diktat kepemimpinan

34
1. Definisi Kepemiminan Siagian (2002) mengatakan, kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pimpinan meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya. Blancard dan Hersey (dalam Tohardi, 2002) mengemukakan, kepemimpinan adalah proses memengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Secara luas kepemimpinan diartikan sebagai usaha yang teroganisir untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia, material, dan finansial guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Zainun, 1979). Sedangkan Bass dan Stogdill (1990) mengatakan, bahwa kepemimpinan adalah suatu proses memengaruhi aktivitas suatu kelompok dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut G.R Terry, kepemimpinan adalah kegiatan- kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan (Purwanto, 2007). Anoraga (1992) mengemukakan, bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu. Berdasarkan uraian tentang definisi kepemimpinan di atas, terlihat bahwa unsur kunci kepemimpinan adalah pengaruh yang dimiliki seseorang dan pada gilirannya akibat pengaruh itu bagi orang yang hendak dipengaruhi. Peranan penting dalam kepemimpinan adalah upaya seseorang yang memainkan peran sebagai pemimpin guna mempengaruhi orang lain dalam organisasi/lembaga tertentu untuk mencapai tujuan. 2. Konsep-konsep Dasar Kepemimpinan

Upload: shandy-kembara

Post on 04-Jan-2016

396 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

kepemimpinan

TRANSCRIPT

Page 1: Diktat Kepemimpinan

1. Definisi KepemiminanSiagian (2002) mengatakan, kepemimpinan adalah kemampuan seseorang

untuk memengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pimpinan meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya.

Blancard dan Hersey (dalam Tohardi, 2002) mengemukakan, kepemimpinan adalah proses memengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.

Secara luas kepemimpinan diartikan sebagai usaha yang teroganisir untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia, material, dan finansial guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Zainun, 1979). Sedangkan Bass dan Stogdill (1990) mengatakan, bahwa kepemimpinan adalah suatu proses memengaruhi aktivitas suatu kelompok dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.

Menurut G.R Terry, kepemimpinan adalah kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan (Purwanto, 2007).

Anoraga (1992) mengemukakan, bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu.

Berdasarkan uraian tentang definisi kepemimpinan di atas, terlihat bahwa unsur kunci kepemimpinan adalah pengaruh yang dimiliki seseorang dan pada gilirannya akibat pengaruh itu bagi orang yang hendak dipengaruhi. Peranan penting dalam kepemimpinan adalah upaya seseorang yang memainkan peran sebagai pemimpin guna mempengaruhi orang lain dalam organisasi/lembaga tertentu untuk mencapai tujuan.

2. Konsep-konsep Dasar Kepemimpinan

3. Fungsi dan Peran Pemimpin

Fungsi pemimpin seringkali memiliki spesifikasi berbeda dengan bidang

kerja atau organisasi lain. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa macam hal,

antara lain organisasi, situasi sosial dalam organisasi, dan jumlah anggota

kelompok (Ghiselli & Brown, 1973).

Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang mampu mengelola atau

mengatur organisasi secara efektif dan mampu melaksanakan kepemimpinan

secara efektif pula. Untuk itu pemimpin harus betul-betul dapat menjalankan

fungsinya sebagai seotang pemimpin. Menurut Terry ciri-ciri pemimpin yang

baik yaitu sebagai berikut :

Page 2: Diktat Kepemimpinan

a. Kekuatan, yaitu memiliki kekuatan mental dan fisik yang baik

b. Stabilitas Emosi, yaitu tidak cepat marah dan tenang dalam menghadapi

masalah yang pelik sekalipun.

c. Human Relationship, yaitu mempunyai pengetahuan tentang hubungan

manusiawi dan luwes dalam pergaulan

d. Personal Motivation, yaitu memiliki motivasi untuk memimpin yang baik dan

dapat memotivasi diri dengan benar dan terarah

e. Communication Skill, yaitu memiliki kecakapan komunikasi yang efektif

f. Teaching Skill, yaitu memiliki kecakapan untuk pengarahan, mengajarkan,

menjelaskan, dan mengembangkan bawahan

g. Social Skill, yaitu mempunyai keahlian di bidang sosial, supaya terjamin

kepercayaan dan kesetiaan bawahan, seperti peramah dan luwes dalam

pergaulan

h. Technical Competent, yaitu mempunyai kecakapan menganalisis,

merencanakan, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan, serta

mampu menyusun konsep dan mengkoordinasikannya (Purwanto, 2007).

3.1 Fungsi pemimpin

Fungsi Pemimpin menurut Terry (1960) dapat dikelompokkan menjadi

empat yaitu :

1. Perencanaan

2. Pengorganisasian

3. Penggerakkan

4. Pengendalian

Dalam menjalankan fungsinya pemimpin mempunyai tugas-tugas tertentu,

yaitu mengusahakan agar kelompoknya dapat mencapai tujuan dengan baik,

dalam kerja sama yang produktif dan dalam keadaan yang bagaimanapun yang

dihadapi kelompok. Tugas utama pemimpin adalah :

1. Memberi struktur yang jelas terhadap situasi-situasi rumit yang dihadapi

kelompok

2. Mengawasi dan menyalurkan tingkah laku kelompok

Page 3: Diktat Kepemimpinan

3. Merasakan dan menerangkan kebutuhan kelompok pada dunia luar, baik

mengenai sikap-sikap, harapan, tujuan, dan kekhawatiran kelompok

(Gerungan, 1981).

3.2 Peranan pemimpin

1. Peranan yang Bersifat Interpersonal

Dewasa ini telah umum diterima pendapat bahwa salah satu tuntutan yang

harus dipenuhi oleh seorang manajer ialah keterampilan insane keterampilan

tersebut mutlak perlu karena pada dasarnya dalam menjalankan

kepemimpinannya, seorang manajer berinteraksi dengan manusia lain, bukan

hanya dengan para bawahanny, akan tetapi juga berbagai pihak yang

berkepentingan, yang dikenal dengan istilah stake holder, di dalam dan di luar

organisasi. Itulah yang dimaksud dengan peran interpersonal yang menampakkan

diri.

2. Peranan yang bersifat Informasional

Informasi merupakan aset organisasi yang kritikal sifatnya. Dikatakan

demikian kerena dewasa ini dan di masa yang akan datang sukar membayangkan

adanya kegiatan organisasi yang dapat terlaksana dengan efisien dan efektif tanpa

dukungan informasi yang mutakhir, lengkap, dan dapat dipercaya karena diolah

dengan baik.

3. Peranan Pengambilan Keputusan

Peranan ini mengambil tiga bentuk suatu keputusan, yaitu sebagai

berikut : pertama sebagai entrepreneur, seorang pemimpin diharapkan mampu

mengkaji terus menerus situasi yang dihadapi oleh organisasi, untuk mencari dan

menemukan peluang yang dapat dimanfaatkan, meskipun kajian itu sering

menuntut terjadinya perubahan dalam organisasi. Kedua, peredam gangguan.

Peran ini antara lain kesedian memikul tanggungjawab untuk mengambil

tindakan korektif apabila organisasi menghadapi gangguan serius yang apabila

tidak ditangani akan berdampak negative kepada organisasi.

4. Sifat, Perilaku, Kontingensi dan Pendekatan Terpadu

Page 4: Diktat Kepemimpinan

5. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan pada dasarnya dapat dilihat dari bermacam-macam

sudut pandang. Bila dilihat dari sudut perilaku pemimpin, apa yang dikemukakan

oleh Tannenbaum dan Schmidt (dalam Amran, 1999), perilaku pemimpin

membentuk suatu kontinum dari sifat otokratik sampai demokratik. Menurut

beliau sifat ekstrim ini dipengaruhi oleh intensitas penggunaan kekuasaan oleh

pemimpin dan penggunaan kebebasan oleh pengikut.

Menurut Sutarto (dalam tohardi, 2002), pendekatan perilaku berlandaskan

pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya

bersikap dan bertindak seorang pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap dan

bertindak akan tampak dari :

a. Cara memberi perintah

b. Cara memberikan tugas

c. Cara berkomunikasi

d. Cara membuat keputusan

e. Cara mendorong semangat bawahan

f. Cara memberikan bimbingan

g. Cara menegakkan disiplin

h. Cara mengawasi pekerjaan bawahan

i. Cara meminta laporan pada bawahan

j. Cara memimpin rapat

k. Cara menegur kesalahan bawahan, dan lain-lain.

Sedangkan gaya kepemimpinan yang ada, yaitu sebagai berikut :

1. Gaya Persuasif

yaitu gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan yang menggugah

perasaan, pikiran atau dengan kata lain melakukan ajakan atau bujukan.

2. Gaya Refresif

yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan tekanan-tekanan,

ancaman,-ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan.

3. Gaya Partisipatif

Page 5: Diktat Kepemimpinan

Yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memimpin memberikan kesempatan

kepada bawahan untuk itu secara aktif baik mental, spiritual, fisik, maupun

material dalam kiprahnya di organisasi.

4. Gaya Inovatif

Yaitu pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk mewujudkan

usaha-usaha pembaruan di dalam segala bidang, baik bidang politik,

ekonomi, sosial, budaya atau setiap produk terkait dengan kebutuhan

manusia.

5. Gaya Investigatif

Yaitu gaya pemimpin yang selalu melakukan penelitian yang disertai

dengan rasa penuh kecurigaan terhadap bawahannya sehingga

menimbulkan yang menyebabkan kreatifitas, inovasi, serta insiatif dari

bawahan kurang berkembang, karena bawahan takut melakukan kesalahan-

kesalahan.

6. Gaya Inspektif

Yaitu pemimpin yang suka melakukan acara-acara yang sifatnya

protokoler, kepemimpinan dengan gaya inspektif menurut penghormatan

bawahan, atau pemimpin yang senang apabila dihormati.

7. Gaya Motivatif

Yaitu pemimpin yang dapat menyampaikan informais mengenai ide-idenya,

program-program dan kebijakan-kebijakan kepada bawahan dengan baik.

8. Gaya Naratif

Yaitu merupakan pemimpin yang banyak bicara namun tidak disesuaikan

dengan apa yang ia kerjakan, atau dengan kata lain pemimpin yang banyak

bicara sedikit bekerja.

9. Gaya Edukatif

Yaitu pemeimpin yang suka melakukan pengembangan bawahan dengan

cara memberikan pendidikan dan keterampilan kepada bawahan, sehingga

bawahan menjadi memiliki wawasan dan pengalaman yang lebih baik dari

hari ke hari.

10. Gaya Retrogresif

Yaitu pemimpin tidak suka melihat maju, apalagi melebihi dirinya.

Page 6: Diktat Kepemimpinan

6. Kepemimpinan Strategis dan Kepemimpinan

Pemimpin dan kepemimpinan dalam suatu organisasi adalah dua hal yang

saling berkaitan. Tipe kepemimpinan adalah gaya yang dipakai oleh seorang

pemimpin tidakhanya mengendalikan organisasi tetapi juga menginspirasi dan

menciptkan kultur organisasi dalam organisasi yang dipimpinnya untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, sekaligus menjaga keberlangsungan organisasi pada

masa yang akan datang. Salah satu tipe kepemimpinan yang terkini adalah

kepemimpinan strategis visioner. Dalam perkembangannya, tantangan organisasi

saat ini begitu kompleks, oleh sebab itu diperlukan pemimpin yang memiliki pola

berpikir dan bertindak strategis dan visioner,

A. Kepemimpinan Strategis

Kepemimpinan merupakan proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi,

atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang.

Kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau perbuatan di antara

perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang maupun kelompok

bergerak ke arah tujuan tertentu (Nawawi. 1997:97). Kepemimpinan merupakan

hubungan di mana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk

dapat bekerja sama dalam upaya mencapai tujuan (Marno. 2007:37).

Kepemimpinan strategis merupakan kepemimpinan yang bertanggung jawab

untuk menciptakan harmoni antara tuntutan lingkungan ekstrenal organisasi

dengan visi, misi, strategi dan implementasi organisasi. Selain itu kepemimpinan

strategis merupakan kepemimpinan yang diperlukan pada kondisi yang kompleks

dalam suatu organisasi. Kepemimpinan strategis mempunyai dua peran yaitu

sebagai manager dan sekaligus sebagai leader. Secara garis besar kepemimpinan

strategik dibutuhkan mengingat tantangan mengenai fokus organisasi kini telah

berubah.Tantangan organisasi dewasa ini begitu kompleks, maka diperlukan

pemimpin yang memiliki pola berpikir dan bertindak strategis dan visioner,

sehingga setiap keputusan yang dikeluarkan tepat. Strategi menyediakan arah

yang menterjemahkan visi menjadi aksi dan merupakan dasar bagi

pengembangan mekanisme spesifik untuk menolong organisasi mencapai

tujuannya. Strategi adalah niat (intention), implementasi melalui struktur, sistem,

Page 7: Diktat Kepemimpinan

budaya dan iklim, sistem insentif, menjamin terwujudnya visi di masa depan.

Pemimpin yang banyak melakukan tindakan strategis, tetapi tidak mempunyai

visi yang jelas, sering dikatakan sebagai pemimpin pekerja yang harus mampu

mengerjakan hal-hal yang rutin. Dengan demikian pemimpin yang unggul adalah

pemimpin yang memiliki visi ke depan serta dibarengi dengan tindakan strategis

yang tinggi. Hal ini akan melahirkan pemimpin yang visioner dan efektif.

Pemimpin jenis ini memiliki ambisi, impian, dan cita-cita yang tinggi untuk

dicapai oleh suatu organisasi. Karakteristik pemimpin stretegis diantaranya

adalah:

1) Visioner

2) Memiliki animo yang besar

3) Memiliki integritas

4) Dapat dipercaya dan jujur

5) Terbuka dan menghargai orang lain

6) Berani mengambil resiko

7) Inovatif dan kreatif

8) Belajar dari pengalaman dan kekeliruan

Sedangkan peran seorang pemimpin strategis antara lain sebagai motivator,

fasilitator, dinamisator, konselor, dan evaluator.

B. Kepemimpinan Visioner

Pandangan terbaru yang sangat populer tentang leadership adalah pemimpin

karismatik dan menarik yang memberikan inspirasi serta motivasi kepada orang

lain. Kita menyebut tipe ini Visionary Hero. Tipe ini diberi ciri kemampuan

untuk menciptakan motivasi tinggi dan menyerap visi masa depan. Pemimpin ini

mempunyai kapasitas untuk memberi energy kepada orang lain agar mengejar

visi (Rivai, 2012: 66 – 67 ). Istilah lain untuk menggambarkan pimpinan ini

adalah “transformational” dan “karismatik”.

Page 8: Diktat Kepemimpinan

Pemimipin visioner adalah pemimpin yang mempunyai suatu pandangan visi misi

yang jelas dalam organisasi. Pemimpin visioner sangat lah cerdas dalam

megamati suatu kejadian di masa depan dan dapat menggambarkan visi misinya

dengan jelas. Pemimpin dapat membangkitkan semangat para anggotanya dengan

menggunakan motivasinya serta imajinanasinya, untuk membuat suatu organisasi

lebih hidup, menggerakan semua komponen yang ada dalam organisasi, agar

organisasi dapat berkembang. Kepemimpinan visioner, adalah pola

kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang

perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara

memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan

visi yang jelas. Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu.

Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci

sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu:

1. harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan

manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin

untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”

2. harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara

tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang plaing penting, dapat

"relate skillfully" dengan orang-orang kunci di luar organisasi, namun

memainkan peran penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan).

3. harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek

organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus

terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan

kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan

organisasi ke masa depan (successfully achieved vision).

4. memiliki atau mengembangkan "ceruk" untuk mengantisipasi masa depan.

Ceruk ini merupakan sebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas

kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi,

dan lain sebagainya.

Page 9: Diktat Kepemimpinan

7. Pengertian dan hakekat pengambilan keputusan

a. Pengertian Keputusan

Terdapat beberapa pengertian keputusan yang telah disampaikan oleh para ahli,

diantaranya adalah sebagai berikut :

(1).Menurut Ralp C. Davis

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas.

Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan.

Keputusan harus menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam

hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan

terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.

(2).Menurut Mary Follet

Keputusan adalah suatu hukum atau sebagai hukum situasi.

Apabila semua fakta dari situasi itu dapat diperolehnya dan semua yang terlibat,

baik pengawas maupun pelaksana mau mentaati hukumnya atau ketentuannya,

maka tidak sama dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi

itu merupakan wewengan dari hukum situasi.

(3).Menurut James A.F. Stoner

Keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif.

(4).Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudirjo,SH.

Keputusan adalah suatu pengakhiran dari proses pemikiran tentang suatu masalah

atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna

mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.

Dari pengertian-pengertian keputusan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa: keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum

situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif

b. Pengertian Pengambilan Keputusan

Terdapat beberapa pengertian pengambilan keputusan yang telah disampaikan

oleh para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :

(1).Menurut George R. Terry

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu

dari dua atau lebih alternatif yang ada.

(2).Menurut S.P. Siagian

Page 10: Diktat Kepemimpinan

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat

alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan

merupakan tindakan yang paling tepat.

(3).Menurut James A.F. Stoner

Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu

tindakan sebagai cara pemecahan masalah

Dari pengertian-pengertian pengambilan keputusan di atas, dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa : Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan

alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti

(digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah

8. Teknik Pengambilan Keputusan

a. Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan merupakan tahap-tahap yang harus dilalui atau

digunakan untuk membuat keputusan. Tahap-tahap ini merupakan kerangka

dasar, sehingga setiap tahap dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa sub

tahap (disebut langkah) yang lebih khusus/spesifik dan lebih operasional.

Secara umum, proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai

berikut :

(1).Penemuan Masalah

Tahap ini merupakan tahap untuk mendefinisikan masalah dengan jelas, sehingga

perbedaan antara masalah dan bukan masalah (misalnya isu) menjadi jelas.

(2).Pemecahan Masalah

Tahap ini merupakan tahap penyelesaian terhadap masalah yang sudah ada atau

sudah jelas. Langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut :

Identifikasi alterntif-alternatif keputusan untuk memecahkan

masalah

Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya

atau di luar jangkauan manusia, identifikasi peristiwa-peristiwa di masa datang

(state of nature)

Pembuatan alat (sarana) untuk mengevaluasi atau mengukur hasil, biasanya

berbentuk tabel hasil (pay off table).

Pemilihan dan penggunaan model pengambilan keputusan

Page 11: Diktat Kepemimpinan

(3).Pengambilan Keputusan

Keputusan yang diambil adalah berdasarkan pada keadaan lingkungan atau

kondisi yang ada, seperti kondisi pasti, kondisi beresiko, kondisi tidak pasti, dan

kondisi konflik.

b. Pendapat Para Ahli tentang Proses Pengambilan Keputusan

(1).Menurut Simon (1960)

Simon (1960) mengajukan model yang menggambarkan proses pengambilan

keputusan. Proses ini terdiri atas tiga fase, yaitu :

1. Intelligence

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup

problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh,

diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.

2. Design

Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis

alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti

masalah, menurunkan solusi, dan menguji kelayakan solusi.

3. Choice

Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan

yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan

dalam proses pengambilan keputusan.

Ketiga langkah proses pengambilan keputusan yang telah disampaikan oleh

Simon (1960) dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Fase Proses Pengambilan Keputusan

Page 12: Diktat Kepemimpinan

Meskipun implementasi termasuk tahap ketiga, namun ada beberapa pihak

berpendapat bahwa tahap ini perlu dipandang sebagai bagian yang terpisah guna

menggambarkan hubungan antar fase secara lebih komprehensif. Dalam hal ini,

Model Simon juga menggambarkan kontribusi Sistem Informasi Manajemen

(SIM) dan Ilmu Manajemen/Operations Research (IM/OR) terhadap proses

pengambilan keputusan.

Dari gambar dan deskripsi di atas, jelas bahwa Pengolahan Data Elektronik

(PDE) dan SIM mempunyai kontribusi dalam fase Intelligence, sedangkan

IM/OR berperan penting dalam fase Choice. Tidak tampak pendukung yang

berarti pada tahap design.

(2).Menurut Richard I. Levin, dkk

Menurut Richard, et., all. Proses Pengambilan Keputusan terdiri atas 6 tahap,

yaitu sebagai berikut :

1. Observasi

Tahap ini berupa (aktivitas proses) kunjungan lapangan, konprensi, observasi,

dan riset yang dapat menjadi informasi dan data penunjang.

2. Analisis dan Pengenalan Masalah

Tahap ini dapat berupa (aktivitas proses) penentuan penggunaan, penentuan

tujuan, dan penentuan batasan-batasan yang dapat menjadi pedoman atau

petunjuk yang jelas untuk mencari pemecahan yang dibutuhkan.

3. Pengembangan Model

Tahap ini dapat berupa (aktivitas proses) peralatan pengambilan keputusan antar

hubungan model matematik, riset yang dapat menjadi (output proses) model yang

berfungsi di bawah batasan lingkungan yang telah ditetapkan.

4. Memilih Data Masukan yang Sesuai

Tahap ini dapat berupa data internal dan eksternal, kenyataan, pendapat, serta

data bank komputer yang dapat menjadi (output process) input yang memadai

untuk mengerjakan dan menguji model yang digunakan.

Page 13: Diktat Kepemimpinan

5. Perumusan dan Pengujian

Tahap ini berupa pengujian, batasan, dan pembuktian yang dapat menjadi

pemecahan yang membantu pencapaian tujuan.

6. Penerapan Pemecahan

Tahap ini berupa pembahasan perilaku, pelontaran ide, pelibatan manajemen,

serta penjelasan yang menjadi pemahaman manajemen untuk menunjang model

operasi dalam jangka yang lebih panjang.

(3).Menurut Sir Francis Bacon

Menurut Sir Francis Bacon Proses Pengambilan Keputusan terdiri atas 6 tahap,

yaitu sebagai berikut :

1. Merumuskan/Mendefiniskan Masalah

Tahap ini merupakan usaha untuk mencari permasalahan yang sebenarnya

2. Pengumpulan Informasi yang Relevan

Tahap ini merupakan pencarian faktor-faktor yang mungkin terjadi sehingga

dapat diketahui penyebab timbulnya masalah

3. Mencari Alternatif Tindakan

Tahap ini merupakan pencarian kemungkinan yang dapat ditempuh berdasarkan

data dan permasalahan yang ada

4. Analisis Alternatif

Tahap ini merupakan analisis terhadap setiap alternatif menurut kriteria tertentu

yang sifatnya kualitatif atau kuantitatif

5. Memilih Alternatif Terbaik

Tahap ini merupakan pemilihan alternatif terbaik yang dilakukan atas kriteria dan

skala prioritas tertentu

6. Melaksanakan Keputusan dan Evaluasi Hasil

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dan pengambilan tindakan. Umumnya

tindakan ini dituangkan ke dalam rencana tindakan. Evaluasi hasil memberikan

masukan/umpan balik yang bergunan untuk memperbaiki suatu keputusan atau

mengubah tujuan semula karena telah terjadi perubahan-perubahan.

(4).Menurut Prof.Dr.S.Prajudi Atmosudirjo

Menurut Prof.Dr.S.Prajudi Atmosudirjo Proses Pengambilan Keputusan terdiri

atas 5 tahap, yaitu sebagai berikut :

Page 14: Diktat Kepemimpinan

1. Seseorang mula-mula harus menyadari dan menempatkan diri sebagai

pimpinan dalam organisai dan bertanggung jawab sebagai pimpinan organisasi

serta harus memutuskan sesuatu jika dalam organisasi tersebut muncul masalah.

2. Masalah yang dihadapi, terlebih dahulu harus ditelaah, mengingat

masalah tersebut memiliki macam-macam sifat, bentuk dan kompleksitasnya.

3. Setelah ditelaah, kemudian harus dianalisis situasi yang mempengaruhi

organisasi dan masalahnya.

4. Menelaah keputusan yang dibuatnya, terutama yang ditelaah adalah

alternatif-alternatif yang dikemukakan dengan konsekuensi masing-masing untuk

kemudia dipilih satu di antara alternatif-alternatif tersebut yang dianggap paling

tepat

5. Setelah keputusan diambil, kemudian keputusan itu dilaksanakan.

Keberhasilannya tergantung pada jiwa dan manajemen dari kepemimpinan.

c. Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan

Pengambilan Keputusan Individu

Robin (1991) mengemukakan model-model pengambilan keputusan individual,

dengan pendekatan contongency (model pengambilan keputusan yang dipilih dan

diguanakan sesuai dengan situasi tertentu, antara lain sebagai berikut :

(1).The Satisficing Model

Esensi dari the satisficing model, pada saat dihadapkan pada masalah kompleks,

pengambil keputusan berusaha menyederhanakan masalah-masalah pelik sampai

pada tingkat dimana dia siap untuk memahaminya. Dalam model ini pembatasan

proses pemikiran diarahkan pada pengambilan keputusan dengan bounded

rationality (rasionalitas terbatas), yaitu proses penyederhanaan model dengan

mengambil inti masalah yang paling esensial tanpa melibatkan seluruh

permasalahan yang konkrit

Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang memaksa orang

membatasi pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu terbatas,

karena pikiran manusia tidak memiliki kemampuan untuk memisahkan dan

mengolah informasi yang bertumpuk. Bagi para pengambil keputusan, daripada

mempertimbangkan enam atau delapan alternatif, lebih baik cukup bekerja

Page 15: Diktat Kepemimpinan

dengan dua atau tiga alternatif untuk mencegah kekacauan. Pada dasarnya,

manusia sudah berpikir logis dan rasional, tetapi dalam batas-batas yang sempit.

Langkah-langkah model pengambilan keputusan ini (the satisficing model) adalah

sebagai berikut :

Penetapan tujuan pengambilan keputusan berkaitan dengan adanya masalah

tertentu.

Menyederhanakan masalah

Penetapan standar minimum dari serangkaian kriteria keputusan

Mengidentifikasi serangkaian alternatif yang dibatasi

Menganalisis dan membandingkan setiap alternatif, apakah memenuhi

kendala, lebih besar atau sama dengan standar minimum dari serangkaian

keputusan

Apakah alternatif yang memenuhi syarat itu ada ?

Jika ya, pilih salah satu alternatif yang dianggap terbaik

Page 16: Diktat Kepemimpinan

Jika tidak, dilakukan kembali pencarian alternatif seperti pada langkah

Gambar 1.2 The Satisficing Model (Robbins, 1991)

(2).The Optimizing Decision Making Model

Dalam model ini, decesion maker yang penuh keyakinan berusaha menyusun

alternatif-alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu

terhadap tujuan organisasi. Setelah itu, diperkirakan kemungkinan timbulnya

bermacam-macam kerjadian di kemudian hari, mempertimbangkan dampak dari

kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-alternatif yang telah dirumuskan, dan

menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai prioritas. Barulah dibuat

keputusan yang dianggap sudah optimal karena telah memperhitungkan semua

faktor yang berkaitan dengan keputusan tersebut.

Page 17: Diktat Kepemimpinan

Model ini menggambarkan bagaimana individu harus memaksimalkan hasil dari

keputusan yang diambilnya. Lima tahap/langkah yang harus diikuti, baik secara

implisit maupun eksplisit dalam proses keputusan menurut model ini, yaitu :

Tegaskan kebutuhan untuk suatu keputusan

Identifikasi kriteria keputusan

Alokasi bobot nilai pada kriteria

Kembangkan berbagai alternatif

Evaluasi alternatif-alternatif tersebut di atas

Pilih alternatif terbaik

(3).The Implicit Favorite Model

Model ini dirancang dalam kaitan dengan keputusan kompleks dan tidak rutin.

Model ini menyangkut proses penyederhanaan masalah yang kompleks oleh

individu pembuat keputusan. Bedanya dengan satisficing model, bahwa model ini

tidak memasuki tahap pengambilan keputusan melalui pengevaluasian alternatif

yang cukup sulit karena perlu rasional dan obyektif.

Page 18: Diktat Kepemimpinan

Gambar 1.3 The Implicit Favorite Model (Robbins, 1991)

Dari gambar di atas, dapat dijelaskan langkah-langkah dari model ini, yaitu

sebagai berikut :

Menentukan kebutuhan untuk mengambil keputusan karena ada masalah

Mengidentifikasi alternatif dan langsung menetapkan pilihan satu alternatif

menurut preferensinya

Mengidentifikasi alternatif lain, kemudian dipilih lagi satu alternatif lain

sebagai pembanding untuk mengukuhkan alternatif favorit.

Memilih alternatif yang menjadi idaman pengambil keputusan.

(4).The Intuitive Model

The intuitive decesion making didefinisikan sebagai suatu proses bawah

sadar/tidak sadar yang timbul atau tercipta akibat pengalaman yang terseleksi.

Model ini tidak berarti sama sekali dilaksanakan tanpa analisis rasional. Irasional

dan rasional saling melengkapi dalam proses keputusan. Terdapat dua pendekatan

dalam menggunakan model ini, yaitu :

A front end approach

Page 19: Diktat Kepemimpinan

Pengambil keputusan mencoba untuk menghindari menganalisis masalah secara

sistematis. Di sini intuisi diberi kekuasaan penuh untuk mengembangkan suatu

gagasan yang mencoba untuk memunculkan kemungkinan-kemungkinan yang

luar biasa. Jadi keputusan tidak dibangun dari data yang lalu.

A back end approach

Pengambilan keputusan menggunakan intuisi dengan bersandar pad analisis,

rasional, untuk mengidentifikan dan mengalikasi bobot nilai kriteria. Seperti

halnya untuk mengambang dan mengevalusi berbagai alterantif. Pada saat tahap

ini sudah dilaksanakan, si pengambil keputusan beristirahat satu atau dua hari

dari kegiatan keputusan ini, sebelum menentukan pilihan keputusan akhir (final).

c. Pengambilan Keputusan Kelompok

Menurut Bodily (1985) model pengambilan keputusan kelompok dimulai dari

bentuk metode yang sederhana berlanjut ke bentuk lebih canggih, yang paling

baik dilaksanakan adalah dengan bantuan komputer. Bodily ingin

menggambarkan bahwa apapun metodenya, pada dasarnya harus dapat

memasukkan preferensi individu dan selanjutnya dapat mengakomodasikan

berbagai kepentingan kelompok.

Beberapa metode pengambilan keputusan kelompok yang dikemukakan oleh

Bodily, anatara lain sebagai berikut :

(1).Pareto Optimality

Perangkat optimal pareto memilih satu alternatif yang tidak didominasi oleh

alternatif lainnya. Kekurangan dari Pareto adalah adanya peringkat alternatif-

alternatif yang lengkap yang belum diidentifikasi sehingga setiap individu

memperoleh keuntungan dengan beralih dari alternatif non-Pareto ke alternatif

optimal pareto, karena pilihan kelompok dimulai jika perangkat pareto telah

diidentifikasi. Pendekatan yang lebih baik adalah terlebih dahulu

mengidentifikasi alternatif optimal pareto. Jika ada beberapa alternatif pareto,

dibutuhkan metode lain untuk memilih satu alternatif.

(2).The Nash Bargaining Solution

Page 20: Diktat Kepemimpinan

Salah satu cara memandang masalah keputusan kelompok adalah tawar menawar

(bargaining). Nash merumuskan masalah tawar menawar ini sampai kepada

solusinya. Hasilnya adalah para pelaku harus meningkatkan produk yang

bermanfaat bagi mereka masing-masing (product individual utilities). Peranan

solusi Nash tersebut adalah menghitung sejauh mana keuntungan relatif dari

suatu tawar menawar dengan nilai dasar yang akan berlaku, bila tidak ada

kesepakatan. Pendekatan Nash didasarkan pada pengertian bersaing dari pembuat

keputusan kelompok dan solusi equilibrium terhadap masalah tawar menawar.

Dampak ancaman dari masing-masing pelaku ikut dipertimbangkan. Masing-

masing individu mencari kebaikan untuk kepentingan diri sendiri dan atau

kelompoknya.

d. Model-Model Pengambilan Keputusan

Rasional Analitis

Pengambil keputusan rasional analitis mempertimbangkan semua alternatif

dengan segala akibat dari pilihan yang diambilnya, menyusun segala akibat dan

memperlihatkan dan memperhatikan skala pilihan (scale of preference) yang

pasti, dan memilih alternatif yang memberikan hasil maksimum. Pengambilan

keputusan secara rasional analitis menurut Mangkusubroto dan Trisnadi (1985)

dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 21: Diktat Kepemimpinan

Gambar 1.4 Diagram Pengambilan Keputusan dengan Rational Analysis

d. Intuitif Emosional

Pengambil keputusan dengan intuitif emosional menyukai kebiasaan dan

pengalaman, perasaan yang mendalam, pemikiran yang reflektif dan naluri

dengan menggunakan proses alam bawah sadar. Proses ini dapat didorong oleh

naluri, orientasi kreatif, dan konfrontasi kreatif. Mereka yang menentang

pendekatan ini mengemukakan bahwa cara ini tidak secara efektif menggunakan

semua sarana yang ada bagi keputusan modern. Model pengambil keputusan

yang menggunakan intuisinya seringkali dikritik sebagi immoral. Kritik yang

sering dilontarkan terhadap pengambilan keputusan dengan intuisi adalah karena

kurang mengadakan analisis yang terkendali maka perhatian hanya ditujukan

pada beberapa fakta dan melupakan banyak elemen penting. Dalam pengambilan

keputusan dengan menggunakan intuisi tidak banyak tergantung pada fakta yang

lengkap. Model pengambilan keputusan dengan intuisi menurut Mangkusubroto

dan Trisnadi (1985) dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 22: Diktat Kepemimpinan

Gambar 1.5 Diagram Pengambilan Keputusan dengan Intuitif Emosional

e. Metode-Metode Analisa Pengambilan Keputusan

Kewenangan Tanpa Diskusi

Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin

otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa

keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu

yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini

cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan

berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi

untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.

Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering

digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak

percayaan para anggota organisasi terhadap keputusan yang ditentukan

pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses

pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang

lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh

anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.

Pendapat Ahli

Kadang-kadang seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat

sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan

kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan

Page 23: Diktat Kepemimpinan

bekerja dengan baik, apabila seorang anggota organisasi yang dianggap ahli

tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal

tertentu oleh anggota lainnya.

Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah

masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat

mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa

orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat

keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan

ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok

benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.

Kewenangan Setelah Diskusi

Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila

dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after

discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota

organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan

yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung

jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness)

dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses

diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi

sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku

otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.

Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada

anggota organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat

keputusan. Artinya bagaimana para anggota organisasi yang mengemukakan

pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi

pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan

dipertimbangkan.

Kesepakatan

Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu

organisasi mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan

ini memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi

akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti

Page 24: Diktat Kepemimpinan

tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu

metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan dengan

persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.

Namun demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui

kesepakatn ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling

menonjol adalah dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama,

sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau

darurat.

Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman,

tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan

bahwa satu metode lebih unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan

lainnya. Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu,

bergantung pada faktor-faktor:

Jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,

Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan

Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam

mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.