proyek rumah kost armando
DESCRIPTION
analisi struktur, teknik sipilTRANSCRIPT
-
1
LAPORAN PERENCANAAN STRUKTUR
PROYEK RUMAH KOST
PEMILIK ARMANDO GUTERRES JALAN TUKAD PANCORAN Gg.IV K2 - Panjer
BALI
KONSULTAN STRUKTUR
CV. GRAHA KENCANA INTERNATIONAL
Jl. Tirta Tawar no. 31, Ubud - Bali
(0361) 9234596
-
2
Pengantar
Laporan ini disusun sebagai bagian dari kegiatan perencanaan struktur bangunan Proyek
Rumah Kost Pemilik Armando Guterres Jl Tukad Pancoran Gang IV K2 Panjer Denpasar
Bali. Analisis struktur dilakukan dengan pemodelan tiga dimensi menggunakan program
SAP 2000, dengan pembebanan gempa menggunakan fitur auto load IBC 2006 yang
merupakan referensi utama SNI Gempa yang akan segera diterbitkan.
Perencanaan detail penulangan balok dan kolom dilakukan dengan bantuan program SAP
2000 menggunakan ACI code, dengan faktor reduksi kekuatan dan beban yang
digunakan disesuaikan dengan angka-angka pada SNI 03-2847-2002 Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.
Dalam menentukan perencanaan pondasi bangunan, berdasarkan asumsi bahwa daya
dukung tanah mencapai 30 ton/m2 dan di desaign dengan pondasi dangkal.
Demikian laporan ini disiapkan sebagai acuan dalam perencanaan.
Denpasar, Mei 2015
Penanggung Jawab Struktur
-
3
LAPORAN PERENCANAAN
Analisis dan Desain Struktur
RUMAH KOST Pemilik Armando Guterres
Jl Tukad Pancoran Gang IV K2 Panjer Denpasar Bali
1. PENDAHULUAN
DATA UMUM
Nama proyek : Rumah Kost
Lokasi proyek : Denpasar- Bali
DATA STRUKTUR
Fungsi bangunan : Rumah Kost
Sistem struktur : Struktur rangka pemikul momen beton bertulang
Mutu beton : fc = 20 Mpa
Mutu tulangan : BJTD 32 fy = 320 MPa
: BJTP 24 fy = 240 MPa
Jenis pondasi : Pondasi dangkal (pondasi telapak)
Jumlah dan fungsi lantai: - lantai 1 : hunian
- lantai 2 : hunian
PERATURAN PERENCANAAN
1. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI-03-2847-2002
2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI-03-1726-
2002
3. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 (PPIUG 1983)
PEMBEBANAN
Struktur dibebani dengan beban akibat berat sendiri struktur, beban mati tambahan, beban
hidup dan beban gempa. Beban mati tambahan meliputi beban tembok, dan beban
-
4
finishing lantai serta beban genteng. Beban hidup meliputi beban hidup lantai dan beban
akibat air hujan. Beban gempa dapat didesain dengan metode respon spektrum, dengan
menggunakan data respon spektrum sesuai dengan lokasi bangunan berada. Beban yang
digunakan dalam perencanaan struktur meliputi:
1. Beban mati (D) : berat sendiri struktur + beban mati tambahan + beban tembok +
beban genteng
2. Beban hidup (L) : beban hidup pada lantai dan beban hidup atap
3. Beban gempa (E)
Kombinasi beban yang digunakan yaitu:
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6 L
3. 1D + 1L +1E
4. 1D + 1L - 1E
5. 1,2D + L + E
6. 1,2D + L E
7. 0,9 D + E
8. 0,9D E
Beban-beban yang bekerja pada struktur:
A. Beban mati
1. Beban tembok : 250 kg/m2 (PPIUG 1983)
2. Beban mati finishing lantai
Adukan per cm tebal : 21 kg/m2 (PPIUG 1983)
Penutup lantai per cm tebal : 24 kg/m2 (PPIUG 1983)
Plafond : 20 kg/m2 (PPIUG 1983)
Beban MEP : 25 kg/m2
3. Beban genteng : 50 kg/m2 (PPIUG 1983)
B. Beban hidup
1. Beban hidup lantai : 250 kg/m2 (PPIUG 1983)
2. Beban hidup lantai parkir
Untuk lantai bawah : 800 kg/m2 (PPIUG 1983)
Untuk lantai tingkat lainnya : 400 kg/m2 (PPIUG 1983)
-
5
3. Beban hidup tangga : 300 kg/m2 (PPIUG 1983)
4. Beban hidup pada atap gedung
Pada atap dan/atau bagian atap serta pada struktur tudung (canopy) yang dapat dicapai
dan dibebani oleh orang, harus diambil 100 kg/m2 bidang datar.
Pada atap dan/atau bagian atap yang tidak dapat dicapai dan dibebani oleh orang, harus
diambil yang paling menentukan diantara kedua macam beban berikut:
a. Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari air hujan sebesar (40-0,8)
kg/m2.
Dimana adalah sudut kemiringan atap dalam derajat, dengan ketentuan beban
tersebut tidak perlu diambil > 20 kg/m2 dan tidak perlu ditinjau bila > 50o.
b. Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam kebakaran
dengan peralatannya sebesar 100 kg.
C. Beban gempa
Penentuan kategori disain seismik dari struktur banguan didasari pada lokasi bangunan
berada yaitu di Denpasar-Bali. Berdasarkan peta zonasi gempa untuk wilayah
Indonesia 2014, Daerah Denpasar termasuk ke dalam wilayah dengan nilai spektral
percepatan-Ss = 0.9 g dan S1 = 0.3 g. Analisis beban gempa rencana pada struktur
bangunan dilakukan dengan menggunakan fitur pembebanan gempa otomatis
berdasarkan peraturan maupun data-data gempa yang terjadi dibeberapa negara
berdasarkan SAP 2000. Selanjutnya dalam pemodelan struktur Proyek Rumah Kost
Pemilik Armando Guterres Jl Tukad Pancoran Gang IV K2 Panjer Denpasar Bali ini,
pembebanan gempa yang diberikan dilakukan secara otomatis menggunakan fitur Auto
load berdasarkan IBC 2006 yang merupakan referensi untuk SNI Gempa yang akan
segera diterbitkan dengan koefisien-koefisien yang disesuaikan dengan lokasi
bangunan berada.
-
6
Gambar 1. Ss, Gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tersesuaikan (MCER),
parameter gerak tanah, untuk percepatan respons spektral 0,2 detik, dalam g, (5 persen
redaman kritis) kelas situs SB
Sumber : RSNI 03-1726-xxxx
-
7
Gambar 2. S1, Gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tersesuaikan (MCER),
parameter gerak tanah, untuk percepatan respons spektral 1 detik, dalam g, (5 persen redaman
kritis) kelas situs SB
Sumber : RSNI 03-1726-xxxx
Berikut ini merupakan perhitungan beban yang bekerja pada struktur bangunan Rumah
Kost milik Armando Guterres Jl Tukad Pancoran Gang IV K2 Panjer Denpasar Bali.
A. Lantai I
1. Balok
- Berat sendiri balok : dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000
- Beban tembok : 250 kg/m2
Untuk tembok lantai 1 : H tembok = 3,6 m
Beban tembok = 250 kg/m2 x 3,6 m = 900 kg/m
2. Beban pelat lantai 1
- Berat sendiri pelat : dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000
- Beban hidup : 250 kg/m2
-
8
- Beban mati tambahan
Adukan 3 cm : 63 kg/m2
Penutup 1cm : 24 kg/m2
Total : 87 kg/m2
B. Lantai II
1. Balok
- Berat sendiri balok : dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000
- Beban tembok : 250 kg/m2
Untuk tembok lantai 1 : H tembok = 3,5 m
Beban tembok = 250 kg/m2 x 3,5 m = 875 kg/m
2. Beban pelat lantai 1
- Berat sendiri pelat : dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000
- Beban hidup : 250 kg/m2
- Beban mati tambahan
Adukan 3 cm : 63 kg/m2
Penutup 1cm : 24 kg/m2
Plafond : 20 kg/m2
MEP : 25 kg/m2
Total : 132 kg/m2
C. Beban atap
1. Berat sendiri pelat : dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000
2. Balok
- Berat sendiri balok : dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000
3. Beban hidup : 100 kg/m2
4. Beban genteng : 50 kg/m2
5. Beban air hujan : 20 kg/m2
6. Beban mati tambahan
Plafond : 20 kg/m2
MEP : 25 kg/m2
Total : 45 kg/m2
-
9
2. PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR
PEMODELAN STRUKTUR
Pemodelan struktur dilakukan dengan menggunakan program SAP 2000. Struktur
didesain sebagai struktur rangka pemikul momen khusus. Struktur bangunan dimodelkan
secara 3 dimensi yang diperlihatkan pada Gambar 6. Komponen struktur seperti balok
dan kolom dimodelkan sebagai elemen batang (frame element) sedangkan pelat dan
dinding dimodelkan sebagai shell element. Pembebanan pada model struktur diberikan
sesuai dengan perhitungan beban rencana yang telah dibahas sebelumnya.
Data-data elemen struktur:
Sloof : 250/350 mm
Balok induk (B1) : 250/350 mm
Balok induk (B2) : 200/300 mm
Kolom K1 : 250/250 mm
Kolom K2 : 250/350 mm
Pelat lantai (P1) : 120 mm
Pelat atap (P2) : 100 mm
Pelat tangga : 150 mm
Pasangan dinding, tebal 15 cm
Gambar 3. Denah Pondasi dan Sloof
-
10
Gambar 4. Denah Balok dan Kolom Lantai 2
Gambar 5. Denah Balok Atap
-
11
Gambar 6. Model 3D Struktur
ANALISIS STRUKTUR
Analisis struktur dilakukan menggunakan program SAP 2000 dengan faktor beban
merujuk pada peraturan perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung SNI 03-2847-
2002. Dari hasil analisa struktur, diperoleh gaya-gaya dalam masing-masing struktur
portal, seperti diperlihatkan pada Gambar 7 sampai 36.
-
12
Gambar 7. Reaksi Perletakan Portal Grid A (N)
(Kombinasi Beban 1D+1L+1E)
Gambar 8. Reaksi Perletakan Portal Grid B (N)
(Kombinasi Beban 1D+1L+1E)
Gambar 9. Reaksi Perletakan Portal Grid C (N)
(Kombinasi Beban 1D+1L+1E)
-
13
Gambar 10. Momen Portal Grid A (kNm)
(Beban Mati)
Gambar 11. Momen Portal Grid B (kNm)
(Beban Mati)
-
14
Gambar 12. Momen Portal Grid C (kNm)
(Beban Mati)
Gambar 13. Gaya Geser Portal Grid A (kN)
(Beban Mati)
-
15
Gambar 14. Gaya Geser Portal Grid B (kN)
(Beban Mati)
Gambar 15. Gaya Geser Portal Grid C (kN)
(Beban Mati)
-
16
Gambar 16. Gaya Aksial Portal Grid A (kN)
(Beban Mati)
Gambar 17. Gaya Aksial Portal Grid B (kN)
(Beban Mati)
-
17
Gambar 18. Gaya Aksial Portal Grid C (kN)
(Beban Mati)
Gambar 19. Momen Portal Grid A (KNm)
(Beban Hidup)
-
18
Gambar 20. Momen Portal Grid B (KNm)
(Beban Hidup)
Gambar 21. Momen Portal Grid C (KNm)
(Beban Hidup)
-
19
Gambar 22. Gaya Geser Portal Grid A (KN)
(Beban Hidup)
Gambar 23. Gaya Geser Portal Grid B (KN)
(Beban Hidup)
-
20
Gambar 24. Gaya Geser Portal Grid C (KN)
(Beban Hidup)
Gambar 25. Gaya Aksial Portal Grid A (KN)
(Beban Hidup)
-
21
Gambar 26. Gaya Aksial Portal Grid B (KN)
(Beban Hidup)
Gambar 27. Gaya Aksial Portal Grid C (KN)
(Beban Hidup)
-
22
Gambar 28. Momen Portal Grid A (KNm)
(Beban Gempa)
Gambar 29. Momen Portal Grid B (KNm)
(Beban Gempa)
-
23
Gambar 30. Momen Portal Grid C (KNm)
(Beban Gempa)
Gambar 31. Gaya Geser Portal Grid A (KN)
(Beban Gempa)
-
24
Gambar 32. Gaya Geser Portal Grid B (KN)
(Beban Gempa)
Gambar 33. Gaya Geser Portal Grid C (KN)
(Beban Gempa)
-
25
Gambar 34. Gaya Aksial Portal Grid A (KN)
(Beban Gempa)
Gambar 35. Gaya Aksial Portal Grid B (KN)
(Beban Gempa)
-
26
Gambar 36. Gaya Aksial Portal Grid C (KN)
(Beban Gempa)
-
27
-
28
PERENCANAAN PONDASI
Pondasi bangunan pada Rumah Kost ini direncanakan sebagai pondasi dangkal (pondasi
telapak) dengan kedalaman 1,5 m dari muka tanah asli. Daya dukung tanah ijin pada
lokasi diasumsikan sebesar 30 ton/m2. Berikut ini disajikan contoh perhitungan
perencanaan pondasi pada bangunan Rumah kost.
Data perencanaan:
o Tegangan ijin tanah (t) : 30 ton/m2
o Panjang pondasi (L) : 1500 mm
o Lebar pondasi (B) : 1500 mm
o Dicoba tebal pondasi (h) : 400 mm
o Penutup beton (p) : 75 mm
o Diameter tulangan pondasi : 16 mm
o Pu : 618,04 KN
Penentuan ukuran pondasi telapak
Syarat : Pu/Apondasi t
2
2
2
06.2/300000
618040
/300000618040
mmN
NA
mNA
N
pondasi
pondasi
Dicoba ukuran pondasi, B = 1.5 m dan H = 1.5 m
Apondasi = 1.5 m x 1.5 m = 2,15 m2 > 2,06 m
2, sehingga ukuran pondasi 1.5 m x 1.5 m
dapat digunakan.
Kontrol tebal pondasi terhadap geser dua arah
Syarat: Vu < Vc
Dimensi kolom = 250x250 mm
d = 400 mm 75 mm 16/2 = 317 mm
bo = keliling kritis tampang 2 arah
= 2(150+2(d/2))+2(400+2(d/2)) = 2268 mm
Vu pondasi = Pu (gaya aksial ultimate kolom yang bekerja pada pondasi akibat kombinasi
beban 1D + 1L + 1E)
Sehingga Vu = 618,04 KN
-
29
Sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2.1, untuk pelat dan pondasi telapak non prategang,
nilai Vc harus diambil sebagai nilai terkecil dari persamaan berikut:
Vc = 6
'21
dbcf o
c
(1)
Vc = 12
'2
dbcf
b
d o
o
s
(2)
Vc = dbcf o'3
1 (3)
Dimana,
c = rasio sisi panjang terhadap sisi pendek pada kolom, daerah beban terpusat atau
daerah reaksi.
s = 40 untuk kolom interior, 30 untuk kolom tepi, dan 20 untuk kolom sudut.
1) Vc = 6
'21
dbcf o
c
=6
)317)(2268(20
1
21
= 1607634 N
2) Vc = 12
'2
dbcf
b
d o
o
s
=
12
)317)(2268(202
2268
)317)(40(
= 2033880 N
3) Vc = dbcf o'3
1= )317)(2268(20
3
1= 1071756 N
Vu = 618040 N < Vc terkecil = 618040 N < 0,75x1071756 N = 803817........ (OK).
Sehingga tebal pondasi 400 mm dapat digunakan.
Penulangan pelat pondasi
Data perencanaan:
o Panjang pondasi (L) : 1500 mm
o Lebar pondasi (B) : 1500 mm
o Dicoba tebal pondasi (h) : 400 mm
o Penutup beton (p) : 75 mm
o Diameter tulangan pondasi : 16 mm
o Mu yang berasal dari kolom : 64,52 KNm = 64520000 Nmm
o Mutu beton (fc) : 20 Mpa
o Mutu tulangan tarik (fy) : 320 Mpa
-
30
o Tinggi efektif pelat (d) = 317 mm
Mu = 64,52 KNm = 6452000 Nmm
Mn = Mu/ = 64520000/0,8 = 80650000 Nmm = 80,65 KNm
Rn = Mn/(b*d2) = 80650000/(1500*317
2) = 0,45351 MPa
m = fy/0,85fc = 18,8
fy
mRn
m
211
1 = 0017,0
320
)453,0)(8,18(211
8,18
1
min 1 = 1,4/fy = 0,004375
min 2 = )320(4
20
4
'
yf
cf= 0,0035 digunakan min terkecil yaitu, 0,0035
Karena nilai hasil analisis < min, untuk selanjutnya digunakan nilai = min =
0,0035.
As = *b*d = 0,0035*1500*317 = 2080,3 mm2
Digunakan diameter tulangan D 16 mm dengan As = 200,96 mm2
Sehingga banyak tulangan yang dibutuhkan adalah 2080,3/200,96 11 batang.
Jarak tulangan = 1500/(11-1) = 150 mm atau dipasang tulangan D16-150.
DESAIN PENULANGAN ELEMEN STRUKTUR
Masing-masing elemen struktur seperti balok, kolom dan pelat didesain untuk menahan
gaya-gaya dalam yang terjadi, dengan asumsi mutu beton fc 20 MPa setara dengan beton
K225, dan mutu baja fy 320 MPa. Dimensi dan penulangan elemen struktur didesain
untuk memastikan diperoleh perilaku struktur yang daktail.
Dalam perencanaan struktur Pondok Wisata ini, data tulangan direncanakan berdasarkan
hasil desain SAP 2000 menggunakan peraturan ACI 318-05/IBC 2003. Berikut ini
ditampilkan kebutuhan tulangan perlu untuk elemen balok dan kolom yang merupakan
hasil desain SAP 2000.
-
31
Gambar 37. Kebutuhan Tulangan Longitudinal Portal Grid A
Berdasarkan SAP 2000
Gambar 38. Kebutuhan Tulangan Longitudinal Portal Grid B
Berdasarkan SAP 2000
-
32
Gambar 39. Kebutuhan Tulangan Longitudinal Portal Grid C
Berdasarkan SAP 2000
Gambar 40. Kebutuhan Tulangan Transversal Portal Grid A
Berdasarkan SAP 2000
-
33
Gambar 41. Kebutuhan Tulangan Transversal Portal Grid B
Berdasarkan SAP 2000
Gambar 42. Kebutuhan Tulangan Transversal Portal Grid C
Berdasarkan SAP 2000
Penulangan Balok
Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan perlu
pada balok. Dengan fasilitas offset dalam SAP 2000 didapat gaya-gaya dalam yang
digunakan dalam perhitungan adalah gaya-gaya dalam yang terjadi di muka kolom,
-
34
sehingga bisa didapat luas tulangan perlu yang lebih sedikit. Diambil contoh salah satu
balok dari keluaran luas tulangan perlu hasil analisa SAP 2000 seperti diperlihatkan pada
Gambar 43.
Gambar 43. Disain Kebutuhan Tulangan Lentur Berdasarkan SAP 2000
Dari Gambar 43 diperlihatkan tulangan perlu pada balok dengan ukuran 250 x 350 mm
Pada tumpuan atas (tulangan tarik) As perlu = 484 mm2
Pada tumpuan bawah (tulangan tekan) As perlu = 312 mm2
Pada lapangan atas (tulangan tekan) As perlu = 164 mm2
Pada lapangan bawah (tulangan tarik) As perlu =254 mm2
Karena nilai tulangan perlu hasil SAP 2000 kecil, maka selanjutnya perlu dikontrol
terhadap luas tulangan minimum berdasarkan analisis.
Data perencanaan (balok 250/350):
B : 250 mm
H : 350 mm
fc : 20 Mpa
fy : 320 Mpa
Balok direncanakan dengan tebal penutup beton = 40 mm, sengkang 10, dan tulangan
utama D16.
Balok 250/350
-
35
d = 400-40-10-(16/2) = 342 mm
1 : 004375,0320
4,14,1
fy
2 :
0035,03204
20
4
'
fy
f c
Sehingga digunakan min = 0,0035
Asmin= min x b x d = 0,0035 x 250 x 342 = 299,25 mm
n tulangan =
buahAs
As
tul
249,116*14,3*25,0
299,252
min
Sehingga dipasang tulangan sebagai berikut:
Pada tumpuan atas (tulangan tarik) As perlu = 330 mm2 3D16 (As = 602,88 mm2)
Pada tumpuan bawah (tulangan tekan) As perlu = 215 mm2 2D16 (As = 401,92 mm2)
Pada lapangan atas (tulangan tekan) As perlu = 106 mm2 2D16 (As = 401,92 mm2)
Pada lapangan bawah (tulangan tarik) As perlu = 269 mm2 2D16 (As = 401,92 mm2)
Penulangan Geser
Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan geser
perlu pada balok. Diambil contoh salah satu penulangan geser balok dari hasil keluaran
SAP 2000 seperti diperlihatkan pada Gambar 44.
Gambar 44. Disain Kebutuhan Tulangan Geser Berdasarkan SAP 2000
Balok 250/350 mm
-
36
Dari Gambar 44 diperlihatkan tulangan geser perlu pada balok dengan ukuran 250 x 350
mm.
Pada tumpuan diperoleh rasio tulangan geser maksimum = 0,618
Pada tumpuan diperoleh rasio tulangan geser maksimum = 0,362
Dihitung dengan bantuan excel didapat
Tulangan Geser
Luas Tul. Perlu (As SAP) Tulangan Luas Tul Jumlah Pakai Luas Total Jarak Dipakai
mm2/mm mm
2/m D dicoba mm
2 Tulangan
mm
2 (mm)
0,618 618 10 157,14 3,9 5 785,7 250 210-100
0,362 362 10 157,14 2,3 4 628,56 300 210-150
Dipasang tulangan sengkang 210-100 mm pada tumpuan
Dipasang tulangan sengkang 210-150 mm pada lapangan
Penulangan Kolom
Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan perlu
pada kolom. Diambil contoh salah satu kolom dari hasil keluaran SAP 2000 seperti
diperlihatkan pada Gambar 45.
Gambar 45. Disain Kebutuhan Tulangan Lentur Berdasarkan SAP 2000
Kolom 250/250 mm
-
37
Dari Gambar 45 diperlihatkan tulangan perlu pada kolom dengan ukuran 250 x 250 mm
As perlu = 902,11 mm2
Rasio tulangan = 902,11/(250x250) = 0,014 = 1,4 %
Direncanakan menggunakan tulangan kolom D16, sehingga jumlah tulangan yang
dipasang yaitu,
n =
buahAs
As
tul
perlu848,4
16*14,3*25,0
11,9022
Dipasang tulangan 8 D 16 , As = 1609,84 mm2
Penulangan Geser
Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan geser
perlu pada kolom. Diambil contoh salah satu kolom dari hasil keluaran SAP 2000 seperti
diperlihatkan pada Gambar 46.
Gambar 46. Disain Kebutuhan Tulangan Geser Berdasarkan SAP 2000
Kolom 250/250
mm
-
38
Dari gambar 46 diperlihatkan bahwa rasio tulangan geser perlu terbesar pada kolom
yang ditinjau adalah 0,330.
Tulangan Geser
Luas Tul. Perlu (As SAP) Tulangan Luas Tul Jumlah Pakai Luas Total Jarak Dipakai
mm2/mm mm
2/m D dicoba mm
2 Tulangan
mm
2 (mm)
0,330 330 10 157,08 2,1 3 471,24 500 210-150
Digunakan sengkang 210 dengan jarak minimum sengkang yaitu 150 mm.
Penulangan Pelat
Penulangan Pelat Lantai
Dari hasil analisis struktur menggunakan SAP 2000, diperoleh keluaran momen
maksimum yang terjadi pada tumpuan dan lapangan pelat lantai adalah sebagai berikut.
Momen maksimum pada tumpuan yaitu, 19,5 KNm
Momen maksimum pada lapangan yaitu, 14,8 KNm
Penulangan pelat lantai pada daerah lapangan (arah x dan y):
Lebar pelat (b) = 1000 mm
Tebal pelat (h) = 120 mm
Mutu beton (fc) = 20 MPa
Mutu tulangan tarik dan tekan (fy) = 500 MPa
Penutup beton (p) = 20 mm
Diameter tulangan rencana = 10 mm
Tinggi efektif pelat (d) = 96 mm
Mu = 19,5 KNm = 19500000 Nmm
Mn = Mu/ = 19500000/0,8 = 24375000 Nmm =24,375 KNm
Rn = Mn/(b*d2) = 2,64 MPa
m = fy/0,85fc = 29,412
fy
mRn
m
211
1 = 0,0057
min 1 = 1,4/fy = 0,0028
-
39
min 2 = )500(4
20= 0,002236, digunakan min terkecil yaitu, 0,002236
Karena nilai hasil analisis > min, untuk selanjutnya digunakan nilai = 0,0057.
As = *b*d = 0,0057*1000*95 = 553,8 mm2
Jika digunakan wiremesh M8 sebagai tulangan pelat,
As M10 = (1000/150)*(1/4)**(102)
= 553,10 mm2
As M10 > As analisis, sehingga penggunaan wiremesh M10 dapat digunakan.
Penulangan pelat lantai pada daerah tumpuan (arah x dan y):
Mu = 14,89 KNm = 14890000 Nmm
Mn = Mu/ = 14890000/0,8 = 15275000Nmm = 15,275 KNm
Rn = Mn/(b*d2) = 1,657 MPa
m = fy/0,85fc = 29,412
fy
mRn
m
211
1 = 0,0035
min 1 = 1,4/fy = 0,0028
min 2 = )500(4
20= 0,002236, digunakan min terkecil yaitu, 0,002236
Karena nilai hasil analisis > min, untuk selanjutnya digunakan nilai min = 0,0035.
As = *b*d = 0,0035*1000*96 = 336 mm2
Jika digunakan wiremesh M10 sebagai tulangan pelat,
As M10 = (1000/150)*(1/4)**(102)
= 553,10 mm2
Karena nilai As M10 > As analisis, wiremesh M10 dapat digunakan.
Penulangan Pelat Tangga
Dari hasil analisis struktur menggunakan SAP 2000, diperoleh keluaran momen
maksimum yang terjadi pada tumpuan dan lapangan pelat tangga adalah sebagai berikut.
Momen maksimum pada tumpuan yaitu, -4,8 KNm
Momen maksimum pada lapangan yaitu, 47,3 KNm
-
40
Melalui proses perhitungan tulangan yang sama dengan perhitungan tulangan pelat lantai
dan dengan bantuan perhitungan di excel maka didapat penulangan pelat tangga sebagai
berikut.
Di daerah tumpuan 10-150 atau dapat digunakan wiremesh M10.
Di daerah lapangan 10-150 atau dapat digunakan wiremesh M10.
Untuk selanjutnya, hasil lengkap mengenai tulangan yang dipasang ditampilkan pada
gambar struktur.