kepemimpinan wanita: gaya kepemimpinan dan proses...

140
KEPEMIMPINAN WANITA: GAYA KEPEMIMPINAN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMIMPIN WANITA (STUDI KASUS: SMP CENDEKIA BAZNAS) Tesis Disusun Oleh : AYU SUKMAYANI NIM: 21160181000016 MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1439 H

Upload: others

Post on 12-Sep-2019

35 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

KEPEMIMPINAN WANITA: GAYA KEPEMIMPINAN DAN

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMIMPIN WANITA

(STUDI KASUS: SMP CENDEKIA BAZNAS)

Tesis

Disusun Oleh :

AYU SUKMAYANI

NIM: 21160181000016

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

i

ABSTRAK

KEPEMIMPINAN WANITA: GAYA KEPEMIMPINAN DAN PROSES

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMIMPIN WANITA (STUDI KASUS:

SMP CENDEKIA BAZNAS)

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis gaya kepemimpinan dan

proses pengambilan keputusan pemimpin wanita. Objek dalam penelitian ini adalah

Ibu Sri Nurhidayah selaku kepala SMP Cendekia Baznas. Metode penelitian yang

digunakan adalah studi kasus di SMP Cendekia Baznas. Hasil analisis temuan

peneliti berdasarkan teori karakter, Ibu Sri Nurhidayah memiliki karakter

pemimpin yakni cerdas, komunikatif, memiliki sifat maskulin, berani dan visioner.

Dari segi teori perilaku, Ibu Sri Nurhidayah memiliki gaya kepemimpinan yang

berorientasi hubungan. Perilaku tersebut ditunjukkan oleh pemberian kesempatan

anggota organisasi untuk mengembangkan diri, memberikan kepercayaan pada tiap

divisi untuk membuat program sendiri, dan menjalin hubungan baik dengan semua

anggota organisasi melalui program-program yang dirancang seperti orientasi

pegawai baru, menyelenggarakan pertemuan tiap bulan, dan berbagai agenda luar

yang merekatkan hubungan antar anggota organisasi dan pemimpin. Sedangkan

dari karakter, perilaku dan strategi kepemimpinan, Ibu Sri Nurhidayah tergolong

memiliki gaya kepemimpinan Transformasional. Ciri khas kepemimpinan Ibu Sri

Nurhidayah adalah fokus pada pengembangan Sumber Daya Manusia dan Ibu Sri

Nurhidayah memiliki mentor yang membimbing dan mengarahkan

kepemimpinannya. Dalam proses pengambilan keputusan, Ibu Sri Nurhidayah

melakukan 5 tahapan yakni: komunikasi dengan pihak yang bermasalah

(bersangkutan), mengumpulkan informasi dari penanggungjawabnya,

mengumpulkan informasi dari beragam sumber, melakukan kolaborasi dengan

penanggungjawab bagian dan membuat keputusan. Hambatan yang dialamai Ibu

Nuk selama mengemban amanah sebagai pemimpin di SMP Cendekia Baznas

antara lain: penyatuan pemahaman dalam penggunaan dana zakat, munculnya rasa

kurang adil di kalangan guru dan pembina asrama terkait tugas dan tanggung jawab

dan pembagian beban tugas yang belum merata. Sedangkan Faktor pendukung Ibu

Nuk dalam menghadapi hambatan selama Ibu Nuk menjadi pemimpin di SMP

Cendekia basnaz adalah: Berbagi dengan suami, lingkungan rumah berada satu

lingkkungan dengan keluarga, berbagi pengauhan anak serta memiliki mentor.

Kata Kunci: Pemimpin wanita, Gaya Kepemimpinan dan Proses Pengambilan

Keputusan.

ii

ABSTRACT

WOMEN LEADERSHIP: WOMEN’S LEADERSHIP STYLE AND

DECISION MAKING PROCESS (CASE STUDY: SMP CENDEKIA

BAZNAS).

The Purpose of this study was to analyze the leadership style and decision-making

process of women leaders. The Object of this research is Mrs. Sri Nur Hidayah as

head of SMP Cendekia Baznas. The research method used is case study at SMP

Cendekia Baznas. The results of the analysis ofresearch findings based on character

theory, Mrs. Sri Nurhidayah has a leader character that is intellegent,

communicative, has masculine, brave, and visionary. In term of behavioral theory,

Mrs. Sri Nurhidayah has a relationship-oriented leadership style. This behavior is

demonstrated by giving an opportunity for members of the organization to develop

themselves, trusting each division to design its own programm, and establishing

good relationship with all members of the organization through designed programs

such as new employee orientation, holding monthly meetings, and external agendas

which attaches relationship between members of the organization and leader.

While, from character, behavior, and leadership strategy, Mrs. Nur Hidayati is

classified as having transformational leadership style. The characteristic of Mrs.

Nur Hidayati’s leadership is the focus on human resource development and she has

a mentor who guides and directs her leadership. In the decition-making process,

Mrs. Nur Hidayati performs 5 stages: 1) communication with the problem or

related party, 2) collect the information of the responsible person, 3) delivers

information from various sources, 4) conduct the collaboration with the person

responsible for the part and 5) makes the desition. The obstacles faced by Mrs. Sri

Nurhidayah during the mandate as leader in SMP Cendekia Baznas among others:

unification of understanding in the use of zakat funds, the emergence of a sense of

unjust among teachers and coaches dormitory related tasks and responsibilities and

the division of the burden of the task that is not evenly distributed. While the

factors supporting Mrs. Sri Nurhidayah in facing obstacles during Mrs. Sri

Nurhidayah become leader in SMP Cendekia Basnaz is: Share with husband, home

environment is a part with family, sharing of child care and have mentor.

Keywords: Women Leader, Leadership Style, and Desition-Making Process.

iii

الولخص

الورأة: أسلوة القبدة وعولة اتخبر القرارات لسبء القبدات )دراسة حبلة: سوت سذكب ثبزبس(قبدة

كب انغشع ي ز انذساسخ رسهم أسهة انقبدح ػهخ طغ انقشاس ي انقبداد انسبئخ. انذف ي

انجسش انسزخذيخ دساسخ زا انجسش إج سش سذاب سئسب ل ست سذكب ثبصبط. طشقخ

زبنخ ف ست سذكب ثبصبط. زبئح رسهم زبئح انجسش ػه أسبط ظشخ انشخظخ، إج سش سذاب

نذ شخظخ سائذح زا رك انزاطم، نذ انزكش، شدبع انجظشح. ي زش انظشخ انسهكخ، إج

خخ س انؼالقبد. زده زا انسهك ي خالل إػطبء انفشص سش سذاب نذ أسهة انقبدح ان

ألػضبء انظخ نزطش أفسى، إػطبء انثقخ نكم شؼجخ إلشبء ثشايدب انخبطخ، إقبيخ ػالقبد خذح يغ

خغ أػضبء انظخ ي خالل ثشايح يظخ يثم انزخ اندذذ نهظف ػقذ اخزبػبد كم شش،

انخبسخخ انز رشثظ انؼالقبد ث أػضبء انظخ انقبدح. ف انقذ فس، ي انطبثغ خذال األػبل

انسهك اسزشاردخ انقبدح، ظف إج سش سذاب ػه أب نذب أسهة انقبدح انزسهخ. انسخ

ج سش سذاب نذ انخبطخ نهقبدح إج سش سذاب انزشكض ػه رخ اناسد انجششخ إ

( 1يشازم: 5انششذ انز رخ رخ قبدرى. ف ػهخ طغ انقشاس، إج سش سذاب ردش

( خغ انؼهيبد ي يظبدس 3( ثدغ انؼهيبد ي انشخض انسؤل، 2انزاطم يغ انسضة إشكبنخ،

، انؼقجبد انز اخزب إج ك خالل الخ ( دؼم انقشاس 5( زؼب يغ انشخض انسؤل 4يخزهفخ،

كضػى ف ست سذكب ثبصبط ي ث أيس أخش: رزذ انزفبى ف اسزخذاو أيال انضكبح، ظس

شؼس انظبنى ث انؼه انذسث اندغ انبو انسؤنبد راد انظهخ رقسى ػتء انخ انز نسذ

أ انؼايم انز رذػى األو ك ف ياخخ انؼقجبد خالل األو ك رظجر سائذح يصػخ ثبنزسب. ف ز

ف ست سذكب ثسبص : زظخ يغ انضج، انجئخ انضنخ خضء يغ األسشح، رقبسى سػبخ انطفم

ك يؼه

الكلوبت الرئسة: القبئذ السبئ، أسلوة القبدة وعولة صع القرار.

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan tesis ini

berpedoman pada surat Keputusan Bersama Departemen Agama dan Menteri

Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia tertanggal 22 Januari 1988

Nomor : 158/98 Dan 0593b/1987.

Di bawah ini disajikan daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf

latin.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

Alif Tidak dilambangkan Tidak Dilambangkan ا

Ba’ B Be ة

Ta’ T Te د

Sa’ £ Es (dengan titik di atas) س

Jim J Je ج

H ¥ Ha (dengan titik di bawah) ذ

Kha Kh Ka dan ha ش

Dal D De د

Zal © Ze (dengan titik di atas) ر

Ra R Er س

Zai Z Zet ص

Sin S Es ط

Syin Sy Es dan ye ش

Sad ¡ Es (dengan titik di bawah) ص

Dad « De (dengan titik di bawah) ع

Ta' ¯ Te (dengan titik di bawah) ط

Za’ § Zet (dengan titik di bawah) ظ

Ain _’ Koma terbalik di atas’ ع

Gain G Ge ؽ

Fa’ F Ef ف

Qaf Q Qi ق

Kaf K Ka ك

Lam L ’el ل

Mim M ’em و

Nun N ’en

Waw W W

Ha’ H Ha

Hamzah _’ Apostrof ء

Ya’ Y Ye

v

II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap

ditulis Taqalluba تقلت

ditulis Hajjâj حجبج

III. Ta’ Marbûtah Di Akhir Kata

i. Bila dimatikan tulis h

ditulis Fidyah فذة

ditulis Faidah فبئذة

Ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam

bahasa Indonesia seperti zakat, ¡alat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal

aslinya

ii. Bila diikuti dengan kata sandang ”al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka

ditulis dengan h.

’ditulis Hikmah al-auliya حكوة األولبء

iii. Bila ta’ marbûtah hidup atau dengan harakat fathah, kasrah, dan dammah ditulis

t

ditulis ¢alat i’d صالة العذ

IV. Vokal Pendek

----------------------- Fathah ditulis A

----------------------- Kasrah ditulis I

----------------------- Dammah ditulis U

IV. Vokal Panjang

1 Fathah + alif

ثخبري

ditulis

ditulis

Â

Bukhârî

2 Fathah + ya’ mati

هستصفى

ditulis

ditulis

Â

Muta¡fâ

3 Kasrah + ya’ mati

حوذ

ditulis

ditulis

Î

Hamîd

4 Dammah + wawu mati

ثلوغ

ditulis

ditulis

Û

Bulûgh

V. Vokal Rangkap

1 Fathah + ya’ mati

ولكن

ditulis

ditulis

Ai

Wailakum

2 Fathah + wawu mati ditulis Au

vi

ditulis Naum وم

VI. Vokal Pendek Yang Berurutan Dalam Satu Kata Dipisahkan

ditulis a’antum أأتن

ditulis u’iddat أعذت

ditulis la’in syakartum لئي شكرتن

VII. Kata Sandang Alif + Lam

i. Bila Diikuti Huruf Qamariah

ditulis Alquran القرآى

ditulis Al-qiyas القبس

ii. Bila Diikuti Huruf Syamsiyah ditulis dengan menggunakan Huruf Syamsiyah

yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf / (el) nya.

ditulis As-Sama السوبء

ditulis Asy-Syams الشوس

vii

KATA PENGANTAR

ٱلل ثسى ٱنشزى ٱنشز

Segala puji kepada Allah yang telah memberikan kemampuan kepada

penulis untuk dapat menyelesaikan tesis ini dalam rentang waktu yang telah

ditentukan. Kemudian shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar

Muhammad SAW. yang telah membawa Islam dengan melakukan perubahan dan

pencerahan kepada umat manusia.

Dalam rangka menyelesaikan studi pada strata dua ini penulis telah

berupaya untuk mengangkat karya ilmiah berupa tesis dengan judul

“Kepemimpinan Wanita: Gaya Kepemimpinan dan Proses Pengambilan

Keputusan Pemimpin Wanita (Studi Kasus: SMP Cendekia Baznas).”

Penyelesaian tesis ini merupakan prasyarat untuk menyelesaikan studi pada

Program Magister Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam

kesempatan ini dengan rasa hormat yang tulus, penulis tidak lupa untuk

mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Ibunda dan Ayahanda tercinta (Johaeriyah dan Dimiati Nawawi) yang telah

menjadi inspirasi, pembangkit semangat dan motivasi kepada penulis agar

kiranya selesai dari perkuliahan dengan sukses.

2. Saudara Kandung tersayang yang selalu setia mendampingi dan memberikan

semangat hidup bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini, kakanda

Sulitiawati, Endang Sri Hartatik dan adikku tercinta Riswanda Imawan yang

selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

3. Bapak Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.

beserta jajarannya.

4. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A beserta jajarannya.

5. Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Islam, Dr. Jejen Musfah, MA

beserta jajarannya, yang telah memberikan pelayanan akademik dengan

memuaskan.

6. Pembimbing, Dr. Zahrudin, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan, arahan,

wawasan dan nasehat dengan penuh kesabaran, ketekunan serta keihlasan.

7. Ibu Sri Nurhidayah, Sh., M.Si. selaku kepala sekolah SMP Cendekia Baznas

beserta jajarannya yang selalu mendukung kegiatan penelitian penulis.

8. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika pada program magister Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prodi Manajemen Pendidikan Islam Unversitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Keluarga besar Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa University, Guru

Agung, Guru Ahmad, Guru Ami, Guru Cici, Guru Asep, Guru Imu dan seluruh

guru SGI Angkatan 21.

viii

10. Rekan-rekan mahasiswa, para dosen, yang senantiasa mendorong saya untuk

menyelesaikan penulisan tesis ini dan seluruh pihak yang tidak saya tuliskan,

yang turut membantu dalam penyelesaian penulisaan tesis ini.

Akhir kalam kepada Allah jualah memohon ampun dan berserah diri,

semoga ilmu yang penulis dapatkan menjadi sumbangan untuk mengakkan ajaran-

Nya dan mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 2019

Penulis

Ayu Sukmayani

21160181000016

ix

DAFTAR ISI Halaman Judul

Lembar Pengesahan

Pernyataan Karya Sendiri

Abstrak .................................................................................. i

Pedoman Transliterasi ......................................................................... iv

Kata pengantar .................................................................................. vii

Daftar Isi .................................................................................. ix

Daftar Tabel .................................................................................. xi

Daftar Gambar .................................................................................. xi

Daftar Lampiran .................................................................................. xi

BAB I: PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar belakang masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah, Batasan Masalah dan Rumusan Masalah 4

C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian ............................................ 5

BAB II: KERANGKA TEORI ............................................................ 7

A. Kepemimpinan ............................................................................ 7

1. Pengertian Kepemimpinan ................................................... 7

2. Teori-teori Kepemimpinan ................................................... 8

3. Gaya Kepemimpinan ............................................................ 20

4. Macam-macam Gaya Kepemimpinan .................................. 21

B. Wanita dan Peranannya .............................................................. 26

1. Kedudukan wanita dalamAl-Qur’an .................................... 26

2. Peran Wanita ......................................................................... 29

C. Kepemimpinan Wanita .............................................................. 30

D. Proses Pengambilan Keputusan ................................................. 32

1. Pengertian Pengambilan Keputusan ..................................... 32

2. Proses pengambilan Keputusan ........................................... 34

3. Faktor-faktor Pengambilan Keputusan ................................ 36

4. Model Pengambilan Keputusan ........................................... 37

E. Penelitian yang Relevan ............................................................. 38

F. Kerangka Konseptual ................................................................. 40

BAB III: METODELOGI PENELITIAN ......................................... 41

A. Metode Penelitian ...................................................................... 41

B. Objek dan Subjek Penelitian ...................................................... 41

C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 41

D. Teknik Analisis Data ................................................................... 45

E. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................... 46

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 48

A. Hasil Temuan ............................................................................. 48

1. Profil Ibu Sri Nurhidayah ..................................................... 48

2. Deskripsi Singkat SMP Cendekia Baznas ........................... 51

B. Temuan dan Pembahasan ........................................................... 52

x

1. Gaya Kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah ............................ 52

a. Karakter Ibu Sri Nurhidayah .......................................... 52

b. Gaya kepemimpinan Berdasarkan Teori Sifat (Trait)..... 63

c. Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Teori Perilaku ......... 68

d. Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Karakteristik ........... 70

2. Proses Pengambilan Keputusan ........................................... 86

3. Hambatan dalam kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah ......... 92

4. Upaya Pendukung Kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah ....... 93

5. Dampak Kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah ....................... 94

6. Diskusi Hasil Penelitian ....................................................... 99

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 100

A. Kesimpulan ................................................................................ 100

B. Saran ................................................................................. 101

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

DAFAR TABEL

Nama Tabel Halaman

Tabel 1. Kajian tentang Sifat dan Karakter Kepemimpinan` 11

Tabel 2. Sifat kepemimpinan Utama 11

Tabel 2. Sifat kepemimpinan Utama 14

Tabel 3. Contoh perilaku yang Berorientasi Tugas dan Hubungan 16

Tabel 4. Model Kontingensi 19

Tabel 5. Pedoman wawancara 40

Tabel 6. Daftar Tulisan Ibu Sri Nurhidayati di Media 47

DAFTAR GAMBAR

Nama Gambar Halaman

Gambar 1. Teori Perilaku Studi Ohio ` 18

Gambar 2. Gaya kepemimpinan Situasional 20

Gambar 3. Keefektifan kepemimpinan menurut Peter G. Notherhouse 24

Gambar 4: Arus Keputusan 32

Gambar 5. Proses pengambilan keputusan 34

Gambar 6. Proses Pengambilan Keputusan Ibu Nuk 88

DAFTAR LAMPIRAN

Nama Lampiran

Lampiran 1. Hasil Wawancara

Lampiran 2. CV Ibu Sri Nurhidayah, S.H., M.Si.

Lampiran 3. Dokumentasi

Lampiran 4: Artikel

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemimpin merupakan faktor penentu dalam kesuksesan atau gagalnya suatu

organisasi dan usaha, baik di dunia bisnis maupun di dunia pendidikan, kesehatan,

perusahaan, religi, sosial, politik, pemerintahan negara, dan lain-lain. (Umiarso,

2012: 33). Sebab, kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu

membawa organisasi sesuai dengan asas-asas manajemen modern, sekaligus

bersedia memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan dan

masyarakat luas.

Kepemimpinan merupakan hal yang berkaitan dengan proses yang disengaja

dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain guna

membimbing, membuat struktur, serta memfasilitasi aktivitas dan hubungan di

dalam grup atau organisasi. Banyak ilmuan dan praktisi tentang ilmu perilaku

percaya bahwa kepemimpinan adalah fenomena nyata yang penting untuk

keefektifan organisasi. (Yukl, 2017: 3-4). Sejalan dengan hal tersebut,

Wahjosumidjo (dalam Baharudin dan Umiarso, 2012: 33 ) mengungkapkan bahwa

kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan sehingga

kemampuan pemimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi.

Karena begitu pentingnya peran pemimpin dalam sebuah organisasi, maka

diperlukan pemimpin yang benar-benar memiliki kapasitas dan kapabilitaslah yang

pantas untuk menjadi seorang pemimpin. Telah diasumsikan sejak lama bahwa

pemimpin yang efektif harus percaya diri, berorientasi tugas, kompetitif, objektif,

tegas dan asertif yang biasanya dipandang sebagai karakteristik maskulin. (Yukl:

2017: 504). Keyakinan yang bias mengenai keterampilan dan perilaku yang

diperlukan untuk kepemimpinan yang efektif adalah satu alasan diskriminasi

berdasarkan jenis kelamin.

Diskriminasi berbasis jenis kelamin dalam pemilihan kepemimpinan juga

merefleksikan pengaruh dari stereotip populer dan harapan peran laki-laki dan

perempuan. Untuk waktu yang lama, perempuan dipandang sebagai orang yang

tidak mampu dan tidak bersedia menggunakan perilaku maskulin yang dianggap

penting untuk kepemimpinan efektif. Beberapa penelitian mendapati bahwa bahkan

ketika pemimpin perempuan menggunakan perilaku maskulin, pemimpin

perempuan dievaluasi dengan hasil yang kurang menguntungkan daripada ketika

laki-laki menggunakan hal itu. (Yukl, 2017: 504)

Dalam peran kepemimpinan, stereotip gender terutama merugikan bagi

perempuan karena kecenderungan sebagai pengontrol (lawan dari komunal)

2

seringkali penting. Menurut teori keselarasan, karakter pengontrol yang dianggap

perlu dalam peran kepemimpinan tidak sesui dengan dominasi karakter komunal

yang secara stereotip dikaitkan dengan perempuan menghasilkan prasangka

terhadap pemimpin perempuan. (Northouse, 2013: 338)

Kontruksi sosial tentang gender menjadikan wanita lebih memilih pekerjaan

yang sifatnya melayani dan yang masih bersifat dengan peran domestiknya di

rumah tangga. Dengan demikian, lapangan kerja juga mengalami segregasi atau

pemilihan antara tugas laki-laki dan wanita. (Pusat studi wanita, 2003: 66) Peran

yang umum dipilih oleh wanitapun menjadi guru, perawat, pekerja sosial, buruh

sederhana, sekretaris dan lain sebagainya. Masyarakat juga lebih memandang laki-

laki mampu menjadi insinyur, dokter, astronot dan lain-lain.

Peran gender (gender role) sebagai ketentuan sosial, yang oleh masyarakat

diyakini sebagai sebuah kodrat menyebabkan ketimpangan sosial yang bersumber

dari perbedaan peran gender dan ini sangat merugikan posisi wanita dalam

berbagai komunitas. Adanya ketidakadilan gender ini menurut Mansour Faqih

(1997) disebabkan oleh perilaku dan perlakuan sosial yakni marginalisasi wanita,

penempatan wanita pada subordinasi, stereotip terhadap wanita, kekerasan terhadap

wanita dan beban kerja tidak proporsional.

Bias gender bisa sangat membahayakan dalam proses pengambilan keputusan

untuk memilih pemimpin elit. Hal ini dikarenakan keputusan tersebut umumnya

tidak terstruktur sehingga keputusan menjadi bias tanpa akuntabilitas (Northouse,

2013: 339). Selain itu, pandangan yang tidak adil terhadap wanita juga

menyebabkan penempatan wanita dalam peran-peran yang dianggap kurang

penting atau subordinat. Pendidikan bagi wanita mendapatkan prioritas yang lebih

rendah dari apa yang didapatkan oleh laki-laki. Demikian juga tempat-tempat kerja

tertutup bagi wanita. Perbedaan gender melahirkan peran geder yang sesungguhnya

tidak menjadikan masalah jika tidak terjadi ketimpangan yang berakhir pada

ketidakadilan gender.

Kesetaraan gender adalah sejauh mana pria dan wanita menerima perlakuan

yang sama, dan kedua karakter maskulin dan feminin dianggap penting dan

diinginkan. Nilai budaya tentang kesetaraan gender memiliki dampak bagi seleksi

dan evaluasi pemimpin dan jenis perilaku kepemimpinan yang dianggap diinginkan

dan diterima secara sosial. Dalam budaya dengan nilai ”maskulin” yang kuat

dengan ketegaran dan ketegasan, karakter “feminin” seperti kebaikan hati, empati,

dan intuisi tidak dianggap penting bagi kepemimpinan yang efektif. Pemimpin

lebih mungkin menggunakan bentuk pengaruh hubungan antar pribadi yang

langsung dan konfrontatif daripada bentuk pengaruh yang tidak langsung dan tidak

terlihat. Pemimpin yang tindakannya menampakkan kerendahan hati, kebaikan

hati, dan koniliasi yang lebih mungkin dilihat sebagai pemimpin yang lemah dan

tidak efektif dalam budaya “maskulin”. (Yukl, 2017: 499)

3

Kedudukan wanita untuk menjadi seorang pemimpin banyak diperdebatkan.

Ayat al-Qur‟an dan Hadits Rasulullah banyak menjelaskan tentang kedudukan

wanita. Walaupun pada kenyataannya terjadi banyak penafsiran yang berbeda.

Sebuah hadits dengan jelas menyebutkan bahwa “suatu bangsa yang menyerahkan

urusan pemerintahannya kepada wanita, tidak akan mencapai kesejahteraan.”

Hadits ini memunculkan persepsi bahwa wanita memang ditakdirkan tidak untuk

menjadi seorang pemimpin. Namun, menurut analisis Al-Ghazali hadits ini

memang shahih tetapi jika dilihat dari asbabul urud maka akan terlihat bahwa

hadits ini muncul sebagai komentar arif Rasulullah terkait seorang pemimpin

wanita yakni Putri Kisra yang tidak memiliki kapasitas dan kapabilitas memadai

untuk menjadi ratu. Sedangkan, Al-Qur‟an sendiri memuji kepemimpinan Ratu

Balqis penguasa negeri Saba‟ yang memiliki kemampuan dan kepribadian seorang

ratu. (pusat studi wanita, 2003: 214-216) Jadi, jelas sekali bahwa Al-Qur‟an tidak

melarang tampilnya seorang wanita untuk menjadi seorang pemimpin dengan

ketentuan pemimpin tersebut memililki kemampuan, kapasitas dan kapabilitas

untuk menjadi seorang pemimpin. Kapabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan

mengeksploitasi secara baik sumber daya yang dimiliki dalam diri maupun di

dalam organisasi, serta potensi diri untuk menjalankan aktivitas tertentu ataupun

serangkaian aktivitas. Sedangkan kemampuan merupakan sebuah kapasitas yang

dimiliki oleh tap-tiap individu untuk melakasanakan tugasnya dan kapasitas berarti

kemampuan untuk menerima atau menyerap maksimal dari sejumlah yang bisa

ditampung. Oleh karena itu, seorang pemimpin tidak hanya dituntut untuk memiliki

keinginan tetapi juga kemampuan dari segi potensi diri yang dapat dikembangkan

untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab secara maksimal dan mengupayakan

usaha terbaiknya demi kemajuan lembaga atau organisasi yang dipimpin.

Saat ini dijumpai banyak wanita yang menduduki posisi sebagai seorang

pemimpin. Contohnya pemimpin perempuan yang kepemimpinannya berhasil dan

efektif yakni mantan perdana menteri perempuan seperti Benazir Butto (Pakistan),

Margaret Thetcher (Inggris), Gro Marlem Brundtland (Norwegia), dan Indira

Gandhi (India). (Peter G. Northouse, 20013: 330). Tak hanya di luar negeri,

Indonesiapun pernah dipimpin oleh seorang presiden wanita yakni Megawati

Soekarno Putri, di tingkat yang lebih rendah seperti waikota juga tak luput dari

pemimpin wanita seperti Tri Rismaharini walikota Surabaya. Ketika banyak wanita

yang berperan sebagai pemimpin banyak muncul pertanyaan seperti apakah wanita

memimpin dengan gaya yang berbeda dibandingkan dengan laki-laki dan apakah

perempuan atau laki-laki lebih efektif sebagai pemimpin, banyak mendapatkan

perhatian.

Karena perdebatan terkait gender dan kepemimpinan bermunculan, banyak

peneliti yang coba melihat perbedaan gaya kepemimpinan laiki-laki dan wanita.

Ada yang menegaskan bahwa ada perbedaan gender dalam gaya kepemimpinan,

dan bahwa kepemimpinan perempuan lebih efektif dalam mesyarakat kontemporer.

Penelitian awal menganalisis perbedaan gaya antara wanita dan laki-laki yang

4

dibandingkan baik dengan gaya yang berorientasi tugas dan berorientasi hubungan

atau demokratis dan otokratis bahkan saat ini penelitiaan terbaru membahas tentang

perbedaan gender dalam kepemimpinan transformasional.

Berdasarkan beragam kontroversi, perdebatan, dan beragam pertanyaan yang

muncul di masyarakat terkait kepemimpinan wanita. Maka peneliti dalam hal ini

tertarik untuk meneliti terkait kepemimpinan wanita khususnya gaya

kepemimpinan dan cara pengambilan keputusan pemimpin wanita. Dalam

penelitian ini, peneliti akan meneliti Ibu Sri Nurhidayah seorang pemimpin wanita

yang kini tengah menjabat sebagai kepala sekolah di SMP Cendekia Baznas.

Sekolah ini merupakan sekolah yang didirikan oleh Badan Zakat Nasional (Baznas)

untuk mewadahi anak-anak tidak mampu agar mendapatkan pendidikan yang

layak. Sri Nurhidayah merupakan sosok pemimpin yang tegas dimata pengikutnya.

Ini adalah tahun pertama Ibu Nuk menjabat sebagai kepala sekolah di SMP

Cendekia Baznas setelah sebelumnya menjadabat sebagai General Manager Divisi

Pendidikan Dompet Dhuafa (DD). Di tahun pertamanya menjabat sebagai kepala

sekolah, Ibu Nuk berhasil mengantarkan siswanya menjadi peraih medali emas

pada ajang Silat tingkat Nasional yang diselenggarakan di Jogjakarta pada bulan

November lalu. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru SMP

Cendekia Baznas (Wawancara, Sauni 2017), Ustadzah Sauni menyatakan bahwa

sosok Sri Nurhidayah adalah sosok yang sangat menginspirasi dengan

kepemimpinannya yang sukses.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat disekitar SMP Cendekia

Baznas sekaligus mantan helper di SMP Cendekia Baznas menjelaskan bahwa

sebelumnya SMP Cendekia Baznas dengan nama yayasan sekolah anak yatim tidak

memiliki sistem yang baik. Hal ini dikeluhkan oleh masyarakat karena para siswa-

siswi tidak mendapatkan pengontrolan yang baik. Tidak ada sistem yang mengatur

organisasi diluar aktivitas sekolah, sehingga siswa-siswi berkeliaran tanpa

pengontrolan. Selain itu, karakter mandiri tidak tertanam dengan kuat hal ini

dijelaskan oleh helper bahwa siswa-siswi tergolong manja dengan diberikannya

fasilitas helper yang membantu siswa-siswi dalam memenuhi kebutuhan sehari-

harinya. Sebagai sekolah dengan sistem boarding school, karakter mandiri

seharusnya menjadi karakter utama yang harus dimiliki siswa dan siswi.

Berdasarkan hasil penelitian awal ini, peneliti ingin meneliti kepemimpinan Ibu

nuk dalam menangani permasalahan di SMP Cendekia Baznas dengan difokuskan

pada gaya kepemimpinan dan cara Ibu Sri Nurhidayah, M.Si. dalam mengambil

keputusan.

B. Identifikasi masalah, Batasan masalah dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Belum ada sistem yang baik di SMP Cendekia Baznas di kepemimpinan

sebelumnya.

5

b. Belum ada pengontrolan yang baik terhadap siswa-siswi diluar kegiatan

sekolah

c. Belum tertanam karakter mandiri pada siswa-siswi SMP Cendekia

Baznas.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut, agar penelitian lebih fokus

dan terarah, maka peneliti memberi pembatasan masalah yakni sistem sekolah

yang belum tertata dengan baik yang merupakan tugas kepemimpinan. Oleh

karena itu, peneliti memfokukan pada masalah kepemimpinan khusunya

kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah terkait gaya kepemimpinan dan proses

pengambilan keputusan.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah:

a. Bagaimana gaya kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah selaku pemimpin

wanita di SMP Cendekia Baznas?

b. Bagaimana proses pengambilan keputusan Ibu Sri Nurhidayah di SMP

Cendekia Baznas?

c. Apa hambatan yang dialami Ibu Sri Nurhidayah sebagai seorang

pemimpin wanita?

d. Apa upaya yang dilakukan Ibu Sri Nurhidayah dalam menghadapi

hambatan sebagai pemimpin wanita?

e. Bagaimana dampak kepemimpinan Ibu Srinurhidayah di SMP Cendekia

Baznas?

C. Tujuan Penelitian dan Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumuan masalah diatas, Tujuan dalam penelitian ini adalah

a. Untuk menganalisi gaya kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah selaku

pemimin wanita di SMP Cendekia Baznas.

b. Untuk menganalisis proses pengambilan keputusan Ibu Sri Nurhidayah

di SMP Cendekia Baznas.

c. Untuk mendeskripsikan hambatan Ibu Sri Nurhidayah sebagai

pemimpin wanita.

d. Untuk mendeskripsikan upaya Ibu Sri Nurhidayah dalam menghadapi

hambatan sebagai pemimpin wanita.

e. Untuk menganalisis dampak kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah di SMP

Cendekia Baznas.

6

2. Manfaat Penelitian

a. Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan gaya

kepemimpinan dan proses pengambilan keputusan seorang pemimpin

wanita, serta memaparkan hambatan dan upaya dalam menghadapi

hambatan sebagai pemimpin wanita. Penelitian ini juga diharapkan mampu

mendeskripsikan dampak kepemimpinan pemimpin dalam organisasi serta

memperjelas perdebatan di masyarakat terkait peran gender dalam

mempengaruhi gaya kepemimpinan.

b. Terapan

Penelitian studi kasus ini diharapkan memberikan kontribusi bagi

peneliti atau pihak lain yang terkait. Signifikansi penelitian ini dapat

meliputi beberapa aspek sebagai berikut:

1) Hasil penelitian ini merupakan upaya eksplorasi terhadap isu-isu

kepemimpinan terkini.

2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian

dan atau penulisan dengan kepentingan sejenis.

7

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Pemimpin dan kepemimpinan merupakan dua kata yang memiliki akar

kata yang sama yaitu dari kata pimpinan yang diberi awalan “pe” untuk kata

pemimpin dan awalan “kepe” dan akhiran “an” untuk kata kepemimpinan.

Secara istilah, keduanya memiliki arti yang saling berkaitan karena

kepemimpinan (style of the leader) merupakan cerminan dari karakter dan

prilaku pemimpinnya (leader behavior). Kemudian perpaduan dari “leader

style dengan leader behavior” ini menjadi sebuah kunci yang akan membawa

kepada keberhasilan pengelolaan organisasi baik organisasi dalam skala kecil

maupun organisasi dalam skala besar. Orang-orang yang mau menjalankan

gerak organisasi itu adalah karena mereka memiliki komitmen dan kemauan

untuk itu, komitmen dan kemauan itu akan bisa bejalan ketika ada orang yang

mengelola dan mempengaruhinya. Disinilah diperlukannya para pemimpin

yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan.

Menurut Bass (dalam Suharsaputra, 2016: 17) mengemukakan beberapa

pendekatan berkaitan dengan konsep kepemimpinan yaitu “as the focus of the

group process, as a personality attribute, as art of including compliance, as an

exercise of influense, as a particular kind of act, as a form to a persuasion, as

a power relation, as an instrument in the attainment of goals, as an effect of

interaction, as a diffentiated role, and as the initiation af stucture” artinya

bahwa pendekatan-pendekatan terhadap kepemimpinan terdiri dari 1) sebagai

proses yang berfokus pada kelompok, 2) sebagai ciri personal, 3) sebagai seni

mendorong kepatuhan, 4) sebagai penggunaan pengaruh, 5) sebagai alat

pencapaian tujuan, 6) sebagai bentuk bujukan, 7) sebagai kekuasaan hubungan,

8) sebagai akibat dari interaksi, 9) sebagai proses yang di perbedakan, dan 10)

sebagai pengawalan struktur. Dari pendapat tersebut dapat di pahami bahwa

kepemimpinan memiliki pengertian yang beragam sesuai dengan pendekatan

yang di gunakan.

Menurut Yukl (2017: 3) kepemimpinan diartikan sebagai proses yang

disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap

orang lain guna membimbing, membuat struktur, serta memfasilitasi aktivitas

dan hubungan di dalam grup atau organisasi. Pengertian kepemimpinan

menurut Yukl ini lebih menekankan pada peran pemimpin dalam organisasi

yang mencerminkan proses yang berfokus pada kelompok organisasi serta

membangun interaksi.

8

Tidak jauh berbeda dengan Yukl, Mulkanasir mendefinisikan pengertian

kepemimpinan sebagai kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseoarng

untuk melakukan kegiatan mempengaruhi, mendorang, mengajak, menuntun,

menggerakkan orang lain baik perorangan maupun kelompok dengan

memadukan unsur tenaga, alat, bahan, uang dan waktu, sehingga pihak yang di

pengaruhi mau melakukan sesuatu agar tecapai suatu maksud atau tujuan

tertentu (Mulkanasir, 2011: 23). Kepemimpinan disini lebih menekankan pada

proses pencapaian tujuan organisasi, peran pemimpin lebih ditekankan pada

kemampuan manajerial baik manajemen sumber daya manusia dan

pembiayaan sehingga maksud dan tujuan organisasi dapat tercapai. Hal yang

senada juga diungkapkan oleh Suharsaputra (2016: 19) bahwa kepemimpinan

adalah kemampuan mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu untuk

mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Namun Suharsaputra menambahkan

unsur pemotivasian sebagai upaya yang penting di lakukan pemimpin untuk

dapat menggerakkan orang lain, sehingga dibutuhkan kemampuan komunikasi

dan interaksi yang baik dari pemimpin

Hermino menyebutkan kepemimpinan atau leadership dalam pengertiaan

umum menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal memimpin,

membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang

lain dibawah pengawasannya (Hermino, 2014: 126).

Rivai dkk menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk

memengaruhi perilaku seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan

tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang

di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang

dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara memengaruhi,

memotivasi dan mengkoordinasi.

Para ahli banyak memberikan definisi kepemimpinan dengan beragam

pengertian yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh beragam pendekatan yang di

gunakan. Dari berbagai pengertian kepemimpinan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa kepemimpinan merupakan usaha yang dilakukan oleh

pemimpin untuk mencapai tujuan bersama dengan cara menggunakan

pengaruhnya yang kuat untuk mendorong, menuntun, mengajak, membimbing,

mengontrol baik perilaku maupun perasaan, membuat struktur, memfasilitasi

aktivitas dan hubungan di dalam organisasi dengan memadukan unsur tenaga,

alat, bahan, uang dan waktu serta pemberian motivasi melalui komunikasi dan

interaksi yang baik.

2. Teori-teori Kepemimpinan

a. Teori Sifat (Trait)

Teori sifat kepemimpinan berfokus pada kualitas dan karakteristik

personal. Pencarian atas kepribadian, sosial, fisik, atau intelektual yang

9

membedakan seorang pemimpin dengan yang bukan pemimpin menjadi

tahap awal dalam riset kepemimpinan (Robbins dan Timothy, 2015: 249).

Teori sifat ini memandang bahwa sifat-sifat memainkan peranan

penting dalam membedakan antara pemimpin dengan bukan pemimpin,

seorang pemimpin adalah mereka yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang

khas, diantara para ahli terdapat perbedaan mengenai sifat-sifat tersebut.

Tabel 1. Kajian tentang Sifat dan Karakter Kepemimpinan Stogdill

(1948)

Mann

(1959)

Stogdill

(1974)

Lord,

DeVader,

and Alliger

(1986)

Kirkpatrick

and Locke

(1991)

Zaccaro,

Kemp, and

Bader (2004)

Kecerdasan,

kepekaan,

wawasan,

tanggung

jawab,

inisiatif,

ketekunan,

keyakinan

diri,

kemampuan

bersosialisasi

.

Kecerdasan,

maskulinitas

,

penyesuaian

, kekuasaan,

sifat

ekstrover,

aliran

konservatif.

Orientasi

pada

keberhasilan,

ketekunan,

pemahaman,

inisiatif,

keyakinan

diri,

tanggung

jawab, sikap

suka bekerja

sama,

toleransi,

pengaruh,

kemampuan

bersosialisasi

.

Kecerdasan,

maskulinitas

, dan

kekuasaan.

Hasrat,

motivasi,

integritas,

keyakinan

diri,

kemampuan

kognitif,

pengetahua

n tugas.

Kemampuan

kognitif, sifat

ekstrover,

kehati-

hatian,

kestabilan

emosi, sikap

terbuka,

kemampuan

bersosialisasi

, motivasi,

kecerdasan

sosial,

kontrol diri,

kecerdasan

emosional,

pemecahan

masalah.

Tabel 2. Sifat kepemimpinan Utama

Kecerdasan

Keyakinan diri

Ketekunan

Integritas

Kemampuan bersosialisasi

Pada tabel 1 memberikan kesimpulan terkait sifat dan karakteristik

yang telah diidentifikasi oleh peneliti dari pendekatan sifat. Sedangkan pada

tabel 2 dipaparkan beberapa sifat yang merupakan sifat pusat menurut

Notherhouse termasuk kecerdasan, keyakinan diri, ketekunan, integritas,

dan kemampuan bersosialisasi (Notherhouse, 2013: 22-23).

1) Kecerdasan

Kecerdasan atau kemampuan intelektual secara positif terkait

dengan kepemimpinan. Kemampuan verbal yang kuat, kemampuan

10

membaut persepsi, serta kemampuan analisis tampaknya bisa membuat

sesorang menjadi pemimpin yang lebih baik. Intelegensi merupakan

kemampuan yang bersifat umum dan potensial (Sudaryono, 2014: 35).

Menurut Northouse (2013: 23) walaupun bagus untuk menjadi orang yang

cerdas, penelitian juga mengindikasikan bahwa kepemimpinan intelektual

pemimpin seharusnya tidak terlalu jauh berbeda dari pengikutnya. Bila IQ

pemimpin sangat berbeda dari IQ pengikut, hal itu bisa memberi dampak

yang merugikan bagi pemimpin. Pemimpin dengan kemampuan lebih tinggi

bisa mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan pengikut karena

mereka asyik sendiri, atau karena ide mereka terlalu tinggi untuk diterima

pengikut.

2) Keyakinan diri

Keyakinan diri adalah ciri lain yang membantu sesorang menjadi

pemimpin. Keyakinan diri adalah kemampuan untuk merasa yakin dengan

kemampuan dan keterampilan seseorang. Hal itu mencakup pemahaman

akan harga diri dan keyakinan diri, serta keyakinan bahwa kita bisa

membuat perbedaan. Kepemimpinan mencakup aktivitas untuk

mempengaruhi orang lain, dan keyakinan diri memungkinkan pemimpin

untuk merasa yakin bahwa upayanya untuk mempengaruhi orang lain itu

tepat dan benar.

3) Ketekunan

Banyak pemimpin juga menunjukkan ketekunan. Ketekunan adalah

hasrat untukmenyelesaikan pekerjaan dan mencakup karakteristik seperti

inisiatif, keuletan, dominasi dan hasrat. Orang dengan ketekunan akan

bersediauntuk memaksa diri mereka, proaktif, dan memiliki kemampuan

untuk bertahan saat menghadapi hambatan. Orang yang tekun juga

menunjukkan dominasi ketika pengikut perlu diarahkan.

4) Integritas

Integritas adalah karakter penting kepemimpinan lainnya. Integritas

adalah karakter kejujuran dan keterandalan. Orang yang patuh pada

sekumpulan prinsip yang kuat dan memikul tanggung jawab atas indakan

mereka, berarti memiliki integritas. Pemimpin dengan integritas

menginspirasi keyakinan diri dalamdiri orang lan karena mereka bisa

dipercaya untuk melakukan apa yang mereka katakan akan mereka lakukan.

Mereka setia, dapat diandalkan, dan tidak berpura-pura. Padadasrnya

integritas membuat seorang pemimpin dapat dipercaya dan layak mendapat

kepercayaan kita. Sedangkan menurut Sudaryono (2014: 50), integritas

memahami dan mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai sistem sosial

serta melaksanakannya dengan jujur. Tanpa integritas, kesuksesan hanyalah

sebuah fatamorgana kepentingan pribadi yang tidak bernilai bagi

lingkungan dan kemusiaan.

5) Kemampuan bersosialisasi

Karakter terakhir yang penting bagi pemimpn adalah kemampuan

bersosialisasi. Kemampuan bersosialisasi adalah kecenderungan pemimpin

11

untuk mencari hubungan sosial yang menyenangkan. Pemimpin yang

menunjukkan kemampuan bersosialisasi bersifat ramah, terbuka, sopan, dan

diplomatis. Mereka peka terhadap kebutuhan orang lain dan menunjukkan

kepedulian untuk kesejahteraan mereka. Pemimpin yang sosial memiliki

keterampilan antar pribadi dan menciptakan hubungan yang kooperatif

dengan pengikut mereka.

6) Kecerdasan emosional

Kecerdasan emosional berasal dari dua kata yakni kecerdasan dan

emosional. Seperti yang dimaksudkan dua kata tersebut, kecerdasan

emosional ada kaitannya dengan emosi kita (wilayah afektif) dan pemikiran

(wilayah kognitif), serta interaksi antara dua hal itu. Kalau kecerdasan

terkait dengan kemampaun kita untuk memelajari informasi dan

menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari, kecerdasan emosional

terkait dengan kemampuan kita memahami emosi dan menerapkan

pemahaman ini dalam kehidupan sehari-hari.

Sebaga kemampuan atau sifat kepemimpinan, kecerdasan emosional

tampak sebagai konsep penting. Prinsip dasar yang dinyatakan oleh

kerangka kerja ini adalah, orang yang lebih peka terhadap emosi mereka

dan terhadap dampak emosi mereka bagi orang lain, akan menjadi

pemimpin yang lebih efektif.

b. Teori Perilaku

Teori perilaku ini, berpandangan bahwa kepemimpinan merupakan hal

utama bagi kinerja. Dalam hubungan ini, kepemimpinan dilihat dari

perilakunya dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin, dalam pandangan

perilaku ini perilaku spesifik membedakan antara pemimpin dan bukan

pemimpin (Robbins dalam Suharsaputra, 2016: 38)

1) Study Lowa

a) Authoritarian Leadership, kepemimpinan ini bersifat direktif dan

tidak ada partisipasi. Pemimpin mengambil penuh otoritas dan

memikul tanggung jawab organisasi.

b) Demosratic Leadership, pemimpin dengan gaya ini mendorong pada

partisipasi bawahan untuk berdiskusi/berunding dengan menguatkan

kemampuan bawahan menyampaikan pendapat.

c) Leissez Faire Leadership, pemimpin memberikan kebebasan penuh

pada bawahan untuk membuat keputusan sendiri, sehingga pemimpin

tidak menyediakan kepemimpinan.

2) Study Ohio

Study Ohio dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku pemimpin

yang penting bagi pencapaian tujuan organisasi, serta terkait efeknya pada

kinerja dan kepuasan pegawai. Dengan menggunakan analisis faktor

teridentifikasi dua perilaku kepemimpinan yaitu:

12

a) Initiating Structur. Perilaku ini terlihat dari fokus pemimpin yang

langsung pada tujuan kinerja organisasi, lebih memperhatikan tugas

serta penstrukturan perannya, mendorong penyeragaman prosedur

kerja serta evaluasi peran/kinerja bawahan dalam mencapai tujuan

organisasi. Yang utama adalah bagaiamana tugas dikerjakan dan

dapat diselesaikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

organisasi.

b) Consideration. Pemimpin yang berperilaku concideration adalah

pemimpin yang sensitif pada perasaan orang, serta mencoba

membuat segala sesuatu menyenangkan bagi pengikutnya denagn

maksud menjaga hubungan manusiawi dengan pegawai. Pemimpin

menunjukkan kepercayaan, kehangatan, dukungan, serta perhatian

pada kesejahteraan pegawai, mau mendengarkan ide bawahan,

sehingga hubungan pemimpin dengan bawahan dekat.

Dalam perkembangannya, Blake and Mouton mengembangkan

leadership grid sebagai perluasan dari study ohio, dimana dua perilaku

pimpinan diplot dalam garis vertikal yan menggambarkan orientasi pada

orang (concideration/concerned about people), dan garis horizontal yang

menggambarkan orientasi pada produksi (Initiating structure/concerned

about production), yang apabila digambarkan akan nampak dalam gambar

berikut ini:

Con

cidera

tion

/con

cerned

ab

ou

t

peo

ple

Low Structure

High Concideration

High Structure

High Concideration

Low Structure

Low Concideration

High Structure

Low Concideration

Initiating structure/concerned about production

Tabel 2. Sifat kepemimpinan Utama

a) High Structure/task, low consideration/relationship, adalah

pemimpin Otoriter. Pemimpin dengan gaya ini sedikit atau bahkan

tidak memberikan kesempatan kerja sama dan kolaborasi.

Pemimpin ini ketat dalam penjadwalan dan mengharapkna pegawai

melakukan apa yang diperintahkan tanpa membantah atau berdebat.

Bila terjadi kegagalan, dia fokus pada mencari yang salah tanpa

perlu tahu apa dan kenapa kegagalan itu terjadi, dan pegawai sulit

berkembang dan berkontribusi.

13

b) High structure/task, high consideration/relationship, adalah

pemimpin Team. Pemimpin dengan gaya ini memimpin dengan

contoh dan upaya yang positif untuk membantu sebuah lingkungan

tim yang dapat mendorong anggotanya untuk mencapai tujuannya

seefektif mungkin serta terus memperkuat ikatan diantara

anggotanya.

c) Low structure/task, high consideration/relationship, adalah

pemimpin Country Club. Pemimpin dengan gaya ini memanfaatkan

kekuasan untuk memelihara disiplin dan untuk mendorong tim

menyelesaikan tujuannya. Dia tidak mampu menggunakan

kekuasaan untuk pemaksaan hukuman dan kekuasaan legalnya

karena dipandang akan mengganggu atau merusak hubungan

dengan anggota timnya atau pegawainya.

d) Low structure/task, Low consideration/relationship, adalah

pemimpin yang miskin (impoverished). Pemimpin dengan gaya ini

memanfaatkan pendelegasian kemudian melepasnya (delegate and

disappear management style). Dia tidak punya komitmen baik pada

tugas maupun hubungan, lebih suka terjauh dari proses tim, dan

membiarkan tim menderita akibat perjuangan kekuasaan.

3) Study Michigan

Study Michigan menghasilkan dua bentuk perilaku pemimpin yaitu

production-centered/task-oriented, dan employee-centered/human relation

oriented. Pemimpin yang berorientasi tugas lebih memusatkan pada

terlaksananya pekerjaan, menentukan standar kerja yang ketat,

mengorganisir tugas dengan hati-hati, merinci metode kerja yang harus

diikuti pegawai, dan pengawasan yang ketat pada kerja pegawai.

Sementara itu, pemimpin yan berorientasi hubungan atau pegawai,

menekankan pada kebutuhan personal pegawai, pengembangan hubungan

interpersonal, punya hubungan suportif dengan bawahan, menggunakan

kelompok ketimbang individu dalam memutuskan, memandan bawahan

untuk menentukan dan mencapai tujuan kinerja tinggi, dan memperlakukan

bawahan dalam cara yang sensitif dan penuh perhatian (Lenenburg dan

Ornstein dalam suharsaputra, 2016: 40).

Sementara itu, Yukl (2017: 67), mengemukankan bahwa ada tiga jenis

perilaku kepemimpinan yang saling berbeda diantara para manajer yang

efektif dan tidak efektif. Jenis perlaku tersebut adalah:

a) Perilaku yang berorientasi tugas

Para manajer yang efektif tidak menggunakan waktu dan

usahanya dengan melakukan pekerjaan yang sama seperti para

bawahannya. Sebaliknya, para manajer yang lebih efektif

berkonsentrasi para fungsi yan berorientasi pada tugas seperti misalnya

14

merencanakan dan mengatur pekerjaan, mengoordinasikan kegiatan

para bawahan, dan menyediakan perlengkapan, peralatan serta bantuan

teknis yan dibutuhkan. Disamping itu, para manajer yang efektif

memandu para bawahannya menetapkan tujuan kinerja yan tinggi,

tetapi realistis.

b) Perilaku yang berorientasi hubungan

Para manajer yang efektif lebih penuh perhatian dan membantu

para bawahan. Perilaku mendukung yang berkorelasi dengan

kepemimpinan yang efektif mencakup tindakan untuk memperlihatkan

kepercayaan dan keyakinan, bertindak ramah dan penuh perhatian dan

berusaha memahami permasalahan bawahan, memabantu

mengembangkan bawahan dan memajukan karier mereka, selalu

memberi informasi kepada bawahan, memperlihatkan apresiasi

terhadap ide para bawahan, dan memberi pengakuan atas kontribusi

dan keberhasilan bawahan.

c) Kepemimpinan partisipatif

Para manajer yang efektif menggunakan lebih banyak supervisi

grup daripada mengendalikan tiap-tiap bawahan secara sendiri-sendiri.

Pertemuan grup memudahkan partisipasi bawahan dalam pengambilan

keputusan, memperbaiki komunikasi, mendorong kerja sama, dan

memudahkan pemecahan konflik.

Tabel 3. Contoh perilaku yang Berorientasi Tugas dan Hubungan

Perilaku yang berorientasi Tugas Perilaku yang berorientasi Hubungan

1. Mengatur aktivitas kerja untuk

meningkatkan efisieni

2. Merencanakan kegiatan jangka

pendek

3. Menugaskan pekerjaan ke grupatau

perorangan

4. Menjelaskan apa hasil yang

diharapkan dari tugas.

5. Menetapkan tujuan dan standar yang

jelas untuk kinerja tugas tertentu

6. Menjelaskan peraturan,kebijakan,

dan standar prosedur operasional.

7. Mengarahkan dan

mengoordinasikan aktivitas unit.

8. Mengawasi kegiatan dan kinerja

9. Menyelesaikan masalah mendesak

yang akan mengganggu pekerjaan.

1. Memberikan bantuan dan dorongan

bagi orang dengan tugas yang sulit.

2. Memperlihatkan kepercayaan bahwa

seorang dapat melakukan tugas yang

sulit.

3. Bersosialisasi dengan orang untuk

membangun hubungan.

4. Mengakui kontribusi dan

keberhasilan.

5. Memberikan latihan dan bantuan

ketika diperlukan.

6. Berkontribusi dengan orang atas

keputusan yang memengaruhi

mereka

7. Membolehkan orang untuk

menentukan cara terbaik melakukan

tuga tertentu

8. Memberikan informasi kepada orang

tentang tindakan yang memengaruhi

mereka

15

9. Membantu menyelesaikan konflik

dalam cara yang positif

10. Menggunakan simbol, upacara,

ritual, dan cerita untuk membangun

identitas tim.

11. Merekrut anggota baru yang

kompeten untuk tim atau organisasi.

c. Teori kontingensi

Walaupun sejumlah pendekatan kepemimpinan dapat disebut sebagai

teori kontingensi, tetapi yang paling diakui secara luas adalah teori dari

Fiedler (Northouse, 2013: 117). Teori kontingensi adalah teori kesesuaian

pemimpin, yang berarti berusaha menyesuaikan pemimpin dengan situasi

yang tepat. Hal ini disebut kontingensi, karena teori ini menyatakan bahwa

keefektifan pemimpin tergantung pada seberapa sesuai gaya pemimpin

dengan situasi sekitar. Untuk memahami kinerja pemimpin, perlu untuk

memahami situasi dimana mereka memimpin. Kepemimpinan yang efektif

itu tergantung pada kesesuaian gaya pemimpin dengan latar yang tepat.

Menurut teori kontingensi ini secara esensial kepemimpinan

merupakan hubungan kerja yang melibatkan kekuasaan dan pengaruh. Oleh

karenanya, keefektifan seorang pemimpin dalam mencapai kinerja tinggi

tergantung pada sistem motivasi pemimpin dan tingkat pemimpin

mengontrol dan memengaruhi situasi (Leader’s motivational system and the

degree to which the leader control and influence the situation)

(Suharsaputra, 2016: 47).

Leader’s motivational system menunjukkan gaya kepemimpinan yang

diukur dengan skor LPC (Least Prefered Coworker) yang tiap

pernyataannya mempunyai skor dari 1 hingga 8. Tingginya skor LPC

menunjukkan bahwa pemimpin tersebut mempunyai tujuan untuk

memelihara hubungan interpersonal yang dekat dengan bawahan, dan

bertindak penuh perhatian dan dukungan, sementara itu jika skor LPC

rendah menunjukkan bahwa pemimpin punya tujuan utamanya adalah

penyelesaian tugas, sehingga tingginya skor LPC menunjukkan

relationship-motivated (employee-centered), sedangkan pemimpin dengan

skor LPC rendah menunjukkan task-motivated (production-centered)

dimana pencapaian tugas menjadi prioritas utama (Lunenburg dan Ornstein

dalam Suharsaputra, 2016: 47). Berdasarkan temuan penelitian, teori

kontingensi mengatakan bahwa gaya tertentu efektif di situasi tertentu.

Orang yang termotivasi tugas (Nilai LPC rendah) akan efektif di situasi

yang sangat disukai dan yang sangat tidak disukkai, yaitu di situasi yang

berjala sangat mulus atau situasi yan tak terkendali. Orangorang yang

termotivasi hubungan (Nilai LPC tinggi) efektif di situasi yang cukup

16

disukai, yaitu di situasi dimana ada sejumlah tingkatan kepastian tetapi hal-

hal benar-benar ada di bawah kendali mereka atau di luar kendali mereka

(Northouse, 2013: 119).

Gaya-gaya kepemimpinan tersebut berinteraksi dengan faktor situasi

(situation favourabless), yang akan memengaruhi keefektifan

kepemimpinan (Suharsaputra, 2016: 47). Northhouse (2013: 118)

menyebutkan ada 3 faktor situasi yakni:

1. Hubungan pemimpin-pengikut

Hubungan pemimpin-pengikut mencakup suasana kelompok dan

tingkat keyakinan, kesetiaan, dan daya tarik yang dirasakan pengikut untuk

pemimpin mereka. Bila suasana kelompok positif dan pengikut

memercayai, menyukai, dan bekerja dengan baik bersama pemimpin,

hubungan pemimpin-pengikut didefinisikan sebagai baik. Di sisi lain, bila

suasana yang ada tidak menyenangkan dan konflik muncul didalam

kelompok, hubungan pemimpin-pengikut didefinisikan sebagai buruk.

2. Struktur tugas

Struktur tugas adalah tingkatan dimana tuntutan akan tugas jelas dan

diutarakan. Tugas yang benar-benar terstruktur cenderung memberi banyak

kendali bagi pemimpin, sementara tuga yang tidak jelas dan tidak pasti

mengurangi kendali serta kontrol pemimpin. suatu tugas dianggap

terstruktur ketika

a) Tuntutan tugas diutarakan secara jelas dan diketahui oleh orang-

orang yang diminta untuk melakukan tugas itu

b) Pola penyelesaian tugas memiliki sejumlah alternatif

c) Penyelesaian tugas bisa ditunjukkan secara jelas

d) Hanya ada jumlah terbaas dari solusi yang tepat untuk tugas itu.

3. Kekuatan posisi

Kekuatan posisi adalah jumlah otoritas yang dimiiki pemimpin untuk

menghukum atau memberi imbalan pengikut. Hal itu mencakup kekuasaan

sah individu yang didapat dari hasil dari posisi yang mereka miliki di

organisasi. Kekuatan posisi itu kuat, bila seseorang memiliki otoritas untuk

mepekerjakan dan memecat atau memberi kenaikan jabatan atau gaji. Ha

litu lemah bila orang tidak memiliki otoritas untuk melakukan hal-hal itu.

17

Tabel 4. Model Kontingensi

d. Teori Situasional Seperti namanya, kepemimpinan situasional berfokus pada situasi di

sekitar pemimpin. Prinsip teori ini adalah, situasi yang berbeda menuntut

jenis kepemiminan yang berbeda. Dari perspektif ini, untuk menjadi

pemimpin yang efektif, seseorang harus menyesuaikan gaya dia dengan

tuntutan dari situasi yang berbeda.

Menurut Northouse (2013: 96-98) Gaya kepemimpinan mengandung

pola perilaku dari seseorang yang mencoba untuk memengaruhi orang lain.

Hal itu mencakup perintah (tugas) dan perilaku pemberi dukungan

(hubungan). Gaya kepemimpinan bisa dikelompokkan menjadi empat

kategori yang berbeda dari perilaku perintah dan pemberian dukungan:

1) Gaya Pertama (S1) adalah gaya perintah tinggi-pemberian dukungan

rendah yang disebut juga gaya memerintah. Di dalam pendekatan

ini, pemimpin memfokuskan komunikasi pada pencapaian tujuan,

dan menghabiskan jumlah waktu yang lebih sedikit dengan

menggunakan perilaku pemberian dukungan. Dengan menggunankan

gaya ini, pemimpin memberi instruksi tentang apa dan bagaimana

tujuan yang akan diapai oleh pengikut, dan kemudian mengawasi

mereka dengan hati-hati.

2) Gaya kedua (S2) disebut sebagai pendekatan pelatihan dan gaya

perintah tinggi-pemberian dukungan tinggi. Di dalam pendekatan ini,

pemimpin memfokuskan kamunikasi pada pencapaian tujuan dan

pemenuhan kebutuhan sosial-emosi pengikut. Gaya pelatihan

meminta pemimpin itu untuk ikut melibatkan dirinya dengan

Hubungan

Pemimpin-

pengikut

Baik Buruk

Struktur

Tugas

Struktur Tinggi Struktur Rendah Struktur Tinggi Struktur Rendah

Kekuatan

Posisi

Kekuatan

Kuat

Kekuatan

Lemah

Kekuatan

Kuat

Kekuatan

Lemah

Kekuatan

Kuat

Kekuatan

Lemah

Kekuatan

Kuat

Kekuatan

Lemah

1 2 3 4 5 6 7 8

Gaya

Kepemimpinan

yang disukai

LPC Rendah

LPC Sedang

LPC Tinggi LPC

Rendah

18

pengikut, dengan memberi dukungan dan meminta masukan dari

pengikut.

3) Gaya ketiga (S3) adalah pendekatan gaya mendukung. S3 menuntut

pemimpin untuk mengambil gaya memberikan dukungan tinggi dan

gaya perintah rendah. Didalam pendekatan ini, pemimpin tidak hanya

berfokus pada tujuan, tetapi menggunakan perilaku pemberi

dukungan yang membuat karyawan menunjukkan keterampilannya

untuk melakukan tugas yang ditetapkan. Gaya mendukung ini

mencakup menengarkan,memuji, meminta masukan, dan memberi

umpan balik. Pemimpin menggunakan gaya ini dengan memberi

pengikut kontrol atas keputusan dari hari ke hari, tetapi tetap bersedia

untuk membantu pemecahan masalah. Pemimpin S3 cepat untuk

memberi pengakuan dan dukungan sosial kepada pengikut.

4) Gaya keempat (S4) disebut sebagai gaya perintah dan gaya pemberi

dukungan rendah atau pendekatan mendelegasikan. Dalam

pendekatan ini, pemimpin menawarkan lebih sedikit masukan tugas

dan dukungan sosial, meningkatkan motivasi dan keyakinan diri

karyawan dalam kaitannya dengan tugas. Pemimpin yang

menggunakan pendekatan delegasi ini mengurangi keterlibatan

dirinya dalam perencanaan, pengawasan hal-hal rinci, dan klarifikasi

tujuan. Setelah kelompok sepakat dengan apa yang dilakukan, gaya

ini membiakan pengikut untuk bertanggungjawab atas penyelesaian

pekerjaan dengan cara yang mereka anggap sesuai. Seorang

pemimpin yang menggunaka gaya S4 mengontrol pengikut dan

menahan diri untuk tidak ikut campur dengan memberi dukungan

sosial yang tidak perlu.

Gambar 2. Gaya kepemimpinan Situasional

19

Sementara itu, Suharsaputra (2016: 55) menyebutkan 2 komponen

terkait kesiapan bawahan yang perlu dipertimbangkan yaitu:

a) Ability, adalah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang

dimiliki bawahan terkait dengan tugas atau kegiatan spesifik.

b) Willingness (kemauan), merupakan kesiapan psikologis yang

menunjukkan sejauh mana individu atau kelompok punya

keyakinan, komitmen, dan motivasi untuk menyelesaikan tugas

spesifik.

Bagian besar kedua dari model kepemimpinan situasional adalah

terkait dengan tingkat perkembangan pengikut. Tingkat perkembangan

adalah tingkatan dimana pengikut memiliki kompetensi dan komitmen yang

penting untuk mencapai tugas atau aktivitas tertentu (Northouse, 2013: 98).

Dengan kata lain hal ini menjadi indikator apakah seseorang memiliki

kompetensi dna kemauan untuk menyelesaikan tugas dan tanggungjawab

yang di bebankan kepadanya.

Menurut Harsey dan Blanchard (dalam Yukl, 2017: 267),

mengusulkan teori kontingensi yang menjelaskan jenis perilaku

kepemimpinan yang tepat untuk tingkatan “kematangan” bawahan yang

berbeda dalam hubungannya dengan pekerjaan. Bawahan dengan tingkat

kematangan yang tinggi memiliki kemampuan dan keyakinan diri untuk

melakukan tugas tertentu, sedangkan bawahan dengan kematangan yang

rendah tidak memiliki kemampuan dan kepercayaan diri. Menurut

Northouse (2013: 98), pada tugas tertentu karyawan bisa dikelompokkan

menjadiempat kategori yakni:

a) D1, karyawan D1 rendah dalam kompetensi dan tinggi dalam

komitmen. Mereka baru dengan tugas dan tidak tahu dengan pasti

cara melakukan itu, tetapi mereka senang dengan tantangan tugas

tersebut.

b) D2, karyawan D2 digambarkan sebagai orang yang memiliki

sejumlah kompetensi tetapi memiliki komitmen yang rendah.

Mereka telah mulai mempelajari suatu pekerjaan, tetapi mereka

juga telah kehilangan sejumlah motivasi awal tentang pekerjaan.

c) D3, karyawan D3 menggambarkan karyawan yang memiliki

kompetensi sedang hingga tinggi, tetapi tidak memiliki komitmen.

Mereka pada dasarnya telah mengembangkan keterampilan untuk

jabatan, tetapi tidak yakin apakah mereka bisa menyelesaikan

pekerjaan itu sendiri.

d) D4, karyawan D4 adalah karyawan dengan pengembangan

tertinggi. Dia memiliki kompetensi dna komitmen yang tinggi

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Mereka memiliki

keterampilan untuk melakukan pekerjaan dan memiliki motivasi

untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

20

3. Gaya Kepemimpinan

Gaya (Style) kepemimpinan lebih banyak dipengaruhi oleh karakter

seseorang dalam menjalankan organisasinya (Lukman Hakim, 2008: 98).

Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang khas yang ditentukan

oleh kompetensi, kepribadian, pengalaman dan kondisi instansi yang

dipimpinnya. Jenis instansi yang dipimpinnya juga berpengaruh bagaimana

pemimpin melakukan fungsinya (Eva Meizara, dkk. 2016: 175). Hal ini

menunukkan bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin tidak hanya

dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin tetapi juga ada beberapa faktor lain

dari luar dirinya.

Selanjutnya, setiap pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen,

watak kepribadian sendiri yang unik, dan khas. Sehingga tingkahlaku dan

gayanyalah yang membedakan dirinya dengan orang lain. Gaya atau style

hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku kepemimpinannya (Kartono dalam

Machali dan Hidayat, 20016: 91).

Gaya kepemimpinan mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan

tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam

memimpin yang dapat memengaruhi bawahannya. (Baharudin dan umiarso,

2012: 51). Mempengaruhi adalah komponen utama dalam kepemimpinan,

dalam mempengaruhi orang lain seorang pemimpin mesti menunjukkan

tingkah laku yang dapat menjadi contoh yang dapat diikuti.

Menururt Machali dan Hidayat (2016: 89), gaya kepemimpinan adalah

pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun

yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan

kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang

mendasari perilaku seseorang. Artinya, gaya kepemimpinan adalah perilaku

dan strategi, sebagai hasilkombinasi dari falsafah, keterampilan,sifat, sikap,

yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba memengaruhi

kinerja bawahannya.

Sedangkan Wirawan, mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai pola

perilaku pemimpin dalam memengaruhi sikap, perilaku dan sebagainya para

pengikutnya. pengertian pola perilaku bukan dalam artian statis akan tetapi

dalam pengertian dinamis. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dapat

berubah-ubah tergantung pada kuantitas dan kualitas para pengikut,situasi,dan

sistem sosialnya. Seorang pemimpin dapat mempergunakan sejumlah pola

perilaku atau gaya yang berbeda dalam memengaruhi pengikutnya (Wirawan,

2014: 352).

Berdasakan pengertian Gaya kepemimpinan menurut beberapa ahli di

atas, dapat disimpulkan bahwa Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh

21

dari tingkah laku pemimpin yang bersifat nampak maupun tidak nampak baik

berupa karakter, kepribadian, sifat, kebiasaan, tempramental, kompetensi,

kepribadian, dan pengalaman yang menjadi kekhasan dan keunikan pemimpin

dalam mempengaruhi kinerja bawahannya.

4. Macam-macam Gaya Kepemimpinan

Adapun gaya-gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut:

a. Gaya kepemimpinan Otokratis.

Gaya ini terkadang disebut sebagai kepemimpinan yang terpusat pada

diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya otokratis ini ditandai dengan adanya

petunjuk yang sangat banyak sekali yang berasal dari pemimpin dan tidak

ada satupun peran para anak buah dalam merencanakan dan sekaligus

mengambil suatu keputusan.

Gaya kepemimpinan otokratis ini akan menentukan sendiri keputusan,

peran, bagaimana, kapan dan bilamana secara sepihak. Yang pasti tugas

yang diperintahkan mesti dilaksanakan. Paling sangat menonjol dalam gaya

kepemimpinan otokratis ini adalah seseorang akan memberikan perintah

dan mesti dipatuhi. Ia akan memerintah berdasarkan dari kemampuannya

untuk menjatuhkan hukuman serta memberikan hadiah. Gaya

kepemimpinan otokratis adalah suatu kemampuan dalam mempengaruhi

orang lain yang ada disekitar agar mau bersedia berkerjasama dalam

mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan ditempuh atas segala cara

kegiatan yang akan dijalankan atas dasar putusan dari pemimpin.

Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis ini yaitu wewenang

mutlak itu terpusat dari pemimpin, keputusan akan selalu dibuat oleh

pemimpin, kebijakan akan selalu dibuat oleh pemimpin, komunikasi hanya

berlangsung dalam satu arah dimana dari pimpinan ke bawahan bukan

sebaliknya, pengawasan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau

kegiatan) dari para bawahannya dilakukan dengan ketat, tak ada

kesempatan untuk para bawahan dalam memberikan (pendapat, saran atau

pertimbangan), lebih banyak mendapatkan kritikan dibanding pujian,

menuntut adanya kesetiaan dan prestasi yang sempurna dari para bawahan

tanpa adanya syarat, dan cenderung memberikan paksaan, hukuman dan

anacaman.

b. Gaya Kepemimpinan Demokratis.

Gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu kemampuan dalam

mempengaruh orang lain agar dapat bersedia untuk bekerja sama dalam

mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan berbagai cara atau kegiatan

yang dapat dilakukan dimana ditentukan bersama antara bawahan dan

pimpinan. Gaya tersebut terkadang disebut sebagai gaya kepemimpinan

22

yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan adanya kesederajatan,

kepemimpinan partisipatif atau konsultatif.

Pada kepemimpinan demokratis, mananjer beranggapan bahwa ia

merupakan bagian integral yang sama sebagai elemen organisai dan secara

bersamaan seluruh elemen tersebut bertanggung jawab terhadap organisasi.

Oleh karena itu, agar seluruh bawahan merasa turut bertanggung jawab

maka mereka harus berpartisipasi dalam setiap aktifitas perencanaan,

evaluasi dan penyeliaan (Siswanto, 2006: 158-159).

Kerja kelompok (kolaboratif), pengelolaan konflik, dan pengaruh

merupakan ciri khas pemimpin demokratis (Lukman Hakim, 2008: 105).

Adapun ciri-ciri dari gaya kepemimpinan demokratis ini yaitu:

1) Memiliki wewenang pemimpin yang tidak mutlak

2) Pimpinan bersedia dalam melimpahkan sebagian wewenang kepada

bawahan

3) Kebijakan dan keputusan itu dibuat bersama antara bawahan dan

pimpinan

4) Komunikasi dapat berlangsung dua arah dimana pimpinan ke

bawahan dan begitupun sebaliknya

5) Pengawasan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan)

kepada bawahan dilakukan dengan wajar, prakarsa bisa datang dari

bawahan atau pimpinan

6) Bawahan memiliki banyak kesempatan dalam menyampaikan saran

atau pendapat

7) Tugas-tugas yang diberikan kepada bawahan bersifat permintaan

dengan mengenyampingkan sifat instruksi

8) Pimpinan akan memperhatikan dalam bertindak dan bersikap untuk

memunculkan saling percaya dan saling menghormati.

c. Gaya Kepemimpinan Trasformasional

Konsep awal tentang kepemimpinan transformasional ini

dikemukakan oleh McGregor Burns dalam Baharudin dan Umiarso (2012:

222) yang menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan

sebuah sketsa yang didalamnya mengandung suatu proses dimana para

pemimpin dan para bawahannya berusaha untuk mencapai tingkat moralitas

dan motivasi yang lebih tinggi.

Sedangkan menurut Bass dalam Rivai dkk (2014: 451) kepemimpinan

transformasional didefinisikan sebagai kemampuan pemimpin mengubah

lingkungan kerja, motivasi kerja, dan nilai-nilai kerja yang dipersepsikan

bawahan sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerja untuk

mencapai tujuan organisasi. Berarti, sebuah transformasional terjadi dalam

23

hubungan kepemimpinan manakala pemimpin membangun kesadaran

bawahan akan pentingnya nilai kerja, memperluas dan meningkatkan

kebutuhan melampaui minat pribadi serta mendorong perubahan tersebut ke

arah kepentingan bersama termasuk kepentingan organisasi.

Kepemimpinan transformasional adalah seorang pemimpin

mempengaruhi pengikut untuk memiliki visi, misi, dan tujuan yang sama

dengan memberikan motivasi dan mengubah budaya organisasi dengan

keteladanan sehingga bawahan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi

terhadap organisasi dan secara bersama-sama melaksanakan tugas untuk

mencapai tujuan bersama. Asumsi yang mendasari kepemimpinan

transformasional adalah bahwa setiap bawahan akan mengikuti pemimpin

yang dapat memberi mereka inspirasi dengan visi yang jelas dengan cara

dan energi yang baik untuk mencapai sesuatu tujuan yang besar.

Bekerjasama dengan pemimpin transformasional ini akan mampu

memberikan suatu bentuk pengalaman yang berharga (Baharudin dan

Umiarsa, 2012: 222).

Dalam kepemimpinan transformasional ini menekankan pada proses

dimana orang terlibat dengan orang lain dan menciptakan hubungan yang

meningkatkan motivasi dan moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut.

Jenis pemimpin ini memiliki perhatian pada kebutuhan dan motif pengikut,

serta mencoba membantu pengikut mencapai potensi terbaik mereka (Peter

G. Notherhouse, 2013: 176)

Sedangkan Machali dan Hidayat (2016: 99) mendefinisikan

kepemimpinan transformasional sebagai kemampuan seorang pemimpin

dalam bekerja dan/atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara

optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan sesuai

dengan target capaian yang telah di tetapkan. Sumber daya yang dimaksud

disini adalah adalah berupa SDM, fasilitas, dana, dan faktor-faktor eksternal

keorganisasian.

Berdasarkan pengertian kepemimpinan transformasional menurut

beberapa ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan

transformasional adalah sketsa yang mengandung proses menyamakan visi,

misi, dan tujuan, memberikan motivasi dan bantuan agar pengikut mencapai

potensi terbaiknya, serta mengubah lingkungan kerja, motivasi kerja, nilai-

nilai kerja dan budaya organisasi dengan keteladanan untuk mencapai

tujuan sesuai dengan target capaian yang telah di tetapkan.

Menurut Baharudin dan Umiarsa (2012: 223) ada beberapa

karakteristik dari perilaku kepemimpinan transformasional yakni:

24

1) Mempunyai visi yang besar dan mempunyai intuisi

2) Menempatkan diri sebagai motor penggerak perubahan

3) Berani mengambil resiko dengan pertimbangan yang matang

4) Memberikan kesadaran kepada bawahan tentang pentingnya hasil

pekerjaan

5) Memiliki kepercayaan akan kemampuan bawahan

6) Fleksibel dan terbuka terhadap pengalaman baru

7) Mendorong bawahan untuk menempatkan kepentingan organisasi

diatas kepentingan pribadi dan golongan

8) Mampu mengartikulasikan nilai inti (budaya/tradisi) untuk

membimbing prilaku mereka.

Kepemimpinan transformasional peduli dengan perbaikan kinerja

pengikut dan mengembangkan pengikut ke potensi maksimal mereka.

Orang yang menampilkan kepemimpinan transformasional seringkali

memiliki kumpulan nilai serta prinsip internal yang kuat. Mereka efektif

dalam memotivasi pengikut untuk bertindak dalam cara yang mendukung

kepentingan yang lebih besar daripada kepentingan mereka sendiri.

Menurut Peter G. Northouse (2013: 151-153) Adapun faktor-faktor dalam

kepemimpinan transformasionla adalah:

1) Pengaruh ideal

Faktor ini biasa disebut juga sebagai kharisma atau pengaruh

ideal. Ini adalah komponen emosional dari kepemimpinan. Pengaruh

ideal mendeskripsikan pemimpin yang betindak sebagai teladan yang

kuat bagi pengikut. Pengikut menghubungkan dirinya dengan

pemimpin ini dan sangat ingin menirukan mereka. Pemimpin ini

biasanya memiliki standar yang sangat tinggi akan moral dan perilaku

yang etis, serta bisa diandalkan untuk melakukan hal yang benar.

Faktor pengaruh ideal diukur pada dua komponen yakni

komponen pengakuan yang merujuk pada pengakuan pengikut kepada

pemimpin yang didasarkan pada persepsi yang mereka miliki atas

pemimpin mereka, serta komponen perilaku yang merujuk pada

observasi pengikut akan perilaku pemimpin.

2) Motivasi yang menginspirasi

Faktor ini disebut juga sebagai inspirasi atau motivasi yang

menginspirasi. Faktor ini menggambarkan pemimpin yang

mengomunikasikan harapan tinggi kepada pengikut, menginspirasi

mereka lewat motivasi untuk menjadi setia pada, serta menjadi bagian

dari visi bersama dalam organisasi. Mereka melakukannya lewat kata-

kata yang mendorong dan percakapan singkat, untuk memberi

semangat yang jelas-jelas mengomunikasikan peran penting yang

mereka mainkan dalam pertumbuhan organisasi di masa depan.

25

3) Rangsangan intelektual

Hal ini mencakup kepemimpinan yang merangsang pengikut

untuk bersikap kreatif dan inovatif serta merangsang keyakinan dan

nilai mereka sendiri, seperti juga nilai dan keyakinan pemimpin serta

organisasi. Jenis kepemimpinan ini mendukung pengikut ketika

mencoba pendekatan baru dan mengembangkan cara inovasi untuk

menghadapi masalah organisasi.

4) Pertimbangan yang diadaptasi

Faktor ini mewakili pemimpin yang memberikan iklim yang

mendukung dimana mereka mendengarkan dengan seksama kebutuhan

masing-masing pengikut. Pemimpin bertindak sebagai pelatih dan

penasihat, sambil mencoba untuk membantu pengikut benar-benar

mewujudkan apa yang diinginkan.

d. Gaya Kepemimpinan Transaksional

Menurut Bass dalam Robbins & Judge (2009:90) gaya kepemimpinan

transaksional adalah model kepemimpinan dimana pemimpin memadukan

atau memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegakkan

dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas. Di dalam Robbins & Coulter

(2012:497), pemimpin dengan gaya kepemimpinan transaksional yaitu

pemimpin yang membimbing dan memotivasi pengikutnya menuju ke

sasaran yang ditetapkan dengan memberikan penghargaan atas

produktivitas mereka.

Menurut Odumeru & Ifeanyi (2013: 358) gaya kepemimpinan

transaksional adalah gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin

memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin

dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran

tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar

kerja, dan penghargaan. Sehingga dapat diartikan, kepemimpinan

Transaksional sebagai cara yang digunakan seorang pemimpin dalam

menggerakkan anggotanya dengan menawarkan imbalan atau akibat

kontribusi yang diberikan oleh anggota kepada organisasi.

Pemimpin transaksional adalah pemimpin yang memberi sesuatu

untuk mendapat sesuatu, pemimpin transaksional memperdagangkan

manfaat dengan pengikutnya. Menurut suharsaputra, pepemahaman situasi

dan kemudian menyesuaikan diri dengannya menunjukkan suatu transaksi

interaksi, dimana upaya untuk melakukan perubahan tidak menjadi

perhatian utama pemimpin (Suharsaputra, 2016: 58)

Dari beragam pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan transaksional adalah model kepemimpinan dimana

26

pemimpin membimbing dan memotivasi pengikutnya menuju ke sasaran

yang ditetapkan dengan memberikan penghargaan atas produktivitas

mereka dengan menawarkan imbalan atau akibat dari kontribusi yang

diberikan oleh anggota, pemimpin memberikan sesuatu untuk mendapatkan

sesuatu sehingga perubahan tidak menjadi perhatian utama pemimpin.

Menurut Lensufiie (2010: 89) ada 3 unsur dari gaya kepemimpinan

transaksional yaitu :

1) Unsur kerja sama antara pengikut dan pemimpin yang bersifat

kontraktual.

2) Unsur prestasi yang terukur.

3) Unsur reward atau upah yang dipertukarkan dengan loyalitas.

Pola kepemimpinan ini akan berjalan dengan baik apabila ketiga unsur

diatas terpenuhi sekaligus memuaskan kedua belah pihak.

Menurut Robbins & Judge (2009:91) dimensi dari gaya

kepemimpinan transaksional adalah :

1) Imbalan Kontinjen (Contingensi Reward).

Pemimpin melakukan kesepakatan tentang hal-hal apa saja yang

dilakukan oleh bawahan dan menjanjikan imbalan apa yang akan

diperoleh bila hal tersebutz dapat tercapai. Imbalan dapat berupa bonus,

bertambahnya penghasilan, atau memberikan fasilitas kepada

karyawan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi penghargaan maupun

pujian kepada bawahan terhadap kinerja terbaiknya. Selain itu,

pemimpin betransaksi dengan bawahan dengan memfokuskan pada

aspek kesalahan yang dilakukan bawahan, menunda keputusan, atau

menghindari hal - hal yang kemungkinan mempengaruhi terjadinya

kesalahan.

2) Manajemen dengan pengecualian / eksepsi aktif ( Active

Management by Exception )

Menejemen dengan pengecualian itu adalah kepemimpinan yang

melibatkan kritik membangun,umpan balik negatif, dan dorongan

negatif. Menejemen dengan pengecualian memiliki dua bentuk yakni

aktif dan pasif. Pemimpin menggunakan manajemen bentuk pasif

mengawasi pengikut secara seksama. Pemimpin yang mneggunakan

bentuk pasif melakukan interview hanya setelah standar tidak bisa

dipenuhi atau masalah telah terjadi.

B. Wanita dan Peranannya

1. Kedudukan Wanita dalam Al-Qur‟an

Penjelasan terkait dengan kedudukan wanita banyak dijelaskan dalam Al-

Qur‟an seperti yang tertera pada Surat Al-Ahzab Ayat 35 yang menyatakan

bahwa kedudukan antara laki-laki dan wanita adalah sama. Ayat tersebut

berbunyi:

27

ن ٱو تمى مؤ ن ٱو مىيه مؤ ن ٱو تهم مس ن ٱو هميه مس ن ٱإن ن ٱو ىتيه ق

دقيه نص ٱو تىت ق

قيه ن ٱو تشع خ ن ٱو شعيه خ ن ٱو تر بنص ٱو بريه نص ٱو تدق نص ٱو د ق ن ٱو مت ص د تمت ص

ٱو ٱو ئميه نص

هم فظيه ح ن ٱو تئم نص ٱو تفظ ح ن ٱو فروج ثير لل ٱكريه نذ ٱو اك

تكر نذ

د ٱأ ع غ ن هملل ة م أ ج فر ظيم راو ٥٣بع

Artinya: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,

laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang

tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki

dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu´,

laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan

yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara

kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut

(nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan

pahala yang besar” (Q.S. Al-Ahzab: 35)

Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa agama memandang kedudukan laki-

laki dan wanita sama. Allah memberikan kebebasan kepada wanita dalam

beribadah sebagaimana halnya laki-laki. Tidak ada pembatasan antara laki-laki

dan wanita. Meski banyak yang berpendapat bahwa posisi laki-laki dan wanita

itu berbeda, dan memandang bahwa wanita berada satu level dibawah laki-laki.

Pendapat tersebut menjelaskan kedudukan wanita sebagai makhluk yang harus

dipimpin oleh seorang laki-laki yang tertuang dalam Surat An-Nisa‟ ayat 34

yang artinya:

بلٱ ج ه ىمىن ق ى نر ب ٱع بءنىس م بم ٱف ض هم ب ع لل ه ى ض ب ض ب ع ع بم تهح نص ٱف نهم ى أ م مه أ وف قىاو

ي نه ت فظ ح ت ىت ق ببغ فظ بم ٱح ٱو لل بفىن تين هه ت خ بجعن ٱفيجروهه ه ٱو ف عظىهه وشىز ض م

ى كم أ ط ع ف ئن ربىهه ض ٱو ه ي غىات ب ف ل بيلاهه ع بن لل ٱإن س هي ك بير بع ٥٣اك

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.

Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas

sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah

menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang

saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika

suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).

Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah

mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah

mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu

mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha

Tinggi lagi Maha Besar.”

Dari ayat di atas jelas diterangkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi

seorang wanita, yang menerangkan posisi dan kedudukan wanita yang

merupakan makmum dari seorang laki-laki. Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim

28

mengatakan mengenai ‟ar rijaalu qowwamuna ’alan nisaa‟, maksudnya

adalah laki-laki adalah pemimpin wanita.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Laki-lakilah yang seharusnya

mengurusi kaum wanita. Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita,

sebagai hakim bagi mereka dan laki-lakilah yang meluruskan apabila

wanita menyimpang dari kebenaran. Lalu ayat (yang artinya), ‟Allah

melebihkan sebagian mereka dari yang lain‟, maksudnya adalah Allah

melebihkan kaum pria dari wanita. Hal ini disebabkan karena laki-laki

adalah lebih utama dari wanita dan lebih baik dari wanita. Oleh karena itu,

kenabian hanya khusus diberikan pada laki-laki, begitu pula dengan

kerajaan yang megah diberikan pada laki-laki. Hal ini berdasarkan sabda

Nabi shollallohu „alaihi wa sallam, ”Suatu kaum itu tidak akan bahagia

apabila mereka menyerahkan kepemimpinan mereka kepada wanita.”

(Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dari hadits „Abdur Rohman bin Abu

Bakroh dari ayahnya).

Ada beberapa kontroversi terkait kedudukan wanita. Pendapat pertama

yang mengacu pada Surat Al-Ahzab Ayat 35 menyatakan bahwa laki-laki dan

wanita memiliki derajat yang sama, keduanya memiliki kesempatan yang sama

untuk menjadi seorang pemimpin. Sedangkan pendapat yang kedua yang

mengacu pada Surat AN-Nisa‟ ayat 34 sangat tegas menyebutkan bahwa laki-

laki adalah pemimpin bagi kaum wanita karena laki-laki dikaruniai kelebihan

dibandingkan wanita. Atas dasar inilah, pendapat yang kedua tidak

mengizinkan bahwa wanita bisa menjadi seorang pemimpin. Namun, ada

sebuah ayat dalam Surat An-Nisa‟: 32 yang menjelaskan bahwa:

ل ى ى و بات ت م م م ٱف ض كم ب ع ۦبهلل ه ى ض بلض ب ع ع ج بو صيب نهر م ك ٱم بىا ب ت س نهىس بو صيب ءو م م

ب ك ٱ س ه ت س و بن لل ٱإن ۦ ههف ض مهلل ٱنىا هيم ء ش ي بكمك ٥٣بع

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah

dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain.

(Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan,

dan bagi wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan.

Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh Allah

Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Dalam penjelasan Surat Al-Ahzab Ayat 35, ayat tersebut menerangkan

bahwa kedudukan laki-laki dan wanita adalah setara, keduanya memiliki

kesempatan yang sama hanya amal ibadahlah yang membedakan

kedudukannya. Namun dalam ayat yang kedua yakni Surat An-Nisa‟ ayat 34

dengan jelas menerangkan bahwa kedudukan laki-laki berada diatas wanita.

Laki-laki diciptakan sebagai seorang pemimpin bagi wanita. Sehingga posisi

wanita dalam ayat ini sangatlah jelas sebagai seorang pengikut (orang yang

29

dipimpin) dan laki-laki adalah seorang pemimpin. Namun, dalam ayat lain

yakni Surat An-Nisa‟ ayat 32 diterangkan bahwa manusia tidak perlu iri hati

terhadap kelebihan yang diberikan kepada orang lain. Karena sesungguhnya

semua bergantung pada usaha yang dilakukan oleh manusia.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak masalah jika seorang

wanita ingin berada pada posisi seorang pemimpin, dengan catatan bahwa

usaha yang harus dilakukan oleh seorang wanita harus sesuai dengan jabatan

yang akan diemban. Wanita dengan beragam kodrat yang dimiliki harus sadar

dengan kelemahan yang melekat pada dirinya sehinggga pada saat mengemban

tugas sebagai pemimpin wanita mampu mengatasinya dan dapat menjadi

pemimpin yang sesuai dengan harapan.

2. Peran Wanita

Syauqi mengatakan “Ibu ibarat madrasah, jika kau persiapkan maka

sesungguhnya anda sedang menyiapkan bangsa (besar) yang wangi

keringatnya.” Wanita adalah guru pertama bagi sang anak, sebelum dididik

orang lain. Sejak ruh ditiupkan ke dalam rahim, proses pendidikan sudah

dimulai. Sebab mulai saat itu, anak telah mampu menangkap rangsangan-

rangsangan yang dberikan oleh ibunya. Ia mampu mendengar dan merasakan

apa yang dirasakan ibunya. Bila ibunya sedih dan cemas, iapun merasakan

demikian. Sebaliknya, bila ibunya merasa senang, iapun turut senang. (Ummu

Muhammad, 2009 : 3)

Wanita dalam kehidupan mempunyai beban dan tugas yang lebih berat

dibandingkan laki-laki. Peran ganda dari seorang wanita masa kini selain

bertanggung jawab di dalam rumah tangga sebagai istri dan ibu juga diluar

rumah sebagai wanita karir. Peran wanita ini secara sederhana menurut

Suwondo dikemukakan:

a. Sebagai warga negara hubungannya dengan hak-hak dalam bidang

sipil termasuk perlakuan terhadap wanita dalam partisipasi tenaga

kerja yang dapat disebut fungsi ekstern.

b. Sebagai ibu dalam keluarga dan istri dalam hubungan rumah tangga

yang dapat disebut fungsi intern.

C. Kepemimpinan Wanita

Menurut Wirawan (2013: 503) ada 5 hal yang membuat kepemimpinan

wanita berbeda dengan kepemimpinan laki-laki:

30

1. Perbedaan fisik. Secara esensial wanita memiliki fisik yang berbeda

dengan laki-laki. Wanita didesain untuk mengandung, melahirkan, dan

menyusui anak.

2. Jenis dan jumlah hormon berbeda. Berdasarkan sejumlah penelitian

mengemukakan bahwa salah satu hormon wanita oxytocin merupakan

faktor bagaimana wanita bereaksi menghadapi stres berbeda dalam

kepemimpinan

3. Otak. Laki-laki memproses sesuatu lebih baik dari otak kirinya sedangkan

wanita kedua belah otaknya mempunyai kemampuan memproses yang

sama. Perbedaan ini menjelaskan mengapa laki-laki lebih kuat dalam

aktivitas otak kirinya dan pendekatan pemecahan masalah, sedangkan

wanita menyelesaikan problem lebih kreatif dan lebih sadar terhadap

perasaan ketika berkomunikasi.

4. Psikologi. Perbedaan psikologi laki-laki dan wanita berdampak pada

perbedaan pola pikir, sikap dan prilaku wanita terhadap prilaku laki-laki.

5. Persepsi lingkungan sosial. Perbedaan persepsi mengenai wanita tersebut

disebabkan karena budaya yang telah berkembang dan terbentuk dalam

waktu yang lama.

Salah satu cara membandingkan antara kepemimpinan laki-laki dan wanita

adalah membandingkan karakteristik atau sifat keduanya ketika melaksanakan

kepemimpinan. Kenneth Nowack dalam Wirawan (2013: 505) melakukan telaah

terhadap berbagai penelitian mengenai perbedaan gender dalam kepemimpinan.

Dari penelitian-penelitian tersebut ia menyimpulkan sebagai berikut:

1. Wanita cenderung lebih banyak memakai kepemimpinan partisipatif dan

transformasional jika dibandingkan dengan laki-laki.

2. Tidak ada perbedaan efektifitas kepemimpinan wanita dengan

kepemimpinan laki-laki.

3. Hormon oxytorin merupakan kunci kontribusi logika syaraf (neurological)

respons terhadap stres kecenderungan dan menjadi teman (tend and be

friend), meningkatnya empati, kepercayaan dan kolaborasi lebih besar

wanita jika dibandingkan dengan laki-laki.

4. Hormon oxytorin juga mneyebabkan perbedaan kepemimpinan wanita

lebih transformasional sedangkan laki-laki lebih transaksional.

Sedangkan hasil penelitian Powel dalam Gery Yukl (2017) juga tidak jauh

berbeda, ia menyimpulkan bahwa hanya sedikit alasan untuk meyakini bahwa baik

wanita atau pria menjadi manajer yang superior, atau bahwa pria dan wanita adalah

jenis manajer yang berbeda. Malahan, terdapat kemungkinan untuk menjadi pelaku

tugas manajerial yang luar biasa, rata-rata,dan buruk didalam setiap jenis kelamin.

Keberhasilan dalam pasar yang amat kompetitif saat ini meminta organisasi untuk

menggunakan sebaik mungkin semua bakat yang tersedia bagi mereka. Untuk

melakukan hal ini, mereka harus mengidentifikasi, mengembangkan, mendorong,

dan mempromosikan manajer yang paling efektif, apapun jenis kelaminnya.

31

Artinya bahwa jenis kelamin tidak memberikan pengaruh terhadap keefektifan

kepemimpinan seseorang, setiap pemimpin memiliki peluang untuk menjadi

seorang pemimpin yang hebat, biasa saja atau bahkan buruk.

Secara keseluruhan, ada dukungan yang terbatas untuk pemikiran bahwa

wanita menerima pendidikan yang lebih sedikit daripada laki-laki, bahwa mereka

lebih sering keluar dari tempat kerja dibandingkan laki-laki, atau mereka lebih

memilih untuk keluar dari jalur kepemimpinan demi jalur ibu. Ada dukungan untuk

pemikiran bahwa wanita memiliki pengalaman kerja yang lebih sedikit dan

gangguan karier yang lebih besar daripada laki-laki, teruama karena wanita

memiliki tanggung jawab domestik yang jauh lebih besar. Akhirnya, wanita

menerima pelatihan resmi yang lebih sedikit dan memiliki peluang pengembangan

yang lebih sedikit di tempat kerja dibandingkan laki-laki. Kedua kemungkinan itu

kemungkinan terkait dengan prasangka terhadap kepemimpinan wanita. (Peter G.

Northouse, 2013: 336). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Kenneth

Nowack dalam Wirawan (2013: 506) yang mengemukakan bahwa diperusahaan

besar di Amerika Serikat, jumlah wanita dalam posisi kepemimpinan hanya 15,4%

eksekutif puncak dan hanya 2,4% menduduki posisi Chief Executive Officer

(CEO). Wanita dipromosikan lebih rendah daripada laki-laki dan mendapatkan

lebih sedikit pelatihan eksekutif.

Menurut Eagly dan Carli dalam Peter (2013: 341) Banyak dari hambatan

yang ditemui wanita dalam wilayah kepemimpinan berasal dari ketidak sesuaian

antara peran gender wanita dan peran kepemimpinan. Wanita menghadapi standar

ganda dalam peran kepemimpinan: mereka harus cukup cakap tapi juga “feminin”,

suatu standar yang tidak diterapkan pada laki-laki. Satu cara agar wanita bisa

meningkatkan kehangatan dan pengaruh mereka adalah dengan mengombinasikan

karakter komunal seperti kehangatan dan keramahan dengan karakter pengaruh

seperti kecakapan dan ketegasan yang luar biasa. Selain itu, gaya kepemimpinan

transformasional terutama sangat menguntungkan bagi wanita karena hal itu bukan

gaya yang sangat maskulin. Gaya ini melibatkan perilaku feminin, seperti baik hati

dan simpatik, serta sangat terkait dengan keefektifan kepemimpinan. Penelitian

terbaru mencampurkan pertimbangan individu dengan motivasi yang menginspirasi

adalah bijak untuk wanita yang mencari peningkatan dalam posisi kepemimpinan.

Penelitian terbaru Itchie, Lieb, and Corrigall dalam Peter (2013: 342) menyatakan

bahwa wanita telah menjadi sangat maskulin. Contoh, mereka menjadi lebih tegas

dan menilai kepemimpinan serta kekuatan lebih sebagai ciri pekerjaan, tanpa

kehilangan femininitas mereka. Selain itu, bukti mneyatakan bahwa kepemimpinan

mulai dilihat kurang maskulin dan lebih feminin.

Gender itu penting untuk pemikiran kontemporer tentang gaya

kepemimpinan yang efektif yang telah berubah dari gaya tradisional yang otokratis

dan maskulin ke gaya yang lebih feminin dari kepemimpinan demokratis dan

transformasional. Pengembangan pemikiran yang feminin tentang kepemimpinan

32

akan meningkatkan keefektifan kepemimpinan dengan memberi orang-orang

peluang untuk terlibat dalam praktik kepemimpinan terbaik,dan tidak dengan

membatasi orang-orang ke perilaku yang lebih cocok untuk gender mereka (Peter

G. Northouse, 2013: 343).

Meningkatkan Keefektifan kepemimpinan menurut Peter G. Notherhouse

Gambar 3. Keefektifan kepemimpinan menurut Peter G. Notherhouse

D. Proses Pengambilan Keputusan

1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Sejak lama diketahui bahwa terdapat dua peranan yang berbeda dalam

pemimpin sekolah. Pertama, disebut peran kepemimpinan mengerjakan hal

yang benar. Ini ada hubungannya dengan visi dan arah. Kedua, adalah peranan

manajemen mengerjakan hal secara benar atau pelaksanaan (Rivai dkk, 2014:

391).

Kepemimpinan seseorang sangat besar perannya dalam setiap

pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil

tanggungjawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas seorang pemimpin.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, jika pemimpin tidak dapat membuat

keputusan maka dia (seharusnya) tidak dapat menjadi pemimpin. Pengambilan

keputusan merupakan kegiatan yang selalu dijumpai dalam setiap kegiatan

kepemimpinan. Bahkan dapat juga dikatakan, bagaimana cara pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh seorang pemimpin menunjukkan bagaimana

gaya kepemimpinannya. Dengan demikian, pengambilan putusan merupakan

fungsi kepemimpinan yang turut menentukan proses dan tingkat keberhasilan

kepemimpinan itu sendiri (Purwanto, 2004: 67).

Tingkat Antarpribadi

Mengurangi strereotip gender

Tingkat Individu

Meningkatkan negosiasi yang efektif

Menggunakan gaya kepemimpinan yang

efektif

Tingkat Masyarakat

Kesetaraan gender di tanggung

jawab domestik

Tingkat Organisasi

Perubahan organisasi

Meningkatkan Keefektifan

Kepemimpinan

33

Pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku, mencerminkan karakter

bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah keputusan

yang diambil baik atau buruk tidak hanya dinilai setelah konsekuensinya

terjadi, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan

pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan,

sehingga:

a) Teori keputusan adalah merupakan metodelogi untuk menstrukturkan

dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau beresiko, disini keputusan

lebih bersifat perspektif daripada deskripstif.

b) Pengambilan keputusan adalah proses yang ditandai dengan munculnya

keputusan yang ditetapkan oleh seorang pemimpin. Dengan keputusan

tersebut, maka diharapkan permasalahan yang dihadapi organisasi bisa

terselesaikan dengan cepat.

Tugas pemimpin yang paling sulit ialah pengambilan keputusan

(decision making), yang memungkinkan berlangsungnya semua kerangka kerja

secara efektif dan efisien. Sekaligus juga menyambungkan empat fungsi

manajerial, yakni: merencanakan, mengorganisir, menuntun (memimpin,

leading), dan menilai atau memberikan evaluasi (Kartini kartono, 2011: 156).

Pengambilan keputusan merupakan reaksi terhadap masalah. Yaitu,

sebuah perbedaan antara situasi sekarang dan yang diinginkan, yang

mengharuskan kita mempertimbangkan alternatif-alternatif tindakan (Stephen

P. Robbins dan Timothy A. Judge, 2015: 109). Keputusan-keputusan ini akan

menimbulkan aktivitas dan atau mengakhiri aktivitas. Menurut Hasibuan

(2016: 53), megungkapkan ada tiga alasan mengapa pengambilan keputusan

menjadi hal yang sangat penting:

a) Keputusan merupakan permulaan dari semua kegiatan manusia yang

sadar dan terarah, baik secara individual, kelompok maupun secara

institusional. Jadi, barangsiapa yang menghendaki adanya kegiatan

(aktivitas) tertentu, ia harus mampu dan berani mengambil keputusan

yang berhubungan dengan hal itu setepat-tepatnya.

b) Keputusan ditujukan untuk masa yang akan datang, efek/hasilnya

akan berlangsung atau berguna pada hari-hari yang akan datang,

sementara hari yang akan datang itu tidak menentu serta penuh

dengan beraneka macam risiko.

c) Keputusan akan menciptakan masalah (aktivitas), tetapi keputusan

juga akan menyelesaikan masalah.

Hal ini sesuai dengan pendapat Siswanto (2006: 171) bahwa

pengambilan keputusan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh

seseorang dalam usaha memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi

kemudian menetapkan berbagai alternatif yang dianggap paling rasional dan

34

sesuai dengan lingkungan organisasi. Jadi, mengambil keputusan berarti

memilih dan menetapkan satu alternatif yang dianggap paling menguntungkan

dari beberapa alternatif yang dihadapi.

2. Proses pengambilan keputusan

Proses keputusan dapat dipandang sebagai sebuah arus dari penelitian

sampai desain dan kemudian penentuan alternatif yang dipandang tepat

(pemilihan). Bagan arus keputusan dapat disajikan sebagai berikut:

Gambar 4: Arus Keputusan

Adapun proses pengambilan keputusan yang diajukan oleh Gibson dkk

adalah sebagai berikut:

a. Penetapan tujuan spesifik serta pengukuran hasilnya

Setiap organisasi memerlukan tujuan dalam setiap bidang dimana

hasil karya memengaruhi efektifitas organisasi. Apabila tujuan telah

ditetapkan secara memadai maka tujuan akan menentukan hasil yang

harus dicapai dan ukuran yang akan digunakan untuk menunjukkan

tercapai tidaknya tujuan tersebut.

b. Identifikasi permasalahan

Salah satu syarat yang sangat urgen bagi keputusan adalah

permasalahan. Dengan demikian, apabila tidak ada permasalahan maka

tidak perlu keputusan.

c. Pengembangan alternatif

Sebelum manajer melakukan pengambilan keputusan, terlebih dahulu

perlu dikembangkan beberapa alternatif yang dapat dilaksanakan dan

harus dipertimbangkan konsekuensi yang mungkin dari masing-masing

alternatif.

d. Evaluasi alternatif

Setelah dilakukan pengembangan alternatif, alternatif tersebut harus

dievaluasi dan dibandingkan. Pada setiap situasi keputusan, sasaran

dalam mengambil keputusan adalah memilih alternatif yang lebih

menguntungkan dan yang paling kecil kerugiannya.

e. Seleksi alternatif

Penelitian

Perencanaan

Pemilihan

35

Seleksi alternatif dilakukan dengan maksud untuk memecahkan

permasalahan sehingga mampu merealisasikan tujuan yang telah

ditetapkan.

f. Implementasi keputusan

Setiap keputusan memiliki karakteristik sedikit lebih dari suatu

abstraksi, manakala keputusan tersebut tidak diimplementasikan. Pilihan

harus dilaksanakan secara efektif untuk merealisasikan tujuan yang telah

ditetapkan. Oleh karena itu, pekerjaan manajer tidak hanya terbatas pada

keterampilan memilih pemecahan yang baik, tetapi juga meliputi

pengetahuan dan keterampilan yang perlu untuk melaksanakan

pemecahan tersebut menjadi perilaku dalam organisasi.

g. Pengendalian dan evaluasi

Manajemen yang efektif melakukan pengukuran berkala mengenai

keluaran yang nyata. Keluaran nyata dibandingkan dengan keluaran yang

direncanakan dan apabila terjadi penyimpangan, perlu diadakan

perubahan.

Gambar 5. Proses pengambilan keputusan 3. Faktor-faktor pengambilan keputusan

Proses pengambilan keputusan menjadi hal wajar yang dialami dan ditemui

oleh seorang pemimpin.namun, dalam proses pengambilan ada beberapa faktor

Tinjauan kembali

Tinjauan kembali

Tinjauan kembali

Tinjauan kembali

Tinjauan kembali

Tinjauan kembali

Penetapan tujuan dan sasaran

spesifik serta pengukuran

hasilnya

Implementasi Keputusan

Identifikasi Pemasalahan

Seleksi alternatif

Evaluasi alternatif

Pengembangan alternatif

Pengendalian dan evaluasi

36

yang mempengaruhi cara pemimpin dalam mengambil keputusan. Siagian

(dalam Machali dan Hidayat, 2016: 115) menyatakan bahwa ada 2 aspek yang

dapat memengaruhi proses pengambilan keputusan.

a. Aspek Internal

Aspek internal ini terdiri dari:

1) Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki oleh orang secara langsung maupun

tidak langsung akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.

Biasanya semakin luas pengetahuan seseorang semakin mempermudah

pengambilan keputusan.

2) Aspek Kepribadian

Aspek kepribadian ini tidak tampakoleh mata tetapi besar perannya

bagi pengambilan keputusan.

b. Aspek eksternal

Asek ksternal ini terdiri dari:

1) Kultur

Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi perbuatan

individu. Hal iniberpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.

2) Orang lain

Dalam hal ini menunjuk pada bagaimana individu melihat contoh

atau cara orang lain (terutama orang dekat) dalam melakukan

pengambilan keputusan. Sedikit banyak perilaku orang lain dalam

mengabil keputusan pada gilirannya juga berpengaruh pada perilaku

individu dalam mengambil keputusan.

Sedangkan Arroba menyatakan ada beberapa hal yang dapat memengaruhi

pengambilan keputusan yang dilakukan leh seseorang, antara lain:

a. Informasi yang diketahui perihal permasalah yang di hadapi

b. Tingkat pendidkan

c. Personality

d. Coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait

dengan permasalah (proses adaptasi)

e. Culture

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

prosespengambilan keputusan ada 2 yakni pertama, faktor internal antaralain

pengetahuan, tingkat pendidikan, personality, dan coping. Kedua, faktor

eksternal antara lain Informasi yang diketahui perihal permasalahan, pengaruh

orang lain dan culure.

4. Model pengambilan keputusan

37

Dalam perilaku organisasi, ada konsep pengambilan keputusan yang

umumnya diterima oleh masing-masing individu untuk membuat determinasi:

pengambilan keputusan rasional, rasionalitas terbatas dan intuisi (Stephen P.

Robbins dan Timothy A. Judge, 2015: 110)

a. Pengambilan keputusan rasional

Pengambilan keputusan rasional ini bercirikan adanya kepastian

berdasarkan pada hal-hal yang rasioanl, eksak dan masuk akal. Kemampuan

yang tinggi dalam perencanaan, kepercayaan diri yang tinggi, cenderung

menyelesaikan tugas dengan kontrol tinggi. Berdasarkan hal ini,

pengambilan keputusan rasional cenderung berusaha untuk merumuskan

pengambilan keputusan dengan banyak menitik beratkan pada penalaran

rasioanl. Hal-hal yang tidak masuk akal dan berkaitan dengan emosi,

perasaan maupun fantasi tidak begitu di hirauka, akan tetapi hal-hal yang

berkaitan dengan perncanaan yang matang, perhitungan yang cermat,

prediksi yang masuk akal, dan pemikiran yang rasional tampak menonjol

dalam individu dengan model pengambilan keputusan rasional ini (Machali

dan Hidayat, 2016: 116).

Kita sering berfikir pengambilan keputusan terbaik adalah rasional dan

membuat pilhan yang konsisten dan memaksimalkan nilali dlaam batasan-

batasan spesifik. Menurut Robbins dan Judge (2015: 110) Keputusan-

keputusan ini mengikuti enam langkah model pengambilan keputusan

rasional yaitu:

1) Definisi masalah

2) Identifikasi kriteria keputusan

3) Alokasi bobot pada kriteria

4) Mengembangkan alternatif-alternatif

5) Evaluasi alternatif

6) Memilih alternatif terbaik

b. Rasional terbatas

Kemampuan terbatas manusia dalam memproses informasi membuat

tidak mungkin untuk mengasimilasikan semua informasi yang diperlukan

untuk optimalisasi. Kebanyakan orang merespons masalah yang kompleks

dengan menguranginya sampai level yang mereka siap mengerti. Oleh

karena pikiran manusia tidak dapat memformulasikan dan memecahkan

masalah-masalah kompleks dengan rasionalitas penuh, kita beroperasi

dalam lingkungan rasionalitas terbatas (bounded rationality), yakni sebuah

proses pengambilan keputusan dengan membangun model yang

disederhanakan yang mengeluarkan fitur-fitur esensial dari masalah tanpa

menangkap semua kompleksitasnya.

c. Intuitif

38

Cara pengambilan keputusan yang paling tidak rasional adalah

pengambilan keputusan intuitif, yakni sebuah proses tanpa sadar yang

diciptakan dari pengalaman yang diperoleh. Pengambilan keputusan intuitif

terjadi diluar pikiran sadar, berpegang pada asosiasi holistis, atau kaitan

antara potongan-potongan informasi yang tidak sama, cepat, dan secara

efektif dibebankan, berarti melibatkan emosi.

Model pengambilan keputusan intuisi ini lebih mengandalkan perasaan,

kesadaran emosional, fantasi,kadang-kadang bersifat impulsif, dan cepat

mengambil keputusan. Pengambilan keputusan intuitif adalah suatu proses

tak sadar yang diciptakan dari dalampengalamanyang tersaring. Dalam hal

ini tidak berarti analisis rasional sama sekali tidak berjalan, lebih tepatnya

antara faktor emosional,fantasi,dan rasional saling melengkapi. Hanya saja

aspek emosional lebih dominan. (Machali dan hidayat, 2016:116)

Robbins (dalam Machali dan Hidayat, 20016: 116) mengidentifikasi ada

delapan kondisi yang memungkinkan orang menggunakan pengambilan

keputusan intuitif, yakni:

1) Bila tidak ada kepastian dari tingkat yang lebih tinggi

2) Bila hanya ada sedikit precedent untuk diikuti

3) Bilahal-hal yang dihadapi kurang dapat diramalkan secara ilmiah

4) Bila fakta-fakta yng terkait terbatas

5) Bila fakta tidak dengan jelas menunjukkan jalan untuk diikuti

6) Bila data analisis kurang berguna

7) Bila ada beberapa penyelesaian alternatif yang masuk akal untuk

dipilih dari antaranya dengan argumen yang baik untuk masing-

masing.

8) Bila waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera mengambil

keputusan yang tepat.

E. Penelitian yang Relevan

Secara garis besar kata kunci dari penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah kepemimpinan wanita yang dispesifikasikan pada gaya kepemimpinan

dan proses pengambilan keputusan yang menjadi bagian dari kepemimpinan. Kata

kunci tersebut digunakan sebagai acuan peneliti dalam mencari hasil penelitian dan

kajian ilmiah terdahulu dari berbagai sumber relevan dan dapat dipertanggung

jawabkan. Artinya pengambilan dan pencantuman hasil dari penelitian dan karya

ilmiah terdahulu dalam tesis ini didasarkan pada kemiripan tema, kata kunci, serta

ditinjau dari isi, dasar teori, atau didasarkan hasil-hasil penelitiannya.

Penelusuran penelitian dan kajian-kajian ilmiah terdahulu dilakukan untuk

penemuan posisi hasil penelitian ini dalam kajian keilmuan yang telah ada sehingga

diharapkan para peneliti selanjutnya mampu dalam pengisian peneliti selanjutnya

39

sebagai upaya pendalaman terhadap kajian tema penelitian. Penelusuran penelitian

dan kajian-kajian ilmiah terdahulu yang dilakukan adalah dengan cara penelusuran

kepustakaan dalam bentuk pencarian atau eksplorasi terhadap berbagai sumber

seperti internet, perpustakaan, dan soft file tesis. Dari penelusuran tersebut terdapat

beberapa hasil penelitian dan kajian ilmiah terdahulu yang punya hubungan kata

kunci yang sama yakni:

1. Penelitian “Gaya Kepemimpinan laki-laki dan Wanita” oleh Nuri

Herachwati dan Bhaskaroga Dwiatmaja Basuki Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Airlangga. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

pemimpin laki-laki cenderung memiliki gaya kepemimpinan otokratis

sedangkan pemimpin wanita cenderung memiliki gaya kepemimpinan

demokratis.

2. Penelitian “Analisis gaya kepemimpinan wanita di PT. Ruci Gas Surabaya”

oleh Melyn Rosintan dan Roy Setiawan membahas tentang Gaya

Kepemimpinan Feminim, Gaya Kepemimpinan Maskulin, Gaya

Kepemimpinan Transaksional, dan Gaya Kepemimpinan Transformasional.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di antara gaya kepemimpinan

transaksional-transformasional pemimpin dominan pada gaya

kepemimpinan transformasional. Tetapi, diantara gaya kepemimpinan

feminim dan transformasional, pemimpin lebih dominan menggunakan

gaya kepemimpinan feminim. Hal ini dikarenakan pemimpin merupakan

sosok pemimpin yang berorientasi kepada orang atau team oriented serta

lebih demokratis dan pemimpin yang berkarisma.

3. Peneltian “Seeding Of Women Leadership In India: Investigating The

Experiences Of The Trailblazers” oleh Vipin Gupta Abira meneliti Temuan

menunjukkan bahwa The findings demonstrate that women can be

empowered and trained to become a constructive architect of their

leadership journey, by recognizing, naming, and reframing the meaning of

their various lifecourse experiences artinya perempuan dapat diberdayakan

dan dilatih untuk menjadi arsitek konstruktif perjalanan kepemimpinan

mereka, dengan mengenali, menamai, dan membingkai kembali makna

berbagai hal mereka pengalaman lifecourse.

4. Penelitian dengan judul Gender and Leadership: Reflections of Women in

Higher Education Administration oleh Dana Dunn, Jeanne M. Gerlach and

Adrienne E. Hyle Hasilnya menunjukkan bahwa The results suggest that

gender may be a more important patterning variable in careers than

organizational context. Future research is needed that is designed to

systematically compare the experiences of female leaders in various types

of academic institutions in order to inform how gender impacts leadership

experiences and outcomes in different institutional contexts. The conclusion

of this project brought more self-awareness and confidence in the ability to

serve as effective mentors for future female administrators in a range of

roles and contexts artinya bahwa gender mungkin merupakan variabel pola

yang lebih penting dalam karir daripada konteks organisasi. Diperlukan

40

penelitian masa depan yang dirancang untuk membandingkan secara

sistematis pengalaman para pemimpin wanita di berbagai jenis institusi

akademis untuk menginformasikan bagaimana dampak gender pengalaman

dan hasil kepemimpinan dalam konteks institusional yang berbeda.

Kesimpulan dari proyek ini membawa lebih banyak kesadaran diri dan

kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk berperan sebagai mentor

efektif bagi administrator wanita di masa depan dalam rentang dan konteks.

F. Kerangka Konseptual

Perbedaan gender antara laki-laki dan wanita menghasilkan karakter dan sifat

yang berbeda antara laki-laki dan wanita. Perbedaan ini berifat kodrat seperti

wanita yang mengalamai masa haid, hamil dan melahirkan sedangkan laki-laki

yang memiliki sperma dan jakun yang membedakan laki-laki dan wanita secara

fisik. Sifat keduanya juga berbeda laki-laki memiliki kecenderungan sifat yang

maskulin sedangkan wanita cenderung feminim. Perbedaan-perbedaan ini

berdampak pada karakter keduanya, wanita memiliki karakter yang lebih lembut

danpenu kasih sayang, karakter ini kemudian mempengaruhi cara pemimpin

khususnya pemimpin wanita dalam menjalankan kepemimpinannya khususnya

gaya kepemimpinan dan proses dalam pengambilan keputusan.

Gambar. Kerangka Konseptual

BAB III

METODE PENELITIAN

Perbedaan

Gender

Perbedaan Karakter

Wanita: Feminim

Laki-laki: Maskulin

Proses pengambilan

keputusan

Gaya

Kepemimpinan

Laki-laki

Wanita

41

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan tipe

studi kasus. Karena penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari

objek yang diteliti serta mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai

objek yang diteliti sehingga sifat penelitiannya lebih banyak eksploratif dan

deskriptif (Ulfatin, 2015: 49).

B. Objek dan Subjek Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah SMP Cendekia Baznas yang difokuskan

pada Kepemimpinan Sri Nurhidayah. Sekolah yang dipimpin oleh seorang

kepala sekolah wanita, mengindikasikan gaya kepemimpinan yang berbeda

dengan gaya kepemimpinan laki-laki pada umumnya. Selain gaya

kepemimpinan pengambilan keputusan juga menjadi pokok dalam penelitian

ini.

2. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah Sri Nurhidayah.

Untuk menambah informasi, peneliti menambah informan yang berkaitan

dengan penelitian yakni pegawai Dompet Dhuafa Pendidikan, siswa SMP

Cendekia Baznas, Guru, Pegawai dan lingkungan masyarakat di SMP

Cendekia Baznas.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Dalam penelitian ini, observasi bertujuan untuk mendapatkan data

terkait gaya kepemimpinan Sri Nurhidayah dan cara Ibu Nuk dalam

mengambil keputusan terkait dengan kepemimpinannya sebagai seorang

wanita, termasuk bagaimana karakter Sri Nurhidayah, caranya dalam

memimpin, caranya dalam berkomunikasi, serta peran gandanya sebagai

seorang istri dan ibu dalam mengemban peran sebagai pemimpin.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara bertujuan untuk menegaskan data

yang telah diperoleh melalui observasi. Peneliti akan mewawancari Sri

Nurhidayah, terkait dirinya yang seorang wanita dan mengemban tugas

sebagai seorang pemimpin. Wawancara juga bertujuan untuk mencari data

dari pegawai Dompet Dhuafa Pendidikan, siswa SMP Cendekia Baznas,

Guru, Pegawai dan lingkungan masyarakat di SMP Cendekia Baznas terkait

Kepemimpinan wanita serta sepak terjang pemimpin Sri Nurhidayah.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara meneliti buku-buku,

catatan, arsip serta hasil penelitian yang lainnya yang terkait. Dokumentasi

42

dapat berupa tulisan, seperti dokumen, catatan harian, cerita, biografi,

peraturan dan kebijakan, piagam penghargaan, serta sejarah kehidupan.

Selain berbentuk tulisan, dokumentasi juga dapat berbentuk gambar seperti

foto, video, lukisan, atau sketsa perjalanan karir kepemimpinan Sri

Nurhidayah.

Dalam peneliltian ini, studi dokumentasi bertujuan untuk memperoleh

data terkait profil sekolah SMP Cendekia Baznas, profil Sri Nurhidayah,

prestasi SMP Cendekia Baznas, Data Pegawai, Data siswa, serta kegiatan-

kegiatan yang ada di SMP Cendekia Baznas.

Tabel 5. Pedoman wawancara Unsur Teknik

pengambilan

Data

Sumber Data Pertanyaan

O D W

Pandangan Tentang

Pemimpin Wanita

√ Guru,

Pegawai,

Orang yang

mnegenal

Ibu Sri

Nurhidayah

1. Bagaimana menurut anda

jika seorang wanita

menjadi pemimpin?

2. Menurut anda seberapa

pantaskah wanita

memimpin?

3. Menurut anda seberapa

efektif jika lembaga

dipimpin oleh seorang

pemimpin wanita?

Gaya

Kepemimpinan

√ √ Guru dan

Pegawai, staf

dan Ibu Nuk

A. Guru, Pegawai dan staf

1. Bagaimana proses

komunikasi antara anda

dengan pimpinan?

2. Bagaimana cara pimpinan

memberikan tugas atau

perintah dari pimpinan?

3. Bagaimana sikap anda

ketika menerima tugas

atau perintah dari

pimpinan?

4. Bagaimana cara anda

melaksanakan tugas atau

perintah dari atasan?

5. Bagaimana cara pimpinan

mengawasi tugas dan

perintah yang diberikan?

6. Apakah sudah tepat tugas

dan perintah yang

diberikan kepada anda

oleh pimpinan?

43

7. Bagaimana cara pimpinan

menyelasaikan masalah

yang timbul?

8. Bagaimanakah cara

pemimpin anda bersikap

terhadap bawahan?

9. Bagaimanakah sikap

pemimpin anda ketika

anda melakukan

kesalahan?

10. Apa saja upaya yang

dilakukan pemimpin anda

untuk merekatkan

hubungan antara

pemimpin dan bawahan

serta sesama bawahan?

11. Bagaiamanakah

pemimpin anda bersikap

ketika anda memberikan

saran dan kritikan?

12. Bagaimana pemimpin

anda bertindak ketika ada

bawahan yang

berkonflik?

B. Sri Nurhidayah

1. Bagaimana proses

komunikasi antara anda

dengan bawahan?

2. Bagaimana cara anda

menangani masalah yang

timbul dari pelaksanaan

keputusan tersebut?

3. Bagaimana anda

mengawasi tugas yang

anda berikan kepada

bawahan?

4. Apa saja yang anda

upayakan agar pengikut

anda menyelesaikan tugas

dengan tepat waktu dan

sesuai?

5. Bagaimana sikap anda

ketika ada bawahan yang

melakukan kesalahan

dalam menyelesaikan

tugasnya?

6. Apa saja upaya yang anda

lakukan untuk

44

mempererat hubungan

anda dengan bawahan

dan antar bawahan?

7. Apa saja yang anda

lakukan untuk

menyukseskan program-

program anda?

8. Apa yang anda lakukan

jika ada antar pegawai

yang konflik?

9. Bagaimana cara anda

dalam menciptakan

suasana lingkungan kerja

yang nyaman?

10. Bagaimana menurut anda

jika ada pegawai yang

memberikan kritik dan

saran?

11. Jika ada pegawai yang

tidak masuk, langkah-

langkah apa yang anda

lakukan?

Proses pengambilan

keputusan

√ √ Guru,

Pegawai, staf

dan Ibu Nuk

A. Guru, Pegawai, dan

staf

1. Bagaimana sikap

pemimpin anda ketika

terjadi permasalahan

dalam organisasi?

2. Bagaiaman peran anda

dalam proses

pengambilan keputusan

yang dilakukan oleh

kepemimpinan?

3. Apa anda tahu mengenai

semua keputusan yang

diambil oleh pimpinan?

4. Bagaimana tanggapan

anda terhadap keputusan

yang diambil oleh

pemimpim?

5. Langkah apa yang

diambil oleh pemimpin

ketika yang terjadi di

lapangan tidak sesuai

dengan perencanaan?

6. Apa tindakan pemimpin

ketika ada penyimpangan

dalam organisasi?

45

B. Sri Nurhidayah

1. Bagaimana keterlibatan

bawahan dalam proses

pengambilan keputusan

yang anda buat?

2. Bagaimana anda

mensosialisasikan

mengenai semua

keputusan yang anda

buat?

3. Bagaimana tanggapan

bawahan terhadap

keputusan yang sudah

anda ambil?

4. Apa langkah yang anda

ambil ketika apa yang

sudah anda rencanakan

ternyata tidak sesuai

dengan yang terjadi di

lapangan?

5. Apa yang anda lakukan

jika terjadi

penyimpangan-

penyimpangan dalam

organisasi anda?

Keterangan:

O = Observasi

W = Wawancara

D = Dokumen

D. Teknik Analisis Data

Proses analisis data pada penelitian ini dilakukan dari sebelum turun ke

lokasi penelitian. Peneliti melakukan analisis terlebih dahulu terkait penelitian

sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Selanjutnya peneliti melakukan analisis saat di lokasi penelitian. Data yang

diperoleh dikumpulkan, kemudian direduksi kembali. Pada proses reduksi ini,

peneliti memilih dan memilah data yang diperlukan dalam penelitian untuk

selanjutnya melakukan display data dan membuat kesimpulan.

E. Pengecekan Keabsahan Data

1. Uji Kredibilitas Data

a. Perpanjangan pengamatan

46

Peneliti sebagai instrumen utama dalam proses pengumpulan data,

peneliti berusaha untuk memperoleh data yang real. Dengan adanya

perpanjangan pengamatan, peneliti berharap kehadiran yang semakin

intensif dengan informan akan membuat informan merasa nyaman untuk

memberikan informasi sehingga data yang diperoleh dari informan

bukanlah data yang mengada-ada, dengan kedekatan peneliti dan

informan akan membentuk kewajaran, yakni kehadiran peneliti tidak

mengganggu perilaku informan yang dipelajari.

b. Meningkatkan ketekunan

Peneliti meningkatkan ketekunan artinya peneliti melakukan

pengamatan secara berkesinambungan dan cermat. Pengamatan terus

menerus membantu peneliti menemukan mana data yang perlu diamati

dan mana data yang tidak perlu diamati. Dengan meningkatkan

ketekunan, peneliti akan memperoleh kepastian dari data, peneliti bisa

mengecek kembali kebenaran data yang telah diperoleh. Sehingga

peneliti dapat melakukan deskripsi data secara akurat dan sistematis.

c. Triangulasi

Teknik triangulasi data dilakukan dengan cara membandingkan hasil

data dari berbagai sumber data serta teknik pengambilan data. Peneliti

terus melakukan pengecekan sehingga data yang diperoleh mencapai

titik jenuh, yakni tepat dimana ketika peneliti melakukan pengumpulan

data tidak ada data baru lagi yang muncul, hipotesis peneliti tidak

berubah lagi.

d. Diskusi dengan teman

Peneliti sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data

melakukan pengecekan kesimpulan sementara dengan cara melakukan

diskusi dengan teman. Hal ini bertujuan untuk menguji hipotesis

sementara peneliti.

e. Analisis kasus negatif

Peneliti melakukan analisis kasus negatif yakni peneliti mencari data

yang berbeda dengan data yang ditemukan. Agar hasil penelitian benar-

benar valid dan sah maka peneliti harus mengumpulkan data yang

berbeda dan melakukan pengecekan terhadap data tersebut hingga

peneliti tidak menemukan lagi data negatif atau data yang berbeda

dengan hasil penelitian sebelumnya.

f. Menggunakan Bahan Referensi

Peneliti dalam setiap data yang dikumpulakan menggunakan

referensi seperti hasil wawancara didukung dengan rekam wawancara

serta referensi dari teori-teori dan hasil penelitian lainnya sebagai bahan

analisis dan perbandingan terhadap hasil penelitian yang diperoleh

peneliti.

g. Member check

Member check ini peneliti lakukan untuk memeriksa kesesuaian data

temuan peneliti kepada pemberi data. Apabila data yang diperoleh

47

disepakati oleh pemberi data berarti data yang diperoleh peneliti valid

dan dipercaya tapi jika tidak maka data tersebut tidak valid dan peneliti

harus mengubah data tersebut sesuai dengan yang diberikan oleh

pemberi data (informan). Member check ini peneliti lakukan agar

informasi yang dilaporkan dalam penelitian sesuai dengan apa yang

dimaksud oleh informan.

2. Uji Transferability (Validitas Eksternal)

Uji transferability ini peneliti melakukan pelaporan terkait hasil

penelitiannya. Peneliti memberikan uraian yang jelas, rinci, sistematis dan

dapat dipercaya. Sehingga pembaca bisa memahami dengan jelas hasil

penelitian dan dapat memutuskan apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan

atau diaplikasikan di tempat lain.

3. Uji Depenability

Uji Depenability ini merupakan pengujian terhadap proses penelitian

yang dilakukan oleh peneliti. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengaudit

seluruh tahapan dalam proses penelitian. Pengujian ini dilakukan oleh auditor

yang independent, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas

peneliti dalam melakukan penelitian. Mulai dari bagaimana peneliti

menentukan masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, sampai

membuat kesimpulan peneliti harus paparkan kepada pembimbing.

4. Uji Confirmability

Uji Confirmability mirip dengan uji depenability sehingga dalam

penelitian ini peneliti melakukan kedua uji ini secara bersamaan. Perbedaan

dari kedua uji ini adalah pengauditan confirmability digunakan untuk

menguji hasil (product) sedangkan pengauditan dependability digunakan

untuk menilai proses (process) yang dilakukan peneliti di lapangan.

G. Time Schedule

No Kegiatan Bulan

Sep Okt Nov Des Jan Feb

1 Observasi awal dan mencari

masalah

2 Persiapan pembuatan proposal

3 Penyusunan Proposal

4 Pengajuan proposal ke jurusan

5 Penyusunan pedoman

peliputan data dan instrumen

pengumpulan data

6 Ujian proposal

7 Perbaikan proposal

48

8 Bimbingan

9 Uji coba instrumen

10 Peliputan data lapangan

11 Pengolahan data dan

penyusunan draft penelitian

12 seminar draft laporan hasil

penelitian

13 Perbaikan laporan hasil

seminar

14 Seminar akhir

15 Finalisasi laporan hasil

penelitian

16 Penggandaan

BAB IV

HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

49

A. Hasil Temuan

1. Profil Ibu Sri Nurhidayah, S.H., M.Si.

Ibu Sri Nurhidayah atau Ibu Nuk adalah perempuan kelahiran Bogor, 29

Agustus 1972. Saat ini berstatus Ibu dari dua anak dan Istri dari Yanmashus B.

Menganut agama Islam dan berkewarganegaraan Indonesia. Ibu Nuk tinggal

bersama suami dan dua anaknya di jalan Raya Semplak, Gg PLN No 14 RT 2

RW 10 Semplak, Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat, aktif di sosial media seperti

IG dan Facebook, dan banyak menulis di akun pribadinya terkait Insight dari

buku yang telah di baca ataupun isu-isu kekinian yang tengah banyak di

bicarakan, alamat IG Ibu Nuk yakni @Bu_Nuk dan akun FB Sri Nurhidayah.

Adapun riwayat pendidikan Ibu Nuk dimulai sejak menempuh pendidikan

SD pada tahun 1979 – 1985 di SD Angkatan 1 Bogor kemudian melanjutkan

pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 6 Bogor pada tahun 1985

hingga 1988. Pendidikannyapun berlanjut ke sekolah menengah atas di kota

yang sama yakni Bogor tepatnya SMAN 1 Bogor pada tahun 1988 hingga

1991. Pada tahun 1991 Ibu Nuk kemudian melanjutkan pendidikan S1 di

Universitas ternama Indonesia yakni Universitas Indonesia dengan mengambil

Jurusan Hukum. Ibu Nuk berhasil menyelesaikan pendidikan S1 dan meraih

gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada tahun 1995. Sempat memutuskan untuk

bekerja sebagai tenaga pendidik di SMU Al-Madania Bogor di tahun 1996,

pada tahun 1997 akhirnya memutuskan untuk melanjutkan Pendidikan S2 di

Universitas yang sama yakni Universitas Indonesia. Namun, kali ini

mengambil jurusan yang berbeda dengan jurusan sebelumnya ketika S1, Ibu

Nuk memutuskan untuk mengambil Jurusan Psikologi di Program Pasca

Sarjana Jurusan Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia.

Karir Ibu Nukpun dimulai, setelah menyelesaikan Pendidikannya pada

tahun 1998, karirnya dimulai sebagai Guru di SMA Dwi Warna Bogor. Tak

hanya sebagai guru biasa, namun melakukan Inovasi dan berhasil membuat

kurikulum khas PPKn. Tak hanya berprestasi secara pribadi, Ibu Nuk berhasil

mengantarkan siswa-siswinya untuk bersama-sama menulis di media cetak.

Tak tanggung-tanggung tulisannya mengkritisi Ensiklopedia Indonesia di

Republika selain itu siswa-siswinya juga menulis di Tabloid terkait perbedaan

media TV saat Ramadhan dan Non Ramadhan. Perjalanan karir Ibu Nuk mulai

meningkat, pada tahun 2000 hingga 2003 Ibu Nuk dipilih sebagai Wakil

Direktur Kurikulum SMA Dwi Warna. Ibu Nuk kemudian mulai menginisiasi

program pertukaran siswa AFS, Ibu Nuk juga mengikuti kegiatan-kegiatan

Internasional seperti pelatihan IB (The International Baccalaureate) di Chiang

Mai, Thailand.

Akhirnya karir Ibu Nuk sebagai pendidik dipaksa berakhir. Pada tahun 2004

Ibu Nuk akhirnya bergabung dengan Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa

50

sebagai trainer untuk para guru di bidang pendidikan. Pada saat terjadinya

bencana tsunami di Aceh, Dompet Dhuafa melalui Makmal Pendidikan

mengirimkan bantuan untuk memperbaiki pendidikan di Aceh. Makmal

membuat program sekolah dampingan, dan Ibu Nuk menjadi orang yang diutus

sebagai pendamping dalam program pendampingan sekolah SMAN 1 Lhoong

Aceh. Karir Ibu Nuk di Dompet Dhuafapun mulai meningkat, pada tahun 2005

Ibu Nuk dipilih sebagai Direktur Lembaga Pengembangan Insani (LPI)

Dompet Dhuafa. Tidak tanggung-tanggung, sebagai Diektur LPI Ibu Nuk

harus mengontrol 3 program besar sekaligus yakni Beastudi Etos, Makmal

Pendidikan, dan Smart Ekselensia Indonesia. LPI adalah cikal bakal Yayasan

Pendidikan DD.

Agustus 2011 hingga Agustus 2016 Ibu Nuk mengemban tugas sebagai

General Manager Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa (DD). Tugas utama Ibu

Nuk adalah memastikan program-program pendidikan Dompet Dhuafa

Filantropi tertunaikan. Program-program tersebut adalah Grantmaking dengan

beberapa institusi pendidikan, utamanya pada Yayasan Pendidikan Dompet

Dhuafa. Pada Agustus 2016, Ibu Nuk memutuskan untuk mengakhiri

perjalanan karirnya di Dompet Dhuafa. Ibu Nukpun keluar dari DD dan

melanjutkan perjalanan karir di Baznas pada Oktober 2016 sebagai tenaga

bantu Baznas dalam menginisiasi Sekolah Cendekia Baznas. Namun, secara

sah melalui SK Ibu Nuk menjabat sebagai Kepala sekolah SMP Cendekia

Baznas.

Selain perjalan karir yang meningkat, Ibu Nuk juga aktif menyumbangkan

ide dan opininya dalam tulisan pada kolom opini di media cetak. Berikut

adalah karya-karya Ibu Nuk yang tertuang dalam beragam tulisan pada kolom

opini republika maupun di Islam pos, membahas tentang pendidikan maupun

masalah keagamaan.

2. Deskripsi Singkat Sekolah SMP Cendekia Baznas

SMP Cendekia Baznas adalah Sekolah unggulan berasrama yang

berupaya mempersiapkan anak-anak agar mampu mengoptimalkan potensi

mereka. Kampus SMP Cendekia Baznas berlokasi di Ahbabullah Center

Kampung Cirangkong Cemplang Cibungbulang Bogor. Siswa SMP Cendekia

Baznas adalah lulusan SD/MI, laki-laki dan perempuan, yang memiliki

keterbatasan di bidang ekonomi yakni anak-anak yatim dan dhuafa. Sekolah

ini sinergi dari 3 sumber, yakni tanah wakaf Siti Hajar Suja‟i, bangunan dari

Qatar Charity Indonesia (QCI) dan Operasionalnya dari Baznas.

Salah satu cita-cita SMP Cendekia Baznas adalah menjadi sekolah

untuk masyarakat artinya adalah setiap fasilitas yang ada di SMP Cendekia

baznas dimanfaatkan untuk pendidikan dan pelayanan masyarakat di sekitar

51

SMP Cendekia Baznas. Contohnya adalah Masjid yang menjadi tempat ibadah

para siswa-siswi setiap hari sering dimanfaatkan warga untuk pengajian begitu

juga fasilitas lainnya seperti lab yang dimanfaatkan sebagai posko Bidikmisi.

Ibu Nuk dan pengelola lainnya melihat bahwa siswa-siswi MA

Swasta/Pesantren tidak tahu tentang program Bidikmisi. Karena dekat dengan

IPB, akhirnya mahasiswa IPB yang mengedukasi dan sekolah Baznas

menyediakan tempatnya. Walaupun sebenarnya sekolah ini adalah Level SMP

yang tidak membutuhkan Bidikmisi, tapi karena siswa MA Swasta/Pesantren

di sekitar wilayah Cibungbulang belum mengenal Bidikmisi maka sekolah

merasa perlu untuk mengadakan edukasi tentang program Bidikmisi ini.

Termasuk perpustakaan juga dibuka untuk umum. Ada pelatihan komputer

juga dari UMKM di Labkom, pelatihan dari KPK dll. Selain itu, klinik yang

bertempat di bagian depan sekolah dibuka seminggu sekali untuk masyarakat

umum yang ingin melakukan cek kesehatan atau pengobatan, pihak Baznaspun

menyediakan layanan dokter seminggu sekali.

“Bangunan ini tidak boleh kosong sebenarnya” ujar Ibu Nuk “bangunan

sekolah ini kan mahal ya boros. Sayang sekali jika hanya di gunakan di waktu

sekolah saja dan ketika hari libur kosong, makanya perlu ada pemanfaatan

diluar jam sekolah.” lanjut Ibu Nuk ketika diwawancari pada tanggal 06

Desember terkait program di sekolah Baznas. Sehingga bangunan sekolah dan

semua fasilitas sekolah berusaha untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin

agar kebermanfaatananya semakin luas.

Tak hanya bangunan sekolah, sekolah ini juga coba memberikan model

pembelajaran yang baik kepada para guru di sekitar SMP Cendekia Baznas.

SMP Cendekia Baznas membuka program Observasi kelas setiap 2 bulan

sekali. Program observasi kelas ini terbuka untuk 5 orang guru, karena jika

terlalu banyak akan mengganggu proses belajar mengajar di kelas. “baru ada

tiga mata pelajaran yang sudah siap untuk program observasi kelas ini” ujar

Ibu Nuk “yakni Mata pelajaran Bahasa Inggris, IPS dan Matematika.” Setiap

program observasi kelas berlangsung, 5 orang guru dari sekolah yang berbeda

datang untuk melihat dan mempelajari cara mengajar dari guru di SMP

Cendekia Baznas. Diakhir kegiatan semua guru berkumpul untuk berdiskusi

terkait kegiatan belajar mengajar yang telah berlangsung. “Sekolah ini

berusaha untu menjadi model sekolah yang murah dan mudah untuk di contoh

oleh sekolah lain” begitu penutup Ibu Nuk di akhir wawancara terkait program

yang dirancang oleh Sekolah Cendekia Baznas.

B. Temuan dan Pembahasan

1. Gaya Kepemimpinan

a) Karakter Ibu Nuk

52

Gaya (Style) kepemimpinan lebih banyak dipengaruhi oleh karakter

seseorang dalam menjalankan organisasinya (Lukman Hakim, 2008: 98).

Menurut Bohlin, Farmer dan Ryan (dalam Sudaryono: 2014: 25) karakter

diartikan sebagai tanda khusus atau pola perilaku. Sedangkan dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, karakter mengandung arti sebagai sifat-sifat kejiwaan,

akhlak, atau budipekerti yang membedakan seseorang dari orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa Ibu Nuk memiliki karakter

sebagai berikut:

1) Tegas

Tegas adalah karakter yang menjadi ciri khas Ibu Nuk. Hampir

semua orang sepakat bahwa Ibu Nuk adalah sosok yang memiliki

ketegasan. Ibu Nukpun menyadari dan mengakui hal tersebut. Ketika

ditemui di rumahnya pada hari selasa, 05 Desember 2017 Ibu Nuk

mengungkapkan bahwa Ibu Nuk adalah sosok yang jika telah mengambil

keputusan A maka harus A, “kalau saya memang tidak suka sama A maka

saya langsung ngomong” tegas Ibu Nuk.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ustadz Rony Koordinator GA

bagian umum Sekolah SMP Cendekia Baznas ketika diwawancarai terkait

pendapat Ibu Nuk tentang sosok Ibu Nuk pada tanggal 06 Desember 2017

“Tegas, ketegasan itu menurut saya antara laki-laki dan perempuan sama

saja ya. Jika ada yang tidak sesuai Ibu Nuk akan langsung bilang ke

penanggung jawabnya.” Tidak jauh berbeda, Ustadz Firman juga

memberikan jawaban yang sama ketika diwawancari pada tanggal 05

Januari terkait pendapatnya tentang Ibu Nuk ” Ibu Nuk itu orangnya yang

pertama tegas, disiplin waktu, ketika ada timnya yang telat baik telat ketika

datang rapat atau pertemuan gitu selalu ada sanksi yang diberikan.”

Ketegasan Ibu Nuk juga terlihat ketika sedang memimpin rapat, Ibu

Nuk demokratis namun sisi tegas Ibu Nuk masih tetap ada, seperti

pernyataan Ibu Nuk:

“Jika akan membuat peraturan, saya akan minta pendapat pada

teman-teman, saya sampaikan ada masalah ini dan ini silahkan ada

yang berpendapat. Kalau sudah ada satu, dua, tiga dan seterusnya

saya misalkan milihnya opsi nomer 3 ya sudah nomer 3 itu gitu biar

cepet.”

Dalam memimpin, tegas merupakan salah satu unsur dalam

kepemimpinan yang efektif, tegas namun tidak meninggalkan unsur

demokratis. Ketegasan harus dimiliki seorang pemimpin ketika terjadi

perdebatan atau perbedaan pendapat, terutama ketika rapat. Dalam kondisi

53

rapat, demokrasi memang harus dilakukan agar setiap anggota memiliki

kesempatan dan ruang untuk mengungkapkan pendapat dan usulannya.

Ketika semua pendapat telah diperoleh dan terjadi banyak perbedaan, maka

ketegasan dari seorang pemimpin sangat dibutuhkan agar kondisi rapat tetap

terjaga dan kondusif. Perbedaan pendapat harus segera diredam dan

pemimpin harus segera mengambil keputusan.

Selain dalam memimpin rapat, Ibu Nuk juga tegas dalam hal disiplin

waktu dan komitmen, hal ini disampaikan langsusng oleh Ustadz Firman

guru sekaligus pembina asrama SMP Cendekia Baznas ketika diwawancari

pada tanggal 05 Januari 2017:

“Ketika kita diberi suatu kayak komitmen nih misalnya, kita punya

sebuah komitmen bersama nih bahwa kita akan menjalankan suatu

program, kalau program itu tidak berhasil gitu maka Ibu Nuk itu

akan sangat marah. Jadi ketika dia memberikan kita pekerjaan dan

tidak beres maka Ibu Nuk tidak segan-segan memarahi timnya.

Contoh, pernah suatu hari asrama dalam keadaan kotor, ketika itu

anak-anak sedang sibuk-sibuknya ekstrakulikuler, saat itu Ibu Nuk

marah sekali.”

Ibu Nuk juga tidak segan-segan memberikan sanksi jika terjadi pelanggaran

terhadap peranturan dan komitmen bersama, seperti yang diungkapkan oleh

ustadz Firman: “Ketegsannya lagi itu masalah disiplin waktu, misalnya kita

harus rapat jam sekian dan kita tidak datang di jam sekian, maka kita

didenda Rp.1000 per menit keterlambatan kemudian dijadakan uang kas

untuk digunakan ketika ada pegawai yang sakit dan sebagainya.”

Ketegasan Ibu Nuk selaku pemimpin memberikan kesan yang

beragam dikalangan pengikutnya. Pro dan kontra diterima dan ditanggapi

dengan baik. Terutama ketika Ibu Nuk berada di lingkungan organisasi

yang baru. Pengalaman Ibu Nuk selama berada di DD membuat Ibu Nuk

memiliki nila-nilai yang terus dijaga dan dipertahankan ketika Ibu Nuk

berada di SMP Cendekia Baznas. Nilai-nilai inilah yang dipertahankan dan

coba untuk ditanamkan kembali di lingkungan organisasinya yang baru. DD

dan Baznas adalah dua buah organisasi penghimpun dan penyalur dana

zakat. Memiliki kesamaan pada sumber dananya, membuat Ibu Nuk

menerapkan budaya yang sama antara di DD dan SMP Cendekia Baznas

dalam hal pembiayaan.

Pembiayaan menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh Ibu Nuk.

Mengelola dana zakat menurut Ibu Nuk sangat beresiko, tidak hanya harus

dipertanggungjawabkan di dunia namun juga sampai akhirat. Sehingga Ibu

Nuk sangat ketat dalam urusan pembiayaan. Ibu Nuk sangat tegas dalam

54

urusan penggunaan dana zakat. Tidak hanya amanah tetapi juga harus

beretika, tidak hanya mempergunakan dana dengan sesuai tetapi juga ada

rambu-rambu yang harus diperhatikan. Hal ini yang diungkapkan oleh Guru

Agung, Direktur Smart Ekselensia Indonesia DD yang pernah menjadi tim

Ibu Nuk ketika masih berada di DD:

“Ibu Nuk jika pergi ke sebuah daerah Ibu Nuk akan bertanya di

daerah ini ada ETOS tidak? Kalau ada, ya sudah tidak perlu cari

penginapan saya nginap di asrama putri ETOS saja. Inilah beretika,

Ibu Nuk bisa saja memilih hotel yang murah, ini masih amanah

karena memang ada dana untuk penginapan namun Ibu Nuk lebih

memilih utuk tidak menggunakan dana itu dan memilih untuk

tinggal di asrama ETOS dan mengalihkan dana tersebut untuk

membelikan anak-anak ETOS makanan.”

Dana zakat adalah dana ummat, dana yang harus dipertanggung

jawabkan tidak hanya lewat laporan keuangan namun sampai akhirat akan

terus dipertanyakan penyalurannya sudah sesuai ataukah tidak. Oleh karena

itu, sebagai pemimpin ada keinginan untuk terus mengingatkan anggota

organisasi lainnya agar tidak salah dalam menggunakan dana zakat ini.

2) Peduli

Wanita tetaplah seorang wanita. Meskipun terkenal dengan sikapnya

yang tegas, namun sifat kewanitaan Ibu Nuk tetap ada. Kepekaan Ibu Nuk

terhadap orang lain tidak terbatas jabatan atau usia. Bahkan Ibu Nuk juga

sangat peduli dengan para sopir angkot yang sering Ibu Nuk temui. Ketika

Ibu Nuk berhenti di Dompet dhuafa, para sopir angkot mengeluh kepada

Ibu Nuk takut Ibu Nuk tidak bisa memberikan bantuan lagi kepada orang-

orang dhuafa di sekitar Ibu Nuk.

Supir pribadi Ibu Nuk juga mengungkapkan bahwa Ibu Nuk adalah

sosok yang sangat luar biasa. Ketika mengantar peneliti pulang setelah

mengikuti kegiatan Ibu Nuk di sekolah, Supir Ibu Nuk yang sering

dipanggil “om” terlihat tidak bisa berkata apa-apa ketika ditanya bagaimana

sosok Ibu Nuk menurut Ibu Nuk. Om hanya mengatakan “saya selalu

merinding ketika menceritakan Ibu Nuk kepada orang lain” peneliti

mencoba untuk menggali apa yang membuat Om akhirnya bersikap seperti

demikian, hingga akhirnya Om mulai terbuka, Ibu Nuk mengatakan bahwa:

“Ibu Nuk adalah sosok yang sangat baik, walaupun saya hanya

seorang supir Ibu Nuk tidak pernah memerintah saya, walaupun Ibu

Nuk membawa barang yang banyak selagi masih bisa dibawa Ibu

Nuk tidak mau dibawakan oleh saya, Ibu Nuk bawa sendiri

55

walaupun di tangannya banyak yang harus di tenteng-tenteng”

(wawancara Om supir pribadi Ibu Nuk tanggal 06 Desember 2017

Begitulah cara Ibu Nuk menunjukkan kepedulian terhadap sesama.

Ibu Nuk tidak memandang status sosil, jabatan, atau apapun semua orang

dianggap teman. Baginya supir angkot yang selalu mengantarnya ke tempat

tujuan adalah teman, seperti yang Ibu Nuk ucapkan ketika menceritakan

tentang kejadian di angkot, “teman saya yang sopir angkot itu bilang, siapa

tempat kami minta tolong lagi nanti buk?”, menjadi salah satu bukti bahwa

Ibu Nuk menjalin kedekatan dengan siapapun.

Selain itu, kepedulian Ibu Nuk juga tercermin dari cara Ibu Nuk

berkomunikasi dan silaturrahmi yang Ibu Nuk rajut dengan karyawan

maupun keluarga karyawan. Ketika peneliti menemui Ibu Nuk di

kediamannya, Ibu Nuk menceritakan terkait kejadian salah seorang mantan

pegawai Ibu Nuk di DD yang bekerja sebagai koki di pentri DD yang

meninggal akibat kecelakaan. Walaupun Ibu Nuk tidak bekerja dalam satu

lingkup organisasi lagi namun Ibu Nuk tetap melayat dan mengunjungi

keluarga korban. Bahkan ketika menceritakan kejadian dan kondisi keluarga

yang ditinggalkan Ibu Nuk menangis, menitikan air mata. Ibu Nuk

menghawatirkan keadaan keluarga korban, istri yang hamil tua dan anak

yang berusia 3 tahun membuat Ibu Nuk ingat bahwa akan ada 2 orang anak

yatim, mengingat hal tersebut Ibu Nuk semakin sedih dan menangis. Hal

serupa juga diungkapkan oleh pegawai Ibu Nuk Mbak Nia, pegawai

perpustakaan di SMP Cendekia Baznas mengungkapkan bagwa bagi Ibu

Nuk kekeluargaan adalah nomer satu: “bagi Ibu Nuk nomer satu itu adalah

kekeluargaan. Mau ada yang sakit, harus ada yang mewakili walaupun

nggak semuanya. Kalau ada acara apa, orang tua mau dateng. Kadang di

tempat kerja kita risih yaa kalau ada keluarga dateng, kalau Ibu Nuk

ditanyain, diajak ngobrol.” Tak jauh berbeda, Pak Abdu Khalim Direktur

Makmal Pendidikan DD mengungkapkan dalam wawancara pada tanggal

30 November 2017 di ruang PSB lantai 2 bahwa “yang saya suka dari Ibu

Nuk itu dari segi silaturahim. Jika ada undangan dari karyawan yang

menikah, sunatan, biasanya Ibu Nuk mengusahakan untuk datang”. Hal ini

membuktikan bahwa Ibu Nuk tidak hanya menjalin kedekatan dengan

pegawai saja tetapi juga dengan keluarga pegawai, sehingga lingkungan

organisasi (tempat kerja) terasa begitu sangat kekeluargaan.

3) Cerdas

Salah satu yang menonjol dari Ibu Nuk adalah kecerdasannya.

Ketika mengunjungi rumah Ibu Nuk pada tanggal 05 Desember 2017,

56

peneliti langsung di arahkan ke ruang kerja sekaligus ruang baca Ibu Nuk di

lantai 2 rumahnya. Terlihat sekali disana dikelilingi oleh lemari yang

dipenuhi oleh buku. Buku-buku tersebut adalah koleksi buku Ibu Nuk dan

suami, tak lupa papan tulis juga terpajang di dinding jika sesekali Ibu Nuk

mengajarkan anak-anak dalam menyelesaikan tugas rumah.

Kegemaran Ibu Nuk dalam membaca juga melatih keahlian Ibu Nuk

dalam menulis. Selain menulis di media cetak, Ibu Nuk juga sering

memposting insight Ibu Nuk setelah membaca buku. Tak lupa Ibu Nuk

menambahkan ide dan opini. Tulisan Ibu Nuk tersebar di beberapa media

cetak dan online, baik di Harian Repubilka, Republika online maupun di

Islam Post. Tak hanya membaca buku namun Ibu Nuk juga setiap hari

berlangganan koran agar pengetahuan Ibu Nuk tetap terupgread. Ini terlihat

ketika peneliti mengikuti Ibu Nuk ke sekolah, karena sekolah Ibu Nuk

berlokasi jauh dari jalan utama, Ibu Nuk sengaja membawa koran dari

rumah agar terus tetap bisa membaca.“Salah satu prinsip Ibu Nuk adalah

semiskin apapun kita, koran harus tetap ada di rumah.” Begitulah ungkapan

Guru Agung ketika ditanya tentang Ibu Nuk pada tanggal 20 November

2017. Ibu Nuk adalah sosok yang tidak pernah lepas dari buku, koran dan

menulis.

Kecerdasan Ibu Nuk juga tercermin dari latar belakang pendidikan

Ibu Nuk. Sejak SD hingga Perguruan tinggi sampai gelar masternya, Ibu

Nuk selalu menempuh pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi

terkemuka. sejak menempuh pendidikan SD di SD Angkatan 1 Bogor

kemudian melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 6

Bogor selanjutnya menyeleaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1

Bogor. Ibu Nuk kemudian melanjutkan pendidikan S1 di Universitas

ternama Indonesia yakni Universitas Indonesia dengan mengambil Jurusan

Hukum. dan akhirnya melanjutkan Pendidikan S2 pada tahun 1997 di

Universitas yang sama yakni Universitas Indonesia.

Selain dari latar belakang pendidikan, kecerdasan Ibu Nuk juga

terlihat dari perjalanan karirnya hingga mencapai posisi puncak yakni

sebagai seorang pemimpin. Memulai karir sebagai seorang guru yang

berprestasi, Ibu Nuk akhirnya banyak mendapatkan tugas tambahan hingga

mendapat kepercayaan dari organisasi tempatnya bekerja untuk menduduki

kursi kepemimpinan. Ibu Nuk juga didukung dengan keterampilan

menggunakan komputer dengan sistem operasi berbasis Open souce

(Ubuntu, LinuxMint, Slackware, dan Debian), Ibu Nuk juga merupakan

seorang trainer kekhususan untuk pelatihan nilai-nilai (training values).

4) Sederhana

57

Kesederhanaan Ibu Nuk sangat tercermin dari cara Ibu Nuk

berpakaian serta cara Ibu Nuk bersikap. Terkadang karena terlalu cuek

terhadap penampilan Ibu Nuk mendapatkan kritik dari para pegawainya.

Namun, kritik tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi baginya. Ibu Nuk

tak jarang mendapat saran untuk sedikit memperhatian penampilannya,

karena sebagai pemimpin penampilan juga menjadi sorotan di kalangan

pegawai dan kolega tentunya.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama bersama Ibu Nuk,

kesederhanaan Ibu Nuk sangat tercermin dari gaya hidup Ibu Nuk.

Menggunakan pakaian sangat sederhana, pakaian yang simple, hanya baju

panjang dan celananya serta kerudung yang menutupi kepalanya dengan

sedikit mengikuti trand jilbab saat ini namun tetap menampilkan diri

dengan apa adanya. Tidak ada makeup tebal namun tetap bersih dan terlihat

anggun dengan kesederhanaannya itu. Kendaraan yang Ibu Nuk milikipun

cukup sederhana, seperti sepeda motor dan mobil kijang milik suaminya.

Ibu Nuk tergolong pecinta angkot, Ibu Nuk lebih suka menggunakan

angkot sebagai kendaraan umumnya. Ibu Nuk mengaku bahwa Ibu Nuk

tidak bisa mengendarai sepeda motor dan lebih memilih kendaraan umum

sebagai alat transportasi favorit. Orang-orang biasa menjuluki Ibu Nuk

pecinta angkot, karena jika kemana-mana pasti memakai angkot. Lokasi Ibu

Nuk bekerja saat ini tidak mendukung hobi Ibu Nuk. Jarak sekolah yang

jauh, dan lokasi sekolah yang jauh dari jalan utama mengharuskan Ibu Nuk

menggunakan kendaraan pribadi sehingga Ibu Nuk terpaksa diantar mobil

kijang suami Ibu Nuk yang umurnya sudah lumayan tua.

Sifat Ibu Nuk yang sederhana juga diturunkan kepada para pegawai.

Dalam hal pengelolaan dana zakat Ibu Nuk sangat menganjurkan bahwa

dana zakat yang dikelola tidak hanya harus amanah tetapi juga beretika.

Itulah sebabnya ketika Ibu Nuk mendapatkan tugas ke luar kota, Ibu Nuk

tidak pernah memilih untuk menginap di hotel yang mewah, selama ada

kenalan dan kerabat maka Ibu Nuk akan memilih menginap di tempat

tersebut. Jikalau tidak ada, maka Ibu Nuk akan memilih hotel yang paling

murah sebagai tempat penginapannya.

5) Kuat Pendirian

Karena sikap tegas dari Ibu Nuk, Ibu Nuk akhirnya juga memiliki

karakter yang berpendirian kuat. Seperti masalah dana dan juga dalam hal

58

peraturan-peraturan. Seperti yang dikutip dari hasil wawancara dengan Pak

Abdul Khalim berikut:

“Ibu Nuk memiliki pendirian yang sangat kuat. Jika Ibu Nuk

mengatakan bahwa ini adalah dana zakat, hanya untuk orang dhuafa

ya itu tidak bisa dialihkan ke hal yang lain dulu dan strik dari sisi

yang kayak gitu. Dari sisi kerjasama, kita diminta untuk selektif.

Ketika SGI ingin melakukan kerjasama, waktu angkatan lima akan

melakukan kerjasama dengan Newmon. Karena newmon merupakan

perusahaan yang velue-valuenya tidak sesuai dengan DD misalnya

dari sisi tidak bertanggung jawab terhadap alam, newmon merusak

alam akhirnya Ibu Nuk menolak untuk melakukan kerjasama senilai

2M.

Pendirian Ibu Nuk sulit untuk digoyahkan. Bagi Ibu Nuk nilai-nilai

yang dimiliki oleh organisasi harus tetap di jaga. Begitu juga halnya dengan

peraturan yang sudah ada dan disepakati bersama, harus ditegakkan dan

dijalankan. Apapun konsekuensinya harus dihadapi. Sama halnya ketika

SGI melakukan kesalahan ketika melakukan rekrutmen. DD Pendidikan

memiliki prosedur dan aturan dalam menyeleksi calon penerima manfaat,

dan ketika prosedur serta aturan itu dilanggar dan tidak sesuai maka Ibu

Nuk tidak segan-segan mengambil keputusan yang tegas dan siap menerima

segala konsekuensinya:

“Di DD Pendidikan ada sebuah aturan, di program DD pendidikan

tidak ada double penerima manfaat dalam satu waktu, contohnya di

SGI angkatan 5 juga. SGI menerima salah satu guru dengan

kapasitas bagus, kemampuan yang bagus, prestasinya bagus namun

salah satu kesalahan dari pengelola SGI tidak ketat dalam proses

seleksi ternyata adeknya juga menerima beasiswa Smart, dan dia

diterima di SGI, Sudah ikut orientasi. Ibu Nuk mengambil

kesimpulan untuk mengecut peserta tersebut dengan berani

menangung konsekuensi apapun. Tapi, kebijakannya adalah dia

dikasi kesempatan untuk mendampingi sekolah selama 6 bulan”

(wawancara Pak Abdul Khalim, 30 November 2017 di ruang PSB

lantai 2).

Nilai, norma yang terangkum kedalam budaya organisai menjadi ruh

organisasi yang bersangkutan sehingga Ibu Nuk mencoba untuk terus

mempertahankan ruh tersebut sebagai jati diri dan identitas.

6) Komunikatif

Dalam kiprah menjadi seorang pemimpin, komunikasi adalah hal

utama yang harus dikuasi. Dalam memberikan arahan, memberikan

59

pengaruh, dan pemberian tugas. Komunikasi yang baik akan menghasilkan

respon yang baik juga dari bawahan. Menghadapi manusia dengan beragam

karakter, sifat, latar belakang membuat pemimpin dituntut untuk memahami

psikologi dan cara komunikasi yang baik. Tidak menyinggung sehingga

menghindarkan ketidaknyamanan dan konflik. Terkait masalah komunikasi,

Ibu Nuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Hal ini terlihat dari

kedekatan Ibu Nuk dengan seluruh karyawan, baik dari level bawah hingga

level atas. Hal ini juga yang membuat Ustadz Rony nyaman bekerja

dibawah kepemimpinan Ibu Nuk, sesuai dengan hasil wawancara dengan

Ustadz Rony berikut:

“Secara komunikasi Ibu Nuk masih mengkomunikasikan dan

mengkritik dengan baik. Ibu Nuk orangnya friendly, tidak

mengganggap bahwa dirinya ada pada posisi paling tinggi, ketika

ngobrol dengan level-level bawah Ibu Nuk tidak memposisikan

sebagai Bos. Ketika menginginkan sesuatu Ibu Nuk tidak segan

untuk langsung mengungkapkannya. Misalnya, ketika ingin di

buatkan surat dan ruangan Ibu Nuk berbeda, orang lain biasanya

menggunakan alat seperti telepon tapi Ibu Nuk tidak, Ibu Nuk

langsung bilang datang ke orangnya” (Wawancara Ustadz Rony

tanggal 06 Desember 2017).

Selain komunikasinya yang terbilang sopan kepada bawahannya,

komunikasi Ibu Nuk juga termasuk lugas, seperti yang diungkapkan Pak

Abdul Khalim berikut “Komunikasi Ibu Nuk Sangat lugas, tidak banyak

basa basi langsung sampaikan saja.” Sehingga berpengaruh juga ketika Ibu

Nuk mendelegasikan sebuah tugas kepada karyawan. Ibu Nuk tergolong

pemimpin yang banyak memimpin secara langsung, ketika ada tugas Ibu

Nuk sering mendelegasikan langsung kepada karyawannya, seperti yang

diungkapkan oleh Ustadzah Norma

“Jika ingin mendelegasikan sesuatu dipanggil dulu baru ditanya

kesanggupan, tapi terkadang ada yang langsung didelegasikan,

Kalau ada yang terlalu jauh dari passion kita Ibu Nuk nanya dulu,

Ibu Nuk memberikan kesempatan pegawai untuk berpikir terlebih

dahulu. Tapi ketika mendelegasika tugas untuk agro bisnis saya

langsung di tunjuk, norma saya punya uang segini kamu buat ini

karena itu sesuai dengan passion saya yaa saya langsung iya kan”.

Dalam pendelegasian tugas, tidak semua tanggungjawab yang

diberikan dapat diselesaikan sesuai yang diharapkan atau sesuai dengan apa

yang telah direncanakan. Dalam pekerjaan, selalu ada hambatan dan

rintangan yang dihadapi. Begitu juga yang dialami Ibu Nuk selama menjadi

pemimpin. Tidak semua tugas yang Ibu Nuk delegasikan dapat berjalan

dengan baik, dan begitu juga dengan peraturan, tidak semua yang dirancang

60

ditaati oleh semua karyawan. Namun, Ibu Nuk memiliki cara untuk

mengatasi setiap masalah yang dihadapi. Salah satunya adalah dengan

komunikasi. Dalam menghadapi permasalahan organisasi, Ibu Nuk selalu

melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan orang-orang yang terlibat.

Ibu Nuk akan memanggil orang yang bersangkutan, akan bertanya terkait

perihal apa yang terjadi, melakukan investigasi kepada keryawan lain, baru

menetapkan kesimpulan. Seperti yang diungkapkan oleh Ustadz Rony

ketika Wawancara pada tanggal 06 Desember 2017 bahwa ketika ada

permasalahan yang terjadi, Ibu Nuk berkomunikasi langsung dengan pihak

yang terlibat “Jika ada yang tidak sesuai Ibu Nuk akan langsung bilang ke

penanggung jawabnya.”. Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Mbak

Nia ketika Wawancara pada tanggal 06 Desember 2017 “Kalau ada

beberapa yang melenceng ditanyakan, kenapa ini kayak gini, kenapa asrama

nggak berjalan sesuai kurikulum, oh begini begini buk, oh okey.” Jika ada

permasalah pasti Ibu Nuk mengkomunikasikannya mencari tahu

penyebabnya terlebih dahulu baru mengambil tindakan.

Tidak hanya permasalahn saja yang Ibu Nuk hadapai dengan

komunikasi, tetapi kebijakan baru, peraturan baru juga selalu Ibu Nuk

komunikasikan kepada pada karyawan. Ini juga salah satu ajang Ibu Nuk

dalam mensosialisasikan targetan kedepan organisasi apa dan apa saja yang

harus dilakukan untuk mencapainya. Salah satu wadah yang Ibu Nuk bentuk

adalah seruput pagi, ini adalah wadah para karyawan dan Ibu Nuk untuk

mengkomunikasikan segala bentuk peraturan dan kebijakan baru, seperti

yang diungkapakan oleh Pak Abdul Khalim ketika Wawancara pada tanggal

30 November 2017

“Dalam organisasi ada beberapa lapis mulai dari lapis pertama, lapis

kedua, ketiga, dan seterusnya. Jika ada peraturan dan kebijakan baru

maka Ibu Nuk sampaikan ke lapisan yang kedua Manajer dan

supervisor untuk di sampaikan ke anggota masing-masing tapi tetap

di konfirmasi ulang ketika di acara seruput pagi dihadapan para

seluruh pegawai.”

Seruput pagi ini adalah salah satu cara Ibu Nuk dalam merekatkan

hubungan antar karyawan dan Ibu Nuk sendiri. Seruput pagi diadakan setiap

2 bulan sekali di hari kerja, dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 11.00 siang.

Seruput pagi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

kegiatan informal seluruh pegawai di Lembaga Pengembangan Insani (LPI).

Pada kegiatan ini seluruh pegawai berkumpul untuk makan bersama,

menyimak arahan dari kepala bagian masing-masing, pengumuman dan

arahan dari direktur LPI, dan tidak lupa ada pentas seni antar bagian yang

semakin menumbuhkan rasa kekeluargaan dan kedekatan antar karyawan.

Kegiatan inipun berusaha digelar secara rutin. “Kita ada sarana seruput

61

pagi. Semua karyawan terfasilitasi disitu. Di seruput pagi ibu nuk

menyampaikan kabar baru, kebijakan baru dan harapan untuk DD.” Tegas

Pak Abdul Khalim ketika wawancara pada tanggal 30 November 2017 di

ruangan PSB lantai 2.

Jika di DD Ibu Nuk membuat agenda seruput pagi sebagai ajang

merekatkan hubungan antar pegawai dan pemimpin, maka di SMP

Cendekia Baznas Ibu Nuk membuat agenda outing class yang diikuti oleh

seluruh siswa-siswi, guru, pembina asrama, staf dan pegawai serta Ibu Nuk

sendiri selaku kepala sekolah. Tidak jauh berbeda dengan seruput pagi,

ajang outing class selain untuk memberikan pengalaman belajar di alam

terbuka untuk siswa-siswi juga menjadi wadah bagi setiap anggota

organisasi untuk mempererat hubungan.

7) Keibuan

Baik laki-laki maupun wanita keduanya terlahir dengan kodratnya

masing-masing. Baik secara fisik maupun hormon keduanya memiliki

kekhasan yang berbeda. Wanita, terlahir dengan kodratnya sebagai makhluk

ciptaan Tuhan yang lembut, memiliki rahim dan ditakdirkan untuk

mengalami masa haid, hamil dan melahirkan. Maka sudah menjadi kodrat

wanita untuk menjadi seorang Ibu. Begitu juga halnya dengan Ibu Nuk,

dikarunia 2 orang putra membuat Ibu Nuk harus bekerja ekstra. Selain

menjadi wanita yang berkarir, Ibu Nuk juga harus menjadi seorang ibu yang

harus selalu ada untuk anak-anaknya demi memberikan kasih sayang dan

pendidikan terbaik.

Berdasarkan hasil pengalaman peneliti selama bersama Ibu Nuk

pada tanggal 05 Desember 2017, ketika peneliti melakukan observasi dan

membersamai perjalanan Ibu Nuk selama seharian, peneliti menemukan

bahwa Ibu Nuk adalah sosok wanita dengan sifat keibuan yang penyayang

dan lemah lembut. Ini terlihat ketika Ibu Nuk berinteraksi dengan anaknya.

Ibu Nuk memberikan intruksi yang lembut ketika memerintahkan anaknya

untuk sholat, Ibu Nuk juga meluangkan waktu di malam hari untuk

menemani anaknya menyelesaikan PR. Di pagi hari, sebelum Ibu Nuk

berangkat bekerja Ibu Nuk terlebih dahulu menyiapkan segala perlengkapan

sekolah anaknya. Mulai dari bekal, buku, tugas, dan memastikan anaknya

berangkat sekolah dengan diantarkan oleh sang suami, baru setelah itu Ibu

Nuk berangkat bekerja. Hal lain juga terlihat ketika peneliti hendak

mewawancari Ibu Nuk dan menentukan jadwal pertemuan, Ibu Nuk

bersedia untuk ditemui di hari apapun kecuali hari sabtu dan Ahad, karena

menurut Ibu Nuk hari tersebut adalah hari Ibu Nuk dengan keluarga yang

tidak bisa diganggu. Ibu Nuk menyediakan waktu dari hari senin sampai

62

jum‟at untuk bekerja dan beraktifitas di luar umah dan meluangkan waktu 2

hari yakni sabtu dan Ahad untuk anak dan keluarga.

Hal serupa juga di ungkapkan oleh Pak Abdul Khalim ketika

diwawancara pada 30 November 2017 bahwa Ibu Nuk selalu meluangkan

waktunya demi anak:

“Ibu Nuk ini kan punya keluarga, meskipun di tengah kesibukannya

yang luar biasa. Kadang kalau sudah janji dengan anaknya

kesibukan disini pasti ditinggalkan. Contoh, ketika diundang untuk

menghadiri acara wisuda SGI program Executive Class (EC). Ibu

Nuk bilang ke saya mas maaf ya saya tidak bisa hadir saya ada acara

ambil raport di sekolah anak saya. Artinya Ibu Nuk tetap

memprioritaskan untuk anaknya.”

Sifat keibuan yang melekat pada dirinya kadang tercermin dalam

sikap-sikapnya kepada para karyawan, sahabat, dan lingkungannya. Tidak

hanya kepada anak kandungnya, sifat keibuan Ibu Nuk juga ditunjukkan

kepada siswa-siswi SMP Cendekia Baznas. Ibu Nuk terkadang tiba-tiba

menangis karena hal-hal sepele ujar Norma salah satu staf admin Sekolah

SMP Cendekia Baznas.

“Saya kadang heran, tiba-tiba Ibu nangis di pojokan. Saya tanya

kenapa Buk? Ibu Nuk bilang kasian Santri putri tidak punya

lapangan, bagaimana anak-anak putri bisa bermain. Sedangkan yang

laki-laki sudah punya lapangan kasian yang putri. Eeh tiba-tiba Ibu

Nuk membawa sepeda ke sekolah untuk anak-anak putri agar anak-

anak putri bisa bermain”.

Selain menunjukkan sifat keibuan kepada anak kandungnya dan para

siswa-siswi SMP Cendekia Baznas, Ibu Nuk juga menjadi sosok ibu untuk

para pegawai, hal ini diungkapkan oleh Ustadz Firman guru dan pembina

asrama SMP Cendikia Baznas ketika diwawancari pada tanggal 05 Januari

2017 “Kalau ke tim Ibu Nuk sangat ramah penuh kehangatan, seakan-akan

Ibu Nuk itu seperti orang tua buat saya sendiri.” Selanjutnya Ustadz Firman

menerangkan bahwa sifat keibuan Ibu Nuk tercermin dari bentuk perhatian

belaiu kepada timnya:

“Ibu Nuk itu sangat perhatian ke semua timnya, misalnya kalau ada

pegawai sakit Ibu Nuk jadi orang pertama yang turun tangan untuk

ngarahin kita ngajakin jengukin. Pernah Ibu Nuk bilang, tolong sediain

dana untuk guru pembina asrama untuk uang vitamin untuk pembina

asrama, karena mereka bekerja sampai malam, butuh suplemen. Jadi ibu

63

nuk itu sangat memperhatikan kita. Jadi, tidak hanya memperkerjakan

kita tapi juga memperhatika kesehatan kita.”

b) Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Teori Sifat

Dalam menganalisis gaya kepemimpinan seorang pemimpin, ada

beberapa aspek yang dapat dijasikan patokan, mulai dari karakter

pemimpin, sifat, perilaku dan secara situasional. Dalam penelitian ini,

peneliti melakukan analisis terhadap gaya kepemimpinan dengan mengacu

pada teori sifat (trait) yang dapat dilihat dari karakter pemimpin, teori

perilaku, serta dengan melihat strategi-strategi yang yang dilakukan Ibu

Nuk selama menjalani kepemimpinannya.

Jika dilahat dari segi karakter, Ibu Nuk memiliki beberapa karakter

yang mencerminkan gaya Ibu Nuk dalam memimpin sebuah organisasi.

Misalnya karakter tegas yang Ibu Nuk miliki, Ibu Nuk akan tegas pada

beberapa hal seperti pembiayaan, peraturan, disiplin waktu, dan Ibu Nuk

fokus dalam pengembangan pegawai. Dalam masalah pembiayaan, Ibu Nuk

tegas dikarenakan beberapa sebab, alasan yang paling utama adalah

pemahaman Ibu Nuk terkait dana zakat yang menjadi sumber dana utama

dalam pembiayaan di organisasi baik di Dompet Dhuafa maupun di SMP

Cendekia Baznas yang merupakan lembaga pengumpul dan penyalur dana

Zakat, Infaq, wakaf dan sedekah. Ketegasan Ibu Nuk juga terlihat pada hal

disiplin waktu dan komitmen. Ibu Nuk bisa sangat marah ketika ada yang

melanggar komitmen yang telah disepakati bersama. Ketegasan ini

merupakan bagian dari sifat maskulin Ibu Nuk yang menjadi salah satu ciri

khas dari karakter Ibu Nuk.

Ketegasan Ibu Nuk terhadap peraturan-peraturan ini juga Ibu Nuk

dapat dari pendidikan Ibu Nuk yang merupakan seorang sarjana hukum.

Latar belakang pendidikan Ibu Nuk ini berpengaruh terhadapa cara pandang

Ibu Nuk terhadap pelangaran peraturan. Peraturan adalah sesuatu hal yang

harus dijalankan, ketika itu dilanggar maka harus siap menerima

konsekuensinya dan itu selalu ditegaskan kepada semua anggota

organisasinya.

Kecerdasan Ibu Nuk juga sangat terlihat, baik ketika Ibu Nuk

sebagai guru maupun ketika Ibu Nuk menjadi seorang pemimpin.

Kecerdasan sangat dibutuhkan pemimpin dalam kepemimpinannya.

Kecerdasan sangat penting karena pemimpin adalah seorang pengambil

keputusan. Dalam proses mengambil keputusan, pemimpin harus mampu

melihat permasalahan dari banyak sisi, beragam sudut pandang, dan harus

mempertimbangkan banyak hal untuk banyak pihak. Sehingga keputusan

yang diambil tidak keliru.

64

Kecerdasan adalah kapasitas untuk memahami dunia, berpikir

rasional, dan memakai sumber-sumber secara efektif jika menghadapi

tantangan (Sudaryono, 2014: 35). Melalui kecerdasan, pemimpin bisa

menghadapi tantangan dengan pemahaman terhadap dunia dan berpikir

secara rasional. Dalam organisasi, terdapat beragam sumber daya baik itu

sember daya manusia, sumber daya alam, maupun modal yang bisa

digunakan secara efektif. Dan hanya orang cerdas yang bisa mensinergikan

semuanya sehingga bisa berfungsi secara efektif. Hal ini dapat dilihat dari

perjalanan karir Ibu Nuk selama menjadi seorang pemimpin, baik ketika Ibu

Nuk menjabat sebagai direktur LPI maupun sebagai kepala sekolah SMP

Cendekia Baznas. Ketika menjadi Direktur LPI, Ibu Nuk harus memimpin

tiga divisi besar yakni Makmal pendidikan, Beastudi Indonesia, dan Smart

ekselensia Indonesia, lalu pada tahun 2009 lahirlah Divisi baru dibawah

kepemimpinan Ibu Nuk yakni Sekolah Guru Indonesia. Dalam menangani

empat divisi besar ini, Ibu Nuk banyak menciptakan kebiasaan yang

membuat LPI memiliki budaya kerja dan budaya organisasi yang tertanam

kuat meskipun setelah Ibu Nuk keluar dari LPI.

Kemampuan Ibu Nuk terlihat jelas ketika Ibu Nuk keluar dari LPI

dan menjabat sebagai kepala sekolah di SMP Cendekia Baznas. Cara Ibu

Nuk mengelola SMP Cendekia Baznas tidak jauh berbeda dengan

pengelolan Smart Ekselensia Indonesia. Cita-cita Ibu Nuk untuk membuat

sebuah sekolah bermutu untuk menjadi sekolah model yang bisa ditiru oleh

sekolah lain menjadikan Ibu Nuk bekerja keras untuk mengubah sistem

yang ada di sekolah Cendekia Baznas. SMP Cendekia Baznas yang

sebelumnya merupakan Yayasan Sekolah Anak Yatim kemudian

bertransformasi menjadi SMP Cendekia Baznas atau Sekolah Cendekia

Baznas mengandung makna yang mendalam. Ini berhubungan dengan

upaya Ibu Nuk dalam mewujudkan cita-citanya dalam mewujudkan sekolah

impian. Kata sekolah mengandung makna bahwa bangunan sekolah tidak

hanya menjadi wadah bagi para siswa-siswi dalam menuntut ilmu tetapi

juga menjadi wadah bagi masyarakat sekitar yang dapat dimanfaatkan

kapanpun.

Kehadiran Ibu Nuk di SMP Cendekia Baznas (SCB) melahirkan

banyak perubahan pada budaya organisasi ini. Sekolah yang awalnya

seperti mati suri, tidak terkontrol, dan sistem yang tidak rapi membuat

sekolah ini awalnya tidak berkembang. Siswa-siswi tidak mendapatkan

pengontrolan dengan baik sehingga banyak masyarakat yang

mempertanyakan keberlanjutan dari sekolah ini. Hingga akhirnya pimpinan

Baznas merekrut Ibu Nuk untuk menjadi kepala sekolah di sekolah ini dan

semuanya berubah.

65

Perubahan banyak terjadi di struktur organisasi, pola perekrutan

siswa-siswi baru, peraturan-peraturan dan akhirnya menghasilkan budaya

kerja baru. Ibu Nuk bersama tim Baznas merekrut tenaga pengajar dan

pengurus asrama baru. Sebelumnya tidak ada pengurus asrama yang khusus

menangani dan mengontrol siswa-siswi di asrama, ketika Ibu Nuk

memimpin Ibu Nuk membuat kebijakan untuk menempatkan ustadz dan

ustadzah di asama untuk mengawasi siswa-siswi dan membuat beragam

kegiatan untuk mengisi waktu ketika siswa-siswi berada di asrama. Selain

itu Ibu Nuk banyak mengadopsi program-program dan sistem di Smart

Ekselensia namun beberapa hal Ibu Nuk refisi berdasarkan hasil evaluasi

Ibu Nuk selama menjadi pimpinan di LPI.

Beberapa evalusi yang Ibu Nuk lakukan diantaranya adalah terkait

pemanfaatan fasilitas yang dimiliki Sekolah Cendekia Baznas. Ibu Nuk

memegang keyakinan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab semua

orang, dan masalah pendidikan adalah menjadi tanggung bersama. Jika kita

ingin mengatasi permalahan pendidikan maka kita harus bekerja sama.

Begitulah pemahaman Ibu Nuk yang menjadi latar belakang Ibu Nuk ingin

membuat sebuah sekolah yang bisa menjadi sekolah ymodel untuk semua

sekolah lain di sekitar sekolah Baznas, fasilitas sekolah inipun bisa

dimanfaatkan untuk proses pengembangan masyarakat sekita, baik dari segi

klinik yang bisa dimanfatakan seminggu sekali oleh masyarakat untuk

tempat pemeriksaan kesehatan, fasilitas masjid yang bisa dimanfaatkan

untuk tempat pengajian, lab yang bisa dipinjam oleh sekolah lain, serta aula

yang sering dijadikan tempat workshop dan pelaihan. Selain fasilitas yang

bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, sumber daya manusia yang dimiliki

juga berbagi kebermanfaatan kepada orang lain. Contohnya guru-guru SMP

Cendekia Baznas pada mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris dan IPS

membuaka kelasnya (open class) untuk bisa dilihat oleh guru-guru sekolah

lain untuk belajar terkait pembelajaran yang efektif. Sekitar dua bulan

sekali masing-masing kelas membuka kelasnya untuk dapat dipelajari oleh

sekolah lain.

Kegiatan open class ini Ibu Nuk akui terinspirasi dari program SGI,

dimana SGI memiliki program pelatihan guru yang bertujuan untuk

menghasilkan guru model yang bisa memberikan dampak positif untuk guru

lainnya. Melalui open class ini Ibu Nuk berusaha menghadirkan guru model

untuk guru-guru di sekitar sekolah SMP Cendekia Baznas sehingga menjadi

contoh bagi para guru dalam menciptakan pembelajaran yang efektif.

Selain itu, beragam kebijakan dibuat sebagai hasil dari evaluasi Ibu

Nuk dari beragam kebijakan yang dulu ada di DD. Seperti kritisi Ibu Nuk

terhadap pentri, menurut Ibu Nuk pegawai pentri seperti helper dan koki

adalah pegawai yang tidak bisa dikembangkan. Dalam artian karir mereka

66

sulit untuk bisa berkembang di sebuah organisasi. Ketika manjadi seorang

helper maka selamanya akan berkarir menjadi helper, inilah yang dikritisi

Ibu Nuk. Ibu Nuk tidak ingin pegawainya tidak berkembang ketika berada

di organisasi yang dipimpinnya. Sehingga di Sekolah SMP Cendekia

Baznas Ibu Nuk membuat sebuah kebijakan untuk tidak menerapkan

adanya pentri dan lebih memilih untuk memanfaatkan masyarakat sekitar

untuk menyiapkan makanan siswa-siswi setiap pagi, siang dan malam.

Masyarakat dibagi menjadi tiga kelompok masak yang bertugas setiap hari

untuk menyiapkan sarapan, makan siang dan makan malam. Jadi, selain

mengembangkan para siswa dan guru, sekolah ini juga berusaha untuk

memberikan lapangan pekerjaan untuk para masyarakat di sekitar. Sehingga

keberadaan sekolah ini benar-benar menjadi sesuatu yang memberikan

kebermanfaatan bagi semua orang di berbagai aspek.

Selain kecerdasannya, Ibu Nuk juga tergolong visioner. Hal ini

terlihat dari beragam kebijakan yang Ibu Nuk terapkan. Selain melihat

keadaan saat ini Ibu Nuk juga melakukan analisis kebutuhan jauh kedepan.

Sehingga, selain menjadi kepala sekolah saat ini Ibu Nuk juga membantu

pihak Lasnas BSM Umat untuk membuat lemabaga pendidikan SMK.

Namun Ibu Nuk berkata kepada pihak Lasnas BSM Umat bahwa kita tidak

bisa membuat sekolah begitu saja seperti pernyataan Ibu Nuk

“kita harus melihat dulu perkembangannya seperti apa. Seperti saat

ini diperkirakan Sebelum membuat program pendidikan tidak bisa

langsung, harus catat dulu berbagai hal. Sedang merancang SMK,

hari ini ada vintac ada berbagai macam pekerjaan yang akan hilang

salah satunya kerja di Bank. Bank akan menjadi computerise.”

Begitulah salah satu cara yang dilakukan Ibu Nuk sebelum

merancang sebuah program. Ada sebuah analisis baik secara internal

maupun eksternal sehingga dapat menghasilkan sebuah strategi yang tepat.

Setelah merancang sebuah program, Ibu Nuk tidak lupa

mengkomunikasikannya kepada semua stakeholder. Kemampuan

komunikasi bagi seorang pemimpin sangat diperlukan, dan Ibu Nuk

memiliki cara untuk menjalin komunikasi yang baik dengan bawahannya.

Ibu Nuk menurut Pak Abdul Khalim ketika diwawancarai pada tanggal 30

November 2017 menyatakan bahwa “Ibu Nuk itu memiliki sifat egaliter

artinya masuk ke semua level, baik dari level bawah sampai ke level atas

dia bisa.” Ini menunjukkan kemampuan Ibu Nuk dalam hal menjalin

komunikasi dengan anggotanya . Hal-hal yang dikomunikasikan Ibu Nuk

kepada bawahan beragam mulai dari kebijakan hingga komunikasi sebagai

teman. Artinya setiap kebijakan atau peraturan baru Ibu Nuk coba

sampaikan dalamksempatan rapat mingguan maupun bulan yang menjadi

agenda rutin di SMP Cendekia Baznas. Tujuan dari kegiatan ini adalah

67

mensosialisasikan kebijakan, peraturan maupun ada tanggung jawab baru

yang diberikan kepada guru, pembina asrama maupun staf dan pegawai.

Pemimpin yang baik adalah komunikator yang handal. Sebagian

besar waktu yang terpakai untuk kerja kepemimpinan adalah

berkomunikasi, baik internal maupun eksternal. Aktivitas pemimpin

dilakukan melalui komunikasi dua arah. Baik komunikasi secara verbal

maupun nonverbal (Sudaryono, 2014: 34). Sehingga langkah Ibu Nuk

dalam upaya menjaga komunikasi yang baik dengan bawahan sangat tepat.

Dengan kemampuan komunikasi yang lugas dan tegas setiap tugas maupun

kebijakan dapat dipahami dengan baik, sehingga para anggota organisasi

dapat menjalankan tugas dan kewajibannya masing-masing sesuai dengan

yang diharapkan pemimpin dalam hal ini Ibu Nuk.

Berdasarkan karakter yang dimiliki oleh Ibu Nuk, baik dari segi

kecerdasan, kemampuan komunikasi yang baik, sosial yang baik dimana ini

ditunjukkan dengan kepekaan Ibu Nuk terhadap sesama serta link yang

dimiliki kemudian sisi maskulin Ibu Nuk yang ditunjukkan dari bentuk

ketegasan Ibu Nuk. Maka bisa di pastikan bahwa Ibu Nuk memiliki

karakater seorang pemimpin. Karakter inilah yang akhirnya membedakan

Ibu Nuk dengan anggota organisasi lainnya. Karakter yang akhirnya

membuat Ibu Nuk sebagai seorang pemimpin.

c) Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Teori Perilaku

Jika dilihat dari segi prilaku, gaya kepemimpinan dapat di bedakan

menjadi 3 jenis besar yakni berorientasi tugas, hubungan dan partisipatif

(Yukl, 2017: 67). Melihat perilaku Ibu Nuk dalam menjalankan

kepemimpinannya, Ibu Nuk selalu menerapkan kepemimpinan yang

mendorong kemajuan pengikutnya. Ibu Nuk memberikan kebebasan bagi

setiap divisi untuk mengembangkan divisinya masing-masing. Memberikan

tugas yang menantang bahkan hingga anggtanya merasa bahwa tugas

tersebut di luar batas kemampuan mereka. Namun itu menjadi salah satu

cara Ibu Nuk dalam mengembangkan kompetensi pegawainya.

Pengembangan sumber daya manusia diartikan sebagai penyiapan

individu untuk memikul tanggung jawab yang lebih tinggi dan memenuhi

kebutuhan jangka panjang yang terus meningkat (Ulfatin dan Triwianto,

2016: 138). Pengembangan terhadap individu pegawai diharapkan mampu

meningkatkan pegawai baik dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Dunia terus mengalami perubahan, organisasi harus mampu

menyeimbangai perubahan dunia sehingga organisasi juga dituntut untuk

bisa berubah. Perubahan inilah yang menjadi dasar pengembangan yang

68

kemudian berdampak pada keharusan sumber daya manusia dalam

organisasi untuk dikembangkan. Dengan demikian, perkembangan sumber

daya manusia dalam organisasi bisa memperkuat daya saing organisasi.

Perkembangan individu pegawai ini juga akan berdampak positif terhadap

perkembangan karir dan kinerja pegawai. Dengan memberikan

pengembangan, pegawai akan mampu bekerja secara efektif dan efisien

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknolongi yang ada.

Menurut Ulfatin dan Triwianto (2016: 140) dalam dunia pendidikan,

pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan beberapa cara

antara lain; 1) program penyetaraan dan sertifikasi, 2) program pelatihan

terintegrasi berbasis kompetensi, 3) program supervisi, 4) program

pemberdayaan (misal melalui MGMP/Musyawarah Guru Mata Pelajaran),

dan 5) lain-lain (seperti simposium, menulis karya ilmiah, berpartisipasi

dalam forum ilmiah, melakukan penelitian, magang, mengikuti berita aktual

di media pemberitaan, berpartisipasi dalam organisasi profesi, dan

menggalang kerjasama dengan teman sejawat). Ibu Nuk dalam

mengembangkan pegawainya melakukan beberapa upaya seperti dengan

memberikan tugas tambahan kepada pegawai. Contohnya saja Ustadzah

Norma, seorang pegawai di bidang Administrasi yang merupakan lulusan

dari sebuah perguruan tinggi di Bogor yakni Institut Pertanian Bogor (IPB),

selain mengemban tanggung jawab di bagian administrasi Ibu Nuk juga

diminta untuk menjadi tenaga pengajar pada mata pelajaran prakarya dan

mengurus bidang agro bisnis sekolah.

Ibu Nuk berusaha mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki

pegawai. Pegawai harus berlari untuk mengejar perkembangan, begitu juga

yang dirasakan oleh Ustadzah Norma berdasarkan hasil wawancara pada

tanggal 06 Desember 2017 di ruang rapat SMP Cendekia Baznas “Sekarang

saya menganggap diri saya sebagai Beyond Norma, kamu jadi guru bikin

modul prakarya. Saya disini disuruh lari, saya mengerjakan di luar

ekspektasi saya.”

Dalam upaya pengembangan pegawai, Ibu Nuk juga memacu para guru

untuk menulis dan mengikuti seminar tingkat internasional. Selain sebagai

upaya pengembangan pegawai ini juga menjadi ajang untuk memotivasi

pegawai lainnya untuk terus menulis dan menorehkan prestasi. Ini juga

menjadi bentuk apresiasi kepada pada anggota organisasi yang cukup

berprestasi. Terpilih 3 orang dari bagian yang berbeda yakni dari pembina

asrama terpilih Ustadz Firman, di bagian staf terpilih Ustadzah Norma dan

di bagian operasional terpilih Ustadzah Novi. Mereka adalah pegawai yang

berprestasi di bagian mereka masing-masing. Penilaian dilakukan oleh Ibu

Nuk secara diam-diam, Ibu Nuk melihat perkembangan setiap anggota

organisasi dan setiap yang memiliki perkembangan paling signifikan

69

diberikan kesempatan untuk ikut dalam seminar Internasional di Malaysia.

Selain sebagai hadiah, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan mereka terkait pengelolaan zakat di Negara Malaysia yang

memiliki pengelolaan zakat yang sangat baik.

Jika dilihat dari segala prilaku Ibu Nuk selama menjalani

kepemimpinan, Ibu Nuk tergolong memiliki gaya kepemimpinan yang

berorientasi pada hubungan. Karena dalam menjalankan kepemimpinannya

Ibu Nuk selalu memberikan kesempatan untuk pegawainya dalam

mengembangkan diri mereka sendiri, memberikan kepercayaan pada tiap

divisi untuk membuat program mereka sendiri, dan tidak lupa terus

menjalin hubungan dengan beberapa program yang dirancang mulai dari

orientasi pegawai baru untuk mengenalkan nilai-nilai organisasi,

menyelenggarakan pertemuan tiap bulan, dan berbagai agenda luar yang

merekatkan hubungan mereka.

d) Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Karakteristik Kepemimpinan

Ada beberapa karakteristik kepemimpinan Ibu Nuk yang paling

menonjol yakni:

(1) Menyatukan visi, misi dan menanamkan budaya organisasi

Berada pada sebuah lingkungan organisasi dengan beragam

karakteristik manusia, berasal dari latar belakang pendidikan dan

keluarga yang berbeda, dan dengan berbagai pengalaman kerja yang

berbeda mengharuskan organisasi melakukan penyatuan vis, misi dan

budaya organisasi yang dipegang untuk dapat berjalan bersama-sama

demi mencapai tujuan organisasi.

Dalam proses menyatukan visi, misi dan budaya ini Ibu Nuk

mengeluarkan sebuah kebijakan untuk melakukan orientasi pada setiap

pegawai baru. Orientasi adalah pengenalan dan adaptasi terhadap

sebuah lingkungan baru (Marwansyah, 2012: 141). Orientasi juga dapat

diartikan sebagai prosedur untuk memberikan informasi latar belakang

mendasar mengenai organisasi kepada pegawai baru (Dessler dalam

Ulfatin dan Triwianto, 2016: 66).

Visi merupakan kondisi masa depan yang ingin diwujudkan, visi

merupakan arah organisasi dalam menjalankan peran dan tugasnya di

masyarakat, untuk mewujudkannya organisasi menentukan misi yang

harus dilakukannya dan tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam upaya

mewujudkan visi yang telah ditentukan (Suharsaputra, 2016: 181).

Mensosialisasikan visi kepada para pegawai penting untuk dilakukan.

Ibu Nuk melakukannya dengan cara menjelaskan arah organisasi yang

70

sebenarnya serta peran organisasi dalam masyarakat. Mengingat peran

organisasi di masyarakat adalah sebagai sebuah sekolah yang tidak

hanya sebagai lembaga pendidikan namun juga sebagai sebuah wadah

pendidikan dan memberikan fasilitas kepada masyarakat sekitar agar

terus memberikan manfaat kepada semua.

Setiap pegawai baru diberikan pemahaman terkait visi organisasi,

SMP Cendekia Baznas adalah sekolah inklusi tingkat menengah

pertama yang berada di lokasi Ahbabullah Center. Ahbabullah Center

merupakan kerjasama program Baznas, Qatar Charity, dan Yayasan Siti

Hajar Sujai. Dengan memahami asal dana, pemahaman akan

bagaimana seharusnya pengelolaan dana zakat menjadikan pegawai

memiliki frekuensi yang sama dengan pemimpin. dukungan dan

penerimaan visi oleh anggota organisasi serta seluruh pemangku

kepentingan sekolah akan membangun kesatuan arah dan inspirasi pada

anggota organisasi tentang apa yang akan dan ingin ditempuh oleh

organisasi sekolah (Suharsaputra, 2016: 182).

Visi haruslah dapat menjadi inspirasi, pendorong emosi, motivasi

bagi anggota organisasi akan ide-ide besar yang ingin diwujudkan. Hal

ini coba untuk terus ditanamkan pada anggota organisasi, dengan terus

mensosialisasikannya secara intensif pada setiap pertemuan dengan

para anggota. Karena perencanaan dari pemimpin tanpa

dikomunikasikan secara jelas kepada pegawai dan semua pemangku

kepentingan akan mendatangkan permasalahan nantinya. Seperti hasil

penelitian dari Ines Sutić and Marija Jurčević yang menunjukkan

bahwa “The process of strategy planning has been rated successful.

Problems arise during strategy implementation. Strategic plans and

objectives are not well communicated to employees and other

stakeholders.” Artinya adalah proses perencanaan strategi di sebuah

universitas berjalan dengan baik. Namun permasalahan muncul ketika

pelaksanaan startegi. Rencana strategis dan tujuan tidak

dikomunikasikan kepada para pegawai dan pemangku kepentingan.

Dalam proses staregis ada 3 tahapan penting, yakni perencanaan

strategis, implementasi strategis dan evaluasi startegis. Namun, ada

proses yang tidak boleh hilang dalam tahapan-tahapan tersebut yakni

proses komunikasi rencana strategis kepada para pegawai dan

pemangku kepentingan serta proses pengontrolan pada tahap

implementasi starategis barulah rencana yang baik bisa berjalan.

Visi SMP Cendikia Baznas adalah “Membangun Karakter,

Mengoptimalkan Potensi.” Visi inilah yang selalu di komunikasikan

kepada para guru, pembina asrama, pegawai dan staf lainnya sehingga

setiap anggota organisasi memahai visi sekolah dan akhirnya paham

71

akan tugasnya selama berada di organisasi ini. Untuk mencapai visi ini

beragam program dikeluarkan, seperti menyediakan program

ekstrakulikuler sebagai wadah bagi para siswa dalam mengembangkan

potensi mereka. Ekstrakulikuler di SMP Cendekia Baznas tergolong

beragam, mulai dari kesenian hingga olahraga. Pada bidang kesenian,

ektrakulikuler terdiri dari marawis, sedangkan di bidang olahraga

terdiri dari memanah dan pencaksilat. Di tahun ini, para siswa SMP

Cendekia Baznas berhasil menorehkan prestasi melalui siswa-siswanya

atas nama Mohammad Ferdiansyah dan Syaifullah M. Boli, mereka

berhasil meraih medali emas dalam kejuaraan yang diadakan

Kemenpora pada ajang Yogyakarta Championship II 2017. Acara ini

adalah ajang pencak silat nasional yang diadakan Ikatan Pencak Silat

Se-Indonesia dan Kemenpora pada 14-15 Oktober 2017 di Gedung

Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). BAZNAS

mengirimkan atlet siswa SCB yang terdiri atas Mohammad

Ferdiansyah (kelas IX) asal Bogor, Provinsi Jabar, untuk kategori seni

tunggal tangan kosong; Baharudin Bao (kelas IX) asal Alor, Provinsi

NTT, kategori fight kelas B (37-40 kg); Baharudin Laka (kelas IX) asal

Alor NTT, kategori fight kelas E (45-47 kg). Kemudian, Syaifullah M.

Boli (kelas IX) asal Alor NTT, kategori fight kelas E (45-47 kg); Ujang

Ari (kelas IX) asal Sukabumi, Jawa Barat, kategori fight kelas F (47-49

kg); Ridwan (kelas IX) asal Sukabumi, Jawa Barat, kategori fight kelas G

(49-51 kg). Selanjutnya, Heri Kiswanto yang merupakan atlet

merangkap pelatih, asal Medan, Provinsi Sumatera Utara, untuk

kategori fight kelas C dewasa (55-60 kg). Untuk semankin mengasah

potensi para siswa-siswinya, dalam rangka menyemarakkan bulan

Muharam, BAZNAS menggelar aneka lomba di Ahbaabullah Center.

Selain dalam bentuk ektrakulikuler, pengembangan untuk siswa

juga dilakukan dengan memberikan mereka life skill. Menurut WHO

(dalam Musfah, 2015: 106), life skills is abilities that help us to adapt

and behave positively so that can deal effectively with the challenges of

everyday life. Maksudnya adalah kecakapan hidup (life skills)

merupakan kemampuan yang membantu kita untuk beradaptasi dan

berperilaku positif sehingga bisa mengatasi tantangan hidup sehari-hari

secara efektif. Di SMP Cendekia Baznas para siswa-siswi diajarkan

untuk mandiri, mereka diberikan keterampilan sederhana seperti

mencukur, sol sepatu dan menjahit. Hal ini bertujuan agar para siswa-

siswi mampu menyelesaikan permasalahan sederhana dalam hidup

mereka.

Visi lainnya yang tak kalah penting adalah membangun karakter.

Karakter paling kuat yang ingin ditanamkan di SMP Cendekia Baznas

ini adalah kemandirian. Mengingat para siswa-siswi baru lulus dari

pendidikan Sekolah dasar, pendidikan karakter mandiri ditanamkan

72

melalui aktivitas-aktivitas pembiasaan, seperti memberikan mereka

tanggungjawab untuk merawat kebersihan lingkungan dengan cara

memberikan jadwal piket untuk menjaga kebersihan kelas, asrama, dan

lingkungan sekolah. Selain itu, siswa-siswi juga dibiasakan untuk

selalu sholat berjamaah, setiap siswa bergiliran untuk menjadi imam

sholat. Selain melatih kemandirian dalam hal seperti mencuci piring

sendiri, mencuci baju sendiri, di Baznas siswa-siswi juga dilatih untuk

bertanggungjawab dengan memberikan lahan kepada masing-masing

kelompok kamar. Masing-masing kelompok berhak mengelola

lahannya sendiri, sehingga ada yang mengisinya dengan menanam

kangkung, terong dan tomat. Mereka diajarkan keterampilan mulai dari

menanam, merawat, hingga panen dan menjual hasil panennya.

Pendidikan seperti ini tentu memberikan pengalaman belajar yang

bermakna untuk para siswa-siswi, sehingga dari segi pendidikan

mereka dapatkan, dari segi ketemapilan juga dapat terlebih sikap juga

dapat. Sehingga tiga unsur pembelajaran yakni kognitif, psikomotorik

dan afektif mereka peroleh dengan lengkap. Dari aktivitas ini, mereka

dilatih untuk bekerja sama, berkomunikasi dengan masyarakat ketika

mereka harus menjual hasil panennya dan bagaiaman cara membagi

hasil yang adil kepada anggota kelompoknya.

Selain visi utamanya dalam membangun karakter dan

mengoptimalkan potensi, SMP Cendekia Baznas juga memiliki cita-

cita sebagai sekolah model yang murah dan mudah dicontoh oleh

sekolah-sekolah lain, SMP Cendekia Baznas terus berbenah dan

meningkatkan diri dari beagam sisi. Baik dari segi kompetensi

mengajar guru, lingkungan sekolah yang masih terus diperbaiki,

pengadaan sarana dan prasarana, dan tentunya meningkatkan prestasi

siswa-siswi.

Selain visi dan misi, budaya organisasi juga tak kalah

pentingnya. Budaya didefinisikan sebagai keyakinan, nilai, peraturan,

norma, simbol, serta tradisi yang telah dipelajari dan merupakan hal

yang umum bagi sekelompok orang (Northouse, 2013: 364). Nilai-nilai

yang dipegang oleh Ibu Nuk menjadikan Ibu Nuk memiliki karakter

yang khas. Untuk kesederhanaan Ibu Nuk, ini disebabkan oleh nilai

yang Ibu Nuk pegang. Dalam hal dana zakat Ibu Nuk adalah orang

yang sangat strik oleh karena itu, prinsip Ibu Nuk dalam penggunaan

dana zakat tidak hanya harus amanah tetapi juga beretika. Inilah yang

sering di lakukan Ibu Nuk dan tertular kepada anggota organisasi yang

lain. Sehingga bisa dirasakan dengan sangat nyata budaya organisasi

yang ditanamkan Ibu Nuk di LPI masih terasa meski Ibu Nuk sudah

tidak menjadi pimpinan di organisasi ini. Budaya seperti disiplin

dengan datang sebelum anggota organisasi yang lain datang dan pulang

73

setelah yang lain pulang menjadikan anggota organisasi lainnya

berusaha untuk memiliki budaya datang tepat waktu dan disiplin dalam

menjalankan tugas.

Prinsip Ibu Nuk lainnya adalah melakukan sesuatu melebihi dari

apa yang diperintahkan. Karena kecerdasan dan budaya kerja seperti

inilah yang menjadikan Ibu Nuk selalu menghasilkan beragam prestasi

disetiap tugas dan pekerjaannya. Integritas Ibu Nuk pada organisasi

dengan memberikan kualitas kerja yang terbaik ini juga terus

diturunkan kepada anggota organisasi lainnya, Ibu Rina yang menjadi

penerus kepemimpinan Ibu Nuk di LPI menerangkan hal yang serupa.

Ibu Nuk juga memiliki prinsip yang sama dan ini adalah hasil dari

ajaran Ibu Nuk, karena Ibu Rina sendiri merupakan tim Ibu Nuk ketika

masih bekerja di LPI. Budaya-budaya kerja seperti ini kemudian

meluas menjadi budaya organisasi. Di LPI budaya organisasi semacam

ini masih sangat terasa, namun di Baznas masih berbenah dan dalam

proses. Kepemimpinan Ibu Nuk di Baznas baru 5 bulan terhitung masa

jabatan Ibu Nuk pada bulan Oktober 2017 lalu, sehingga saat ini masih

dalam penanaman niali-nilai tersebut. SMP Cendekia Baznas masih

fokus pada perbaikan beragam aspek, mulai dari perapian struktur

organisasi, visi, misi, tujuan, dan hal-hal administratif lainnya.

Sehingga saat ini budaya organisasi tersebut belum tertanam secara

kuat, oleh sebab itu Ibu Nuk masih terus mengupayakan

penanamnannya dengan memberikan beragam keteladanan dan

sosialisasi secara intensif pada beragam kesempatan, baik ketika

bertemu secara pribadi, rapat kerja, dan setiap pertemuan perbulannya.

Memiliki visi utama untuk membangun karakter dan

mengembangkan potensi tidak hanya berlaku kepada siswa sebagai

objek pendidikan, namun juga berlaku kepada seluruh guru, pembina

asrama, pegawai dan staf juga menjadi objek dalam visi ini. Sehingga

hal yang paling menonjol dari kepemimpinan Ibu Nuk adalah

pengembangan sumber daya manusia di SMP Cendekia Baznas.

(2) Mengembangkan SDM

Ibu nuk sadar betul bahwa Ibu Nuk tidak mungkin bekerja

sendiri. Menjalankan sebuah sekolah membutuhkan banyak tenaga ahli

yang bisa diajak bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah

dirancang. Oleh karena itu, langkah utama yang dilakukan oleh IbuNuk

adalah merekrut tim-tim terbaik melalui Rekrutmen Sumber Daya

Manusia

74

Menurut Ulfatin dan Triwianto (2016: 50), rekrutmen adalah

proses serangkaian aktivitas dan proses yang digunakan untuk

memperoleh sejumlah calon pelamar pegawai. Rekrutmen dilakukan

sebagai upaya pencarian calon pegawai yang potensial untuk dipilih

dan ditempatkan pada posisi kerja yang sesuai antara potensi yang

dimiliki dengan tuntutan lingkungan kerja. Jadi, rekrutmen dilakukan

untuk memperoleh pegawai yang tepat untuk ditempatkan pada posisi

yan tepat atau sering disebut dengan istilah right man in the right place.

Dalam memilih pegawai, SMP Cendekia Baznas juga melakukan

proses perekrutan untuk mendapatkan sumber daya manusia terbaik

untuk dijadikan tim dalam mengembangkan pendidikan. Ada beberapa

persyaratan yang di ajukan untuk calon pelamar. Berdasarkan Brodcase

yang disebar oleh tim baznas diantaranya adalah:

a) Kepala sekolah

1) Usia maksimal 35 tahun

2) Pendidikan minimal S1

3) Bersedia bekerja full time

4) Mengirimkan lamaran ke email ke

[email protected] dengan judul email posisi

yang akan dilamar. Lamaran yang dikirim wajib

menyertakan:

(a) Daftar riwayat hidup

(b) Rekomendasi dari dua tokoh masyarakat yang

dilengkapi nama lengkap, email dan nomor telpon

pemberi rekomendasi

(c) Tulisan singkat mengenai rencana program, di luar

pekerjaan utama, yang akan dilakukan untuk

mengembangkan diri dan sekolah.

b) Guru Bidang Studi dan staff

1) Usia maksimal 30 tahun

2) Pendidikan minimal D3

3) Bersedia bekerja full time

4) Mengirimkan lamaran ke email ke

[email protected] dengan judul email posisi

yang akan dilamar. Lamaran yang dikirim wajib

menyertakan:

(a) Daftar riwayat hidup

(b) Rekomendasi dari dua tokoh masyarakat yang

dilengkapi nama lengkap, email dan nomor telpon

pemberi rekomendasi

75

(c) Tulisan singkat mengenai rencana program, di luar

pekerjaan utama, yang akan dilakukan untuk

mengembangkan diri dan sekolah.

c) Pembina Asrama

1) Usia maksimal 30 tahun

2) Pendidikan minimal D3

3) Mencantumkan keahlian selain disiplin ilmu yang dimiliki

4) Bersedia bekerja full time

5) Mengirimkan lamaran ke email ke

[email protected] dengan judul email posisi

yang akan dilamar. Lamaran yang dikirim wajib

menyertakan:

(a) Daftar riwayat hidup

(b) Rekomendasi dari dua tokoh masyarakat yang

dilengkapi nama lengkap, email dan nomor telpon

pemberi rekomendasi.

(c) Tulisan singkat mengenai rencana program, di luar

pekerjaan utama, yang akan dilakukan untuk

mengembangkan diri dan sekolah.

Selain harus memenuhi persyaratan yang diberikan, setelah lulus

secara administrasi calon pegawai harus menjalani beragam tes, seperti

psikotes dan tes wawancara. Proses ini bertujuan untuk mencari,

menemukan dan menarik para pelamar yang memiliki kompetensi

untuk melakukan pekerjaan sesuai yang dibutuhkan organisasi (Ulfatin

dan Triwianto, 2016: 50). Berdasarkan wawancara dengan Ustadz

Firman selaku Guru dan Pembina asrama SMP Cendekia Baznas pada

tanggal 05 Januari, Ibu Nuk mengungkapkan “untuk memperoleh

Sumber daya manusia yang pas, SMP Cendekia Baznas memberikan

prosedur yang cukup panjang” dengan alur:

a) Seleksi berkas, setelah sebulan baru ada pengmuman

b) Wawancara pertama yang diselenggarakan oleh tim SMP

Cendekia BAznas dan pengumuman peserta yang lolos ke

tahap selanjutnya diberikan sebulan kemudian. Wawancara

tahap pertama, pewawancara dari pihak pendidikan Baznas

yang diwawancarai yakni masalah pekerjaan yang dilamar,

kalau melamar menjadi pembina asrama diwawancarai

tentang keasramaan, kalau menjadi guru diwawancarai

tentang keguruan.

c) kemudian ada tes wawancara kedua dari tim Baznas, dan

pengumuman peserta yang lolos ke tahap selanjutnya

diberikan sebulan kemudian. Wawancara tahap 2 ini

pewawancara dari tim pusat baznas tentang pengalaman

76

bekerja, ingin digaji berapa, dengan kemampuan yang

dimiliki ingin mendapatkan gaji berapa, ditanya dari awal.

d) Psikotes.

e) Pengumuman hasil

Proses rekrutmen perlu sekali dilakukan untuk mendapatkan

sumber daya manusia yang sesuai. Sesuai dengan kebutuha dan sesuai

dengan tujuan organisasi. Jika melihat persyaratan dan proses yang

dilakukan, kompetensi dari calon pelamar menjadi persyaratan utama

yang terlihat dari persyaratan pendidikan minimal, komitmen yang

dilihat dari tes wawancara dan peluang pengembangan pegawai

selanjutnya yang terlihat dari kemampuan pegawai dalam merancang

sebuah perencanaan untuk pengembangan dirinya. Ini menjadi salah

satu bukti keseriusan SMP Cendekia Baznas dalam mencari sumber

daya manusia yang berkualitas untuk menduduki posisi-posisi kosong.

Dengan merekrut sumber daya yang tepat ditempatkan pada posisi yang

tepat akan menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien.

Setelah memperoleh tim terbaiknya, langkah selanjutnya yang

dilakukan oleh Ibu Nuk adalah menganalisis bakat setiap SDM yang

dimiliki. Setiap orang dicari bakatnya masing-masing, dengan cara

melihat pelatihan apa saja yang pernah diikuti, keterampilan apa saja

yang dimiliki, hingga background pendidikannya. Dari hasil analisis

tersebut, kemudian Ibu Nuk memberikan tanggung jawab ke masing-

masing orang berdasarkan data dan hasil analisis Ibu Nuk.

Setelah menemukan tim-tim terbaiknya, langkah selanjutnya

yang dilakukan oleh Ibu Nuk adalah mengembangkan SDM. Dalam

organisasi kerja, pengembangan sumber daya manusia merupakan

suatu proses untuk meningkatkan kualitas pegawai agar menguasai

pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan wawasan sesuai denan

perkembanan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan dapat

dilakukan dalam lingkup pengembangan karir, pendidikan, pelatihan

dan pembelajaran. (Ulfatin dan Triwiyanto, 2016: 138-140).

Ibu Nuk juga melakukan upaya yang sama dalam pengembangan

SDM di organisasinya. Pengembangan dilakukan baik secara formal

maupun informal. Menurut Kadarisman (dalam Ulfatin dan Triwiyanto,

2016: 142) menjelaskan terkait pengembanan pegawai secara formal

dan informal:

Pengembangan secara formal yaitu, pegawai ditugaskan

organisasi untuk mengikuti pendidikan atau latihan, baik yang

dilakukan organisasi maupun yang dilakukan lembaga-lembaga

pendidikan dan pelatihan. Pengembangan secara formal

77

dilakukan organisais karena tuntutan organisasi saat ini ataupun

masa datang, yang sifatnya nonkarier atau peningkatan karier

seorang pegawai. Sedangkan pengembangan secara informal,

yaitu pegawai atas kemauan dan usaha sendiri melatih dan

mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku-buku literatur

yang ada hubungannya dengan pekerjaan atau jabatannya.

Pengemabangan secara informal, dalam bentuk pembelajaran,

menunjukkan bahwa pegawai tersebut berkeinginan keras untuk

maju dengan cara meningkatkan kemampuan kerjanya. Hal ini

bermanfaat bagi organisasi karena prestasi kerja pegawai

semakin besar, disamping efesiensi dan produktivitasnya juga

semakin baik.

Karier dapat diartikan sebagai perjalanan pekerjaan (riwayat

kerja) seorang pegawai didalam organisasi, mulai diterima sebagai

pegawai baru dan berakhir pada saat ia tidak bekerja lagi di dalam

organisasi tersebut (Ulfatin dan Triwiyanto, 2016: 141). Dalam

mengambangkan karier pegawai, Ibu Nuk upayakan dengan

memberikan tanggung jawab yang lebih banyak pada pegawai.

Pemberian tanggung jawab ini merupakan tanggungjawab di luar tugas

utama, seperti guru juga mendapat tanggungjawab sebagai pembina

asrama, pembina asrama juga bertanggungjawab untuk ekstrakulikuler,

pembina asrama juga bertanggungjawab pada pembekalan life skill.

Beragam tanggungjawab baru diberikan untuk mengembangkan karir

anggota organisasi, contohnya saja Ustadzah Norma, Ibu Nuk bekerja

pada bidang administrasi namun Ibu Nuk juga ditantang untuk menjadi

guru seni, selain itu Ibu Nuk juga diberikan tanggungjawab untuk

memberikan keterampilan kepada siswa-siswi untuk bercocok tanam.

Selain Ustadzah Norma, pegawai lainnya juga mendapatkan

tugas tambahan, seperti Ustadz Firman selain menjadi guru juga

sebagai pembina asrama, Ibu Nuk juga mendapat tanggung jawab di

bagian kesehatan siswa. Tugas Ibu Nuk adalah merawat setiap siswa-

siswi yang sakit dan memastikan yang lainnya tidak tertular. Begitu

juga dengan ustadz Hasan, Ibu Nuk mendapatkan hal yang serupa.

Selain sebagai pembina asrama Ibu Nuk mendapat tugas tambahan

untuk memberikan keterampilan mencukur kepada siswa.

Setelah memberikan tanggung jawab kepada guru, pembina

asrama, pegawai dan staf, Ibu Nuk akan memberikan kebebasan kepada

mereka untuk mengembangkannya sendiri. Para anggota organisasi

diberikan ruang seluas-luasnya untuk berinovasi. Namun, selama

pelaksanaannya Ibu Nuk tidak berdiam diri menunggu hasil. Ibu Nuk

selalu melakukan pengontrolan untuk menjaga kualilitas dari pekerjaan

78

yang telah diberikan. Pengontrolan merupakan salah satu tugas seorang

manager dalam menjalankan peranannya, pengontrolan dilakukan

setelah sebelumnya di buat perencanaan yang matang, mengorganisir,

melaksanakan, barulah proses pengontrolan dilakukan. Pengendalian

atau Controlling adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa

mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa

yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan

maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan semula.

Proses pengontrolan yang dilakukan Ibu Nuk beragam, mulai

dari menanyakan langsung perkembangan tugas kepada yang diberikan

tanggungjawab sampai melakukan pengawasan atau supervisi ke kelas.

Dalam pelaksanaannya, supervisi bukan hanya mengawasi apakah para

guru atau pegawai menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai

dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan yang telah digariskan, tetapi

juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara-cara memperbaiki

proses belajar mengajar (Purwanto, 2004: 77). Jadi, guru atau pegawai

tidak dianggap sebagai orang yang tidak tahu apa-apa melainkan

dianggap sebagai orang yang memiliki kemampuan dan pengalaman

sehingga diajak berpartisipasi aktif untuk memberikan saran dan

mencari solusi bersama-sama. Dalam pelaksanaan supervisi sebaiknya

dilakukan oleh kepada sekolah, karena supervisi ini bertujuan dalam

rangka memperbaiki kinerja guru terutama pada perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan evaluasi proses

serta hasil pembelajaran (Fathurrohman dan Suryana, 2015: 8). Dalam

melakukan supervisi, Ibu Nuk akan langsung masuk ke kelas guru

tersebut. Melihat proses belajar mengajar yang dilakukan, jika Ibu Nuk

melihat ada yang tidak sesuai maka itu akan dibawa ketika diadakan

rapat pada setiap hari jum‟at.

Untuk terus mengontrol perkembangan pencapaian anggota

organisasi, Ibu Nuk memberikan sebuah tugas kepada semua nggota

organisasi untuk mengganti CV setiap 6 bulan sekali. Hal ini bertujuan

untuk terus mengupdate perkembangan yang telah dilakukan oleh

masing-masing anggota organisasi. CV harus diganti setiap bulan

Desember dan Juli artinya setiap satu semester tiap anggota organisasi

mengupdate CV dan mempresentasikannya. Jika CV tidak mengalami

perkembangan yang signifikan maka Ibu Nuk langsung memberikan

tugas tambahan agar setiap anggota organisasinya terus berkembang

lebih baik lagi di tahun berikutnya.

Ibu Nuk juga sering melakukan kunjugan ke bagian-bagian lain

seperti perpustakaan, klinik, memantau perkembangan kolam ikan dan

peternakan ayam, serta memantau kebersihan asrama. Selanjutnya,

79

tidak lupa Ibu Nuk memberikan pelatihan tambahan kepada para guru,

pembina asrama, pegawai dan staf serta kepada guru-guru disekitar

SMP Cendekia Baznas dengan mendatangkan trainer dan memberikan

pelatihan mengenai beberapa materi. Pelatihan yang telah dibuat di

SMP Cendekia Baznas beragam mulai dari optimalisasi display kelas,

pelatihan guru anti korupsi, PAILKEM, workshop terkait bidikmisi dari

mahasiswa/i IPB, dan pelatihan komputer. Pelatihan ini diadakan setiap

bulan. Pelatihan merupakan cara untuk mengembangkan profesional

guru. kegiatan pelatian bertujuan untuk 1) menghilangkan kesenjangan

kinerja tenaga pendidik dan kependidikan yang disebabkan mereka

bertugas tidak sesuai dengan yang diharapkan. 2) Meningkatkan

kemampuan angkatan kerja yang fleksibel dan mampu menyesuaikan

diri dengan perkembangan teknologi baru yang dihadapi sekolah. 3)

Meningkatkan keterikatan atau komitmen pendidik dan tenaga

kependidikan terhadap sekolah. 4) membina persepsi pendidik dan

tenaga kependidikan bahwa sekolah itu tempat yang terbaik untuk

bertugas (Ulfatin dan Triwiyanto, 2016: 144).

Pelatihan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas

sebuah sekolah (Musfah, 2012: 61). Oleh karena itu, kegiatan pelatihan

rutin diselenggarakan di SMP Cendekia Baznas. Di semester satu SMP

Cendekia Baznas membuat pelatihan sebanyak lima kali dan dirapkan

pada semester kali ini kegiatan serupa akan terus diselenggaran setiap

bulannya dengan melakukan perubahan pada format pelatihan.jika

sebelumnya SMP Cendekia Baznas hanya sebagai penyelenggara dan

pemateri didatangkan dari luar, maka pada semester dua ini SMP

Cendekia Baznas melakukan terobosan dengan menjadikan para guru,

pembina asrama, pegawai dan stafnya sebagai pemateri atau trainer.

Hal ini dilakukan salah satunya adalah untuk melatih para anggota

organisasi dalam public speaking serta mengamalkan ilmu dan

pengalaman yang telah didapatkan sebelumnya. Prosedur yang

ditempuh untuk menentukan siapa yang menjadi trainer adalah dengan

melihat pengalaman yang dimiliki masing-masing anggota organisasi.

Jika ada yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya contohnya ada

yang pernah mengikuti pelatihan 5R, maka selanjutnya dibuat pelatiahn

5R di Baznas dan dia yang menjadi traiernya.

(3) Belajar dari pengalaman

Bagi Ibu Nuk pengalaman adalah guru terbaik. Setiap

pengalaman, baik pengalamannya sebagai seorang pemimpin ataupun

ketika menjadi tenaga pendidik (guru). Semua pengalaman dijadikan

bahan pertimbangan ketika membuat sebuah kebijakan. Sebagai

seorang pemimpin wanita, banyak hal yang harus dipelajari agar

80

kepemimpinan menjadi efektif. Salah satu kendala yang sering dihadapi

oleh seorang pemimpin wanita adalah Secara keseluruhan, ada

dukungan yang terbatas untuk pemikiran bahwa wanita menerima

pendidikan yang lebih sedikit daripada laki-laki (Northouse, 2013:

336). Artinya wanita memiliki kesempatan yang lebih sedikit untuk

mendapatkan pendidikan dan pengalaman terkait kepemimpinan.

Pendidikan dan pengalaman menjadi modal utama pemimpin

dalam menjalankan kepemimpinan. Dengan ilmu dan pengalaman yang

dimiliki pemimpin mampu melakukan manajemen organisasi dengan

baik selaku pemimpin dalam organisasi tersebut. “The findings

demonstrate that women can be empowered and trained to become a

constructive architect of their leadership journey, by recognizing,

naming, and reframing the meaning of their various lifecourse

experiences” (Vipin Gupta dan Abira Saran, 2012). Artinya Temuan

dalam penelitian Seeding of Women leadership in India: Investigating

the Experiences of the Trailblazers menunjukkan bahwa wanita dapat

diberdayakan dan dilatih untuk menjadi arsitek konstruktif dalam

perjalanan kepemimpinan mereka, dengan mengenali, memberi nama,

dan membingkai kembali makna berbagai pengalaman lifecourse

mereka. Inilah yang harus dilakukan setiap pemimpin khususnya

pemimpin wanita. Ibu Nuk sebagai seorang pemimpin melakukan hal

yang sama. Studi-studi telah meunjukkan bahwa pembelajaran dari

pengalaman dipengaruhi oleh jumlah tantangan, ragam tugas atau

penugasan, dan kualitas umpan balik (Yukl, 2017: 525). Pengalaman

menjadi direktur di LPI memberikan Ibu Nuk pembelajaran yang

berharga, memiliki jabatan yang sama yakni sebagai pemimpin meski

dalam lingkup yang berbeda memberikan pengalaman bagi Ibu Nuk

dalam memimpin. Sehingga banyak strategi yang hampir sama

diterapkan di dua lembaga ini, strategi tersebut berfungsi karena meski

dua lembaga yang berbeda namun secara substansial hampir sama,

sama-sama di lembaga pendidikan dan berasal dari dana zakat.

Pengalaman juga tidak lepas dengan tugas dan penugasan.

Pengalaman Ibu Nuk sebagai seorang guru di SMU Al-Madaniah dan

SMA Dwi Warna juga ikut mewarnai cara kepemimpinan Ibu Nuk.

Menghadapi anak SMA dari latar belakang keluarga dengan status

ekonomi menengah ke atas, memberikan ragam pembelajaran

bermakna terutama dalam menempa mental Ibu Nuk. Kritik dengan ala

anak SMA menjadikan mental Ibu Nuk terasah. Sehingga ketika Ibu

Nuk memimpin, kritik dan saran dari anggotanya menjadi hal yang

dianggap bukan sebuah masalah baginya. Segala tantangan dalam

bekerja baik sebagai guru maupun pemimpin banyak mempengaruhi

cara kepemimpinan Ibu Nuk dalam hal membuat sebuah kebijakan

81

maupun program. Pengalaman tersebut kemudian menghasilkan

beragam kebijakan yang mampu mengubah sistem di organisasi SMP

Cendekia Baznas.

(4) Memiliki Mentor

Salah satu hal yang menjadi bagian terpenting yang

mempengaruhi kepemimpinan Ibu Nuk adalah mentor. Mentor dapat

diartikan sebagai pembimbing, pelatih, sponsor dan banyak lagi (Betti

Alisjahbana, 2017: 37). Ibu Nuk menjadikan Pak Erie Sudewo sebagai

mentornya dalam hal kepemimpinan. Pak Erie Sudewo adalah salah

satu pendiri Dompet Dhuafa, Ibu Nuk pimpinan tertinggi DD selama 10

tahun.

Melalui Pak Erie, DD terlahir menjadi sebuah lembaga dengan

membawa identitasnya. Pak Erie bersama Pak Parni Hadi dan dua

orang lainnya membangun DD dengan berbagai nilai. Dalam bukunya

yang berjudul DD Way, Pak Erie menjelaskan latar belakang

terbentuknya DD. Dompet Dhuafa (DD) lahir pada 2 Juli 1993.

Sebenarnya ada 4 nama pendiri DD yakni Parni Hadi, Haidar Baghir, S

Sinansari Ecip dan Erie Sudewo. Dari empat pendiri tersebut ada 1

perintis yakni Pak Erie sudewo.

DD lahir dari sebuah kisah perjumpaan Pemimpin Umum

sekaligus Pemimpin Redaksi Republika Parni Hadi di bulan April 1993

dengan Corps Dakwah Pedesaan (CDP). CDP adalah organisasi yang

anggotanya berfungsi sebagai guru, dai, sekaligus aktivis sosial. Sesuai

namanya mereka berdakwah, namun bedanya adalah mereka

berdakwah di pedesaan tepatnya di wilayah Gunung Kidul dan

sekitarnya. Tentu ini memberikan tantangan yang lebih berat. Selain

sebagai pendakwah di pedesaan, para anggota CDP juga sekaligus

menjadi guru, untuk mata pelajaran umum, dan menjadi aktivis

pemberdayaan masyarakat. Dan yang paling mengharukan adalah

anggota CDP hanya mendapatkan gaji Rp. 6000 per bulan yang berasal

dari penyisihan uang bulanan para mahasiswa, mereka bukanlah aktivis

biasa mereka adalah pejuang. Melihat hal ini Pak Parni Hadi merasa

malu dan merasa harus berbuat sesuatu untuk mereka. Sehingga empat

orang dari harian yang baru berdiri itu mendirikan Dompet Dhuafa.

Mereka yakni Parni Hadi, Haidar Baghir, S Sinansari Ecip dan Erie

Sudewo memanfaatkan kekuatan media massa untuk menggalang

sumber daya finansial dari masyarakat luas untuk kepentingan CDP,

dan kepentingan serupa yang kemudian menjadi lebih luas lagi.

Berselang hanya 2 bulan yakni 2 Juli 1993 harian Republika menaruh

82

sebuah rubrik di halaman mukanya yakni Dompet Dhuafa (Sudewo,

2017: 001-005).

Banyak lembaga merasa cukup dan mudah puas ketika telah

memiliki cetak biru. Padahal, ini hanya bicara soal fisik. Ada hal lain

yakni buku putih sebagai way lembaga yang selalu terlupakan. Ada 9

perbedaan antara buku biru dan buku putih, buku putih lebih kepada isi,

benefit, jatidiri, loyal, etika, aman, permanen, orang bijak, dan hayati.

Berkembangnya organisasi berbicara tentang blue print, tetapi

bertahannya organisasi bicara way print. Inilah yang kemudian

menjadikan DD sebagai lembaga yang memiliki nilai-nilai yang kuat

dan budaya organisasi yang berbeda dengan organisasi lainnya. Atas

dasar ini pula yang mendidik Ibu Nuk menjadi sebuah pemimpin

seperti sekarang. Berasal dari latar belakang yang sebelumnya belum

pernah berada pada lembaga zakat, Ibu Nuk banyak belajar dari Pak

Erie Sudewo, Ibu Nuk mengakui cara kepemimpinan Ibu Nuk banyak

mencontoh dari cara Pak Erie. Bagaimana Pak Erie sangat tegas dalam

urusan amanah dan etika dalam penyaluran dana zakat, nilai

kebermanfaatan yang harus selalu di sebar, loyal terhadap organisasi,

cara dalam memperlakukan anggota organisasi yang memiliki jati diri

yang harus di dengarkan dan penanaman bahwa seorang pemimpin

harus berbuat bijak. Karena buku putih ini hanya bisa dilakukan dengan

pemegang kebijakan tertinggi. Buku putih berbicara tentang nilai. Nilai

tak terlepas dari latar belakang pendiri, persoalan yang berkembang,

cita-cita dan antisipasi agar organisasi tetap bertahan. Inilah hal-hal

yang dipelajari Ibu Nuk selama bekerja di LPI Dompet Dhuafa.

Pembelajaran-pembelajaran yang Ibu Nuk dapatkan selama 12

tahun di DD perlahan merubah beberapa hal di diri Ibu Nuk mulai dari

ketegasan yang membuat Ibu Nuk berani dalam menunjukkan sifat

maskulinnya. Amanah dan etika, serta loyalitas Ibu Nuk terhadap

organisasi sehingga terus berusaha memberikan kinerja terbaik. Tidak

bisa dipungkiri Pak Erie Sudewo dan DD memberikan pengaruh yang

besar terhadap kepemimpinan Ibu Nuk.

Selain Ibu Nuk, pemimpin wanita lainnya juga memiliki mentor

yang membantu kemajuannya. Betti Alisjahbana (2017: 36)

memberikan beberapa contoh pemimpin wanita yang memiliki mentor

dan menjadi mentor pemimpin lainnya:

Yani panigoro mengaku banyak berguru pada seorang mentor

yakni Herudi Kartowisastro (almarhum), atasannya ketika

bekerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ada juga

Atiek Nur Wahyuni mengaku mencontoh Pak Chairul Tanjung,

83

pemimpin CT Corp dan Trans Media, selanjutnya Intan Adams

Katoppo Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (persero)

mengaku banyak belajar dari para CEO sebelumnya dalam hal

open heart, open will dan open mind. Pemimpin lainnya adalah

Shinta Dhanuwardoyo, berbeda dengan pemimpin-pemimpin

wanita lainnya yang memiliki mentor, Ibu Nuk menjadi mentor

untuk para pemimpin perusahaan-perusahaan baru untuk berbagi

pengalamannya selama 20 tahun berkarir agar dapat menjadi

pelajaran bagi mereka.

Mentor seringkali adalah orang yang lebih senior, yang

menolong mereka yang lebih baru atau lebih muda untuk sukses.

Mentor membantu dan mendukung proses belajar seseorang untuk

memaksimalkan potensinya, membangun kecakapan, memperbaiki

kinerja dan mencapai tujuan jangka panjang. Oleh karena itu,

kebanyakan pemimpin wanita memilih mentor yang merupakan

atasannya sebelumnya. Pemilihan mentor bisa karena kekaguman

terhadap kepemimpinan mentor tersebut.

(5) Memberikan tugas pada ahlinya

Organisasi tidak berjalan sendiri. Dalam organisasi banyak

anggota, sumber daya manusia yang ikut berperan aktif dalam

memajukan organisasi. Seorang pemimpin harus jeli dalam

menganalisis setiap kemampuan dan potensi anggotanya. Begitu juga

yang dilakukan oleh Ibu Nuk, dalam wawancara dengan Ustadzah

Norma pada tanggal 06 Desember 2017 di ruang rapat SMP Cendekia

Baznas Ustadzah Norma mengungkapkan “Sepertinya ibu itu punya

mindmaping tentang potensi kita dan kita harus jadi apa lima tahun

yang akan datang.” Hal ini tentu menjadi modal bagi pemimpin ketika

akan mendelegasikan sebuah tugas.

Seperti halnya tanggung jawab sebagai guru model yang bertugas

untuk mengadakan open class, Ibu Nuk memilih 3 orang guru salah

satunya Ustadzah Sauni yang merupakan salah satu Aktivis Sekolah

Guru Indonesia yang sudah memiliki pengalaman banyak dalam hal

pembelajaran. Begitu juga ketika Ibu Nuk ingin mendapatkan sertifikat

ISO, Ibu Nuk langsung mendatangkan ahlinya. Seperti pernyataan Ibu

Nuk ketika di wawancarai di rumahnya pada tanggal 05 Desember

2017

”Sebenarnya itu memang di masa saya tapi Romi Ardiansyah

yang buat. Saya memang sudah mengusahakan ISO sejak lama

tapi tidak berhasil. Saya ketemu Mas romi waktu itu di

84

pendamping etos, saya tahu dia bisa mengerjakan ini. Saya

sampai susul ke Jogja untuk mengerjakan ISO, dan akhirnya kita

behasil mendapatkan ISO dan MBC.”

Menurut Setywan ISO berasal dari kata Yunani ISOS yang

berarti sama, ISO 9001 merupakan standard international yang

mengatur tentang sistem manajement mutu (Quality Management

System). Menurut Badan Standarisasi Nasional ada beberapa unsur

penting yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan ISO 9001 : 2008, yaitu

sistem manajemen mutu untuk persyaratan umum dan persyaratan

dokumentasi, tanggung jawab manajemen, pengelolaan sumber daya,

realisasi produk dan pengukuran, analisis dan perbaikan untuk

meningkatkan kepuasan pelanggan (BSN, 2017).

Dengan mendapatkan sertifikat ISO ini, Ibu Nuk telah

memberikan hadiah yang berharga untuk LPI Dompet Dhuafa sebagai

bentuk penjaminan mutu pelayanan LPI dompet Dhuafa dalam

menyalurkan dana zakat khususnya di bidang pendidikan serta

menjamin pengelolaan SDM di LPI dan yang terpenting pengelolaan

program yang dijamin terstandar.

Ibu Nuk memiliki kekhasan dalam kepemimpinannya. Jika dilihat dari

karakternya, Ibu Nuk memiliki sisi maskulin yang tercermin dari ketegasan,

bentuk komunikasi yang lugas, dan cara-cara Ibu Nuk dalam mendelegasikan

tugas. Namun sebagai wanita sisi feminim Ibu Nuk juga sangat nampak dari

kepedulian dan sifat keibuan Ibu Nuk. Menurut kajian Bartol & Butterfield

(dalam Northouse, 2013: 331) menyatakan bahwa perempuan tidak terlalu

dihargai kalau dibandingkan dengan laki-laki ketika mereka memimpin dalam

cara yang maskulin. Ini tidak terjadi pada kepemimpinan Ibu Nuk, karena Ibu

Nuk tergolong memiliki kecerdasan dalam menggunakan kedua sisi ini. Sisi

maskulin Ibu Nuk tunjukkan dalam komunikasi berkaitan dengan pekerjaan,

komitmen, dan tugas. Sedangkan diluar itu Ibu Nuk adalah seorang wanita

yang penuh dengan kelembutan dan kepedulian. Sehingga di dalam organisasi

terbangun sebuah hubungan yang dekat. Oleh karena itu, ketika Ibu Nuk

memimpin dengan gaya maskulinnya, dengan komunikasi yang seperti itu bisa

diterima dengan baik oleh anggota lainnya.

Gaya kepemimpinan Ibu Nuk dapat dikategorikan sebagai gaya

kepemimpinan yang transformaif. Hal ini disebabkan oleh karakter, sifat, dan

strategi yang diterapkan dalam kepemimpinan Ibu Nuk sangat mengarah

kepada sebuah kepemimpinan transformatif ini. Cara Ibu Nuk dalam bersikap

dan bekomunikasi dengan orang lain menjadi inspirasi tersendiri bagi para

bawahannya, pengelolaan Ibu Nuk terhadap SDM yang dimiliki memeberikan

motivasi yang besar bagi para anggota organisasi untuk maju, begitu juga

85

dengan kemampuan Ibu Nuk dalam mempengaruhi bawahnnya untuk memiliki

visi, misi, tujuan dan budaya organisasi yang sama melalui kecerdasan

komunikasi Ibu Nuk. Kecerdasan intelektual yang dimiliki Ibu Nuk juga

menghasilkan beragam kebijakan yang mendukung perkembangan organisasi

sehingga menuntut para bawahan untuk ikut berkembang dan maju bersama

dengan program-program pengembangan yang Ibu Nuk rancang. Sehingga

meskipun sebagai pemimpin wanita, Ibu Nuk tetap diterima sebagai pemimpin

yang baik dengan kekhasannya. Salah satu kekhasan kepemimpinan Ibu Nuk

adalah Ibu Nuk memiliki mentor yang selalu bisa menjadi pembimbing dan

pengarah dalam kaitannya dengan kepemimpinan Ibu Nuk.

Faktor pendukung yang menjadikan kepemimpinan Ibu Nuk berhasil

adalah faktor dukungan keluarga. Memiliki suami seorang programmer yang

tidak banyak menghabiskan waktu di luar rumah menjadikan peran orangtua

didalam keluarga tidak kosong. Strategi yang dibangun antara Ibu Nuk dan

suami dalam hal kepengasuhan juga menjadikan keluarga tetap menjadi

prioritas utama tetapi juga dapat menjalankan karir kepemimpinannya dengan

baik. Lingkungan rumah yang berada di antara lingkungan keluarga sangat

mendukung profesi Ibu Nuk sebagai seorang Ibu yang banyak menghabiskan

waktu di luar rumah. Sehingga kepengasuhan anak tidak pernah lepas dari

kepengasuhan keluarga meski tidak langsung ditangani oleh Ibu Nuk sendiri

namun yang menggantikan posisi Ibu Nuk tetaplah keluarga terdekat.

2. Proses Pengambilan Keputusan

Mengambil keputusan adalah salah satu tugas utama seorang

pemimpin. Kecerdasan seorang pemimpin banyak dibutuhkan dalam proses

ini, bagaimana pemimpin menganalisis masalah dan mengolah data yang

dimiliki. Masalah merupakan ketimpangan antara harapan dan kenyataan,

dapat juga menjadi sebuah situai dimana terjadi ketidak sesuaian antara

perencanaan dengan implikasi. Munculnya permasalahan dalam dunia kerja

adalah hal yang wajar, oleh karena itu pemimpin hadir untuk menetapkan

alternatif solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Dalam proses mengambil keputusan, alternatif penyelesaian tidak

semata-mata ditentukan begitu saja. Ada beragam arus dan proses yang harus

dilalui. Arus pengambilan keputusan ini ada 3 yakni penelitian, perencanaan

dan pemilihan. Pada tahap penelitian Ibu Nuk biasa melakukan penyelidikan

terlebih dahulu terhadap setiap laporan, keluhan, maupun sesuatu yang

dianggap janggal oleh Ibu Nuk. Dalam proses investigasi ini Ibu Nuk biasanya

melakukan proses validasi terhadap data yang diperoleh melalui komunikasi

secara individu dengan yang bersangkutan dengan cara memanggil orang

tersebut untuk menghadap kepada Ibu Nuk, Ibu Nuk kemudian akan

memberikan pertanyaan apa yang terjadi dan bagaimana hal tersebut bisa

86

terjadi. Selanjutnya Ibu Nuk mengumpulkan data lain melalui observasi dan

memanfaatkan anggota organisasi lainnya sebgai bentuk upaya memvalidasi

data, setelah itu barulah Ibu Nuk melakukan analisis. Biasanya Ibu Nuk akan

memiliki beberapa alternatif solusi yang menjadi bagian dari perencanaan Ibu

Nuk, setelah semua data terkumpul dan dianggap sudah jenuh, sudah dilakukan

analisis dengan beragam pertimbangan Ibu Nuk akan langsung mengambil

keputusan.

Dalam organisasi tidak bisa dipungkiri permasalahan banyak datang

dari beragam sumber, baik itu dari hasil kinerja yang kurang efektif maupun

konflik yang terjadi antar anggota organisasi. Sehingga pemimpin perlu

melakukan sebuah tindakan baik yang bersifat pencegahan berupa peraturan

maupun menyelesaikan permasalah melalui sebuah solusi atau kebijakan.

Begitu pula yang dihadapi oleh Ibu Nuk. Selama meniti karir sebagai

pemimpin beragam permalahan pernah Ibu Nuk hadapi baik ketika Ibu Nuk

menjabat sebagai Direktur LPI Dompet Dhuafa maupun sebagai kepala SMP

Cendekia Baznas.

Contoh permasalahan yang dihadapi Ibu Nuk ketika berada di LPI

dompet Dhuafa adalah ketika ada salah satu tim Ibu Nuk yang melakukan

tindak penipuan dan merugikan organisasi hingga hampir 90 juta, data ini

diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nuk pada tanggal 05

Desember 2017 “di LPI pernah terjadi kasus penggelapan dana oleh seorang

pegawai bernama Feni, uang yang dilarikan hampir sebesar 90 juta. Dana ini

adalah dana beasiswa.” Dari permaslahan ini, Ibu Nuk berusaha mencari

penyelesaian yang tepat. Karena ini menyangkut uang, maka Ibu Nuk berusaha

mencari solusi untuk alternatif untuk menutupi kerugian dari para penerima

manfaat yang telah mendapati tindak penipuan dari pegawai ini. Akhirnya Ibu

Nuk mengambil sebuah solusi yakni dengan menggunakan uang KTT sebagai

pengganti uang yang telah dibawa lari.

KTT adalah dana yang bisa menjadi sumber pinjaman atau bonus untuk

pegawai. Uang KTT ini diperoleh dari dana CSR Perusahaan atas kerja keras

pada pegawai selama satu tahun. Namun, karena terjadi peristiwa penggelapan

dana ini, maka uang KTT terpaksa dipakai karena LPI DD tidak mungkin

menggunakan dana program untuk mengganti kerugian para penerima

manfaat. Atas keputusan Ibu Nuk ini, karyawan lainnya protes dan tidak

setuju. Namun, Ibu Nuk memberikan penjelasan bahwa ini juga menjadi

pelajaran bagi yang lain. Ketika ada diantara anggota tim yang tidak amanah

maka konsekuensinya akan ditanggung oleh semua anggota tim lainnya.

Sehingga, Ibu Nuk memperjelas bahwa semuanya harus menjadi pengingat

bagi yang lain agar tidak terjadi lagi hal serupa.

87

Permasalahan ini tergolong sebuah permasalahan besar yang dialami

Ibu Nuk selama kepemimpinannya. Namun, ketika mengambil sebuah

keputusan ini Ibu Nuk tergolong berani. Mengingat banyak karyawan yang

pastinya akan menentangnya, mengambil dana bersama untuk menutupi

kesalahan satu orang mendapatkan penentangan keras dari karyawan lainnya.

Namun, saat itu masalah ini harus segera diatasi. Untuk menjaga nama baik

organisasi, menutupi kerugian penerima manfaat, sehingga keputusan ini

menjadi alternatif terbaik yang dipilih. Masalah lainnya yang Ibu Nuk hadapai

ketika masih berada di LPI Dompet Dhuafa adalah ketika SGI melakukan

kekeliruan pada tahap rekrutmen peserta. SGI atau Sekolah Guru Indonesia

adalah salah satu Divisi dari LPI atau yang kini menjadi Yayasan Pendidikan

Dompet Dhuafa yang fokus dalam pemberdayaan guru dan calon guru seluruh

Indonesia. salah satu yang menjadi persyaratan penerima manfaat di LPI

adalah tidak boleh ada penerima manfaat yang double. Artinya dalam satu

keluarga tidak boleh menjadi penerima manfaat secara bersamaan. Saat itu,

pihak SGI melakukan kekeliruan karena tidak melakukan proses seleksi secara

ketat. Ada satu orang peserta yang lulus, dan mengikuti pembinaan hingga

tahapan orientasi yang ternyata memiliki saudara kandung (adik) yang juga

sebagai penerima manfaat di Smart Ekselensia Indonesia. ketika mengetahui

hal ini, berdasarkan peraturan yang telah disepakati jauh sebelumnya yang

mengatur masalah penerima manfaat, hal ini dianggap melanggar peraturan

hingga dengan cepat Ibu Nuk mengambil keputusan untuk memutuskan dan

membatalkan peserta tersebut untuk mengikuti program SGI. Ibu Nuk

melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan Direktur Makmal Pendidikan

saat itu yakni Pak Abdul Khalim untuk mempertanyakan penyebab terjadinya

kesalahan dalam rekrutmen ini. Setelah diketahui bahwa ini merupakan

kesalahan pengelola SGI yang kurang jeli dalam melakukan tahapan-tahapan

seleksi maka muncullah kebijakan dari Ibu Nuk. Pihak pengelola SGI langsung

melakukan tindakan dengan memanggil orang tersebut dan

mengkomunikasikan keputusan dari Direktur LPI (Ibu Nuk). Namun,

keputusan yang diberikan tetap memperhatikan peserta, Ibu Nuk tetap

mempertimbangkan beberapa hal. Mengingat ini bukan murni kesalahan

peserta, untuk menghargai peserta akhirnya Ibu Nuk memberikan kebijakan

untuk tetap memberikan tugas sesuai program SGI yakni melatih guru dengan

mengirim peserta tersebut ke daerahnya dan menjadi guru pendamping disana

melanjutkan program Makmal Pendidikan.

Jadi, dalam mengambil sebuah keputusan Ibu Nuk tidak langsung

memutuskannya secara sepihak. Ibu Nuk tetap melakukan investigasi,

konfirmasi, kolaborasi, dan tidak menutup kemungkinan lahir kebijakan baru

dari permasalahan tersebut. Organisasi terus berkembang, begitu pula

permasalahan yang dihadapi. Pemimpin memiliki kekuasaan untuk melakukan

perubahan dalam setiap kebijakannya. Meskipun sudah ada yang mengatur

terkait penerima manfaat, namun peraturan itu tidak menjadi sumber satu-

88

satunya dalam mengambil keputusan. Tetap ada tahapan dan proses yang

dilalui sampai ditemukan alternatif solusi terbaik.

Permasalahan yang terjadi tidak hanya terbatas pelaksanaan yang tidak

sesuai dengan perencanaan atau pelanggaran terhadap peraruturan yang ada.

Namun, kinerja yang rendah juga menjadi permasalahan dalam organisasi. Ini

juga menjadi perhatian bagi Ibu Nuk. Untuk tetap menjaga kualitas organisasi,

tuntutan untuk terus memberikan kinerja terbaik bagi organisasi selalu

ditekankan kepada para anggota organisasi. Sehingga ketika ada karyawan

yang memiliki kinerja rendah akan menjadi sorotan Ibu Nuk. Setiap organisasi

tentu menginginkan agar tujuan organisasinya tercapai, begitu pula dengan LPI

dompet Dhuafa. Setiap organisasi juga memiliki ritme kerja yang berbeda.

setiap anggota organisasi harus mampu menyesuaikan diri dengan ritme kerja

tersebut. Ibu Nuk memiliki tipe kepemimpinan yang menuntut timnya untuk

terus maju, berkembang baik berkembang secara pengetahuan, pengalaman

maupun karir. Sehingga banyak kebijakan yang dikelurkan untuk

mngembangkan kopetensi dan keterampilan pegawai. Jika didapati pegawai

yang sulit untuk dikembangkan maka Ibu Nuk melakukan beberapa langkah.

Pertama, Ibu Nuk memanggil pegawai yang bersangkutan untuk

mendiskusikan temuan-temuan Ibu Nuk dan memberikan waktu kepada

pegawia tersebut untuk memperbaiki kualitas kerjanya. Jika tidak berhasil

maka akan dilakukan tahap kedua yakni memberikan upaya pelatihan kepada

pegawai tersebut. Tahap ketiga adalah dilakukan coaching dan jika tidak ada

perkembangan dari pegawai tersebut Ibu Nuk mengambil langkah terakhir

yakni mengeluarkan pegawai tersebut dari organisasi yang dipimpinnya. Tapi,

Ibu Nuk tetap bertanggungjawab terhadap pegawai yang Ibu Nuk keluarkan

dengan cara mencarikan pekerjaan baru yang mungkin cocok dengan

kemampuan pegawai tersebut. Menurut Ibu Nuk, kita berada di lembaga zakat

jangan samapai lembaga zakat malah mencetak mustahik baru. Sehingga Ibu

Nuk mencoba melakukan lobi dengan link yang Ibu Nuk miliki untuk

mencarikan pekerjaan baru kepada pegawai tersebut. ini juga menjadi ciri khas

dari kepemimpinan Ibu Nuk, yang merupakan bagian dari sifat feminim Ibu

Nuk sebagai seorang pemimpin wanita.

Selain itu, sebagai sekolah Boarding School SMP Cendekia Baznas

memiliki dua sistem yang harus bisa berjalan beriringan. Yakni program

sekolah dan program asrama. Para ustadz dan ustadzah mengaku bahwa sering

terjadi kekeliruan antara kedua belah pihak ini. Program asrama dan program

sekolah terkadang mengalami kendala di masalah waktu. Begitu juga dengan

program ekstrakulikuler yang dilaksanakan di luar jam sekolah terkadang

mengakibatkan kendala untuk bagian pengurus asrama. Kendala ini lebih

kepada manajemen waktu yang membuat kegiatan-kegiatan ini mengalami

penyimpangan dari perencanaan yang telah dibuat masing-masing bagian.

Terkadang kedua bagian ini merasa bahwa program-program yang dirancang

89

masing-masing bagian tidak saling mendukung satu sama lain. Begitu juga

halnya dengan kegiatan ekstrakulikuler yang dirasa menganggu kegiatan di

asrama ketika waktu-waktu kegiatan yang seharusnya untuk program asrama

teralihkan oleh kegiatan ekstrakulikuer. Ini memberikan dampak yang tidak

baik bagi hubungan para anggota organisai. Harus dipahami bahwa, setiap

bagian di organisasi ini adalah satu, sehingga semuanya harus saling

mendukung agar apa yang menjadi visi bersama dapat tercapai. Karena,

program-program yang dibuat oleh masing-masing bagian memiliki tujuan

yang sama yakni dalam rangka menumbuhkan karakter dan mengoptimalkan

potensi siswa-siswi serta tidak lupa meningkatkan kompetensi mereka.

Atas dasar hal ini, Ibu Nuk selaku pemimpin di SMP Cendekia Baznas

berusaha untuk mncari jalan keluar dari permasalahan yang mulai timbul ini.

Ibu Nuk mecoba untuk mengumpulkan bagian asrama dan ekstrakulikuler

untuk melakukan rembuk bersama (rapat). Masing-masing bagian memaparkan

hasil evaluasi mereka selama satu semester ini pada kesempatan evaluasi yang

diselenggarakan pada bulan Januari lalu. Dari informasi-informasi yang

dipaparkan pada kedua bagian ini, hal yang menjadi penyebab tidak

sejalannya kegiatan antara asrama dan ekstrakulikuler karena kedua bagian

tidak melakukan sosialisasi terkait program masing-masing sehingga masalah

ini akhirnya muncul. Ibu Nuk akhirnya mengeluarkan sebuah kebijakan agar

bagian asrama dan bagian ekstrakulikuler membuat forum diskusi.

Forum diskusi menjadi forum untuk bagian asrama dan bagian

ekstrakulikuler untuk merancang progam mereka secara bersama-sama dalam

satu waktu yang bersamaan. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan miss

komunikasi yang terjadi selama semester sebelumnya. Sehingga keduanya bisa

saling bersinergi dalam memanfaatkan dan mengisi waktu siswa-siswi dengan

program-program yang membangun.

Berdasarkan kasus-kasus yang terjadi, terlihat pola Ibu Nuk dalam

mengambil sebuah keputusan dalam menyelesaikan permasalahan-

permasalahan organisai. Ibu Nuk selalu melakukan tahapan yang sama, yakni:

1) Komunikasi dengan pihak yang bermasalah (bersangkutan),

2) Mengumpulkan informasi dari penanggungjawabnya,

3) Mengumpulkan informasi dari beragam sumber,

4) Melakukan kolaborasi dengan penanggungjawab bagian,

5) Membuat keputusan.

Dari pola ini bisa diambil kesimpulan bahwa model pengambilan keputusna

yang dilakukan oleh Ibu Nuk adalah model pengambilan keputusan Informasi.

Proses pengambilan keputusan oleh Ibu Nuk dapat digambarkan

sebagai berikut:

Komunikasi dengan pihak yang

bersangkutan

90

Gambar 6. Proses Pengambilan Keputusan Ibu Nuk

Menurut Kohler (dalam Purwano, 2004: 69-70) model pengambilan

keputusan dapat dikelompokkan menjadi tiga buah model yakni model

perilaku, model informasi dan model normatif. Model perilaku atau

behavioral adalah model pengambilan keputusan yang didasarkan atas

pola tingkah laku orang yang terlibat dalam organisasi atau lembaga

itu. Sedangkan model normatif merupakan modelpengambilan

keputusan yang dimulai dari mengidentifikasi apa yang dilakukan oleh

manajer atau pemimpin yang baik, dan kemudian memberikan

pedoman tentang bagaimana seorang manajer yang baik itu mengambil

putusan. Artinya sebelum mengambil keputusan manajer tersebut

melihat model yang dilakukan manajer lain dalam mengambil

keputusan.

Model pengambilan keputusan Ibu Nuk tidak mengarah kepada kedua

Model tersebut. Model pengambilan keputusan Ibu Nuk lebih dominan kepada

model pengambilan keputusan informasi. Model informasi merupakan model

pengambilan keputusan yang didasarkan atas asumsi 1) Informasi merupakan

kondisi yang harus dipenuhi dalam proses pengambilan keputusan, 2)

Informasi yang berasal dari dalam organisasi yang diberikan oleh seorang yang

memupunyai posisi tinggi dan dikenal, akan lebih dipercaya sebagai bahan

pengambilan keputusan, 3) Informasi yang diperoleh sehubungan dengan

proses pengambilan keputusan selalu diuji dengan informasi yang sudah ada.

Maka informasi yang berasal dari sumber yang tidak atau kurang dipercaya

cenderung tidak dipakai dalam proses pengambilan keputusan Kohler (dalam

Purwano, 2004: 70).

Mengumpulkan Informasi

Dari penanggungjawab Sumber lain

Mengambil Keputusan

Kolaborasi dengan

penanggungjawab

91

Jika melihat proses pengambilan keputusan yang diterapkan oleh Ibu

Nuk dalam kepemimpinannya, Ibu Nuk banyak melibatkan anggota

organisasinya dalam menetapkan alternatif solusi terbaik. Oleh karena itu,

anggota organisasi akhirnya merasa ikut bertanggungjawab atas keputusan-

keputusan yang diambil dan ikut menjaga serta mengembangkan solusi yang

dipilih. Menurut siswanto (2006: 171), peran serta yang meningkat dalam

keputusan memiliki dampak meningkatnya keterkaitan mereka pada

organisasi, kepuasan pekerjaan, pertumbuhan dan perkembangan pribadi, serta

penerimaan inovasi. Hal ini terlihat dari setiap kebijakan yang Ibu Nuk ambil,

contohnya ketika permasalahan rekrutmen SGI, dari hasil analisis akhirnya

diambil keputusan yang tidak sesuai dengan perencanaan yakni dikeluarkan

tetapi ada inovasi kebijakan baru untuk memberikan tugas baru untuk

menjalankan program SGI didaerahnya. Ini kemudian menjadi sebuah

kebijakan baru yang menjadi aturan bagi pemimpin selanjutnya dalam

menghadapi permasalahan yang serupa. Keputusan yang diambil Ibu Nuk ini

kemudian beberapa kali diterapkan di SGI ketika permasalahan ketika

permasalahan serupa terjadi. Contohnya, ketika peserta SGI yang disyaratkan

harus mau menunda pernikahan selama mengikuti program SGI, dan ketika

terjadi penyimpangan maka solusi yang diterapkan mengacu pada kebijakan

Ibu Nuk yakni memberikan program yang serupa di daerah peserta tersebut. Ini

menjadi keputusan terbaik karena menjadi solusi dengan resiko paling rendah,

selain program tetap berjalan target untuk terus meningkatkan penerima

manfaat juga tetap tercapai.

Cara pemimpin mengambil keputusan merupakan cerminan dari gaya

kepemimpinan pemimpin tersebut. Gaya kepemimpinan menghasilkan budaya

organisasi, sehingga cara pemimpin mengambil keputusan juga akan

mempengaruhi perilaku organisasi tersebut. Sebagai contoh, keputusan Ibu

Nuk dalam menerapkan peraturan denda bagi anggota organisasi yang

terlambat dalam pertemuan, pengontrolan yang rutin terhadap kinerja dan

perkembangan anggota organisasi akhirnya menghasilkan perilaku disiplin.

Hal ini senada dengan pendapat Siswanto (2006: 173) yang menyatakan bahwa

manajer tidak hanya berfungsi untuk memilih pemecahan masalah yang baik,

tetapi juga memastikan pemecahan tersebut terlaksana. Hasil dari aktivitas ini

akan menghasilkan perilaku organisasi.

Dari keputusan-keputusan yang diambil oleh Ibu Nuk, terlihat bahwa

Ibu Nuk memiliki keberanian dalam mengambil resiko pada setiap

keputusannya. Pengambilan keputusan memerlukan keberanian, karena setiap

keputusan pasti memiliki resiko, terutama jika proses dan/atau mekanismenya

tidak memenuhi tuntutan teori-teori pengambilan keputusan (Sudaryono, 2014:

69). Hal inilah yang sangat dipahami oleh Ibu Nuk, apapun keputusan yang Ibu

Nuk ambil akan menimbulkan resiko masing-masing. Sehingga Ibu Nuk

berusaha mengambil keputusan yang terbaik melalui ikhtiar terbaik dari proses

92

dan langkah-langkah yang tepat. Bagi Ibu Nuk selama keputusannya adalah

hal merupakan hal yang benar, walaupun mendapatkan tentangan dari anggota

organisasi lainnya maka itu bukanlah masalah, selama keputusan itu yang

terbaik untuk organisasi dan anggotanya.

3. Hambatan Ibu Sri Nur Hidayah

Sebagai seorang pemimpin, integritas dan loyalitas menjadi karakter

yang harus dicontohkan oleh pemimpin kepada anggotanya. Sebagai seorang

istri dan pemimpin organisasi, menjadikan Ibu Sri Nurhidayah memiliki peran

ganda. Selama menjabat sebagai pemimpin di SMP Cendekia Baznas, banyak

program yang dibuat oleh Ibu Nuk untuk memperbaiki sistem sekolah.

Diantaranya adalah dengan menertibkan kegiatan diluar sekolah melalui

perekrutan pengelola asrama yang bertugas untuk merancang,

mengimplementaikan dan mengontrol kegiatan siswa-siswi di luar kegiatan

sekolah.

Dengan bermacam tugas dan tanggung jawab, ada beragam hambatan

yang dialami selama mengemban tugas sebagai seorang pemimpin terutama

dalam menanamkan budaya organisasi. Ibu Nuk mengakui, menjelaskan nilai-

nilai terkait dana zakat harus Ibu Nuk lakukan setiap pertemuan dan disetiap

kesempatan, upaya ini dilakukan karena kesulitan Ibu Nuk dalam menyatukan

pemahaman akan tanggung jawab Baznas selaku penghimpun dan penyalur

dana zakat harus mampu mengelola dana dengan baik. sejalan dengan hasil

wawancara dengan Ibu Nuk pada tanggal 07 Desember 2017, Ibu Nuk

mengungkapkan bahwa “susahnya jadi pemimpin itu adalah kita tahu dari

mana dana itu berasal dan kemana dana itu di alokasikan” sehingga Ibu Nuk

harus beruaha ektra untuk menyatukan pemahaman ini.

Sekolah dengan sistem boarding school, dengan jam kerja 24 jam

menuntut sistem yang baik untuk mengatur berjalannya dua kegiatan yakni

kegiatan sekolah dan kegiatan di luar sekolah (asrama). Dengan dua sitem ini

Ibu Nuk harus melakukan koordinasi yang baik dengan kedua belah pihak.

Dalam menyatukan keduanya, ada tantangan yang Ibu Nuk hadapai. Jam kerja

asrama yang lebih berat dibandingkan dengan jam kerja di sekolah

mengakibatkan munculnya rasa kurang adil di kalangan guru dan pembina

asrama. Pembina asrama merasa bahwa tugas dan tanggungjawab pembina

arama lebih berat dibandingkan dengan tugas para guru yang hanya mengajar

di sekolah.

Selain itu, sebagai seorang pemimpin yang memiliki kepemimpinan

yang fokus dalam pengembangan Sumber Daya Manusia, tidak semua anggota

bisa dengan cepat diarahkan menuju sebuah pengembangan. Dengan beragam

tugas tambahan yang diperoleh, seperti Utadzah Norma selaku bidang

93

administrasi selain harus menjadi guru prakarya ia juga mendapat amanah

untuk menangani agrobisnis dan mendapat tantangan untuk membuat modul

pembelajaran prakarya. Sebagai sarjana agrobisnis, ustadzah norma merasa

senang saja mendapat tugas tambahan. Namun, dengan keterbatasan waktu

yang dimiliki dan tugas yang banyak Utadzah Norma memiliki persepsi bahwa

harus ada pembagian tugas yang rata.

4. Upaya Ibu Sri Nurhidayah dalam Menghadapi Hambatan

Dengan mengemban banyak peran yakni sebagai istri, Ibu dan

pemimpin di SMP Cendekia Baznas, Ibu Nuk harus mampu membagi waktu

dan pikiran. Namun ada beberapa faktor yang menjadi pendukung keberhasilan

karir dan kepemimpinan Ibu Nuk diantaranya:

a. Berbagi dengan suami

Suami Ibu Nuk seorang programmer jadi pekerja lepas. Menurut Ibu

Nuk, suami adalah partner dalam segala hal. Prinsip yang selalu di terapkan

dalam keluarga Ibu Nuk adalah dengan tidak meninggalkan keluarga ke luar

kota secara bersamaan. Komunikasi menjadi hal yang mutlak dibutuhkan

untuk menjaga keseimbangan dalam pengasuhan ini. Tidak boleh keduanya

(suami istri) pergi ke luar kota.

b. Lingkungan rumah berada satu lingkungan dengan keluarga

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 08 Desember 2017 di

kediaman Ibu Nuk, rumah Ibu Nuk dikelilingi oleh keluarga mulai dari

kakak dan Ibu. Ada Khodimat (Pegawai Rumah Tangga) yang membantu,

hal-hal inilah yang mempermudah.

c. Berbagi pengasuhan

Istilah yang digunakan oleh Ibu Nuk dalam hal pengasuhan anak

adalah berbagi pengasuhan. Lingkungan keluarga yang mendukung, karena

berada di satu lingkungan yang sama serta pekerjaan suami yang lebih

banyak menuntutnya berada di rumah menjadi keuntungan dalam keluarga

Ibu Nuk. Sebagai seorang programmer, Bapak Yanmarshus lebih banyak

menghabiskan waktu untuk bekerja di rumah. Berbeda dengan Ibu Nuk

yang setiap harinya harus ke sekolah untuk mengontrol pelaksanaan sistem

pendidikan. Sosok orang tua sangat di butuhkan dalam rumah, sehingga

pengasuhan harus dibagi agar sosok orang tua ini tidak digantikan oleh

orang lain.

d. Harus ada mentor

Dalam berkarir, permasalahan tentu akan di temui dan di dapatkan

sepanjang perjalanan. Oleh karena itu, peran pembimbing di butuhkan

untuk menentukan langkah terbaik yang bisa di tempuh. Dalam hal ini,

mentor menjadi bagian yang dibutuhkan, tak lebihnya Ibu Nuk. “Awalnya

saya tidak terbiasa dengan uang zakat, di tempat bekerja sebelumnya tidak

ada dari uang zakat paling dari bayaran orangtua siswa dan biaya dari

yayasan. Di madaniah (Ahmad Fuadi) di Dwi Warna (pak Ginanjar). Di DD

94

belajar sama pak Erie Sudewo, harus gini harus gini. Saya ngikut-ngikut

Mas Erie meskipun masih jauh” begitu pernyataan Ibu Nuk pada

wawancara tanggal 5 Deember 2017 terkait peran mentor untuk Ibu Nuk.

5. Dampak Kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah

Berdasarkan upaya serta karakteristik dalam kepemimpinannya, Ibu

Nuk berhasil melahirkan perubahan yang berdampak langsung kepada SMP

Cendekia Baznas yakni:

a. Prestasi Siswa

Berdasarkan visi dan misi sekolah untuk mengembangkan karakter

dan mengoptimalkan potensi, kebijakan yang dibangun adalah dengan

menghadirkan pembina asrama dan pelatih ekskul yang kompeten sehingga

menghasilkan siswa yang berkualitas. Salah satunya pada bidang Pramuka,

para siswa dan siswi telah mengukir prestasi yang sangat membanggakan

melalui kegiatan SMANGOOD Festival Se-Bogor Raya yang telah

diselenggarakan oleh SMAN 1 Cigudeg pada 12 – 15 Desember 2017 para

siswa dan siswi SMP Cendekia BAZNAS tampil memukau di hadapan para

juri sehingga mendapatkan beberapa prestasi.

Pada Perlombaan Pramuka Se-Bogor Raya siswa-siswa SMP

Cendekia BAZNAS berhasil memperoleh thropy penghargaan Juara I pada

Lomba Cepat Tepat Putri oleh ananda Ghina Meisya F.N. dan ananda

Syarah Izzati. Sementara pada kategori putra ananda Alvito Aryasatya dan

Akbar Baihaqi R. mendapat juara III. Pramuka SMP Cendekia BAZNAS

terus bersemangat untuk berprestasi setelah waktu sebelumnya mengikuti

lomba perkemahan pramuka Se-Jawa Barat dan berhasil membawa thropy

juara 3 kategori Hias Tenda Terbaik Putra.

Tidak hanya pramuka, begitupun perlombaan bidang islami pada

kategori sastra dan kesenian. Tidak tanggung-tanggung siswa-siswi SMP

Cendekia BAZNAS menjuarai sebagian besar perlombaan diantaranya;

Juara I Marawis diraih oleh Tim Marawis SCB yang digawangi Syahril R.

dkk. Disusul oleh ananda Naila Rahma M. yang berhasil memboyong dua

thropy juara sekaligus yaitu Juara I Lomba Sastra Puisi dan Juara II Lomba

Puisi Islami. Selanjutnya M. Sakaria berhasil mendapatkan thropy Juara II

Lomba Adzan. Sementara pada kategori prakarya ananda Yadi berhasil

meraih Juara I Lomba Seni Kriya.

Selain itu, pada bidang Pencak silat yang menjadi salah satu cabang

ekskul di SMP Cendekian Baznas mendapatkan beberapa prestasi baik pada

tingkat kabupaten/kota bahkan tingkat Nasional. Siswa SMP Cendekia

BAZNAS memperoleh 2 Medali Emas, 2 Perak dan 5 Perunggu dalam

kejuaraan Pencak Silat yang diselenggarakan oleh Kampung Silat Jampang

95

23-24 Desember 2017 di GOR Kartika Cilodong – Depok. Medali emas

diperoleh Baharudin Bao (IX) dan Ujang Ari (IX), Perak Dimas Abdad Z.

(VII) dan Ahmad Maulana Ishaq (VII) sedangkan kelima medali perunggu

diperoleh Firman Mubarok (IX), M. Ferdiansyah (IX), M. Ghozy Al-

Ayyubi (VII), Dhaffa Elfa M. (VII) dan Asep Suherman (IX). Sedangkan di

tingkat Nasional, para siswa memperoleh mendali Emas pada ajang

Yogyakarta Championship II 2017, adalah ajang pencak silat nasional yang

diadakan Ikatan Pencak Silat Se-Indonesia dan Kemenpora pada 14-15

Oktober 2017 di Gedung Sportorium Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta (UMY).

b. Program pelatihan

Tidak hanya memiliki visi untuk mengembangkan potensi siswa, Ibu

Nuk juga membuat beragam program pelatihan yang wajib diikuti oleh

selluruh guru, pembia asrama, pegawai dan staf untuk meningkatkan

kompetensinya. Adapaun pelatihan-pelatihan yang telah diselenggarakan

selama kepemimpinannya adalah:

1) Seminar Anti Korupsi

SMP Cendekia Baznas bekerja sama dengan Direktorat

Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat (Dikyanmar) Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar seminar setengah hari

bertema “Mencegah Korupsi di Dunia Pendidikan”. Seminar ini diikuti

oleh guru-guru dari 31 sekolah di Kecamatan Cibungbulang,

dilaksanakan pada Jum‟at 6 Oktober 2017 di ruang pelatihan SMP

Cendekia Baznas, Cibungbulang, Bogor, Jawa Barat. Pelatihan ini

diharapkan dapat membangkitkan kesadaran untuk mengenali korupsi

untuk menghindarinya. Teladan dari guru, sebagai pendidik akan

membantu internalisasi nilai-nilai anti korupsi pada siswa. Pada

kegiatan ini KPK memberikan buku untuk memastikan “Pojok Anti

Korupsi” di Perpustakaan dan Sumber Belajar SMP Cendekia Baznas

agar dapat memiliki literasi yang mampu menggugah kesadaran anti

korupsi.

2) Workshop Bidikmisi

Bertepatan dengan Hari Pahlawan, 10 November 2017, SMP

Cendekia Baznas mengundang sejumlah SMA/SMK/MA untuk

mengikuti workshop mengenai Bidik Misi. Hal itu dilandasi kesadaran

bahwa mahasiswa merupakan agen perubahan yang memiliki idealisme

luar biasa untuk perbaikan bangsa dan negara. Workshop ini diisi oleh

Dr Megawati Simanjuntak SP, M. Si. selaku pengajar di Departemen

Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia IPB.

96

3) Pelatihan Media Sosial

Pelatihan media sosial digelar oleh SMP Cendekia Baznas pada

Jumat 19 Januari 2018 dengan mengangkat tema “Optimalisasi Sosial

Media sebagai Sarana Penyebar Kebaikan”. Pelatihan dihadiri 17

perwakilan sekolah di kabupaten Bogor berlangsung menarik.

4) Pelatihan menghadapi UN

Sekolah Cendekia Baznas (SCB) mengadakan Pelatihan

Motivasi Persiapan Ujian Nasional pada Ahad 21 Januari 2018. Acara

ini dihadiri oleh 100 siswa SMP sekitar SCB itu digelar di SMP

Cendekia Baznas, Bogor, Jawa Barat. Pelatihan motivasi ini

mengangkat tema “Menyongsong Kesuksesan menghadapi Ujian

Nasional”. Nara sumbernya adalah trainer Husein Sutisna. Husein

mengajak siswa untuk fokus terhadap diri sendiri, bukan fokus

terhadap apa yang akan terjadi nanti. Fokus untuk mempersiapkan

ujian dengan belajar, berdoa, dan berbakti kepada orang tua. Siswa juga

diminta untuk percaya diri pada kemampuan mereka masing-masing.

Kegiatan ini ditutup dengan kontemplasi yang dilakukan trainer untuk

meningkatkan spiritual mereka dengan cara mengingat Allah yang

Mahabesar, yang mampu memudahkan segala ujian yang menimpa

hamba-Nya. Kepala SMP Cendekia Baznas Sri Nurhidayah

mengemukakan, Ujian Nasional bukan hanya mengejar predikat lulus

namun hikmah tentang kejujuran dan membangun karakter menjadi hal

penting. Bagi sebagian besar sekolah yang cukup memiliki sumber

daya, pelatihan motivasi menjelang UN menjadi modal yang diberikan

kepada seluruh siswa. Menyadari hal inilah SMP Cendekia Baznas

sengaja mengadakan kegiatan pelatihan motivasi UN untuk

memeberikan kesempatan sekolah-sekolah yang belum pernah

mendapatkan pelatihan serupa, merasakan dan membagikan

semangatnya kepada teman-temannya.

c. Kompetensi Guru

Pengembangan SDM di SMP Cendekia Baznas menjadi salah satu

bagian yang paling menjadi sorotan. Para guru, pembina asrma, pegawai

dan staf dituntut untuk terus mengembangkan potensi yang dimiliki. Ibu

Nuk selaku kepala sekolahpun membuat beragam program untuk mencapai

tujuan ini. Salah satunya adalah dengan membuka kelas observasi.

Peningkatan kualitas pendidikan menjadi tanggung jawab bersama

masyarakat. Kewajiban setiap sekolah untuk bersama-sama sekolah sekitar

berbagi, memberi dan mendapatkan masukan. Pasca pelatihan guru berkala

yang dilakukan sebulan sekali bagi seluruh tim SMP Cendekia Baznas dan

sekolah-sekolah sekitar, SMP Cendekia Baznas juga membuka program

kelas observasi.

97

Kelas Observasi adalah Program yang memberikan kesempatan

kepada guru luar SMP Cendekia Baznas untuk ikut masuk dalam kelas dan

mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Selanjutnya setelah KBM

selesai dilakukan diskusi bersama. Program kelas observasi SMP Cendekia

Baznas dilaksanakan dilakukan di SMP Cendekia Baznas Bogor, Jawa

Barat. Ada tiga tujuan program kelas observasi. Pertama,

mengimplementasikan pelatihan yang telah diberikan. Sebelumnya, sejak

Agustud 2017, para guru telah mengikuti pelatihan berpikir suprarasional,

pelatihan optimalisasi display kelas dan pelatihan pembelajaran aktif-

inovatif-kreatif-menyenangkan-gembira-berbobot. Program observasi kelas

akan memastikan bahwa materi training menjadi ketrampilan bermakna

yang akan diberikan kepada para siswa.

Selain membuka kelas observasi, para guru juga dituntut untuk bisa

menulis. Dalam kesempatan seminat Internasional, 3 orang guru dikirim

dari SMP Cendekia Baznas untuk mempresentasikan makalah di Malaysia

terkait tentang SROI. Melalui kegiatan ini, guru diharapkan memperoleh

pengetahun dan pemahaman lebih dalam halpengelolaan dana zakat. Selain

itu, guru diharapkan terus memiliki semangat dan motivasi agar terus bisa

berinovasi dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki.

Selain itu, para guru juga diwajibkan untuk terus melakukan update

terhadap CV masing-masing. CV ini menjadi bukti perkembangan

kompetensi dan karir dari para guru. Ibu Nuk melakukan pengontrolan

dengan melakukan presentasi CV setiap enam bulan sekali. Untuk guru

yang memiliki perkembangan yang minim akan mendapatkan tugas

tambahan sebagai bentuk kesempatan guru tersebut untukmengembangkan

diri.

d. Penerimaan siswa baru

Semenjak menjabat sebagi kepala sekolah SMP Cendekia Baznas, Ibu

Nuk banyak mengeluarkan kebijakan baru salah satunya adalah dalam

perekrutan peserta didik baru. Sebelumnya persyaratan untuk calon peserta

didik hanya difokuskan pada anak SD/MI Putra dan Putri dari keluarga

Dhuafa. Namun tahun ini, SMP Cendekia Baznas melakukan Inovasi

dengan melakukan proses seleksi yang lebih ketat. Menjaring anak-anak

kurang mampu dari seluruh Indonesia dengan menargetkan kriteria khusus,

yakni:

1) Berasal dari keluarga dhuafa, diutamakan yatim.

2) Lulus atau Tamat SD atau sederajat, usia maksimal 13 tahun pada

31 Juli 2017.

3) Memiliki prestasi akademik dengan kriteria :

a) Rata-rata nilai rapor kelas IV-V minimal 7,0

b) Tidak ada nilai 5 di dalam rapor.

98

4) Berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular

` Selain persyaratan, inovasi juga dilakukan dengan memperketat

proses seleksi peserta didik untuk memperoleh input yang berkualitas.

Bukan hanya dilihat dari segi ketidakmampuan secara dana tetapi juga dari

segi kemampuan (kognitif) yang dilihat dari nilai peserta didik. Seleksi

dilakukan melalui 4 tahapan yakni:

1) Seleksi administrasi.

2) Akademik (Matematika dan Bahasa)

3) Psikotes dan baca Qur‟an

4) Survey dan verifikasi

e. Kebijakan-kebijakan

1) Tidak ada pentri

Salah satu kebijakan baru yang dikelurkan Ibu Nuk untuk sebagai

bentuk efisiensi SDM serta pemanfaatan masyarakat sekitar SMP

Cendekia Baznas, maka Pentri di SMP Cendekia Baznas ditiadakan.

Siswa-siswi yang awalnya makan dari hasil masakan juru masak

sekolah ditiadakan akibat hasil keputusan bahwa pekerja seperti helper

dan koki merupakan SDM yang tidak bisa dikembangkan di sekolah.

Dalam artian bahwa para koki dan helper tidak akan mampu untuk

mengembangkan karirnya jika berada di sekolah. Atas dasar inilah

pentri ditiadakan dan diganti dengan kebijakan baru yakni menjalin

kerjasama dengan masyarakat.

Dengan membentuk kelompok memasak sebanyak 3 kelompok

yang terdiri dari 3 orang, sekolah memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk menyiapkan makanan dan memberikan lapangan

pekerjaan kepada masyarakat sekiitar.

2) Soft skill untuk siswa-siswi

Untuk meningkatkan kemandirian, siswa-siswi diberikan soft skill

berupa keterampilan menjahit pakaian, mencukur dan sol sepatu. Ini

adalah bentuk upaya kepala sekolah dan pembina asrama dalam

meningkatkan kemandirian siswa-siswi dalam menyelesaikan

permasalah hidup sehari-hari. Pelatihan soft skill diberikan oleh para

pembina asrama yang memiliki keterampilan pada bidang masing-

masing. Dari kebijakan ini diharapkan siswa-siswi mampu lebih

berhemat dengan tidak membuang-buang barang yang layak pakai dan

lebih peduli terhadap diri sendiri dan sesama.

6. Diskui Hasil

Berdasarkan hasil penelitian peneliti terkait kepemimpinan wanita,

yakni kepemimpinan Ibu Nuk diperoleh bahwa Ibu Nuk memiliki kemampuan

yang baik dalam mengelola dua sisi sifatnya yakni makulin dan feminim.

Dalam hal tugas dan pekerjaan Ibu Nuk menggunakan sifat maskulinnya

seperti tegas serta teguh pendirian sedangkan di luar tugas dan pekerjaan Ibu

99

Nuk menjadi sosok ibu bagi para guru, pembina asrma, pegawai, staf dan

siswa sehingga cara Ibu Nuk dalam memimpin dengan ketegasannya tetap

diterima dengan baik. Hal ini bertentangan dengan pendapat Yukl yang

menyatakan bahwa beberapa penelitian bahkan mendapati bahwa bahkan

ketika pemimpin perempuan menggunakan perilaku maskulin, mereka

dievaluasi dengan hasil yang kurang menguntungkan daripada ketika laki-laki

menggunakan hal itu. Namun hasil penelitian ini sangat sesuai dengan

pendapat Eagly dan Carli (dalam Peter, 2013: 341) bahwa banyak dari

hambatan yang ditemui wanita dalam wilayah kepemimpinan berasal dari

ketidaksesuaian antara peran gender wanita dan peran kepemimpinan. Wanita

menghadapi standar ganda dalam peran kepemimpinan: pemimpin wanita

harus cukup cakap tapi juga “feminin”, suatu standar yang tidak diterapkan

pada laki-laki. Satu cara agar wanita bisa meningkatkan kehangatan dan

pengaruh mereka adalah dengan mengombinasikan karakter komunal seperti

kehangatan dan keramahan dengan karakter pengaruh seperti kecakapan dan

ketegasan yang luar biasa.

Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Ibu Nuk dalam

proses kepemimpinannya banyak melakukan evaluasi dan mengambil

pelajaran dari pengalaman kerja sebelumnya. Ibu Nuk juga memiliki mentor

yakni Pak Erie Sudewo yang menjadi pembimbing Ibu Nuk dalam

memberikan arahan, masukan dan dorongan selama Ibu Nuk mengemban

amanah sebagai seorang pemimpin. kedua hal ini sangat mendukung

keberhailan Ibu Nuk dalam memimpin, hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Vipin Gupta dan Abira Saran dalam penelitiannya yanng berjudul “seeding of

women leadership in india: investigating the experiences of the trailblazers”

menunjukkan hasil The findings demonstrate that women can be empowered

and trained to become a constructive architect of their leadership journey, by

recognizing, naming, and reframing the meaning of their various lifecourse

experiences. Artinya yakni hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan

dapat diberdayakan dan dilatih untuk menjadi arsitek konstruktif perjalanan

kepemimpinan mereka, dengan mengenali, menamai, dan membingkai kembali

makna berbagai hal mereka pengalaman lifecourse. Sehingga pengalaman dan

mentor menjadi dua faktor pendukung yang kuat dalam keberhasilan

kepemimpinan wanita.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

100

Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan

yakni:

1. Secara karakter, Ibu Nuk selaku pemimpin wanita di SMP Cendekia Baznas

memiliki karakter seorang pemimpin yang membedakan Ibu Nuk dengan

anggota organisasi. Karakter tersebut adalah cerdas, keibuan, tegas, peduli,

komunikatif, kuat pendirian dan sederhana . Secara perilaku, Ibu Nuk

cenderung memiliki gaya kepemimpinan yang berorientasi hubungan.

Perilaku tersebut ditunjukkan oleh cara Ibu Nuk dalam pengembangan

Sumber Daya Mansia (SDM). Berdasarkan karakteristik Ibu Nuk dalam

menjalankan kepemimpinannya sebagai seorang pemimpin wanita, Ibu Nuk

memiliki gaya kepemimpinan transformasional. Karakteristik kepemimpinan

Ibu Nuk ditandai dengan Menyatukan visi, misi dan menanamkan budaya

organisasi, mengembangkan SDM, belajar dari pengalaman, memiliki

mentor dan memberikan tugas pada ahlinya.

2. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Ibu Nuk tergolong

menggunakan model informasi. Ibu Nuk lebih menggunakan data dan

informasi dari berbagai sumber sebagai bahan analisis sebelum mengambil

sebuah keputusan. Proses yang dilakukan oleh Ibu Nuk mengandung lima

tahapan yakni: komunikasi dengan pihak yang bermasalah (bersangkutan),

mengumpulkan informasi dari penanggungjawabnya, mengumpulkan

informasi dari beragam sumber, melakukan kolaborasi dengan

penanggungjawab bagian dan membuat keputusan.

3. Hambatan yang dialamai Ibu Nuk selama mengemban amanah sebagai

pemimpin di SMP Cendekia Baznas antara lain: penyatuan pemahaman

dalam penggunaan dana zakat, munculnya rasa kurang adil di kalangan guru

dan pembina asrama terkait tugas dan tanggung jawab dan pembagian beban

tugas yang belum merata.

4. Faktor pendukung Ibu Nuk dalam menghadapi hambatan selama Ibu Nuk

menjadi pemimpin di SMP Cendekia basnaz adalah: Berbagi dengan suami,

lingkungan rumah berada satu lingkkungan dengan keluarga, berbagi

pengauhan anak serta memiliki mentor.

5. Dampak kepemimpinan Ibu Sri Nurhidayah antara lain menghasilkan

beragam program pelatihan guru dan siswa, kebijakan-kebijakan baru yang

meliputi tidak adanya pentri serta pemberian soft skill untuk siswa-siswi,

prestasi siswa, meningkatkan kompetensi guru, serta perubahan pada sistem

penerimaan siswa baru.

B. Saran

Ibu Nuk sudah memiliki karakter kuat sebagai seorang pemimpin,

dalamproses kepemimipannya kini ada beberapa saran yang diharapkan bisa

menjadi bahan pertimbangan bagi para pemimpin lainnya:

101

1. Dalam menjalani sebuah kepemimpinan, pemimpin wanita harus mampu

menggunakan dua sifat sekaligus yakni maskulin dan feminim secara bijak

sehingga menghasilkan respon yang baik dari anggota organisasi.

2. Kedekatan antar anggota organisasi perlu mendapatkan perhatian lebih, di

masa awal kepemimpinan Ibu Nuk ini perbaikan sistem memang hal yang

mutlak. Namun, kedekatan juga harus terus dibangun dengan semua guru,

pembiana asrama, pegawai dan staf agar setiap anggota merasakan

kenyamanan seperti yang telah dirasakan sebagian anggota lainnya.

3. Pengembangan SDM sangat membantu para anggota organisasi dalam

mengembangkan potensinya, namun juga harus tetap melihat hasil analisis

terhadap kemapuan, bakat dan minat yang dimiliki setiap anggota

organisasi.

LAMPIRAN

Lampiran 1

Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Nurhidayah

tanggal 05 dan 06 Desember 2017

Perjalanan Karir Ibu Nuk

25 Agustus saya berhenti dari DD pendidikan terus bulan Oktober mulai

membantu baznas karna ingin membuat sekolah ini, sekolah cendikia Baznas. Hari

ini saya memang sedang Membantu Lasnas BSM Umat juga untuk membuat

program pendidikan juga. Baznas minta bantu untuk membikin skenario sekolah

mereka. Jadi, sekolah ini sinergi dari 3, yakni: Tanah wakaf siti hajar suja’i,

Bangunan Qatar Charity Indonesia (QCI) dan Operasionalnya dari baznas.

Kita ingin menekan biaya serendah mungkin karena itu udah deh muridnya

30 saja yang diambil. Terus udah deh nggak usah pake OB deh, makanya OB ada 2

saja kita butuh untuk bersihkan mesjid, ruang guru, nggak mungkin nyedotin debu

kita sendiri. Yang lain-lain anak-anak deh. Yang bersihin kelas anak-anak, yang

bersihin asrama anak-anak, halaman anak-anak. Kekhasan kita, walaupun gabung

perempuan dan laki-laki tetep masjidnya terpisah, gedungnya terpisah.

Konsepnya sekolah. Namanya sekolah karena program yang kita tawarkan ini

SMP tapi kita pastikan penerima manfaatnya banyak. Ini sekolah untuk anak-anak

yang ada di sini dan semua masyarakat sekitar. Karena itu gurunya maksimal hanya

5 tahun disini, ada pelatihan guru. Ada operasi sekaligus bank mustahik bagi warga

sekitar, klinik yang ada dokternya seminggu sekali yang bisa diakses oleh warga

sekitar terutama yang dhuafa, Masjid bisa di gunakan warga untuk pengajian dan

labnya dijadikan posko Bidikmisi karena memang Teman-teman di cibungbulang

yang MA Swasta/Pesantren tidak pernah tahu tentang program Bidikmisi. Karena

dekat dengan IPB, akhirnya mahasiswa IPB yang mengedukasi dan Sekolah

Baznas menyediakan tempatnya. Walaupun sebenarnya sekolah ini adalah Level

SMP yang tidak membutuhkan bidikmisi, tapi karena siswa MA Swasta/Pesantren

di sekitar wilayah Cibungbulang belum mengenal Bidikmisi maka sekolah merasa

perlu untuk diadakan edukasi tentang program Bidikmisi ini. Termasuk

perpustakaan juga dibuka untuk umum seminggu sekali. Labkom juga kemarin

tanggal 1-2 Ada pelatihan dari UMKM juga tentang pelatihan komputer dan

facebook di Labkom, pelatihan dari KPK dll. Bangunan ini tidak boleh kosong

sebenarnya, bangunan sekolah ini kan mahal ya boros, habis sekolah kosong.

Sayang sekali jika hanya di gunakan di waktu sekolah saja dan ketika hari libur

kosong, makanya perlu ada pemanfaatan diluar jam sekolah.

Teman-teman baznas, setelah kepemimpinan prof. Bambang sudibyo

(Mantan Mendikbud) program harus dirancang dengan benar, okey deh kita

rancang yang terbaik. Karena zakat yah, setiap zakat haruskembali menghaislkan

kebaikan. Sekolah, karena afiliasi kita tetap SMP itu izin prosesnya di Kemdikbud.

Kita senang karena kemdikbud cepat yaa. Intinya penerima manfaat harus

sebanyak-banyaknya dari sekolah ini makanya namanya sekolah.

Sebenarnya saya nggak memilih ya dulu ketika saya memilih sebagai guru prinsip

saya, saya tidak mau dibayar murah, karena guru tidak pantas di bayar murah.

Sebelumnya mengajar di al-madaniah dengan gaji Rp.700.000 kemudian pindah ke

SMA Dwiwarna dengan gaji hampir Rp.7.000.000, dari sini saya sempat ke

Thailand dan kemana-mana. Tapi dari situ mungkin Allah mengingatkan saya

bahwa bukan hanya itu yang saya kejar. Selanjutnya bekerja di Makmal sebagai

Trainer. Pertama di DD (Gaji 2,5 juta) merasa sengsara karena selalu diingatkan

bahwa ini adalah uang zakat dan dana yang terbatas. Awal bekerja di DD sempat

berpikir untuk berhenti, tapi saya mulai berpikir sepertinya ini cara Allah

mengajarkan saya. Selanjutnya saya pindah ke Baznas dan gaji saya ya turun

signifikan hampir 50%. Tapi menurut saya itu cara Allah ngajarin saya, yaitu orang

itu naik turun.

Selain ini juga membantu teman-teman BSM untuk merancang SMK dan

sedang ingin merancang program pendidikannya. Dan Baznas mengizinkan, karena

ini masih sejalan dan jelas. Ketika kita pindah bekerja maka kita memulai hal dari

awal, dari 0. Di Baznas gaji 40% dari gaji di DD dulu, yang paling di suka adalah

kegembiraan mendesain program.

Banyak belajar dari DD dan SGI. Dari DD saya belajar tentang untuk

memberikan kebermanfaatan untuk banyak orang. Namun di DD ketika itu harus

membuat Zona Madina terlebih dahulu, ah menurut saya tidak perlu cukup dengan

sekolah saja. Saya juga belajar dari SGI. Dari SGI saya kemudian belajar kelas

saya terbuka untuk guru-guru sekolah, namanya kelas observasi. Open class, guru-

guru sekolah lain boleh datang untuk melihat cara guru di sekolah Baznas dalam

mengajar. Guru yang ikut dibatasi hanya 5 orang saja karena takut mengganggu

dan ternyata itu diminati. Langkah: guru-guru sit in di belakanag mlihat cara guru

lain mengajar kemudian berdiskusi. Ada 3 mapel yang sudah siap yakni:

Matematika, IPS dan Bahasa Inggris. Jadi teman2 guru sit ini di belakang

dilakukan kemarin sebelum Ujian sebelum PAS. Saya belajar daru banyakhal.

Sekarang ada konsep

Corporate Social Responsibility, selanjutnya ada konsep School Social

Responsibility. Hari ini sekolah maju hanya maju sendiri di sampingnya tidak.

Oleh karena itu sekolah Baznas membuka sekolahnya untuk umum karena ada

school social responsibility. Hal ini di pelajari dari sekolah-sekolah sebelumnya

tempat saya mengajar dan bekerja. Contohnya Al-Madaniah, dia sekolah maju tapi

maju sendiri. Dwiwarna dan Smart juga sperti itu maju, maju sendiri SMA Nusa

bnagsa yang di sekitarnya tidak kena cipratannya. Itu tidak boleh, dunia

pendidikan harus di selesaikan bersama. Nah, jika sudah ada satu yang peduli

masalah itu cept di selesaikan. Enaknya kerja pindah-pindah gitu menurut saya

lesson learn.

Sebelum membuat program pendidikan tidak bisa langsung, harus catat

dulu berbagai hal. Sedang merancang SMK, hari ini ada vintac ada berbagai

macam pekerjaan yang akan hilang salah satunya kerja di Bank. Bank akan

menjadi computerise. Satu sisi kita harus loyal tapi disisi lain harus Smart itu

sangat bagus, tapi sangat sulit untuk di replikasi. Oleh karena itu harus di buat

sebuah ruh yanng mudah untuk di tiru. Smart berdiri sejak tahun 2004 dan

jumlahnya hanya masih satu,sedangkan sekolah juara berdiri sejak tahun 2007 dan

sekarang sudah ada 16 di seluruh Indonesia. ini yang memaksa saya belajar, yang

menjadikan pembeda.

Awalnya di DD sebagai Trainer Guru di Makmal. Sejak keluar dari

dwiwarna, saya Kapok menjadi guru, saya nggak mau jadi guru lagi. karena

menjadi guru itu sulit. Saya terbiasa di sekolah-sekolah elit seperti Al-Madaniah

dan Dwiwarna yang dananya disokong banyak pihak, dari yayasan, dari orangtua

siswa. Tapi saya sadar,saya nggak bisa jadi guru lagi tapi minimal saya harus

membuat sekolah.

Satu hal yang perlu saya ingatkan bahwa setiap 1 tahun itu kita harus

mengganti CV 2 kali Juli dan Desember, untuk melihat perkmebangan kita. Dalam

agamapun diajarkan bahwa kita harus berubah menjadi lebih baik, kalau hari ini

sama dengan hari kemarin ya rugi dong. Yang bisa menunjukkan bahwa kita

berubah. Itu penting, kita melihat ketika kerja di ini kita sudah membuat ini. Saya

S2 dulu baru menikah. Oleh karena itu saya menikah di usia 31 setelah selesai S2

di UI jurusan Psikologi.

Ada beberapa faktor yang menjadi pendukung keberhasilan karir dan

kepemimpinan Ibu Nuk menurut Beliau, yakni:

a. Berbagi dengan suami

Suami saya seorang programmer jadi pekerja lepas. Menurut Ibu Nuk,

suami adalah partner dalam segala hal. Beliau melakukan pengasuhan dan rumah

tangga. Prinsip yan selalu di terapkan dalam keluarga adalah dengan tidak

meninggalkan keluarga ke luar kota secara bersamaan. Komunikasi menjadi hal

yang mutlak dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam pengasuhan ini.

Tidak boleh keduanya (suami istri) pergi ke luar kota.

b. Lingkungan rumah berada satu lingkungan dengan keluarga

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 08 Desember 2017 di kediaman

Beliau di kelilingi oleh keluarga mulai dari kakak dan Ibu. Ada Khodimat (Pegawai

Rumah Tangga) yang membant, hal-hal inilah yang mempermudah. Menuru Beliau

yang terpenting adalah memilih pasangan hidup yang mengerti passion saya

dimana. K cibungbulangpun suami yang memfasilitasi.

c. Berbagi pengasuhan

Istilah yang digunakan oleh Ibu Nuk dalam hal pengasuhan anak adalah

berbagi pengasuhan. Lingkungan keluarga yang mendukung, karena berada di satu

lingkungan yang sama serta pekerjaan suami yang lebih banyak menuntutnya

berada di rumah menjadi keuntungan dalam keluarga Ibu Nuk. Sebagai seorang

programmer, Bapak Yanmarshus lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja

di rumah. Berbeda dengan Ibu Nuk yang setiap harinya harus ke sekolah untuk

mengontrol pelaksanaan sistem pendidikan. Sosok orang tua sangat di butuhkan

dalam rumah, sehingga pengasuhan harus dibagi agar sosok orang tua ini tidak

digantikan oleh orang lain.

d. Pasangan hidup yang memahami, memahami passion saya.

karena saya S1 fakultas hukum, saya agak kaku agak otoriter. saya kalau

nggak suka saya langsung ngomong. Saya agak Otoriter.(Menurut Ibu Nuk), kalau

saya nggak suka ya saya ngomong. Jika akan membuat peraturan, saya akan minta

pendapat pada teman-teman ada masalah ini dan ini silahkan ada yang berpendapat.

Kalau sudah ada satu, dua, tiga dan seterusnya saya misalkan milihnya opsi nomer

3 ya sudah gitu biar cepet. Awalnya di DD belum ada remunerasi, saya buat

kebijakan bahwa gaji untuk yang apling atas adalah 7 kali gaji terbawah. Secara

terbuka di sampaikan. Banyak juga pasti yang tidak suka dengan saya. Dengan saya

mecat-mecatin orang.

e. Harus ada mentor

Dalam berkarir, permasalahan tentu akan di temui dan di dapatkan

sepanjang perjalanan. Oleh karena itu, peran pembimbing di butuhkan untuk

menentukan langkah terbaik yang bisa di tempuh. Dalam hal ini, mentor mnjadi

bagian yang dibutuhkan, tak lebihnya Ibu Nuk. Awalnya saya tidak terbiasa dengan

uang zakat, di tempat bekerja sebelumnya tidak ada dari uang zakat paling dari

bayaran orangtua siswa dan biaya dari yayasan. Di madaniah (Ahmad Fuadi) di

Dwi Warna (pak Ginanjar). Di DD belajar sama pak Erie Sudewo, harus gini harus

gini. Saya ngikut-ngikut Mas Erie meskipun masih jauh.

Susahnya jadi pemimpin itu adalah kita tahu dari mana dana itu berasal dan

kemana dana itu di alokasikan. Disiulah pemimpin harus berani ngomomg, tulisan

saya yang mengkritik DD banyak tapi teman2 tidak perlu tahu yang penting saya

sebagai pemimpin sudah menyampaikan, saya ikut dari Kata Mas erie: ”temen-

temen boleh khianat ke saya yaa, boleh khianat ke team saya, saya sudah buatkan

sistem agar temen-temen amanah. Jika nanti di akhirat di pertanyakan saya tidak

tanggung jawab” di LPI pernah terjadi kasus penggelapan dana oleh seorang

pegawai berinisisl “Feni”, karena hal tersebu saya mengambil kebijakan untuk

menggunakan uang KTT untuk membayar uang itu. KTT adalah uang untuk

pinjaman pegawai atau bonus untuk pegawai. Pegawai yang lain marah, tetapi itu

sebagai pembelajaran bagi yang lain, ketika ada anggota team yang berkhianat

maka yang lain juga kena, itujuga yang saya pelajari dari Mas erie. Uang yang

dilarikan hampir sebesar 90 juta. Dana ini adalah dana beasiswa. Saya sebenarnya

takut memakai uang zakat.

Karena saya Background hukum, saya memang strick dengan hal-hal ketika

terjadi masalah-masalah yang menyimpang seperti contoh tadi. kalaumelnggar ya

kit pnggil. tapi kita berusaha untuk tidak kemudian menjadikannya sebagai seorang

mustahik. Jika ada pembina asrama yang tidak cocok, setelah berkali-kali

melakukan pelanggaran, kita udah kasi dia pelatihan dulu, kemudian di coaching,

lalu di panggil untuk di sadarkan bahwa memang dia tidak cocok bekerja disini

kemudian saya carikan tempat kerja lain. Sulit dong, iya sulit memang tapi kita di

lembaga zakat, tidak mungkin kita membuat orang menjadi mustahik.

Ada yang mengirim surat kaleng, kita omongin di forum. Intinya

keterbukaan. Jika di surat kaleng ada yang bertanya a, b, c, d ya kita jawab ketika

seruput pagi. Ada Email tanpa nama. Nggak apa-apa menurut saya yang penting

disampaikan dan diomongin di dalam. Karena kita lembaga masyarakat lebih baik

diomongin di dalam jangan di bawa ke luar. Saran saya temen2 harus punya

mentor. Saya berani karena guru saya Mas Erie. Sebaiknya ada mentor yang bisa di

akses yang bisa diajak berdiskusi. Yang penting adalah saling menguatkan. Dan

tentu temen2 pak erie riana renungan para menajer, saya tidak mau bekerja di

tempat yang ditempat it saya nggak bisa dapet apa2. Di Al-Madaniah ada

Qomaruddin hidayat yang menjadi orang yang saya ikuti, Beliau orangnya egaliter,

yang saya kagumi dari Beliau adalah beliau tidak pelit berbagi. Saya mengikuti

beliau, ketika ke Dwi Warna juga karena Beliau yang mengajak saya. Ketika di DD

saya ketemu Mas Erie. Mas erie sebenarnya tidak senang saya ke Baznas, kata

Beliau ngapain capek-capek itu Birokrasinya. Saya tidak mengurusi itu mas. Saya

adalah pelaksana Program. Saya tidak senang di DD ketika harus mengurusi

program. Tapi ketika di LPI saya bahagia, ketika saya di sekolah baznas saya

senang karena saya bisa buat ini buat ini, dan saya yang rekrut team jadi saya bisa

milih. Boleh milih team terbaik.

Untuk menyatukan visi, intinya orang tidak mau ketika tidak memiliki

manfaat atau keuntungan untuk dirinya. Jadi, ketika mengkomunikasikan akan

membuat program apa, akan mendelegasikan tugas apa. Diingatkan ini untuk

kamu, jika tidak ingin maju dan bekerja susah-susah ya itu untuk kepentingan

kamu. Besok 3 orang guru sekolah Baznas akan ke Malaysia untuk presentasi

SROI (Social Return Of Invesment). Awalnya mereka tidak mau, malas, marah-

marah. Tapi beliau bilang ini sebagai tiket ke luar negeri. Di bulan desember akan

berangkat ke Malaysia untuk presentasi. (Simposium Internasinal). Menajdi

seorang pemimpin, saya sudah di bayar dengan cukup oleh karena itu saya harus

melakukan pekerjaan dengan optimal.

Awalnya ngomel-ngomel kenpa harus belajar SROI, tapi syaa bilang

dengan ini menjadi tiket ke luar negeri. Dan kita biayai ber 4 hanya 14 juta, dan

mereka senang karena bangga menjadi penulis makalah dalam acara simposium

internasional, dan yang lain jadi termotivasu tahun depan kita. Saya

sebenarnya,saya sih karena dibayar ya nggak berat2 amat.memang ada ya iyalah.

Saya bukan orang DD awal yang dibayar murah, saya diabayar dengan profesional

karea dd mebayar saya cukup untuk mengerjakan hal-hal iu. Jadi, nggak berat

namanya juga dibayar cukup.

SROI itu lama, jadi gini awanya saaya selalu pakai kaji Dampai atau CSI.

Nggak senenglah mas purnomo, membaut SROI. Mas pur mengadakan pelatihan,

450 rbu latihan ke bandung. Pa bamban orang akunan, karena

Kita sekolah punya tangung jawab,sekolah tetangga hanya kita bantu untuk

membuat temap wudhu’, WC 1 rupiah menghasilkan 19 rupiah. Gria tahfidz dari 1

rupiah menghasilkan 4 ruiah. Say seneng makainya, enaaknya bisa evaluatif bisa

forecash. Kita lakukan evaluasi jarena sudah selesai, dbaznas karena masih berjalan

forecasting kita bisa hitung dana yang kia pakai bener nggak bisa menguntungkan.

Terkait ISO dan MBC

Sebenarnya itu memnag di masa saya tapi romi ardiansyah yang buat. Sya

meyakini tulis apa yang kita kerjaan dan kerjakan apa yang kita tulis. Api sudah

lama saya nggak behasil.saya ketemu Mas romi waktu itu pendamping etos saya

tahu siabisamengerjakan ini saya sampaisusulke jogja untuk mengerjakan

ISO,akhrnya kia behasil ISO dan MBC.

Mas erie sering ngomong, tugas utama seorang pemimpin itu adalah

menentukan prinsip tapi tugas airnya itu adalah melihat apa yag sudah dikerjakan.

Itu menjadi refleksi uat saya. Saya belajar dari dulu, ketika di Dwi warna malah

lebih ekstream. Temen-temen di sana lebh nggak sopan.syaa lebih bersyuku karena

ngajar di SMA mereka lebih nyakitin. Dulu pernah memberika tugas untuk review

buku untuk anak-anak, mereka meledek aaah ibu itu nggak baca. Mereka

mengajarkan saya ntuk ngak baper,merek anak darikalangan menenga ke atas

mereka lebih nyakitin.

Di Madaniah saya belajar bener, orangtuanya orang kaya-kaya. Ditahun

1995 SPP 9 juta. Di Madaniah diajar cara ngomong, cara komunikasi. Mas Qomar

menjadi benteng kita, leader akan membantu kita walaupun di belakang akan

marah-marah. Dari sana saya berani. Kalau ada kesulitan kepala sekolah akan

maju.

Buat Path Leader. Di umur 40 mau terkenal menjadi apa. Yang penting

kalian sampaikan apa yang seharusnya. Kalau kita berani atasan kita segan, ya udah

jadiin pemimpin saja. Kita harus kritis juga, saya di Madaniah saya pergi karena

saya mau S2, tapi Mas Qomar mendukung. Saya di Dwiwarna dipecat karena

diangap tidak sejalan. Tapi nggak apa-apa saya sudah megalami itu, saya kalau

tidak setuju sama orang, saya berpikir paling pilihannya mengundurkan diri atau

dipecat. Yang membuat saya dapat pekerjaan adalah orang-orang disekitar saya.

Teman-teman mustahik saya galau ketika saya keluar dari DD duh buk siapa yang

bantu saya. Nah doa-doa mereka yang menyelamatkan saya mendapatkan

pekerjaan lagi. Tangan-tangan Tuhan yang bekerja bukan tangan saya.

Wawancara Agung Pardini (Guru Agung), Direktur SMART Ekselensia

Indonesia

Kepemimpinan Ibu Nuk (Sri Nurhidayah, SH. M.Si.) menurut Guru Agung:

a. Asertif/Tegas

Selain karakter agresif dan submisif, ada yang dinamakan dengan karakter

asertif. Asertif adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan,

dan keinginan secara jujur kepada orang lain tanpa merugikan orang lain. Dalam

kamus Besar Bahasa Indonesia asertif berarti tegas. Orangnya ceplas ceplos

kalau suka, Beliau akan menyampaikan kalau Beliau suka, kalau tidak suka akan

menyampaikan tidak suka begitu kata para guru danpegawai di Sekolah

Cendikia Baznas dan mantan pegawai Beliau di DD pendidikan.

Ibu Nuk adalah sosok yang tegas namun juga demokratis. Beliau memiliki

nilai-nilai yang terus dijaga. Terutama masalah etika dalam pengelolaan uang.

Karena kita berada di lembaga zakat maka kita memiliki 2 tanggung jawab,

selain tanggung jawab kepada masyarakat juga kepada Allah. Jadi, selain harus

amanah juga harus beretika. Etika penggunaan dana menurut ibu Nuk bukan

hanya masalah prosedur penggunaan dana tetapi juga bijak dalam menentukan

pilihan. Ibu Nuk jika pergi ke sebuah daerah Beliau akan bertanya di daerah ini

ada ETOS tidak? Kalau ada, ya sudah tidakperlu cari penginapan saya nginap di

asrama putri ETOS saja. Ini lah beretika, Beliau bisa saja memilih hotel yang

murah inimasih amanah karena memang ada dana untuk penginapan namun

Beliau lebih memilih utuk tidakmenggunakan dana itu dan memilih untuk

tinggal di asrama ETOS dan mengaihkan dana tersebut untuk membelikan anak-

anak ETOS makanan.

b. Demokratis

Ibu Nuk adalah seorang penginisiasi rapat. Beliau selalu melakukan rapat

koordinasi sebelum menetapkan sebuah program atau produk. Keputusan yang

Beliau buat tidak menggunakan prinsip Top down tetapi tetap berdasarkan

kesepakatan bersama. Guru agung mengungkapkan bahwa Ibu Nuk selalu

mengajak kariawannya untuk berdiskusi panjang ketika akan mengeluarkan

sebuah kebijakan atau produk baru. Meskipun demikian, walaupun menjadi

penginisiasi bukan berarti mendominasi. Pendelegasian tetap dilakukan untuk

terus melibatkan karyawan dalam setiap proses kepemimpinannya.

Pimpinan yang efektif akan mampu mengembangkan kerja tim dalam

pertemuan-pertemuan sebagai sarana untuk meningkatkan kreativitas. Seorang

pemimpin yang baik harus mampu memberikan peluang bagi karyawannya

untuk mengembangkan diri, sehingga pegawai memiliki ruang untuk berkreasi.

c. Membicarakan Mutu/Kualitas

Salah satu kekhasan kepemimpinan Ibu Nuk dibandingkan pemimpin di DD

Pendidikan adalah Beliau sangat mementingkan mutu. Sebelum meningggalkan

DDP Ibu Nuk menghadiahkan ISO 9001: 2008 pada tahun 2013 dan mendapat

penghargaan MBC (Malcolm Baldrige Criteria), karena manurut Beliau

lembaga memiliki tanggung jawab kepada masyarakat. Salah satu cara lembaga

mempertanggungjawabkan Wakaf, Zakat, Infaq, dan Sedekah ummat adalah

dengan memberikan pelayanan yanng sesuai dan maksimal terhadap penerima

manfaat, salah satu cara membuktikannya adalah dengan meningkatkan mutu

lembaga.

d. Smart

Salah satu kebiasaan Ibu Nuk adalah membaca. Salah satu prinsip Beliau

adalah “semiskin apapun kita, koran harus tetap ada di rumah”. Ini adalah salah

satu kebiasaan yang Beliau dapatkan dari keluarga dan terus Beliau terapkan

hingga Beliau kini berkeluarga.

Membaca merupakan aktifitas mencari informasi. Dan kebiasaan membaca

menjadikan Belaiu selalu up to date dengan perkembangan yang terjadi.

Seorang pemimpin di tuntut untuk terus melakukan inovasi. Terlebih top

manajer, memiliki tugas untuk merancang strategi agar tetap eksis dan bertahan

dalam beragam persaingan. Melakukan analisis lingkungan, baik secara

internalmapun eksternal. Menganalisis kelebihan dankelemahan lembaga

danmelihat peluang serta ancaman lingkungan luar harus mampu di ambil dan di

cegah sehingga terus memperbaharui pengetahuan menjadihalmutlak bagi

seorang pemimpin.

Kompetensi membaca yang baik akan menimbulkan kepekaan terhadap

kondisi yang ada. kepekaan ini akan menghasilkan sebuah tindakan. Dalam

kaitannya dengan pemimpin, tindakan dapat berupa sebuah ideologi, kebijakan

atau program. Butuh pengetahuan yang tak hanya luas tetapi juga mendalam.

e. Sholehah

Selain membutuhkan kecerdasan secara intelektual dibutuhkan juga

kecerdasan secara spiritual. Kecerdasan intelektual untuk

f. Tidak Show up

Sosok Ibu Nuk adalah sosok pemimpin yang tidak ingin show up begitulah

pendapat yang diberikan oleh Guru agung dalam wawancara “kalau ada acara

pelatihan, Beliau selalu bilang sudah mas saja yang ngisi. Padahal Beliau

memiliki kemampuan yang luarbiasa di bidang training tapi Beliau seslalu

memberikan panggung untuk orang lain” dan yang terakhir itu humble.

Hasil Wawancara Pak Khalim Asisten Program (Staff) Kini Menjabat sebagai

Direktur Makmal Pendidikan.

Kepemimpinan Ibu Nuk Menurut Pak Khalim

a. Egaliter

Artinya masuk ke semua level, baik dari level bawah sampai ke level atas

dia bisa. Orangnya to te point, kalau Ngomongnya ceplas ceplos tek tek tek, nggak

banyak basa basi, bertele-tele. Kalau dia suka dia akan ngomong kalau tidak suka

juga dia bakalan bilang

b. Integritas

c. Pendirian kuat

Beliau memiliki pendirian yang sangat kuat. Jika Beliau mengatakan bahwa

ini adalah dana zakat, hanya untuk orang dhuafa ya itu tidak bisa dialihkan ke hal

yang lain dulu dan stik dari sisi yang kayak gitu. Dari sisi kerjasama, kita diminta

untuk selektif. ketika SGI ingin melakukan kerjasama waktu angkatan 5, akan

melakukan kerjasama dengan Newmon. Karena newmon merupakan perusahaan

yang velue-valuenya tidak sesuai dengan DD misalnya dari sisi tidak bertanggung

jawab terhadap alam, newmon merusak alam akhirnya beliau menolak untuk

melakukan kerjasama senilai 2M.

Di DD Pendidikan ada sebuah aturan diprogram DD pendidikan tidak ada

double penerima manfaat dalam satu waktu, contohnya di SGI angkatan 5 juga SGI

menerima salah satu guru dengan kapasitas bagus, kemampuan yang bagus,

prestasinya bagus namun salah satu kesalahan dari pengelola SGI tidak ketat dalam

proses seleksi ternyata adeknya juga menerima beasiswa Smart, dan dia diterima di

SGI. Sudah ikut orientasi, Ibu Nuk mengambil kesimpulan untuk mengecut peserta

tersebut dengan berani menangung konsekuensi apapun. Tapi, kebijakannya

adalah dia dikasi kesempatan untuk mendampingi sekolah selama 6 bulan.

Dalam hal kebijakan Beliau sangat toleran, namun bukan berarti tidak tegas.

Contoh ada aturan yang mengatakan bahwa karyawan di jam-jam kerja tidak boleh

membawa anak ke tempat kerja, dan ketika ada karyawan yang membawa anak ke

kantor beliau mencari tahu terlebih dahulu mengapa pegawai tersebu membawa

anaknya ke kantor, oh ternyata tidak ada yang mengurus. Ini salah satu yang

membuat karyawan nyaman bekerja di LPI

Ketika memimpin rapat juga mempersilahkan timnya menyampaikan

gagasan-gagasan, meski tidak semua gagasan diterima. Ada sebuah batasan-batasan

ketika membuat program dan sangat memperhatikan dampak dari pembuatan

program. Awal tahun 2009 tidak ada SGI, bulan oktober di gulirkan program SGI

di tanggal 24 Oktober 2009. Buk Nuk tidak serta merta ya silahkan jalan. Tapi

mengumpulkan ide dari sumber internal dan eksternal utuk membahas program ini

sehingga program ini utuh dan bisa dipertanggung jawabkan.

Beliau ini kan punya keluarga, meskipun di tengah kesibukannya yang luar

biasa. Kadang kalau sudah janji dengan anaknya kesibukan disini pasti

ditinggalkan. Contoh, ketika diundang untuk menghadiri acara wisuda SGI

program Executive Class (EC). Beliau bilang ke saya mas maaf ya saya tidak bisa

hadir saya ada acara ambil raport di sekolah anak saya. Artinya beliau tetap

memprioritaskan untuk anaknya.

d. Komunikasi. Sangat lugas, tidak banyak basa basi langsung sampiakan saja.

e. Silaturrahmi

Yang saya suka dari beliau itu dari segi silaturahim. Jika ada undangan dari

karyawan yang menikah, sunatan, biasanya Beliau mengusahakan untuk datang.

Jika da masalah maka manajer langsung di panggil, tidak menunggu lama. Di

tanyin kenapa begini, bagaimana penyelesaiannya. Dan responsif, hari ini ada

bencana hari ini langsung di selesaikan.

f. Strong.

Buk nuk termasuk orang yang jarang sakit. Tapi saya ada hipotesis ibu nuk

ada siklus gitu setiap 2 tahun beliau ada flu berat dan bisa tidakmasuk

g. Sederhana.

Saking sederhananya pakaiannya seperti itu, tidak memperhatikan

penampilan. Mbak diani sampai memberikan masukan ke ibu nuk jangan pakai

jilbab mencang mncong,pakai pet, pakai sepatu dan segala macam. Tapi ada

kemudian penampialan yang berubah, jilbabnya mulai nggak mencang mencong.

Tapi beliau sanatai saja mendapatka kritikan seperti itu. Tidakpernah pakai sepatu

yang haknya tinggi.

Saya sampi sekarang belum pernah di tegur keras dengan Ibu Nuk.

Perbedaan pendapat pernah, saya pernah protes keras ke Ibu nuk,tapi Beliau

menanggapinya biasa saja. Saya kan karakternya ngotottapi sama Ibu Nuk

ditanggepinnya biasa aja, tapi ditanggepi bukan beratri tidak ditanggepi. Saya

siajak dialog ketika menyampaikan permasalahan.

Untuk meyakinkan sebuah lembaga NGO, waktu itu ibu nuk kurang

rermotivasi untukmengaplikasikan ISO. Tap kesini-sininya ternyata ISO itu dangat

penting untukkerapian gerak organisasi. Semuanya harus terplaning, terprogram,

terimplementasi dan terevaluasi. Ini ada kesinambungan sebuh siklus sehingga dari

dampak ISO ini menjadi titik Ibu Nuk bahwa ISO ini penting sebagaiproses

perbaikan. Karena sudah dipahami dan sudahmenjadi kesepakatan di level

Manajemen maka Beliau mendukung ISO ini. Beliau sangat senang, meski kita di

level NGO tapi sudah menerapkan ISO. Level early improvement untuk MBC.

Organisasi semakin membesar tidak mungkin langsung dpimpin di bawah

direktur, jadi perlu di buat devisi-devisi yang dipimpin oleh GM. Untuk

mempermudah jarur koordinasi dan spesifikasi, jangan samapi tercampur-campur

antar devisimeskipun semua devisi tersambung namun dengan kekhasannya

masing-masing. BI terkenal dengan beasiswa,Makmal, riset pendampingan sekolah

dan pendmpingan perpus. Untuk mempermudah pengambilan keputusan.

Pernah dipisah,masing-masing SGI, Makmal memiliki operasioanlnya

sendiri-sendiri. Dulu dikepaaioleh Direktur bukan GM, ditahun 2014 kita

melakukan evaluasi,pola-pola seperti ini secara operasional cost snagat boros dan

muncul egonya masing-masing. Ini akan membuat tidak bagus jika berjalan

sendiri-sendiri padahal berada di lingkungan yang sama. Kesannya sangat boros

dan itu tidak bagus sehingga di rubahkedalam sistem yang sekarang. Level staf

minimal S1 karena setiap karyawan terus bergerak ya, ketika jadi staf harus siap

naik level-level selanjutnya. Disini sangat egaliter, disini juga homogen, semuanya

muslim sehingga lebih nyaman buat ibadah nyaman buat kerja nyaman buat

keluarga nyaman. Suhingga disini hampir 9 tahun. Beliau komunikatif, tidak

memilih-milih bergaul dengan level tertentu. Semua orang bisa masuk kedalam

pergaulan Ibu Nuk.

Cara Buk Nuk mengatasi permasalahanyang timbul dari kebijakan yang ada

Saya selaku atasan dulu diminta bagaimana kira-kira biar dia disini bisa

optimal meski disini dia bawa anak, sehingga sudah sekitar 1 tahun berjalan kita

coba fasilitasi dengan adanya day care. Ini salah satu cara kita memfasilitasi

karyawan yang membawa anak. Sehingga anak bisa tetap dipantau oleh orang tua

di jam-jam istirahat.

Cara Ibu Nuk merekatkan hubungan dengan karyawan

Kita ada sarana seruput pagi. Semua karyawan terfasilitasi disitu. Di

seruput pagi ibu nuk menyampaikan kabar baru, kebijakan baru dan harapan untuk

DD. Biasanya 2 bulan sekali di Aula Al-Insan. Kegiatannya ada sosialisasi dari

direktur, sosialisasi masing-masing departemen, masing-masing bagian, kreasi seni

dari karyawan, selain itu makan-makan. Dilakukan di jam kerja, dari jam 8 hingga

jam 11. Jika tidak 2 bulan sekali ya tiga bulan sekali.

Cara Ibu Nuk mengomunikasikan kebijakan dan peraturan baru

Jika ada kebijakan baru, peraturan baru, dalam organisasi ada beberapa

lapis di lapis pertama, jika ada peraturan dan dan kebiajakan baru maka beliau

sampaikan ke lapisan yang kedua Manajer dan supervisor untuk di sampaikan ke

anggota masing-masing tapi tetap di konfirmasi ulang ketika di acara seruput pagi

di hadapan para seluruh pegawai.

Hasil Wawancara Norma Indi Maghfirotika, Admin Program Wawancara

Pada Tanggal 06 Desember 2017

Tugas: surat keluar masuk bagian program-program diluar. Sebagai guru Prakarya

saya juga yang desain disini orang-orangnya kerjanya plus-plus. Yang jadi guru

jadi apa, yang jadi admin jadi apa. Ini bulan ke empat dari bulan Agustus. Saya

disini seneng banget, dulu saya pernah magang di perusahaan dan saya berpikir

sepertinya perempuan ini tidak cocok di perusahaan, bukan hanya karena tuntutan

besar tetapi kenyamanan. perusahaan profit oriented atau duniawi oriented.

pokoknya kamu harus kerja, harus selesai semuanya nggak mau tau kamu kerja

jungkir balikatau gimana atau nggak sholat yang penting dikerjain, yah mencari

pekerjaan dunia sekaligus akhirat. Ya seneng.

Kesan Bekerja dengan Ibu Nuk

Baru pertama kali menemukan perempuan jadi pimpinan dan tipenya seperti ibu

nuk, jadi beliau itu pikirkan 3, 4, 5 lapis lebihi luar dari kita. Beliau memikirkan

sesuatu yang tidak pernah kami pikirkan sebelumya, memikirkan bahkan hal kecil.

Seperti cara mandi, kenapa siswa harus mandi sebelum subuh, jam 3 harus mandi.

Tentang tepat makan, klinik ini harus bisa digunakan untuk semua warga disini,

agrowisa, tataman yang bisa dinikmati umum yang diberi nama camping grund

untuk orang-orang dhuafa dan gratis. Selalu memberikan insight bahwa muslim

saat ini sedang terpojok, contoh kenapa jokenya orang itali bilang kenapa di

masjid tidak ada piano? sendal aja ilang. Itu artinya dimata dunia, islam dipandang

seperti ini, pokonya benar-benar sangat membuka wawasan.

Ibu Nuk tipenya ngomongnya itu kenceng banget, kalau ama kita kayak disabet-

sabet. Kadang ada tipe orang yang marah terus dibawa marahnya. Ibu nuk tipe

orang yang jika marah masalah pekerjaan, ya sudah disitu aja abis itu bisa ketawa-

ketawa lagi asala pekerjaan kita beres. Sama kayak iub yang gampang tersentuh.

Sempet cerita Saya paling nggak tega liat santri putri, ketika saya main ke Santri

putri, mau nangis gara-gara santri putri kasian mereka nggak bisa main apa-apa.

Santri putri kan nggak punya lapangan. Akirnya beliau membawa sepeda pancel ke

sekolah untuk anak-anak putri. Pernah juga tiba-tiba bilang tadi di pasar saya

ketemu ini ini sambil mau nangis, beliau perasa banget meskipun keras. Sekarang

saya menganggap diri saya sebagai Beyond Norma, bukan jadi orma yang biasa.

Kayak norma kamu pindah saja dari adminadi guru, nih kamu bikin bikin modul

prakarya, ngga ada di Indonesia abis itukamu training dan lain-lain. Saya disini

disuruh lari, saya nggakpernah berpikir mengerjakan di luar ekspektasi saya.

Ibu Nuk akan “marah” dalam hal apa?

Ibu paling tidak suka sama apa yang kita punya, tapi itu nggak, orang itu

percayakan kita mengeluarkan zakar dan dikasi ke kita, Ibu marah luar biasa kalau

kita tidak menggunakan uang zakat dengan benar. Kita beli kursi ini dengan uang

zakat, jadi kita harus jaga dan harus bisa dipakai oleh orang lain Intinya tentang

kebermanfaatan uang zakat, kalau nggak bermanfaat dan kita nggak bisa mengelola

zakat dengan baik waah ibu Nuk marah. Kayak kemarin sebenarnya pengen

camping, ngeluarin uang hampir 40 juta, kayaknya nggak worted ngeluarin uang

segitu, temen2 yang lain setuju ngeluerin uang segitu padahal 2 hari., saya nggak

setuju dan akhirnya ngomong sama ibu nuk. Kayaknya juga uang sebesar itusia2

dua hari camping, campingnya jauh ke bantenpas rapat ibubisa menjadipenengah,

saya nggak sepakat tapitemen2 yang lain sepakat. intinya beliau itu tidak

memasukkan ego pribadi, akhirnya dibicarain panjang. Saya baru nemuin satu2nya

pimpinan perempuan yang bisa ngelakuin hal seperti itu.

Tanggapan mendapat tugas tambahan

Biasa aja, Seneng. Semua orang disini punya tugas kedua, ketiga, keempat. Nggak

Cuma keuangan, keuangan itu guru bahasa sunda, semuanya punya double job.

Seneng karena ini diluar ekspektasi saya. Ibu Nuk bilang disini gaji kita kecil,

intinya jangan mentok sama gaji kita karena sebenarnya apa yang kita apat bukan

karena apa yang kita kerjakan aja, jadi sebenarnya kita kerja fisiknya kita dapet

uang dapet gaji. Tapi bukan cuma itu, kalau Allah ridho pasti pahalanya muncul,

kalau kita memberikan manfaat untuk orang lain pasti pahalanya banyak. Inget

bukan hanya dari sebesar apa gaji yang kita terima tapi inget Allah akan

memberikan hal yang bary diluar dugaan kita. Jangan hanya income orinted

Sebulan sekali dilakukan rapat, biasanya ibu kasi insigh, apa evalusi selama

sebulan. Sering ibu bilang kita itu sekolah model, sekolha marginal jadi kita harus

bisa diduplikasi oleh banyak orang.seklah kita jangan mahal2, jangan mengulangi

kesalahan DD. Smart itu mahal jadi sulit disuplikasisekolah lain. Setiap dua bulan

sekali di buat kegiatan observasi mengajar untuk guru-guru di daerah sekitar untuk

belajar cara kita ngajar. Jadi kebermanfaatannya itu bukan hanya untuk kita yang

menerima itu orang lain.

Cara ibu Nuk Mendelegasikan Tugas

Nanyak dulu, dipanggil. Gima kalau kamu jadi guru? Tenang saya nggak perlu

jawabannya sekarang, silahkan istikharah. Jadi ada beberapa yang kita dipaksa

untuk itu. Sepertinya ibu nuk tau poternsi kita. Kataknya ibu uk punya maind

maping. Kita itu 5 tahun kedepan harus jadi apa.kalan itu harus balik ya nanti,

kalian hanya 5 tahun belajar disini terus saya akan kirim kalian ke daerah untuk

membuat sekolah yang sama sepeti ini. Saya harus belajar bener-bener. Pertamanya

diajak ngobrol, ada beberapa yang langsung kerjakan ini karena itu sesuai dengan

pasion kita, kalau ada yang terlalu jauh dari kebiasaan kita beliau ngomong ulu

kayak pas saya diminta untuk menjadi guru, beliau ngomong dulu tapi kateika saya

dimita unutk menjadi agrobisnis saya ditunjuk aja, norma ini uang bikin. Saya juga

sempat tinggal sebulan di asrama, kayaknya jadi guru itu belajarnya plus plus

parenting juga. Belajar dari situ, bagaimana mengurus anak dan saya suka sih.

Awalnya disin ada terong, tapi jadwal anak2 skrang padet banget kayak arumba,

saman, amarawis. Banyak banget ekskulnya.sehari iru bisa panahan disana, CEC

disana. Kasian anak-anaknya sih,anak-anak memilih wajibnya 3 yang lain milih.

Tahun depan kita ingin fokuskan kayaknya, anak2 ini atlet yang mana. Nanti akan

ada berkuda juga.

Pembina asrama plus pembina ekskul, pokonya disini itu lulus-lulus deh.

Sebenarnya kita itu santai2 saja karena udah biasa kita kerjain. Seperti berlatih

silat, anak2 pada lari naik turun tangga,kalian pada ngapain? Saya tanya, lagi

latihan silat ustadzah.

Nggak enaknya kadang ada beberapalah. Kayaknya kita harus ada analisis beban

kerja, kayaknya ada yang beban kerjanya banyak, ada yang beban kerjanya biasa-

biasa saja.

Hasil wawancara Rony, Koordinator Gabagian Umum

tanggal 06 Desember 2017

Secara manajemen saya baru 4 bulan yakni dari Bulan Juni 2017 dengan nama

Sekolah cendikia Baznas dan Bpk Rony bergabung dari bulan Agustus.

Kesan: Menarik karena baru kali ini berada di dalam bidang pendidikan karena

sebelum sebelumnya berada di perusahaan swasta. Menguji kesabaran kaerna

berhadapan dengan anak-anak. Tantangannya mengurusi kebersihan, karena ini

adalah lingkungan yang banyak manusianya, mudah kotor kembali namun sulit

untuk didisiplinkan.

Untuk bagian office ada dua, namun tanggung jawab lingkungan semua tanggung

jawab siswa.

Jika dibawah pimpinan seorang wanita secara langsung belum pernah.menurut saya

laki-laki maupun perempuan bagi saya sama aja, tidak ada bedanya. Selamasatu

visi dengan lembaga, perusahaan dan kami yaa . perbedaan pendapat pasti ada, jika

kebijakadari atas walau bagaimanapun saya jalankan, kalau disini belum ada hal-

hal yang menonjol dari

1. Disiplin

2. Menyampaikan tugas dengan directive

3. Sejauh ini kita belumada perbedaan masih sejalan

4. Tegas, ketegasan itu menurut saya antara laki-laki dan perempuansama saja

ya kalau beliau mengungkapkan

Jika ada yang tidak sesuai beliau akan langsung bilang ke penanggung jawabnya.

Secara komunikasi beliau masih mengkomunikasikan dan mengkritik dengan baik.

Beliau orangnya friendly, tidak mengganggap bahwa dirinya ada pada posisi paling

tinggi, ketika ngobrol dengan level-level bawah beliau tidak memposisikan sebagai

Bos. Ketika menginginkan sesuatu beliau tidak segan untuk langsung

mengungkapkannya. Misalnya, ketika ingin di buatkan surat dan ruangan beliau

berbeda, orang lain biasanya menggunakan alat untuk seperti telepon tapi beliau

tidak, beliau langsung bilang ke orangnya.

Wawancara Mbak Nia Pegawai Perpustakaan SMP Cendikia Baznas

sekaligus MantanPegawai Makmal Pendidikan DD

pada tanggal 06 Desember 2017

Kepemimpinan Ibu Nuk

Dari hal-hal Kebersihan sampe keistiqomahan anak-anak mengikuti kurikulum-

kurikulum asrama sangat diperhatikan oleh ibu nuk. Kalau ada beberapa yang

melenceng ditanyakan, kenapa ini kayak gini, kenapa asrama nggak berjalan sesuai

kurikulum,oh begini begini buk, oh okey. termasuk dioperasional, di sekolah,

sama jadi Ibu Nuk itu tidak membedakan bahwa sekolah itu lebih spesial. Sama

ketika di DD devisi asrama, LPI, SGI,Makmal semua sama, dia perhatikan sampai

sekecil apapun dia. Bahkan kadang beliau sendiri yang sidak, Beliau masuk masuk

ruangan, ke perpustakaan. Kalau di perusahaan-perusahaan besar nggak mungkin

bos masuk sendiri ke ruangan kita, Kalau Buk nuk nggak, kalau masuk masuk gitu

dia perhatiin semuanya, oh bagus, ee kok ini kayak gini,kok ini nggak bersih.Tapi

Tetap untuk suatu jabatan itu, untuk suatu devisi belaiu tetep memberikan

kebebasan untuk devisi mengembangkan sendiri devisinya. Belaiu hanya sekedar

mengawasi kalau ada yang melenceng-melenceng di tanyakin, kenapa begini tapi

kebebasan tetep. Kamu pegang perpustakaan yaaa, dananya segini bikin sendiri

rencanain sendiri. Beliau consern banget sama tanaman taman, harus ada taman

sekecil apapun. setiap ruangan, setiap gedung harus ada taman yang bisa dilihat dan

dirawat oleh penghuni gedung itu.

Yang sama dari DD dan SMP Cendikia Baznas

1. Tanggung jawab, kamu sudah dikasi amanah ini tanggungjawab yaaa.

2. Kekeluargaannya, beliau nomer satu itu kekeluargaan. Mau ada yang sakit,

harus ada yang mewakili walaupun nggak semuanya. Kalau ada acara apa,

orang tua mau dateng. Kadang di tempat kerja kita risih yaa kalau ada keluarga

dateng, kalai beliau ditanyain, diajak ngobrol.

3. Kepercayaan,kepercayaan beliau itu nomer 1. Kalau sudah diberikan

tanggungjawab ini beliau pasti percaya sama orang itu bisa ngembangin,

seandainya Ibu Nuk nggak percaya kan pasti juga ikut campur. Kalau beliau

nggak,kalau sudah di kasi tanggung jawab ke satu orang beliau pengen melihat

dulu bagaimana orang ini dikasi kepercayaannya, mengembangkannya

bagaimana, mengembangkan tanggungjwabnya gimana. Kepercayaan beliau itu

nomer satu ke kita-kita. Jadi kita rileks bikin program apa aja buat divisi kita,

termasuk GA mau buat program untuk divinya sendiri jadi santai tidak

terbebani adanya penilaianlah, harus ginilah, harus gitu lah.

Hasil Wawancara dengan Firman, Guru dan Pembina Asrama SMP Cendikia

Baznas pada tanggal 05 Januari 2017.

Ibu Nuk Menurut Guru Firman

Ibu Nuk itu orangnya yang pertama tegas, disiplin waktu, ketika ada timnya yang

telat baik telat ketika datang rapat atau pertemuan gitu selalu ada sanksi yang

diberikan. Dan Ibu Nuk itu juga orangnya punya terget yang besar jadi semua

timnya itu diberika targernya masing-masing yang harus dicapai. Ibu Nuk juga

orangnaya berwibawa, karena dia selalu mengevaluasi kita setiap hari gitu kadang

kekelas memantau, setiap hari. Jadi, ketika dia melihat ada yang tidak beres nanti

akan dibawa ke rapat.

Bentuk Ketegasan Ibu Nuk seperti apa?

Ketika kita diberi suatu kayak komitmen nih misalnya, kita punya sebuah

komitmen bersama nih bahwa kita akan menjalankan suatu program, kalau

program itu tidak berhasil gitu maka beliau itu akan sangat marah. Jadi ketika dia

memberikan kita pekerjaan dan tidak beres maka beliau tidak segan-segan

memarahi timnya. Contoh, pernah suatu hari asrama dalam keadaan kotor, ketika

itu anak-anak sedang sibuk-sibuknya ekstrakulikuler, saat itu beliau marah sekali.

Ketegsannya lagi itu masalah disiplin waktu, misalnya kita harus rapat jam sekian

dan kita tidak datang di jam sekian, maka kita didenda Rp.1000 per menit

keterlambatan kemudian dijadakan uang kas untuk digunakan ketika ada pegawai

yang sakit dan sebagainya.

Bagaimana Respon pegawai ketika Ibu Nuk marah?

Menyadari kalau itu kesalahan mereka, tidak ada dendam atau benci gimana gitu,

malah membuat mereka lebih berhati-hati dalam bekerja, mungkin lebih giat lagi

dalam bekerja, mereka malah termotivasi untuk lebih baik lagi dalam bekerja.

Kalau ibuk marah ada kebaikan dan itu memang hal yang wajar dan patut kalau dia

marah-marah, yang dimarahin juga tau.

Bagaimana bentuk Komunikasi Ibu Nuk?

Kalau dalam tugas itu jadi hari jum’at itu ada jadwal evaluasi yang pimpin rapat

Ibu Nuk, disitu ajang kita saling mengevaluasi antara pembiana asrama,

operasional, guru dan Ibu Nuk. Yang dibicarakan itu tentang perkembangan santri,

pokoknya semua masalah-masalah yang terjadi di SCB kita bahas sama-sama

disetiap hari jumat itu. Kalau ke tim beliau sangat ramah penuh kehangatan,

seakan-akan beliau itu seperti orang tua buat saya sendiri. Kadang ibu nuk duluan

yang ngucapin salam kepada bawahannya, kepada kita timnya. Kalau kita

berpapasan dengan Ibu Nuk selalu tersenyum, terkadang nyapa duluan, kadang kita

ketakutan kalau ada Ibu Nuk tapi belaiu itu dari jauh sudah senyum, nyapa duluan

kita, nanyakin kabar kita baru kalau mau nanyakin tentang program baru masuk

gitu jadi belaiu itu seperti ibu buat kita.

Kenapa Guru Firman menganggap Ibu Nuk seperti Ibu sendiri?

Beliau itu sangat perhatian ke semua timnya, misalnya kalau ada pengawai sakit

Ibu Nuk jadi orang pertama yang turun tangan untuk ngarahin kita ngajakin

jengukin. Pernah Ibu Nuk bilang, tolong sediain dana untuk guru pembina asrama

utuk uang vitamin untuk pembina asrama, karena mereka bekerja sampai malam,

butuh suplemen. Jadi ibu nuk itu sangat memperhatikan kita jadi tidak hanya

memperkerjakan ita tapi juga memperhatika kesehatan kita.

Bagaimana Tahapan Rekrutmen SDM di SCB?

Selama saya mendaftar pekerjaan mungkin untuk masuk SCB merupakan proses

yang sangat lama. Bukan hanya sebulan dua bulan tapi sangat lama. Pertama kita

seleksi berkas setelah sebulan baru ada pengmuman, selanjutnya ada wawancara

pertama yang diselenggarakan oleh tim SCB nunggu lagi satu bulan baru

pengumuman, kemudian ada tes wawancara kedua dari tim Baznas jadi tunggu lagi

sebulan lalu pengumuman, baru ada psikotes. Jadi Ibu Nuk bilang sengaja seperti

itu untuk melihat kesabaran calon pegawai, jadi sengaja membuat prosedur sangat

lama untuk melihat seberapa sabar kita menghadapi proses. Wawancara tahap

pertama, pewawancara dari pihak pendidikan Baznas yang diwawancarai masalah

pekerjaan yang kita lamar, kalau melamar menjadi pembina asrama diwaancarai

tentang keasramaan, kalau menjadi guru diwawancarai tentang keguruan. Kalau

yang ke 2 diwawancarai oleh tim pusat baznas tentang pengalaman bekerja, mau

gaji berapa, dengan kemampuan yang dimiliki mau digaji berapa jadi ditanya dari

awal. Kalau diberikan gaji sekian mau nggak bekerja disini.

Bagaimana rasanya bekerja di SCB dibawah kepemimpinan Ibu Nuk?

Sangat luar biasa bekerja di Baznas ini, sangat banyak ilmu yang bisa kita

dapatkan. Jadi, setiap bulan itu ibu nuk selalu membuat pelatihan-pelatihan, itu

untuk kami tim asrama maupun tim sekolah untuk menambah wawasan, jadi kita

bekerja itu tidak hanya bekerja namun menambah wawasan, juga menambah

pengetahuan. Setiap sebulan sekali ibu nuk itu membuat pelatihan-pelatihan.

Bedanaya dengan sekolah-sekolah lain dari sisi itu ya salah satunya. Bukan hanya

mengajar tetapai juga diharuskan untuk belajar dan terus belajar. Target pencapaian

SCB itu besar, luar biasa dan kita dituntut untuk bagamana kita untuk mencapai

targetan itu. Dan itu sangat membuat tertantang bagi kita untuk mencapai targetan

itu. Kalau masalah pelatihan semua karyawan atau pekerja itu wajib mengikuti

pelatihan baik itu peatihan display kelas, pelatihan guru anti korupsi, kemudian

PAIKEM, banyak deh. Selama saya disini baru 4 pelatihan yang saya dapatkan,

kebetulan 2 pelatihan yang tidak saya ikuti. Tetang bidikmisi dan pelatihan

komputer. Semua guru, pembina saram harus ikut semua. Pembicaranya dari luar

kita undang, tapi untuk tahun kedepannya Ibu Nuk sudah puya target lain, kita

sudah diharuskan untuk menjadi trainer, jadi untuk pelatihan-pelatihan selanjutnya

trainernya dari kita, guru, pembina asrama. Misalnya saya, pernah mengikuti

pelatihan 5 R, jadi nantinya kita harus membuat pelatihan 5 R.

Lampiran 2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Personal

Sri Nurhidayah

Perempuan, lahir di Bogor, 29 Agustus 1972

Islam, warganegara Indonesia

Menikah dengan Yanmarshus B, 2 anak

Jalan Raya Semplak, Gg PLN No. 14 RT 2 RW 10 Semplak, Bogor Barat,

Bogor

KTP no. 3271 0469 0872 0006

Telepon 0251 7537957, Ponsel 0812 1387 608

Email [email protected]

Twitter, Instagram @Bu_Nuk

Facebook Sri Nurhidayah

Pendidikan

1997 - 2000 Program Pasca Sarjana Jurusan Psikologi Pendidikan Universitas

Indonesia

1991 - 1995 Fakultas Hukum Universitas Indonesia

1988 – 1991 SMAN 1 Bogor

1985 – 1988 SMPN 6 Bogor

1979 – 1985 SD Angkasa 1 Bogor

Publikasi

Harian Republika

Ramon Magsaysay Award dan Zakat, Kolom opini Harian Republika, 9 Agustus

2016

Sekali Lagi LGBT, Kolom Opini Harian Republika, 3 Juni 2016

Sekolah Negeri untuk Anak Pejabat, Kolom Opini Harian Republika 2 Mei 2016

Anak Berbakat dan Peran Negara, Kolom Opini Harian Republika 23 Januari

2016

Melawan Prilaku Korup di Dunia Pendidikan, Kolom Opini Harian Republika 31

Desember 2015

Kurikulum HAM di Sekolah, Kolom Opini Harian Republika 10 Desember 2015

Kapok Jadi Guru!, Kolom Opini Harian Republika 21 November 2015

Media Online

Zakat Untuk Pendidikan; 12 Juni 2017

http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/06/11/ore4ni396-

zakat-untuk-pendidikan

Bangun Dari Pingsan Literasi; 26 Januari 2017

http://www.republika.co.id/berita/jurnalismewarga/

wacana/17/01/25/okc49e396-bangun-dari-pingsan-literasi

Kegiatan Membaca, Mungkinkah Membudaya?;6 Desember 2016

https://www.selasar.com/budaya/kegiatan-membaca-bisakah-membudaya

Catatan Jelang 212; Berapa Lama Kita Harus Menunggu; 1 Desember 2016

https://www.islampos.com/catatan-jelang-212-berapa-lama-kita-harusmenunggu-

320871/

Balada Guru Honorer (Refleksi Hari Guru Nasional); 25 November 2016

https://www.selasar.com/budaya/balada-guru-honorer-refleksi-hari-gurunasional

Tim Impian untuk KPAI; 15 November 2016

https://www.selasar.com/budaya/tim-impian-untuk-kpai

Maid Menu dan Rasulullah SAW; 6 November 2016

https://www.islampos.com/maid-menu-dan-rasulullah-saw-316014/

Ada Apa Dengan Dunia Riset Kita?; 24 September 2016

https://www.islampos.com/ada-apa-dengan-dunia-riset-kita-2-306707/

Virus Zika dan Travel Warning ala Rasulullah SAW; 5 September 2016

https://www.islampos.com/virus-zika-dan-travel-warning-ala-rasulullah-saw-

302326/

Dipecatnya 2 Guru Inspiratif Kami; 3 Agustus 2016

https://www.islampos.com/dipecatnya-2-guru-inspiratif-kami-294012

Kamis Ini Tak Ada Lagi Menteri Anies; Islam Pos, 28 Juli 2016

https://www.islampos.com/kamis-ini-tak-ada-lagi-menteri-anies-292657/

Husni Kamil dan Usia 40; Islam Pos 12 Juli 2016

https://www.islampos.com/husni-kamil-dan-usia-40-288242/

Berpulangnya Prof. K.H. Ali Mustafa Ya'qub; Islam Pos, 28 April 2016

https://www.islampos.com/berpulangnya-pak-kiai-ali-yaqub-273039

Seandainya Menterinya Jokowi Mau urusi Televisi, Republika.co.id ; 1 April 2015

http://www.republika.co.id/indeks/hot_topic/sri_nurhidayah

Institusi Tempat Berkarya

Oktober 2016 – Sekarang

Membantu Baznas menginisiasi Sekolah Cendekia Baznas.

Agustus 2011 – Agustus 2016 \General Manager Divisi Pendidikan Dompet

Dhuafa (DD) Tugas utama: Memastikan program-program pendidikan Dompet

Dhuafa

Filantropi tertunaikan. Program-program itu adalah grantmaking dengan

beberapa institusi pendidikan, utamanya pada Yayasan Pendidikan Dompet

Dhuafa.

2005 – 2011

Direktur Lembaga Pengembangan Insani (LPI) Dompet Dhuafa. LPI adalah cikal

bakal Yayasan Pendidikan DD. LPI-DD memiliki 3 program utama yaitu SMART

Ekselensia, Makmal Pendidikan (termasuk SGI), dan Beastudi Etos.

2004 – 2005

Trainer Makmal Pendidikan untuk para guru di bidang pendidikan. Program

Sekolah Pendampingan SMAN 1 Lhoong Aceh sebagai cikal bakal program

sekolah pendampingan dan SMAN 1 Mansamat Kepulauan Banggai.

2000 – 2003

Wakil Direktur Kurikulum SMA Dwiwarna. Program pertukaran siswa AFS mulai

diinisiasi. Mengikuti pelatihan IB (The International Baccalaureate) School di

Chiang Mai Thailand.

1998 – 2000

Guru SMA Dwiwarna Bogor. Kurikulum khas PPKn menulis bersama siswa di

media cetak tentang mengkritisi Ensiklopedia Indonesia (Republika),

perbedaan media TV saat Ramadhan dan Non Ramadhan (tabloid)

1996 – 1999

Guru SMU Madania Bogor

Lain-lain

Terampil menggunakan komputer dengan sistem operasi berbasis Open souce

(Ubuntu, LinuxMint, Slackware, dan Debian) Trainer kekhususan untuk pelatihan

nilai-nilai (training values).

Bogor, Juli 2017

Lampiran 3

No Tanggal Judul Tulisan Alamat Tulisan

1 1 April 2015

Seandainya Menterinya

Jokowi Mau urusi

Televisi, Republika.co.id

Republika.co.id:

http://www.republika.co.id/i

ndeks/hot_topic/sri_nurhiday

ah

2 28 April

2016

Berpulangnya Prof. K.H.

Ali Mustafa Ya'qub

Islam Pos:

https://www.islampos.com/b

erpulangnya-pak-kiai-ali-

yaqub-273039

3 12 Juli 2016 Husni Kamil dan Usia 40 Islam Pos:

https://www.islampos.com/h

usni-kamil-dan-usia-40-

288242/

4 28 Juli 2016 Kamis Ini Tak Ada Lagi

Menteri Anies

Islam Pos:

https://www.islampos.com/k

amis-ini-tak-ada-lagi-

menteri-anies-292657/

5 3 Agustus

2016

Dipecatnya 2 Guru

Inspiratif Kami

https://www.islampos.com/di

pecatnya-2-guru-inspiratif-

kami-294012

6 5

September

2016

Virus Zika dan Travel

Warning ala Rasulullah

SAW

https://www.islampos.com/vi

rus-zika-dan-travel-warning-

ala-rasulullah-saw-302326/

7 24

September

2016

Ada Apa Dengan Dunia

Riset Kita?

https://www.islampos.com/a

da-apa-dengan-dunia-riset-

kita-2-306707/

8 6 November

2016

Maid Menu dan

Rasulullah SAW

https://www.islampos.com/m

aid-menu-dan-rasulullah-

saw-316014/

9 15

November

2016

Tim Impian untuk KPAI; https://www.selasar.com/bud

aya/tim-impian-untuk-kpai

10 25

November

2016

Balada Guru Honorer

(Refleksi Hari Guru

Nasional)

https://www.selasar.com/bud

aya/balada-guru-honorer-

refleksi-harigurunasional

11 1 Desember

2016

Catatan Jelang 212;

Berapa Lama Kita Harus

Menunggu

https://www.islampos.com/c

atatan-jelang-212-berapa-

lama-kita-harusmenunggu-

320871/

12 6 Desember

2016

Kegiatan Membaca,

Mungkinkah Membudaya?

https://www.selasar.com/bud

aya/kegiatan-membaca-

bisakah-membudaya

13 26 Januari

2017

Bangun Dari Pingsan

Literasi

http://www.republika.co.id/b

erita/jurnalismewarga/wacan

a/17/01/25/okc49e396-

bangun-dari-pingsan-literasi

14 12 Juni

2017

Zakat Untuk Pendidikan http://www.republika.co.id/b

erita/jurnalismewarga/wacan

a/17/06/11/ore4ni396-zakat-

untuk-pendidikan

15 21

November

2015

Kapok Jadi Guru! Kolom Opini Harian

Republika

16 10

Desember

2015

Kurikulum HAM di

Sekolah

Kolom Opini Harian

Republika

17 31

Desember

2015

Melawan Prilaku Korup di

Dunia Pendidikan

Kolom Opini Harian

Republika

31

Desember

2015

Melawan Prilaku Korup di

Dunia Pendidikan

Kolom Opini Harian

Republika

18 23 Januari

2016

Anak Berbakat dan Peran

Negara

Kolom Opini Harian

Republika

19 2 Mei 2016

Sekolah Negeri untuk

Anak Pejabat

Kolom Opini Harian

Republika

20 3 Juni 2016 Sekali Lagi LGBT Kolom Opini Harian

Republika

21 9 Agustus

2016

Ramon Magsaysay Award

dan Zakat

Kolom opini Harian

Republika