan non ekstraksi.

    Nilai p menunjukkan tidak terdapat

    perbedaan yang signifikan nilai Facial

    Image Scale antara anak yang

    mendapatkan perawatan ekstraksi

    dengan anak yang mendapatkan

    perawatan non ekstraksi selama

    perawatan.

    Tabel 8. Perbandingan nilai Facial Image Scale antara kelompok anak yang

    mendapatkan perawatan ekstraksi dan non ekstraksi selama perawatan (dengan

    menggunakan uji t independen).

    N Rerata SD P

    Ekstraksi 29 3.17 0,60 0,216

    Non Ekstraksi 34 3.00 0,49

    Sumber : Data primer

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 21

    Tabel 9. Perbandingan nilai Facial Image Scale antara kelompok anak yang

    mendapatkan perawatan ekstraksi dan non ekstraksi setelah perawatan (dengan

    menggunakan uji t independen)

    N Rerata SD P

    Ekstraksi 29 2.26 0,83 0,028

    Non Ekstraksi 34 2.35 0,59

    Sumber : Data Primer

    Pada tabel 9, memperlihatkan

    rerata nilai Facial Image Scale anak

    yang mendapatkan perawatan ekstraksi

    lebih tinggi dibandingkan anak yang

    mendapatkan perawatan non ekstraksi.

    Nilai p menunjukkan terdapat perbedaan

    yang signifikan nilai Facial Image Scale

    antara anak yang mendapatkan

    perawatan ekstraksi dengan anak yang

    mendapatkan perawatan non ekstraksi

    selama perawatan.

    Tabel 10. Perbandingan nilai Facial Image Scale anak sebelum dan selama perawatan

    (dengan menggunakan uji t berpasangan)

    N Rerata SD Selisih rerata SD p

    FIS sebelum perawatan 63 2,73 0,88 0,34 0,88

    0,003

    FIS selama perawatan 63 3,08 0,55

    Sumber : Data primer

    Pada tabel 10 menggambarkan

    hasil uji t berpasangan. Diperoleh nilai

    signifikansi 0,003 (p < 0,05)

    menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 22

    rerata nilai FIS yang signifikan sebelum

    dan selama perawatan.

    Pada tabel 11 menggambarkan

    hasil uji t berpasangan. Diperoleh nilai

    signifikansi 0,000 (p < 0,05)

    menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

    rerata nilai FIS yang signifikan selama

    dan setelah perawatan.

    Tabel 11. Perbandingan nilai Facial Image Scale anak selama dan setelah perawatan

    (dengan menggunakan uji t berpasangan)

    N Rerata SD Selisih rerata SD p

    FIS selama perawatan 63 3,08 0,55 0,54 0,69

    0,000

    FIS setelah perawatan 63 2,54 0,74

    Sumber : Data primer

    Tabel 12. Perbandingan nilai Facial Image Scale anak sebelum dan setelah perawatan

    (dengan menggunakan uji t berpasangan)

    N Rerata SD Selisih rerata SD p

    FIS sebelum perawatan 63 2,73 0,88 0,19 1,03

    0,147

    FIS setelah perawatan 63 2,54 0,74

    Sumber : Data primer

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 23

    Gambar 1. Grafik hubungan durasi perawatan terhadap kecemasan setelah perawatan

    Pada tabel 12 menggambarkan

    hasil uji t berpasangan. Diperoleh nilai

    signifikansi 0,147 (p > 0,05)

    menunjukkan bahwa tidak terdapat

    perbedaan rerata nilai FIS yang

    signifikan sebelum dan setelah

    perawatan.

    Pada gambar 1, menunjukkan

    grafik hubungan durasi perawatan

    dengan kecemasan setelah perawatan.

    Pada grafik ini memperlihatkan bahwa

    semakin lama durasi perawatan maka

    semakin tinggi pula kecemasan anak.

    PEMBAHASAN

    Mc.donald dan Avery yang

    menyatakan bahwa tingkat kecemasan

    anak perempuan lebih tinggi

    dibandingkan dengan anak laki-laki.2

    Kecemasan dental lebih erat

    kaitannya dengan sifat-sifat

    temperamental seperti rasa malu dan

    emosional negatif dimana anak

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    0 0.5 1 1.5 2 2.5

    Dur

    asi p

    eraw

    atan

    Kecemasan Setelah Perawatan

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 24

    perempuan lebih memiliki temperamen

    yang lebih sensitif.2

    Dalam perawatan gigi anak,

    Anak yang mendapatkan tindakan

    ekstraksi ( pencabutan gigi) cenderung

    menampakkan emotional yang negatif

    menandakan tingginya tingkat

    kecemasan dibandingkan dengan anak

    yang mendapatkan perawatan gigi non

    ekstraksi. Hal ini disebabkan karena

    anak-anak memiliki ketakutan terhadap

    alat ekstraksi yang akan dimasukkan

    kedalam mulutnya yang mereka anggap

    dapat membahayakan diri mereka, dan

    ketakutan terhadap rasa nyeri yang

    mungkin akan mereka rasakan saat

    pencabutan gigi berlangsung.8

    Dari hasil penelitian juga

    didapatkan bahwa ada perbedaan yang

    bermakna antara nilai Facial Image

    Scale sebelum dan selama perawatan,

    dimana kecemasan dalam perawatan

    lebih tinggi dibandingkan sebelum

    perawatan disebabkan karena rasa takut

    yang meningkat terhadap alat-alat dan

    prosedur perawatan, juga terdapat

    perbedaan yang bermakna pada tingkat

    kecemasan selama dan setelah perawatan

    ,dimana tingkat kecemasan menurun

    setelah perawatan. Tingkat kecemasan

    antara sebelum dan setelah perawatan

    terdapat perbedaan namun tidak

    bermakna ini dikarenakan tingkat

    kecemasan meningkat selama perawatan

    dan menurun kembali setelah perawatan.

    Penelitian ini juga menunjukkan

    bahwa semakin lama durasi perawatan

    maka kecemasan juga akan semakin

    meningkat.

    SIMPULAN

    Berdasarkan jenis kelamin, nilai

    rasa cemas anak perempuan lebih tinggi

    dibandingkan anak laki-laki. Umur tidak

    begitu berpengaruh terhadap tingkat

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 25

    kecemasan. Anak yang mendapatkan

    tindakan pencabutan gigi (ekstraksi)

    memiliki tingkat kecemasan yang lebih

    tinggi dibandingkan pasien anak yang

    mendapatkan perawatan non-ekstraksi.

    Sebelum dan setelah perawatan,

    nilai FIS anak yang menandakan tingkat

    kecemasan menunjukkan nilai yang

    lebih tinggi pada anak yang

    mendapatkan tindakan pencabutan gigi

    (ekstraksi) dibandingkan dengan anak

    yang mendapatkan perawatan non

    ekstraksi. Selama perawatan, Pasien

    anak yang mendapatkan tindakan

    ekstraksi memiliki tingkat kecemasan

    yang lebih besar namun selisihnya kecil

    terhadap anak yang mendapatkan

    perawatan non ekstraksi sehingga

    perbedaannya tidak signifikan.

    berdasarkan durasi perawatan.

    Semakin lama durasi perawatan maka

    tingkat kecemasan juga akan semakin

    tinggi.

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 26

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Pinkham JR. Pediatric Dentistry. 2th

    ed. Washington : W.B. Saunders

    Company; 1988

    2. Mc.Donald, Avery. Dentistry for the

    child and adolescent 8th ed: :

    Nonpharmacologic management of

    childrens behaviours. 2005;35-48.

    3. Raducanu A, Victor feraru, Claudiu

    H, Regina A. Assessment of the

    prevalence of dental fear and its

    causes among children and

    adolescents attending a department

    of paediatric dentistry in Bucharest..

    OHDMBSC. 2009;8;42-49.

    4. Aminabadi NA, Sohrabi A,

    Erfanparast L, Oskouei SG, Ajami

    BA. Can birth order affect

    temperament, anxiety and behavior

    in 5 to 7 years old children in the

    dental setting?. J contemp Dent pract

    2011;12(4):225-231.

    5. Buchanan H.Validation of a facial

    image scale to assess child dental

    anxiety. International journal of

    paediatric Dentistry. 2002; 12:47-52.

    6. Dogan MC, Buse AS, Aslihan

    U,Gulsah S. Dental anxiety in

    children with cleft lip and palate: a

    pilot study. Oral health prev dent.

    2013;11:141-146.

    7. Prasetyo EP. Peranan musik sebagai

    fasilitas dalam praktek dokter gigi

    untuk mengurangi kecemasan pasien.

    Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas airlangga.41-44

    8. Mastorovic M, Tomislav S, Lajos S,

    Domagov G,Jaap S. Dental anxiety

    in relation to emotional and

    behavioral problems in Croatian

    adolescent.Coll antropol: 573-578

    9. -. Guideline on behavior guidance

    for the pediatric dental patient.

    American academy of pediatric

    dentistry .2011:175-187.

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 27

    10. Sholikah U. Therapeutic peer play

    sebagai upaya menurunkan

    kecemasan anak usia sekolah selama

    hospitalisasi. The Soedirman jurnal

    of nursing. 2011 (6): 20-30.

    11. Mc.donald, Avery. Dentistry for the

    child and adolescent 9th ed. Mosby.

    12. Hertanto M. Perbedaan tingkat

    kecemasan dental berdasarkan usia

    dan jenis kelamin terhadap

    lingkungan perawatan dental pada

    anak usia 6 9 tahun. Perpustakaan

    Universitas Indonesia. Available

    from URL:

    http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libr

    ary2/detail.jsp?id=125717&lokasi-

    lokal.

    13. Carillo DM, Crego A, Romero,

    Maroto M. Treatment experience,

    frequency of dental visits, and

    childrens dental fear : a cognitive

    approach. Eur J oral sci 2012 : 120:

    75-81.

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 28

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Tindakan Ekstraksi Dan Non Ekstraksi Di Bagian Kedokteran Gigi Anak, Rsgmp Kandea, Makassar

    Rita Amaliah Simon-FKG-UH 29

    LAMPIRAN-LAMPIRAN