kesesuaian lahan permukiman di wilayah...

129
KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN GALESONG UTARA KABUPATEN TAKALAR SKRIPSI TUGAS AKHIR 465D5206 PERIODE II Tahun 2018/2019 Sebagai Persyaratan Untuk Ujian Sarjana Teknik Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Oleh : ANANDA LOLA SYAM D521 14 309 DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 2018

Upload: others

Post on 23-Jul-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH

PESISIR KECAMATAN GALESONG UTARA KABUPATEN

TAKALAR

SKRIPSI

TUGAS AKHIR – 465D5206

PERIODE II

Tahun 2018/2019

Sebagai Persyaratan Untuk Ujian

Sarjana Teknik

Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh :

ANANDA LOLA SYAM

D521 14 309

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2018

Page 2: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis
Page 3: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

iii

KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH PESISIR

KECAMATAN GALESONG UTARA KABUPATEN TAKALAR

Ananda Lola Syam1), Shirly Wunas2), Wiwik Wahidah Osman3)

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Pertumbuhan penduduk yang kian pesat dapat menimbulkan masalah yang

berkaitan dengan ketersediaan lahan untuk permukiman. Permintaan penduduk

yang sangat meningkat cenderung mengabaikan peruntukkan dan kemampuan

lahan yang ada. Pemanfaatan lahan untuk permukiman diatur dalam rencana tata

ruang wilayah, dengan mempertimbangkan keseimbangan aspek fisik dan ekologi.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan permukiman

dan menyusun prinsip-prinsip pengembangan permukiman. Data penelitian berasal

dari survei, kuesioner dan pengamatan langsung. Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu skoring menggunakan analisis Analytical Hierarchy Process

(AHP), analisis spasial yaitu overlay peta dengan menggabungkan kesesuaian lahan

permukiman, hasil overlay digunakan untuk mendeskripsikan prinsip lokasi

permukiman. Berbagai aspek yaitu kemiringan lereng, jenis tanah, sempadan

pantai, rawan abrasi, sarana nelayan, ketersediaan air bersih, aksesibilitas,

sempadan sungai dan ketersediaan lahan, hasil analisis menunjukkan lahan yang

sesuai 110 Ha, cukup sesuai 939 Ha, dan tidak sesuai 493 Ha. Kesesuaian lahan

dengan kategori sesuai dimana lahan ini cocok untuk dikembangkan sebagai

kawasan permukiman yang mempunyai skor tinggi untuk semua aspek. Lahan

klasifikasi sesuai yaitu lahan kosong dan belukar. Kesesuaian lahan dengan

kategori cukup sesuai dibutuhkan pertimbangan khusus pengembangan

permukiman, dan lahan tidak sesuai untuk dikembangkan menjadi kawasan

permukiman meskipun dengan sentuhan teknologi tetap harus dijadikan sebagai

kawasan lindung. Sebagian besar lahan dengan kategori tidak sesuai merupakan

sempadan pantai, sempadan sungai dan kawasan rawan abrasi pantai.

Kata Kunci: Kesesuaian Lahan, Permukiman Pesisir, Analytical Hierarchy Process

(AHP), dan SIG.

1)Mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. 2)3) Dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Page 4: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

iv

RESIDENTIAL LAND SUITABILITY IN COASTAL AREA GALESONG

UTARA SUB-DISTRICT TAKALAR DISTRICT

Ananda Lola Syam1), Shirly Wunas2), Wiwik Wahidah Osman 3)

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

Rapid population growth can create problem related to land availability and

ability for settlement. High increase of population demand tends to ignore allotment

and existing land. Land use for settlement is regulated in spatial plans with

consideration of physic and ecology aspect balance. The aim of this research was

to find out suitability of residential land and arrange principles of settlement

development. Research data was from survey, questioner, and direct observation.

Analysis used in this research were Analytical Hierarchy Process (AHP), spatial

analysis of map overlay using suitability of residential area. Overlay result was to

describe settlement location. Many aspects were slope, type of land, coastal border,

abrasion prone, fishing facilities, availability of clean water, accessibility, river

border and land availability, results of analysis showed suitable land of 100 Ha,

quite suitable of 939 Ha and not suitable of 493 Ha. Land suitability with suitable

category, land was good to develop as settlement area that had high score for all

aspect. Suitable classification land was an empty land and grove. Land suitability

with quite suitable category needed particular consideration in settlement

development and land which was not suitable to develop became settlement even

though it used fixed technology, it had to become as protected are. Most land with

category unsuitable was similar as coastal border, river border and coastal abrasion-

prone areas.

Keyword: Land Suitability, Coastal Settlements, Analytical Hierarchy Process (AHP), and

SIG.

1) Student Department of Regional and Urban Planning, Faculty of Engineering, Hasanuddin

University. 2)3) Lecturer Department of Regional and Urban Planning Faculty of Engineering Hasanuddin

University.

Page 5: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam kepada Nabi

Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Kesesuaian Lahan Permukiman di Wilayah Pesisir Kecamatan Galesong

Utara Kabupaten Takalar”

Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota,

Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk

memberikan yang terbaik. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat

membangun sangar diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga apa yang telah penulis selesaikan ini

bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam studi

selanjutnya, terutama dalam bidang Perencanaan Wilayah dan Kota. Semoga Allah

SWT meridhoi segala usaha yang telah kita lakukan selama ini. Amin

Gowa, November 2018

Ananda Lola Syam

Page 6: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis
Page 7: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan

dan dorongan yang tiada henti itu rasanya sulit bagi penulis untuk

menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya. Adapun yang dimaksud sebagai berikut:

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya, sehingga

penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan serta shalawat dikirimkan kepada

Rasulullah SAW yang menjadi pembawa lentera ilmu kepada seluruh umat

manusia yang ada di muka bumi ini termasuk penulis.

2. Keluarga Penulis

a. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Syamsuddin Yusuf S,E

dan Ibunda Syamsuriani, orang yang paling hebat di dunia ini, orang yang

selalu tidak pantang menyerah dalam memberikan doa, dukungan, bantuan,

kasih sayang, semangat dan pengorbanan disetiap langkah perjalanan

penulis dalam menuntut ilmu terutama Ibunda penulis yang sangat-sangat

berjasa dalam hidup penulis.

b. Adik penulis Fravedo Fazzangky Syam terima kasih atas doa dan

dukungan serta semangat yang diberikan kepada penulis.

3. Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Prof. Dr. Ir. Shirly Wunas, DEA selaku

pembimbing pertama dan Ibu Wiwik Wahidah Osman, ST.,MT selaku

pembimbing kedua. Terima kasih atas waktu yang telah disisihkan, bimbingan,

ilmu dan motivas yang telah diberikan yang sangat bermanfaat dan sangat

berharga bagi penulis.

4. Dosen Penguji Tugas Akhir Bapak Mukti Ali, ST.,MT.,Ph.D, Bapak Dr. Eng.

Ihsan, ST.,MT dan Bapak Dr.Ir. Arifuddin Akil,MT yang telah meluangkan

waktu dan pemikiran dalam menguji dan memberikan arahan serta nasehat

sebagai penyempurnaan tugas akhir penulis.

5. Bapak Dr. Eng. Abdul Rachman Rasyid, ST.,M.Si, selaku Kepala Studio

Akhir PWK, terima kasih atas segala motivasi, bantuan dan bimbingan selama

masa studio.

Page 8: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

viii

6. Ibu Sri Aliah Ekawati ST.,MT selaku Penasehat Akademik penulis selama 8

semester, terimah kasih atas segala dukungan dan ilmu yang diberikan.

7. Ibu Dr. Ir. Hj. Mimi Arifin, M.Si selaku Ketua Departemen PWK dan seluruh

dosen Departemen PWK FT-UNHAS, terima kasih atas nasehat, ilmu,

dukungan dan bantan kepada penulisi selama masa perkuliahan.

8. Dosen Pembimbing di LBE Perumahan dan Permukiman, Prof. Dr. Ir. Shirly

Wunas, DEA, Ibu Dr. Ir. Hj. Mimi Arifin, M.Si dan Ibu Wiwik Wahidah

Osman, ST.,MT terima kasih atas segala bimbingan, nasehat, dan motivasi

selama masa LBE dan selama penyusunan tugas akhir penulis.

9. Staf Kepegawaian dan Tata Usaha Departemen PWK FT-UNHAS, Pak

Haerul, Pak John, Pak Sawalli, Pak Nadir, Pak Arman dan Ibu Tiknok

serta Staf dan Tata Usaha Fakultas Teknik terima kasih atas bantuan dalam

pengurusan administrasi penulis selama masa perkuliahan.

10. Teman-teman seperjuangan Studio Akhir Departemen Perencanaan Wilayah

dan Kota Periode II tahun 2018/2019.

11. Teman-teman seperjuangan di Labo Perumahan dan Permukiman yang tersisa

Alfi, Fani, Kak Candra dan Kak Ibeng. Semangat guys!!! Dan yang sudah

lebih dahulu sarjana Inu ST, Nope ST, Nita ST, Ninik ST, Ana ST, Naya ST,

Ayu ST, Cita ST, Kak Lopo ST, Kak Baso ST dan Kak Zaam ST. Terima

kasih atas waktu, canda, bantuan, was-was dan stress yang dihadapi bersama

selama LBE dan di studio akhir.

12. Saudara (i) penulis Arsitektur dan PWK 2014, terima kasih untuk

kebersamaan, canda tawa, kenangan pahit maupun manis kerja sama serta

pengalaman selama berada di kampus yang namanya tidak bisa disebut satu

persatu. Semangat untuk mendapatkan gelar ST!

13. Keluarga besar pengurus BE HMPWK FT-UH Periode 2017-2018 terima

kasih atas kerjasama selama kepengurusan dan pengalaman yang telah

diberikan kepada penulis.

14. MyLuvly PANDORA dan P++: Inu, Bolo, Tami, Ina, Novi, Fitri, Runi, Ihsan

Akbar, Ahmad, Ardi dan Ahsan. Terima kasih banyak untuk waktu,

kebersamaan, canda tawa, suka duka, motivasi, bantuan, doa, dan pikiran yang

sudah diluangkan untuk penulis. I love you so much!!!!

Page 9: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

ix

15. My Partner in Crime, Emha Sofyan Purnama Putra sang motivator pribadi

yang selalu memberikan semangat, saran dan dukungan. Terima kasih banyak

sudah menemani, setia dan sabar mendampingi penulis selama masa

perkuliahan ini.

16. Sahabat-sahabat KKN Gel.96 Bontosunggu, Galesong Utara yang terindah

Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga

baru penulis yang selalu menemani dan mendengarkan keluh kesah selama

proses pengerjaan tugas akhir.

17. No wacana club, Mentari, Ummu, Khen, Ayu, dan Ilmi. Terimakasih sudah

menjadi sahabat penulis dari jaman putih biru hingga sekarang yang masih setia

menemani penulis.

18. Gossip girls, Devi, Kiki dan Shinta. Terimakasih atas waktu, masukan, drama

dan setia dari jaman SD hingga sekarang. Semoga hubungan kita langgeng yaaa.

19. Sahabat semasa SMA, Haris, Jumadi, Reskya dan Fadel yang sudah

memberikan semangat, cerita dan motivasi bagi penulis.

20. Terkhusus teman kosan Ulviah Hikmawaty terimakasih sudah menjadi teman

kos yang setia menemani penulis dimasa-masa akhir perkuliahan, tanpamu ku

butiran debu Terimakasih juga untuk Ibu kosan yang sudah menjadi ibu dan

rumah kedua bagi penulis selama tinggal di Gowa.

21. Teman-teman Teknik FT-UH 2014 yang secara langsung atapun tidak

langsung bertemu dan membantu penulis selama menjadi mahasiswi Fakultas

Teknik, Unhas. We are the champions!

22. Seluruh masyarakat di lokasi penelitian tugas akhir Kecamatan Galesong

Utara Kabupaten Takalar terimakasih sudah membantu dan terlibat dan

penyelesaian tugas akhir ini, tanpa kalian penulis tidak bisa sampai dititik ini.

Gowa, 2 November 2018

Ananda Lola Syam

Page 10: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. ii

ABSTRAK ....................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................ v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................... vi

UCAPAN TERIMA KASIH........................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................ x

DAFTAR TABEL............................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xvi

BAB I - PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah........................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3

E. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 3

F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 4

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Lahan .............................................................................. 5

1. Pengertian Lahan ..................................................................... 5

2. Kesesuaian Lahan ..................................................................... 5

3. Kelas Kesesuaian ...................................................................... 7

4. Prinsip Dasar Evaluasi Kesesuaian Lahan................................ 8

B. Klasifikasi Fungsi Kawasan ........................................................ 9

1. Kawasan Lindung.................................................................... 10

2. Kawasan Budidaya .................................................................. 10

C. Tinjauan Permukiman .................................................................... 12

1. Pengertian Permukiman ............................................................ 12

2. Persyaratan Permukiman .......................................................... 12

D. Wilayah Pesisir .............................................................................. 20

1. Pengertian Wilayah Pesisir ....................................................... 20

Page 11: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

xi

2. Karakteristik Kawasan Pesisi ................................................... 21

a. Karakteristik Lingkungan Alam .......................................... 21

b. Karakteristik Lingkungan Fisik ........................................... 23

c. Sempadan Pantai .................................................................. 24

d. Sempadan Sungai ................................................................ 25

e. Abrasi Pantai ....................................................................... 25

E. Sarana dan Prasarana Permukiman Pesisir ................................... 26

1. Sarana Permukiman Pesisir ..................................................... 26

a. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ........................................... 26

b. Tambatan Perahu ................................................................ 27

c. Tempat Penjemuran Ikan .................................................... 27

2. Prasarana Permukiman Pesisir................................................. 27

a. Jaringan Jalan ....................................................................... 28

b. Jaringan Air Bersih .............................................................. 29

F. Sistem Informasi Geografis (GIS) ............................................... 30

1. Pengertian Sistem Informasi dan Geografis (GIS) ................. 30

2. Subsistem GIS ......................................................................... 31

3. Jenis dan Sumber Data GIS ..................................................... 32

G. AHP (Analytic Hierarchy Process) ............................................. 34

1. Pengertian AHP ...................................................................... 34

2. Tahapan AHP .......................................................................... 35

3. Prosedur AHP .......................................................................... 35

H. Studi Penelitian Terdahulu ........................................................... 37

I. Kerangka Konsep ......................................................................... 38

BAB III – METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................. 39

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................ 39

C. Jenis dan Kebutuhan Data ............................................................ 41

D. Variabel Penelitian ....................................................................... 41

E. Responden Penelitian ................................................................... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 45

Page 12: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

xii

G. Teknik Analisis Data .................................................................... 45

H. Definisi Operasional ..................................................................... 50

I. Kerangka Penelitian ...................................................................... 52

BAB IV - GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Kabupaten Takalar .......................................... 53

1. Kondisi Gografis...................................................................... 53

2. Wilayah Administrasi .............................................................. 53

3. Topografi dan Kemiringan Lereng .......................................... 55

4. Klimatologi dan Hidrologi....................................................... 56

5. Jenis Tanah .............................................................................. 57

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 59

1. Kondisi Geografis .................................................................. 59

2. Wilayah Administrasi ............................................................ 59

C. Identifikasi Kawasan Galesong Utara .......................................... 62

1. Penggunaan Lahan di Kawasan Pesisir ................................... 62

2. Kondisi Permukiman ............................................................... 64

3. Kondisi Aksesibilitas ............................................................... 65

4. Kondisi Jaringan Air Bersih .................................................... 66

5. Daerah Rawan Bencana Abrasi ............................................... 66

6. Sempadan Pantai...................................................................... 69

7. Sarana Kenelayanan ................................................................ 70

BAB V - ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir di Kecamatan

Galesong Utara Kabupaten Takalar .............................................. 74

1. Analisis Fungsi Kawasan......................................................... 74

2. Analisis Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir berdasarkan

Parameter Penelitian ............................................................... 76

a. Responden dari Pemerintah 1 ............................................. 78

b. Responden dari Pemerintah 2 ............................................. 78

c. Responden dari Masyarakat ................................................ 79

d. Responden dari Akademisi 1 .............................................. 80

Page 13: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

xiii

e. Responden dari Akademisi 2 .............................................. 81

f. Kombinasi Responden......................................................... 81

3. Analisis Spasial Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir ....... 83

a. Kemiringan Lereng ............................................................. 83

b. Jenis Tanah ......................................................................... 85

c. Ketersediaan Air Bersih ...................................................... 87

d. Aksesibilitas........................................................................ 89

e. Rawan Abrasi ...................................................................... 91

f. Sarana Kenelayanan ............................................................ 93

g. Sempadan Pantai................................................................. 95

h. Sempadan Sungai ............................................................... 97

i. Ketersediaan Lahan ............................................................. 99

j. Kesimpulan ........................................................................ 101

B. Prinsip-Prinsip Lokasi Permukiman di Wilayah Pesisir Berdasarkan

Tingkat Kesesuaian Lahan Kecamatan Galesong Utara............... 105

BAB VI - PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 107

B. Saran ........................................................................................... 108

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ xvii

Page 14: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisaran Nilai dan Tingkat Kesesuaian ................................... 8

Tabel 2. Kriteria Identifikasi Kawasan ................................................ 12

Tabel 3. Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman Menurut Windi .. 14

Tabel 4. Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman Menurut

Taufiqurrohman....................................................................... 15

Tabel 5. Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman Menurut Purwi .. 18

Tabel 6. Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir ................ 19

Tabel 7. Klasifikasi Jalan di Lingkungan Perumahan .......................... 29

Tabel 8. Variabel Penelitian ................................................................. 42

Tabel 9. Skala Dasar Penilaian dalam Metode AHP............................. 46

Tabel 10. Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir ............... 47

Tabel 11. Luas Wilayah Kabupaten Takalar Berdasarkan Jumlah

Kecamatan............................................................................. 54

Tabel 12. Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian Dari Permukaan Laut di

Kabupaten Takalar............................................................... 55

Tabel 13. Curah Hujan di Kabupaten Takalar ..................................... 56

Tabel 14. Klasifikasi Jenis Tanah di Kabupaten Takalar ..................... 57

Tabel 15. Luas Wilayah Desa/ Kelurahan Menurut Kecamatan Galesong

Utara Tahun 2016................................................................. 59

Tabel 16. Guna Lahan dan Luasan Pesisir Kabupaten Takalar ........... 62

Tabel 17. Gambar Eksisting Permukiman di Lokasi Penelitian .......... 64

Tabel 18. Gambar Eksisting Sarana Kenelayanan di Lokasi Penelitian .......

70

Tabel 19. Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya .......................... 74

Tabel 20. Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir .............. 76

Tabel 21. Bobot Parameter Kesesuian Lahan Permukiman Pesisir ..... 82

Tabel 22. Penilaian Kriteria Kemiringan Lereng Kecamatan Galesong

Utara ..................................................................................... 83

Tabel 23. Penilaian Kriteria Jenis Tanah Kecamatan Galesong Utara 83

Page 15: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

xv

Tabel 24. Luas yang terlayani Air Bersih PDAM di Lokasi Penelitian ........

87

Tabel 25. Klasifikasi Jaringan Pipa Air Bersih PDAM ....................... 87

Tabel 26. Luas Lahan dari Jalan Kolektor terhadap Permukiman ....... 89

Tabel 27. Klasifikasi Jaringan Jalan Kolektor di Kecamatan Galesong

Utara .................................................................................... 89

Tabel 28. Jumlah Rumah yang Terkena Dampak Abrasi Pantai ......... 91

Tabel 29. Klasifikasi Rawan Abrasi di Kecamatan Galesong Utara ... 91

Tabel 30. Luas Keterjangkauan Sarana Kenelayanan di Kecamatan

Galesong Utara ..................................................................... 93

Tabel 31. Klasifikasi Sarana Kenelayanan di Kecamatan Galesong Utara ..

93

Tabel 32. Jumlah Rumah yang Melewati Sempadan Pantai di Lokasi

Penelitian .............................................................................. 95

Tabel 33. Klasifikasi Sempadan Pantai di Kecamatan Galesong Utara........

95

Tabel 34. Jumlah Rumah yang Melewati Sempadan Sungai di Lokasi

Penelitian .............................................................................. 97

Tabel 35. Klasifikasi Sempadan Sungai di Kecamatan Galesong Utara ......

97

Tabel 36. Penggunaan Lahan di Kecamatan Galesong Utara .............. 99

Tabel 37. Klasifikasi Penggunaan Lahan di Kecamatan Galesong Utara .....

99

Tabel 38. Skor Min. dan Skor Maks. Kesesuaian Lahan Permukiman

Pesisir .................................................................................. 101

Tabel 39. Kelas Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir .................... 102

Tabel 40. Ketersediaan Lahan Kawasan Permukiman Pesisir ............ 102

Tabel 41. Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir di Kecamatan

Galesong Utara .................................................................... 104

Page 16: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Subsistem SIG ................................................................... 31

Gambar 2. Sumber Data SIG .............................................................. 32

Gambar 3. Tampilan Data Titik, Garis dan Luasan ............................ 33

Gambar 4. Tampilan Model Data Vektor dan Raster ......................... 34

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian ........................................................ 40

Gambar 6. Luas Wilayah Kabupaten Takalar Berdasarkan Jumlah

Kecamatan ......................................................................... 54

Gambar 7. Peta Administrasi Kabupaten Takalar ................................ 58

Gambar 8. Peta Lokasi Penelitian

61

Gambar 9. Peta Penggunaan Lahan Pesisir Kabupaten Takalar .......... 63

Gambar 10. Jalan Kolektor Sekunder di Lokasi Penelitian ................. 66

Gambar 11. Garis Pantai tahun 2012 di Lokasi Penelitian .................. 67

Gambar 12. Perubahan Garis Pantai tahun 2013 di Lokasi Penelitian 67

Gambar 13. Perubahan Garis Pantai tahun 2014 di Lokasi Penelitian 68

Gambar 14. Perubahan Garis Pantai tahun 2015 di Lokasi Penelitian 68

Gambar 15. Perubahan Garis Pantai tahun 2016 di Lokasi Penelitian 69

Gambar 16. Perubahan Garis Pantai tahun 2017 di Lokasi Penelitian 69

Gambar 17. Peta Sebaran Permukiman di Lokasi Penelitian ............... 72

Gambar 18. Peta Sebaran Sarana Kenelayanan di Lokasi Penelitian .. 73

Gambar 19. Peta Fungsi Kawasan Pada Lokasi Penelitian ................. 75

Gambar 20. Penentuan Kriteria ........................................................... 77

Gambar 21. Nilai Responden Pemerintah 1 ......................................... 78

Gambar 22. Nilai Responden Pemerintah 2 ......................................... 79

Gambar 23. Nilai Responden Masyarakat ........................................... 80

Gambar 24. Nilai Responden Akademisi 1 .......................................... 80

Gambar 25. Nilai Responden Akademisi 2 .......................................... 81

Gambar 26. Nilai Hasil Gabungan Responden .................................... 82

Gambar 27. Peta Kemiringan Lereng di Lokasi Penelitian.................. 84

Gambar 28. Peta Jenis Tanah di Lokasi Penelitian .............................. 86

Page 17: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

xvii

Gambar 29. Peta Buffer Jaringan Pipa PDAM di Lokasi Penelitian .... 88

Gambar 30. Peta Buffer Jalan Utama di Lokasi Penelitian .................. 90

Gambar 31. Peta Rawan Bencana Abrasi di Lokasi Penelitian ........... 92

Gambar 32. Peta Radius Sarana Nelayan di Lokasi Penelitian ............ 94

Gambar 33. Peta Sempadan Pantai di Lokasi Penelitian ..................... 96

Gambar 34. Peta Sempadan Sungai di Lokasi Penelitian .................... 98

Gambar 35. Peta Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian ................ 100

Gambar 36. Peta Grid Kesesuaian Lahan Permukiman di Lokasi

Penelitian ........................................................................ 103

Page 18: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat padat jumlah penduduknya

dengan populasi berkisar antara 50-70% dari total penduduk dunia. Sedangkan di

Indonesia jumlah penduduk yang hidup di wilayah pesisir berkisar 60% (Rais,

dalam Tarigan, 2007:49, Dahuri 2001:81). Jumlah populasi ini menjadikan

perkembangan kota-kota besar pesisir semakin padat serta memerlukan

pembangunan hunian layak yang terencana dengan baik. Demikian pula desa-desa

pesisir lainnya, mengalami proses seperti halnya yang terjadi pada kota besar

tersebut, tidak terkecuali dalam hal ini Kabupaten Takalar yang menjadi

pembahasan lokasi penelitian ini.

Pemanfaatan lahan untuk permukiman diatur dengan baik, sehingga sesuai

dengan rencana tata ruang wilayah yang bersangkutan, dengan mempertimbangkan

aspek keseimbangan ekologis sehingga tidak sampai terjadi penurunan kualitas

lahan. Pergeseran fungsi yang terjadi di kawasan pesisir adalah lahan yang tadinya

diperuntukkan sebagai daerah perlindungan setempat, berubah fungsi menjadi

kawasan permukiman yang dapat menimbulkan ketidakteraturan suatu kawasan.

Kecamatan Galesong Utara memiliki laju perkembangan wilayah yang

berlangsung cepat. Laju perkembangan Kecamatan Galesong Utara yang

berlangsung cepat salah satunya disebabkan oleh pertumbuhan penduduk sebesar

1,31% (BPS, 2017) yang berada diatas pertumbuhan penduduk Kabupaten Takalar

yaitu 1,07% yang dapat menimbulkan berbagai konsekuensi yang kurang

menguntungkan bagi perkembangan wilayah akibat permintaan akan lahan

meningkat sedangkan daya tampung lahan bersifat tetap. Berbicara mengenai daya

tampung lahan, sampai kapanpun daya tampung lahan akan berkurang sedikit demi

sedikit dikarenakan pertambahan penduduk satu garis lurus dengan pertambahan

aktivitas sehingga menyebabkan kebutuhan lahan akan berkurang dengan adanya

kegiatan membangun.

Kecamatan Galesong Utara merupakan salah satu dari 6 (enam) kecamatan

pesisir yang berada di Kabupaten Takalar, terletak dibagian sebelah utara

Page 19: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

2

Kabupaten Takalar dengan panjang garis pantai 9.912,3 meter (BPS Kecamatan

Galesong Utara, 2017). Apabila dilihat dari potensinya sebagai wilayah pesisir,

Kecamatan Galesong Utara memiliki potensi pengembangan perikanan laut yang

ditandai dengan adanya Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Beba’ di wilayah Desa

Tamasaju dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Soreang yang berada di wilayah Desa

Tamalate. Selain itu terdapat daerah wisata pantai, sebagian dataran rendah yang

cukup subur untuk pertanian dan perkebunan. Namun, Kecamatan Galesong Utara

juga sempat mengalami abrasi pantai sehingga terjadi kerusakan pada garis pantai.

Perkembangan permukiman yang terjadi harus memperhatikan kondisi fisik

lahannya agar tidak menimbulkan permasalahan-permasalahan yang dapat

merugikan berbagai pihak seperti degradasi lingkungan. Penempatan lokasi

pembangunan permukiman perlu diselaraskan dengan kesesuaian lahannya

sehingga, permasalahan jangka panjang dan dampak negatif yang mungkin terjadi

dapat dihindari. Oleh karena itu, analisis kesesuaian lahan permukiman diperlukan

guna memastikan bahwa perkembangan permukiman masih memperhatikan

kesesuaian lahan dalam menunjang aktifitas penduduk didalamnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis meneliti lebih lanjut

mengenai kesesuaian lahan serta prinsip-prinsip pengembangan permukiman di

wilayah pesisir pada Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar untuk melihat

kondisi perkembangan kawasan tersebut dan ketersediaan lahan dimasa yang akan

dating.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan permukiman di wilayah pesisir Kecamatan

Galesong Utara Kabupaten Takalar?

2. Bagaimana prinsip-prinsip lokasi permukiman di wilayah pesisir berdasarkan

kesesuaian lahan Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar?

Page 20: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

3

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis tingkat kesesuaian lahan permukiman di wilayah pesisir

Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

2. Menjelaskan prinsip-prinsip lokasi permukiman di wilayah pesisir berdasarkan

kesesuaian lahan Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan

dalam penyusunan program bidang permukiman, terutama pada permukiman

pesisir.

2. Bagi masyarakat, penelitian dapat digunakan sebagai acuan pengembangan

permukiman pesisir.

3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, perencanaan ini dapat dijadikan sebagai

studi dari ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dalam bangku perguruan

tinggi yang dapat disumbangsih kembali kepada ilmu pengetahuan di masa

mendatang.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini yaitu membahas tentang kesesuaian

lahan permukiman pesisir. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini

dibatasi berdasarkan aspek ketersediaan air bersih, aksesibilitas, ketersediaan

lahan, abrasi pantai, sarana kenelayanan, sempadan pantai, sempadan sungai,

kemiringan lereng dan jenis tanah.

2. Ruang Lingkup Wilayah

Lokasi penelitian berada di kawasan pesisir Kabupaten Takalar khususnya

Kecamatan Galesong Utara yang terdiri dari 7 desa dan 1 kelurahan dengan luas

wilayah 15,11 km² atau sebesar 2,67% dari luas total Kabupaten Takalar

(BPS,2017).

Page 21: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

4

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagian Pertama berisi pendahuluan, yang menjelaskan tentang latar belakang,

rumusan masalah yang diangkat, tujuan penelitian, manfaat penelitian sasaran yang

ingin dicapai, ruang lingkup yang berisi ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup

penelitian, serta sistematika penulisan.

Bagian Kedua berisi tinjauan pustaka, yang menjelaskan teori-teori yang terkait

dalam mendukung penelitian ini yang diambil dari kutipan buku serta beberapa

review literatur atau jurnal yang berhubungan dengan penelitian.

Bagian Ketiga berisi metodologi penelitian, yang menjelaskan tentang langkah-

langkah yang akan dilakukan pada penelitian agar penelitian dapat berjalan secara

sistematis dan terstuktur untuk mencapai tujuan penelitian yang meliputi jenis

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, populasi/sampel,

teknik pengumpulan data, variabel penelitian, teknik analisis data, definisi

operasional, dan kerangka penelitian.

Bagian Keempat berisi gambaran umum, yang menjelaskan tentang gambaran

umum Kabupaten Takalar, lokasi penelitian, dan kondisi eksisting.

Bagian Lima berisi analisis dan pembahasan, yang menjelaskan tentang kriteria

dan pembobotan kesesuaian lahan permukiman pesisir yang menjadi objek

penelitian, analisis data, pengolahan data yang terkumpul serta hasil penelitian yang

ingin dicapai.

Bagian Keenam adalah penutup, yang menjelaskan tentang kesimpulan yang

diperoleh dari hasil penelitian dan saran sebagai pemecah masalah dan pencapaian

yang lebih baik.

Page 22: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Lahan

1. Pengertian Lahan

Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks sehingga membutuhkan penataan

secara baik. Dalam pengelolaan lahan, harus dapat dibedakan secara seksama antara

lahan sebagai sumber daya dan lahan sebagai lingkungan. Sebagai sumber daya,

lahan bersifat dapat didayagunakan secara optimal dan untuk memenuhi kebutuhan

manusia dan harus ditempatkan tidak hanya dalam konteks fisiknya akan tetapi juga

dalam perspektif ekonomi, sosial, budaya, politik, administrasi dan teknologi

(Conacher 2000 dalam Baja 2012: 22-23). Dalam hal lahan sebagai komponen

lingkungan ada keterbatasan daya dukung sehingga aktivitas pembangunan

sepatutnya dibatasi pada ambang batas tertentu. Dengan demikian, dalam

penatagunaan lahan, diperlukan aktivitas-aktivitas yang dapat memperkaya

hubungan yang menguntungkan serta meminimalisasi yang merugikan antara sistem

sumberdaya dan lingkungannya serta mengupayakan tercapainya keadaan sistem

lingkungan yang diinginkan. Hal tersebut harus dilakukan sejalan dengan respons

dari keinginan dan kebutuhan masyarakat sebagai salah satu pilar pengembangan

wilayah.

Tata guna lahan adalah wujud dalam ruang di alam tentang bagaimana

penggunaan lahan tertata, baik secara alami maupun direncanakan. Dari sisi

pengertian perencanaan sebagai suatu intervensi manusia, maka lahan secara alami

dapat terus berkembang tanpa harus ada penataan melalui suatu inverensi.

Sedangkan pada keadaan yang direncanakan, tata guna lahan akan terus berkembang

sesuai dengan upaya perwujudan pola dan struktur ruang pada jangka waktu yang

ditetapkan.

2. Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu jenis lahan untuk penggunaan tertentu.

Kecocokan tersebut dinilai berdasarkan analisis kualitas lahan sehubungan dengan

persyaratan suatu jenis penggunaan tertentu, sehingga kualitas yang baik

Page 23: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

6

memberikan nilai lahan atau kelas terhadap jenis penggunaan tertentu. Penilaian ini

dilakukan dapat saja mengacu pada kondisi sekarang atau didasarkan pada kondisi

setelah dilakukan perbaikan terhadap kualitas lahan. Yang perta disebut sebagai

kesesuaian sekarang atau kesesuaian aktual (actual suitabilty), sementara yang

kedua adalah kesesuaian potensial (potential suitability). Dengan demikian,

tingkatan atau kelas kesesuaian lahan terhadap penggunaan tertentu tidak permanen;

kelas kesesuaian dapat berubah setelah dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap

factor pembatas utama. Selanjutnya, dalam evaluasi kesesuaian lahan sering

dijumpai kondisi dimana kualitas lahan tidak relevan dengan persyaratan

penggunaan lahan yang dianalisis. Disini, kesesuaian lahan tidak perlu lebih lanjut

dan satuan lahan tersebut diberi symbol pada peta ‘tidak relevan’ (FAO:1976 dalam

Baja, 2012).

Menurut Notohadiprawiro (dalam Khadiyanto 2005:27), bahwa kemampuan

lahan (land capability) dan kesesuaian lahan (land suitability) menentukan

kelayakan penggunaan lahan yang menjadi pangkal pertimbangan dalam tata guna

lahan. Dengan demikian, tata guna lahan dapat dinyatakan sebagai suatu rancangan

peruntukan lahan menurut kelayakannya. Sehingga, apabila penggunaannya tidak

sesuai dengan potensi yang tersedia, maka akan menghasilkan pemanfaatan yang

tidak efektif. Lebih lanjut, Khadiyanto (2005) menyebutkan bahwa klasifikasi

kemampuan lahan adalah penilaian komponen-komponen lahan secara sistematik

dan pengelompokkannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan sifat-sifat yang

merupakan potensi dan penghambat dalam rangka pembangunan lahan secara lestari.

Sedangkan klasifikasi kesesuaian lahan adalah proses penilaian dan pengelompokan

lahan dalam arti kesesuaian relatif lahan atau absolut lahan bagi suatu penggunaan

tertentu.

Sedangkan Baja (2012:63), menjelaskan keterkaitan antara kualitas lahan dengan

penggunaan lahan tertentu diperlukan persyaratan penggunaan lahan yang

diusahakan, kualitas lahan, karakteristik lahan, dan informasi tentang interaksi antara

kualitas lahan dan karakteristik lahan. Mengenai kualitas lahan berkaitan dengan

pengelolaan kawasan permukiman, parameter yang digunakan Baja (2012: 65)

adalah adanya kemungkinan mekanisasi, faktor aksesibilitas yang mempengaruhi

konstruksi dan pemeliharaan jalan, ukuran unit lahan untuk blok permukiman,

Page 24: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

7

ketersediaan air bersih, kedekatan dengan kawasan produksi dan pusat pelayanan,

serta bahaya banjir.

Martopo dalam Khadiyanto (2005: 28) menyebutkan bahwa dalam menentukan

lokasi yang akan menjadi lahan permukiman perlu adanya pengamatan, pengujian,

dan pengukuran terhadap beberapa parameter, yaitu: kemiringan lereng, kerentanan

terhadap banjir, gerak massa batuan, erosi, daya tumpu tanah, rombakan batuan, dan

ketidaktersediaan air bersih. Sedangkan Khadiyanto (2005: 89) menetapkan

parameter yang lebih detail, meskipun tidak semua harus ada karena setiap parameter

memiliki kadar pembobotan yang berbeda, sehingga ada yang boleh diabaikan.

Parameter-parameter tersebut adalah: sudut lereng, golongan tanah, indeks golongan

tanah, daya dukung tanah, daya hantar tanah, angka pori tanah, kadar air tanah,

indeks beban titik batuan, indeks keausan batuan, struktur pelapisan batuan, erosi

permukaan, erosi lembah, gerakan massa, gerakan air, intensitas hujan, kerapatan

aliran, dan ayunan muka air tanah.

3. Kelas Kesesuaian

Kelas kesesuaian lahan menurut Baja (2012:121) terdiri atas kategori S dan N

dibagi masing-masing ke dalam kelas S1, S2, dan S3, N1 dan N2. Berikut adalah

deskripsi masing-masing kelas tersebut :

a) Kelas S1 (sangat sesuai) : lahan-lahan dengan tanpa pembatas atau hanya

memiliki pembatas yang sangat ringan dan pembatas tersebut tidak

berpengaruh terhadap produktivitas atau keuntungan yang akan diperoleh serta

tidak memerlukan input di atas level rata-rata.

b) Kelas S2 (sesuai) : lahan-lahan dengan beberapa pembatas yang

mempengaruhi produktivitas dan pembatas tersebut agak berat sehingga

mempengaruhi pengusahaan suatu jenis penggunaan lahan tertentu secara

lestari; pembatas-pembatas yang ada dapat menurunkan produksi atau

keuntungan dan meningkatkan kebutuhan akan input untuk perolehan

keuntungan dari penggunaan tertentu.

c) Kelas S3 (sesuai marginal) : lahan-lahan dengan beberapa pembatas yang

mempengaruhi produktivitas dan pembatas tersebut cukup berat untuk tujuan

pengusahaan suatu jenis penggunaan lahan tertentu secara lestari; pembatas-

Page 25: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

8

pembatas yang ada telah sampai pada taraf yang sangat berpengaruh terhadap

keuntungan dari penggunaan tertentu.

d) Kelas N1 (tidak sesuai sekarang) : lahan-lahan dengan pembatas yang cukup

berat dan belum bisa diatasi pada masa sekarang; pembatas tersebut cukup

berat sehingga mempengaruhi pengusahaan suatu jenis penggunaan lahan

tertentu secara lestari.

e) Kelas N2 (tidak sesuai permanen) : lahan-lahan dengan pembatas yang sangat

berat sehingga secara permanen tidak dapat diupayakan untuk jenis

penggunaan tertentu dengan cara apapun untuk keberhasilan penggunaan lahan

secara lestari.

Tabel 1. Kisaran Nilai dan Tingkat Kesesuaian

Kelas Nilai Tingkat Kesesuaian

S1 5 Sangat sesuai

S2 4 Sesuai

S3 3 Kurang sesuai

N1 2 Tidak sesuai sekarang

N2 1 Tidak sesuai permanen

Sumber: Baja (2012:121), Buku Perencanaan Tata Guna Lahan dalam

Pengembangan Wilayah

4. Prinsip Dasar Evaluasi Kesesuaian Lahan

Menurut FAO (1976 dalam Baja 2012:123) ada enam prinsip dasar evaluasi

lahan yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penerapan berbagai pendekatan

dan metodologi.

a) Kajian dan klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan sehubungan dengan

penggunaan lahan tertentu. Ini berkaitan dengan prinsip bahwa setiap jenis

penggunaan lahan membutuhkan persyaratan tertentu. Sebagai contoh, tanah-

tanah pada dataran rendah Aluvial dengan drainase agak terhambat umumnya

sesuai untuk dikembangkan sebagai lahan persawahan tetapi belum cocok untuk

jenis tanaman pertanian lainnya.

b) Dalam melakukan evaluasi selalu dibutuhkan adanya perbandingan antara

keuntungan yang akan diperoleh dan input yang diperlukan untuk setiap jenis

penggunaan lahan yang akan diuji. Ini berpijak pada prinsip adanya hubungan

antara input, factor pembatas lahan, dan output sebagai ukuran keuntungan.

Page 26: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

9

Semakin besar faktor pembatas suatu lahan maka lahan tersebut membutuhkan

input yang besar sehingga keuntungan yang akan diperoleh akan minimal.

c) Evaluasi lahan membutuhkan pendekatan multidisiplin. Dalam proses

pengkajian sumber daya lahan sangat perlu adanya masukan dari berbagai bidang

minimal dari ilmu tanah, teknologi penggunaan lahan, ekonomi dan sosiologi

serta adanya alat pengunjang untuk kebutuhan analisis data seperti penginderaan

jauh dan SIG.

d) Pilihan penggunaan lahan dirancang sesuai dengan kondisi fisik, ekonomi dan

sosial setempat. Prinsip ini melandasi upaya pemilihan jenis penggunaan lahan

yang sejalan dengan arah perencanaan penggunaan lahan (lebih dikenal dengan

tata ruang) daerah setempat, dimana kondisi fisik, ekonomi dan sosial termasuk

aspek legalitas memungkinkan. Prinsip ini akan sangat membantu dalam

mengkaji dan menetapkan komoditas-komoditas andalan untuk setiap wilayah.

e) Kesesuaian perlu memacu kepada penggunaan yang berkelanjutan (sustainable).

Prinsip ini membenarkan adanya ketetapan bahwa sebagai contoh

pengembangan lahan pertanian dibatasi pada lahan-lahan dengan kemiringan

lereng kurang dari 25%. Penggunaan lahan secara intensif pada lereng lebih dari

25% tanpa penerapan kaidah-kaidah konservasi akan menyebabkan erosi dan

sedimentasi yang cukup besar. Dengan demikian keuntungan optimal hanya bisa

diperoleh untuk usaha jangka pendek. Prinsip ini menyarankan agar adanya

analisis dampak terhadap usulan suatu jenis penggunaan lahan tertentu.

f) Proses evaluasi membutuhkan perbandingan antara beberapa jenis penggunaan

lahan. Dengan berlandaskan prinsip ‘keuntungan maksimal’ dan ‘penggunaan

yang lestari’ maka perlu dilakukan perbandingan antara satu jenis penggunaan

dengan yang lainnya.

B. Klasifikasi Fungsi Kawasan

Kawasan lindung dan kawasan budidaya merupakan dua hal penting dalam

penataan ruang. Peruntukkan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi ruang untuk

fungsi lindung dan peruntukkan ruang untuk fungsi budidaya. Menurut Undang-

Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang bahwa pembagian kawasan

terbagi atas dua yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Page 27: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

10

1. Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan

sumberdaya buatan (Muta’ali, 2013:85).

Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia No.32 Tahun 1990 kawasan

lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan

nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.

Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia No.32 Tahun 1990 kawasan lindung

terdiri atas :

a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya :

1) Kawasan hutan lindung

2) Kawasan bergambut

3) Kawasan resapan air

b. Kawasan perlindungan setempat :

1) Sempadan sungai

2) Sempadan pantai

3) Kawasan sekitar waduk/danau

4) Kawasan sekitar mata air

c. Kawasan suaka alam dan cagar budaya :

1) Kawasan suaka alam

2) Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya

3) Kawasan pantai berhutan bakau

4) Taman nasional, Taman hutan raya dan Taman wisata alam

5) Kawasan cagar budaya ilmu pengetahuan

d. Kawasan rawan bencana

2. Kawasan Budidaya

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41 Tahun 2007 tentang

Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya, Kawasan Budidaya adalah wilayah

yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan

potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.

Page 28: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

11

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41 Tahun 2007 tentang Kawasan

Budidaya meliputi :

a. Kawasan Hutan Produksi :

1) Kawasan hutan produksi terbatas

2) Kawasan hutan produksi tetap

3) Kawasan hutan produksi konserversi

4) Kawasan hutan rakyat

a. Kawasan Pertanian :

1) Kawasan tanaman pangan lahan basah

2) Kawasan tanaman pangan lahan kering

3) Kawasan tanaman tahunan/perkebunan

4) Kawasan peternakan

5) Kawasan perikanan darat

6) Kawasan perikanan air payau dan laut

b. Kawasan Pertambangan

1) Kawasan Pertambangan

2) Kawasan Perindustrian

c. Kawasan Pariwisata

d. Kawasan Permukiman

1) Permukiman perkotaan

2) Permukiman pedesaan

e. Kawasan Perdagangan dan Jasa

f. Kawasan Budidaya lainnya

Kawasan permukiman merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi

permukiman yang aman dari bahaya bencana alam maupun buatan manusia, baik

permukiman perkotaan maupun pedesaan. Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No.41 Tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya,

kawasan permukiman mempunyai kriteria-kriteria yaitu kesesuaian lahan dengan

masukan teknologi yang ada, ketersediaan air terjun, lokasi yang terkait dengan

kawasan hunian yang telah ada serta tidak terletak pada kawasan lahan pertanian,

lahan basah, kawasan berfungsi lindung, kawasan hutan produksi tetap dan kawasan

hutan produksi terbatas.

Page 29: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

12

Penentuan kelayakan lahan kawasan lindung, kawasan peyangga dan kawasan

budidaya berdasarkan pada SK Mentan No. 837/KPTS/UM/11/1980 dan No.

683/KPTS/UM/8/1981 yang mensyaratkan nilai skor yang diberikan untuk tiap-tiap

fungsi kawasan sebagai berikut ini :

Tabel 2. Kriteria Identifikasi Kawasan

No. Fungsi Kawasan Skor

1 Kawasan Lindung >175

2 Kawasan Peyangga 125 - 174

3 Kawasan Budidaya (Tanaman,

Permukiman, dll)

<125

Sumber: SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No.683/KPTS/UM/8/1981

C. Tinjauan Permukiman

1. Pengertian Permukiman

Menurut UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,

baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1992 Pasal 3, Permukiman adalah bagian

dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan

maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan

hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk

dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang

terstruktur (pasal 1 ayat 3).

2. Persyaratan Permukiman

Dalam penentuan lokasi suatu permukiman, perlu adanya suatu kriteria atau

persyaratan untuk menjadikan suatu lokasi sebagai lokasi permukiman. Kriteria

tersebut berdasarkan Kepmen PU No.20 tahun 1986 tentang Pedoman Teknik

Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun antara lain:

Page 30: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

13

a. Tersedianya lahan yang cukup bagi pembangunan lingkungan dan dilengkapi

dengan prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial.

b. Bebas dari pencemaran air, pencemaran udara dan kebisingan, baik yang berasal

dari sumber daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun, sumber air

beracun, dsb).

c. Terjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi

pembinaan individu dan masyarakat penghuni.

d. Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15 %, sehingga

dapat dibuat sistem saluran air hujan (drainase) yang baik serta memiliki daya

dukung yang memungkinkan untuk dibangun perumahan.

e. Adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan bangunan

diatasnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:

1) Lokasinya harus strategis dan tidak terganggu oleh kegiatan lainnya.

2) Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan, seperti pelayanan

kesehatan, perdagangan, dan pendidikan.

3) Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat

dan tidak sampai menimbulkan genangan air.

4) Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang

siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah.

5) Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor, yang dapat dibuat dengan

sistem individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki

septik komunal.

6) Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur

agar lingkungan permukiman tetap nyaman.

7) Dilengkapi dengan fasilitas umum, seperti taman bermain untuk anak,

lapangan atau taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai

dengan skala besarnya permukiman tersebut.

8) Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.

Page 31: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

14

Tabel 3. Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir Menurut Windi

No. Kriteria Sub-Kriteria Jenis Keterangan Kesesuaian Kelas

1 Kemiringan

lereng

0-7% Baik S1 5

7-15% Sedang S2 3

>15% Jelek NS 1

2 Kerawanan

Bencana

Tidak ada S1 5

Ada NS 1

3

Tekstur

Tanah

Regosol,

Litosol,

Organosol

Kasar Baik S1 5

Podsolik,

Andosol

Agak

Kasar

Sedang S2 3

Andosol,

Mediteran

Sedang

Glei Humus,

Rensina,

Podsol

Agak

Halus

Grumosol,

Latosol,

Aluvial

Halus Jelek NS 1

4

Kepekaan

Erosi

Aluvial, Glei,

Planosol,

Hidromerf,

Laterik,Air

Tanah

Tidak

peka

Baik S1 5

Latosol Kurang

peka

Brown Forest

Soil,

Noncalcic

Brown

Mediteran

Agak

peka

Sedang S2 3

Andosol,

Laterit,

Grumusol,

Podsol,

Podsolic

Peka Jelek NS 1

Regosol,

Litosol,

Organosol,

Rensina

Sangat

peka

5 Aksesibilitas

(jalan)

0-1 km Baik S1 5

1-3 km Sedang S2 3

>3 km Jelek NS 1

6 Curah hujan 0- 13.6 Sangat

rendah

Baik S1 5

13.6-20.7 Rendah

20.7-27.7 Sedang Sedang S2 3

27.7-34.8 Tinggi Jelek NS 1

>34.8 Sangat

tinggi

Page 32: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

15

No. Kriteria Sub-Kriteria Jenis Keterangan Kesesuaian Kelas

7 Land use Lahan

kosong,

semak, tanah

terbuka, dan

lahan tidak

produktif

L1 Baik S1 5

Padang,

sawah,

perkebunan,

kebun

campur,

pertanian

tanah kering

semusim

L2 Sedang S2 3

Hutan, situs

purbakala,

lahan militer,

lindung,

permukiman

L3 Jelek NS 1

Sumber: Windi Eka dan Saiful, 2015

Tabel 4. Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir Menurut

Taufiqurrohman

No. Variabel

Kategori

Kesesuaian Lahan

Kelas A. Identifikasi Kawasan dan Aspek

Kondisi Fisik Lahan

1 Klasifikasi

kemiringan lahan

Kelerengan

Datar 0 – 8% Sangat sesuai 5

Landai 8 – 15 % Sesuai 4

Agak curam 15 – 25% Kurang sesuai 3

Curam 25 – 45% Tidak sesuai

sementara

2

Sangat curam >45% Tidak sesuai

permanen

1

2 Klasifikasi jenis tanah Kepekaan

I (Aluvial, tanah clay,

planosol,

hidromorf kelabu,

laterik air tanah)

Tidak peka Sangat sesuai 5

II (Latosol) Kurang peka Sesuai 4

III (Brown forest soil,

non calcic brown,

mediteran)

Agak peka Kurang sesuai 3

IV (Andosol, lateric,

grumusol,

podsol, podsolic)

Peka Tidak sesuai

sementara

2

V (Regosol, litosol,

organosol,

renzina)

Sangat peka Tidak sesuai

permanen

1

Page 33: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

16

No. Variabel Kategori

Kesesuaian Lahan

Kelas A. Identifikasi Kawasan dan Aspek

Kondisi Fisik Lahan

3 Klasifikasi intensitas

hujan

Kelas

0 – 1000 Sangat rendah Sangat sesuai 5

1000 – 2000 Rendah Sesuai 4

2000 – 3000 Sedang Kurang sesuai 3

3000 – 4000 Tinggi Tidak sesuai

sementara

2

>4000 Sangat tinggi Tidak sesuai

permanen

1

4 Klasifikasi

sempadatan pantai

Kelas

<100m Tidak sesuai Tidak sesuai 1

>100m Sesuai Sangat sesuai 5

5 Klasifikasi sempadan

sungai

Kelas

<15m Tidak sesuai Tidak sesuai 1

>15m sesuai Sangat sesuai 5

B. Aspek aksesibilitas

Jalan kolektor Jarak lahan

Sangat dekat <500m Sangat sesuai 5

Dekat 500 – 1000 m Sesuai 4

Sedang 1000 – 1500 m Kurang sesuai 3

Jauh 1500 – 2000 m Tidak sesuai

sementara

2

Sangat jauh >2000m Tidak sesuai 1

C. Aspek prasarana lingkungan

1 Prasarana air bersih Jarak lahan

Sangat dekat <500m Sangat sesuai 5

Dekat 500 – 1000 m Sesuai 4

Sedang 1000 – 1500 m Kurang sesuai 3

Jauh 1500 – 2000 m Tidak sesuai

sementara

2

Sangat jauh >2000 m Tidak sesuai

permanen

1

2 Prasarana listrik Jarak lahan

Sangat dekat <500 m Sangat sesuai 5

Dekat 500 – 1000 m Sesuai 4

Sedang 1000 – 1500 m Kurang sesuai 3

Jauh 1500 – 2000 m Tidak sesuai

sementara

2

Sangat jauh >2000 m Tidak sesuai

permanen

1

D Aspek Banjir Rob

1 Kedalaman rob Kelas

0,00 m Tidak rob Sangat sesuai 5

0,00 – 0,76 m Rendah Sesuai 4

0,76 – 1,50 m Sedang Kurang sesuai 3

Page 34: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

17

No. Variabel Kategori

Kesesuaian Lahan

Kelas

A. Identifikasi Kawasan dan Aspek

Kondisi Fisik Lahan

1,50 – 2,00 m Tinggi Tidak sesuai

sementara

2

>2,00 m Sangat tinggi Tidak sesuai

permanen

1

2 Lama genangan rob Kelas

0 jam Sangat baik Sangat sesuai 5

1 – 3 jam Baik Sesuai 4

4 – 24 jam Kurang baik Kurang sesuai 3

>24 jam Tidak baik Tidak sesuai

sementara

2

Tidak surut Sangat tidak

baik

Tidak sesuai

permanen

1

3 Tekstur tanah Permeabilitas

Kasar Cepat Sangat sesuai 5

Agak kasar Agak cepat Sesuai 4

Sedang Sedang Kurang sesuai 3

Agak halus Agak lambat Tidak sesuai

sementara

2

Halus Lambat Tidak sesuai

permanen

1

4 Kontur tanah Kelas

4,00 – 4,50 m dpl Sangat baik Sangat sesuai 5

3,00 – 4,00 m dpl Baik Sesuai 4

2,00 – 3,00 m dpl Kurang baik Kurang sesuai 3

1,00 – 2,00 m dpl Tidak baik Tidak sesuai

sementara

2

0,00 – 1,00 m dpl Sangat tidak

baik

Tidak sesuai

permanen

1

5 Drainase tanah Kelas

Porous Sangat baik Sangat sesuai 5

Tergenang periodic Baik Sesuai 4

Tergenang sesudah

hujan

Kurang baik Kurang sesuai 3

Tergenang periodic 1-

3 bulan

Tidak baik Tidak sesuai

sementara

2

Tergennag periodic 3-

6 bulan

Sangat tidak

baik

Tidak sesuai

permanen

1

E Aspek sosial masyarakat

1 Ikatan sosial Kelas

Ada keluarga (dekat) Baik Sesuai 5

Ada keluarga (jauh) Kurang baik Kurang sesuai 3

Tidak ada keluarga Tidak baik Tidak sesuai 1

2 Interaksi sosial Kelas

Pertemuan mingguan Baik Sesuai 5

Pertemuan 2

mingguan

Kurang baik Kurang sesuai 3

Pertemuan bulanan Tidak baik Tidak sesuai 1

Page 35: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

18

No. Variabel Kategori

Kesesuaian Lahan

Kelas

A. Identifikasi Kawasan dan Aspek

Kondisi Fisik Lahan

3 Lama tinggal Kelas

>10 tahun Baik Sesuai 5

5 – 10 tahun Kurang baik Kurang sesuai 3

<5 tahun Tidak baik Tidak sesuai 1

4 Kualitas air bersih

A Baik Sesuai 5

B Kurang baik Kurang sesuai 3

C Tidak baik Tidak sesuai 1

Sumber: Taufiqurrohman, Universitas Diponegoro Semarang, 2009

Tabel 5. Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir Menurut Purwi

No. Kriteria Sub-kriteria Identifikasi Skor Kelas

1 Kemiringan

lereng

Datar Sangat sesuai ≥ 80 5

Landai Sesuai ≥ 60 dan <80 4

Bergelombang Cukup sesuai ≥ 50 dan <60 3

Agak curam Kurang sesuai ≥ 40 dan <50 2

Curam Tidak sesuai < 25 1

2 Jarak terhadap

jalan utama

0 – 50 m Sangat sesuai ≥ 80 5

50 – 100 m Sesuai ≥ 60 dan <80 4

100 – 200 m Cukup sesuai ≥ 50 dan <60 3

200 – 500 m Kurang sesuai ≥ 40 dan <50 2

3 Penggunaan

lahan

Permukiman Sangat sesuai ≥ 80 5

Campuran

permukiman

Sesuai

≥ 60 dan <80 4

Fasilitas

kesehatan dan

pendidikan

Cukup sesuai ≥ 50 dan <60 3

Perdagangan

jasa,

perkantoran dan

terminal

Kurang sesuai ≥ 40 dan <50 2

Makam,

olahraga,

konservasi

Tidak sesuai < 25 1

4 Jenis tanah Alluvial,

gleiplanosol,

hidomorf

kelabu,laterita

Sangat sesuai

≥ 80 5

Latosol Sesuai ≥ 60 dan <80 4

Page 36: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

19

No. Kriteria Sub-kriteria Identifikasi Skor Kelas

Brown forest

soil, noncalsic

brown,

mediteran

Cukup sesuai ≥ 50 dan <60 3

Andosol,

Laterit,

Grumusol,

Podsol, Podsolik

Kurang sesuai ≥ 40 dan <50 2

Regosol,

Litosol,

Organosol,

Renzina

Tidak sesuai < 25 1

5 Gerakan tanah Sangat rendah Sangat sesuai ≥ 80 5

Rendah Sesuai ≥ 60 dan <80 4

Menengah Kurang sesuai ≥ 50 dan <60 3

Tinggi Tidak sesuai ≥ 40 dan <50 2

6 Curah hujan 0 – 13,6 m Sangat sesuai

Sesuai

≥ 80 5

13,6 – 20,7 m Sesuai ≥ 60 dan <80 4

20,7 – 27,7 m Cukup sesuai ≥ 50 dan <60 3

27,7 – 34,8 m Kurang sesuai ≥ 40 dan <50 2

>34,8 m Tidak sesuai < 25 1

Sumber: Purwi, Sutomo dan Sawitri, Universitas Diponegoro, 2015

Berdasarkan beberapa parameter dari jurnal yang diperoleh dalam menentukan

kesesuaian lahan permukiman pesisir diatas, maka peneliti mengambil beberapa

parameter yang dijadikan sebagai acuan dalam menentukan kesesuaian lahan

permukiman pesisir yang dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir

No Parameter Kriteria Kelas

1 Kemiringan Lereng 0-8% 5

8-15% 3

>15% 1

2 Jenis Tanah Iceptisol 5

Ultisol 3

Regosol 1

3 Penggunaan Lahan Lahan kosong/lahan

terbuka dan belukar

5

Tegalan, tambak dan

sawah tidak produktif

3

Page 37: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

20

No Parameter Kriteria Kelas

Sempadan pantai/

kawasan lindung

1

4 Aksesibilitas (jarak

jalan utama terhadap

permukiman)

Sangat dekat 5

Dekat 3

Jauh 1

5 Ketersediaan Air

(jarak pipa utama

terhadap

permukiman)

Sangat memadai 5

Memadai 3

Tidak memadai 1

6 Sarana kenelayanan

(TPI, PPI, pabrik es

balok, dan bengkel

perahu)

Sangat terjangkau 5

Terjangkau 3

Tidak terjangkau 1

7 Abrasi Pantai Tidak rawan 5

Rawan 3

Sangat rawan 1

8 Sempadan Pantai >100 m 5

100 m 3

<100 m 1

9 Sempadan Sungai >50 m 5

50 m 3

<50 m 1

Sumber: Modifikasi Peneliti, 2018

D. Wilayah Pesisir

1. Pengertian Wilayah Pesisir

Pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir internasional adalah

merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah

yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut

meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Dahuri, dkk, 2001).

Menurut Supriharyono (2009) wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara

daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering,

maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir

mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat

seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan

manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Adanya kondisi

seperti ini sangat mendukung bagi wilayah pesisir dijadikan daerah yang potensial

dalam pengembangan wilayah keseluruhan.

Page 38: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

21

Menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang wilayah pesisir adalah daerah peralihan

antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan didarat dan laut.

Batasan wilayah pesisir kearah daratan mencakup wilayah administrasi daratan dan

kearah perairan laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah

laut lepas dan/atau kearah perairan kepulauan.

2. Karakteristik Kawasan Pesisir

a. Karakteristik Lingkungan Alam

Karakteristik alam merupakan unsur dasar yang akan memberikan karakteristik

yang spesifik suatu kawasan/kota. Faktor alam ini mecakup iklim, topografi,

sesimocity, geomoforfologi, aliran, kelembaban, suhu udara, flora-fauna dan

sebagainya.

1) Kondisi Geomorfologi

Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan

bumi atau bentang alam yang meliputi sifat dan karakteristik dari morfologi,

klasifikasi dan perbedaannya serta proses yang berhubungan terhadap morfologi

tersebut. Pada dasarnya morfologi mempelajari bentang alam atau bentuk lahan

suatu kawasan.

Wilayah pesisir yang merupakan daerah pertemuan antara daratan dan lautan

memiliki morfologi dan bentang pantai yang terjadi akibat dari proses

geologi/tektonik, komponen oseanograsi terutama penghasil gelombang, serta

aktivitas manusia. Batuan di sepanjang pantai yang tererosi menghasilkan pasir oleh

arus laut yang diangkut sepanjang garis pantai dan diendapkan di wilayah pantai

membentuk bentang alam tertentu. Contoh geomorfologi di daerah pesisir adalah

delta, dataran alluvial, tanjung, teluk, lagoo, bertebing tinggi, rendah. Estuary, pantai

berpasir, pantai berkerikil, dsb.

2) Kondisi Hidro-Oseanografi

Kondisi hidro oseanografi kawasan pesisir dapat digambarkan melalui berbagai

fenomena alam seperti pasang surut, arus, gelombang (ombak), suhu, angin dan

salinitas. Fenoma tersebut membentuk karakteristik kawasan yang khas sehingga

terdapat perbedaan kondisi fisik pada masing-masing kawasan pesisir.

Page 39: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

22

a. Pasang Surut

Pasut adalah proses naik turunnya muka air laut yang disebabkan oleh gaya tarik

bulan dan matahari. Kisaran pasut adalah perbedaan tinggi muka air laut pada saat

maksimum dengan tinggi muka air pada saat surut maksimum yang rata-rata berkisar

1-3 meter. Fenomena pasut tidak hanya berdampak dan mempengaruhi lahan atas

saja melainkan seluruh massa air dan memiliki energi besar.

b. Arus Pantai

Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di

dunia. Arus ditimbulkan oleh beberapa factor seperti pergerakan angina, perbedaan

kerapatan air laut akibat pemanasan matahari, aktifitas pasang surut dan pergerakan

gelombang (ombak). Arus pantai sangat berpengaruh terhadap proses sedimentasi

dan abrasi pantai.

c. Gelombang Laut (ombak)

Gelombak terbentuk karena adanya proses alih energi dari angin ke permukaan

laut dan gempa di dasar laut. Gelombang merambat ke seluruh arah yang kemudian

dilepaskan ke pantai dalam bentuk hempasan ombak dan dapat merusak kestabilan

pantai. Gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sedimentasi.

Besarnya proses tersebut sangat tergantung pada besarnya energ yang dihempaskan

gelombang ke pantai.

d. Angin

Angin merupakan gerakan udara yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara

pada suatu wilayah. Produk penting angin pada kawasan berupa gelombang yang

menghamtam pantai serta deretan bukit pasir yang penting bagi perlindungan pantai.

3) Kondisi Klimotologi

Berdasarkan Susilo (1996) dalam Adyatma (2012) klimotologi adalah ilmu

terkait iklim yakni melukiskan atau menguraikan dan menerangkan hakekat iklim,

distribusinya terhadap ruang serta variasinya terhadap waktu dan hubungannya

dengan berbagai unsur lain dari lingkungan alam dan aktivitas manusia. Klimotologi

menelaah tentang karakteristik iklim antara wilayah dengan menekankan pada aras

rata-rata dari unsur iklim yang terjadi menjadi ciri dari suatu wilayah sehingga dapat

digunakan sebagai pendugaan keadaan suhu, kelembapan udara, intensitas cahaya,

curah hujan dan angin pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu (Benyamin

Page 40: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

23

dalam Adyatma 2012). Aspek klimotologi dalam perencanaan ruang akan sangat

bermanfaat teruatama dalam hal meningkatkan kewaspadaan dampak negatif-

negativ cuaca/iklim, bentuk penyesuaian diri dengan karakter iklim.

b. Karakteristik Lingkungan Fisik

Menurut Syahriarto (2014) kriteria fisik lingkungan kawasan permukiman

nelayan sebagai berikut:

a. Tidak berada pada daerah rawan bencana

b. Tidak berada pada wilayah sempadan pantai dan sungai

c. Kelerengan : 0 – 25 %

d. Orientasi horizontal garis pantai : > 600

e. Kemiringan dasar pantai : terjal – sedang

f. Kemiringan dataran pantai : bergelombang – berbukit

g. Tekstur dasar perairan pantai : kerikil – pasir

h. Kekuatan tanah daratan pantai : tinggi

i. Tinggi ombak signifikan : kecil

j. Fluktuasi pasang surut dan arus laut : kecil

k. Tidak berada pada kawasan lindung

l. Tidak terletak pada kawasan penyangga, seperti kawasan mangrove.

Kawasan permukiman nelayan ini dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang

memadai untuk kelangsungan hidup dan penghidupan para keluarga nelayan.

Kawasan permukiman nelayan merupakan merupakan bagian dari sistem

permukiman perkotaan atau perdesaan yang mempunyai akses terhadap kegiatan

perkotaan/perdesaan lainnya yang dihubungkan dengan jaringan transportasi.

Pendapat lain disampaikan oleh Departemen Pekerjaan Umum Bidang Cipta

karya tentang karakteristik permukiman nelayan adalah :

1. Merupakan Permukiman yang terdiri atas satuan-satuan perumahan yang memiliki

berbagai sarana dan prasarana yang mendukung kehidupan dan penghidupan

penghuninya.

2. Berdekatan atau berbatasan langsung dengan perairan, dan memiliki akses yang

tinggi terhadap kawasan perairan.

Page 41: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

24

3. 60% dari jumlah penduduk merupakan nelayan, dan pekerjaan lainnya yang terkait

dengan pengolahan dan penjualan ikan.

4. Memiliki berbagai sarana yang mendukung kehidupan dan penghidupan

penduduknya sebagai nelayan, khususnya dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan

eksplorasi ikan dan pengolahan ikan.

Bagi nelayan di permukiman tradisional, ada beberapa point penting yang

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih lokasi bermukim :

- Kesesuaian lokasi permukiman dengan pekerjaan utama. Lokasi permukiman

memiliki karakter khusus, seperti berbatasan langsung dengan pantai.

- Jarak dari permukiman ke tempat kerja. Permukiman memiliki jarak yang dekat

dari lokasi penangkapan ikan, demikian pula jarak lokasi penangkapan ikan ke

fasilitas ekonomi seperti TPI dan pasar (yang berada diluar lingkungan

permukiman).

- Tersedia fasilitas ekonomi dalam permukiman (TPI, dermaga) yang dapat

memperlancar pekerjaan nelayan

c. Sempadan Pantai

Menurut Keputusan Presiden no. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung disebutkan bahwa Sempadan Pantai adalah kawasan tertentu sepanjang

pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi

pantai. Perlindungan terhadap sempadan pantai ini dilakukan untuk melindungi

wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Sempadan

pantai merupakan aspek yang penting untuk dipertimbangkan dalam perencanaan

dan pembangunan.

Lebih lanjut dinyatakan bahwa kriteria sempadan pantai adalah daratan

sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai

minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Garis sempadan pantai

tersebut membatasi lahan yang boleh dikembangkan untuk keperluan bangunan

seperti permukiman. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ekosistem pantai agar tidak

terganggu aktivitas harian manusia, dan juga menjaga manusia dari bahaya akibat

kejadian alam di pinggir laut.

Page 42: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

25

Demikian pula dengan Undang-Undang RI No. 27 tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, bahwa sempadan pantai adalah

daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik

pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

d. Sempadan Sungai

Menurut Keputusan Presiden no. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung disebutkan bahwa sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan

sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai

manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Di dalam

kawasan lindung dilarang melakukan kegiatan budi daya, kecuali yang tidak

mengganggu fungsi lindung.

Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari

kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi

fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Lebih lanjut dinyatakan bahwa kriteria sempadan sungai sekurang-kurangnya

100 meter dari kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang

berada diluar pemukiman. Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan

sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.

e. Abrasi Pantai

Abrasi pantai adalah proses pengikisan material pembentuk pantai secara terus-

menerus yang berdampak pada mundurnya kedudukan pantai dari kedudukan

semula. Menurut Hang Tuah dalam Fajri, dkk (2012) abrasi pantai adalah kerusakan

garis pantai akibat dari terlepasnya material pantai, seperti pasir atau lempung yang

terus menerus dihantam oleh gelombang laut atau dikarenakan terjadinya perubahan

keseimbangan angkutan sedimen di perairan pantai.

Abrasi pantai tidak hanya disebabkan oleh faktor alam wilaya pesisir seperti

pasang surut, gelombang laut serta arus laut namun juga disebabkan oleh kegiatan

atau aktivitas manusia seperti penambangan pasir dan reklamasi pantai. Laju abrasi

pesisir pantai sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain orientasi garis

pantai, kongfigurasi garis pantai, batuan penyusun pantai, arah dan kecepatan angin

Page 43: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

26

serta aktivitas manusia pada lahan atas. Laju abrasi pantai paling sering terjadi saat

angina kencang bertiup dengan arah tegak lurus atau menyerong terhadap orientasi

pantai.

Abrasi pantai pada dasarnya merupakan proses alamiah yang terjadi pada

wilayah pesisir pantai, namun tanpa ada proses pengelolaan terutama upaya menahan

laju abrasi dapat menimbulkan kerusakan pada wilayah pesisir itu sendiri. Selain itu,

kerusakan wilayah pesisir akibat abrasi disebabkan oleh rusaknya ekosistem alami

pesisir yang berperan sebagai penahan abrasi, seperti mangrove dan terumbu karang.

Dalam jangka panjang, proses abrasi memicu perluasan area pantai pada wilayah

pesisir yang dapat mengancam keberlangsungan ekosistem buatan seperti

permukiman industri, dan budidaya terlebih yang berada di dekat atau pinggir pantai.

E. Sarana dan Prasarana Permukiman Pesisir

1. Sarana Permukiman Pesisir

Sarana permukiman nelayan dikutip dari Syahriarto (2013) yaitu:

a. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Tempat pelelangan ikan (TPI) adalah tempat jual beli ikan dengan sistem lelang

dimana terdapat kegiatan menimbang, menempatkan pada keranjang-keranjang

dengan jenis-jenisnya atau digelar di lantai siap untuk dilelang, kemudian pelelangan

lalu pengepakan dengan es untuk keranjang/peti ikan yang sudah beku. Lokasi TPI

sebaiknya dekat dengan dermaga sehingga memudahkan pengangkutannya dari

kapal-kapal. Kegiatan ini banyak menggunakan air, oleh karena itu sebaiknya dekat

dengan air bersih kondisi saluran drainase di lokasi TPI harus baik agar air tidak

tergenang sehingga tidak menimbulkan bau yang menyengat.

TPI sebaiknya dilengkapi dengan fasilitas penunjang lainnya seperti pabrik es,

cool storage, Koperasi, tempat parkir. Letak TPI harus dekat dengan dermaga dan

tempat parkir perahu. Bahkan sebaiknya di area sekitar TPI dilengkapi dengan krip

(Krip adalah bangunan pengaman pantai yang mempunyai fungsi untuk

mengendalikan pergerakan material-material seperti pasir pantai yang bergerak

secara alami yang disebabkan oleh arus yang sejajar pantai (Litoral Drift) agar

perahu dan kapal yang parkir di dermaga atau tempat parkir perahu aman dari

hempasan ombak.

Page 44: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

27

b. Tambatan Perahu

Tempat penambatan perahu adalah tempat perahu-perahu bersandar / parkir

sebelum dan sesudah bongkar muat ikan. Biasanya berdekatan dengan TPI. Fungsi

tambatan perahu sebagai tempat untuk mengikat perahu saat berlabuh dan tempat

penghubung antara dua tempat yang dipisahkan oleh laut, sungai maupun danau.

Terdapat dua tipe tambatan perahu terdiri dari :

- Tambatan tepi, digunakan apabila dasar tepi sungai atau pantai cukup dalam,

dibangun searah tepi sungai atau pantai.

- Tambatan dermaga, digunakan apabila dasar sungai atau pantai cukup landai,

dibangun menjalar ketengah.

Selain tambatan perahu, parkir perahu, perbaikan dan pemeliharaan perahu juga

merupakan hal yang penting dalam permukiman nelayan. Tambatan perahu hanya

digunakan sementara ketika menaikkan atau menurunkan muatan, namun parkir

perahu sifatnya bukan sementara.

c. Tempat Penjemuran Ikan

Tempat penjemuran ikan berfungsi untuk mengeringkan ikan sebagai proses

pengawetan. Adapun syarat-syarat tempat penjemuran ikan sebagai berikut:

1) Tempat penjemuran ikan sebaiknya berupa lapangan terbuka atau terkena sinar

matahari.

2) Wadah penjemuran ikan sebaiknya berlubang agar air dapat turun supaya cepat

kering dan tidak berkarat.

3) Tempat penjemuran ikan diusahakan bersih dengan membuat saluran

pembuangan.

4) Sebaiknya ada jaringan drainase supaya tidak ada air yang tergenang sehingga

tidak menimbulkan bau.

5) Lokasi penjemuran ikan sebaiknya mudah di awasi.

2. Prasarana Permukiman Pesisir

Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya

memungkinkan suatu kawasan permukiman nelayan dapat beroperasi dan berfungsi

sebagaimana mestinya, seperti : jaringan air bersih dan air limbah, jaringan drainase,

Page 45: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

28

jaringan persampahan, dan jaringan jalan. Tetapi dalam penelitian ini prasarana yang

digunakan hanya jalan dan air bersih.

a. Jaringan Jalan

Jaringan jalan merupakan prasarana pengangkutan (transportasi) yang

memungkinkan sistem pencapaian dari suatu tempat ke tempat lain dalam

pergerakan arus manusia dan angkutan barang secara aman dan nyaman.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006,

sistem jaringan jalan yang dilihat dari fungsi adalah satu kesatuan ruas jalan yang

saling menghubungkan dan mengikat pusat pertumbuhan dengan wilayah yang

berada dalam pengaruh pelayanannya yaitu :

1) Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna

antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat

kegiatan wilayah.

2) Jalan kolektor primer adalah jalan menghubungkan secara berdaya guna antara

pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah,

atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.

3) Jalan lokal primer adalah jalan menghubungkan secara berdaya guna pusat

kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah

dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan

lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan.

4) Jalan lingkungan primer adalah jalan menghubungkan antar pusat kegiatan di

dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.

5) Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan

kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder

kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

6) Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder

kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan

kawasan sekunder ketiga.

7) Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu

dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan

sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

Page 46: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

29

8) Jalan lingkungan sekunder adalah jalan yang menghubungkan antarpersil dalam

kawasan perkotaan.

Jaringan jalan sangat penting untuk lingkungan perumahan maupun permukiman

pesisir/nelayan untuk pergerakan manusia dan kendaraan, dan berfungsi sebagai

akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat. Dalam merencanakan jaringan

jalan, harus mengacu pada ketentuan teknis tentang pembangunan prasarana jalan

perumahan, jaringan jalan dan geometri jalan yang berlaku, terutama mengenai tata

cara perencanaan umum jaringan jalan pergerakan kendaraan dan manusia. Dibawah

ini adalah pedoman tekniks prasarana jalan di lingkungan perumahan :

Tabel 7. Klasifikasi Jalan di Lingkungan Perumahan

Hirarki Jalan

Perkerasan (m)

Bahu Jalan (m)

Pedestrian (m)

Trotoar (m)

Damaja (m)

Damija (m)

Dawasja min. (m)

GSB min. (m)

Lokal Sekunder I

3.0-7.0 1.5-2.0 1.5 0.5 10.0-12.0

13.0 4.0 10.5

Lokal Sekunder II

3.0-6.0 1.0-1.5 1.5 0.5 10.0-12.0

12.0 4.0 10.0

Lokal Sekunder

III

3.0 0.5 1.2 0.5 8.0 8.0 3.0 7.0

Lingkungan I

1.5-2.0 0.5 - 0.5 3.5-4.0 4.0 2.0 4.0

Lingkungan II

1.2 0.5 - 0.5 3.2 4.0 2.0 4.0

Sumber: SNI 03-1733-2004 Tentang Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

b. Jaringan Air Bersih

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

416/Menkes/PER/IX/1990, air bersih merupakan zat cair yang tidak mempunyai

rasa, warna dan bau yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan

menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu atau melalui proses penyehatan.

Adapun persyaratan dari segi kualitas air bersih yaitu meliputi kualitas fisik, kimia,

biologi dan radiologis.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada suatu kawasan permukiman maka

adapun kriterianya adalah sebagai berikut :

1) Pengambilan air baku diutamakan dari air permukaan;

2) Kebutuhan air rata – rata 100 liter/orang/hari;

Page 47: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

30

3) Kapasitas minimum sambungan rumah 60 liter/orang/hari dan sambungan kran

umum 30 liter/orang/hari

Kebutuhan air bersih digunakan untuk menunjang segala kegiatan manusia yaitu

meliputi air bersih domestic dan non domestik, air irigasi baik pertanian maupun

perikanan. Air bersih digunakan untuk memenuhi:

1) Kebutuhan air domestik: keperluan rumah tangga

2) Kebutuhan air non domestik: keperluan industri, pariwisata, tempat sosial, tempat

ibadah, serta tempat komersil atau tempat umum lainnya.

F. Sistem Informasi Geografis (GIS)

1. Pengertian Sistem Informasi Geografis (GIS)

SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan (capturing),

menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis dan

menampilkan data-data yang berhubungan posisi-posisinya dipermukaan bumi

(Prahasta, 2009).

Adapun tugas yang dapat dilakukan oleh SIG adalah :

a) Penyimpanan, manajemen, integrasi data-data keruangan dalam jumlah yang

besar.

b) Kemampuan dalam menganalisis yang berhubungan secara spesifik dengan

komponen data geografis.

c) Mengorganisasikan dan mengatur data dalam jumlah besar sehingga

informasi tersebut dapat digunakan pemakai.

SIG merupakan sistem informasi yang bersifat terpadu, karena data yang dikelola

adalah data spasial. Dalam SIG data grafis dipeta dapat disajikan dalam dua model

data spasial yaitu model data raster dan model data vektor. Dalam model data raster

setiap lokasi direpresentasikan sebagai suatu posisi sel. Sel ini diorganisasikan dalam

bentuk kolom dan baris sel-sel dan biasa disebut sebagai grid. Dengan kata lain,

model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan

menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid. Setiap

piksel atau sel ini memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik.

Model data vektor menyajikan data grafis (titik, garis, poligon) dan strukur data

format vektor. Struktur data vektor adalah suatu cara untuk membandingkan

Page 48: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

31

informasi garis dan areal kedalam bentuk satuan-satuan data yang mempunyai

besaran, arah dan keterkaitan (Prahasta, 2009).

2. Subsistem Sistem Informasi Geografis (GIS)

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, maka SIG dapat diuraikan

menjadi beberapa sub-sistem sebagai berikut :

a) Data Input : sub-sistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan

menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Sub-sistem ini pula

yang bertanggungjawab dalam mengkonversikan atau mentransformasikan

format-format data aslinya ke dalam format (native) yang dapat digunakan oleh

perangkat SIG yang bersangkutan.

b) Data Output : sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan

keluaran (termasuk mengekspornya ke format yang dikehendaki) seluruh atau

sebagian basis data (spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti

halnya tabel, grafik, report, peta, dan lain sebagainya.

c) Data Management : sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun

tabel-tabel atribut terkait ke dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa

hingga mudah dipanggil kembali atau di-retrieve (di-load ke memori), di-update,

dan di-edit.

d) Data Manipulation & Analysis : sub-sistem ini menentukan informasi-informasi

yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, sub-sistem ini juga melakukan

manipulasi (evaluasi dan penggunaan fungsi-fungsi dan operator matematis &

logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

Gambar 1. Subsistem SIG

Sumber: Prahasta (2009), Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar

(Perspektif Geodesi dan Geomatika), Bandung.

Page 49: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

32

3. Jenis dan Sumber Data Sistem Informasi Geografis (GIS)

Data geografis pada dasarnya tersusun oleh dua komponen penting yaitu data

spasial dan data atribut. Perbedaan antara dua jenis data tersebut adalah sebagai

berikut :

a) Data Spasial

Data spasial adalah data yang bereferensi geografis atas representasi objek di

bumi. Data spasial pada umumnya berdasarkan peta yang berisikan interpretasi dan

proyeksi seluruh fenomena yang berada di bumi. Sesuai dengan perkembangan, peta

tidak hanya merepresentasikan objek-objek yang ada di muka bumi, tetapi

berkembang menjadi representasi objek di atas muka bumi (di udara) dan di bawah

permukaan bumi. Data spasial dapat diperoleh dari berbagai sumber dalam berbagai

format. Sumber data spasial antara lain mencakup: data grafis peta analog, foto

udara, citra satelit, survei lapangan, pengukuran theodolit, pengukuran dengan

menggunakan global positioning systems (GPS) dan lain-lain.

Gambar 2. Sumber Data SIG

Sumber: Ekadinata, dkk (2008), Sistem Informasi GIS Untuk Pengelolaan

Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam, Bogor.

Data spasial memiliki dua macam penyajian, yaitu :

a. Model vektor yang menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial

dengan menggunakan titik-titik, garis-garis, dan kurva atau poligon beserta atribut-

atributnya. Bentuk dasar model vektor didefinisikan oleh sistem koordinat Kartesius

Page 50: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

33

dua dimensi (x,y). Dengan menggunakan model vektor, objek-objek dan informasi

di permukaan bumi dilambangkan sebagai titik, garis, atau poligon. Masing-masing

mewakili tipe objek tertentu sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

Titik (point) : merepresentasikan objek spasial yang tidak memiliki dimensi panjang

dan/atau luas. Fitur spasial direpresentasikan dalam satu pasangan koordinat x,y.

Contohnya stasiun curah hujan, titik ketinggian, observasi lapangan, titik-titik

sampel.

Garis (line/segment) : merepresentasikan objek yang memiliki dimensi panjang

namun tidak mempunyai dimensi area, misalnya jaringan jalan, pola aliran, garis

kontur.

Poligon : merepresentasikan fitur spasial yang memiliki area, contohnya adalah unit

administrasi, unit tanah, zona penggunaan lahan.

Gambar 3. Tampilan Data Titik, Garis, dan Luasan

Sumber: Google, 2018

b. Model data raster yang menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data

spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk

grid (bidang referensi horizontal dan vertikal yang terbagi menjadi kotak-kotak).

Piksel adalah unit dasar yang digunakan untuk menyimpan informasi secara

eksplisit. Setiap piksel memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik.

Akurasi model ini sangat tergantung pada resolusi atau ukuran piksel suatu gambar.

Model raster memberikan informasi spasial apa saja yang terjadi di mana saja dalam

bentuk gambaran yang digeneralisasi. Dengan model raster, data geografi ditandai

oleh nilai-nilai elemen matriks dari suatu objek yang berbentuk titik, garis, maupun

bidang.

Page 51: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

34

Gambar 4. Tampilan Model Data Vektor dan Raster

Sumber: Ekadinata, dkk (2008), Sistem Informasi GIS Untuk Pengelolaan

Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam, Bogor.

G. AHP (Analytic Hierarchy Process)

1. Pengertian AHP (Analytic Hierarchy Process)

AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. AHP merupakan

suatu sistem pembuat keputusan dengan menggunakan model matematis. Metode ini

membantu dalam menentukan prioritas dari beberapa kriteria dengan melakukan

analisa perbandingan berpasangan dari masing-masing kriteria yang ada. Metode

AHP mengambil keputusan secara efektif atas persoalan yang kompleks dengan

menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan

memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau

variabel ini dalam suatu susunan hierarki, memberikan nilai numerik pada

pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai

pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang

memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil

pada situasi tersebut. Saaty (1993) menjelaskan bahwa metode AHP akan membantu

memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hierarki kriteria,

pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai

pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga

menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan

pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang

beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif

sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.

Page 52: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

35

2. Tahapan AHP (Analytic Hierarchy Process)

Tahapan-tahapan pengambilan keputusan menurut Kadarsyah Suryadi dan Ali

Ramdhani (1998) dalam metode AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut :

a) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

b) Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan kriteria-kriteria dan alternative-alternatif pilihan yang ingin diranking.

c) Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

relatif atau berpengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau

kriteria yang setingkat diatas.

d) Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian

seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen

yang dibandingkan.

e) Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.

f) Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh hirarki.

g) Menghitung vector eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan.

h) Memeriksa konsistensi hirarki.

3. Prosedur AHP (Analytic Hierarchy Process)

Terdapat tiga prinsip utama dalam pemecahan masalah dalam AHP menurut

Saaty (1993), yaitu: Decomposition, Comparative Judgement, dan Logical

Concistency. Secara garis besar prosedur AHP meliputi tahapan sebagai berikut :

a) Penyusunan Hierarki (Dekomposisi)

Penyusunan hierarki merupakan penyusunan berbagai elemen dari suatu system

yang kompleks secara hierarki agar dapat dipahami dalam pemecahan masalahnya.

Hierarki merupakan dasar dari pikiran manusia dalam rangka menata suatu elemen

dalam beberapa level. Hierarki dalam metode AHP dibedakan atas dua berdasarkan

bentuknya yaitu, heirarki setengah (incomplete) dan hierarki penuh (complete).

Hierarki setengah dilakukan hanya sampai pada penentuan pembobotan tiap

kriteria atau prioritas dan hierarki penuh dilakukan sampai pada penentuan alternatif.

b) Penilaian/pembobotan untuk membandingkan elemen-elemen.

Page 53: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

36

Apabila proses dekomposisi telah selasai dan hirarki telah tersusun dengan baik.

Selanjutnya dilakukan penilaian perbandingan berpasangan (pembobotan) pada tiap-

tiap hirarki berdasarkan tingkat kepentingan relatifnya.

c) Penyusunan matriks dan Uji Konsistensi

Apabila proses pembobotan atau pengisian kuisioner telah selesai, langkah

selanjutnya adalah penyusunan matriks berpasangan untuk melakukan normalisasi

bobot tingkat kepentingan pada tiap-tiap elemen pada hirarkinya masingmasing.

Pada tahapan ini analisis dapat dilakukan secara manual ataupun dengan

menggunakan program komputer seperti Expert Choice.

d) Penetapan prioritas pada masing-masing hirarki

Untuk setiap kriteria dan alternatif,perlu dilakukan perbandingan berpasangan

(pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk

menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif,

maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah

ditentukan untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung

dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.

e) Sistesis dari prioritas

Sistesis dari prioritas didapat dari hasil perkalian prioritas lokal dengan prioritas

dari kriteria bersangkutan yang ada pada level atasnya dan menambahkannya ke

masing-masing elemen dalam level yang dipengaruhi oleh kriteria. Hasilnya berupa

gabungan atau lebih dikenal dengan istilah prioritas global yang kemudian dapat

digunakan untuk memberikan bobot prioritas lokal dari elemen yang ada pada level

terendah dalam hirarki sesuai dengan kriterianya.

f) Pengambilan/penetapan keputusan

Pengambilan keputusan adalah suatu proses dimana alternatifalternatif yang

dibuat dipilih yang terbaik berdasarkan kriterianya.

Page 54: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

37

H. Studi Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Metedologi

Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan dengan

Penelitian yang dilakukan

Sumber

Literatur

1 Taufiqurahman Evaluasi Kesesuaian

Lahan

Metode

skoring,

overlay,

skalogram dan

deskriptif

kualitatif

kuantitatif

Penelitian ini menjelaskan tentang

pembangunan kawasan permukiman

pesisir sebaiknya diarahkan pada lahan

benar-benar sesuai dengan kriteria

kesesuaian, memberikan penjelasan dan

arahan kepada masyarakat mengenai

peraturan peruntukkan lahan.

Persamaan yang dilakukan yaitu sama-

sama mengkaji mengenai kesesuaian

lahan pada permukiman pesisir.

Sedangkan perbedaannya pada

penelitian ini menggunakan metode

spasial dengan pembobotan AHP

sedangkan penelitian terdahulu

menggunakan metode overlay dan SIG

Tesis,

Universitas

Diponegoro

Semarang

2015

2 Muh. Iqsan

Basri

Kesesuaian Lahan

Permukiman di

Wilayah Sub Urban

Kota Kendari

Metode

skoring,

superimpose,

skalogram

Penelitian ini menjelaskan tentang

pembangunan kawasan permukiman di

wilayah sub urban sebaiknya diarahkan

pada lahan yang benar-benar sesuai

dengan kriteria kesesuaian lahan yang

sudah dianalisis.

Persamaan yang dilakukan yaitu

membahas tentang kesesuaian lahan.

Sedangkan perbedaannya pada

penelitian ini membahas tentang

kesesuaian lahan permukiman di

wilayah pesisir sedangkan penelitian

terdahulu membahas tentang

kesesuaian lahan di wilayah sub urban.

Skripsi,

Universitas

Hasanuddin

2016

3 Andi

Risdayanti

Kesesuaian Lahan

Konservasi, Tambak

dan Permukiman

SMCA (spasial

multi criteria)

AHP, skoring,

spasial

Penelitian ini menjelaskan tentang

seberapa besar tingkat kesesuaian lahan

pada lahan konservasi, tambak dan

permukiman.

Persamaan yang dilakukan yaitu sama-

sama menggunakan metode AHP

untuk menentukan bobot dari

parameter kesesuaian lahan.

Sedangkan perbedaannya pada

penelitian ini hanya membahas tentang

kesesuaian lahan permukiman saja

sedangkan penelitian terdahulu

membahas tentang kesesuaian lahan

konservasi, tambak dan permukiman.

Skripsi,

Universitas

Hasanuddin

2017

Sumber: Hasil analisis, 2018

Page 55: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

38

I. Kerangka Konsep

Kecamatan Galesong Utara memiliki laju perkembangan wilayah yang berlangsung cepat. Laju perkembangan

Kecamatan Galesong Utara yang berlangsung cepat salah satunya disebabkan oleh pertumbuhan penduduk

sebesar 1,31% (BPS, 2017) yang berada diatas pertumbuhan penduduk Kabupaten Takalar yaitu 1,07%.

Pertumbuhan laju penduduk yang kian pesat akan menimbulkan masalah yang berkaitan dengan ketersediaan

lahan.

Permintaan penduduk terhadap lahan yang tidak terkendali membuat penduduk cenderung mengabaikan

peruntukkan dan kemampuan lahan. Landasan Hukum

A. RTRW Kabupaten Takalar

Tahun 2010-2030

B. Permen PU No.41 tentang

Pedoman Kriteria Teknis Kawasan

Budidaya

C. Kepres RI No.32 Tahun 1990

tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung

D. UU Republik Indonesia Nomor

27 Tahun 2007 Tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil

E. Peraturan Menteri Negara

Perumahan Rakyat Republik

Indonesia Nomor

15/PERMEN/M/2006 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan

Penyelenggaraan Pengembangan

Kawasan Nelayan

F. UU No.1 tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan

Permukiman

Tingkat kesesuaian lahan permukiman di

wilayah pesisir Kecamatan Galesong

Utara.

Kemiringan Lereng (Taufiqurrohman, 2009)

Jenis Tanah (Taufiqurrohman, 2009)

Ketersediaan Lahan (Baja, 2012)

Aksesibilitas (Permen RI No. 34 tahun 2006)

Ketersediaan Air (Permenkes RI No. 416 tahun

1990)

Sarana Kenelayanan (Syahriarto, 2013)

Kerawanan Bencana (Fajri, 2012)

Sempadan Pantai (UU RI No.27 tahun 2007)

Sempadan Sungai (Taufiqurrohman, 2009)

Prinsip pengembangan permukiman di wilayah pesisir berdasarkan

tingkat kesesuaian lahan di Kecamatan Galesong Utara

Kesesuaian Lahan di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takakalar

Page 56: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

47

Page 57: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Menurut Sukmadinata (2006:72) Penelitian

deskriptif merupakan suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan fenoma-fenoma yang ada, baik fenomena alamiah maupun

buatan. Pendekatan secara kualitatif yaitu dengan menggunakan landasan teori

sebagai panduan untuk memfokuskan penelitian dan menonjolkan proses yang

terdapat dalam fenoma tersebut serta mendeskripsikan gambar atau peta.

Sedangkan pendekatan secara kuantitatif yaitu penelitian yang lebih menekankan

pada aspek pengukuran yang berupa angka dalam pembobotan parameter.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan sejak mata kuliah Labo Education (LBE)

Perumahan dan Permukiman pada bulan Agustus sampai Desember tahun 2017,

kemudian melanjutkan penelitian selama di Studio Akhir.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dibagi menjadi wilayah makro yaitu Kabupaten Takalar dan

mikro yaitu Kecamatan Galesong Utara. Kabupaten Takalar memiliki luas wilayah

566,51km² dan terdiri dari 9 kecamatan (BPS, 2017). Sedangkan untuk wilayah

mikro merupakan salah satu kecamatan dipesisir Kabupaten Takalar dengan luas

15,11 km² (BPS, 2017) Adapun batas administrasi lokasi penelitian sebagai berikut:

Sebelah utara : Kota Makassar

Sebelah selatan : Kecamatan Galesong

Sebelah barat : Selat Makassar

Sebelah timur : Kabupaten Gowa

Page 58: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

40

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018

Page 59: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

41

C. Jenis dan Kebutuhan Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data

sekunder :

1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan

dengan melakukan observasi, wawancara, serta dokumentasi yang berhubungan

dengan data-data yang dibutuhkan dalam proses penelitian. Data primer penelitian

antara lain:

1) Penggunaan lahan lokasi penelitian

2) Ketersediaan sarana nelayan

3) Kuesioner AHP

4) Dokumentasi lokasi penelitian

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait, seperti

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Takalar, BPS, Bappeda Kabupaten Takalar

serta sumber-sumber lain yang relevan. Adapun data yang dimaksudkan yaitu:

1) Dokumen RTRW Kabupaten Takalar 2010-2030 sebagai bahan analisis

perbandingan peruntukan kesesuaian lahan untuk permukiman.

2) Data daerah abrasi pantai.

3) Data penggunaan lahan penelitian

4) Peta batas administrasi Kabupaten Takalar.

5) Data peta jaringan perpipaan air bersih.

6) Peraturan dan surat keputusan yang menjadi referensi dalam penelitian.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2009:60). Adapun variabel

yang digunakan yaitu :

Page 60: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

42

Tabel 8. Variabel Penelitian

No Tujuan Variabel Indikator Teknik Analisis Output

1. Menganalisis tingkat

kesesuain lahan

permukiman di wikayah

pesisir Kec. Galesong

Utara Kabupaten Takalar

Kesesuaian lahan

permukiman pesisir

• Kemiringan Lereng

• Jenis Tanah

• Ketersediaan Lahan

• Aksesibilitas

• Ketersediaan Air

• Sarana Kenelayanan

• Kerawanan Bencana

• Sempadan Pantai

• Sempadan Sungai

1.Metode AHP (Analytical Hierarki

Process) untuk memberikan bobot

pada masing-masing indikator

kesesuaian lahan permukiman

berdasarkan tingkat kepentingannya.

2. Analisis spasial yaitu overlay peta

dengan menggabungkan semua

parameter yang digunakan dalam

kesesuaian lahan permukiman.

3. Analisis kuantitatif dilakukan

dalam bentuk angka-angka yang

digunakan untuk menekankan pada

aspek pengukuran dengan

menggunakan angka untuk analisis

penelitian.

4. Analisis kualitatif untuk

menjelaskan hasil tingkat kesesuaian

lahan permukiman pesisir.

Kesesuaian lahan

permukiman pesisir

di Kecamatan

Galesong Utara.

Page 61: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

43

Lanjutan tabel 8.

No. Tujuan Variabel Indikator Metode analisis Output

2. Menjelaskan prinsip-

prinsip pengembangan

permukiman di wilayah

pesisir berdasarkan

kesesuaian lahan Kec.

Galesong Utara

Kabupaten Takalar.

Hasil analisis kesesuaian lahan Kabupaten

Takalar

Analisis Deskriptif

Prinsip-prinsip

pengembangan

permukiman di

wilayah pesisir

berdasarkan

kesesuaian lahan

Kec. Galesong

Utara Kabupaten

Takalar.

Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2018

Page 62: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

44

E. Responden Penelitian

Pemilihan reponden dilakukan dengan menggunakan Nonprobability sampling

dengan menggunakan metode purposive sampling dengan mempertimbangkan

bahwa responden merupakan masyarakat yang berada di kawasan pesisir dan

dianggap mengetahui dengan jelas perubahan lingkungan pada kawasan pesisir.

Menurut Sugiyono (2013:218-219) bahwa Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita

harapkan atau mungkin dia sebagai peguasa sehingga akan memudahkan peneliti

menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.

Responden yang akan diambil untuk keperluan Analysis Hirarki Process (AHP)

untuk menentukan parameter prioritas sebagai acuan dalam menganalisis faktor-

faktor apa saja yang sangat berpengaruh dalam kesesuaian lahan permukiman

pesisir berdasarkan kuesioner dalam bentuk tabel matriks perbandingan (pairwise)

sehingga dapat dihitung presentasi antar kriteria. Perhitungan selanjutnya

menggunakan rumus konsistensi indeks untuk menentukan validasi data tersebut.

Pada perapan metode AHP yang diutamakan adalah kualitas data dari

responden dan tidak tergantung pada kuantitasnya. Oleh karena itu, penilaian AHP

memerlukan pakar sebagai responden dalam pengambilan keputusan dalam

pemilihan alternatif. Untuk jumlah responden dalam metode AHP tidak memiliki

perumusan tertentu, namun hanya ada batas minimum yaitu dua orang responden

(Saaty, 1993).

Adapun jumlah responden pada penelitian ini dibatasi hanya lima orang dengan

pertimbangan jika jumlah responden banyak maka hasil konsitensinya tinggi yang

akan berpengaruh pada pembobotan konsistensinya (error) karena banyak jawaban

yang bercampuran. Jumlah responden dalam analisis faktor yang berpengaruh

terhadap kriteria kesesuaian lahan permukiman pesisir adalah sebagai berikut :

1. Komponen Pemerintah diwakili oleh 1 orang dari Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Takalar dan 1 orang dari Kecamatan Galesong Utara.

2. Komponen Akademisi atau praktisi yang diwakili oleh 2 orang magister bidang

Perencanaan Wilayah dan Kota.

Page 63: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

45

3. Komponen Masyarakat diwakili oleh 1 orang dari Konsultan PT. Global

Consultant.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang yang digunakan ada

beberapa cara untuk memperoleh data yang akan diambil, yaitu :

1. Metode observasi

Pengumpulan data dengan cara mengamati atau melihat secara langsung dan

menganalisis kondisi yang ada di lokasi penelitian.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto-foto terkait variabel yang akan

dibahas dalam penelitian ini.

3. Kuesioner

Kuesioner berisi lembar pertanyaan terstruktur yang diisi dengan responden

yang merupakan kunci untuk kebutuhan analisis AHP.

4. Telaah pustaka

Pengumpulan data yang diperoleh melalui sumber dokumenter berupa literatur,

laporan, jurnal, bahan seminar dan artikel.

G. Teknik Analisis Data

Terdapat empat teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Analisis Spasial

Analisis spasial merupakan teknik analisis yang digunakan untuk meneliti dan

mengeksplorasi data dari perspektif keruangan dengan bantuan software ArcGIS

10.1. Analisis spasial yang dilakukan yaitu overlay peta untuk menggabungkan

parameter atau indikator yang digunakan dalam kriteria kesesuaian lahan

permukiman pesisir.

2. Analisis Analytical Hierarchy Process (AHP)

Metode AHP digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang

sangat berpengaruh dalam kawasan kesesuaian lahan permukiman pesisir

berdasarkan kuesioner dalam bentuk tabel matriks perbanding (pairwise)

sehingga dapat dihitung dan diketahui presentasi antar kriteria. Perhitungan

Page 64: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

46

selanjutnya menggunakan rumus konsistensi indeks untuk menentukan validasi

data tersebut. Untuk menentukan rasio konsistensi, maka digunakan persamaan :

Keterangan:

CR = Rasio Konsistensi

CL = Indeks Konsistensi

RI = Indeks Acak (nilai ketentuan oleh jumlah n)

Untuk nilai CR harus mengikuti asumsi yang sudah ada yaitu :

Jika nilai CR< 0,10 maka menunjukkan tingkat konsistensi yang bagus, artinya

bobot yang diperoleh cukup rasional dalam perbandingan pasangan, namun jika

CR> 0,10 maka telah terjadi penilaian jelek atau tidak konsisten artinya

perhitungan tersebut harus diulangi perhitungan AHP sebelum dilakukan analisis

SIG. Data yang diperoleh dari responden kemudian diproses dengan

menggunakan aplikasi software Expert Choice. Hasil pengolahan kemudian

dianalisis dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel atau gambar. Aplikasi ini

memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis indikator/parameter dominan

berdasarkan prinsip perbandingan berpasangan (pairwise comparison).

Pemberian bobot dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada

responden terkait. Selanjutnya penentuan bobot dengan menggunakan metode

perbadingan pasangan, perbandingan ini menggunakan metode Saaty (1990).

Tabel 9. Skala Dasar Penilaian dalam Metode AHP

Tingkat

Kepentingan

Nilai (n)

Definisi Keterangan

1 Sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang

sama.

3 Sedikit lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat memihak

satu elemen dibandingkan dengan

pasangannya.

5 Lebih penting Satu elemen sangat disukai dan secara praktis

dominasinya sangat nyata, dibandingkan

dengan elemen pasangannya.

7 Sangat penting Satu elemen terbukti sangat disukai dan

secara praktis dominasinya sangat,

dibandingkan dengan elemen pasangannya.

CR = CL/RI

Page 65: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

47

Tingkat

Kepentingan

Nilai (n)

Definisi Keterangan

9 Mutlak lebih

penting

Satu elemen mutlak lebih disukai

dibandingkan dengan pasangannya, pada

tingkat keyakinan tertinggi

2, 4, 6, 8 Nilai-nilai tengah

diantara dua

pendapat yang

berdampingan

Nilai-nilai ini diperlukan suatu kompromi

Kebalikan Jika elemen i memiliki salah satu angka diatas ketika dibandingkan

elemen j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibanding elemen i

Sumber: Saaty, 1993

Adapun parameter kesesuaian lahan permukiman pesisir dapat dilihat pada tabel

10. Penentuan parameter kesesuaian lahan tersebut berdasarkan telaah pustaka yang

telah dilakukan dari beberapa jurnal mengenai kesesuaian lahan permukiman

pesisir dan peraturan yang terkait serta berdasarkan kondisi eksisting lokasi

penelitian.

Tabel 10. Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir

No Parameter Kriteria Kelas

1 Kemiringan Lereng 0 – 8% 5

8 – 15% 3

>15% 1

Sumber: Taufiqurrohman, 2015

2 Jenis Tanah Iceptiol 5

Ultisol 3

Regosol 1

Sumber: Taufiqurrohman, 2015

3 Ketersediaan Lahan Lahan kosong/ lahan

terbuka dan belukar

5

Tegalan, tambak dan

sawah tidak produktif

3

Sempadan pantai/

kawasan lindung

1

Sumber: Penggunaan Lahan, 2018

4 Aksesibilitas (jarak

jalan utama terhadap

permukiman)

Sangat dekat 5

Dekat 3

Jauh 1

Sumber: Taufiqurrohman, 2015

5 Ketersediaan Air

(jarak pipa utama

terhadap

permukiman)

Sangat memadai 5

Memadai 3

Tidak memadai 1

Sumber: SNI 03-1733-2004

6 Keterjangkauan

sarana kenelayanan

Sangat terjangkau 5

Terjangkau 3

Page 66: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

48

No Parameter Kriteria Kelas

(TPI, PPI, pabrik es

balok, dan bengkel

perahu)

Tidak terjangkau 1

Sumber: SNI 03-1733-2004

7 Abrasi Pantai Tidak rawan 5

Rawan 3

Sangat rawan 1

Sumber: Windi, 2015

8 Sempadan Pantai >100 m 5

100 m 3

<100 m 1

Sumber: Keppres No 32 tahun 1990

9 Sempadan Sungai >50 m 5

50 m 3

<50 m 1

Sumber: Keppres No 32 tahun 1990

Sumber: Penulis, 2018

Selanjutnya untuk memperoleh bobot parameter diatas, maka digunakan

beberapa tahapan yaitu :

a) Membuat matriks perbandingan pasangan

b) Menghitung bobot parameter, dimana bobot dalam hal ini diambil dari

skala perbandingan berpasangan.

c) Estimasi rasio konsistensi.

3. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif menjelaskan tentang kesesuaian lahan permukiman pesisir

dilokasi penelitian yang berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak

menekankan pada angka melainkan lebih menekankan pada proses penelitian

tersebut.

4. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dilakukan dalam bentuk angka-angka dan tabel yang

digunakan untuk menganalisis data yang menekankan pada aspek pengukuran.

Berikut adalah penggunaan masing-masing analisis berdasarkan pertanyaan dan

tujuan peneliti yaitu:

1. Menganalisis Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir di Kecamatan

Galesong Utara Kabupaten Takalar

Page 67: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

49

Analisis yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan permukiman

pesisir di lokasi penelitian yaitu menggunakan analisis spasial yaitu overlay peta

dengan menggabungkan paratemer kesesuaian lahan permukiman pesisir. Analisis

ini dilakukan untuk mengetahui kawasan yang dapat dikembangkan pada

permukiman pesisir Kabupaten Takalar yaitu Kecamatan Galesong Utara. Untuk

menganalisis kesesuaian lahan permukiman pesisir terdapat beberapa parameter

atau indikator yang digunakan dari beberapa literature, para ahli maupun peraturan

yang terkait serta kondisi lokasi eksisting.

Berikut adalah rumus aritmatika yang digunakan dalam penentuan kawasan

kesesuaian lahan permukiman pesisir :

Keterangan :

a, b, c, dsb. = Bobot tiap variabel dan parameter

X1, X2, X3, dsb. = Nilai tiap variabel

Kemudian kesesuaian lahan permukiman pesisir dalam penelitian ini dibagi ke

dalam tiga kelas yaitu sangat sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Nilai pada setiap

kelas akan ditentukan dengan relatif yaitu melihat nilai maksimum dan nilai

minimum dari hasil penjumlahan dari setiap skor parameter yang berpengaruh pada

kesesuian lahan permukiman pesisir dengan jumlah kelas yang diinginkan.

Berikut rumus mathematic pada penentuan nilai kelas tingkat kesesuaian lahan

permukiman :

Keterangan :

IK = Interval Kelas

Range = Nilai maksimum – nilai minimum

K = Banyaknya kelas yang diinginkan

Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir = {(a x X1) + (b x X2) + (c x X3) + … dsb.}

IK = Range/K

Page 68: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

50

H. Definisi Operasional

1. Kesesuaian lahan diukur berdasarkan kecocokan suatu jenis lahan untuk

penggunaan tertentu yang dinilai dengan analisis kualitas lahan sehubungan

dengan persyaratan suatu jenis penggunaan tertentu.

2. Kemiringan lereng diukur berdasarkan persentase kelerengan yang dapat

terbangun yaitu 0 – 8%.

3. Jenis tanah diukur berdasarkan tingkat kekuatan tanah dalam pembangunan

permukiman.

4. Ketersediaan lahan diukur berdasarkan lahan yang tersedia untuk dikembangkan

yang didasarkan pada penggunaan lahan dilokasi penelitian.

5. Aksesibilitas diukur berdasarkan jarak jalan utama terhadap lahan permukiman

yaitu <500 meter.

6. Ketersediaan air bersih diukur berdasarkan jarak pipa air bersih PDAM terhadap

lahan permukiman yaitu <100 meter.

7. Sarana kenelayanan diukur berdasarkan keterjangkauan sarana nelayan terhadap

permukiman dengan radius 400 meter jarak ideal jangkauan pejalan kaki.

8. Kerawanan bencana diukur berdasarkan daerah yang memiliki tingkat risiko

tinggi terhadap ancaman abrasi pantai.

9. Sempadan pantai diukur berdasarkan garis pantai yaitu >100 meter.

10. Sempadan sungai diukur berdasarkan garis sungai yaitu >50 meter.

11. Kawasan lindung diukur berdasarkan fungsi utama melindungi kelestarian

lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.

12. Kawasan Budidaya diukur berdasarkan fungsi utama untuk dibudidayakan atas

dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber

daya buatan.

13. Jaringan jalan diukur berdasarkan fungsi jalan kolektor, lokal dan lingkungan

beserta kelengkapannya.

14. Batasan wilayah pesisir diukur berdasarkan garis pantai kearah laut lepas/

perairan kepulauan kearah daratan mencakupan wilayah administrasi daratan

dan kearah perairan laut sejauh 12 mil.

15. Sistem Informasi Geografis (SIG) bentuk penyajian informasi terkait dengan

objek berupa wilayah dalam bentuk informasi geospatial.

Page 69: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

51

16. Struktur ruang yang baik terdiri atas sistem jaringan sarana dan prasarana yang

berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat secara hirarki

memiliki hubungan fungsional.

17. Pola ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah yang

meliputi rencana peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya.

18. AHP (Analytic Hierarchy Process) metode untuk membantu dalam menentukan

prioritas dari beberapa kriteria dengan melakukan analisa perbandingan

berpasangan dari masing-masing kriteria yang ada.

19. Software Expert Choice digunakan untuk mengolah indikator/parameter

dominan berdasarkan prinsip perbandingan berpasangan dari hasil kuesioner

responden.

20. Grid Index berupa grid-based peta yang berfungsi sebagai penentu lokasi

pengembangan yang dominan pada kesesuaian lahan.

Page 70: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

52

I. Kerangka Penelitian

Latar Belakang : Kecamatan Galesong Utara memiliki laju perkembangan wilayah yang berlangsung cepat. Laju perkembangan Kecamatan Galesong Utara yang berlangsung cepat salah satunya disebabkan oleh pertumbuhan penduduk sebesar 1,31% (BPS, 2017) yang berada diatas pertumbuhan penduduk Kabupaten Takalar yaitu 1,07%. Pertumbuhan laju penduduk yang kian pesat akan menimbulkan masalah yang berkaitan dengan ketersediaan lahan. Permintaan penduduk terhadap lahan yang tidak terkendali membuat penduduk cenderung mengabaikan peruntukkan dan kemampuan lahan.

Rumusan Masalah : 2. Bagaimana prinsip-prinsip pengembangan

permukiman di wilayah pesisir berdasarkan kesesuaian lahan Kec. Galesong Utara Kab. Takalar?

Fungsi kawasan : 1. Kawasan budidaya 2. Kawasan lindung

Parameter yang digunakan : 1. Sempadan pantai 2. Abrasi Pantai 3. Sarana kenelayanan 4. Ketersediaan air 5. Aksesibilitas 6. Ketersediaan lahan 7. Sempadan Sungai 8. Kemiringan Lereng 9. Jenis Tanah

Analisis Spasial

Analisis AHP, Analisis Overlay, Analisis Deskriptif Kualitatif dan

Kuantitatif

Tinjauan pustaka : • Kesesuaian Lahan • Klasifikasi Fungsi Lahan • Wilayah pesisir • Sarana nelayan • SIG • AHP

Kesesuaian lahan permukiman di wilayah pesisir dan prinsip pengembangan permukiman berdasarkan kesesuaian lahan Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

Prinsip Pengembangan Lokasi Permukiman

INPUT

ANALISIS

OUTPUT

Rumusan Masalah : 1. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan

permukiman di wilayah pesisir Kec. Galesong Utara Kab. Takalar?

Page 71: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Kabupaten Takalar

1. Kondisi Geografis

Kabupaten Kabupaten Takalar merupakan salah satu wilayah kabupaten di

Provinsi Sulawesi Selatan yang terlatak pada bagian selatan. Berdasarkan RTRW

Kabupaten Takalar letak astronomis Kabupaten Takalar berada pada posisi 5°30’ –

5°38’ Lintang Selatan dan 119°22’–119°39’ Bujur Timur, dengan luas wilayah

tercatat 566,51 km². Jarak ibukota Kabupaten Takalar dengan Provinsi Sulawesi

Selatan mencapai 45 km yang melalui Kabupaten Gowa. Secara administrasi

Kabupaten Takalar memiliki wilayah berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kabupaten Gowa

Sebelah Selatan : Selat Makassar

Sebelah Barat : Laut Flores

Sebelah Timur : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Jeneponto

2. Wilayah Administrasi

Wilayah administrasi Kabupaten Takalar hingga tahun 2006 terdiri atas 7

kecamatan, dan pada tahun 2007 mengalami pemekaran wilayah menjadi 9

kecamatan. Dua wilayah kecamatan hasil pemekaran adalah Kecamatan Sanrobone

yang dimekarkan dari Kecamatan Mappakkasunggu, dan Kecamatan Galesong

yang dimekarkan dari Kecamatan Galesong Utara dan Galesong Selatan.

Sumber data dari Kabupaten Takalar Dalam Angka tahun 2017, menunjukkan

wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Polombangkeng Utara dengan luas

kurang lebih 212,25 km², atau sekitar 37,47% dari luas wilayah Kabupaten Takalar,

sedangkan kecamatan yang memiliki luasan terkecil adalah Kecamatan Galesong

Utara dengan luas wilayah kurang lebih 15,11 km² atau sekitar 2,67% dari luas

Kabupaten Takalar. Secara rinci luas masing-masing kecamatan di Kabupaten

Takalar, diuraikan pada tabel 11 dan gambar 6.

Page 72: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

54

Tabel 11. Luas Wilayah Kabupaten Takalar Berdasarkan Jumlah

Kecamatan No Kecamatan Luas

( km² )

Persentase

( % )

1 Mangarabombang 100,50 17,74

2 Mappakasunggu 45,27 7,99

3 Sanrabone 29,36 5,18

4 Palombangkeng

Selatan

88,07 15,55

5 Pattalassang 25,31 4,47

6 Palombangkeng Utara 212,25 37,47

7 Galesong 25,93 4,58

8 Galesong Selatan 24,71 4,36

9 Galesong Utara 15,11 2,67

Jumlah 566,51 100,00

Sumber: RTRW Kabupaten Takalar 2010-2030

Gambar 6. Luas Wilayah Kabupaten Takalar Berdasarkan Jumlah

Kecamatan

Sumber: BPS, Kabupaten Takalar Dalam Angka 2017

Page 73: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

55

3. Topografi dan Kemiringan Lereng

Wilayah Kabupaten Takalar berada pada ketinggian 0 – 1000 meter diatas

permukaan laut (mdpl), dengan bentuk permukaan lahan relatif datar,

bergelombang hingga perbukitan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Takalar

merupakan daerah dataran dan wilayah pesisir dengan ketinggian 0 – 100 mdpl,

yaitu sekitar 86,10% atau kurang lebih 48,778 km². Sedangkan selebihnya

merupakan daerah perbukitan dan berada pada ketinggian diatas 100 mdpl, yaitu

sekitar 78,73 km² (tabel 12), kondisi sebagian besar terdapat pada Kecamatan

Polobangkeng Utara dan Polombangkeng Selatan. Sumber data yang diperoleh dan

hasil analisa GIS, menujukkan keadaan topografi dan kelerengan Kabupaten

Takalar sangat bervariasi, yang secara umum berada pada kisaran 0-2%, 2-15%,

15-30%, 30-40% dan > 40%.

Tabel 12. Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian Dari Permukaan Laut

di Kabupaten Takalar No Kecamatan Luas (Ha) Jumlah

(Ha) 0-100 mdpl 100-500

mdpl

>500 mdpl

1 Mangarabombang 10.050 - - 10.050

2 Mappakasunggu 4.527 - - 4.527

3 Sanrabone 2.936 - - 2.936

4 Palombangkeng

Selatan

7.960 847 - 8.807

5 Pattalassang 2.531 - - 2.531

6 Palombangkeng

Utara

14.199 6.904 122 21.225

7 Galesong 2.593 - - 2.593

8 Galesong Selatan 2.471 - - 2.471

9 Galesong Utara 1.511 - - 1.511

Jumlah 48.778 7.751 122 56.651

Presentase (%) 86,10 13,68 0,22 100

Sumber: RTRW Kabupaten Takalar 2010-2030

Kemiringan lereng dan garis kontur merupakan kondisi fisik topografi suatu

wilayah yang sangat berpengaruh dalam kesesuaian lahan dan banyak

Page 74: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

56

mempengaruhi penataan lingkungan alami. Untuk kawasan terbangun, kondisi

topografi berpengaruh terhadap terjadinya longsor dan terhadap konstruksi

bangunan. Kemiringan lereng merupakan salah satu faktor utama yang menentukan

fungsi kawasan, untuk diarahkan sebagai kawasan lindung atau kawasan budidaya.

4. Klimatologi dan Hidrologi

Kondisi iklim wilayah Kabupaten Takalar dan sekitarnya secara umum ditandai

dengan jumlah hari hujan dan curah hujan yang relatif tinggi, dan sangat

dipengaruhi oleh angina musim. Pada dasarnya angin musim di Kabupaten Takalar

dipengaruhi oleh letak geografis wilayah yang merupakan pertemuan Selat

Makassar dan Laut Flores, kondisi ini berdampak pada putaran angin yang dapat

berubah setiap waktu. Berdasarkan hasil pengamatan stasiun hujan di Kabupaten

Takalar, menunjukkan suhu udara minimum rata-rata 22,2°C hingga 20,4°C pada

bulan Februari - Agustus dan suhu udara maksimum mencapai 30,5°C hingga

33,9°C pada bulan September - Januari.

Tabel 13. Curah Hujan di Kabupaten Takalar

No Bulan Curah

Hujan

Precipitation

(mm³)

Hari

Hujan

1 Januari 356 16

2 Februari 512 21

3 Maret 228 16

4 April 239 14

5 Mei 104 14

6 Juni 193 10

7 Juli 119 11

8 Agustus 3 1

9 September 240 9

10 Oktober 239 18

11 November 262 16

12 Desember 468 24

Jumlah 2.963 170

Sumber: RTRW Kabupaten Takalar 2010-2030

Page 75: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

57

Curah hujan terjadi karena dipengaruhi oleh keadaan iklim dan perputaran atau

pertemuan arus udara. Pada lokasi penelitian rata-rata hari hujan dalam setahun

sekitar 12 hari dengan rata-rata curah hujan setahun sekitar 162 mm. Jumlah hari

hujan banyak terjadi di bulan Februari dan bulan Desember.

5. Jenis Tanah

Keadaan jenis tanah Kabupaten Takalar secara umum termasuk dalam golongan

stadium dewasa dengan tekstur permukaan halus, umunya kondisi tanah tersebut

dipengaruhi fromasi pada pegunungan Bawakaraeng dan Lompobattang. Tatanan

statigrafi pada umumnya terdiri dari endapan Aluvium, Miosen tengah-akhir serta

Eosen akhir-Miosen tengah dengan sedikit terobosan Andesit. Endapan Aluvium

terdiri dari lempung, pasir, lumpur, kerikil dan bongkah batuan yang tidak padu

(lepas). Endapan ini berasal dari hasil desintegrasi batuan yang lebih tua. Struktur

tanah yang terbentuk meliputi jenis tanah entisol, inceptisol, molisol, dan ultisol

(lihat tabel 14).

Jenis tanah yang tersebar pada lokasi penelitian yaitu inceptisol dengan luas

tanah 2.029,48 Ha.

Tabel 14. Klasifikasi Jenis Tanah di Kabupaten Takalar

No Kecamatan Luas Jenis Tanah (Ha)

Inceptisol Ultisiol Molisol Entisol

1 Mangarabombang 6.970,25 847,24 451,34 1.525,74

2 Mappakasunggu 1.154,83 - - 3.896,18

3 Sanrabone 1.869,76 - - -

4 Palombangkeng

Selatan

6.041,31 2.705,62 - -

5 Pattalassang 1.814,24 - - -

6 Palombangkeng

Utara

14.975,05 7.686,92 - -

7 Galesong 2.320,27 - - -

8 Galesong Selatan 1.910,23 - - 86,29

9 Galesong Utara 2.029,48 - - 73,62

Jumlah 39.085,42 11.239,79 451,34 5.581,83

Sumber: RTRW Kabupaten Takalar 2010-2030

Page 76: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

58

Gambar 7. Peta Administrasi Kabupaten Takalar

Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018

Page 77: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

59

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Kondisi Geografis

Lokasi penelitian ini dilakukan pada salah satu wilayah permukiman pesisir

Kabupaten Takalar yaitu Kecamatan Galesong Utara. Berdasarkan BPS Kecamatan

Galesong Utara lokasi penelitian terletak di bagian utara dan berjarak ±27 km dari

ibukota Kabupaten Takalar. Secara astronomis berada diantara 5° 12’55,19” LS -

5° 18’5,85° LS dan 119° 23’1, 77” BT - 119° 22’50,80” BT. Berdasarkan letak

geografisnya Kecamatan Galesong Utara memiliki batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kota Makassar

Sebelah Selatan : Kecamatan Galesong

Sebelah Barat : Selat Makassar

Sebelah Timur : Kabupaten Gowa

2. Wilayah Administrasi

Berdasarkan BPS Kecamatan Galesong Utara wilayah administrasi Kecamatan

Galesong Utara yang terletak di bagian utara Kabupaten Takalar dan berjarak

±15,70 km dari Kota Makassar. Luas wilayah Kecamatan Galesong Utara sekitar

15,11 km² atau sebesar 2,67% dari luas total Kabupaten Takalar.

Kecamatan Galesong Utara memiliki tujuh desa dan satu kelurahan yaitu Desa

Pakabba, Desa Aeng Batu-batu, Desa Tamasaju, Desa Tamalate, Desa

Bontosunggu, Desa Bontolanra, Desa Aeng Towa dan Kelurahan Bontolebang.

Masing-masing desa dan kelurahan memiliki luas wilayah yang beragam,

desa/kelurahan yang memiliki luas paling besar yakni Kelurahan Bontolebang

dengan luas 3,80 km² dan Desa Tamalate yang memiliki luas paling kecil yakni

0,70 km². Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 15. Luas Wilayah Desa/ Kelurahan Menurut Kecamatan Galesong Utara

Tahun 2017

No Desa/ Kelurahan Luas

(km²)

Persentase

( % )

1 Bontosunggu 0,77 5,10

2 Tamasaju 1,13 7,48

3 Bontolebang 3,80 25,15

Page 78: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

60

No Desa/ Kelurahan Luas

(km²)

Persentase

( % )

4 Tamalate 0,70 4,63

5 Aeng Batu-batu 2,17 14,36

6 Bontolanra 3,32 21,97

7 Pakabba 1,01 6,68

8 Aeng Towa 1,01 6,68

Jumlah 15,11 100,00

Sumber: RTRW Kabupaten Takalar Tahun 2010-2030

Page 79: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

61

Gambar 8. Peta Lokasi Penelitian

Sumber: Arcgis diolah kembali oleh penulis, 2018

Page 80: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

62

C. Identifikasi Kawasan Kecamatan Galesong Utara

Kecamatan Galesong Utara merupakan salah satu dari enam kecamatan pesisir

yang berada di Kabupaten Takalar. Pertumbuhan fisik lokasi penelitian sangat

dipengaruhi oleh keberadaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Beba’ dan Tempat

Pelelangan Ikan (TPI) Soreang yang merupakan kawasan stategis Kabupaten

Takalar yang memiliki nilai potensi ekspor strategis wilayah. Kedua sarana

kenelayanan ini memberikan kesempatan bagi pertumbuhan permukiman di

Kecamatan Galesong Utara karena meningkatkan perekonomian bagian kehidupan

perdesaan.

1. Penggunaan Lahan di Kawasan Pesisir

Secara umum penggunaan lahan di pesisir Kabupaten Takalar terdiri atas

pemanfaatan permukiman, sungai, tegalan/ladang, sawah, semak belukar, tubuh air,

pasir, rawa, dan bakau.

Tabel 16. Guna lahan dan Luasan Pesisir Kabupaten Takalar

No Guna Lahan Luas (ha)

1 Permukiman 707

2 Sungai 335

3 Tegalan/ Ladang 7473

4 Sawah 9136

5 Semak Belukar 1196

6 Tubuh Air 45

7 Pasir 496

8 Rawa 1282

9 Bakau 1843

Sumber: RTRW Kabupaten Takalar 2010-2030, 2018

Berdasarkan tabel diatas, penggunaan lahan terbesar pada pesisir Kabupaten

Takalar adalah guna lahan sawah yaitu seluas 9136 Ha. Sedangkan untuk

Penggunaan lahan terkecil adalah tubuh air yaitu hanya seluas 45 Ha.

Page 81: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

63

Gambar 9. Peta Penggunaan Lahan Pesisir Kabupaten Takalar

Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018

Page 82: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

64

2. Kondisi Permukiman

Kawasan permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan

lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan

yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Permukiman yang berada di

daerah pesisir berjarak 0 – 300 meter, sedangkan permukiman yang berada jauh

dari daerah pesisir berjarak 300 meter. Luas kawasan permukiman di lokasi

penelitian yaitu 293 ha. Berikut adalah dokumentas kondisi permukiman dilokasi

penelitian, adapun sebaran permukiman dapat dilihat pada gambar 17.

Tabel 17. Gambar Eksisting Permukiman di Lokasi Penelitian

Nomor

di Peta

Foto Eksisting Keterangan

1

Permukiman yang

berada di daerah

pesisir.

2

Permukiman yang

berada di sempadan

pantai.

3

Permukiman yang

berada pada bekas

abrasi.

4

Permukiman yang

berada dekat dengan

tanggul daerah pesisir.

Page 83: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

65

Nomor

di Peta

Foto Eksisting Keterangan

5

Permukiman yang

berada dekat areal

tambak.

6

Permukiman yang

berada dekat areal

mangrove.

7

Permukiman yang

berada di daerah pesisir

dengan aktifitas

pelelangan ikan.

8

Permukiman yang jauh

dari daerah pesisir.

9

Permukiman yang

berada di daerah

sempadan sungai.

Sumber: Dokumentasi penulis, 2018

3. Kondisi Aksesibilitas

Berdasarkan data dari RTRW Kabupaten Takalar tahun 2010-2030, jaringan

jalan Kabupaten Takalar sepanjang 1.038,51 km dengan permukaan jalan baik,

sedang, rusak hingga rusak berat. Jenis permukaan berupa aspal merupakan jenis

permukaan jalan terbesar di Kabupaten Takalar, yaitu mencapai 601,18 km. Pada

lokasi penelitian terdapat jalan lokal yang menghubungkan satu desa dengan desa

lainnya dan jalan kolektor sekunder sebagai jalan utama yang melintasi wilayah

pesisir Timur Bontolebang ke Timur-Selatan melintasi Galesong Kota, Galesong

Page 84: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

66

Selatan, Sanrobone, Mappakasunggu sampai ke Pattalasang dengan panjang 9,7

km.

4. Jaringan Air Bersih

Pemakaian air untuk kebutuhan air bersih dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat di kawasan pesisir penelitian melalui dua acara, yaitu PDAM dan non

PDAM. Berdasarkan masing-masing kepala desa pada kawasan penelitian bahwa

PDAM memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat dengan membuat

jaringan air bersih yang meliputi hampir seluruh desa di wilayah pesisir karena air

yang dekat dengan pesisir sudah tercemar dengan air laut. Bagi masyarakat yang

belum teraliri jaringan air bersih PDAM, memperoleh air bersih dengan cara sumur

dalam (sumur bor) yang pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat setempat.

5. Daerah Rawan Bencana Abrasi

Wilayah pesisir Kecamatan Galesong Utara merupakan salah satu wilayah di

Kabupaten Takalar yang rawan abrasi. Berdasarkan isu strategis RTRW Kabupaten

Takalar tahun 2010-2030 bahwa kecamatan pesisir yang berhadapan langsung

dengan Selat Makassar merupakan daerah yang sering mengalami bencana abrasi

tiap tahunnya. Dampaknya adalah lahan-lahan pertanian produktif rusak dan

jaringan jalan yang hancur akibatnya. Abrasi disebabkan oleh beberapa faktor,

faktor alam yaitu adanya arus pantai yang tinggi, pasang surut, ombak yang tinggi,

serta angin kencang. Kegiatan manusia seperti penambangan pasir dan reklamasi

pantai. Akibat terjadinya abrasi yaitu permukiman yang berada pada garis pantai

mengalami kerusakan yang parah. Berikut ini peta time series perubahan garis

Gambar 10. Jalan Kolektor Sekunder di Lokasi Penelitian

Sumber: Dokumentasi penulis, 2018

2018

Page 85: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

67

pantai dalam kurun 5 tahun terakhir yang mengalami perubahan akibat bencana

abrasi pantai.

Gambar 11. Garis Pantai tahun 2012 di Lokasi Penelitian

Sumber: Google Earth, 2018

2018

Gambar 12. Perubahan Garis Pantai tahun 2013 di Lokasi Penelitian

Sumber: Google Earth, 2018

2018

Page 86: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

68

Gambar 13. Perubahan Garis Pantai tahun 2014 di Lokasi Penelitian

Sumber: Google Earth, 2018

2018

Gambar 14. Perubahan Garis Pantai tahun 2015 di Lokasi Penelitian

Sumber: Google Earth, 2018

2018

Page 87: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

69

6. Sempadan Pantai

Berdasarkan RTRW Kabupaten Takalar tahun 2010-2030, panjang garis pantai

di Kabupaten Takalar adalah 74 km yang persis berhadapan dengan Selat Makassar

sedangkan panjang garis pantai lokasi penelitian yaitu 9912 meter. Beberapa garis

Gambar 15. Perubahan Garis Pantai tahun 2016 di Lokasi Penelitian

Sumber: Google Earth, 2018

2018

Gambar 16. Perubahan Garis Pantai tahun 2017 di Lokasi Penelitian

Sumber: Google Earth, 2018

2018

Page 88: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

70

pantai dilokasi penelitian tidak sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia

No.27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,

sempadan pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah daratan yang

sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai.

7. Sarana Kenelayanan

Sarana kenelayanan yang terdapat pada lokasi penelitian terdiri atas, Tempat

Pelelangan Ikan (TPI), Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), dermaga, tempat

penjemuran ikan, pabrik es balok, bengkel perahu dan Stasiun Pengisian Bahan

Bakar Nelayan (SPBN). Keberadaan sarana nelayan sangat penting untuk dalam

kegiatan perikanan masyarakat pesisir karena dapat menunjang perekonomian

masyarakat setempat. Pada lokasi penelitian sarana nelayan letaknya menyebar

pada tiap desa yaitu :

1) Desa Tamalate terdapat TPI Soreang dan dermaga Soreang.

2) Desa Tamasaju terdapat PPI Beba’ dan dermaga Beba’.

3) Kelurahan Bontolebang dan Desa Bontosunggu terdapat pabrik es balok.

4) Desa Aeng Batu-batu terdapat SPBN Pantai Batu-batu dan bengkel perahu.

Untuk sebaran saranan kenelayanan dapat dilihat pada gambar 18.

Tabel 18. Gambar Eksisting Sarana Kenelayanan di Lokasi Penelitian

Nomor

di Peta

Foto Eksisting Keterangan

1

PPI Beba’ di Desa

Tamasaju.

2

TPI Soreang di Desa

Tamalate.

Page 89: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

71

Nomor

di Peta

Foto Eksisting Keterangan

3

SPBN (Stasiun

Pengisian Bahan Bakar

Nelayan) di Desa Aeng

Batu-batu.

4

Bengkel perahu di Desa

Aeng Batu-batu.

5

Pabrik es balok di Desa

Bontosunggu.

Sumber: Dokumentasi penulis, 2018

Page 90: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

72

Gambar 17. Peta Sebaran Permukiman di Lokasi Penelitian

Sumber: Penulis, 2018

2018

Page 91: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

73

Gambar 18. Peta Sebaran Sarana Nelayan di Lokasi Penelitian

Sumber: Penulis, 2018

2018

Page 92: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

74

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir

1. Analisis Fungsi Kawasan

Secara umum, fungsi pemanfaatan lahan diklasifikasikan menjadi tiga

kawasan yaitu, kawasan lindung, kawasan peyangga dan kawasan budidaya.

Fungsi kawasan pada lokasi penelitian berdasarkan RTRW Kabupaten Takalar

tahun 2010-2030 terbagi menjadi dua fungsi kawasan yaitu kawasan lindung dan

kawasan budidaya.

Berdasarkan Badan Litbang Dinas Pekerjaan Umum dalam tata cara

pemilihan lokasi prioritas pengembangan permukiman, bebas kawasan lindung

merupakan salah satu syarat yang telah ditetapkan. Kawasan lindung yang telah

ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Takalar yang berada pada lokasi penelitian

yaitu sempadan pantai, dan sempadan sungai.

Berdasarkan Keppres Nomor 32 tahun 1990, sempadan pantai dan sempadan

sungai merupakan kawasan perlindungan setempat yang berfungsi untuk

melindungi kawasan tersebut dari kegiatan budidaya oleh manusia yang dapat

mengganggu kelestarian fungsi dari tiap kawasan sesuai karakteristiknya

sehingga tidak boleh digunakan sebagai lahan budidaya.

Pengolahan ini menggunakan analysis tool berupa buffering sungai sejauh 50

meter dan buffering garis pantai sejauh 100 meter pada software arcgis, sehingga

menghasilkan sempadan sungai dan sempadan pantai. Selanjutnya dilakukan

analisis berupa overlay sempadan pantai dan sempadan sungai terhadap peta

identifikasi fungsi lahan. Analisis overlay sempadan pantai dan sempadan sungai

menemukan hasil sebagai berikut:

Tabel 19. Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya

No Fungsi Kawasan Luas (Ha) Total Luas (Ha)

1 Kawasan Lindung 188 1542

2 Kawasan Budidaya 1354

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Page 93: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

75

Gambar 19. Peta Fungsi Kawasan Pada Lokasi Penelitian

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Page 94: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

76

2. Analisis Kesesuaiaan Lahan Permukiman Pesisir berdasarkan Parameter

Penelitian

Dalam menentukan pembobotan dari masing-masing kriteria yang berpengaruh

terhadap kesesuian lahan permukiman pesisir menggunakan analisis AHP

(Analytical Hierarky Process) dengan software Expert Choice. Untuk menganalisis

permukiman pesisir Kabupaten Takalar pada Kecamatan Galesong Utara terdapat

beberapa indikator yang dirangkum dari telaah pustaka dan peraturan terkait

mengenai permukiman pesisir. Berikut adalah kriteria yang digunakan :

Tabel 20. Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir

No. Parameter Penilaian

1 Kemiringan Lereng Kemiringan lereng berada pada kisaran lereng

0-8% dengan kategori datar.

2 Jenis Tanah Pengelompokkan jenis tanah halus atau kasar

untuk mengidentifikasi tingkat kekuatan tanah

dalam pembangunan permukiman.

3 Ketersediaan Lahan Ketersediaan lahan untuk kawasan permukiman

yaitu tidak berada pada kawasan lindung.

4 Aksesibilitas Jarak jalan utama terhadap lahan permukiman

yaitu <500 meter

5 Ketersediaan Air Jarak pipa air bersih PDAM terhadap lahan

permukiman yaitu <100 meter

6 Sarana Kenelayanan Keterjangkauan sarana kenelayanan terhadap

permukiman dengan radius <400 meter.

7 Rawan Abrasi Daerah yang memiliki tingkat risiko tinggi

terhadap ancaman abrasi pantai

8 Sempadan Pantai Bangunan tidak berada pada garis pantai yaitu

>100 meter

9 Sempadan Sungai Bangunan tidak berada pada garis sungai yaitu

>50 meter

Sumber: Modifikasi Penulis, 2018

Analisis AHP dilakukan untuk membandingkan kriteria dalam pemilihan lokasi

permukiman, sehingga akan menghasilkan bobot dari kriteria yang telah ditentukan

untuk analisis selanjutnya. Hasil dari analisis AHP dapat dilihat dari nilai

konsistensinya, jika nilai konsistensi dari hasil olahan kurang 0,10 maka dianggap

konsisten apabila sebaliknya lebih dari 0,10 tidak konsistensi atau harus diulang

kembali perhitungannya. Berikut adalah hasil analisis AHP dari setiap responden

yang berprofesi dari akademisi dan pemerintahan.

Page 95: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

77

Gambar 20. Penentuan Kriteria

Sumber: Modifikasi Penulis, 2018

Analisis Kesesuian Lahan

Permukiman Pesisir

Sarana

Kenelayanan

Penggunaan

Lahan

Aksesibilitas

Ketersediaan Air

Bersih

Rawan Abrasi

Sempadan

Pantai

Desa di Pesisir Kecamatan Galesong

Utara Kabupaten Takalar

Kemiringan

Lereng Jenis Tanah Sempadan

Sungai

Page 96: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

78

a. Responden dari Pemerintah 1

Responden yang pertama merupakan responden yang berasal dari pemerintahan

yaitu dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Takalar. Hasil matriks dari kuesioner

kesesuian lahan permukiman pesisir dari 9 kriteria perbandingan menunjukkan

bahwa kriteria yang paling berpengaruh yaitu ketersediaan air bersih dengan

persentase 32,6%, kemiringan lereng dengan persentase 18,1%, sarana kenelayanan

dengan persentase 15,3%, aksesibilitas dengan persentase 8,1%, penggunaan lahan

dengan persentase 7,1%, sempadan pantai dengan persentase 6,3% selajutnya

rawan abrasi dengan persentase 5,3%. Untuk kriteria jenis tanah serta sempadan

sungai yaitu 4,6% dan 2,6%. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria yang paling

berpengaruh dalam kesesuaian lahan permukiman pesisir yaitu ketersediaan air

bersih dan yang tidak berpengaruh yaitu sempadan sungai. Dari hasil olahan

software expert choice yang telah dilakukan dapat dilihat jika nilai inkonsistensi

sebesar 0,06 sehingga dapat disimpulkan responden konsisten dalam menjawab

kuesioner.

Gambar 21. Nilai Responden Pemerintah 1

Sumber: Hasil Analisis, 2018

b. Responden dari Pemerintah 2

Responden yang kedua merupakan responden yang berasal dari pemerintahan

juga yaitu dari Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Hasil matriks dari

kuesioner kesesuian lahan permukiman pesisir dari 9 kriteria perbandingan

menunjukkan bahwa kriteria yang paling berpengaruh yaitu ketersediaan air bersih

dengan persentase 25,5%, sempadan pantai dengan persentase 19,2%, sarana

kenelayanan dengan persentase 14,1%, rawan abrasi dengan persentase 10,5%,

penggunaan lahan dengan persentase 9,8%, kemiringan lereng dengan persentase

Page 97: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

79

9,5% selajutnya rawan aksesibilitas dengan persentase 5,2%. Untuk kriteria

sempadan sungai serta jenis tanah yaitu 3,9% dan 2,4%. Hal ini menunjukkan

bahwa kriteria yang paling berpengaruh dalam kesesuaian lahan permukiman

pesisir yaitu ketersediaan air bersih dan yang tidak berpengaruh yaitu jenis tanah.

Dari hasil olahan software expert choice yang telah dilakukan dapat dilihat jika nilai

inkonsistensi sebesar 0,10 sehingga dapat disimpulkan responden konsisten dalam

menjawab kuesioner.

Gambar 22. Nilai Responden Pemerintah 2

Sumber: Hasil Analisis, 2018

c. Responden dari Masyarakat

Responden dari masyarakat yaitu diwakili oleh 1 orang Konsultan yang bekerja

di PT Global Consultant Makassar dengan latar belakang berpendidikan tinggi.

Hasil matriks dari kuesioner kesesuian lahan permukiman pesisir dari 9 kriteria

perbandingan menunjukkan bahwa kriteria yang paling berpengaruh yaitu

ketersediaan air bersih dengan persentase 23,7%, kemiringan lereng dengan

persentase 18,8%, sarana kenelayanan dengan persentase 13,2%, penggunaan lahan

dengan persentase 12,8%, sempadan pantai dengan persentase 10,1%, rawan abrasi

dengan persentase 9,5% selanjutnya jenis tanah dengan persentase 5,6%. Untuk

kriteria aksesibilitas dan sempadan sungai yaitu 4,1% dan 2,3%. Hal ini

menunjukkan bahwa kriteria yang paling berpengaruh dalam kesesuaian lahan

permukiman pesisir yaitu ketersediaan air bersih dan yang tidak berpengaruh yaitu

sempadan sungai. Dari hasil olahan software expert choice yang telah dilakukan

dapat dilihat jika nilai inkonsistensi sebesar 0,09 sehingga dapat disimpulkan

responden konsisten dalam menjawab kuesioner.

Page 98: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

80

Gambar 23. Nilai Responden Masyarakat

Sumber: Hasil Analisis, 2018

d. Responden dari Akademisi 1

Responden yang keempat merupakan akademisi dibidang Perencanaan

Wilayah dan Kota. Hasil matriks dari kuesioner kesesuian lahan permukiman

pesisir dari 9 kriteria perbandingan menunjukkan bahwa kriteria yang paling

berpengaruh yaitu ketersediaan air bersih dengan persentase 28,9%, sempadan

pantai dan sempadan sungai dengan persentase 16%, penggunaan lahan dengan

persentase 10,2%, sarana kenelayanan dengan persentase 7,9%, ketersediaan air

bersih dengan persentase 7,7% dan rawan abrasi dengan persentase 6,3%. Untuk

kriteria jenis tanah dan aksesibilitas yaitu 4% dan 2,9%. Hal ini menunjukkan

bahwa kriteria yang paling berpengaruh dalam kesesuaian lahan permukiman

pesisir yaitu kemiringan lereng dan yang tidak berpengaruh yaitu aksesibilitas. Dari

hasil olahan software expert choice yang telah dilakukan dapat dilihat jika nilai

inkonsistensi sebesar 0,08 sehingga dapat disimpulkan responden konsisten dalam

menjawab kuesioner.

Gambar 24. Nilai Responden Akademisi 1

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Page 99: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

81

e. Responden dari Akademisi 2

Responden yang terakhir merupakan akademisi dibidang Perencanaan Wilayah

dan Kota. Hasil matriks dari kuesioner kesesuian lahan permukiman pesisir dari 9

kriteria perbandingan menunjukkan bahwa kriteria yang paling berpengaruh yaitu

ketersediaan air bersih dengan persentase 21,8%, kemiringan lereng dengan

persentase 20,1%, sarana kenelayanan dengan persentase 15,4%, sempadan pantai

dengan persentase 12,8%, aksesibilitas dengan persentase 9,4%, rawan abrasi

dengan persentasi 9% selanjutnya penggunaan lahan dengan persentase 5,1%.

Untuk kriteria sempadan sungai serta jenis tanah yaitu 3,6% dan 2,9%. Hal ini

menunjukkan bahwa kriteria yang paling berpengaruh dalam kesesuaian lahan

permukiman pesisir yaitu ketersediaan air bersih dan yang tidak berpengaruh yaitu

jenis tanah. Dari hasil olahan software expert choice yang telah dilakukan dapat

dilihat jika nilai inkonsistensi sebesar 0,09 sehingga dapat disimpulkan responden

konsisten dalam menjawab kuesioner.

Gambar 25. Nilai Responden Akademisi 2

Sumber: Hasil Analisis, 2018

f. Kombinasi Responden

Berdasarkan hasil dari matriks perbandingan kriteria kesesuaian lahan

permukiman pesisir dari gabungan lima responden menunjukkan bahwa dari 9

kriteria yang paling berpengaruh adalah ketersediaan air bersih dengan persentase

21,5%, kemiringan lereng dengan persentase 19%, sarana kenelayanan dengan

persentase 14,1%, sempadan pantai dengan persentase 13,3%, penggunaan lahan

dengan persentase 9,2%, rawan abrasi dengan persentase 8,4%, aksesibilitas

dengan persentase 5,9%, sempadan sungai dengan persentase 4,6% dan yang

terakhir jenis tanah dengan persentase 4%.

Page 100: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

82

Gambar 26. Nilai Hasil Gabungan Responden

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Dari hasil olahan menggunakan software expert choice dapat dilihat jika nilai

inconsistency sebesar 0,02 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan

gabungan semua responden konsisten dalam menjawab kuesioner.

Berdasarkan hasil gabungan responden maka diperoleh bobot dari setiap

parameter kesesuaian lahan permukiman pesisir yang digunakan untuk analisis

selanjutnya.

Tabel 21. Bobot Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir

No Parameter Bobot (%)

1 Ketersediaan Air Bersih 21,5

2 Kemiringan Lereng 19

3 Sarana Kenelayanan 14,1

4 Sempadan Pantai 13,3

5 Ketersediaan Lahan 9,2

6 Rawan Abrasi 8,4

7 Aksesibilitas 5,9

8 Sempadan Sungai 4,6

9 Jenis Tanah 4

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Setelah memberikan bobot terhadap masing-masing parameter, selanjutnya

akan dimasukkan ke software Arcgis 10.1 dan kemudian melakukan analisis spasial

yaitu dengan menggunakan metode overlay peta.

Page 101: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

83

3. Analisis Spasial Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir

Analisis kesesuaian lahan permukiman pesisir menggunakan analisis spasial

yaitu overlay peta dan menggabungkan semua kriteria yang berpengaruh terhadap

kesesuaian kawasan permukiman di wilayah pesisir berdasarkan hasil kuesioner

AHP yang telah dilakukan peneliti.

a. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng dan garis kontur merupakan kondisi fisik topografi suatu

wilayah yang sangat berpengaruh dalam kesesuaian lahan dan banyak

mempengaruhi penataan lingkungan alami. Untuk kawasan terbangun, kondisi

topografi berpengaruh terhadap terjadinya longsor dan terhadap konstruksi

bangunan. Kemiringan lereng sangat berpengaruh dalam kestabilan lahan, pada

lereng yang curam sering terjadi longsor dan rawan terhadap erosi. Jika lahan

mempunyai karakteristik demikian maka akan berbahaya bagi lokasi permukiman.

Kemiringan lereng yang sangat sesuai untuk kawasan permukiman yaitu 0-8%

dengan kategori datar. Berikut adalah penilaian kisaran lereng dengan tingkat

kesesuaian bagi kawasan permukiman.

Tabel 22. Penilaian Kriteria Kemiringan Lereng Kecamatan Galesong Utara

Kisaran

Lereng

Kategori Nilai Kelas Bobot

(%)

Skor

(Bobot x

Nilai)

0 – 8% Datar 5 Sangat

sesuai

19 0,95

8 – 15% Landai 3 Cukup

Sesuai

19 0,57

>15% Sangat

curam

1 Tidak

sesuai

19 0,19

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan tabel 22 dari hasil analisis AHP bahwa parameter kemiringan

lereng memiliki bobot 19% dan hasil nilai perkalian dengan bobot tertinggi dengan

nilai 0,95 dan nilai terendah dengan nilai 0,19. Kemiringan lereng yang terdapat

pada lokasi penelitian hanya terdiri dari satu jenis kemiringan lereng berdasarkan

data shapefile RTRW Kabupaten Takalar tahun 2010-2030.

Page 102: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

84

Gambar 27. Peta Kemiringan Lereng di Lokasi Penelitian

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Page 103: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

85

b. Jenis Tanah

Salah satu keuntungan mengetahui jenis tanah adalah untuk memudahkan

mengetahui jenis penggunaan lahan mana yang cocok untuk kawasan tersebut.

Jenis tanah yang terdapat pada lokasi penelitian hanya terdiri dari satu jenis tanah

saja berdasarkan data shapefile RTRW Kabupaten Takalar tahun 2010-2030 yaitu

inceptisol. Jenis tanah iceptisol termasuk kedalam jenis tanah andosol, gleihumus

dan alluvial yang banyak terdapat pada dataran pantai atau aliran sungai. Jenis tanah

iceptisol menyebar mulai di lingkungan iklim kering sampai lembab. Berikut

adalah penilaian jenis tanah dengan tingkat kesesuaian bagi kawasan permukiman

berdasarkan data RTRW Kabupaten Takalar tahun 2010-2030.

Tabel 23. Penilaian Kriteria Tekstur Tanah Kecamatan Galesong Utara

Jenis

Tanah

Nilai Kelas Bobot

(%)

Skor

(Bobot x

Nilai)

Iceptisol 5 Sangat

sesuai

4 0,2

Ultisol 3 Cukup

Sesuai

4 0,12

Regosol 1 Tidak

sesuai

4 0,04

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan tabel 23 dari hasil analisis AHP bahwa parameter jenis tanah

memiliki bobot 4% dan hasil nilai perkalian dengan bobot tertinggi dengan nilai 0,2

dan nilai terendah dengan nilai 0,04.

Page 104: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

86

Gambar 28. Peta Jenis Tanah di Lokasi Penelitian

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Page 105: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

87

c. Ketersediaan Air Bersih

Ketersediaan air bersih merupakan kebutuhan utama dalam pemilihan lokasi

permukiman karena air digunakan untuk menunjang segala kegiatan manusia

seperti keperluan rumah tangga, pariwisata, tempat ibadah, tempat komersil atau

tempat umum lainnya serta kebutuhan air untuk irigasi baik pertanian maupun

perikanan. Terdapat beberapa sumber air bersih yaitu sumur gali, sumur bor dan

PDAM Kabupaten Takalar.

Tabel 24. Luas yang terlayani Air Bersih PDAM di Lokasi Penelitian

No. Jarak pipa utama terhadap

permukiman

Luas yang terlayani (ha)

1 <100 m 294

2 100 – 500 m 745

3 >500 m 503

Jumlah 1542

Sumber: Hasil Survei, 2018

Penentuan kriteria analisis ketersediaan air bersih pada lokasi penelitian yaitu

berdasarkan jarak perpipaan air PDAM terhadap permukiman. Pada Kecamatan

Galesong Utara dalam hal pengadaan air bersih dipenuhi melalui dua cara yaitu

PDAM dan nonPAM. PDAM memberikan pelayanan air besih kepada masyarakat

yang berada pada pesisir pantai karena air yang berada pada wilayah pesisir sudah

tercemar dengan air laut (payau). Bagi masyarakat yang belum teraliri jaringan air

PDAM, memperoleh air bersih dengan memanfaatkan sumur bor atau membuat

sambungan pipa PDAM yang mencakup lahan radius pelayanan PDAM.

Tabel 25. Klasifikasi Jaringan Pipa Air Bersih PDAM

Kriteria Jarak pipa

utama terhadap

permukiman

Nilai Kelas Bobot

(%)

Skor

(Bobot x

Nilai)

Sangat memadai <100 m 5 Sangat

sesuai

21,5 1,07

Memadai 100 – 500 m 3 Cukup

Sesuai

21,5 0,64

Tidak memadai >500 m 1 Tidak sesuai 21,5 0,215

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Analisis air bersih ini dilakukan dengan analisis tool berupa buffering peta

jaringan pipa air bersih PDAM sesuai kelas dan kriteria yang telah ditentukan

seperti pada tabel 25. Berdasarkan tabel 25 hasil analisis AHP bahwa zona

Page 106: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

88

pelayanan PDAM memiliki bobot 21,5% dan hasil nilai perkalian dengan bobot

tertinggi dengan nilai 1,07 dan nilai terrendah dengan nilai 0,215.

Gambar 29. Peta Zona Pelayanan PDAM di Lokasi Penelitian

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Page 107: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

89

d. Aksesibilitas

Jaringan jalan sangat penting untuk permukiman dalam rangka kemudahan

pergerakan dan tingkat pencapaian manusia. Aksesibilitas menjadi salah satu

pertimbangan dalam pemilihan lokasi tempat tinggal, kemudahan suatu kawasan

untuk mencapai tempat kerja, berbelanja, fasilitas pelayanan jasa, pendidikan dan

kesehatan merupakan faktor penarik bagi perkembangan kawasan tersebut.

Analisis aksesibilitas berupa jalan yang menghubungkan wilayah permukiman

yang ada yang terkait dengan pencapaian dari dan ke kawasan permukiman dengan

jaringan jalan utama. Jaringan jalan arteri dan kolektor dijadikan sebagai dasar

analisis karena memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi. Namun, dikarenakan

tidak adanya jalan arteri yang melintasi lokasi penelitian, maka jaringan jalan yang

digunakan hanya jaringan jalan kolektor saja.

Tabel 26. Luas lahan dari jalan kolektor terhadap permukiman di Lokasi Penelitian

No. Jarak jalan utama terhadap

permukiman

Luas lahan (ha)

1 <500 m 856

2 500 – 1000 m 396

3 >1000 m 290

Jumlah 1542

Sumber: Hasil Survei, 2018

Penelitian ini mengklasifikasikan jarak lahan dari jalan kolektor menjadi tiga

kelas dapat dilihat pada tabel 27. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lahan

permukiman yang mempunyai jarak semakin dekat dengan jalan utama akan

memiliki nilai tambah daripada lahan permukiman yang mempunyai jarak yang

jauh dari jalan utama.

Tabel 27. Klasifikasi Jaringan Jalan Kolektor di Kecamatan Galesong Utara

Kriteria Jarak jalan

utama terhadap

permukiman

Nilai Kelas Bobot

(%)

Skor

(Bobot x

Nilai)

Sangat dekat <500 m 5 Sangat

sesuai

5,9 0,29

Dekat 500 – 1000 m 3 Cukup

sesuai

5,9 0,17

Jauh >1000 m 1 Tidak sesuai 5,9 0,059

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Page 108: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

90

Berdasarkan tabel 27 dari hasil analisis AHP bahwa klasifikasi jaringan jalan

kolektor terhadap lahan memiliki bobot 5,9% dan hasil nilai perkalian dengan bobot

tertinggi dengan nilai 0,29 dan nilai terendah dengan nilai 0,059.

Gambar 30. Peta Buffer Jalan Utama di Lokasi Penelitian

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Page 109: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

91

e. Rawan Abrasi

Pada parameter kerawanan bencana hanya dibatasi yaitu abrasi pantai saja

dengan pertimbangan abrasi pantai sering terjadi pada lokasi penelitian setiap

tahunnya. Abrasi pantai merupakan kerusakan yang terjadi pada garis pantai akibat

pasang surut, gelombang laut serta arus laut. Kegiatan atau aktifitas manusia seperti

penambangan pasir dan reklamasi pantai juga dapat memicu terjadinya abrasi

pantai.

Tabel 28. Jumlah rumah yang terkena dampak abrasi pantai

No. Desa Radius (m) Rumah yang terkena

abrasi

1 Aeng Batu-batu 20 25

2 Tamalate 25 35

3 Tamasaju 20 25

4 Bontosunggu 20 25

Jumlah 110

Sumber: Hasil Survei, 2018

Pada lokasi penelitian desa yang memiliki tingkat rawan abrasi pantai yaitu desa

yang yang berada dipesisir pantai seperti Desa Aeng Batu-batu, Desa Tamalate,

Desa Tamasaju dan Desa Bontosunggu. Dari tabel diatas dapat dilihat Desa

Tamalate merupakan desa yang memiliki dampak paling besar terhadap abrasi

pantai di lokasi penelitian.

Tabel 29. Klasifikasi Rawan Abrasi di Kecamatan Galesong Utara

Kriteria Radius

(m)

Nilai Kelas Bobot

(%)

Skor

(Bobot x

Nilai)

Tidak rawan >100 5 Sangat

sesuai

8,4 0,42

Rawan 50 – 100 3 Cukup

sesuai

8,4 0,25

Sangat rawan <50 1 Tidak

sesuai

8,4 0,084

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Pertimbangan dalam penentuan nilai yaitu kawasan peruntukan permukiman

tidak berada pada daerah rawan bencana yang tertuang dalam permen PU No 41

tahun 2007. Selanjutnya analisis pada tahap ini menetapkan bahwa kawasan

permukiman harus berada diluar daerah rawan bencana, terutama bahaya tanah

longsor, gelombang pasang dan abrasi (PP No. 26 Tahun 2008).

Page 110: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

92

Gambar 31. Peta Rawan Bencana Abrasi di Lokasi Penelitian

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Page 111: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

93

f. Sarana Kenelayanan

Keberadaan sarana nelayan sangat penting untuk menunjang kegiatan perikanan

masyarakat pesisir. Pada lokasi penelitian sarana nelayan letaknya menyebar pada

tiap desa yaitu:

1) Desa Tamalate terdapat TPI Soreang dan dermaga soreang

2) Desa Tamasaju terdapat PPI Beba’ dan dermaga Beba’

3) Kelurahan Bontolebang dan Desa Bontosunggu terdapat pabrik es balok

4) Desa Aeng Batu-batu terdapat SPBN Pantai Batu-batu

Kriteria yang digunakan dalam radius pencapaian sarana nelayan terhadap

permukiman yaitu 400 meter jarak ideal jangkauan pejalan kaki berdasarkan SNI

03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan dan

permukiman.

Tabel 30. Luas keterjangkauan sarana kenelayanan di Kecamatan Galesong Utara

No. Radius (m) Luas yang terjangkau (ha)

1 <400 214

2 400 – 800 447

3 >800 881

Jumlah 1542

Sumber: Hasil Survei, 2018

Adapun kategori sangat terjangkau pada lokasi penelitian seluas 214 ha,

kategori cukup terjangkau dengan radius 400-800 m seluas 447 ha dan tidak

terjangkau dengan radius >800 m seluas 881 ha.

Tabel 31. Klasifikasi Sarana Kenelayanan di Kecamatan Galesong Utara

Kriteria Nilai Kelas Bobot

(%)

Skor (Bobot x

Nilai)

Sangat terjangkau 5 Sangat sesuai 14,1 0,70

Cukup terjangkau 3 Cukup sesuai 14,1 0,42

Tidak terjangkau 1 Tidak sesuai 14,1 0,141

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Dari hasil buffering menunjukkan kawasan permukiman yang terjangkau

dengan sarana kenelayanan yaitu hampir di seluruh desa yang berada dipesisir

pantai Kecamatan Galesong Utara seperti Desa Aeng batu-batu, Desa Tamalate,

Desa Tamasaju, dan Desa Bontosunggu. Sedangkan kawasan yang tidak terjangkau

berada jauh dari pesisir pantai yaitu Desa Pakabba, Desa Bontolanra, dan Desa

Bontolebang.

Page 112: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

94

Gambar 32. Peta Radius Sarana Nelayan di Lokasi Penelitian

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Page 113: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

95

g. Sempadan Pantai

Sempadan pantai merupakan kawasan tertentu sepanjang pantai yang

mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.

Perlindungan terhadap sempadan pantai ini dilakukan untuk melindungi wilayah

pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Garis sempadan

pantai tersebut membatasi lahan yang boleh dikembangkan untuk keperluan

bangunan seperti permukiman. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ekosistem

pantai agar tidak terganggu aktivitas harian manusia, dan juga menjaga manusia

dari bahaya akibat kejadian alam di pinggir laut.

Tabel 32. Jumlah rumah yang melewati sempadan pantai di Lokasi Penelitian

No. Desa Rumah

1 Aeng Batu-batu 512

2 Tamalate 436

3 Tamasaju 283

4 Bontosunggu 231

Jumlah 1462

Sumber: Hasil Survei, 2018

Pada lokasi penelitian hanya sebagian desa yang mempertimbangkan sempadan

pantai untuk aktifitas sehari-hari. Dapat dilihat pada tabel 31 terdapat beberapa

permukiman yang melewati sempadan pantai sehingga mengubah garis pantai yang

ada.

Tabel 33. Klasifikasi Sempadan Pantai di Kecamatan Galesong Utara

Kriteria Nilai Kelas Bobot

(%)

Skor (Bobot x

Nilai)

>100 m 5 Sangat

sesuai

13,3 0,66

100 m 3 Cukup

sesuai

13,3 0,39

<100 m 1 Tidak sesuai 13,3 0,133

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan tabel 33 dari hasil analisis AHP bahwa klasifikasi sempadan

pantai memiliki bobot 13,3% dan hasil nilai perkalian dengan bobot tertinggi

dengan nilai 0,66 dan nilai terrendah dengan nilai 0,133.

Page 114: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

96

Gambar 33. Peta Sempadan Pantai di Lokasi Penelitian

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Page 115: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

97

h. Sempadan Sungai

Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai

buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk

mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan

sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat

mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai

serta mengamankan aliran sungai.

Tabel 34. Jumlah rumah yang melewati sempadan sungai di Lokasi Penelitian

No. Desa Rumah

1 Aeng Batu-batu 23

2 Aeng Towa 67

3 Tamasaju 13

Jumlah 103

Sumber: Hasil Survei, 2018

Pada lokasi penelitian hanya beberapa desa yang berada pada sekitar sungai

yaitu Desa Aeng Batu-batu, Desa Aeng Towa dan Desa Tamasaju. Dari beberapa

desa tersebut terdapat permukiman yang melewati sempadan sungai sehingga

mengubah garis sempadan sungai.

Tabel 35. Klasifikasi Sempadan Sungai di Kecamatan Galesong Utara

Kriteria Nilai Kelas Bobot

(%)

Skor (Bobot x

Nilai)

>50 m 5 Sangat

sesuai

4,6 0,23

50 m 3 Cukup

sesuai

4,6 0,13

<50 m 1 Tidak sesuai 4,6 0,046

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan tabel 35 dari hasil analisis AHP bahwa klasifikasi sempadan

sungai memiliki bobot 4,6% dan hasil nilai perkalian dengan bobot tertinggi dengan

nilai 0,23 dan nilai terrendah dengan nilai 0,046.

Page 116: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

98

Gambar 34. Peta Sempadan Sungai di Lokasi Penelitian

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Page 117: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

99

i. Ketersediaan Lahan

Ketersediaan lahan menjadi hal penting untuk penentuan pengembangan

kawasan permukiman yang sesuai. Lahan yang menjadi prioritas adalah lahan yang

tersedia untuk dikembangkan, lahan yang tersedia didasarkan pada penggunaan

lahan di lokasi eksisting yaitu: kawasan tersebut belum terbangun untuk kawasan

permukiman dan kawasan permukiman pada pola ruang. Berdasarkan pola ruang

Kabupaten Takalar di Kecamatan Galesong Utara sekitar 88% merupakan kawasan

budidaya dan sekitar 12% merupakan kawasan lindung. RTRW Kabupaten Takalar

2010-2030 menunjukkan di Kecamatan Galesong Utara kawasan budidaya

sebagian besar diperuntukkan untuk kawasan permukiman sebesar 293 ha dan lahan

sawah sebesar 931 ha. Penggunaan lahan yang lebih kecil yaitu tambak dengan luas

lahan 6 ha.

Tabel 36. Penggunaan Lahan di Kecamatan Galesong Utara

No. Penggunaan Lahan Luas (ha)

1 Tambak 6

2 Semak belukar 54

3 Sawah 931

4 Tegalan/ladang 129

5 Permukiman 293

6 Lahan kosong 7

7 Sempadan pantai 122

Jumlah 1542

Sumber: RTRW Kabupaten Takalar 2010-2030

Peta penggunaan lahan digunakan untuk menentukan ketersediaan lahan untuk

kawasan permukiman. Lahan terbangun pada penggunaan lahan dikawasan

penelitian Kecamatan Galesong Utara merupakan kategori lahan tidak tersedia.

Tabel 37. Klasifikasi Penggunaan Lahan Pesisir di Kecamatan Galesong Utara

Kriteria Nilai Kelas Bobot

(%)

Skor (Bobot x

Nilai)

Lahan kosong/ lahan

terbuka dan belukar

5 Sangat

sesuai

9,2 0,46

Tambak, tegalan, dan

sawah

3 Cukup

sesuai

9,2 0,27

Sempadan pantai/

kawasan lindung

1 Tidak sesuai 9,2 0,092

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Page 118: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

100

Berdasarkan tabel 37 dari hasil analisis AHP bahwa klasifikasi ketersediaan

lahan memiliki bobot 9,2% dan hasil nilai perkalian dengan bobot tertinggi dengan

nilai 0,46 dan nilai terrendah dengan nilai 0,092.

Gambar 35. Peta Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian

Sumber: RTRW Kabupaten Takalar 2010-2030

Page 119: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

101

j. Kesimpulan

Indikator-indikator yang digunakan dalam analisis kesesuaian lahan

permukiman pesisir yaitu ketersediaan air bersih, kemiringan lereng, sarana

kenelayanan, sempadan pantai, penggunaan lahan, rawan abrasi, aksesibilitas,

sempadan sungai dan jenis tanah. Sebelumnya diberikan nilai dan bobot dari hasil

analisis AHP lalu dikalikan sehingga akan didapatkan kisaran skor yang

menentukan kelas kesesuain lahan permukiman pesisir. Untuk skor maksimum dan

minimum kesesuaian lahan permukiman pesisir dapat dilihat pada tabel 38.

Tabel 38. Skor Min. dan Skor Maks. Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir

Indikator Bobot

(%)

Nilai

Min.

Skor Min

(Bobot x Nilai

Min.)

Nilai

Maks.

Skor Maks

(Bobot x Nilai

Maks.)

Ketersediaan Air

Bersih

21,5 1 0,215 5 1,075

Kemiringan Lereng 19 1 0,19 5 0,95

Sarana

Kenelayanan

14,1 1 0,141 5 0,705

Sempadan Pantai 13,3 1 0,133 5 0,665

Penggunaan Lahan 9,2 1 0,092 5 0,46

Rawan Abrasi 8,4 1 0,084 5 0,42

Aksesibilitas 5,9 1 0,059 5 0,295

Sempadan Sungai 4,6 1 0,046 5 0,23

Jenis Tanah 4 1 0,04 5 0,2

Jumlah 1 5

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Setelah mendapatkan skor minimal dan skor maksimal selanjutnya mencari

interval kelas kesesuaian lahan permukiman pesisir dengan menggunakan metode

aritmatika. Dengan rumus sebagai berikut:

IK = Range/K

IK = 5-1/3

IK = 1,333333

Page 120: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

102

Keterangan:

IK = Interval Kelas

Range = Skor maksimum – skor minimum

K = Banyaknya kelas yang diinginkan

Dari perhitungan diatas maka diperoleh interval kelas kesesuaian lahan

permukiman yaitu 1,333333 dan klasifikasi kesesuaian lahan permukiman terbagi

tiga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 39 kelas kesesuaian lahan

permukiman pesisir.

Tabel 39. Kelas Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir

No Klasifikasi Interval Kelas

1 Sesuai 3,67 – 5

2 Cukup sesuai 2,33 – 3,66

3 Tidak sesuai 1 – 2,32

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Penggabungan indikator dilakukan dengan menggunakan aplikasi Arcgis

dengan analisis overlay untuk memperoleh hasil dari kesesuaian lahan. Penentuan

kesesuaian lahan berdasarkan nilai dan bobot dari seluruh indikator yang telah

ditentukan peneliti. Setelah itu dilakukan penjumlahan semua skor indikator.

Dari hasil analisis diketahui luas untuk kategori sangat sesuai adalah 110 ha

kategori cukup sesuai adalah 939 ha, sedangkan luas untuk kategori tidak sesuai

adalah 493 ha dari luas keseluruhan yang ada di Kecamatan Galesong Utara.

Berikut ini adalah hasil ketersediaan peruntukan lahan kawasan permukiman baru

berdasarkan hasil dari analisis superimpose (overlay) kesembilan faktor diatas

dapat diihat pada tabel berikut:

Tabel 40. Ketersediaan Lahan Kawasan Permukiman Pesisir

No Kelas Kesesuaian Luas (ha) Persentase (%)

1 Sesuai 110 7

2 Cukup sesuai 939 61

3 Tidak sesuai 493 32

Jumlah 1542 100

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Page 121: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

103

Gambar 36. Peta Grid Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir di Lokasi Penelitian

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Page 122: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

104

Dari hasil analisis maka dihasilkan 3 kelas kesesuaian lahan permukiman di

Kecamatan Galesong Utara yaitu sangat sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41 dan gambar 36.

Tabel 41. Kesesuaian Lahan Permukiman Pesisir di Kecamatan Galesong Utara

No

Desa

Luas

Wilayah

(km²)

Klasifikasi Kesesuaian (ha)

Sangat

sesuai

Cukup

sesuai

Tidak sesuai

1 Bontosunggu 0,77 20 120 58

2 Tamasaju 1,13 18 189 106

3 Bontolebang 3,80 17 189 115

4 Tamalate 0,70 31 89 45

5 Aeng Batu-Batu 2,17 24 88 56

6 Aeng Towa 1,01 - 51 28

7 Pakabba 1,01 - 73 25

8 Bontolanra 3,32 - 140 60

Jumlah 13,91 110 939 493

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Hasil penggabungan peta indikator kesesuaian lahan permukiman pesisir

menghasilkan kelas seperti pada tabel diatas. Terdapat dua desa yang memiliki

kelas sesuai untuk lahan permukiman paling besar, yaitu Desa Tamalate dan Desa

Aeng Batu-batu, untuk kelas cukup sesuai untuk lahan permukiman paling besar

yaitu Desa Bontolebang dan Desa Bontosunggu selanjutnya untuk kelas tidak

sesuai paling besar berada pada Desa Bontolebang dan Desa Tamasaju. Berikut

penjelasan mengenai kelas kesesuaian lahan permukiman pesisir.

a) Kawasan permukiman dengan klasifikasi sesuai

Dari hasil overlay peta didapatkan kawasan permukiman pesisir dengan

klasifikasi kelas sangat sesuai memiliki luas sebesar 110 Ha dimana lahan ini sangat

cocok dikembangkan sebagai lokasi permukiman dengan memiliki skor yang tinggi

untuk semua parameter yang digunakan dalam menganalisis kesesuaian lahan

permukiman pesisir. Desa yang termasuk dalam klasifikasi kelas ini yaitu Desa

Bontosunggu, Desa Tamasaju, Desa Aeng Batu-batu, Desa Bontolebang dan Desa

Tamalate.

Page 123: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

105

b) Kawasan permukiman dengan klasifikasi cukup sesuai

Dari hasil overlay peta didapatkan kawasan permukiman pesisir dengan

klasifikasi kelas cukup sesuai memiliki luas sebesar 939 Ha dimana lahan ini cukup

berat dan belum bisa diatasi pada masa sekarang sehingga mempengaruhi jenis

penggunaan lahan tertentu dengan konsekuensi perlu biaya tambahan untuk

menanggulangi kendala tersebut. Desa dengan klasifikasi cukup sesuai yaitu Desa

Bontolebang dan Desa Tamasaju 189 Ha disusul Desa Bontolanra 140 Ha

sedangkan kesesuaian lahan paling kecil yaitu Desa Aeng Towa 51 Ha.

c) Kawasan permukiman dengan klasifikasi tidak sesuai

Kawasan yang tidak sesuai untuk lahan permukiman pesisir sebesar 493 Ha,

lahan yang tidak sesuai ini merupakan lahan dengan kondisi fisik memiliki tingkat

yang tidak sesuai secara permanen untuk dikembangkan menjadi kawasan

permukiman, meskipun dengan sentuhan teknologi tetap harus dijadikan sebagai

kawasan lindung. Sebagian besar lahan dengan klasifikasi tidak sesuai ini

merupakan kawasan lindung seperti sempadan pantai, sempadan sungai, sawah

irigasi dan kawasan rawan abrasi pantai.

B. Prinsip-prinsip Pengembangan Permukiman di Wilayah Pesisir

Berdasarkan Tingkat Kesesuaian Lahan Kecamatan Galesong Utara

Prinsip-prinsip pengembangan permukiman di wilayah pesisir diukur

berdasarkan hasil dari kesesuaian lahan Kecamatan Galesong Utara yaitu:

1. Ketersediaan Air Bersih

a) Pembuatan sumur infiltrasi disepanjang pantai untuk memperbaiki kualitas

air tanah yang telah terkena intrusi air asin.

b) Sumber air bersih yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang

cukup, untuk air PDAM suplai air 60-100 liter/orang/hari.

c) Prasana air bersih harus memenuhi syarat. Kualitas sebagai air bersih dan

minum baik secara fisik, kimia dan biologis yaitu tidak berasa, tidak berbau,

tidak mengandung zat-zat kimia dalam jumlah berlebih serta tidak

mengandung bakteri yang dapat membahayakan kesehatan.

2. Aksesibilitas

a) Kawasan peruntukkan permukiman terjangkau oleh transportasi umum.

Page 124: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

106

b) Prasarana jalan harus sesuai dengan SNI yang berlaku.

3. Rawan Abrasi

a) Melakukan pembuatan tanggul pemecah ombak.

b) Harus memperhatikan garis sempadan pantai yang sesuai yaitu >100 meter

dari titik pasang tertinggi kearah darat.

4. Sarana Kenelayanan

a) Pembangunan sarana nelayan tidak mengganggu fungsi garis sempadan

pantai dan sesuai dengan perda yang ditetapkan.

b) Keberadaan sarana nelayanan harus saling menunjang satu sama lain.

5. Sempadan Pantai

a) Penegasan terhadap undang-undang terkait garis sempadan pantai yaitu

minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi kearah darat.

b) Sosialisasi terhadap masyarakat mengenai undang-undang terkait garis

sempadan pantai.

6. Sempadan Sungai

a) Penetapan lebar atau wilayah sempadan sungai sebagai peyangga

kelestarian fungsi sungai yaitu >50 meter.

b) Tidak melakukan kegiatan yang mengganggu garis sempadan sungai.

7. Ketersediaan Lahan

a) Ketersediaan lahan yang digunakan tidak mengganggu kawasan lindung

yang ada.

b) Penetapan lokasi kawasan nelayan berdasarkan kriteria kelayakan teknis

yaitu, berdekatan dengan budidaya ikan maupun industri perikanan atau

kegiatan usaha kelautan lainnya.

c) Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan

peruntukan permukiman di perdesaan dengan menyediakan lingkungan

yang sehat dan aman dari bencana alam.

Page 125: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

107

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan yaitu :

1. Kesesuaian lahan permukiman di wilayah pesisir Kecamatan Galesong Utara

berdasarkan parameter yang digunakan yaitu sempadan pantai, rawan abrasi,

sarana kenelayanan, ketersediaan air bersih, aksesibilitas, sempadan sungai,

kemiringan lereng, jenis tanah dan ketersediaan lahan menggunakan metode

AHP dan overlay peta menghasilkan tiga kelas kesesuaian lahan permukiman

di wilayah pesisir yaitu klasifikasi sangat sesuai adalah 110 hektar, cukup sesuai

939 hektar, dan tidak sesuai 493 hektar.

2. Prinsip-prinsip pengembangan permukiman di wilayah pesisir berdasarkan

tingkat kesesuaian lahan Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar yaitu:

1) Ketersediaan Air Bersih

a. Pembuatan sumur infiltrasi disepanjang pantai untuk memperbaiki

kualitas air tanah yang telah terkena intrusi air asin.

b. Sumber air bersih yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang

cukup, untuk air PDAM suplai air 60-100 liter/orang/hari.

c. Prasana air bersih harus memenuhi syarat. Kualitas sebagai air bersih

dan minum baik secara fisik, kimia dan biologis yaitu tidak berasa, tidak

berbau, tidak mengandung zat-zat kimia dalam jumlah berlebih serta

tidak mengandung bakteri yang dapat membahayakan kesehatan.

2) Aksesibilitas

a. Kawasan peruntukkan permukiman terjangkau oleh transportasi umum.

b. Prasarana jalan harus sesuai dengan SNI yang berlaku.

3) Rawan Abrasi

a. Melakukan pembuatan tanggul pemecah ombak.

b. Harus memperhatikan garis sempadan pantai yang sesuai yaitu >100

meter dari titik pasang tertinggi kearah darat.

Page 126: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

108

4) Sarana Kenelayanan

a. Pembangunan sarana nelayan tidak mengganggu fungsi garis sempadan

pantai dan sesuai dengan perda yang ditetapkan.

b. Keberadaan sarana nelayanan harus saling menunjang satu sama lain.

5) Sempadan Pantai

a. Penegasan terhadap undang-undang terkait garis sempadan pantai yaitu

minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi kearah darat.

b. Sosialisasi terhadap masyarakat mengenai undang-undang terkait garis

sempadan pantai.

6) Sempadan Sungai

a. Penetapan lebar atau wilayah sempadan sungai sebagai peyangga

kelestarian fungsi sungai yaitu >50 meter.

b. Tidak melakukan kegiatan yang mengganggu garis sempadan sungai.

7) Ketersediaan Lahan

a. Ketersediaan lahan yang digunakan tidak mengganggu kawasan lindung

yang ada.

b. Penetapan lokasi kawasan nelayan berdasarkan kriteria kelayakan teknis

yaitu, berdekatan dengan budidaya ikan maupun industri perikanan atau

kegiatan usaha kelautan lainnya.

c. Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan

peruntukan permukiman di perdesaan dengan menyediakan lingkungan

yang sehat dan aman dari bencana alam.

B. Saran

1. Arahan permukiman di Kecamatan Galesong Utara sebaiknya tidak berada pada

kawasan lindung dalam ini sempadan pantai maupun sempadan sungai.

2. Dibutuhkan kebijakan atau peraturan terkait pemanfaatan ruang pada kawasan

lindung maupun budidaya yang tegas untuk mengurangi dampak pemanfaatan

ruang yang tidak sesuai dengan kesesuaian lahannya.

3. Penelitian ini hanya menggunakan parameter-parameter yang masih terbatas

sehingga perlu ditambahkan parameter-parameter lainnya yang lebih detail dan

metode yang lebih kompleks.

Page 127: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

xvii

DAFTAR PUSTAKA

Basri, Iqsan. 2016. Kesesuaian Lahan Permukiman di Wilayah Sub Urban Kota

Kendari. Skripsi Universitas Hasanuddin. Makassar.

Baja, Sumbangan. 2012. Buku Perencanaan Tata Guna Lahan Dalam

Pengembangan Wilayah – Pendekatan Spasial dan Aplikasinya. Yogyakarta.

Budiharto, E. 2009. Perumahan dan Permukiman di Indonesia. Bandung.

Dahuri, R. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara

Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.

Ekadinata, Dkk 2008. Sistem Informasi GIS Untuk Pengelolaan Bentang Lahan

Berbasis Sumber Daya Alam. Bogor.

Fauzi, Yulian. 2009. Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Bengkulu

Melalui Perancangan Model Spasial dan SIG. Universitas Bengkulu.

Ferli, Fajri. Dkk. 2012. Studi Abrasi Pantai Padang Kota Padang Provinsi Sumatera

Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan.

Fitroh, Purwi. Dkk. 2015. Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman Berbasis Sistem

Informasi Geografis. Prodi Teknik Geodesi. Universitas Diponegoro.

Hilmansyah, Hilmi. 2015. Kajian Perkembangan dan Kesesuaian Lahan

Permukiman Eksisting di Kecamatan Indramayu. Jurusan Perencanaan

Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro.

Kadarsyah, Suryadi dan Ramdhani, M Ali. 1998. Sistem Pendukung Keputusan:

Suatu Wacana Struktural Idealiasasi dan Implementasi Konsep Pengambilan

Keputusan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Khadiyanto, Parfi. 2005. Tata Ruang Berbasis pada Kesesuaian Lahan. Universitas

Diponegoro. Semarang.

Muta’ali, Luthfi. 2013. Penataan Ruang Wilayah dan Kota. Fakultas Geografi

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Prahasta, 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar (Perspektif

Geodesi dan Geomatika). Bandung.

Profil Desa Tamalate Kecamatan Galesong Utara Tahun 2015.

Risdayanti, Andi. 2017. Kesesuaian Lahan Konservasi, Tambak dan Permukiman

di Kabupaten Jeneponto. Skripsi Universitas Hasanuddin. Makassar.

Roziqin, Arif. 2015. Pemodelan SIG Untuk Kesesuaian Lahan Permukiman

Wilayah Pesisir Nongsa di Pulau Batam. Teknik Geomatika. Politeknik

Batam.

Kabupaten Takalar Dalam Angka tahun 2017.

Kecamatan Galesong Utara Dalam Angka tahun 2017.

Kodeartie, Robert dan Roestam Syarief. 2010. Buku Tata Ruang Air. Penerbit Andi.

Page 128: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

xviii

Saaty, Thomas. 1993. Analitik Pengambilan Keputuan Bagi Para Pemimpin, Proses

Hirarki Untuk Pengambilan Keputusan Seri Manajemen No.134. Jakarta: PT.

Pustaka Binaman Pressindo.

Sukamadinata. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit Graha Aksara.

Bandung

Supriharyono. 2009. Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir

dan Laut Tropis.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit CV

Alfabeta. Bandung.

Taridala, Sabrillah. 2017. Model Penentuan Lokasi Potensial Prasarana Mitigasi

Bencana Kebakaran Perkotaan Sebagai Salah Satu Dasar Penataan Ruang

Wilayah Kota Pantai Di Kota Kendari. Makassar, Disertasi, Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Hasanuddin.

Tarigan, M. Salam. 2007. Perubahan Garis Pantai di Wilayah Pesisir Perairan

Cisadane Provinsi Banten.

Taufiqurrahman, 2015. Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman di Pesisir Kota

Pekalongan. Semarang, Tesis Universitas Diponegoro Semarang.

Tato, Syahriar. 2013. Analisis Ketersediaan Sarana Permukiman di Kawasan

Tanjung Bunga.

Eka, Windi dkk. 2015. Penentuan Kesesuaian Lahan Permukiman di Kabupaten

Jember Dengan Menggunakan Metode AHP. Prodi Sistem Infomasi.

Universitas Jember.

Yulian, Dkk. 2009. Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Bengkulu

Melalui Perancangan Model Spasial Dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

Bengkulu, Jurnal Fakultas MIPA Universitas Bengkulu.

Yunus, H. Sabari. 1999. Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Peraturan yang terkait :

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.20/KPTS/1986 Tentang Pedoman Teknik

Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun.

Keputusan Presiden Republik Indonesia No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan

Kawasan Lindung.

Permen Pekerjaan Umum No.41 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan

Budidaya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan.

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor

15/PERMEN/M/2006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan

Pengembangan Kawasan Nelayan. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Page 129: KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI WILAYAH ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Cicing, Caca, Ainun, Fadil, dan Habibi. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru penulis

xix

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor

32/PERMEN/M/2006 Pasal 72 Tentang Pembangunan Drainase. Badan

Standarisasi Nasional, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

416/Menkes/PER/IX/1990 Tentang Air Bersih. Badan Standarisasi Nasional,

Jakarta.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Takalar Tahun 2010-2030.

SK. Mentan No. 837/Kpts/Um/11/1980 Tentang Kriteria Dan Tata Cara Penetapan

Hutan Lindung.

SNI 03-1733-2004 Tentang Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.