program-program peningkatan daya saing ikm dalam menghadapi mea 2015
TRANSCRIPT
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
Program-Program Peningkatan Daya Saing IKM dalam
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) 2015
Disampaikan oleh Direktur Jenderal IKMJakarta, 14 April 2014
2
Agenda
I. Posisi Indonesia di ASEANII. Kinerja Sektor Industri NasionalIII. UU No.3 / 2014 tentang PerindustrianIV. Kebijakan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
POSISI INDONESIA DI ASEAN
4
GlobalCompetitiveness
World Economic
Forum (The Global
Competitiveness Report,
2013-2014)
5
Logistic
World Bank
(The Logistics
Performance Index and Its
Indicators,
2012)
6
Tax
ASEAN Tax Guide,
KPMG (2013)
8
Productivity
APO
Productivity Database
(2013)
5
Electricity
The 23rdSurvey of
Investment Related
Costs
in Asia and Oceania,
Jetro (2013)
2
Interest Rate
Trading Economics
(2014)
9
InvestmentRating
Trading Economics
(2014)
5
Legal
MinimumWage
The 23rdSurvey of
Investment Related
Costs in Asia and
Oceania,
Jetro (2013)
7
Kemudahan Memulai
Bisnis
Doing Business (2014)
7Peringkat Peringkat Peringkat Peringkat Peringkat Peringkat
Posisi Indonesia di ASEAN
Peringkat Peringkat Peringkat
5
CountryTrade With World Trade With ASEAN
Exports Imports Exports Imports
Brunei Darussalam 12.646.692 5.851.820 1.721,1 1.191,1
Cambodia 8.616.240 11.105.177 833,7 2.170,1
Indonesia 190.031.839 191.690.908 41.831.096 53.822.133
Lao PDR 2.755.718 5.360.577 959,8 1.570,5
Malaysia 227.302.727 196.418.972 60.926.855 54.976.200
Myanmar 9.696.083 15.448.442 3.957,4 3.250,3
Philippines 51.995.238 65.386.399 9.804.383 14.953.912
Singapore 408.393.020 379.722.889 129.831.250 79.800.497
Thailand 229.544.513 247.575.852 56.732.360 42.622.805
Vietnam 123.164.427 124.009.490 13.504,8 20.793,2
DEFISIT
Source : Trademap, ASEAN Statistic
(Trade With ASEAN for CLMV-Brunei using 2011 data)
USD thousands (2012)
• Mayoritas perdagangan negara-negara anggota ASEAN dilakukan dengan negara-negara non-ASEAN.
• Hal tersebut menunjukan bahwa potensi perdagangan intra-regional ASEAN belum sepenuhnya
dimanfaatkan.
Perdagangan Indonesia – ASEAN - Dunia
6Sumber : Global Competitiveness Index 2009-
2013
Ease of
Doing
Business
INA CHN JPN KOR SIN
Overall 121 79 18 16 1
Construction
Permit 60 181 44 22 2
Protecting
Investors 44 93 16 74 2
Trading Across
Border 47 50 24 8 1
• Production factors is lower compared to other industrialized
country in Asia such as China, Thailand, Malaysia, and Philippines.
• In terms of Ease of Doing Business, Indonesia is better in
Construction Permit, Protecting investors, and Trading Across
Border, Compared to China.
• The competitiveness has also increased significantly in WEF rank
during 2008 – 2011, unfortunetely condition in the 2012 not
perform as we expected eventhough better than India, Philipines
and Vietnam.
No Negara 2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013
1 Singapura 3 3 2 2
2 Jepang 8 6 9 10
3 Korea Selatan 19 22 24 19
4 Australia 15 16 20 20
5 New Zealand 20 23 25 23
6 Malaysia 24 26 21 25
7 Brunei 32 28 28 28
8 China 29 27 26 29
9 Thailand 36 38 39 38
10 Indonesia 54 44 46 50
11 India 49 51 56 59
12 Filipina 87 83 75 65
13 Vietnam 75 59 65 75
14 Kamboja 110 109 97 85
15 Laos N/A N/A N/A N/A
16 Myanmar N/A N/A N/A N/A
0
20
40
60
80
100
120
2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013
Tren Perubahan Indeks Daya Saing
Singapura
Jepang
Korea Selatan
Australia
New Zealand
Malaysia
Brunei
China
Thailand
Indonesia
India
Daya Saing Indonesia
7
3) Common Effective Preferential Tariff (CEPT) untuk AFTA efektif mulai tahun 1993
Kategori 1998 2000 2003 2010
A
T
I
G
A
2010 2012
IL
FT≤20% 0-5% 0%
>20% 0-5% 0%
NT≤20% 0-5% 0%
>20% 20% 0-5% 0%
TEL≤20% 0-5% 0%
>20% 20% 0-5% 0%
SL*
HSL*
GEL**
Shedule ATIGA :
Schedule A 0%
PIS*** 0%
Schedule D 0-5%
Schedule H
1) Ket:* = khusus ASEAN-6** = tidak dikenakan penurunan tarif, namun terkait AEC GEL disepakati menjadi IL*** = 12 priority Integration Sector (ASEAN-6: 2007 & CLMV 2012)
Kategori Jumlah Pos Tarif
IL 8632
TEL -
GEL 96
SL/HSL 9
Total 8737
Komitmen Indonesia(ATHN 2007)
a. Jadwal Penurunan Tarif CEPT dan ATIGA
2) Kategori produk: Inclusion List (IL), Sensitive List (SL), HighlySensitive List (HSL), Temporary Exclusion List (TEL), GeneralException List (GEL)
Industri
Minol, nar-kotika, dll
Pertanian
Trade in Goods
8
(AHTN 2012)
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
HHP
IATD
IET
IMDL
KIMDAS
KIMHIL
MAK
MINTEM
MR
MS
TA
HHP IATD IET IMDL KIMDAS KIMHIL MAK MINTEM MR MS TA
0% 448 763 854 1040 941 761 439 190 90 1279 1699
MFN 0 0 0 0 12 0 0 50 28 0 0
Distribusi Pos Tarif Industri di ATIGA
(2015)
Total 8594
b. Komitmen Indonesia dalam AFTA (ATIGA)
ASEAN Trade in Goods Agreement
Trade in Goods
9
Kontribusi Sektor Jasa dalam dalam Perdagangan, Investasi dan Lapangan Kerja Global
Hal ini menunjukkan sektor jasa memberikan kontribusi cukup penting terhadap bidang investasi, GDP negara dan value added dalam perdagangan
Country name 2008 2009 2010 2011Brunei Darussalam 15.8 21.9
Cambodia 23.5 23.4 23.5 27.6
Indonesia 8.9 7.0 6.2 6.4Lao DPR 9.4 9.1 10.8 10.6
Malaysia 26.4 27.6 26.3 25.9
Philippines 11.4 12.3 13.4 12.6Singapore 107.2 93.0 93.1 94.0Thailand 29.0 25.3 24.9 27.1Vietnam 16.4 14.4 16.3 16.8
Trade in services is the sum of service exports and imports divided by the value of GDP, all in current U.S. dollars
Sumber: http: //data.worldbank.org/
Peran Perdagangan Jasa padaPDB Negara ASEAN
Trade in Services
10
Source: United Nations Service Trade Statistics Database
2009 2010 2011 Q1 2012
Brunei Darussalam 914.9105 1053.72 1209.029 263.0414
Cambodia 1524.718 1669.02 2212.564 713.7877
Indonesia 13155.45 16765.77 20690.34 5833.52
Lao People's Dem. Rep. 397.262 510.9939 549.6428 162.8749
Malaysia 27951.55 31800.53 35851.02 8653.004
Myanmar 313.3617 362.9171 611.9811 234.6942
Singapore 81783.36 100863.3 116215.8 29474.06
Thailand 30156.68 34326.42 41572.59 12714.94
Viet Nam 5766 7460 8879 2538
Source: World Economic Situation and Prospects, UN, 2013
Singapura dan Thailand menjadi negara ASEAN
terbesar pengekspor sektor services di dunia
Nilai Ekspor Jasa Negara ASEAN (Mil US$)
Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jasa-Jasa -9.122 -9.874 -11.841 -12.998 -9.741 -9.324 -11.822 -10.332
A. Jasa Transportasi -4.606 -6.079 -7.294 -11.094 -4.083 -6.007 -8.714 -8.679
B. Jasa Perjalanan (Travel) 938 418 442 1.823 282 563 673 1554
C. Jasa Komunikasi 504 531 702 320 578 579 617 374
D. Jasa Konstruksi -241 -529 -282 -83 -213 -72 59 231
E. Jasa Asuransi -324 -352 -645 -663 -1.298 1.131 -1.267 -1.073
F. Jasa Keuangan -172 -163 -84 -37 -227 -118 -227 -297
G. Jasa Komputer dan Informasi
-414 -477 538 -536 -516 -471 -512 -523
H. Royalti dan Imbalan Lisensi -698 -859 -1.055 -1.300 -1.492 -1.557 -1.710 -1.742
I. Jasa Bisnis Lainnya -4.141 -2.522 -3.195 -1.645 -2.998 -1.147 -747 -110
J. Jasa Personal, Kultural & Rekreasi
-109 -50 52 -49 -51 -29 -56 -71
K. Jasa Pemerintah 143 208 160 264 277 65 56 4
( dalam Juta USD)
Sumber : Direktorat Statistik Bank Indonesia
Indonesia Net Importir Jasa
12
• Sektor jasa Indonesia pada tahun 2009 memberikan kontribusi 45% dari totalperekonomian.
• Peran sektor jasa sebagai input bagi semua sektor ekonomi – terutama jasa-jasainfrastruktur (keuangan, telekomunikasi, transportasi, logistik) sangat krusial untukmendukung pertumbuhan dan daya saing perekonomian nasional.
• Sebuah kajian tahun 2012 berdasarkan data 1984-2008 menyimpulkan
i. 80% pengurangan kemiskinan di daerah pedesaan
ii. 67% pengurangan kemiskinan di daerah perkotaan
disumbangkan oleh sektor jasa.
• Namun saat ini sektor jasa merupakan penyumbang defisit jasa yang hampirpermanen.
• Walau transaksi sektor jasa semakin besar yang ditandai oleh ekspor dan impor jasayang terus meningkat, namun neracanya masih defisit.
Sektor Jasa dan Tenaga Kerja dalam Perekonomian Indonesia
13
Penilaian daya saing terhadap 144 negara yang dilakukan World Economic
Forum menggunakan 3 aspek penilaian, yakni:
1. Persyaratan dasar (Basic requirements)
2. Pemacu efisiensi (Efficiency enhancers)
3. Inovasi dan kecanggihan (Innovation and sophistication).
Key for
efficiency-driveneconomies
Key for
innovation-driveneconomies
Key for
factor-driveneconomies
GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX
Pilar 5. Higher education and training
Pilar 6. Goods market efficiency
Pilar 7. Labor market efficiency
Pilar 8. Financial market development
Pilar 9. Technological readiness
Pilar 10. Market size
Pilar 11. Business sophistication
Pilar 12. Innovation
Pilar 1. Institutions
Pilar 2. Infrastructure
Pilar 3. Macroeconomic environment
Pilar 4. Health and primary education
Basic requirements
subindex
Efficiency enhancers
subindexInnovation and sophistication
Factors subindex
Penilaian Daya Saing - WEF
14
No. Negara Ranking Subindexes Ranking 2013/20142013/2014 2012/2013 Basic
RequirementsEfficiency Enhancers
Innovation and Sophistication
Factors1. Singapura 2 2 1 2 13
2. Malaysia 24 25 27 25 23
3. Brunei Darussalam 26 28 18 65 54
4. Thailand 37 38 49 40 52
5. Indonesia 38 50 48 52 33
6. Philipina 59 65 78 58 58
7. Vietnam 70 75 86 74 85
8. Laos 81 - 83 107 74
9. Kamboja 88 85 99 91 83
10. Myanmar 139 - 135 140 146
Sumber: The Global Competitiveness Report 2013–2014, WEF (2013)
“Pada periode 2012/2013 Laos dan Burma belum termasuk dalam negara yang dinilai oleh
WEF”
Peringkat daya saing Indonesia untuk periode 2013-2014 mengalami kenaikan peringkat dibanding tahun
sebelumnya, yakni dari peringkat ke-50 menjadi peringkat ke-38 dari 148 negara.
Untuk kawasan ASEAN, peringkat Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan
Thailand.
Peringkat Daya Saing Indonesia di ASEAN
15
No. Negara Peringkat Peringkat Subindexes 20122007 2010 2012 Customs Infrastructure Internation
al shipments
Logistics quality and competence
Tracking and
tracing
Timeliness
1 Singapura 1 2 1 1 2 2 6 6 1
2 Malaysia 27 29 29 29 27 26 30 28 28
3 Thailand 31 35 38 42 44 35 49 45 39
4 Pilipina 65 44 52 67 62 56 39 39 69
5 Vietnam 53 53 53 63 72 39 82 47 38
6 Indonesia 43 75 59 75 85 57 62 52 427 Kamboja 81 129 101 108 128 101 103 78 104
8 Laos 117 118 109 93 106 123 104 111 118
9 Burma 147 133 129 122 133 116 110 129 140
Sumber: The Logistics Performance Index and Its Indicators, World Bank (2012)
Kinerja logistik Indonesia pada tahun 2012 mengalami peningkatan dibanding tahun
sebelumnya, yakni dari peringkat ke-75 menjadi peringkat ke-59 dari 155 negara.
Infrastruktur merupakan kendala terbesar, karena mendapatkan penilaian terburuk diantara
komponen penilaian lainnya untuk Indonesia.
Untuk kawasan ASEAN, peringkat Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia, Thailand,
Pilipina dan Vietnam.
Kinerja Logistik di Indonesia
16
Sumber: ASEAN Tax Guide, KPMG (2013)
Pilipina menjadi negara dengan pengenaan PPh Badan tertinggi di kawasan
ASEAN
Untuk kawasan ASEAN, pengenaan PPh Badan di Indonesia masih lebih tinggi
dibandingkan dengan Singapura, Thailand, Kamboja, Brunei Darussalam dan
Laos.
No. Country % Corporate Tax (PPh Badan)
% Indirect Tax (VAT/GST)
1 Singapura 17 7
2 Thailand 20 10
3 Brunai darussalam 20 No VAT
4 Kamboja 20 10
5 Laos 24 10
6 Malaysia 25 Service tax: 6Sales tax: 5-10
7 Burma 25 Service tax: 5Sales tax: 3-100
8 Indonesia 25 10
9 Vietnam 25 10
10 Pilipina 30 12
Tarif Pajak yang Berlaku
17Source: APO Productivity Databook 2013
Labor Productivity Level by Per
Worker GDP
Basis data 2011, tingkat produktivitas tenaga
kerja berdasarkan PDB per pekerja, untuk negara
ASEAN berurutan sebagai berikut:
1. Brunai Darussalam (USD 92,3 ribu)
2. Singapura (USD 92,0 ribu)
3. Malaysia (USD 33,3 ribu)
4. Thailand (USD 15,4 ribu)
5. Indonesia (USD 9,5 ribu)
6. Pilipina (USD 9,2 ribu)
7. Vietnam (USD 5,5 ribu)
8. Laos (USD 5,0 ribu)
9. Kamboja (USD 3,6 ribu)
10. Burma (USD 3,4 ribu)
Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia
18
Di antara negara ASEAN yangdisurvei oleh Jetro, tarif tenagalistrik Indonesia berada diperingkat ke-2 termurah.
Tarif tenaga listrik Indonesia yangsebesar USD 0,07 per kWh, secaraumum sudah lebih rendah (murah)dibanding ASEAN dan beberapanegara lainnya.
No Negara Tarif (USD) per
kWh
1 Vietnam 0.06
2 Indonesia 0.07
3 Lao PDR 0.08
4 Malaysia 0.10
5 Myanmar 0.12
6 Thailand 0.15
7 Philipina 0.17
8 Kamboja 0.20
9 Singapura 0.21
Sumber: The 23rd Survey of Investment Related
Costs in Asia and Oceania, Jetro (2013)
Tarif Tenaga Listrik
19
Sumber: www.tradingeconomics.com (2014)
No. Country Interest Rate (%) Reference Date
1 Singapore 0.01 Jan-14
2 Cambodia 1.12 Dec-12
3 Thailand 2.25 Jan-14
4 Malaysia 3.00 Jan-14
5 Philippines 3.50 Feb-14
6 Laos 5.00 Dec-13
7 Brunei 5.50 Dec-13
8 Vietnam 7.00 Dec-13
9 Indonesia 7.50 Feb-1410 Myanmar 10.00 Dec-13
Myanmar menerapkan interest rate tertinggi di kawasan ASEAN
Untuk kawasan ASEAN, interest rate di Indonesia merupakan tertinggi ke-2
(berada di peringkat ke-9 dalam hal daya tarik bagi dunia bisnis)
Interest Rate yang Berlaku
20
Investment Rating
Negara ASEAN
Investment Rating
Sumber: BKPM, tradingeconomics, diolah Kemenperin (2013)
...”Investment rating Indonesia saat ini berada pada level
lower medium grade (level ke-7 dari 10)...”
Singapura, Malaysia, Thailand dan Pilipina memiliki
investment rating yang lebih baik dibanding Indonesia.
Negara S&P
Rating
Moody's
Rating
Fitch
Rating
Singapura AAA AAA AAA
Malaysia A- A3 A-
Thailand BBB+ BAA1 BBB+
Pilipina BBB- BAA3 BBB-
Indonesia BB+ BAA3 BBB-
Vietnam BB- B2 B+
Kamboja B B2
21
Investment Rating di Indonesia
...”Investment rating Indonesia saat
ini berada pada level lower medium
grade (level ke-7 dari 10)...”
Hal tersebut mengindikasikan bahwa
Indonesia memiliki ketahanan
terhadap krisis keuangan global,
peningkatan pemerintah dan credit-
metrics eksternal, serta kemampuan
dalam mengatasi tantangan situasi
politik nasional.
Sumber: BKPM, tradingeconomics, diolah Kemenperin (2013)
22
Upah Minimum Pekerja
Sumber: The 23rd Survey of Investment Related
Costs in Asia and Oceania, Jetro (2013)
...”saat ini, upah minimum pekerja
di Indonesia merupakan yang
tertinggi ke-3 di ASEAN..”
Melihat kondisi saat ini, Indonesia
berada di peringkat ke-7 di
ASEAN dalam hal menarik dunia
bisnis dari sisi upah minimum
pekerja.
23
No. Negara Peringkat di Dunia (2014)
Peringkat Tahun 2013
1. Singapore 1 1
2. Malaysia 6 12
3. Thailand 18 18
4. Brunei Darussalam 59 79
5. Vietnam 99 99
6. Philippines 108 138
7. Indonesia 120 128
8. Cambodia 137 133
9. Lao PDR 159 163
10.
Myanmar 182 -
Sumber: Doing Business, World Bank (2014)
Melakukan bisnis di Indonesia masih tergolong sulit.
Diantara 189 negara, peringkat kemudahan memulai bisnis di Indonesia berada di peringkat 120,
meningkat 8 (delapan) peringkat dari tahun sebelumnya.
Indonesia hanya lebih baik daripada Kamboja, Laos dan Myanmar.
Kemudahan Melakukan Bisnis di ASEAN
Dari beberapa indikator dalam
Doing Business, Indonesia masih
sangat buruk dalam hal:
Kemudahan memulai bisnis
(akibat banyaknya prosedur dan
lamanya waktu yang dibutuhkan)
24
No Negara Tax HolidayTax Allowance
(Corporate Income Tax) Reduction
Costoms or VAT Relief
1 Indonesia Full 5-10 years Then 2 years half For certain sectors
30 of investment For certain sectors
Duty exemption on M&E and raw materals for 2 years
2 Malaysia Full or 70 5 or 10 years
Capital expenditure deduction
No
3 Thailand Full up to 8 years Then 5 years half
No Duty and VAT exemption on
M&E and raw materials
4 Vietnam Full 4 years 5 rate for 9 years 10 rate for 2 years
Duty exemption on M&E
5 Singapore Full 15 years No No
6 Cambodia Full 3-6 years No Duty exemption on M&E
7 Philippines Full 4-6 years Extensions possible
No Duty exemption on M&E
8 Lao PDR Full 1-10 years No Duty exemption on M&E
9 Myanmar Full 3-5 years 50 CIT reduction on export
profits Duty exemption on M&E and
raw materials
Perbandingan Insentif Investasi
25
Posisi Indonesia di ASEAN
Peluang Indonesia
o Ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN masih di bawah Singapura,
Malaysia, dan Thailand
o Pada 2012, neraca perdagangan Indonesia dengan ASEAN-5
mengalami defisit (US$ 11.9 billion; defisit 2011 : US$ 8.6 billion)
o Peringkat daya saing Indonesia (50), di bawah Singapura (2), Malaysia
(25),Brunei (28) dan Thailand (38)
o AEC peluang akses pasar yang lebih luas
o Populasi penduduk produktif yang besar (598 juta atau 8% populasi
dunia)
o Pertumbuhan ekonomi ASEAN mencapai 4,7% pada 2011
o AEC mendorong masuknya investasi
o Memudahkan dalam membentuk joint venture
Peringkat Negara
ASEAN vs Indonesia
Source: bahan Paparan menteri
Perindustrian –Panel Diskusi
Antisipasi AEC 2015
Trade Performance Index
o Mengukur kinerja perdagangan sebuah negara
o Parameter : Nilai dan share ekspor-impor; diversifikasi produk &
pasar; keuntungan geografis dalam perdagangan
o Mencakup 14 produk sesuai klasifikasi Standard International Trade
Classification (SITC) Rev 3.
o Untuk membandingkan kinerja dan daya saing suatu negara saat ini
(current) maupun tren (change)
Posisi Indonesia di ASEAN
KINERJA SEKTOR INDUSTRI NASIONAL
27* Sumber: BPS diolah Kemenperin
Pertumbuhan Sektor Industris/d 2013 (%)
Sumber : BPS diolah Kemenperin
KONTRIBUSI INDUSTRI
PENGOLAHAN NON
MIGAS TERHADAP
PDB NASIONAL TAHUN 2012
28
KONTRIBUSI SUBSEKTOR
INDUSTRI PENGOLAHAN
NON-MIGAS TAHUN 2012
Kinerja Sektor Industri Nasional
29
Jumlah Industri Manufaktur di IndonesiaMenurut Skala Industri (unit)
Tahun Mikro Kecil Sedang Besar
2006 2.888.811 305.650 21.305 7.323
2007 2.954.480 264.117 19.938 7.061
2008 2.891.384 250.849 18.053 6.734
2009 2.868.994 218.916 17.829 6.639
2010 2.538.752 202.877 16.593 6.752
2011 2.563.617 424.282 16.096 6.955
20122.813.43986.79%
404.60412,48%
16.7260,52%
6.7420.21%
Jumlah IMKM : tahun 2012 = 3.234.769 unit (99.79%)
Jumlah Tenaga Kerja di Industri Manufaktur Menurut Skala Industri (Orang)
Tahun Mikro Kecil Sedang Besar
2006 4.892.452 2.151.589 793.407 3.743.209
2007 4.805.266 2.020.416 736.953 3.663.623
2008 4.618.398 1.963.688 673.767 3.579.880
2009 4.615.742 1.750.789 637.609 3.506.663
2010 4.601.392 1.553.584 678.480 3.632.202
2011 4.651.325 1.552.850 702.002 3.669.219
20125.186.02643,49%
2.088.60917.51%
769.0106,45%
3.879.91732,53%
Penyerapan TK IMKM : 8.043.645 (67,47%)
Kinerja Sektor Industri Nasional
30
Tahun Mikro Kecil Sedang Besar
2006 38.186,91 37.613,51 55.832,44 537.652,64
2007 39.353,82 40.320,98 61.360,42 642.208,10
2008 43.320,97 51.916,98 70.713,69 806.940,27
2009 45.165,64 44.526,17 69.720,36 780.169,54
2010 45.472,59 37.289,97 74.189,43 808.099,61
2011 47.841,71 38.486,97 78.796,60 866.525,21
201255.017,21
4,85%44.260,19
3,90%90.615,63
7,99%944.512,47
83,26%
NBB/UU 0.019 0.109 5.417 140.094
Nilai Bahan Baku IMKM : 189.893.03 (16.74%)
Nilai Bahan Baku Industri ManufakturMenurut Skala Industri (Milyar Rupiah)
31
Tahun Mikro Kecil Sedang Besar
2006 82.483,56 87.228,87 97.398,21 1.005.853,57
2007 85.447,47 80.986,06 104.939,44 1.178.039,64
2008 85.050,53 102.800,50 120.346,70 1.404.497,54
2009 89.297,57 86.247,40 121.738,21 1.427.903,04
2010 93.979,43 71.994,34 129.541,62 1.479.021,97
2011 98.903,95 76.486,79 137.845,24 1.503.721,64
2012143.420,66
6,01%104.629,98
4,38%195.253,24
8,18%1.944.326,90
81,43%
N.PRODUKSI/UU
0.051 0.258 11.674 288.390
Nilai Produksi IMKM : 443.303,88 (18,57%)
Nilai Produksi Industri ManufakturMenurut Skala Industri (Milyar Rupiah)
UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN
33
UU NO. 3 TAHUN 2014,ditetapkan pada tanggal 15 Januari 2014
UU No. 5 Tahun 1984
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
a. otonomi daerah;
b. era globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa perubahan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di tingkat nasional maupun internasional;
c. perlunya pemanfaatan sumber daya alam secara optimal oleh industri nasional guna penciptaan nilai tambah yang sebesar-besarnya di dalam negeri; dan
d. perlunya peningkatan peran dan keterlibatan Pemerintah secara langsung di dalam mendukung pengembangan industri nasional.
Pembangunan Industri melalui penguatan struktur industri yang mandiri, sehatdan berdaya saing, dengan :
- Mendayagunakan sumber daya secara optimal dan efisien,
- Mendorong perkembangan industri ke seluruh wilayah Indonesia, denganmenjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional yang berlandaskan pada kerakyatan, keadilan, dan nilai-nilai luhur budaya bangsadengan mengutamakan kepentingan nasional
Latar Belakang
34
Pembangunan Sumber Daya Industri
• Pembangunan SDM
• Pemanfaatan SDA
• Pengembangan danPemanfaatan TeknologiIndustri
• Pengembangan danPemanfaatan Kreativitas dan Inovasi
• Penyediaan Sumber Pembiayaan
Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri
• Standardisasi Industri
• Infrastruktur Industri
• Sistem Informasi Industri Nasional
• Perwilayahan Industri
Pemberdayaan Industri
• IKM
• Industri Hijau
• Industri Strategis
• P3DN
• Kerja Sama Internasional di Bidang Industri
• Rencana Induk Pembangunan
Industri Nasional
• Kebijakan Industri Nasional
• Rencana Kerja Pembangunan
Industri
TUJUAN PEMBANGUNAN INDUSTRIIndustri yang mandiri, berdaya saing, dan
maju untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Instrumen Pendukung
•Perizinan
•Penanaman Modal Bidang Industri
• Fasilitas Industri
Instrumen Pendukung
•Komite Industri Nasional
•Peran Serta Masyarakat
•Pengawasan danPengendalian,
• Sanksi
Tindakan Pengamanandan Penyelamatan
Industri
•Tindakan PengamananIndustri
•Tindakan PenyelamatanIndustri
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Bidang Perindustrian
Skema UU No.3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
35
Key Issues Arah dan Pengembangan
1. Rencana Induk Kebijakan Industri Nasional
• Merupakan National Industrial Policy (yang mengatur antara lain industri prioritas, industri strategistermasuk insentive serta hilirisasi (down-stream) industri hingga intermediate industry),dll
2. Affitmative Action
• UU Perindustrian ini menjadi landasan hukum bagi pemerintah untuk memajukan sektor industrisecara menyeluruh, dengan merumuskan dengan baik tentang (1) Penguasaan dan Pengusahaan olehnegara, seperti rumusan industri strategis yang jelas dan ketat dimana pemerintah harus lebih banyakberinisiatif masuk ke industri yang swastanya tidak bersedia. Rumusan industri prioritas termasukpenentuan IKM dimana seluruh industri selayaknya diarahkan menjadi ramah terhadap lingkungan
3. Keberpihakan terhadap UKM
• Perlu ada ketegasan bahwa industri nasional harus berpihak untuk mendorong UKM mengingat akanberlakunya era perdagangan bebas (AFTA, CAFTA, Asean Economy Community, etc)
4. Pengembangan Industri Strategis
• Perlu adanya ketentuan kepemilikan industri strategis khususnya terhadap pilihan jenis industristrategis yang harus dikuasai oleh negara serta industri strategis mana yang diberikan perlakuankhusus.
5. Daya Saing Nasional dan Standardisasi Produk Industri
• Perlunya pengaturan standardisasi, HAKI, pemanfaatan penggunaan teknologi yang mendukungefektifitas kegiatan perindustrian dalam rangka penigkatan standardisasi yang bersesuaian denganpeningkatan kinerja industri
• Perlu dibangun kesadaran bahwa tantangan peningkatan standard industri nasional adalah dalamrangka memenuhi regulasi global
6. Lembaga Pembina Sektor Industri
• Mengadakan satu lembaga yang berwenang melakukan pembinaan terhadap sektor industri
7. Kawasan Industri • Mencegah terpusatnya pembangunan kawasan industri hanya di tempat tertentu saja denganmengatur (1) ketentuan tentang batasan-batasan wilayah industri masing-masing wilayah ; (2)ketentuan tentang kriteria kawasan industri ; (3) pemetaan sentra industri pada masing-masingwilayah/klaster industri
Arah dan Pengembangan Industri menurut Undang-Undang Perindustrian
36
Key Issues Arah dan Pengembangan
8. Penggunaan Produk Dalam Negeri (hasil dari Industri dalam negeri)
• keberpihakan pada produk dalam negeri dalam strategi industri nasional yang komprehensfitermasuk penciptaan pasar bagi produk dalam negeri
9. Peran BUMN dan BUMN dalam pengembangan Industri
• Perlu dicantumkan peran dan fungsi BUMN dan BUMD sebagai anchor untuk mendorongPengembangan Industri Nasional
• mendukung dengan menekan cost (input cost, transportation cost, energy cost, capital cost,labor cost) dengan melibatkan BUMN
• penciptaan pasar dalam dan luar negeri dengan berbagai comprehensive strategy termasukmenciptakan pasar bagi BUMN
10. Menjadikan SDA sebagai modal
dalam pengembangan Industri
• mengatur pemanfaatan SDA untuk kepentingan industri dalam negeri (pengendalian ekspor &
ekspor jika kebutuhan terpenuhi
11. Ketimpangan Struktur industri• Struktur Industri Indonesia saat ini sangat timpang, di mana jumlah industri kecil sangat besar
sementara industri menengah, besar sangat sedikit.
12. Pencegahan Deindustrialisasi • Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam industri nasional
13. Pengeluaran R&D
• Perlu ada intervensi pemerintah untuk mempercepat kemajuan industri khususnya terhadap
industri yang berbasis peningkatan (1) faktor produksi (modal & tenaga kerja) dan (2)
produktivitas input:
• Tujuan intervensi perlu untuk peningkatan produktivitas atau daya saing
• Peningkatan produktivitas industri perlu lebih ditekankan dari pada daya saing.
• Bentuk intervensi pemerintah yang dapat dilakukan adalah terhadap (1) penyediaan faktor
produksi (input): public good (infrastruktur); pasokan feed stock dan tenaga kerja; modal
(investasi); dll. (2) mendorong peningkatan produktivitas faktor: R&D; inovasi; pendidikan dan
latihan, dll.
• Perlu ada pendalaman teknologi melalui fasilitasi inovasi dan pembiayaan yang konsisten
Arah dan Pengembangan Industri menurut Undang-Undang Perindustrian
Tujuan Pemberdayaan IKM (psl 72, 1)a. berdaya saing; b. berperan signifikan dalam penguatan
struktur Industri nasional;c. berperan dalam pengentasan kemiskinan
kesempatan kerja; dan menghasilkan barang dan/atau Jasa Industri untuk diekspor.
perumusan kebijakan;(psl 72, 2)
Penguatan kapasitas kelembagaan; (psl 72, 2)
pemberianfasilitas. (psl 72, 2)
a. sumber daya Industri daerah;
b. penguatan dan pendalaman struktur Industri nasional;
c. perkembangan ekonomi nasional dan global.(psl psl 72)
a. peningkatan kemampuan sentra, unit pelayanan teknis, tenaga penyuluh lapangan, sertakonsultan Industri kecil dan Industrimenengah; dan
b. kerja sama dengan(psl 74, 1)
a. Peningkatan kompetensi SDM dan sertifikasi kompetensi;b. bantuan dan bimbingan teknis;;c. bantuan Bahan Baku dan bahan penolong;d. bantuan mesin atau peralatan;e. pengembangan produk; f. Bantuan pencegahan pencemaran lingkungan hidup untuk
Industri Hijaug. Bantuan Informasi pasar, promosi, dan pemasaran; h. Akses pembiayaan, termasuk penyediaan modal awal bagi
wirausaha baru; i. Penyediaan Kawasan IKM yang berpotensi mencemari
lingkungan; dan/atauj. Pengembangan, Penguatan Keterkaitan, dan hubungan
kemitraan antara IK dgn IM, IK dengan IB, dan IM dengan IB, serta IK dan IM dengan sektor ekonomi lainnya dengan prinsip saling menguntungkan.(pasal 75, 1)
• Pengembangan Sentra IKM (psl 14 ayat 3)• HKI IKM (psl 43 ayat 3)• Izin Usaha bagi IKM (psl 101 ayat 2 dan 5)• Kriteria IKM (psl 102 1)• Kepemilikan IKM oleh WNI (pasal 103)
• Pengecualian IKM berlokasi di Kawasan Industri (psl 106, ayat 3)
• Fasilitasi Alih Teknologi (psl 42)• Fasilitasi bagi IKM ( SNI psl 58) dan
fasilitasi lainnya, psl 110) • Kemitraan IKM (psl 2 dan penjelsn
psl 17 2.c)
1. PP, 1 Perpres, 2. Permen 37
Arah dan Pengembangan Industri menurut Undang-Undang Perindustrian
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN IKM
Pendekatan :
A. Menumbuhkan 35 Klaster Industri Prioritas,
yang terdiri dari 6 kelompok industri prioritas :
1) Basis Industri manufaktur
2) Industri Agro
3) Industri Alat Angkut
4) Industri Elektronika & Telematika
5) Industri Penunjang Industri Kreatif dan
Industri Kreatif tertentu
6) Industri IKM Tertentu
B. Menumbuhkan industri unggulan propinsi (s.d
Desember 2011 telah diterbitkan 24 Peraturan
Menteri Perindustrian tentang Roadmap
Pengembangan Industri Unggulan Provinsi)
C. Menumbuhkan kompetensi inti industri
Kab/Kota (s.d Desember 2011 telah
diterbitkan 41 Peraturan Menteri
Perindustrian tentang Peta Panduan
Kompetensi Inti Industri Kab/Kota )
To
p
D
o
w
n
B
o
t
t
o
m
U
p
Membawa Indonesia pada tahun2025 menjadi “Negara IndustriTangguh di Dunia”
Visi Industri 2025
Membawa Indonesia pada tahun2020 menjadi “Negara Industri MajuBaru”
Visi Industri 2020(Antara)
39
Kebijakan Industri Nasional
Industri Tekstil, Pakaian jadi dan
alas kaki
Peningkatan Daya Saing
Industri Berbasis SDM,
Pasar Domestik &
Ekspor
Industri mesin perkakas/ peralatan
pabrik
Industri elektronika konsumsi dan
peralatan telekomunikasi
Industri kendaraan bermotor
Industri perkapalan
Industri gula
berbasis tebu
Hilirisasi Industri Hilir
Berbasis Agro, Migas dan
Bahan Tambang Mineral
Industri hilir kelapa
sawit
Industri hlir kakao
Industri hilir karet
Industri furniture
Industri petrokimia
Industri pupuk
Industri logam dasar
Pengemba-ngan Industri
Kecil dan Menengah
Inpres No.6 / 2009 Fesyen KerajinanAnimasi dan
Konten Multimedia 40
Fokus Akselerasi IndustrialisasiPerpres No. 28 / 2008
41
Bagian dari Program Pelaksanaan 35 Roadmap Pengembangan klaster Industri Prioritas- > Pengembangan Industri Kecil & Menengah Tertentu yang meliputi:
KLASTER STRATEGI POKOK STRATEGI OPERASIONAL
Industri batu mulia dan perhiasan 1. Pengembangan Klaster2. Pengembangan Sentra dan
Revitalisasi UPT3. Prioritas Pengembangan
Kelompok Usaha Bersama (KUB)
4. Kerjasama Stakeholder-Dunia Usaha
5. Mendorong Iklim Usaha yang Kondusif
1. Peningkatan Kapabilitas SDM IKM
2. Modernisasi Mesin dan peralatan3. Penciptaan iklim usaha yang
kondusif4. Pengembangan dan Penguatan
kelembagaan5. Networking pemasaran
Industri gerabah dan keramik hias
Industri garam rakyat 1. Intensifikasi lahan penggaraman, ekstensifikasi untuk KTI2. Pengembangan teknologi & kristalisasi bertingkat
Industri minyak atsiri 1. Meningkatkan kedalaman rantai proses, memperpendek rantai pemasaran, penguatan kemampuan pemasaran
2. Pengembangan teknologi penyulingan modern
Industri makanan ringan 1. Penerapan sistem mutu, promosi & pemasaran2. Mengembangkan teknologi pengolahan & pengemasan produk
Pengembangan Klaster Industri PrioritasPerpres No. 28 / 2008
42
Indikator Kinerja Utama IKM
I. Rasio IKM Jawa dan Luar Jawa mencapai 60:40
II. Kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri sebesar 34%
PROYEKSI PERKEMBANGAN IKM TAHUN 2013-2014
No. UraianTahun
LP (%)2013 2014
1 Unit Usaha (IKM) 4.159.502 4.324.190 3,96
2 Tenaga Kerja (Org) 9.816.425 10.378.056 5,72
3 Nilai Investasi ( Triliun Rp) 284 313 10,21
4 Nilai Produksi ( Triliun Rp) 671 753 12,22
5 Nilai Bahan Baku ( Triliun Rp) 188 207 10,11
6 Nilai Tambah( Triliun Rp) 483 546 13,04
7 Ekspor (US$ Juta) 18.060 19.579 8,41
43
VISI
‘MEWUJUDKAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM)
YANG BERDAYA SAING GLOBAL’
MISI
Meningkatkan Pengetahuan dan Ketrampilan SDM Berbasis Kompetensi
Mendorong Tumbuhnya Wirausaha Baru IKM
Mendorong Peningkatan Penguasaan dan Penerapan Teknologi Modern
Mendorong Peningkatan Perluasan Pasar
Mendorong Peningkatan Nilai Tambah
Mendorong Perluasan Akses Sumber Pembiayaan
Mendorong Penyebaran Pembangunan IKM di Luar Jawa
Visi dan Misi
44
Bertambahnya SDM IKM yang Kompeten
Meningkatnya Jumlah Wira Usaha Baru (WUB)
Meningkatnya IKM yang Berbasis Teknologi Modern
Semakin Meningkatnya IKM yang dapat Memenuhi Pasar Dalam Negeri
maupun Luar Negeri
Peningkatan Peran IKM dalam Menyeimbangkan Nilai Tambah dengan
Industri Besar
Tujuan
45
KEGIATAN PRIORITAS
• Pengembangan OVOP
• Pengembangan Klaster IKM
• Pengembangan Industri Kreatif IKM
• Pengembangan Kewirausahaan
KEGIATAN PENUNJANG
• Restrukturisasi Mesin Peralatan IKM
• Fasilitasi Layanan IKM
• Promosi , Pameran dan Kerjasama
Kegiatan Prioritas dan Penunjang IKM
46
Beberapa sifat Industri Mikro dan Kecil
Menyerap tenaga kerja relatif banyak,
karena jumlah usahanya banyak
Jumlah Investasi yang dibutuhkan relatif
kecil
Lebih fleksibel dan mudah beradaptasi
dengan keadaan
Tuidak mudah terpengaruh oleh
eksternal
Dapat menjadi subsitusi barang impor
Mudah masuk dan keluar
Mudah berganti usaha ke sektor lain
Struktur Pendidikan Untuk IMKM
Pendidikan Persentase
Tidak tamat SD 22.82Tamat SD 36.43SLTP 18.65SLTA 19.25Diploma (D1 dan D2) 0.26Sarjana Muda/D3 0.65Sarjana (S1, S2, dan S3) 1.93
Source: BPS diolah (2013)
Sifat IKM
47
Tantangan dalam
menghadapi AEC
Lintas sektoral
Sektor Industri
Lintas Sektoral
- Pengawasan terhadap produk-produk impor masih sangat
lemah
- Panjangnya prosedur pengenaan antidumping apabila terjadi
unfair trade practices
- Isu keamanan yang cukup mengganggu iklim investasi
(demonstrasi buruh, ancaman terorisme)
- Kondisi infrastruktur yang belum baik tingginya biaya
logistik
- THC (Terminal Handling Charge) masih relatif mahal
- dll
Sektor Industri
- Kenaikan UMR yang cukup signifikan
- Kurangnya pasokan gas industri
- Belum terjaminnya pasokan bahan baku
- Tidak adanya insentif bagi industri padat karya
- Impor ilegal
- Rendahnya kualitas SDMSource: bahan Paparan menteri
Perindustrian – Panel Diskusi
Antisipasi AEC 2015
Tantangan menghadapi AEC 2015
48
1.Meningkatkan
Daya Saing (Short Term)
2. Meningkatkan Daya Saing
(Medium-Term)
3. Meningkatkan Daya
Saing (Long-Term)
1. Pengembangan
Kemampuan Sektor
Industri
2. Pasar Dalam Negeri
dan ASEAN sebagai
Base-LoadPeningkatan
Daya Saing
Indonesia
A. Penguatan
Struktur
Industri
B.Peningkatan
Dukungan Iklim
Industri
Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
49
1-PengembanganKemampuan Sektor
Industri
2-Memanfaatkan PasarDalam Negeri dan ASEAN
sebagai Base-Load
•Peningkatan Enforcement
•Pengaturan lanjut Pelabuhan
•Membangun peraturan teknis untuk menghilangkan
impor produk tidak standar
•Meningkatkan compliance produk ke ASEAN
•Membangun kemampuan market & industrial intelligence
•Membangun Early Warning System
•Membangun kemampuan advocacy ekspor ke ASEAN
•Membangun produk spesifik Indonesia
•Pengembangan Kemampuan Industri dalam jangka
panjang (35 klaster industri dalam Perpres No. 28 Tahun
2008).
•Percepatan Pengembangan sektor industri hingga 2015.
Industri hilir berbasis agro, migas dan bahan tambang
mineral
Industri berbasis SDM dan pasar domestik
Industri kecil dan menengah
Lain-lain
A. Penguatan Struktur Industri
Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
50
3-Meningkatkan Daya
Saing
(Long-Term)
2-Meningkatkan Daya
Saing
(Medium-Term)
1-Meningkatkan Daya
Saing
(Short-Term)
• Jaminan Pasokan Bahan Baku
• Pengawasan impor untuk
meredam produk illegal
• Optimalisasi P3DN
• Menghilangkan gangguan
keamanan
• Peningkatan Faktor
Pendukung Industri
• Membangun kemampuan SDM
Industri
• Membangun R&D industri
B. Peningkatan
Dukungan
Iklim Industri
• Menurunkan biaya modal,
biaya energy dan biaya
manpower serta biaya logistik
• Ketersediaan bahan baku
• Biaya logistik Iklim investasi
(perijinan, pungli, insentif
fiskal, BMDTP)
Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
51
Sektor Industri
Lintas Sektoral
Intensifikasi sosialisasi AEC kepada stakeholder industri
Menghidupkan kembali skema insentif untuk indirect
export
Pemberlakuan antidumping dan safeguard yang lebih
efektif
Meningkatkan kualitas laboratorium uji dan kompetensi
SDM
Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI)
Penguatan Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Mengembangkan wirausaha baru IKM
Untuk Pasar ASEAN
Strategi Ofensif
Untuk Pasar Domestik
Strategi Defensif
Source: Bahan Paparan Menteri
Perindustrian –Panel Diskusi Antisipasi
AEC 2015 (11 Januari 2013)
Telah disusun Kebijakan dan
Program
Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
52
Untuk Pasar Dalam
Negeri
(Strategi Defensif)
Untuk Pasar
ASEAN
(Strategi Ofensif)
Agro Industries (cocoa, rubber
and CPO)
Fish & fish products
Textile & textile products
Footwear, leather
Furniture
Food & Beverage
Fertilizer & petrochemical
Machinery & parts
Basic metal, iron and steel
Automotive
Electronics
Cement
Garment
Footwear
Food and beverage
FurnitureSource: Bahan Paparan Menteri
Perindustrian – Panel Diskusi
Antisipasi AEC 2015 (11 Januari 2013)
Industri Yang
Dipersiapkan
AEC 2015
Strategi Menghadapi AEC 2015
53
Program Pelaksanaan
1) Restrukturisasi mesin/peralatan IKM;2) Penumbuhan pengambangan kewirausahaan IKM melalui
pelatihan Wirausaha baru dan bantuan mesin peralatan;3) Program beasiswa dan kontrak kerja TPL IKM D3 bidang IKM dan
kewirausahaan;4) Pengembangan klaster IKM di 43 Kabupaten/Kota, melalui: FGD
klaster, dampingan tenaga ahli, bimbingan teknis dan desain, bantuan mesin/peralatan, pelatihan-pelatihan, dan partisipasipameran dan promosi;
5) Pembinaan IKM melalui pendekatan OVOP di 62 sentra di 55 Kab/Kota, melalui: pelatihan teknis, dampingan tenaga ahli, bantuan mesin/peralatan, dan partisipasi pameran produk OVOP;
6) Restrukturisasi mesin/peralatan serta fasilitasi peningkatanpelayanan IKM kepada 19 UPT;
Sub – sektor industri: IKM Pangan; IKM Sandang; IKM Logam dan
Elektronika; IKM Logam Kimia & Bahan Bangunan; dan IKM Kerajinan
Pengembangan Kemampuan Sektor Industri Penguatan Sektor IKM
54
Program Pelaksanaan
7) Pelatihan calon wirausaha baru IKM di 28 provinsi, pelatihandi bidang garment sebagai antisipasi moratorium pengiriman TKI ke luar negeri, serta pelatihan peningkatankemampuan teknis dan manajemen kepada perajin/IKM;
8) Fasilitasi pendaftaran HKI di bidang merk, hak cipta, paten, desain industri, serta berpartisipasi pada Forum KoordinasiHKI;
9) Fasilitasi sertifikasi sistem mutu yang diterapkan oleh IKM terhadap paket Halal, HACCP/SNI, Barcode, Ce-Mark, danGMP;
10) Fasilitasi penyusunan RSNI. SNI Wajib (Tekstil dan Mainan Anak) dan SNI Sukarela, serta fasilitasi penerapan SNI; dan
11) Fasilitasi akses permodalan bagi IKM melalui Kredit Usaha Rakyat, Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL), Modal Ventura dan Corporate Service of Responsibility (CSR).
Sub – sektor industri: IKM Pangan; IKM Sandang; IKM Logam dan
Elektronika; IKM Logam Kimia & Bahan Bangunan; dan IKM Kerajinan
Pengembangan Kemampuan Sektor Industri Penguatan Sektor IKM
55
KEBUTUHAN INDUSTRI
LEMBAGA
PELATIHAN
Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI)
Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI)
PELATIHAN
BERBASIS
KOMPETENSI
(PBK)
SERTIFIKASI
KOMPETENSILEMBAGA
SERTIFIKASI
Strategi Pengembangan SDM berbasis Kompetensi
Pengelompokan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Pada 9 Sektor Berjumlah 288
Pertanian,
Perkebunan,
Perikanan
dan Kehutanan
= 48
Industri
Manufaktur
= 43
Listrik,
Pertambangan
dan Energi
= 42
Kesehatan = 6
Perhubungan
dan
Telekomunikasi
= 11
Keuangan
dan
Perbankan
= 15
Konstruksi
= 62
Jasa,
Konsultasi
dan
Perdagangan
= 45
Kebudayaan,
Pariwisata
dan Seni
= 26
Sumber: Pusdiklat Kemenperin
Saat ini terdapat 43 SKKNI yang terkait dengan industri manufaktur antara lain Sektor Jasa Perusahaan Sub Sektor
Jasa Konsultasi Bisnis dan Manajemen Bidang Jasa Konsultasi Bisnis Sub Bidang Konsultan Spesialis Design
Kemasan, Sektor Industri Barang Galian Bukan Logam Sub Sektor Industri Semen Bidang Produksi Sub Bidang
Proses Produksi Raw Meal dan Semen dll (Lampiran 1)
Pengelompokan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) pada 9 Sektor
• Sislatkernas (PP 31 Tahun 2006)
• KKNI (Perpres 8 Tahun 2012)Regulasi• Balai Latihan Kerja
• Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Swasta
• BNSP
• Lembaga Produktivitas Nasional
• Lembaga Akreditasi LPK
PenguatanKelembagaan
• Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)
• Sertifikasi
• Akreditasi Lembaga Pelatihan
PeningkatanJaminan Mutu
PENGAKUAN KUALIFIKASI SDM INDONESIA OLEH NEGARA ASEAN
KEY POINT: PELATIHAN KERJA + SERTIFIKASI BERSTANDAR
INTERNASIONAL/ASEAN
Persiapan SDM Indonesia Menuju AEC 2015
58
Terima kasihwww.kemenperin.go.id
Daftar SKKNI Khusus IndustriLampiran 1
JUDUL SKKNI KEMENTERIAN DITJEN DIREKTORAT
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Kemenperin IUBTT Transporatsi Darat
Sektor Garmen Kemenperin BIM Tekstil & Aneka
Sektor Logam Mesin Kemenperin BIM Logam
Sektor Laboratory Kemenperin BIM Kimia Hilir
Sektor Otomotif Sub Sektor Sepeda Motor Kemenperin IUBTT Transportasi Darat
Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Jasa Industri Pelapisan Bidang Coating Sub Bidang Protektif
Kemenperin IUBTT Maritim
Sektor Jasa Perusahaan Sub Sektor Jasa Konsultasi Bisnis dan Manajemen Bidang Jasa Konsultasi Bisnis Sub Bidang Konsultan Spesialis Design Kemasan
Kemenperin IKM IKM
Sektor Perindustrian Sub Sektor Industri Kecil dan Menengah Bidang Konsultan Diagnosis Industri Kecil dan Menengah
Kemenperin IKM IKM & Pusdiklat
Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Barang dari Logam BidangJasa Industri Pengelasan Sub Bidang Pengelasan SMAW
Kemenperin IUBTT Maritim
Daftar SKKNI Khusus IndustriLampiran 1
JUDUL SKKNI KEMENTERIAN DITJEN DIREKTORAT
Sektor Industri Instrument Optik Sub Sektor Industri Kacamata Bidang Refraksi Optisi Sub Bidang Optisi
Kemenperin BIM Kimia Hilir
Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Kendaraan Bermotor Bidang Industri Jasa Perbaikan Dan Perawatan Kendaraan Bermotor Sub Bidang Bengkel Kendaraan Bermotor Berbahan Bakar Gas
Kemenperin IUBTT Transportasi Darat
Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Barang Dari Logam Bidang Industri Barang Logam Lainnya Dan Kegiatan Jasa Pembuatan Barang-Barang Dari Logam Sub Bidang Pengelasan Non SMAW
Kemenperin IUBTT Maritim
Sektor Industri Barang Galian Bukan Logam Sub Sektor Industri Semen Bidang Produksi Sub Bidang Proses Produksi Klinker
Kemenperin BIM Kimia Hilir
Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Barang Dari Logam Bidang Industri Barang Logam Lainnya Dan Kegiatan Jasa Pembuatan Barang-Barang Dari Logam Sub Bidang Welding Inspector
Kemenperin IUBTT Maritim
Sektor Industri Pengolahan Sub-Sektor Industri Kulit, Barang Dari Kulit, Dan Alas Kaki Bidang Industri Alas Kaki
Kemenperin BIM Tekstil & Aneka
Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Pangan Dan Minuman Bidang Teknologi Hasil Pertanian Sub Bidang Industri Pangan
Kemenperin Agro Makanan
Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Makanan Dan Minuman Bidang Industri Pengolahan Dan Pengawetan Ikan Sub Bidang Industri Pengolahan Tuna
Kemenperin Agro Makanan
Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Radio, Televisi, dan Peralatan Komunikasi serta Perlengkapannya Bidang Audio Video
Kemenperin IUBTT Elektronika Telematika
Daftar SKKNI Khusus IndustriLampiran 1
JUDUL SKKNI KEMENTERIAN DITJEN DIREKTORAT
Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Makanan Dan Minuman Bidang Industri Pengolahan Dan Pengawetan Ikan Sub Bidang Industri Pengolahan Udang
Kemenperin Agro Makanan
Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Tekstil Bidang Industri Pemintalan Pertenunan, dan Pengolahan Akhir Tekstil Sub Bidang Pencelupan Benang dan Kain
Kemenperin BIM Tekstil & Aneka
Sektor Industri Pengolahan Bidang Industri Petrokimia Kimia Hulu Sub Bidang Produksi
Kemenperin BIM Kimia Dasar
Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Makanan dan Minuman Bidang Keamanan Pangan
Kemenperin Agro Makanan
Sektor Industri Tekstil dan Barang Tekstil Bidang Garmen Bidang Custom Made Sub Bidang Custom Made Wanita
Kemenperin BIM Tekstil & Aneka
Sektor Industri Barang Galian Bukan Logam Sub Sektor Industri Semen Bidang Produksi Sub Bidang Proses Produksi Raw Meal dan Semen
Kemenperin BIM Kimia Hilir
Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Kertas dan Barang Dari Kertas dan Sejenisnya Bidang Industri Bubur Kertas (Pulp), Kertas dan Karton/Paperboard Sub Bidang Industri Kertas
Kemenperin Agro Hasil Hutan Perkebunan
Sektor Jasa Industri Pemeliharaan dan Perbaikan Elektronika Sub Bidang Pemeliharaan dan Perbaikan Elektronika Rumah Tangga
Kemenperin IUBTT Elektronika Telematika
Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Barang dari Logam Bidang Industri Barang Logam Lainnya dan Kegiatan Jasa Pembuatan Barang-barang dari Logam Sub Bidang Welding Supervisor
Kemenperin IUBTT Maritim
Daftar SKKNI Khusus IndustriLampiran 1
JUDUL SKKNI KEMENTERIAN DITJEN DIREKTORAT
Sektor Industri Agro dan Kimia Sub Sektor Industri Makanan dan Minuman Bidang Air Minum Dalam Kemasan Sub Bidang Pengendalian Mutu
Kemenperin Agro Minuman Tembakau
Sektor Jasa Elektronika Bidang Industri Elektronika Sub Bidang Pemeliharaan dan Perbaikan Produk Alat-Alat Listrik Rumah Tangga
Kemenperin IUBTT Elektronika Telematika
Sektor Industri Pengolahan Sub Bidang Industri Minuman Ringan Pekerjaan Pengendalian Mutu
Kemenperin Agro Minuman Tembakau
Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Kertas dan Barang dari Kertas dan Sejenisnya Bidang Industri Bubur Kertas (PULP), Kertas dan Karton/Paperboard Jabatan Kerja Asisten Supervisor
Kemenperin Agro Hasil Hutan Perkebunan
Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Makanan Bidang Industri Pengolahan Susu Bidang Pengendalian Mutu
Kemenperin Agro Minuman Tembakau
Sektor Industri Kecil dan Menengah Profesi Tenaga Penyuluh Lapangan Industri Kecil dan Menengah
Kemenperin IKM IKM & Pusdiklat
Sektor Industri Tekstil Bidang Supervisor Pertenunan Kemenperin BIM Tekstil & Aneka
SUB GOLONGAN INDUSTRI KULIT DAN KULIT BUATAN, TERMASUK PENCELUPAN KULIT BERBULU KELOMPOK INDUSTRI PENGAWETAN KULIT
Kemenperin BIM Tekstil & Aneka
SUB GOLONGAN INDUSTRI KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS Kemenperin Agro Hasil Hutan Perkebunan
Daftar SKKNI Khusus IndustriLampiran 1
JUDUL SKKNI KEMENTERIAN DITJEN DIREKTORAT
Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi Sub Sektor Operator Komputer Kominfo (terkait Kemenperin) IUBTT Elektronika Telematika
Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi Sub Sektor Programer Komputer Kominfo (terkait Kemenperin) IUBTT Elektronika Telematika
Sektor Sub Sektor Jaringan Komputer dan Sistem Administrasi Kominfo (terkait Kemenperin) IUBTT Elektronika Telematika
Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi Sub Sektor Computer Technical Support
Kominfo (terkait Kemenperin) IUBTT Elektronika Telematika
Sektor Komunikasi dan Informatika Sub Sektor Teknologi dan Komunikasi Bidang Keahlian Desain Grafis.
Kominfo (terkait Kemenperin) IUBTT Elektronika Telematika
Sektor Teknologi Informasi Bidang Manajemen Layanan Teknologi Informasi Kominfo (terkait Kemenperin) IUBTT Elektronika Telematika
Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi Bidang Keahlian Programmer Komputer
Kominfo (terkait Kemenperin) IUBTT Elektronika Telematika
Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi Sub Sektor Operator Komputer Kominfo (terkait Kemenperin) IUBTT Elektronika Telematika
Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi Sub Sektor Programer Komputer Kominfo (terkait Kemenperin) IUBTT Elektronika Telematika