kepemimpinan

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap kelompok, group atau organisasi, kepemimpinan merupakan salah satu factor yang penting. Kepemimpinan yang ada akan mempengaruhi kelompok di dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi Cara seseorang memimpin dapat membawa kelompok atau organisasi tersebut ke arah keberhasilan atau ketidakberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan, para perawat diatur dan dipimpin oleh kepala ruangan. Kepala ruangan tersebut akan menjalankan peransebagai seorang manajer sekaligus menjalankan peran sebagai seorang pemimpin, mengatur dan mengarahkan para perawat bertugas. Pada kenyataannya meskipun sudah diatur dan diarahkan, sering terjadi konflik baik diantara para perawat dan kepala ruangan sebagai pimpinan. Dalam menjalankan fungsi manajerial, pimpinan harus dapat memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga melalui staff/perawat pelaksana. Dilain pihak, pimpinan keperawatan harus mampu membawa dirinya (mengelola) untuk menjalin hubungan yang efektif dan terapeutik dengan 1

Upload: ristaayustri

Post on 11-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kepemimpinan

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam setiap kelompok, group atau organisasi, kepemimpinan merupakan salah satu

factor yang penting. Kepemimpinan yang ada akan mempengaruhi kelompok di dalam

mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh

pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi Cara seseorang

memimpin dapat membawa kelompok atau organisasi tersebut ke arah keberhasilan atau

ketidakberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan

pemberian asuhan keperawatan, para perawat diatur dan dipimpin oleh kepala ruangan.

Kepala ruangan tersebut akan menjalankan peransebagai seorang manajer sekaligus

menjalankan peran sebagai seorang pemimpin, mengatur dan mengarahkan para perawat

bertugas.

Pada kenyataannya meskipun sudah diatur dan diarahkan, sering terjadi konflik baik

diantara para perawat dan kepala ruangan sebagai pimpinan. Dalam menjalankan fungsi

manajerial, pimpinan harus dapat memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga melalui

staff/perawat pelaksana. Dilain pihak, pimpinan keperawatan harus mampu  membawa

dirinya (mengelola) untuk menjalin hubungan yang efektif dan terapeutik dengan pimpinan

dan tim kesehatan lainnya serta mampu mempengaruhi orang lain agar mau bertindak

melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.

Hubungan yang efektif dan serasi dapat dilakukan oleh pimpinan apabila pimpinan

mempunyai ketrampilan berkomunikasi yang efektif. Selain itu perawat perlu mempelajari

dan menguasai ilmu manajemen dan kepemimpinan agar dapat mengantisispasi dan

menangani masalah yang akan muncul dalam berorganisasi. Atas dasar latar belakang di

atas maka kami merasa perlu membuat makalah ini untuk meningkatkan pemahaman

tentang kepemimpinan (leadership) dalam keperawatan.

1

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang muncul yaitu diantaranya :

1. Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan ?

2. Apa sajakah gaya kepemimpinan ?

3. Apa sajakah peran dan fungsi pemimpin, dalam mencapai visi dan misi organisasi ?

4. Apa sajakah fungsi kepemimpinan dalam keperawatan?

5. Apa sajakah karakteristik pemimpin?

6. Apakah perbedaan peran manajer dan peran leader?

7. Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan situasional dalam keperawatan?

8. Bagaimana implikasi kepemimpinan dalam keperawatan ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :

1. Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan

2. Untuk mengetahui Apa sajakah gaya kepemimpinan 

3. Untuk mengetahui Apa sajakah peran dan fungsi pemimpin, dalam mencapai visi dan misi organisasi 

4. Untuk mengetahui Apa sajakah fungsi kepemimpinan dalam keperawatan

5. Untuk mengetahui Apa sajakah karakteristik pemimpin

6. Untuk mengetahui Apakah perbedaan peran manajer dan peran leader

7. Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan situasional dalam keperawatan

8. Untuk mengetahui Bagaimana implikasi kepemimpinan dalam keperawatan 

2

D. Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini bisa membantu

mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang kepemimpinan dalam keperawatan dan

menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang salah satunyabagaimana fungsi dari

kepemimpinan dalam keperawatan

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan

Menurut Sulvian dan Decker (1989), bahwa kepemimpinan merupakan penggunaan

keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, untuk melaksanakan sesuatu

dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.

Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas seseorang atau

kelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan

(Stogdill). Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi

orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses

mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk

mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

Suarli berpendapat bahwa kepemimpinan pada dasarnya bersifat subyektif, dalam arti

sempit “tidak dapat diukur secara secara objektif”, dan dalam arti yang sangat luas “tidak

didapat dari atau diajarkan disekolah”. Kepemimpinan dalah kemampuan memberi inspirasi

kepada orang lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai satu

tujuan umum. Kemampuan memimpin diperoleh melalui pengalaman hidup sehari-hari.

Sejalan dengan Suarli, LAN RI dalam Suarli mengatakan bahwa kepemimpinan adalah

segala hal yang bersangkutan dengan pemimpin dalam menggerakkan, membimbing,

mengarahkan orang lain agar melaksanakan tugas dan mewujudkan sasaran yang ditetapkan.

Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan dan keterampilan

seoramng pimpinan perawat dalam mempengaruhi perawat lain dibawah pengawasannya

untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan

keperawatan sehimgga tujuan keperawatan tercapai.

4

B. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku yang ditampilkan sebagai pimpinan

ketika mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karena perilaku yang diperlihatkan

oleh bawahan pada dasarnya adalah respon bawahan terhadap gaya kepemimpinan yang

dilakukan pada mereka.

Gaya kepemimpinan cenderung sangat bervariasi dan berbeda – beda yang dapat

diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek yaitu :

1. Aspek perilaku

a. Kepemimpinan positif

Kepemimpinan positif mempunyai pandangan bahwa orang pada hakekatnya bersedia

melakukan pekerjaan dengan baik bila diberi kesempatan dan dorongan yang cukup.

Oleh karena itu, pimpinan harus memberi motifasi, memperhatikan, dan menyediakan

sarana serta memperhatikan beban kerja yang ada.

b. Kepemimpinan negatif

Mempunyai pandangan bahwa orang harus dipaksa untuk bekerja, sehingga pimpinan

memotifasi dengan menciptakan rasa takut, sering memberikan hukuman dan sanksi.

2. Aspek kekuasaan dan wewenang

a. Otoriter (Otokratik)

Gaya kepemimpinan otokratik merupakan gaya pemimpin utama yang

berorientasi pada tugas dengan menggunakan jabatan dan kekuatan pribadi untuk

menjadi tujuan. (gillies, 1994). Seorang pemimpin yang menggunakan gaya ini

biasanya akan menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan seluruh

kegiatannya dan memerintah seluruh anggotanya untuk mematuhi dan

melaksanakannya (Departemen Kesehatan RI, 1990). Pada umumnya pemimpin

bertipe otokratik dalam memberikan motivasi kepada bawahannya menggunakan

sanjungan, kesalahan dan penghargaan (Gillies, 1994).

Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan

hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya

memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan

pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten. Gaya kepemimpinan ini memiliki

ciri-ciri antara lain :

5

Wewenang mutlak berada pada pimpinan

Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan

Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan

Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan

Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, pembuatan atau kegiatan para bawahan

dilakukan secara ketat

Prakarya harus selalu berasal dari pimpinan

Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau

pendapat.

Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif

Lebih banyak kritik daripada pujian

Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahannya tanpa syarat

Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat

Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman.

Kasar dalam bersikap

Taggungjawab keberhasilan organisasi hanyak dipikul oleh pimpinan

b. Partisipasif

Merupakan gabungan dari otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin

yang ,menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan

tersebut pada bawahannya. Pemimpin meminta saran dan kritik serta

mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya. Keputusan akhir yang

diambil bergantung pada kelompok. Gaya kepemimpina ini lebih banyak

mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang

diambil tidak bersifat sepihak.

c. Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis biasanya melibatkan kelompok dalam

pengambilan keputusan dan memberikan tanggungjawab pada para karyawannya

(La Monica, 1986). Pemimpin dengan tipe ini akan menghargai karakteristik dan

kemampuan yang ada pada karyawannya serta menggunakan kekuatan pribadi

6

dan jabatannya untuk menarik ide-ide para karyawannya (Gillies, 1994).

Peningkatan motivasi biasanya dilakukan melalui upaya merangsang kelompok

untuk membuat tujuan sendiri, mengembangkannya dalam bentuk rencana dan

mengontrol sendiri, mengembangkannya dalam membentuk rencana dan

mengontrol sendiri semua implementasi yang mereka lakukan (Kadarman dan

Udaya, 1994). Prinsipnya pemimpin ini melibatkan kelompok dalam pengambilan

keputusan dan memberikan tanggungjawab pada karyawannya (La Monica, 1986)

Gaya kepemimpinan memiliki ciri-ciri :

Wewenang partisipasi tidak mutlak

Pimpinan bersedia melimpahkan sebagaian wewenang kepada bawahan

Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan

Komunikasi berlangsung timbal balik

Pengawasan dilakukan secara wajar

Prakarsa dapat datang dari bawahan

Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan

pertimbangan

Tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan daripada

instruktif

Pujian dan kritik seimbang

Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-

masing

Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar

Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersukap dan bertindak

Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati, saling menghargai

Tanggung jawab keberhasilan organisasai ditanggung bersama-sama

d. Bebas Tindak (Laisez-Faire)

Gaya pemimpin dalam kepemimpinan ini adalah pemimpin yang

melepaskan tanggungjawabnya, meninggalka karyawan tanpa arah, supervisi dan

koordinasi yang jelas serta memaksa karyawan untuk membuat perencanaan,

mengimplementasikannya dan menilainya menurut apa yang mereka rasakan tepat

7

tanpa adanya suatu standar yang jelas. Dalam kondisi tertentu pemimpin hanya

berfungsi sebagai fasilitator (Kadarman dan Udaya, 1994)

Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur

organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin

menghindari kuasa dan tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada

kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri :

Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan

Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan

Kebijakan lebih banyak dibuat oleh bawahan

Pimpinan hanya berkomunikasi bila diperlukan oleh bawahan

Hampir tidak ada pengawasan untuk tingkah laku bawahan

Prakarsa selalu berasal dari bawahan

Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan

Peranan pemimpin sangat sedikit dalam kegiatan kelompok

Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok

Tanggungjawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan

Dari ketiga gaya kepemimpinan tersebuttidak dapat dikatakan mana yang paling

baik untuk dilakukan oleh seorang pemimpin atau manajer, da mana yang terjelek untuk

ditinggalkan oleh pimpinan. Implementasi gaya kepemimpinan lebih didasarkan pada

situasi serta kondisi serta kemampuan seluruh anggota dalam organisasi.

Dalam kondisi ketika karyawan mempunyai kemampuan yang memadai maka

kepemimpinan Laizes-faire merupakan pilihan yang tepat. Namun dalam kondisi kritis

dan darurat, tipe otokratis merupakan gaya yang tepat untuk dilaksanakan. Oleh karena

itu, keindahan tipe kepemimpinan terjadi ketika seseorang pimpinan mampu memilih tipe

mana dan dalam situasi bagaimana tipe-tipe tersebut harus diterapkan (La Monica, 1986).

Kebalikannya, seorang pimpinan akan dikatakan belum berhasil jika ia selalu

menggunakan tipe kepemimpinan demokratis, walaupun situasi, kondisi dan kemampuan

karyawannya telah menunjukkan penurunan gairah kerja yang cukup signifikan.

Pemilihan tipe kepemimpinan terbaik untuk sebuah situasi yang ada sangat dipengaruhi

8

oleh banyak faktor, antara lain kesulitan komunikasi dalam kelompok, latar belakang

pendidikan dan pengalaman, dan kebutuhan akan kebebasan, informasi, dan prestasi

(Tanneunbaum dan Schmit, 1973).

Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang.

Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang

mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi

oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara

mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah :

1. Directing

Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum

memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila

anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu

dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-

communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan

pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan

aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus

menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.

2. Coaching

Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi

juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses

perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang

tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi

suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti

tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi

yang baik dengan mereka.

3. Supporting

Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya

dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara

detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama

dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik –

9

teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan

anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk

lebih melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan

saran – saran mereka mengenai peningkatan kinerja.

4. Delegating

Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan

tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf

kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas

mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya

sendiri.

C. Peran Dan Fungsi Pemimpin, Dalam Pencapaian Visi Dan Misi Organisasi

Dilihat dari sudut orientasi maka fungsi dan tugas pimpinan terbagi dalam orientasi

hubungan antara manusia (HAM).

Fungsi dan tugas pimpinan adalah :

1. Orientasi tugas

a. Merencanakan dan mengorganisir kegiatan

b. menyediakan informasi yang diperlukan oleh atasan maupun staf

c. membuatan pengawasan, member pengarahan dan bimbingan

d. bertanggung jawab atas pekerjaannya dan pekerjaan orang lain

e. mendukung kerja sama dan partisipasi staf

f. mengevaliasi hasil dan menganalisa kekuatan dan kelemahan staf

2. Orientasi HAM

a. Memberi dorongan dengan sikap bersahabat

b. Mengungkapkan perasaan yang dialami

c. Mendamaikan atau mempertemukan pendapat yang berbeda, menyelesaikan

konflik

d. Memperlancar urusan dengan sebaik-baiknya

e. Menentukan aturan main

10

Kemudian berdasarkan orientasi dan tugas pemimpin tersebut, aktifitas kepemimpinan

dapat digolongkan dalam 4 aspek, yaitu :

a. Memberikan pengarahan

b. Melakukan supervisi

c. Melakukan koordinasi

d. Memberikan motivasi

D. Fungsi Kepemimpinan Dalam Keperawatan

Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan bagian dari sistem manajemen

keperawatan, dimana bagian dari sistem manajemen keperawatan mencakup: pengumpulan

data, perencanaan, pengaturan, kepegawaian, kepemimpinan dan pengawasan. Konsep

kepemimpinan dalam keperawatan adalah sebagai penerapan pengaruh dan bimbingan, yang

ditunjukan kepada semua staf keperawatan, untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan,

sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan pelayanan

keperawatan secara efektif dan efisien, sedangkan manajemen keperawatan adalah proses

bekerja melalui anggota staf keperawatan, untuk memberikan asuhan keperawatan secara

profesional, sehingga keduanya dapat saling menopang (Imanuddin, 2009)

Fungsi dari kepemimpinan dalam manajemen pada umumnya diartikan hanya

berfungsi pada kegiatan supervisi, tetapi dalam keperawatan fungsi tersebut sangatlah luas.

apabila posisi sebagai ketua tim, kepala ruangan atau perawat pelaksana dalam suatu ruang,

maka diperlukan pemahaman tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam

mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas (Sriyanti, 2003).

Manajer atau kepala kepala ruangan adalah indeks yang paling kritis dalam

Pelaksanaan fungsi manajemen kepemimpinan. Tujuan dari pelaksanaan fungsi

kepemimpinan yaitu untuk memberikan kemudahan, memfasilitasi dan mendorong semua

perawat agar dapat menaikan kinerjanya secara optimal. Manajemen berperan melakukan

fungsi-fungsi antara lain: merumuskan visi dan misi organisasi, merencanakan dan

mengadakan sarana dan peralatan kerja, mengkoordinasikan pelaksanaan tugas diunit

organisasi, serta mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas disemua unit

11

organisasi. Dengan demikian, peran dan dukungan dari manajemen turut mempengaruhi

kinerja yang dilakukan oleh setiap personil dalam organisasi (Simanjuntak, 2005).

Kepala ruangan dianggap berhasil menjalankan fungsi kepemimpinanya, apabila

berdasarkan upayanya, dalam memperlihatkan gaya memimpin kepada perawat

pelaksana ,dapat menghasilkan keluaran secara efektif melalui pengaturan kinerja orang

lain (Adnyana, 2008). Pelaksanaan pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh adanya gaya

kepemimpinan kepala ruangan dan sikap kepala ruangan kepada perawat sebagai pelaksana

dari pelayanan keperawatan, yang pada akhirnya berpengaruh kepada kepuasan pasien dan

kinerja dari perawat pelaksana. Adanya pengaruh tersebut didasarkan pada gaya

kepemimpinan seorang kepala ruangan dalam pengambilan keputusan, yang dipersepsikan

oleh perawat pelaksana, dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rumah sakit (Adnyana

2008). Kepala ruangan dapat melakukan gaya kepemimpinan tertentu sesuai dengan kondisi,

tugas yang akan dilakukan, memotivasi dan berkomunikasi dengan perawat

pelaksana (Suharsi, 2003).

Kepala ruangan sebagai pemimpin diantara perawat pelaksana, harus memiiki

kemampuan lebih dari perawat pelaksana. Kemampuan keterampilan kepala ruangan dalam

pengambilan keputusan dibutuhkan oleh perawat, baik pada saat terjadi konflik internal

dengan situasi keadaan yang dihadapi organisasi dalam pelayanan keperawatan (Simanjutak,

2005). Dalam organisasi Rumah Sakit, kepala ruangan adalah pimpinan yang langsung

membawahi perawat pelaksana dan pelaksanaan tugas perawat diruang rawat, ini merupakan

suatu proses dalam manajemen Rumah Sakit. Unsur proses manajemen ini sangat

berpengaruh terhadap output atau keluaran Rumah Sakit.

E. Karakteristik Pemimpin

Didasarkan pada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:

1. Seorang yang berlajar seumur hidup

Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar

melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang

baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

2. Pelayanan Orientasi

12

Pelayanan pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan

prinsip melayani berdasarkan kareer sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan,

pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

3. Membawa enegri yang positif

Setiap orang mempunyai energi yang semangat. Menggunakan energi yang positif

didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan ornag lain. Untuk itu

dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus

dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh

karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif.

4. Percaya kepada orang lain

Seornag pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka

mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu,

kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.

5. Keseimbangan dalam kehidupan

Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip

kemanusiaan dan keseimbangan diri antar kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi.

Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat.

6. Melihat kehidupan sebagai tantangan

Kata “tantangan” serign diinterpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti

kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kkehidupan

adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam

diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan,

keberanian, dinamisasi dan kebebasan.

7. Synergy

Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka

selalu mengatasi kelemahannya snediri dan lainnya. Sinergi adalh kerja kelompok dan

memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International

Dictionary, Synergy adalah satu kelompok, yang mana memberi hasil lebih effectif dari

pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersynergi dengan setiap

orang, atasan, staff, teman sekerja.

8. Latihan mengembangkan diri sendiri

13

Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan

yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses dalam mengembangkan

diri terdiri dari beberapa komponeb yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi;

(2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi kepada

orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6)

merefleksikan kepada hasil; (7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi;

(8) pemahaman baru; dan (9) kembali menajdi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala

dalam bentuk kebiasaan buruk. misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2)

kebanggan dan penolakan; dan (3) ambisis pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut,

memerlukan latihan dan pengalaman yang terus menerus. Latihan dan pengalaman sangat

penting untuk medapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan.

F. Perbedaan Peran Manajer Dan Peran Leader

Pada masa lampau tidak ada perbedaan antara istilah ”management” dengan

”Leadership”. Keduanya diartikan sinonim (Trofino, 1993). Manager dibayangkan sebagai

leader.Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18. Banyak teori tentang

pengertian kepemimpinan (leadership) yang diuarakan oleh para pakar sejak beberapa abad

dan banyak pula yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan

proses mempengaruhi orang baik individu, kelompok maupun masyarakat. John C. Maxwell

mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut

(followers). Peran pemimpin dan kepemimpinannya sering rancu dengan peran manajer.

Pemimpin yang baik adalah membantu atau menolong orang lain untuk berubah serta

menemukan inovasi untuk menghadapi tantangan.. Kepemimpinan merupakan inti dari

manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin yang

efektif. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin yang memiliki jati

diri sebagai pemimpin.

14

Manajer direfleksikan melalui hirarkhi yang kuat dimana kekuasan dan kewenangan

ditentukan suatu posisi yang disandangnya dalam suatu organisasi. Kerancuan ini disebabkan

kurangnya kejelasan peran dan fungsi dari keduanya. Pengertian manajemen dan leadership

secara konsep terpisah dan kini menjadi lebih jelas, mendefinisikan kepemimpinan lebih

sulit, tetapi bila diteliti perbedaan antara manager dan leader dikatakan bahwa manajer

mengarah kepada ” kekuatan “legimitasi dan kontrol” sedangkan leadership concern terhadap

pemberdayaan ”empowerment” (Sofarrely & Brown,1998). Peran manager menjalankan

organisasi sementara itu peran leader melakukan perubahan (Posner&Kouzes, 1998). Benis

(1990) menyatakan bahwa leader adalah orang yang mengerjakan sesuatu yang benar “do the

right thing” sedangkan manager adalah orang yang mengerjakan sesuatu dengan cara yang

benar do thing right dan point dari keduanya didasarkan atas perbedaan nilai (values).

Bertolak dari pemikiran tersebut definisi dari leadershp menjadi berubah tanpa batas

(Lancaster 1999). Contoh: bila anda percaya bahwa leadership adalah sifat bawaan sejak

lahir, atau kontras dengan pendapat menyatakan bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dan

dipikirkan, maka anda akan menjadi tenang untuk mendefinisikan dan menghubungkanya

dengan pengembangan aspek-aspek tentang kemimpinan. Sofarelli & Brown (1998)

mengidentifikasi perbedaan peran antara manager dan leader dalam matrik dibawah ini:

MANAGER LEADER

Menciptakan stabilitas Bersikap proaktif

Melakukan kontrol Memiliki integritas

Menyelesaikan tugas Pendekatan dan kuat dengan prinsip.

Berpegang pada kewenangan sesuai dengan

posisinya

Mendorong perubahan dan menghadapi

tantangan status quo

Merencanakan, mengorganisir dan

melakukan kontrol terhadap sumber daya

Menginspirasi pengikut

Menetukan kebijakan dan prosedure Memiliki visi ( visioner)

15

Mengikuti peraturan/hirarkhi Bersedia mengambil resiko

Mengutamakan organisasi dari pada staff Menghargai nilai-nilai

Mengembangkan hubungan baik

Berkomunikasi secara efektif

Tidak menggunakan kekuatan berdasarkan

posisi jabatan atau kewenangannya

Memberdayakan orang lain

G. Indikator-Indikator Kepemimpinan

Menurut Sofarelli & Brown (1998) mengidentifikasi indikator – indikator

kepemimpinan antara lain:

16

Leaders memiliki pengikut

Leaders memiliki prinsip dan bekerja secara ethis

Leaders memiliki visi yang besar dan kuat ( kepemimpinan visioner)

Leaders mampu mengkomunikasikan visinya

Leaders memiliki tanggung jawab dan akuntabilitas

Leaders berhasil melakukan perubahan dan piawai dalam pengambilan

keputusan

Leaders menghargai orang dan memfasilitasi pengembangan orang lain

Leaders memiliki pengikut

Leaders memiliki prinsip dan bekerja secara ethis

Leaders memiliki visi yang besar dan kuat ( kepemimpinan visioner)

Leaders mampu mengkomunikasikan visinya

H. Kepemimpinan Situasional Dalam Keperawatan Dan Pembahasannya

Paul Hersey & Kenneth H. Blanchard menyatakan kepemimpinan situasional dapat

diterapkan dalam berbagai jenis organisasi seperti usaha, industri, pemerintahan, militer,

pendidikan bahkan keluarga. Konsep kepemimpinan situasional dapat diterapkan dalam

situasi apapun, dimana terjadi orang-orang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain.

Konsep dasar kepemimpinan situasional tidak ada satu cara terbaik untuk mempengaruhi

perilaku orang lain, faktor kunci dalam penerapannya terletak pada kemampuan penilaian

tingkat kematangan pengikut. Dalam kepemimpinan situasional tersirat adanya ” ide” bahwa

seorang pemimpin seyogyanya membantu bawahan untuk menumbuhkan kematangan sejauh

yang dapat dan mau dilakukan. David.C. McClelland melalui suatu peneliliannya,

menemukan bahwa pertama, orang -orang yang memiliki motivasi tinggi, memiliki

karakteristik tertentu yang sama yaitu termasuk memiliki kemampuan untuk menyusun

tujuan tinggi tetapi masih terjangkau, lebih menekankan prestasi pribadi dari pada imbalan

atas keberhasilan dan keinginan untuk memperoleh feedback atas tugas yang sudah

dilakukan. Kedua dalam hubungannya dengan pendidikan dan atau pengalaman dikatakan

tidak ada perbedaan konseptual dari keduanya, orang dapat memperoleh kematangan melalui

tugas tertentu melalui pengalaman atau pendidikan atau kombinasi keduanya. Ketiga

pendidikan dan atau pengalaman mempengaruhi kemampuan dan motivasi berprestasi dan

selanjutnya akan mempengaruhi ”kemauan” Membahas konsep kematangan dalam

17

hubungannya dengan kemampuan dan kemauan harus dilihat sebagai konsep dalam dua

dimensi. yaitu:

a. Kematangan pekerjaan diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan. Orang-orang yang memiliki kematangan

pekerjaan tinggi dalam bidangnya, memiliki pengetahuan, kemampuan dan pengalaman

untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan tanpa arahan dari orang lain.

b. Kematangan psikologis berhubungan dengan ”kemauan” atau motivasi untuk melakukan

sesuatu. Hal ini terkait dengan rasa yakin atau keikatan. Orang yang sangat matang

”secara psikologis ” memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan keyakinan terhadap

diri sendiri serta merasa mampu mengerjakan pekerjaannya. Pada umumnya orang-orang

ini sangat menyenangi pekerjaannya dan menganggap pengawasan yang ketat atau

arahan/dorongan tidak perlu dilakukan terhadap dirinya karena telah yakin dengan

tugas/pekerjaannya.

Kadar kematangan pengikut tidak sama, dalam hal ini dapat dipilah Kepemimpinan

situasional didasarkan atas hubungan antara: (1) kadar bimbingan dan arahan disebut sebagai

perilaku tugas yang diberikan pemimpin. Prilaku tugas adalah kadar sejauh mana seorang

pemimpin menyediakan arahan kepada para pengikutnya, dengan cara memberitahukan

kepada staf apa, kapan dan bagaimana melakukannya, dalam hal ini pemimpin harus

menyusun tujuan dan menetapkan peranan mereka. (2) kadar dukungan sosioemosional

disebut dengan perilaku hubungan yang disediakan pemimpin; perilaku hubungan adalah

kadar sejauhmana pemimpin melakukan hubungan dua arah dengan para pengikutnya,

menyediakan dukungan, dorongan dan sambaran-sambaran psikologis seperti pujian yang

bermakna yang memudahkan perilaku. Terkait dengan itu, pemimpin seyogyanya aktif

menyimak dan mendukung upaya pengikutnya dalam pelaksanaan pekerjaan. dan (3) level

kesiapan (kematangan) yang ditunjukkan oleh pengikut (bawahan) dalam pelaksanaan tugas,

fungsi dan tujuan tertentu. Untuk menentukan dan menerapkan gaya kepemimpinan yang

sesuai dapat dipilah kontinum kematangan kedalam empat level: kematangan rendah (M1),

rendah kesedang (M2), sedang ketinggi (M3) dan tinggi (M4). Konsep ini dikembangkan

bagi orang-orang yang sedang melakukan proses kepemimpinan dan menjelaskan hubungan

antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan level kematangan pengikut. Gaya

18

kepemimpinan disesuaikan bagi masing-masing level kematangan yang terkait dengan

perilaku tugas dan perilaku hubungan. Untuk menentukan gaya kepemimpinan yang akan

diterapkan terhadap orang lain dalam situasi tertentu, maka harus diperhatikan beberapa hal:

a. Mengidentifikasi bidang-bidang aktifitas yang berbeda-beda dalam organisasi..

b. Mengidentifikasi dan menetukan level kematangan orang atau kelompok kerja tertentu

( mendiagnosis level kematangan)

c. Memutuskan gaya kepemimpinan yang sesuai bagi orang atau kelompok yang

bersangkutan dalam masing-masing bidang pekerjaannya.

Apabila tiga hal diatas telah ditentukan, maka penyesuaian gaya kepemimpinan yang

diakukan perlu dikaitkan dengan level kematangan masing-masing individu atau kelompok.

Masing-masing gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Memberitahukan (Telling) adalah gaya direktive ( G1) yang dilakukan pada level

kematangan pengikut yang rendah, yitu orang-orang yang tidak mampu dan tidak mau (M1)

memikul tanggung jawab, dengan kata lain tidak kompeten atau tidak yakin melakukan

sesuatu (pekerjaan). Gaya ini menyediakan arahan yang spesifik, mendetail, apa, kapan dan

bagaimana pekerjaan dilakukan. Gaya ini disebut sebagai perilaku tinggi tugas dan rendah

hubungan.

b. Menjajakan (Selling) adalah gaya menjajakan (G2) dilakukan bagi pengikut dengan tingkat

kematangan rendah kesedang (M2) yaitu orang yang tidak mampu tetapi mau memikul

tanggung jawab. Pemimpin melakukan komunikasi dua arah memberikan penjelasan

sehingga secara psikologis pengikut merasa memiliki andil dalam perilaku yang diinginkan.

Gaya ini disebut sebagai perilaku tinggi tugas dan tinggi hubungan.

c. Mengikut sertakan (Participating) adalah gaya partisipatif (G3) disediakan bagi pengikut

yang mampu tetapi tidak mau memikul tanggung jawab (M3)Ketidak mauan mereka

seringkali disebabkan karena tidak yakin atau tidak merasa aman. Namun ketidak mauan

mereka bisa disebabkan oleh hal lain yaitu motivasi. Saluran komunikasi dua arah perlu

disediakan pada level kematangan ini unntuk mendukung upaya pengikut menggunakan

kemampuannya. Gaya partisipatf yang suportif tetapi tidak direktif kemungkinan

efektifitasnya akan lebih tinggi pada level kematangan ini, karena pemimpin dan pengikut

19

berbagi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan. Gaya ini disebut sebagai perilaku

tinggi hubungan dan rendah tugas.

d. Mendelegasikan (delegating) dilakukan bagi pengikut dengan tingkat kematangan tinggi

adalah pengikut yang mampu, mau, atau yakin untuk memikul tanggung jawab (M4).

Terhadap pengikut dengan level kematangan ini. Gaya kepemimpinan yang disediakan

berprofil rendah (G4), pemimpin menyediakan arahan dan dukungan rendah, dimana

pengikut diidentifikasi mampu melaksanakan sendiri pekerjaannya mulai perencanaan,

pelaksanaan pekerjaan dan menagambil keputusan hal mengapa, kapan dan dimana

dilaksanakan. Pengikut pada level ini secara psikologis matang oleh karena itu tidak

memerlukan kadar komunikasi dua arah terkait pekerjaannya. Gaya ini disebut perilaku

rendah tugas dan rendah hubungan. Namun dalam perjalanan kehidupan berbagai faktor

psikologis dapat berpengaruh dan sangat mungkin menurunkan level kematangan pengikut,

dalam hal ini pemimpin kembali menilai level kematangan yang telah dimiliki dan

penyesuaian gaya kepemimpinan relevan dengan level kematanangan saat ini perlu

dilakukan.

Secara ringkas dapat diuraikan perilaku keempat perilaku kepemimpinan sebagai

brikut:

1. Memberitahukan (G1) adalah memberikan intruksi spesifik dan menyelia pelaksanaan

pekerjaan secara seksama.

2. Menjajakan (G2) adalah menjelaskan keputusan dan memberi kesempatan pengikut

memperoleh kejelasan

3. Mengikutsertakan (G3) melakukan tukar menukar ide dan memudahkan dalam

pengambilan keputusan.

4. Mendelegasikan (G4) mencakup mendelegasikan tanggung jawab pengambilan

keputusan dan pelaksanaan pekerjaan.

Dalam konsep kepemimpinan situasional ganjaran dengan penguatan positif

(positive reinforcement) serta dukungan sosioemosional perlu diberikan kepada pengikut

pada level rendah atau kurang matang dan mencapai level kematangan yang lebih tinggi.

Apakah kepemimpinan situasional dapat diterapkan secara berhasil? Suatu studi yang

dilakukan A. Gumpert`dan Ronald.K.Hambelton (1974) terhadap enam puluh lima manajer

20

dalam bidang penjualan, pelayanan administrasi dan staf fungsional menyimpulkan hasil

studi mereka sbb:

1. Pertama, para manajer yang sangat efektif menunjukkan bahwa mereka memiliki

pengetahuan lebih banyak dan lebih sering menerapkannya kepemimpinan situasional

dari pada manajer yang kurang efektif.

2. Kedua, semua manajer yang ikut serta dalam studi tersebut melaporkan bahwa

menerapkan kepemimpinan situasional meskipun tidak terlalu sering. Penemuan ini

menunjukkan bahwa pelatihan kepemimpinan situasional telah memiliki dampak

subtansial pada pekerjaan.

I. Implikasi Kepemimpinan Dalam Keperawatan

Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan

yangkompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan tercapai

diperlukanberbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan. Menurut Kron,

kegiatantersebut meliputi:

1. Perencanaan dan PengorganisasianPekerjaan

dalam suatu ruangan hendaknya direncakan dan diorganisasikan. Semuakegiatan dikoordinasikan sehingga

dapat dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengancara yang benar. Sebagai seorang kepala

ruangan perlu membuat suatu perencanaankegiatan di ruangan.

2. Membuat Penugasan dan

Memberi PenghargaanSetelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada

para perawat tentangkegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan jelas.

Dalam memberipengarahan, seorang pemimpin harus mampu membaut seseorang memahami apa

yangdiarahkan dan juga mempunyai tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan

dengan benar. Untuk ini diperlukan kemampuan dalam hubungan antarmanusia dan teknik-teknik

keperawatan.

3. Pemberian bimbinganBimbingan merupakan

unsur yang poenting dalam keperawatan. Bimbingan berartimenunjukkan cara menggunakan

berbagai metoda mengajar dan konseling. Bimbinganyang diberikan meliputi

pengetahuan dan keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akanmembantu bawahan dalam

melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikankepuasan bagi perawat dan klien.

21

4. Medorong Kerjasama dan

PartisipasiKerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan

keperawatan.Seorang pemimpin perlu mennyadari bahwa bawahan bekerjasama dengan

pemimpinbukan untuk atau dibawah pimpinan. Kerjasama dapat ditingakatkan melalui

suasanademokrasi dimana setiap individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan

darimereka, dan mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan

perlumengetahui bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka. Hubungan antarmanusia yanng

baik dapat meningkatkan kerjasama. Disamping itu setiap individu dalamkelompok diusahakan untuk

berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasadihargai termasuk bagi

mereka yang sering menarik diri atau yang pasif. Partisipasi setiapperawat dapat berbeda-

beda, tergantung kemampuan mereka.

5. Kegiatan KoordinasiPengkoordinasian

kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang penting dalamkepemimpinan

keperawatan. Seorang pemimpin perlu mengusahakan agar setiapperawat mengetahui

kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lainyang perlu dilakukan adalah

melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaiankerja bawahan. Agar dapat melakukan

koordinasi dengan efektif,

22

DAFTAR PUSTAKA

Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta

Suyanto. 2008. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press

Prof.DR.Dr.Azrul Azwar M.P.H. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. Tanggerang

Nursalam. 2014.Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika

http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan

23