khutbah jum'at - universitas muhammadiyah malang corner/khutbah/dilarang... · dalam keadaan...

4
31 SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012 Jamaah Jum’at rahimakumullah. Hidup secara benar di dunia ini memang penuh perjuangan. Sebab mayoritas manusia berkecenderungan tidak benar atau tidak sadar. Berjuang tampaknya merupakan hakikat hidup manusia, apalagi bagi manusia yang jelas arah hidupnya, konkret cita-citanya, harapannya, juga kemauannya. Berjuang berarti mewujudkan keadaan sehingga menjadi ideal, atau minimal berjuang mengatasi masalah yang menyerimpung langkah. Sementara kita ketahui masalah hidup selalu ada, bahkan kalau kita cermati tampaknya ber- tambah hari justru bertambah banyak dan meningkat kualitasnya. Banyak dan beragamnya masalah yang menghadang hidup merupakan lahan kita memperjuangkan hidup kita agar menjadi lebih benar, lebih baik, juga lebih indah. Oleh karena itu, sungguh terlarang kita untuk berputus-asa bila tertumbuk masalah besar. Larangan ini tidak hanya karena sikap berputus asa bisa menciptakan hal-hal negatif dan destruktif bagi jiwa dan hidup manusia. Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah. Menjalani hidup berarti menghadapi dan mengatasi masalah yang menghadangnya. Kadang masalah kecil dan kadang besar. Apa pun masalah yang hadir di hadapan kita sungguhnya mampu kita atasi mana kala kita yakin serta berupaya secara optimal. Sebab Allah SwT, dzat yang mencipta kita dan sumber segala sumber itu telah menetapkan kelayakan-kepatutan hadirnya masalah itu dengan kualitas kepribadian kita, guna menghadapinya. Ketetapan tersebut ditegaskan Allah dalam firman pada Qs Al-Baqarah [2]: 286. "Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya." Renungan dari firman ini adalah setiap masalah yang dihadapi seseorang sudah diformat sesuai serta pas untuk dihadapi oleh orang tersebut. Masalahnya kemudian adalah, apakah orang tersebut meyakini bahwa sesungguhnya dirinya mampu dan berupaya secara optimal? Mari kita urai, masalah apa yang sesungguhnya menghadang kita serta bagaimana solusinya? Pertama, apakah sumber masalah kita itu berasal dari perilaku kita sendiri? Jika benar demikian maka solusinya hanya dengan cara mengubah kebiasaan kita, misalnya boros, malas, takut, setengah hati, serakah, dan lain-lain. Kedua, apakah sumber masalah itu menyangkut perilaku orang lain? Jika benar demikian maka solusinya dengan cara mengubah metode pengaruh kita, misalnya pengaruh terhadap teman, bawahan, atasan, tetangga, dan lain-lain. Ketiga, apakah sumber masalah itu menyangkut hal di luar kendali kita? Jika benar demikian maka solusinya dengan mengubah cara pandang kita terhadapnya sebab hal itu hanya bisa diterima, misalnya terhadap gempa bumi, gunung meletus, musibah, dan lain-lain. Jamaah yang dirahmati Allah. Apa pun masalah kita dan seberapa pun skalanya, sungguh tidak pantas menjadikan kita berputus asa. Oleh karena itu, untuk mengatasi agar tidak terjerumus ke berputus asa perlu adanya dukungan dan perhatian dari keluarga, dan bisa melihat-merasakan adanya teman yang sependeritaan, ataupun adanya tempat untuk mencurahkan isi hatinya sehingga tidak menjadikannya gelap mata. Penegasan Allah mengenai larangan putus asa tertuang pada Qs Yusuf [12]: 87: "Dan janganlah berputus-asa dari rahmat Allah, sebab sesungguhnya tidak akan berputus-asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kufur." Berputus asa tergolongkan perilaku kufur? Inilah penggolongan resmi dari Allah yang pasti benar, tegas dan perlu kita cermati. MUHAMMAD NASIRUDDIN Khutbah Jum'at dilarang Berputus-Asa !

Upload: dobao

Post on 25-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Khutbah Jum'at - Universitas Muhammadiyah Malang Corner/Khutbah/Dilarang... · dalam keadaan iman kepada Allah dan hari akhir maka akan dikata-kan kepadanya, masuklah dari 8 pintu

31SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012

Jamaah Jum’at rahimakumullah.

Hidup secara benar di dunia ini

memang penuh perjuangan. Sebab

mayoritas manusia

berkecenderungan tidak benar atau

tidak sadar. Berjuang tampaknya

merupakan hakikat hidup manusia,

apalagi bagi manusia yang jelas

arah hidupnya, konkret cita-citanya,

harapannya, juga kemauannya.

Berjuang berarti mewujudkan

keadaan sehingga menjadi ideal,

atau minimal berjuang mengatasi

masalah yang menyerimpung

langkah. Sementara kita ketahui

masalah hidup selalu ada, bahkan

kalau kita cermati tampaknya ber-

tambah hari justru bertambah

banyak dan meningkat kualitasnya.

Banyak dan beragamnya

masalah yang menghadang hidup

merupakan lahan kita

memperjuangkan hidup kita agar

menjadi lebih benar, lebih baik, juga

lebih indah. Oleh karena itu,

sungguh terlarang kita untuk

berputus-asa bila tertumbuk

masalah besar. Larangan ini tidak

hanya karena sikap berputus asa

bisa menciptakan hal-hal negatif

dan destruktif bagi jiwa dan hidup

manusia.

Jamaah Jum’at yang dirahmati

Allah.

Menjalani hidup berarti

menghadapi dan mengatasi masalah

yang menghadangnya. Kadang

masalah kecil dan kadang besar.

Apa pun masalah yang hadir di

hadapan kita sungguhnya mampu

kita atasi mana kala kita yakin serta

berupaya secara optimal. Sebab

Allah SwT, dzat yang mencipta kita

dan sumber segala sumber itu telah

menetapkan kelayakan-kepatutan

hadirnya masalah itu dengan

kualitas kepribadian kita, guna

menghadapinya. Ketetapan tersebut

ditegaskan Allah dalam firman pada

Qs Al-Baqarah [2]: 286.

"Allah tidak akan membebani

seseorang kecuali sesuai dengan

kemampuannya."

Renungan dari firman ini adalah

setiap masalah yang dihadapi

seseorang sudah diformat sesuai

serta pas untuk dihadapi oleh orang

tersebut. Masalahnya kemudian

adalah, apakah orang tersebut

meyakini bahwa sesungguhnya

dirinya mampu dan berupaya secara

optimal?

Mari kita urai, masalah apa yang

sesungguhnya menghadang kita

serta bagaimana solusinya?

Pertama, apakah sumber masalah

kita itu berasal dari perilaku kita

sendiri? Jika benar demikian maka

solusinya hanya dengan cara

mengubah kebiasaan kita, misalnya

boros, malas, takut, setengah hati,

serakah, dan lain-lain. Kedua,

apakah sumber masalah itu

menyangkut perilaku orang lain?

Jika benar demikian maka solusinya

dengan cara mengubah metode

pengaruh kita, misalnya pengaruh

terhadap teman, bawahan, atasan,

tetangga, dan lain-lain.

Ketiga, apakah sumber masalah

itu menyangkut hal di luar kendali

kita? Jika benar demikian maka

solusinya dengan mengubah cara

pandang kita terhadapnya sebab hal

itu hanya bisa diterima, misalnya

terhadap gempa bumi, gunung

meletus, musibah, dan lain-lain.

Jamaah yang dirahmati Allah.

Apa pun masalah kita dan

seberapa pun skalanya, sungguh

tidak pantas menjadikan kita

berputus asa.

Oleh karena itu, untuk mengatasi

agar tidak terjerumus ke berputus

asa perlu adanya dukungan dan

perhatian dari keluarga, dan bisa

melihat-merasakan adanya teman

yang sependeritaan, ataupun

adanya tempat untuk mencurahkan

isi hatinya sehingga tidak

menjadikannya gelap mata.

Penegasan Allah mengenai

larangan putus asa tertuang pada

Qs Yusuf [12]: 87:

"Dan janganlah berputus-asa

dari rahmat Allah, sebab

sesungguhnya tidak akan

berputus-asa dari rahmat Allah

melainkan kaum yang kufur."

Berputus asa tergolongkan

perilaku kufur? Inilah penggolongan

resmi dari Allah yang pasti benar,

tegas dan perlu kita cermati.

MUHAMMAD NASIRUDDIN

Khutbah Jum'at

dilarang Berputus-Asa !

Page 2: Khutbah Jum'at - Universitas Muhammadiyah Malang Corner/Khutbah/Dilarang... · dalam keadaan iman kepada Allah dan hari akhir maka akan dikata-kan kepadanya, masuklah dari 8 pintu

32 SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H

Khutbah Jum'atBarangsiapa berputus asa niscaya

tergolongkan kaum kufur. Kufur di

sini berarti mengingkari nikmat yang

telah diterima dan juga kufur dari ke-

Mahakuasaan Allah SwT, bahkan

kemudian kufur dari keyakinan akan

adanya Allah SwT. Bukankah hanya

yang kufur saja yang berani

berputus-asa? Berani melanggar

ketentuan-Nya? Sebab jika ada

keyakinan, meskipun tipis, pasti

tidak akan berani berputus asa.

Begitulah larangan langsung dari

Allah SwT kepada kita hamba-Nya.

Jamaah rahimakumullah.

Seseorang yang berputus-asa

berarti telah menutup diri secara

kejiwaan dari proses hidup yang

selalu bergerak, berkembang.

Seseorang yang berputus asa

adalah orang yang jiwanya mati

atau mematikan diri sendiri. Sebagai

akibatnya adalah, ketiadamaknaan

hidup baginya sehingga mudah saja

untuk merusak jiwanya, hidupnya,

bahkan tidak sedikit yang juga

berusaha merusak hidup dan jiwa

orang lain di lingkungannya.

Guna meniadakan sikap

berputus asa, mari kita berikhtiar

untuk selalu memiliki sikap mental

positif (SMP) terhadap apa pun

yang menghadang. Berdoa sehabis

shalat sesungguhnya juga

dimaksudkan untuk hal ini. Dengan

membaca subhanallah ‘Maha Suci

Allah’ berarti meniadakan

pandangan negatif dan salah

sangka kepada Allah. Dengan

membaca alhamdulillah ‘segala

puji bagi Allah’ berarti menanam

prasangka baik dan sikap positif.

Lantas dengan allahu akbar ‘Allah

Maha Besar’ berarti menegaskan diri

bahwa selain Allah SwT itu kecil

serta bertekad menjalani hidup

dengan keyakinan bersama Allah

tersebut.

Khutbah Kedua

Jamaah Jum’ah rahimakumullah.

Bagaimanapun beratnya

masalah hidup yang kita hadapi

tetap terlarang kita untuk berputus-

asa. Sebab masalah apa pun yang

nyata hadir di hadapan kita jelas

sudah diukur dan disesuaikan oleh

Allah SwT dzat yang Maha

Mengatur dengan kualitas

kepribadian kita masing-masing.

Demikianlah khutbah yang kamisampaikan. Semoga mendapat ridladari Allah SwT dan memberikanmanfaat bagi kita semuanya. Marikita jaga iman-takwa, dan mari kitaberdoa memohon kekuatan fisik danmental sehingga mampu menghadapidan menyelesaikan apa pun masalah

yang menghadang kita.l

Doa Penutup

Dra. Hj. Indah PurnamiKota Baru VII/7 BrebesJawa Tengah 52212

AGEN BARU SUARA MUHAMMADIYAH

Nunung SukarnaPCM Napai Putih Kab. Bengkulu UtaraBengkulu 38363Hp. 081373190795

Yunan HidayatPerguruan Muhammadiyah PandaanJl. Pahlawan Sunaryo No. 256 KutorejoKec. Pandaan, Kab. PasuruanJawa Timur 67156

Page 3: Khutbah Jum'at - Universitas Muhammadiyah Malang Corner/Khutbah/Dilarang... · dalam keadaan iman kepada Allah dan hari akhir maka akan dikata-kan kepadanya, masuklah dari 8 pintu

33SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012

Khutbah Jum'at

Hadirin jama’ah Jum’ah

Rahimakumullah.

Allah SwT meletakkan kejayaan

dan kebahagiaan manusia di dunia

dan akhirat hanya pada agama yang

sempurna sebagaimana yang

dibawa Rasulullah saw. Pada saat ini

umat Islam belum memiliki kekuatan

untuk mengamalkan agama secara

sempurna, sedangkan para sahabat

Nabi saw telah mengamalkan agama

secara sempurna karena mereka

memiliki 6 sifat.

Sifat yang ke 1 yaitu: Yakin

pada kalimat

Laa ilaaha illallah dan

Muhmmadurrasululullah.

Laa ilaaha illallah berarti tiada

yang berhak disembah kecuali Allah

SwT. Maksud dan tujuannya:

mengosongkan hati dari keyakinan

pada yang dan hanya memasukkan

kebesaran Allah di dalam hati kita.

Hal ini mengandung banyak

keutamaan, salah satunya adalah

Sebagaimana sabda Nabi: “Dari

Umar bin Khathab ra sesungguhnya

dia mendengar Nabi saw bersabda:

"Barang siapa yang meninggal

dalam keadaan iman kepada Allah

dan hari akhir maka akan dikata-

kan kepadanya, masuklah dari 8

pintu surga yang kamu inginkan."

(HR. Ahmad).

Muhammadur Rasulullah,

Muhammad utusan Allah. Maksud

dan tujuannya: kita meyakini bahwa

satu-satunya jalan untuk

mendapatkan kejayaan dunia dan

akhirat hanya dengan mengikuti

contoh kehidupan Rasul saw (Qs.

Al Ahzab: 21 )

Oleh karena itu, sunnah Rasul

saw harus terus didakwahkan dan

dilatih untuk dihidupkan sepanjang

hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Sifat yang ke 2 yaitu: Shalat

Khusyu wal Khudhu. Artinya:

shalat dengan konsentrasi batin

dengan merendahkan diri di

hadapan Allah SwT seperti yang

dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Tujuannya: membawa sifat shalat

(yakni ketaatan kepada Allah SwT )

di dalam shalat ke dalam kehidupan

sehari-hari di luar shalat. Dalam hal

ini kita harus senantiasa sadar

bahwa shalat itu tiang agama dan

Allah juga telah berfirman: “Carilah

pertolongan dengan sabar dan

shalat”.

Sifat yang ke 3 yaitu: Ilmu ma’a

az-dzikir. Ilmu adalah segala

petunjuk yang datang dari Allah

SwT melalui Rasulullah saw.

Kita juga perlu tahu kalau Allah

SwT menghendaki kebaikan bagi

seseorang, maka Allah memberi

kefahaman agama kepadanya.

Bukankah juga ada kalimat mulia:

Siapa memudahkan langkahnya

menuju ilmu, maka Allah akan

memudahkan jalannya ke surga.

Dzikir artinya: mengingat Allah

MISDIANTORO

SwT dengan segala keagungan-

Nya.

Dalam mengingat Allah ini ada

hadits dari Abi Musa ra: bersabda

Rasulullah saw: Perumpamaan

orang yang ingat kepada

Tuhannya dengan orang yang

tidak ingat seperti orang yang

hidup dan orang yang mati (HR

Bukhari, Muslim, Baihaqi).

Di samping itu, dengan

mengingat Allah, hati juga akan

menjadi tenang. Allah berfirman:

“Ingatlah padaku, niscaya aku

akan mengingatmu.”

Jamaah Jum’ah rahimakumullah.

Sifat yang ke 4 yaitu.: Ikramul

Muslimin artinya: memuliakan

sesama Muslim. Maksud dan

tujuannya adalah: menunaikan hak-

hak sesama muslim

Allah akan menolong hamba-

Nya selama ia menolong

sesamanya. Bahkan Islam juga

mengajarkan, sekadar senyum untuk

saudara juga dihitung sebagai

sedekah.

Dalam pemuliaan sesama

Muslim, Rasul juga pernah

bersabda yang pada intinya, siapa

yang menutup aib saudaranya

maka Allah akan menutup aibnya

di dunia dan di akhirat.

Jamaah Jum’ah rahimakumullah.

Adapun sifat yang ke 5 yaitu:

Tash Hihun Niyyah artinya:

membetulkan niat, maksud dan

tujuannya adalah membersihkan

niat dalam setiap amalan, semata-

mata karena Allah.

Bukankah Allah tak akan

menerima amalan kecuali yang

ikhlas.

Allah juga tidaak memandang

MUDZAKARAH 6 SIFAT

Page 4: Khutbah Jum'at - Universitas Muhammadiyah Malang Corner/Khutbah/Dilarang... · dalam keadaan iman kepada Allah dan hari akhir maka akan dikata-kan kepadanya, masuklah dari 8 pintu

34 SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H

Khutbah Jum'at

harta dan rupamu, Allah hanya

memandang hati dan amal.

Nabi juga pernah bersabda:

“Hai Muadz, jagalah keikhlasan

dalam setiap amalanmu karena

amal yang sedikit dengan ikhlas

akan mencukupi.

Jamaah Jum'at yang dimuliakan

Allah.

Sifat yang ke 6 yaitu: Dakwah

wat tabligh. Dakwah artinya

mengajak, dan tabligh artinya

menyampaikan.

Maksudnya adalah mengajak

sesama kita untuk percaya pada

kebenaran semua ajaran Islam serta

menyampaikan semua ilmu dan

pengetahuan kita tentang agama

kepada semua manusia.

Untuk senantiasa dapat

berdakwah dan bertabligh ini kita

harus tahu hakikat diri dan harta kita

ini pada dasarnya hanyalah milik

Allah.

Harta dan diri kita ini harus

diinfakkan di jalan Allah. Dalam

berdakwah dan bertabligh kita akan

terlihat kehilangan harta kita. Waktu

dan kepentingan kita juga akan

sedikit tersita. Namun, apa artinya

sebagian harta dan waktu, dan

kepentingan kita itu dibanding

dengan semua karunia Allah selama

ini?

Jamaah Jum’ah rahimakumullah.

Dalam kesempatan yang

sesingkat ini saya mengajak kepada

para jamaah (lihat: Qs. Anisa’: 95-

100 ) “Mari sebarkan dakwah,

tebarkan hidayah agar sempurna

amal” Hentikan saling menghujat,

satukan hajat risaukan umat.

Bagaimana bisa selamat dunia dan

akhirat? Inilah 6 sifat sahabat

sebagai kunci sukses dalam segala

bentuk amal yang penting sekali kita

tanamkan dalam hati kita. Seperti

halnya manusia yang terdiri dari 2

unsur, yakni jasmani dan rohani. 6

sifat itulah yang akan dapat menarik

pertolongan Allah SwT, yang

sebagai rohnya semua ibadah kita.l

Doa Penutup

Keluarga Besar Suara Muhammadiyah

Mengucapkan Turut berduka cita atas meninggalnya :

DR. RAY. SITI HARITI SASTRIYANI, SS, M.HUM(USIA 40 TAHUN)

(Ketua Majelis Dikti dan Kajian Lingkungan Hidup

Pimpinan Pusat 'Aisyiyah Periode 2005-2010)

Tanggal 7 Februari 2012 di Yogyakarta

Semoga khusul khotimah, diterima semua amal ibadahnya

dan diampuni dosa-dosanya. Amiin.