diktat silviks

Upload: reytno-nagg-fhyver

Post on 13-Jul-2015

944 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

DIKTAT

SILVIKS

Oleh : Ir. Sadeli, MS Ibnu Hajar, S.Hut

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN KUTAI TIMUR

SANGATTA

2003Lembar Pengesahan Judul Penyusun : Silviks : Tim Dosen Silviks Ir. Sadeli, MS Ibnu Hajar, S.Hut

Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Hutan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Kutai Timur

Ir. Harmiyanto, MP

Mengetahui, Pembantu Ketua I Bidang Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Kutai Timur

Ir. Yos Tunggara B, M.Agr.

Dilarang keras menggandakan/memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini serta memperjualbelikannya tanpa izin tertulis dari Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Kutai Timur HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG

2

Kata PengantarPuji sukur kehadlirat Allah Subhanahu wataala atas selesainya penyusunan Diktat Kuliah Silviks. Bahan ini disusun sebagai sarana bantu dalam aktivitas belajar mengajar Silviks di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Kutai Timur. Bahan kuliah ini disusun dalam sistematika yang sederhana. Oleh karena itu para mahasiswa diharapkan dapat menambah bahan bacaan dari buku atau sumber lain yang sesuai. Pada kesempatan ini disampaikan terimakasih kepada : 1. Ketua STIPER Kutai Timur selaku motor penggerak akademik di sekolah tinggi di Kutai Timur yang telah menganjurkan penyusunan bahan perkuliahan. 2. Pembantu Ketua 1 Bidang Akademik STIPER Kutai Timur selaku roda penggerak akademik di sekolah tinggi di Kutai Timur yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan bahan kuliah/diktat bagi setiap mata kuliah. 3. Semua pihak yang telah berperan dalam berbagai bentuk dukungan dalam penyusunan dikat ini. Disadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan materi kuliah ini masih terdapat kekurangan. Penyusun berharap adanya kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak yang membaca dikatat ini. Akhirnya disampaikan harapan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dosen maupun mahasiswa di STIPER Kutai Timur. Sangatta, April 2003

Penyusun,

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 BEBERAPA PENGERTIAN SILVIKS DAN SILVIKULTURMenurut BAKER (1950) Silviks adalah suatu pengetahuan mengenai sifat-sifat hutan dan pohon-pohon hutan, bagaimana ia tumbuh, berkembang biak dan bereaksi terhadap lingkungan hidup. Secara praktis hal ini equivalen dengan ekologi hutan menurut beberapa penulis. Sedangkan metode penggarapan hutan berdasar silviks dimana di dalam prakteknya dipertimbangkan juga faktor ekonomi disebut sebagai silvikultur. TOUMEY DAN KORSTIAN (1956) dalam bukuya berjudul Fundations of Silviculture upon an Ideological Basic menjelaskan mengenai hubungan antara silviks dan silvikultur sebagai berikut : Keteranganketerangan mengenai kehidupan pohon yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung serta percobaan yang dilakukan dengan pengamatan faktor lingkungan dan pengukuran vegetasi dikumpulkan, disusun dan digolongkan menjadi suatu pengetahuan yang merupakan dasar ilmiah Silvikultur praktis Oleh SCHLICH (1926) pengetahuan ini disebut sebagai Foundation of Silviculture, dan oleh FERNOW (1902) disebut Biological Dendrology, sedangkan United States of Forest Service menggunakan istilah Silviks. Jadi Silviks adalah dasar ilmiah Silvikultur dari segi biologis.

4

Silvikultur adalah salah satu dasar ilmu kehutanan, nama Silvikultur berasal dari kata latin, Sylva, yang berarti hutan, dan Cultura, berarti memelihara. Silvikultur sering disebut juga pembinaan hutan dan ilmunya disebut ilmu pembinaan hutan. SMITH (1963) telah menulis berbagai definisi silvikultur, antara lain : Silvikultur adalah seni pembuatan dan pemeliharaan suatu hutan Silvikultur adalah penerapan pengetahuan silvika dalam memperlakukan suatu hutan Silvikultur berarti teori dan praktik pengendalian, pembentukan , komposisi dan pertumbuhan hutan. Masalah pokok praktik silvikultur terdiri dari beraneka perlakuan tegakantegakan hutan yang dapat diberikan. Untuk mempertahankan dan mempertinggi produktivitasnya, kewajiban seorang ahli hutan sehubungan dengan Silvikultur ialah menganalisa faktor alami dan ekonomi yang terkandung di dalam tiap tegakan yang ada dalam pengawasannya, untuk kemudian mencari jalan dan melaksanakan perlakuan yang paling baik untuk tujuan pengelolaan. Silvikultur menempati posisi di kehutanan, seperti halnya agronomi di dalam pertanian. Silvikultur adalah suatu ilmu terpakai (applied science) yang berdasar pada ilmu sosial dan ilmu alam yang fundamental. Silvikultur mempraktekan bahanbahan yang diberikan oleh Silvika serta mengembangkan prinsip pelaksanaan pemeliharaan dapat diperluas teknis hutan yang berguna untuk pembuatan dan secara ilmiah. Selanjutnya apabila untuk

pengalaman bertambah, prinsip-prinsip pelaksanaan teknis ini menjadi pelaksanaan yang terperinci pertumbuhan tiap-tiap species pohon.

5

Dalam arti kata yang luas, Silvikultur meliputi Silvika dan Silvikultur Terpakai. Dalam praktek Silvikultur menyangkut aspek ekonomis dan biologis. Tujuan kehutanan ialah untuk membuat hutan itu berguna bagi manusia. Oleh karena itu tindakan Silvikultur harus berpegang pada dua prinsip, yaitu Prinsip Kekekalan/Kelestarian dan Prinsip Ekonomi. Dari uraian di atas dapatlah Silvikultur didefinisikan sebagai seni pembentukan dan pemeliharaan hutan atas dasar Silvika tanpa meninggalkan pertimbangan aspek ekonomis.

1.2 ILMU KEHUTANAN DIBANDING ILMU PERTANIANMekipun ilmu kehutanan banyak persamannya dengan ilmu pertanian, namun ilmu kehutanan mempunyai sifat-sifat khusus dan persoalan tersendiri. Persamannya ialah bahwa keduanya mempunyai tugas untuk dapat menghasilkan secara lestari bahan-bahan organik untuk kepentingan bangsa dan negara. Sedangkan perbedaannya antara lain sebagai berikut : ILMU PERTANIAN1. Orang menanam tumbuhtumbuhan budidaya yang telah lama dipelihara manusia

ILMU KEHUTANAN1. Manusia bekerja dengan masyarakat tumbuhtumbuhan yang pada umumnya hidup di alam bebas 2. Tanaman yang diusahakan

2. Tanaman pertanian biasanya berumur pendek, hasil budidaya segera dapat dilihat hasilnya, serta sesegera mungkin dapat diantisipasi kesalahan-kesalahannya

antara penanaman pemungutan perlu jangka waktu yang (relatif) panjang, sehingga faktor uang dan tenaga perlu diperhatikan,

6

3. Umumnya tidak terlalu 3. Umumnya tanah pertanian dapat dikerjakan dengan bajak, sehingga dapat diolah setiap saat 4. Hasil yang dipungut hampir semua bagian tanaman yang berwarna hijau, yang berarti mengandung bahan anorganik, sehingga selalu memerlukan pemupukan terpengaruh oleh kegiatan pembajakan, karena akarakar pohon berada di lapisan tanah yang lebih dalam.

4. Hasil yang dipungut nerupakayu, sehingga zat organik yang diangkut sedikit dan di dalamnya terjadi siklus hara/nutrient recycling (berupa seresah)

1.3 PERSYARATAN BAGI BERHASILNYA TINDAKAN SILVIKULTURUntuk dapat menjalankan tindakan Silvikultur sehingga diperoleh hasil yang memuaskan, maka harus menggunakan sumber pengetahuan mendasar yang dimilkinya, antara lain adalah : - Hutan itu sendiri yang dapat memberi keteranganketerangan yang sangat berguna apabila diamati secara seksama untuk kemudian dianalisa lbih lanjut, - Silviks, dimana untuk memahami Silvika juga perlu diketahui ilmu-ilmu lain yang menunjang. - Ilmu tentang Tanah Hutan - Hama dan Penyakit Hutan - Sistem-sistem Silvikultur yang mengajarkan pengalaman orang lain diberbagai tempat masalah silvikultur praktis, - Pustaka tentang Silvikultur. Ahli hutan yang baik harus mengenal ilmu hutan dari hasil penelitian yang formal. Walaupun demikian tidak dapat yang mampu memecahkan

7

menggantungkan

diri

pada

sumber-sumber

tersebut

untuk

memecahkan permasalahan silvikultur yang dihadapi, sehingga juga harus rajin membuat percobaan/penelitian sendiri. Di dalam praktek, orang selalu menghadapi faktor-faktor lingkungan maupun yang mempengaruhi, baik yang dianggap penting penting. itu Didalam universil, Silvikultur, misalnya suatu faktor faktor iklim kurang

dianggap penting bila : (a) Adanya faktor berpengaruh besar pada setiap waktu dan tempat, sedang faktor kebakaran berlaku setempat dan pada waktu tertentu. Walu demikian, diantara faktor iklim sendiri juga ada perbedaanya, misalnya faktor cahaya lebih penting daripada faktor angin. (b) Faktor-faktor itu dapat dipengaruhinya, faktor cahaya dipandang sangat penting karena dengan mudah dan cepat dapat diubah, sebaliknya faktor suhu adalah sangat penting bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan. (c) Faktor itu dalam keadaan kritis. Di dalam hal ini setiap faktor dapat menjadi penting apabila berada dalam keadaan kritis. Misalnya faktor lembab menjadi faktor yang penting untuk hidupnya tumbuh-tumbuhan pada musim kering. Jika kita menghadapi suatu persoalan, maka

pemecahannya akan lebih mudah jika diketahui faktor-faktor mana yang lebih penting. Untuk itu maka perlu dipahami Hukum Minimum. Hukum Minimum mula-mula dinyatakan oleh LIEBIG (1855), tetapi pandangan itu sekarang diucapkan dalam katakata oleh BLAGMAN (1905) sebagai berikut :

8

Apabila suatu proses berada dalam suatu kecepatan dimana kecepatan itu ditentukan oleh faktor-faktor yang terpisah, maka kecepatan dari proses itu dibatasi oleh adanya faktor yang paling lambat. Hukum ini menyatakan bahwa suatu faktor tunggal yang terbatas menentukan kecepatan pertumbuhan pada waktu tertentu. Apabila yang terbatas ini ditambah, pertumbuhan juga akan bertambah sampai faktor lain menjadi terbatas.

Gambar di atas menunjukkan suatu bak kayu yang tersusun dari papanpapan kayu yang panjangnya satu sama lain tidak sama. Apabila bak ini diisi air, maka kemampuan bak menampung air ditentukan oleh papan yang paling pendek (X). Apabila papan ini diperpanjang, maka isi air akan bertambah dan air akan naik terus sampai batas mencapai papan lain yang pendek. Perubahan panjang setiap papan yang lebih panjang tidak akan berakibat apa-apa. Sebagai contoh pada pemberian pupuk, satu unsur mungkin berada dalam satu tingkat yang sangat rendah dan dalam teori harus menjadi faktor pembatas. Tetapi hal ini sebenarnya tidak selalu demikian. Pupuk yang lain, air dan faktor lain dapat mepengaruhi pertumbuhan. Terhadap perhitungan ini, LIEBIG melengkapi hukum Minimum dengan

9

faktor-faktor kompensasi dengan anggapan bahwa faktor lain dapat berada dalam suatu ukuran mengkompensir atau mengimbangi kurangnya faktor pembatas.

1.4 MAZHAB-MAZHAB SILVIKULTURSampai saat ini terdapat tiga Mazhab Silvikultur, yaitu : (1) Mazhab Silvikultur Klasik tegakannya murni umurnya sama permudaannya buatan sistem penebangan tebang habis tingkat penjarangan rendah Yang terutama penting disini ialah persoalan ekonomis, sehingga ada kecenderungan untuk mengabaikan susunan alam. Sifat yang khas yaitu pembuatan rencana perusahaan yang begitu kaku. Konsep umur dan rotasi ditentukan dengan teliti, juga pengertian yang tetap mengenai hutan normal. Dalam tipe Silvikultur ini yang menjadi pusat perhatian adalah tegakan, sedang pohon-pohon dianggap sebagai unsur yang membentuk tegakan. Dapat dikatakan bahwa matematik adalah dasar pemikiran dari konsep ini. Konsep Silvikultur ini dicatat sebagai klasik yang direncanakan sebelum abad ke-19. Lahirnya Silvikultur sebagai ilmu yang berhubungan dengan konsep ini erat hubungannya dengan tokohnya, HARTIG dan COTTA. Metode yang disusun oleh kedua ahli tersebut banyak dilakukan sampai abad 19, tetapi tida bertahan sampai abad ke20 dimana banyak timbul tantangan terhadap metode ini. Keberatan-keberatan dari metode ini ialah : beberapa hal tidak menguntungkan, sebagai akibat dari pemakaian yang sistematis yang dipaksakan Ciri-ciri mazhab ini ialah :

10

-

tanah-tanah menjadi semakin kurus dan rusak pada kenyatannya, hasil produksi menjadi berkurang terlanda serangan hama dan penyakit Selanjutnya Silvikultur mengalahkan perhatiannya ke segi

Biologi dan berkembanglah Silvikultur Modern. (2) Mazhab Silvikultur Modern Motto dari aliran ini adalah kembali ke alam (back to nature). Perkembangan ini didukung oleh kemajuan dalam ilmu tanah, dan phytososiologi. Dalam mazhab ini, aliran-aliran biologi menjadi pengganti ilmu matematik. Mempelajari ekologi, Phytososiologi dan Pedologi adalah dasar-dasar Silvikultur ini. Hutan bukan sekedar kumpulan pohon -pohon saja di lapangan terdapat tertentu, tetapi merupakan sosiologis asosiasi biologi dan keseimbangan dimana semua faktor

dianggap penting untuk dapat berlangsungnya keseimbangan biologis tersebut. Perhatian utama ditujukan pada setiap pohon dan dinyatakan bahwa untuk dapat mengerti hutan harus mengerti pohon. Bentuk silvikultur ini tersebar dengan cepat di Eropa. Salah satu tokohnya adalah MAYER. Mazhab ini mencapai beberapa perkembangan penting seperti apa yang disebut Selective Improvement Management by Control dan lain-lain dimana pemikiran modern diwujudkan. Perkembangan silvikultur ini masih terus berjalan dan nampaknya tipe Silvikultur yang ketiga timbul berhubung dengan kebutuhan hasil hutan yang makin tinggi, sedang tanah hutan terbatas dalam hal luas dan kesuburannya. (3) Mazhab Silvikultur Terbaru

11

Aliran ini timbul karena kebutuhan-kebutuhan hasil hutan semakin bertambah dan adanya perkembangan ilmu seleksi. Pada tanah yang kurus, Silvikultur klasik atau Silvikultur modern akan memberi hasil yang masih rendah, tetapi dengan mengadakan seleksi dan hibridisasi, kita memperoleh harapan baru untuk mendapatkan hasil klon dan hibrid baru disertai penanaman dan pengelolaan yang intensif, maka dapat dibuat tegakan populus yang hasilnya dapat mencapai 10-12 kali banyaknya dibanding silvikultur klasik dan silvikultur modern. Disini keadaan lingkungan disesuaikan dengan kebutuhan pohon. Sebenarnya dalam hal ini batas antara silvikultur dan bercocok tanam pertanian sudah tidak ada. Jadi dalam silvikultur yang intensif ini yang menonjol ialah : Ilmu seleksi Intensifikasi pengelolaan, bila perlu tanah dipupuk seperti pada pertanian. Silvikultur yang dimaksud disini lebih tepat kalu ditetapkan sebagai Tree Farming. Ini tidak berarti bahwa teknik kehutanan baru ini harus tepat atau sama seperti yang digunakan di dalam pertanian atau perkebunan, tetapi perlu dicoba dulu penggunaan teknik yang berdasar pada pengetahuan yang dikumpulan sekitar tanaman pohon sampai mencapai tingkat baru, dimana pohon-pohon yang tumbuh dan tanaman yang dihasilkan adalah unggul atau superior terhadap yang dihasilkan dari tegakantegakan alam. Metode Tree Farming ini terbuka lebar utuk mendapatkan hasil hutan dengan kuantita, kualita serta harga yang tinggi. Pada saat ini negara yang sudah merasakan hasil pekerjaan pemuliaan pohon antara lain : (a) Jepang

12

Meskipun hutan alam meliputi 61,8 % dari seluruh luasan negara, rencana kehutanan 5 tahun yang baru bertujuan untuk menaikkan daya hasil dengan penghutanan secara buatan yang ditekankan pada sistem pengolahan hutan yang intensif serta perkembanagna proyek pemuliaan hutan (Forest Tree Breeding-Forest Tree Improvement/Forest Genetics) (b) Eropa di Denmark pekerjaan pembiakan dan Swedia telah pohon vegetatif lama hutan, dan pemuliaan secara

Terutama

mengembangkan pembastaran,

diantaranya penyelidikan ras-ras iklim (provenance trial), penggandaan kromosom. Penemuan populus raksasa oleh NILLSON EHLE pada tahun 1935, mempunyai arti yang sangat penting bagi pemuliaan pohon hutan di Swedia. Di sini pemulian an pohon hutan ditujukan untuk perbaikan hasil hutan secara kualitatif maupun kuantitatif. Untuk menaikkan hasil produksi, diusahakan memelihara pohon dengan riap lebih besar disertai daur yang lebih pendek. Sedangkan perbaikan kualita diusahakan untuk mendapat hasil yang sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki oleh industri yang bersangkutan serta konsumen lainnya. Juga diadakn penyelidikan yang berhubungan dengan kehutanan terhadap musim dingin, hama penyakit serta faktor lingkungan lainnya. (c) Amerika Pekerjaan pemuliaan mula-mula ditujukan untuk mendapatkan ras-ras iklim yang paling baik, dilanjutkan

13

penyelidikan Pseudotsuga menzeisii dan Pinus panderosa. Dengan adanya Eddy Tree Breeding Station dalam tahun 1925 yang kemudian menjadi Institute of Fores Genetics penyelidikan dapat dilakukan dengan lebih intensif. Penyelidikan tidak hanya memperluas forma iklim dari beraneka jenis pohon, tetapi juga diadakan trial, pembastaran, kromosom, poliploid, provenance

progeny test, pembiakan secara vegetatif, juga penentuan Seed Production Area, Seed Stand serta pembuatan kebun biji (Seed Garden/Seed Orchard). (d) Kanada

Pekerjaan ditujukan pada semua bastar populus untuk mendapatkan bentuk yang luar biasa unggulnya dengan produksi kayu yang tinggi, kualitas baik serta tahan terhadap hama penyakit, juga pembiakan vegetatif dilaksanakan secara aktif di sini. Walaupun pemuliaan pohon hutan dalam berbagai bidang masih baru, namun hasilnya sampai saat ini yang dapat dicapai, memberi harapan untuk berkembang lebih cepat. Di Indonesia pada tahun 1932 telah dimulai dengan percobaan ras iklim terhadap Tectona grandis oleh COSTER (1932) dengan mendatangkan biji-biji jati dari berbagai temapt asal dan dari pohon yang mempunyai kekhususan ditanam di berbagai tempat pula. Juga percobaan okulasi pohon jati di kebun Lembaga Penelitian Hutan Bogor pada tahun 1938 dan di lapangan yaitu di Sarsahan dan Kesamben pada tahun 1951, yang dimaksudkan sebagai langkah awal pembuatan kebun biji. Teknik bottle grafting pada Pinus merkusii memberi hasil yang memuaskan dan akan memudahkan pekerjaan pemuliaan lebih lanjut. Pada beberapa tempat telah dirintis pembuatan

14

Seed Orchard

Pinus merkusii. Kepadatan penduduk, naiknya

tingkat kehidupan dan ekonomi masyarakat serta perkembangan yang pesat bidang kehutanan di Indonesia, memaksa ahli ahli hutan untuk memikirkan segera terealisirnya program pemuliaan secara menyeluruh terutama bagi jenis pohon hutan yang digunakan sebagai bahan industri, misalnya Pinus merkusii, Melaleuca leucadendron, Tectona grandis dan lain-lain.

1.5 PENGERTIAN HUTANSecara sederhana, hutan diartikan sebagai koleksi pohonpohon (collection of trees). Pengertian tentang hutan juga dapat tergantung pada latar belakang pekerjaan seseorang, misalnya : Bagi pegawai kehutanan, hutan adalah tempat dimana seharihari dia menjalankan pekerjaan, Bagi seorang pemburu, hutan adalah tempat untuk memberikan kesenangan kepadanya dengan berburu, SAF (Society of American Forester) menerima anggapan bahwa hutan itu sebagai suatu asosiasi tumbuhan dimana pohon-pohon /tumbuhan berkayu secara predominan menempati wilayah yang luas. Dalam definisi ini perkatan predominan dan luasnya sangat subyektif. DENGLER mengajarkan anggapan bahwa suatu kumpulan pohon-pohon dapat dikatakan hutan apbila kerapatannya dan luasnya sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan iklim setempat serta keadaan ekologis berbeda dengan di luarnya. Dengan perbedaan ini maka timbul juga perbedaan

tumbuhan bawah serta kehidupan binatang antara di dalam hutan dan yang di luarnya yang oleh ahli ekologi disebut BIOCOENOSE. Biocoenose berasal dari kata bios artinya hidup dan coenos artinya bersama-sama. Apabila definisi hutan oleh

15

SAF ini dilengkapi dengan anggapan DENGLER kiranya menjadi cukup jelas apa yang diartikan hutan itu. Jadi lengkapnya adalah sebagai berikut : Hutan adalah suatu asosiasi tumbuhan dimana pohon-pohon atau tumbuhan berkayu lainnya secara predominan menempati wilayah yang luas dan keadannay cukup rapat sedemikian sehingga mampu menciptakan iklim yang berbeda dengan di luarnya. Pada saat ini istilah hutan kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan suatu unit ekonomi /unit pekerjaan. Maka dalam hal ini hutan adalah seluas tanah di bawah satu pemilik dan satu politik pengelolaan, yang mempunyai nilai karena kegunaan hutan itu (apakah untuk produksi kayu, perlindungan daerah aliran atau untuk rekreasi). Unit pengelolaan semacam itu biasanya terdapat dalam wilayah yang sama sekali bukanlah hutan dalam arti biologis. Wilayah itu dapat berujud tanah kosong yang rusak dan terbuka atau kosong yang terletak dalam zone peralihan antara hutan dan padang rumput atau tanah belukar atau formasi tumbuhan lain. Silvikultur terutama ditujukan pada produksi kayu yang sehubungan dengan pembangunan hutan dalam arti biologis. Unit operasi hutan kadang-kadang dapat lebih berharga untuk tujuan penggembalaan /pengelolaan satwa liar atau penggunaan insindentil daripada produksi kayu. Ini pun juga dibenarkan. Yang harus selalu diingat ialah untuk apapun hutan itu ditujukan hukum-hukum biologis tidak boleh dilupakan. Di Indonesia, hutan didefinisikan sebagai persekutuan hidup alam nabati, hewani dan tanah yang diperuntukkan guna memberi manfaat hasil hutan, perlindungan atau manfaat lainnya. Pengertian ini sejalan dengan SPURR (1973) yang

16

menyatakan bahwa hutan dianggap sebagai suatu persekutuan tumbuh-tumbuhan dan binatang yang hidup bersama suatu asosiasi biotis atau biocoenose. Suatu komunitas berada di dalam suatu lingkungan fisik yang tersusun dari atmosfir yang meliputi bagian di udara dan tanah. Lingkungan ini tidak statis tetapi agak berubah secara tetap karena perputaran bumi dan fluktuasi dalam radiasi matahari, perubahan atmosfir, pelapukan tanah dan pengaruh komunitas hutan itu sendiri dalam iklim dan tanah setempat. Komunitas hutan dan habitatnya bersama-sama menyusun suatu sistem ekologis, yaitu ekosistem atau biocoenose dimana konstituean organisme dan lingkugan salingberpengaruh di dalam siklus energi yang besar dan kompleks. Jadi ekosistem adalah suatu sistem di dalam alam yang mengandung organisme (jasad-jasad) dan lingkungan yang saling mempengaruhi dan diantara keduanya terjadi pertukaran zat yang perlu untuk mempertahankan kehidupan. Di dalam hutan banyak terdapat jasad-jasad yang hidup bersama serta bergantung satu sama lain. Jasad yang dijumpai termasuk semak, perdu, rumput, binatang, makro dan mikrofauna, yang semuanya termasuk masyarakat kehidupan di dalam hutan. Jadi hutan merupakan kawasan yang paling kompleks serta berbeda setiap waktu dan tempat. Disamping jasad penyusun masyarakat kehidupan ini, ada juga faktor-faktor lain yang merupakan bagian dari masyarakat itu ialah iklim di dalam hutan dan di luar hutan. Tanah juga merupakan membentuk bagian cabang, dari masyarakat dan hutan, dimana akar berjangkar, mengisap air dan mengambil zat hara untuk daun. Semua kehidupan dalam

batang

biologis ini mengakibatkan keadaan keseimbangan yang disebut Keseimbangan Biocoenetis. Keseimbangan ini tidak stabil, tetapi bersifat dinamis yang selalu berubah.

17

Hubungan trilogi antara tanah, iklim dan hutan (vegetasi) dapat digambarkan sebagai berikut :

IKLIM MAKRO

IKLIM MIKRO

TANAH Iklim makro adalah iklim di luar hutan, sedang iklim mikro adalah iklim di dalam hutan, misalnya kelembaban, angin serta cahaya yang sampai di tanah. Adanya vegetasi mempengaruhi keadaan iklim mikro, sebaliknya vegetasi juga dipengaruhi oleh iklim mikro. Iklim mikro menentukan adanya jenis permulaan serta adanya jenis tumbuhan bawah lainnya. Begitupun iklim mikro mempengaruhi terjadinya tanah, sedang tanah mempengaruhi iklim mikro secara tidak langsung. Iklim makro jelas mempengaruhi vegetasi, tanah dan iklim mikro. Tetapi sebaliknya vegetasi, tanah, iklim mikro tidak mempengaruhi iklim makro. Iklim makro adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pelapukan. Jelaslah bahwa trilogi tidak dapt dipisahkan satu sama lain. Apabila diketahui dua unsur, maka unsur ketiga dapat dicari. Hubungan antara tanah dan hutan sangat erat kaitannya. Tanah, iklim dan vegetasi adalah trilogi yang satu sama lain hubungannya sangat erat, dan tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan trilogi yang sangat khusus. Setiap perubahan keseimbangan oleh manusia yang mungkin memberi keuntungan

18

baginya akan ditentang oleh alam untuk dapat kembali kepada keseimbangan semula.

1.6. P O H O N1.6.1. Pengertian Pohon Beberapa definisi mengenai pohon yang dikemukakan oleh ahli, antara lain : Menurut DENGLER, pohon ialah tumbuh-tumbuhan yang mempunyai akar, batang dan tajuk yang jelas dengan tinggi minimum 5 meter BAKER mendefinisikan pohon sebagai tumbuhan berkayu yang mempunyai satu batang pokok yang jelas serta suatu tajuk yang kurang lebih bentuknya jelas yang biasanya mencapai tinggi tidak kurang dari 8 meter Orang-orang Jerman menggunakan istilah HALF TREES untuk spesies yang lbih kecil yang tidak pernah mencapai ukuran kayu gergaji. Bentuk atau habitus pohon ditentukan oleh bentuk

tajuknya, sedang tajuk ini ditentukan oleh percabangannya. Bentuk tajuk dapat berupa : silinder seperti pada melinjo (Gnetum gnemon) bulat seperti pada Filicium sp. Kerucut seperti pada Pinus merkusii

1.6.2. Tingkat-tingkat hidup pohon Selama masa hidupnya pohon sampai mencapai umur fisik, akan melewati berbagai tingkat kehidupan yang berkaitan dengan ukuran tinggi dan diameter batangnya. Menurut BAKER

19

(1950), batasan mengenai tigkat hidup pohon Amerika Serikat) ialah sebagai berikut : a) Semai anakan pohon (seedling), yaitu

(digunakan di sejak mulai

berkecambah sampai mencapai tinggi 3 feet b) Sapihan kecil (sapling, small), tinggi antara 3-10 feet Sapihan besar(Sapling, large), tinggi 10 feet dan diameter 4 in (dbh) c) Tiang Kecil (Pole, small) diam. 4-8 in (dbh) Tiang besar (Pole, large) diam. 8-12 in (dbh) d) Pohon Standar, diam. 12-24 in (dbh) Pohon veteran, diam. > 24 in (dbh) Diameter diukur stinggi dada (diameter breast height),

kurang lebih 1, 3 m. (Ukuran 1feet = 30,5 cm dan 1 in = 75,4 mm). Sedangkan yang berlaku di Malaysia, adalah : a) Semai/anakan pohon (seedling), yaitu sejak berkecambah sampai tinggi 5 feet. b) Sapihan (Sapling), tinggi antara 5 10 feet dan diam. 6 in c) Tiang (Pole), diam. 6 in 1 feet d) Pohon (Trees), diam. di atas 1 feet 1.6.3. Klasifikasi Pohon atas dasar kedudukannya dalam hutan Mengingat kedudukannya di dalam hutan, pohon-pohon dapat dibedakan : a) Pohon Dominan (Dominant tress) Tajuk pohon terdapat paling atas dalam sengkuap tajuk dan mendapatkan cahaya matahari penuh dari atas dan sebagian dari samping. Pohon-pohon lebih besar daripada rata-rata pohon dalam tegakan dan mempunyai bentuk tajuk yang bagus. Kadang percabangannya besar dan

20

mendesak pohon lainnya. Pohon ini disebut juga wolf trees. b) Pohon Kodominan (Co-dominant Trees) Pohon-pohon ini tidak setinggi pohon dominan, tetapi masih mendapat cahaya penuh meskipun dari samping terganggu oleh pohon dominan. Pohon dominan dan kodominan dalam suatu tegakan menduduki lapisan tajuk utama/teratas. c) Pohon Pertengahan (Intermediate Trees) Tajuk-tajuknya berada di bawah tajuk pohon dominan dan kodominan. Masih mendapatkan cahaya matahari dari atas, tetapi sudah tidak mendapat cahaya dari samping. d) Pohon Tertekan (Suppressed Trees) Tajuk sama sekali tertutup oleh pohon yang termasuk kelas yang disebut di atas. Pohon mendapat cahaya matahari dari atas melalui lubang dalam sengkuap tajuk. Pertumbuhannya sangat lemah dan lambat. e) Pohon Mati (Dead Trees) Termasuk di dalamnya pohon yang mati dan yang sedang dalam proses kematian. 1.6.4. Pohon toleran dan Intoleran Istilah toleransi sering digunakan di kehutanan dan agak berbeda dengan istilah yang biasa digunakan dalam biologi yang biasanya menyebut toleransi suatu tumbuhan/binatang terhadap keasaman, kapur, panas, dingin dan terhadap faktor lain. Di bidang kehutanan, apabila tidak ada penunjukkan khusus terhadap suatu tipe toleransi, maka istilah itu digunakan untuk menunjukkan kemampuan dari tumbuhan itu hidup di bawah naungan yang teduh. Pohon yang memiliki kemampuan ini disebut pohon toleran atau tahan terhadap naungan, sedang

21

pohon

yang

kurang

kemampuannya

merupakan

pohon

intoleran atau menuntut cahaya. Kedua kelas ini tidak tegas perbedaannya, dan banya k jenis yang toleransinya termasuk sedang atau tengahan. Dari segi Silviks, perbedaan yang paling penting antara pohon yang khas toleran dan tidak toleran adalah seperti pada tabel berikut.

JENIS TOLERAN1. Dapat mempermuda tegakan bawah dan di 1. membentuk

JENIS INTOLERANDapat secara dimana telah mempermuda yang sengkuap 2. intoleran cepat terang tajuknya

bawah sengkuap tajuk dari pohon yang kurang toleran atau bahkan di bawah naungannya sendiri. 2. terbentuk mampu tumbuh tegakan bawah yang , selama pohon-pohonnya dan dapat bertahun-tahun bertahan

berhasil hanya di tempat

terbuka luas. Pohon mati di

bawah naungan dan apabila sebelum mati dibebaskan, sering reaksi tidak menunjukkan terhadap

meski lambat. Apabila akhirnya dibebaskan dari naungan, pohon dapat tumbuh dengan dan baik, sudah toleran tebal yang kecuali apabila penekanan telah berlangsung parah. 3. mempunyai Pohon tajuk lama

pembebasan naungan.

3. yang dimana tipis

Pohon dan terbuka

terdiri dari bebarap lapisan daun, dimana pada lapisan daun yang paling dalam tetap dapat

intoleran pmempunyai tajuk daun-daunnya

22

berfungsi pada intensitas yang sangat rendah. 4. terjadi karena dalam pembersihan cabang secara daun intensitas perlahan-lahan, tetap berfungsi yang cahaya

mendapat baik. 4. an cepat

cahaya

secara

pembersih cabang berlangsung karenanya batang

rendah dan menyebabkan ranting dan cabang tetap hidup. 5. cenderung hektarnya. 6. pohon berbentuk kerucut 7. pertumbuhan (awal) meninggi cenderung agak lambat toleran cenderung memilki batang yang tegakan yang penuh yang terdiri dari spesies toleran untuk mempunyai

menghasilkan yang tinggi. 5.

yangbersih dengan proporsi

lebih

lebih banyak batang dalam setiap

sedikit hasil batang per Hanya dalam tegakan dengan umur dan kualitas tempat tumbuh yang sama 6. lebih silindris Batang pohon intoleran cenderung

7. muda/juvenile

pohon

intoleran pada waktu pertumbuhan meninggi lebih cepat 1.6.5. Penentuan toleransi pohon Mengingat sifat-sifat khas yang umum seperti tersebut di atas, maka telah dikembangkan suatu seri kriteria untuk penentuan toleransi. Bagi spesies pohon yang ekstrim toleran dan intoleran, dengan memperhatikan semua kriteria tersebut mudah ditentukan secara pasti. Tetapi bagi spesies intermediate, tanda-tanda bertentangan toleransi sehingga agaknya ada lebih samar-samar tidak dan ada kemungkinannya

kepastian posisi spesies tersebut.

23

Sifat khas toleran dan intoleran bervariasi menurut kondisi pertumbuhan. Pohon yang muda selalu memberikan kesan toleransi toleransi yang lebih besar dibanding pohon yang tua. Pohon yang tumbuh di atas tanah yang lembab dan subur nampak lebih toleran daripada rata-rata spesies itu. Ada pula pembagian kelas toleran menjadi 5 (lima) kelas, yaitu : sangat toleran, toleran, intermediate, intoleran, dan sangat Intoleran. Kriteria yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan penentuan toleransi adalah sebagai berikut : Kerapatan Tajuk (Crown density) Kerapatan tajuk memberi suatu cara yang tepat untuk penentuan toleransi. Hal ini disebabkan karena sejumlah besar daun-daun yang hidup bertahan di dalam tajuk akan memperbesar kerapatan tajuk. Metode yang paling langsung untuk menentukan kerapatan ini sangat subyektif dan tidak dapat dikatakan seksama dalam pengertian apaun, meski perbedaab antara tajuk yang ekstrim rapat dan terbuka adalah jelas. Tetapi memungkinkan juga untuk mengukur cahaya yang tersaring melewati tajuk pohon dengan alat pengukur cahaya. Kerapatan tajuk merupakan salah satu kriteria yang paling baik. (2) Cahaya minimum bagi adanya daun (Min light for leaf existence) Untuk menentukan cahaya minimum dibutuhkan yang dibutuhkan suatu daun untuk hidup memerlukan penggunaan photometer portable kecil. Meskipun cahaya diukur secara mekanis, tetapi metode ini sangat tidak teliti. Hal ini terjadi karena cahaya di dalam hutan selalu berubah dan sulit menentukan waktuya (jam berapa) dan menentukan cahaya

24

yang

menembus

ke

daun

secara

efektif

dan

yang

menyebabkan hidup/matinya daun tersebut. Pemangkasan alami (self prunning) Kecepatan batang membersihkan diri dari cabang-cabang bawah terutama di dalam tegakan yang tertekan dan jarang, dapat merupakan suatu indikator derajat toleransi yangbaik. Hal ini disebabkan karena cabang bawah yang mati disebabkan karena kekurangan cahaya. Pohon intoleran cepat membersihkan diri dari cabang, sedangkan pohon toleran di tempat terbuka akan diliputi oleh cabang-cabang sampai ke permukaan tanah. Jumlah order cabang (number of branch order) Pada umumnya pohon yang intoleran mempunyai jumlah order percabangan lebih sedikit daripada pohon toleran. Walupun ukuran tleransi secara teori menarik, namun di dalam praktek mengalami kegagalan karena : a) Perkisaran order-order cabang dari spesies yang paling intoleran ke paling toleran kira-kira 4-8. b) Jumlah order-order cabang bukanlah spesifik untuk spesies pohon tetapi bervariasi menurut tempat tumbuh, umur dan intensitas matahari. c) Pada pohon yangberdaun lebar dan majemuk, jumlah order cabang tidak menunjukkan korelasi dengan toleransi yang diperoleh dari kriteria lain. Kecepatan pertumbuhan juvenil (Rapidity of juvenile growth) Pertumbuhan juvenil yang cepat merupakan ciri khas dari pohon intoleran, sedang spesies toleran tumbuh lebih lambat. Hal ini hanya berlaku untuk pertumbuhan dalam cahaya

25

penuh atau di bawah sengkuap tajuk yang ringan. Di bawah naungan yang teduh, kemampuan spesies toleran untuk bertahan memungkinkan pertumbuhan meninggi yang lebih besar meski sifat aslinya tumbuh lebih lambat daripada spesies intoleran. Sifat khas cepat tumbuh sangat bervariasi menurut daerah-daerah hutan dan tempat tumbuhnya. Keadaan permudaan alami di bawah tegakan Pengamatan reaksi permudaan di bawah penutupan secara alam yang rapat merupakan salah satu kriteria yang paling luas sebagai penentuan toleransi, dimana kemampuan pohon yang bertahan di bawah naungan merupakan definisi dari pohon toleran.

Struktur daun Struktur daun dari pohon yang intoleran ditandai oleh : epidermis permukaan yang mengkilat dan keras suatu pertumbuhan yang kuat dari jaringan palisade sedikit jumlah parenkim bunga karang daun-daunnya seringkali tebal dan seperti kulit Sedang daun dari spesies yang toleran sebaliknya. Struktur daun sangat bervariasi tergantung posisi daun di dalam tajuk. Ada yang disebut daun-daun matahari, dari bagian-bagian tajuk yang dikenai cahaya cenderung ke arah pola daun yang intoleran, sedang daun-daun teduh cenderung ke arah tipe toleran. Dari uraian di atas jelas bahwa sampai saat ini belum ada suatu kriteria toleransi yang paling baik. Toleransi harus dinilai dengan cara cara subyektif, dimana hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan ialah keadaan kerapatan tajuk, kemampuan

26

membersihkan cabang, kemnampuan permudaan untuk hidup dan tumbuh di bawah sengkuap tajuk yang rapat. Untuk dapat memberikan gambaran pohon toleran dan intoleran, di bawah ini disajikan beberapa contohnya. (1) Pohon pohon butuh cahaya /Intoleran - Tectona grandis (jati) - Casuarina spp (cemara) - Eucalyptus spp (ekaliptus) - Pinus merkusii (tusam) - Anthocephalus cadamba (jabon) - Melaleuca leucadendron (kayu putih) - Ochroma spp (balsa) - Paraserianthes falcataria (sengon laut)

(2)

Pohon-pohon toleran - Schleichera oleosa (kesambi) - Agathis spp (damar) - Leucaena glauca (lamtoro lokal) - Diospyros celebica (eboni) Pohon-pohon setengah toleran Altingia excelsa (rasamala) Dalbergia spp (sonokeling) Lagerstomia speciosa (bungur) Vitex pubescens (laban)

(3)

1.6.6. Perakaran pohon Fungsi akar ialah untuk mengambil air dan zat hara dari dalam tanah dan untuk mempertahankan pohon tetap tegak berdiri. Bentuk dari perakaran tergantung pada keadaan tanah dan sifat spesies yang bersangkutan serta sifat yang dihasilkan dari penyesuaiannya dengan tempat tumbuh. Di daerah kering misalnya, akan dijumpai spesies dengan perakaran dalam, sedang di daerah rawa dan payau dijumpai spesies dengan akar nafas. Akar tunjang, akar gantung, akar lutu dan banir adalah hasil penyesuaian diri.

27

COSTER telah mengadakan penyelidikan tentang sistem perakaran beberapa tumbuhan/pohon yang hasilnya sebagai berikut : a) Pohon-pohon yang mempunyai akar tunggang dalam dan akar cabang banyak : Albizzia falcataria (sengon laut) Leucaena glauca (lamtoro lokal) Cassia siamea (johar) Melia azedarach (mindi) Acacia villosa Lagerstromia speciosa (bungur) Homalium tomentosum (dlingsem) Vitex pubescens (laban) Eucalyptus alba (leda) Aleuritas moluccana (kemiri)

b) Pohon-pohon yang mempunyai akar tunggang dalam dengan sedikit akar cabang : Albizzia lebbeck (sengon tekik) Albizzia lebbeckoides Acacia leucophloea (pilang) Tamarindus indicus (asam jawa) Bauhinia hirsula (tayuman) Cassia fistula (trengguli) Schleichera oleosa (kesambi) Dalbergia latifolia (sonokeling) Dalbergia sisso (sono sisso) Pterocarpus indicus (sono kembang) Swietenia macrophylla (mahoni) Tectona grandis (Jati) Gluta renghas (rengas)

c) Tumbuh-tumbuhan dengan perakaran dangkal : Crotalaria sp. (orok-orok) Lantana camara (tembelekan) Tipe-tipe perakaran tersebut di atas perlu diketahui dalam hal menentukan jenis-jenis tanaman campur atau tanaman sela. Sehubungan dengan sistem perakaran tersebut perlu diketahui juga ketahanan akar terhadap kekurangan zat asam. Hal ini penting artinya dalam penentuan jenis tanaman pada suatu tempat dan penentuan jenis pencampur pada pembentukan hutan buatan.

28

Oleh Lembaga Penelitian Hutan Bogor telah diadakan penelitian /percobaan ketahanan spesies terhadap kekurangan zat asam dengan hasil sebagai berikut :

TAHAN (HARI)0 - 10 10 - 20 20 30 30 - 40 40 50 Tectona grandis,

SPESIESTectona hamiltoniana, Peroneme canescens Santalum album, Ochroma balsa, Vitex gofassus Tristania confarta, Leucaena glauca, Bixa oreallana Melochia spp, Cassia fistula, Homalium tomentosum, Flemingia spp. Pterocarpus javanicus, Pinus insularis, Pterocarpus indicus, Vitex pubescens, Eucalyptus alba, Cassia siamea, Pinus merkusii Schlechera oleosa, Albizzia procera, Albizzia falcataria, Dalbergia sisso Coffea spp, Albizzia lebbeck Swietenia spp, Dalbergia latifolia Casuarina equisetifolia Instia bijuga Samanea saman Gluta renghas

50 60 60 70 70 80 80 - 100 100 180 180-190 300

1.6.7. Tranpirasi pohon dan Tumbuhan lain Transpirasi adalah hilangnya air dari tumbuh-tumbuhan dalam bentuk uap. Jumlah air yang hilang karena transpirasi cukup besar. Pohon-pohon individu cepat kehilangan air sebanyak 50-100 gallon. Lebih dari 95 % air yang digunakan oleh suatu pohon dipakai untuk mengganti air yang hilang karena transpirasi. Transpirasi dapat memberi pengaruh yang baik, karena : a. b. c. d. Transpirasi menyejukkan daun-daun Mencegah perkembangan tekanan turgor yang melebihi batas Transpirasi menyebabkan bergeraknya air ke daun Transpirasi meningkatkan adsorpsi dan pengangkutan mineral

29

Namun transpirasi juga

dapat memberi pengaruh yang

buruk pada tanaman, bahkan dapat mematikan. Tanaman yang besar transpirasinya sering kehilangan air sedemikian besar, sehingga sel-sel dari daun dan ranting yang muda kehilangan turgor dan layu pada tengah hari. Ini mengakibatkan terhentinya pertumbuhan untuk waktu sementara, itu apabila tidak begitu parah dan jaringan jaringan dapat memulihkan turgor pada sore hari. COSTER transpirasi sbb : 1) Tanaman yang penguapannya kuat (2000 mm/th atau lebih) Tipe vegetasi yang penguapannya kuat adalah belukar Contoh : Albizia falcataria, Crotalaria angryroides, Leucaena glauca, Eupathorium pealescens, Acacia villosa, Bambusa sp, Samanea saman, Lantana camara, Piper aduncum mengadakan penyelidikan transpirasi pada tanaman dan menggolongkan tumbuhan atas dasar besarnya

2) Tanaman dengan penguapan sedang (1000 2000 mm/th) Tipe vegetasi yang penguapannya sedang : hutan tanah rendah (1200 mm/th) Contoh : Tectona grandis, Hevea braziliensis, Imperata cylindrica, Artocarpus integra, Coffea robusta

3) Tanaman yang penguapannya ringan ( dibawah 1000 mm/th) Tipe vegetasi yang peguapannya ringan : hutan pegunungan (860 mm/th) Contoh : Thea sinensis, Coccs nucifera, Fragraea Casuarina fragrans, equisetifolia, Ficus elastica,

30

Lagerstroemia speciosa, Podocarpus imbricata, Agathis spp., Castanea spp. 1.6.8. Pohon Tahan api dan yang timbul setelah kebakaran Species pohon yang mampu/tahan dan tumbuh sesudah lapangan terbakar disebut spesies pohon kebakaran, antara lain : Pinus merkusii, tectona grandis, Casuarina junghuniana, Eucalyptus alba, Melaleuca leucadendron, Schima bancana, Butea monosperma,dan Phyllantus emblica. Karena kebakaran, maka timbullah hutan-hutan murni, seperti hutan Pinus merkusii di Takengon (Aceh), hutan Casuarina junghuniana di Jawa Timur, hutan Schima bancana di Sumatera Selatan, Bangka dan Belitung.

1.7. TEGAKAN/STAND Sering kita mendengar dan menyebut tegakan Pinus, tegakan jati, tegakan Agathis, tegakan kelas umur satu, dan sebagainya. Apa sebenarnya arti tegakan itu ?. SAF (Society of American Forester) adalah menyatakan kelompok bahwa tegakan yang (opstand/stand) pohon/tumbuhan

terdapat pada suatu wilayah tertentu yang cukup seragam di dalam susunan spesiesnya, susunan umur dan keadaannya sehingga dapat dibedakan dengan kelompok tumbuhan lain yang terdapat di wilayah sekitarnya. Dari definisi tersebut jelas bahwa suatu tegakan tidak selalu harus terdiri dari pohon. BAKER (1950) mengartikan tegakan sebagai badan hutan yang khas yang umurnya sama, susunannya sama dan memberi kesan umum yang sama. Di dalam hutan alam pada umumnya umur tidak sama dan

31

berbagai spesies. Maka dalam hal ini yang penting ialah bahwa di dalam hutan. 1.7.1. Hubungan di dalam masyarakat hutan Masyarakat hutan adalah sekelompok tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon yang menempati lingkungan/habitat, dimana terdapat hubungan timbul balik anatara tumbuh-tumbuhan itu satu sama lain dan dengan lingkungannya. Dalam hutan, pohon-pohon tidak hidup sebagai individu sendiri, tetapi sebagi bagian dari masyarakat hutan. Yang menyusun masyarakat hutan ialah : pohon, semak, perdu, rumput, lumut, binatang menyusui, burung, serangga, protozoa, mikroflora/fauna serta tanahnya sendiri. Hubungan masyarakat hutan tersebut sangat bermacam-macam, baik mengenai caranya maupun eratnya hubungan itu. Faktor yang mendorong untuk hidup adalah perjuangan untuk hidup (persaingan) dan usaha saling tolong menolong. Di dalam masyarakat hutan, dijumpai ada persaingan dan perjuangan hebat untuk berebut cahaya, air, hara mineral dan ruang tumbuh. Persaingan di atas tanah terjadi antara tajuk pohon, sedang di bawah tanah antara akar-akarnya. Persiangan ini menyebabkan terjadinya susunan masyarakat atau tumbuhtumbuhan tertentu sekali bentuknya, macam dan banyaknya jenis serta individu-individunya, sesuai keadaan tempat tumbuhnya. Sebagai akibat adanya persaingan antara pohonpohon di dalam hutan akan terdapat pohon-pohon yang lebih berkuasa daripada yang lain dan menjadi dominan, di lain pihak terdapat pohon yang tertekan. Kalau semua biji yang ada di bumi ini terus dapat hidup terus sampai dewasa, maka bumi akan suatu tegakan, memberi kesan umum (general appearance) yang sama. Jadi tegakan adalah satuan masyarakat

32

penuh dengan tumbuhan. Semua tumbuhan dan binatang yang hidup melakukan perjuangan yang hebat dan kuat untuk dapat melangsungkan terus hidupnya. Hanya individu yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan hanyalah yang dapat bertahan hidup terus. Di dalam masyarakat hutan di samping ada persaingan juga terdapat usaha yang saling menguntungkan, misalnya : 1. Jasad renik/mikroorganisme hidup dari hasi perombakan tumbuhan, binatang, dll. Sebaliknya mikroorganisme memberi lingkungan yang baik bagi hidupnya pohon/tumbuhan lainnya. 2. Kelompok pohon saling membantu untuk melawan tenaga yang merusak, misalnya terhadap angin, hujan lebat, dll. 3. Pohon bersama-sama menutup tanah sehingga dapat mencegah pertumbuhan alang-alang, perdu dan pengaliran tanah lainnya. 1.7.2. Bagian Dan Stratifikasi Hutan disebut kanopi. Di bawah kanopi Jika

Setiap tegakan hutan yang rapat mempunyai lapisan tajuk atas yang berwarna hijau terdapat tegakan bawah (Under stories) yang biasanya terdiri dari anakan pohon yang akan mengganti pohon mati. terdapat pembukaan hutan dan hutan menjadi kurang rapat maka terdapatlah penutup tanah (ground cover) yang terdiri dari rumput-rumput, semak dan perdu. Pada hutan yang rapat terdapat lapisan yang disebut lantai hutan (forest floor) yang terdiri dari daun,ranting,cabang dan sampah di atas permukaan tanah yang biasa di sebut sersah (litter). Ada juga yang membedakan lapisan-lapisan di dalam hutan menjadi : lapisan atas lapisan semak-semak lapisan tumbuhan bawah

33

lapisan permukaan tanah lapisan di bawah tanah Lapisan kanopi yang terdapat di dalam hutan sering juga disebut stratum atau tingkat (story) atau lapisan (layer). Jadi stratum adalah suatu lapisan pohon dengan tajuk-tajuk yang tidak sama tingginya dan terletak diantara suatu batas tertentu. Suatu stratum dapat membentuk kanopi yang kontinyu (tajuktajuknya bersentuhan kearah samping) dan dapat pula tidak kontinyu (tajuk-tajuknya terpisah utuh). Hutan didaerah sedang tidak mempunyai strata, tidak lebih dari 2 strata. : NO 1. STRATIFIK ASI Statum A URAIAN tinggi startum 30 m (Hutan Guiana), 35 m (kalimantan), 42 m (Nigeria) tajuknya dis kontinyu, batang pohon tinggi dan lurus, batang bebas cabang tinggi dan tajuk cenderung berpayung. 2. Stratum B tinggi 20 m (Guiana), 18 m (Kalimantan), 27 m (Nigeria) tajuk dapat kontinyu atau sedikit banyak dis kontinyu. Tajuk cenderung lebih dalam dari pada lebarnya atau kurang lebih dalam dan lebarnya. 3. Stratum C Jenis-jenisyang lebih toleran Tinggi 14 m (Guiana), (kalimantan), 10 m (Nigeria ) 8 m Hutan hujan tropis mempunyai beberapa strata. Menurut RICHARDS (1952) terdapat 5 strata di hutan hujan tropis

34

-

Selalu kurang lebih kontinyu dan merupakan rapat lapisan tajuk lebih yang paling atau daripada

-

Bentuk meruncing,

kerucut dalam

4. 5.

Starum D Stratum E

-

lebarnya Lapisan perdu dan semak Lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah (ground cover), Tumbuh-tumbuhan bersifat herba dan anakan-anakan pohon

Pengamatan stratifikasi pohon dapat dilaukan dengan pembuatan diagram profil yaitu proyeksi vertikal dari pohonpohon yang ada di jalur yang telah dibuat dengan ukuran panjang 200 ft (61 m) dan lebar 25 ft (7,6 m) 1.7.3. Pengertian suksesi dan klimaks

Istilah sukesi dan klimaks merupakan istilah ekologi. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme dan lingkungannya. DAUBENMIRE Ekologi dibedakan menjadi menjadi ekologi bintang dan tumbuhan, sementara ekologi tumbuhan menurut (1962)dibagi autecologi dan synekologi. Pertimbangan ekologis memegang peran penting dalam pengelolaan hutan. Suksesi adalah suatu istilah yang digunakan terhadap rangkaian perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat-masyarakat perubahan habitatnya. menjadi perubahan tumbuh-tumbuhan dan sesuai dengan Perubahan tersebut dapat dibedakan perubahan reprogresif,

progressif

dimana perubaha progresif lebih penting daripada perubahan reprogressif karena menyangkut keaslian masyarakat tumbuhtumbuhan, dan anggota tumbuh-tumbuhan itu sendiri

35

merupakan tenaga-tenaga dasar yang mendorong sehingga terjadi perubahan. Apabila di mulai dari keadaan yang paling awal (mulai), terdapat 2 jalan suksesi yaitu : 1. 2. Hydrosere : berjalan dari permulaan di dalam air menuju ke klimaks Xyrosere : berjalan dari batu menuju klimaks yang sama Tingkatan-tingkatan utama pada suksesi digambarkan oleh CLEMENTS sebagai berikut :

KLIMAKS hutan

Belukar Woodland Rerumpuitan Sedge meadow

Semak & perdu skrub Tumbuh-tumbuhan herba Herbs Lumut-lumut algae

Tumbuh-tumbuhan payau Reed swamp

Tumbuh-tumbuhan mengapung Floating plant

Lichenes berdaun Foliose linchens Lumut kerak Crustose lichens

Tumbuh-tummbuhan dalam air Submerged plants

AIR

BATU

36

HYDROSERE XEROSERE

Tumbuh-tumbuhan merupakan alat dari perubahan dan pada waktu yang bersamaan merupakan indikator dari tingkatantingkatan suksesi. Susesi yang sederhana semacam itu yang dimulai dari batu, dasar kolam, padang pasir atau lainnya dimana sebelumnya belum pernah ada kehidupan tumbuh tumbuhan disebut suksesi primer. Akan tetapi hal tersebut jarang sekali terjadi. Seringkali muncul gangguan terhadap proses terbentuknya klimaks seperti api, penggembalaan, erosi, banjie, logging dan penebangan hutan untuk pertanian. Tingkatan-tingkatan suksesi yang terjadi pada tanah-tanah yang sebelumnya sudah ada masyarakat tumbuh-tumbuhan disebut suksesi sekunder. Tingkatan suksesi menurut DANSEREAU telah disebutkan oleh SPUR (1973) ada 4 : tingkat pioner tingkat konsolidasi tingkat subklimaks tingkat klimaks 1.7.4. Klimaks Klimatis Dan Klimaks Physiografi Tingkat terakhir susesi disebut Klimaks klimatis adalah apabila masyarakat tumbuh-tumbuhan denga elemen-elemen vegetasi yang dominan ditentukan oleh iklim dan tidak dapat diganti oleh tumbuhan lain kecuali kalau terjadi perubahan iklim atau kerusakan oleh tenaga luar Klimaks ditandai oleh 3 kriteria :

37

1. 2.

klimaks itu stabil ; yang dominan mengganti diri sendiri. Tidak ada dominan baru yang masuk klimaks mempunyai kolerasi dengan mantapnya tanah, yang seperti klimaks itu sendiri merupakan hasil dari iklim

3.

klimaks pada hakekatnya, komposisi speciesnya adalah seragam dalam daerah-daerah yang iklimnya sama

Klimaks physiografi..

physiografi

terbentuk

apabila

pembentukan

klimaks menyimpang dari tipe sewajarna akibat dari keadaan kadang-kadang disebut juga klimaks edaphis. Kondisi yang lebih baik dan lebih lembab akan menghasilkan postklimaks, sedangkan keadaan yang lebih kering dan kurang baik akan menghasilkan preklimaks. Apabila terjadi gangguan yang hebat dapat terbentuk disklimaks. Vegetasi dalam keadaan ini tidak dapat berkembang lagi kearah klimaks klimatis.

38

BAB II HUBUNGAN ANTARA ZONE-ZONE VEGETASI DAN DAERAH-DAERAH IKLIMBanyak usaha-usaha yang dilakukan untuk mendapatkan korelasi antara zone-zone vegetasi dengan daerah-daerah iklim. Terdapat beberapa klasifikasi baik dari segi silviks maupun ekologis. Diantara klasifikasi itu adalah : Klasifikasi zone menurut MAYER Zone kehidupan menuruut MERRIAM Klasifikasi menurut THORNTHWAITE Daerah-daerah iklim menurut KOPPEN Daerah-daerah iklim menurut SCHMIDT & FERGUSSON Klasifikasi zone menurut MAYER

1.

2.

3.

4.

5.

39

Mayer membagi belahan bumi di sebelah utara menjadi 6 sabuk yang lebih sempit yang ditentukan oleh suhu rata-rata dari 4 bulan, yaitu mei, juni, juli dan agustus.

ZONEPalm Prunus

SUHU (F)> 79 72-79

Daerah, Karakteristik dan jenis PohonTropis dengan suatu spesies kayu keras palm Daerah mediteran Pohon virginiana, : Quersus prunus dan china, yang daun,

Castanea

64-72

lauraceae, pinus Jepang tengah, Pohon : Quersus

eropa, amerika utara menggugurkan Fagus 57-64

castenea Jepang utara, manchuria, eropa utara, lake states dan amerika timur laut Pohon pinus, rubra Siberia, : fagus, acer, betulla, rusia querqus utara,

Ficea abies

50-57

scandinavia, canada Pohon : picea, abies dan Alpine-polar 43-50 larix Pohon-pohon terpencar pinggir eropa dipegunungan dan tundra di yang dipinggiratau asia, amerika

dengan vegetasi : salix, betulla, picea, larix, pinus

40

Zone kehidupan menurut MERRIAM Merupakan klaisifikasi pertama spesifik untuk amerika, yang diajukan atas secara suhu berdasarkan

denganmenggunakan metode penjumlahan Klasifikasi menurut THORNTHWAITE THORNTHWAITE menggolongkan daerah iklim menjadi 5 daerah iklim primer berdasarkan perbandingan presipitasi dan evaporasi (P/E) dimulai dari superhumid sampai arid Daerah-daerah iklim menurut KOPPEN Digunakan secara luas dan memperhatikan faktor-faktor suhu dan curah hujan A. iklim hujan tropis (tropycal rainy climates) selalu panas; suhu tahunan 24-30 C suhu terdingin 16 C curah hujan paling sedikit 700 mm pada suhu 25 C curah hujan paling sedikit 600 mm pada suhu 20 C terdapat 2 musim yaitu musim hujan dan kering

Terbagi menjadi : Af- iklim rimba topis (tropical rain forest climate) Am- iklim rimba belantara (jungle climate) Aw- iklim savana (savana climate) B. iklim kering (Dry climates) BS iklim steppe (steppe climate) BW iklim padang pasir (dessert climate) C. iklim sedang hujan hangat (warm temperate rainy climate) temperatur bulan terdingin lebih dari 18 C sampai 3 C, curah hujan hampir sama dengan tipe A

41

D. iklim boreal mempunyai temperatur pada bulan terdingin kurang dari 30 C E. iklim kutub (salju) mempunyai temperatur pada bulan terpanas kurang dari 10 C

Daerah-daerah iklim menurut SCHMIDT & FERGUSSON Merupakan klasifikasi yang sering digunakan di Indonesia dengan menggunakan patokan Q ( Quotion) untuk menentukan tipe iklim di Indonesia.

QTipe iklimA B C D

=

rata-rata bulan kering rata-rata bulan basah

x

100%

Quotient0 14,33% 14,3 33, 3% 33,3 60,0 % 60,0 100,0 %

VegetasiHutan hujan tropis yang selalu hijau Hutan hujan tropis yang selalu hijau Peralihan hutan hujan tropis ke hutan musim Hutan musim dengan pohon-pohon yang

42

E F G H

100 167 % 167 300 % 300 700 % 700%

menggugurkan daun Hutan savana Hutan savana Padang pasir Padang pasir

Penentuan bulan basah menurut MOHR : bulan basah : bila curah hujan bulanan lebih dari 100 mm bulan kering : bila curah hujan bulanan kurang dari 60 mm bulan lembab : bila curah hujan bulanan antara 60 100 mm 2.1. HUBUNGAN VEGETASI HUTAN DENGAN IKLIM DI ASIA TROPIS Iklim katulistiwa lembab Musim panas kurang dari 2 bulan Curah hujan > 2000 mm/th Fluktuasi suhu kecil Tumbuh hutan yang lebat dan selalu hijau Terdapat di Thailand, Indonesia dan Philipina Spesies khas : (1) Balanocarpus heimi (2) Dryobalanops sp. (3) Hopea odorata (4) Mesua ferea Iklim sub-katulistiwa Musim panas 2 4 bulan Curah hujan > 1600 mm/th Variasi suhu bulanan 3 5 C Terdapat hutan lebat semi decidious terdiri atas spesies kayu daun lebar Terdapat di Thailand selatan, sumatra, kalimantan

43

-

Species khas : (1) Albizia lebbeck (2) Artocarpus integrifolia (3) Cedrela toona (4) Dipterokarpus alatus (5) Gmelina arbore (6) Lagerstroma speciosa

Iklim muson tropis basah Musim panas 4 6 bulan Curah hujan > 1200 mm/th Variasi suhu bulanan 10 15 C Terdapat hutan kering yang lebat, pohon-pohonnya lebih rendah daripada spesies kayu daun lebar. Jika rusak hutan ini sukar untuk merehabilitasi dirinya dan kemudian akan menjadi savana Terdapat di Kamboja, Siam Tengah, Birma, India Tenggara, Sailon Utara dan Timur Spesies khas : (1) Adina cordifolia (2) Dalbergia latifolia (3) Azadirachta indica (4) Diospyros mespiliformis (5) Tectona grandis (6) Vitex pinnata (7) Fragraca fragrans Iklim muson tropis kering Curah hujan lebih dari 700 mm Musim panas 6 8 bulan Suhu bulanan bervariasi 15 20 C

44

-

Terdapat savana kayu, yaitu hutan terbuka dengan padang rumput Terdapat di Laos tengah, Siam timur, Birma Tengah, India tengah dan timur Spesies khas : (1) Acacia catechu (2) Bombax sp. (3) Dalbergia sissoo (4) Dipterocarpus tuberculatus (5) Shorea robusta (6) Sterculia tomentosa

Iklim muson tropis Arid Curah hujan kurang dari 700 mm dan musim panas lebih dari 8 bulan Terdapat steppe berkayu dengan belukar-belukar dan padang-padang rumput Terdapat di India Barat Laut Spesies khas : (1) Acacia sp (2) Euphorbia sp. 2.2. TIPE-TIPE VEGETASI DARI ZONE-ZONE YANG DIKLASIFIKASI ATAS DASAR TINGGI TEMPAT OLEH JUNGHUHN DI INDINESIA JUNGHUHN mengklasifikasikan tipe-tipe vegetasi

berdasarkan tinggi dari permukaan laut. Zone panas ( 0 700 m) a. Hutan bakau di pantai, dengan spesies : (1) Rhizophora spp (2) Bruguera spp (3) Avienia spp

45

(4) Sonneratia spp (5) Ceriops spp (6) Heritiera sp (7) Exoecaria sp Sedikit di belakang terdapat Nifa fructecans dan Alstonia scholaris b. Hutan pantai di belakang hutan bakau (1) Dodonaca viscosa (2) Gluta rengas (3) Callophyllum inophyllum (4) Baringtonia speciosa (5) Eryhtriana variegata (6) Hibiscus tiliaceus (7) Terminalia catappa (8) Casuarina equisetifolia (9) Pandanus tectorius (10) Oneosperma filamentosa (nibung) (11) Arenga obtusifolia (12) Corysha gebanga (gebang0 (13) Borassus flabellifer c. Dataran rendah Pertama-tama terdapat padang rumpur, ialah : (1) Grewia celitifolia (2) Phyllantus emblica (3) Albizzia stipulata (4) Albizzia procera (5) Cassia fistula (6) Cassia javanica (7) Lagerstromia speciosa (8) Sterculia sp

46

(9) Dellinia sp (10) Ficus sp

d.

Hutan tinggi yang terdapat sesudah dataran rendah (1) Albizzia spp (2) Acaxia leuciphleca (3) Tectona grandis e. Hutan campuran (1) Ficus spp (2) Michelia sp (3) Dilleniaceae (4) Tilliaceae (5) Pterocarpus indicus (6) Myristicaceae (7) Dipterocarpaceae (8) Lauraceae f. dalam hutan jati dan di daerah kering terdapat spesies hutan decidios (1) Acacia leucocephloea (pilang) (2) Acacia tomentosa (3) Albizzia sp (4) Scheicera oleosa (5) Actinophora fragnans (6) Hemalia tomentosa (7) Buteanonasperma (8) Cassia fistula (9) Lagerstromia sp (10) Lillenia hure (11) Vitex pubescens (12) Kleinhovia hospita

47

(13) Sterculia foetida (14) Grewia paniculata (15) Tetrameles nudiflora (16) Phyllantus emblica Zone sedang ( 700 1500 m) Padang rumput dengan belukar dari spesies : (1) (2) (3) (4) (5) Alsophila sp Cyathea ap Diksenia Hemithelia sp Phyllantus emblica

b. Hutan tinggi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Myristicaceae Tiliaceae Sapotaceae Anonaceae Michellia sp Euphorbiaceae Theaceae Dipterocarpaceae Canarium altissimia

Paling atas terdapat Querqua sp, podocarpus sp, lauraceae Pohon-pohon pada zone ini berbatang tinggi dan lurus, pohon merambat (liana) dan banyak pula pohon dengan bunga-bunga bagus. 3. Zone sejuk ( 1500 2500 m) a. (1) (2) Podocarpus sp Lauraceae Hutan tinggi

48

(3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Casuarina junghuhniana Hutan di sini ditandai dengan banyak epiphit, pakupakuan (Aspleniumnidus), lumut (usnea barbata) Engelhardtia serrata(kihujan) Toona febrifisa Dysexylum sp Acer nivum Cinnamomum sp theaceae

b. Hutan anggrung terdapat di gunung-gunung merapi dan kelud c. Hutan cemara terdapat di jawa timur 4. Zone dingin Terdapat di puncak-puncak gunung dengan spesies : (1) (2) (3) (4) (5) (6) Tiliaceae Rosaceae Ericaceae Compositaceae Leguminoceae Sapindaceae

Batas pohon sampai ketinggian 3.300 m

49

BAB III TIPE-TIPE HUTAN DI INDONESIA ATAS DASAR TINGGI TEMPAT

Hutan Hutan Payau Hutan rawa

di

Indonesia

atas

dasar

tinggi

tempat

pada

umumnya secara sederhana dapat dibedakan :

Hutan redang atau hutan paya Hutan pantai Hutan musim Hutan dataran rendah Savana Hutan pegunungan HUTAN PAYAU Tumbuh pada tanah berlumpur atau pasir pada daerah yang digenangi air laut pasang surut, dengan vegetasi : Rhizophora mucronata Bruguera cinjugatta Bruguera symnorhyza Avicenia intermedia Ceriops candoleana Xylocarpus pranatum Sonneratia acida Sonneratia alba Sonneratia prifithii

50

-

Lumulsera litteria Lumulsera racemusa Bertiera mangkas Bertiera litteralia Nipa fructicans Carava obovata Tidak adanya ombak besar di pantai merupakan salah satu

syarat pembentukan hutan ini. dengan keadaan lingkungannya Perakaran

Daun-dan dari hutan bakau baik untuk khas hidup seperti dan akar

kebanyakan tebal dan mengkilat hal ini untuk menyesuaikan diri berkembangbiak. pohonnya

tunjang, akar lutut dan akar nafas. HUTAN RAWA Hutan rawa terbentuk di daerah yang selalu terkena banjir dari sungai-sungai besar/kecil, pada pinggir danau yang selalu digenangi air. Jenis-jenis pohon : Saorea sp Gluta sp Vatica sp

HUTAN REDANG ATAU HUTAN PAYA Hutan ini terjadi di dataran yang selalu tergenang air. Air bersama dengan daun-daun, cabang dan ranting membentuk suatu lapisan gambut dengan ketebalan 0,5 4 m atau lebih. Hutan ini bersambungan dengan hutan bakau, juga terdapat di pedalaman. Hutan redang yang luas terdapat di Sumatra dan Kalimantan. Jenis-jenis penting : Saorrea sp Tetramerista glabra Palacium sp

51

-

Kempassia malacennensis Tipe hutan ini tetrdapat di jalur sepanjang pantai yang

HUTAN PANTAI berbatu dan berpasir. Vegetasi penyusunnya Ardisia ellliptica Barringtonia asiatica Erytrina indica Hibiscus tiliaceus Terminalia catappa

HUTAN MUSIM Hutan ini terdapat di daerah yang beriklim muson dengan musim kemarau yang kering. daunnya pada musim kemarau : Scheicera oleosa Acacia leucocephloa Acacia tomentosa Schouteria ovata Butea monosperma Phyllantus emblica Sifat khas hutan ini adalah susunannya terdiri dari banyak jenis pohon yang menggugurkan

Di jawa berupa hutan tanaman dengan jenis-jenis : Tectona grandis Switenia sp Meulaleuca leucadendron Dalbergia latifolia Schlecera oleosa Anthocephalus cadamba

HUTAN DATARAN RENDAH

52

Hutan ini berada pada ketinggian di bawah 700 m di atas permukaan laut. Merupakan hutan campuran dengan vegetasi : Lauraceae Burseraceae Myristicaceae Guttiferaceae Ebenaceae Meliaceae

SAVANA Padang rumput, semak dimana terdapat satu atau lebih pohon-pohon berkelompok, tersebar secara teratur. disini karena pengaruh musim kering yang panjang. Switenia sp Meulaleuca leucadendron Casuarina Eucalyptus Vegetasi

Di jawa timur, di kepulauan Nusa Tenggara terdapat savana palm, dengan jenis palm yang merupakan huutan murni di savana : Berassus flabellifer Carypha untan Livistonia sp Tersusun dari jenis pohon yang berbeda dengan hutan dataran rendah. Daerah peralihan antara kedua zone ini ialah 700 2.000. Masih terdapat pohon-pohon khas hutan di bawah 700 m, tetapi juga ditemukan jenis-jenis yang hanya ditemukan pada ketinggian 700 m ke atas. Mulai dari 1.000 m kebanyakan terdiri dari : Coniferaceae

HUTAN PEGUNUNGAN

53

-

Ericaceae Lauraceae Auraceae Fagaceae Hemalidaceae Makin tinggi tempatnya makin rendah pohon-pohonnya.

Pada tempat-tempat yang banyak kabut akan dijumpai hutan kabut atau hutan lumut. Di sini banyak lumut-lumut yang menutupi tanah dan batang-batang pohon. Selain pembagian tipe hutan di atas, ada juga yang membedakan tipe-tipe hutan sebagai berikut : 1. Hutan Payau 2. Hutan rawa 3. Hutan pantai 4. Hutan gambut 5. Hutan hujan a. Hutan hujan bawah (2 - 1000 m dpl) b. Hutan hujan tengah (1000 3300 m dpl) c. Hutan hujan atas (3300 4100 m dpl) 6. Hutan musim a. Hutan musim bawah ( 2 1000 m dpl) b. Hutan musim tengah atas ( 1000 4100 m dpl) Di Irian barat atas dasar tinggi tempat hutan-hutannya dapat dibedakan : 1. Hutan dataran rendah (Low land forest) : tinggi 0 300 m dpl, sebagian besar tertutup oleh hutan tropis basah, kecuali di daerah kering seperti Merauke 2. Hutan lereng gunung (foothills forest) : tinggi 300 1650 m dpl, pohon-pohonnya tidak setinggi pada zone pertama :

54

- Ficus - Alstonia - Querqus junghuhnii - Cedrella toona - Vatica papuana - Albizzia sp - Elaecarpus sp - Eugenia sp - Archidendron sp 3. Hutan pegunungan (Mountain forest) : tinggi 1650 m dpl 2250 m dpl, merupakan campuran antara pasang dan konifer yang terdiri atas Querqus sp, Araucaria sp, Podocarpus sp dan Phhyllanthus 4. Hutan berlumut (Mossy forest) : tinggi 2250 3000 m dpl merupakan hutan hujan pegunungan dengan spesies pohon Pterocarpus thevotiifolia. 5. Hutan gunung tinggi (Hight Mountain forest) : tinggi 3000 3350 m dpl, terdiri dari jenis : Dacrydium Phyllocladus Podocarpus

BAB IV KLASIFIKASI HUTAN

4.1. KLASIFIKASI HUTAN MENURUT ASALNYA Yaitu pengklasifikasian hutan berdasarkan pada asal/pembentukan hutan itu, apakah hutan itu dibentuk/berasal

55

dari biji-biji ataukah dari trubusan (tunas-tunas batang atau akar vegetatif) atau berasal (pembiakan) dari keduanya. Dalam hal ini dibedakan menjadi : High forest Hutan yang terbentuk/berasal dari pembiakan biji Low forest Hutan Middle forest Disebut juga Coppice with standart forest, yaitu Hutan yang terbentuk/berasal dari kombinasi keduanya. 4.2. KLASIFIKASI HUTAN DITINJAU DARI ASLI DAN yang terbentuk/berasal dari trubusan atau pembiakan vegetatif

TIDAKNYA HUTAN Pada beberapa tempat dapat dibedakan antara hutan dara atau hutan primer (virgin forest) dengan hutan sekunder atau hutan pertumbuhan kedua. Hutan dara adalah hutan alam yang masih asli dimana penebangan-penebangan hutan dara : pohon-pohonnya besar-besar umurnya cukup tua dan rapat asli sejak dahulu kala Istilah Hutan sekunder atau hutan pertumbuhan kedua biasanya diperuntukkan bagi menunjukkan tersebut. tegakan tegakan yang lebih itu akibat penebanganmuda dengan dicirikan pohon-pohonnya lebih kecil yang jelas pertumbuhannya penebangan yang pernah dilakukan sebelumnya di kawasan belum pernah dilakukan sehingga Ciri-ciri pohon-pohonnya dalam keseluruhan nampak utuh.

56

4.3.

KLASIFIKASI

HUTAN

MENURUT

KOMPOSISI

SPESIESNYA Pada klasifikasi hutan ini dibedakan : a. Hutan murni (Monoclture) atau pure forest yaitu apabila dalam hutan tersebut terdapat satu spesias saja atau satu jenis saja b. Hutan campur (Mixed forest), yaitu apabila di dalam hutan tersebut terdapat banyak spesies Hutan murni maupun hutan campur dapat terjadi secara alam. Hutan murni yang sempura pada wilayah yang luas jarang dijumpai. Kadang-kadang tergolong murni jika 90 % atau lebih tajuknya tersusun oleh spesies utama ( satu jenis) sedangkan sisanya dapat merupakan jenis lain. Untuk mendapatkan hutan murni kemungkinannya adalah apabila dalam keadaan dasarnya sebagai berikut (Baker, 1950) : a. Apabila keadaan edaphis atau iklimnya sebegitu rupa memang hanya satu species pohon saja yang mampu hidup didaerah itu untuk membentuk hutan b. Tadinya merupakan hutan alam (campur) kemudian terjadi kebakaran atau bencana alam lainnya. Dengan tumbangnya atau musnahnya vegetasi semula, kemudian terjadi (datang) satu species yang mampu tumbuh/hidup di situ c. Ada species yang agresif, merupakan suatu species yang toleran dan mampu bersaing terhadap species lain sehingga species lain tersebut tak mampu hidup di situ d. Hutan murni itu terjadi secara permudaan buatan (permudaan buatan umumnya hanya menggunakan satu species) Hutan campur secara teoritis kelihatan menguntungkan karena kita dapat memungut banyak species untuk dijual, tetapi

57

untuk membuat hutan campur ini sangat sukar karena antara species species itu ada hubungan satu dengan lainnya yang amat komplek, berbeda dari tempat satu ke tampat lain. Pada permulaan abad 19, Hartig (Baker, 1950) telah menganjurkan konsep hutan murni, hingga pada waktu itu di Jerman secara luas dibuat hutan murni dari Picea, tetapi hal ini mengakibatkanterjadinya serangan hama dan penyakit secara cepat dan meluas hingga timbul reaksi-reeaksi gencar yang dipelopori oleh Gayer. Sebagai kesimpulan bahwa bentuk yang baik bagi suatu tempat belum dapat ditentukan sebelum diadakan pertimbangan yang tak terlepas dari faktor faktor biologis dan ekonomi. Beberapa pandangan dari segi biologis dan ekonomi dalam hal tegakan (hutan) murni dan campur di antaranya adalah (Baker, 1950) : 1. Pandangan dari segi Biologis Bahwasanya tegakan campur mendapatkan keuntungan yang lebih dibandingkan tegakan murni dalam segi biologis, namun pada keadaan tertentu terdapat juga adanya perkecualian di mana ada hutan murni biologis baik. Pandangan dari aspek biologis antara lain : a. Pemanfaatan tempat atau ruang tumbuh tidak secara penuh Tegakan murni kemampuan dalam memanfaatkan tanah atau ruang tumbuh tidak secara penuh, tidak memanfaatkan secara penuh cahaya maupun unsur unsur makanan yang ada dalam tempat/ ruang tumbuh b. Kebutuhan unsur hara/makanan pada tempat tumbuh Pada tegakan murni ketika telah dewasa akan terjadi kompetisi unsur hara sehingga akan menggangu pertumbuhan tanaman Pembentukan tanah

58

Pada beberapa hutan murni konifer ditemukan bahwa pembentukan tanah relatif lambat karena proses penghancuran seresahnya sangat lambat. Contohnya poda hutan pinus yang murni di mana dapat dilihat dari daunnya yang jatuh ke tanah masih utuh tidak mengalami dimana kehancuran tapi keadaan ini tidak akan terjadi bila diberi campuran dengan jenis pohon daun lebar penghancuran seresah seresah akan lebih dipermudah. d. Serangan hama dan penyakit Kebanyakan serangan hama dan penyakit menimpa pada beberapa pohon inang saja dari tegakan hutan, dimana tegakan campur lebih sedikit diserang oleh hama dan penyakit daripada tegakan murni e. Bahaya tumbang karena angin Pohon-pohon yang mempunyai perakaran dangkal mudah ditumbangkan oleh angin, terutama apabila pohon-pohon tersebut tumbuh di tanah-tanah yang berair kurang mantap. Keadaan yang kurang baik pada tegakan murni adalah apabila satu diantara pohonnya ada yang tumbang maka akan menimpa pohon tetangganya (pohon lainnya) dan dapat menjalar ke pohon-pohon sekitarnya. Kalaupun tidak menyebabkan tumbang secara keseluruhan akan tetapi menyebabkan terdapatnya lubang-lubang besar pada tajuknya yang dapat menimbulkan kesempatan meluasnya kerusakan.tumbangnya pohon-pohon yang disebabkan angin. f. Bahaya kebakaran hutan Hutan murni konifer memberikan peluang lebih besar terhadap bahaya kebakaran hutan dibanding dengan hutan yang dicampur dengan jenis tanaman/pohon berdaun lebar.

59

2. Pandangan dari segi ekonomi (dan administrasi) a. Keuntungan hutan/tegakan murni Tegakan murni biasanya mendatangkan uang lebih besar daripada tegakan campur disebabkan karena alasanalasan berikut (Danel, et.al.,1979) : (1) Seluruh wilayah hutan dapat diusahakan/dijadikan untuk mengarah satu spesies yang paling berharga atau bernilai ekonomi tinggi di pasaran sehingga mendatangkan keuntungan yang besar. (2) Pengelolaan tegakannya lebih sederhana dan tidak membutuhkan (3) (4) biaya serta penyediaan perlengkapan yang tinggi Biaya pemungutan hasil dan pemasarannya banyak berkurang Ternyata hutan murni dalam hal permudaannya lebih mudah diamankan daripada permudaan pada hutan campur b. Kerugian tegakan murni Salah satu kelemahan hutan murni adalah dalam hutan murni kurang fleksibel. Hal ini misalnya terjadi apabila ada perubahan pemasaran atau harga pasar suatu jenis produk spesies tertentu, maka hutan murni kurang/tidak dapat menanggapi dan ada kemungkinan nilainya turun banyak. 4.4. KLASIFIKASI HUTAN MENURUT UMUR TEGAKAN Klasifikasi hutan menurut umur tegakannya dapat dibedakan menjadi hutan seumur dan hutan tidak seumur. Menurut Daniel (1979), perbedaan pokok antar tegakan seumur dan yang tidak seumur dari segi biologis antara lain dapat dibandingkan sebagai berikut : KONDISI SEUMUR TAK SEUMUR

60

Kanopi Bahaya angin

Satu tingkat, tipis Membutuhkan pengelolaan yang sebaik-baiknya agar terhindar dari bahaya tumbangnya pohon, terutama spesies yang perakarannya dangkal (bahaya angin tinggi)

Tak teratur, biasanya tebal Bahaya angin amat rendah (sedikit)

KONDISI Resiko/bahaya

SEUMUR Bahaya terhadap serangan hama dan penyakit sangat serius Pohon-pohon yang kecil tertekan, tak bebas hidupnya

TAK SEUMUR Bahaya terhadap serangan hama penyakit kurang serius Pohon-pohon yang kecil dimasa mendatang dapat memberi hasil/panenan karena mempunyai respon hidup bebas Keadaan tempat tumbuh selalu dilindungi oleh pohon-pohon

Pohon-pohon kecil

Tempat tumbuh/tanah

Keadaan tempat tumbuh mengalami kemunduran oleh erosi dan hujan

61

selama periode tanaman masih kecil

disekelilingnya

62