kepemimpinan wanita: gaya kepemimpinan dan proses...
TRANSCRIPT
KEPEMIMPINAN WANITA: GAYA KEPEMIMPINAN DAN
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMIMPIN WANITA
(STUDI KASUS: SMP CENDEKIA BAZNAS)
Tesis
Disusun Oleh :
AYU SUKMAYANI
NIM: 21160181000016
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439 H
i
ABSTRAK
KEPEMIMPINAN WANITA: GAYA KEPEMIMPINAN DAN PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMIMPIN WANITA (STUDI KASUS:
SMP CENDEKIA BAZNAS)
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis gaya kepemimpinan dan
proses pengambilan keputusan pemimpin wanita. Objek dalam penelitian ini adalah
Ibu Sri Nurhidayah selaku kepala SMP Cendekia Baznas. Metode penelitian yang
digunakan adalah studi kasus di SMP Cendekia Baznas. Hasil analisis temuan
peneliti berdasarkan teori karakter, Ibu Sri Nurhidayah memiliki karakter
pemimpin yakni cerdas, komunikatif, memiliki sifat maskulin, berani dan visioner.
Dari segi teori perilaku, Ibu Sri Nurhidayah memiliki gaya kepemimpinan yang
berorientasi hubungan. Perilaku tersebut ditunjukkan oleh pemberian kesempatan
anggota organisasi untuk mengembangkan diri, memberikan kepercayaan pada tiap
divisi untuk membuat program sendiri, dan menjalin hubungan baik dengan semua
anggota organisasi melalui program-program yang dirancang seperti orientasi
pegawai baru, menyelenggarakan pertemuan tiap bulan, dan berbagai agenda luar
yang merekatkan hubungan antar anggota organisasi dan pemimpin. Sedangkan
dari karakter, perilaku dan strategi kepemimpinan, Ibu Sri Nurhidayah tergolong
memiliki gaya kepemimpinan Transformasional. Ciri khas kepemimpinan Ibu Sri
Nurhidayah adalah fokus pada pengembangan Sumber Daya Manusia dan Ibu Sri
Nurhidayah memiliki mentor yang membimbing dan mengarahkan
kepemimpinannya. Dalam proses pengambilan keputusan, Ibu Sri Nurhidayah
melakukan 5 tahapan yakni: komunikasi dengan pihak yang bermasalah
(bersangkutan), mengumpulkan informasi dari penanggungjawabnya,
mengumpulkan informasi dari beragam sumber, melakukan kolaborasi dengan
penanggungjawab bagian dan membuat keputusan. Hambatan yang dialamai Ibu
Nuk selama mengemban amanah sebagai pemimpin di SMP Cendekia Baznas
antara lain: penyatuan pemahaman dalam penggunaan dana zakat, munculnya rasa
kurang adil di kalangan guru dan pembina asrama terkait tugas dan tanggung jawab
dan pembagian beban tugas yang belum merata. Sedangkan Faktor pendukung Ibu
Nuk dalam menghadapi hambatan selama Ibu Nuk menjadi pemimpin di SMP
Cendekia basnaz adalah: Berbagi dengan suami, lingkungan rumah berada satu
lingkkungan dengan keluarga, berbagi pengauhan anak serta memiliki mentor.
Kata Kunci: Pemimpin wanita, Gaya Kepemimpinan dan Proses Pengambilan
Keputusan.
ii
ABSTRACT
WOMEN LEADERSHIP: WOMEN’S LEADERSHIP STYLE AND
DECISION MAKING PROCESS (CASE STUDY: SMP CENDEKIA
BAZNAS).
The Purpose of this study was to analyze the leadership style and decision-making
process of women leaders. The Object of this research is Mrs. Sri Nur Hidayah as
head of SMP Cendekia Baznas. The research method used is case study at SMP
Cendekia Baznas. The results of the analysis ofresearch findings based on character
theory, Mrs. Sri Nurhidayah has a leader character that is intellegent,
communicative, has masculine, brave, and visionary. In term of behavioral theory,
Mrs. Sri Nurhidayah has a relationship-oriented leadership style. This behavior is
demonstrated by giving an opportunity for members of the organization to develop
themselves, trusting each division to design its own programm, and establishing
good relationship with all members of the organization through designed programs
such as new employee orientation, holding monthly meetings, and external agendas
which attaches relationship between members of the organization and leader.
While, from character, behavior, and leadership strategy, Mrs. Nur Hidayati is
classified as having transformational leadership style. The characteristic of Mrs.
Nur Hidayati’s leadership is the focus on human resource development and she has
a mentor who guides and directs her leadership. In the decition-making process,
Mrs. Nur Hidayati performs 5 stages: 1) communication with the problem or
related party, 2) collect the information of the responsible person, 3) delivers
information from various sources, 4) conduct the collaboration with the person
responsible for the part and 5) makes the desition. The obstacles faced by Mrs. Sri
Nurhidayah during the mandate as leader in SMP Cendekia Baznas among others:
unification of understanding in the use of zakat funds, the emergence of a sense of
unjust among teachers and coaches dormitory related tasks and responsibilities and
the division of the burden of the task that is not evenly distributed. While the
factors supporting Mrs. Sri Nurhidayah in facing obstacles during Mrs. Sri
Nurhidayah become leader in SMP Cendekia Basnaz is: Share with husband, home
environment is a part with family, sharing of child care and have mentor.
Keywords: Women Leader, Leadership Style, and Desition-Making Process.
iii
الولخص
الورأة: أسلوة القبدة وعولة اتخبر القرارات لسبء القبدات )دراسة حبلة: سوت سذكب ثبزبس(قبدة
كب انغشع ي ز انذساسخ رسهم أسهة انقبدح ػهخ طغ انقشاس ي انقبداد انسبئخ. انذف ي
انجسش انسزخذيخ دساسخ زا انجسش إج سش سذاب سئسب ل ست سذكب ثبصبط. طشقخ
زبنخ ف ست سذكب ثبصبط. زبئح رسهم زبئح انجسش ػه أسبط ظشخ انشخظخ، إج سش سذاب
نذ شخظخ سائذح زا رك انزاطم، نذ انزكش، شدبع انجظشح. ي زش انظشخ انسهكخ، إج
خخ س انؼالقبد. زده زا انسهك ي خالل إػطبء انفشص سش سذاب نذ أسهة انقبدح ان
ألػضبء انظخ نزطش أفسى، إػطبء انثقخ نكم شؼجخ إلشبء ثشايدب انخبطخ، إقبيخ ػالقبد خذح يغ
خغ أػضبء انظخ ي خالل ثشايح يظخ يثم انزخ اندذذ نهظف ػقذ اخزبػبد كم شش،
انخبسخخ انز رشثظ انؼالقبد ث أػضبء انظخ انقبدح. ف انقذ فس، ي انطبثغ خذال األػبل
انسهك اسزشاردخ انقبدح، ظف إج سش سذاب ػه أب نذب أسهة انقبدح انزسهخ. انسخ
ج سش سذاب نذ انخبطخ نهقبدح إج سش سذاب انزشكض ػه رخ اناسد انجششخ إ
( 1يشازم: 5انششذ انز رخ رخ قبدرى. ف ػهخ طغ انقشاس، إج سش سذاب ردش
( خغ انؼهيبد ي يظبدس 3( ثدغ انؼهيبد ي انشخض انسؤل، 2انزاطم يغ انسضة إشكبنخ،
، انؼقجبد انز اخزب إج ك خالل الخ ( دؼم انقشاس 5( زؼب يغ انشخض انسؤل 4يخزهفخ،
كضػى ف ست سذكب ثبصبط ي ث أيس أخش: رزذ انزفبى ف اسزخذاو أيال انضكبح، ظس
شؼس انظبنى ث انؼه انذسث اندغ انبو انسؤنبد راد انظهخ رقسى ػتء انخ انز نسذ
أ انؼايم انز رذػى األو ك ف ياخخ انؼقجبد خالل األو ك رظجر سائذح يصػخ ثبنزسب. ف ز
ف ست سذكب ثسبص : زظخ يغ انضج، انجئخ انضنخ خضء يغ األسشح، رقبسى سػبخ انطفم
ك يؼه
الكلوبت الرئسة: القبئذ السبئ، أسلوة القبدة وعولة صع القرار.
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan tesis ini
berpedoman pada surat Keputusan Bersama Departemen Agama dan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia tertanggal 22 Januari 1988
Nomor : 158/98 Dan 0593b/1987.
Di bawah ini disajikan daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf
latin.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif Tidak dilambangkan Tidak Dilambangkan ا
Ba’ B Be ة
Ta’ T Te د
Sa’ £ Es (dengan titik di atas) س
Jim J Je ج
H ¥ Ha (dengan titik di bawah) ذ
Kha Kh Ka dan ha ش
Dal D De د
Zal © Ze (dengan titik di atas) ر
Ra R Er س
Zai Z Zet ص
Sin S Es ط
Syin Sy Es dan ye ش
Sad ¡ Es (dengan titik di bawah) ص
Dad « De (dengan titik di bawah) ع
Ta' ¯ Te (dengan titik di bawah) ط
Za’ § Zet (dengan titik di bawah) ظ
Ain _’ Koma terbalik di atas’ ع
Gain G Ge ؽ
Fa’ F Ef ف
Qaf Q Qi ق
Kaf K Ka ك
Lam L ’el ل
Mim M ’em و
Nun N ’en
Waw W W
Ha’ H Ha
Hamzah _’ Apostrof ء
Ya’ Y Ye
v
II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap
ditulis Taqalluba تقلت
ditulis Hajjâj حجبج
III. Ta’ Marbûtah Di Akhir Kata
i. Bila dimatikan tulis h
ditulis Fidyah فذة
ditulis Faidah فبئذة
Ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam
bahasa Indonesia seperti zakat, ¡alat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal
aslinya
ii. Bila diikuti dengan kata sandang ”al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis dengan h.
’ditulis Hikmah al-auliya حكوة األولبء
iii. Bila ta’ marbûtah hidup atau dengan harakat fathah, kasrah, dan dammah ditulis
t
ditulis ¢alat i’d صالة العذ
IV. Vokal Pendek
----------------------- Fathah ditulis A
----------------------- Kasrah ditulis I
----------------------- Dammah ditulis U
IV. Vokal Panjang
1 Fathah + alif
ثخبري
ditulis
ditulis
Â
Bukhârî
2 Fathah + ya’ mati
هستصفى
ditulis
ditulis
Â
Muta¡fâ
3 Kasrah + ya’ mati
حوذ
ditulis
ditulis
Î
Hamîd
4 Dammah + wawu mati
ثلوغ
ditulis
ditulis
Û
Bulûgh
V. Vokal Rangkap
1 Fathah + ya’ mati
ولكن
ditulis
ditulis
Ai
Wailakum
2 Fathah + wawu mati ditulis Au
vi
ditulis Naum وم
VI. Vokal Pendek Yang Berurutan Dalam Satu Kata Dipisahkan
ditulis a’antum أأتن
ditulis u’iddat أعذت
ditulis la’in syakartum لئي شكرتن
VII. Kata Sandang Alif + Lam
i. Bila Diikuti Huruf Qamariah
ditulis Alquran القرآى
ditulis Al-qiyas القبس
ii. Bila Diikuti Huruf Syamsiyah ditulis dengan menggunakan Huruf Syamsiyah
yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf / (el) nya.
ditulis As-Sama السوبء
ditulis Asy-Syams الشوس
vii
KATA PENGANTAR
ٱلل ثسى ٱنشزى ٱنشز
Segala puji kepada Allah yang telah memberikan kemampuan kepada
penulis untuk dapat menyelesaikan tesis ini dalam rentang waktu yang telah
ditentukan. Kemudian shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW. yang telah membawa Islam dengan melakukan perubahan dan
pencerahan kepada umat manusia.
Dalam rangka menyelesaikan studi pada strata dua ini penulis telah
berupaya untuk mengangkat karya ilmiah berupa tesis dengan judul
“Kepemimpinan Wanita: Gaya Kepemimpinan dan Proses Pengambilan
Keputusan Pemimpin Wanita (Studi Kasus: SMP Cendekia Baznas).”
Penyelesaian tesis ini merupakan prasyarat untuk menyelesaikan studi pada
Program Magister Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
kesempatan ini dengan rasa hormat yang tulus, penulis tidak lupa untuk
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Ibunda dan Ayahanda tercinta (Johaeriyah dan Dimiati Nawawi) yang telah
menjadi inspirasi, pembangkit semangat dan motivasi kepada penulis agar
kiranya selesai dari perkuliahan dengan sukses.
2. Saudara Kandung tersayang yang selalu setia mendampingi dan memberikan
semangat hidup bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini, kakanda
Sulitiawati, Endang Sri Hartatik dan adikku tercinta Riswanda Imawan yang
selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.
3. Bapak Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.
beserta jajarannya.
4. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A beserta jajarannya.
5. Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Islam, Dr. Jejen Musfah, MA
beserta jajarannya, yang telah memberikan pelayanan akademik dengan
memuaskan.
6. Pembimbing, Dr. Zahrudin, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan, arahan,
wawasan dan nasehat dengan penuh kesabaran, ketekunan serta keihlasan.
7. Ibu Sri Nurhidayah, Sh., M.Si. selaku kepala sekolah SMP Cendekia Baznas
beserta jajarannya yang selalu mendukung kegiatan penelitian penulis.
8. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika pada program magister Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prodi Manajemen Pendidikan Islam Unversitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Keluarga besar Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa University, Guru
Agung, Guru Ahmad, Guru Ami, Guru Cici, Guru Asep, Guru Imu dan seluruh
guru SGI Angkatan 21.
viii
10. Rekan-rekan mahasiswa, para dosen, yang senantiasa mendorong saya untuk
menyelesaikan penulisan tesis ini dan seluruh pihak yang tidak saya tuliskan,
yang turut membantu dalam penyelesaian penulisaan tesis ini.
Akhir kalam kepada Allah jualah memohon ampun dan berserah diri,
semoga ilmu yang penulis dapatkan menjadi sumbangan untuk mengakkan ajaran-
Nya dan mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 2019
Penulis
Ayu Sukmayani
21160181000016
ix
DAFTAR ISI Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Pernyataan Karya Sendiri
Abstrak .................................................................................. i
Pedoman Transliterasi ......................................................................... iv
Kata pengantar .................................................................................. vii
Daftar Isi .................................................................................. ix
Daftar Tabel .................................................................................. xi
Daftar Gambar .................................................................................. xi
Daftar Lampiran .................................................................................. xi
BAB I: PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar belakang masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah, Batasan Masalah dan Rumusan Masalah 4
C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian ............................................ 5
BAB II: KERANGKA TEORI ............................................................ 7
A. Kepemimpinan ............................................................................ 7
1. Pengertian Kepemimpinan ................................................... 7
2. Teori-teori Kepemimpinan ................................................... 8
3. Gaya Kepemimpinan ............................................................ 20
4. Macam-macam Gaya Kepemimpinan .................................. 21
B. Wanita dan Peranannya .............................................................. 26
1. Kedudukan wanita dalamAl-Qur’an .................................... 26
2. Peran Wanita ......................................................................... 29
C. Kepemimpinan Wanita .............................................................. 30
D. Proses Pengambilan Keputusan ................................................. 32
1. Pengertian Pengambilan Keputusan ..................................... 32
2. Proses pengambilan Keputusan ........................................... 34
3. Faktor-faktor Pengambilan Keputusan ................................ 36
4. Model Pengambilan Keputusan ........................................... 37
E. Penelitian yang Relevan ............................................................. 38
F. Kerangka Konseptual ................................................................. 40
BAB III: METODELOGI PENELITIAN ......................................... 41
A. Metode Penelitian ...................................................................... 41
B. Objek dan Subjek Penelitian ...................................................... 41
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 41
D. Teknik Analisis Data ................................................................... 45
E. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................... 46
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 48
A. Hasil Temuan ............................................................................. 48
1. Profil Ibu Sri Nurhidayah ..................................................... 48
2. Deskripsi Singkat SMP Cendekia Baznas ........................... 51
B. Temuan dan Pembahasan ........................................................... 52
x
1. Gaya Kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah ............................ 52
a. Karakter Ibu Sri Nurhidayah .......................................... 52
b. Gaya kepemimpinan Berdasarkan Teori Sifat (Trait)..... 63
c. Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Teori Perilaku ......... 68
d. Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Karakteristik ........... 70
2. Proses Pengambilan Keputusan ........................................... 86
3. Hambatan dalam kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah ......... 92
4. Upaya Pendukung Kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah ....... 93
5. Dampak Kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah ....................... 94
6. Diskusi Hasil Penelitian ....................................................... 99
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 100
A. Kesimpulan ................................................................................ 100
B. Saran ................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFAR TABEL
Nama Tabel Halaman
Tabel 1. Kajian tentang Sifat dan Karakter Kepemimpinan` 11
Tabel 2. Sifat kepemimpinan Utama 11
Tabel 2. Sifat kepemimpinan Utama 14
Tabel 3. Contoh perilaku yang Berorientasi Tugas dan Hubungan 16
Tabel 4. Model Kontingensi 19
Tabel 5. Pedoman wawancara 40
Tabel 6. Daftar Tulisan Ibu Sri Nurhidayati di Media 47
DAFTAR GAMBAR
Nama Gambar Halaman
Gambar 1. Teori Perilaku Studi Ohio ` 18
Gambar 2. Gaya kepemimpinan Situasional 20
Gambar 3. Keefektifan kepemimpinan menurut Peter G. Notherhouse 24
Gambar 4: Arus Keputusan 32
Gambar 5. Proses pengambilan keputusan 34
Gambar 6. Proses Pengambilan Keputusan Ibu Nuk 88
DAFTAR LAMPIRAN
Nama Lampiran
Lampiran 1. Hasil Wawancara
Lampiran 2. CV Ibu Sri Nurhidayah, S.H., M.Si.
Lampiran 3. Dokumentasi
Lampiran 4: Artikel
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemimpin merupakan faktor penentu dalam kesuksesan atau gagalnya suatu
organisasi dan usaha, baik di dunia bisnis maupun di dunia pendidikan, kesehatan,
perusahaan, religi, sosial, politik, pemerintahan negara, dan lain-lain. (Umiarso,
2012: 33). Sebab, kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu
membawa organisasi sesuai dengan asas-asas manajemen modern, sekaligus
bersedia memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan dan
masyarakat luas.
Kepemimpinan merupakan hal yang berkaitan dengan proses yang disengaja
dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain guna
membimbing, membuat struktur, serta memfasilitasi aktivitas dan hubungan di
dalam grup atau organisasi. Banyak ilmuan dan praktisi tentang ilmu perilaku
percaya bahwa kepemimpinan adalah fenomena nyata yang penting untuk
keefektifan organisasi. (Yukl, 2017: 3-4). Sejalan dengan hal tersebut,
Wahjosumidjo (dalam Baharudin dan Umiarso, 2012: 33 ) mengungkapkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan sehingga
kemampuan pemimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi.
Karena begitu pentingnya peran pemimpin dalam sebuah organisasi, maka
diperlukan pemimpin yang benar-benar memiliki kapasitas dan kapabilitaslah yang
pantas untuk menjadi seorang pemimpin. Telah diasumsikan sejak lama bahwa
pemimpin yang efektif harus percaya diri, berorientasi tugas, kompetitif, objektif,
tegas dan asertif yang biasanya dipandang sebagai karakteristik maskulin. (Yukl:
2017: 504). Keyakinan yang bias mengenai keterampilan dan perilaku yang
diperlukan untuk kepemimpinan yang efektif adalah satu alasan diskriminasi
berdasarkan jenis kelamin.
Diskriminasi berbasis jenis kelamin dalam pemilihan kepemimpinan juga
merefleksikan pengaruh dari stereotip populer dan harapan peran laki-laki dan
perempuan. Untuk waktu yang lama, perempuan dipandang sebagai orang yang
tidak mampu dan tidak bersedia menggunakan perilaku maskulin yang dianggap
penting untuk kepemimpinan efektif. Beberapa penelitian mendapati bahwa bahkan
ketika pemimpin perempuan menggunakan perilaku maskulin, pemimpin
perempuan dievaluasi dengan hasil yang kurang menguntungkan daripada ketika
laki-laki menggunakan hal itu. (Yukl, 2017: 504)
Dalam peran kepemimpinan, stereotip gender terutama merugikan bagi
perempuan karena kecenderungan sebagai pengontrol (lawan dari komunal)
2
seringkali penting. Menurut teori keselarasan, karakter pengontrol yang dianggap
perlu dalam peran kepemimpinan tidak sesui dengan dominasi karakter komunal
yang secara stereotip dikaitkan dengan perempuan menghasilkan prasangka
terhadap pemimpin perempuan. (Northouse, 2013: 338)
Kontruksi sosial tentang gender menjadikan wanita lebih memilih pekerjaan
yang sifatnya melayani dan yang masih bersifat dengan peran domestiknya di
rumah tangga. Dengan demikian, lapangan kerja juga mengalami segregasi atau
pemilihan antara tugas laki-laki dan wanita. (Pusat studi wanita, 2003: 66) Peran
yang umum dipilih oleh wanitapun menjadi guru, perawat, pekerja sosial, buruh
sederhana, sekretaris dan lain sebagainya. Masyarakat juga lebih memandang laki-
laki mampu menjadi insinyur, dokter, astronot dan lain-lain.
Peran gender (gender role) sebagai ketentuan sosial, yang oleh masyarakat
diyakini sebagai sebuah kodrat menyebabkan ketimpangan sosial yang bersumber
dari perbedaan peran gender dan ini sangat merugikan posisi wanita dalam
berbagai komunitas. Adanya ketidakadilan gender ini menurut Mansour Faqih
(1997) disebabkan oleh perilaku dan perlakuan sosial yakni marginalisasi wanita,
penempatan wanita pada subordinasi, stereotip terhadap wanita, kekerasan terhadap
wanita dan beban kerja tidak proporsional.
Bias gender bisa sangat membahayakan dalam proses pengambilan keputusan
untuk memilih pemimpin elit. Hal ini dikarenakan keputusan tersebut umumnya
tidak terstruktur sehingga keputusan menjadi bias tanpa akuntabilitas (Northouse,
2013: 339). Selain itu, pandangan yang tidak adil terhadap wanita juga
menyebabkan penempatan wanita dalam peran-peran yang dianggap kurang
penting atau subordinat. Pendidikan bagi wanita mendapatkan prioritas yang lebih
rendah dari apa yang didapatkan oleh laki-laki. Demikian juga tempat-tempat kerja
tertutup bagi wanita. Perbedaan gender melahirkan peran geder yang sesungguhnya
tidak menjadikan masalah jika tidak terjadi ketimpangan yang berakhir pada
ketidakadilan gender.
Kesetaraan gender adalah sejauh mana pria dan wanita menerima perlakuan
yang sama, dan kedua karakter maskulin dan feminin dianggap penting dan
diinginkan. Nilai budaya tentang kesetaraan gender memiliki dampak bagi seleksi
dan evaluasi pemimpin dan jenis perilaku kepemimpinan yang dianggap diinginkan
dan diterima secara sosial. Dalam budaya dengan nilai ”maskulin” yang kuat
dengan ketegaran dan ketegasan, karakter “feminin” seperti kebaikan hati, empati,
dan intuisi tidak dianggap penting bagi kepemimpinan yang efektif. Pemimpin
lebih mungkin menggunakan bentuk pengaruh hubungan antar pribadi yang
langsung dan konfrontatif daripada bentuk pengaruh yang tidak langsung dan tidak
terlihat. Pemimpin yang tindakannya menampakkan kerendahan hati, kebaikan
hati, dan koniliasi yang lebih mungkin dilihat sebagai pemimpin yang lemah dan
tidak efektif dalam budaya “maskulin”. (Yukl, 2017: 499)
3
Kedudukan wanita untuk menjadi seorang pemimpin banyak diperdebatkan.
Ayat al-Qur‟an dan Hadits Rasulullah banyak menjelaskan tentang kedudukan
wanita. Walaupun pada kenyataannya terjadi banyak penafsiran yang berbeda.
Sebuah hadits dengan jelas menyebutkan bahwa “suatu bangsa yang menyerahkan
urusan pemerintahannya kepada wanita, tidak akan mencapai kesejahteraan.”
Hadits ini memunculkan persepsi bahwa wanita memang ditakdirkan tidak untuk
menjadi seorang pemimpin. Namun, menurut analisis Al-Ghazali hadits ini
memang shahih tetapi jika dilihat dari asbabul urud maka akan terlihat bahwa
hadits ini muncul sebagai komentar arif Rasulullah terkait seorang pemimpin
wanita yakni Putri Kisra yang tidak memiliki kapasitas dan kapabilitas memadai
untuk menjadi ratu. Sedangkan, Al-Qur‟an sendiri memuji kepemimpinan Ratu
Balqis penguasa negeri Saba‟ yang memiliki kemampuan dan kepribadian seorang
ratu. (pusat studi wanita, 2003: 214-216) Jadi, jelas sekali bahwa Al-Qur‟an tidak
melarang tampilnya seorang wanita untuk menjadi seorang pemimpin dengan
ketentuan pemimpin tersebut memililki kemampuan, kapasitas dan kapabilitas
untuk menjadi seorang pemimpin. Kapabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan
mengeksploitasi secara baik sumber daya yang dimiliki dalam diri maupun di
dalam organisasi, serta potensi diri untuk menjalankan aktivitas tertentu ataupun
serangkaian aktivitas. Sedangkan kemampuan merupakan sebuah kapasitas yang
dimiliki oleh tap-tiap individu untuk melakasanakan tugasnya dan kapasitas berarti
kemampuan untuk menerima atau menyerap maksimal dari sejumlah yang bisa
ditampung. Oleh karena itu, seorang pemimpin tidak hanya dituntut untuk memiliki
keinginan tetapi juga kemampuan dari segi potensi diri yang dapat dikembangkan
untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab secara maksimal dan mengupayakan
usaha terbaiknya demi kemajuan lembaga atau organisasi yang dipimpin.
Saat ini dijumpai banyak wanita yang menduduki posisi sebagai seorang
pemimpin. Contohnya pemimpin perempuan yang kepemimpinannya berhasil dan
efektif yakni mantan perdana menteri perempuan seperti Benazir Butto (Pakistan),
Margaret Thetcher (Inggris), Gro Marlem Brundtland (Norwegia), dan Indira
Gandhi (India). (Peter G. Northouse, 20013: 330). Tak hanya di luar negeri,
Indonesiapun pernah dipimpin oleh seorang presiden wanita yakni Megawati
Soekarno Putri, di tingkat yang lebih rendah seperti waikota juga tak luput dari
pemimpin wanita seperti Tri Rismaharini walikota Surabaya. Ketika banyak wanita
yang berperan sebagai pemimpin banyak muncul pertanyaan seperti apakah wanita
memimpin dengan gaya yang berbeda dibandingkan dengan laki-laki dan apakah
perempuan atau laki-laki lebih efektif sebagai pemimpin, banyak mendapatkan
perhatian.
Karena perdebatan terkait gender dan kepemimpinan bermunculan, banyak
peneliti yang coba melihat perbedaan gaya kepemimpinan laiki-laki dan wanita.
Ada yang menegaskan bahwa ada perbedaan gender dalam gaya kepemimpinan,
dan bahwa kepemimpinan perempuan lebih efektif dalam mesyarakat kontemporer.
Penelitian awal menganalisis perbedaan gaya antara wanita dan laki-laki yang
4
dibandingkan baik dengan gaya yang berorientasi tugas dan berorientasi hubungan
atau demokratis dan otokratis bahkan saat ini penelitiaan terbaru membahas tentang
perbedaan gender dalam kepemimpinan transformasional.
Berdasarkan beragam kontroversi, perdebatan, dan beragam pertanyaan yang
muncul di masyarakat terkait kepemimpinan wanita. Maka peneliti dalam hal ini
tertarik untuk meneliti terkait kepemimpinan wanita khususnya gaya
kepemimpinan dan cara pengambilan keputusan pemimpin wanita. Dalam
penelitian ini, peneliti akan meneliti Ibu Sri Nurhidayah seorang pemimpin wanita
yang kini tengah menjabat sebagai kepala sekolah di SMP Cendekia Baznas.
Sekolah ini merupakan sekolah yang didirikan oleh Badan Zakat Nasional (Baznas)
untuk mewadahi anak-anak tidak mampu agar mendapatkan pendidikan yang
layak. Sri Nurhidayah merupakan sosok pemimpin yang tegas dimata pengikutnya.
Ini adalah tahun pertama Ibu Nuk menjabat sebagai kepala sekolah di SMP
Cendekia Baznas setelah sebelumnya menjadabat sebagai General Manager Divisi
Pendidikan Dompet Dhuafa (DD). Di tahun pertamanya menjabat sebagai kepala
sekolah, Ibu Nuk berhasil mengantarkan siswanya menjadi peraih medali emas
pada ajang Silat tingkat Nasional yang diselenggarakan di Jogjakarta pada bulan
November lalu. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru SMP
Cendekia Baznas (Wawancara, Sauni 2017), Ustadzah Sauni menyatakan bahwa
sosok Sri Nurhidayah adalah sosok yang sangat menginspirasi dengan
kepemimpinannya yang sukses.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat disekitar SMP Cendekia
Baznas sekaligus mantan helper di SMP Cendekia Baznas menjelaskan bahwa
sebelumnya SMP Cendekia Baznas dengan nama yayasan sekolah anak yatim tidak
memiliki sistem yang baik. Hal ini dikeluhkan oleh masyarakat karena para siswa-
siswi tidak mendapatkan pengontrolan yang baik. Tidak ada sistem yang mengatur
organisasi diluar aktivitas sekolah, sehingga siswa-siswi berkeliaran tanpa
pengontrolan. Selain itu, karakter mandiri tidak tertanam dengan kuat hal ini
dijelaskan oleh helper bahwa siswa-siswi tergolong manja dengan diberikannya
fasilitas helper yang membantu siswa-siswi dalam memenuhi kebutuhan sehari-
harinya. Sebagai sekolah dengan sistem boarding school, karakter mandiri
seharusnya menjadi karakter utama yang harus dimiliki siswa dan siswi.
Berdasarkan hasil penelitian awal ini, peneliti ingin meneliti kepemimpinan Ibu
nuk dalam menangani permasalahan di SMP Cendekia Baznas dengan difokuskan
pada gaya kepemimpinan dan cara Ibu Sri Nurhidayah, M.Si. dalam mengambil
keputusan.
B. Identifikasi masalah, Batasan masalah dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Belum ada sistem yang baik di SMP Cendekia Baznas di kepemimpinan
sebelumnya.
5
b. Belum ada pengontrolan yang baik terhadap siswa-siswi diluar kegiatan
sekolah
c. Belum tertanam karakter mandiri pada siswa-siswi SMP Cendekia
Baznas.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut, agar penelitian lebih fokus
dan terarah, maka peneliti memberi pembatasan masalah yakni sistem sekolah
yang belum tertata dengan baik yang merupakan tugas kepemimpinan. Oleh
karena itu, peneliti memfokukan pada masalah kepemimpinan khusunya
kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah terkait gaya kepemimpinan dan proses
pengambilan keputusan.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah:
a. Bagaimana gaya kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah selaku pemimpin
wanita di SMP Cendekia Baznas?
b. Bagaimana proses pengambilan keputusan Ibu Sri Nurhidayah di SMP
Cendekia Baznas?
c. Apa hambatan yang dialami Ibu Sri Nurhidayah sebagai seorang
pemimpin wanita?
d. Apa upaya yang dilakukan Ibu Sri Nurhidayah dalam menghadapi
hambatan sebagai pemimpin wanita?
e. Bagaimana dampak kepemimpinan Ibu Srinurhidayah di SMP Cendekia
Baznas?
C. Tujuan Penelitian dan Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumuan masalah diatas, Tujuan dalam penelitian ini adalah
a. Untuk menganalisi gaya kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah selaku
pemimin wanita di SMP Cendekia Baznas.
b. Untuk menganalisis proses pengambilan keputusan Ibu Sri Nurhidayah
di SMP Cendekia Baznas.
c. Untuk mendeskripsikan hambatan Ibu Sri Nurhidayah sebagai
pemimpin wanita.
d. Untuk mendeskripsikan upaya Ibu Sri Nurhidayah dalam menghadapi
hambatan sebagai pemimpin wanita.
e. Untuk menganalisis dampak kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah di SMP
Cendekia Baznas.
6
2. Manfaat Penelitian
a. Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan gaya
kepemimpinan dan proses pengambilan keputusan seorang pemimpin
wanita, serta memaparkan hambatan dan upaya dalam menghadapi
hambatan sebagai pemimpin wanita. Penelitian ini juga diharapkan mampu
mendeskripsikan dampak kepemimpinan pemimpin dalam organisasi serta
memperjelas perdebatan di masyarakat terkait peran gender dalam
mempengaruhi gaya kepemimpinan.
b. Terapan
Penelitian studi kasus ini diharapkan memberikan kontribusi bagi
peneliti atau pihak lain yang terkait. Signifikansi penelitian ini dapat
meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1) Hasil penelitian ini merupakan upaya eksplorasi terhadap isu-isu
kepemimpinan terkini.
2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian
dan atau penulisan dengan kepentingan sejenis.
7
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan dua kata yang memiliki akar
kata yang sama yaitu dari kata pimpinan yang diberi awalan “pe” untuk kata
pemimpin dan awalan “kepe” dan akhiran “an” untuk kata kepemimpinan.
Secara istilah, keduanya memiliki arti yang saling berkaitan karena
kepemimpinan (style of the leader) merupakan cerminan dari karakter dan
prilaku pemimpinnya (leader behavior). Kemudian perpaduan dari “leader
style dengan leader behavior” ini menjadi sebuah kunci yang akan membawa
kepada keberhasilan pengelolaan organisasi baik organisasi dalam skala kecil
maupun organisasi dalam skala besar. Orang-orang yang mau menjalankan
gerak organisasi itu adalah karena mereka memiliki komitmen dan kemauan
untuk itu, komitmen dan kemauan itu akan bisa bejalan ketika ada orang yang
mengelola dan mempengaruhinya. Disinilah diperlukannya para pemimpin
yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan.
Menurut Bass (dalam Suharsaputra, 2016: 17) mengemukakan beberapa
pendekatan berkaitan dengan konsep kepemimpinan yaitu “as the focus of the
group process, as a personality attribute, as art of including compliance, as an
exercise of influense, as a particular kind of act, as a form to a persuasion, as
a power relation, as an instrument in the attainment of goals, as an effect of
interaction, as a diffentiated role, and as the initiation af stucture” artinya
bahwa pendekatan-pendekatan terhadap kepemimpinan terdiri dari 1) sebagai
proses yang berfokus pada kelompok, 2) sebagai ciri personal, 3) sebagai seni
mendorong kepatuhan, 4) sebagai penggunaan pengaruh, 5) sebagai alat
pencapaian tujuan, 6) sebagai bentuk bujukan, 7) sebagai kekuasaan hubungan,
8) sebagai akibat dari interaksi, 9) sebagai proses yang di perbedakan, dan 10)
sebagai pengawalan struktur. Dari pendapat tersebut dapat di pahami bahwa
kepemimpinan memiliki pengertian yang beragam sesuai dengan pendekatan
yang di gunakan.
Menurut Yukl (2017: 3) kepemimpinan diartikan sebagai proses yang
disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap
orang lain guna membimbing, membuat struktur, serta memfasilitasi aktivitas
dan hubungan di dalam grup atau organisasi. Pengertian kepemimpinan
menurut Yukl ini lebih menekankan pada peran pemimpin dalam organisasi
yang mencerminkan proses yang berfokus pada kelompok organisasi serta
membangun interaksi.
8
Tidak jauh berbeda dengan Yukl, Mulkanasir mendefinisikan pengertian
kepemimpinan sebagai kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseoarng
untuk melakukan kegiatan mempengaruhi, mendorang, mengajak, menuntun,
menggerakkan orang lain baik perorangan maupun kelompok dengan
memadukan unsur tenaga, alat, bahan, uang dan waktu, sehingga pihak yang di
pengaruhi mau melakukan sesuatu agar tecapai suatu maksud atau tujuan
tertentu (Mulkanasir, 2011: 23). Kepemimpinan disini lebih menekankan pada
proses pencapaian tujuan organisasi, peran pemimpin lebih ditekankan pada
kemampuan manajerial baik manajemen sumber daya manusia dan
pembiayaan sehingga maksud dan tujuan organisasi dapat tercapai. Hal yang
senada juga diungkapkan oleh Suharsaputra (2016: 19) bahwa kepemimpinan
adalah kemampuan mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Namun Suharsaputra menambahkan
unsur pemotivasian sebagai upaya yang penting di lakukan pemimpin untuk
dapat menggerakkan orang lain, sehingga dibutuhkan kemampuan komunikasi
dan interaksi yang baik dari pemimpin
Hermino menyebutkan kepemimpinan atau leadership dalam pengertiaan
umum menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal memimpin,
membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang
lain dibawah pengawasannya (Hermino, 2014: 126).
Rivai dkk menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk
memengaruhi perilaku seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang
di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang
dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara memengaruhi,
memotivasi dan mengkoordinasi.
Para ahli banyak memberikan definisi kepemimpinan dengan beragam
pengertian yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh beragam pendekatan yang di
gunakan. Dari berbagai pengertian kepemimpinan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa kepemimpinan merupakan usaha yang dilakukan oleh
pemimpin untuk mencapai tujuan bersama dengan cara menggunakan
pengaruhnya yang kuat untuk mendorong, menuntun, mengajak, membimbing,
mengontrol baik perilaku maupun perasaan, membuat struktur, memfasilitasi
aktivitas dan hubungan di dalam organisasi dengan memadukan unsur tenaga,
alat, bahan, uang dan waktu serta pemberian motivasi melalui komunikasi dan
interaksi yang baik.
2. Teori-teori Kepemimpinan
a. Teori Sifat (Trait)
Teori sifat kepemimpinan berfokus pada kualitas dan karakteristik
personal. Pencarian atas kepribadian, sosial, fisik, atau intelektual yang
9
membedakan seorang pemimpin dengan yang bukan pemimpin menjadi
tahap awal dalam riset kepemimpinan (Robbins dan Timothy, 2015: 249).
Teori sifat ini memandang bahwa sifat-sifat memainkan peranan
penting dalam membedakan antara pemimpin dengan bukan pemimpin,
seorang pemimpin adalah mereka yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang
khas, diantara para ahli terdapat perbedaan mengenai sifat-sifat tersebut.
Tabel 1. Kajian tentang Sifat dan Karakter Kepemimpinan Stogdill
(1948)
Mann
(1959)
Stogdill
(1974)
Lord,
DeVader,
and Alliger
(1986)
Kirkpatrick
and Locke
(1991)
Zaccaro,
Kemp, and
Bader (2004)
Kecerdasan,
kepekaan,
wawasan,
tanggung
jawab,
inisiatif,
ketekunan,
keyakinan
diri,
kemampuan
bersosialisasi
.
Kecerdasan,
maskulinitas
,
penyesuaian
, kekuasaan,
sifat
ekstrover,
aliran
konservatif.
Orientasi
pada
keberhasilan,
ketekunan,
pemahaman,
inisiatif,
keyakinan
diri,
tanggung
jawab, sikap
suka bekerja
sama,
toleransi,
pengaruh,
kemampuan
bersosialisasi
.
Kecerdasan,
maskulinitas
, dan
kekuasaan.
Hasrat,
motivasi,
integritas,
keyakinan
diri,
kemampuan
kognitif,
pengetahua
n tugas.
Kemampuan
kognitif, sifat
ekstrover,
kehati-
hatian,
kestabilan
emosi, sikap
terbuka,
kemampuan
bersosialisasi
, motivasi,
kecerdasan
sosial,
kontrol diri,
kecerdasan
emosional,
pemecahan
masalah.
Tabel 2. Sifat kepemimpinan Utama
Kecerdasan
Keyakinan diri
Ketekunan
Integritas
Kemampuan bersosialisasi
Pada tabel 1 memberikan kesimpulan terkait sifat dan karakteristik
yang telah diidentifikasi oleh peneliti dari pendekatan sifat. Sedangkan pada
tabel 2 dipaparkan beberapa sifat yang merupakan sifat pusat menurut
Notherhouse termasuk kecerdasan, keyakinan diri, ketekunan, integritas,
dan kemampuan bersosialisasi (Notherhouse, 2013: 22-23).
1) Kecerdasan
Kecerdasan atau kemampuan intelektual secara positif terkait
dengan kepemimpinan. Kemampuan verbal yang kuat, kemampuan
10
membaut persepsi, serta kemampuan analisis tampaknya bisa membuat
sesorang menjadi pemimpin yang lebih baik. Intelegensi merupakan
kemampuan yang bersifat umum dan potensial (Sudaryono, 2014: 35).
Menurut Northouse (2013: 23) walaupun bagus untuk menjadi orang yang
cerdas, penelitian juga mengindikasikan bahwa kepemimpinan intelektual
pemimpin seharusnya tidak terlalu jauh berbeda dari pengikutnya. Bila IQ
pemimpin sangat berbeda dari IQ pengikut, hal itu bisa memberi dampak
yang merugikan bagi pemimpin. Pemimpin dengan kemampuan lebih tinggi
bisa mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan pengikut karena
mereka asyik sendiri, atau karena ide mereka terlalu tinggi untuk diterima
pengikut.
2) Keyakinan diri
Keyakinan diri adalah ciri lain yang membantu sesorang menjadi
pemimpin. Keyakinan diri adalah kemampuan untuk merasa yakin dengan
kemampuan dan keterampilan seseorang. Hal itu mencakup pemahaman
akan harga diri dan keyakinan diri, serta keyakinan bahwa kita bisa
membuat perbedaan. Kepemimpinan mencakup aktivitas untuk
mempengaruhi orang lain, dan keyakinan diri memungkinkan pemimpin
untuk merasa yakin bahwa upayanya untuk mempengaruhi orang lain itu
tepat dan benar.
3) Ketekunan
Banyak pemimpin juga menunjukkan ketekunan. Ketekunan adalah
hasrat untukmenyelesaikan pekerjaan dan mencakup karakteristik seperti
inisiatif, keuletan, dominasi dan hasrat. Orang dengan ketekunan akan
bersediauntuk memaksa diri mereka, proaktif, dan memiliki kemampuan
untuk bertahan saat menghadapi hambatan. Orang yang tekun juga
menunjukkan dominasi ketika pengikut perlu diarahkan.
4) Integritas
Integritas adalah karakter penting kepemimpinan lainnya. Integritas
adalah karakter kejujuran dan keterandalan. Orang yang patuh pada
sekumpulan prinsip yang kuat dan memikul tanggung jawab atas indakan
mereka, berarti memiliki integritas. Pemimpin dengan integritas
menginspirasi keyakinan diri dalamdiri orang lan karena mereka bisa
dipercaya untuk melakukan apa yang mereka katakan akan mereka lakukan.
Mereka setia, dapat diandalkan, dan tidak berpura-pura. Padadasrnya
integritas membuat seorang pemimpin dapat dipercaya dan layak mendapat
kepercayaan kita. Sedangkan menurut Sudaryono (2014: 50), integritas
memahami dan mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai sistem sosial
serta melaksanakannya dengan jujur. Tanpa integritas, kesuksesan hanyalah
sebuah fatamorgana kepentingan pribadi yang tidak bernilai bagi
lingkungan dan kemusiaan.
5) Kemampuan bersosialisasi
Karakter terakhir yang penting bagi pemimpn adalah kemampuan
bersosialisasi. Kemampuan bersosialisasi adalah kecenderungan pemimpin
11
untuk mencari hubungan sosial yang menyenangkan. Pemimpin yang
menunjukkan kemampuan bersosialisasi bersifat ramah, terbuka, sopan, dan
diplomatis. Mereka peka terhadap kebutuhan orang lain dan menunjukkan
kepedulian untuk kesejahteraan mereka. Pemimpin yang sosial memiliki
keterampilan antar pribadi dan menciptakan hubungan yang kooperatif
dengan pengikut mereka.
6) Kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional berasal dari dua kata yakni kecerdasan dan
emosional. Seperti yang dimaksudkan dua kata tersebut, kecerdasan
emosional ada kaitannya dengan emosi kita (wilayah afektif) dan pemikiran
(wilayah kognitif), serta interaksi antara dua hal itu. Kalau kecerdasan
terkait dengan kemampaun kita untuk memelajari informasi dan
menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari, kecerdasan emosional
terkait dengan kemampuan kita memahami emosi dan menerapkan
pemahaman ini dalam kehidupan sehari-hari.
Sebaga kemampuan atau sifat kepemimpinan, kecerdasan emosional
tampak sebagai konsep penting. Prinsip dasar yang dinyatakan oleh
kerangka kerja ini adalah, orang yang lebih peka terhadap emosi mereka
dan terhadap dampak emosi mereka bagi orang lain, akan menjadi
pemimpin yang lebih efektif.
b. Teori Perilaku
Teori perilaku ini, berpandangan bahwa kepemimpinan merupakan hal
utama bagi kinerja. Dalam hubungan ini, kepemimpinan dilihat dari
perilakunya dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin, dalam pandangan
perilaku ini perilaku spesifik membedakan antara pemimpin dan bukan
pemimpin (Robbins dalam Suharsaputra, 2016: 38)
1) Study Lowa
a) Authoritarian Leadership, kepemimpinan ini bersifat direktif dan
tidak ada partisipasi. Pemimpin mengambil penuh otoritas dan
memikul tanggung jawab organisasi.
b) Demosratic Leadership, pemimpin dengan gaya ini mendorong pada
partisipasi bawahan untuk berdiskusi/berunding dengan menguatkan
kemampuan bawahan menyampaikan pendapat.
c) Leissez Faire Leadership, pemimpin memberikan kebebasan penuh
pada bawahan untuk membuat keputusan sendiri, sehingga pemimpin
tidak menyediakan kepemimpinan.
2) Study Ohio
Study Ohio dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku pemimpin
yang penting bagi pencapaian tujuan organisasi, serta terkait efeknya pada
kinerja dan kepuasan pegawai. Dengan menggunakan analisis faktor
teridentifikasi dua perilaku kepemimpinan yaitu:
12
a) Initiating Structur. Perilaku ini terlihat dari fokus pemimpin yang
langsung pada tujuan kinerja organisasi, lebih memperhatikan tugas
serta penstrukturan perannya, mendorong penyeragaman prosedur
kerja serta evaluasi peran/kinerja bawahan dalam mencapai tujuan
organisasi. Yang utama adalah bagaiamana tugas dikerjakan dan
dapat diselesaikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
organisasi.
b) Consideration. Pemimpin yang berperilaku concideration adalah
pemimpin yang sensitif pada perasaan orang, serta mencoba
membuat segala sesuatu menyenangkan bagi pengikutnya denagn
maksud menjaga hubungan manusiawi dengan pegawai. Pemimpin
menunjukkan kepercayaan, kehangatan, dukungan, serta perhatian
pada kesejahteraan pegawai, mau mendengarkan ide bawahan,
sehingga hubungan pemimpin dengan bawahan dekat.
Dalam perkembangannya, Blake and Mouton mengembangkan
leadership grid sebagai perluasan dari study ohio, dimana dua perilaku
pimpinan diplot dalam garis vertikal yan menggambarkan orientasi pada
orang (concideration/concerned about people), dan garis horizontal yang
menggambarkan orientasi pada produksi (Initiating structure/concerned
about production), yang apabila digambarkan akan nampak dalam gambar
berikut ini:
Con
cidera
tion
/con
cerned
ab
ou
t
peo
ple
Low Structure
High Concideration
High Structure
High Concideration
Low Structure
Low Concideration
High Structure
Low Concideration
Initiating structure/concerned about production
Tabel 2. Sifat kepemimpinan Utama
a) High Structure/task, low consideration/relationship, adalah
pemimpin Otoriter. Pemimpin dengan gaya ini sedikit atau bahkan
tidak memberikan kesempatan kerja sama dan kolaborasi.
Pemimpin ini ketat dalam penjadwalan dan mengharapkna pegawai
melakukan apa yang diperintahkan tanpa membantah atau berdebat.
Bila terjadi kegagalan, dia fokus pada mencari yang salah tanpa
perlu tahu apa dan kenapa kegagalan itu terjadi, dan pegawai sulit
berkembang dan berkontribusi.
13
b) High structure/task, high consideration/relationship, adalah
pemimpin Team. Pemimpin dengan gaya ini memimpin dengan
contoh dan upaya yang positif untuk membantu sebuah lingkungan
tim yang dapat mendorong anggotanya untuk mencapai tujuannya
seefektif mungkin serta terus memperkuat ikatan diantara
anggotanya.
c) Low structure/task, high consideration/relationship, adalah
pemimpin Country Club. Pemimpin dengan gaya ini memanfaatkan
kekuasan untuk memelihara disiplin dan untuk mendorong tim
menyelesaikan tujuannya. Dia tidak mampu menggunakan
kekuasaan untuk pemaksaan hukuman dan kekuasaan legalnya
karena dipandang akan mengganggu atau merusak hubungan
dengan anggota timnya atau pegawainya.
d) Low structure/task, Low consideration/relationship, adalah
pemimpin yang miskin (impoverished). Pemimpin dengan gaya ini
memanfaatkan pendelegasian kemudian melepasnya (delegate and
disappear management style). Dia tidak punya komitmen baik pada
tugas maupun hubungan, lebih suka terjauh dari proses tim, dan
membiarkan tim menderita akibat perjuangan kekuasaan.
3) Study Michigan
Study Michigan menghasilkan dua bentuk perilaku pemimpin yaitu
production-centered/task-oriented, dan employee-centered/human relation
oriented. Pemimpin yang berorientasi tugas lebih memusatkan pada
terlaksananya pekerjaan, menentukan standar kerja yang ketat,
mengorganisir tugas dengan hati-hati, merinci metode kerja yang harus
diikuti pegawai, dan pengawasan yang ketat pada kerja pegawai.
Sementara itu, pemimpin yan berorientasi hubungan atau pegawai,
menekankan pada kebutuhan personal pegawai, pengembangan hubungan
interpersonal, punya hubungan suportif dengan bawahan, menggunakan
kelompok ketimbang individu dalam memutuskan, memandan bawahan
untuk menentukan dan mencapai tujuan kinerja tinggi, dan memperlakukan
bawahan dalam cara yang sensitif dan penuh perhatian (Lenenburg dan
Ornstein dalam suharsaputra, 2016: 40).
Sementara itu, Yukl (2017: 67), mengemukankan bahwa ada tiga jenis
perilaku kepemimpinan yang saling berbeda diantara para manajer yang
efektif dan tidak efektif. Jenis perlaku tersebut adalah:
a) Perilaku yang berorientasi tugas
Para manajer yang efektif tidak menggunakan waktu dan
usahanya dengan melakukan pekerjaan yang sama seperti para
bawahannya. Sebaliknya, para manajer yang lebih efektif
berkonsentrasi para fungsi yan berorientasi pada tugas seperti misalnya
14
merencanakan dan mengatur pekerjaan, mengoordinasikan kegiatan
para bawahan, dan menyediakan perlengkapan, peralatan serta bantuan
teknis yan dibutuhkan. Disamping itu, para manajer yang efektif
memandu para bawahannya menetapkan tujuan kinerja yan tinggi,
tetapi realistis.
b) Perilaku yang berorientasi hubungan
Para manajer yang efektif lebih penuh perhatian dan membantu
para bawahan. Perilaku mendukung yang berkorelasi dengan
kepemimpinan yang efektif mencakup tindakan untuk memperlihatkan
kepercayaan dan keyakinan, bertindak ramah dan penuh perhatian dan
berusaha memahami permasalahan bawahan, memabantu
mengembangkan bawahan dan memajukan karier mereka, selalu
memberi informasi kepada bawahan, memperlihatkan apresiasi
terhadap ide para bawahan, dan memberi pengakuan atas kontribusi
dan keberhasilan bawahan.
c) Kepemimpinan partisipatif
Para manajer yang efektif menggunakan lebih banyak supervisi
grup daripada mengendalikan tiap-tiap bawahan secara sendiri-sendiri.
Pertemuan grup memudahkan partisipasi bawahan dalam pengambilan
keputusan, memperbaiki komunikasi, mendorong kerja sama, dan
memudahkan pemecahan konflik.
Tabel 3. Contoh perilaku yang Berorientasi Tugas dan Hubungan
Perilaku yang berorientasi Tugas Perilaku yang berorientasi Hubungan
1. Mengatur aktivitas kerja untuk
meningkatkan efisieni
2. Merencanakan kegiatan jangka
pendek
3. Menugaskan pekerjaan ke grupatau
perorangan
4. Menjelaskan apa hasil yang
diharapkan dari tugas.
5. Menetapkan tujuan dan standar yang
jelas untuk kinerja tugas tertentu
6. Menjelaskan peraturan,kebijakan,
dan standar prosedur operasional.
7. Mengarahkan dan
mengoordinasikan aktivitas unit.
8. Mengawasi kegiatan dan kinerja
9. Menyelesaikan masalah mendesak
yang akan mengganggu pekerjaan.
1. Memberikan bantuan dan dorongan
bagi orang dengan tugas yang sulit.
2. Memperlihatkan kepercayaan bahwa
seorang dapat melakukan tugas yang
sulit.
3. Bersosialisasi dengan orang untuk
membangun hubungan.
4. Mengakui kontribusi dan
keberhasilan.
5. Memberikan latihan dan bantuan
ketika diperlukan.
6. Berkontribusi dengan orang atas
keputusan yang memengaruhi
mereka
7. Membolehkan orang untuk
menentukan cara terbaik melakukan
tuga tertentu
8. Memberikan informasi kepada orang
tentang tindakan yang memengaruhi
mereka
15
9. Membantu menyelesaikan konflik
dalam cara yang positif
10. Menggunakan simbol, upacara,
ritual, dan cerita untuk membangun
identitas tim.
11. Merekrut anggota baru yang
kompeten untuk tim atau organisasi.
c. Teori kontingensi
Walaupun sejumlah pendekatan kepemimpinan dapat disebut sebagai
teori kontingensi, tetapi yang paling diakui secara luas adalah teori dari
Fiedler (Northouse, 2013: 117). Teori kontingensi adalah teori kesesuaian
pemimpin, yang berarti berusaha menyesuaikan pemimpin dengan situasi
yang tepat. Hal ini disebut kontingensi, karena teori ini menyatakan bahwa
keefektifan pemimpin tergantung pada seberapa sesuai gaya pemimpin
dengan situasi sekitar. Untuk memahami kinerja pemimpin, perlu untuk
memahami situasi dimana mereka memimpin. Kepemimpinan yang efektif
itu tergantung pada kesesuaian gaya pemimpin dengan latar yang tepat.
Menurut teori kontingensi ini secara esensial kepemimpinan
merupakan hubungan kerja yang melibatkan kekuasaan dan pengaruh. Oleh
karenanya, keefektifan seorang pemimpin dalam mencapai kinerja tinggi
tergantung pada sistem motivasi pemimpin dan tingkat pemimpin
mengontrol dan memengaruhi situasi (Leader’s motivational system and the
degree to which the leader control and influence the situation)
(Suharsaputra, 2016: 47).
Leader’s motivational system menunjukkan gaya kepemimpinan yang
diukur dengan skor LPC (Least Prefered Coworker) yang tiap
pernyataannya mempunyai skor dari 1 hingga 8. Tingginya skor LPC
menunjukkan bahwa pemimpin tersebut mempunyai tujuan untuk
memelihara hubungan interpersonal yang dekat dengan bawahan, dan
bertindak penuh perhatian dan dukungan, sementara itu jika skor LPC
rendah menunjukkan bahwa pemimpin punya tujuan utamanya adalah
penyelesaian tugas, sehingga tingginya skor LPC menunjukkan
relationship-motivated (employee-centered), sedangkan pemimpin dengan
skor LPC rendah menunjukkan task-motivated (production-centered)
dimana pencapaian tugas menjadi prioritas utama (Lunenburg dan Ornstein
dalam Suharsaputra, 2016: 47). Berdasarkan temuan penelitian, teori
kontingensi mengatakan bahwa gaya tertentu efektif di situasi tertentu.
Orang yang termotivasi tugas (Nilai LPC rendah) akan efektif di situasi
yang sangat disukai dan yang sangat tidak disukkai, yaitu di situasi yang
berjala sangat mulus atau situasi yan tak terkendali. Orangorang yang
termotivasi hubungan (Nilai LPC tinggi) efektif di situasi yang cukup
16
disukai, yaitu di situasi dimana ada sejumlah tingkatan kepastian tetapi hal-
hal benar-benar ada di bawah kendali mereka atau di luar kendali mereka
(Northouse, 2013: 119).
Gaya-gaya kepemimpinan tersebut berinteraksi dengan faktor situasi
(situation favourabless), yang akan memengaruhi keefektifan
kepemimpinan (Suharsaputra, 2016: 47). Northhouse (2013: 118)
menyebutkan ada 3 faktor situasi yakni:
1. Hubungan pemimpin-pengikut
Hubungan pemimpin-pengikut mencakup suasana kelompok dan
tingkat keyakinan, kesetiaan, dan daya tarik yang dirasakan pengikut untuk
pemimpin mereka. Bila suasana kelompok positif dan pengikut
memercayai, menyukai, dan bekerja dengan baik bersama pemimpin,
hubungan pemimpin-pengikut didefinisikan sebagai baik. Di sisi lain, bila
suasana yang ada tidak menyenangkan dan konflik muncul didalam
kelompok, hubungan pemimpin-pengikut didefinisikan sebagai buruk.
2. Struktur tugas
Struktur tugas adalah tingkatan dimana tuntutan akan tugas jelas dan
diutarakan. Tugas yang benar-benar terstruktur cenderung memberi banyak
kendali bagi pemimpin, sementara tuga yang tidak jelas dan tidak pasti
mengurangi kendali serta kontrol pemimpin. suatu tugas dianggap
terstruktur ketika
a) Tuntutan tugas diutarakan secara jelas dan diketahui oleh orang-
orang yang diminta untuk melakukan tugas itu
b) Pola penyelesaian tugas memiliki sejumlah alternatif
c) Penyelesaian tugas bisa ditunjukkan secara jelas
d) Hanya ada jumlah terbaas dari solusi yang tepat untuk tugas itu.
3. Kekuatan posisi
Kekuatan posisi adalah jumlah otoritas yang dimiiki pemimpin untuk
menghukum atau memberi imbalan pengikut. Hal itu mencakup kekuasaan
sah individu yang didapat dari hasil dari posisi yang mereka miliki di
organisasi. Kekuatan posisi itu kuat, bila seseorang memiliki otoritas untuk
mepekerjakan dan memecat atau memberi kenaikan jabatan atau gaji. Ha
litu lemah bila orang tidak memiliki otoritas untuk melakukan hal-hal itu.
17
Tabel 4. Model Kontingensi
d. Teori Situasional Seperti namanya, kepemimpinan situasional berfokus pada situasi di
sekitar pemimpin. Prinsip teori ini adalah, situasi yang berbeda menuntut
jenis kepemiminan yang berbeda. Dari perspektif ini, untuk menjadi
pemimpin yang efektif, seseorang harus menyesuaikan gaya dia dengan
tuntutan dari situasi yang berbeda.
Menurut Northouse (2013: 96-98) Gaya kepemimpinan mengandung
pola perilaku dari seseorang yang mencoba untuk memengaruhi orang lain.
Hal itu mencakup perintah (tugas) dan perilaku pemberi dukungan
(hubungan). Gaya kepemimpinan bisa dikelompokkan menjadi empat
kategori yang berbeda dari perilaku perintah dan pemberian dukungan:
1) Gaya Pertama (S1) adalah gaya perintah tinggi-pemberian dukungan
rendah yang disebut juga gaya memerintah. Di dalam pendekatan
ini, pemimpin memfokuskan komunikasi pada pencapaian tujuan,
dan menghabiskan jumlah waktu yang lebih sedikit dengan
menggunakan perilaku pemberian dukungan. Dengan menggunankan
gaya ini, pemimpin memberi instruksi tentang apa dan bagaimana
tujuan yang akan diapai oleh pengikut, dan kemudian mengawasi
mereka dengan hati-hati.
2) Gaya kedua (S2) disebut sebagai pendekatan pelatihan dan gaya
perintah tinggi-pemberian dukungan tinggi. Di dalam pendekatan ini,
pemimpin memfokuskan kamunikasi pada pencapaian tujuan dan
pemenuhan kebutuhan sosial-emosi pengikut. Gaya pelatihan
meminta pemimpin itu untuk ikut melibatkan dirinya dengan
Hubungan
Pemimpin-
pengikut
Baik Buruk
Struktur
Tugas
Struktur Tinggi Struktur Rendah Struktur Tinggi Struktur Rendah
Kekuatan
Posisi
Kekuatan
Kuat
Kekuatan
Lemah
Kekuatan
Kuat
Kekuatan
Lemah
Kekuatan
Kuat
Kekuatan
Lemah
Kekuatan
Kuat
Kekuatan
Lemah
1 2 3 4 5 6 7 8
Gaya
Kepemimpinan
yang disukai
LPC Rendah
LPC Sedang
LPC Tinggi LPC
Rendah
18
pengikut, dengan memberi dukungan dan meminta masukan dari
pengikut.
3) Gaya ketiga (S3) adalah pendekatan gaya mendukung. S3 menuntut
pemimpin untuk mengambil gaya memberikan dukungan tinggi dan
gaya perintah rendah. Didalam pendekatan ini, pemimpin tidak hanya
berfokus pada tujuan, tetapi menggunakan perilaku pemberi
dukungan yang membuat karyawan menunjukkan keterampilannya
untuk melakukan tugas yang ditetapkan. Gaya mendukung ini
mencakup menengarkan,memuji, meminta masukan, dan memberi
umpan balik. Pemimpin menggunakan gaya ini dengan memberi
pengikut kontrol atas keputusan dari hari ke hari, tetapi tetap bersedia
untuk membantu pemecahan masalah. Pemimpin S3 cepat untuk
memberi pengakuan dan dukungan sosial kepada pengikut.
4) Gaya keempat (S4) disebut sebagai gaya perintah dan gaya pemberi
dukungan rendah atau pendekatan mendelegasikan. Dalam
pendekatan ini, pemimpin menawarkan lebih sedikit masukan tugas
dan dukungan sosial, meningkatkan motivasi dan keyakinan diri
karyawan dalam kaitannya dengan tugas. Pemimpin yang
menggunakan pendekatan delegasi ini mengurangi keterlibatan
dirinya dalam perencanaan, pengawasan hal-hal rinci, dan klarifikasi
tujuan. Setelah kelompok sepakat dengan apa yang dilakukan, gaya
ini membiakan pengikut untuk bertanggungjawab atas penyelesaian
pekerjaan dengan cara yang mereka anggap sesuai. Seorang
pemimpin yang menggunaka gaya S4 mengontrol pengikut dan
menahan diri untuk tidak ikut campur dengan memberi dukungan
sosial yang tidak perlu.
Gambar 2. Gaya kepemimpinan Situasional
19
Sementara itu, Suharsaputra (2016: 55) menyebutkan 2 komponen
terkait kesiapan bawahan yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a) Ability, adalah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang
dimiliki bawahan terkait dengan tugas atau kegiatan spesifik.
b) Willingness (kemauan), merupakan kesiapan psikologis yang
menunjukkan sejauh mana individu atau kelompok punya
keyakinan, komitmen, dan motivasi untuk menyelesaikan tugas
spesifik.
Bagian besar kedua dari model kepemimpinan situasional adalah
terkait dengan tingkat perkembangan pengikut. Tingkat perkembangan
adalah tingkatan dimana pengikut memiliki kompetensi dan komitmen yang
penting untuk mencapai tugas atau aktivitas tertentu (Northouse, 2013: 98).
Dengan kata lain hal ini menjadi indikator apakah seseorang memiliki
kompetensi dna kemauan untuk menyelesaikan tugas dan tanggungjawab
yang di bebankan kepadanya.
Menurut Harsey dan Blanchard (dalam Yukl, 2017: 267),
mengusulkan teori kontingensi yang menjelaskan jenis perilaku
kepemimpinan yang tepat untuk tingkatan “kematangan” bawahan yang
berbeda dalam hubungannya dengan pekerjaan. Bawahan dengan tingkat
kematangan yang tinggi memiliki kemampuan dan keyakinan diri untuk
melakukan tugas tertentu, sedangkan bawahan dengan kematangan yang
rendah tidak memiliki kemampuan dan kepercayaan diri. Menurut
Northouse (2013: 98), pada tugas tertentu karyawan bisa dikelompokkan
menjadiempat kategori yakni:
a) D1, karyawan D1 rendah dalam kompetensi dan tinggi dalam
komitmen. Mereka baru dengan tugas dan tidak tahu dengan pasti
cara melakukan itu, tetapi mereka senang dengan tantangan tugas
tersebut.
b) D2, karyawan D2 digambarkan sebagai orang yang memiliki
sejumlah kompetensi tetapi memiliki komitmen yang rendah.
Mereka telah mulai mempelajari suatu pekerjaan, tetapi mereka
juga telah kehilangan sejumlah motivasi awal tentang pekerjaan.
c) D3, karyawan D3 menggambarkan karyawan yang memiliki
kompetensi sedang hingga tinggi, tetapi tidak memiliki komitmen.
Mereka pada dasarnya telah mengembangkan keterampilan untuk
jabatan, tetapi tidak yakin apakah mereka bisa menyelesaikan
pekerjaan itu sendiri.
d) D4, karyawan D4 adalah karyawan dengan pengembangan
tertinggi. Dia memiliki kompetensi dna komitmen yang tinggi
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Mereka memiliki
keterampilan untuk melakukan pekerjaan dan memiliki motivasi
untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
20
3. Gaya Kepemimpinan
Gaya (Style) kepemimpinan lebih banyak dipengaruhi oleh karakter
seseorang dalam menjalankan organisasinya (Lukman Hakim, 2008: 98).
Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang khas yang ditentukan
oleh kompetensi, kepribadian, pengalaman dan kondisi instansi yang
dipimpinnya. Jenis instansi yang dipimpinnya juga berpengaruh bagaimana
pemimpin melakukan fungsinya (Eva Meizara, dkk. 2016: 175). Hal ini
menunukkan bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin tidak hanya
dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin tetapi juga ada beberapa faktor lain
dari luar dirinya.
Selanjutnya, setiap pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen,
watak kepribadian sendiri yang unik, dan khas. Sehingga tingkahlaku dan
gayanyalah yang membedakan dirinya dengan orang lain. Gaya atau style
hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku kepemimpinannya (Kartono dalam
Machali dan Hidayat, 20016: 91).
Gaya kepemimpinan mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan
tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam
memimpin yang dapat memengaruhi bawahannya. (Baharudin dan umiarso,
2012: 51). Mempengaruhi adalah komponen utama dalam kepemimpinan,
dalam mempengaruhi orang lain seorang pemimpin mesti menunjukkan
tingkah laku yang dapat menjadi contoh yang dapat diikuti.
Menururt Machali dan Hidayat (2016: 89), gaya kepemimpinan adalah
pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun
yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan
kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang
mendasari perilaku seseorang. Artinya, gaya kepemimpinan adalah perilaku
dan strategi, sebagai hasilkombinasi dari falsafah, keterampilan,sifat, sikap,
yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba memengaruhi
kinerja bawahannya.
Sedangkan Wirawan, mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai pola
perilaku pemimpin dalam memengaruhi sikap, perilaku dan sebagainya para
pengikutnya. pengertian pola perilaku bukan dalam artian statis akan tetapi
dalam pengertian dinamis. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dapat
berubah-ubah tergantung pada kuantitas dan kualitas para pengikut,situasi,dan
sistem sosialnya. Seorang pemimpin dapat mempergunakan sejumlah pola
perilaku atau gaya yang berbeda dalam memengaruhi pengikutnya (Wirawan,
2014: 352).
Berdasakan pengertian Gaya kepemimpinan menurut beberapa ahli di
atas, dapat disimpulkan bahwa Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh
21
dari tingkah laku pemimpin yang bersifat nampak maupun tidak nampak baik
berupa karakter, kepribadian, sifat, kebiasaan, tempramental, kompetensi,
kepribadian, dan pengalaman yang menjadi kekhasan dan keunikan pemimpin
dalam mempengaruhi kinerja bawahannya.
4. Macam-macam Gaya Kepemimpinan
Adapun gaya-gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut:
a. Gaya kepemimpinan Otokratis.
Gaya ini terkadang disebut sebagai kepemimpinan yang terpusat pada
diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya otokratis ini ditandai dengan adanya
petunjuk yang sangat banyak sekali yang berasal dari pemimpin dan tidak
ada satupun peran para anak buah dalam merencanakan dan sekaligus
mengambil suatu keputusan.
Gaya kepemimpinan otokratis ini akan menentukan sendiri keputusan,
peran, bagaimana, kapan dan bilamana secara sepihak. Yang pasti tugas
yang diperintahkan mesti dilaksanakan. Paling sangat menonjol dalam gaya
kepemimpinan otokratis ini adalah seseorang akan memberikan perintah
dan mesti dipatuhi. Ia akan memerintah berdasarkan dari kemampuannya
untuk menjatuhkan hukuman serta memberikan hadiah. Gaya
kepemimpinan otokratis adalah suatu kemampuan dalam mempengaruhi
orang lain yang ada disekitar agar mau bersedia berkerjasama dalam
mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan ditempuh atas segala cara
kegiatan yang akan dijalankan atas dasar putusan dari pemimpin.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis ini yaitu wewenang
mutlak itu terpusat dari pemimpin, keputusan akan selalu dibuat oleh
pemimpin, kebijakan akan selalu dibuat oleh pemimpin, komunikasi hanya
berlangsung dalam satu arah dimana dari pimpinan ke bawahan bukan
sebaliknya, pengawasan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau
kegiatan) dari para bawahannya dilakukan dengan ketat, tak ada
kesempatan untuk para bawahan dalam memberikan (pendapat, saran atau
pertimbangan), lebih banyak mendapatkan kritikan dibanding pujian,
menuntut adanya kesetiaan dan prestasi yang sempurna dari para bawahan
tanpa adanya syarat, dan cenderung memberikan paksaan, hukuman dan
anacaman.
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis.
Gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu kemampuan dalam
mempengaruh orang lain agar dapat bersedia untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan berbagai cara atau kegiatan
yang dapat dilakukan dimana ditentukan bersama antara bawahan dan
pimpinan. Gaya tersebut terkadang disebut sebagai gaya kepemimpinan
22
yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan adanya kesederajatan,
kepemimpinan partisipatif atau konsultatif.
Pada kepemimpinan demokratis, mananjer beranggapan bahwa ia
merupakan bagian integral yang sama sebagai elemen organisai dan secara
bersamaan seluruh elemen tersebut bertanggung jawab terhadap organisasi.
Oleh karena itu, agar seluruh bawahan merasa turut bertanggung jawab
maka mereka harus berpartisipasi dalam setiap aktifitas perencanaan,
evaluasi dan penyeliaan (Siswanto, 2006: 158-159).
Kerja kelompok (kolaboratif), pengelolaan konflik, dan pengaruh
merupakan ciri khas pemimpin demokratis (Lukman Hakim, 2008: 105).
Adapun ciri-ciri dari gaya kepemimpinan demokratis ini yaitu:
1) Memiliki wewenang pemimpin yang tidak mutlak
2) Pimpinan bersedia dalam melimpahkan sebagian wewenang kepada
bawahan
3) Kebijakan dan keputusan itu dibuat bersama antara bawahan dan
pimpinan
4) Komunikasi dapat berlangsung dua arah dimana pimpinan ke
bawahan dan begitupun sebaliknya
5) Pengawasan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan)
kepada bawahan dilakukan dengan wajar, prakarsa bisa datang dari
bawahan atau pimpinan
6) Bawahan memiliki banyak kesempatan dalam menyampaikan saran
atau pendapat
7) Tugas-tugas yang diberikan kepada bawahan bersifat permintaan
dengan mengenyampingkan sifat instruksi
8) Pimpinan akan memperhatikan dalam bertindak dan bersikap untuk
memunculkan saling percaya dan saling menghormati.
c. Gaya Kepemimpinan Trasformasional
Konsep awal tentang kepemimpinan transformasional ini
dikemukakan oleh McGregor Burns dalam Baharudin dan Umiarso (2012:
222) yang menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan
sebuah sketsa yang didalamnya mengandung suatu proses dimana para
pemimpin dan para bawahannya berusaha untuk mencapai tingkat moralitas
dan motivasi yang lebih tinggi.
Sedangkan menurut Bass dalam Rivai dkk (2014: 451) kepemimpinan
transformasional didefinisikan sebagai kemampuan pemimpin mengubah
lingkungan kerja, motivasi kerja, dan nilai-nilai kerja yang dipersepsikan
bawahan sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerja untuk
mencapai tujuan organisasi. Berarti, sebuah transformasional terjadi dalam
23
hubungan kepemimpinan manakala pemimpin membangun kesadaran
bawahan akan pentingnya nilai kerja, memperluas dan meningkatkan
kebutuhan melampaui minat pribadi serta mendorong perubahan tersebut ke
arah kepentingan bersama termasuk kepentingan organisasi.
Kepemimpinan transformasional adalah seorang pemimpin
mempengaruhi pengikut untuk memiliki visi, misi, dan tujuan yang sama
dengan memberikan motivasi dan mengubah budaya organisasi dengan
keteladanan sehingga bawahan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
terhadap organisasi dan secara bersama-sama melaksanakan tugas untuk
mencapai tujuan bersama. Asumsi yang mendasari kepemimpinan
transformasional adalah bahwa setiap bawahan akan mengikuti pemimpin
yang dapat memberi mereka inspirasi dengan visi yang jelas dengan cara
dan energi yang baik untuk mencapai sesuatu tujuan yang besar.
Bekerjasama dengan pemimpin transformasional ini akan mampu
memberikan suatu bentuk pengalaman yang berharga (Baharudin dan
Umiarsa, 2012: 222).
Dalam kepemimpinan transformasional ini menekankan pada proses
dimana orang terlibat dengan orang lain dan menciptakan hubungan yang
meningkatkan motivasi dan moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut.
Jenis pemimpin ini memiliki perhatian pada kebutuhan dan motif pengikut,
serta mencoba membantu pengikut mencapai potensi terbaik mereka (Peter
G. Notherhouse, 2013: 176)
Sedangkan Machali dan Hidayat (2016: 99) mendefinisikan
kepemimpinan transformasional sebagai kemampuan seorang pemimpin
dalam bekerja dan/atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara
optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan sesuai
dengan target capaian yang telah di tetapkan. Sumber daya yang dimaksud
disini adalah adalah berupa SDM, fasilitas, dana, dan faktor-faktor eksternal
keorganisasian.
Berdasarkan pengertian kepemimpinan transformasional menurut
beberapa ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan
transformasional adalah sketsa yang mengandung proses menyamakan visi,
misi, dan tujuan, memberikan motivasi dan bantuan agar pengikut mencapai
potensi terbaiknya, serta mengubah lingkungan kerja, motivasi kerja, nilai-
nilai kerja dan budaya organisasi dengan keteladanan untuk mencapai
tujuan sesuai dengan target capaian yang telah di tetapkan.
Menurut Baharudin dan Umiarsa (2012: 223) ada beberapa
karakteristik dari perilaku kepemimpinan transformasional yakni:
24
1) Mempunyai visi yang besar dan mempunyai intuisi
2) Menempatkan diri sebagai motor penggerak perubahan
3) Berani mengambil resiko dengan pertimbangan yang matang
4) Memberikan kesadaran kepada bawahan tentang pentingnya hasil
pekerjaan
5) Memiliki kepercayaan akan kemampuan bawahan
6) Fleksibel dan terbuka terhadap pengalaman baru
7) Mendorong bawahan untuk menempatkan kepentingan organisasi
diatas kepentingan pribadi dan golongan
8) Mampu mengartikulasikan nilai inti (budaya/tradisi) untuk
membimbing prilaku mereka.
Kepemimpinan transformasional peduli dengan perbaikan kinerja
pengikut dan mengembangkan pengikut ke potensi maksimal mereka.
Orang yang menampilkan kepemimpinan transformasional seringkali
memiliki kumpulan nilai serta prinsip internal yang kuat. Mereka efektif
dalam memotivasi pengikut untuk bertindak dalam cara yang mendukung
kepentingan yang lebih besar daripada kepentingan mereka sendiri.
Menurut Peter G. Northouse (2013: 151-153) Adapun faktor-faktor dalam
kepemimpinan transformasionla adalah:
1) Pengaruh ideal
Faktor ini biasa disebut juga sebagai kharisma atau pengaruh
ideal. Ini adalah komponen emosional dari kepemimpinan. Pengaruh
ideal mendeskripsikan pemimpin yang betindak sebagai teladan yang
kuat bagi pengikut. Pengikut menghubungkan dirinya dengan
pemimpin ini dan sangat ingin menirukan mereka. Pemimpin ini
biasanya memiliki standar yang sangat tinggi akan moral dan perilaku
yang etis, serta bisa diandalkan untuk melakukan hal yang benar.
Faktor pengaruh ideal diukur pada dua komponen yakni
komponen pengakuan yang merujuk pada pengakuan pengikut kepada
pemimpin yang didasarkan pada persepsi yang mereka miliki atas
pemimpin mereka, serta komponen perilaku yang merujuk pada
observasi pengikut akan perilaku pemimpin.
2) Motivasi yang menginspirasi
Faktor ini disebut juga sebagai inspirasi atau motivasi yang
menginspirasi. Faktor ini menggambarkan pemimpin yang
mengomunikasikan harapan tinggi kepada pengikut, menginspirasi
mereka lewat motivasi untuk menjadi setia pada, serta menjadi bagian
dari visi bersama dalam organisasi. Mereka melakukannya lewat kata-
kata yang mendorong dan percakapan singkat, untuk memberi
semangat yang jelas-jelas mengomunikasikan peran penting yang
mereka mainkan dalam pertumbuhan organisasi di masa depan.
25
3) Rangsangan intelektual
Hal ini mencakup kepemimpinan yang merangsang pengikut
untuk bersikap kreatif dan inovatif serta merangsang keyakinan dan
nilai mereka sendiri, seperti juga nilai dan keyakinan pemimpin serta
organisasi. Jenis kepemimpinan ini mendukung pengikut ketika
mencoba pendekatan baru dan mengembangkan cara inovasi untuk
menghadapi masalah organisasi.
4) Pertimbangan yang diadaptasi
Faktor ini mewakili pemimpin yang memberikan iklim yang
mendukung dimana mereka mendengarkan dengan seksama kebutuhan
masing-masing pengikut. Pemimpin bertindak sebagai pelatih dan
penasihat, sambil mencoba untuk membantu pengikut benar-benar
mewujudkan apa yang diinginkan.
d. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Menurut Bass dalam Robbins & Judge (2009:90) gaya kepemimpinan
transaksional adalah model kepemimpinan dimana pemimpin memadukan
atau memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegakkan
dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas. Di dalam Robbins & Coulter
(2012:497), pemimpin dengan gaya kepemimpinan transaksional yaitu
pemimpin yang membimbing dan memotivasi pengikutnya menuju ke
sasaran yang ditetapkan dengan memberikan penghargaan atas
produktivitas mereka.
Menurut Odumeru & Ifeanyi (2013: 358) gaya kepemimpinan
transaksional adalah gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin
memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin
dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran
tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar
kerja, dan penghargaan. Sehingga dapat diartikan, kepemimpinan
Transaksional sebagai cara yang digunakan seorang pemimpin dalam
menggerakkan anggotanya dengan menawarkan imbalan atau akibat
kontribusi yang diberikan oleh anggota kepada organisasi.
Pemimpin transaksional adalah pemimpin yang memberi sesuatu
untuk mendapat sesuatu, pemimpin transaksional memperdagangkan
manfaat dengan pengikutnya. Menurut suharsaputra, pepemahaman situasi
dan kemudian menyesuaikan diri dengannya menunjukkan suatu transaksi
interaksi, dimana upaya untuk melakukan perubahan tidak menjadi
perhatian utama pemimpin (Suharsaputra, 2016: 58)
Dari beragam pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan transaksional adalah model kepemimpinan dimana
26
pemimpin membimbing dan memotivasi pengikutnya menuju ke sasaran
yang ditetapkan dengan memberikan penghargaan atas produktivitas
mereka dengan menawarkan imbalan atau akibat dari kontribusi yang
diberikan oleh anggota, pemimpin memberikan sesuatu untuk mendapatkan
sesuatu sehingga perubahan tidak menjadi perhatian utama pemimpin.
Menurut Lensufiie (2010: 89) ada 3 unsur dari gaya kepemimpinan
transaksional yaitu :
1) Unsur kerja sama antara pengikut dan pemimpin yang bersifat
kontraktual.
2) Unsur prestasi yang terukur.
3) Unsur reward atau upah yang dipertukarkan dengan loyalitas.
Pola kepemimpinan ini akan berjalan dengan baik apabila ketiga unsur
diatas terpenuhi sekaligus memuaskan kedua belah pihak.
Menurut Robbins & Judge (2009:91) dimensi dari gaya
kepemimpinan transaksional adalah :
1) Imbalan Kontinjen (Contingensi Reward).
Pemimpin melakukan kesepakatan tentang hal-hal apa saja yang
dilakukan oleh bawahan dan menjanjikan imbalan apa yang akan
diperoleh bila hal tersebutz dapat tercapai. Imbalan dapat berupa bonus,
bertambahnya penghasilan, atau memberikan fasilitas kepada
karyawan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi penghargaan maupun
pujian kepada bawahan terhadap kinerja terbaiknya. Selain itu,
pemimpin betransaksi dengan bawahan dengan memfokuskan pada
aspek kesalahan yang dilakukan bawahan, menunda keputusan, atau
menghindari hal - hal yang kemungkinan mempengaruhi terjadinya
kesalahan.
2) Manajemen dengan pengecualian / eksepsi aktif ( Active
Management by Exception )
Menejemen dengan pengecualian itu adalah kepemimpinan yang
melibatkan kritik membangun,umpan balik negatif, dan dorongan
negatif. Menejemen dengan pengecualian memiliki dua bentuk yakni
aktif dan pasif. Pemimpin menggunakan manajemen bentuk pasif
mengawasi pengikut secara seksama. Pemimpin yang mneggunakan
bentuk pasif melakukan interview hanya setelah standar tidak bisa
dipenuhi atau masalah telah terjadi.
B. Wanita dan Peranannya
1. Kedudukan Wanita dalam Al-Qur‟an
Penjelasan terkait dengan kedudukan wanita banyak dijelaskan dalam Al-
Qur‟an seperti yang tertera pada Surat Al-Ahzab Ayat 35 yang menyatakan
bahwa kedudukan antara laki-laki dan wanita adalah sama. Ayat tersebut
berbunyi:
27
ن ٱو تمى مؤ ن ٱو مىيه مؤ ن ٱو تهم مس ن ٱو هميه مس ن ٱإن ن ٱو ىتيه ق
دقيه نص ٱو تىت ق
قيه ن ٱو تشع خ ن ٱو شعيه خ ن ٱو تر بنص ٱو بريه نص ٱو تدق نص ٱو د ق ن ٱو مت ص د تمت ص
ٱو ٱو ئميه نص
هم فظيه ح ن ٱو تئم نص ٱو تفظ ح ن ٱو فروج ثير لل ٱكريه نذ ٱو اك
تكر نذ
د ٱأ ع غ ن هملل ة م أ ج فر ظيم راو ٥٣بع
Artinya: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,
laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang
tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki
dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu´,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan
yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut
(nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan
pahala yang besar” (Q.S. Al-Ahzab: 35)
Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa agama memandang kedudukan laki-
laki dan wanita sama. Allah memberikan kebebasan kepada wanita dalam
beribadah sebagaimana halnya laki-laki. Tidak ada pembatasan antara laki-laki
dan wanita. Meski banyak yang berpendapat bahwa posisi laki-laki dan wanita
itu berbeda, dan memandang bahwa wanita berada satu level dibawah laki-laki.
Pendapat tersebut menjelaskan kedudukan wanita sebagai makhluk yang harus
dipimpin oleh seorang laki-laki yang tertuang dalam Surat An-Nisa‟ ayat 34
yang artinya:
بلٱ ج ه ىمىن ق ى نر ب ٱع بءنىس م بم ٱف ض هم ب ع لل ه ى ض ب ض ب ع ع بم تهح نص ٱف نهم ى أ م مه أ وف قىاو
ي نه ت فظ ح ت ىت ق ببغ فظ بم ٱح ٱو لل بفىن تين هه ت خ بجعن ٱفيجروهه ه ٱو ف عظىهه وشىز ض م
ى كم أ ط ع ف ئن ربىهه ض ٱو ه ي غىات ب ف ل بيلاهه ع بن لل ٱإن س هي ك بير بع ٥٣اك
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.
Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang
saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha Besar.”
Dari ayat di atas jelas diterangkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi
seorang wanita, yang menerangkan posisi dan kedudukan wanita yang
merupakan makmum dari seorang laki-laki. Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim
28
mengatakan mengenai ‟ar rijaalu qowwamuna ’alan nisaa‟, maksudnya
adalah laki-laki adalah pemimpin wanita.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Laki-lakilah yang seharusnya
mengurusi kaum wanita. Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita,
sebagai hakim bagi mereka dan laki-lakilah yang meluruskan apabila
wanita menyimpang dari kebenaran. Lalu ayat (yang artinya), ‟Allah
melebihkan sebagian mereka dari yang lain‟, maksudnya adalah Allah
melebihkan kaum pria dari wanita. Hal ini disebabkan karena laki-laki
adalah lebih utama dari wanita dan lebih baik dari wanita. Oleh karena itu,
kenabian hanya khusus diberikan pada laki-laki, begitu pula dengan
kerajaan yang megah diberikan pada laki-laki. Hal ini berdasarkan sabda
Nabi shollallohu „alaihi wa sallam, ”Suatu kaum itu tidak akan bahagia
apabila mereka menyerahkan kepemimpinan mereka kepada wanita.”
(Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dari hadits „Abdur Rohman bin Abu
Bakroh dari ayahnya).
Ada beberapa kontroversi terkait kedudukan wanita. Pendapat pertama
yang mengacu pada Surat Al-Ahzab Ayat 35 menyatakan bahwa laki-laki dan
wanita memiliki derajat yang sama, keduanya memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi seorang pemimpin. Sedangkan pendapat yang kedua yang
mengacu pada Surat AN-Nisa‟ ayat 34 sangat tegas menyebutkan bahwa laki-
laki adalah pemimpin bagi kaum wanita karena laki-laki dikaruniai kelebihan
dibandingkan wanita. Atas dasar inilah, pendapat yang kedua tidak
mengizinkan bahwa wanita bisa menjadi seorang pemimpin. Namun, ada
sebuah ayat dalam Surat An-Nisa‟: 32 yang menjelaskan bahwa:
ل ى ى و بات ت م م م ٱف ض كم ب ع ۦبهلل ه ى ض بلض ب ع ع ج بو صيب نهر م ك ٱم بىا ب ت س نهىس بو صيب ءو م م
ب ك ٱ س ه ت س و بن لل ٱإن ۦ ههف ض مهلل ٱنىا هيم ء ش ي بكمك ٥٣بع
Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah
dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain.
(Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan,
dan bagi wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan.
Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Dalam penjelasan Surat Al-Ahzab Ayat 35, ayat tersebut menerangkan
bahwa kedudukan laki-laki dan wanita adalah setara, keduanya memiliki
kesempatan yang sama hanya amal ibadahlah yang membedakan
kedudukannya. Namun dalam ayat yang kedua yakni Surat An-Nisa‟ ayat 34
dengan jelas menerangkan bahwa kedudukan laki-laki berada diatas wanita.
Laki-laki diciptakan sebagai seorang pemimpin bagi wanita. Sehingga posisi
wanita dalam ayat ini sangatlah jelas sebagai seorang pengikut (orang yang
29
dipimpin) dan laki-laki adalah seorang pemimpin. Namun, dalam ayat lain
yakni Surat An-Nisa‟ ayat 32 diterangkan bahwa manusia tidak perlu iri hati
terhadap kelebihan yang diberikan kepada orang lain. Karena sesungguhnya
semua bergantung pada usaha yang dilakukan oleh manusia.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak masalah jika seorang
wanita ingin berada pada posisi seorang pemimpin, dengan catatan bahwa
usaha yang harus dilakukan oleh seorang wanita harus sesuai dengan jabatan
yang akan diemban. Wanita dengan beragam kodrat yang dimiliki harus sadar
dengan kelemahan yang melekat pada dirinya sehinggga pada saat mengemban
tugas sebagai pemimpin wanita mampu mengatasinya dan dapat menjadi
pemimpin yang sesuai dengan harapan.
2. Peran Wanita
Syauqi mengatakan “Ibu ibarat madrasah, jika kau persiapkan maka
sesungguhnya anda sedang menyiapkan bangsa (besar) yang wangi
keringatnya.” Wanita adalah guru pertama bagi sang anak, sebelum dididik
orang lain. Sejak ruh ditiupkan ke dalam rahim, proses pendidikan sudah
dimulai. Sebab mulai saat itu, anak telah mampu menangkap rangsangan-
rangsangan yang dberikan oleh ibunya. Ia mampu mendengar dan merasakan
apa yang dirasakan ibunya. Bila ibunya sedih dan cemas, iapun merasakan
demikian. Sebaliknya, bila ibunya merasa senang, iapun turut senang. (Ummu
Muhammad, 2009 : 3)
Wanita dalam kehidupan mempunyai beban dan tugas yang lebih berat
dibandingkan laki-laki. Peran ganda dari seorang wanita masa kini selain
bertanggung jawab di dalam rumah tangga sebagai istri dan ibu juga diluar
rumah sebagai wanita karir. Peran wanita ini secara sederhana menurut
Suwondo dikemukakan:
a. Sebagai warga negara hubungannya dengan hak-hak dalam bidang
sipil termasuk perlakuan terhadap wanita dalam partisipasi tenaga
kerja yang dapat disebut fungsi ekstern.
b. Sebagai ibu dalam keluarga dan istri dalam hubungan rumah tangga
yang dapat disebut fungsi intern.
C. Kepemimpinan Wanita
Menurut Wirawan (2013: 503) ada 5 hal yang membuat kepemimpinan
wanita berbeda dengan kepemimpinan laki-laki:
30
1. Perbedaan fisik. Secara esensial wanita memiliki fisik yang berbeda
dengan laki-laki. Wanita didesain untuk mengandung, melahirkan, dan
menyusui anak.
2. Jenis dan jumlah hormon berbeda. Berdasarkan sejumlah penelitian
mengemukakan bahwa salah satu hormon wanita oxytocin merupakan
faktor bagaimana wanita bereaksi menghadapi stres berbeda dalam
kepemimpinan
3. Otak. Laki-laki memproses sesuatu lebih baik dari otak kirinya sedangkan
wanita kedua belah otaknya mempunyai kemampuan memproses yang
sama. Perbedaan ini menjelaskan mengapa laki-laki lebih kuat dalam
aktivitas otak kirinya dan pendekatan pemecahan masalah, sedangkan
wanita menyelesaikan problem lebih kreatif dan lebih sadar terhadap
perasaan ketika berkomunikasi.
4. Psikologi. Perbedaan psikologi laki-laki dan wanita berdampak pada
perbedaan pola pikir, sikap dan prilaku wanita terhadap prilaku laki-laki.
5. Persepsi lingkungan sosial. Perbedaan persepsi mengenai wanita tersebut
disebabkan karena budaya yang telah berkembang dan terbentuk dalam
waktu yang lama.
Salah satu cara membandingkan antara kepemimpinan laki-laki dan wanita
adalah membandingkan karakteristik atau sifat keduanya ketika melaksanakan
kepemimpinan. Kenneth Nowack dalam Wirawan (2013: 505) melakukan telaah
terhadap berbagai penelitian mengenai perbedaan gender dalam kepemimpinan.
Dari penelitian-penelitian tersebut ia menyimpulkan sebagai berikut:
1. Wanita cenderung lebih banyak memakai kepemimpinan partisipatif dan
transformasional jika dibandingkan dengan laki-laki.
2. Tidak ada perbedaan efektifitas kepemimpinan wanita dengan
kepemimpinan laki-laki.
3. Hormon oxytorin merupakan kunci kontribusi logika syaraf (neurological)
respons terhadap stres kecenderungan dan menjadi teman (tend and be
friend), meningkatnya empati, kepercayaan dan kolaborasi lebih besar
wanita jika dibandingkan dengan laki-laki.
4. Hormon oxytorin juga mneyebabkan perbedaan kepemimpinan wanita
lebih transformasional sedangkan laki-laki lebih transaksional.
Sedangkan hasil penelitian Powel dalam Gery Yukl (2017) juga tidak jauh
berbeda, ia menyimpulkan bahwa hanya sedikit alasan untuk meyakini bahwa baik
wanita atau pria menjadi manajer yang superior, atau bahwa pria dan wanita adalah
jenis manajer yang berbeda. Malahan, terdapat kemungkinan untuk menjadi pelaku
tugas manajerial yang luar biasa, rata-rata,dan buruk didalam setiap jenis kelamin.
Keberhasilan dalam pasar yang amat kompetitif saat ini meminta organisasi untuk
menggunakan sebaik mungkin semua bakat yang tersedia bagi mereka. Untuk
melakukan hal ini, mereka harus mengidentifikasi, mengembangkan, mendorong,
dan mempromosikan manajer yang paling efektif, apapun jenis kelaminnya.
31
Artinya bahwa jenis kelamin tidak memberikan pengaruh terhadap keefektifan
kepemimpinan seseorang, setiap pemimpin memiliki peluang untuk menjadi
seorang pemimpin yang hebat, biasa saja atau bahkan buruk.
Secara keseluruhan, ada dukungan yang terbatas untuk pemikiran bahwa
wanita menerima pendidikan yang lebih sedikit daripada laki-laki, bahwa mereka
lebih sering keluar dari tempat kerja dibandingkan laki-laki, atau mereka lebih
memilih untuk keluar dari jalur kepemimpinan demi jalur ibu. Ada dukungan untuk
pemikiran bahwa wanita memiliki pengalaman kerja yang lebih sedikit dan
gangguan karier yang lebih besar daripada laki-laki, teruama karena wanita
memiliki tanggung jawab domestik yang jauh lebih besar. Akhirnya, wanita
menerima pelatihan resmi yang lebih sedikit dan memiliki peluang pengembangan
yang lebih sedikit di tempat kerja dibandingkan laki-laki. Kedua kemungkinan itu
kemungkinan terkait dengan prasangka terhadap kepemimpinan wanita. (Peter G.
Northouse, 2013: 336). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Kenneth
Nowack dalam Wirawan (2013: 506) yang mengemukakan bahwa diperusahaan
besar di Amerika Serikat, jumlah wanita dalam posisi kepemimpinan hanya 15,4%
eksekutif puncak dan hanya 2,4% menduduki posisi Chief Executive Officer
(CEO). Wanita dipromosikan lebih rendah daripada laki-laki dan mendapatkan
lebih sedikit pelatihan eksekutif.
Menurut Eagly dan Carli dalam Peter (2013: 341) Banyak dari hambatan
yang ditemui wanita dalam wilayah kepemimpinan berasal dari ketidak sesuaian
antara peran gender wanita dan peran kepemimpinan. Wanita menghadapi standar
ganda dalam peran kepemimpinan: mereka harus cukup cakap tapi juga “feminin”,
suatu standar yang tidak diterapkan pada laki-laki. Satu cara agar wanita bisa
meningkatkan kehangatan dan pengaruh mereka adalah dengan mengombinasikan
karakter komunal seperti kehangatan dan keramahan dengan karakter pengaruh
seperti kecakapan dan ketegasan yang luar biasa. Selain itu, gaya kepemimpinan
transformasional terutama sangat menguntungkan bagi wanita karena hal itu bukan
gaya yang sangat maskulin. Gaya ini melibatkan perilaku feminin, seperti baik hati
dan simpatik, serta sangat terkait dengan keefektifan kepemimpinan. Penelitian
terbaru mencampurkan pertimbangan individu dengan motivasi yang menginspirasi
adalah bijak untuk wanita yang mencari peningkatan dalam posisi kepemimpinan.
Penelitian terbaru Itchie, Lieb, and Corrigall dalam Peter (2013: 342) menyatakan
bahwa wanita telah menjadi sangat maskulin. Contoh, mereka menjadi lebih tegas
dan menilai kepemimpinan serta kekuatan lebih sebagai ciri pekerjaan, tanpa
kehilangan femininitas mereka. Selain itu, bukti mneyatakan bahwa kepemimpinan
mulai dilihat kurang maskulin dan lebih feminin.
Gender itu penting untuk pemikiran kontemporer tentang gaya
kepemimpinan yang efektif yang telah berubah dari gaya tradisional yang otokratis
dan maskulin ke gaya yang lebih feminin dari kepemimpinan demokratis dan
transformasional. Pengembangan pemikiran yang feminin tentang kepemimpinan
32
akan meningkatkan keefektifan kepemimpinan dengan memberi orang-orang
peluang untuk terlibat dalam praktik kepemimpinan terbaik,dan tidak dengan
membatasi orang-orang ke perilaku yang lebih cocok untuk gender mereka (Peter
G. Northouse, 2013: 343).
Meningkatkan Keefektifan kepemimpinan menurut Peter G. Notherhouse
Gambar 3. Keefektifan kepemimpinan menurut Peter G. Notherhouse
D. Proses Pengambilan Keputusan
1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Sejak lama diketahui bahwa terdapat dua peranan yang berbeda dalam
pemimpin sekolah. Pertama, disebut peran kepemimpinan mengerjakan hal
yang benar. Ini ada hubungannya dengan visi dan arah. Kedua, adalah peranan
manajemen mengerjakan hal secara benar atau pelaksanaan (Rivai dkk, 2014:
391).
Kepemimpinan seseorang sangat besar perannya dalam setiap
pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil
tanggungjawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas seorang pemimpin.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, jika pemimpin tidak dapat membuat
keputusan maka dia (seharusnya) tidak dapat menjadi pemimpin. Pengambilan
keputusan merupakan kegiatan yang selalu dijumpai dalam setiap kegiatan
kepemimpinan. Bahkan dapat juga dikatakan, bagaimana cara pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh seorang pemimpin menunjukkan bagaimana
gaya kepemimpinannya. Dengan demikian, pengambilan putusan merupakan
fungsi kepemimpinan yang turut menentukan proses dan tingkat keberhasilan
kepemimpinan itu sendiri (Purwanto, 2004: 67).
Tingkat Antarpribadi
Mengurangi strereotip gender
Tingkat Individu
Meningkatkan negosiasi yang efektif
Menggunakan gaya kepemimpinan yang
efektif
Tingkat Masyarakat
Kesetaraan gender di tanggung
jawab domestik
Tingkat Organisasi
Perubahan organisasi
Meningkatkan Keefektifan
Kepemimpinan
33
Pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku, mencerminkan karakter
bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah keputusan
yang diambil baik atau buruk tidak hanya dinilai setelah konsekuensinya
terjadi, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan
pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan,
sehingga:
a) Teori keputusan adalah merupakan metodelogi untuk menstrukturkan
dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau beresiko, disini keputusan
lebih bersifat perspektif daripada deskripstif.
b) Pengambilan keputusan adalah proses yang ditandai dengan munculnya
keputusan yang ditetapkan oleh seorang pemimpin. Dengan keputusan
tersebut, maka diharapkan permasalahan yang dihadapi organisasi bisa
terselesaikan dengan cepat.
Tugas pemimpin yang paling sulit ialah pengambilan keputusan
(decision making), yang memungkinkan berlangsungnya semua kerangka kerja
secara efektif dan efisien. Sekaligus juga menyambungkan empat fungsi
manajerial, yakni: merencanakan, mengorganisir, menuntun (memimpin,
leading), dan menilai atau memberikan evaluasi (Kartini kartono, 2011: 156).
Pengambilan keputusan merupakan reaksi terhadap masalah. Yaitu,
sebuah perbedaan antara situasi sekarang dan yang diinginkan, yang
mengharuskan kita mempertimbangkan alternatif-alternatif tindakan (Stephen
P. Robbins dan Timothy A. Judge, 2015: 109). Keputusan-keputusan ini akan
menimbulkan aktivitas dan atau mengakhiri aktivitas. Menurut Hasibuan
(2016: 53), megungkapkan ada tiga alasan mengapa pengambilan keputusan
menjadi hal yang sangat penting:
a) Keputusan merupakan permulaan dari semua kegiatan manusia yang
sadar dan terarah, baik secara individual, kelompok maupun secara
institusional. Jadi, barangsiapa yang menghendaki adanya kegiatan
(aktivitas) tertentu, ia harus mampu dan berani mengambil keputusan
yang berhubungan dengan hal itu setepat-tepatnya.
b) Keputusan ditujukan untuk masa yang akan datang, efek/hasilnya
akan berlangsung atau berguna pada hari-hari yang akan datang,
sementara hari yang akan datang itu tidak menentu serta penuh
dengan beraneka macam risiko.
c) Keputusan akan menciptakan masalah (aktivitas), tetapi keputusan
juga akan menyelesaikan masalah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Siswanto (2006: 171) bahwa
pengambilan keputusan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang dalam usaha memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi
kemudian menetapkan berbagai alternatif yang dianggap paling rasional dan
34
sesuai dengan lingkungan organisasi. Jadi, mengambil keputusan berarti
memilih dan menetapkan satu alternatif yang dianggap paling menguntungkan
dari beberapa alternatif yang dihadapi.
2. Proses pengambilan keputusan
Proses keputusan dapat dipandang sebagai sebuah arus dari penelitian
sampai desain dan kemudian penentuan alternatif yang dipandang tepat
(pemilihan). Bagan arus keputusan dapat disajikan sebagai berikut:
Gambar 4: Arus Keputusan
Adapun proses pengambilan keputusan yang diajukan oleh Gibson dkk
adalah sebagai berikut:
a. Penetapan tujuan spesifik serta pengukuran hasilnya
Setiap organisasi memerlukan tujuan dalam setiap bidang dimana
hasil karya memengaruhi efektifitas organisasi. Apabila tujuan telah
ditetapkan secara memadai maka tujuan akan menentukan hasil yang
harus dicapai dan ukuran yang akan digunakan untuk menunjukkan
tercapai tidaknya tujuan tersebut.
b. Identifikasi permasalahan
Salah satu syarat yang sangat urgen bagi keputusan adalah
permasalahan. Dengan demikian, apabila tidak ada permasalahan maka
tidak perlu keputusan.
c. Pengembangan alternatif
Sebelum manajer melakukan pengambilan keputusan, terlebih dahulu
perlu dikembangkan beberapa alternatif yang dapat dilaksanakan dan
harus dipertimbangkan konsekuensi yang mungkin dari masing-masing
alternatif.
d. Evaluasi alternatif
Setelah dilakukan pengembangan alternatif, alternatif tersebut harus
dievaluasi dan dibandingkan. Pada setiap situasi keputusan, sasaran
dalam mengambil keputusan adalah memilih alternatif yang lebih
menguntungkan dan yang paling kecil kerugiannya.
e. Seleksi alternatif
Penelitian
Perencanaan
Pemilihan
35
Seleksi alternatif dilakukan dengan maksud untuk memecahkan
permasalahan sehingga mampu merealisasikan tujuan yang telah
ditetapkan.
f. Implementasi keputusan
Setiap keputusan memiliki karakteristik sedikit lebih dari suatu
abstraksi, manakala keputusan tersebut tidak diimplementasikan. Pilihan
harus dilaksanakan secara efektif untuk merealisasikan tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, pekerjaan manajer tidak hanya terbatas pada
keterampilan memilih pemecahan yang baik, tetapi juga meliputi
pengetahuan dan keterampilan yang perlu untuk melaksanakan
pemecahan tersebut menjadi perilaku dalam organisasi.
g. Pengendalian dan evaluasi
Manajemen yang efektif melakukan pengukuran berkala mengenai
keluaran yang nyata. Keluaran nyata dibandingkan dengan keluaran yang
direncanakan dan apabila terjadi penyimpangan, perlu diadakan
perubahan.
Gambar 5. Proses pengambilan keputusan 3. Faktor-faktor pengambilan keputusan
Proses pengambilan keputusan menjadi hal wajar yang dialami dan ditemui
oleh seorang pemimpin.namun, dalam proses pengambilan ada beberapa faktor
Tinjauan kembali
Tinjauan kembali
Tinjauan kembali
Tinjauan kembali
Tinjauan kembali
Tinjauan kembali
Penetapan tujuan dan sasaran
spesifik serta pengukuran
hasilnya
Implementasi Keputusan
Identifikasi Pemasalahan
Seleksi alternatif
Evaluasi alternatif
Pengembangan alternatif
Pengendalian dan evaluasi
36
yang mempengaruhi cara pemimpin dalam mengambil keputusan. Siagian
(dalam Machali dan Hidayat, 2016: 115) menyatakan bahwa ada 2 aspek yang
dapat memengaruhi proses pengambilan keputusan.
a. Aspek Internal
Aspek internal ini terdiri dari:
1) Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh orang secara langsung maupun
tidak langsung akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
Biasanya semakin luas pengetahuan seseorang semakin mempermudah
pengambilan keputusan.
2) Aspek Kepribadian
Aspek kepribadian ini tidak tampakoleh mata tetapi besar perannya
bagi pengambilan keputusan.
b. Aspek eksternal
Asek ksternal ini terdiri dari:
1) Kultur
Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi perbuatan
individu. Hal iniberpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.
2) Orang lain
Dalam hal ini menunjuk pada bagaimana individu melihat contoh
atau cara orang lain (terutama orang dekat) dalam melakukan
pengambilan keputusan. Sedikit banyak perilaku orang lain dalam
mengabil keputusan pada gilirannya juga berpengaruh pada perilaku
individu dalam mengambil keputusan.
Sedangkan Arroba menyatakan ada beberapa hal yang dapat memengaruhi
pengambilan keputusan yang dilakukan leh seseorang, antara lain:
a. Informasi yang diketahui perihal permasalah yang di hadapi
b. Tingkat pendidkan
c. Personality
d. Coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait
dengan permasalah (proses adaptasi)
e. Culture
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
prosespengambilan keputusan ada 2 yakni pertama, faktor internal antaralain
pengetahuan, tingkat pendidikan, personality, dan coping. Kedua, faktor
eksternal antara lain Informasi yang diketahui perihal permasalahan, pengaruh
orang lain dan culure.
4. Model pengambilan keputusan
37
Dalam perilaku organisasi, ada konsep pengambilan keputusan yang
umumnya diterima oleh masing-masing individu untuk membuat determinasi:
pengambilan keputusan rasional, rasionalitas terbatas dan intuisi (Stephen P.
Robbins dan Timothy A. Judge, 2015: 110)
a. Pengambilan keputusan rasional
Pengambilan keputusan rasional ini bercirikan adanya kepastian
berdasarkan pada hal-hal yang rasioanl, eksak dan masuk akal. Kemampuan
yang tinggi dalam perencanaan, kepercayaan diri yang tinggi, cenderung
menyelesaikan tugas dengan kontrol tinggi. Berdasarkan hal ini,
pengambilan keputusan rasional cenderung berusaha untuk merumuskan
pengambilan keputusan dengan banyak menitik beratkan pada penalaran
rasioanl. Hal-hal yang tidak masuk akal dan berkaitan dengan emosi,
perasaan maupun fantasi tidak begitu di hirauka, akan tetapi hal-hal yang
berkaitan dengan perncanaan yang matang, perhitungan yang cermat,
prediksi yang masuk akal, dan pemikiran yang rasional tampak menonjol
dalam individu dengan model pengambilan keputusan rasional ini (Machali
dan Hidayat, 2016: 116).
Kita sering berfikir pengambilan keputusan terbaik adalah rasional dan
membuat pilhan yang konsisten dan memaksimalkan nilali dlaam batasan-
batasan spesifik. Menurut Robbins dan Judge (2015: 110) Keputusan-
keputusan ini mengikuti enam langkah model pengambilan keputusan
rasional yaitu:
1) Definisi masalah
2) Identifikasi kriteria keputusan
3) Alokasi bobot pada kriteria
4) Mengembangkan alternatif-alternatif
5) Evaluasi alternatif
6) Memilih alternatif terbaik
b. Rasional terbatas
Kemampuan terbatas manusia dalam memproses informasi membuat
tidak mungkin untuk mengasimilasikan semua informasi yang diperlukan
untuk optimalisasi. Kebanyakan orang merespons masalah yang kompleks
dengan menguranginya sampai level yang mereka siap mengerti. Oleh
karena pikiran manusia tidak dapat memformulasikan dan memecahkan
masalah-masalah kompleks dengan rasionalitas penuh, kita beroperasi
dalam lingkungan rasionalitas terbatas (bounded rationality), yakni sebuah
proses pengambilan keputusan dengan membangun model yang
disederhanakan yang mengeluarkan fitur-fitur esensial dari masalah tanpa
menangkap semua kompleksitasnya.
c. Intuitif
38
Cara pengambilan keputusan yang paling tidak rasional adalah
pengambilan keputusan intuitif, yakni sebuah proses tanpa sadar yang
diciptakan dari pengalaman yang diperoleh. Pengambilan keputusan intuitif
terjadi diluar pikiran sadar, berpegang pada asosiasi holistis, atau kaitan
antara potongan-potongan informasi yang tidak sama, cepat, dan secara
efektif dibebankan, berarti melibatkan emosi.
Model pengambilan keputusan intuisi ini lebih mengandalkan perasaan,
kesadaran emosional, fantasi,kadang-kadang bersifat impulsif, dan cepat
mengambil keputusan. Pengambilan keputusan intuitif adalah suatu proses
tak sadar yang diciptakan dari dalampengalamanyang tersaring. Dalam hal
ini tidak berarti analisis rasional sama sekali tidak berjalan, lebih tepatnya
antara faktor emosional,fantasi,dan rasional saling melengkapi. Hanya saja
aspek emosional lebih dominan. (Machali dan hidayat, 2016:116)
Robbins (dalam Machali dan Hidayat, 20016: 116) mengidentifikasi ada
delapan kondisi yang memungkinkan orang menggunakan pengambilan
keputusan intuitif, yakni:
1) Bila tidak ada kepastian dari tingkat yang lebih tinggi
2) Bila hanya ada sedikit precedent untuk diikuti
3) Bilahal-hal yang dihadapi kurang dapat diramalkan secara ilmiah
4) Bila fakta-fakta yng terkait terbatas
5) Bila fakta tidak dengan jelas menunjukkan jalan untuk diikuti
6) Bila data analisis kurang berguna
7) Bila ada beberapa penyelesaian alternatif yang masuk akal untuk
dipilih dari antaranya dengan argumen yang baik untuk masing-
masing.
8) Bila waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera mengambil
keputusan yang tepat.
E. Penelitian yang Relevan
Secara garis besar kata kunci dari penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kepemimpinan wanita yang dispesifikasikan pada gaya kepemimpinan
dan proses pengambilan keputusan yang menjadi bagian dari kepemimpinan. Kata
kunci tersebut digunakan sebagai acuan peneliti dalam mencari hasil penelitian dan
kajian ilmiah terdahulu dari berbagai sumber relevan dan dapat dipertanggung
jawabkan. Artinya pengambilan dan pencantuman hasil dari penelitian dan karya
ilmiah terdahulu dalam tesis ini didasarkan pada kemiripan tema, kata kunci, serta
ditinjau dari isi, dasar teori, atau didasarkan hasil-hasil penelitiannya.
Penelusuran penelitian dan kajian-kajian ilmiah terdahulu dilakukan untuk
penemuan posisi hasil penelitian ini dalam kajian keilmuan yang telah ada sehingga
diharapkan para peneliti selanjutnya mampu dalam pengisian peneliti selanjutnya
39
sebagai upaya pendalaman terhadap kajian tema penelitian. Penelusuran penelitian
dan kajian-kajian ilmiah terdahulu yang dilakukan adalah dengan cara penelusuran
kepustakaan dalam bentuk pencarian atau eksplorasi terhadap berbagai sumber
seperti internet, perpustakaan, dan soft file tesis. Dari penelusuran tersebut terdapat
beberapa hasil penelitian dan kajian ilmiah terdahulu yang punya hubungan kata
kunci yang sama yakni:
1. Penelitian “Gaya Kepemimpinan laki-laki dan Wanita” oleh Nuri
Herachwati dan Bhaskaroga Dwiatmaja Basuki Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Airlangga. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
pemimpin laki-laki cenderung memiliki gaya kepemimpinan otokratis
sedangkan pemimpin wanita cenderung memiliki gaya kepemimpinan
demokratis.
2. Penelitian “Analisis gaya kepemimpinan wanita di PT. Ruci Gas Surabaya”
oleh Melyn Rosintan dan Roy Setiawan membahas tentang Gaya
Kepemimpinan Feminim, Gaya Kepemimpinan Maskulin, Gaya
Kepemimpinan Transaksional, dan Gaya Kepemimpinan Transformasional.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di antara gaya kepemimpinan
transaksional-transformasional pemimpin dominan pada gaya
kepemimpinan transformasional. Tetapi, diantara gaya kepemimpinan
feminim dan transformasional, pemimpin lebih dominan menggunakan
gaya kepemimpinan feminim. Hal ini dikarenakan pemimpin merupakan
sosok pemimpin yang berorientasi kepada orang atau team oriented serta
lebih demokratis dan pemimpin yang berkarisma.
3. Peneltian “Seeding Of Women Leadership In India: Investigating The
Experiences Of The Trailblazers” oleh Vipin Gupta Abira meneliti Temuan
menunjukkan bahwa The findings demonstrate that women can be
empowered and trained to become a constructive architect of their
leadership journey, by recognizing, naming, and reframing the meaning of
their various lifecourse experiences artinya perempuan dapat diberdayakan
dan dilatih untuk menjadi arsitek konstruktif perjalanan kepemimpinan
mereka, dengan mengenali, menamai, dan membingkai kembali makna
berbagai hal mereka pengalaman lifecourse.
4. Penelitian dengan judul Gender and Leadership: Reflections of Women in
Higher Education Administration oleh Dana Dunn, Jeanne M. Gerlach and
Adrienne E. Hyle Hasilnya menunjukkan bahwa The results suggest that
gender may be a more important patterning variable in careers than
organizational context. Future research is needed that is designed to
systematically compare the experiences of female leaders in various types
of academic institutions in order to inform how gender impacts leadership
experiences and outcomes in different institutional contexts. The conclusion
of this project brought more self-awareness and confidence in the ability to
serve as effective mentors for future female administrators in a range of
roles and contexts artinya bahwa gender mungkin merupakan variabel pola
yang lebih penting dalam karir daripada konteks organisasi. Diperlukan
40
penelitian masa depan yang dirancang untuk membandingkan secara
sistematis pengalaman para pemimpin wanita di berbagai jenis institusi
akademis untuk menginformasikan bagaimana dampak gender pengalaman
dan hasil kepemimpinan dalam konteks institusional yang berbeda.
Kesimpulan dari proyek ini membawa lebih banyak kesadaran diri dan
kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk berperan sebagai mentor
efektif bagi administrator wanita di masa depan dalam rentang dan konteks.
F. Kerangka Konseptual
Perbedaan gender antara laki-laki dan wanita menghasilkan karakter dan sifat
yang berbeda antara laki-laki dan wanita. Perbedaan ini berifat kodrat seperti
wanita yang mengalamai masa haid, hamil dan melahirkan sedangkan laki-laki
yang memiliki sperma dan jakun yang membedakan laki-laki dan wanita secara
fisik. Sifat keduanya juga berbeda laki-laki memiliki kecenderungan sifat yang
maskulin sedangkan wanita cenderung feminim. Perbedaan-perbedaan ini
berdampak pada karakter keduanya, wanita memiliki karakter yang lebih lembut
danpenu kasih sayang, karakter ini kemudian mempengaruhi cara pemimpin
khususnya pemimpin wanita dalam menjalankan kepemimpinannya khususnya
gaya kepemimpinan dan proses dalam pengambilan keputusan.
Gambar. Kerangka Konseptual
BAB III
METODE PENELITIAN
Perbedaan
Gender
Perbedaan Karakter
Wanita: Feminim
Laki-laki: Maskulin
Proses pengambilan
keputusan
Gaya
Kepemimpinan
Laki-laki
Wanita
41
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan tipe
studi kasus. Karena penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari
objek yang diteliti serta mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai
objek yang diteliti sehingga sifat penelitiannya lebih banyak eksploratif dan
deskriptif (Ulfatin, 2015: 49).
B. Objek dan Subjek Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah SMP Cendekia Baznas yang difokuskan
pada Kepemimpinan Sri Nurhidayah. Sekolah yang dipimpin oleh seorang
kepala sekolah wanita, mengindikasikan gaya kepemimpinan yang berbeda
dengan gaya kepemimpinan laki-laki pada umumnya. Selain gaya
kepemimpinan pengambilan keputusan juga menjadi pokok dalam penelitian
ini.
2. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah Sri Nurhidayah.
Untuk menambah informasi, peneliti menambah informan yang berkaitan
dengan penelitian yakni pegawai Dompet Dhuafa Pendidikan, siswa SMP
Cendekia Baznas, Guru, Pegawai dan lingkungan masyarakat di SMP
Cendekia Baznas.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Dalam penelitian ini, observasi bertujuan untuk mendapatkan data
terkait gaya kepemimpinan Sri Nurhidayah dan cara Ibu Nuk dalam
mengambil keputusan terkait dengan kepemimpinannya sebagai seorang
wanita, termasuk bagaimana karakter Sri Nurhidayah, caranya dalam
memimpin, caranya dalam berkomunikasi, serta peran gandanya sebagai
seorang istri dan ibu dalam mengemban peran sebagai pemimpin.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini, wawancara bertujuan untuk menegaskan data
yang telah diperoleh melalui observasi. Peneliti akan mewawancari Sri
Nurhidayah, terkait dirinya yang seorang wanita dan mengemban tugas
sebagai seorang pemimpin. Wawancara juga bertujuan untuk mencari data
dari pegawai Dompet Dhuafa Pendidikan, siswa SMP Cendekia Baznas,
Guru, Pegawai dan lingkungan masyarakat di SMP Cendekia Baznas terkait
Kepemimpinan wanita serta sepak terjang pemimpin Sri Nurhidayah.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara meneliti buku-buku,
catatan, arsip serta hasil penelitian yang lainnya yang terkait. Dokumentasi
42
dapat berupa tulisan, seperti dokumen, catatan harian, cerita, biografi,
peraturan dan kebijakan, piagam penghargaan, serta sejarah kehidupan.
Selain berbentuk tulisan, dokumentasi juga dapat berbentuk gambar seperti
foto, video, lukisan, atau sketsa perjalanan karir kepemimpinan Sri
Nurhidayah.
Dalam peneliltian ini, studi dokumentasi bertujuan untuk memperoleh
data terkait profil sekolah SMP Cendekia Baznas, profil Sri Nurhidayah,
prestasi SMP Cendekia Baznas, Data Pegawai, Data siswa, serta kegiatan-
kegiatan yang ada di SMP Cendekia Baznas.
Tabel 5. Pedoman wawancara Unsur Teknik
pengambilan
Data
Sumber Data Pertanyaan
O D W
Pandangan Tentang
Pemimpin Wanita
√ Guru,
Pegawai,
Orang yang
mnegenal
Ibu Sri
Nurhidayah
1. Bagaimana menurut anda
jika seorang wanita
menjadi pemimpin?
2. Menurut anda seberapa
pantaskah wanita
memimpin?
3. Menurut anda seberapa
efektif jika lembaga
dipimpin oleh seorang
pemimpin wanita?
Gaya
Kepemimpinan
√ √ Guru dan
Pegawai, staf
dan Ibu Nuk
A. Guru, Pegawai dan staf
1. Bagaimana proses
komunikasi antara anda
dengan pimpinan?
2. Bagaimana cara pimpinan
memberikan tugas atau
perintah dari pimpinan?
3. Bagaimana sikap anda
ketika menerima tugas
atau perintah dari
pimpinan?
4. Bagaimana cara anda
melaksanakan tugas atau
perintah dari atasan?
5. Bagaimana cara pimpinan
mengawasi tugas dan
perintah yang diberikan?
6. Apakah sudah tepat tugas
dan perintah yang
diberikan kepada anda
oleh pimpinan?
43
7. Bagaimana cara pimpinan
menyelasaikan masalah
yang timbul?
8. Bagaimanakah cara
pemimpin anda bersikap
terhadap bawahan?
9. Bagaimanakah sikap
pemimpin anda ketika
anda melakukan
kesalahan?
10. Apa saja upaya yang
dilakukan pemimpin anda
untuk merekatkan
hubungan antara
pemimpin dan bawahan
serta sesama bawahan?
11. Bagaiamanakah
pemimpin anda bersikap
ketika anda memberikan
saran dan kritikan?
12. Bagaimana pemimpin
anda bertindak ketika ada
bawahan yang
berkonflik?
B. Sri Nurhidayah
1. Bagaimana proses
komunikasi antara anda
dengan bawahan?
2. Bagaimana cara anda
menangani masalah yang
timbul dari pelaksanaan
keputusan tersebut?
3. Bagaimana anda
mengawasi tugas yang
anda berikan kepada
bawahan?
4. Apa saja yang anda
upayakan agar pengikut
anda menyelesaikan tugas
dengan tepat waktu dan
sesuai?
5. Bagaimana sikap anda
ketika ada bawahan yang
melakukan kesalahan
dalam menyelesaikan
tugasnya?
6. Apa saja upaya yang anda
lakukan untuk
44
mempererat hubungan
anda dengan bawahan
dan antar bawahan?
7. Apa saja yang anda
lakukan untuk
menyukseskan program-
program anda?
8. Apa yang anda lakukan
jika ada antar pegawai
yang konflik?
9. Bagaimana cara anda
dalam menciptakan
suasana lingkungan kerja
yang nyaman?
10. Bagaimana menurut anda
jika ada pegawai yang
memberikan kritik dan
saran?
11. Jika ada pegawai yang
tidak masuk, langkah-
langkah apa yang anda
lakukan?
Proses pengambilan
keputusan
√ √ Guru,
Pegawai, staf
dan Ibu Nuk
A. Guru, Pegawai, dan
staf
1. Bagaimana sikap
pemimpin anda ketika
terjadi permasalahan
dalam organisasi?
2. Bagaiaman peran anda
dalam proses
pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh
kepemimpinan?
3. Apa anda tahu mengenai
semua keputusan yang
diambil oleh pimpinan?
4. Bagaimana tanggapan
anda terhadap keputusan
yang diambil oleh
pemimpim?
5. Langkah apa yang
diambil oleh pemimpin
ketika yang terjadi di
lapangan tidak sesuai
dengan perencanaan?
6. Apa tindakan pemimpin
ketika ada penyimpangan
dalam organisasi?
45
B. Sri Nurhidayah
1. Bagaimana keterlibatan
bawahan dalam proses
pengambilan keputusan
yang anda buat?
2. Bagaimana anda
mensosialisasikan
mengenai semua
keputusan yang anda
buat?
3. Bagaimana tanggapan
bawahan terhadap
keputusan yang sudah
anda ambil?
4. Apa langkah yang anda
ambil ketika apa yang
sudah anda rencanakan
ternyata tidak sesuai
dengan yang terjadi di
lapangan?
5. Apa yang anda lakukan
jika terjadi
penyimpangan-
penyimpangan dalam
organisasi anda?
Keterangan:
O = Observasi
W = Wawancara
D = Dokumen
D. Teknik Analisis Data
Proses analisis data pada penelitian ini dilakukan dari sebelum turun ke
lokasi penelitian. Peneliti melakukan analisis terlebih dahulu terkait penelitian
sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis saat di lokasi penelitian. Data yang
diperoleh dikumpulkan, kemudian direduksi kembali. Pada proses reduksi ini,
peneliti memilih dan memilah data yang diperlukan dalam penelitian untuk
selanjutnya melakukan display data dan membuat kesimpulan.
E. Pengecekan Keabsahan Data
1. Uji Kredibilitas Data
a. Perpanjangan pengamatan
46
Peneliti sebagai instrumen utama dalam proses pengumpulan data,
peneliti berusaha untuk memperoleh data yang real. Dengan adanya
perpanjangan pengamatan, peneliti berharap kehadiran yang semakin
intensif dengan informan akan membuat informan merasa nyaman untuk
memberikan informasi sehingga data yang diperoleh dari informan
bukanlah data yang mengada-ada, dengan kedekatan peneliti dan
informan akan membentuk kewajaran, yakni kehadiran peneliti tidak
mengganggu perilaku informan yang dipelajari.
b. Meningkatkan ketekunan
Peneliti meningkatkan ketekunan artinya peneliti melakukan
pengamatan secara berkesinambungan dan cermat. Pengamatan terus
menerus membantu peneliti menemukan mana data yang perlu diamati
dan mana data yang tidak perlu diamati. Dengan meningkatkan
ketekunan, peneliti akan memperoleh kepastian dari data, peneliti bisa
mengecek kembali kebenaran data yang telah diperoleh. Sehingga
peneliti dapat melakukan deskripsi data secara akurat dan sistematis.
c. Triangulasi
Teknik triangulasi data dilakukan dengan cara membandingkan hasil
data dari berbagai sumber data serta teknik pengambilan data. Peneliti
terus melakukan pengecekan sehingga data yang diperoleh mencapai
titik jenuh, yakni tepat dimana ketika peneliti melakukan pengumpulan
data tidak ada data baru lagi yang muncul, hipotesis peneliti tidak
berubah lagi.
d. Diskusi dengan teman
Peneliti sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data
melakukan pengecekan kesimpulan sementara dengan cara melakukan
diskusi dengan teman. Hal ini bertujuan untuk menguji hipotesis
sementara peneliti.
e. Analisis kasus negatif
Peneliti melakukan analisis kasus negatif yakni peneliti mencari data
yang berbeda dengan data yang ditemukan. Agar hasil penelitian benar-
benar valid dan sah maka peneliti harus mengumpulkan data yang
berbeda dan melakukan pengecekan terhadap data tersebut hingga
peneliti tidak menemukan lagi data negatif atau data yang berbeda
dengan hasil penelitian sebelumnya.
f. Menggunakan Bahan Referensi
Peneliti dalam setiap data yang dikumpulakan menggunakan
referensi seperti hasil wawancara didukung dengan rekam wawancara
serta referensi dari teori-teori dan hasil penelitian lainnya sebagai bahan
analisis dan perbandingan terhadap hasil penelitian yang diperoleh
peneliti.
g. Member check
Member check ini peneliti lakukan untuk memeriksa kesesuaian data
temuan peneliti kepada pemberi data. Apabila data yang diperoleh
47
disepakati oleh pemberi data berarti data yang diperoleh peneliti valid
dan dipercaya tapi jika tidak maka data tersebut tidak valid dan peneliti
harus mengubah data tersebut sesuai dengan yang diberikan oleh
pemberi data (informan). Member check ini peneliti lakukan agar
informasi yang dilaporkan dalam penelitian sesuai dengan apa yang
dimaksud oleh informan.
2. Uji Transferability (Validitas Eksternal)
Uji transferability ini peneliti melakukan pelaporan terkait hasil
penelitiannya. Peneliti memberikan uraian yang jelas, rinci, sistematis dan
dapat dipercaya. Sehingga pembaca bisa memahami dengan jelas hasil
penelitian dan dapat memutuskan apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan
atau diaplikasikan di tempat lain.
3. Uji Depenability
Uji Depenability ini merupakan pengujian terhadap proses penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengaudit
seluruh tahapan dalam proses penelitian. Pengujian ini dilakukan oleh auditor
yang independent, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas
peneliti dalam melakukan penelitian. Mulai dari bagaimana peneliti
menentukan masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, sampai
membuat kesimpulan peneliti harus paparkan kepada pembimbing.
4. Uji Confirmability
Uji Confirmability mirip dengan uji depenability sehingga dalam
penelitian ini peneliti melakukan kedua uji ini secara bersamaan. Perbedaan
dari kedua uji ini adalah pengauditan confirmability digunakan untuk
menguji hasil (product) sedangkan pengauditan dependability digunakan
untuk menilai proses (process) yang dilakukan peneliti di lapangan.
G. Time Schedule
No Kegiatan Bulan
Sep Okt Nov Des Jan Feb
1 Observasi awal dan mencari
masalah
2 Persiapan pembuatan proposal
3 Penyusunan Proposal
4 Pengajuan proposal ke jurusan
5 Penyusunan pedoman
peliputan data dan instrumen
pengumpulan data
6 Ujian proposal
7 Perbaikan proposal
48
8 Bimbingan
9 Uji coba instrumen
10 Peliputan data lapangan
11 Pengolahan data dan
penyusunan draft penelitian
12 seminar draft laporan hasil
penelitian
13 Perbaikan laporan hasil
seminar
14 Seminar akhir
15 Finalisasi laporan hasil
penelitian
16 Penggandaan
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
49
A. Hasil Temuan
1. Profil Ibu Sri Nurhidayah, S.H., M.Si.
Ibu Sri Nurhidayah atau Ibu Nuk adalah perempuan kelahiran Bogor, 29
Agustus 1972. Saat ini berstatus Ibu dari dua anak dan Istri dari Yanmashus B.
Menganut agama Islam dan berkewarganegaraan Indonesia. Ibu Nuk tinggal
bersama suami dan dua anaknya di jalan Raya Semplak, Gg PLN No 14 RT 2
RW 10 Semplak, Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat, aktif di sosial media seperti
IG dan Facebook, dan banyak menulis di akun pribadinya terkait Insight dari
buku yang telah di baca ataupun isu-isu kekinian yang tengah banyak di
bicarakan, alamat IG Ibu Nuk yakni @Bu_Nuk dan akun FB Sri Nurhidayah.
Adapun riwayat pendidikan Ibu Nuk dimulai sejak menempuh pendidikan
SD pada tahun 1979 – 1985 di SD Angkatan 1 Bogor kemudian melanjutkan
pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 6 Bogor pada tahun 1985
hingga 1988. Pendidikannyapun berlanjut ke sekolah menengah atas di kota
yang sama yakni Bogor tepatnya SMAN 1 Bogor pada tahun 1988 hingga
1991. Pada tahun 1991 Ibu Nuk kemudian melanjutkan pendidikan S1 di
Universitas ternama Indonesia yakni Universitas Indonesia dengan mengambil
Jurusan Hukum. Ibu Nuk berhasil menyelesaikan pendidikan S1 dan meraih
gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada tahun 1995. Sempat memutuskan untuk
bekerja sebagai tenaga pendidik di SMU Al-Madania Bogor di tahun 1996,
pada tahun 1997 akhirnya memutuskan untuk melanjutkan Pendidikan S2 di
Universitas yang sama yakni Universitas Indonesia. Namun, kali ini
mengambil jurusan yang berbeda dengan jurusan sebelumnya ketika S1, Ibu
Nuk memutuskan untuk mengambil Jurusan Psikologi di Program Pasca
Sarjana Jurusan Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia.
Karir Ibu Nukpun dimulai, setelah menyelesaikan Pendidikannya pada
tahun 1998, karirnya dimulai sebagai Guru di SMA Dwi Warna Bogor. Tak
hanya sebagai guru biasa, namun melakukan Inovasi dan berhasil membuat
kurikulum khas PPKn. Tak hanya berprestasi secara pribadi, Ibu Nuk berhasil
mengantarkan siswa-siswinya untuk bersama-sama menulis di media cetak.
Tak tanggung-tanggung tulisannya mengkritisi Ensiklopedia Indonesia di
Republika selain itu siswa-siswinya juga menulis di Tabloid terkait perbedaan
media TV saat Ramadhan dan Non Ramadhan. Perjalanan karir Ibu Nuk mulai
meningkat, pada tahun 2000 hingga 2003 Ibu Nuk dipilih sebagai Wakil
Direktur Kurikulum SMA Dwi Warna. Ibu Nuk kemudian mulai menginisiasi
program pertukaran siswa AFS, Ibu Nuk juga mengikuti kegiatan-kegiatan
Internasional seperti pelatihan IB (The International Baccalaureate) di Chiang
Mai, Thailand.
Akhirnya karir Ibu Nuk sebagai pendidik dipaksa berakhir. Pada tahun 2004
Ibu Nuk akhirnya bergabung dengan Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa
50
sebagai trainer untuk para guru di bidang pendidikan. Pada saat terjadinya
bencana tsunami di Aceh, Dompet Dhuafa melalui Makmal Pendidikan
mengirimkan bantuan untuk memperbaiki pendidikan di Aceh. Makmal
membuat program sekolah dampingan, dan Ibu Nuk menjadi orang yang diutus
sebagai pendamping dalam program pendampingan sekolah SMAN 1 Lhoong
Aceh. Karir Ibu Nuk di Dompet Dhuafapun mulai meningkat, pada tahun 2005
Ibu Nuk dipilih sebagai Direktur Lembaga Pengembangan Insani (LPI)
Dompet Dhuafa. Tidak tanggung-tanggung, sebagai Diektur LPI Ibu Nuk
harus mengontrol 3 program besar sekaligus yakni Beastudi Etos, Makmal
Pendidikan, dan Smart Ekselensia Indonesia. LPI adalah cikal bakal Yayasan
Pendidikan DD.
Agustus 2011 hingga Agustus 2016 Ibu Nuk mengemban tugas sebagai
General Manager Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa (DD). Tugas utama Ibu
Nuk adalah memastikan program-program pendidikan Dompet Dhuafa
Filantropi tertunaikan. Program-program tersebut adalah Grantmaking dengan
beberapa institusi pendidikan, utamanya pada Yayasan Pendidikan Dompet
Dhuafa. Pada Agustus 2016, Ibu Nuk memutuskan untuk mengakhiri
perjalanan karirnya di Dompet Dhuafa. Ibu Nukpun keluar dari DD dan
melanjutkan perjalanan karir di Baznas pada Oktober 2016 sebagai tenaga
bantu Baznas dalam menginisiasi Sekolah Cendekia Baznas. Namun, secara
sah melalui SK Ibu Nuk menjabat sebagai Kepala sekolah SMP Cendekia
Baznas.
Selain perjalan karir yang meningkat, Ibu Nuk juga aktif menyumbangkan
ide dan opininya dalam tulisan pada kolom opini di media cetak. Berikut
adalah karya-karya Ibu Nuk yang tertuang dalam beragam tulisan pada kolom
opini republika maupun di Islam pos, membahas tentang pendidikan maupun
masalah keagamaan.
2. Deskripsi Singkat Sekolah SMP Cendekia Baznas
SMP Cendekia Baznas adalah Sekolah unggulan berasrama yang
berupaya mempersiapkan anak-anak agar mampu mengoptimalkan potensi
mereka. Kampus SMP Cendekia Baznas berlokasi di Ahbabullah Center
Kampung Cirangkong Cemplang Cibungbulang Bogor. Siswa SMP Cendekia
Baznas adalah lulusan SD/MI, laki-laki dan perempuan, yang memiliki
keterbatasan di bidang ekonomi yakni anak-anak yatim dan dhuafa. Sekolah
ini sinergi dari 3 sumber, yakni tanah wakaf Siti Hajar Suja‟i, bangunan dari
Qatar Charity Indonesia (QCI) dan Operasionalnya dari Baznas.
Salah satu cita-cita SMP Cendekia Baznas adalah menjadi sekolah
untuk masyarakat artinya adalah setiap fasilitas yang ada di SMP Cendekia
baznas dimanfaatkan untuk pendidikan dan pelayanan masyarakat di sekitar
51
SMP Cendekia Baznas. Contohnya adalah Masjid yang menjadi tempat ibadah
para siswa-siswi setiap hari sering dimanfaatkan warga untuk pengajian begitu
juga fasilitas lainnya seperti lab yang dimanfaatkan sebagai posko Bidikmisi.
Ibu Nuk dan pengelola lainnya melihat bahwa siswa-siswi MA
Swasta/Pesantren tidak tahu tentang program Bidikmisi. Karena dekat dengan
IPB, akhirnya mahasiswa IPB yang mengedukasi dan sekolah Baznas
menyediakan tempatnya. Walaupun sebenarnya sekolah ini adalah Level SMP
yang tidak membutuhkan Bidikmisi, tapi karena siswa MA Swasta/Pesantren
di sekitar wilayah Cibungbulang belum mengenal Bidikmisi maka sekolah
merasa perlu untuk mengadakan edukasi tentang program Bidikmisi ini.
Termasuk perpustakaan juga dibuka untuk umum. Ada pelatihan komputer
juga dari UMKM di Labkom, pelatihan dari KPK dll. Selain itu, klinik yang
bertempat di bagian depan sekolah dibuka seminggu sekali untuk masyarakat
umum yang ingin melakukan cek kesehatan atau pengobatan, pihak Baznaspun
menyediakan layanan dokter seminggu sekali.
“Bangunan ini tidak boleh kosong sebenarnya” ujar Ibu Nuk “bangunan
sekolah ini kan mahal ya boros. Sayang sekali jika hanya di gunakan di waktu
sekolah saja dan ketika hari libur kosong, makanya perlu ada pemanfaatan
diluar jam sekolah.” lanjut Ibu Nuk ketika diwawancari pada tanggal 06
Desember terkait program di sekolah Baznas. Sehingga bangunan sekolah dan
semua fasilitas sekolah berusaha untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin
agar kebermanfaatananya semakin luas.
Tak hanya bangunan sekolah, sekolah ini juga coba memberikan model
pembelajaran yang baik kepada para guru di sekitar SMP Cendekia Baznas.
SMP Cendekia Baznas membuka program Observasi kelas setiap 2 bulan
sekali. Program observasi kelas ini terbuka untuk 5 orang guru, karena jika
terlalu banyak akan mengganggu proses belajar mengajar di kelas. “baru ada
tiga mata pelajaran yang sudah siap untuk program observasi kelas ini” ujar
Ibu Nuk “yakni Mata pelajaran Bahasa Inggris, IPS dan Matematika.” Setiap
program observasi kelas berlangsung, 5 orang guru dari sekolah yang berbeda
datang untuk melihat dan mempelajari cara mengajar dari guru di SMP
Cendekia Baznas. Diakhir kegiatan semua guru berkumpul untuk berdiskusi
terkait kegiatan belajar mengajar yang telah berlangsung. “Sekolah ini
berusaha untu menjadi model sekolah yang murah dan mudah untuk di contoh
oleh sekolah lain” begitu penutup Ibu Nuk di akhir wawancara terkait program
yang dirancang oleh Sekolah Cendekia Baznas.
B. Temuan dan Pembahasan
1. Gaya Kepemimpinan
a) Karakter Ibu Nuk
52
Gaya (Style) kepemimpinan lebih banyak dipengaruhi oleh karakter
seseorang dalam menjalankan organisasinya (Lukman Hakim, 2008: 98).
Menurut Bohlin, Farmer dan Ryan (dalam Sudaryono: 2014: 25) karakter
diartikan sebagai tanda khusus atau pola perilaku. Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, karakter mengandung arti sebagai sifat-sifat kejiwaan,
akhlak, atau budipekerti yang membedakan seseorang dari orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa Ibu Nuk memiliki karakter
sebagai berikut:
1) Tegas
Tegas adalah karakter yang menjadi ciri khas Ibu Nuk. Hampir
semua orang sepakat bahwa Ibu Nuk adalah sosok yang memiliki
ketegasan. Ibu Nukpun menyadari dan mengakui hal tersebut. Ketika
ditemui di rumahnya pada hari selasa, 05 Desember 2017 Ibu Nuk
mengungkapkan bahwa Ibu Nuk adalah sosok yang jika telah mengambil
keputusan A maka harus A, “kalau saya memang tidak suka sama A maka
saya langsung ngomong” tegas Ibu Nuk.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ustadz Rony Koordinator GA
bagian umum Sekolah SMP Cendekia Baznas ketika diwawancarai terkait
pendapat Ibu Nuk tentang sosok Ibu Nuk pada tanggal 06 Desember 2017
“Tegas, ketegasan itu menurut saya antara laki-laki dan perempuan sama
saja ya. Jika ada yang tidak sesuai Ibu Nuk akan langsung bilang ke
penanggung jawabnya.” Tidak jauh berbeda, Ustadz Firman juga
memberikan jawaban yang sama ketika diwawancari pada tanggal 05
Januari terkait pendapatnya tentang Ibu Nuk ” Ibu Nuk itu orangnya yang
pertama tegas, disiplin waktu, ketika ada timnya yang telat baik telat ketika
datang rapat atau pertemuan gitu selalu ada sanksi yang diberikan.”
Ketegasan Ibu Nuk juga terlihat ketika sedang memimpin rapat, Ibu
Nuk demokratis namun sisi tegas Ibu Nuk masih tetap ada, seperti
pernyataan Ibu Nuk:
“Jika akan membuat peraturan, saya akan minta pendapat pada
teman-teman, saya sampaikan ada masalah ini dan ini silahkan ada
yang berpendapat. Kalau sudah ada satu, dua, tiga dan seterusnya
saya misalkan milihnya opsi nomer 3 ya sudah nomer 3 itu gitu biar
cepet.”
Dalam memimpin, tegas merupakan salah satu unsur dalam
kepemimpinan yang efektif, tegas namun tidak meninggalkan unsur
demokratis. Ketegasan harus dimiliki seorang pemimpin ketika terjadi
perdebatan atau perbedaan pendapat, terutama ketika rapat. Dalam kondisi
53
rapat, demokrasi memang harus dilakukan agar setiap anggota memiliki
kesempatan dan ruang untuk mengungkapkan pendapat dan usulannya.
Ketika semua pendapat telah diperoleh dan terjadi banyak perbedaan, maka
ketegasan dari seorang pemimpin sangat dibutuhkan agar kondisi rapat tetap
terjaga dan kondusif. Perbedaan pendapat harus segera diredam dan
pemimpin harus segera mengambil keputusan.
Selain dalam memimpin rapat, Ibu Nuk juga tegas dalam hal disiplin
waktu dan komitmen, hal ini disampaikan langsusng oleh Ustadz Firman
guru sekaligus pembina asrama SMP Cendekia Baznas ketika diwawancari
pada tanggal 05 Januari 2017:
“Ketika kita diberi suatu kayak komitmen nih misalnya, kita punya
sebuah komitmen bersama nih bahwa kita akan menjalankan suatu
program, kalau program itu tidak berhasil gitu maka Ibu Nuk itu
akan sangat marah. Jadi ketika dia memberikan kita pekerjaan dan
tidak beres maka Ibu Nuk tidak segan-segan memarahi timnya.
Contoh, pernah suatu hari asrama dalam keadaan kotor, ketika itu
anak-anak sedang sibuk-sibuknya ekstrakulikuler, saat itu Ibu Nuk
marah sekali.”
Ibu Nuk juga tidak segan-segan memberikan sanksi jika terjadi pelanggaran
terhadap peranturan dan komitmen bersama, seperti yang diungkapkan oleh
ustadz Firman: “Ketegsannya lagi itu masalah disiplin waktu, misalnya kita
harus rapat jam sekian dan kita tidak datang di jam sekian, maka kita
didenda Rp.1000 per menit keterlambatan kemudian dijadakan uang kas
untuk digunakan ketika ada pegawai yang sakit dan sebagainya.”
Ketegasan Ibu Nuk selaku pemimpin memberikan kesan yang
beragam dikalangan pengikutnya. Pro dan kontra diterima dan ditanggapi
dengan baik. Terutama ketika Ibu Nuk berada di lingkungan organisasi
yang baru. Pengalaman Ibu Nuk selama berada di DD membuat Ibu Nuk
memiliki nila-nilai yang terus dijaga dan dipertahankan ketika Ibu Nuk
berada di SMP Cendekia Baznas. Nilai-nilai inilah yang dipertahankan dan
coba untuk ditanamkan kembali di lingkungan organisasinya yang baru. DD
dan Baznas adalah dua buah organisasi penghimpun dan penyalur dana
zakat. Memiliki kesamaan pada sumber dananya, membuat Ibu Nuk
menerapkan budaya yang sama antara di DD dan SMP Cendekia Baznas
dalam hal pembiayaan.
Pembiayaan menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh Ibu Nuk.
Mengelola dana zakat menurut Ibu Nuk sangat beresiko, tidak hanya harus
dipertanggungjawabkan di dunia namun juga sampai akhirat. Sehingga Ibu
Nuk sangat ketat dalam urusan pembiayaan. Ibu Nuk sangat tegas dalam
54
urusan penggunaan dana zakat. Tidak hanya amanah tetapi juga harus
beretika, tidak hanya mempergunakan dana dengan sesuai tetapi juga ada
rambu-rambu yang harus diperhatikan. Hal ini yang diungkapkan oleh Guru
Agung, Direktur Smart Ekselensia Indonesia DD yang pernah menjadi tim
Ibu Nuk ketika masih berada di DD:
“Ibu Nuk jika pergi ke sebuah daerah Ibu Nuk akan bertanya di
daerah ini ada ETOS tidak? Kalau ada, ya sudah tidak perlu cari
penginapan saya nginap di asrama putri ETOS saja. Inilah beretika,
Ibu Nuk bisa saja memilih hotel yang murah, ini masih amanah
karena memang ada dana untuk penginapan namun Ibu Nuk lebih
memilih utuk tidak menggunakan dana itu dan memilih untuk
tinggal di asrama ETOS dan mengalihkan dana tersebut untuk
membelikan anak-anak ETOS makanan.”
Dana zakat adalah dana ummat, dana yang harus dipertanggung
jawabkan tidak hanya lewat laporan keuangan namun sampai akhirat akan
terus dipertanyakan penyalurannya sudah sesuai ataukah tidak. Oleh karena
itu, sebagai pemimpin ada keinginan untuk terus mengingatkan anggota
organisasi lainnya agar tidak salah dalam menggunakan dana zakat ini.
2) Peduli
Wanita tetaplah seorang wanita. Meskipun terkenal dengan sikapnya
yang tegas, namun sifat kewanitaan Ibu Nuk tetap ada. Kepekaan Ibu Nuk
terhadap orang lain tidak terbatas jabatan atau usia. Bahkan Ibu Nuk juga
sangat peduli dengan para sopir angkot yang sering Ibu Nuk temui. Ketika
Ibu Nuk berhenti di Dompet dhuafa, para sopir angkot mengeluh kepada
Ibu Nuk takut Ibu Nuk tidak bisa memberikan bantuan lagi kepada orang-
orang dhuafa di sekitar Ibu Nuk.
Supir pribadi Ibu Nuk juga mengungkapkan bahwa Ibu Nuk adalah
sosok yang sangat luar biasa. Ketika mengantar peneliti pulang setelah
mengikuti kegiatan Ibu Nuk di sekolah, Supir Ibu Nuk yang sering
dipanggil “om” terlihat tidak bisa berkata apa-apa ketika ditanya bagaimana
sosok Ibu Nuk menurut Ibu Nuk. Om hanya mengatakan “saya selalu
merinding ketika menceritakan Ibu Nuk kepada orang lain” peneliti
mencoba untuk menggali apa yang membuat Om akhirnya bersikap seperti
demikian, hingga akhirnya Om mulai terbuka, Ibu Nuk mengatakan bahwa:
“Ibu Nuk adalah sosok yang sangat baik, walaupun saya hanya
seorang supir Ibu Nuk tidak pernah memerintah saya, walaupun Ibu
Nuk membawa barang yang banyak selagi masih bisa dibawa Ibu
Nuk tidak mau dibawakan oleh saya, Ibu Nuk bawa sendiri
55
walaupun di tangannya banyak yang harus di tenteng-tenteng”
(wawancara Om supir pribadi Ibu Nuk tanggal 06 Desember 2017
Begitulah cara Ibu Nuk menunjukkan kepedulian terhadap sesama.
Ibu Nuk tidak memandang status sosil, jabatan, atau apapun semua orang
dianggap teman. Baginya supir angkot yang selalu mengantarnya ke tempat
tujuan adalah teman, seperti yang Ibu Nuk ucapkan ketika menceritakan
tentang kejadian di angkot, “teman saya yang sopir angkot itu bilang, siapa
tempat kami minta tolong lagi nanti buk?”, menjadi salah satu bukti bahwa
Ibu Nuk menjalin kedekatan dengan siapapun.
Selain itu, kepedulian Ibu Nuk juga tercermin dari cara Ibu Nuk
berkomunikasi dan silaturrahmi yang Ibu Nuk rajut dengan karyawan
maupun keluarga karyawan. Ketika peneliti menemui Ibu Nuk di
kediamannya, Ibu Nuk menceritakan terkait kejadian salah seorang mantan
pegawai Ibu Nuk di DD yang bekerja sebagai koki di pentri DD yang
meninggal akibat kecelakaan. Walaupun Ibu Nuk tidak bekerja dalam satu
lingkup organisasi lagi namun Ibu Nuk tetap melayat dan mengunjungi
keluarga korban. Bahkan ketika menceritakan kejadian dan kondisi keluarga
yang ditinggalkan Ibu Nuk menangis, menitikan air mata. Ibu Nuk
menghawatirkan keadaan keluarga korban, istri yang hamil tua dan anak
yang berusia 3 tahun membuat Ibu Nuk ingat bahwa akan ada 2 orang anak
yatim, mengingat hal tersebut Ibu Nuk semakin sedih dan menangis. Hal
serupa juga diungkapkan oleh pegawai Ibu Nuk Mbak Nia, pegawai
perpustakaan di SMP Cendekia Baznas mengungkapkan bagwa bagi Ibu
Nuk kekeluargaan adalah nomer satu: “bagi Ibu Nuk nomer satu itu adalah
kekeluargaan. Mau ada yang sakit, harus ada yang mewakili walaupun
nggak semuanya. Kalau ada acara apa, orang tua mau dateng. Kadang di
tempat kerja kita risih yaa kalau ada keluarga dateng, kalau Ibu Nuk
ditanyain, diajak ngobrol.” Tak jauh berbeda, Pak Abdu Khalim Direktur
Makmal Pendidikan DD mengungkapkan dalam wawancara pada tanggal
30 November 2017 di ruang PSB lantai 2 bahwa “yang saya suka dari Ibu
Nuk itu dari segi silaturahim. Jika ada undangan dari karyawan yang
menikah, sunatan, biasanya Ibu Nuk mengusahakan untuk datang”. Hal ini
membuktikan bahwa Ibu Nuk tidak hanya menjalin kedekatan dengan
pegawai saja tetapi juga dengan keluarga pegawai, sehingga lingkungan
organisasi (tempat kerja) terasa begitu sangat kekeluargaan.
3) Cerdas
Salah satu yang menonjol dari Ibu Nuk adalah kecerdasannya.
Ketika mengunjungi rumah Ibu Nuk pada tanggal 05 Desember 2017,
56
peneliti langsung di arahkan ke ruang kerja sekaligus ruang baca Ibu Nuk di
lantai 2 rumahnya. Terlihat sekali disana dikelilingi oleh lemari yang
dipenuhi oleh buku. Buku-buku tersebut adalah koleksi buku Ibu Nuk dan
suami, tak lupa papan tulis juga terpajang di dinding jika sesekali Ibu Nuk
mengajarkan anak-anak dalam menyelesaikan tugas rumah.
Kegemaran Ibu Nuk dalam membaca juga melatih keahlian Ibu Nuk
dalam menulis. Selain menulis di media cetak, Ibu Nuk juga sering
memposting insight Ibu Nuk setelah membaca buku. Tak lupa Ibu Nuk
menambahkan ide dan opini. Tulisan Ibu Nuk tersebar di beberapa media
cetak dan online, baik di Harian Repubilka, Republika online maupun di
Islam Post. Tak hanya membaca buku namun Ibu Nuk juga setiap hari
berlangganan koran agar pengetahuan Ibu Nuk tetap terupgread. Ini terlihat
ketika peneliti mengikuti Ibu Nuk ke sekolah, karena sekolah Ibu Nuk
berlokasi jauh dari jalan utama, Ibu Nuk sengaja membawa koran dari
rumah agar terus tetap bisa membaca.“Salah satu prinsip Ibu Nuk adalah
semiskin apapun kita, koran harus tetap ada di rumah.” Begitulah ungkapan
Guru Agung ketika ditanya tentang Ibu Nuk pada tanggal 20 November
2017. Ibu Nuk adalah sosok yang tidak pernah lepas dari buku, koran dan
menulis.
Kecerdasan Ibu Nuk juga tercermin dari latar belakang pendidikan
Ibu Nuk. Sejak SD hingga Perguruan tinggi sampai gelar masternya, Ibu
Nuk selalu menempuh pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi
terkemuka. sejak menempuh pendidikan SD di SD Angkatan 1 Bogor
kemudian melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 6
Bogor selanjutnya menyeleaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1
Bogor. Ibu Nuk kemudian melanjutkan pendidikan S1 di Universitas
ternama Indonesia yakni Universitas Indonesia dengan mengambil Jurusan
Hukum. dan akhirnya melanjutkan Pendidikan S2 pada tahun 1997 di
Universitas yang sama yakni Universitas Indonesia.
Selain dari latar belakang pendidikan, kecerdasan Ibu Nuk juga
terlihat dari perjalanan karirnya hingga mencapai posisi puncak yakni
sebagai seorang pemimpin. Memulai karir sebagai seorang guru yang
berprestasi, Ibu Nuk akhirnya banyak mendapatkan tugas tambahan hingga
mendapat kepercayaan dari organisasi tempatnya bekerja untuk menduduki
kursi kepemimpinan. Ibu Nuk juga didukung dengan keterampilan
menggunakan komputer dengan sistem operasi berbasis Open souce
(Ubuntu, LinuxMint, Slackware, dan Debian), Ibu Nuk juga merupakan
seorang trainer kekhususan untuk pelatihan nilai-nilai (training values).
4) Sederhana
57
Kesederhanaan Ibu Nuk sangat tercermin dari cara Ibu Nuk
berpakaian serta cara Ibu Nuk bersikap. Terkadang karena terlalu cuek
terhadap penampilan Ibu Nuk mendapatkan kritik dari para pegawainya.
Namun, kritik tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi baginya. Ibu Nuk
tak jarang mendapat saran untuk sedikit memperhatian penampilannya,
karena sebagai pemimpin penampilan juga menjadi sorotan di kalangan
pegawai dan kolega tentunya.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama bersama Ibu Nuk,
kesederhanaan Ibu Nuk sangat tercermin dari gaya hidup Ibu Nuk.
Menggunakan pakaian sangat sederhana, pakaian yang simple, hanya baju
panjang dan celananya serta kerudung yang menutupi kepalanya dengan
sedikit mengikuti trand jilbab saat ini namun tetap menampilkan diri
dengan apa adanya. Tidak ada makeup tebal namun tetap bersih dan terlihat
anggun dengan kesederhanaannya itu. Kendaraan yang Ibu Nuk milikipun
cukup sederhana, seperti sepeda motor dan mobil kijang milik suaminya.
Ibu Nuk tergolong pecinta angkot, Ibu Nuk lebih suka menggunakan
angkot sebagai kendaraan umumnya. Ibu Nuk mengaku bahwa Ibu Nuk
tidak bisa mengendarai sepeda motor dan lebih memilih kendaraan umum
sebagai alat transportasi favorit. Orang-orang biasa menjuluki Ibu Nuk
pecinta angkot, karena jika kemana-mana pasti memakai angkot. Lokasi Ibu
Nuk bekerja saat ini tidak mendukung hobi Ibu Nuk. Jarak sekolah yang
jauh, dan lokasi sekolah yang jauh dari jalan utama mengharuskan Ibu Nuk
menggunakan kendaraan pribadi sehingga Ibu Nuk terpaksa diantar mobil
kijang suami Ibu Nuk yang umurnya sudah lumayan tua.
Sifat Ibu Nuk yang sederhana juga diturunkan kepada para pegawai.
Dalam hal pengelolaan dana zakat Ibu Nuk sangat menganjurkan bahwa
dana zakat yang dikelola tidak hanya harus amanah tetapi juga beretika.
Itulah sebabnya ketika Ibu Nuk mendapatkan tugas ke luar kota, Ibu Nuk
tidak pernah memilih untuk menginap di hotel yang mewah, selama ada
kenalan dan kerabat maka Ibu Nuk akan memilih menginap di tempat
tersebut. Jikalau tidak ada, maka Ibu Nuk akan memilih hotel yang paling
murah sebagai tempat penginapannya.
5) Kuat Pendirian
Karena sikap tegas dari Ibu Nuk, Ibu Nuk akhirnya juga memiliki
karakter yang berpendirian kuat. Seperti masalah dana dan juga dalam hal
58
peraturan-peraturan. Seperti yang dikutip dari hasil wawancara dengan Pak
Abdul Khalim berikut:
“Ibu Nuk memiliki pendirian yang sangat kuat. Jika Ibu Nuk
mengatakan bahwa ini adalah dana zakat, hanya untuk orang dhuafa
ya itu tidak bisa dialihkan ke hal yang lain dulu dan strik dari sisi
yang kayak gitu. Dari sisi kerjasama, kita diminta untuk selektif.
Ketika SGI ingin melakukan kerjasama, waktu angkatan lima akan
melakukan kerjasama dengan Newmon. Karena newmon merupakan
perusahaan yang velue-valuenya tidak sesuai dengan DD misalnya
dari sisi tidak bertanggung jawab terhadap alam, newmon merusak
alam akhirnya Ibu Nuk menolak untuk melakukan kerjasama senilai
2M.
Pendirian Ibu Nuk sulit untuk digoyahkan. Bagi Ibu Nuk nilai-nilai
yang dimiliki oleh organisasi harus tetap di jaga. Begitu juga halnya dengan
peraturan yang sudah ada dan disepakati bersama, harus ditegakkan dan
dijalankan. Apapun konsekuensinya harus dihadapi. Sama halnya ketika
SGI melakukan kesalahan ketika melakukan rekrutmen. DD Pendidikan
memiliki prosedur dan aturan dalam menyeleksi calon penerima manfaat,
dan ketika prosedur serta aturan itu dilanggar dan tidak sesuai maka Ibu
Nuk tidak segan-segan mengambil keputusan yang tegas dan siap menerima
segala konsekuensinya:
“Di DD Pendidikan ada sebuah aturan, di program DD pendidikan
tidak ada double penerima manfaat dalam satu waktu, contohnya di
SGI angkatan 5 juga. SGI menerima salah satu guru dengan
kapasitas bagus, kemampuan yang bagus, prestasinya bagus namun
salah satu kesalahan dari pengelola SGI tidak ketat dalam proses
seleksi ternyata adeknya juga menerima beasiswa Smart, dan dia
diterima di SGI, Sudah ikut orientasi. Ibu Nuk mengambil
kesimpulan untuk mengecut peserta tersebut dengan berani
menangung konsekuensi apapun. Tapi, kebijakannya adalah dia
dikasi kesempatan untuk mendampingi sekolah selama 6 bulan”
(wawancara Pak Abdul Khalim, 30 November 2017 di ruang PSB
lantai 2).
Nilai, norma yang terangkum kedalam budaya organisai menjadi ruh
organisasi yang bersangkutan sehingga Ibu Nuk mencoba untuk terus
mempertahankan ruh tersebut sebagai jati diri dan identitas.
6) Komunikatif
Dalam kiprah menjadi seorang pemimpin, komunikasi adalah hal
utama yang harus dikuasi. Dalam memberikan arahan, memberikan
59
pengaruh, dan pemberian tugas. Komunikasi yang baik akan menghasilkan
respon yang baik juga dari bawahan. Menghadapi manusia dengan beragam
karakter, sifat, latar belakang membuat pemimpin dituntut untuk memahami
psikologi dan cara komunikasi yang baik. Tidak menyinggung sehingga
menghindarkan ketidaknyamanan dan konflik. Terkait masalah komunikasi,
Ibu Nuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Hal ini terlihat dari
kedekatan Ibu Nuk dengan seluruh karyawan, baik dari level bawah hingga
level atas. Hal ini juga yang membuat Ustadz Rony nyaman bekerja
dibawah kepemimpinan Ibu Nuk, sesuai dengan hasil wawancara dengan
Ustadz Rony berikut:
“Secara komunikasi Ibu Nuk masih mengkomunikasikan dan
mengkritik dengan baik. Ibu Nuk orangnya friendly, tidak
mengganggap bahwa dirinya ada pada posisi paling tinggi, ketika
ngobrol dengan level-level bawah Ibu Nuk tidak memposisikan
sebagai Bos. Ketika menginginkan sesuatu Ibu Nuk tidak segan
untuk langsung mengungkapkannya. Misalnya, ketika ingin di
buatkan surat dan ruangan Ibu Nuk berbeda, orang lain biasanya
menggunakan alat seperti telepon tapi Ibu Nuk tidak, Ibu Nuk
langsung bilang datang ke orangnya” (Wawancara Ustadz Rony
tanggal 06 Desember 2017).
Selain komunikasinya yang terbilang sopan kepada bawahannya,
komunikasi Ibu Nuk juga termasuk lugas, seperti yang diungkapkan Pak
Abdul Khalim berikut “Komunikasi Ibu Nuk Sangat lugas, tidak banyak
basa basi langsung sampaikan saja.” Sehingga berpengaruh juga ketika Ibu
Nuk mendelegasikan sebuah tugas kepada karyawan. Ibu Nuk tergolong
pemimpin yang banyak memimpin secara langsung, ketika ada tugas Ibu
Nuk sering mendelegasikan langsung kepada karyawannya, seperti yang
diungkapkan oleh Ustadzah Norma
“Jika ingin mendelegasikan sesuatu dipanggil dulu baru ditanya
kesanggupan, tapi terkadang ada yang langsung didelegasikan,
Kalau ada yang terlalu jauh dari passion kita Ibu Nuk nanya dulu,
Ibu Nuk memberikan kesempatan pegawai untuk berpikir terlebih
dahulu. Tapi ketika mendelegasika tugas untuk agro bisnis saya
langsung di tunjuk, norma saya punya uang segini kamu buat ini
karena itu sesuai dengan passion saya yaa saya langsung iya kan”.
Dalam pendelegasian tugas, tidak semua tanggungjawab yang
diberikan dapat diselesaikan sesuai yang diharapkan atau sesuai dengan apa
yang telah direncanakan. Dalam pekerjaan, selalu ada hambatan dan
rintangan yang dihadapi. Begitu juga yang dialami Ibu Nuk selama menjadi
pemimpin. Tidak semua tugas yang Ibu Nuk delegasikan dapat berjalan
dengan baik, dan begitu juga dengan peraturan, tidak semua yang dirancang
60
ditaati oleh semua karyawan. Namun, Ibu Nuk memiliki cara untuk
mengatasi setiap masalah yang dihadapi. Salah satunya adalah dengan
komunikasi. Dalam menghadapi permasalahan organisasi, Ibu Nuk selalu
melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan orang-orang yang terlibat.
Ibu Nuk akan memanggil orang yang bersangkutan, akan bertanya terkait
perihal apa yang terjadi, melakukan investigasi kepada keryawan lain, baru
menetapkan kesimpulan. Seperti yang diungkapkan oleh Ustadz Rony
ketika Wawancara pada tanggal 06 Desember 2017 bahwa ketika ada
permasalahan yang terjadi, Ibu Nuk berkomunikasi langsung dengan pihak
yang terlibat “Jika ada yang tidak sesuai Ibu Nuk akan langsung bilang ke
penanggung jawabnya.”. Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Mbak
Nia ketika Wawancara pada tanggal 06 Desember 2017 “Kalau ada
beberapa yang melenceng ditanyakan, kenapa ini kayak gini, kenapa asrama
nggak berjalan sesuai kurikulum, oh begini begini buk, oh okey.” Jika ada
permasalah pasti Ibu Nuk mengkomunikasikannya mencari tahu
penyebabnya terlebih dahulu baru mengambil tindakan.
Tidak hanya permasalahn saja yang Ibu Nuk hadapai dengan
komunikasi, tetapi kebijakan baru, peraturan baru juga selalu Ibu Nuk
komunikasikan kepada pada karyawan. Ini juga salah satu ajang Ibu Nuk
dalam mensosialisasikan targetan kedepan organisasi apa dan apa saja yang
harus dilakukan untuk mencapainya. Salah satu wadah yang Ibu Nuk bentuk
adalah seruput pagi, ini adalah wadah para karyawan dan Ibu Nuk untuk
mengkomunikasikan segala bentuk peraturan dan kebijakan baru, seperti
yang diungkapakan oleh Pak Abdul Khalim ketika Wawancara pada tanggal
30 November 2017
“Dalam organisasi ada beberapa lapis mulai dari lapis pertama, lapis
kedua, ketiga, dan seterusnya. Jika ada peraturan dan kebijakan baru
maka Ibu Nuk sampaikan ke lapisan yang kedua Manajer dan
supervisor untuk di sampaikan ke anggota masing-masing tapi tetap
di konfirmasi ulang ketika di acara seruput pagi dihadapan para
seluruh pegawai.”
Seruput pagi ini adalah salah satu cara Ibu Nuk dalam merekatkan
hubungan antar karyawan dan Ibu Nuk sendiri. Seruput pagi diadakan setiap
2 bulan sekali di hari kerja, dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 11.00 siang.
Seruput pagi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kegiatan informal seluruh pegawai di Lembaga Pengembangan Insani (LPI).
Pada kegiatan ini seluruh pegawai berkumpul untuk makan bersama,
menyimak arahan dari kepala bagian masing-masing, pengumuman dan
arahan dari direktur LPI, dan tidak lupa ada pentas seni antar bagian yang
semakin menumbuhkan rasa kekeluargaan dan kedekatan antar karyawan.
Kegiatan inipun berusaha digelar secara rutin. “Kita ada sarana seruput
61
pagi. Semua karyawan terfasilitasi disitu. Di seruput pagi ibu nuk
menyampaikan kabar baru, kebijakan baru dan harapan untuk DD.” Tegas
Pak Abdul Khalim ketika wawancara pada tanggal 30 November 2017 di
ruangan PSB lantai 2.
Jika di DD Ibu Nuk membuat agenda seruput pagi sebagai ajang
merekatkan hubungan antar pegawai dan pemimpin, maka di SMP
Cendekia Baznas Ibu Nuk membuat agenda outing class yang diikuti oleh
seluruh siswa-siswi, guru, pembina asrama, staf dan pegawai serta Ibu Nuk
sendiri selaku kepala sekolah. Tidak jauh berbeda dengan seruput pagi,
ajang outing class selain untuk memberikan pengalaman belajar di alam
terbuka untuk siswa-siswi juga menjadi wadah bagi setiap anggota
organisasi untuk mempererat hubungan.
7) Keibuan
Baik laki-laki maupun wanita keduanya terlahir dengan kodratnya
masing-masing. Baik secara fisik maupun hormon keduanya memiliki
kekhasan yang berbeda. Wanita, terlahir dengan kodratnya sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang lembut, memiliki rahim dan ditakdirkan untuk
mengalami masa haid, hamil dan melahirkan. Maka sudah menjadi kodrat
wanita untuk menjadi seorang Ibu. Begitu juga halnya dengan Ibu Nuk,
dikarunia 2 orang putra membuat Ibu Nuk harus bekerja ekstra. Selain
menjadi wanita yang berkarir, Ibu Nuk juga harus menjadi seorang ibu yang
harus selalu ada untuk anak-anaknya demi memberikan kasih sayang dan
pendidikan terbaik.
Berdasarkan hasil pengalaman peneliti selama bersama Ibu Nuk
pada tanggal 05 Desember 2017, ketika peneliti melakukan observasi dan
membersamai perjalanan Ibu Nuk selama seharian, peneliti menemukan
bahwa Ibu Nuk adalah sosok wanita dengan sifat keibuan yang penyayang
dan lemah lembut. Ini terlihat ketika Ibu Nuk berinteraksi dengan anaknya.
Ibu Nuk memberikan intruksi yang lembut ketika memerintahkan anaknya
untuk sholat, Ibu Nuk juga meluangkan waktu di malam hari untuk
menemani anaknya menyelesaikan PR. Di pagi hari, sebelum Ibu Nuk
berangkat bekerja Ibu Nuk terlebih dahulu menyiapkan segala perlengkapan
sekolah anaknya. Mulai dari bekal, buku, tugas, dan memastikan anaknya
berangkat sekolah dengan diantarkan oleh sang suami, baru setelah itu Ibu
Nuk berangkat bekerja. Hal lain juga terlihat ketika peneliti hendak
mewawancari Ibu Nuk dan menentukan jadwal pertemuan, Ibu Nuk
bersedia untuk ditemui di hari apapun kecuali hari sabtu dan Ahad, karena
menurut Ibu Nuk hari tersebut adalah hari Ibu Nuk dengan keluarga yang
tidak bisa diganggu. Ibu Nuk menyediakan waktu dari hari senin sampai
62
jum‟at untuk bekerja dan beraktifitas di luar umah dan meluangkan waktu 2
hari yakni sabtu dan Ahad untuk anak dan keluarga.
Hal serupa juga di ungkapkan oleh Pak Abdul Khalim ketika
diwawancara pada 30 November 2017 bahwa Ibu Nuk selalu meluangkan
waktunya demi anak:
“Ibu Nuk ini kan punya keluarga, meskipun di tengah kesibukannya
yang luar biasa. Kadang kalau sudah janji dengan anaknya
kesibukan disini pasti ditinggalkan. Contoh, ketika diundang untuk
menghadiri acara wisuda SGI program Executive Class (EC). Ibu
Nuk bilang ke saya mas maaf ya saya tidak bisa hadir saya ada acara
ambil raport di sekolah anak saya. Artinya Ibu Nuk tetap
memprioritaskan untuk anaknya.”
Sifat keibuan yang melekat pada dirinya kadang tercermin dalam
sikap-sikapnya kepada para karyawan, sahabat, dan lingkungannya. Tidak
hanya kepada anak kandungnya, sifat keibuan Ibu Nuk juga ditunjukkan
kepada siswa-siswi SMP Cendekia Baznas. Ibu Nuk terkadang tiba-tiba
menangis karena hal-hal sepele ujar Norma salah satu staf admin Sekolah
SMP Cendekia Baznas.
“Saya kadang heran, tiba-tiba Ibu nangis di pojokan. Saya tanya
kenapa Buk? Ibu Nuk bilang kasian Santri putri tidak punya
lapangan, bagaimana anak-anak putri bisa bermain. Sedangkan yang
laki-laki sudah punya lapangan kasian yang putri. Eeh tiba-tiba Ibu
Nuk membawa sepeda ke sekolah untuk anak-anak putri agar anak-
anak putri bisa bermain”.
Selain menunjukkan sifat keibuan kepada anak kandungnya dan para
siswa-siswi SMP Cendekia Baznas, Ibu Nuk juga menjadi sosok ibu untuk
para pegawai, hal ini diungkapkan oleh Ustadz Firman guru dan pembina
asrama SMP Cendikia Baznas ketika diwawancari pada tanggal 05 Januari
2017 “Kalau ke tim Ibu Nuk sangat ramah penuh kehangatan, seakan-akan
Ibu Nuk itu seperti orang tua buat saya sendiri.” Selanjutnya Ustadz Firman
menerangkan bahwa sifat keibuan Ibu Nuk tercermin dari bentuk perhatian
belaiu kepada timnya:
“Ibu Nuk itu sangat perhatian ke semua timnya, misalnya kalau ada
pegawai sakit Ibu Nuk jadi orang pertama yang turun tangan untuk
ngarahin kita ngajakin jengukin. Pernah Ibu Nuk bilang, tolong sediain
dana untuk guru pembina asrama untuk uang vitamin untuk pembina
asrama, karena mereka bekerja sampai malam, butuh suplemen. Jadi ibu
63
nuk itu sangat memperhatikan kita. Jadi, tidak hanya memperkerjakan
kita tapi juga memperhatika kesehatan kita.”
b) Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Teori Sifat
Dalam menganalisis gaya kepemimpinan seorang pemimpin, ada
beberapa aspek yang dapat dijasikan patokan, mulai dari karakter
pemimpin, sifat, perilaku dan secara situasional. Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan analisis terhadap gaya kepemimpinan dengan mengacu
pada teori sifat (trait) yang dapat dilihat dari karakter pemimpin, teori
perilaku, serta dengan melihat strategi-strategi yang yang dilakukan Ibu
Nuk selama menjalani kepemimpinannya.
Jika dilahat dari segi karakter, Ibu Nuk memiliki beberapa karakter
yang mencerminkan gaya Ibu Nuk dalam memimpin sebuah organisasi.
Misalnya karakter tegas yang Ibu Nuk miliki, Ibu Nuk akan tegas pada
beberapa hal seperti pembiayaan, peraturan, disiplin waktu, dan Ibu Nuk
fokus dalam pengembangan pegawai. Dalam masalah pembiayaan, Ibu Nuk
tegas dikarenakan beberapa sebab, alasan yang paling utama adalah
pemahaman Ibu Nuk terkait dana zakat yang menjadi sumber dana utama
dalam pembiayaan di organisasi baik di Dompet Dhuafa maupun di SMP
Cendekia Baznas yang merupakan lembaga pengumpul dan penyalur dana
Zakat, Infaq, wakaf dan sedekah. Ketegasan Ibu Nuk juga terlihat pada hal
disiplin waktu dan komitmen. Ibu Nuk bisa sangat marah ketika ada yang
melanggar komitmen yang telah disepakati bersama. Ketegasan ini
merupakan bagian dari sifat maskulin Ibu Nuk yang menjadi salah satu ciri
khas dari karakter Ibu Nuk.
Ketegasan Ibu Nuk terhadap peraturan-peraturan ini juga Ibu Nuk
dapat dari pendidikan Ibu Nuk yang merupakan seorang sarjana hukum.
Latar belakang pendidikan Ibu Nuk ini berpengaruh terhadapa cara pandang
Ibu Nuk terhadap pelangaran peraturan. Peraturan adalah sesuatu hal yang
harus dijalankan, ketika itu dilanggar maka harus siap menerima
konsekuensinya dan itu selalu ditegaskan kepada semua anggota
organisasinya.
Kecerdasan Ibu Nuk juga sangat terlihat, baik ketika Ibu Nuk
sebagai guru maupun ketika Ibu Nuk menjadi seorang pemimpin.
Kecerdasan sangat dibutuhkan pemimpin dalam kepemimpinannya.
Kecerdasan sangat penting karena pemimpin adalah seorang pengambil
keputusan. Dalam proses mengambil keputusan, pemimpin harus mampu
melihat permasalahan dari banyak sisi, beragam sudut pandang, dan harus
mempertimbangkan banyak hal untuk banyak pihak. Sehingga keputusan
yang diambil tidak keliru.
64
Kecerdasan adalah kapasitas untuk memahami dunia, berpikir
rasional, dan memakai sumber-sumber secara efektif jika menghadapi
tantangan (Sudaryono, 2014: 35). Melalui kecerdasan, pemimpin bisa
menghadapi tantangan dengan pemahaman terhadap dunia dan berpikir
secara rasional. Dalam organisasi, terdapat beragam sumber daya baik itu
sember daya manusia, sumber daya alam, maupun modal yang bisa
digunakan secara efektif. Dan hanya orang cerdas yang bisa mensinergikan
semuanya sehingga bisa berfungsi secara efektif. Hal ini dapat dilihat dari
perjalanan karir Ibu Nuk selama menjadi seorang pemimpin, baik ketika Ibu
Nuk menjabat sebagai direktur LPI maupun sebagai kepala sekolah SMP
Cendekia Baznas. Ketika menjadi Direktur LPI, Ibu Nuk harus memimpin
tiga divisi besar yakni Makmal pendidikan, Beastudi Indonesia, dan Smart
ekselensia Indonesia, lalu pada tahun 2009 lahirlah Divisi baru dibawah
kepemimpinan Ibu Nuk yakni Sekolah Guru Indonesia. Dalam menangani
empat divisi besar ini, Ibu Nuk banyak menciptakan kebiasaan yang
membuat LPI memiliki budaya kerja dan budaya organisasi yang tertanam
kuat meskipun setelah Ibu Nuk keluar dari LPI.
Kemampuan Ibu Nuk terlihat jelas ketika Ibu Nuk keluar dari LPI
dan menjabat sebagai kepala sekolah di SMP Cendekia Baznas. Cara Ibu
Nuk mengelola SMP Cendekia Baznas tidak jauh berbeda dengan
pengelolan Smart Ekselensia Indonesia. Cita-cita Ibu Nuk untuk membuat
sebuah sekolah bermutu untuk menjadi sekolah model yang bisa ditiru oleh
sekolah lain menjadikan Ibu Nuk bekerja keras untuk mengubah sistem
yang ada di sekolah Cendekia Baznas. SMP Cendekia Baznas yang
sebelumnya merupakan Yayasan Sekolah Anak Yatim kemudian
bertransformasi menjadi SMP Cendekia Baznas atau Sekolah Cendekia
Baznas mengandung makna yang mendalam. Ini berhubungan dengan
upaya Ibu Nuk dalam mewujudkan cita-citanya dalam mewujudkan sekolah
impian. Kata sekolah mengandung makna bahwa bangunan sekolah tidak
hanya menjadi wadah bagi para siswa-siswi dalam menuntut ilmu tetapi
juga menjadi wadah bagi masyarakat sekitar yang dapat dimanfaatkan
kapanpun.
Kehadiran Ibu Nuk di SMP Cendekia Baznas (SCB) melahirkan
banyak perubahan pada budaya organisasi ini. Sekolah yang awalnya
seperti mati suri, tidak terkontrol, dan sistem yang tidak rapi membuat
sekolah ini awalnya tidak berkembang. Siswa-siswi tidak mendapatkan
pengontrolan dengan baik sehingga banyak masyarakat yang
mempertanyakan keberlanjutan dari sekolah ini. Hingga akhirnya pimpinan
Baznas merekrut Ibu Nuk untuk menjadi kepala sekolah di sekolah ini dan
semuanya berubah.
65
Perubahan banyak terjadi di struktur organisasi, pola perekrutan
siswa-siswi baru, peraturan-peraturan dan akhirnya menghasilkan budaya
kerja baru. Ibu Nuk bersama tim Baznas merekrut tenaga pengajar dan
pengurus asrama baru. Sebelumnya tidak ada pengurus asrama yang khusus
menangani dan mengontrol siswa-siswi di asrama, ketika Ibu Nuk
memimpin Ibu Nuk membuat kebijakan untuk menempatkan ustadz dan
ustadzah di asama untuk mengawasi siswa-siswi dan membuat beragam
kegiatan untuk mengisi waktu ketika siswa-siswi berada di asrama. Selain
itu Ibu Nuk banyak mengadopsi program-program dan sistem di Smart
Ekselensia namun beberapa hal Ibu Nuk refisi berdasarkan hasil evaluasi
Ibu Nuk selama menjadi pimpinan di LPI.
Beberapa evalusi yang Ibu Nuk lakukan diantaranya adalah terkait
pemanfaatan fasilitas yang dimiliki Sekolah Cendekia Baznas. Ibu Nuk
memegang keyakinan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab semua
orang, dan masalah pendidikan adalah menjadi tanggung bersama. Jika kita
ingin mengatasi permalahan pendidikan maka kita harus bekerja sama.
Begitulah pemahaman Ibu Nuk yang menjadi latar belakang Ibu Nuk ingin
membuat sebuah sekolah yang bisa menjadi sekolah ymodel untuk semua
sekolah lain di sekitar sekolah Baznas, fasilitas sekolah inipun bisa
dimanfaatkan untuk proses pengembangan masyarakat sekita, baik dari segi
klinik yang bisa dimanfatakan seminggu sekali oleh masyarakat untuk
tempat pemeriksaan kesehatan, fasilitas masjid yang bisa dimanfaatkan
untuk tempat pengajian, lab yang bisa dipinjam oleh sekolah lain, serta aula
yang sering dijadikan tempat workshop dan pelaihan. Selain fasilitas yang
bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, sumber daya manusia yang dimiliki
juga berbagi kebermanfaatan kepada orang lain. Contohnya guru-guru SMP
Cendekia Baznas pada mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris dan IPS
membuaka kelasnya (open class) untuk bisa dilihat oleh guru-guru sekolah
lain untuk belajar terkait pembelajaran yang efektif. Sekitar dua bulan
sekali masing-masing kelas membuka kelasnya untuk dapat dipelajari oleh
sekolah lain.
Kegiatan open class ini Ibu Nuk akui terinspirasi dari program SGI,
dimana SGI memiliki program pelatihan guru yang bertujuan untuk
menghasilkan guru model yang bisa memberikan dampak positif untuk guru
lainnya. Melalui open class ini Ibu Nuk berusaha menghadirkan guru model
untuk guru-guru di sekitar sekolah SMP Cendekia Baznas sehingga menjadi
contoh bagi para guru dalam menciptakan pembelajaran yang efektif.
Selain itu, beragam kebijakan dibuat sebagai hasil dari evaluasi Ibu
Nuk dari beragam kebijakan yang dulu ada di DD. Seperti kritisi Ibu Nuk
terhadap pentri, menurut Ibu Nuk pegawai pentri seperti helper dan koki
adalah pegawai yang tidak bisa dikembangkan. Dalam artian karir mereka
66
sulit untuk bisa berkembang di sebuah organisasi. Ketika manjadi seorang
helper maka selamanya akan berkarir menjadi helper, inilah yang dikritisi
Ibu Nuk. Ibu Nuk tidak ingin pegawainya tidak berkembang ketika berada
di organisasi yang dipimpinnya. Sehingga di Sekolah SMP Cendekia
Baznas Ibu Nuk membuat sebuah kebijakan untuk tidak menerapkan
adanya pentri dan lebih memilih untuk memanfaatkan masyarakat sekitar
untuk menyiapkan makanan siswa-siswi setiap pagi, siang dan malam.
Masyarakat dibagi menjadi tiga kelompok masak yang bertugas setiap hari
untuk menyiapkan sarapan, makan siang dan makan malam. Jadi, selain
mengembangkan para siswa dan guru, sekolah ini juga berusaha untuk
memberikan lapangan pekerjaan untuk para masyarakat di sekitar. Sehingga
keberadaan sekolah ini benar-benar menjadi sesuatu yang memberikan
kebermanfaatan bagi semua orang di berbagai aspek.
Selain kecerdasannya, Ibu Nuk juga tergolong visioner. Hal ini
terlihat dari beragam kebijakan yang Ibu Nuk terapkan. Selain melihat
keadaan saat ini Ibu Nuk juga melakukan analisis kebutuhan jauh kedepan.
Sehingga, selain menjadi kepala sekolah saat ini Ibu Nuk juga membantu
pihak Lasnas BSM Umat untuk membuat lemabaga pendidikan SMK.
Namun Ibu Nuk berkata kepada pihak Lasnas BSM Umat bahwa kita tidak
bisa membuat sekolah begitu saja seperti pernyataan Ibu Nuk
“kita harus melihat dulu perkembangannya seperti apa. Seperti saat
ini diperkirakan Sebelum membuat program pendidikan tidak bisa
langsung, harus catat dulu berbagai hal. Sedang merancang SMK,
hari ini ada vintac ada berbagai macam pekerjaan yang akan hilang
salah satunya kerja di Bank. Bank akan menjadi computerise.”
Begitulah salah satu cara yang dilakukan Ibu Nuk sebelum
merancang sebuah program. Ada sebuah analisis baik secara internal
maupun eksternal sehingga dapat menghasilkan sebuah strategi yang tepat.
Setelah merancang sebuah program, Ibu Nuk tidak lupa
mengkomunikasikannya kepada semua stakeholder. Kemampuan
komunikasi bagi seorang pemimpin sangat diperlukan, dan Ibu Nuk
memiliki cara untuk menjalin komunikasi yang baik dengan bawahannya.
Ibu Nuk menurut Pak Abdul Khalim ketika diwawancarai pada tanggal 30
November 2017 menyatakan bahwa “Ibu Nuk itu memiliki sifat egaliter
artinya masuk ke semua level, baik dari level bawah sampai ke level atas
dia bisa.” Ini menunjukkan kemampuan Ibu Nuk dalam hal menjalin
komunikasi dengan anggotanya . Hal-hal yang dikomunikasikan Ibu Nuk
kepada bawahan beragam mulai dari kebijakan hingga komunikasi sebagai
teman. Artinya setiap kebijakan atau peraturan baru Ibu Nuk coba
sampaikan dalamksempatan rapat mingguan maupun bulan yang menjadi
agenda rutin di SMP Cendekia Baznas. Tujuan dari kegiatan ini adalah
67
mensosialisasikan kebijakan, peraturan maupun ada tanggung jawab baru
yang diberikan kepada guru, pembina asrama maupun staf dan pegawai.
Pemimpin yang baik adalah komunikator yang handal. Sebagian
besar waktu yang terpakai untuk kerja kepemimpinan adalah
berkomunikasi, baik internal maupun eksternal. Aktivitas pemimpin
dilakukan melalui komunikasi dua arah. Baik komunikasi secara verbal
maupun nonverbal (Sudaryono, 2014: 34). Sehingga langkah Ibu Nuk
dalam upaya menjaga komunikasi yang baik dengan bawahan sangat tepat.
Dengan kemampuan komunikasi yang lugas dan tegas setiap tugas maupun
kebijakan dapat dipahami dengan baik, sehingga para anggota organisasi
dapat menjalankan tugas dan kewajibannya masing-masing sesuai dengan
yang diharapkan pemimpin dalam hal ini Ibu Nuk.
Berdasarkan karakter yang dimiliki oleh Ibu Nuk, baik dari segi
kecerdasan, kemampuan komunikasi yang baik, sosial yang baik dimana ini
ditunjukkan dengan kepekaan Ibu Nuk terhadap sesama serta link yang
dimiliki kemudian sisi maskulin Ibu Nuk yang ditunjukkan dari bentuk
ketegasan Ibu Nuk. Maka bisa di pastikan bahwa Ibu Nuk memiliki
karakater seorang pemimpin. Karakter inilah yang akhirnya membedakan
Ibu Nuk dengan anggota organisasi lainnya. Karakter yang akhirnya
membuat Ibu Nuk sebagai seorang pemimpin.
c) Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Teori Perilaku
Jika dilihat dari segi prilaku, gaya kepemimpinan dapat di bedakan
menjadi 3 jenis besar yakni berorientasi tugas, hubungan dan partisipatif
(Yukl, 2017: 67). Melihat perilaku Ibu Nuk dalam menjalankan
kepemimpinannya, Ibu Nuk selalu menerapkan kepemimpinan yang
mendorong kemajuan pengikutnya. Ibu Nuk memberikan kebebasan bagi
setiap divisi untuk mengembangkan divisinya masing-masing. Memberikan
tugas yang menantang bahkan hingga anggtanya merasa bahwa tugas
tersebut di luar batas kemampuan mereka. Namun itu menjadi salah satu
cara Ibu Nuk dalam mengembangkan kompetensi pegawainya.
Pengembangan sumber daya manusia diartikan sebagai penyiapan
individu untuk memikul tanggung jawab yang lebih tinggi dan memenuhi
kebutuhan jangka panjang yang terus meningkat (Ulfatin dan Triwianto,
2016: 138). Pengembangan terhadap individu pegawai diharapkan mampu
meningkatkan pegawai baik dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Dunia terus mengalami perubahan, organisasi harus mampu
menyeimbangai perubahan dunia sehingga organisasi juga dituntut untuk
bisa berubah. Perubahan inilah yang menjadi dasar pengembangan yang
68
kemudian berdampak pada keharusan sumber daya manusia dalam
organisasi untuk dikembangkan. Dengan demikian, perkembangan sumber
daya manusia dalam organisasi bisa memperkuat daya saing organisasi.
Perkembangan individu pegawai ini juga akan berdampak positif terhadap
perkembangan karir dan kinerja pegawai. Dengan memberikan
pengembangan, pegawai akan mampu bekerja secara efektif dan efisien
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknolongi yang ada.
Menurut Ulfatin dan Triwianto (2016: 140) dalam dunia pendidikan,
pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain; 1) program penyetaraan dan sertifikasi, 2) program pelatihan
terintegrasi berbasis kompetensi, 3) program supervisi, 4) program
pemberdayaan (misal melalui MGMP/Musyawarah Guru Mata Pelajaran),
dan 5) lain-lain (seperti simposium, menulis karya ilmiah, berpartisipasi
dalam forum ilmiah, melakukan penelitian, magang, mengikuti berita aktual
di media pemberitaan, berpartisipasi dalam organisasi profesi, dan
menggalang kerjasama dengan teman sejawat). Ibu Nuk dalam
mengembangkan pegawainya melakukan beberapa upaya seperti dengan
memberikan tugas tambahan kepada pegawai. Contohnya saja Ustadzah
Norma, seorang pegawai di bidang Administrasi yang merupakan lulusan
dari sebuah perguruan tinggi di Bogor yakni Institut Pertanian Bogor (IPB),
selain mengemban tanggung jawab di bagian administrasi Ibu Nuk juga
diminta untuk menjadi tenaga pengajar pada mata pelajaran prakarya dan
mengurus bidang agro bisnis sekolah.
Ibu Nuk berusaha mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki
pegawai. Pegawai harus berlari untuk mengejar perkembangan, begitu juga
yang dirasakan oleh Ustadzah Norma berdasarkan hasil wawancara pada
tanggal 06 Desember 2017 di ruang rapat SMP Cendekia Baznas “Sekarang
saya menganggap diri saya sebagai Beyond Norma, kamu jadi guru bikin
modul prakarya. Saya disini disuruh lari, saya mengerjakan di luar
ekspektasi saya.”
Dalam upaya pengembangan pegawai, Ibu Nuk juga memacu para guru
untuk menulis dan mengikuti seminar tingkat internasional. Selain sebagai
upaya pengembangan pegawai ini juga menjadi ajang untuk memotivasi
pegawai lainnya untuk terus menulis dan menorehkan prestasi. Ini juga
menjadi bentuk apresiasi kepada pada anggota organisasi yang cukup
berprestasi. Terpilih 3 orang dari bagian yang berbeda yakni dari pembina
asrama terpilih Ustadz Firman, di bagian staf terpilih Ustadzah Norma dan
di bagian operasional terpilih Ustadzah Novi. Mereka adalah pegawai yang
berprestasi di bagian mereka masing-masing. Penilaian dilakukan oleh Ibu
Nuk secara diam-diam, Ibu Nuk melihat perkembangan setiap anggota
organisasi dan setiap yang memiliki perkembangan paling signifikan
69
diberikan kesempatan untuk ikut dalam seminar Internasional di Malaysia.
Selain sebagai hadiah, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan mereka terkait pengelolaan zakat di Negara Malaysia yang
memiliki pengelolaan zakat yang sangat baik.
Jika dilihat dari segala prilaku Ibu Nuk selama menjalani
kepemimpinan, Ibu Nuk tergolong memiliki gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada hubungan. Karena dalam menjalankan kepemimpinannya
Ibu Nuk selalu memberikan kesempatan untuk pegawainya dalam
mengembangkan diri mereka sendiri, memberikan kepercayaan pada tiap
divisi untuk membuat program mereka sendiri, dan tidak lupa terus
menjalin hubungan dengan beberapa program yang dirancang mulai dari
orientasi pegawai baru untuk mengenalkan nilai-nilai organisasi,
menyelenggarakan pertemuan tiap bulan, dan berbagai agenda luar yang
merekatkan hubungan mereka.
d) Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Karakteristik Kepemimpinan
Ada beberapa karakteristik kepemimpinan Ibu Nuk yang paling
menonjol yakni:
(1) Menyatukan visi, misi dan menanamkan budaya organisasi
Berada pada sebuah lingkungan organisasi dengan beragam
karakteristik manusia, berasal dari latar belakang pendidikan dan
keluarga yang berbeda, dan dengan berbagai pengalaman kerja yang
berbeda mengharuskan organisasi melakukan penyatuan vis, misi dan
budaya organisasi yang dipegang untuk dapat berjalan bersama-sama
demi mencapai tujuan organisasi.
Dalam proses menyatukan visi, misi dan budaya ini Ibu Nuk
mengeluarkan sebuah kebijakan untuk melakukan orientasi pada setiap
pegawai baru. Orientasi adalah pengenalan dan adaptasi terhadap
sebuah lingkungan baru (Marwansyah, 2012: 141). Orientasi juga dapat
diartikan sebagai prosedur untuk memberikan informasi latar belakang
mendasar mengenai organisasi kepada pegawai baru (Dessler dalam
Ulfatin dan Triwianto, 2016: 66).
Visi merupakan kondisi masa depan yang ingin diwujudkan, visi
merupakan arah organisasi dalam menjalankan peran dan tugasnya di
masyarakat, untuk mewujudkannya organisasi menentukan misi yang
harus dilakukannya dan tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam upaya
mewujudkan visi yang telah ditentukan (Suharsaputra, 2016: 181).
Mensosialisasikan visi kepada para pegawai penting untuk dilakukan.
Ibu Nuk melakukannya dengan cara menjelaskan arah organisasi yang
70
sebenarnya serta peran organisasi dalam masyarakat. Mengingat peran
organisasi di masyarakat adalah sebagai sebuah sekolah yang tidak
hanya sebagai lembaga pendidikan namun juga sebagai sebuah wadah
pendidikan dan memberikan fasilitas kepada masyarakat sekitar agar
terus memberikan manfaat kepada semua.
Setiap pegawai baru diberikan pemahaman terkait visi organisasi,
SMP Cendekia Baznas adalah sekolah inklusi tingkat menengah
pertama yang berada di lokasi Ahbabullah Center. Ahbabullah Center
merupakan kerjasama program Baznas, Qatar Charity, dan Yayasan Siti
Hajar Sujai. Dengan memahami asal dana, pemahaman akan
bagaimana seharusnya pengelolaan dana zakat menjadikan pegawai
memiliki frekuensi yang sama dengan pemimpin. dukungan dan
penerimaan visi oleh anggota organisasi serta seluruh pemangku
kepentingan sekolah akan membangun kesatuan arah dan inspirasi pada
anggota organisasi tentang apa yang akan dan ingin ditempuh oleh
organisasi sekolah (Suharsaputra, 2016: 182).
Visi haruslah dapat menjadi inspirasi, pendorong emosi, motivasi
bagi anggota organisasi akan ide-ide besar yang ingin diwujudkan. Hal
ini coba untuk terus ditanamkan pada anggota organisasi, dengan terus
mensosialisasikannya secara intensif pada setiap pertemuan dengan
para anggota. Karena perencanaan dari pemimpin tanpa
dikomunikasikan secara jelas kepada pegawai dan semua pemangku
kepentingan akan mendatangkan permasalahan nantinya. Seperti hasil
penelitian dari Ines Sutić and Marija Jurčević yang menunjukkan
bahwa “The process of strategy planning has been rated successful.
Problems arise during strategy implementation. Strategic plans and
objectives are not well communicated to employees and other
stakeholders.” Artinya adalah proses perencanaan strategi di sebuah
universitas berjalan dengan baik. Namun permasalahan muncul ketika
pelaksanaan startegi. Rencana strategis dan tujuan tidak
dikomunikasikan kepada para pegawai dan pemangku kepentingan.
Dalam proses staregis ada 3 tahapan penting, yakni perencanaan
strategis, implementasi strategis dan evaluasi startegis. Namun, ada
proses yang tidak boleh hilang dalam tahapan-tahapan tersebut yakni
proses komunikasi rencana strategis kepada para pegawai dan
pemangku kepentingan serta proses pengontrolan pada tahap
implementasi starategis barulah rencana yang baik bisa berjalan.
Visi SMP Cendikia Baznas adalah “Membangun Karakter,
Mengoptimalkan Potensi.” Visi inilah yang selalu di komunikasikan
kepada para guru, pembina asrama, pegawai dan staf lainnya sehingga
setiap anggota organisasi memahai visi sekolah dan akhirnya paham
71
akan tugasnya selama berada di organisasi ini. Untuk mencapai visi ini
beragam program dikeluarkan, seperti menyediakan program
ekstrakulikuler sebagai wadah bagi para siswa dalam mengembangkan
potensi mereka. Ekstrakulikuler di SMP Cendekia Baznas tergolong
beragam, mulai dari kesenian hingga olahraga. Pada bidang kesenian,
ektrakulikuler terdiri dari marawis, sedangkan di bidang olahraga
terdiri dari memanah dan pencaksilat. Di tahun ini, para siswa SMP
Cendekia Baznas berhasil menorehkan prestasi melalui siswa-siswanya
atas nama Mohammad Ferdiansyah dan Syaifullah M. Boli, mereka
berhasil meraih medali emas dalam kejuaraan yang diadakan
Kemenpora pada ajang Yogyakarta Championship II 2017. Acara ini
adalah ajang pencak silat nasional yang diadakan Ikatan Pencak Silat
Se-Indonesia dan Kemenpora pada 14-15 Oktober 2017 di Gedung
Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). BAZNAS
mengirimkan atlet siswa SCB yang terdiri atas Mohammad
Ferdiansyah (kelas IX) asal Bogor, Provinsi Jabar, untuk kategori seni
tunggal tangan kosong; Baharudin Bao (kelas IX) asal Alor, Provinsi
NTT, kategori fight kelas B (37-40 kg); Baharudin Laka (kelas IX) asal
Alor NTT, kategori fight kelas E (45-47 kg). Kemudian, Syaifullah M.
Boli (kelas IX) asal Alor NTT, kategori fight kelas E (45-47 kg); Ujang
Ari (kelas IX) asal Sukabumi, Jawa Barat, kategori fight kelas F (47-49
kg); Ridwan (kelas IX) asal Sukabumi, Jawa Barat, kategori fight kelas G
(49-51 kg). Selanjutnya, Heri Kiswanto yang merupakan atlet
merangkap pelatih, asal Medan, Provinsi Sumatera Utara, untuk
kategori fight kelas C dewasa (55-60 kg). Untuk semankin mengasah
potensi para siswa-siswinya, dalam rangka menyemarakkan bulan
Muharam, BAZNAS menggelar aneka lomba di Ahbaabullah Center.
Selain dalam bentuk ektrakulikuler, pengembangan untuk siswa
juga dilakukan dengan memberikan mereka life skill. Menurut WHO
(dalam Musfah, 2015: 106), life skills is abilities that help us to adapt
and behave positively so that can deal effectively with the challenges of
everyday life. Maksudnya adalah kecakapan hidup (life skills)
merupakan kemampuan yang membantu kita untuk beradaptasi dan
berperilaku positif sehingga bisa mengatasi tantangan hidup sehari-hari
secara efektif. Di SMP Cendekia Baznas para siswa-siswi diajarkan
untuk mandiri, mereka diberikan keterampilan sederhana seperti
mencukur, sol sepatu dan menjahit. Hal ini bertujuan agar para siswa-
siswi mampu menyelesaikan permasalahan sederhana dalam hidup
mereka.
Visi lainnya yang tak kalah penting adalah membangun karakter.
Karakter paling kuat yang ingin ditanamkan di SMP Cendekia Baznas
ini adalah kemandirian. Mengingat para siswa-siswi baru lulus dari
pendidikan Sekolah dasar, pendidikan karakter mandiri ditanamkan
72
melalui aktivitas-aktivitas pembiasaan, seperti memberikan mereka
tanggungjawab untuk merawat kebersihan lingkungan dengan cara
memberikan jadwal piket untuk menjaga kebersihan kelas, asrama, dan
lingkungan sekolah. Selain itu, siswa-siswi juga dibiasakan untuk
selalu sholat berjamaah, setiap siswa bergiliran untuk menjadi imam
sholat. Selain melatih kemandirian dalam hal seperti mencuci piring
sendiri, mencuci baju sendiri, di Baznas siswa-siswi juga dilatih untuk
bertanggungjawab dengan memberikan lahan kepada masing-masing
kelompok kamar. Masing-masing kelompok berhak mengelola
lahannya sendiri, sehingga ada yang mengisinya dengan menanam
kangkung, terong dan tomat. Mereka diajarkan keterampilan mulai dari
menanam, merawat, hingga panen dan menjual hasil panennya.
Pendidikan seperti ini tentu memberikan pengalaman belajar yang
bermakna untuk para siswa-siswi, sehingga dari segi pendidikan
mereka dapatkan, dari segi ketemapilan juga dapat terlebih sikap juga
dapat. Sehingga tiga unsur pembelajaran yakni kognitif, psikomotorik
dan afektif mereka peroleh dengan lengkap. Dari aktivitas ini, mereka
dilatih untuk bekerja sama, berkomunikasi dengan masyarakat ketika
mereka harus menjual hasil panennya dan bagaiaman cara membagi
hasil yang adil kepada anggota kelompoknya.
Selain visi utamanya dalam membangun karakter dan
mengoptimalkan potensi, SMP Cendekia Baznas juga memiliki cita-
cita sebagai sekolah model yang murah dan mudah dicontoh oleh
sekolah-sekolah lain, SMP Cendekia Baznas terus berbenah dan
meningkatkan diri dari beagam sisi. Baik dari segi kompetensi
mengajar guru, lingkungan sekolah yang masih terus diperbaiki,
pengadaan sarana dan prasarana, dan tentunya meningkatkan prestasi
siswa-siswi.
Selain visi dan misi, budaya organisasi juga tak kalah
pentingnya. Budaya didefinisikan sebagai keyakinan, nilai, peraturan,
norma, simbol, serta tradisi yang telah dipelajari dan merupakan hal
yang umum bagi sekelompok orang (Northouse, 2013: 364). Nilai-nilai
yang dipegang oleh Ibu Nuk menjadikan Ibu Nuk memiliki karakter
yang khas. Untuk kesederhanaan Ibu Nuk, ini disebabkan oleh nilai
yang Ibu Nuk pegang. Dalam hal dana zakat Ibu Nuk adalah orang
yang sangat strik oleh karena itu, prinsip Ibu Nuk dalam penggunaan
dana zakat tidak hanya harus amanah tetapi juga beretika. Inilah yang
sering di lakukan Ibu Nuk dan tertular kepada anggota organisasi yang
lain. Sehingga bisa dirasakan dengan sangat nyata budaya organisasi
yang ditanamkan Ibu Nuk di LPI masih terasa meski Ibu Nuk sudah
tidak menjadi pimpinan di organisasi ini. Budaya seperti disiplin
dengan datang sebelum anggota organisasi yang lain datang dan pulang
73
setelah yang lain pulang menjadikan anggota organisasi lainnya
berusaha untuk memiliki budaya datang tepat waktu dan disiplin dalam
menjalankan tugas.
Prinsip Ibu Nuk lainnya adalah melakukan sesuatu melebihi dari
apa yang diperintahkan. Karena kecerdasan dan budaya kerja seperti
inilah yang menjadikan Ibu Nuk selalu menghasilkan beragam prestasi
disetiap tugas dan pekerjaannya. Integritas Ibu Nuk pada organisasi
dengan memberikan kualitas kerja yang terbaik ini juga terus
diturunkan kepada anggota organisasi lainnya, Ibu Rina yang menjadi
penerus kepemimpinan Ibu Nuk di LPI menerangkan hal yang serupa.
Ibu Nuk juga memiliki prinsip yang sama dan ini adalah hasil dari
ajaran Ibu Nuk, karena Ibu Rina sendiri merupakan tim Ibu Nuk ketika
masih bekerja di LPI. Budaya-budaya kerja seperti ini kemudian
meluas menjadi budaya organisasi. Di LPI budaya organisasi semacam
ini masih sangat terasa, namun di Baznas masih berbenah dan dalam
proses. Kepemimpinan Ibu Nuk di Baznas baru 5 bulan terhitung masa
jabatan Ibu Nuk pada bulan Oktober 2017 lalu, sehingga saat ini masih
dalam penanaman niali-nilai tersebut. SMP Cendekia Baznas masih
fokus pada perbaikan beragam aspek, mulai dari perapian struktur
organisasi, visi, misi, tujuan, dan hal-hal administratif lainnya.
Sehingga saat ini budaya organisasi tersebut belum tertanam secara
kuat, oleh sebab itu Ibu Nuk masih terus mengupayakan
penanamnannya dengan memberikan beragam keteladanan dan
sosialisasi secara intensif pada beragam kesempatan, baik ketika
bertemu secara pribadi, rapat kerja, dan setiap pertemuan perbulannya.
Memiliki visi utama untuk membangun karakter dan
mengembangkan potensi tidak hanya berlaku kepada siswa sebagai
objek pendidikan, namun juga berlaku kepada seluruh guru, pembina
asrama, pegawai dan staf juga menjadi objek dalam visi ini. Sehingga
hal yang paling menonjol dari kepemimpinan Ibu Nuk adalah
pengembangan sumber daya manusia di SMP Cendekia Baznas.
(2) Mengembangkan SDM
Ibu nuk sadar betul bahwa Ibu Nuk tidak mungkin bekerja
sendiri. Menjalankan sebuah sekolah membutuhkan banyak tenaga ahli
yang bisa diajak bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah
dirancang. Oleh karena itu, langkah utama yang dilakukan oleh IbuNuk
adalah merekrut tim-tim terbaik melalui Rekrutmen Sumber Daya
Manusia
74
Menurut Ulfatin dan Triwianto (2016: 50), rekrutmen adalah
proses serangkaian aktivitas dan proses yang digunakan untuk
memperoleh sejumlah calon pelamar pegawai. Rekrutmen dilakukan
sebagai upaya pencarian calon pegawai yang potensial untuk dipilih
dan ditempatkan pada posisi kerja yang sesuai antara potensi yang
dimiliki dengan tuntutan lingkungan kerja. Jadi, rekrutmen dilakukan
untuk memperoleh pegawai yang tepat untuk ditempatkan pada posisi
yan tepat atau sering disebut dengan istilah right man in the right place.
Dalam memilih pegawai, SMP Cendekia Baznas juga melakukan
proses perekrutan untuk mendapatkan sumber daya manusia terbaik
untuk dijadikan tim dalam mengembangkan pendidikan. Ada beberapa
persyaratan yang di ajukan untuk calon pelamar. Berdasarkan Brodcase
yang disebar oleh tim baznas diantaranya adalah:
a) Kepala sekolah
1) Usia maksimal 35 tahun
2) Pendidikan minimal S1
3) Bersedia bekerja full time
4) Mengirimkan lamaran ke email ke
[email protected] dengan judul email posisi
yang akan dilamar. Lamaran yang dikirim wajib
menyertakan:
(a) Daftar riwayat hidup
(b) Rekomendasi dari dua tokoh masyarakat yang
dilengkapi nama lengkap, email dan nomor telpon
pemberi rekomendasi
(c) Tulisan singkat mengenai rencana program, di luar
pekerjaan utama, yang akan dilakukan untuk
mengembangkan diri dan sekolah.
b) Guru Bidang Studi dan staff
1) Usia maksimal 30 tahun
2) Pendidikan minimal D3
3) Bersedia bekerja full time
4) Mengirimkan lamaran ke email ke
[email protected] dengan judul email posisi
yang akan dilamar. Lamaran yang dikirim wajib
menyertakan:
(a) Daftar riwayat hidup
(b) Rekomendasi dari dua tokoh masyarakat yang
dilengkapi nama lengkap, email dan nomor telpon
pemberi rekomendasi
75
(c) Tulisan singkat mengenai rencana program, di luar
pekerjaan utama, yang akan dilakukan untuk
mengembangkan diri dan sekolah.
c) Pembina Asrama
1) Usia maksimal 30 tahun
2) Pendidikan minimal D3
3) Mencantumkan keahlian selain disiplin ilmu yang dimiliki
4) Bersedia bekerja full time
5) Mengirimkan lamaran ke email ke
[email protected] dengan judul email posisi
yang akan dilamar. Lamaran yang dikirim wajib
menyertakan:
(a) Daftar riwayat hidup
(b) Rekomendasi dari dua tokoh masyarakat yang
dilengkapi nama lengkap, email dan nomor telpon
pemberi rekomendasi.
(c) Tulisan singkat mengenai rencana program, di luar
pekerjaan utama, yang akan dilakukan untuk
mengembangkan diri dan sekolah.
Selain harus memenuhi persyaratan yang diberikan, setelah lulus
secara administrasi calon pegawai harus menjalani beragam tes, seperti
psikotes dan tes wawancara. Proses ini bertujuan untuk mencari,
menemukan dan menarik para pelamar yang memiliki kompetensi
untuk melakukan pekerjaan sesuai yang dibutuhkan organisasi (Ulfatin
dan Triwianto, 2016: 50). Berdasarkan wawancara dengan Ustadz
Firman selaku Guru dan Pembina asrama SMP Cendekia Baznas pada
tanggal 05 Januari, Ibu Nuk mengungkapkan “untuk memperoleh
Sumber daya manusia yang pas, SMP Cendekia Baznas memberikan
prosedur yang cukup panjang” dengan alur:
a) Seleksi berkas, setelah sebulan baru ada pengmuman
b) Wawancara pertama yang diselenggarakan oleh tim SMP
Cendekia BAznas dan pengumuman peserta yang lolos ke
tahap selanjutnya diberikan sebulan kemudian. Wawancara
tahap pertama, pewawancara dari pihak pendidikan Baznas
yang diwawancarai yakni masalah pekerjaan yang dilamar,
kalau melamar menjadi pembina asrama diwawancarai
tentang keasramaan, kalau menjadi guru diwawancarai
tentang keguruan.
c) kemudian ada tes wawancara kedua dari tim Baznas, dan
pengumuman peserta yang lolos ke tahap selanjutnya
diberikan sebulan kemudian. Wawancara tahap 2 ini
pewawancara dari tim pusat baznas tentang pengalaman
76
bekerja, ingin digaji berapa, dengan kemampuan yang
dimiliki ingin mendapatkan gaji berapa, ditanya dari awal.
d) Psikotes.
e) Pengumuman hasil
Proses rekrutmen perlu sekali dilakukan untuk mendapatkan
sumber daya manusia yang sesuai. Sesuai dengan kebutuha dan sesuai
dengan tujuan organisasi. Jika melihat persyaratan dan proses yang
dilakukan, kompetensi dari calon pelamar menjadi persyaratan utama
yang terlihat dari persyaratan pendidikan minimal, komitmen yang
dilihat dari tes wawancara dan peluang pengembangan pegawai
selanjutnya yang terlihat dari kemampuan pegawai dalam merancang
sebuah perencanaan untuk pengembangan dirinya. Ini menjadi salah
satu bukti keseriusan SMP Cendekia Baznas dalam mencari sumber
daya manusia yang berkualitas untuk menduduki posisi-posisi kosong.
Dengan merekrut sumber daya yang tepat ditempatkan pada posisi yang
tepat akan menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien.
Setelah memperoleh tim terbaiknya, langkah selanjutnya yang
dilakukan oleh Ibu Nuk adalah menganalisis bakat setiap SDM yang
dimiliki. Setiap orang dicari bakatnya masing-masing, dengan cara
melihat pelatihan apa saja yang pernah diikuti, keterampilan apa saja
yang dimiliki, hingga background pendidikannya. Dari hasil analisis
tersebut, kemudian Ibu Nuk memberikan tanggung jawab ke masing-
masing orang berdasarkan data dan hasil analisis Ibu Nuk.
Setelah menemukan tim-tim terbaiknya, langkah selanjutnya
yang dilakukan oleh Ibu Nuk adalah mengembangkan SDM. Dalam
organisasi kerja, pengembangan sumber daya manusia merupakan
suatu proses untuk meningkatkan kualitas pegawai agar menguasai
pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan wawasan sesuai denan
perkembanan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan dapat
dilakukan dalam lingkup pengembangan karir, pendidikan, pelatihan
dan pembelajaran. (Ulfatin dan Triwiyanto, 2016: 138-140).
Ibu Nuk juga melakukan upaya yang sama dalam pengembangan
SDM di organisasinya. Pengembangan dilakukan baik secara formal
maupun informal. Menurut Kadarisman (dalam Ulfatin dan Triwiyanto,
2016: 142) menjelaskan terkait pengembanan pegawai secara formal
dan informal:
Pengembangan secara formal yaitu, pegawai ditugaskan
organisasi untuk mengikuti pendidikan atau latihan, baik yang
dilakukan organisasi maupun yang dilakukan lembaga-lembaga
pendidikan dan pelatihan. Pengembangan secara formal
77
dilakukan organisais karena tuntutan organisasi saat ini ataupun
masa datang, yang sifatnya nonkarier atau peningkatan karier
seorang pegawai. Sedangkan pengembangan secara informal,
yaitu pegawai atas kemauan dan usaha sendiri melatih dan
mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku-buku literatur
yang ada hubungannya dengan pekerjaan atau jabatannya.
Pengemabangan secara informal, dalam bentuk pembelajaran,
menunjukkan bahwa pegawai tersebut berkeinginan keras untuk
maju dengan cara meningkatkan kemampuan kerjanya. Hal ini
bermanfaat bagi organisasi karena prestasi kerja pegawai
semakin besar, disamping efesiensi dan produktivitasnya juga
semakin baik.
Karier dapat diartikan sebagai perjalanan pekerjaan (riwayat
kerja) seorang pegawai didalam organisasi, mulai diterima sebagai
pegawai baru dan berakhir pada saat ia tidak bekerja lagi di dalam
organisasi tersebut (Ulfatin dan Triwiyanto, 2016: 141). Dalam
mengambangkan karier pegawai, Ibu Nuk upayakan dengan
memberikan tanggung jawab yang lebih banyak pada pegawai.
Pemberian tanggung jawab ini merupakan tanggungjawab di luar tugas
utama, seperti guru juga mendapat tanggungjawab sebagai pembina
asrama, pembina asrama juga bertanggungjawab untuk ekstrakulikuler,
pembina asrama juga bertanggungjawab pada pembekalan life skill.
Beragam tanggungjawab baru diberikan untuk mengembangkan karir
anggota organisasi, contohnya saja Ustadzah Norma, Ibu Nuk bekerja
pada bidang administrasi namun Ibu Nuk juga ditantang untuk menjadi
guru seni, selain itu Ibu Nuk juga diberikan tanggungjawab untuk
memberikan keterampilan kepada siswa-siswi untuk bercocok tanam.
Selain Ustadzah Norma, pegawai lainnya juga mendapatkan
tugas tambahan, seperti Ustadz Firman selain menjadi guru juga
sebagai pembina asrama, Ibu Nuk juga mendapat tanggung jawab di
bagian kesehatan siswa. Tugas Ibu Nuk adalah merawat setiap siswa-
siswi yang sakit dan memastikan yang lainnya tidak tertular. Begitu
juga dengan ustadz Hasan, Ibu Nuk mendapatkan hal yang serupa.
Selain sebagai pembina asrama Ibu Nuk mendapat tugas tambahan
untuk memberikan keterampilan mencukur kepada siswa.
Setelah memberikan tanggung jawab kepada guru, pembina
asrama, pegawai dan staf, Ibu Nuk akan memberikan kebebasan kepada
mereka untuk mengembangkannya sendiri. Para anggota organisasi
diberikan ruang seluas-luasnya untuk berinovasi. Namun, selama
pelaksanaannya Ibu Nuk tidak berdiam diri menunggu hasil. Ibu Nuk
selalu melakukan pengontrolan untuk menjaga kualilitas dari pekerjaan
78
yang telah diberikan. Pengontrolan merupakan salah satu tugas seorang
manager dalam menjalankan peranannya, pengontrolan dilakukan
setelah sebelumnya di buat perencanaan yang matang, mengorganisir,
melaksanakan, barulah proses pengontrolan dilakukan. Pengendalian
atau Controlling adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa
mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa
yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan
maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan semula.
Proses pengontrolan yang dilakukan Ibu Nuk beragam, mulai
dari menanyakan langsung perkembangan tugas kepada yang diberikan
tanggungjawab sampai melakukan pengawasan atau supervisi ke kelas.
Dalam pelaksanaannya, supervisi bukan hanya mengawasi apakah para
guru atau pegawai menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan yang telah digariskan, tetapi
juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara-cara memperbaiki
proses belajar mengajar (Purwanto, 2004: 77). Jadi, guru atau pegawai
tidak dianggap sebagai orang yang tidak tahu apa-apa melainkan
dianggap sebagai orang yang memiliki kemampuan dan pengalaman
sehingga diajak berpartisipasi aktif untuk memberikan saran dan
mencari solusi bersama-sama. Dalam pelaksanaan supervisi sebaiknya
dilakukan oleh kepada sekolah, karena supervisi ini bertujuan dalam
rangka memperbaiki kinerja guru terutama pada perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan evaluasi proses
serta hasil pembelajaran (Fathurrohman dan Suryana, 2015: 8). Dalam
melakukan supervisi, Ibu Nuk akan langsung masuk ke kelas guru
tersebut. Melihat proses belajar mengajar yang dilakukan, jika Ibu Nuk
melihat ada yang tidak sesuai maka itu akan dibawa ketika diadakan
rapat pada setiap hari jum‟at.
Untuk terus mengontrol perkembangan pencapaian anggota
organisasi, Ibu Nuk memberikan sebuah tugas kepada semua nggota
organisasi untuk mengganti CV setiap 6 bulan sekali. Hal ini bertujuan
untuk terus mengupdate perkembangan yang telah dilakukan oleh
masing-masing anggota organisasi. CV harus diganti setiap bulan
Desember dan Juli artinya setiap satu semester tiap anggota organisasi
mengupdate CV dan mempresentasikannya. Jika CV tidak mengalami
perkembangan yang signifikan maka Ibu Nuk langsung memberikan
tugas tambahan agar setiap anggota organisasinya terus berkembang
lebih baik lagi di tahun berikutnya.
Ibu Nuk juga sering melakukan kunjugan ke bagian-bagian lain
seperti perpustakaan, klinik, memantau perkembangan kolam ikan dan
peternakan ayam, serta memantau kebersihan asrama. Selanjutnya,
79
tidak lupa Ibu Nuk memberikan pelatihan tambahan kepada para guru,
pembina asrama, pegawai dan staf serta kepada guru-guru disekitar
SMP Cendekia Baznas dengan mendatangkan trainer dan memberikan
pelatihan mengenai beberapa materi. Pelatihan yang telah dibuat di
SMP Cendekia Baznas beragam mulai dari optimalisasi display kelas,
pelatihan guru anti korupsi, PAILKEM, workshop terkait bidikmisi dari
mahasiswa/i IPB, dan pelatihan komputer. Pelatihan ini diadakan setiap
bulan. Pelatihan merupakan cara untuk mengembangkan profesional
guru. kegiatan pelatian bertujuan untuk 1) menghilangkan kesenjangan
kinerja tenaga pendidik dan kependidikan yang disebabkan mereka
bertugas tidak sesuai dengan yang diharapkan. 2) Meningkatkan
kemampuan angkatan kerja yang fleksibel dan mampu menyesuaikan
diri dengan perkembangan teknologi baru yang dihadapi sekolah. 3)
Meningkatkan keterikatan atau komitmen pendidik dan tenaga
kependidikan terhadap sekolah. 4) membina persepsi pendidik dan
tenaga kependidikan bahwa sekolah itu tempat yang terbaik untuk
bertugas (Ulfatin dan Triwiyanto, 2016: 144).
Pelatihan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas
sebuah sekolah (Musfah, 2012: 61). Oleh karena itu, kegiatan pelatihan
rutin diselenggarakan di SMP Cendekia Baznas. Di semester satu SMP
Cendekia Baznas membuat pelatihan sebanyak lima kali dan dirapkan
pada semester kali ini kegiatan serupa akan terus diselenggaran setiap
bulannya dengan melakukan perubahan pada format pelatihan.jika
sebelumnya SMP Cendekia Baznas hanya sebagai penyelenggara dan
pemateri didatangkan dari luar, maka pada semester dua ini SMP
Cendekia Baznas melakukan terobosan dengan menjadikan para guru,
pembina asrama, pegawai dan stafnya sebagai pemateri atau trainer.
Hal ini dilakukan salah satunya adalah untuk melatih para anggota
organisasi dalam public speaking serta mengamalkan ilmu dan
pengalaman yang telah didapatkan sebelumnya. Prosedur yang
ditempuh untuk menentukan siapa yang menjadi trainer adalah dengan
melihat pengalaman yang dimiliki masing-masing anggota organisasi.
Jika ada yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya contohnya ada
yang pernah mengikuti pelatihan 5R, maka selanjutnya dibuat pelatiahn
5R di Baznas dan dia yang menjadi traiernya.
(3) Belajar dari pengalaman
Bagi Ibu Nuk pengalaman adalah guru terbaik. Setiap
pengalaman, baik pengalamannya sebagai seorang pemimpin ataupun
ketika menjadi tenaga pendidik (guru). Semua pengalaman dijadikan
bahan pertimbangan ketika membuat sebuah kebijakan. Sebagai
seorang pemimpin wanita, banyak hal yang harus dipelajari agar
80
kepemimpinan menjadi efektif. Salah satu kendala yang sering dihadapi
oleh seorang pemimpin wanita adalah Secara keseluruhan, ada
dukungan yang terbatas untuk pemikiran bahwa wanita menerima
pendidikan yang lebih sedikit daripada laki-laki (Northouse, 2013:
336). Artinya wanita memiliki kesempatan yang lebih sedikit untuk
mendapatkan pendidikan dan pengalaman terkait kepemimpinan.
Pendidikan dan pengalaman menjadi modal utama pemimpin
dalam menjalankan kepemimpinan. Dengan ilmu dan pengalaman yang
dimiliki pemimpin mampu melakukan manajemen organisasi dengan
baik selaku pemimpin dalam organisasi tersebut. “The findings
demonstrate that women can be empowered and trained to become a
constructive architect of their leadership journey, by recognizing,
naming, and reframing the meaning of their various lifecourse
experiences” (Vipin Gupta dan Abira Saran, 2012). Artinya Temuan
dalam penelitian Seeding of Women leadership in India: Investigating
the Experiences of the Trailblazers menunjukkan bahwa wanita dapat
diberdayakan dan dilatih untuk menjadi arsitek konstruktif dalam
perjalanan kepemimpinan mereka, dengan mengenali, memberi nama,
dan membingkai kembali makna berbagai pengalaman lifecourse
mereka. Inilah yang harus dilakukan setiap pemimpin khususnya
pemimpin wanita. Ibu Nuk sebagai seorang pemimpin melakukan hal
yang sama. Studi-studi telah meunjukkan bahwa pembelajaran dari
pengalaman dipengaruhi oleh jumlah tantangan, ragam tugas atau
penugasan, dan kualitas umpan balik (Yukl, 2017: 525). Pengalaman
menjadi direktur di LPI memberikan Ibu Nuk pembelajaran yang
berharga, memiliki jabatan yang sama yakni sebagai pemimpin meski
dalam lingkup yang berbeda memberikan pengalaman bagi Ibu Nuk
dalam memimpin. Sehingga banyak strategi yang hampir sama
diterapkan di dua lembaga ini, strategi tersebut berfungsi karena meski
dua lembaga yang berbeda namun secara substansial hampir sama,
sama-sama di lembaga pendidikan dan berasal dari dana zakat.
Pengalaman juga tidak lepas dengan tugas dan penugasan.
Pengalaman Ibu Nuk sebagai seorang guru di SMU Al-Madaniah dan
SMA Dwi Warna juga ikut mewarnai cara kepemimpinan Ibu Nuk.
Menghadapi anak SMA dari latar belakang keluarga dengan status
ekonomi menengah ke atas, memberikan ragam pembelajaran
bermakna terutama dalam menempa mental Ibu Nuk. Kritik dengan ala
anak SMA menjadikan mental Ibu Nuk terasah. Sehingga ketika Ibu
Nuk memimpin, kritik dan saran dari anggotanya menjadi hal yang
dianggap bukan sebuah masalah baginya. Segala tantangan dalam
bekerja baik sebagai guru maupun pemimpin banyak mempengaruhi
cara kepemimpinan Ibu Nuk dalam hal membuat sebuah kebijakan
81
maupun program. Pengalaman tersebut kemudian menghasilkan
beragam kebijakan yang mampu mengubah sistem di organisasi SMP
Cendekia Baznas.
(4) Memiliki Mentor
Salah satu hal yang menjadi bagian terpenting yang
mempengaruhi kepemimpinan Ibu Nuk adalah mentor. Mentor dapat
diartikan sebagai pembimbing, pelatih, sponsor dan banyak lagi (Betti
Alisjahbana, 2017: 37). Ibu Nuk menjadikan Pak Erie Sudewo sebagai
mentornya dalam hal kepemimpinan. Pak Erie Sudewo adalah salah
satu pendiri Dompet Dhuafa, Ibu Nuk pimpinan tertinggi DD selama 10
tahun.
Melalui Pak Erie, DD terlahir menjadi sebuah lembaga dengan
membawa identitasnya. Pak Erie bersama Pak Parni Hadi dan dua
orang lainnya membangun DD dengan berbagai nilai. Dalam bukunya
yang berjudul DD Way, Pak Erie menjelaskan latar belakang
terbentuknya DD. Dompet Dhuafa (DD) lahir pada 2 Juli 1993.
Sebenarnya ada 4 nama pendiri DD yakni Parni Hadi, Haidar Baghir, S
Sinansari Ecip dan Erie Sudewo. Dari empat pendiri tersebut ada 1
perintis yakni Pak Erie sudewo.
DD lahir dari sebuah kisah perjumpaan Pemimpin Umum
sekaligus Pemimpin Redaksi Republika Parni Hadi di bulan April 1993
dengan Corps Dakwah Pedesaan (CDP). CDP adalah organisasi yang
anggotanya berfungsi sebagai guru, dai, sekaligus aktivis sosial. Sesuai
namanya mereka berdakwah, namun bedanya adalah mereka
berdakwah di pedesaan tepatnya di wilayah Gunung Kidul dan
sekitarnya. Tentu ini memberikan tantangan yang lebih berat. Selain
sebagai pendakwah di pedesaan, para anggota CDP juga sekaligus
menjadi guru, untuk mata pelajaran umum, dan menjadi aktivis
pemberdayaan masyarakat. Dan yang paling mengharukan adalah
anggota CDP hanya mendapatkan gaji Rp. 6000 per bulan yang berasal
dari penyisihan uang bulanan para mahasiswa, mereka bukanlah aktivis
biasa mereka adalah pejuang. Melihat hal ini Pak Parni Hadi merasa
malu dan merasa harus berbuat sesuatu untuk mereka. Sehingga empat
orang dari harian yang baru berdiri itu mendirikan Dompet Dhuafa.
Mereka yakni Parni Hadi, Haidar Baghir, S Sinansari Ecip dan Erie
Sudewo memanfaatkan kekuatan media massa untuk menggalang
sumber daya finansial dari masyarakat luas untuk kepentingan CDP,
dan kepentingan serupa yang kemudian menjadi lebih luas lagi.
Berselang hanya 2 bulan yakni 2 Juli 1993 harian Republika menaruh
82
sebuah rubrik di halaman mukanya yakni Dompet Dhuafa (Sudewo,
2017: 001-005).
Banyak lembaga merasa cukup dan mudah puas ketika telah
memiliki cetak biru. Padahal, ini hanya bicara soal fisik. Ada hal lain
yakni buku putih sebagai way lembaga yang selalu terlupakan. Ada 9
perbedaan antara buku biru dan buku putih, buku putih lebih kepada isi,
benefit, jatidiri, loyal, etika, aman, permanen, orang bijak, dan hayati.
Berkembangnya organisasi berbicara tentang blue print, tetapi
bertahannya organisasi bicara way print. Inilah yang kemudian
menjadikan DD sebagai lembaga yang memiliki nilai-nilai yang kuat
dan budaya organisasi yang berbeda dengan organisasi lainnya. Atas
dasar ini pula yang mendidik Ibu Nuk menjadi sebuah pemimpin
seperti sekarang. Berasal dari latar belakang yang sebelumnya belum
pernah berada pada lembaga zakat, Ibu Nuk banyak belajar dari Pak
Erie Sudewo, Ibu Nuk mengakui cara kepemimpinan Ibu Nuk banyak
mencontoh dari cara Pak Erie. Bagaimana Pak Erie sangat tegas dalam
urusan amanah dan etika dalam penyaluran dana zakat, nilai
kebermanfaatan yang harus selalu di sebar, loyal terhadap organisasi,
cara dalam memperlakukan anggota organisasi yang memiliki jati diri
yang harus di dengarkan dan penanaman bahwa seorang pemimpin
harus berbuat bijak. Karena buku putih ini hanya bisa dilakukan dengan
pemegang kebijakan tertinggi. Buku putih berbicara tentang nilai. Nilai
tak terlepas dari latar belakang pendiri, persoalan yang berkembang,
cita-cita dan antisipasi agar organisasi tetap bertahan. Inilah hal-hal
yang dipelajari Ibu Nuk selama bekerja di LPI Dompet Dhuafa.
Pembelajaran-pembelajaran yang Ibu Nuk dapatkan selama 12
tahun di DD perlahan merubah beberapa hal di diri Ibu Nuk mulai dari
ketegasan yang membuat Ibu Nuk berani dalam menunjukkan sifat
maskulinnya. Amanah dan etika, serta loyalitas Ibu Nuk terhadap
organisasi sehingga terus berusaha memberikan kinerja terbaik. Tidak
bisa dipungkiri Pak Erie Sudewo dan DD memberikan pengaruh yang
besar terhadap kepemimpinan Ibu Nuk.
Selain Ibu Nuk, pemimpin wanita lainnya juga memiliki mentor
yang membantu kemajuannya. Betti Alisjahbana (2017: 36)
memberikan beberapa contoh pemimpin wanita yang memiliki mentor
dan menjadi mentor pemimpin lainnya:
Yani panigoro mengaku banyak berguru pada seorang mentor
yakni Herudi Kartowisastro (almarhum), atasannya ketika
bekerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ada juga
Atiek Nur Wahyuni mengaku mencontoh Pak Chairul Tanjung,
83
pemimpin CT Corp dan Trans Media, selanjutnya Intan Adams
Katoppo Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (persero)
mengaku banyak belajar dari para CEO sebelumnya dalam hal
open heart, open will dan open mind. Pemimpin lainnya adalah
Shinta Dhanuwardoyo, berbeda dengan pemimpin-pemimpin
wanita lainnya yang memiliki mentor, Ibu Nuk menjadi mentor
untuk para pemimpin perusahaan-perusahaan baru untuk berbagi
pengalamannya selama 20 tahun berkarir agar dapat menjadi
pelajaran bagi mereka.
Mentor seringkali adalah orang yang lebih senior, yang
menolong mereka yang lebih baru atau lebih muda untuk sukses.
Mentor membantu dan mendukung proses belajar seseorang untuk
memaksimalkan potensinya, membangun kecakapan, memperbaiki
kinerja dan mencapai tujuan jangka panjang. Oleh karena itu,
kebanyakan pemimpin wanita memilih mentor yang merupakan
atasannya sebelumnya. Pemilihan mentor bisa karena kekaguman
terhadap kepemimpinan mentor tersebut.
(5) Memberikan tugas pada ahlinya
Organisasi tidak berjalan sendiri. Dalam organisasi banyak
anggota, sumber daya manusia yang ikut berperan aktif dalam
memajukan organisasi. Seorang pemimpin harus jeli dalam
menganalisis setiap kemampuan dan potensi anggotanya. Begitu juga
yang dilakukan oleh Ibu Nuk, dalam wawancara dengan Ustadzah
Norma pada tanggal 06 Desember 2017 di ruang rapat SMP Cendekia
Baznas Ustadzah Norma mengungkapkan “Sepertinya ibu itu punya
mindmaping tentang potensi kita dan kita harus jadi apa lima tahun
yang akan datang.” Hal ini tentu menjadi modal bagi pemimpin ketika
akan mendelegasikan sebuah tugas.
Seperti halnya tanggung jawab sebagai guru model yang bertugas
untuk mengadakan open class, Ibu Nuk memilih 3 orang guru salah
satunya Ustadzah Sauni yang merupakan salah satu Aktivis Sekolah
Guru Indonesia yang sudah memiliki pengalaman banyak dalam hal
pembelajaran. Begitu juga ketika Ibu Nuk ingin mendapatkan sertifikat
ISO, Ibu Nuk langsung mendatangkan ahlinya. Seperti pernyataan Ibu
Nuk ketika di wawancarai di rumahnya pada tanggal 05 Desember
2017
”Sebenarnya itu memang di masa saya tapi Romi Ardiansyah
yang buat. Saya memang sudah mengusahakan ISO sejak lama
tapi tidak berhasil. Saya ketemu Mas romi waktu itu di
84
pendamping etos, saya tahu dia bisa mengerjakan ini. Saya
sampai susul ke Jogja untuk mengerjakan ISO, dan akhirnya kita
behasil mendapatkan ISO dan MBC.”
Menurut Setywan ISO berasal dari kata Yunani ISOS yang
berarti sama, ISO 9001 merupakan standard international yang
mengatur tentang sistem manajement mutu (Quality Management
System). Menurut Badan Standarisasi Nasional ada beberapa unsur
penting yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan ISO 9001 : 2008, yaitu
sistem manajemen mutu untuk persyaratan umum dan persyaratan
dokumentasi, tanggung jawab manajemen, pengelolaan sumber daya,
realisasi produk dan pengukuran, analisis dan perbaikan untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan (BSN, 2017).
Dengan mendapatkan sertifikat ISO ini, Ibu Nuk telah
memberikan hadiah yang berharga untuk LPI Dompet Dhuafa sebagai
bentuk penjaminan mutu pelayanan LPI dompet Dhuafa dalam
menyalurkan dana zakat khususnya di bidang pendidikan serta
menjamin pengelolaan SDM di LPI dan yang terpenting pengelolaan
program yang dijamin terstandar.
Ibu Nuk memiliki kekhasan dalam kepemimpinannya. Jika dilihat dari
karakternya, Ibu Nuk memiliki sisi maskulin yang tercermin dari ketegasan,
bentuk komunikasi yang lugas, dan cara-cara Ibu Nuk dalam mendelegasikan
tugas. Namun sebagai wanita sisi feminim Ibu Nuk juga sangat nampak dari
kepedulian dan sifat keibuan Ibu Nuk. Menurut kajian Bartol & Butterfield
(dalam Northouse, 2013: 331) menyatakan bahwa perempuan tidak terlalu
dihargai kalau dibandingkan dengan laki-laki ketika mereka memimpin dalam
cara yang maskulin. Ini tidak terjadi pada kepemimpinan Ibu Nuk, karena Ibu
Nuk tergolong memiliki kecerdasan dalam menggunakan kedua sisi ini. Sisi
maskulin Ibu Nuk tunjukkan dalam komunikasi berkaitan dengan pekerjaan,
komitmen, dan tugas. Sedangkan diluar itu Ibu Nuk adalah seorang wanita
yang penuh dengan kelembutan dan kepedulian. Sehingga di dalam organisasi
terbangun sebuah hubungan yang dekat. Oleh karena itu, ketika Ibu Nuk
memimpin dengan gaya maskulinnya, dengan komunikasi yang seperti itu bisa
diterima dengan baik oleh anggota lainnya.
Gaya kepemimpinan Ibu Nuk dapat dikategorikan sebagai gaya
kepemimpinan yang transformaif. Hal ini disebabkan oleh karakter, sifat, dan
strategi yang diterapkan dalam kepemimpinan Ibu Nuk sangat mengarah
kepada sebuah kepemimpinan transformatif ini. Cara Ibu Nuk dalam bersikap
dan bekomunikasi dengan orang lain menjadi inspirasi tersendiri bagi para
bawahannya, pengelolaan Ibu Nuk terhadap SDM yang dimiliki memeberikan
motivasi yang besar bagi para anggota organisasi untuk maju, begitu juga
85
dengan kemampuan Ibu Nuk dalam mempengaruhi bawahnnya untuk memiliki
visi, misi, tujuan dan budaya organisasi yang sama melalui kecerdasan
komunikasi Ibu Nuk. Kecerdasan intelektual yang dimiliki Ibu Nuk juga
menghasilkan beragam kebijakan yang mendukung perkembangan organisasi
sehingga menuntut para bawahan untuk ikut berkembang dan maju bersama
dengan program-program pengembangan yang Ibu Nuk rancang. Sehingga
meskipun sebagai pemimpin wanita, Ibu Nuk tetap diterima sebagai pemimpin
yang baik dengan kekhasannya. Salah satu kekhasan kepemimpinan Ibu Nuk
adalah Ibu Nuk memiliki mentor yang selalu bisa menjadi pembimbing dan
pengarah dalam kaitannya dengan kepemimpinan Ibu Nuk.
Faktor pendukung yang menjadikan kepemimpinan Ibu Nuk berhasil
adalah faktor dukungan keluarga. Memiliki suami seorang programmer yang
tidak banyak menghabiskan waktu di luar rumah menjadikan peran orangtua
didalam keluarga tidak kosong. Strategi yang dibangun antara Ibu Nuk dan
suami dalam hal kepengasuhan juga menjadikan keluarga tetap menjadi
prioritas utama tetapi juga dapat menjalankan karir kepemimpinannya dengan
baik. Lingkungan rumah yang berada di antara lingkungan keluarga sangat
mendukung profesi Ibu Nuk sebagai seorang Ibu yang banyak menghabiskan
waktu di luar rumah. Sehingga kepengasuhan anak tidak pernah lepas dari
kepengasuhan keluarga meski tidak langsung ditangani oleh Ibu Nuk sendiri
namun yang menggantikan posisi Ibu Nuk tetaplah keluarga terdekat.
2. Proses Pengambilan Keputusan
Mengambil keputusan adalah salah satu tugas utama seorang
pemimpin. Kecerdasan seorang pemimpin banyak dibutuhkan dalam proses
ini, bagaimana pemimpin menganalisis masalah dan mengolah data yang
dimiliki. Masalah merupakan ketimpangan antara harapan dan kenyataan,
dapat juga menjadi sebuah situai dimana terjadi ketidak sesuaian antara
perencanaan dengan implikasi. Munculnya permasalahan dalam dunia kerja
adalah hal yang wajar, oleh karena itu pemimpin hadir untuk menetapkan
alternatif solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Dalam proses mengambil keputusan, alternatif penyelesaian tidak
semata-mata ditentukan begitu saja. Ada beragam arus dan proses yang harus
dilalui. Arus pengambilan keputusan ini ada 3 yakni penelitian, perencanaan
dan pemilihan. Pada tahap penelitian Ibu Nuk biasa melakukan penyelidikan
terlebih dahulu terhadap setiap laporan, keluhan, maupun sesuatu yang
dianggap janggal oleh Ibu Nuk. Dalam proses investigasi ini Ibu Nuk biasanya
melakukan proses validasi terhadap data yang diperoleh melalui komunikasi
secara individu dengan yang bersangkutan dengan cara memanggil orang
tersebut untuk menghadap kepada Ibu Nuk, Ibu Nuk kemudian akan
memberikan pertanyaan apa yang terjadi dan bagaimana hal tersebut bisa
86
terjadi. Selanjutnya Ibu Nuk mengumpulkan data lain melalui observasi dan
memanfaatkan anggota organisasi lainnya sebgai bentuk upaya memvalidasi
data, setelah itu barulah Ibu Nuk melakukan analisis. Biasanya Ibu Nuk akan
memiliki beberapa alternatif solusi yang menjadi bagian dari perencanaan Ibu
Nuk, setelah semua data terkumpul dan dianggap sudah jenuh, sudah dilakukan
analisis dengan beragam pertimbangan Ibu Nuk akan langsung mengambil
keputusan.
Dalam organisasi tidak bisa dipungkiri permasalahan banyak datang
dari beragam sumber, baik itu dari hasil kinerja yang kurang efektif maupun
konflik yang terjadi antar anggota organisasi. Sehingga pemimpin perlu
melakukan sebuah tindakan baik yang bersifat pencegahan berupa peraturan
maupun menyelesaikan permasalah melalui sebuah solusi atau kebijakan.
Begitu pula yang dihadapi oleh Ibu Nuk. Selama meniti karir sebagai
pemimpin beragam permalahan pernah Ibu Nuk hadapi baik ketika Ibu Nuk
menjabat sebagai Direktur LPI Dompet Dhuafa maupun sebagai kepala SMP
Cendekia Baznas.
Contoh permasalahan yang dihadapi Ibu Nuk ketika berada di LPI
dompet Dhuafa adalah ketika ada salah satu tim Ibu Nuk yang melakukan
tindak penipuan dan merugikan organisasi hingga hampir 90 juta, data ini
diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nuk pada tanggal 05
Desember 2017 “di LPI pernah terjadi kasus penggelapan dana oleh seorang
pegawai bernama Feni, uang yang dilarikan hampir sebesar 90 juta. Dana ini
adalah dana beasiswa.” Dari permaslahan ini, Ibu Nuk berusaha mencari
penyelesaian yang tepat. Karena ini menyangkut uang, maka Ibu Nuk berusaha
mencari solusi untuk alternatif untuk menutupi kerugian dari para penerima
manfaat yang telah mendapati tindak penipuan dari pegawai ini. Akhirnya Ibu
Nuk mengambil sebuah solusi yakni dengan menggunakan uang KTT sebagai
pengganti uang yang telah dibawa lari.
KTT adalah dana yang bisa menjadi sumber pinjaman atau bonus untuk
pegawai. Uang KTT ini diperoleh dari dana CSR Perusahaan atas kerja keras
pada pegawai selama satu tahun. Namun, karena terjadi peristiwa penggelapan
dana ini, maka uang KTT terpaksa dipakai karena LPI DD tidak mungkin
menggunakan dana program untuk mengganti kerugian para penerima
manfaat. Atas keputusan Ibu Nuk ini, karyawan lainnya protes dan tidak
setuju. Namun, Ibu Nuk memberikan penjelasan bahwa ini juga menjadi
pelajaran bagi yang lain. Ketika ada diantara anggota tim yang tidak amanah
maka konsekuensinya akan ditanggung oleh semua anggota tim lainnya.
Sehingga, Ibu Nuk memperjelas bahwa semuanya harus menjadi pengingat
bagi yang lain agar tidak terjadi lagi hal serupa.
87
Permasalahan ini tergolong sebuah permasalahan besar yang dialami
Ibu Nuk selama kepemimpinannya. Namun, ketika mengambil sebuah
keputusan ini Ibu Nuk tergolong berani. Mengingat banyak karyawan yang
pastinya akan menentangnya, mengambil dana bersama untuk menutupi
kesalahan satu orang mendapatkan penentangan keras dari karyawan lainnya.
Namun, saat itu masalah ini harus segera diatasi. Untuk menjaga nama baik
organisasi, menutupi kerugian penerima manfaat, sehingga keputusan ini
menjadi alternatif terbaik yang dipilih. Masalah lainnya yang Ibu Nuk hadapai
ketika masih berada di LPI Dompet Dhuafa adalah ketika SGI melakukan
kekeliruan pada tahap rekrutmen peserta. SGI atau Sekolah Guru Indonesia
adalah salah satu Divisi dari LPI atau yang kini menjadi Yayasan Pendidikan
Dompet Dhuafa yang fokus dalam pemberdayaan guru dan calon guru seluruh
Indonesia. salah satu yang menjadi persyaratan penerima manfaat di LPI
adalah tidak boleh ada penerima manfaat yang double. Artinya dalam satu
keluarga tidak boleh menjadi penerima manfaat secara bersamaan. Saat itu,
pihak SGI melakukan kekeliruan karena tidak melakukan proses seleksi secara
ketat. Ada satu orang peserta yang lulus, dan mengikuti pembinaan hingga
tahapan orientasi yang ternyata memiliki saudara kandung (adik) yang juga
sebagai penerima manfaat di Smart Ekselensia Indonesia. ketika mengetahui
hal ini, berdasarkan peraturan yang telah disepakati jauh sebelumnya yang
mengatur masalah penerima manfaat, hal ini dianggap melanggar peraturan
hingga dengan cepat Ibu Nuk mengambil keputusan untuk memutuskan dan
membatalkan peserta tersebut untuk mengikuti program SGI. Ibu Nuk
melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan Direktur Makmal Pendidikan
saat itu yakni Pak Abdul Khalim untuk mempertanyakan penyebab terjadinya
kesalahan dalam rekrutmen ini. Setelah diketahui bahwa ini merupakan
kesalahan pengelola SGI yang kurang jeli dalam melakukan tahapan-tahapan
seleksi maka muncullah kebijakan dari Ibu Nuk. Pihak pengelola SGI langsung
melakukan tindakan dengan memanggil orang tersebut dan
mengkomunikasikan keputusan dari Direktur LPI (Ibu Nuk). Namun,
keputusan yang diberikan tetap memperhatikan peserta, Ibu Nuk tetap
mempertimbangkan beberapa hal. Mengingat ini bukan murni kesalahan
peserta, untuk menghargai peserta akhirnya Ibu Nuk memberikan kebijakan
untuk tetap memberikan tugas sesuai program SGI yakni melatih guru dengan
mengirim peserta tersebut ke daerahnya dan menjadi guru pendamping disana
melanjutkan program Makmal Pendidikan.
Jadi, dalam mengambil sebuah keputusan Ibu Nuk tidak langsung
memutuskannya secara sepihak. Ibu Nuk tetap melakukan investigasi,
konfirmasi, kolaborasi, dan tidak menutup kemungkinan lahir kebijakan baru
dari permasalahan tersebut. Organisasi terus berkembang, begitu pula
permasalahan yang dihadapi. Pemimpin memiliki kekuasaan untuk melakukan
perubahan dalam setiap kebijakannya. Meskipun sudah ada yang mengatur
terkait penerima manfaat, namun peraturan itu tidak menjadi sumber satu-
88
satunya dalam mengambil keputusan. Tetap ada tahapan dan proses yang
dilalui sampai ditemukan alternatif solusi terbaik.
Permasalahan yang terjadi tidak hanya terbatas pelaksanaan yang tidak
sesuai dengan perencanaan atau pelanggaran terhadap peraruturan yang ada.
Namun, kinerja yang rendah juga menjadi permasalahan dalam organisasi. Ini
juga menjadi perhatian bagi Ibu Nuk. Untuk tetap menjaga kualitas organisasi,
tuntutan untuk terus memberikan kinerja terbaik bagi organisasi selalu
ditekankan kepada para anggota organisasi. Sehingga ketika ada karyawan
yang memiliki kinerja rendah akan menjadi sorotan Ibu Nuk. Setiap organisasi
tentu menginginkan agar tujuan organisasinya tercapai, begitu pula dengan LPI
dompet Dhuafa. Setiap organisasi juga memiliki ritme kerja yang berbeda.
setiap anggota organisasi harus mampu menyesuaikan diri dengan ritme kerja
tersebut. Ibu Nuk memiliki tipe kepemimpinan yang menuntut timnya untuk
terus maju, berkembang baik berkembang secara pengetahuan, pengalaman
maupun karir. Sehingga banyak kebijakan yang dikelurkan untuk
mngembangkan kopetensi dan keterampilan pegawai. Jika didapati pegawai
yang sulit untuk dikembangkan maka Ibu Nuk melakukan beberapa langkah.
Pertama, Ibu Nuk memanggil pegawai yang bersangkutan untuk
mendiskusikan temuan-temuan Ibu Nuk dan memberikan waktu kepada
pegawia tersebut untuk memperbaiki kualitas kerjanya. Jika tidak berhasil
maka akan dilakukan tahap kedua yakni memberikan upaya pelatihan kepada
pegawai tersebut. Tahap ketiga adalah dilakukan coaching dan jika tidak ada
perkembangan dari pegawai tersebut Ibu Nuk mengambil langkah terakhir
yakni mengeluarkan pegawai tersebut dari organisasi yang dipimpinnya. Tapi,
Ibu Nuk tetap bertanggungjawab terhadap pegawai yang Ibu Nuk keluarkan
dengan cara mencarikan pekerjaan baru yang mungkin cocok dengan
kemampuan pegawai tersebut. Menurut Ibu Nuk, kita berada di lembaga zakat
jangan samapai lembaga zakat malah mencetak mustahik baru. Sehingga Ibu
Nuk mencoba melakukan lobi dengan link yang Ibu Nuk miliki untuk
mencarikan pekerjaan baru kepada pegawai tersebut. ini juga menjadi ciri khas
dari kepemimpinan Ibu Nuk, yang merupakan bagian dari sifat feminim Ibu
Nuk sebagai seorang pemimpin wanita.
Selain itu, sebagai sekolah Boarding School SMP Cendekia Baznas
memiliki dua sistem yang harus bisa berjalan beriringan. Yakni program
sekolah dan program asrama. Para ustadz dan ustadzah mengaku bahwa sering
terjadi kekeliruan antara kedua belah pihak ini. Program asrama dan program
sekolah terkadang mengalami kendala di masalah waktu. Begitu juga dengan
program ekstrakulikuler yang dilaksanakan di luar jam sekolah terkadang
mengakibatkan kendala untuk bagian pengurus asrama. Kendala ini lebih
kepada manajemen waktu yang membuat kegiatan-kegiatan ini mengalami
penyimpangan dari perencanaan yang telah dibuat masing-masing bagian.
Terkadang kedua bagian ini merasa bahwa program-program yang dirancang
89
masing-masing bagian tidak saling mendukung satu sama lain. Begitu juga
halnya dengan kegiatan ekstrakulikuler yang dirasa menganggu kegiatan di
asrama ketika waktu-waktu kegiatan yang seharusnya untuk program asrama
teralihkan oleh kegiatan ekstrakulikuer. Ini memberikan dampak yang tidak
baik bagi hubungan para anggota organisai. Harus dipahami bahwa, setiap
bagian di organisasi ini adalah satu, sehingga semuanya harus saling
mendukung agar apa yang menjadi visi bersama dapat tercapai. Karena,
program-program yang dibuat oleh masing-masing bagian memiliki tujuan
yang sama yakni dalam rangka menumbuhkan karakter dan mengoptimalkan
potensi siswa-siswi serta tidak lupa meningkatkan kompetensi mereka.
Atas dasar hal ini, Ibu Nuk selaku pemimpin di SMP Cendekia Baznas
berusaha untuk mncari jalan keluar dari permasalahan yang mulai timbul ini.
Ibu Nuk mecoba untuk mengumpulkan bagian asrama dan ekstrakulikuler
untuk melakukan rembuk bersama (rapat). Masing-masing bagian memaparkan
hasil evaluasi mereka selama satu semester ini pada kesempatan evaluasi yang
diselenggarakan pada bulan Januari lalu. Dari informasi-informasi yang
dipaparkan pada kedua bagian ini, hal yang menjadi penyebab tidak
sejalannya kegiatan antara asrama dan ekstrakulikuler karena kedua bagian
tidak melakukan sosialisasi terkait program masing-masing sehingga masalah
ini akhirnya muncul. Ibu Nuk akhirnya mengeluarkan sebuah kebijakan agar
bagian asrama dan bagian ekstrakulikuler membuat forum diskusi.
Forum diskusi menjadi forum untuk bagian asrama dan bagian
ekstrakulikuler untuk merancang progam mereka secara bersama-sama dalam
satu waktu yang bersamaan. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan miss
komunikasi yang terjadi selama semester sebelumnya. Sehingga keduanya bisa
saling bersinergi dalam memanfaatkan dan mengisi waktu siswa-siswi dengan
program-program yang membangun.
Berdasarkan kasus-kasus yang terjadi, terlihat pola Ibu Nuk dalam
mengambil sebuah keputusan dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan organisai. Ibu Nuk selalu melakukan tahapan yang sama, yakni:
1) Komunikasi dengan pihak yang bermasalah (bersangkutan),
2) Mengumpulkan informasi dari penanggungjawabnya,
3) Mengumpulkan informasi dari beragam sumber,
4) Melakukan kolaborasi dengan penanggungjawab bagian,
5) Membuat keputusan.
Dari pola ini bisa diambil kesimpulan bahwa model pengambilan keputusna
yang dilakukan oleh Ibu Nuk adalah model pengambilan keputusan Informasi.
Proses pengambilan keputusan oleh Ibu Nuk dapat digambarkan
sebagai berikut:
Komunikasi dengan pihak yang
bersangkutan
90
Gambar 6. Proses Pengambilan Keputusan Ibu Nuk
Menurut Kohler (dalam Purwano, 2004: 69-70) model pengambilan
keputusan dapat dikelompokkan menjadi tiga buah model yakni model
perilaku, model informasi dan model normatif. Model perilaku atau
behavioral adalah model pengambilan keputusan yang didasarkan atas
pola tingkah laku orang yang terlibat dalam organisasi atau lembaga
itu. Sedangkan model normatif merupakan modelpengambilan
keputusan yang dimulai dari mengidentifikasi apa yang dilakukan oleh
manajer atau pemimpin yang baik, dan kemudian memberikan
pedoman tentang bagaimana seorang manajer yang baik itu mengambil
putusan. Artinya sebelum mengambil keputusan manajer tersebut
melihat model yang dilakukan manajer lain dalam mengambil
keputusan.
Model pengambilan keputusan Ibu Nuk tidak mengarah kepada kedua
Model tersebut. Model pengambilan keputusan Ibu Nuk lebih dominan kepada
model pengambilan keputusan informasi. Model informasi merupakan model
pengambilan keputusan yang didasarkan atas asumsi 1) Informasi merupakan
kondisi yang harus dipenuhi dalam proses pengambilan keputusan, 2)
Informasi yang berasal dari dalam organisasi yang diberikan oleh seorang yang
memupunyai posisi tinggi dan dikenal, akan lebih dipercaya sebagai bahan
pengambilan keputusan, 3) Informasi yang diperoleh sehubungan dengan
proses pengambilan keputusan selalu diuji dengan informasi yang sudah ada.
Maka informasi yang berasal dari sumber yang tidak atau kurang dipercaya
cenderung tidak dipakai dalam proses pengambilan keputusan Kohler (dalam
Purwano, 2004: 70).
Mengumpulkan Informasi
Dari penanggungjawab Sumber lain
Mengambil Keputusan
Kolaborasi dengan
penanggungjawab
91
Jika melihat proses pengambilan keputusan yang diterapkan oleh Ibu
Nuk dalam kepemimpinannya, Ibu Nuk banyak melibatkan anggota
organisasinya dalam menetapkan alternatif solusi terbaik. Oleh karena itu,
anggota organisasi akhirnya merasa ikut bertanggungjawab atas keputusan-
keputusan yang diambil dan ikut menjaga serta mengembangkan solusi yang
dipilih. Menurut siswanto (2006: 171), peran serta yang meningkat dalam
keputusan memiliki dampak meningkatnya keterkaitan mereka pada
organisasi, kepuasan pekerjaan, pertumbuhan dan perkembangan pribadi, serta
penerimaan inovasi. Hal ini terlihat dari setiap kebijakan yang Ibu Nuk ambil,
contohnya ketika permasalahan rekrutmen SGI, dari hasil analisis akhirnya
diambil keputusan yang tidak sesuai dengan perencanaan yakni dikeluarkan
tetapi ada inovasi kebijakan baru untuk memberikan tugas baru untuk
menjalankan program SGI didaerahnya. Ini kemudian menjadi sebuah
kebijakan baru yang menjadi aturan bagi pemimpin selanjutnya dalam
menghadapi permasalahan yang serupa. Keputusan yang diambil Ibu Nuk ini
kemudian beberapa kali diterapkan di SGI ketika permasalahan ketika
permasalahan serupa terjadi. Contohnya, ketika peserta SGI yang disyaratkan
harus mau menunda pernikahan selama mengikuti program SGI, dan ketika
terjadi penyimpangan maka solusi yang diterapkan mengacu pada kebijakan
Ibu Nuk yakni memberikan program yang serupa di daerah peserta tersebut. Ini
menjadi keputusan terbaik karena menjadi solusi dengan resiko paling rendah,
selain program tetap berjalan target untuk terus meningkatkan penerima
manfaat juga tetap tercapai.
Cara pemimpin mengambil keputusan merupakan cerminan dari gaya
kepemimpinan pemimpin tersebut. Gaya kepemimpinan menghasilkan budaya
organisasi, sehingga cara pemimpin mengambil keputusan juga akan
mempengaruhi perilaku organisasi tersebut. Sebagai contoh, keputusan Ibu
Nuk dalam menerapkan peraturan denda bagi anggota organisasi yang
terlambat dalam pertemuan, pengontrolan yang rutin terhadap kinerja dan
perkembangan anggota organisasi akhirnya menghasilkan perilaku disiplin.
Hal ini senada dengan pendapat Siswanto (2006: 173) yang menyatakan bahwa
manajer tidak hanya berfungsi untuk memilih pemecahan masalah yang baik,
tetapi juga memastikan pemecahan tersebut terlaksana. Hasil dari aktivitas ini
akan menghasilkan perilaku organisasi.
Dari keputusan-keputusan yang diambil oleh Ibu Nuk, terlihat bahwa
Ibu Nuk memiliki keberanian dalam mengambil resiko pada setiap
keputusannya. Pengambilan keputusan memerlukan keberanian, karena setiap
keputusan pasti memiliki resiko, terutama jika proses dan/atau mekanismenya
tidak memenuhi tuntutan teori-teori pengambilan keputusan (Sudaryono, 2014:
69). Hal inilah yang sangat dipahami oleh Ibu Nuk, apapun keputusan yang Ibu
Nuk ambil akan menimbulkan resiko masing-masing. Sehingga Ibu Nuk
berusaha mengambil keputusan yang terbaik melalui ikhtiar terbaik dari proses
92
dan langkah-langkah yang tepat. Bagi Ibu Nuk selama keputusannya adalah
hal merupakan hal yang benar, walaupun mendapatkan tentangan dari anggota
organisasi lainnya maka itu bukanlah masalah, selama keputusan itu yang
terbaik untuk organisasi dan anggotanya.
3. Hambatan Ibu Sri Nur Hidayah
Sebagai seorang pemimpin, integritas dan loyalitas menjadi karakter
yang harus dicontohkan oleh pemimpin kepada anggotanya. Sebagai seorang
istri dan pemimpin organisasi, menjadikan Ibu Sri Nurhidayah memiliki peran
ganda. Selama menjabat sebagai pemimpin di SMP Cendekia Baznas, banyak
program yang dibuat oleh Ibu Nuk untuk memperbaiki sistem sekolah.
Diantaranya adalah dengan menertibkan kegiatan diluar sekolah melalui
perekrutan pengelola asrama yang bertugas untuk merancang,
mengimplementaikan dan mengontrol kegiatan siswa-siswi di luar kegiatan
sekolah.
Dengan bermacam tugas dan tanggung jawab, ada beragam hambatan
yang dialami selama mengemban tugas sebagai seorang pemimpin terutama
dalam menanamkan budaya organisasi. Ibu Nuk mengakui, menjelaskan nilai-
nilai terkait dana zakat harus Ibu Nuk lakukan setiap pertemuan dan disetiap
kesempatan, upaya ini dilakukan karena kesulitan Ibu Nuk dalam menyatukan
pemahaman akan tanggung jawab Baznas selaku penghimpun dan penyalur
dana zakat harus mampu mengelola dana dengan baik. sejalan dengan hasil
wawancara dengan Ibu Nuk pada tanggal 07 Desember 2017, Ibu Nuk
mengungkapkan bahwa “susahnya jadi pemimpin itu adalah kita tahu dari
mana dana itu berasal dan kemana dana itu di alokasikan” sehingga Ibu Nuk
harus beruaha ektra untuk menyatukan pemahaman ini.
Sekolah dengan sistem boarding school, dengan jam kerja 24 jam
menuntut sistem yang baik untuk mengatur berjalannya dua kegiatan yakni
kegiatan sekolah dan kegiatan di luar sekolah (asrama). Dengan dua sitem ini
Ibu Nuk harus melakukan koordinasi yang baik dengan kedua belah pihak.
Dalam menyatukan keduanya, ada tantangan yang Ibu Nuk hadapai. Jam kerja
asrama yang lebih berat dibandingkan dengan jam kerja di sekolah
mengakibatkan munculnya rasa kurang adil di kalangan guru dan pembina
asrama. Pembina asrama merasa bahwa tugas dan tanggungjawab pembina
arama lebih berat dibandingkan dengan tugas para guru yang hanya mengajar
di sekolah.
Selain itu, sebagai seorang pemimpin yang memiliki kepemimpinan
yang fokus dalam pengembangan Sumber Daya Manusia, tidak semua anggota
bisa dengan cepat diarahkan menuju sebuah pengembangan. Dengan beragam
tugas tambahan yang diperoleh, seperti Utadzah Norma selaku bidang
93
administrasi selain harus menjadi guru prakarya ia juga mendapat amanah
untuk menangani agrobisnis dan mendapat tantangan untuk membuat modul
pembelajaran prakarya. Sebagai sarjana agrobisnis, ustadzah norma merasa
senang saja mendapat tugas tambahan. Namun, dengan keterbatasan waktu
yang dimiliki dan tugas yang banyak Utadzah Norma memiliki persepsi bahwa
harus ada pembagian tugas yang rata.
4. Upaya Ibu Sri Nurhidayah dalam Menghadapi Hambatan
Dengan mengemban banyak peran yakni sebagai istri, Ibu dan
pemimpin di SMP Cendekia Baznas, Ibu Nuk harus mampu membagi waktu
dan pikiran. Namun ada beberapa faktor yang menjadi pendukung keberhasilan
karir dan kepemimpinan Ibu Nuk diantaranya:
a. Berbagi dengan suami
Suami Ibu Nuk seorang programmer jadi pekerja lepas. Menurut Ibu
Nuk, suami adalah partner dalam segala hal. Prinsip yang selalu di terapkan
dalam keluarga Ibu Nuk adalah dengan tidak meninggalkan keluarga ke luar
kota secara bersamaan. Komunikasi menjadi hal yang mutlak dibutuhkan
untuk menjaga keseimbangan dalam pengasuhan ini. Tidak boleh keduanya
(suami istri) pergi ke luar kota.
b. Lingkungan rumah berada satu lingkungan dengan keluarga
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 08 Desember 2017 di
kediaman Ibu Nuk, rumah Ibu Nuk dikelilingi oleh keluarga mulai dari
kakak dan Ibu. Ada Khodimat (Pegawai Rumah Tangga) yang membantu,
hal-hal inilah yang mempermudah.
c. Berbagi pengasuhan
Istilah yang digunakan oleh Ibu Nuk dalam hal pengasuhan anak
adalah berbagi pengasuhan. Lingkungan keluarga yang mendukung, karena
berada di satu lingkungan yang sama serta pekerjaan suami yang lebih
banyak menuntutnya berada di rumah menjadi keuntungan dalam keluarga
Ibu Nuk. Sebagai seorang programmer, Bapak Yanmarshus lebih banyak
menghabiskan waktu untuk bekerja di rumah. Berbeda dengan Ibu Nuk
yang setiap harinya harus ke sekolah untuk mengontrol pelaksanaan sistem
pendidikan. Sosok orang tua sangat di butuhkan dalam rumah, sehingga
pengasuhan harus dibagi agar sosok orang tua ini tidak digantikan oleh
orang lain.
d. Harus ada mentor
Dalam berkarir, permasalahan tentu akan di temui dan di dapatkan
sepanjang perjalanan. Oleh karena itu, peran pembimbing di butuhkan
untuk menentukan langkah terbaik yang bisa di tempuh. Dalam hal ini,
mentor menjadi bagian yang dibutuhkan, tak lebihnya Ibu Nuk. “Awalnya
saya tidak terbiasa dengan uang zakat, di tempat bekerja sebelumnya tidak
ada dari uang zakat paling dari bayaran orangtua siswa dan biaya dari
yayasan. Di madaniah (Ahmad Fuadi) di Dwi Warna (pak Ginanjar). Di DD
94
belajar sama pak Erie Sudewo, harus gini harus gini. Saya ngikut-ngikut
Mas Erie meskipun masih jauh” begitu pernyataan Ibu Nuk pada
wawancara tanggal 5 Deember 2017 terkait peran mentor untuk Ibu Nuk.
5. Dampak Kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah
Berdasarkan upaya serta karakteristik dalam kepemimpinannya, Ibu
Nuk berhasil melahirkan perubahan yang berdampak langsung kepada SMP
Cendekia Baznas yakni:
a. Prestasi Siswa
Berdasarkan visi dan misi sekolah untuk mengembangkan karakter
dan mengoptimalkan potensi, kebijakan yang dibangun adalah dengan
menghadirkan pembina asrama dan pelatih ekskul yang kompeten sehingga
menghasilkan siswa yang berkualitas. Salah satunya pada bidang Pramuka,
para siswa dan siswi telah mengukir prestasi yang sangat membanggakan
melalui kegiatan SMANGOOD Festival Se-Bogor Raya yang telah
diselenggarakan oleh SMAN 1 Cigudeg pada 12 – 15 Desember 2017 para
siswa dan siswi SMP Cendekia BAZNAS tampil memukau di hadapan para
juri sehingga mendapatkan beberapa prestasi.
Pada Perlombaan Pramuka Se-Bogor Raya siswa-siswa SMP
Cendekia BAZNAS berhasil memperoleh thropy penghargaan Juara I pada
Lomba Cepat Tepat Putri oleh ananda Ghina Meisya F.N. dan ananda
Syarah Izzati. Sementara pada kategori putra ananda Alvito Aryasatya dan
Akbar Baihaqi R. mendapat juara III. Pramuka SMP Cendekia BAZNAS
terus bersemangat untuk berprestasi setelah waktu sebelumnya mengikuti
lomba perkemahan pramuka Se-Jawa Barat dan berhasil membawa thropy
juara 3 kategori Hias Tenda Terbaik Putra.
Tidak hanya pramuka, begitupun perlombaan bidang islami pada
kategori sastra dan kesenian. Tidak tanggung-tanggung siswa-siswi SMP
Cendekia BAZNAS menjuarai sebagian besar perlombaan diantaranya;
Juara I Marawis diraih oleh Tim Marawis SCB yang digawangi Syahril R.
dkk. Disusul oleh ananda Naila Rahma M. yang berhasil memboyong dua
thropy juara sekaligus yaitu Juara I Lomba Sastra Puisi dan Juara II Lomba
Puisi Islami. Selanjutnya M. Sakaria berhasil mendapatkan thropy Juara II
Lomba Adzan. Sementara pada kategori prakarya ananda Yadi berhasil
meraih Juara I Lomba Seni Kriya.
Selain itu, pada bidang Pencak silat yang menjadi salah satu cabang
ekskul di SMP Cendekian Baznas mendapatkan beberapa prestasi baik pada
tingkat kabupaten/kota bahkan tingkat Nasional. Siswa SMP Cendekia
BAZNAS memperoleh 2 Medali Emas, 2 Perak dan 5 Perunggu dalam
kejuaraan Pencak Silat yang diselenggarakan oleh Kampung Silat Jampang
95
23-24 Desember 2017 di GOR Kartika Cilodong – Depok. Medali emas
diperoleh Baharudin Bao (IX) dan Ujang Ari (IX), Perak Dimas Abdad Z.
(VII) dan Ahmad Maulana Ishaq (VII) sedangkan kelima medali perunggu
diperoleh Firman Mubarok (IX), M. Ferdiansyah (IX), M. Ghozy Al-
Ayyubi (VII), Dhaffa Elfa M. (VII) dan Asep Suherman (IX). Sedangkan di
tingkat Nasional, para siswa memperoleh mendali Emas pada ajang
Yogyakarta Championship II 2017, adalah ajang pencak silat nasional yang
diadakan Ikatan Pencak Silat Se-Indonesia dan Kemenpora pada 14-15
Oktober 2017 di Gedung Sportorium Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (UMY).
b. Program pelatihan
Tidak hanya memiliki visi untuk mengembangkan potensi siswa, Ibu
Nuk juga membuat beragam program pelatihan yang wajib diikuti oleh
selluruh guru, pembia asrama, pegawai dan staf untuk meningkatkan
kompetensinya. Adapaun pelatihan-pelatihan yang telah diselenggarakan
selama kepemimpinannya adalah:
1) Seminar Anti Korupsi
SMP Cendekia Baznas bekerja sama dengan Direktorat
Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat (Dikyanmar) Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar seminar setengah hari
bertema “Mencegah Korupsi di Dunia Pendidikan”. Seminar ini diikuti
oleh guru-guru dari 31 sekolah di Kecamatan Cibungbulang,
dilaksanakan pada Jum‟at 6 Oktober 2017 di ruang pelatihan SMP
Cendekia Baznas, Cibungbulang, Bogor, Jawa Barat. Pelatihan ini
diharapkan dapat membangkitkan kesadaran untuk mengenali korupsi
untuk menghindarinya. Teladan dari guru, sebagai pendidik akan
membantu internalisasi nilai-nilai anti korupsi pada siswa. Pada
kegiatan ini KPK memberikan buku untuk memastikan “Pojok Anti
Korupsi” di Perpustakaan dan Sumber Belajar SMP Cendekia Baznas
agar dapat memiliki literasi yang mampu menggugah kesadaran anti
korupsi.
2) Workshop Bidikmisi
Bertepatan dengan Hari Pahlawan, 10 November 2017, SMP
Cendekia Baznas mengundang sejumlah SMA/SMK/MA untuk
mengikuti workshop mengenai Bidik Misi. Hal itu dilandasi kesadaran
bahwa mahasiswa merupakan agen perubahan yang memiliki idealisme
luar biasa untuk perbaikan bangsa dan negara. Workshop ini diisi oleh
Dr Megawati Simanjuntak SP, M. Si. selaku pengajar di Departemen
Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia IPB.
96
3) Pelatihan Media Sosial
Pelatihan media sosial digelar oleh SMP Cendekia Baznas pada
Jumat 19 Januari 2018 dengan mengangkat tema “Optimalisasi Sosial
Media sebagai Sarana Penyebar Kebaikan”. Pelatihan dihadiri 17
perwakilan sekolah di kabupaten Bogor berlangsung menarik.
4) Pelatihan menghadapi UN
Sekolah Cendekia Baznas (SCB) mengadakan Pelatihan
Motivasi Persiapan Ujian Nasional pada Ahad 21 Januari 2018. Acara
ini dihadiri oleh 100 siswa SMP sekitar SCB itu digelar di SMP
Cendekia Baznas, Bogor, Jawa Barat. Pelatihan motivasi ini
mengangkat tema “Menyongsong Kesuksesan menghadapi Ujian
Nasional”. Nara sumbernya adalah trainer Husein Sutisna. Husein
mengajak siswa untuk fokus terhadap diri sendiri, bukan fokus
terhadap apa yang akan terjadi nanti. Fokus untuk mempersiapkan
ujian dengan belajar, berdoa, dan berbakti kepada orang tua. Siswa juga
diminta untuk percaya diri pada kemampuan mereka masing-masing.
Kegiatan ini ditutup dengan kontemplasi yang dilakukan trainer untuk
meningkatkan spiritual mereka dengan cara mengingat Allah yang
Mahabesar, yang mampu memudahkan segala ujian yang menimpa
hamba-Nya. Kepala SMP Cendekia Baznas Sri Nurhidayah
mengemukakan, Ujian Nasional bukan hanya mengejar predikat lulus
namun hikmah tentang kejujuran dan membangun karakter menjadi hal
penting. Bagi sebagian besar sekolah yang cukup memiliki sumber
daya, pelatihan motivasi menjelang UN menjadi modal yang diberikan
kepada seluruh siswa. Menyadari hal inilah SMP Cendekia Baznas
sengaja mengadakan kegiatan pelatihan motivasi UN untuk
memeberikan kesempatan sekolah-sekolah yang belum pernah
mendapatkan pelatihan serupa, merasakan dan membagikan
semangatnya kepada teman-temannya.
c. Kompetensi Guru
Pengembangan SDM di SMP Cendekia Baznas menjadi salah satu
bagian yang paling menjadi sorotan. Para guru, pembina asrma, pegawai
dan staf dituntut untuk terus mengembangkan potensi yang dimiliki. Ibu
Nuk selaku kepala sekolahpun membuat beragam program untuk mencapai
tujuan ini. Salah satunya adalah dengan membuka kelas observasi.
Peningkatan kualitas pendidikan menjadi tanggung jawab bersama
masyarakat. Kewajiban setiap sekolah untuk bersama-sama sekolah sekitar
berbagi, memberi dan mendapatkan masukan. Pasca pelatihan guru berkala
yang dilakukan sebulan sekali bagi seluruh tim SMP Cendekia Baznas dan
sekolah-sekolah sekitar, SMP Cendekia Baznas juga membuka program
kelas observasi.
97
Kelas Observasi adalah Program yang memberikan kesempatan
kepada guru luar SMP Cendekia Baznas untuk ikut masuk dalam kelas dan
mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Selanjutnya setelah KBM
selesai dilakukan diskusi bersama. Program kelas observasi SMP Cendekia
Baznas dilaksanakan dilakukan di SMP Cendekia Baznas Bogor, Jawa
Barat. Ada tiga tujuan program kelas observasi. Pertama,
mengimplementasikan pelatihan yang telah diberikan. Sebelumnya, sejak
Agustud 2017, para guru telah mengikuti pelatihan berpikir suprarasional,
pelatihan optimalisasi display kelas dan pelatihan pembelajaran aktif-
inovatif-kreatif-menyenangkan-gembira-berbobot. Program observasi kelas
akan memastikan bahwa materi training menjadi ketrampilan bermakna
yang akan diberikan kepada para siswa.
Selain membuka kelas observasi, para guru juga dituntut untuk bisa
menulis. Dalam kesempatan seminat Internasional, 3 orang guru dikirim
dari SMP Cendekia Baznas untuk mempresentasikan makalah di Malaysia
terkait tentang SROI. Melalui kegiatan ini, guru diharapkan memperoleh
pengetahun dan pemahaman lebih dalam halpengelolaan dana zakat. Selain
itu, guru diharapkan terus memiliki semangat dan motivasi agar terus bisa
berinovasi dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki.
Selain itu, para guru juga diwajibkan untuk terus melakukan update
terhadap CV masing-masing. CV ini menjadi bukti perkembangan
kompetensi dan karir dari para guru. Ibu Nuk melakukan pengontrolan
dengan melakukan presentasi CV setiap enam bulan sekali. Untuk guru
yang memiliki perkembangan yang minim akan mendapatkan tugas
tambahan sebagai bentuk kesempatan guru tersebut untukmengembangkan
diri.
d. Penerimaan siswa baru
Semenjak menjabat sebagi kepala sekolah SMP Cendekia Baznas, Ibu
Nuk banyak mengeluarkan kebijakan baru salah satunya adalah dalam
perekrutan peserta didik baru. Sebelumnya persyaratan untuk calon peserta
didik hanya difokuskan pada anak SD/MI Putra dan Putri dari keluarga
Dhuafa. Namun tahun ini, SMP Cendekia Baznas melakukan Inovasi
dengan melakukan proses seleksi yang lebih ketat. Menjaring anak-anak
kurang mampu dari seluruh Indonesia dengan menargetkan kriteria khusus,
yakni:
1) Berasal dari keluarga dhuafa, diutamakan yatim.
2) Lulus atau Tamat SD atau sederajat, usia maksimal 13 tahun pada
31 Juli 2017.
3) Memiliki prestasi akademik dengan kriteria :
a) Rata-rata nilai rapor kelas IV-V minimal 7,0
b) Tidak ada nilai 5 di dalam rapor.
98
4) Berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular
` Selain persyaratan, inovasi juga dilakukan dengan memperketat
proses seleksi peserta didik untuk memperoleh input yang berkualitas.
Bukan hanya dilihat dari segi ketidakmampuan secara dana tetapi juga dari
segi kemampuan (kognitif) yang dilihat dari nilai peserta didik. Seleksi
dilakukan melalui 4 tahapan yakni:
1) Seleksi administrasi.
2) Akademik (Matematika dan Bahasa)
3) Psikotes dan baca Qur‟an
4) Survey dan verifikasi
e. Kebijakan-kebijakan
1) Tidak ada pentri
Salah satu kebijakan baru yang dikelurkan Ibu Nuk untuk sebagai
bentuk efisiensi SDM serta pemanfaatan masyarakat sekitar SMP
Cendekia Baznas, maka Pentri di SMP Cendekia Baznas ditiadakan.
Siswa-siswi yang awalnya makan dari hasil masakan juru masak
sekolah ditiadakan akibat hasil keputusan bahwa pekerja seperti helper
dan koki merupakan SDM yang tidak bisa dikembangkan di sekolah.
Dalam artian bahwa para koki dan helper tidak akan mampu untuk
mengembangkan karirnya jika berada di sekolah. Atas dasar inilah
pentri ditiadakan dan diganti dengan kebijakan baru yakni menjalin
kerjasama dengan masyarakat.
Dengan membentuk kelompok memasak sebanyak 3 kelompok
yang terdiri dari 3 orang, sekolah memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk menyiapkan makanan dan memberikan lapangan
pekerjaan kepada masyarakat sekiitar.
2) Soft skill untuk siswa-siswi
Untuk meningkatkan kemandirian, siswa-siswi diberikan soft skill
berupa keterampilan menjahit pakaian, mencukur dan sol sepatu. Ini
adalah bentuk upaya kepala sekolah dan pembina asrama dalam
meningkatkan kemandirian siswa-siswi dalam menyelesaikan
permasalah hidup sehari-hari. Pelatihan soft skill diberikan oleh para
pembina asrama yang memiliki keterampilan pada bidang masing-
masing. Dari kebijakan ini diharapkan siswa-siswi mampu lebih
berhemat dengan tidak membuang-buang barang yang layak pakai dan
lebih peduli terhadap diri sendiri dan sesama.
6. Diskui Hasil
Berdasarkan hasil penelitian peneliti terkait kepemimpinan wanita,
yakni kepemimpinan Ibu Nuk diperoleh bahwa Ibu Nuk memiliki kemampuan
yang baik dalam mengelola dua sisi sifatnya yakni makulin dan feminim.
Dalam hal tugas dan pekerjaan Ibu Nuk menggunakan sifat maskulinnya
seperti tegas serta teguh pendirian sedangkan di luar tugas dan pekerjaan Ibu
99
Nuk menjadi sosok ibu bagi para guru, pembina asrma, pegawai, staf dan
siswa sehingga cara Ibu Nuk dalam memimpin dengan ketegasannya tetap
diterima dengan baik. Hal ini bertentangan dengan pendapat Yukl yang
menyatakan bahwa beberapa penelitian bahkan mendapati bahwa bahkan
ketika pemimpin perempuan menggunakan perilaku maskulin, mereka
dievaluasi dengan hasil yang kurang menguntungkan daripada ketika laki-laki
menggunakan hal itu. Namun hasil penelitian ini sangat sesuai dengan
pendapat Eagly dan Carli (dalam Peter, 2013: 341) bahwa banyak dari
hambatan yang ditemui wanita dalam wilayah kepemimpinan berasal dari
ketidaksesuaian antara peran gender wanita dan peran kepemimpinan. Wanita
menghadapi standar ganda dalam peran kepemimpinan: pemimpin wanita
harus cukup cakap tapi juga “feminin”, suatu standar yang tidak diterapkan
pada laki-laki. Satu cara agar wanita bisa meningkatkan kehangatan dan
pengaruh mereka adalah dengan mengombinasikan karakter komunal seperti
kehangatan dan keramahan dengan karakter pengaruh seperti kecakapan dan
ketegasan yang luar biasa.
Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Ibu Nuk dalam
proses kepemimpinannya banyak melakukan evaluasi dan mengambil
pelajaran dari pengalaman kerja sebelumnya. Ibu Nuk juga memiliki mentor
yakni Pak Erie Sudewo yang menjadi pembimbing Ibu Nuk dalam
memberikan arahan, masukan dan dorongan selama Ibu Nuk mengemban
amanah sebagai seorang pemimpin. kedua hal ini sangat mendukung
keberhailan Ibu Nuk dalam memimpin, hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Vipin Gupta dan Abira Saran dalam penelitiannya yanng berjudul “seeding of
women leadership in india: investigating the experiences of the trailblazers”
menunjukkan hasil The findings demonstrate that women can be empowered
and trained to become a constructive architect of their leadership journey, by
recognizing, naming, and reframing the meaning of their various lifecourse
experiences. Artinya yakni hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan
dapat diberdayakan dan dilatih untuk menjadi arsitek konstruktif perjalanan
kepemimpinan mereka, dengan mengenali, menamai, dan membingkai kembali
makna berbagai hal mereka pengalaman lifecourse. Sehingga pengalaman dan
mentor menjadi dua faktor pendukung yang kuat dalam keberhasilan
kepemimpinan wanita.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
100
Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan
yakni:
1. Secara karakter, Ibu Nuk selaku pemimpin wanita di SMP Cendekia Baznas
memiliki karakter seorang pemimpin yang membedakan Ibu Nuk dengan
anggota organisasi. Karakter tersebut adalah cerdas, keibuan, tegas, peduli,
komunikatif, kuat pendirian dan sederhana . Secara perilaku, Ibu Nuk
cenderung memiliki gaya kepemimpinan yang berorientasi hubungan.
Perilaku tersebut ditunjukkan oleh cara Ibu Nuk dalam pengembangan
Sumber Daya Mansia (SDM). Berdasarkan karakteristik Ibu Nuk dalam
menjalankan kepemimpinannya sebagai seorang pemimpin wanita, Ibu Nuk
memiliki gaya kepemimpinan transformasional. Karakteristik kepemimpinan
Ibu Nuk ditandai dengan Menyatukan visi, misi dan menanamkan budaya
organisasi, mengembangkan SDM, belajar dari pengalaman, memiliki
mentor dan memberikan tugas pada ahlinya.
2. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Ibu Nuk tergolong
menggunakan model informasi. Ibu Nuk lebih menggunakan data dan
informasi dari berbagai sumber sebagai bahan analisis sebelum mengambil
sebuah keputusan. Proses yang dilakukan oleh Ibu Nuk mengandung lima
tahapan yakni: komunikasi dengan pihak yang bermasalah (bersangkutan),
mengumpulkan informasi dari penanggungjawabnya, mengumpulkan
informasi dari beragam sumber, melakukan kolaborasi dengan
penanggungjawab bagian dan membuat keputusan.
3. Hambatan yang dialamai Ibu Nuk selama mengemban amanah sebagai
pemimpin di SMP Cendekia Baznas antara lain: penyatuan pemahaman
dalam penggunaan dana zakat, munculnya rasa kurang adil di kalangan guru
dan pembina asrama terkait tugas dan tanggung jawab dan pembagian beban
tugas yang belum merata.
4. Faktor pendukung Ibu Nuk dalam menghadapi hambatan selama Ibu Nuk
menjadi pemimpin di SMP Cendekia basnaz adalah: Berbagi dengan suami,
lingkungan rumah berada satu lingkkungan dengan keluarga, berbagi
pengauhan anak serta memiliki mentor.
5. Dampak kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah antara lain menghasilkan
beragam program pelatihan guru dan siswa, kebijakan-kebijakan baru yang
meliputi tidak adanya pentri serta pemberian soft skill untuk siswa-siswi,
prestasi siswa, meningkatkan kompetensi guru, serta perubahan pada sistem
penerimaan siswa baru.
B. Saran
Ibu Nuk sudah memiliki karakter kuat sebagai seorang pemimpin,
dalamproses kepemimipannya kini ada beberapa saran yang diharapkan bisa
menjadi bahan pertimbangan bagi para pemimpin lainnya:
101
1. Dalam menjalani sebuah kepemimpinan, pemimpin wanita harus mampu
menggunakan dua sifat sekaligus yakni maskulin dan feminim secara bijak
sehingga menghasilkan respon yang baik dari anggota organisasi.
2. Kedekatan antar anggota organisasi perlu mendapatkan perhatian lebih, di
masa awal kepemimpinan Ibu Nuk ini perbaikan sistem memang hal yang
mutlak. Namun, kedekatan juga harus terus dibangun dengan semua guru,
pembiana asrama, pegawai dan staf agar setiap anggota merasakan
kenyamanan seperti yang telah dirasakan sebagian anggota lainnya.
3. Pengembangan SDM sangat membantu para anggota organisasi dalam
mengembangkan potensinya, namun juga harus tetap melihat hasil analisis
terhadap kemapuan, bakat dan minat yang dimiliki setiap anggota
organisasi.
Lampiran 1
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Nurhidayah
tanggal 05 dan 06 Desember 2017
Perjalanan Karir Ibu Nuk
25 Agustus saya berhenti dari DD pendidikan terus bulan Oktober mulai
membantu baznas karna ingin membuat sekolah ini, sekolah cendikia Baznas. Hari
ini saya memang sedang Membantu Lasnas BSM Umat juga untuk membuat
program pendidikan juga. Baznas minta bantu untuk membikin skenario sekolah
mereka. Jadi, sekolah ini sinergi dari 3, yakni: Tanah wakaf siti hajar suja’i,
Bangunan Qatar Charity Indonesia (QCI) dan Operasionalnya dari baznas.
Kita ingin menekan biaya serendah mungkin karena itu udah deh muridnya
30 saja yang diambil. Terus udah deh nggak usah pake OB deh, makanya OB ada 2
saja kita butuh untuk bersihkan mesjid, ruang guru, nggak mungkin nyedotin debu
kita sendiri. Yang lain-lain anak-anak deh. Yang bersihin kelas anak-anak, yang
bersihin asrama anak-anak, halaman anak-anak. Kekhasan kita, walaupun gabung
perempuan dan laki-laki tetep masjidnya terpisah, gedungnya terpisah.
Konsepnya sekolah. Namanya sekolah karena program yang kita tawarkan ini
SMP tapi kita pastikan penerima manfaatnya banyak. Ini sekolah untuk anak-anak
yang ada di sini dan semua masyarakat sekitar. Karena itu gurunya maksimal hanya
5 tahun disini, ada pelatihan guru. Ada operasi sekaligus bank mustahik bagi warga
sekitar, klinik yang ada dokternya seminggu sekali yang bisa diakses oleh warga
sekitar terutama yang dhuafa, Masjid bisa di gunakan warga untuk pengajian dan
labnya dijadikan posko Bidikmisi karena memang Teman-teman di cibungbulang
yang MA Swasta/Pesantren tidak pernah tahu tentang program Bidikmisi. Karena
dekat dengan IPB, akhirnya mahasiswa IPB yang mengedukasi dan Sekolah
Baznas menyediakan tempatnya. Walaupun sebenarnya sekolah ini adalah Level
SMP yang tidak membutuhkan bidikmisi, tapi karena siswa MA Swasta/Pesantren
di sekitar wilayah Cibungbulang belum mengenal Bidikmisi maka sekolah merasa
perlu untuk diadakan edukasi tentang program Bidikmisi ini. Termasuk
perpustakaan juga dibuka untuk umum seminggu sekali. Labkom juga kemarin
tanggal 1-2 Ada pelatihan dari UMKM juga tentang pelatihan komputer dan
facebook di Labkom, pelatihan dari KPK dll. Bangunan ini tidak boleh kosong
sebenarnya, bangunan sekolah ini kan mahal ya boros, habis sekolah kosong.
Sayang sekali jika hanya di gunakan di waktu sekolah saja dan ketika hari libur
kosong, makanya perlu ada pemanfaatan diluar jam sekolah.
Teman-teman baznas, setelah kepemimpinan prof. Bambang sudibyo
(Mantan Mendikbud) program harus dirancang dengan benar, okey deh kita
rancang yang terbaik. Karena zakat yah, setiap zakat haruskembali menghaislkan
kebaikan. Sekolah, karena afiliasi kita tetap SMP itu izin prosesnya di Kemdikbud.
Kita senang karena kemdikbud cepat yaa. Intinya penerima manfaat harus
sebanyak-banyaknya dari sekolah ini makanya namanya sekolah.
Sebenarnya saya nggak memilih ya dulu ketika saya memilih sebagai guru prinsip
saya, saya tidak mau dibayar murah, karena guru tidak pantas di bayar murah.
Sebelumnya mengajar di al-madaniah dengan gaji Rp.700.000 kemudian pindah ke
SMA Dwiwarna dengan gaji hampir Rp.7.000.000, dari sini saya sempat ke
Thailand dan kemana-mana. Tapi dari situ mungkin Allah mengingatkan saya
bahwa bukan hanya itu yang saya kejar. Selanjutnya bekerja di Makmal sebagai
Trainer. Pertama di DD (Gaji 2,5 juta) merasa sengsara karena selalu diingatkan
bahwa ini adalah uang zakat dan dana yang terbatas. Awal bekerja di DD sempat
berpikir untuk berhenti, tapi saya mulai berpikir sepertinya ini cara Allah
mengajarkan saya. Selanjutnya saya pindah ke Baznas dan gaji saya ya turun
signifikan hampir 50%. Tapi menurut saya itu cara Allah ngajarin saya, yaitu orang
itu naik turun.
Selain ini juga membantu teman-teman BSM untuk merancang SMK dan
sedang ingin merancang program pendidikannya. Dan Baznas mengizinkan, karena
ini masih sejalan dan jelas. Ketika kita pindah bekerja maka kita memulai hal dari
awal, dari 0. Di Baznas gaji 40% dari gaji di DD dulu, yang paling di suka adalah
kegembiraan mendesain program.
Banyak belajar dari DD dan SGI. Dari DD saya belajar tentang untuk
memberikan kebermanfaatan untuk banyak orang. Namun di DD ketika itu harus
membuat Zona Madina terlebih dahulu, ah menurut saya tidak perlu cukup dengan
sekolah saja. Saya juga belajar dari SGI. Dari SGI saya kemudian belajar kelas
saya terbuka untuk guru-guru sekolah, namanya kelas observasi. Open class, guru-
guru sekolah lain boleh datang untuk melihat cara guru di sekolah Baznas dalam
mengajar. Guru yang ikut dibatasi hanya 5 orang saja karena takut mengganggu
dan ternyata itu diminati. Langkah: guru-guru sit in di belakanag mlihat cara guru
lain mengajar kemudian berdiskusi. Ada 3 mapel yang sudah siap yakni:
Matematika, IPS dan Bahasa Inggris. Jadi teman2 guru sit ini di belakang
dilakukan kemarin sebelum Ujian sebelum PAS. Saya belajar daru banyakhal.
Sekarang ada konsep
Corporate Social Responsibility, selanjutnya ada konsep School Social
Responsibility. Hari ini sekolah maju hanya maju sendiri di sampingnya tidak.
Oleh karena itu sekolah Baznas membuka sekolahnya untuk umum karena ada
school social responsibility. Hal ini di pelajari dari sekolah-sekolah sebelumnya
tempat saya mengajar dan bekerja. Contohnya Al-Madaniah, dia sekolah maju tapi
maju sendiri. Dwiwarna dan Smart juga sperti itu maju, maju sendiri SMA Nusa
bnagsa yang di sekitarnya tidak kena cipratannya. Itu tidak boleh, dunia
pendidikan harus di selesaikan bersama. Nah, jika sudah ada satu yang peduli
masalah itu cept di selesaikan. Enaknya kerja pindah-pindah gitu menurut saya
lesson learn.
Sebelum membuat program pendidikan tidak bisa langsung, harus catat
dulu berbagai hal. Sedang merancang SMK, hari ini ada vintac ada berbagai
macam pekerjaan yang akan hilang salah satunya kerja di Bank. Bank akan
menjadi computerise. Satu sisi kita harus loyal tapi disisi lain harus Smart itu
sangat bagus, tapi sangat sulit untuk di replikasi. Oleh karena itu harus di buat
sebuah ruh yanng mudah untuk di tiru. Smart berdiri sejak tahun 2004 dan
jumlahnya hanya masih satu,sedangkan sekolah juara berdiri sejak tahun 2007 dan
sekarang sudah ada 16 di seluruh Indonesia. ini yang memaksa saya belajar, yang
menjadikan pembeda.
Awalnya di DD sebagai Trainer Guru di Makmal. Sejak keluar dari
dwiwarna, saya Kapok menjadi guru, saya nggak mau jadi guru lagi. karena
menjadi guru itu sulit. Saya terbiasa di sekolah-sekolah elit seperti Al-Madaniah
dan Dwiwarna yang dananya disokong banyak pihak, dari yayasan, dari orangtua
siswa. Tapi saya sadar,saya nggak bisa jadi guru lagi tapi minimal saya harus
membuat sekolah.
Satu hal yang perlu saya ingatkan bahwa setiap 1 tahun itu kita harus
mengganti CV 2 kali Juli dan Desember, untuk melihat perkmebangan kita. Dalam
agamapun diajarkan bahwa kita harus berubah menjadi lebih baik, kalau hari ini
sama dengan hari kemarin ya rugi dong. Yang bisa menunjukkan bahwa kita
berubah. Itu penting, kita melihat ketika kerja di ini kita sudah membuat ini. Saya
S2 dulu baru menikah. Oleh karena itu saya menikah di usia 31 setelah selesai S2
di UI jurusan Psikologi.
Ada beberapa faktor yang menjadi pendukung keberhasilan karir dan
kepemimpinan Ibu Nuk menurut Beliau, yakni:
a. Berbagi dengan suami
Suami saya seorang programmer jadi pekerja lepas. Menurut Ibu Nuk,
suami adalah partner dalam segala hal. Beliau melakukan pengasuhan dan rumah
tangga. Prinsip yan selalu di terapkan dalam keluarga adalah dengan tidak
meninggalkan keluarga ke luar kota secara bersamaan. Komunikasi menjadi hal
yang mutlak dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam pengasuhan ini.
Tidak boleh keduanya (suami istri) pergi ke luar kota.
b. Lingkungan rumah berada satu lingkungan dengan keluarga
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 08 Desember 2017 di kediaman
Beliau di kelilingi oleh keluarga mulai dari kakak dan Ibu. Ada Khodimat (Pegawai
Rumah Tangga) yang membant, hal-hal inilah yang mempermudah. Menuru Beliau
yang terpenting adalah memilih pasangan hidup yang mengerti passion saya
dimana. K cibungbulangpun suami yang memfasilitasi.
c. Berbagi pengasuhan
Istilah yang digunakan oleh Ibu Nuk dalam hal pengasuhan anak adalah
berbagi pengasuhan. Lingkungan keluarga yang mendukung, karena berada di satu
lingkungan yang sama serta pekerjaan suami yang lebih banyak menuntutnya
berada di rumah menjadi keuntungan dalam keluarga Ibu Nuk. Sebagai seorang
programmer, Bapak Yanmarshus lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja
di rumah. Berbeda dengan Ibu Nuk yang setiap harinya harus ke sekolah untuk
mengontrol pelaksanaan sistem pendidikan. Sosok orang tua sangat di butuhkan
dalam rumah, sehingga pengasuhan harus dibagi agar sosok orang tua ini tidak
digantikan oleh orang lain.
d. Pasangan hidup yang memahami, memahami passion saya.
karena saya S1 fakultas hukum, saya agak kaku agak otoriter. saya kalau
nggak suka saya langsung ngomong. Saya agak Otoriter.(Menurut Ibu Nuk), kalau
saya nggak suka ya saya ngomong. Jika akan membuat peraturan, saya akan minta
pendapat pada teman-teman ada masalah ini dan ini silahkan ada yang berpendapat.
Kalau sudah ada satu, dua, tiga dan seterusnya saya misalkan milihnya opsi nomer
3 ya sudah gitu biar cepet. Awalnya di DD belum ada remunerasi, saya buat
kebijakan bahwa gaji untuk yang apling atas adalah 7 kali gaji terbawah. Secara
terbuka di sampaikan. Banyak juga pasti yang tidak suka dengan saya. Dengan saya
mecat-mecatin orang.
e. Harus ada mentor
Dalam berkarir, permasalahan tentu akan di temui dan di dapatkan
sepanjang perjalanan. Oleh karena itu, peran pembimbing di butuhkan untuk
menentukan langkah terbaik yang bisa di tempuh. Dalam hal ini, mentor mnjadi
bagian yang dibutuhkan, tak lebihnya Ibu Nuk. Awalnya saya tidak terbiasa dengan
uang zakat, di tempat bekerja sebelumnya tidak ada dari uang zakat paling dari
bayaran orangtua siswa dan biaya dari yayasan. Di madaniah (Ahmad Fuadi) di
Dwi Warna (pak Ginanjar). Di DD belajar sama pak Erie Sudewo, harus gini harus
gini. Saya ngikut-ngikut Mas Erie meskipun masih jauh.
Susahnya jadi pemimpin itu adalah kita tahu dari mana dana itu berasal dan
kemana dana itu di alokasikan. Disiulah pemimpin harus berani ngomomg, tulisan
saya yang mengkritik DD banyak tapi teman2 tidak perlu tahu yang penting saya
sebagai pemimpin sudah menyampaikan, saya ikut dari Kata Mas erie: ”temen-
temen boleh khianat ke saya yaa, boleh khianat ke team saya, saya sudah buatkan
sistem agar temen-temen amanah. Jika nanti di akhirat di pertanyakan saya tidak
tanggung jawab” di LPI pernah terjadi kasus penggelapan dana oleh seorang
pegawai berinisisl “Feni”, karena hal tersebu saya mengambil kebijakan untuk
menggunakan uang KTT untuk membayar uang itu. KTT adalah uang untuk
pinjaman pegawai atau bonus untuk pegawai. Pegawai yang lain marah, tetapi itu
sebagai pembelajaran bagi yang lain, ketika ada anggota team yang berkhianat
maka yang lain juga kena, itujuga yang saya pelajari dari Mas erie. Uang yang
dilarikan hampir sebesar 90 juta. Dana ini adalah dana beasiswa. Saya sebenarnya
takut memakai uang zakat.
Karena saya Background hukum, saya memang strick dengan hal-hal ketika
terjadi masalah-masalah yang menyimpang seperti contoh tadi. kalaumelnggar ya
kit pnggil. tapi kita berusaha untuk tidak kemudian menjadikannya sebagai seorang
mustahik. Jika ada pembina asrama yang tidak cocok, setelah berkali-kali
melakukan pelanggaran, kita udah kasi dia pelatihan dulu, kemudian di coaching,
lalu di panggil untuk di sadarkan bahwa memang dia tidak cocok bekerja disini
kemudian saya carikan tempat kerja lain. Sulit dong, iya sulit memang tapi kita di
lembaga zakat, tidak mungkin kita membuat orang menjadi mustahik.
Ada yang mengirim surat kaleng, kita omongin di forum. Intinya
keterbukaan. Jika di surat kaleng ada yang bertanya a, b, c, d ya kita jawab ketika
seruput pagi. Ada Email tanpa nama. Nggak apa-apa menurut saya yang penting
disampaikan dan diomongin di dalam. Karena kita lembaga masyarakat lebih baik
diomongin di dalam jangan di bawa ke luar. Saran saya temen2 harus punya
mentor. Saya berani karena guru saya Mas Erie. Sebaiknya ada mentor yang bisa di
akses yang bisa diajak berdiskusi. Yang penting adalah saling menguatkan. Dan
tentu temen2 pak erie riana renungan para menajer, saya tidak mau bekerja di
tempat yang ditempat it saya nggak bisa dapet apa2. Di Al-Madaniah ada
Qomaruddin hidayat yang menjadi orang yang saya ikuti, Beliau orangnya egaliter,
yang saya kagumi dari Beliau adalah beliau tidak pelit berbagi. Saya mengikuti
beliau, ketika ke Dwi Warna juga karena Beliau yang mengajak saya. Ketika di DD
saya ketemu Mas Erie. Mas erie sebenarnya tidak senang saya ke Baznas, kata
Beliau ngapain capek-capek itu Birokrasinya. Saya tidak mengurusi itu mas. Saya
adalah pelaksana Program. Saya tidak senang di DD ketika harus mengurusi
program. Tapi ketika di LPI saya bahagia, ketika saya di sekolah baznas saya
senang karena saya bisa buat ini buat ini, dan saya yang rekrut team jadi saya bisa
milih. Boleh milih team terbaik.
Untuk menyatukan visi, intinya orang tidak mau ketika tidak memiliki
manfaat atau keuntungan untuk dirinya. Jadi, ketika mengkomunikasikan akan
membuat program apa, akan mendelegasikan tugas apa. Diingatkan ini untuk
kamu, jika tidak ingin maju dan bekerja susah-susah ya itu untuk kepentingan
kamu. Besok 3 orang guru sekolah Baznas akan ke Malaysia untuk presentasi
SROI (Social Return Of Invesment). Awalnya mereka tidak mau, malas, marah-
marah. Tapi beliau bilang ini sebagai tiket ke luar negeri. Di bulan desember akan
berangkat ke Malaysia untuk presentasi. (Simposium Internasinal). Menajdi
seorang pemimpin, saya sudah di bayar dengan cukup oleh karena itu saya harus
melakukan pekerjaan dengan optimal.
Awalnya ngomel-ngomel kenpa harus belajar SROI, tapi syaa bilang
dengan ini menjadi tiket ke luar negeri. Dan kita biayai ber 4 hanya 14 juta, dan
mereka senang karena bangga menjadi penulis makalah dalam acara simposium
internasional, dan yang lain jadi termotivasu tahun depan kita. Saya
sebenarnya,saya sih karena dibayar ya nggak berat2 amat.memang ada ya iyalah.
Saya bukan orang DD awal yang dibayar murah, saya diabayar dengan profesional
karea dd mebayar saya cukup untuk mengerjakan hal-hal iu. Jadi, nggak berat
namanya juga dibayar cukup.
SROI itu lama, jadi gini awanya saaya selalu pakai kaji Dampai atau CSI.
Nggak senenglah mas purnomo, membaut SROI. Mas pur mengadakan pelatihan,
450 rbu latihan ke bandung. Pa bamban orang akunan, karena
Kita sekolah punya tangung jawab,sekolah tetangga hanya kita bantu untuk
membuat temap wudhu’, WC 1 rupiah menghasilkan 19 rupiah. Gria tahfidz dari 1
rupiah menghasilkan 4 ruiah. Say seneng makainya, enaaknya bisa evaluatif bisa
forecash. Kita lakukan evaluasi jarena sudah selesai, dbaznas karena masih berjalan
forecasting kita bisa hitung dana yang kia pakai bener nggak bisa menguntungkan.
Terkait ISO dan MBC
Sebenarnya itu memnag di masa saya tapi romi ardiansyah yang buat. Sya
meyakini tulis apa yang kita kerjaan dan kerjakan apa yang kita tulis. Api sudah
lama saya nggak behasil.saya ketemu Mas romi waktu itu pendamping etos saya
tahu siabisamengerjakan ini saya sampaisusulke jogja untuk mengerjakan
ISO,akhrnya kia behasil ISO dan MBC.
Mas erie sering ngomong, tugas utama seorang pemimpin itu adalah
menentukan prinsip tapi tugas airnya itu adalah melihat apa yag sudah dikerjakan.
Itu menjadi refleksi uat saya. Saya belajar dari dulu, ketika di Dwi warna malah
lebih ekstream. Temen-temen di sana lebh nggak sopan.syaa lebih bersyuku karena
ngajar di SMA mereka lebih nyakitin. Dulu pernah memberika tugas untuk review
buku untuk anak-anak, mereka meledek aaah ibu itu nggak baca. Mereka
mengajarkan saya ntuk ngak baper,merek anak darikalangan menenga ke atas
mereka lebih nyakitin.
Di Madaniah saya belajar bener, orangtuanya orang kaya-kaya. Ditahun
1995 SPP 9 juta. Di Madaniah diajar cara ngomong, cara komunikasi. Mas Qomar
menjadi benteng kita, leader akan membantu kita walaupun di belakang akan
marah-marah. Dari sana saya berani. Kalau ada kesulitan kepala sekolah akan
maju.
Buat Path Leader. Di umur 40 mau terkenal menjadi apa. Yang penting
kalian sampaikan apa yang seharusnya. Kalau kita berani atasan kita segan, ya udah
jadiin pemimpin saja. Kita harus kritis juga, saya di Madaniah saya pergi karena
saya mau S2, tapi Mas Qomar mendukung. Saya di Dwiwarna dipecat karena
diangap tidak sejalan. Tapi nggak apa-apa saya sudah megalami itu, saya kalau
tidak setuju sama orang, saya berpikir paling pilihannya mengundurkan diri atau
dipecat. Yang membuat saya dapat pekerjaan adalah orang-orang disekitar saya.
Teman-teman mustahik saya galau ketika saya keluar dari DD duh buk siapa yang
bantu saya. Nah doa-doa mereka yang menyelamatkan saya mendapatkan
pekerjaan lagi. Tangan-tangan Tuhan yang bekerja bukan tangan saya.
Wawancara Agung Pardini (Guru Agung), Direktur SMART Ekselensia
Indonesia
Kepemimpinan Ibu Nuk (Sri Nurhidayah, SH. M.Si.) menurut Guru Agung:
a. Asertif/Tegas
Selain karakter agresif dan submisif, ada yang dinamakan dengan karakter
asertif. Asertif adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan,
dan keinginan secara jujur kepada orang lain tanpa merugikan orang lain. Dalam
kamus Besar Bahasa Indonesia asertif berarti tegas. Orangnya ceplas ceplos
kalau suka, Beliau akan menyampaikan kalau Beliau suka, kalau tidak suka akan
menyampaikan tidak suka begitu kata para guru danpegawai di Sekolah
Cendikia Baznas dan mantan pegawai Beliau di DD pendidikan.
Ibu Nuk adalah sosok yang tegas namun juga demokratis. Beliau memiliki
nilai-nilai yang terus dijaga. Terutama masalah etika dalam pengelolaan uang.
Karena kita berada di lembaga zakat maka kita memiliki 2 tanggung jawab,
selain tanggung jawab kepada masyarakat juga kepada Allah. Jadi, selain harus
amanah juga harus beretika. Etika penggunaan dana menurut ibu Nuk bukan
hanya masalah prosedur penggunaan dana tetapi juga bijak dalam menentukan
pilihan. Ibu Nuk jika pergi ke sebuah daerah Beliau akan bertanya di daerah ini
ada ETOS tidak? Kalau ada, ya sudah tidakperlu cari penginapan saya nginap di
asrama putri ETOS saja. Ini lah beretika, Beliau bisa saja memilih hotel yang
murah inimasih amanah karena memang ada dana untuk penginapan namun
Beliau lebih memilih utuk tidakmenggunakan dana itu dan memilih untuk
tinggal di asrama ETOS dan mengaihkan dana tersebut untuk membelikan anak-
anak ETOS makanan.
b. Demokratis
Ibu Nuk adalah seorang penginisiasi rapat. Beliau selalu melakukan rapat
koordinasi sebelum menetapkan sebuah program atau produk. Keputusan yang
Beliau buat tidak menggunakan prinsip Top down tetapi tetap berdasarkan
kesepakatan bersama. Guru agung mengungkapkan bahwa Ibu Nuk selalu
mengajak kariawannya untuk berdiskusi panjang ketika akan mengeluarkan
sebuah kebijakan atau produk baru. Meskipun demikian, walaupun menjadi
penginisiasi bukan berarti mendominasi. Pendelegasian tetap dilakukan untuk
terus melibatkan karyawan dalam setiap proses kepemimpinannya.
Pimpinan yang efektif akan mampu mengembangkan kerja tim dalam
pertemuan-pertemuan sebagai sarana untuk meningkatkan kreativitas. Seorang
pemimpin yang baik harus mampu memberikan peluang bagi karyawannya
untuk mengembangkan diri, sehingga pegawai memiliki ruang untuk berkreasi.
c. Membicarakan Mutu/Kualitas
Salah satu kekhasan kepemimpinan Ibu Nuk dibandingkan pemimpin di DD
Pendidikan adalah Beliau sangat mementingkan mutu. Sebelum meningggalkan
DDP Ibu Nuk menghadiahkan ISO 9001: 2008 pada tahun 2013 dan mendapat
penghargaan MBC (Malcolm Baldrige Criteria), karena manurut Beliau
lembaga memiliki tanggung jawab kepada masyarakat. Salah satu cara lembaga
mempertanggungjawabkan Wakaf, Zakat, Infaq, dan Sedekah ummat adalah
dengan memberikan pelayanan yanng sesuai dan maksimal terhadap penerima
manfaat, salah satu cara membuktikannya adalah dengan meningkatkan mutu
lembaga.
d. Smart
Salah satu kebiasaan Ibu Nuk adalah membaca. Salah satu prinsip Beliau
adalah “semiskin apapun kita, koran harus tetap ada di rumah”. Ini adalah salah
satu kebiasaan yang Beliau dapatkan dari keluarga dan terus Beliau terapkan
hingga Beliau kini berkeluarga.
Membaca merupakan aktifitas mencari informasi. Dan kebiasaan membaca
menjadikan Belaiu selalu up to date dengan perkembangan yang terjadi.
Seorang pemimpin di tuntut untuk terus melakukan inovasi. Terlebih top
manajer, memiliki tugas untuk merancang strategi agar tetap eksis dan bertahan
dalam beragam persaingan. Melakukan analisis lingkungan, baik secara
internalmapun eksternal. Menganalisis kelebihan dankelemahan lembaga
danmelihat peluang serta ancaman lingkungan luar harus mampu di ambil dan di
cegah sehingga terus memperbaharui pengetahuan menjadihalmutlak bagi
seorang pemimpin.
Kompetensi membaca yang baik akan menimbulkan kepekaan terhadap
kondisi yang ada. kepekaan ini akan menghasilkan sebuah tindakan. Dalam
kaitannya dengan pemimpin, tindakan dapat berupa sebuah ideologi, kebijakan
atau program. Butuh pengetahuan yang tak hanya luas tetapi juga mendalam.
e. Sholehah
Selain membutuhkan kecerdasan secara intelektual dibutuhkan juga
kecerdasan secara spiritual. Kecerdasan intelektual untuk
f. Tidak Show up
Sosok Ibu Nuk adalah sosok pemimpin yang tidak ingin show up begitulah
pendapat yang diberikan oleh Guru agung dalam wawancara “kalau ada acara
pelatihan, Beliau selalu bilang sudah mas saja yang ngisi. Padahal Beliau
memiliki kemampuan yang luarbiasa di bidang training tapi Beliau seslalu
memberikan panggung untuk orang lain” dan yang terakhir itu humble.
Hasil Wawancara Pak Khalim Asisten Program (Staff) Kini Menjabat sebagai
Direktur Makmal Pendidikan.
Kepemimpinan Ibu Nuk Menurut Pak Khalim
a. Egaliter
Artinya masuk ke semua level, baik dari level bawah sampai ke level atas
dia bisa. Orangnya to te point, kalau Ngomongnya ceplas ceplos tek tek tek, nggak
banyak basa basi, bertele-tele. Kalau dia suka dia akan ngomong kalau tidak suka
juga dia bakalan bilang
b. Integritas
c. Pendirian kuat
Beliau memiliki pendirian yang sangat kuat. Jika Beliau mengatakan bahwa
ini adalah dana zakat, hanya untuk orang dhuafa ya itu tidak bisa dialihkan ke hal
yang lain dulu dan stik dari sisi yang kayak gitu. Dari sisi kerjasama, kita diminta
untuk selektif. ketika SGI ingin melakukan kerjasama waktu angkatan 5, akan
melakukan kerjasama dengan Newmon. Karena newmon merupakan perusahaan
yang velue-valuenya tidak sesuai dengan DD misalnya dari sisi tidak bertanggung
jawab terhadap alam, newmon merusak alam akhirnya beliau menolak untuk
melakukan kerjasama senilai 2M.
Di DD Pendidikan ada sebuah aturan diprogram DD pendidikan tidak ada
double penerima manfaat dalam satu waktu, contohnya di SGI angkatan 5 juga SGI
menerima salah satu guru dengan kapasitas bagus, kemampuan yang bagus,
prestasinya bagus namun salah satu kesalahan dari pengelola SGI tidak ketat dalam
proses seleksi ternyata adeknya juga menerima beasiswa Smart, dan dia diterima di
SGI. Sudah ikut orientasi, Ibu Nuk mengambil kesimpulan untuk mengecut peserta
tersebut dengan berani menangung konsekuensi apapun. Tapi, kebijakannya
adalah dia dikasi kesempatan untuk mendampingi sekolah selama 6 bulan.
Dalam hal kebijakan Beliau sangat toleran, namun bukan berarti tidak tegas.
Contoh ada aturan yang mengatakan bahwa karyawan di jam-jam kerja tidak boleh
membawa anak ke tempat kerja, dan ketika ada karyawan yang membawa anak ke
kantor beliau mencari tahu terlebih dahulu mengapa pegawai tersebu membawa
anaknya ke kantor, oh ternyata tidak ada yang mengurus. Ini salah satu yang
membuat karyawan nyaman bekerja di LPI
Ketika memimpin rapat juga mempersilahkan timnya menyampaikan
gagasan-gagasan, meski tidak semua gagasan diterima. Ada sebuah batasan-batasan
ketika membuat program dan sangat memperhatikan dampak dari pembuatan
program. Awal tahun 2009 tidak ada SGI, bulan oktober di gulirkan program SGI
di tanggal 24 Oktober 2009. Buk Nuk tidak serta merta ya silahkan jalan. Tapi
mengumpulkan ide dari sumber internal dan eksternal utuk membahas program ini
sehingga program ini utuh dan bisa dipertanggung jawabkan.
Beliau ini kan punya keluarga, meskipun di tengah kesibukannya yang luar
biasa. Kadang kalau sudah janji dengan anaknya kesibukan disini pasti
ditinggalkan. Contoh, ketika diundang untuk menghadiri acara wisuda SGI
program Executive Class (EC). Beliau bilang ke saya mas maaf ya saya tidak bisa
hadir saya ada acara ambil raport di sekolah anak saya. Artinya beliau tetap
memprioritaskan untuk anaknya.
d. Komunikasi. Sangat lugas, tidak banyak basa basi langsung sampiakan saja.
e. Silaturrahmi
Yang saya suka dari beliau itu dari segi silaturahim. Jika ada undangan dari
karyawan yang menikah, sunatan, biasanya Beliau mengusahakan untuk datang.
Jika da masalah maka manajer langsung di panggil, tidak menunggu lama. Di
tanyin kenapa begini, bagaimana penyelesaiannya. Dan responsif, hari ini ada
bencana hari ini langsung di selesaikan.
f. Strong.
Buk nuk termasuk orang yang jarang sakit. Tapi saya ada hipotesis ibu nuk
ada siklus gitu setiap 2 tahun beliau ada flu berat dan bisa tidakmasuk
g. Sederhana.
Saking sederhananya pakaiannya seperti itu, tidak memperhatikan
penampilan. Mbak diani sampai memberikan masukan ke ibu nuk jangan pakai
jilbab mencang mncong,pakai pet, pakai sepatu dan segala macam. Tapi ada
kemudian penampialan yang berubah, jilbabnya mulai nggak mencang mencong.
Tapi beliau sanatai saja mendapatka kritikan seperti itu. Tidakpernah pakai sepatu
yang haknya tinggi.
Saya sampi sekarang belum pernah di tegur keras dengan Ibu Nuk.
Perbedaan pendapat pernah, saya pernah protes keras ke Ibu nuk,tapi Beliau
menanggapinya biasa saja. Saya kan karakternya ngotottapi sama Ibu Nuk
ditanggepinnya biasa aja, tapi ditanggepi bukan beratri tidak ditanggepi. Saya
siajak dialog ketika menyampaikan permasalahan.
Untuk meyakinkan sebuah lembaga NGO, waktu itu ibu nuk kurang
rermotivasi untukmengaplikasikan ISO. Tap kesini-sininya ternyata ISO itu dangat
penting untukkerapian gerak organisasi. Semuanya harus terplaning, terprogram,
terimplementasi dan terevaluasi. Ini ada kesinambungan sebuh siklus sehingga dari
dampak ISO ini menjadi titik Ibu Nuk bahwa ISO ini penting sebagaiproses
perbaikan. Karena sudah dipahami dan sudahmenjadi kesepakatan di level
Manajemen maka Beliau mendukung ISO ini. Beliau sangat senang, meski kita di
level NGO tapi sudah menerapkan ISO. Level early improvement untuk MBC.
Organisasi semakin membesar tidak mungkin langsung dpimpin di bawah
direktur, jadi perlu di buat devisi-devisi yang dipimpin oleh GM. Untuk
mempermudah jarur koordinasi dan spesifikasi, jangan samapi tercampur-campur
antar devisimeskipun semua devisi tersambung namun dengan kekhasannya
masing-masing. BI terkenal dengan beasiswa,Makmal, riset pendampingan sekolah
dan pendmpingan perpus. Untuk mempermudah pengambilan keputusan.
Pernah dipisah,masing-masing SGI, Makmal memiliki operasioanlnya
sendiri-sendiri. Dulu dikepaaioleh Direktur bukan GM, ditahun 2014 kita
melakukan evaluasi,pola-pola seperti ini secara operasional cost snagat boros dan
muncul egonya masing-masing. Ini akan membuat tidak bagus jika berjalan
sendiri-sendiri padahal berada di lingkungan yang sama. Kesannya sangat boros
dan itu tidak bagus sehingga di rubahkedalam sistem yang sekarang. Level staf
minimal S1 karena setiap karyawan terus bergerak ya, ketika jadi staf harus siap
naik level-level selanjutnya. Disini sangat egaliter, disini juga homogen, semuanya
muslim sehingga lebih nyaman buat ibadah nyaman buat kerja nyaman buat
keluarga nyaman. Suhingga disini hampir 9 tahun. Beliau komunikatif, tidak
memilih-milih bergaul dengan level tertentu. Semua orang bisa masuk kedalam
pergaulan Ibu Nuk.
Cara Buk Nuk mengatasi permasalahanyang timbul dari kebijakan yang ada
Saya selaku atasan dulu diminta bagaimana kira-kira biar dia disini bisa
optimal meski disini dia bawa anak, sehingga sudah sekitar 1 tahun berjalan kita
coba fasilitasi dengan adanya day care. Ini salah satu cara kita memfasilitasi
karyawan yang membawa anak. Sehingga anak bisa tetap dipantau oleh orang tua
di jam-jam istirahat.
Cara Ibu Nuk merekatkan hubungan dengan karyawan
Kita ada sarana seruput pagi. Semua karyawan terfasilitasi disitu. Di
seruput pagi ibu nuk menyampaikan kabar baru, kebijakan baru dan harapan untuk
DD. Biasanya 2 bulan sekali di Aula Al-Insan. Kegiatannya ada sosialisasi dari
direktur, sosialisasi masing-masing departemen, masing-masing bagian, kreasi seni
dari karyawan, selain itu makan-makan. Dilakukan di jam kerja, dari jam 8 hingga
jam 11. Jika tidak 2 bulan sekali ya tiga bulan sekali.
Cara Ibu Nuk mengomunikasikan kebijakan dan peraturan baru
Jika ada kebijakan baru, peraturan baru, dalam organisasi ada beberapa
lapis di lapis pertama, jika ada peraturan dan dan kebiajakan baru maka beliau
sampaikan ke lapisan yang kedua Manajer dan supervisor untuk di sampaikan ke
anggota masing-masing tapi tetap di konfirmasi ulang ketika di acara seruput pagi
di hadapan para seluruh pegawai.
Hasil Wawancara Norma Indi Maghfirotika, Admin Program Wawancara
Pada Tanggal 06 Desember 2017
Tugas: surat keluar masuk bagian program-program diluar. Sebagai guru Prakarya
saya juga yang desain disini orang-orangnya kerjanya plus-plus. Yang jadi guru
jadi apa, yang jadi admin jadi apa. Ini bulan ke empat dari bulan Agustus. Saya
disini seneng banget, dulu saya pernah magang di perusahaan dan saya berpikir
sepertinya perempuan ini tidak cocok di perusahaan, bukan hanya karena tuntutan
besar tetapi kenyamanan. perusahaan profit oriented atau duniawi oriented.
pokoknya kamu harus kerja, harus selesai semuanya nggak mau tau kamu kerja
jungkir balikatau gimana atau nggak sholat yang penting dikerjain, yah mencari
pekerjaan dunia sekaligus akhirat. Ya seneng.
Kesan Bekerja dengan Ibu Nuk
Baru pertama kali menemukan perempuan jadi pimpinan dan tipenya seperti ibu
nuk, jadi beliau itu pikirkan 3, 4, 5 lapis lebihi luar dari kita. Beliau memikirkan
sesuatu yang tidak pernah kami pikirkan sebelumya, memikirkan bahkan hal kecil.
Seperti cara mandi, kenapa siswa harus mandi sebelum subuh, jam 3 harus mandi.
Tentang tepat makan, klinik ini harus bisa digunakan untuk semua warga disini,
agrowisa, tataman yang bisa dinikmati umum yang diberi nama camping grund
untuk orang-orang dhuafa dan gratis. Selalu memberikan insight bahwa muslim
saat ini sedang terpojok, contoh kenapa jokenya orang itali bilang kenapa di
masjid tidak ada piano? sendal aja ilang. Itu artinya dimata dunia, islam dipandang
seperti ini, pokonya benar-benar sangat membuka wawasan.
Ibu Nuk tipenya ngomongnya itu kenceng banget, kalau ama kita kayak disabet-
sabet. Kadang ada tipe orang yang marah terus dibawa marahnya. Ibu nuk tipe
orang yang jika marah masalah pekerjaan, ya sudah disitu aja abis itu bisa ketawa-
ketawa lagi asala pekerjaan kita beres. Sama kayak iub yang gampang tersentuh.
Sempet cerita Saya paling nggak tega liat santri putri, ketika saya main ke Santri
putri, mau nangis gara-gara santri putri kasian mereka nggak bisa main apa-apa.
Santri putri kan nggak punya lapangan. Akirnya beliau membawa sepeda pancel ke
sekolah untuk anak-anak putri. Pernah juga tiba-tiba bilang tadi di pasar saya
ketemu ini ini sambil mau nangis, beliau perasa banget meskipun keras. Sekarang
saya menganggap diri saya sebagai Beyond Norma, bukan jadi orma yang biasa.
Kayak norma kamu pindah saja dari adminadi guru, nih kamu bikin bikin modul
prakarya, ngga ada di Indonesia abis itukamu training dan lain-lain. Saya disini
disuruh lari, saya nggakpernah berpikir mengerjakan di luar ekspektasi saya.
Ibu Nuk akan “marah” dalam hal apa?
Ibu paling tidak suka sama apa yang kita punya, tapi itu nggak, orang itu
percayakan kita mengeluarkan zakar dan dikasi ke kita, Ibu marah luar biasa kalau
kita tidak menggunakan uang zakat dengan benar. Kita beli kursi ini dengan uang
zakat, jadi kita harus jaga dan harus bisa dipakai oleh orang lain Intinya tentang
kebermanfaatan uang zakat, kalau nggak bermanfaat dan kita nggak bisa mengelola
zakat dengan baik waah ibu Nuk marah. Kayak kemarin sebenarnya pengen
camping, ngeluarin uang hampir 40 juta, kayaknya nggak worted ngeluarin uang
segitu, temen2 yang lain setuju ngeluerin uang segitu padahal 2 hari., saya nggak
setuju dan akhirnya ngomong sama ibu nuk. Kayaknya juga uang sebesar itusia2
dua hari camping, campingnya jauh ke bantenpas rapat ibubisa menjadipenengah,
saya nggak sepakat tapitemen2 yang lain sepakat. intinya beliau itu tidak
memasukkan ego pribadi, akhirnya dibicarain panjang. Saya baru nemuin satu2nya
pimpinan perempuan yang bisa ngelakuin hal seperti itu.
Tanggapan mendapat tugas tambahan
Biasa aja, Seneng. Semua orang disini punya tugas kedua, ketiga, keempat. Nggak
Cuma keuangan, keuangan itu guru bahasa sunda, semuanya punya double job.
Seneng karena ini diluar ekspektasi saya. Ibu Nuk bilang disini gaji kita kecil,
intinya jangan mentok sama gaji kita karena sebenarnya apa yang kita apat bukan
karena apa yang kita kerjakan aja, jadi sebenarnya kita kerja fisiknya kita dapet
uang dapet gaji. Tapi bukan cuma itu, kalau Allah ridho pasti pahalanya muncul,
kalau kita memberikan manfaat untuk orang lain pasti pahalanya banyak. Inget
bukan hanya dari sebesar apa gaji yang kita terima tapi inget Allah akan
memberikan hal yang bary diluar dugaan kita. Jangan hanya income orinted
Sebulan sekali dilakukan rapat, biasanya ibu kasi insigh, apa evalusi selama
sebulan. Sering ibu bilang kita itu sekolah model, sekolha marginal jadi kita harus
bisa diduplikasi oleh banyak orang.seklah kita jangan mahal2, jangan mengulangi
kesalahan DD. Smart itu mahal jadi sulit disuplikasisekolah lain. Setiap dua bulan
sekali di buat kegiatan observasi mengajar untuk guru-guru di daerah sekitar untuk
belajar cara kita ngajar. Jadi kebermanfaatannya itu bukan hanya untuk kita yang
menerima itu orang lain.
Cara ibu Nuk Mendelegasikan Tugas
Nanyak dulu, dipanggil. Gima kalau kamu jadi guru? Tenang saya nggak perlu
jawabannya sekarang, silahkan istikharah. Jadi ada beberapa yang kita dipaksa
untuk itu. Sepertinya ibu nuk tau poternsi kita. Kataknya ibu uk punya maind
maping. Kita itu 5 tahun kedepan harus jadi apa.kalan itu harus balik ya nanti,
kalian hanya 5 tahun belajar disini terus saya akan kirim kalian ke daerah untuk
membuat sekolah yang sama sepeti ini. Saya harus belajar bener-bener. Pertamanya
diajak ngobrol, ada beberapa yang langsung kerjakan ini karena itu sesuai dengan
pasion kita, kalau ada yang terlalu jauh dari kebiasaan kita beliau ngomong ulu
kayak pas saya diminta untuk menjadi guru, beliau ngomong dulu tapi kateika saya
dimita unutk menjadi agrobisnis saya ditunjuk aja, norma ini uang bikin. Saya juga
sempat tinggal sebulan di asrama, kayaknya jadi guru itu belajarnya plus plus
parenting juga. Belajar dari situ, bagaimana mengurus anak dan saya suka sih.
Awalnya disin ada terong, tapi jadwal anak2 skrang padet banget kayak arumba,
saman, amarawis. Banyak banget ekskulnya.sehari iru bisa panahan disana, CEC
disana. Kasian anak-anaknya sih,anak-anak memilih wajibnya 3 yang lain milih.
Tahun depan kita ingin fokuskan kayaknya, anak2 ini atlet yang mana. Nanti akan
ada berkuda juga.
Pembina asrama plus pembina ekskul, pokonya disini itu lulus-lulus deh.
Sebenarnya kita itu santai2 saja karena udah biasa kita kerjain. Seperti berlatih
silat, anak2 pada lari naik turun tangga,kalian pada ngapain? Saya tanya, lagi
latihan silat ustadzah.
Nggak enaknya kadang ada beberapalah. Kayaknya kita harus ada analisis beban
kerja, kayaknya ada yang beban kerjanya banyak, ada yang beban kerjanya biasa-
biasa saja.
Hasil wawancara Rony, Koordinator Gabagian Umum
tanggal 06 Desember 2017
Secara manajemen saya baru 4 bulan yakni dari Bulan Juni 2017 dengan nama
Sekolah cendikia Baznas dan Bpk Rony bergabung dari bulan Agustus.
Kesan: Menarik karena baru kali ini berada di dalam bidang pendidikan karena
sebelum sebelumnya berada di perusahaan swasta. Menguji kesabaran kaerna
berhadapan dengan anak-anak. Tantangannya mengurusi kebersihan, karena ini
adalah lingkungan yang banyak manusianya, mudah kotor kembali namun sulit
untuk didisiplinkan.
Untuk bagian office ada dua, namun tanggung jawab lingkungan semua tanggung
jawab siswa.
Jika dibawah pimpinan seorang wanita secara langsung belum pernah.menurut saya
laki-laki maupun perempuan bagi saya sama aja, tidak ada bedanya. Selamasatu
visi dengan lembaga, perusahaan dan kami yaa . perbedaan pendapat pasti ada, jika
kebijakadari atas walau bagaimanapun saya jalankan, kalau disini belum ada hal-
hal yang menonjol dari
1. Disiplin
2. Menyampaikan tugas dengan directive
3. Sejauh ini kita belumada perbedaan masih sejalan
4. Tegas, ketegasan itu menurut saya antara laki-laki dan perempuansama saja
ya kalau beliau mengungkapkan
Jika ada yang tidak sesuai beliau akan langsung bilang ke penanggung jawabnya.
Secara komunikasi beliau masih mengkomunikasikan dan mengkritik dengan baik.
Beliau orangnya friendly, tidak mengganggap bahwa dirinya ada pada posisi paling
tinggi, ketika ngobrol dengan level-level bawah beliau tidak memposisikan sebagai
Bos. Ketika menginginkan sesuatu beliau tidak segan untuk langsung
mengungkapkannya. Misalnya, ketika ingin di buatkan surat dan ruangan beliau
berbeda, orang lain biasanya menggunakan alat untuk seperti telepon tapi beliau
tidak, beliau langsung bilang ke orangnya.
Wawancara Mbak Nia Pegawai Perpustakaan SMP Cendikia Baznas
sekaligus MantanPegawai Makmal Pendidikan DD
pada tanggal 06 Desember 2017
Kepemimpinan Ibu Nuk
Dari hal-hal Kebersihan sampe keistiqomahan anak-anak mengikuti kurikulum-
kurikulum asrama sangat diperhatikan oleh ibu nuk. Kalau ada beberapa yang
melenceng ditanyakan, kenapa ini kayak gini, kenapa asrama nggak berjalan sesuai
kurikulum,oh begini begini buk, oh okey. termasuk dioperasional, di sekolah,
sama jadi Ibu Nuk itu tidak membedakan bahwa sekolah itu lebih spesial. Sama
ketika di DD devisi asrama, LPI, SGI,Makmal semua sama, dia perhatikan sampai
sekecil apapun dia. Bahkan kadang beliau sendiri yang sidak, Beliau masuk masuk
ruangan, ke perpustakaan. Kalau di perusahaan-perusahaan besar nggak mungkin
bos masuk sendiri ke ruangan kita, Kalau Buk nuk nggak, kalau masuk masuk gitu
dia perhatiin semuanya, oh bagus, ee kok ini kayak gini,kok ini nggak bersih.Tapi
Tetap untuk suatu jabatan itu, untuk suatu devisi belaiu tetep memberikan
kebebasan untuk devisi mengembangkan sendiri devisinya. Belaiu hanya sekedar
mengawasi kalau ada yang melenceng-melenceng di tanyakin, kenapa begini tapi
kebebasan tetep. Kamu pegang perpustakaan yaaa, dananya segini bikin sendiri
rencanain sendiri. Beliau consern banget sama tanaman taman, harus ada taman
sekecil apapun. setiap ruangan, setiap gedung harus ada taman yang bisa dilihat dan
dirawat oleh penghuni gedung itu.
Yang sama dari DD dan SMP Cendikia Baznas
1. Tanggung jawab, kamu sudah dikasi amanah ini tanggungjawab yaaa.
2. Kekeluargaannya, beliau nomer satu itu kekeluargaan. Mau ada yang sakit,
harus ada yang mewakili walaupun nggak semuanya. Kalau ada acara apa,
orang tua mau dateng. Kadang di tempat kerja kita risih yaa kalau ada keluarga
dateng, kalai beliau ditanyain, diajak ngobrol.
3. Kepercayaan,kepercayaan beliau itu nomer 1. Kalau sudah diberikan
tanggungjawab ini beliau pasti percaya sama orang itu bisa ngembangin,
seandainya Ibu Nuk nggak percaya kan pasti juga ikut campur. Kalau beliau
nggak,kalau sudah di kasi tanggung jawab ke satu orang beliau pengen melihat
dulu bagaimana orang ini dikasi kepercayaannya, mengembangkannya
bagaimana, mengembangkan tanggungjwabnya gimana. Kepercayaan beliau itu
nomer satu ke kita-kita. Jadi kita rileks bikin program apa aja buat divisi kita,
termasuk GA mau buat program untuk divinya sendiri jadi santai tidak
terbebani adanya penilaianlah, harus ginilah, harus gitu lah.
Hasil Wawancara dengan Firman, Guru dan Pembina Asrama SMP Cendikia
Baznas pada tanggal 05 Januari 2017.
Ibu Nuk Menurut Guru Firman
Ibu Nuk itu orangnya yang pertama tegas, disiplin waktu, ketika ada timnya yang
telat baik telat ketika datang rapat atau pertemuan gitu selalu ada sanksi yang
diberikan. Dan Ibu Nuk itu juga orangnya punya terget yang besar jadi semua
timnya itu diberika targernya masing-masing yang harus dicapai. Ibu Nuk juga
orangnaya berwibawa, karena dia selalu mengevaluasi kita setiap hari gitu kadang
kekelas memantau, setiap hari. Jadi, ketika dia melihat ada yang tidak beres nanti
akan dibawa ke rapat.
Bentuk Ketegasan Ibu Nuk seperti apa?
Ketika kita diberi suatu kayak komitmen nih misalnya, kita punya sebuah
komitmen bersama nih bahwa kita akan menjalankan suatu program, kalau
program itu tidak berhasil gitu maka beliau itu akan sangat marah. Jadi ketika dia
memberikan kita pekerjaan dan tidak beres maka beliau tidak segan-segan
memarahi timnya. Contoh, pernah suatu hari asrama dalam keadaan kotor, ketika
itu anak-anak sedang sibuk-sibuknya ekstrakulikuler, saat itu beliau marah sekali.
Ketegsannya lagi itu masalah disiplin waktu, misalnya kita harus rapat jam sekian
dan kita tidak datang di jam sekian, maka kita didenda Rp.1000 per menit
keterlambatan kemudian dijadakan uang kas untuk digunakan ketika ada pegawai
yang sakit dan sebagainya.
Bagaimana Respon pegawai ketika Ibu Nuk marah?
Menyadari kalau itu kesalahan mereka, tidak ada dendam atau benci gimana gitu,
malah membuat mereka lebih berhati-hati dalam bekerja, mungkin lebih giat lagi
dalam bekerja, mereka malah termotivasi untuk lebih baik lagi dalam bekerja.
Kalau ibuk marah ada kebaikan dan itu memang hal yang wajar dan patut kalau dia
marah-marah, yang dimarahin juga tau.
Bagaimana bentuk Komunikasi Ibu Nuk?
Kalau dalam tugas itu jadi hari jum’at itu ada jadwal evaluasi yang pimpin rapat
Ibu Nuk, disitu ajang kita saling mengevaluasi antara pembiana asrama,
operasional, guru dan Ibu Nuk. Yang dibicarakan itu tentang perkembangan santri,
pokoknya semua masalah-masalah yang terjadi di SCB kita bahas sama-sama
disetiap hari jumat itu. Kalau ke tim beliau sangat ramah penuh kehangatan,
seakan-akan beliau itu seperti orang tua buat saya sendiri. Kadang ibu nuk duluan
yang ngucapin salam kepada bawahannya, kepada kita timnya. Kalau kita
berpapasan dengan Ibu Nuk selalu tersenyum, terkadang nyapa duluan, kadang kita
ketakutan kalau ada Ibu Nuk tapi belaiu itu dari jauh sudah senyum, nyapa duluan
kita, nanyakin kabar kita baru kalau mau nanyakin tentang program baru masuk
gitu jadi belaiu itu seperti ibu buat kita.
Kenapa Guru Firman menganggap Ibu Nuk seperti Ibu sendiri?
Beliau itu sangat perhatian ke semua timnya, misalnya kalau ada pengawai sakit
Ibu Nuk jadi orang pertama yang turun tangan untuk ngarahin kita ngajakin
jengukin. Pernah Ibu Nuk bilang, tolong sediain dana untuk guru pembina asrama
utuk uang vitamin untuk pembina asrama, karena mereka bekerja sampai malam,
butuh suplemen. Jadi ibu nuk itu sangat memperhatikan kita jadi tidak hanya
memperkerjakan ita tapi juga memperhatika kesehatan kita.
Bagaimana Tahapan Rekrutmen SDM di SCB?
Selama saya mendaftar pekerjaan mungkin untuk masuk SCB merupakan proses
yang sangat lama. Bukan hanya sebulan dua bulan tapi sangat lama. Pertama kita
seleksi berkas setelah sebulan baru ada pengmuman, selanjutnya ada wawancara
pertama yang diselenggarakan oleh tim SCB nunggu lagi satu bulan baru
pengumuman, kemudian ada tes wawancara kedua dari tim Baznas jadi tunggu lagi
sebulan lalu pengumuman, baru ada psikotes. Jadi Ibu Nuk bilang sengaja seperti
itu untuk melihat kesabaran calon pegawai, jadi sengaja membuat prosedur sangat
lama untuk melihat seberapa sabar kita menghadapi proses. Wawancara tahap
pertama, pewawancara dari pihak pendidikan Baznas yang diwawancarai masalah
pekerjaan yang kita lamar, kalau melamar menjadi pembina asrama diwaancarai
tentang keasramaan, kalau menjadi guru diwawancarai tentang keguruan. Kalau
yang ke 2 diwawancarai oleh tim pusat baznas tentang pengalaman bekerja, mau
gaji berapa, dengan kemampuan yang dimiliki mau digaji berapa jadi ditanya dari
awal. Kalau diberikan gaji sekian mau nggak bekerja disini.
Bagaimana rasanya bekerja di SCB dibawah kepemimpinan Ibu Nuk?
Sangat luar biasa bekerja di Baznas ini, sangat banyak ilmu yang bisa kita
dapatkan. Jadi, setiap bulan itu ibu nuk selalu membuat pelatihan-pelatihan, itu
untuk kami tim asrama maupun tim sekolah untuk menambah wawasan, jadi kita
bekerja itu tidak hanya bekerja namun menambah wawasan, juga menambah
pengetahuan. Setiap sebulan sekali ibu nuk itu membuat pelatihan-pelatihan.
Bedanaya dengan sekolah-sekolah lain dari sisi itu ya salah satunya. Bukan hanya
mengajar tetapai juga diharuskan untuk belajar dan terus belajar. Target pencapaian
SCB itu besar, luar biasa dan kita dituntut untuk bagamana kita untuk mencapai
targetan itu. Dan itu sangat membuat tertantang bagi kita untuk mencapai targetan
itu. Kalau masalah pelatihan semua karyawan atau pekerja itu wajib mengikuti
pelatihan baik itu peatihan display kelas, pelatihan guru anti korupsi, kemudian
PAIKEM, banyak deh. Selama saya disini baru 4 pelatihan yang saya dapatkan,
kebetulan 2 pelatihan yang tidak saya ikuti. Tetang bidikmisi dan pelatihan
komputer. Semua guru, pembina saram harus ikut semua. Pembicaranya dari luar
kita undang, tapi untuk tahun kedepannya Ibu Nuk sudah puya target lain, kita
sudah diharuskan untuk menjadi trainer, jadi untuk pelatihan-pelatihan selanjutnya
trainernya dari kita, guru, pembina asrama. Misalnya saya, pernah mengikuti
pelatihan 5 R, jadi nantinya kita harus membuat pelatihan 5 R.
Lampiran 2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Personal
Sri Nurhidayah
Perempuan, lahir di Bogor, 29 Agustus 1972
Islam, warganegara Indonesia
Menikah dengan Yanmarshus B, 2 anak
Jalan Raya Semplak, Gg PLN No. 14 RT 2 RW 10 Semplak, Bogor Barat,
Bogor
KTP no. 3271 0469 0872 0006
Telepon 0251 7537957, Ponsel 0812 1387 608
Email [email protected]
Twitter, Instagram @Bu_Nuk
Facebook Sri Nurhidayah
Pendidikan
1997 - 2000 Program Pasca Sarjana Jurusan Psikologi Pendidikan Universitas
Indonesia
1991 - 1995 Fakultas Hukum Universitas Indonesia
1988 – 1991 SMAN 1 Bogor
1985 – 1988 SMPN 6 Bogor
1979 – 1985 SD Angkasa 1 Bogor
Publikasi
Harian Republika
Ramon Magsaysay Award dan Zakat, Kolom opini Harian Republika, 9 Agustus
2016
Sekali Lagi LGBT, Kolom Opini Harian Republika, 3 Juni 2016
Sekolah Negeri untuk Anak Pejabat, Kolom Opini Harian Republika 2 Mei 2016
Anak Berbakat dan Peran Negara, Kolom Opini Harian Republika 23 Januari
2016
Melawan Prilaku Korup di Dunia Pendidikan, Kolom Opini Harian Republika 31
Desember 2015
Kurikulum HAM di Sekolah, Kolom Opini Harian Republika 10 Desember 2015
Kapok Jadi Guru!, Kolom Opini Harian Republika 21 November 2015
Media Online
Zakat Untuk Pendidikan; 12 Juni 2017
http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/06/11/ore4ni396-
zakat-untuk-pendidikan
Bangun Dari Pingsan Literasi; 26 Januari 2017
http://www.republika.co.id/berita/jurnalismewarga/
wacana/17/01/25/okc49e396-bangun-dari-pingsan-literasi
Kegiatan Membaca, Mungkinkah Membudaya?;6 Desember 2016
https://www.selasar.com/budaya/kegiatan-membaca-bisakah-membudaya
Catatan Jelang 212; Berapa Lama Kita Harus Menunggu; 1 Desember 2016
https://www.islampos.com/catatan-jelang-212-berapa-lama-kita-harusmenunggu-
320871/
Balada Guru Honorer (Refleksi Hari Guru Nasional); 25 November 2016
https://www.selasar.com/budaya/balada-guru-honorer-refleksi-hari-gurunasional
Tim Impian untuk KPAI; 15 November 2016
https://www.selasar.com/budaya/tim-impian-untuk-kpai
Maid Menu dan Rasulullah SAW; 6 November 2016
https://www.islampos.com/maid-menu-dan-rasulullah-saw-316014/
Ada Apa Dengan Dunia Riset Kita?; 24 September 2016
https://www.islampos.com/ada-apa-dengan-dunia-riset-kita-2-306707/
Virus Zika dan Travel Warning ala Rasulullah SAW; 5 September 2016
https://www.islampos.com/virus-zika-dan-travel-warning-ala-rasulullah-saw-
302326/
Dipecatnya 2 Guru Inspiratif Kami; 3 Agustus 2016
https://www.islampos.com/dipecatnya-2-guru-inspiratif-kami-294012
Kamis Ini Tak Ada Lagi Menteri Anies; Islam Pos, 28 Juli 2016
https://www.islampos.com/kamis-ini-tak-ada-lagi-menteri-anies-292657/
Husni Kamil dan Usia 40; Islam Pos 12 Juli 2016
https://www.islampos.com/husni-kamil-dan-usia-40-288242/
Berpulangnya Prof. K.H. Ali Mustafa Ya'qub; Islam Pos, 28 April 2016
https://www.islampos.com/berpulangnya-pak-kiai-ali-yaqub-273039
Seandainya Menterinya Jokowi Mau urusi Televisi, Republika.co.id ; 1 April 2015
http://www.republika.co.id/indeks/hot_topic/sri_nurhidayah
Institusi Tempat Berkarya
Oktober 2016 – Sekarang
Membantu Baznas menginisiasi Sekolah Cendekia Baznas.
Agustus 2011 – Agustus 2016 \General Manager Divisi Pendidikan Dompet
Dhuafa (DD) Tugas utama: Memastikan program-program pendidikan Dompet
Dhuafa
Filantropi tertunaikan. Program-program itu adalah grantmaking dengan
beberapa institusi pendidikan, utamanya pada Yayasan Pendidikan Dompet
Dhuafa.
2005 – 2011
Direktur Lembaga Pengembangan Insani (LPI) Dompet Dhuafa. LPI adalah cikal
bakal Yayasan Pendidikan DD. LPI-DD memiliki 3 program utama yaitu SMART
Ekselensia, Makmal Pendidikan (termasuk SGI), dan Beastudi Etos.
2004 – 2005
Trainer Makmal Pendidikan untuk para guru di bidang pendidikan. Program
Sekolah Pendampingan SMAN 1 Lhoong Aceh sebagai cikal bakal program
sekolah pendampingan dan SMAN 1 Mansamat Kepulauan Banggai.
2000 – 2003
Wakil Direktur Kurikulum SMA Dwiwarna. Program pertukaran siswa AFS mulai
diinisiasi. Mengikuti pelatihan IB (The International Baccalaureate) School di
Chiang Mai Thailand.
1998 – 2000
Guru SMA Dwiwarna Bogor. Kurikulum khas PPKn menulis bersama siswa di
media cetak tentang mengkritisi Ensiklopedia Indonesia (Republika),
perbedaan media TV saat Ramadhan dan Non Ramadhan (tabloid)
1996 – 1999
Guru SMU Madania Bogor
Lain-lain
Terampil menggunakan komputer dengan sistem operasi berbasis Open souce
(Ubuntu, LinuxMint, Slackware, dan Debian) Trainer kekhususan untuk pelatihan
nilai-nilai (training values).
Bogor, Juli 2017
Lampiran 3
No Tanggal Judul Tulisan Alamat Tulisan
1 1 April 2015
Seandainya Menterinya
Jokowi Mau urusi
Televisi, Republika.co.id
Republika.co.id:
http://www.republika.co.id/i
ndeks/hot_topic/sri_nurhiday
ah
2 28 April
2016
Berpulangnya Prof. K.H.
Ali Mustafa Ya'qub
Islam Pos:
https://www.islampos.com/b
erpulangnya-pak-kiai-ali-
yaqub-273039
3 12 Juli 2016 Husni Kamil dan Usia 40 Islam Pos:
https://www.islampos.com/h
usni-kamil-dan-usia-40-
288242/
4 28 Juli 2016 Kamis Ini Tak Ada Lagi
Menteri Anies
Islam Pos:
https://www.islampos.com/k
amis-ini-tak-ada-lagi-
menteri-anies-292657/
5 3 Agustus
2016
Dipecatnya 2 Guru
Inspiratif Kami
https://www.islampos.com/di
pecatnya-2-guru-inspiratif-
kami-294012
6 5
September
2016
Virus Zika dan Travel
Warning ala Rasulullah
SAW
https://www.islampos.com/vi
rus-zika-dan-travel-warning-
ala-rasulullah-saw-302326/
7 24
September
2016
Ada Apa Dengan Dunia
Riset Kita?
https://www.islampos.com/a
da-apa-dengan-dunia-riset-
kita-2-306707/
8 6 November
2016
Maid Menu dan
Rasulullah SAW
https://www.islampos.com/m
aid-menu-dan-rasulullah-
saw-316014/
9 15
November
2016
Tim Impian untuk KPAI; https://www.selasar.com/bud
aya/tim-impian-untuk-kpai
10 25
November
2016
Balada Guru Honorer
(Refleksi Hari Guru
Nasional)
https://www.selasar.com/bud
aya/balada-guru-honorer-
refleksi-harigurunasional
11 1 Desember
2016
Catatan Jelang 212;
Berapa Lama Kita Harus
Menunggu
https://www.islampos.com/c
atatan-jelang-212-berapa-
lama-kita-harusmenunggu-
320871/
12 6 Desember
2016
Kegiatan Membaca,
Mungkinkah Membudaya?
https://www.selasar.com/bud
aya/kegiatan-membaca-
bisakah-membudaya
13 26 Januari
2017
Bangun Dari Pingsan
Literasi
http://www.republika.co.id/b
erita/jurnalismewarga/wacan
a/17/01/25/okc49e396-
bangun-dari-pingsan-literasi
14 12 Juni
2017
Zakat Untuk Pendidikan http://www.republika.co.id/b
erita/jurnalismewarga/wacan
a/17/06/11/ore4ni396-zakat-
untuk-pendidikan
15 21
November
2015
Kapok Jadi Guru! Kolom Opini Harian
Republika
16 10
Desember
2015
Kurikulum HAM di
Sekolah
Kolom Opini Harian
Republika
17 31
Desember
2015
Melawan Prilaku Korup di
Dunia Pendidikan
Kolom Opini Harian
Republika
31
Desember
2015
Melawan Prilaku Korup di
Dunia Pendidikan
Kolom Opini Harian
Republika
18 23 Januari
2016
Anak Berbakat dan Peran
Negara
Kolom Opini Harian
Republika
19 2 Mei 2016
Sekolah Negeri untuk
Anak Pejabat
Kolom Opini Harian
Republika
20 3 Juni 2016 Sekali Lagi LGBT Kolom Opini Harian
Republika
21 9 Agustus
2016
Ramon Magsaysay Award
dan Zakat
Kolom opini Harian
Republika