khutbah rasulullah menyambut ramadhan

22
Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan Masuk Kategori: HOT NEWS Selain memerintah shaum, dalam menyambut menjelang bulan Ramadhan, Rasulullah selalu memberikan beberapa nasehat dan pesan-pesan. Inilah ‘azimat’ Nabi tatkala memasuki Ramadhan. Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya. Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal- amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.

Upload: vivi-nadia

Post on 25-Jun-2015

369 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

Masuk Kategori: HOT NEWS

Selain memerintah shaum, dalam menyambut menjelang bulan Ramadhan, Rasulullah selalu memberikan beberapa nasehat dan pesan-pesan. Inilah ‘azimat’ Nabi tatkala memasuki Ramadhan.

Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.

Ketahuilah! Allah ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin.

Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. (Sahabat-sahabat lain bertanya: “Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.”

Rasulullah meneruskan: “Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.”

Page 2: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirathol mustaqim pada hari ketika kai-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu. Amirul mukminin k.w. berkata: “Aku berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi: “Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.

Wahai manusia! sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu tathawwu’.”

“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain.”

“Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan ( syahrul muwasah ) dan bulan Allah memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya.”

“Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang.”

Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah saw, “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu.”

Page 3: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

“Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka.”

“Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya.”

“Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampun kepada-Nya . Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka.”

“Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga.” (HR. Ibnu Huzaimah).

sumber: Hidayatullah.com

MEMAHAMI MAKNA AL-BARZANJI

Pada waktu-waktu tertentu dimasyarakat pada umumnya kita sering membacakan kitab Al Barzanji. Di Indonesia, kita biasa menyebutnya “kitab Barzanji” atau “syair Barzanji”. Di berbagai belahan Dunia Islam, syair Barzanji lazimnya dibacakan dalam kesempatan memperingati hari kelahiran (maulid) Sang Nabi. Dengan mengingat-ingat riwayat Sang Nabi, seraya memanjatkan shalawat serta salam untuknya, orang berharap mendapat berkah keselamatan, kesejahteraan, dan ketenteraman. Sudah lazim pula, tak terkecuali di negeri kita, syair Barzanji didendangkan biasanya, di kala menyambut bayi yang baru lahir dan mencukur rambutnya. Karena itu adalah sebuah tradisi yang sering dilakukan dari dahulu.

Oleh karena itu juga kita harus bisa memahami makna dan tujuan dari Al Barzanji itu sendiri karena pada saat sekarang ini kita sering mendapati pemahaman yang lain tentang syair tersebut yang sering kita lakukan pada umumnya, ada yang mengatakan itu dilarang (Haram) untuk dilakukan karena itu perbuatan tersebut tidak dilakukan Rasulallah SAW (Bid’ah). Meraka mengatakan hal tersebut tapi meraka juga tidak memahami makna bid’ah itu sendiri.

Dari berbagai pemahaman yang timbul dikalangan masyarkat pada masa sekarang, saya sedikit-banyaknya ingin memberikan sedikit pengetahuan mengenai Al Barzanji.

a) Sejarah Al Barzanji

Page 4: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

Al Barzanji erat kaitannya dengan Perayaan Maulid yang ada pada masyarakat pada umumnya. Perayaan Maulid pada mulanya dirintis oleh Shalahuddin Al-Ayyubi. Yang sebenarnya Maulid tersebut berperan menghidupkan kembali Maulid yang pernah ada pada masa Dinasti Fatimiyah. Tujuannya, membangkitkan semangatjihad (perjuangan) danittihad (persatuan) tentara Islam melawancr us aders (Pasukan Salib) yang saat itu memang memerlukan keteguhan dan keteladanan. Dari itulah muncul anggapan, Shalahuddin adalah penggagas dan peletak dasar peringatan Maulid Nabi.

Adapun historisitas Al Barzanji berawal dari lomba menulis riwayat dan puji- pujian kepada Nabi yang diselenggarakan Shalahuddin pada 580 H/1184 M. Dalam kompetisi itu, karya indah Syekh Ja`far al-Barzanji tampil sebagai yang terbaik. Sejak itulah Kitab Al-Barzanji mulai disosialisasikan pembacaanya ke seluruh penjuru dunia oleh salah seorang gubernur Salahudin yakni Abu Sa`id al-Kokburi, Gubernur Irbil, Irak

Di Indonesia, tradisi Berzanji bukan hal baru, terlebih di kalanganNahdliyyin (sebutan untuk warga NU). Berzanji tidak hanya dilakukan pada peringatan Maulid Nabi, namun kerap diselenggarakan pula pada tiap malam Jumat, pada upacara kelahiran,akikah dan potong rambut, pernikahan, syukuran, dan upacara lainnya. Bahkan, pada sebagian besar pesantren, Berjanjen telah menjadi kurikulum wajib.

Selain al-Barzanji, terdapat pula kitab-kitab sejenis yang juga bertutur tentang kehidupan dan kepribadian Nabi. Misalnya, kitab Shimthu al-Durar karya al-Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi. Ada pulaal- Burdah karya al-Bushiri danal-

Diba’ karya Abdurrahman al-Diba’iy. Namun, yang masyhur di masyarakat adalah al- Barzanji dan al-Diba’. Al Barjanji sendiri merupakan karya tulis berupa puisi yang terbagai atas 2 bagian yaitu Natsar dan Nazhom. Bagian natsar mencakup 19 sub-bagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi ah pada tiap-tiap rima akhir. Keseluruhnya merunutkan kisah Nabi Muhammad SAW, mulai saat-saat menjelang Nabi dilahirkan hingga masa-masa tatkala beliau mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian Nazhom terdiri dari 16 subbagian berisi 205 untaian syair penghormatan, puji-pujian akan keteladanan ahlaq mulia Nabi SAW, dengan olahan rima akhir berbunyi nun.

b) Apakah Al Barzanji itu dilarang (Haram) untuk dilakukan dan Bagaimana Hukum dasarnya Al Barzanji?

Mengenai hal ini erat kaitannya pula dengan pro-kontra Al Barjanji? Pihak yang pro menganggap pembacaan Al Barzanji adalah refleksi kecintaan umat terhadap figur Nabi, pemimpin agamanya sekaligus untuk senantiasa mengingatkan kita supaya meneladani sifat-sifat luhur Nabi Muhammad SAW. Kecintaan pada Nabi berarti juga kecintaan, ketaatan kepada Allah. Adapun pihak kontra memandang Barjanji hanyalah karya sastra yang walau mungkin mengambil inspirasi dari 2 sumber hukum haq Islam yakni Al Qur’an dan hadist.

Page 5: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

Wajarlah bila kemudian pihak kontra menghukumi pembacaan Barjanji juga bacaan sejenis lainya semisal Diba', Burdah, Simthuddurar itu Bid’ah atau mengada- ada dalam ibadah yang justru sangat jelas dilarang agama. Sebuah hadist Nabi riwayat Bukhari Muslim menyatakan, ”Barangsiapa menimbulkan sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kita yang bukan dari ajarannya maka tertolak.” (HR. Bukhari).

Berdasarkan kemanfaatan maka Al barzanji itu boleh dilakukan walaupun termasuk bid’ah ( bid’ah hasanah ) Nabi saw memperbolehkan berbuat Bid'ah hasanah. Nabi saw memperbolehkan kita melakukan Bid'ah hasanah selama hal itu baik dan tidak menentang syariah, sebagaimana sabda beliau saw : "Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam Islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya dan tak dikurangkan sedikitpun dari dosanya" (Shahih Muslim hadits no.1017, demikian pula diriwayatkan pada Shahih Ibn Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn Hibban dan banyak lagi). Dan keterangan lain dari ulama :

1. Al Hafidh Al Muhaddits Al Imam Muhammad bin Idris Assyafii rahimahullah (Imam Syafii) Berkata Imam Syafii bahwa Bid'ah terbagi dua, yaitu Bid'ah mahmudah (terpuji) dan Bid'ah madzmumah (tercela), maka yang sejalan dengan sunnah maka ia terpuji, dan yang tidak selaras dengan sunnah adalah tercela, beliau berdalil dengan ucapan Umar bin Khattab ra mengenai shalat tarawih : "inilah sebaik baik Bid'ah". (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 86-87)

2. Al Imam Al Hafidh Muhammad bin Ahmad Al Qurtubiy rahimahullah

"Menanggapi ucapan ini (ucapan Imam Syafii), maka kukatakan (Imam Qurtubi berkata) bahwa makna hadits Nabi saw yang berbunyi : "seburuk buruk permasalahan adalah hal yang baru, dan semua Bid'ah adalah dhalalah" (wa syarrul umuuri muhdatsaatuha wa kullu bid atin dhalaalah), yang dimaksud adalah hal hal yang tidak sejalan dengan Alqur an dan Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu anhum, sungguh telah diperjelas mengenai hal ini oleh hadits lainnya : "Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam Islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya" (Shahih Muslim hadits no.1017) dan hadits ini merupakan inti penjelasan mengenai Bid'ah yang baik dan Bid'ah yang sesat". (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)

Itulah dasar hukum yang bisa dipegang berkaitan Al Barzanji Yang telah dilakukan dari dulu sampai sekarang dari Para Ulama dan para Muhaddist terdahulu, Maka bila muncul pemahaman di akhir zaman yang bertentangan dengan pemahaman para Muhaddits maka mestilah kita berhati hati darimanakah ilmu mereka, berdasarkan apa pemahaman mereka, atau seorang yang disebut imam padahal

Page 6: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

ia tak mencapai derajat hafidh atau muhaddits, atau hanya ucapan orang yang tak punya sanad, hanya menukil menukil hadits dan mentakwilkan semaunya tanpa memperdulikan fatwa fatwa para Imam.

Dafar Pustaka • Tafsir Imam Qurtubiy • 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) Oleh : Dr. Muhammad Faiz Almath

Sayyid Ja’far Al Barzanji – Mufti Madinah (1126 – 1184 H)07/11/2009 — Dunia pesantren

Sayyid Ja’far bin Sayyid Hasan bin Sayyid ‘Abdul Karim bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Rasul al-Barzanji adalah seorang ulama besar keturunan Junjungan Nabi s.a.w. dari keluarga Saadah al-Barzanji yang masyhur berasal dari Barzanj di Iraq. Beliau dilahirkan di Kota Madinah al-Munawwarah pada tahun 1126H. Segala usul Sayyid Ja’far semuanya merupakan ulama terkemuka yang terkenal dengan ilmu dan amal, keutamaan dan kesholehan. Sayyid Muhammad bin ‘Alwi bin ‘Abbas al-Maliki dalam “Haul Ihtifaal bi dzikra al-Mawlid an-Nabawi asy-Syarif”

Di samping itu, kitab Mawlid Sidi Ja’far al-Barzanji ini telah disyarahkan pula oleh para ulama kenamaan umat ini. Antara yang masyhur mensyarahkannya ialah Syaikh Muhammad bin Ahmad ‘Ilyisy al-Maaliki al-’Asy’ari asy-Syadzili al-Azhari dengan kitab “al-Qawl al-Munji ‘ala Mawlid al-Barzanji“. Beliau ini adalah seorang ulama besar keluaran al-Azhar asy-Syarif, bermazhab Maliki lagi Asy`ari dan menjalankan Thoriqah asy-Syadziliyyah. Beliau lahir pada tahun 1217H (1802M) dan wafat pada tahun 1299H (1882M).

Selain itu ulama kita kelahiran Banten, Pulau Jawa, yang terkenal sebagai ulama dan penulis yang produktif dengan banyak karangannya, yaitu Sayyidul ‘Ulama-il Hijaz, an-Nawawi ats-Tsani, Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi turut menulis syarah yang lathifah bagi “Mawlid al-Barzanji” dan karangannya itu dinamakannya “Madaarijush Shu`uud ila Iktisaa-il Buruud“. Kemudian, Sayyid Ja’far bin Sayyid Isma`il bin Sayyid Zainal ‘Abidin bin Sayyid Muhammad al-Hadi bin Sayyid Zain yang merupakan suami kepada satu-satunya anak Sayyid Ja’far al-Barzanji, telah juga menulis syarah bagi “Mawlid al-Barzanji” tersebut yang dinamakannya “al-Kawkabul Anwar ‘ala ‘Iqdil Jawhar fi Mawlidin Nabiyil Azhar“. Sayyid Ja’far ini juga adalah seorang ulama besar keluaran al-Azhar asy-Syarif. Beliau juga merupakan seorang Mufti Syafi`iyyah. Karangan-karangan beliau banyak, antaranya: “Syawaahidul Ghufraan ‘ala Jaliyal Ahzan fi Fadhaa-il Ramadhan“, “Mashaabiihul Ghurar ‘ala Jaliyal Kadar” dan “Taajul Ibtihaaj ‘ala Dhau-il Wahhaaj fi Israa` wal Mi’raaj“. Beliau juga telah menulis

Page 7: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

sebuah manaqib yang menceritakan perjalanan hidup dan ketinggian nendanya Sayyid Ja’far al-Barzanji dalam kitabnya “ar-Raudhul A’thar fi Manaqib as-Sayyid Ja’far“.

Kembali kepada Sidi Ja’far al-Barzanji, selain dipandang sebagai mufti, beliau juga menjadi khatib di Masjid Nabawi dan mengajar di dalam masjid yang mulia tersebut. Beliau terkenal bukan sahaja kerana ilmu, akhlak dan taqwanya, tapi juga dengan kekeramatan dan kemakbulan doanya. Penduduk Madinah sering meminta beliau berdoa untuk hujan pada musim-musim kemarau. Diceritakan bahawa satu ketika di musim kemarau, sedang beliau sedang menyampaikan khutbah Jumaatnya, seseorang telah meminta beliau beristisqa` memohon hujan. Maka dalam khutbahnya itu beliau pun berdoa memohon hujan, dengan serta merta doanya terkabul dan hujan terus turun dengan lebatnya sehingga seminggu, persis sebagaimana yang pernah berlaku pada zaman Junjungan Nabi s.a.w. dahulu. Menyaksikan peristiwa tersebut, maka sebahagian ulama pada zaman itu telah memuji beliau dengan bait-bait syair yang berbunyi:-

سقينا * غيثا بجعفر نحن و قدما بالعباس الفروق سقىالعارفينا * إمام وسيلتنا هذا و لهم سيلة و فذاك

Dahulu al-Faruuq dengan al-’Abbas beristisqa` memohon hujanDan kami dengan Ja’far pula beristisqa` memohon hujanMaka yang demikian itu wasilah mereka kepada TuhanDan ini wasilah kami seorang Imam yang ‘aarifin Sidi Ja’far al-Barzanji wafat di Kota Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi`, sebelah bawah maqam beliau dari kalangan anak-anak perempuan Junjungan Nabi s.a.w. Karangannya membawa umat ingatkan Junjungan Nabi s.a.w., membawa umat kasihkan Junjungan Nabi s.a.w., membawa umat rindukan Junjungan Nabi s.a.w. Setiap kali karangannya dibaca, pasti sholawat dan salam dilantunkan buat Junjungan Nabi s.a.w. Juga umat tidak lupa mendoakan Sayyid Ja’far yang telah berjasa menyebarkan keharuman pribadi dan sirah kehidupan makhluk termulia keturunan Adnan. Allahu … Allah.

المولدية المحبرة البرود هذه لناسج اغفر اللهممنتماه و نسبته البرزنج إلى من جعفر سيدنا

األمنية و الرجاء و بقربك الفوز له حقق وسكناه و مقيله المقربين مع اجعل و

عيه و حصره و عجزه و عيبه استرله واصغاه و سمعه إليه اصاخ من و قارئها و كاتبها و

Ya Allah ampunkan pengarang jalinan mawlid indah nyataSayyidinaJa’far kepada Barzanji ternisbahd irinya Kejayaan berdamping dengan Mu hasilkan baginya Juga Kabul segala harapan dan cita-cita Jadikanlah dia bersama muqarrabin berkediaman dalam syurga Tutupkan segalakeaiban dankelemahannyaSegala kekurangan dan kekeliruannyaSeumpamanyaYaAllahharapdikurniajugaBagi penulis, pembaca serta pendengarnya

سلم و صحبه و اله على و محمد سيدنا على الله صلى والعالمين رب لله الحمد و

 

Page 8: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

Tentang Syair Kitab Al-Barzanji | Al-Barzanji | Kitab Al-Barzanji ...

Blog AreNk: Tentang Syair Kitab Al-Barzanji | Al-Barzanji | Kitab Al-Barzanji | Barzanji Tutorial dan trik blog ada disini dan layanan hidup, ...

magazineforum.blogspot.com

magazineforum.blogspot.com/2010/10/tentang-syair-kitab-al-barzanji-al.html

clipped from Google - 11/2010

1

Tentang Syair Kitab Al-Barzanji | Al-Barzanji | Kitab Al-Barzanji | BarzanjiApa itu Syair Kitab Al-Barzanji ?Bagamana Cara Membaca Syair Kitab Al-Barzanji ?Syair Kitab Al-BarzanjiBelajar Syair Kitab Al-BarzanjiKegiatan Barzanji | Kegiatan Barzanji Bersama

Di Indonesia, peringatan Maulid Nabi (orang banjar menyebutnya *Ba-Mulud’an*)sudah melembaga bahkan ditetapkan sebagai hari libur nasional. Setiapmemasuki Rabi’ul Awwal, berbagai ormas Islam, masjid, musholla, institusipendidikan, dan majelis taklim bersiap memperingatinya dengan beragam caradan acara; dari sekadar menggelar pengajian kecil-kecilan hingga seremoniakbar dan bakti sosial, dari sekadar diskusi hingga ritual-ritual yang sarattradisi(lokal).Di antara yang berbasis tradisi adalah:*Manyanggar Banua, Mapanretasi di Pagatan, Ba’Ayun Mulud (Ma’ayun anak) di Kab. Tapin, Kalimantan Selatan*Sekaten, di Keraton Yogyakarta dan Surakarta,*Gerebeg Mulud di Demak,*Panjang Jimat *di Kasultanan Cirebon,*Mandi Barokah *di Cikelet Garut, dan sebagainya.Tradisi lain yang tak kalah populer adalah pembacaan Kitab al-Barzanji. Membaca Barzanjiseolah menjadi sesi yang tak boleh ditinggalkan dalam setiap peringatanMaulid Nabi. Pembacaannya dapat dilakukan di mana pun, kapan pun dan dengannotasi apa pun, karena memang tidak ada tata cara khusus yang mengaturnya.Al-Barzanji adalah karya tulis berupa prosa dan sajak yang isinya bertuturtentang biografi Muhammad, mencakup *nasab*-nya (silsilah), kehidupannyadari masa kanak-kanak hingga menjadi rasul. Selain itu, juga mengisahkansifat-sifat mulia yang dimilikinya, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan

Page 9: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

teladan manusia.Judul aslinya adalah *’Iqd al-Jawahir *(Kalung Permata). Namun, dalamperkembangannya, nama pengarangnyalah yang lebih masyhur disebut, yaituSyekh Ja’far ibn Hasan ibn Abdul Karim ibn Muhammad al-Barzanji. Dia seorangsufi yang lahir di Madinah pada 1690 M dan meninggal pada 1766 M.*Relasi Berjanji dan Muludan*Ada catatan menarik dari Nico Captein, seorang orientalis dari UniversitasLeiden, dalam bukunya yang berjudul *Perayaan Hari Lahir Nabi MuhammadSAW *(INIS,1994). Menurutnya, Maulid Nabi pada mulanya adalah perayaan kaum Syi’ahFatimiyah (909-117 M) di Mesir untuk menegaskan kepada publik bahwa dinastitersebut benar-benar keturunan Nabi. Bisa dibilang, ada nuansa politis dibalik perayaannya.Dari kalangan Sunni, pertama kali diselenggarakan di Suriah oleh Nuruddinpada abad XI. Pada abad itu juga Maulid digelar di Mosul Irak, Mekkah danseluruh penjuru Islam. Kendati demikian, tidak sedikit pula yang menolakmemperingati karena dinilai *bid’ah *(mengada-ada dalam beribadah).Di Indonesia, tradisi Berjanjen bukan hal baru, terlebih di kalangan*Nahdliyyin*(sebutan untuk warga NU). Berjanjen tidak hanya dilakukan pada peringatanMaulid Nabi, namun kerap diselenggarakan pula pada tiap malam Jumat, padaupacara kelahiran, *akikah *dan potong rambut, pernikahan, syukuran, danupacara lainnya. Bahkan, pada sebagian besar pesantren, Berjanjen telahmenjadi kurikulum wajib.Selain al-Barzanji, terdapat pula kitab-kitab sejenis yang juga bertuturtentang kehidupan dan kepribadian Nabi. Misalnya, kitab*Shimthual-Durar, karya al-Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (Syair Maulud Al-Habsy),*al-Burdah, karya al-Bushiri dan*al-Diba, karya Abdurrahman al-Diba’iy.*Inovasi Baru*Esensi Maulid adalah penghijauan sejarah dan penyegaran ketokohan Nabisebagai satu-satunya idola teladan yang seluruh ajarannya harus dibumikan.Figur idola menjadi miniatur dari idealisme, kristalisasi dari berbagaifalsafah hidup yang diyakini. Penghijauan sejarah dan penyegaran ketokohanitu dapat dilakukan kapan pun, termasuk di bulan Rabi’ul Awwal.Kaitannya dengan kebangsaan, identitas dan nasionalisme seseorang akan lahirjika ia membaca sejarah bangsanya. Begitu pula identitas sebagai penganut

Page 10: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

agama akan ditemukan (di antaranya) melalui sejarah agamanya. Dan, dibacanyaKitab al-Barzanji merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan esensialitu, yakni ‘menghidupkan’ tokoh idola melalui teks-teks sejarah.Permasalahannya sekarang, sudahkah pelaku Berjanjen memahami bait-bait indahal-Barzanji sehingga menjadikannya ispirator dan motivator keteladanan?Barangkali, bagi kalangan santri, mereka dapat dengan mudah memahami maknatiap baitnya karena (sedikit banyak) telah mengerti bahasa Arab. Ditambahkajian khusus terhadap referensi penjelas *(syarh) *dari al-Barzanji, yaitukitab *Madarij al-Shu’ud *karya al-Nawawi al-Bantani, menjadikan pemahamanmereka semakin komprehensif.Bagaimana dengan masyarakat awam? Tentu mereka tidak bisa seperti itu.Karena mereka memang tidak menguasai bahasa Arab. Yang mereka tahu, kitabitu bertutur tentang sejarah Nabi tanpa mengerti detail isinya. Akibatnya,penjiwaan dan penghayatan makna al-Barzanji sebagai inspirator dan motivatorhidup menjadi tereduksi oleh rangkaian ritual simbolik yang tersakralkan.Barangkali, kita perlu berinovasi agar pesan-pesan profetik di balik baital-Barzanji menjadi tersampaikan kepada pelakunya (terutama masyarakat awam)secara utuh menyeluruh. Namun, ini tidaklah mudah. Dibutuhkan penerjemahyang andal dan sastrawan-sastrawan ulung untuk mengemas bahasa al-Barzanjike dalam konteks bahasa kekinian dan kedisinian. Selain itu, jugamempertimbangkan kesiapan masyarakat menerima inovasi baru terhadapaktivitas yang kadung tersakralkan itu.Inovasi dapat diimplementasikan dengan menerjemahkan dan menekankan aspekketeladan. Dilakukan secara gradual pasca-membaca dan melantunkan syairal-Barzanji. Atau mungkin dengan kemasan baru yang tidak banyak menyertakanbahasa Arab, kecuali lantunan shalawat dan ayat-ayat suci, sepertidipertunjukkan W.S. Rendra, Ken Zuraida (istri Rendra), dan kawan-kawan padaPentas Shalawat Barzanji pada 12-14 Mei 2003 di Stadion Tennis Indoor,Senayan, Jakarta.Sebagai pungkasan, semoga Barzanji tidak hanya menjadi ‘lagu wajib’ dalamupacara, tapi (yang penting) juga mampu menggerakkan pikiran, hati,pandangan hidup serta sikap kita untuk menjadi lebih baik sebagaimana Nabi.Dan semoga, Maulid dapat mengentaskan kita dari keterpurukan sebagaimanaShalahuddin Al-Ayubi sukses membangkitkan semangat tentaranya hingga menangdalam pertempuran.____________________________________________________________________________________________Tambahan

Page 11: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

Garis Keturunannya:Sayyid Ja’far ibn Hasan ibn Abdul Karim ibn Muhammad ibn Sayid Rasul ibn Abdul Syed ibn Abdul Rasul ibn Qalandar ibn Abdul Syed ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abdul Karim ibn Isa ibn Ali ibn Yusuf ibn Mansur ibn Abdul Aziz ibn Abdullah ibn Ismail ibn Al-Imam Musa Al-Kazim ibn Al-Imam Ja’far As-Sodiq ibn Al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam Zainal Abidin ibn Al-Imam Husain ibn Sayidina Ali r.a. dan Sayidatina Fatimah binti Rasulullah saw.Dinamakan Al-Barjanzy karena dinisbahkan kepada nama desa pengarang yang terletak di Barjanziyah kawasan Akrad (kurdistan). Kitab tersebut nama aslinya ‘Iqd al-Jawahir (Bahasa Arab, artinya kalung permata) sebagian ulama menyatakan bahwa nama karangannya adalah “I’qdul Jawhar fi mawlid anNabiyyil Azhar”. yang disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw, meskipun kemudian lebih terkenal dengan nama penulisnya.Beliau dilahirkan di Madinah Al Munawwarah pada hari Kamis, awal bulan Zulhijjah tahun 1126 H (1960 M) (1766 beliau menghafal Al-Quran 30 Juz kepada Syaikh Ismail Alyamany dan Tashih Quran (mujawwad) kepada syaikh Yusuf Asho’idy kemudian belajar ilmu naqliyah (quran Dan Haditz) dan ‘Aqliyah kepada ulama-ulama masjid nabawi Madinah Al Munawwarah dan tokoh-tokoh qabilah daerah Barjanzi kemudian belajar ilmu nahwu, sharaf, mantiq, Ma’ani, Badi’, Faraidh, Khat, hisab, fiqih, ushul fiqh, falsafah, ilmu hikmah, ilmu teknik, lughah, ilmu mustalah hadis, tafsir, hadis, ilmu hukum, Sirah Nabawi, ilmu sejarah semua itu dipelajari selama beliau ikut duduk belajar bersama ulama-ulama masjid nabawi. Dan ketika umurnya mencapai 31 tahun atau bertepatan 1159 H barulah beliau menjadi seorang yang ‘Alim wal ‘Allaamah dan Ulama besar.Kitab “Mawlid al-Barzanji” ini telah disyarahkan oleh al-’Allaamah al-Faqih asy-Syaikh Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad yang terkenal dengan panggilan Ba`ilisy yang wafat tahun 1299H dengan satu syarah yang memadai, cukup elok dan bermanfaat yang dinamakan “al-Qawl al-Munji ‘ala Mawlid al-Barzanji” yang telah banyak kali diulang cetaknya di Mesir.Di samping itu, kitab Mawlid Sidi Ja’far al-Barzanji ini telah disyarahkan pula oleh para ulama kenamaan umat ini. Antara yang masyhur mensyarahkannya ialah Syaikh Muhammad bin Ahmad ‘Ilyisy al-Maaliki al-’Asy’ari asy-Syadzili al-Azhari dengan kitab “al-Qawl al-Munji ‘ala Mawlid al-Barzanji”. Beliau ini adalah seorang ulama besar keluaran al-Azhar asy-Syarif, bermazhab Maliki lagi Asy`ari dan menjalankan Thoriqah asy-Syadziliyyah. Beliau lahir pada tahun 1217H (1802M) dan wafat pada tahun 1299H (1882M).Selain itu ulama kita kelahiran Banten, Pulau Jawa, yang terkenal sebagai ulama dan penulis yang produktif dengan banyak karangannya, yaitu Sayyidul ‘Ulama-il Hijaz, an-Nawawi ats-Tsani, Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi turut menulis syarah yang lathifah bagi “Mawlid al-Barzanji” dan karangannya itu dinamakannya “Madaarijush Shu`uud ila Iktisaa-il Buruud”. Kemudian, Sayyid Ja’far bin Sayyid Isma`il bin Sayyid Zainal ‘Abidin bin Sayyid Muhammad al-Hadi bin Sayyid Zain yang merupakan suami kepada satu-satunya anak Sayyid Ja’far al-Barzanji, telah juga menulis syarah bagi “Mawlid al-Barzanji” tersebut yang

Page 12: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

dinamakannya “al-Kawkabul Anwar ‘ala ‘Iqdil Jawhar fi Mawlidin Nabiyil Azhar”. Sayyid Ja’far ini juga adalah seorang ulama besar keluaran al-Azhar asy-Syarif. Beliau juga merupakan seorang Mufti Syafi`iyyah. Karangan-karangan beliau banyak, antaranya: “Syawaahidul Ghufraan ‘ala Jaliyal Ahzan fi Fadhaa-il Ramadhan”, “Mashaabiihul Ghurar ‘ala Jaliyal Kadar” dan “Taajul Ibtihaaj ‘ala Dhau-il Wahhaaj fi Israa` wal Mi’raaj”. Beliau juga telah menulis sebuah manaqib yang menceritakan perjalanan hidup dan ketinggian nendanya Sayyid Ja’far al-Barzanji dalam kitabnya “ar-Raudhul A’thar fi Manaqib as-Sayyid Ja’far”.Kembali kepada Sidi Ja’far al-Barzanji, selain dipandang sebagai mufti, beliau juga menjadi khatib di Masjid Nabawi dan mengajar di dalam masjid yang mulia tersebut. Beliau terkenal bukan sahaja kerana ilmu, akhlak dan taqwanya, tapi juga dengan kekeramatan dan kemakbulan doanya. Penduduk Madinah sering meminta beliau berdoa untuk hujan pada musim-musim kemarau. Diceritakan bahawa satu ketika di musim kemarau, sedang beliau sedang menyampaikan khutbah Jumaatnya, seseorang telah meminta beliau beristisqa` memohon hujan. Maka dalam khutbahnya itu beliau pun berdoa memohon hujan, dengan serta merta doanya terkabul dan hujan terus turun dengan lebatnya sehingga seminggu, persis sebagaimana yang pernah berlaku pada zaman Junjungan Nabi s.a.w. dahulu. Menyaksikan peristiwa tersebut, maka sebahagian ulama pada zaman itu telah memuji beliau dengan bait-bait syair yang berbunyi:-

سقينا غيثا بجعفر نحن و * قدما بالعباس الفروق سقىالعارفينا إمام وسيلتنا * هذا و لهم سيلة و فذاك

Dahulu al-Faruuq dengan al-’Abbas beristisqa` memohon hujanDan kami dengan Ja’far pula beristisqa` memohon hujanMaka yang demikian itu wasilah mereka kepada TuhanDan ini wasilah kami seorang Imam yang ‘aarifinSidi Ja’far al-Barzanji wafat di Kota Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi`, sebelah bawah maqam beliau dari kalangan anak-anak perempuan Junjungan Nabi s.a.w. Karangannya membawa umat ingatkan Junjungan Nabi s.a.w., membawa umat kasihkan Junjungan Nabi s.a.w., membawa umat rindukan Junjungan Nabi s.a.w. Setiap kali karangannya dibaca, pasti sholawat dan salam dilantunkan buat Junjungan Nabi s.a.w. Juga umat tidak lupa mendoakan Sayyid Ja’far yang telah berjasa menyebarkan keharuman pribadi dan sirah kehidupan makhluk termulia keturunan Adnan. Allahu … Allah.

المولدية المحبرة البرود هذه لناسج اغفر اللهممنتماه و نسبته البرزنج إلى من جعفر سيدنااألمنية و الرجاء و بقربك الفوز له حقق و

سكناه و مقيله المقربين مع اجعل وعيه و حصره و عجزه و عيبه استرله و

اصغاه و سمعه إليه اصاخ من و قارئها و كاتبها وYa Allah ampunkan pengarang jalinan mawlid indah nyataSayyidina Ja’far kepada Barzanj ternisbah dirinya

Page 13: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

Kejayaan berdamping denganMu hasilkan baginyaJuga kabul segala harapan dan cita-citaJadikanlah dia bersama muqarrabin berkediaman dalam syurgaTutupkan segala keaiban dan kelemahannyaSegala kekurangan dan kekeliruannyaSeumpamanya Ya Allah harap dikurnia jugaBagi penulis, pembaca serta pendengarnya

سلم و صحبه و اله على و محمد سيدنا على الله صلى والعالمين رب لله الحمد و

Dalam bukunya, Dan Muhammad adalah Utusan Allah: Penghormatan terhadap Nabi SAW dalam Islam (1991), sarjana Jerman peneliti Islam, Annemarie Schimmel, menerangkan bahwa teks asli karangan Ja’far al-Barzanji, dalam bahasa Arab, sebetulnya berbentuk prosa. Namun, para penyair kemudian mengolah kembali teks itu menjadi untaian syair, sebentuk eulogy bagi Sang Nabi.Untaian syair itulah yang tersebar ke berbagai negeri di Asia dan Afrika, tak terkecuali Indonesia. Tidak tertinggal oleh umat Islam penutur bahasa Swahili di Afrika atau penutur bahasa Urdu di India, kita pun dapat membaca versi bahasa Indonesia dari syair itu, semisal hasil terjemahan HAA Dahlan atau Ahmad Najieh, meski kekuatan puitis yang terkandung dalam bahasa Arab kiranya belum sepenuhnya terwadahi dalam bahasa kita sejauh ini.Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa karya Ja’far al-Barzanji merupakan biografi puitis Nabi Muhammad SAW. Dalam garis besarnya, karya ini terbagi dua: “Natsar” dan “Nadhom”. Bagian “Natsar” terdiri atas 19 subbagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi “ah” pada tiap-tiap rima akhir. Seluruhnya menurutkan riwayat Nabi Muhammad SAW, mulai dari saat-saat menjelang paduka dilahirkan hingga masa-masa tatkala paduka mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian “Nadhom” terdiri atas 16 subbagian yang memuat 205 untaian syair, dengan mengolah rima akhir “nun”.Dalam untaian prosa lirik atau sajak prosaik itu, terasa betul adanya keterpukauan sang penyair oleh sosok dan akhlak Sang Nabi. Dalam bagian “Nadhom”, misalnya, antara lain diungkapkan sapaan kepada Nabi pujaan: Engkau mentari, engkau bulan/ Engkau cahaya di atas cahaya.Di antara idiom-idiom yang terdapat dalam karya ini, banyak yang dipungut dari alam raya seperti matahari, bulan, purnama, cahaya, satwa, batu, dan lain-lain. Idiom-idiom seperti itu diolah sedemikian rupa, bahkan disenyawakan dengan shalawat dan doa, sehingga melahirkan sejumlah besar metafor yang gemilang. Silsilah Sang Nabi sendiri, misalnya, dilukiskan sebagai “untaian mutiara”.Namun, bahasa puisi yang gemerlapan itu, seringkali juga terasa rapuh. Dalam karya Ja’far al-Barzanji pun, ada bagian-bagian deskriptif yang mungkin terlampau meluap. Dalam bagian “Natsar”, misalnya, sebagaimana yang diterjemahkan oleh HAA Dahlan, kita mendapatkan lukisan demikian: Dan setiap binatang yang hidup milik suku Quraisy memperbincangkan

Page 14: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

kehamilan Siti Aminah dengan bahasa Arab yang fasih.Betapapun, kita dapat melihat teks seperti ini sebagai tutur kata yang lahir dari perspektif penyair. Pokok-pokok tuturannya sendiri, terutama menyangkut riwayat Sang Nabi, terasa berpegang erat pada Alquran, hadis, dan sirah nabawiyyah. Sang penyair kemudian mencurahkan kembali rincian kejadian dalam sejarah ke dalam wadah puisi, diperkaya dengan imajinasi puitis, sehingga pembaca dapat merasakan madah yang indah.Salah satu hal yang mengagumkan sehubungan dengan karya Ja’far al-Barzanji adalah kenyataan bahwa karya tulis ini tidak berhenti pada fungsinya sebagai bahan bacaan. Dengan segala potensinya, karya ini kiranya telah ikut membentuk tradisi dan mengembangkan kebudayaan sehubungan dengan cara umat Islam di berbagai negeri menghormati sosok dan perjuangan Nabi Muhammad SAW.Sifatnya:Wajahnya tampan, perilakunya sopan, matanya luas, putih giginya, hidungnya mancung,jenggotnya yang tebal,Mempunyai akhlak yang terpuji, jiwa yang bersih, sangat pemaaf dan pengampun, zuhud, amat berpegang dengan Al-Quran dan Sunnah, wara’, banyak berzikir, sentiasa bertafakkur, mendahului dalam membuat kebajikan bersedekah,dan sangat pemurah.Seorang ulama besar yang berdedikasi mengajarkan ilmunya di Masjid Kakeknya (Masjid Nabawi) SAW sekaligus beliau menjadi seorang mufti Mahzhab Syafiiyah di kota madinah Munawwarah.“Al-’Allaamah al-Muhaddits al-Musnid as-Sayyid Ja’far bin Hasan al-Barzanji adalah MUFTI ASY-SYAFI`IYYAH di Kota Madinah al-Munawwarah. Banyak perbedaan tentang tanggal wafatnya, sebagian menyebut beliau meninggal pada tahun 1177 H. Imam az-Zubaidi dalam “al-Mu’jam al-Mukhtash” menulis bahwa beliau wafat tahun 1184 H, dimana Imam az-Zubaidi pernah berjumpa dengan beliau dan menghadiri majelis pengajiannya di Masjid Nabawi yang mulia.Maulid karangan beliau ini adalah kitab maulid yang paling terkenal dan paling tersebar ke pelosok negeri ‘Arab dan Islam, baik di Timur maupun di Barat. Bahkan banyak kalangan ‘Arab dan ‘Ajam (luar Arab) yang menghafalnya dan mereka membacanya dalam waktu-waktu tertentu. Kandungannya merupakan khulaashah (ringkasan) sirah nabawiyyah yang meliputi kisah lahir baginda, perutusan baginda sebagai rasul, hijrah, akhlak, peperangan sehingga kewafatan baginda.Wafat:Beliau telah kembali ke rahmatullah pada hari Selasa, setelah Asar,4 Sya’ban, tahun 1177 H (1766 M). Jasad beliau makamkan di Baqi’ bersama keluarga Rasulullah saw.Kitab maulid Barzanji sendiri telah disyarah (dijelaskan) oleh ulama-ulama besar seperti Syaikh Muhammad bin Ahmad ‘Ilyisy al-Maaliki al-’Asy’ari asy-Syadzili al-Azhari yang mengarang kitab “al-Qawl al-Munji ‘ala Mawlid al- Barzanji” dan Sayyidul ‘Ulama-il Hijaz, Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi “Madaarijush Shu`uud ila Iktisaa-il Buruud”. (Mh/MM)

Page 15: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan