diktat kepemimpinan
DESCRIPTION
kepemimpinanTRANSCRIPT
1. Definisi KepemiminanSiagian (2002) mengatakan, kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
untuk memengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pimpinan meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya.
Blancard dan Hersey (dalam Tohardi, 2002) mengemukakan, kepemimpinan adalah proses memengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
Secara luas kepemimpinan diartikan sebagai usaha yang teroganisir untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia, material, dan finansial guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Zainun, 1979). Sedangkan Bass dan Stogdill (1990) mengatakan, bahwa kepemimpinan adalah suatu proses memengaruhi aktivitas suatu kelompok dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut G.R Terry, kepemimpinan adalah kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan (Purwanto, 2007).
Anoraga (1992) mengemukakan, bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu.
Berdasarkan uraian tentang definisi kepemimpinan di atas, terlihat bahwa unsur kunci kepemimpinan adalah pengaruh yang dimiliki seseorang dan pada gilirannya akibat pengaruh itu bagi orang yang hendak dipengaruhi. Peranan penting dalam kepemimpinan adalah upaya seseorang yang memainkan peran sebagai pemimpin guna mempengaruhi orang lain dalam organisasi/lembaga tertentu untuk mencapai tujuan.
2. Konsep-konsep Dasar Kepemimpinan
3. Fungsi dan Peran Pemimpin
Fungsi pemimpin seringkali memiliki spesifikasi berbeda dengan bidang
kerja atau organisasi lain. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa macam hal,
antara lain organisasi, situasi sosial dalam organisasi, dan jumlah anggota
kelompok (Ghiselli & Brown, 1973).
Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang mampu mengelola atau
mengatur organisasi secara efektif dan mampu melaksanakan kepemimpinan
secara efektif pula. Untuk itu pemimpin harus betul-betul dapat menjalankan
fungsinya sebagai seotang pemimpin. Menurut Terry ciri-ciri pemimpin yang
baik yaitu sebagai berikut :
a. Kekuatan, yaitu memiliki kekuatan mental dan fisik yang baik
b. Stabilitas Emosi, yaitu tidak cepat marah dan tenang dalam menghadapi
masalah yang pelik sekalipun.
c. Human Relationship, yaitu mempunyai pengetahuan tentang hubungan
manusiawi dan luwes dalam pergaulan
d. Personal Motivation, yaitu memiliki motivasi untuk memimpin yang baik dan
dapat memotivasi diri dengan benar dan terarah
e. Communication Skill, yaitu memiliki kecakapan komunikasi yang efektif
f. Teaching Skill, yaitu memiliki kecakapan untuk pengarahan, mengajarkan,
menjelaskan, dan mengembangkan bawahan
g. Social Skill, yaitu mempunyai keahlian di bidang sosial, supaya terjamin
kepercayaan dan kesetiaan bawahan, seperti peramah dan luwes dalam
pergaulan
h. Technical Competent, yaitu mempunyai kecakapan menganalisis,
merencanakan, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan, serta
mampu menyusun konsep dan mengkoordinasikannya (Purwanto, 2007).
3.1 Fungsi pemimpin
Fungsi Pemimpin menurut Terry (1960) dapat dikelompokkan menjadi
empat yaitu :
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Penggerakkan
4. Pengendalian
Dalam menjalankan fungsinya pemimpin mempunyai tugas-tugas tertentu,
yaitu mengusahakan agar kelompoknya dapat mencapai tujuan dengan baik,
dalam kerja sama yang produktif dan dalam keadaan yang bagaimanapun yang
dihadapi kelompok. Tugas utama pemimpin adalah :
1. Memberi struktur yang jelas terhadap situasi-situasi rumit yang dihadapi
kelompok
2. Mengawasi dan menyalurkan tingkah laku kelompok
3. Merasakan dan menerangkan kebutuhan kelompok pada dunia luar, baik
mengenai sikap-sikap, harapan, tujuan, dan kekhawatiran kelompok
(Gerungan, 1981).
3.2 Peranan pemimpin
1. Peranan yang Bersifat Interpersonal
Dewasa ini telah umum diterima pendapat bahwa salah satu tuntutan yang
harus dipenuhi oleh seorang manajer ialah keterampilan insane keterampilan
tersebut mutlak perlu karena pada dasarnya dalam menjalankan
kepemimpinannya, seorang manajer berinteraksi dengan manusia lain, bukan
hanya dengan para bawahanny, akan tetapi juga berbagai pihak yang
berkepentingan, yang dikenal dengan istilah stake holder, di dalam dan di luar
organisasi. Itulah yang dimaksud dengan peran interpersonal yang menampakkan
diri.
2. Peranan yang bersifat Informasional
Informasi merupakan aset organisasi yang kritikal sifatnya. Dikatakan
demikian kerena dewasa ini dan di masa yang akan datang sukar membayangkan
adanya kegiatan organisasi yang dapat terlaksana dengan efisien dan efektif tanpa
dukungan informasi yang mutakhir, lengkap, dan dapat dipercaya karena diolah
dengan baik.
3. Peranan Pengambilan Keputusan
Peranan ini mengambil tiga bentuk suatu keputusan, yaitu sebagai
berikut : pertama sebagai entrepreneur, seorang pemimpin diharapkan mampu
mengkaji terus menerus situasi yang dihadapi oleh organisasi, untuk mencari dan
menemukan peluang yang dapat dimanfaatkan, meskipun kajian itu sering
menuntut terjadinya perubahan dalam organisasi. Kedua, peredam gangguan.
Peran ini antara lain kesedian memikul tanggungjawab untuk mengambil
tindakan korektif apabila organisasi menghadapi gangguan serius yang apabila
tidak ditangani akan berdampak negative kepada organisasi.
4. Sifat, Perilaku, Kontingensi dan Pendekatan Terpadu
5. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan pada dasarnya dapat dilihat dari bermacam-macam
sudut pandang. Bila dilihat dari sudut perilaku pemimpin, apa yang dikemukakan
oleh Tannenbaum dan Schmidt (dalam Amran, 1999), perilaku pemimpin
membentuk suatu kontinum dari sifat otokratik sampai demokratik. Menurut
beliau sifat ekstrim ini dipengaruhi oleh intensitas penggunaan kekuasaan oleh
pemimpin dan penggunaan kebebasan oleh pengikut.
Menurut Sutarto (dalam tohardi, 2002), pendekatan perilaku berlandaskan
pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya
bersikap dan bertindak seorang pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap dan
bertindak akan tampak dari :
a. Cara memberi perintah
b. Cara memberikan tugas
c. Cara berkomunikasi
d. Cara membuat keputusan
e. Cara mendorong semangat bawahan
f. Cara memberikan bimbingan
g. Cara menegakkan disiplin
h. Cara mengawasi pekerjaan bawahan
i. Cara meminta laporan pada bawahan
j. Cara memimpin rapat
k. Cara menegur kesalahan bawahan, dan lain-lain.
Sedangkan gaya kepemimpinan yang ada, yaitu sebagai berikut :
1. Gaya Persuasif
yaitu gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan yang menggugah
perasaan, pikiran atau dengan kata lain melakukan ajakan atau bujukan.
2. Gaya Refresif
yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan tekanan-tekanan,
ancaman,-ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan.
3. Gaya Partisipatif
Yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memimpin memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk itu secara aktif baik mental, spiritual, fisik, maupun
material dalam kiprahnya di organisasi.
4. Gaya Inovatif
Yaitu pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk mewujudkan
usaha-usaha pembaruan di dalam segala bidang, baik bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya atau setiap produk terkait dengan kebutuhan
manusia.
5. Gaya Investigatif
Yaitu gaya pemimpin yang selalu melakukan penelitian yang disertai
dengan rasa penuh kecurigaan terhadap bawahannya sehingga
menimbulkan yang menyebabkan kreatifitas, inovasi, serta insiatif dari
bawahan kurang berkembang, karena bawahan takut melakukan kesalahan-
kesalahan.
6. Gaya Inspektif
Yaitu pemimpin yang suka melakukan acara-acara yang sifatnya
protokoler, kepemimpinan dengan gaya inspektif menurut penghormatan
bawahan, atau pemimpin yang senang apabila dihormati.
7. Gaya Motivatif
Yaitu pemimpin yang dapat menyampaikan informais mengenai ide-idenya,
program-program dan kebijakan-kebijakan kepada bawahan dengan baik.
8. Gaya Naratif
Yaitu merupakan pemimpin yang banyak bicara namun tidak disesuaikan
dengan apa yang ia kerjakan, atau dengan kata lain pemimpin yang banyak
bicara sedikit bekerja.
9. Gaya Edukatif
Yaitu pemeimpin yang suka melakukan pengembangan bawahan dengan
cara memberikan pendidikan dan keterampilan kepada bawahan, sehingga
bawahan menjadi memiliki wawasan dan pengalaman yang lebih baik dari
hari ke hari.
10. Gaya Retrogresif
Yaitu pemimpin tidak suka melihat maju, apalagi melebihi dirinya.
6. Kepemimpinan Strategis dan Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan dalam suatu organisasi adalah dua hal yang
saling berkaitan. Tipe kepemimpinan adalah gaya yang dipakai oleh seorang
pemimpin tidakhanya mengendalikan organisasi tetapi juga menginspirasi dan
menciptkan kultur organisasi dalam organisasi yang dipimpinnya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, sekaligus menjaga keberlangsungan organisasi pada
masa yang akan datang. Salah satu tipe kepemimpinan yang terkini adalah
kepemimpinan strategis visioner. Dalam perkembangannya, tantangan organisasi
saat ini begitu kompleks, oleh sebab itu diperlukan pemimpin yang memiliki pola
berpikir dan bertindak strategis dan visioner,
A. Kepemimpinan Strategis
Kepemimpinan merupakan proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi,
atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang.
Kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau perbuatan di antara
perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang maupun kelompok
bergerak ke arah tujuan tertentu (Nawawi. 1997:97). Kepemimpinan merupakan
hubungan di mana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk
dapat bekerja sama dalam upaya mencapai tujuan (Marno. 2007:37).
Kepemimpinan strategis merupakan kepemimpinan yang bertanggung jawab
untuk menciptakan harmoni antara tuntutan lingkungan ekstrenal organisasi
dengan visi, misi, strategi dan implementasi organisasi. Selain itu kepemimpinan
strategis merupakan kepemimpinan yang diperlukan pada kondisi yang kompleks
dalam suatu organisasi. Kepemimpinan strategis mempunyai dua peran yaitu
sebagai manager dan sekaligus sebagai leader. Secara garis besar kepemimpinan
strategik dibutuhkan mengingat tantangan mengenai fokus organisasi kini telah
berubah.Tantangan organisasi dewasa ini begitu kompleks, maka diperlukan
pemimpin yang memiliki pola berpikir dan bertindak strategis dan visioner,
sehingga setiap keputusan yang dikeluarkan tepat. Strategi menyediakan arah
yang menterjemahkan visi menjadi aksi dan merupakan dasar bagi
pengembangan mekanisme spesifik untuk menolong organisasi mencapai
tujuannya. Strategi adalah niat (intention), implementasi melalui struktur, sistem,
budaya dan iklim, sistem insentif, menjamin terwujudnya visi di masa depan.
Pemimpin yang banyak melakukan tindakan strategis, tetapi tidak mempunyai
visi yang jelas, sering dikatakan sebagai pemimpin pekerja yang harus mampu
mengerjakan hal-hal yang rutin. Dengan demikian pemimpin yang unggul adalah
pemimpin yang memiliki visi ke depan serta dibarengi dengan tindakan strategis
yang tinggi. Hal ini akan melahirkan pemimpin yang visioner dan efektif.
Pemimpin jenis ini memiliki ambisi, impian, dan cita-cita yang tinggi untuk
dicapai oleh suatu organisasi. Karakteristik pemimpin stretegis diantaranya
adalah:
1) Visioner
2) Memiliki animo yang besar
3) Memiliki integritas
4) Dapat dipercaya dan jujur
5) Terbuka dan menghargai orang lain
6) Berani mengambil resiko
7) Inovatif dan kreatif
8) Belajar dari pengalaman dan kekeliruan
Sedangkan peran seorang pemimpin strategis antara lain sebagai motivator,
fasilitator, dinamisator, konselor, dan evaluator.
B. Kepemimpinan Visioner
Pandangan terbaru yang sangat populer tentang leadership adalah pemimpin
karismatik dan menarik yang memberikan inspirasi serta motivasi kepada orang
lain. Kita menyebut tipe ini Visionary Hero. Tipe ini diberi ciri kemampuan
untuk menciptakan motivasi tinggi dan menyerap visi masa depan. Pemimpin ini
mempunyai kapasitas untuk memberi energy kepada orang lain agar mengejar
visi (Rivai, 2012: 66 – 67 ). Istilah lain untuk menggambarkan pimpinan ini
adalah “transformational” dan “karismatik”.
Pemimipin visioner adalah pemimpin yang mempunyai suatu pandangan visi misi
yang jelas dalam organisasi. Pemimpin visioner sangat lah cerdas dalam
megamati suatu kejadian di masa depan dan dapat menggambarkan visi misinya
dengan jelas. Pemimpin dapat membangkitkan semangat para anggotanya dengan
menggunakan motivasinya serta imajinanasinya, untuk membuat suatu organisasi
lebih hidup, menggerakan semua komponen yang ada dalam organisasi, agar
organisasi dapat berkembang. Kepemimpinan visioner, adalah pola
kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang
perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara
memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan
visi yang jelas. Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu.
Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci
sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu:
1. harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan
manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin
untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”
2. harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara
tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang plaing penting, dapat
"relate skillfully" dengan orang-orang kunci di luar organisasi, namun
memainkan peran penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan).
3. harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek
organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus
terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan
kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan
organisasi ke masa depan (successfully achieved vision).
4. memiliki atau mengembangkan "ceruk" untuk mengantisipasi masa depan.
Ceruk ini merupakan sebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas
kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi,
dan lain sebagainya.
7. Pengertian dan hakekat pengambilan keputusan
a. Pengertian Keputusan
Terdapat beberapa pengertian keputusan yang telah disampaikan oleh para ahli,
diantaranya adalah sebagai berikut :
(1).Menurut Ralp C. Davis
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas.
Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan.
Keputusan harus menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam
hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan
terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.
(2).Menurut Mary Follet
Keputusan adalah suatu hukum atau sebagai hukum situasi.
Apabila semua fakta dari situasi itu dapat diperolehnya dan semua yang terlibat,
baik pengawas maupun pelaksana mau mentaati hukumnya atau ketentuannya,
maka tidak sama dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi
itu merupakan wewengan dari hukum situasi.
(3).Menurut James A.F. Stoner
Keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif.
(4).Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudirjo,SH.
Keputusan adalah suatu pengakhiran dari proses pemikiran tentang suatu masalah
atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna
mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.
Dari pengertian-pengertian keputusan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa: keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum
situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif
b. Pengertian Pengambilan Keputusan
Terdapat beberapa pengertian pengambilan keputusan yang telah disampaikan
oleh para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :
(1).Menurut George R. Terry
Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu
dari dua atau lebih alternatif yang ada.
(2).Menurut S.P. Siagian
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat
alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.
(3).Menurut James A.F. Stoner
Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu
tindakan sebagai cara pemecahan masalah
Dari pengertian-pengertian pengambilan keputusan di atas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa : Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan
alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti
(digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah
8. Teknik Pengambilan Keputusan
a. Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan merupakan tahap-tahap yang harus dilalui atau
digunakan untuk membuat keputusan. Tahap-tahap ini merupakan kerangka
dasar, sehingga setiap tahap dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa sub
tahap (disebut langkah) yang lebih khusus/spesifik dan lebih operasional.
Secara umum, proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai
berikut :
(1).Penemuan Masalah
Tahap ini merupakan tahap untuk mendefinisikan masalah dengan jelas, sehingga
perbedaan antara masalah dan bukan masalah (misalnya isu) menjadi jelas.
(2).Pemecahan Masalah
Tahap ini merupakan tahap penyelesaian terhadap masalah yang sudah ada atau
sudah jelas. Langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut :
Identifikasi alterntif-alternatif keputusan untuk memecahkan
masalah
Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya
atau di luar jangkauan manusia, identifikasi peristiwa-peristiwa di masa datang
(state of nature)
Pembuatan alat (sarana) untuk mengevaluasi atau mengukur hasil, biasanya
berbentuk tabel hasil (pay off table).
Pemilihan dan penggunaan model pengambilan keputusan
(3).Pengambilan Keputusan
Keputusan yang diambil adalah berdasarkan pada keadaan lingkungan atau
kondisi yang ada, seperti kondisi pasti, kondisi beresiko, kondisi tidak pasti, dan
kondisi konflik.
b. Pendapat Para Ahli tentang Proses Pengambilan Keputusan
(1).Menurut Simon (1960)
Simon (1960) mengajukan model yang menggambarkan proses pengambilan
keputusan. Proses ini terdiri atas tiga fase, yaitu :
1. Intelligence
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup
problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh,
diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.
2. Design
Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis
alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti
masalah, menurunkan solusi, dan menguji kelayakan solusi.
3. Choice
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan
yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan
dalam proses pengambilan keputusan.
Ketiga langkah proses pengambilan keputusan yang telah disampaikan oleh
Simon (1960) dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.1 Fase Proses Pengambilan Keputusan
Meskipun implementasi termasuk tahap ketiga, namun ada beberapa pihak
berpendapat bahwa tahap ini perlu dipandang sebagai bagian yang terpisah guna
menggambarkan hubungan antar fase secara lebih komprehensif. Dalam hal ini,
Model Simon juga menggambarkan kontribusi Sistem Informasi Manajemen
(SIM) dan Ilmu Manajemen/Operations Research (IM/OR) terhadap proses
pengambilan keputusan.
Dari gambar dan deskripsi di atas, jelas bahwa Pengolahan Data Elektronik
(PDE) dan SIM mempunyai kontribusi dalam fase Intelligence, sedangkan
IM/OR berperan penting dalam fase Choice. Tidak tampak pendukung yang
berarti pada tahap design.
(2).Menurut Richard I. Levin, dkk
Menurut Richard, et., all. Proses Pengambilan Keputusan terdiri atas 6 tahap,
yaitu sebagai berikut :
1. Observasi
Tahap ini berupa (aktivitas proses) kunjungan lapangan, konprensi, observasi,
dan riset yang dapat menjadi informasi dan data penunjang.
2. Analisis dan Pengenalan Masalah
Tahap ini dapat berupa (aktivitas proses) penentuan penggunaan, penentuan
tujuan, dan penentuan batasan-batasan yang dapat menjadi pedoman atau
petunjuk yang jelas untuk mencari pemecahan yang dibutuhkan.
3. Pengembangan Model
Tahap ini dapat berupa (aktivitas proses) peralatan pengambilan keputusan antar
hubungan model matematik, riset yang dapat menjadi (output proses) model yang
berfungsi di bawah batasan lingkungan yang telah ditetapkan.
4. Memilih Data Masukan yang Sesuai
Tahap ini dapat berupa data internal dan eksternal, kenyataan, pendapat, serta
data bank komputer yang dapat menjadi (output process) input yang memadai
untuk mengerjakan dan menguji model yang digunakan.
5. Perumusan dan Pengujian
Tahap ini berupa pengujian, batasan, dan pembuktian yang dapat menjadi
pemecahan yang membantu pencapaian tujuan.
6. Penerapan Pemecahan
Tahap ini berupa pembahasan perilaku, pelontaran ide, pelibatan manajemen,
serta penjelasan yang menjadi pemahaman manajemen untuk menunjang model
operasi dalam jangka yang lebih panjang.
(3).Menurut Sir Francis Bacon
Menurut Sir Francis Bacon Proses Pengambilan Keputusan terdiri atas 6 tahap,
yaitu sebagai berikut :
1. Merumuskan/Mendefiniskan Masalah
Tahap ini merupakan usaha untuk mencari permasalahan yang sebenarnya
2. Pengumpulan Informasi yang Relevan
Tahap ini merupakan pencarian faktor-faktor yang mungkin terjadi sehingga
dapat diketahui penyebab timbulnya masalah
3. Mencari Alternatif Tindakan
Tahap ini merupakan pencarian kemungkinan yang dapat ditempuh berdasarkan
data dan permasalahan yang ada
4. Analisis Alternatif
Tahap ini merupakan analisis terhadap setiap alternatif menurut kriteria tertentu
yang sifatnya kualitatif atau kuantitatif
5. Memilih Alternatif Terbaik
Tahap ini merupakan pemilihan alternatif terbaik yang dilakukan atas kriteria dan
skala prioritas tertentu
6. Melaksanakan Keputusan dan Evaluasi Hasil
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dan pengambilan tindakan. Umumnya
tindakan ini dituangkan ke dalam rencana tindakan. Evaluasi hasil memberikan
masukan/umpan balik yang bergunan untuk memperbaiki suatu keputusan atau
mengubah tujuan semula karena telah terjadi perubahan-perubahan.
(4).Menurut Prof.Dr.S.Prajudi Atmosudirjo
Menurut Prof.Dr.S.Prajudi Atmosudirjo Proses Pengambilan Keputusan terdiri
atas 5 tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Seseorang mula-mula harus menyadari dan menempatkan diri sebagai
pimpinan dalam organisai dan bertanggung jawab sebagai pimpinan organisasi
serta harus memutuskan sesuatu jika dalam organisasi tersebut muncul masalah.
2. Masalah yang dihadapi, terlebih dahulu harus ditelaah, mengingat
masalah tersebut memiliki macam-macam sifat, bentuk dan kompleksitasnya.
3. Setelah ditelaah, kemudian harus dianalisis situasi yang mempengaruhi
organisasi dan masalahnya.
4. Menelaah keputusan yang dibuatnya, terutama yang ditelaah adalah
alternatif-alternatif yang dikemukakan dengan konsekuensi masing-masing untuk
kemudia dipilih satu di antara alternatif-alternatif tersebut yang dianggap paling
tepat
5. Setelah keputusan diambil, kemudian keputusan itu dilaksanakan.
Keberhasilannya tergantung pada jiwa dan manajemen dari kepemimpinan.
c. Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan
Pengambilan Keputusan Individu
Robin (1991) mengemukakan model-model pengambilan keputusan individual,
dengan pendekatan contongency (model pengambilan keputusan yang dipilih dan
diguanakan sesuai dengan situasi tertentu, antara lain sebagai berikut :
(1).The Satisficing Model
Esensi dari the satisficing model, pada saat dihadapkan pada masalah kompleks,
pengambil keputusan berusaha menyederhanakan masalah-masalah pelik sampai
pada tingkat dimana dia siap untuk memahaminya. Dalam model ini pembatasan
proses pemikiran diarahkan pada pengambilan keputusan dengan bounded
rationality (rasionalitas terbatas), yaitu proses penyederhanaan model dengan
mengambil inti masalah yang paling esensial tanpa melibatkan seluruh
permasalahan yang konkrit
Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang memaksa orang
membatasi pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu terbatas,
karena pikiran manusia tidak memiliki kemampuan untuk memisahkan dan
mengolah informasi yang bertumpuk. Bagi para pengambil keputusan, daripada
mempertimbangkan enam atau delapan alternatif, lebih baik cukup bekerja
dengan dua atau tiga alternatif untuk mencegah kekacauan. Pada dasarnya,
manusia sudah berpikir logis dan rasional, tetapi dalam batas-batas yang sempit.
Langkah-langkah model pengambilan keputusan ini (the satisficing model) adalah
sebagai berikut :
Penetapan tujuan pengambilan keputusan berkaitan dengan adanya masalah
tertentu.
Menyederhanakan masalah
Penetapan standar minimum dari serangkaian kriteria keputusan
Mengidentifikasi serangkaian alternatif yang dibatasi
Menganalisis dan membandingkan setiap alternatif, apakah memenuhi
kendala, lebih besar atau sama dengan standar minimum dari serangkaian
keputusan
Apakah alternatif yang memenuhi syarat itu ada ?
Jika ya, pilih salah satu alternatif yang dianggap terbaik
Jika tidak, dilakukan kembali pencarian alternatif seperti pada langkah
Gambar 1.2 The Satisficing Model (Robbins, 1991)
(2).The Optimizing Decision Making Model
Dalam model ini, decesion maker yang penuh keyakinan berusaha menyusun
alternatif-alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu
terhadap tujuan organisasi. Setelah itu, diperkirakan kemungkinan timbulnya
bermacam-macam kerjadian di kemudian hari, mempertimbangkan dampak dari
kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-alternatif yang telah dirumuskan, dan
menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai prioritas. Barulah dibuat
keputusan yang dianggap sudah optimal karena telah memperhitungkan semua
faktor yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
Model ini menggambarkan bagaimana individu harus memaksimalkan hasil dari
keputusan yang diambilnya. Lima tahap/langkah yang harus diikuti, baik secara
implisit maupun eksplisit dalam proses keputusan menurut model ini, yaitu :
Tegaskan kebutuhan untuk suatu keputusan
Identifikasi kriteria keputusan
Alokasi bobot nilai pada kriteria
Kembangkan berbagai alternatif
Evaluasi alternatif-alternatif tersebut di atas
Pilih alternatif terbaik
(3).The Implicit Favorite Model
Model ini dirancang dalam kaitan dengan keputusan kompleks dan tidak rutin.
Model ini menyangkut proses penyederhanaan masalah yang kompleks oleh
individu pembuat keputusan. Bedanya dengan satisficing model, bahwa model ini
tidak memasuki tahap pengambilan keputusan melalui pengevaluasian alternatif
yang cukup sulit karena perlu rasional dan obyektif.
Gambar 1.3 The Implicit Favorite Model (Robbins, 1991)
Dari gambar di atas, dapat dijelaskan langkah-langkah dari model ini, yaitu
sebagai berikut :
Menentukan kebutuhan untuk mengambil keputusan karena ada masalah
Mengidentifikasi alternatif dan langsung menetapkan pilihan satu alternatif
menurut preferensinya
Mengidentifikasi alternatif lain, kemudian dipilih lagi satu alternatif lain
sebagai pembanding untuk mengukuhkan alternatif favorit.
Memilih alternatif yang menjadi idaman pengambil keputusan.
(4).The Intuitive Model
The intuitive decesion making didefinisikan sebagai suatu proses bawah
sadar/tidak sadar yang timbul atau tercipta akibat pengalaman yang terseleksi.
Model ini tidak berarti sama sekali dilaksanakan tanpa analisis rasional. Irasional
dan rasional saling melengkapi dalam proses keputusan. Terdapat dua pendekatan
dalam menggunakan model ini, yaitu :
A front end approach
Pengambil keputusan mencoba untuk menghindari menganalisis masalah secara
sistematis. Di sini intuisi diberi kekuasaan penuh untuk mengembangkan suatu
gagasan yang mencoba untuk memunculkan kemungkinan-kemungkinan yang
luar biasa. Jadi keputusan tidak dibangun dari data yang lalu.
A back end approach
Pengambilan keputusan menggunakan intuisi dengan bersandar pad analisis,
rasional, untuk mengidentifikan dan mengalikasi bobot nilai kriteria. Seperti
halnya untuk mengambang dan mengevalusi berbagai alterantif. Pada saat tahap
ini sudah dilaksanakan, si pengambil keputusan beristirahat satu atau dua hari
dari kegiatan keputusan ini, sebelum menentukan pilihan keputusan akhir (final).
c. Pengambilan Keputusan Kelompok
Menurut Bodily (1985) model pengambilan keputusan kelompok dimulai dari
bentuk metode yang sederhana berlanjut ke bentuk lebih canggih, yang paling
baik dilaksanakan adalah dengan bantuan komputer. Bodily ingin
menggambarkan bahwa apapun metodenya, pada dasarnya harus dapat
memasukkan preferensi individu dan selanjutnya dapat mengakomodasikan
berbagai kepentingan kelompok.
Beberapa metode pengambilan keputusan kelompok yang dikemukakan oleh
Bodily, anatara lain sebagai berikut :
(1).Pareto Optimality
Perangkat optimal pareto memilih satu alternatif yang tidak didominasi oleh
alternatif lainnya. Kekurangan dari Pareto adalah adanya peringkat alternatif-
alternatif yang lengkap yang belum diidentifikasi sehingga setiap individu
memperoleh keuntungan dengan beralih dari alternatif non-Pareto ke alternatif
optimal pareto, karena pilihan kelompok dimulai jika perangkat pareto telah
diidentifikasi. Pendekatan yang lebih baik adalah terlebih dahulu
mengidentifikasi alternatif optimal pareto. Jika ada beberapa alternatif pareto,
dibutuhkan metode lain untuk memilih satu alternatif.
(2).The Nash Bargaining Solution
Salah satu cara memandang masalah keputusan kelompok adalah tawar menawar
(bargaining). Nash merumuskan masalah tawar menawar ini sampai kepada
solusinya. Hasilnya adalah para pelaku harus meningkatkan produk yang
bermanfaat bagi mereka masing-masing (product individual utilities). Peranan
solusi Nash tersebut adalah menghitung sejauh mana keuntungan relatif dari
suatu tawar menawar dengan nilai dasar yang akan berlaku, bila tidak ada
kesepakatan. Pendekatan Nash didasarkan pada pengertian bersaing dari pembuat
keputusan kelompok dan solusi equilibrium terhadap masalah tawar menawar.
Dampak ancaman dari masing-masing pelaku ikut dipertimbangkan. Masing-
masing individu mencari kebaikan untuk kepentingan diri sendiri dan atau
kelompoknya.
d. Model-Model Pengambilan Keputusan
Rasional Analitis
Pengambil keputusan rasional analitis mempertimbangkan semua alternatif
dengan segala akibat dari pilihan yang diambilnya, menyusun segala akibat dan
memperlihatkan dan memperhatikan skala pilihan (scale of preference) yang
pasti, dan memilih alternatif yang memberikan hasil maksimum. Pengambilan
keputusan secara rasional analitis menurut Mangkusubroto dan Trisnadi (1985)
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.4 Diagram Pengambilan Keputusan dengan Rational Analysis
d. Intuitif Emosional
Pengambil keputusan dengan intuitif emosional menyukai kebiasaan dan
pengalaman, perasaan yang mendalam, pemikiran yang reflektif dan naluri
dengan menggunakan proses alam bawah sadar. Proses ini dapat didorong oleh
naluri, orientasi kreatif, dan konfrontasi kreatif. Mereka yang menentang
pendekatan ini mengemukakan bahwa cara ini tidak secara efektif menggunakan
semua sarana yang ada bagi keputusan modern. Model pengambil keputusan
yang menggunakan intuisinya seringkali dikritik sebagi immoral. Kritik yang
sering dilontarkan terhadap pengambilan keputusan dengan intuisi adalah karena
kurang mengadakan analisis yang terkendali maka perhatian hanya ditujukan
pada beberapa fakta dan melupakan banyak elemen penting. Dalam pengambilan
keputusan dengan menggunakan intuisi tidak banyak tergantung pada fakta yang
lengkap. Model pengambilan keputusan dengan intuisi menurut Mangkusubroto
dan Trisnadi (1985) dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.5 Diagram Pengambilan Keputusan dengan Intuitif Emosional
e. Metode-Metode Analisa Pengambilan Keputusan
Kewenangan Tanpa Diskusi
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin
otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa
keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu
yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini
cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan
berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi
untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering
digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak
percayaan para anggota organisasi terhadap keputusan yang ditentukan
pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang
lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh
anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.
Pendapat Ahli
Kadang-kadang seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat
sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan
kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan
bekerja dengan baik, apabila seorang anggota organisasi yang dianggap ahli
tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal
tertentu oleh anggota lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah
masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat
mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa
orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat
keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan
ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok
benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
Kewenangan Setelah Diskusi
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila
dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after
discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota
organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan
yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung
jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness)
dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses
diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi
sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku
otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada
anggota organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat
keputusan. Artinya bagaimana para anggota organisasi yang mengemukakan
pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi
pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan.
Kesepakatan
Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu
organisasi mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan
ini memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi
akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti
tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu
metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan dengan
persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui
kesepakatn ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling
menonjol adalah dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama,
sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau
darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman,
tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan
bahwa satu metode lebih unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan
lainnya. Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu,
bergantung pada faktor-faktor:
Jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,
Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan
Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam
mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.