proyek rumah kost armando

40
1 LAPORAN PERENCANAAN STRUKTUR PROYEK RUMAH KOST PEMILIK ARMANDO GUTERRES JALAN TUKAD PANCORAN Gg.IV K2 - Panjer BALI KONSULTAN STRUKTUR CV. GRAHA KENCANA INTERNATIONAL Jl. Tirta Tawar no. 31, Ubud - Bali (0361) 9234596

Upload: purnawan-ikp

Post on 18-Dec-2015

65 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

analisi struktur, teknik sipil

TRANSCRIPT

  • 1

    LAPORAN PERENCANAAN STRUKTUR

    PROYEK RUMAH KOST

    PEMILIK ARMANDO GUTERRES JALAN TUKAD PANCORAN Gg.IV K2 - Panjer

    BALI

    KONSULTAN STRUKTUR

    CV. GRAHA KENCANA INTERNATIONAL

    Jl. Tirta Tawar no. 31, Ubud - Bali

    (0361) 9234596

  • 2

    Pengantar

    Laporan ini disusun sebagai bagian dari kegiatan perencanaan struktur bangunan Proyek

    Rumah Kost Pemilik Armando Guterres Jl Tukad Pancoran Gang IV K2 Panjer Denpasar

    Bali. Analisis struktur dilakukan dengan pemodelan tiga dimensi menggunakan program

    SAP 2000, dengan pembebanan gempa menggunakan fitur auto load IBC 2006 yang

    merupakan referensi utama SNI Gempa yang akan segera diterbitkan.

    Perencanaan detail penulangan balok dan kolom dilakukan dengan bantuan program SAP

    2000 menggunakan ACI code, dengan faktor reduksi kekuatan dan beban yang

    digunakan disesuaikan dengan angka-angka pada SNI 03-2847-2002 Tata Cara

    Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.

    Dalam menentukan perencanaan pondasi bangunan, berdasarkan asumsi bahwa daya

    dukung tanah mencapai 30 ton/m2 dan di desaign dengan pondasi dangkal.

    Demikian laporan ini disiapkan sebagai acuan dalam perencanaan.

    Denpasar, Mei 2015

    Penanggung Jawab Struktur

  • 3

    LAPORAN PERENCANAAN

    Analisis dan Desain Struktur

    RUMAH KOST Pemilik Armando Guterres

    Jl Tukad Pancoran Gang IV K2 Panjer Denpasar Bali

    1. PENDAHULUAN

    DATA UMUM

    Nama proyek : Rumah Kost

    Lokasi proyek : Denpasar- Bali

    DATA STRUKTUR

    Fungsi bangunan : Rumah Kost

    Sistem struktur : Struktur rangka pemikul momen beton bertulang

    Mutu beton : fc = 20 Mpa

    Mutu tulangan : BJTD 32 fy = 320 MPa

    : BJTP 24 fy = 240 MPa

    Jenis pondasi : Pondasi dangkal (pondasi telapak)

    Jumlah dan fungsi lantai: - lantai 1 : hunian

    - lantai 2 : hunian

    PERATURAN PERENCANAAN

    1. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI-03-2847-2002

    2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI-03-1726-

    2002

    3. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 (PPIUG 1983)

    PEMBEBANAN

    Struktur dibebani dengan beban akibat berat sendiri struktur, beban mati tambahan, beban

    hidup dan beban gempa. Beban mati tambahan meliputi beban tembok, dan beban

  • 4

    finishing lantai serta beban genteng. Beban hidup meliputi beban hidup lantai dan beban

    akibat air hujan. Beban gempa dapat didesain dengan metode respon spektrum, dengan

    menggunakan data respon spektrum sesuai dengan lokasi bangunan berada. Beban yang

    digunakan dalam perencanaan struktur meliputi:

    1. Beban mati (D) : berat sendiri struktur + beban mati tambahan + beban tembok +

    beban genteng

    2. Beban hidup (L) : beban hidup pada lantai dan beban hidup atap

    3. Beban gempa (E)

    Kombinasi beban yang digunakan yaitu:

    1. 1,4D

    2. 1,2D + 1,6 L

    3. 1D + 1L +1E

    4. 1D + 1L - 1E

    5. 1,2D + L + E

    6. 1,2D + L E

    7. 0,9 D + E

    8. 0,9D E

    Beban-beban yang bekerja pada struktur:

    A. Beban mati

    1. Beban tembok : 250 kg/m2 (PPIUG 1983)

    2. Beban mati finishing lantai

    Adukan per cm tebal : 21 kg/m2 (PPIUG 1983)

    Penutup lantai per cm tebal : 24 kg/m2 (PPIUG 1983)

    Plafond : 20 kg/m2 (PPIUG 1983)

    Beban MEP : 25 kg/m2

    3. Beban genteng : 50 kg/m2 (PPIUG 1983)

    B. Beban hidup

    1. Beban hidup lantai : 250 kg/m2 (PPIUG 1983)

    2. Beban hidup lantai parkir

    Untuk lantai bawah : 800 kg/m2 (PPIUG 1983)

    Untuk lantai tingkat lainnya : 400 kg/m2 (PPIUG 1983)

  • 5

    3. Beban hidup tangga : 300 kg/m2 (PPIUG 1983)

    4. Beban hidup pada atap gedung

    Pada atap dan/atau bagian atap serta pada struktur tudung (canopy) yang dapat dicapai

    dan dibebani oleh orang, harus diambil 100 kg/m2 bidang datar.

    Pada atap dan/atau bagian atap yang tidak dapat dicapai dan dibebani oleh orang, harus

    diambil yang paling menentukan diantara kedua macam beban berikut:

    a. Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari air hujan sebesar (40-0,8)

    kg/m2.

    Dimana adalah sudut kemiringan atap dalam derajat, dengan ketentuan beban

    tersebut tidak perlu diambil > 20 kg/m2 dan tidak perlu ditinjau bila > 50o.

    b. Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam kebakaran

    dengan peralatannya sebesar 100 kg.

    C. Beban gempa

    Penentuan kategori disain seismik dari struktur banguan didasari pada lokasi bangunan

    berada yaitu di Denpasar-Bali. Berdasarkan peta zonasi gempa untuk wilayah

    Indonesia 2014, Daerah Denpasar termasuk ke dalam wilayah dengan nilai spektral

    percepatan-Ss = 0.9 g dan S1 = 0.3 g. Analisis beban gempa rencana pada struktur

    bangunan dilakukan dengan menggunakan fitur pembebanan gempa otomatis

    berdasarkan peraturan maupun data-data gempa yang terjadi dibeberapa negara

    berdasarkan SAP 2000. Selanjutnya dalam pemodelan struktur Proyek Rumah Kost

    Pemilik Armando Guterres Jl Tukad Pancoran Gang IV K2 Panjer Denpasar Bali ini,

    pembebanan gempa yang diberikan dilakukan secara otomatis menggunakan fitur Auto

    load berdasarkan IBC 2006 yang merupakan referensi untuk SNI Gempa yang akan

    segera diterbitkan dengan koefisien-koefisien yang disesuaikan dengan lokasi

    bangunan berada.

  • 6

    Gambar 1. Ss, Gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tersesuaikan (MCER),

    parameter gerak tanah, untuk percepatan respons spektral 0,2 detik, dalam g, (5 persen

    redaman kritis) kelas situs SB

    Sumber : RSNI 03-1726-xxxx

  • 7

    Gambar 2. S1, Gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tersesuaikan (MCER),

    parameter gerak tanah, untuk percepatan respons spektral 1 detik, dalam g, (5 persen redaman

    kritis) kelas situs SB

    Sumber : RSNI 03-1726-xxxx

    Berikut ini merupakan perhitungan beban yang bekerja pada struktur bangunan Rumah

    Kost milik Armando Guterres Jl Tukad Pancoran Gang IV K2 Panjer Denpasar Bali.

    A. Lantai I

    1. Balok

    - Berat sendiri balok : dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000

    - Beban tembok : 250 kg/m2

    Untuk tembok lantai 1 : H tembok = 3,6 m

    Beban tembok = 250 kg/m2 x 3,6 m = 900 kg/m

    2. Beban pelat lantai 1

    - Berat sendiri pelat : dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000

    - Beban hidup : 250 kg/m2

  • 8

    - Beban mati tambahan

    Adukan 3 cm : 63 kg/m2

    Penutup 1cm : 24 kg/m2

    Total : 87 kg/m2

    B. Lantai II

    1. Balok

    - Berat sendiri balok : dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000

    - Beban tembok : 250 kg/m2

    Untuk tembok lantai 1 : H tembok = 3,5 m

    Beban tembok = 250 kg/m2 x 3,5 m = 875 kg/m

    2. Beban pelat lantai 1

    - Berat sendiri pelat : dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000

    - Beban hidup : 250 kg/m2

    - Beban mati tambahan

    Adukan 3 cm : 63 kg/m2

    Penutup 1cm : 24 kg/m2

    Plafond : 20 kg/m2

    MEP : 25 kg/m2

    Total : 132 kg/m2

    C. Beban atap

    1. Berat sendiri pelat : dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000

    2. Balok

    - Berat sendiri balok : dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000

    3. Beban hidup : 100 kg/m2

    4. Beban genteng : 50 kg/m2

    5. Beban air hujan : 20 kg/m2

    6. Beban mati tambahan

    Plafond : 20 kg/m2

    MEP : 25 kg/m2

    Total : 45 kg/m2

  • 9

    2. PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

    PEMODELAN STRUKTUR

    Pemodelan struktur dilakukan dengan menggunakan program SAP 2000. Struktur

    didesain sebagai struktur rangka pemikul momen khusus. Struktur bangunan dimodelkan

    secara 3 dimensi yang diperlihatkan pada Gambar 6. Komponen struktur seperti balok

    dan kolom dimodelkan sebagai elemen batang (frame element) sedangkan pelat dan

    dinding dimodelkan sebagai shell element. Pembebanan pada model struktur diberikan

    sesuai dengan perhitungan beban rencana yang telah dibahas sebelumnya.

    Data-data elemen struktur:

    Sloof : 250/350 mm

    Balok induk (B1) : 250/350 mm

    Balok induk (B2) : 200/300 mm

    Kolom K1 : 250/250 mm

    Kolom K2 : 250/350 mm

    Pelat lantai (P1) : 120 mm

    Pelat atap (P2) : 100 mm

    Pelat tangga : 150 mm

    Pasangan dinding, tebal 15 cm

    Gambar 3. Denah Pondasi dan Sloof

  • 10

    Gambar 4. Denah Balok dan Kolom Lantai 2

    Gambar 5. Denah Balok Atap

  • 11

    Gambar 6. Model 3D Struktur

    ANALISIS STRUKTUR

    Analisis struktur dilakukan menggunakan program SAP 2000 dengan faktor beban

    merujuk pada peraturan perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung SNI 03-2847-

    2002. Dari hasil analisa struktur, diperoleh gaya-gaya dalam masing-masing struktur

    portal, seperti diperlihatkan pada Gambar 7 sampai 36.

  • 12

    Gambar 7. Reaksi Perletakan Portal Grid A (N)

    (Kombinasi Beban 1D+1L+1E)

    Gambar 8. Reaksi Perletakan Portal Grid B (N)

    (Kombinasi Beban 1D+1L+1E)

    Gambar 9. Reaksi Perletakan Portal Grid C (N)

    (Kombinasi Beban 1D+1L+1E)

  • 13

    Gambar 10. Momen Portal Grid A (kNm)

    (Beban Mati)

    Gambar 11. Momen Portal Grid B (kNm)

    (Beban Mati)

  • 14

    Gambar 12. Momen Portal Grid C (kNm)

    (Beban Mati)

    Gambar 13. Gaya Geser Portal Grid A (kN)

    (Beban Mati)

  • 15

    Gambar 14. Gaya Geser Portal Grid B (kN)

    (Beban Mati)

    Gambar 15. Gaya Geser Portal Grid C (kN)

    (Beban Mati)

  • 16

    Gambar 16. Gaya Aksial Portal Grid A (kN)

    (Beban Mati)

    Gambar 17. Gaya Aksial Portal Grid B (kN)

    (Beban Mati)

  • 17

    Gambar 18. Gaya Aksial Portal Grid C (kN)

    (Beban Mati)

    Gambar 19. Momen Portal Grid A (KNm)

    (Beban Hidup)

  • 18

    Gambar 20. Momen Portal Grid B (KNm)

    (Beban Hidup)

    Gambar 21. Momen Portal Grid C (KNm)

    (Beban Hidup)

  • 19

    Gambar 22. Gaya Geser Portal Grid A (KN)

    (Beban Hidup)

    Gambar 23. Gaya Geser Portal Grid B (KN)

    (Beban Hidup)

  • 20

    Gambar 24. Gaya Geser Portal Grid C (KN)

    (Beban Hidup)

    Gambar 25. Gaya Aksial Portal Grid A (KN)

    (Beban Hidup)

  • 21

    Gambar 26. Gaya Aksial Portal Grid B (KN)

    (Beban Hidup)

    Gambar 27. Gaya Aksial Portal Grid C (KN)

    (Beban Hidup)

  • 22

    Gambar 28. Momen Portal Grid A (KNm)

    (Beban Gempa)

    Gambar 29. Momen Portal Grid B (KNm)

    (Beban Gempa)

  • 23

    Gambar 30. Momen Portal Grid C (KNm)

    (Beban Gempa)

    Gambar 31. Gaya Geser Portal Grid A (KN)

    (Beban Gempa)

  • 24

    Gambar 32. Gaya Geser Portal Grid B (KN)

    (Beban Gempa)

    Gambar 33. Gaya Geser Portal Grid C (KN)

    (Beban Gempa)

  • 25

    Gambar 34. Gaya Aksial Portal Grid A (KN)

    (Beban Gempa)

    Gambar 35. Gaya Aksial Portal Grid B (KN)

    (Beban Gempa)

  • 26

    Gambar 36. Gaya Aksial Portal Grid C (KN)

    (Beban Gempa)

  • 27

  • 28

    PERENCANAAN PONDASI

    Pondasi bangunan pada Rumah Kost ini direncanakan sebagai pondasi dangkal (pondasi

    telapak) dengan kedalaman 1,5 m dari muka tanah asli. Daya dukung tanah ijin pada

    lokasi diasumsikan sebesar 30 ton/m2. Berikut ini disajikan contoh perhitungan

    perencanaan pondasi pada bangunan Rumah kost.

    Data perencanaan:

    o Tegangan ijin tanah (t) : 30 ton/m2

    o Panjang pondasi (L) : 1500 mm

    o Lebar pondasi (B) : 1500 mm

    o Dicoba tebal pondasi (h) : 400 mm

    o Penutup beton (p) : 75 mm

    o Diameter tulangan pondasi : 16 mm

    o Pu : 618,04 KN

    Penentuan ukuran pondasi telapak

    Syarat : Pu/Apondasi t

    2

    2

    2

    06.2/300000

    618040

    /300000618040

    mmN

    NA

    mNA

    N

    pondasi

    pondasi

    Dicoba ukuran pondasi, B = 1.5 m dan H = 1.5 m

    Apondasi = 1.5 m x 1.5 m = 2,15 m2 > 2,06 m

    2, sehingga ukuran pondasi 1.5 m x 1.5 m

    dapat digunakan.

    Kontrol tebal pondasi terhadap geser dua arah

    Syarat: Vu < Vc

    Dimensi kolom = 250x250 mm

    d = 400 mm 75 mm 16/2 = 317 mm

    bo = keliling kritis tampang 2 arah

    = 2(150+2(d/2))+2(400+2(d/2)) = 2268 mm

    Vu pondasi = Pu (gaya aksial ultimate kolom yang bekerja pada pondasi akibat kombinasi

    beban 1D + 1L + 1E)

    Sehingga Vu = 618,04 KN

  • 29

    Sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2.1, untuk pelat dan pondasi telapak non prategang,

    nilai Vc harus diambil sebagai nilai terkecil dari persamaan berikut:

    Vc = 6

    '21

    dbcf o

    c

    (1)

    Vc = 12

    '2

    dbcf

    b

    d o

    o

    s

    (2)

    Vc = dbcf o'3

    1 (3)

    Dimana,

    c = rasio sisi panjang terhadap sisi pendek pada kolom, daerah beban terpusat atau

    daerah reaksi.

    s = 40 untuk kolom interior, 30 untuk kolom tepi, dan 20 untuk kolom sudut.

    1) Vc = 6

    '21

    dbcf o

    c

    =6

    )317)(2268(20

    1

    21

    = 1607634 N

    2) Vc = 12

    '2

    dbcf

    b

    d o

    o

    s

    =

    12

    )317)(2268(202

    2268

    )317)(40(

    = 2033880 N

    3) Vc = dbcf o'3

    1= )317)(2268(20

    3

    1= 1071756 N

    Vu = 618040 N < Vc terkecil = 618040 N < 0,75x1071756 N = 803817........ (OK).

    Sehingga tebal pondasi 400 mm dapat digunakan.

    Penulangan pelat pondasi

    Data perencanaan:

    o Panjang pondasi (L) : 1500 mm

    o Lebar pondasi (B) : 1500 mm

    o Dicoba tebal pondasi (h) : 400 mm

    o Penutup beton (p) : 75 mm

    o Diameter tulangan pondasi : 16 mm

    o Mu yang berasal dari kolom : 64,52 KNm = 64520000 Nmm

    o Mutu beton (fc) : 20 Mpa

    o Mutu tulangan tarik (fy) : 320 Mpa

  • 30

    o Tinggi efektif pelat (d) = 317 mm

    Mu = 64,52 KNm = 6452000 Nmm

    Mn = Mu/ = 64520000/0,8 = 80650000 Nmm = 80,65 KNm

    Rn = Mn/(b*d2) = 80650000/(1500*317

    2) = 0,45351 MPa

    m = fy/0,85fc = 18,8

    fy

    mRn

    m

    211

    1 = 0017,0

    320

    )453,0)(8,18(211

    8,18

    1

    min 1 = 1,4/fy = 0,004375

    min 2 = )320(4

    20

    4

    '

    yf

    cf= 0,0035 digunakan min terkecil yaitu, 0,0035

    Karena nilai hasil analisis < min, untuk selanjutnya digunakan nilai = min =

    0,0035.

    As = *b*d = 0,0035*1500*317 = 2080,3 mm2

    Digunakan diameter tulangan D 16 mm dengan As = 200,96 mm2

    Sehingga banyak tulangan yang dibutuhkan adalah 2080,3/200,96 11 batang.

    Jarak tulangan = 1500/(11-1) = 150 mm atau dipasang tulangan D16-150.

    DESAIN PENULANGAN ELEMEN STRUKTUR

    Masing-masing elemen struktur seperti balok, kolom dan pelat didesain untuk menahan

    gaya-gaya dalam yang terjadi, dengan asumsi mutu beton fc 20 MPa setara dengan beton

    K225, dan mutu baja fy 320 MPa. Dimensi dan penulangan elemen struktur didesain

    untuk memastikan diperoleh perilaku struktur yang daktail.

    Dalam perencanaan struktur Pondok Wisata ini, data tulangan direncanakan berdasarkan

    hasil desain SAP 2000 menggunakan peraturan ACI 318-05/IBC 2003. Berikut ini

    ditampilkan kebutuhan tulangan perlu untuk elemen balok dan kolom yang merupakan

    hasil desain SAP 2000.

  • 31

    Gambar 37. Kebutuhan Tulangan Longitudinal Portal Grid A

    Berdasarkan SAP 2000

    Gambar 38. Kebutuhan Tulangan Longitudinal Portal Grid B

    Berdasarkan SAP 2000

  • 32

    Gambar 39. Kebutuhan Tulangan Longitudinal Portal Grid C

    Berdasarkan SAP 2000

    Gambar 40. Kebutuhan Tulangan Transversal Portal Grid A

    Berdasarkan SAP 2000

  • 33

    Gambar 41. Kebutuhan Tulangan Transversal Portal Grid B

    Berdasarkan SAP 2000

    Gambar 42. Kebutuhan Tulangan Transversal Portal Grid C

    Berdasarkan SAP 2000

    Penulangan Balok

    Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan perlu

    pada balok. Dengan fasilitas offset dalam SAP 2000 didapat gaya-gaya dalam yang

    digunakan dalam perhitungan adalah gaya-gaya dalam yang terjadi di muka kolom,

  • 34

    sehingga bisa didapat luas tulangan perlu yang lebih sedikit. Diambil contoh salah satu

    balok dari keluaran luas tulangan perlu hasil analisa SAP 2000 seperti diperlihatkan pada

    Gambar 43.

    Gambar 43. Disain Kebutuhan Tulangan Lentur Berdasarkan SAP 2000

    Dari Gambar 43 diperlihatkan tulangan perlu pada balok dengan ukuran 250 x 350 mm

    Pada tumpuan atas (tulangan tarik) As perlu = 484 mm2

    Pada tumpuan bawah (tulangan tekan) As perlu = 312 mm2

    Pada lapangan atas (tulangan tekan) As perlu = 164 mm2

    Pada lapangan bawah (tulangan tarik) As perlu =254 mm2

    Karena nilai tulangan perlu hasil SAP 2000 kecil, maka selanjutnya perlu dikontrol

    terhadap luas tulangan minimum berdasarkan analisis.

    Data perencanaan (balok 250/350):

    B : 250 mm

    H : 350 mm

    fc : 20 Mpa

    fy : 320 Mpa

    Balok direncanakan dengan tebal penutup beton = 40 mm, sengkang 10, dan tulangan

    utama D16.

    Balok 250/350

  • 35

    d = 400-40-10-(16/2) = 342 mm

    1 : 004375,0320

    4,14,1

    fy

    2 :

    0035,03204

    20

    4

    '

    fy

    f c

    Sehingga digunakan min = 0,0035

    Asmin= min x b x d = 0,0035 x 250 x 342 = 299,25 mm

    n tulangan =

    buahAs

    As

    tul

    249,116*14,3*25,0

    299,252

    min

    Sehingga dipasang tulangan sebagai berikut:

    Pada tumpuan atas (tulangan tarik) As perlu = 330 mm2 3D16 (As = 602,88 mm2)

    Pada tumpuan bawah (tulangan tekan) As perlu = 215 mm2 2D16 (As = 401,92 mm2)

    Pada lapangan atas (tulangan tekan) As perlu = 106 mm2 2D16 (As = 401,92 mm2)

    Pada lapangan bawah (tulangan tarik) As perlu = 269 mm2 2D16 (As = 401,92 mm2)

    Penulangan Geser

    Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan geser

    perlu pada balok. Diambil contoh salah satu penulangan geser balok dari hasil keluaran

    SAP 2000 seperti diperlihatkan pada Gambar 44.

    Gambar 44. Disain Kebutuhan Tulangan Geser Berdasarkan SAP 2000

    Balok 250/350 mm

  • 36

    Dari Gambar 44 diperlihatkan tulangan geser perlu pada balok dengan ukuran 250 x 350

    mm.

    Pada tumpuan diperoleh rasio tulangan geser maksimum = 0,618

    Pada tumpuan diperoleh rasio tulangan geser maksimum = 0,362

    Dihitung dengan bantuan excel didapat

    Tulangan Geser

    Luas Tul. Perlu (As SAP) Tulangan Luas Tul Jumlah Pakai Luas Total Jarak Dipakai

    mm2/mm mm

    2/m D dicoba mm

    2 Tulangan

    mm

    2 (mm)

    0,618 618 10 157,14 3,9 5 785,7 250 210-100

    0,362 362 10 157,14 2,3 4 628,56 300 210-150

    Dipasang tulangan sengkang 210-100 mm pada tumpuan

    Dipasang tulangan sengkang 210-150 mm pada lapangan

    Penulangan Kolom

    Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan perlu

    pada kolom. Diambil contoh salah satu kolom dari hasil keluaran SAP 2000 seperti

    diperlihatkan pada Gambar 45.

    Gambar 45. Disain Kebutuhan Tulangan Lentur Berdasarkan SAP 2000

    Kolom 250/250 mm

  • 37

    Dari Gambar 45 diperlihatkan tulangan perlu pada kolom dengan ukuran 250 x 250 mm

    As perlu = 902,11 mm2

    Rasio tulangan = 902,11/(250x250) = 0,014 = 1,4 %

    Direncanakan menggunakan tulangan kolom D16, sehingga jumlah tulangan yang

    dipasang yaitu,

    n =

    buahAs

    As

    tul

    perlu848,4

    16*14,3*25,0

    11,9022

    Dipasang tulangan 8 D 16 , As = 1609,84 mm2

    Penulangan Geser

    Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan geser

    perlu pada kolom. Diambil contoh salah satu kolom dari hasil keluaran SAP 2000 seperti

    diperlihatkan pada Gambar 46.

    Gambar 46. Disain Kebutuhan Tulangan Geser Berdasarkan SAP 2000

    Kolom 250/250

    mm

  • 38

    Dari gambar 46 diperlihatkan bahwa rasio tulangan geser perlu terbesar pada kolom

    yang ditinjau adalah 0,330.

    Tulangan Geser

    Luas Tul. Perlu (As SAP) Tulangan Luas Tul Jumlah Pakai Luas Total Jarak Dipakai

    mm2/mm mm

    2/m D dicoba mm

    2 Tulangan

    mm

    2 (mm)

    0,330 330 10 157,08 2,1 3 471,24 500 210-150

    Digunakan sengkang 210 dengan jarak minimum sengkang yaitu 150 mm.

    Penulangan Pelat

    Penulangan Pelat Lantai

    Dari hasil analisis struktur menggunakan SAP 2000, diperoleh keluaran momen

    maksimum yang terjadi pada tumpuan dan lapangan pelat lantai adalah sebagai berikut.

    Momen maksimum pada tumpuan yaitu, 19,5 KNm

    Momen maksimum pada lapangan yaitu, 14,8 KNm

    Penulangan pelat lantai pada daerah lapangan (arah x dan y):

    Lebar pelat (b) = 1000 mm

    Tebal pelat (h) = 120 mm

    Mutu beton (fc) = 20 MPa

    Mutu tulangan tarik dan tekan (fy) = 500 MPa

    Penutup beton (p) = 20 mm

    Diameter tulangan rencana = 10 mm

    Tinggi efektif pelat (d) = 96 mm

    Mu = 19,5 KNm = 19500000 Nmm

    Mn = Mu/ = 19500000/0,8 = 24375000 Nmm =24,375 KNm

    Rn = Mn/(b*d2) = 2,64 MPa

    m = fy/0,85fc = 29,412

    fy

    mRn

    m

    211

    1 = 0,0057

    min 1 = 1,4/fy = 0,0028

  • 39

    min 2 = )500(4

    20= 0,002236, digunakan min terkecil yaitu, 0,002236

    Karena nilai hasil analisis > min, untuk selanjutnya digunakan nilai = 0,0057.

    As = *b*d = 0,0057*1000*95 = 553,8 mm2

    Jika digunakan wiremesh M8 sebagai tulangan pelat,

    As M10 = (1000/150)*(1/4)**(102)

    = 553,10 mm2

    As M10 > As analisis, sehingga penggunaan wiremesh M10 dapat digunakan.

    Penulangan pelat lantai pada daerah tumpuan (arah x dan y):

    Mu = 14,89 KNm = 14890000 Nmm

    Mn = Mu/ = 14890000/0,8 = 15275000Nmm = 15,275 KNm

    Rn = Mn/(b*d2) = 1,657 MPa

    m = fy/0,85fc = 29,412

    fy

    mRn

    m

    211

    1 = 0,0035

    min 1 = 1,4/fy = 0,0028

    min 2 = )500(4

    20= 0,002236, digunakan min terkecil yaitu, 0,002236

    Karena nilai hasil analisis > min, untuk selanjutnya digunakan nilai min = 0,0035.

    As = *b*d = 0,0035*1000*96 = 336 mm2

    Jika digunakan wiremesh M10 sebagai tulangan pelat,

    As M10 = (1000/150)*(1/4)**(102)

    = 553,10 mm2

    Karena nilai As M10 > As analisis, wiremesh M10 dapat digunakan.

    Penulangan Pelat Tangga

    Dari hasil analisis struktur menggunakan SAP 2000, diperoleh keluaran momen

    maksimum yang terjadi pada tumpuan dan lapangan pelat tangga adalah sebagai berikut.

    Momen maksimum pada tumpuan yaitu, -4,8 KNm

    Momen maksimum pada lapangan yaitu, 47,3 KNm

  • 40

    Melalui proses perhitungan tulangan yang sama dengan perhitungan tulangan pelat lantai

    dan dengan bantuan perhitungan di excel maka didapat penulangan pelat tangga sebagai

    berikut.

    Di daerah tumpuan 10-150 atau dapat digunakan wiremesh M10.

    Di daerah lapangan 10-150 atau dapat digunakan wiremesh M10.

    Untuk selanjutnya, hasil lengkap mengenai tulangan yang dipasang ditampilkan pada

    gambar struktur.