kertas kerja analisis biaya

17
Kertas Kerja Ekonomi Managerial 2013

Upload: bambang-andjar

Post on 24-Nov-2015

56 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Analisa Biaya

TRANSCRIPT

Kertas Kerja Ekonomi Managerial2013 Kajian Biaya Terhadap Kontinuitas Operasional PerusahaanBambang Andjar Prasetyono MM Angk.8/1221016

Kajian Biaya Terhadap Kontinuitas Operasional Perusahaan

I. PendahuluanKonsep dasar analisis biaya dalam sistem industri membahas hal-hal yang berkaitan dengan keunggulan kompetitif dalam dunia usaha melalui reduksi biaya produksi, konsep biaya kualitas, konsep dasar biaya produksi jangka pendek dan jangka panjang, dan beberapa hubungan antara biaya dan produksi. Perlunya pemahaman terhadap konsep ini sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan di dalam kelangsungan bisnis suatu perusahaan.II. Tujuan1. Memahami konsep dasar biaya dalam kondisi jangka pendek, tetapi dalam arah jangka panjang yang berguna untuk pembuat keputusan manajerial yang berkaitan dengan kontinuitas operasional perusahaan.2. Memahami penerapan konsep-konsep biaya melalui solusi masalah bisnis yang dibahas dalam kertas kerja ini.III. Landasan Teori dan Studi Pustaka2.1Teori BiayaBiaya menurut prinsip ekonomi dari Mankiw (2006) adalah apa yang dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu. Dalam pengertian sehari-hari biaya sering disama artikan dengan ongkos, padahal dalam tata praktik keuangan dan akuntasi apalagi dalam pengertian ekonomi (secara keseluruhan) pengertian itu jelas beda. Biaya sering berhubungan dengan pengeluaran yang mengharapkan kontraprestasi dari tujuannya, dan biasanya hasilnya baru bisa dinikmati dimasa yang akan datang. Sedangkan ongkos (expenses) sering berhubungan dengan pengeluaran sebagai imbal jasa karena sudah memanfaatkan sesuatu barang atau jasa saat itu juga. Misalkan membuat rumah untuk dikontrakkan pengeluarannya disebut sebagai biaya pembangunan rumah. Sedangkan membuat rumah hanya untuk tempat tinggal sendiri pengeluarannya disebut sebagai ongkos. Pengeluaran untuk transportasi atas kunjungan bisnis disebut biaya, akan tetapi bila kunjungan itu hanya untuk wisata maka disebut ongkos, dan masih banyak contoh lain yang dapat dilihat sehari-hari. Lalu apakah kemudian perbedaan atas pengertian ongkos dan biaya itu akan membahayakan dunia perekonomian? Bisa ya bisa tidak. Bila suatu pengeluaran yang bertujuan untuk mendapat keuntungan dimasa yang akan datang dianggap sebagai ongkos maka akan merugikan pihak yang mengeluarkan dana. Sebaliknya bila ongkos dianggap sebagai biaya maka tentu saja akan merugikan si penerima. Dalam akuntansi pengertian biaya dan ongkos terkadang disamakan karena kedua-duanya dianggap sebagai beban.Sedangkan konsep produksi jangka panjang menurut Gaspersz (2011) merupakan sebuah konsep dimana semua input diperlakukan sebagai input variabel, dan tidak ada input tetap. Hal dimana juga berlaku bahwa semua biaya dianggap sebagai biaya variabel (variable cost), dan tidak ada biaya tetap. Konsep biaya jangka panjang diperlukan oleh manajer untuk menentukan skala operasi dari sebuah perusahaan.Berkaitan dengan biaya dan hubungannya dengan perusahaan, Case dan Fair (2007) menyatakan bahwa semua perusahaan dalam situasi jangka pendek (short-run conditions) dan arah jangka panjang (long-run directions) akan mempunyai kondisi-kondisi sebagai berikut:a. Perusahaan mendapatkan laba positif;b. Perusahaan mengalami kerugian, tetapi terus beroperasi;c. Perusahaan yang memutuskan menghentikan operasinya, dan menanggung kerugian yang setara dengan biaya tetapnya.Kertas kerja ini akan secara khusus membahas point b. yaitu suatu kondisi dimana perusahaan mengalami kerugian, tetapi terus beroperasi. 2.2 Konsep Dasar Biaya Produksi Jangka Pendek (Short-run Production Cost) Menurut Gaspersz (2011) biaya dalam ekonomi manajerial mencerminkan efesiensi produksi,sehingga konsep biaya juga mengacu kepada konsep produksi, hanya apabila pada konsep produksi kita membicarakan penggunaan input secara fisik dalam menghasilkan output produksi, maka dalam konsep biaya kita menghitung penggunaan input itu dalam nilai ekonomi yang disebut biaya. Sesuai dengan konsep produksi jangka pendek, dimana terdapat input tetap (fixed input) dan input variabel (variable input), maka pada dasarnya biaya yang diperhitungkan dalam produksi jangka pendek adalah biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).1. Biaya tetap (fixed cost = FC) yaitu segala macam biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan tidak memandang apakah perusahaan itu sedang menghasilkan barang atau tidak. Biaya tetap ini biasanya dalam bentuk gaji karyawan, abodemen, sewa dan lain sebagainya. Secara teoritis jenis biaya ini sangat penting dan krusial bagi perusahaan, karena setidaknya biaya tetap ini akan mempengaruhi operasional perusahaan dalam hal penentuan tingkat impas, penentuan tingkat leverage dan maksimum biaya. Dalam tahap dimana perusahaan tidak berproduksi maka biaya tetap adalah merupakan biaya totalnya. Jadi FC = TC2. Biaya Variabel (Variabel Cost = VC). Yaitu segala macam biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan besar kecilnya unit produksi yang dihasilkan. Bila dimisalkan tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan tidak digaji melainkan diupah, maka bebannya termasuk dalam biaya variabel ini, bukan dalam biaya tetap. Secara teoritis biaya variabel dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu : Biaya variabel yang bersifat progresif. Yaitu biaya variabel yang nilainya semakin besar seiring dengan semakin bertambahnya beban produksi. Biaya variabel yang bersifat proporsional yaitu biaya variabel yang proporsi nilainya sama dengan proporsi pertambahan beban produksi. Biaya variabel yang bersifat degresif yaitu biaya variabel yang nilainya semakin menurun seiring bertambahnya beban produksi.Oleh karena VC ini berhubungan dengan unit produksi maka VC = v*Q3. Biaya total (Total Cost = TC) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan baik yang bersifat tetap maupun yang bersifat variabel. Sehingga : TC = FC + VC TC = FC + vQ. Oleh karena biaya variabel adalah salah satu unsur biaya total maka macam biaya total pun mengikuti macam biaya variabel yaitu bersifat progresif, proporsional dan degresif.Secara bisnis biaya total yang bersifat progresif relatif jarang kecuali bagi perusahaan yang cara kerjanya tidak efisien, menggunakan mesin-mesin tua dan aus, atau bisa juga perusahaan yang banyak meggunakan teknologi tinggi dan terkini. Yang paling umum pada perusahaan adalah biaya total proposional dan degresif. Biaya total yang bersifat degresif berhubungan dengan skala ekonomis produksi (perbandingan terbalik antara produksi dengan biaya). Lebih umum lagi biasanya sifat dari biaya itu tergabung dalam satu operasi produksi perusahaan sehingga kemungkinannya adalah :a. Tahap awal produksi biaya meningkat secara progresif karena masih kurang penghematan dan efisiensi produksi. Tahap berikutnya biaya total akan relatif proporsional lalu akan cenderung menurun karena adanya skala ekonomis dalam produksi.b. Tahap awal biaya bertambah secara proposional lalu menurun akan tetapi karena skala produksi semakin membesar maka biaya bertambah secara progresif.c. Tahap awal biaya bersifat progresif lalu hanya sebentar bersifat proposional kemudian akan cenderung degresif.Macam biaya jangka pendek berikutnya adalah :4. Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost = AFC) adalah proporsi biaya tetap terhadap jumlah produksi (output) atau setara dengan FC, Q. tentu saja semakin besar jumlah produksi maka semakin kecil nilai AFC meskipun demikian nilainya sangat tidak berhingga dan tidak akan menjadi bernilai nol (0). Kurvanya tentu saja akan menurun dari batas kiri ke kanan bawah (kearah sumbu produksi)5. Biaya variabel rata-rata (Average Variable cost = AVC) adalah proporsi biaya variabel terhadap jumlah produksi atau setara dengan VC, Q. Untuk kasus biaya variabel yang bersifat proporsional maka AVC = v, karena VC = vQ, sedangkan AVC = VC , Q = vQ, Q. Bila digambarkan kurvanya tentu saja akan berbentuk garis lurus sejajar dengan sumbu produksi dan sejajar dengan kurva biaya tetap. Berbeda dengan apabila biaya variabel yang bersifat proporsional itu berlaku untuk faktor produksi (misalkan tenaga kerja - TK) sebagai misal 1 tenaga kerja upahnya Rp25.000 menghasilkan barang sebanyak 10, berarti AVCnya sebesar Rp25.000 , 10 = Rp2500 , 2 TK berarti VC = Rp50.000,- menghasilkan barang sebanyak 30, berarti AVCnya = Rp50.000 , 30 = Rp1666,67 dan 10 TK berarti Rp250.000 menghasilkan barang sebanyak 120, berarti AVCnya = Rp250.000 , 120 = 2083,33 (dalam konteks seperti contoh ini kurvanya AVC tentu saja menurun dari kiri atas kekanan bawah lalu sampai pada titik tertentu akan kembali naik ke kanan atas)6. Biaya total rata-rata (Average Total Cost = Average Cost = AC) yaitu proporsi biaya total terhadap jumlah produksi atau , padahal TC = FC +VC, sehingga : , jadi biaya total rata-rata tidak lain adalah jumlah biaya tetap rata-rata ditambah dengan biaya produksi/unit. Bentuk kurvanya kurang lebih sama dengan bentuk kurva AFC, karena biaya produksi per unit tetap.7. Biaya Marginal (Marginal Cost = MC) yaitu tambahan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk penambahan unit yang diproduksi. Bila perhitungan biaya marginal dihitung secara total maka disebutlah ia sebagai biaya marginal total (), sedangkan bila yang dimaksud adalah tambahan biaya setiap menambah 1 unit produksi maka disebut sebagai biaya marginal per unit () atau sering disebut sebagai biaya marginal saja.Secara teoritis bahwa dalam skala produksi tertentu biaya yang dikeluarkan itu relatif efisien (skala produksi ekonomis), akan tetapi bila produksi ditambah terus dengan cara menambah tenaga kerja, maka penambahan itu tidak akan memberikan tambahan yang berarti kepada peningkatan produksi, akibatnya ratio biaya terhadap produksi tentu saja akan semakin naik. Manakala ratio biaya terhadap penambahan produksi ini semakin naik (biaya produksi rata-rata semakin naik), maka itu adalah pertanda bahwa perusahaan harus mempertimbangkan untuk menambah input (tentu saja pengecualian untuk biaya tetap rata-rata, karena semakin banyak jumlah produksi maka semakin kecil biaya tetap rata-ratanya meskipun tidak akan mungkin menjadi nol).Secara logika sederhana bila biaya rata-rata naik terhadap faktor produksi atau jumlah produksi maka nilai produksi akan semakin mahal dan tentu saja akan mempersulit penjualan padahal penjualan adalah tujuan akhir dari proses operasi perusahaan (meskipun tidak ada jaminan juga bahwa rendahnya harga jual akan mempermudah penjualan).Secara teoritis biaya adalah merupakan fungsi dari kuantitas produksi atau TC = f(Q) baik dalam bentuk linier maupun dalam bentuk kuadrat atau kubik. Dalam bentuk linier fungsi biaya tidak lain adalah merupakan penjumlahan langsung dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC) yaitu : TC = FC + VC atau TC = FC + vQ

2.3 Kondisi dan Tujuan PerusahaanDalam kondisi jangka pendek (short-run) dan arah tujuan jangka panjang (long-run), Case dan Fair (2007) memberikan beberapa posisi perusahaan sebagai berikut :a. Jika mendapatkan Laba Positif dalam jangka pendek, maka perusahaan akan didorong untuk terus meraih laba dan berekspansi untuk jangka panjang;b. Jika mengalami Kerugian dalam jangka pendek, perusahaan akan berada dalam posisi yang tersudut, karena masih harus membayar biaya tetap, meskipun menghentikan produksi. Dalam jangka panjang, mendorong perusahaan untuk keluar dari industric. Keputusan penutupan usaha bergantung pada apakah penerimaan bisa menutup biaya variabel .Jika penerimaan bisa diusahakan melampaui biaya variabel, laba operasi (operating profit) bisa menutup biaya tetap dan mengurangi kerugian .d. Ketika harga berada di bawah titik minimum (juga merupakan perpotongan dengan biaya marjinal, dan disebut juga titik penutupan usaha - shut-down point) dari kurva biaya variabel rata-rata: Penerimaan total lebih kecil dari biaya variabel total Laba operasi menjadi negatif Perusahaan akan tutupe. Di semua harga di atas titik penutupan usaha, kurva MC memperlihatkan tingkat output yang memaksimalkan laba. Di semua harga di bawah titik penutupan usaha, output jangka pendek optimal sama dengan nol. f. Kurva penawaran jangka pendek (short-run supply curve) adalah bagian dari kurva biaya marjinal yang berada di atas kurva biaya variabel rata-ratag. Bergesernya kurva penawaran industri disebabkan oleh: Dalam kondisi jangka pendek, perubahan biaya marjinal secara industri; Dalam kondisi jangka panjang, perusahaan yang masuk ke atau keluar dari industri.

IV. PembahasanDalam kondisi normal sebuah perusahaan, apapun bentuknya mempunyai tujuan untuk memaksimalkan laba. Setidaknya kondisi Break-even point dapat tercapai. Akan tetapi dalam kondisi usaha yang disebutkan dalam point 2.1 (b), perusahaan tetap beroperasi sejauh pendapatannya dapat mengurangi kerugian jangka panjang.

Contoh dalam kertas kerja ini adalah sebuah usaha cuci Mobil bernama CLINK. Rencana produksi usaha ini adalah 100 (seratus) mobil per minggu dengan harga jasa sebesar Rp. 50.000 per-mobil. Untuk rencana produksi sebesar 100 (seratus) mobil seminggu itu, business owner diharuskan menggandeng investor dengan kesepakatan menyetor Rp 1.000.000 perminggu kepada investornya selama jangka waktu satu tahun, selain biaya-biaya lain berupa Kontrak pemeliharaan untuk mesin hidrolik dan asuransinya sebesar Rp. 1.000.000 perminggu selama jangka waktu satu tahun , upah tukang cuci sebesar Rp 1.000.000 perminggu, dan biaya bahan (sabun dll) sebesar Rp 600.000 perminggu. Dengan rencana produksi ini, diperhitungkan akan dibukukan laba Rp 400.000 perminggu.

Tabel 4.1 Tabel Biaya Minggua Cuci Mobil Clink

TOTAL VARIABLE COSTSTOTAL COSTS(dalam ribuan rupiah)

TOTAL FIXED COSTS (TFC)(TVC) (100 Mobil)(TC = TFC + TVC)Rp3,600

10040

1Setoran Normal kepada InvestorRp1,0001Upah Rp1,000Total revenue (TR)

2Bahan600pada P = Rp 40 >> (100 x Rp 40)Rp4,000

2Biaya Tetap (Kontrak Maintenance, Asuransi dll)Rp1,000Rp1,600Profit (TR TC)Rp400

Rp2,000

Akan tetapi bagaimana kondisi berubah ?. Persaingan semakin ketat dan rencana produksi tidak berjalan sebagaimana mestinya karena jumlah mobil yang di cuci tidak mencapai jumlah yang diinginkan, sehingga sang business owner menghadapi situasi yang membuatnya harus berpikir keras dan mengambil keputusan atas kelangsungan usahanya. Sementara setoran kepada investor dan kontrak dengan perusahaan pemeliharaan alat cuci hidrolik masih menjadi kewajibannya.Dalam situasi ini beberapa alternatif yang dapat dilakukan adalah :1. Menutup usaha (ekstrim) ;2. Tetap beroperasi, dengan rencana produksi tetap , menurunkan harga jasa, akan tetapi dengan kemungkinan menanggung kerugian.Gambaran biaya dari 2 (dua) alternatif tersebut disajikan dalam tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Tabel Biaya Alternatif Keputusan Operasi Cuci Mobil Clink

Alt 1: TUTUPAlt 2: Beroperasi di harga = Rp 25

(dalam ribuan rupiah)

Total Revenue (q = 0)Rp0Total Revenue (Rp. 25 x 100)Rp2,500

Fixed costsRp2,000Fixed costsRp2,000

Variable costs+Rp0Variable costs+Rp1,600

Total costsRp2,000Total costsRp3,600

Profit/loss (TR TC)Rp2,000Operating profit/loss (TR TVC)+Rp900

Total profit/loss (TR TC)Rp1,100

Dari tabel 4.2 di atas terlihat bahwa bila :a. Business owner melakukan penutupan usaha, maka dia akan menanggung kerugian sebesar Rp 2.000.000 perminggu dan harus ditanggung selama kontraknya dengan investor dan perusahaan pemeliharaan alat cuci hidrolik;b. Business owner melakukan penurunan harga jasa dari Rp. 40.000 permobil menjadi Rp 25.000 permobil, maka dia akan menanggung kerugian total sebesar Rp. 1.100.000 perminggu. Akan tetapi dengan tetap beroperasi biaya upah dan bahan yang muncul dapat ditutup dengan pendapatannya dan bahkan masih dapat membukukan laba operasional (operating profit) sebesar Rp. 900.000 perminggu.

V. Kesimpulan1. Meminimalisasi kerugian adalah sisi penting lain dari sebuah usaha produksi atau bisnis;2. Dalam perhitungan biaya, jika pendapatan melebihi biaya variabel maka laba operasi (operating profit) akan bernilai positif dan dapat digunakan untuk menutup biaya tetap dan mengurangi kerugian, sehingga usaha atau perusahaan mempertahankan kontinuitas operasinya;3. Di sisi lain, jika pendapatan lebih kecil dari biaya variabel, maka usaha atau perusahaan akan menanggung kerugian operasi (operating loss) yang akan mendorong kerugian total di atas jumlah biaya tetap. Dalam kondisi ini maka usaha atau perusahaan dapat meminimalisasi kerugian dengan berhenti beroperasi atau dengan kata lain menutup usaha tersebut;4. Dalam contoh usaha cuci mobil CLINK di atas, keputusan yang seharusnya diambil oleh business owner adalah tetap beroperasi dengan menurunkan harga jasa. Dengan keputusan tersebut maka business owner akan : Tetap dapat membayar setoran kepada investor dan membayar kontrak pemeliharaan; Mempekerjakan karyawan (sebagai bentuk kepedulian sosial); Menyusun rencana produksi yang lebih tajam dan efektif.Tentu saja hal lain yang mendukung tercapainya program pendukung rencana produksi seperti Marketing Mix dan Supply Chain Improvement perlu mendapatkan perhatian khusus untuk memenangkan persaingan.

Daftar Pustaka

Buku:1. Salvatore, Dominick., Schaum Outline :Theory and Problems of Managerial Economics, 1st Edition, McGraw-Hill, 1989, United Stated of America; 2. Mankiw, N. Gregory , Principles of Economics , Pengantar Ekonomi Mikro , Edisi Ketiga, Penerbit SalembaEmpat, 2006, Jakarta, Indonesia;3. Case, Karl E. dan Fair, Ray C, Prinsip-prinsip Ekonomi (Principles of Economics), Edisi Kedelapan, Jilid I, Penerbit Erlangga, 2007, Jakarta, Indonesia;4. Gaspersz, Vincent, Ekonomi Manajerial(Managerial Economics), Landasan Analisis dan Strategi Bisnis untuk Manajemen Perusahaan dan Industri, Cetakan Kedelapan, Penerbit Vinchristo Publication, 2011, Bandung, Indonesia.Jurnal Artikel:1. McLemore, Dan L., Whipple, Glenn., Spielman, Kimberly., OLS and Frontier Function Estimates of Long Run Average Cost for Tennessee Livestock Auction Markets, Southern Journal of Agricultural Economics, University of Tennessee December, 1983, United Stated of America;2. Filani Zikri, Analisis Perubahan Biaya terhadap Perolehan Laba Industri Moulding dengan Menggunakan Pendekatan Biaya-Kapasitas-Laba pada PT Sako Indah Gemilang Palembang, Jurnal Ilmiah Kesatuan, Vol.2, No.2, Akademi Kesatuan Palembang, Oktober, 2000, Palembang, Indonesia;3. Yuliani, Hubungan Efisiensi Operasional dan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang GO PUBLIC di Bursa efek Jakarta, Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya, Vol.5, No.10, Universitas Sriwijaya, Desember, 2007, Palembang, Indonesia;4. Alaghi, Kheder., Labor Productivity Indexes & Operating Profit, International Journal of Business & Management Tomorrow, Vol.1, No.3, Armenian Stated Agrarian University, December, 2011, Armenia;5. Lies Ernawati, Analisis Pengetahuan Akuntansi dan Kepribadian Wirausaha terhadap Kinerja Manajerial pada Perusahaan Jasa, Jurnal Ekonomi EKONOMIKA, Vol.4, No.2, halaman. 65-69, Program Studi Akuntansi Universitas Airlangga, Desember, 2011, Surabaya, Indonesia.

Artikel Berita:

1. Wahyu Utomo, Laba Operasi Merpati Rp 500 juta Sehari, Tabloid Jurnal Nasional, Jumat, 22 Juni 2012, Jakarta, Indonesia.

Kertas Kerja Ekonomi Manajerial : Kajian BiayaTerhadap Kontinuitas Operasi Perusahaan9