kelompok tani mangrove wanasari, tuban-bali

25
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sektor pariwisata dipercaya sebagai salah satu penyumbang devisa yang tinggi bagi Nelayan Indonesia. Sejak tahun 2008, pemerintah Indonesia lebih menggalakkan promosi tentang pariwisata di Indonesia melalui program Visit Indonesia. Indonesia memiliki kekayaan dan keindahan alam yang tidak ternilai harganya. Keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam serta kebudayaan Indonesia telah diakui secara internasional. Hal ini menjadikan promosi untuk pengembangan pariwisata di Indonesia tidak terbatas. Minat wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri, tidak terbatas di objek-objek wisata yang terkenal dan ramai saja. Beberapa khalayak justru memandang objek wisata yang terlalu ramai kurang memberikan kesan yang berarti. Seiring dengan kecenderungan back to nature dan pergesaran paradigma dari produk kayu ke non kayu, maka usaha ekowisata pada masa yang akan datang memiliki kecenderungan permintaan yang semakin meningkat. Tidak sekedar berwisata alam saja, dalam ekowisata selain memberikan kepuasan pribadi juga dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran, pemahaman dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam. Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 1

Upload: pikep-ithuike

Post on 06-Aug-2015

215 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sektor pariwisata dipercaya sebagai salah satu penyumbang devisa yang

tinggi bagi Nelayan Indonesia. Sejak tahun 2008, pemerintah Indonesia lebih

menggalakkan promosi tentang pariwisata di Indonesia melalui program Visit

Indonesia. Indonesia memiliki kekayaan dan keindahan alam yang tidak ternilai

harganya. Keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam serta kebudayaan

Indonesia telah diakui secara internasional. Hal ini menjadikan promosi untuk

pengembangan pariwisata di Indonesia tidak terbatas.

Minat wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri, tidak terbatas di

objek-objek wisata yang terkenal dan ramai saja. Beberapa khalayak justru

memandang objek wisata yang terlalu ramai kurang memberikan kesan yang

berarti. Seiring dengan kecenderungan back to nature dan pergesaran paradigma

dari produk kayu ke non kayu, maka usaha ekowisata pada masa yang akan

datang memiliki kecenderungan permintaan yang semakin meningkat. Tidak

sekedar berwisata alam saja, dalam ekowisata selain memberikan kepuasan

pribadi juga dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran, pemahaman dan

dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam.

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem hutan tropika yang unik

untuk dinikmati dan dipelajari. Didalamnya selain banyak didapati spesies

mangrove, juga banyak ditemukan berbagai spesies kepiting. Dibalik keunikan

ekosistem mangrove telah terbukti bahwa ekosistem mangrove mampu menjadi

sistem perlindungan pantai secara alami termasuk mengurangi resiko gelombang

pasang bahkan tsunami dan tempat perlindungan satwa. Mengingat besarnya

fungsi ekosistem mangrove dari segi ekonomi, edukasi dan ekologi, pemanfaatan

hutan mangrove sebagai objek ekowisata diharapkan dapat membantu

melestarikan hutan mangrove di Indonesia.

Ekowisata Mangrove di Wanasari, Tuban, Bali memiliki ekosistem

mangrove alami dengan di dalamnya terdapat sekat-sekat bambu yang berfungsi

sebagai pembatas kolam kepiting bakau yang keberadaannya tidak jauh dari pusat

kota. Pada lokasi ini mulai tahun 2010 dibangun beberapa gazebo yang nantinya

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 1

Page 2: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

pada bulan Maret 2013 akan di lounching ekowisata mangrove. Dalam kegiatan

budidaya kepiting bakau di Wanasari, Tuban, Bali terdapat beberapa instalasi air

untuk pembenihan kepiting.

I.2 Tujuan

1. Mengkaji keberhasilan pembangunan ekowisata mangrove di Wanasari,

Tuban, Bali.

2. Mengkaji potensi ekowisata mangrove di Wanasari, Tuban, Bali.

3. Mengkaji instalasi air pada kegiatan budidaya kepiting bakau di Wanasari,

Tuban, Bali.

I.3 Manfaat

Hasil praktikum ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

perkembangan pembangunan ekowisata mangrove di daerah Wanasari, Tuban,

Bali serta instalasi air yang ada pada kegiatan budidaya kepiting bakau.

I.4 Waktu dan Tempat Praktikum

Waktu : 17 Desember 2012

Tempat : Kelompok Mangrove Wanasari, Tuban – Bali

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 2

Page 3: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mangrove

2.1.1 Pengertian Ekositem Mangrove

Mangrove berasal dari kata mangal yang menunjukkan komunitas suatu

tumbuhan. Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah

pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan

gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya

mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas

(pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap

keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Hutan mangrove adalah

tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang

dipengaruhi oleh pasang surut.

Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah

pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang

tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang

komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Menurut FAO, Hutan

Mangrove adalah Komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut.

Ekosistem mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang

dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung. Santoso (2006),

menyatakan bahwa ruang lingkup mangrove secara keseluruhan meliputi

ekosistem mangrove yang terdiri atas :

1) Satu atau lebih spesies pohon dan semak belukar yang hidupnya terbatas di

habitat mangrove (exclusive mangrove).

2) Spesies tumbuhan yang hidupnya di habitat mangrove, namun juga dapat

hidup di habitat non-mangrove (non-exclusive mangrove).

3) Biota yang berasosiasi dengan mangrove (biota darat dan laut, lumut kerak,

cendawan, ganggang, bakteri dan lain-lain) baik yang hidupnya menetap,

sementara, sekali-sekali, biasa ditemukan, kebetulan maupun khusus hidup di

habitat mangrove.

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 3

Page 4: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

4) Proses-proses dalam mempertahankan ekosistem ini, baik yang berada di

daerah bervegetasi maupun di luarnya.

5) Daratan terbuka atau hamparan lumpur yang berada antara batas hutan

sebenarnya dengan laut.

6) Masyarakat yang hidupnya bertempat tinggal dan tergantung pada mangrove.

2.1.2 Jenis-Jenis Mangrove

Indonesia memiliki sebanyak tidak kurang dari 89 jenis pohon mangrove,

atau paling tidak menurut FAO terdapat sebanyak 37 jenis. Dari berbagai jenis

mangrove tersebut, yang hidup di daerah pasang surut, tahan air garam dan

berbuah vivipar terdapat sekitar 12 famili. Dari sekian banyak jenis mangrove di

Indonesia, jenis mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah jenis api-api

(Avicennia sp.), bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), dan bogem atau

pedada (Sonneratia sp.) merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak

dijumpai. Jenis-jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang

menangkap, menahan endapan dan menstabilkan tanah habitatnya. Jenis api-api

(Avicennia sp.) atau di dunia dikenal sebagai black mangrove mungkin

merupakan jenis terbaik dalam proses menstabilkan tanah habitatnya karena

penyebaran benihnya mudah, toleransi terhadap temperartur tinggi, cepat

menumbuhkan akar pernafasan (akar pasak) dan sistem perakaran di bawahnya

mampu menahan endapan dengan baik. Mangrove besar, mangrove merah atau

Red mangrove (Rhizophora sp.) merupakan jenis kedua terbaik. Jenis-jenis

tersebut dapat mengurangi dampak kerusakan terhadap arus, gelombang besar dan

angin.

2.1.3 Fauna di Habitat Mangrove

Menurut Bengen (2001) komunitas fauna ekosistem mangrove membentuk

percampuran antara 2 (dua) kelompok :

1. Kelompok fauna daratan / terestrial yang umumnya menempati bagian

atas pohon mangrove, terdiri atas: insekta, ular, primata dan burung.

Kelompok ini tidak mempunyai sifat adaptasi khusus untuk hidup di dalam

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 4

Page 5: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

hutan mangrove, karena mereka melewatkan sebagian besar hidupnya

diluar jangkauan air laut pada bagian pohon yang tinggi, meskipun mereka

dapat mengumpulkan makanannya berupa hewan laut pada saat air surut.

2. Kelompok fauna perairan / akuatik, terdiri atas dua tipe yaitu :

a. Yang hidup di kolom air, terutama berbagai jenis ikan dan udang;

b. Yang menempati substrat baik keras (akar dan batang mangrove)

maupun lunak (lumpur) terutama kepiting, kerang dan berbagai jenis

invertebrata lainnya.

3. Karakteritik Ekosistem Mangrove

Karakteristik ekosistem mangrove menurut Bengen (2001) adalah :

1. Umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berumpur,

berlempung atau berpasir

2. Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun

tergenang hanya saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan

komposisi vegetasi hutan mangrove

3. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat

4. Terlindung dari gelombang dan arus pasang surut yang kuat. Air

bersalinitas payau (2-22 ‰) hingga asin (mencapai 38 ‰).

5. Banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuari, delta dan

daerah pantai yang terlindung.

2.1.4 Penyebaran Mangrove

Menurut Bengen (2001) dalam Rochana (2012), penyebaran dan zonasi

hutan mangrove tergantung oleh berbagai faktor lingkungan. Berikut salah satu

tipe zonasi hutan mangrore di Indonesia :

1. Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir,

sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi

Sonneratia spp. Yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya

bahan organik.

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 5

Page 6: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

2. Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh

Rhizophora spp. Di zona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus

spp.

3. Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp.

4. Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa

ditumbuhi oleh Nypa fruticans, dan beberapa spesies palem lainnya.

2.1.5 Fungsi Ekosistem mangrove

Hutan Mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme

baik hewan darat maupun hewan Mangorove dipenuhi pula oleh kehidupan lain

seperti mamalia, amfibi, reptil, burung, kepiting, ikan, primata, serangga dan

sebagainya. Selain menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem

Mangorove juga sebagai plasma nutfah (geneticpool) dan menunjang keseluruhan

sistem kehidupan di sekitarnya. Habitat Mangorove merupakan tempat mencari

makan (feeding ground) bagi hewan-hewan tersebut dan sebagai tempat

mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur dan memijah

(spawning ground) dan tempat berlindung yang aman bagi berbagai ikan-ikan

kecil serta kerang (shellfish) dari predator. Beberapa manfaat hutan mangrove

dapat dikelompokan sebagai berikut:

A. Manfaat / Fungsi Fisik :

1. Menjaga agar garis pantai tetap stabil

2. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.

3. Menahan badai/angin kencang dari laut

4. Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan

terbentuknya lahan baru

5. Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air

daratan yang tawar

6. Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.

B. Manfaat / Fungsi Biologik :

1. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting

bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 6

Page 7: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

2. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan

udang.

3. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang.biak dari burung dan satwa

lain.

4. Sumber plasma nutfah & sumber genetik.

5. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.

C. Manfaat / Fungsi Ekonomis :

1. Penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan.

2. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-

obatan, kosmetik, dll

3. Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak

silvofishery

4. Tempat wisata, penelitian & pendidikan.

Ekosistem hutan mangrove bermanfaat secara ekologis dan ekonomis.

Fungsi ekologis dan ekonomis hutan mangrove adalah (Santoso dan H.W. Arifin,

1998 dalam Rochana (2012 ) :

1. Fungsi ekologis :

a. pelindung garis pantai dari abrasi,

b. mempercepat perluasan pantai melalui pengendapan,

c. mencegah intrusi air laut ke daratan,

d. tempat berpijah aneka biota laut,

e. tempat berlindung dan berkembangbiak berbagai jenis burung, mamalia,

reptil, dan serangga,

f. sebagai pengatur iklim mikro.

2. Fungsi ekonomis :

a. penghasil keperluan rumah tangga (kayu bakar, arang, bahan bangunan,

bahan makanan, obat-obatan),

b. penghasil keperluan industri (bahan baku kertas, tekstil, kosmetik,

penyamak kulit, pewarna),

c. penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang, madu, dan telur

burung,

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 7

Page 8: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

d. pariwisata, penelitian, dan pendidikan.

2.2 Ekowisata

2.2.1 Pengertian Ekowisata

Ekowisata merupakan suatu konsep yang mengkombinasikan kepentingan

industry kepariwisataan dengan para pencinta lingkungan. Para pencinta

lingkungan menyatakan bahwa perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup

hanya dapat tercapai dengan melibatkan orang-orang yang tinggal dan

mengantungkan hidupnya pada daerah yang akan dikembangkan menjadi suatu

kawasan wisata dan menjadikan mereka partner dalam upaya pengembangan

wisata tersebut. Metode ini diperkenalkan oleh Presiden World Wild Fund (WWF)

pada konfrensi tahunan ke-40 Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik (PATA).

Kegiatan ekowisata biasanya berada didaerah tropis yang mempunyai

keanekaragaman yang tinggi dan banyak flora dan fauna yang bersifat endemic

sehingga kondisi tersebut rentan untuk mengalami perubahan. Dari sisi nilai

tambah ekowisata, ada kemungkinan dalam implementasi program tersebut

apabila tidak direncanakan dengan baik maka akan sebaliknya yang asalnya

mendukung terhadap kelestarian lingkungan hidup malah menjadi mendorong

terjadinya kerusakan lingkungan hidup di daerah tersebut. Oleh karena itu dalam

pengembangan ekowisata perlu adanya rencana pengelolaan yang mengacu

kepada tujuan utama awalnya yaitu mendorong dilakukannya pengawetan

lingkungan hidup, sehingga ekowisata perlu di rencanakan pengelolaannya

dengan mengintergrasikan dalam pendekatan sistem untuk konservasi yang

menggunakan desain konservasi.

2.2.2 Potensi Ekowisata Mangrove

Potensi rekreasi dalam ekosistem mangrove menurut Bahar (2004) antara

lain :

a. Bentuk perakaran yang khas yang umum ditemukan pada beberapa jenis

vegetasi mangrove seperti akar tunjang (Rhizophora spp.), akar lutu

(Bruguiera spp.), akar pasak (Sonneratia spp., Avicenia spp.), akar papan

(Heritiera spp.).

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 8

Page 9: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

b. Buah yang bersifat viviparious (buah berkecambah semasa masih

menempel pada pohon) yang terlihat oleh beberapa jenis vegetasi

mangrove seperti Rhizophora spp. dan Ceriops spp.

c. Adanya zonasi yang sering berbeda mulai dari pinggir pantai sampai

pedalaman (transisi zonasi).

d. Berbagai jenis fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove seperti

beraneka ragam jenis burung, serangga dan primata yang hidup di tajuk

pohon serta berbagai jenis fauna yang hidup di dasar mangrove seperti

babi hutan, biawak, buaya, ular, udang, ikan, kerang-kerangan, keong,

kepiting dan sebagainya.

e. atraksi adat istiadat masyarakat setempat yang berkaitan dengan

sumberdaya mangrove.

f. Hutan-hutan mangrove yang dikelola secara rasional untuk pertambakan

tumpang sari dan pembuatan garam, bisa menarik wisatawan. Potensi ini

dapat dikembangkan untuk kegiatan lintas alam, memancing, berlayar,

berenang, pengamatan jenis burung dan atraksi satwa liar, fotografi,

pendidikan, piknik dan berkemah, serta adat istiadat penduduk lokal yang

hidupnya bergantung pada keberadaan hutan mangrove.

2.2.3 Sifat Pengunjung Ekowisata

Para ekowisatawan biasanya mempunyai rasa tanggung jawab sosial

terhadap daerah wisata yang dikunjunginya. Kunjungan yang terjadi dalam satu

satuan tertentu yang mereka lakukan tidak hanya terbatas pada sebuah kunjungan

dan wisata saja. Wisatawan ekowisata biasanya lebih menyukai perjalanan dalam

kelompok-kelompok kecil sehingga tidak mengganggu lingkungan disekitarnya.

Daerah yang padat penduduknya atau alternatif lingkungan yang serba buatan dan

prasarana lengkap kurang disukai karena dianggap merusak daya tarik alami.

2.3 Instalasi air

Instalasi air dalam kegiatan budidaya merupakan perencanaan pembangunan

alur air yang digunakan untuk budidaya dari sumber air melalui komponen

penyalur dan penyambungan ke bak-bak penampungan air yang berfungsi untuk

memenuhi kenutuhan air dala kegiatan budidaya.

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 9

Page 10: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

Faktor-faktor penting dalam instalasi saluran air adalah :

1. Sumber air

2. Biaya

3. Model instalasi

4. Letak instalasi kolam

5. Ukuran kolam

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 10

Page 11: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Keadaan Umum Lokasi Praktikum Lapang

3.1.1 Letak dan Luas

Ekowisata Mangrove dalam praktikum lapang terletak di Wanasari, Tuban,

Denpasar Bali. Kawasan ekowisata mangrove ini memiliki luas 1.370 ha dan 70

ha diantaranya merupakan kawasan kepiting bakau. Kawasan ini merupakan hutan

mini yang dipenuhi dengan tanaman mangrove. Tanaman mangrove di daerah ini

nampak hijau dan masih alami. Disana juga terdapat bambu untuk membuat jalan

setapak menuju hutan bakau dan mengembangkan usaha kepiting. Jalan setapak

yang terbuat dari bambu ini berbentuk melingkar dan mengelilingi kawasan bakau

di wilayah Tuban. Jalan dari bambu tersebut dibuat tidak hanya untuk mengawasi

kepiting, tapi juga digunakan sebagai jalur untuk melakukan pembersihan

kawasan hutan bakau.

Gambar 1. Kawasan Ekowisata Mangrove Wanasari

3.1.2 Kondisi Masyarakat Sekitar

Masyarakat di kawasan ekowisata mangrove Wanasari, Tuban, Denpasar

ini mayoritas beragama Hindu Dharma atau Agama Tirtha sebagaimana

merupakan sejenis agama Hindu yang umumnya diamalkan oleh kebanyakan

orang Bali di Indonesia. Kegiatan melaut bukan sebagai mata pencaharian utama.

Mereka melaut hanya sebagai hobi  dan sebuah pekerjaan sampingan bila ada

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 11

Page 12: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

yang mau sewa perahu untuk mancing. Untuk satu perahu sewanya mencapai Rp.

300.000. Masyarakat kelompok tani wanasari pada umumnya mata

pencahariannya budidaya kepiting bakau. Namun pada pembibitan Kepiting

Bakaupun juga terdapat banyak kendala, salah satunya ialah kesulitan dalam

memperoleh bibit kepiting bakau. Dalam budidaya inipun masyarakat sekitar juga

sangat memperhatikan aspek kelestarian lingkungan yakni dengan menjaga

keestarian hutan bakau yang dimanfaatkan sebagai aktifitas budidaya tersebut.

Selain itu, bentuk kepedulian masyarakat juga diwujudkan dengan memperhatikan

kaidah rehabilitas, yaitu dengan melakukan penanaman kembali pohon yang rusak

di kawasan hutan bakau tersebut. Hal ini menunjukkkan bahwa masyarakat sekitar

sangat peduli terhadap pelestarian lingkungan bakau. Kesadaran akan pelestarian

hutan bakau tersebut dikarenakan nelayan sudah menganggap hutan bakau di

wilayah Kelurahan Tuban itu milik mereka sendiri yang harus tetap dipelihara dan

dijaga.

3.1.3 Aksesbilitas

Aksesibilitas merupakan salah satu kunci utama yang akan mendukung

keberhasilan pengembangan pada suatu kawasan, karena akan menghubungkan

wilayah pengembangan dengan daerah luar. Sarana transportasi angkutan umum

di Wanasari, Tuban, Denpasar, Bali terdiri dari Truk, Bus, Mini Bus serta

Angkutan Desa/Kota. Saat ini di kawasan By Pas Ngurah Rai Tuban juga sedang

dilaksanakan pembangunan jalan tol. Sistem jalan tol sudah beroperasi nantinya

juga akan memberikan dampak positif pada kawasan ekowisata mangrove,

melalui jalan tol akan tampak indah melihat pemandangan laut lepas dan jalan

yang sehingga juga akan memberi pemasukan tambahan bagi kelompok nelayan.

3.1.4 Instalasi Listrik

Instalisi listrik di depan ekowisata mengrove sudah ada, namun untuk

menjangkau ke kawasan ekowisata belum maksimal.

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 12

Page 13: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

3.1.4 Pasang Surut

Pasang surut adalah perubahan atau perbedaan permukaan laut yang terjadi

secara berulang dengan periode tertentu karena adanya gerakan dari benda-benda

angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan

peredaran bulan mengelilingi matahari. Bulan dan matahari keduanya

memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi, dimana gaya tarik bulan yang

mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali lebih besar daripada gaya tarik

matahari. Secara statistik, Bulan menyebabkan hampir 70% efek pasang surut.

Sedangkan matahari memiliki pengaruh sebesar 30%. Pasang surut di daerahpun

juga terjadi setiap hari, tiap air pasang tidak jarang sampah kiriman kerap kali

nyangkut pada hutan.

3.2 Perencanaan Ekowisata Mangrove

Ekowisata di Wanasari menjadi salah satu pilihan dalam mempromosikan

lingkungan yang khas yang terjaga keasliannya sekaligus menjadi suatu kawasan

kunjungan wisata.  Potensi yang ada adalah suatu konsep pengembangan

lingkungan yang berbasis pada pendekatan pemeliharaan dan konservasi alam. 

Konsep ini sangat unik dengan pengembangan dan pelibatan sektor manajemen

yang terpadu serta seluruh stakeholders’  yang terkait.  Namun pada prinsipnya

cukup sederhana dengan pola management lingkungan yang rill.  Konsep tersebut

tidak akan terlepas dari :

1. Penataan Lingkungan Alami. 

2. Nilai Pendidikan (Penelitian dan pengembangan).

3. Partisipasi Masyarakat Lokal dan Nilai Ekonomi.

4. Upaya Konservasi dan Pengelolaan Lingkungan.

5. Minimalisasi Dampak dan Pengaruh Lingkungan (tentunya     dengan

beberapa strategi khusus).

Ekowisata Mangrove di kawasan ini direncakan akan launching pada

bulan Maret 2013. Pada daerah ekowisata mangrove ini akan dibangun tiga

gazebo, disana juga akan dibangun pos-pos kuliner Indonesia. Hal ini diharapkan

agar wisatawan dapat menikmati keindahan alam yang masih alami.

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 13

Page 14: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

3.3 Instalasi Air Kolam Budidaya Kepiting Bakau

Pada kegiatan budidaya kepiting bakau di Wanasari, Tuban, Bali, bak

penampungan air yang digunakan untuk pemeliharaan larva berjumlah 3 kolam,

dengan bentuk persegi panjang yang berukuran 1,5 m x 2 m x 0,8 m, den volume

200 liter. Kolam ini berfungsi sebagai kolam penampungan air laut.

Sumber air berasal dari laut. Air laut diambil ketika air laut mengalami

pasang tertinggi. Air laut diletakkan pada bak salinitas berukuran 1.5x2m dengan

volume 200L. pada bak tersebut diberi aerasi besar sehingga air teraduk terus

menerus. Bak tersebut berisi 80% air laut dan 20% air tawar. Air laut berasal dari

laut langsung sedang air tawar didapat dari air tanah. Air tersebut siap

dipindahkan pada bak larva maupun bak crabeta dengan luas bak masing-masing

1.5x2m bervolume 200L.

Pemindahan air dari bak salinitas ke bak larva maupun bak crabeta

dilakukan penyaringan. Penyaringan dilakukan didalam saluran pipa, pipa tersebut

diisi dengan kasa penyaringan yang biasa digunakan di akuarium sehingga ketika

air dipindahkan secara otomatis tersaring. Air pada bak larva dan crebeta lebih

jernih dibanding pada bak salinitas. Pada bak larva dan bak crabeta diberi aerasi

masing-masing berjumlah 10 buah. Tujuan diberi aerasi tersebut adalah untuk

mengupayakan oksigen tersuplay terus menerus bagi kehidupan larva dan crabeta.

Diluar ruang instalasi air terdapat dua bak induk, induk jantan dan betina

masing-masing berukuran 1.5x2m dengan volume 200L. Air untuk bak induk juga

berasal dari bak salinitas. Pergantian air dilakukan setiap air pasang tertinggi.

Sehingga masing-masing bak akan diganti airnya secara berkala. Sebelum bak

salinitas diisi kembali dengan air laut, bak terlebih dulu dibersihkan.

Air untuk keramba pembesaran merupakan air yang sama dengan perairan

laut sekitar. Hal tersebut karena keramba terletak diantara tanaman mangrove

sehingga pergantian air mengikuti pasang surut air laut. Pembersihan dilakukan

setiap air surut. Reruntuhan daun bakau yang terjatuh didalam keramba akan

terkumpul di salah satu sudut keramba mengikuti aliran surutnya air. Kotoran dari

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 14

Page 15: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

laut tidak dapat masuk kedalam keramba karena terdapat jaring-jaring yang tinggi

sehingga kotoran hanya ada kerena daun yang jatuh di dalam keramba itu sendiri.

Sebagai sebuah sistem bangunan instalasi air juga membutuhkna biaya

yang tidak sedikit. Besar kecilnya biaya dipengaruh oleh modal instalasi, letak

instalasi kolam , jenis kolam dan ukuran kolam. Dana untuk pembangunan

instalasi ini didapatkan dari kerjasama dengan beberapa perushaan dan modal

pribadi para kelompik tani.

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 15

Page 16: Kelompok Tani Mangrove Wanasari, Tuban-Bali

BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Bahwa dalam suatu pengelolaan ekowisata dalam hal ini adalah ekowisata

mangrove diperlukan :

1. Persiapan keadaan lahan atau lokasi dengan kesesuaian tofografi yang ada

untuk kemudian ditinjau berdasar syarat – syarat aspek lokasi ekowisata.

2. Persiapan individu biakan (mangrove) beserta populasi yang menempati

dalam satu ekosistem mangrove tersebut. Seperti kepiting bakau, uca sp. dsb

Pemanfaatan lebih (optimalisasi) lahan mangrove selain sebagai ekowisata

juga dapat dimanfaatkan sebagai area budidaya (pembiakan) kepiting bakau.

1.2 Saran

Saran yang dapat kami sampaikan atas terlaksananya praktikum lapang ini

adalah, untuk kemudian bias mengkondisikan mahasiswa agar lebih benar – benar

fokus praktikum sehingga tidak banyak lagi mahasiswa yang tidak menjalan

praktikum dengan benar.

Laporan Praktikum Manajemen Marikultur | 2012 16