efektifitas khutbah jumat terhadap peningkatan …
TRANSCRIPT
EFEKTIFITAS KHUTBAH JUMAT TERHADAP PENINGKATAN
IBADAH PADA MASYARAKAT DI MASJID BABUN-NUR
DESA SAPONDA KAB. KONAWE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
R I S M A L
NIM : 105271101916
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H/ 2020 M
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. IV Telp. (0411) 851914 Makassar 90223
بسم الله الرحمن الرحيم
iii
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. IV Telp. (0411) 851914 Makassar 90223
بسم الله الرحمن الرحيم
iv
vi
ABSTRAK
RISMAL. 105271101916. 2020. EFEKTIFITAS KHUTBAH JUM‟AT
TERHADAP PENINGKATAN IBADAH PADA MASYARAKAT DI MASJID
BABUN-NUR DESA SAPONDA KAB. KONAWE. Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing Dr. Sudir Koadhi, S.S., M.Pd.I dan Dr. Abbas, Lc., MA.
Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana pelaksanaan
khutbah jum‟at di masjid Babun-Nur Desa Saponda Kab. Konawe. (2) Bagaimana
efektifitas khutbah jum‟at terhadap peningkatan ibadah masyarakat Desa Saponda
Kab. Konawe.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu
sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan sebuah fakta empiris
secara objektif ilmiah dengan berlandaskan pada logika keilmuan dan prosedur
dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang kuat sesuai dengan disiplin
keilmuan yang ditekuni diantaranya: (1). Lokasi dan objek penelitian yaitu di
Desa Saponda Kab. Konawe Sulawesi Tenggara. (2). Fokus penelitian yaitu (a).
Pelaksanaan khutbah jum‟at di masjid Babun-Nur Desa Saponda Kab. Konawe.
(b). Efektifitas khutbah jum‟at terhadap peningkatan ibadah masyarakat Desa
Saponda Kab. Konawe. (3). Sumber data diantaranya: (a). Data primer (b). Data
sekunder (4). Instrumen (5). Pengumpulan data yaitu (a). Observasi (b).
Wawancara (c). Dokumentasi (6). Analisis data yaitu (a). Redukasi data (b).
Penyajian data (c). Penarikan kesimpulan.
Adapun hasil penelitian yaitu (1). Pelaksanaan khutbah jum‟at dilakukan
dengan baik sesuai syarat dan rukun khutbah, penyampaian khutbah singkat,
padat, dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami, iqamah bila
khutbah selesai. Sebagian besar jama‟ah antusias mendengarkan khutbah, namun
sebagian kecil masih ada jama‟ah yang tidur saat khutbah berlangsung. (2).
Efektifitas khutbah jum‟at di masjid Babun-Nur terhadap peningkatan ibadah
masyarakat yaitu sudah mampu mendorong atau menambah semangat masyarakat
untuk giat lagi beribadah, beramal shaleh, pemahaman agama dan menambah
semngat untuk belajar agama. Adapun peningkatan ibadah masyarakat Desa
Saponda diantaranya: (a). Shalat berjama‟ah sudah meningkat baik shalat jum‟at
ataupun fardhu (b). Para orang tua sudah banyak yang mendorong anaknya untuk
belajar mengaji dan ilmu agama (c). Antusias masyarakat untuk mendengar
dakwah dan nasehat agama (d). Hubungan masyarakat yang baik.
Implikasi dari penelitian ini yaitu bagi para khatib hendaknya senantiasa
memberi pemahaman keislaman, memberikan tanggapan bagi masyarakat yang
mempunyai masalah sehingga pemahaman masyarakat lebih baik terhadap
peningkatan ibadah.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah mencurahkan
nikmatnya berupa nikmat iman, kesehatan, dan kesempatan sehingga penulis
dapat menyelesaiankan skripsi yang berjudul : EFEKTIFITAS KHUTBAH
JUM‟AT TERHADAP PENINGKATAN IBADAH PADA MASYARAKAT DI
MASJID BABUN-NUR DESA SAPONDA KAB. KONAWE. Shalawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan ummatnya.
Skripsi ini disusun sebagai tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan studi
program strata (S1) Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar guna memperoleh gelar sarjana sosial
(S.Sos.)
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat
terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
perkenankan penulis untuk mengucapkan terimakasih melalui tulisan ini kepada
orang tua saya yang selalu memberikan dukungan serta do‟a dalam menyelesaikan
pendidikan, kemudian kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makasaar.
viii
2. Syaikh Muhammad Muhammad Thoyyib Khoory, keluarganya, teman dan
karib kerabatnya menjadi donatur bagi kami.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I. Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar dan segenap wakil dekan.
4. Dr. Abbas, Lc, MA. Selaku ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Pembimbing I Dr. Sudir Koadhi, S.S., M.Pd.I. Dan pembimbing II Dr.
Abbas, Lc., MA.
6. Kepada seluruh dosen-dosen Universitas Muhammadiyah Makassar atas
kerja samanya.
7. Rekan-rekan seperjuangan jurusan KPI yang selalu menjadi tempat
berbagi selama menempuh pendidikan, yang tidak dapat peneliti sebutkan
satu persatu.
Makassar, 13 Rabiul Awwal 1441 H
Jum‟at 30 Oktober 2020 M
RISMAL
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ............................................................ iv
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Khutbah Jum‟at ........................................................................ 8
1. Pengertian Khutbah Jum‟at ................................................ 8
2. Hukum Khutbah Jum‟at ..................................................... 13
3. Rukun Khutbah Jum‟at ...................................................... 15
4. Syarat Khutbah Jum‟at ....................................................... 16
5. Sunnah Khutbah Jum‟at ..................................................... 16
6. Fungsi Khutbah Jum‟at ...................................................... 17
7. Tujuan Khutbah Jum‟at ...................................................... 17
8. Penyusunan Khutbah Jum‟at .............................................. 18
B. Efektifitas ................................................................................. 19
1. Pengertian Efektifitas ......................................................... 19
2. Unsur Efektifitas ................................................................ 20
3. Aspek Efektifitas ................................................................ 21
4. Kriteria Efektifitas .............................................................. 22
C. Peningkatan Ibadah .................................................................. 23
1. Pengertian Ibadah ............................................................... 23
2. Pembagian Ibadah .............................................................. 26
3. Prinsip-Prinsip Ibadah ........................................................ 27
4. Hakikat Ibadah ................................................................... 28
x
5. Meningkatkan Kualitas Ibadah .......................................... 30
6. Pembinaan Ibadah .............................................................. 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian............................................... 36
B. Lokasi dan Objek Penelitian .................................................... 37
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian ..................................... 38
D. Sumber Data ............................................................................. 39
E. Instrument Penelitian .............................................................. 40
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 42
G. Teknik Analisis Data ................................................................ 43
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi ......................................................... 47
B. Data Deskriptif Penelitian ....................................................... 53
C. Analisis Data ........................................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 67
B. SARAN..................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jum‟at adalah hari kemenangan bagi kaum muslimin dan semua
makhluk Allah SWT.1 Shalat jum‟at dan tata cara melaksanakannya sudah
disyariatkan dalam al-Qur‟an, secara khusus Allah menyeru untuk
mengerjakannya. Shalat Jum‟at merupakan salah satu kewajiban bagi umat
Islam yang memenuhi syaratnya, secara normatif dasar kewajiban
melaksanakan shalat Jum‟at adalah firman Allah SWT tertera dalam surat Al-
Jumu‟ah.
ا إنى ركش عخ فبصع و انج لح ي آيا إرا دي نهص ب انز ب أ
رس ع انهـ ا انج ش نكى إ كتى تعه نكى خ ر
Terjemahnya:
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila telah diiseru untuk
melaksanakan shalat Jum‟at, maka segeralah kamu mengigat Allah dan
tinnggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui”.2
Khutbah Jum‟at merupakan kesempatan yang amat baik untuk
memberikan nasihat kepada jamaah dalam rangka peningkatan ketaqwaan
kepada Allah SWT. Khutbah juga merupakan bagian yang sangat penting dan
strategis dalam pelaksanaannya, karena khutbah shalat jumat diwajibkan maka
1 Abdurrahim, Khutbah Jum’at,(Bandung: PT. Mizan Publik, 2006), h. 112
2Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Jakarta: Al-Bayan, 2017), h.
554
2
bagi kaum muslimin sehingga banyak sekali masjid yang tidak mampu
menampung jamaah Jum‟at yang berasal dari berbagai kalangan, baik tua
maupun muda, kaya maupun miskin, berpendidikan tinggi maupun rendah,
yang berpangkat maupun orang biasa, begitulah seterusnya.
Khutbah jum‟at sebagai salah satu media untuk menyampaikan pesan
dakwah kepada jamaah, supaya pemahaman umat Islam lebih baik terhadap
peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Akan tetapi
khutbah Jum‟at yang seharusnya dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk
menyampaikan dakwahnya kepada jamaah juga semestinya di jadikan
momentum untuk meningkatkan pemahaman kaum muslimin terhadap ajaran
Islam dan ketaqwaan terhadap Allah SWT. Khutbah jum‟at merupakan
perkataan yang mengandung mau‟izah dan tuntunan ibadah yang diucapkan
oleh Khatib dengan syarat yang telah ditentukan syara‟ dan menjadi rukun
untuk memberikan pengertian para hadirin, menurut rukun dari shalat jum‟at3.
Khutbah jum‟at memiliki kedudukan penting dalam Islam, karena
merupakan penopang utama dalam penyebaran dak‟wah Islam di seluruh
dunia. Khutbah juga merupakan salah satu sarana penting guna
menyampaikan pesan dan nasehat kepada jamaah atau suatu kaum. Khutbah
sebagaimana kaidah yang ada dalam Islam: “menyeru kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran”. Secara lebih khusus khutbah jum‟at merupakan
syiar besar Islam yang menjadi nilai istimewa.Tidak diragukan lagi bahwa
khutbah dalam syiar agama kita mempunyai kedudukan yang tinggi.
3http://arif-ridiawan.blogspot.com/2011/10/makalah-khutbah-jumat.html senin, 14 April
2014 10.12).
3
Khutbah mempunyai peran yang besar dalam rangka menasehati umat
dan mewujudkan tugas dakwah Islam. Disyariatkan bagi kaum laki-laki
muslimin untuk berkumpul di dalam hari itu sebagai peringatan bagi mereka
akan besarnya nikmat Allah kepada mereka dan disyariatkan khutbah untuk
memperingatkan mereka dengan adanya nikmat tersebut, juga menganjurkan
kepada semua kaum laki-laki muslim agar selalu mensyukuri kenikmatannya.
Adapun tujuan khutbah adalah :
a. Menyeru kepada kebaikan
b. Mengajak kepada yang ma‟ruf
c. Melarang kepada yang mungkar
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Ali-Imran: 104 :
عشف ثبن أيش ش إنى انخ خ ذع كى أي ي نتك
فهح ئك ى انأن كش ان ع
Terjemahnya:
“Hendaknya diantara kamu semua sebagai umat yang mengajak kepada
kebaikan, memerintah kepada yang ma‟ruf dan melarang kepada yang
mungkar, dan mereka itulah termasuk orang-orang beruntung”.4
Khutbah Jum‟at mempunyai dua sisi yang tak terpisahkan. Pertama,
sebagai bagian dari ibadah shalat Jum‟at yang melekat. Kedua, Khutbah
Jum‟at menjadi media untuk menyampaikan dan memberi pelajaran kepada
para jamaah atau umat manusia secara umum. Bisa juga dikatakan, selain
ritual ibadah kaum laki-laki muslim, Khutbah Jum‟at juga merupakan salah
satu media dakwah yang mempunyai kaitan langsung dengan pembinaan
4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 64
4
umat. Khutbah Jum‟at mempunyai posisi yang sangat strategis, dalam hal
pelaksanaannya, khutbah Jum‟at tak terpisahkan dengan shalat Jum‟at yang
dilaksanakan rutin seminggu sekali. Pada posisi ini, khutbah Jum‟at bisa
menjadi media yang terprogram dengan muatan yang berkesinambungan dari
minggu ke minggu. Isi khutbah pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan
jamaah atau masyarakat setempat. Melalui Khutbah Jum‟at ini pembinaan
umat bisa dilaksanakan secara berkelanjutan. Dilihat dari sasaran dakwah,
Khutbah Jum‟at selalu mempunyai sasaran dakwah (audience) karena ada
kewajiban melaksanakan shalat Jum‟at bagi setiap orang beriman. Allah
menyeru kepada orang-orang beriman untuk meninggalkan segala aktivitas
(tak hanya jual beli saja) dan bersegera dengan tekad dan langkah yang kuat
untuk pergi ke masjid guna mendengarkan khutbah para ustadz atapun para
ulama yang memiliki ilmu dan melaksanakan shalat Jum‟at.5
Masyarakat Desa Saponda Kab. Konawe umumnya adalah masyarakat
nelayan suku Bajo yang tinggal dipesisir pantai dan bermata pencaharian di
laut. Masyarakat nelayan memiliki karakteristik tersendiri berbeda dengan
masyarakat perkotaan, baik dalam pola kehidupan sehari-hari pada umumnya
maupun dalam masalah keagamaan. Dalam masyarakat sering ditemui
sebagian orang ada yang menyikapi ibadah shalat jum‟at sangat perhatian,
namun tidak pada ibadah shalat wajib lainnya. Shalat lima waktu kurang
mendapat perhatian bukan tidak shalat tepat waktu dan berjama‟ah bahkan
sering meninggalkannya, karna kurangnya pemahaman agama dan kesibukkan
5 Moh. Rifa‟I, Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1978), h.185
5
mereka, sehingga hanya bisa menyempatkan waktu di hari jum‟at untuk
beribadah dan mendengar ceramah. Fenomena tersebut menjadi tantangan
bagi para da‟i yang menyampaikan pesan-pesan keagamaan baik dalam bentuk
ceramah maupun kegiatan khutbah jum‟at.
Khutbah jum‟at sebagai salah satu media yang strategis dalam rangka
memberikan masukan positif atau pesan-pesan dakwah kepada masyarakat,
supaya pemahaman masyarakat lebih baik terhadap peningkatan ibadah, karna
bersifat rutin dan di hadiri oleh kaum muslimin secara berjama‟ah.
Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan diatas, menarik untuk dijadikan
penelitian khutbah jum‟at dimasjid Babun-Nur dan Efektifitasnya terhadap
peningkatan Ibadah Masyarakat Desa Saponda Kab.Konawe.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan khutbah jum‟at di mesjid Babun-Nur Desa
Saponda Kab. Konawe?
2. Bagaimana efektifitas khutbah jum‟at terhadap peningkatan ibadah pada
masyarakat di mesjid Babun-Nur Desa Saponda Kab. Konawe?
C. Tujuan Penelitian
Setiap rencana kegiatan tentu dimaksudkan untuk mencapai suatu
tujuan.Adapun tujuan kegiatan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan khutbah jum‟at di mesjid
Babun-Nur Desa Saponda Kab. Konawe.
6
2. Untuk mengetahui efektifitas khutbah jum‟at terhadap peningkatan ibadah
pada masyarakat di masjid Babun-Nur Desa Saponda Kab. Konawe.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian diharapkan, yaitu sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Dapat menambah wawasan pengetahuan penulis bagaimana
pelaksanaan khutbah jum‟at di mesjid Babun-Nur Desa Saponda Kab.
Konawe.
b. Dapat menambah wawasan mengenai efektivitas khutbah jum‟at
terhadap peningkatan ibadah pada masyarakat di masjid Babun-Nur
Desa Saponda Kab. Konawe.
2. Secara Peraktis
a. Memberikan pengetahuan pada masayarakat bagaimana pelaksanaan
khutbah jum‟at di mesjid Babun-Nur Desa Saponda Kab. Konawe.
b. Memberikan masukan kepada masyarakat mengenai efektifitas
khutbah jum‟at terhadap peningkatan ibadah pada masyarakat di
mesjid Babun-Nur Desa Saponda Kab. Konawe.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Khutbah Jum’at
1. Pengertian Khutbah Jum’at
Khutbah, secara bahasa, adalah perkataan yang disampaikan di atas
mimbar. Adapun kata “khitbah” yang seakar dengan kata “khotbah”
(dalam bahasa Arab) berarti „melamar wanita untuk dinikahi‟. “Khotbah”
berasal dari bahasa Arab yang merupakan kata bentukan dari kata
“mukhathabah” yang berarti “pembicaraan‟. Ada pula yang
mengatakannya berasal dari kata “al-khatbu” yang berarti „perkara besar
yang diperbincangkan‟ , karena orang-orang Arab tidak berkhutbah
kecuali pada perkara besar.6 Sedangkan secara istilah Sebagian ulama
mendefinisikan “khutbah” sebagai „perkataan tersusun yang mengandung
nasihat dan informasi‟. Akan tetapi, definisi ini terlalu umum. Adapun
definisi yang lebih jelas ialah definisi yang diberikan oleh Menurut M.
Abdul Mujieb, khutbah Jum‟at ialah pidato, ceramah atau perkataan yang
mengandung mau‟izah dan tuntunan ibadah, diucapkan oleh khatib dengan
syarat dan rukun yang telah ditentukan, dan juga khutbah Jum‟at diartikan
dalam rangka menasehati sebagaimana di dalam khutbah-khutbah selain
Jum‟at. Dengan demikian, khutbah harus disampaikan secara lisan di
hadapan banyak orang dan harus meyakinkan dengan argumen-argumen
6 Abdurrahman, Kumpulan Khutbah Masjidil Haram, (Jakarta,Pustaka al-Kautsar, 2008)
,h.34
8
yang kuat serta memberikan pengaruh kepada pendengar, baik itu berupa
motivasi atau peringatan. khutbah Jum‟at ialah perkataan yang
disampaikan kepada sejumlah orang secara berkesanambungan, berupa
nasihat dengan bahasa Arab, sesaat sebelum shalat Jumat setelah masuk
waktunya, disertai niat serta diucapkan secara keras, dilakukan dengan
berdiri jika mampu, sehingga tercapai tujuannya.7
Khutbah adalah pidato, yang menguraikan tentang ajaran agama.8
Atau penyampaian pesan-pesan keagamaan berdasarkan ajaran islam di
depan jama‟ah.9 Khutbah sama halnya dengan berpidato akan tetapi yang
membedakan adalah isi pesan yang disampaikan. Khutbah lebih cenderung
berisi pesan-pesan bertemakan dengan keagamaan, sedangkan pidato lebih
cenderung berisi pesan mpesan yang sifatnya umum. Khutbah Jum‟at
merupakan salah satu metode dakwah bil al-lisan yaitu dakwah yang
dilaksanakan melalui lisan, yang dilakukan antara lain dengan ceramah-
ceramah, khutbah, diskusi dan lain-lain. Metode ini sudah cukup banyak
dilakukan oleh para juru dakwah di tengah-tengah masyarakat.
Khutbah Jum‟at ialah perkataan yang mengandung mau‟izah dan
tuntunan ibadah yang diucapkan oleh Khatib dengan syarat yang telah di
tentukan syara‟ dan menjadi rukun untuk memberikan pengertian para
hadlirin, menurut rukun dari shalat jum‟at. Dalam khutbah jum‟at ini
7 Muhammad Rifa‟i, Fiqih Islam, (Semarang: Karya Putra Thoha, 2011) h. 154
8 Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1993. xix) hlm. 437.
9 Bambang S. Ma‟arif, komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi, (Bandung: simbiosa
Rekatama Media, 2010), h.150
9
khatib menjelaskan secara jelas tentang apa yang mau dibacakan dalam isi
khutbahnya, untuk itu seorang Khatib harus pandai dan mampu menguasai
materi yang akan disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh
Jama‟ah (Pendengar).10
Dalam riwayat dari Salmah bin al-Ahwa ‟dikatakan bahwa
Rasulullah berkhutbah dengan dua khutbah dan duduk sebanyak dua kali.
Seseorang bercerita kepada kami, “Rasulullah berdiri tegak pada tingkat
kedua setelah tingkat yang digunakan untuk istirahat (duduk), kemudian
beliau memberi salam dan duduk. Apabila muadzin telah selesai
mengumandangkan adzan, beliau kembali berdiri dan membaca khutbah
kedua, perkataan ini sejalan dengan makna hadits.
Bila kita lihat selama ini yang terjadi dalam proses penyampaian
pesan atau penyerapan materi khutbah Jum‟at oleh jama‟ah, ini berbeda-
beda karena karakteristik jama‟ah yang heterogen dan berbeda tingkat
pendidikanya. Sejauh mana masyarakat bisa memahami dan mengerti
tentang hukumnya mendengarkann khutbah jum‟at. Adapun yang dibaca
dalam khutbah ialah tahmid, tasyahud, dan shalawat kepada Nabi
Muhammad SAW. serta wasiat taqwaitu kemudian diakhiri dengan do‟a.11
Khutbah mempunyai arti yaitu memberi nasehat. Dan ada sebagian
fuqaha berpendapat bahwa khutbah Jum‟at adalah dalam rangka
memberikan nasehat sebagaimana nasehat-nasehat yang diberikan kepada
para jama‟ah Jum‟at. Khutbah Jum‟at merupakan salah satu media yang
10
Sidi Gazaiba, Pengertian Khutbah Jum’at, ( Jakarta: Pustaka Al-Husna ,1994), h. 15
11 Abdul Munir, Teologi Fiqih, (Yogyakarta: Roykon, 2005), h. 353
10
strategis untuk dakwah Islam, karena bersifat rutin dan wajib dihadiri oleh
kaum muslimin secara berjama‟ah.
Media ini terkadang kurang dimanfaatkan secara optimal. Para
khatib seringkali menyampaikan khutbah yang membosankan yang
berputar-putar dan itu-itu saja. Akibatnya, banyak para hadirin yang
terkantuk-kantuk dan bahkan tertidur. Bahkan, ada satus anekdot yang
menyebutkan, khutbah jum‟at adalah obat yang cukup mujarab untuk
insomnia, penyakit sulit tidur. Maksudnya, kalau Anda terkena penyakit
itu, hadirilah khutbah jum‟at, niscaya Anda akan dapat tertidur nyenyak!.
Selain itu yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa khutbah Jumat itu
dilakukan sebelum shalat Jumat. Berbeda dengan khutbah Idul fitri atau
Idul Adha yang justru dilakukan setelah selesai shalat Id.12
Didalam pesan khutbah yang disampaikan pasti terdapat suatu
pembelajaran yang bisa dipetik.Hal inilah yang dapat mempengaruhi
keadaan sikap seseorang.
Charles Bird mengartikan sikap adalah sebagai suatu yang
berhubungan dengan penyesuain diri seseorang kepada aspek-aspek
lingkungan sekitar yang dipilih atau kepada tindakannya sendiri. Bahkan
lebih luas lagi, sikap dapat diartikan sebagai predisposisi (kecenderungan
jiwa) atau orientasi kepada suatu masalah, institusi dan orang-orang lain.
Dengan demikian bisa kita simpulkan bahwa khutbah itu sangat penting
12
Syamsi dan Ahmad Ma‟ruf Asrori, Khutbah Jum’at Sepanjang Masa Membangun
Kehidupan Dunia Akhirat,(Surabaya: Karya Agung, 2002),h.3
11
untuk mendidik sikap dan perilaku kita serta untuk menyampaikan dakwah
tentang ajaran agama islam. 13
Beribadah adalah salah satu jalan untuk bisa berinteraksi secara
verticalkepada Yang Maha Kuasa, yakni pengabdian pada Allah. Telah
dikemukakan arti ibadah secara bahasa, mula-mula pengertian lengkapnya
dalam peristilahan Islam ialah menyatakan ketundukan atau kepatuhan
sepenuhnya disertai oleh kehidmatan sedalam-dalamnya. Dalam
pengertian sehari-hari pengertiannya mengambil sikap jasmani secara
khidmat terhadap sesuatu, sedang rohani dipenuhi oleh pikiran
mengajukan permohonan pada-Nya. Ibadah adalah manifestasi atau
pengertian pengabdian muslim pada Allah. Mengabdi kepada Allah
dengan jalan menaati perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya
seperti yang ditunjukkan Al-Qur‟an dan hadits.Hakikat ibadah mempunyai
dua unsur, yaitu ketundukan dan kecintaan yang dalam kepada Allah,
unsur tertinggi adalah ketundukan. Sedangkan kecintaan merupakan
implementasi dari ibadah tersebut.14
2. Hukum Khutbah Jum’at
Jumhur atau golongan terbesar dari para ulama ”berpendapat bahwa
khutbah jum‟at itu adalah wajib. Mereka berpegang kepada hadits-hadits
shahih yang menyatakan bahwa Nabi saw. Setiap mengerjakan shalat
jum‟at, selalu disertai khutbah. Maksudnya: Apabila imam Telah naik
13
Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 104
14Rahman dan Zainuddin, Fiqih Ibadah,(Jakarta: Gaya Media Pratama ,1997), h. 4
12
mimbar dan muadzin telah adzan di hari jum'at, maka kaum muslimin
wajib bersegera memenuhi panggilan muadzin itu dan shalat jum‟at adalah
ibadah wajib yang tersendiri dan bukan pengganti shalat zhuhur. Karena
tidak bisa diganti dengan niat shalat zhuhur bagi mereka yang tidak
berkewajiban melaksanakannya, seperti musafir dan perempuan.Shalat
jum‟at lebih di tetapkan waktunya dari pada shalat zhuhur, bahkan ia
sebaik-baiknya shalat.Hari jum‟at merupakan hari paling baik dari sekian
hari yang ada dan sebaik baik hari yang disinari matahari.Di hari jum‟at,
Allah SWTmengampuni enamratus ribu penghuni neraka. Siapa yang
meninggal di hari jum‟at, niscaya Allah akan mencatat baginya pahala
syahid di jalan Allah dan di jaga dari siksa kuburmeninggalkan semua
pekerjaannya. Dalam ayat ini ada perintah pergi dzikir, hingga dengan
demikian dzikir itu hukumnya wajib. Karena tidaklah wajib pergi, kalau
bukan kepada yang wajib. Dzikir disini mereka tafsirkan sebagai khutbah,
karena didalamnya terdapat dzikir tersebut. Alasan-alasan yang
dikemukakan oleh jumhur- jumhur itu, disanggah oleh Syaukani.
Mengenai alasan pertama, dijawabnya hanya semata- mata mengerjakan
saja, belum berarti wajib.Alasan kedua bahwa Nabi menyuruh umat
supaya melakukan shalat sebagaimana telah dilakukannya, maka yang
diperintah mencontoh itu hanyalah shalatnya, bukan khutbahnya, sebab
khutbah bukan termasuk shalat. Mengenai alasan ketiga, dijawbnya bahwa
dzikir yang diperintah Allah mengunjunginya itu, tiada lain dari shalat,
atau paling-paling masih diragukan di antara shalat dengan khutbah.
Padahal shalat telah disepakati hukum wajibnya, sedang khutbah masih
diperdebatkan.
13
Maka dapat disimpulkan bahwa para ahli Fiqih berbeda pendapat
mengenai hukum khutbah pada shalat jum‟at, apakah termasuk syarat
shalat sehingga shalat jum‟at tidak sah tanpanya atau sekedar sunnah
sehingga shalat Jum‟at tetap sah tanpanya. 15
3. Rukun Khutbah Jum’at
a. Puji dan sanjungan kepada Allah
ذ ل انح …. إ ذ ل ذ ل… أنح أحـ
Dari Jabir bin Abdullah radliyallahu „anhu, ia berkata :
صهى انه سصل الل الكب ذ صهى خطت انبس عه
فل يضم ن ه ثى قل ن أ ب ث ث عه ذ الل ح ي
ضهم ش انحذث كتبة الل خ فل بدي ن 16
Artinya:
“Rasulullah Shalallahu „alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan
manusia dengan memuji Allah serta menyanjungNya dengan (pujian
dan sanjungan) yang layak bagiNya, kemudian beliau mengatakan,
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada sesuatu
pun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan
maka tidak ada sesuatupun yang dapat memberinya petunjuk, dan
sebaik-baik ucapan adalah Kitab Allah.” (HR. Muslim)
b. Membaca Syahadat
Dari Abu Hurairah radiyallahu „anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, bahwasanya beliau bersabda:
15
Sayyid Sabiq, fiqih Sunnah, ( Bandung: PT. AL-Ma‟rif, 1976), h. 322
16Imam An-Nawawi, Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, (Bairut: Dar al-Fikr, 2000), h.247
14
كبنذ انجزيبء ش فب تشذ ف 17كم خطجخ ن
Artinya:
”Setiap khutbah yang didalamnya tidak ada syahadat, maka ia adalah
seperti tangan yang buntung. ” (HR. Abu Daud ).
c. Berwasiat dengan takwa kepada Allah.
d. Membaca ayat aL-Qur‟an.
e. Menyampaikan nasihat bagi kaum muslimin.
f. Shalawat dan salam
g. Berdo‟a untuk kaum muslimin.18
4. Syarat khutbah Jum’at
Syarat khutbah jum‟at adalah sebagai berikut:
a. Khutbah dimulai pada waktu dzuhur
b. Khutbah dilaksanakan dua kali dengan berdiri
c. Dududk diantara 2 Khutbah
d. Khutbah dilakukan dengan suara keras
e. Dilakukan bertrut sesuai dengan rukunya.19
5. Sunnah Khutbah Jum’at
Sunnah khutbah adalah segala sesuatu yang dikerjakan
akanmendapatkan kesempurnaan dalam shalat jum‟at. Sunnah khutbah
jum‟at antara lain diatas mimbar.
a. Fasih, Jelas dan mudah dipahami.
17
Abu Yaqub Ishaq bin Ibrahim, Musnad Ishaq bin rahawai, (Madinah Munawwarah:
Maktabatul Iman, 1991), h. 290
18Muhammad Rafa‟i, Fiqih Islam, (Semarang: Karya Putra Thoha, 2011), h.159
19Muhammad Rifal, Fiqih Islam dan Syarat Khutbah Jum’at, (Semarang: Karya Putra
Thoha, 2011), h.160
15
b. Salam.
c. Materi.
d. Duduk sebentar waktu adzan.
e. Puji-pujian, sholawat.
f. Jama‟ah diam.
6. Fungsi Khutbah Jum’at
a. Meningkatkan iman dan taqwa
b. Terjalinnya ukhuwa Islamiyah dan silaturrahmi
c. Sebagai media dalam meningkatkan sesama
d. Meningkatkan persatuan dan kesatuan
e. Memberikan tambahan pengetahuan
f. Menjadi kontrol diri dan sosial di masyarakat
g. Membentuk generasi Islam yang berakhlak mulia
h. Mempertahankan ajaran Islam.
7. Tujuan Khutbah Jum’at
Pada dasarnya tujuan khutbah jum‟at sama dengan khutbah-
khutbah yang lainnya yaitu bertujuan untuk memberikan nasehat yang
bermanfaat bagi agama mereka. Bahwasannya khutbah di samping
merupakan ibadah, juga adalah merupakan salah satu sarana atau media
yang dapat menunjang suksesnya pembangunan yang sedang dilakukan
oleh bangsa Indonesia dalam rangka menuju cita-citanya yaitu masyarakat
yang makmur dan sejahtera.
16
Adapun hakekat khutbah adalah fatwa setiap pesan yang harus
dipegangi oleh umat untuk dijadikan pedoman dalam mengarungi
perjuangan hidup agar sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.
Pada hakikatnya sebuah khutbah itu sangat bermanfaat bagi seluruh
umat manusia di dunia ini karena di dalam khutbah tersebut terdapat ilmu-
ilmu dan nasihat-nasihat yang bisa dijadikan sebuah motivasi untuk
menjalankan hidup ini dengan benar dan lurus.adapun tujuan khutbah
jum‟at antara lain:
a. Mengajak umatnya untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT dan
menjadi hamba-Nya yang beriman.
b. Membangkitkan Amar-ma‟ruf nahi-munkar atau berusaha menegakkan
dan melaksanakan syari‟at Islam.
c. Memupuk atau membina persatuan dan persaudaraan dikalangan umat
Islam khususnya, dan menggalang persatuan dan hidup rukun di antara
sesama umat manusia.
d. Bersama-sama membangun masyarakat sejahtera, adil makmur di
bawah ampunan dan ridha Allah SWT.
8. Penyusunan Khutbah Jum’at
Sebelum berkhotbah Jumat, seorang khatib harus menyusun teks
khotbah jumat dengan bagian-bagian sebagai berikut.
a. Pendahuluan yang berisi hamdalah, syahadat, selawat nabi dan wasiat
takwa.
b. Penyampaian materi khotbah, yang di dalamnya ada ayat suci Alquran.
17
c. Penutup yang berisi hamdalah, syahadat, salawat nabi, dan do'a
khatib20
Khatib adalah pemberi khutbah dalam shalat jum‟at sekaligus
menjadi pemimpin dalam sholat tersebut. Khutbah yang disampaikan oleh
seorang khatib harus bisa didengarkan oleh semua jamaahnya. Sebutan
kata khatib ini sudah populer dan sudah melekat sejak lama khatib adalah
seorang penceramah sekaligus memberikan motivasi kepada jamaahnnya
dengan ceramah yang bermanfaat. Dengan kata lain seorang khotib itu
sendiri adalah oarang yang cerdas dan mampu memberi suasana segar bagi
para jama‟ahnya dengan komuniksi yang lebih hangat.21
B. Efektifitas
1. Pengertian Efektifitas
Efektifitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat
keberhasilan atau pencapaian suatau tujuan yang diukur dengan kualitas,
kuantitas, dan waktu. Sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Ada
juga yang menjelaskan arti efektifitas adalah suatu tingkat keberhasilan
yang dihasilkan oleh seseoranag atau organisasi dengan cara tertentu
sesuai dengan tujuan yang dikehendaki atau dicapai. Dengan kata lain,
semakin banyak rencana yang berhasil dicapai maka suatu kegiatan
dianggap semakin afektif. Efektifitas pada umumnya memiliki hubungan
20
Abdul Manan bin Muhammad Sobari. Jangan Tinggalkan Shalat Jum’at, (Bandung:
Pustaka Hidayah, 2008), h. 35
21 Abduh Mannan bin Muhammad Sobari, Jangan Tinggalkan Shalat Jum’at, (Banddung:
Pustaka Hidayah, 2008), h. 37
18
antara hasil yang diharapkan dengan kenyataan hasil yang telah dicapai.
Dengan ikatan lain, makna dari efektifitas adalah menunjukkan seberapa
jauh pencapaian hasilyang sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.22
Menurut Budi Saksono, efektifitas adalah besarnya tingkat
kelekatan, keluaran, yang diharapkan. Sedangkan menurut Hidayat
efektivitas adalah sebuah ukuran yang menyatakan seberepa jauh target
atau kualitas yang dicapai. Ketika semakin besar target persentase yang
dicapai maka semakin tinggi pula tingkat efektifitasnya.23
2. Unsur-Unsur Efektifitas
Unsur-unsur efektivitas merupakan ruang lingkup yang menjadi
pembangun efektivitas itu sendiri.Unsur-unsur efektivitas antara lain:
a. Unsur Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia sangat berperan penting, dalam hal ini
sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam berbagai
aktivitas guna untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditenttukan.
Dalam sebuah organisasi faktor sumber daya manusia sebagi sumber
penentu sukses tidaknya sebuah organisasi mempunnyai wewenang
dan tanggung jawab terhadap sumber daya yang dioprasikan sehingga
efektivitas harus tercapai.
b. Unsur Bukan Sumber Daya Manusia
22
Justaiana, Pengertian Efektifitas, (Yogyakarta: UII Pers, 2004), h.4
23Abdul Halim, Teori-Teori Efektifitas, ( Jakarta: Erlangga, 1995), h. 56
19
Sumber daya bukan manusia merupakan unsur kedua dari
manusia yang mmemiliki peran dan satu kegiatan atau aktivitas
mislnya: modal, tenaga kerja, mesin dan peralatan.
c. Unsur Hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan
Hasil merupakan tujuan akhir sesuai dengan kegiatan, untuk
mencapai hasil yang maksimal, maka seluruh bagian kegiatan yang
dilkasanakan harus menggunakan kedua sumber diatas, prosuder
untuk mencapai hasil yang diinginlkan membutuhkan kerja yanng
maksimal dan efektif.24
3. Aspek Efektifitas
a. Aspek tugas atau fungsi
Aspek fungsi adalah sebuag lembaga dapat dikatakan efektifitas
apabila dapat melaksanakan tugas atau fungsi dengan baik, begitu juga
dengan sebuah peroses pembelajaran dapat diikatakan efektif bila
tugas dan fungsi dapat dilaksanakan dengan baik.
b. Aspek rencana dan program
Tujuan dari aspek ini adalah seluruh kegiatan dilakukan dengan
perencanaan dan terprogram dengan baik.
c. Aspek ketentuan dan peraturan
Efektifitas sebuah program dapat dilihat dari berfungsi tidaknya
peraturan yang telah dibuat untuk menjaga kelangsungan peroses
24
Ruswandi, Unsur-Unsur efektivitas, (jakarta: Erlanga, 2002), h. 231
20
kegiatan.Bila ketentuan ini dapat dilaksanakan dengan baik maka,
ketentruan dan peraturan tersebut telah berjalann dengan efektif.
d. Aspek tujuan dan kondisi ideal
Sebuah kegiatan dapat dikatakan memiliki efektifitas apabila
tujuan atau kondisi yang ingin tercapai.25
4. Kriteria Efektifitas
Suatu kegiatan atau aktivitas dapat dikatakan efektif bila memenuhi
beberapa karateria tertentu. Efektifitas sangat berhubungan dengan
terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu,
serta adanya usaha atau partisipasi aktif dari pelaksana tugas tersebut.
Secara umum, beberapa tolak ukur atau krateria efektifitas adalah sebagai
berikut:
a. Efektifitas keseluruhan. Yaitu sejauh mana seseorang atau organisasi
melaksanakan seluruh tugas pokoknya.
b. Produktivitas. Yaitu kuantitas produk atau jasa pokok yang dihasilkan
seseorang, kelompok, atau organisasi.
c. Efisiensi. Yaitu ukuran keberhasilan suatu kegiatan yang dinilai
berdasarkan besarnya sumber daya yang digunakan untuk mencapai
hasil yang diinginkan.
d. Laba. Yaitu keuntungan atas penanaman modal yang dipakai untuk
menjalankan suatu kegiatan.
25
Muhammad Nasir, Efektivitas dan Aspek, (Jakarta: Sulemba Empat, 2003), h. 100
21
e. Pertumbuhan. Yaitu suatu perbandingan anatara keadaan organisasi
sekarang dengan keadaan masa sebelumnya.
f. Semangat Kerja. Yaitu kecenderungan seseorang berusaha lebih keras
mencapai suatu tujuan.
g. Kepuasan Kerje. Yaitu timbal balik atau kompensasi positif yang
dirasakan seseorang atas peranya.
h. Keterpaduan. Yaitu adanya komunikasi dan kerja sama yang baik
antara anggota dalam suatu usaha.26
C. Peningkatan Ibadah
1. Pengertian Ibadah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang didefinisikan bahwa
ibadah adalah suatu perbuatan untuk menyatakan takwa kepadaAllah SWT
yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya.Secara etimologi "kata
ibadah diambil dari bahasa Arabعجبدح - عجذا - عجذ - عجذyang berarti taat,
tunduk, patuh, merendahkan diri, dan hina. Kesemua pengertian itu
mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh,
merendahkan diri, dan hina di hadapan yang disembah, disebut abid (yang
beribadah). Budak disebut abd, karena dia harus tunduk dan patuh serta
merendahkan diri terhadap majikannya.27
Ahli lughah (ahli bahasa) mengartikan kata ibadah dengan taat,arti
ini dipergunakan dalam firman Allah yang berbunyi:
26
Muhammad Richard, Efektivitas Organisasi, ( Jakarta: Erlangga, 2004), h. 46
27 Atabik Ali dan Ahmad Mudhlor, Pengertian Ibadah, ( Yogyakarta: Multi Karya
Grafika,2001), h. 268
22
طب كى ب ث آدو أ ل تعجذا انش أنى أعذ إن نكى عذ إ
ج ﴾٠﴿يTerjemahnya:
“Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam
supaya kamu tidak menyembah syaitan?. Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagi kamu”.28
Adapun pengertian ibadah secara terminology adalah
حج الل شضب، ي الأقال الأعبل اصى جبيع نكم يب
انجبطخ انظبشح
Artinya:
“Ibadah itu nama yang mencakup segala perbuatan yang disukai
dan diridhai oleh Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan,
baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka
mengagungkan Allah dan mengharapkan pahala-Nya”.29
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta
tunduk. Sedangkan menurut syarah‟ (terminologi), ibadah mempunyai
banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain:
a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya
melalui lisan para Rasul-Nya.
b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi.
c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang
28
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 444
29Yusuf al-Qardhawi, Al-ibadatu fii Al-islam.Terj. Umar Fanani, Ibadah dalam Islam,
(Surabaya: PT. Biru Ilmu, 2001), h. 37
23
zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang
paling lengkap.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa
khauf (takut), raja' (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal
(ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah
qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir,
tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah
(lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah
badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-
macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.30
2. Pembagian Ibadah
Menurut Jamaluddin, Ditinjau dari segi ruang lingkupnya, ibadah
dibagi menjadi dua bagian :
a. Ibadah khashsliah (ibadah khusus), yaitu ibadah yang ketentuannya
telah ditetapkan oleh nash, seperti thaharah, shalat, zakat, dan
semacamnya.
b. Ibadah „ammah (ibadah umum), yaitu semua perbuatan baik yang
dilakukan dengan niat karena Allah SWT semata, misalnya
berdakwah, melakukan amar ma‟ruf nahi munkar di berbagai bidang,
menuntut ilmu, bekerja, rekreasi dan lain-lain yang semuanya itu
30
https://almanhaj.or.id diunduh pada 28 September 2017
24
diniatkan semata-mata karena Allah SWT dan ingin mendekatkan diri
kepada-Nya.31
Menurut Basyir, ibadah ada dua macam, yaitu ibadah umum ialah
ibadah yang mencakup segala aspek kehidupan. Yang kedua adalah ibadah
khusus ialah ibadah yang macam, cara melaksanakannya ditetapkan dalam
syarak Ibadah khusus ini bersifat tetap dan mutlak, manusia tinggal
melaksanakan sesuai dengan peraturan dan tuntunan yang ada, tidak boleh
mengubah, menambah, atau mengurangi.32
3. Prinsip-prinsip Ibadah
Menurut Jamaluddin Untuk memberikan pedoman ibadahyang
bersifat final. Islam memberikan prinsip-prinsip ibadah-ibadah sebagai
berikut:
a. Prinsip utama dalam ibadah adalah hanya menyembah kepada Allah
semata sebagai wujud hanya mengesakan Allah SWT.
b. Ibadah tanpa perantara. Allah SWT berada sangat dekat dengan
hamba-hamba-Ndan Maha Mengetahui segala apa yang dilakukan oleh
hamba-Nya, maka dalam berdoa sudah seharusnya langsung
dimohonkan kepada Allah dan tidak melalui perantara siapapun dan
apapun juga selain yang dituntunkan oleh Allah SWT.
31
Syakir Jamaluddin. Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW, (Yogyakarta: LPPI UMY,
2013), h. 7
32Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah Dalam Islam, (Yogyakarta, UII Press, 2001), h.
15
25
c. Ibadah harus dilakukan secara ikhlas yakni dengan niat yang mumi
semata hanya untuk mengharap keridhaan Allah SWT.
d. Ibadah harus sesuai dengan tuntunan. Nabi saw telah mngajarkan
tentang tata cara shalat secara lengkap melalui hadis-hadisnya yang
maqbul, dari sejak niat yang tidak dilafalkan, bacaan dan gerakan
shalat, jumlah raka‟at, waktu shalat dan lain-lain.
e. Seimbang antara unsur jasmani dengan rohani.33
4. Hakikat Ibadah
Hasbi ash-Shiddiqy menyatakan bahwa: "hakikat ibadah adalah
ketundukan jiwa yang timbul karena hati (jiwa) merasakan cinta akan
Tuhan yang ma'bud (disembah) dan merasakan kebesaran-Nya, lantaran
beri'tikad bahwa bagi alam ini ada kekuasaan yang akal tidak dapat
mengetahui hakikatnya".34
Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa: Dalam syari'at Islam, ibadah
mempunyai dua unsur, yaitu ketundukan dan kecintaan yang paling dalam
kepada Allah. Unsur yang tertinggi adalah ketundukan, sedangkan
kecintaan merupakan implementasi dari ibadah tersebut. Di samping itu,
ibadah juga mempunyai unsur kehinaan, yaitu kehinaan yang paling
rendah di hadapan Allah.Pada mulanya ibadah merupakan hubungan,
karena adanya hubungan hati dengan yang dicintai, menuangkan isi hati,
33
Syakir Jamaluddin, Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW, (Yogyakarta: LPPI UMY,
2013), h. 7
34 Hasbi Ash-Shiddiqy, Kuliah Ibadah: ditinjau dari segi hukum dan hikmah, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2000), h. 8-9
26
kemudian tenggelam dan merasakan keasyikan, yang akhirnya sampai
kepada puncak kecintaan kepada Allah.
Orang yang tunduk kepada orang lain serta mempunyai unsur
kebencian tidak dinamakan 'abid (orang yang beribadah), begitu pula
orang yang cinta kepada makhluk Allah tetapi tidak tunduk kepadanya,
seperti orang cinta kepada anak atau temannya. Kecintaan yang sejati
adalah kecintaan kepada Allah.
Secara garis besar, tingkah laku atau perilaku keagamaan dapat
diukur dengan menggunakan indikator sebagai berikut:35
a. Pelaksanaan ibadah shalat wajib
b. Keajegan dalam melaksanakan shalat wajib
c. Ketepatan waktu dalam melaksanakan shalat wajib
d. Pelaksanaan ibadah puasa ramadhan
e. Keajegan melaksanakan puasa ramadhan
f. Kesadaran dalam melaksanakan puasa ramadhan
g. Pelaksanaan membaca al-Qur‟an
h. Keajegan dalam membaca al-Qur‟an
i. Kesadaran membaca al-Qur‟an
j. Akhlak terhadap orang tua
k. Tingkat ketaatan pada orang tua
l. Kesopanan dalam bergaul dengan orang tua
m. Ingkat perhatian anak pada beban tanggung jawab orang tua
35
Yusuf al-Qardhawi, Al-Ibadatu Fii Al-Islam.Terj. Umar Fanani. Ibadah dalam Islam,
(Surabaya: PT. Biru Ilmu, 2001), h. 31
27
n. Akhlak terhadap guru
o. Ketaan pada perintah guru
Apabila makna ibadah yang diberikan oleh masing-masing ahli
ilmu diperhatikan baik-baik, masing-masing pengertian saling melengkapi
dan menyempurnakan. Oleh karena itu, tidaklah dipandang telah beribadah
(sempurna ibadahnya) seorang mukallaf kalau hanya mengerjakan ibadah
dalam pengertian fuqaha atau ahli ushul saja, melainkan di samping ia
beribadah dengan ibadah dalam pengertian fuqaha tersebut, ia juga
melakukan ibadah dengan ibadah yang dimaksudkan oleh ahli tauhid, ahli
hadis, ahli tafsir serta ahli akhlak. Maka apabila telah terkumpul
pengertian-pengertian tersebut, barulah terdapat padanya hakikat ibadah.36
5. Meningkatkan Kualitas Ibadah
Ibadah Memerlukan Kesiapan Lahir dan batin sehinggan Nilai
Ibadah bisa dari waktu ke waktu akan semakin meningkat. Ada beberapa
upaya yang dapat dilaksanakan agar ibadah semakin Berkualitas.
a. Ibadah dengan Kesadaran
Ibadah dengan kesadaran mengandung maksud,bahwa Ibadah yang
dilaksanakan tidak ada unsur paksaan, dan juga bisa berarti bahwa
dalam melaksakan Ibadah tahu dan paham terhadap apa yang
dilaksanakan. Orang yang mabuk atau sedang tidak sadar, maka
apapun yang dilaksanakan diluar kontrol akal pikiran, oleh karena itu,
Allah melarang orang yang beribadah ketika sedang mabuk.
36
Ahmad Azhar Basyir, Filsafah Ibadah Dalam Islam, (Yogyakarta:UII Prees, 2015),
h.45
28
b. Ibadah dengan Kecintaan
Beribada tanpa Kerinduan dan Kecintaan tidak akan merasakan
kenikmatan dalam beribadah, seperti orang yang sedang sakit tidak
dapat merasakan lezatnya makanan. Oleh karena itu jalan yang dapat
ditempuh untuk memperolrh kenikmatan beribadah dan agar terhindar
dari sikap malas, hendaknya selalu mencari konsentrasi dalam
beribadah.
c. Ibadah dengtan Ikhlas
Nilai ikhlas dalam beribadah bukanlah diperoleh secar tiba-tiba akan
tetapi memerlukan upaya dalam perjuangan secara terus menerus.
Sepeerti kewajiban menjalankan sholat lima waktu pada awalnya
terasa berat dan bisa jadi akan menjadi beban bahkan menjadi
pengahalang setiap, hal demikian akan hilang secara mental biala
dilaksanakan secara terus menerus dan ditambah dengan ibadah shalat
Sunnah rawatib dan shalat lainya. Maka sholat akan menjadi
kebutuhan dan dilaksanakan dengan penuh keikhlasan
d. Ibadah dengan Kehusyukan
Khusyuk merupakan kondisi kejiwaan yang sedang terpuat kepada
Allah, menyadari dan merasakan keagungan Aallah SWT.Jalan untuk
meraih khusyukan yaitu dengan merasakan kehadiran Allah.
e. Ibadah Secara Sembunyi
29
Ibadah secara sembunyi merupakan totalitas Ibadah dan melepaskan
penghambaan diri kepada tuhan selainAllah, sehingga ibadah bukan
untuk memperoleh pujian atau sanjungan dari orang lain.
Kualitas ibadah yang selalu kita upayakan dapat rusak karena beberapa
hal antara lain:
1) Riya‟
2) Bangga diri
3) Dosa.37
6. Pembinaan Ibadah
Basyir berpendapat bahwa ibadah ada yang bersifat umum dan ada
pula yang bersifat khusus.Yang bersifat umum mencakup seluruh aspek
kehidupan dan yang khusus mengenai ibadah tertentu.38
Diantara ibadah
yang menjadi sendi agama Islam yaitu dua kalimat syahadat, shalat, zakat,
puasa, dan haji. Untuk membahas nilai ibadah dalam kehidupan, akan
dicukupkan yang menyangkut shalat, zakat, puasa, dan haji.
a. Pembinaan Ibadah Shalat
37
Ahmad Halim, Peningakatan Kualitas Ibadah, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 55
38Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah Dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001), h.
45
30
Shalat adalah rukun Islam yang kedua setelah syahadat, maka
shalat hukumnya adalah wajib „ain. Artinya, setiap individu muslim
berkewajiban melakukan shalat lima waktu.39
Mansur, aspek pendidikan ibadah khususnya pendidikan shalat
disebutkan dalam firman Allah dalam QS.Luqman: 17 :
لح أقى انص عشف ب ث أيش ثبن اصجش كش ان ع ا
عزو الأيس ﴿ عهى يب أصبثك نك ي ر ﴾١ إ
Terjemahnya:
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia untuk
mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan munkar
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya hal
yang demikian itu termasuk diwajibkan oleh Allah”.
Ayat tersebut menjelaskan pendidikan shalat tidak terbatas
tentang kaifiyah dimana menjalankan shalat lebih bersifat fiqhiyah
melainkan termasuk menanamkan nilai-nilai di balik shalat.Dengan
demikian mereka harus mampu tampil sebagai pelopor amar ma‟ruf
nahi munkar serta jiwanya teruji sebagai orang yang sabar.40
Menurut Basyir. Shalat akan dapat berfungsi baik dari segi
rohaniah maupun jasmaniah, sebagaimana tersebut diatas, apabila
dilaksanakan sesuai dengan tuntunan yang diberikan Nabi. Shalat
dilakukan pada waktu yang telah ditentukan, tenis menerus dilakukan,
dipenuhi syarat rukunnya, serta dilakukan dengan hai yang khusyuk,
39
Ahmad Nawawi Sadili, Panduan Praktis Shalat Fardhu dan Sunnah, (Jakarta: Amzah,
2011), h. 79
40 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009), h. 321
31
pikiran yang terpusatkanbacaan yang berjiwa, dan gerak anggota badan
yang mencerminkan ketenangan, tetapi tidak berbau kemalas-
malasan.41
Pembinaan shalat meliputi:
a) Perintah melaksanakan shalat
b) Mengajarkan tata cara ibadah shalat
c) Perintah shalat dan sanksi bagi yang meninggalkannya
d) Membiarkan anak menghadiri shalat jum‟at
e) Pelaksanaan ibadah shalat malam
Sedangkan Fungsi shalat dapat ditinjau dari dua aspkek, yaitu
aspek rohani dan jasmani.Dari aspek rohani, shalat berfungsi untuk
mengingatkan manusia kepada Tuhannya Yang Maha Tinggi, yang
telah menciptakan manusia dan alam semesta. Dalam Q.S. Toha ayat
14 :
لح نزكشي ﴿ أقى انص إل أب فبعجذ ـ ل إن أب انهـ ﴾إ
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku maka
beribadahlah pada-Ku, dan tegakkanlah shalat agar engkau selalu
ingat kepada-Ku.
Selalu ingat kepada Allah akan mendatangkan ketenangan
hidup. QS. Ar Ra‟d ayat 28 :
41
Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah Dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001),
h.57
32
قهثى ثزكش ئ تط آيا انز انهـ ئ تط أل ثزكش انهـ
﴾٢انقهة ﴿
Terjemahnya:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah
hati menjadi tentram”.
Dengan hati yang selain ingat kepada Allah, akan lahirlah
kekuatan rohaniah pada manusia, yang amat besar artinya dalam
menghadapi masalah hidup. Sedangkan dari aspek jasmani, shalat
berfungsi untuk menimbulkan sifat suka kepada kebersihan, kerapian,
dan kerajinan serta ketangkasan.42
b. Pembinaan Ibadah Zakat
Zakat telah dijelaskan dalam Q.S. Attaubah ayat 103 yang
berbunyi :
ى صم عه ى ثب تزك ى صذقخ تطشى ان أي خز ي إ
ى صلتك صك ع عهى ﴿ ن ص انهـ ﴾
Terjemahnya:
”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ”
Berdasarkan ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahawa
zakat adalah usaha pensucian diri dari pemiliknya yang cintanya
42
Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah Dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001), h.
55
33
berlebihan kepada harta dan kemungkinan memiliki harta yang kotor
yang disebabkan bercampurnya harta yang bersih dengan harta yang
menjadi hak orang lain.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai adanya sesuatu yang
berhubungan dengan pokok permasalahan diperlukan suatu pedoman penelitian
yang di sebut metodologi penelitian yaitu cara melukiskan sesuatu dengan
menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.
Metodologi penelitian sebagai cara yang dipakai untuk mencari,
merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporan guna mencapai suatu
tujuan. Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam penelitian, penulismenggunakan
metode penelitian sebagai berikut:
A. Jenis dan Pendekatan Penelitan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
kualitatif berupa kata–kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku
yang diamati. Menurut keduanya, pendakatan ini diarahkan pada latar dan
individu secara menyeluruh (holistik).43
Metode penelitian kualitatif ini sering disebut “metode penelitian
naturlistik” karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting).44
Dimana penelitian kualitatif memandang obyek sebagai
43 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian ,
(Yogyakarta : Ar – Ruzz Media, 2016), h. 22
44
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
h. 22
35
sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan interprestasi terhadap
gejala yang diamati, serta utuh karena setiap aspek dari obyek itu mempunyai
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak mengadakan angka-
angka, karena penelitian kualitatif adalah penelitian yang memberikan
gambaran tentang kondisi secara faktual dan sistematis mengenai faktor-
faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang dimiliki untuk
melakukan akumulasi dasar-dasarnya saja.45
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana suau penelitian
dilaksanakan.Penelitian yang penulis lakukan ini mengambil lokasi Mesjid
Babun-Nur di Desa Saponda Kab. Konawe Sulawesi Tenggara.
Adapun objek Penelitian adalah Khutbah Jum‟at Mesjid Babun-Nur
dan Efektifitas Terhadap Peningkatan Ibadah Masyarakat. Adapun hal yang
menjadi dasar dalam pemilihan tempat ini karena merupakan Desa yang
masyarakatnya masih kurang dalam pemahaman dan pengamalan ajaran islam.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : CV.Alfabeta, 2015), h.15
36
C. Fokus dan Deskripsi Penelitian
Fokus Penelitian Deskripsi Penelitian
1. Khutbah jum‟at
2.Peningkatan ibadah
Khutbah jum‟at yang di maksud adalah:
1. Khutbah jum‟at di masjid Babun-Nur
2. Isi dan muatan khutbah mampu dipahami
masyarakat Desa Saponda,
3. Khutbah jum‟at mampu mendorong masyarakat
lebih giat dalam beribadah maupun beramal shaleh
4. Khutbah jum‟at diharapkan bisa menjadi sarana
efektif dalam memperkenalkan beberpa hal yang
berkaitan dengan agama.
Peningkatan ibadah yang dimaksud yaitu adanya
perubahan dalam diri masyarakat untuk menyadari
pentingnya ibadah dalam kehidupan, barometer
peningkatan ibadah bisa dilihat dari:
1. Mulai ramainya masyarakat shalat berjama‟ah,
baik shalat fardhu maupun jum‟at
2. Antusiasme masyarakat dalam mendengarkan
dakwah dan nasehat
3. Makin baiknya akhlak dan hubungan antar
masyarakat
37
D. Sumber Data
Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat
pengukurnya. Kalau alat pengambil datanya cukup reliabel dan valid, maka
datanya juga akan cukup reliabel dan valid.46
Adapun sumber data dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer ialah data yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data
langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari.47
2. Data sekunder
Yaitu data yang diperoleh untuk mendukung data primer. Data
sekunder itu biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen–
dokumen.48
Data sekunder yang digunakan antara lain studi kepustakaan
dengan mengumpulkan data dan mempelajari dengan mengutip teori dan
konsep dari sejumlah literatur buku, jurnal, atau karya tulis lainnya.
E. Instrumen Penelitian
Yang menjadi Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu
sendiri. Maksudnya, data sangat bergantung pada validitas peneliti dalam
melakukan pengamatan dan eksplorasi langsung kelokasi penelitian.
46
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003),
h. 38
47Http://Prasko17.Blogspot.co.id (9 Mei 2016)
48
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, h. 39.
38
Penelitian merupakan pusat dan kunci data yang paling menentukan dalam
penelitian kualitatif.49
Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi
validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan
wawancara terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki
objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.
Peneliti kualitatif sebagai “human instrumen” yang berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan dan membuatkesimpulan atas temuannya.50
Selanjutnya Nasution
menyatakan dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada
menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama.Alasannya ialah
bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah,
fokus penelitian, prosedur penelitian yang digunakan, bahkan hasil yang
diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian
itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan
lain dan hanya peneliti itu sendiri sebgaai alat satu-satunya yang dapat
mencapainya‟.51
Dalam metode penelitian kualitatif, peneliti bahkan sebagai instrumen
sementara instrumen lainnya, yaitu buku catatan yang berfungsi untuk
49Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Pustaka Setia, 2012), h. 125
50
Kamaluddin Tajibu, Metode Penelitian Komunikasi, (Makassar: Alauddin University
Press, 2013), h. 152
51
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h.306
39
mencatat semua percakapan dengan informan/narasumber, tape recorder
(vidio/audio) recorder yang berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan, kamera yang berfungsi untuk memotret apabila peneliti sedang
melakukan pembicaraan dengan informan/narasumber, dan sebagainya.
Menurut Nasution, peneliti adalah key instrumen atau alat penelitian utama.
Dialah yang mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak berstruktur,
sering hanya menggunakan buku catatan. Hanya manusia sebagai instrumen
yang dapat memahami makna interaksi antar – manusia, membaca gerak
muka, serta menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau
perbuatan responden. Walaupun digunakan alat rekam dan kamera, peneliti
tetap memegang peranan utama sebagai alat penelitian.52
F. Teknik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data merupakan cara atau langkah yang paling
utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah
mendapatkan data. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti yaitu sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang sering
digunakan dalam penelitian kualitatif. Observasi merupakan proses
melihat, mengamati, dan mencermati, serta merekam perilaku secara
sistematis untuk suatu tujuan. Obeservasi adalah kegiatan mencari data
52 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
h. 43
40
yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau
diagnosis.53
Inti dari observasi ini adalah adanya perilaku yang tampak dan
adanya tujuan yang ingin dicapai.Perilaku yang tampak dapat berupa
perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata, dapat didengar.Selain itu,
observasi haruslah mempunyai tujuan tertentu.
2. Wawancara
Wawancara sebagai proses interaksi komunikasi yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih dimana kedua pihak yang terlibat memilki hak
yang sama dalam bertanya dan menjawab, dimana arah pembicaraan
mengaju kepada tujuan yang telah ditetapkan.54
Dengan melakukan wawancara peneliti menyiapkan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada informan untuk dijawabnya. Selain itu,
peneliti dapat menggunakan alat bantu perekam yang dapat membantu
proses pelaksanaan wawancara berjalan lancar.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pelengkap dari metode pengumpulan data
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi adalah
sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan dokumen-dokumen
dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber
informasi khusus dari karangan, tulisan, buku dan sebagainya.55
53
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups(Jakarta: Rajawali Pers,
2010), h.129.
54 Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups, h. 31.
55https://id.m.wikipedia.org. (9 Mei 2016)
41
G. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data dalam penelitian kulitatif adalah manajemen data
mentah atau yang belum terstruktur yang berasal dari data kuesioner kualitatif,
wawancara kualitatif, observasi kualitatif, data sekunder, refleksi tertulis, dan
catatan lapangan kedalam unit-unit bermakna yang terstruktur menjadi suatu
kesatuan hasil penelitian. Analisis data dalam penelitian kualitatif berarti
melakukan organisasi secara jelas, rinci, dan komprenshif data-data menjadi
kesimpulan ringkas untuk menghasilkan teori indutif yang berdasarkan pada
data.56
Analisis data dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan bahkan
merupakan bagian yang sangat menentukan dari beberapa langkah penelitian
sebelumnya.Dalam penelitian kualitatif, analisis data harus seiring dengan
pengumpulan fakta-fakta dilapangan.Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah
selesai dilapangan.Dalam hal ini Nasution (1988) menyatakan Analisis telah
mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke
lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.57
Dengan
demikian, analisis data dapat dilakukan sepanjang proses penelitian, selain itu
analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan
pengumpulan data.
56 Fattah Hanurawan, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi, (Jakarta;
Rajawali Pers, 2016), h. 123 – 124
57 Lihat Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 336
42
Sebagian besar data yang diperoleh dan digunakan dalam pembahasan
ini bersifat kualitatif. Data kualitatif adalah adalah data yang bersifat abstrak
atau tidak terukur. Oleh karena itu, dalam memperoleh data tersebut penulis
menggunakan metode pengelolahan data yang sifatnya kualitatif, sehingga
dalam mengelola data penulis menggunkan metode analisis data sebagai
berikut :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.Mereduksi data yang dimaksud
disini ialah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu.58
Reduksi ini diharapkan untuk menyederhanakan data yang telah
diperoleh agar memberikan kemudahan dalam menyimpulkan hasil
penelitian.
Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dengan demikian seluruh
hasil penelitian darilapangan yang telah dikumpulkan akan kembali dipilah
untuk menentukan data mana yang tepat digunakan.
2. Data Dsiplay (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
58
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 338
43
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori,
flowchart dan sejenisnya.59
Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.
3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Hubmen adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yangdikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang telah ditemukan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.60
59
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h.341
60
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h.345
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi
a. Letak geografis
Desa Saponda merupakan Desa terletak di tengah laut dengan ketinggian 0
(Nol) meter dari permukaan air laut. Desa Saponda dihuni sebahagian besar suku
Bajo dan suku-suku lain yang telah lama menjadi warga Desa Saponda karena
adanya faktor perkawinan dan ini telah membaur untuk membentuk komunitas,
yaitu masyarakat Desa Saponda. Luas wilayah Desa Saponda mencapai ±7,5 Ha
dengan peruntukan lahan terdiri dari : Lahan pemukiman, kawasan perkantoran,
pesisir pantai laut. Batas-batas wilayah Desa Saponda meliputi :
- Sebelah barat berbatasan dengan laut Bokori
- Sebelah timur berbatasan dengan laut Wawonii
- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Saponda Laut
- Sebelah selatan berbatasan dengan laut Labuan Beropa
b. Demografis Desa Saponda
Berdasarkan data adminitrasi pemerintah Desa, jumlah penduduk Desa
Saponda tercatat 171 KK dan 631 jiwa yang tesebar di tiga dusun, yaitu Dusun
Sikarimanang, Dusun Padakkauang dan Dusun Sikamaseang.
45
1. Penduduk Desa Saponda berdasarkan dusun
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Dusun
No
Dusun
Jumlah Jiwa Kepala
Keluarga L P Total
1.
2.
3.
Dusun Sikarimanang
Dusun Padakkauang
Dusun Sikamaseang
100
93
136
89
89
124
189
182
260
48
49
74
Jumlah 329 302 631 171
Sumber : Data Primer, 2020
Seperti terlihat dalam tabel diatas, tercatat jumlah total Desa Saponda
sebesar 631 jiwa, terdiri dari laki-laki 329 jiwa, dan perempuan 302 jiwa. Dimana
penduduknya 100% beragama Islam.
2. Lembaga Pendidikan
Tabel 4.2 Jumlah Lembaga Pendidikan
No Jenis Lembaga Pendidikan Jumlah
1 SD 1
2 SMP 1
Sumber : Data Primer, 2020
Tabel 2. Menunjukkan adanya partisipasi masyarakat mencetak generasi
yang berpendidikan. Hal ini dibuktikan dengan dilegalkannya pendirian sarana
pendidikan mulai dari tingkat sekolah Dasar hingga sekolah lanjutan tingkat atas.
Desa Saponda memiliki 1 buah lembaga pendidikan setingkat Sekolah Dasar, 1
buah lembaga pendidikan setingkat SLTP/SMP, Taman kanak-kanak belum ada,
dan lembaga pendidikan SMA belum ada.
46
3. Tingkat pendidikan
Tabel 4.3 Jumlah Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)
1 Tidak Tamat/Belum Tamat SD 314
2 Tamat SD 134
3 Tamat SMP 93
4 Tamat SLTA 78
5 Tamat Perguruan Tinggi 12
Jumlah 631
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan data kualitatif pada tabel tersebut menunjukkan bahwa
masyarakat di Desa Saponda sudah memiliki bekal pendidikan formal, terhitung
sebesar 134 jiwa tamat SD, 93 jiwa sudah tamat SLTP/SMP, 78 jiwa tamat
SLTA/SMA, dan tamat perguruan tinggi sebanyak 12 jiwa dan sisanya 314 jiwa
tidak/belum tamat SD. Hal ini menggambarkan bahwa sumber daya manusia di
Desa Saponda sudah memiliki bekal pendidikan yang cukup walaupun masih ada
penduduk yang tidak memiliki bekal pendidikan formal.
4. Mata pencaharian
Tabel 4.4 Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah KK
1 Nelayan 152
2 Pedagang 13
3 PNS/TNI/Polri 2
4 Jasa/Lainya 4
Jumlah 171
47
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan tabel diatas jumlah KK Desa Saponda 90,0% bermata
pencaharian sebagai nelayan, 7,0% bermata pencaharian sebagai pedagang, 2,0%
bermata pencaharian sebagai usaha jasa/lainnya dan sisanya yakni 1,0% yang
berprofesi sebagai PNS/TNI/Polri. Hal ini menumjukkan secara umum kehidupan
masyarakat Desa Saponda masih tergantung pada kepala keluarga yang rata-rata
bekerja pada usaha bidang perikanan.
48
5. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Saponda
STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA SAPONDA
KEC. SEROPIA KAB. KONAWE PROV. SULTRA
2017-2022
BPD
Riko Alala
Kepala Desa
Baharuddin
Sekretaris Desa
Aleks
K. Pemerintahan
Awaludin. R
K. Umum
Rukmana
K. Keuangan
Sarnia
K. Kesra
Saripudin
K. Pembangunan
Handoyo
Kadus II
Bahar. K
Kadus III
Hatta
Kadus I
Imran
49
c. Profil dan Susunan Struktur Kepengurusan Masjid Babun- Nur
Desa Saponda
1. Masjid Babun-Nur
Masjid Babun-Nur didirikan sekitar tahun 1970 oleh masyarakat Desa
Saponda, lokasi ini adalah tanah bebes (milik negara). Masjid ini terletak di Desa
Saponda dengan luas tanah 309 m. Dan luas bangunan sekitar 19x19 m. Meliputi
bangunan tengah dan halamannya. Pertama kali masjid ini dibangun
menggunakan bangunan semi permanen dengan dinding terbuat dari papan.
Kemudian masjid ini mengalami renovasi pada tahun 1994, dan pada tahun 2009
masjid ini dibangun kembali oleh pemerintah dan aparatur Desa Saponda, sampai
saat ini Masjid Babun-Nur berdiri kokoh dan di jadikan pusat masjid yang ada di
Desa Saponda.
Tabel 4.5 Imam Masjid Babun Nur
NO NAMA JABATAN
1 Suadin Imam Desa
2 Nasir La Ode Imam Masjid
50
2. Struktur organisasi kepengurusan Masjid Babun-Nur
Berikut susunan Struktur Organisasi Masjid Babun-Nur Desa Saponda
PENASEHAT :
- H. Ginseng
B. Data Deskriptif Penelitian
1. Pelaksanaan khutbah jum’at di masjid Babun-Nur Desa Saponda
Hasil observasi peneliti mengenai pelaksanaan khutbah jum‟at di masjid
Babun-Nur Desa Saponda kab. Konawe adalah sebagai berikut:
Ketua
Handoyo
Wakil Ketua
Suadin
Sekretaris
Samir
Bendahara
Taris HD
PERIBADATAN
- Sumardi
- Tahang
HUMAS
- Saiful
- Bayu
PHBI
- Handoyo
- Sanawia
PERLENGKAPAN
- Icang
- Candra
51
a. Waktu pelaksanaan shalat jum‟at
Waktu pelaksanaan shalat jum‟at di Desa Saponda adalah pukul 12:00
wita. Sejak pukul 11.30 wita, masyarakat mulai bergegas menuju masjid
kemudian shalat sunnah dan baca al-qur‟an sampai khutbah dimulai. Dari hasil
wawancara mengenai pelaksanaan shalat jum‟at dengan pak Handoyo yaitu ketua
masjid dan P3N di desa Saponda, mengatakan bahwa:
“Untuk waktu pelaksanaannya mulai dari jam 11:30-selesai.”
b. Tahapan pelaksanaan shalat jum‟at
Berikut susunan pelaksanaan shalat jum‟at di masjid Babun-Nur :
a) Kegiatan persiapan Shalat jum‟at dilaksanakan mulai pukul 11:35 (jama‟ah
mulai bergegas menuju masjid)
b) Jama‟ah yang mengikuti shalat jum‟at melaksanakan shalat 2 rakaat,
setelah itu duduk secara tumakninah mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-
Qur‟an yang di bunyikan.
c) Sebelum dikumandangkan adzan, khatib mengucapkan salam terlebih
dahulu kepada seluruh janma‟ah. Setelah itu muadzin mengumandangkan
adzan, ketika adzan selesai, kemudian khatib kemimbar untuk
menyampaikan khutbahnya. Sebelum menyampaikan pesan khatib
mengucapkan Hamdalah, Shalawat Nabi, wasiat takwa, membaca Ayat Al-
Qur‟an .
d) Setelah itu khatib menyampaikan khutbahnya kepada jama‟ah dengan
bahasa yang sederhana sehingga mampu dipahami oleh masyarakat.
52
Setelah selesai menyampaikan pesannya, khatib menutup khutbah yang
pertama.
e) Dalam khutbah yang kedua, khatib juga menyampaikan Hamdalah,
Shalawat Nabi, Wasiat Takwa, membaca Ayat al-Qur‟an dan mendo‟akan
kebaikan kepada ummat Islam, selesai berdo‟a. Muadzin
mengumandangkan Iqomah.
f) Terakhir melaksanakan shalat jum‟at 2 rakaat secara jama‟ah
c. Jadwal khatib
Kegiatan shalat jum‟at di masjid Bubun-Nur, khutbah diisi oleh khatib
yang telah terjadwal, seorang khatib sudah mempersiapkan diri ketika sesuai
giliran berkhutbah. Selain itu, khatib juga sudah meyiapkan materi tentang apa
yang akan disampaikan pada khutbah tersebut. Hanya saja
Tabel 4.6 Jadwal Khatib Masjid Babbun-Nur di Desa Saponda
No Tanggal Khatib Materi Khutbah
1. 03-01-2020 Ust. Samir Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
2. 10-01-2020 Ust. Hamid Anak Yang Shaleh Adalah Aset bagi
orang tua
3. 17-01-2020 Ust. Suadin Menuju Perjalanan Abadi
4. 24-01-2020 Ust. Tamin Anjuran Menjaga Shalat dan Pentingya
shalat berjamaah
5. 31-01-2020 Ust. Samir Keutamaan Membaca dan Mempelajari
Al Quran
6. 07-02-2020 Ust. Hamid Takut, Pelajaran Terbesar
7. 14-02-2020 Ust. Suadin Keutamaan Silaturrahmi
8. 21-02-2020 Ust. Rismal Pentingnya Bersyukur
9. 28-02-2020 Ust. Tamin Fenomena Umat di Akhir Zaman
d. Keadaan jama‟ah saat khutbah jum‟at
53
Sebagian besar jama‟ah jum‟at mengikuti ibadah ini secara antusias dan
bersemangat, walaupun masih ada sebagian kecil jama‟ah yang tidur pada saat
khutbah. Bukti dari antusiasnya jama‟ah mengikuti ibadah jum‟at adalah mereka
tidak berbicara atau tidur ketika khutbah sedang berlangsung. Kemudian
memperhatikan khutbah jum‟at dengan seksama dan dapat mengambil pelajaran
dari khutbah tersebut. Hal ini di karenakan jama‟ah atau masyarakat sudah
mendapatkan bekal pengetahuan agama dan kesadaran diri dalam beribadah atau
beramal shaleh.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan khatib masjid Babun-Nur
yaitu bapak Tamin mengatakan bahwa:
“Pelaksanaan khutbah jum‟at di masjid Babun-Nur ini, sudah berjalan
sebagaimana mestinya dalam pengertian bahwa sudah sesuai dengan apa
yang telah disyariatkan oleh agama islam atau sudah sesuai dengan syarat
dan rukunnya. Sedangkan materi atau isi khutbah yang kami sampaikan
sudah sederhana, sesuai dengan keadaan masyarakat sehingga bisa
dipahami oleh masyarakat atau jama‟ah masjid Babun-Nur.”61
Kemudian hasil wawancara dengan bapak Samir mengatakan bahwa:
Pelaksanaan khutbah jum‟at sudah sesuai dengan apa yang telah
diperintahkan dalam islam misal: Khatib naik kemimbar dan memberi
salam, duduk mendengar azdan, memenuhi rukun khutbah, menyempaikan
khutbah dengan singkat dan materinya kami sesuaikan dengan keadaan
masyarakat disini.62
Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan
khutbah jum‟at di desa Saponda telah dilaksanakan dengan baik sebagaimana
61
Hasil wawancara dengan Bapak Tamin selaku Khotib Masjid Babun Nur pada hari
Senin tanggal 17 Februari 2020
62 Hasil wawancara dengan Bapak Samir selaku Khotib Masjid Babun Nur pada hari
Rabu tanggal 19 Februari 2020
54
mestinya serta sudah memenuhi syarat dan rukunnya, khutbah yang disampaikan
bahasanya cukup sederhana sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.
2. Efektifitas khutbah jum’at terhadap peningkatan ibadah pada
masyarakat di Masjid Babun Nur Desa Saponda Kab. Konawe
Khutbah jum‟at yang dilaksanakan setiap hari jum‟at diharapkan dapat
efektif dalam artian mampu menggugah perasaan, memberi pemahaman agama,
dan menambah semangat untuk beribadah dan beramal shaleh. Berdasarkan hasil
penelitian yang penulis lakukan mengenai efektifitas khutbah jum‟at di Masjid
Babun Nur terhadap peningkatan ibadah pada masyarakat Desa Saponda
menunjukkan bahwa masyarakat semakin giat dalam beribadah dan beramal
shaleh sebagai wujud bertambahnya pemahaman agama mereka melalui khutbah
jum‟at yang disampaikan oleh khatib yang senantiasa menyesuaikan dengan
keadaan masyarakat atau jama‟ahnya yang semakin menambah antusias dalam
menambah pengetahuan tentang ajaran agama yang sangat mereka butuhkan. Hal
ini dimanfaatkan dengan baik oleh para khatib khususnya masyarakat awam
yang jarang datang kemasjid karena kesibukkan mereka yang melaut sehingga
mereka hanya bisa menyempatkan waktu pada hari jum‟at.
Adapun peningkatan ibadah pada masyarakat Desa Saponda Kab. Konawe
antara lain:
a. Shalat berjama‟ah sudah mulai meningkat baik shalat jum‟at maupun
shalat fardhu
55
b. Para orang tua sudah banyak yang mendorong anak-anaknya untuk belajar
mengaji atau ilmu agama
c. Antusias masyarakat mendengar dakwah atau nasehat agama
d. Hubungan antar masyarakat yang baik
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Handoyo mengatakan
bahwa:
“Kalau dinilai dari efektifitasnya efektif. ketika mendengar khutbah yang
sesuai kebutuhan terkadang kita masih mau mendengar tapi khutbanya
sudah selasai, disini yang membuat kita terdorong belajar dan semangat
lagi untuk beribadah. Kemudian masyarakat atau jama‟ah di sini yang
dulunya jarang ke masjid, sekarang sudah mulai rajin datang ke masjid
untuk shalat berjama‟ah setelah mendengar khatib menyampaikan khutbah
tentang keutamaan shalat berjama‟ah, begitupun para orang tua sudah
banyak yang mendorong anak-anaknya untuk belajar mengaji dan ilmu
agama setelah mendengar khutbah tentang keutamaan anak yang shaleh
kemudian peningkatan ibadah yang lain yaitu hubungan antar masyarakat
sudah baik.63
Selanjutnya, menurut bapak Handoyo yang juga merupakan ketua P3N
Desa Saponda mengatakan :
“Antusias masyarakat untuk mendengarkan ceramah sangat antusias hanya
di desa Saponda ini penceramah atau da‟i yang masih kurang” .
Mengenai efektivitas khutbah jumat dijelaskan melalui wawancara dengan
bapak Suadin yang mengatakan bahwa:
“Efektifitas khutbah jum‟at disini yaitu jama‟ah sudah dapat memahami
isi khutbah yang disampaikan karena bahasanya yang sudah sederhana,
menambah wawasan agama masyarakat dan sudah mulai terdorong untuk
mengerjakan apa yang telah disampaikan oleh khatib walaupun mereka
63
Hasil wawancara dengan Bapak Handoyo selaku Ketua Pengurus Masjid Babun Nur
dan Petugas P3N Desa Saponda pada hari Jumat tanggal 21 Februari 2020
56
kerjakan secara perlahan tidak spontan tapi sudah bisa dinilai efektif dan
berhasil baik.64
Hal senada disampaikan oleh bapak H. Umar, salah seorang jamaah masjid
Babun Nur yang mengatakan bahwa :
Jama‟ah anak muda ataupun para orang tua sudah ramai shalat berjama‟ah
baik shalat fardhu maupun shalat jum‟at, semangat mendengar ceramah,
hubungan antar masyarakat sudah lumayan bagus, para pemuda atau
generasi sekarang sudah mulai bergerak untuk belajar agama dan sudah
banyak orang tua yang mendorong anak-anaknya untuk belajar mengaji.”65
Lanjut wawancara dengan jama‟ah masjid yaitu bapak Sabri mengatakan
bahwa:
“Kalau yang saya amati efektifitas khutbah jum‟at pada masyarakat, sudah
adanya perubahan dalam diri meraka, khususnya masyarakat awam untuk
menyadari pentingnya ibadah, amal shaleh, dan ilmu agama dalam
kehidupan ini. Karena khutbah yang disampikan oleh khatib sesuai
kebutuhan masyarakat, mudah dipahami dan sifatnya rutin setiap pekan
sehingga bagi saya pribadi sudah efektif. Kemudian shalat berjama‟ah
sudah meningkat, para orang tua juga sudah banyak yang menyuruh
anak-anaknya untuk belajar mengaji dan para pemuda maupun para
orang tua sudah tergerak untuk belajar agama, yang menjadi kendala
adalah da‟i atau ustadznya yang kurang, untuk mengajar atau
membimbing kami dalam masalah agama.”66
Hal ini juga dipertegas dengan keterangan yang dijelaskan oleh bapak H.
Mboyo yang mengatakan bahwa:
Kalau saya pribadi efektifitas khutbah jum‟at disini sudah efektif, yaitu
sudah mampu memberikan pemahaman agama walaupun secara perlahan,
tapi rutin setiap pekan dilakukan sehingga memberikan efek kepada kami.
Kemudian peningkatan ibadah yang lain yaitu shalat berjama‟ah disini
64
Hasil wawancara dengan Bapak Suadin selaku Imam Desa Saponda pada hari Sabtu
tanggal 22 Februari 2020
65 Hasil wawancara dengan Bapak H. Umar selaku Jamaah Masjid Babun Nur pada hari
Senin tanggal 24 Februari 2020
66 Hasil wawancara dengan Bapak Sabri selaku Jamaah Masjid Babun Nur pada hari
Selasa tanggal 25 Februari 2020
57
sudah ramai dan anak-anak ataupun remaja sudah banyak yang belajar
mengaji karena dorong orang tua ataupun dorongan diri sendiri.67
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
efektifitas khutbah jum‟at terhadap peningkatan ibadah berjalan baik dan efektif,
karena khutbah yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan atau keadaan
masyarakat Kemudian sudah mampu menambah semangat beribadah, beramal
shaleh, memberi pemamahan agama bagi masyarakat walaupun apa yang
disampaikan khatib tidak secara spontan mereka kerjakan tapi sebagian besar
masyarakat secara perlahan pesan-pesan dalam khutbah jum‟at sudah
dilaksanakan.
C. ANALISIS DATA
1. Pelaksanaan khutbah jum’at di mesjid Babun-Nur Desa Saponda Kab.
Konawe
Khutbah jum‟at pada hakikatnya merupakan ritual yang telah ditetapkan
Islam sebagai bagian dari shalat jum‟at. Oleh karena itu, pelaksanaan khutbah
jum‟at merupakan sebuah aktivitas rutin yang dilaksanakan setiap hari jum‟at di
semua tempat di mana terdapat komunitas orang islam. Kondisi seperti ini dapat
juga ditemukan di Desa Saponda yang seluruh penduduknya ummat Islam.
Setelah mengikuti aktivitas khutbah jumat yang dilaksanakan di mesjid
Babun-Nur Desa Saponda Kab. Konawe, penulis menyimpulkan bahwa
pelaksanaan khutbah jumat telah dilakukan dengan baik sesuai dengan tata cara
67
Hasil wawancara dengan Bapak H. Mboyo selaku Jamaah Masjid Babun Nur pada hari
Jumat tanggal 28 Februari 2020
58
dan rukun khutbah yang disyariatkan. Khotib menyampaikan khutbah dengan
singkat, padat dan suara lantang. Selanjutnya setelah khutbah selesai dilaksanakan
shalat jumat yang didahului dengan iqamah oleh muadzin.
Pelaksanaan khutbah jumat menjadi sangat baik juga disebabkan khatib
yang akan membawakan khutbah telah terjadwal dengan baik sehingga mereka
dapat mempersiapkan materi khutbah dengan baik sehingga isi dan muatan
khutbah mampu dipahami masyarakat desa Saponda yang selanjutnya dapat
mendorong masyarakat untuk lebih giat dalam beribadah dan beramal shaleh.
Selain itu dengan persiapan materi yang baik, maka khutbah jumat dapat menjadi
sarana efektif dalam memperkenalkan ajaran agama secara lebih luas.
2. Efektivitas khutbah jum’at terhadap peningkatan ibadah pada
masyarakat di mesjid Babun-Nur Desa Saponda Kab. Konawe?
Salah satu yang digunakan dalam penyampaian pesan dakwah melalui
khutbah jumat di desa Saponda adalah dari segi penggunaan bahasa, Bahasa
dalam khutbah sangat penting artinya untuk menarik perhatian para jamaah.
Susunan bahasa yang indah dan bisa memberi kesan dan memiliki kelebihan
tersendiri. Namun bahasa yang indah baru akan punya makna yang besar, apabila
dibawakan oleh khotib yang menguasai intonasi dan vokal yang memenuhi
persyaratan. Bisa saja terjadi, khatib yang memiliki bahasa indah tapi tak kuasa
memikat jamaah karena dia mengucapkannya dengan vokal yang lemah dan
intonasi yang monoton, tanpa ada variasi tinggi rendahnya suara , Bahasa yang
indah juga bisa dinilai dari penggunanan tutur katanya atau kosa katanya yang
mudah dimengerti oleh para jamaah.
59
Setelah melihat penyampaian pesan dakwah pada khutbah jumat yang
dilakukan oleh para khotib didesa Saponda, maka penulis menyimpulkan
bahwa analisis penyampaian pesan dakwah dari segi bahasa di sini mengacu pada
jenis-jenis gaya bahasa yang diperkenalkan Gorys Keraf yaitu menggunakan 4
(empat) gaya bahasa:
1. Gaya bahasa percakapan : yaitu gaya bahasa yang mengedepankan diksi
dengan kata-kata seperti sebuah percakapan atau kata-kata populer. Contoh
dalam sebuah khutbah biasanya pada saat penjelasan Firman Allah SWT.
Hadist Rasullah SAW, dan kisah para sahabat.
2. Gaya bahasa Antiklimaks: yaitu gaya bahasa yang berstruktur mengendur.
Gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang
kurang penting dan isinya mengalami penurunan kualitas, Gaya bahasa ini di
mulai dari puncak makin lama makin ke bawah.
3. Gaya bahasa Erotesis atau pertanyaan adalah semacam pertanyaan yang
dipergunakan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang
wajar tanpa menghendaki jawaban.
4. Paralelisme adalah gaya bahasa berupa penyejajaran antara frase-frase yang
menduduki fungsi yang sama, menjelaskan sesuatu atau sebuah perbuatan
yang memiliki akibat atau balasan.
Pesan dakwah melalui Khutbah Jum‟at merupakan aktivitas mengajak
masyarakat untuk memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran islam dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk menyampaikan tujuan dakwah tersebut para khotib
menerapkan beberapa strategi dalam berkhutbah Strategi merupakan suatau cara
60
untuk mencapai suatu tujuan. Dengan berbagai strategi tersebut para Da‟i dapat
menentukan langkah-langkah yang tepat dalam menyampaikan pesan dakwah,
sehingga tujuan dakwah dapat tercapai secara optimal adapun berbagai strategi
yang digunakan khotib pada khutbah jum‟at didesa Saponda kabupaten Konawe
adalah sebagai berikut :
a. Motivasi kepada jama‟ah khutbah jum‟at
Pemberian motivasi merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh
da‟i/khotib. Motivasi yang diberikan oleh para khotib pada khutbah jum‟at antara
lain dengan memberikan pengarahan, bimbingan dan suri tauladan kepada para
jamaah. Pembimbingan yang dilakukan disini adalah melalui pesan materi
dakwah seperti contoh sholat 5 waktu dan pengaplikasian akhlah yang baik
dalam kehidupan sehari-hari yang dilandasi oleh nilai-nilai ajaran Islam.
b. Interaksi yang baik antara khotib dan jamaah masjid
Hubungan antara khotib dan jamaah masjid terjalin cukup baik. Karena
dengan hubungan yang baik akan terjalin kedekatan emosional antara khotib
dengan jamaahnya. Dengan demikian pesan (materi) dakwah yang disampaikan
mudah diterima oleh jamaah. Interaksi yang baik ini terjalin dalam keseharian
yang di realisasikan setiap hari. Bentuk penyampaian pesan dakwah dari segi
bahasa yang dilakukan oleh para khotib dimasjid desa Saponda terbilang sangat
efektif, karena selain penggunaan bahasa yang sederhana, khotib juga pandai
menempatkan materi-materi yang sesuai dengan kondisi atau situasi jamaahnya.
61
Dengan kata lain penyampaian pesan dakwah ini memiliki beberapa manfaat atau
efektivitas yang dirasakan oleh para jamaahnya sesuai dengan analisis penulis
yaitu sebagai berikut:
a. Respon yang baik, dilihat secara langsung tanggapan dari jamaah sangat baik
sekali, karena mereka merasakan pesan materi yang disampaikan sederhana
dan mudah dipahami, sehingga mereka dapat merealisasikanya langsung
dalam kehidupan.
b. Terjalinnya silaturahmi yang kuat, penyampaian materi dakwah pada
khutbah jumat yang berkenaan tentang akhlak, membuat para jamaah sadar
akan pentingkannya silaturahmi antara sesama umat beragama khususnya
didesa Saponda.
c. Kepedulian dan kepercayaan masyarakat bertambah, melalui pesan dakwah
yang disampaikan khotib pada khutbah jumat membuat para jamaah semakain
peduli satu sama lain dan kepercayaan jamaah terhadapa khotib semakin
bertambah karena para khotib sendiri mampu memberikan suri tauladanya
dalam keseharian.
d. Memupuk atau membina persatuan dan persaudaraan dikalangan umat
Islam khususnya, dan menggalang persatuan dan hidup rukun di antara
sesama umat manusia.
e. Sikap dan perilaku khotib yang baik, dimana para khotib dalam kehidupan
sehari-harinya dijadikan sebagai panutan oleh jamaah ataupun masyarakat,
sehingga masyarakat dapat dengan mudah mendengarkan, meniru dan
mematuhi apa yang dilakukan oleh khotib.
62
Minat jamaah masjid di desa Saponda untuk mendengarkan penyampaian
khutbah Jumat masih sangat besar. Meskipun demikian para jamaah
mengharapkan adanya perbaikan dan peningkatan kualitas khatib, cara
penyampaian khutbah yang baik serta pemilihan materi khutbah yang sesuai
dengan kebutuhan jamaah, sehingga mereka merasa ada kaitan antara materi yang
disampaikan dengan masalah kehidupan yang mereka hadapi. Selain itu mereka
berharap agar pemerintah khususnya Kementerian Agama agar berperan aktif
dalam pembinaan khatib.
Peran pelaksanaan khutbah Jum‟at efektif untuk membentuk perilaku
keagamaan pada masyarakat di Desa Saponda. Penyampaian pesannya
menggunakan metode ceramah atau khutbah dengan materi-materi yang
berpegang pada alquran dan sunnah yaitu secara garis besar pembahasannya
terarah pada bidang aqidah, syariat, dan akhlakul karimah. Namun dengan
penyampaian materi yang aktual dan disesuaikan dengan kondisi waktu. Hal itu
semua dilakukan agar para mad‟u tidak jenuh dengan materi-materi yang
disampaikan. Para khatib sebelum melaksanakan penyampaian khutbahnya,
semuanya mempunyai konsep tersendiri dalam menyusun naskah khutbahnya
yaitu mengutip dari kitab-kitab, kemudian diselingi dan dikaitkan dengan materi
kekinian bagaimana cara Islam menanggapinya. Terbukti dengan hasil penelitian
bahwasanya pesan dakwah yang disampaikan melalui media khutbah Jum‟at
ternyata sangat efektif dalam membentuk sikap perilaku keagamaan yang baik
terhadap masyarakat Saponda.
63
Manajemen pendidikan khotib yang baik, yaitu para khotib yang sangat
mengerti tentang ilmu agama, karena sebagian besar dari mereka pernah
belajar dipondok pesantren. Sehingga penyampaian dalil-dalil Al-Qur‟an maupun
hadist dapat disampaikan secara jelas dengan bacaan yang fasih.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan khutbah jum‟at di masjid Babun-Nur Desa Saponda Kab.
Konawe dilakukan dengan baik yaitu sesuai syarat rukunnya, penyampaian
singkat, materinya sesuai dengan keadaan yang ada, bahasa sederhana
sehingga mudah dipahami.
2. Efektifitas khutbah jum‟at di masjid Babun-Nur terlihat pada beberapa
indikator : respon yang baik, terjalinnya silaturahmi yang kuat, Kepedulian
dan kepercayaan masyarakat bertambah, terbinanya persatuan dan
persaudaraan. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan ibadah pada
masyarakat Desa Saponda Kab. Konawe yang dapat dilihat pada beberapa
indikator di bawah ini:
64
a. Shalat berjama‟ah sudah mulai meningkat baik shalat jum‟at maupun
shalat fardhu
b. Para sudah banyak yang mendorong anak-anaknya untuk belajar mengaji
atau ilmu agama
c. Antusias masyarakat dalam mendengar dakwah atau nasehat agama.
d. Hubungan antar masyarakat yang baik.
B. SARAN
Bagi para pengurus masjid hendaknya meluangkan waktu khusus untuk
mengadakan pengajian-pengajian yang melibatkan masyarakat sekitar.
Bagi para khatib hendaknya lebih intensif lagi mengaplikasikan materi
khutbahnya dan menyesuaikan dengan objek yang di dakwahi serta lebih
memahami permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, harus pandai
menempatkan waktu dan peka terhadap situasi ketika berkhutbah.
Kepada para masyarakat atau jama‟ah masjid Babun-Nur, luangkan waktu
untuk belajar ilmu agama dengan ustadz yang ada, giat, terus tingkatkan ibadah
shalat fardhu maupun jum‟atnya dan lebih pahami khutbah yang disampaikan oleh
khatib jangan tertidur ketika khutbah berlangsung, karena jika kita tidak
memperhatikan khutbah yang disampaikan maka kita tidak akan paham dan tidak
mendapatka ilmu dari khutbah tersebut.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim. 2006, Khutbah Jum’at, Bangndung: PT. Mizan Publik.
Agama Departemen RI. 2017, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Al-Bayan.
Ali Atabik dan Ahmad Mudhlor . 2001,Pengertian Ibadah, Yogyakarta: Multi
Karya Grafika..
Al-Qardhawi Yusuf. 2001,Ibadatu Fii Al-Islam. Terj. Umar Fanani, Ibadah
dalam Islam, Surabayau: Biru Ilmu https://almanhaj.or.id diunduh pada 28
September 2017
http://arif-ridiawan.blogspot.com/2011/10/makalah-khutbah-jumat.html senin,
14 April 2014 10.12).
Arifin.2000, Psikologi Dakwah Pengantar Studi, Jakarta Bumi Aksara.
Ash-Shiddiqy. 2000, Ikuliah Ibadah: ditinjau dari segi hukum dan hikmah,
Jakarta: Bulan Bintang.
AsroriMa‟ruf Ahmad, Syamsi. 2002, Khutbah Jum’at Sepanjang Masa
Membangun Kehidupan Dunia Akhirat, Surabaya: Karya Agung.
Basyir, Ahmad Azhar. 2001,Filsafah dalam Ibadah Islam, Yogyakarta: UII Press.
Gazaiba Sidi. 1994, Pengertian Khutbah Jum’at, Jakarta: Pustaka Al-Husna.
66
Halim Abdul. 1995, Teori-Teori Efektivitas, Jakarta Erlangga.
Halim,Ahmad. 2005, Peningkatan Kualitas Ibadah, Jakarta: Erlangga.
Hardiansyah Haris. 2010, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups, Jakarta:
Rajawali Pers.
Https:// id. M. Wikipedia. Org. ( 9mei 20916).
Http:// Prasko 17. Blogspot.co.id (9 mei 2016).
Imam An-Nawawi. 2000, Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, Bairut: Dar al-Fikr
Ishaq bin Ibrahim, Abu Yaqub.1991, Musnad Ishaq bin rahawai, Madinah
Munawwarah: MaktabatulIman.
Jamaluddin Syakir.2013,Shalat Sesuai Tuntunan Nabi Muhammad SAW,
Yogyakarta: LPP UMY.
Justaiana. 2004,Pengertian Efektivitas, Yogyakarta: UII Pers.
Mannan Abduh,bin Muhammad Sobari. 2008,Jangan Tinggalkan Sholat Jum’at,
Banddung: Pustaka Hidayah.
Mansur.2009, Pendidikan Anaka Usia Dini Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Munir Abdul. 2005,Teologi Fiqih, Yogyakarta: Roykon.
Ma‟arif, Bambang S. 2010, komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi, Bandung:
simbiosa Rekatama Media.
Nasir Muhammad. 2003, Efektivitas dan Aspek, Jakarta: Sulemba Empat.
Nurawan Fattah, 2016,Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Psikologi, Jakarta:
Rajawali Pers.
Prastowo Andi.2016, Metode Penelitian Kulitatif dalam Prespektif Rancangan
Penelitian, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Richard Muhammad. 2004,Efektivitas Organisasi, Jakarta: Erlangga.
Rifa‟i Muhammad. 2011,Fiqih Islam,Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Ruswandi. 2002,Unsur-Unsur Efektivitas, Jakarta: Erlangga.
67
Rifa‟i, Muhammad. 1978, Fiqih Islam Lengkap, Semarang: PT. Karya Toha Putra.
SabiqSayyi. 1976, Fiqih Sunnah, Banddung: PT Al-Ma‟rif.
Sadili, Ahmad Nawawi. 2011,Panduan Praktis Shalat Fardhu dan Sunnah,
Jakarta: Amzah.
Saebani Ahmad Beni, Afifuddin. 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Banddung: Pustaka Setia.
Sugiyono. 2015, Metode Penelitian Pendidikan, Banddung: CV Alfabeta.
Sulaiman Rajid. 2011,Adab-Adab Khutbah Jum’at, Semarang Putra Thoha.
Suryabrata Sumadi. 2016, Metode Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo.
Tajibu Kamaluddin. 2013,Metode Pennelitian Komunikasi, Makassar: Alauddin
University Pers.
Zainuddin, Rahman. 1997, FiqihIbadah, Jakarta: Media Putra.
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1993. xix Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
68
RIWAYAT HIDUP
Rismal, dilahirkan di Desa Saponda, 9 Agustus 1996 dan
merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan
Bapak Tamin dan Ibu Asmawati.
Penulis mengawali pendidikan formal di Pendidikan Sekolah
Dasar di SDN Saponda dan tamat pada tahun 2009, kemudian melanjutkan
jenjang pendidikan SMPN Satap 2 soropia dan lulus pada tahun 2012. Kemudian
Penulis melanjutkan pendidikan Madrasah Aliyah Bahrul Mubarak Toronipa dan
lulus pada tahun 2015. Penulis masuk di Fakultas Agama Islam Universitas
Muhamadiyyah Makassar ( UNISMUH ) pada tahun 2016.
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Agama Islam Universitas
Muhamadiyyah Makassar, penulis melakukan penelitian dengan judul
“Efektifitas Khutbah Juma’at Terhadap Peningkatan Ibadah pada
Masyarakat di Mesjid Babun-Nur Desa Saponda Kab. Konawe” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
Lampiran-Lampiran