kesiapan kota medan menghadapi mea

9
ISU-ISU STRATEGIS KOTA MEDAN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 Wahyu Ario Pratomo Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Kota Medan Sejak akhir tahun 1980-an, Indonesia telah berada dalam konstelasi jejaring perekonomian global, suatu proses globalisasi dan regionalisasi yang telah membuat perekonomian dunia semakin terintegrasi. Sebagai bagian dari perekonomian nasional, perekonomian daerah juga menghadapi kondisi yang seragam. Terlebih bagi Kota Medan yang lokasi geografisnya berdampingan langsung dengan negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Singapura dan Thailan. Bahkan adanya pelabuhan Belawan dan Bandara Kuala Namu sebagai pintu gerbang ekonomi wilayah Barat Indonesia, menjadikan Kota Medan sangat responsif terhadap perubahan ekonomi regional terutama di kawasan ASEAN. Pada tanggal 31 Desember 2015, Indonesia bersama sembilan negara ASEAN lainnya akan memasuki tahapan baru dalam berkehidupan antarbangsa menjadi satu entitas regional. Agenda ini awalnya ingin diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2015 sesuai dengan kesepatan Menteri Luar Negeri ASEAN pada April 2012, namun kemudian Menteri Ekonomi ASEAN dengan segala pertimbangan mengundurkan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) hingga akhir 2015. MEA dilatarbelakangi oleh keinginan negara-negara ASEAN untuk mewujudkan ASEAN menjadi kawasan perekonomian yang besar sehingga dapat diperhitungkan dalam perekonomian internasional. Integrasi ekonomi yang diterapkan dalam MEA bukan merupakan integrasi perekonomian seperti yang diterapkan oleh Uni Eropa yang memberlakukan mata uang tunggal (Euro). Tujuan yang ingin dicapai 1

Upload: imot2

Post on 18-Jan-2016

206 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kesiapan

TRANSCRIPT

Page 1: Kesiapan Kota Medan Menghadapi Mea

ISU-ISU STRATEGIS KOTA MEDAN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

Wahyu Ario Pratomo Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Kota Medan

Sejak akhir tahun 1980-an, Indonesia telah berada dalam konstelasi jejaring perekonomian global, suatu proses globalisasi dan regionalisasi yang telah membuat perekonomian dunia semakin terintegrasi. Sebagai bagian dari perekonomian nasional, perekonomian daerah juga menghadapi kondisi yang seragam. Terlebih bagi Kota Medan yang lokasi geografisnya berdampingan langsung dengan negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Singapura dan Thailan. Bahkan adanya pelabuhan Belawan dan Bandara Kuala Namu sebagai pintu gerbang ekonomi wilayah Barat Indonesia, menjadikan Kota Medan sangat responsif terhadap perubahan ekonomi regional terutama di kawasan ASEAN.

Pada tanggal 31 Desember 2015, Indonesia bersama sembilan negara ASEAN lainnya akan memasuki tahapan baru dalam berkehidupan antarbangsa menjadi satu entitas regional. Agenda ini awalnya ingin diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2015 sesuai dengan kesepatan Menteri Luar Negeri ASEAN pada April 2012, namun kemudian Menteri Ekonomi ASEAN dengan segala pertimbangan mengundurkan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) hingga akhir 2015.

MEA dilatarbelakangi oleh keinginan negara-negara ASEAN untuk mewujudkan ASEAN menjadi kawasan perekonomian yang besar sehingga dapat diperhitungkan dalam perekonomian internasional. Integrasi ekonomi yang diterapkan dalam MEA bukan merupakan integrasi perekonomian seperti yang diterapkan oleh Uni Eropa yang memberlakukan mata uang tunggal (Euro). Tujuan yang ingin dicapai dalam MEA adalah adanya aliran bebas barang, jasa, dan tenaga kerja terlatih, serta aliran investasi yang lebih bebas. Produk UKM yang diproduksi masyarakat Kota Medan dapat dengan mudah dijual ke pasar Singapura atau Malaysia. Demikian pula sebaliknya.

Dalam penerapannya MEA akan menerapkan 12 sektor prioritas, yaitu perikanan, e-travel, e-ASEAN, otomotif, logistik, industri berbasis kayu, industri berbasis karet, furnitur, makanan dan minuman, alas kaki, tekstil dan produk tekstil, serta kesehatan. Gagasannya adalah jika sektor-sektor ini diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan berintegrasi (menyatu) anggota ASEAN akan mengembangkan keunggulan sektor-sektor ini dengan menarik investasi dan perdagangan di dalam ASEAN serta membantu mengembangkan produk-poduk buatan ASEAN.

1

Page 2: Kesiapan Kota Medan Menghadapi Mea

Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar di ASEAN. Dengan demikian Indonesia menjadi pasar konsumen terbesar di ASEAN, yang sangat berpotensi untuk dibanjiri barang-barang konsumsi. Membanjirnya barang-barang tersebut memang memiliki nilai positif bagi konsumen yaitu semakin banyaknya alternatif pilihan. Namun tantangan Indonesia terbesar adalah melakukan persuasif terhadap 244,7 juta penduduk Indonesia yang 40 hingga 50 juta jiwa merupakan kelas menengah, untuk mengutamakan penggunaan produk dalam negeri. Jika tidak mampu, maka devisa yang harus dibelanjakan oleh masyarakat Indonesia untuk mengimpor barang – barang tersebut menjadi semakin besar.

Peluang Indonesia untuk dapat bersaing dalam MEA sebenarnya cukup besar. Dalam Global Competitiveness Report 2012-2013, Indonesia merupakan peringkat 16 di dunia untuk besaran skala ekonomi. Besarnya skala ekonomi juga didukung oleh proporsi penduduk usia produktif dan pertumbuhan kelas menengah yang terus meningkat. Prospek ekonomi Indonesia yang positif juga didukung oleh perbaikan peringkat investasi Indonesia oleh lembaga pemeringkat dunia serta masuknya Indonesia sebagai peringkat 4 (empat) Prospective Destinations berdasarkan UNCTAD World Investment Report 2012. Masih kuatnya fundamental perekonomian Indonesia dapat dilihat ketika banyak negara yang hancur perekonomiannya akibat diterpa pelemahan perekonomian global, perekonomian Indonesia masih dapat terjaga untuk tumbuh positif.

Kota Medan sebagai kota yang berbatasan langsung dengan kota-kota atau negara-negara di ASEAN tentunya terkena dampak yang signifikan bagi perekonomiannya. Peluang dan Ancaman bagi produk, tenaga kerja, investasi menuntut Kota Medan untuk memperbaiki daya saing agar mampu bersaing dengan negara tetangga. Untuk itu, Kota Medan perlu mengindetifikasi produk-produk unggulan agar memperoleh potensi pasar yang semakin besar dan juga mendorong peningkatkan daya saing agar produk-produk dalam negeri tidak kalah bersaing dari negara tetangga.

Perkembangan Perdagangan Kota Medan dengan Negara-negara Lain di ASEAN

Kegiatan perdagangan internasional Kota Medan dengan negara-negara di ASEAN juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kota Medan sebagai pusat kegiatan bisnis telah menjadi pusat perdagangan internasional di Provinsi Sumatera Utara. Sebagian besar barang ekspor dari Sumatera diekspor melalui Pelabuhan Laut Belawan dan Pelabuhan Udara Polonia (saat ini Pelabuhan Udara Kuala Namu).

Pada tahun 2008, kinerja ekspor Sumatera Utara ke ASEAN telah mencapai US$ 984,25 ribu. Kemudian di tahun 2009, akibat krisis global finansial, ekspor menurun menjadi US$912,13 ribu. Pada tahun 2010 dan 2011, ekspor Kota Medan mengalami peningkatan masing-masing menjadi US$ 1.116,48 ribu dan US$1,464,67 juta. Namun, krisis ekonomi di Eropa membuat ekspor Kota Medan atau Provinsi Sumatera Utara kembali menurun menjadi US$1.234,59 ribu.

2

Page 3: Kesiapan Kota Medan Menghadapi Mea

Tabel 1. Ekspor Sumut ke Negara-Negara ASEAN (ribu US dollar)

Negara Tujuan 2008 2009 2010 2011 2012

ASEAN 984,25 912,13 1.116,48 1.464,67 1.234,5

9

Malaysia 381,43 262,28 316,62 415,34 378,93

Singapura 300,89 317,74 363,17 512,19 303,49

Lainnya 301,93 332,11 436,69 537,14 552,17

Sumber: Badan Pusat Statistik

Eratnya hubungan perdagangan luar negeri antara negara-negara ASEAN dan Indonesia juga tercermin dari meningkatnya nilai impor Indonesia. Kondisi impor Sumatera Utara juga mengalami pertumbuhan pada setiap tahunnya. Bahkan pada tahun 2012, impor dari negara-negara ASEAN mengalami peningkatan dari US$1,99 juta menjadi US$2,04 juta. Kenaikkan impor berasal dari negara Malaysia. Namun impor dari Singapura dan Thailand mengalami penurunan. Demikian pula impor dari negara-negara ASEAN lainnya.

Tabel 2. Impor Sumut dari Negara-Negara ASEAN (ribu US dollar)

Negara Asal 2008 2009 2010 2011 2012ASEAN 1.151,6 928,3 1.425,9 1.990,4 2.040,0

Malaysia 319,5 226,9 419,4 457,1 719,9

Singapura 674,9 599,4 799,4 1.115,1 1.097,3

Thailand 100,2 79,3 128,6 274,5 136,7

Lainnya 57,0 22,7 78,5 143,7 86,1 Sumber: Badan Pusat Statistik

Dalam perdagangan internasional dengan negara-negara ASEAN, Sumatera Utara mengalami peningkatan defisit neraca perdagangan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2008, defisit Sumatera Utara, mencapai US$167,4 ribu kemudian mengalami peningkatan menjadi US$805,4 ribu pada tahun 2012. Defisit neraca perdagangan tersebut terjadi akibat tidak sebandingnya pertumbuhan ekspor dan impor antara Sumatera Utara dengan Singapura dan dengan Malaysia. Sedangkan dengan negara ASEAN lainnya Sumatera Utara mengalami surplus perdagangan, yakni mencapai US$329,4 ribu pada tahun 2012.

Semakin besarnya defisit neraca perdagangan Sumatera Utara dengan negara-negara ASEAN dapat menjadi ancaman bagi perekonomian Kota Medan. Kondisi ini menggambarkan semakin banyak masyarakat Sumatera Utara dan Kota Medan khususnya yang membeli barang-barang dari negara-negara ASEAN. Importir Kota Medan masih banyak tergantung dengan perantara di Singapura karena masalah transportasi dan kepercayaan penjual dan pembeli. Upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi

3

Page 4: Kesiapan Kota Medan Menghadapi Mea

ketergantungan impor dengan Singapura adalah melakukan lobi langsung ke negara produsen agar dapat memangkas jalur tata niaga sehingga barang yang diimpor menjadi lebih murah.

Tatangan Kota Medan dalam Implementasi MEA 2015Beberapa tantangan akan dihadapi oleh Kota Medan dalam implementasi MEA 2015. Pertama, akselerasi kesiapan infrastruktur untuk bidang logistik. Kota Medan memiliki infrastruktur bidang logistik yang kurang baik dibanding dengan negara tetangga, baik infrastruktur jalan, pelabuhan laut maupun pelabuhan udara.

Kedua, persaingan adalah ketersediaan energi, listrik dan konektivitas. Keterbatasan ketersediaan energi dan listrik menyebabkan produktivitas dan daya saing Kota Medan menjadi melemah. Ekspor Kota Medan masih tetap didominasi oleh ekspor bahan mentah yang tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut.

Ketiga, masih terkonsentrasinya industri pengolahan Indonesia di Pulau Jawa. Penyebaran industri manufaktur yang 72% berada di Pulau Jawa berpotensi pada ketidakseimbangan laju pertumbuhan dan pembangunan domestik. Di Sumatera Utara saja, industri pengolahan masih terkonsentrasi di 2 (dua) kabupaten/kota yaitu Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang.

Keempat, struktur ketenagakerjaan yang masih didominasi lulusan SMU atau sederajat ke bawah. Saat ini saja jumlah pengangguran di Indonesia sangat tinggi, yaitu sebesar 7.240.000 jiwa per Agustus 2012, atau sebesar 6,13% dari total angkatan kerja. Sedangkan di Kota Medan, jumlah pengangguran mencapai 380 ribu jiwa per Agustus 2012, atau sebesar 6,2% dari total angkatan kerja Kota Medan. Setiap 1% pertumbuhan ekonomi di Indonesia hanya mampu menyerap sekitar 500.000 tenaga kerja. Padahal tingkat kelulusan Perguruan Tinggi S1 per tahunnya mencapai 300 hingga 500 ribu sarjana dan kelulusan SLTA per tahunnya mencapai 2,5 juta siswa. Dengan kata lain masih banyak lulusan sarjana dan SLTA yang belum terfasilitasi untuk mendapatkan pekerjaan.

Kelima, kecenderungan defisit nilai perdagangan dengan negara-negara ASEAN. Kota Medan masih mengimpor barang lebih banya dibandingkan mengekspor ke negara-negara ASEAN seperti Singapura dan Malaysia. Impor tersebut didominasi bahan baku penolong. Sementara ekspor Kota Medan hanya merupakan bahan mentah hasil sumber daya alam.

Keenam, persoalan efisiensi operasi perbankan di tanah air yang masih rendah. Tingginya suku bunga bank di Indonesia dapat menyebabkan pengusaha kita menjadi kurang berdaya saing.

Strategi dan Kebijakan Kota Medan dalam Menghadapi MEA 2015Untuk memanfaatkan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, diperlukan strategi dan kebijakan pembangunan daerah. Strategi dan kebijakan ini mencakup berbagi hal diantaranya: 1. Peningkatan daya saing

a. Diversifikasi dan peningkatan kualitas sesuai dengan persyaratan yang diminta konsumen dan pasar global;

b. Pengembangan pasar atas produk spesifik lokal yang bersifat unik; c. Peningkatan mutu dan kecepatan pelayanan; d. Ketepatan waktu pengiriman barang;

4

Page 5: Kesiapan Kota Medan Menghadapi Mea

e. Sistem pengepakan (packaging) yang baik; f. Iklim usaha, baik pajak, kepabeanan, infrastruktur, dan yang lainnya harus tidak

berbeda jauh dengan negara-negara pesaing.

Strategi daya saing ini dapat dicapai melalui upaya:a. Dalam jangka pendek perlu menciptakan stabilitas ekonomi makro, stabilitas politik,

dan sosial serta sistem hukum yang efektif dan terbuka; b. Harga yang lebih kompetitif, namun berkualitas melalui penciptaan efisien dalam

kegiatan ekonomi;c. Mempunyai produk unggulan daerah yang dapat dijual di pasar ekspor melalui konsep

regionalisasi produk;d. Menciptakan lingkungan legislatif yang stabil dan bisa diperkirakan serta memelihara

suatu keterkaitan antara tingkat upah, produktivitas, dan perpajakan; e. Mendorong berkembangnya pasar terbuka dan kompetitif, membangun layanan dasar

bagi masyarakat dan infrastruktur, memperkuat dan memberdayakan potensi yang ada di masyarakat dengan terus menerus melakukan perbaikan kualitas, agar pasar domestik tidak tergeserkan oleh pasar global;

f. Meningkatkan kemampuan dalam penguasaan teknologi; g. meningkatkan mutu human resources lewat pendidikan dan latihan yang lebih terarah

dan terencana;h. Menciptakan regional branding produk daerah.

2. Pembenahan di bidang Logistika. Pembenahan logistik dengan biaya yang kompetitif dibanding pelabuhan lain di

ASEAN;b. Menjadikan pelabuhan menjadi pelabuhan pengumpul (Hub-Port) dengan

mengusahakan mother vessel mau berlabuh;c. Biaya transportasi darat yang kompetitif dengan memperbaiki serta menambah infra-

struktur jalan raya.

3. Peningkatan dalam bidang perdagangana. Mempercepat arus barang dengan meningkatkan efisiensi distribusi;b. Meningkatkan daya saing produk ekspor;c. Melakukan pendidikan publik dan peningkatan kapasitas UKM di bidang perdagangan; d. Merumuskan kebijakan untuk mempermudah impor barang modal dan bahan baku

proyek-proyek penanaman modal;e. Memberikan pedoman tindakan bagi perwakilan Luar negeri, Pemda, dan pelaku usaha

dalam menghadapi masalah ekspor yang menyangkut kebijakan negara lain;f. Menginventarisir dan mengidentifikasikan kebijakan-kebijakan dan praktek Negara lain

yang menghambat ekspor daerah;g. Menyusunan database pelaku ekspor daerah yang kredibel; h. Meningkatkan pasar ekspor UMKM melalui perdagangan lintas batas;i. Mempersiapkan kerangka dasar dan kebijakan untuk pengembangan ekonomi kreatif di

daerah;j. Sosialisasi pelaksanaan komitmen Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

5

Page 6: Kesiapan Kota Medan Menghadapi Mea

4. Mengurangi ekonomi biaya tinggi: kemudahan, transparansi, dan fasilitas a. Peningkatan pelayanan publik melalui Unit Pelayanan Perdagangan;b. Peningkatan iklim usaha dalam rangka menarik investasi melalui penyederhanaan

prosedur perizinan (SIUP, TDP) dan kemudahan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus;

c. Peningkatan fasilitasi perdagangan;d. Pengelolaan ekspor bahan baku untuk mendukung pengembangan industri hilir (CPO);e. Pengelolaan impor untuk mendukung ekspor; f. Penertiban pelaku usaha.

Kesimpulan

Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan efektif pada tahun 2015 merupakan tantangan sekaligus peluang bagi perekonomian Kota Medan. Persiapan dalam bentuk kebijakan yang mendukung peningkatan persaingan dan efisiensi dalam kegiatan produksi, sangat mutlak dilakukan. Bila tidak, masyarakat Kota Medan hanya akan jadi pasar produk negara tetangga dan kita hanya menjadi penonton di tengah gejolak ekonomi global.

6