kelompok - stukep - isi

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan hidup Indonesia yang dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada Bangsa dan Rakyat Indonesia, merupakan rahmat dari-Nya dan wajib dikembangkan dan dilestarikan kemampunanya agar dapat tetap menjadi sumber dan  penunjang hidup bagi Bangsa dan Rakyat Indonesia serta mahluk lainnya, demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri. Pengelolaan dan pembangunan lingkungan hidup di Indonesia relatif belum lama dan baru dirintis menjelang Pelita III. Namun demikian, dalam waktu yang pendek itu Indonesia telah banyak berbuat untuk mulai mengelola lingkungan hidupnya. Hasil utama pengembangan lingkungan hidup ini nampak pada munculnya kesadaran dan kepedulian di kalangan masyarakat. Antara lain nampak dalam peningkatan upaya swadaya masyarakat seperti tercermin dalam kegiatan nyata dan keterlibatan masyarakat umum dalam memecahkan masalah pencemaran di daerah. Padahal, 20 tahun sebelumnya, istilah lingkungan hidup itu sendiri belum begitu dikenal. Konsep dan kebijakan lingkungan hidup selama Pembangunan Jangka Panjang (PJP) Pertama mengalami perkembangan yang sangat berarti. Selama Pelita III bidang lingkungan hidup ditangani oleh Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Men-PPLH) dengan prioritas pada peletakan dasar-dasar kebijaksanaan “membangun tanpa merusak”, dengan tujuan agar lingkungan dan Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 1

Upload: rudyandhykag8930

Post on 06-Jul-2015

1.172 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 1/42

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan hidup Indonesia yang dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa

kepada Bangsa dan Rakyat Indonesia, merupakan rahmat dari-Nya dan wajib

dikembangkan dan dilestarikan kemampunanya agar dapat tetap menjadi sumber dan

  penunjang hidup bagi Bangsa dan Rakyat Indonesia serta mahluk lainnya, demi

kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri.

Pengelolaan dan pembangunan lingkungan hidup di Indonesia relatif belum lama

dan baru dirintis menjelang Pelita III. Namun demikian, dalam waktu yang pendek itu

Indonesia telah banyak berbuat untuk mulai mengelola lingkungan hidupnya. Hasil

utama pengembangan lingkungan hidup ini nampak pada munculnya kesadaran dan

kepedulian di kalangan masyarakat. Antara lain nampak dalam peningkatan upaya

swadaya masyarakat seperti tercermin dalam kegiatan nyata dan keterlibatan masyarakat

umum dalam memecahkan masalah pencemaran di daerah. Padahal, 20 tahun

sebelumnya, istilah lingkungan hidup itu sendiri belum begitu dikenal.

Konsep dan kebijakan lingkungan hidup selama Pembangunan Jangka Panjang

(PJP) Pertama mengalami perkembangan yang sangat berarti. Selama Pelita III bidang

lingkungan hidup ditangani oleh Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan

Lingkungan Hidup (Men-PPLH) dengan prioritas pada peletakan dasar-dasar 

kebijaksanaan “membangun tanpa merusak”, dengan tujuan agar lingkungan dan

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 1

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 2/42

 

  pembangunan tidak saling dipertentangkan. Pada Pelita IV, bidang lingkungan hidup

 berada di bawah Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (Men-KLH),

dengan prioritas pada keserasian antara kependudukan dan lingkungan hidup. Pada Pelita

V kebijaksanaan lingkungan hidup sebelumnya disempurnakan dengan

mempertimbangkan keterkaitan tiga unsur, antara kependudukan, lingkungan hidup dan

  pembangunan guna mewujudkan konsep pembangunan berkelanjutan. Pembangunan

hanya terlanjutkan dari generasi ke generasi apabila kebijaksanaan dalam menangani tiga

 bidang tersebut selalu dilakukan secara serasi menuju satu tujuan. Bila lingkungan dan

sumber daya alam tidak mendukung penduduk dan menunjang sumber daya manusia

atau sebaliknya, maka pembangunan mungkin saja dapat berjalan, namun dengan risiko

timbulnya ancaman pada kualitas dan daya dukung lingkungan.

Pada pelita VI, bidang lingkungan hidup secara kelembagaan terpisah dari bidang

kependudukan dan berada di bawah Menteri Negara Lingkungan Hidup (Men-LH).

Lingkungan hidup dirasakan perlu ditangani secara lebih fokus sehubungan dengan

semakin luas, dalam dan kompleksnya tantangan pada era industrialisasi dan era

informasi dalam PJP Kedua (yang dimulai pada Pelita VI). Lintas sejarah perkembangan

 pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia diuraikan menjadi tiga babak, yakni masa

tumbuhnya Arus Global 1972, munculnya Komitmen Internasional, dan Komitmen

 Nasional dalam pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia, serta Pasca Reformasi.

Berdasarkan tulisan diatas maka dapat dilihat bahwa betapa sangat eratnya

hubungan antara masalah kependudukan dengan lingkungan hidup. Karena lingkungan

hidup merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam pembuatan

kebijakan-kebijakan mengenai lingkungan hidup. Oleh sebab kependudukan

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 2

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 3/42

 

menyangkut berbagai aspek seperti tingkat kelahiran, tingkat kematian, penyebaran

  pendudukan yang pada akhirnya aspek-aspek tersebut akan berpengaruh terhadap

masalah lingkungan hidup, terutama terhadap ketersediaan lahan permukiman. Maka

dari itu penulis merasa tertarik untuk membahas secara lebih mendalam mengenai

hubungan antara kependudukan dengan lingkungan hidup di dalam makalah ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai

 berikut:

1. Mengetahui dan memahami konsep kependudukan yang berdampak pada

lingkungan hidup.

2. Mengetahui dan memahami masalah-masalah lingkungan hidup.

3. Mengetahui serta mencari solusi terhadap masalah-masalah lingkungan

hidup.

4. Memenuhi tugas mata kuliah Studi Kependudukan semester 4 pada jurusan

Ilmu Pemerintahan FISIP UNPAD.

1.3 Rumusan dan Batasan Masalah

Agar pembahasan terfokus dan tidak menyimpang dari permasalahan yang

seharusnya, maka kami merumuskan dan membatasi masalah tersebut dengan

mengacu pada konsep yaitu sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi lingkungan hidup?

2. Seberapa besar faktor-faktor tersebut mempengaruhi lingkungan hidup?

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 3

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 4/42

 

3. Bagaimana dampak faktor-faktor tersebut terhadap lingkungan hidup?

4. Bagaimana solusinya untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup?

Adapun batasan masalah yang kami rumuskan, lebih terfokus terhadap

 perkembangan lingkungan hidup itu sendiri. Seberapa besar peran pemerintah

dalam mengelola serta memprhatikan lingkungan hidup sebelum reformasi dan

 pasca reformasi.

1.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan studi kepustakaan

dalam mengumpulkan data–data yang dibutuhkan, baik itu bersumber dari

literature-literatur tentang lingkungan hidup, maupun dari media-media seperti :

Koran, majalah, dan internet yang ada kaitanya dalam permasalahan lingkungan

hidup ini. Sehingga kami mempunyai standard dan pedoman yang jelas dalam

 penyususnan makalah ini.

1.5 Sistematika Penulisan

Agar makalah ini mudah dipahami, kami menyajikan sistematika penulisannya

yaitu sebagai berikut:

Kata Pengantar 

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang: latar belakang, tujuan penulisan, rumusan dan batasan masalah,

teknik pengumpulan data, dan sisitematika penulisan.

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 4

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 5/42

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang: lingkungan, sosial forestry ( kehutanan sosial ) dan Lingkungan,

 penyebab utama kerusakan hutan ( Deforestri ), penduduk dan permukiman,

 pertumbuhan penduduk dan urbanisasi pembangunan.

BAB III PEMBAHASAN

Berisi tentang: pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia sebelum reformasi,

  pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia era reformasi, pengelolaan

lingkungan hidup di Indonesia saat ini, pengelolaan lingkungan hidup di

Indonesia pasca reformasi dan studi kasus banjir di Jakarta sebagai dampak 

kerusakan lingkungan dan kependudukan

BAB IV PENUTUP

Berisi tentang: Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 5

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 6/42

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lingkungan

Pengertian mengenai istilah lingkungan juga masih tidak tepat penggunaannya

karena dicampurkan dengan penggunaan   Lingkungan Alam dan Lingkungan Hidup.

Lingkungan hidup sendiri harus diperjelas lagi: lingkungan hidupnya siapa?, apakah

lingkungan hidup manusia, lingkungan hidup gajah, lingkungan hidup lumba - lumba,

lingkungan hidup pohon meranti atau lingkungan hidup tanaman padi. Semua

lingkungan hidup tersebut berbeda keadaannya. (1991, Gunarwan Suratmo ).

Pengertian lingkungan yang digunakan di dalam analisis dampak lingkungan

ialah lingkungan hidup. Oleh karena itu pengertian lingkungan hidup dapat diartikan

sebagai  segala Sesutu di sekitar suatu objek yang saling mempengaruhi. Lingkungan

hidup disini meliputi lingkungan alam baik hayati maupun non hayati, lingkungan

 buatan dan lingkungan sosial.

Di dalam Peratuan Pemerintah No.29 tahun 1986 disebutkan bahwa lingkungan

hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup,

termasuk didalamnya manusia dan perilaku yang mempengaruhi kelangsungan

 perikehidupan dan kesejahteraan, serta lingkungan hidup.

Sedangkan lingkungan hidup dalam pengertian ekologi tidaklah mengenal batas

wilayah baik wilayah Negara maupun wilayah administratif. Akan tetapi, kalau

lingkungan hidup diakitkan dengan pengelolaanya, maka haruslah jelas batas wilayah

wewenang pengelolaan tersebut. Lingkungan hidup Indonesia menurut konsep

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 6

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 7/42

 

kewilayahan merupakan suatu pengertian hukum, sebagaimana dapat disimpulkan dari

 prinsip-prinsip yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 4 Prp Thuan 1960 tentang

Perairan Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landasan Kontinen

Indonesia dan Pengumuman Pemerintah Republik Indonesia tanggal 21 maret 1980

tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Dalam pengertian ini, lingkungan hidup

Indonesia tidaklah lain daripada kawasan Nusantara, yang menempati posisi silang

antara dua benua dan dua samudra dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang

memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi

nilainya, tempat bangsa dan rakyat Indonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara

dalam segala aspeknya. ( 1982, Munadjat Danusaputro ).

Lingkungan hidup harus senantiasa dilestariakan, agar selalu terhindar dari

 pencemaran yang akan mengakibatkan dampak lingkungan secara permanen. Dampak 

lingkungan adalah setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat adanya

aktivitas manusia ( 1991, Gunarwan Suratmo ). Sebagai contoh kita dapat melihat hutan

sebagai paru-paru dunia

2.2 Sosial Forestry ( kehutanan sosial ) dan Lingkungan

Belakangan ini hutan di dunia sedang dalam situasi over eksploitasi dan akan

habis keberadaanya di banyak Negara-negara dunia. Tanah-tanah di daerah yang

mengalami penggundulan sekarang mengalami degradasi serius sebagai akibat dari

meningkatnya penggunaan lahan. Dampak darikerusakan hutan tersebut secara kumulatif 

akan mengimbas kepada seluruh wilayah dalam skala nasional.

Biasanya masalah linkungan seperti di gambarkan di atas selalu dibahas di

tingkat makro global perspektif, dan tentu di pelukan suatu kebijakan komprehensif 

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 7

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 8/42

 

yang mampu menghubungkan antara tingkat makro dengan tingkat mikro rakyat. Karena

itulah, jalan pemecahan macam-macam problem lingkungan tersebut juga ber gantung

kepada masing-masing pengguna lahan dan praktik-praktik penggunaan lahan dari

 penduduk. Hal seperti inilah yang dapat dikaitkan dalam strategi kehutan sosial, sebab

 pusat perhatian kegiatan kehutanan sosial sebenarnya pada pengembangan dan adopsi

 praktik-praktik kelestarian penggunaan lahan. Jadi menjadi jelas bahwa kegiatan sosial

forestri, agroforestri, dan teknik pengelolaan pohon yang sesuai secara ekologis, akan

mampu membantu melindungi lingkungan.

Deforestasi ( kerusakan hutan ) memberikan konsekuensi dampak lingkungan

kepada kehidupan masyarakat secara langsung. Banyak di antara masyarakat tersebut

mengubah kebiasaan tataguna lahannya untuk mencegah bahaya lingkungan pada masa

yang akan datnag. Jadi, program kehutanan sosial dan kegiatannya harus secara

langsung memperhatikan perlindungan lingkungan. Kehutanan sosial tidak dapat

diisolasi dari perhatian akan hal-hal yang berkaitan dengan aspek sosial secara dengan

lingkungan.

Hubungan seperti yang di gambarkan di atas paling nyata terlihat pada tingkat

usahatani. Ditingkatkannya praktik-praktik dalam suatu hamparan penggunaan lahan

yang meliputi kegiatan penanaman dan pengelolaan pohon dalam system usahatani,

semuanya akan dapat meningkakan kesejahteraan individu petani dan tentu juga

lingkungan. Ada 3 hal mendasar terkait dengan isu kebijakan perencanaan program

sosial forestri, yaitu:

1. bagaimana mengelola hutan alam dan kebun kayu agar mengahasilkan

keluaran untuk masyarakat lokal dan sekaligus melindungi sumber daya

alamnya;

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 8

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 9/42

 

2. bagaimana kehutanan sosial terkait dengan pengelolaan DAS dan

 perlindungan; dan

3. bagaimana kehutanan sosial terkait dengan strategi untuk mengurangi proses

kerusakan hutan. ( 2004, San A. Awang ).

2.3 Penyebab Utama Kerusakan Hutan ( Deforestri )

Penyebab utama dari kerusakan hutan adalah : (1) perluasan kegiatan pertanian

  pangan, (2) perluasan kegiatan peternakan, (3) meningkatnya permintaan atau tuntutan

untuk hasil-hasil hutan komersial dan non komersial, (4) perluasan areal perkebunan

swasta dan Negara, (5) pembukaan wilayah untuk transmigrasi, dan (6) pembuatan

 bendungan.

a) Perluasan Kegiatan Pertanian

Kerusakan hutan pertama kali disebabkan oleh meningkatnya jumlah

  penduduk, yang membawa pada kebutuhan perluasan lahan untuk 

tanaman dan padang penggembalaan. Proses perusakan hutan tersebut

secara umum dapat digambarkan dalam uraian sebagai berikut. Pertama

kali penduduk menebang dan bekerja di lahan-lahan yang baik dan

 produktif. Tertarik dengan keberhasilan ang diraih para famili mereka,

gelombang pemukim baru kemudian dating ke daerah tertentu. Lahan-

lahan tersebut biasanya digunakan beberapa kali oleh komunitas lainnya

sampai memunculkan lahan-lahan marjinal, tidak subur, dan kritis.

Biasanya lahan kritis tersebut menyebabkan kerusakan lingkungan yang

serius oleh pendatang atau pemukim yang paling akhir. Produksi

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 9

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 10/42

 

  pertanian tidak mungkin dilakukan secara lestari di atas lahan

yangmarjinal dan kritis.

b) Meningkatnya Permintaan Hasil Hutan

Pembangunan ekonomi nasional dan perdagangan internasional

merangsang permintaan untuk hasil-hasil hutan. Pemanenan kayu untuk 

memenuhi permintaan tersebut dapat membawa semakin meningkatnya

kerusakan hutan. Walaupun penggunaan kayu bulat industri masih

relative terbatas di Negara berkembang, lebih dari 4, 4 juta hektar hutan

tropis ditebang setiap tahun untuk menyuplai industri hutan local dan

untuk memproduksi kayu gergajian dan kayu vinir untuk ekspor ke

 Negara-negara kaya sebagai konsumen kayu dari Negara tropis.

c) Meningkatnya Permintaan Pakan Ternak dan Areal Penggembalaan

Di Negara-negara tropis basah yang cukup curah hujannya, pemenuhan

kebutuhan pakan ternak dari rumput-rumputan hamper tidak bermasalah.

Tetapi di daerah yang beriklim semi-arid dan kering, persoalan

 pemenuhan kebutuhan pakan ternak dari rumput menjadi masalah, sebab

rumput tidak dapat bertahan hidup pada musim kemarau panjang

hanyalah  fodder  (daun-daunan dari tanaman keras).  Fodder  sangat

diperlukan oleh masyarakat yang memiliki ternak di Negara-negara

afrika. Pembangunan hutan atau pembukaan hutan untuk kepentingan

 penggembalaan komersial merupakan penyebab utama kerusakan hutan di

 banyak Negara-negara Amerika latin. Proses terjadinya ‘tragedy of the

common’  juga di sebabkan karena kegiatan pembukaan hutan oleh

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 10

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 11/42

 

 pemilik ternak yang mengambil rumput-rumput untuk pakan ternak dan

kayunya untuk di buat arang. ( 2004, San A. Awang ).

2.4 Pembangunan

Pembangunan merupakan upaya sadar untuk mengelola dan memanfaatkan

sumber daya guna meningkatkan mutu kehidupan rakyat. Menurut E. Gumbira Said,

Pembangunan adalah kegiatan-kegiatan pengerahan dana, daya, dan usaha, menuju

arah kehidupan bangsa yang lebih baik. Pembangunan pada umumnya memerlukan

usaha mengintensifkan produksi, yang selama ini diperoleh melaui penggunaan

teknologi. Adapun dampak dari pembangunan sangatlah bisa terjadi, dan hal ini pun

sudah terjadi pada umumnya yang mengakibatkan kerusakan pada alam dan lingkungan

kita. Masalah lingkungan menurut Partoatmodjo (1981) sudah cukup serius, dengan

tanda-tanda semakin sering dan meluasnya kejadian banjir di musim hujan ; kegagalan

 panen dan timbulnya kelaparan akibat kekeringan di musim kemarau ; lebih sering

meluasnya wabah muntaber ; semakin sering terjadinya serangan hama tanaman pangan,

seperti wereng dan tikus ; meningkatnya pencemaran oleh limbah industri ; dan

  peningkatan pengendapan luimpur di sungai dan waduk akibat meningkatnya erosi

tanah.

Dampak pembangunan dapat terjadi pada manusia dan juga pada alam tempat

manusia hidup. Terdapat empat buah dampak pembangunan yang sangat menonjol pada

manusia. Dampak yang pertama adalah terjadinya sikap hidup yang semakin bercorak 

individualisme yang ekstrim dan terjadinya isolasi individu ; dampak kedua terjadinya

keretakan prinsip-prinsip kekeluargaan ; kegita, hilangnya nilai-nilai hidup rohaniah

yang mempertinggi nilai mutuh hidup ; dan yang terakhir adanya penggunaan kelebihan

harta dan waktu luang yang tidak wajar, sehingga menimbulkan jurang sosial dan

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 11

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 12/42

 

kriminalitas. Dekadensi moral dan erosi nilai hidup agamis juga seringkali menandai

dampak pembangunan.

2.5 Pertumbuhan Penduduk dan Urbanisasi

Seperti diketahui bahwa penggunaan tanah sangat menentukan, sebagaimana

sarana pembangunan dan fasilitas ekonomi yang dominant sekali lebih-lebih di

Indonesia yang termasuk Negara agraris. Untuk itu perlu diperhatikan kelestariannya

 pengendalian dan pemakaian tanah sesuai tata guna tanah yang telah ditentukan secara

  planalogi untuk maengarahkan serta mengatur pertumbuhan dan perkembangan kota

secar mantap.

Untuk menghindari penyalah-gunaan tanah, diperlukan daya usaha dan daya

guna ke arah sebagai berikut :

1. pengawasan dan pemberian pengertian/kesadaran masyarakat untuk 

mematuhi ketetapan planologi sebagai rencana yang telah ditetapkan

terhadap tanah-tanah perkotaan dan tanah sekitarnya.

2. mengamankan dengan usaha pencegahan terhadap pelaksanaan cara-cara

spekulasi tanah, sebab akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar 

 bagi pemerintahan dengan cara pembebasan atau meningkatnya nilai dan

harga tanah.

3. melaksanakan tindakan penertiban secara tepat dan cepat bagi tanah-tanah

yang ditempati tanpa izin yang berhak, demikian pula pembangunan di

atas tanah yang tidak sesuai dengan tata guna dan tepat guna daripada

tanah itu sendiri.

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 12

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 13/42

 

  Namun demikian tujuan tersebut di atas tidak akan mudah berhasil dicapai

apabila tidak diimbangi dengan adanya kesadaran sosial masyarakat yang tinggi dan tata

cara didalam pengendalian jumlah/membatasi kepadatan penduduk di dalam kota serta

menciptakan tata ekonomi masyarakat yang sesuai dengan tujuan daripada bangsa

Indonesia yaitu untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur atau dengan istilah

 bahasa jawa “ Gemah ripah loh jinawi tata tentre kerja raharja”.

Berhubungan dengan perubahan-perubahan dalam struktur sosial yang

disebabkan oleh revolusi industri dan urbanisasi, maka banyak manusia kini hidup di

kota-kota yang makin lama makin besar. Masalah kelebihan penduduk mempercepat

 proses ini sehingga masalah-masalah yang disebabkan karena manusia hidup disebidang

tanah kecil dan harus berusaha untuk berbagi tempat yang kian lama kian memadat.

(Cholil Mansyur ).

2.6 Penduduk dan Permukiman

Kelestarian sumber-sumber alam tidak saja terancam oleh langkah-langkah yang

kurang bijaksana, melainkan juga oleh gejala pertumbuhan penduduk yang amat pesat

sehingga dibeberapa tempat telah melampaui daya dukung lingkungannya. Untuk 

menghindari proses perusakan lebih lanjut dan untuk rehabilitasi sumber alam yang

rusak, keseimbangan antara daya dukung lingkungan dan jumlah penduduk harus

dikembangkan. Dalam Repelita II pemecahan masalah ini terutama dilakukan melalui

  peningkatan pelaksanaan program keluarga berencana, meningkatkan kegiatan

transmigrasi dan berbagai usaha pembangunan lainnya.

Oleh karena berhasilnya prohram keluarga berencana mempunyai hubungan erat

dengan keadaan kesehatan masyarakat maka dalam Repelita II usaha-usaha untuk 

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 13

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 14/42

 

memberantas penyakit-penyakit menular dan peningkatan pelayanan kesehatan rakyat

akan lebih ditingkatkan. Dalam pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan sekaligus

tersimpul pula tujuan-tujuan pembinaan kesehatan lingkungan sehingga turut membantu

tercapainya antara manusia dan lingkungannya yang sehat secara lebih serasi dan efektif.

Dalam rangka ini pembinaan pemukiman yaitu pemusatan-pemusatan kegiatan

dan tempat tinggal manusia, akan mendapat perhatian dalam pengelolaan lingkungan

hidup. Ikhtiar pembangunan akan diarahkansedemikian rupa sehingga tetap menjaga

agar keadaan pemukiman manusia tidak menjadi semakin buruk, bahkan membuat

mutunya terus-menerus bertambah baik. Masalah yang dihadapi adalah bahwa keadaan

lingkungan pemukiman cenderung untuk memburuk karena pertumbuhan penduduk 

yang lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan penambahan fsasilitas-fasilitas

  pelayanan umum untuk mengimbanginya. Masalah pemukiman ini dihadapi dalam

situasi dan skala yang berlain-lainan di daerah perkotaan dan di daerah pedesaan,

sehingga pada dasarnya pembinaan pemukuman dan lingkungan hidup dapat dibedakan

dalam tiga masalah pokok yaitu :

1. Masalah penduduk dan pemukiman.

2. Masalah pembinaan pemukiman di daerah perkotaan.

3. Masalah pembinaan pemukiman di daerah pedesaan.

Usaha pemecahan masalah penduduk dan pemukiman dalam Repelita II

mencakup empat bidang yaitu :

1. Usaha untuk mengurangi kecepatan pertambahan penduduk secara

alamiah dengan program keluarga berencana dan kebijaksanaan

kependudukan yang menyeluruh.

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 14

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 15/42

 

2. Usaha untuk mewujudkan penyebaran penduduk yang lebih merata

setara pulau jawa dan daerah-daerah di luar Jawa melalui program

transmigrasi dan penyebaran kegiatan-kegiatan pembangunan yang

lebih merata di daerah-daerah.

3. Usaha untuk mengurangi arus perpindahan penduduk dari desa ke

kota-kota dan dari kota-kota kecil ke kota-kota besar melalui

  penciptaan pusat-pusat perkembangan baru di kota-kota berukuran

sedang dan kecil serta pembangunan masyarakat desa.

4. Usaha untuk mengorganisir penduduk yang tinggalnya di daerah-

daerah terpencil jauh dari pusat-pusat kegiatan yang ada dengan

 program pemukiman penduduk, untuk mempermudah pembangunan

fasilitas pelayanan-pelayan umum dan pembinaan serta peningkatan

taraf kebudayaanya.

Pembinaan pemukiman di daerah perkotaan ditunjukan kepada usaha-usaha dan

kegiatan sebagai berikut :

1. Usaha untuk memperbaiki lingkungan perumahan di daerah perkotaan

melalui program perbaikan kampong dan pembangunan rumah murah.

Kesemuanya ini terutama ditunjukan untuk golongan penduduk yang

 berpenghasilan rendah.

2. Usaha pembangunan pelbagai fasilitas pelayanan umum kota, yaitu

fasilitas kesehatan lingkungan, seperti air minum, saluran pembuangan

air/kotoran, pembuangan sampah dan sebagainya. Demikian pula fasilitas

  pelayanan sisial seperti sekolah-sekolah, poliklinik, tempat bermain

kanak-kanak, tempat-tempat rekreasi, pusat-pusat kegiatan pemuda dan

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 15

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 16/42

 

  penerangan listrik. Melalui langkah-langkah tersebut diharapkan dapat

dicegah berjangkitnya bermacam-macam penyakit dan timbulnya

masalah-masalah sosial lainnya, seperti kriminalitas, penyalah guanaan

narkotika dan sebagainya.

3. Usaha pencegahan pencemaran udara dan air yang diakibatkan antara lain

oleh pertumbuhan industri-industri, melalui usaha perencanaan lokasi

industri. Usaha lain adalah mengembangkan standar-standar dan

  peraturan-peraturan untuk mengendalikan kualitas lingkungan

 pemukuman di daerah perkotaan.

4. Usaha pengaturan jaringan pengangkutan yang lebih baik di kota untuk 

mengimbangi bertambahnya kendaraan bermotor dan maki padatnya lalu-

lintas. Dengan demikian terjamin kelancaran penyelenggaraan fungsi kota

dan dapat dihindari pula gangguan-ganguan, seperti kebisingan suara,

kecelakaan dan sebagainya.

5. Pengaturan tata guna tanah yang lebih baik dalam kota, sehingga segala

fungsi-fugsi kota seperti daerah tempat tinggal, daerah industri, daerah

  pusat kegiatan ( pertokoan, perdagangan, pusat-pusat hiburan dan

sebagainya ), daerah resapan hujan, tempat-tempat rekreasi dan

sebagainya mendapatkan tempat dan berlaku secara layak serta dalam

keserasian satu sama lain. Hal ini dilakukan melalui usaha perencanaan

tata kota dan penetapan kebijaksanaan tanah perkotaan yang mengatur 

 penguasaan dan peruntukan tanah dalam kota.

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 16

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 17/42

 

6. Usaha pembinaan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan

  pentingnya pengikutsertaan dalam membina keadaan lingkungan

 pemukuman yang lebih baik.

Pembinaan pemukiman di daerah pedesaan di titik beratkan pada usaha-usaha

 pembimbingan dan penyuluhan dengan memanfaatkan potensi swadaya masyarakat

untuk meningkatkan kualitas lingkingan pemukuman, serta dengan memperhatiakan

adapt, tradisi dan pandangan hidup penduduk di pedesaan. Antara lain hal ini dilakukan

untuk memperbaiki kondisi perumahan desa dan membina kesehatan lingkugan desa.

Usaha ini dikaitkan dengan program pembinaan masyarakat desa. Selanjutnya,

mengingat ertatnya hubungan daerah pedesaan dengan alam, diusahakan pembinaan

kesadaran dan pengetahuan masyarakat desa untuk ikut serta dalam pengelolaan sumber-

sumber alam dan lingkungan hidup agar dapat dijamin kelestarian dan pemanfaatan yang

sebaik-baiknya dari sumber-sumber alam tersebut. Dengan demikian masyarakat di

daerah pedesaan akan merupakan penjaga dan pencegah kerusakan-kerusakan terhadap

sumber-sumber alam pada umumnya.( 1982, Munadjat Danusaputro ).

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 17

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 18/42

 

BAB III

PEMBAHASAN

Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia yang diberikan oleh Tuhan

Yang Maha Esa kepada bangsa dan rakyat Indonesia sebagai wadah dan ruang hidupnya.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu kehidupan rakyatnya

Bangsa Indonesia mulai mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam melalui

kegiatan pembangunan. Dalam hal itu, di satu sisi ketersediaan sumber daya alam sangat

terbatas sedangkan permintaan akan sumber daya alam tersebut semakin meningkat

sebagai akibat bertambahnya jumlah penduduk. Pertambahan jumlah penduduk yang

tinggi menyebabkan meningkatnya tekanan terhadap daya dukung lingkungan,

sedangkan daya dukung lingkungan ditingkatkan untuk menaikan mutu kehidupan dan

kesejahteraan rakyat.

Berhubung dengan itu sumber daya alam harus digunakan secara rasional.

Pelaksanaan pembangunan perlu diusahakn agar tidak merusak tata lingkungan hidup

manusia, dilakukan dengan kebijaksanaan terpadu dan menyeluruh serta

memperthitungkan kebutuhan generasi yang akan dating. Kegiatan pembangunan akan

selalu mengakibatkan timbulnya perubahan terhadap lingkungan hidup, yang

 pengaruhnya akan menjalar ke seluruh jaringan system kehidupan. Dampak kegiatan

 pembangunan terhadap lingkungan hidup harus selalu diperhitungkan, ada dampaknya

yang negative dapat dicegah atau setidak-tidaknya ditekan seminimal mungkin.

Timbulnya dampak negative terhadap lingkungan hidup berarti timbulnya beban sosial

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 18

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 19/42

 

  bagi masyarakat, yang akhirnya akan merupakan beban pemerintah juga untuk 

memperbaiki keadaan.

Sehingga penggunaan sumber daya untuk kepentingan manusia yang dilakukan

semena-mena akan mengakibatkan penurunan untuk lingkungan hidup, yang pada

gilirannya akan menimbulkan akibat negative terhadap kehidupan itu sendiri. Oleh

karena itu kebijaksanaan pembangunan harus dilakukan serasi dan terpadu dengan

  pengelolaan lingkungan hidup. Dengan perkataan lain kegiatan pembangunan yang

dilaksanakan untuk menigkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat haruslah

 berwawasan pelestarian keserasian dan keseimbangan lingkungan hidup.

Dalam rangka menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup, sangat

diperlukan fungsi pemerintah sebagai regulator untuk mengatur, mengelola dan

mengontrol pengelolaan sumber daya alam yang ada. Sebagai sebuah Negara yang

memiliki sumber daya alam yang melimpah, Indonesia telah mengembangkan

  pengelolaan sumber daya alam melalui peraturan perundang-undangan baik sebelum

maupun sesudah era reformasi.

3.1 Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Indonesia Sebelum Reformasi

Periode ini menandai daya tanggap dan cikal bakal bangkitnya kesadaran

lingkungan Indonesia menyongsong konferensi Lingkungan Hidup Sedunia I di

Stockholm, Swedia pada bulan Juni 1972, ketika pembangunan nasional memasuki

Pelita Pertama (1969-1974), Indonesia belum mengenal lembaga khusus yang

menangani masalah lingkungan hidup. Dengan demikian perhatian terhadap masalah

mulai nampak sebagaimana terlihat pada peraturan perundangan yang disusun beserta

kebijaksanaan dan program sektoral yang dihasilkan selama periode tersebut.

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 19

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 20/42

 

Peraturan perundangan itu sudah memuat ketentuan yang mengatur pemanfaatan

sumber daya alam secara lestari dengan mempertimbangkan aspek konservasinya. Selain

itu konsepsi serta kebijaksanaan pengembangan wilayah yang dianut sektor juga sudah

memasukan pertimbangan lingkungan. Akan tetapi pendekatan yang dilakukan masih

 bersifat sektoral dengan perhatian terhadap aspek pengelolaan lingkungan yang masih

 belum memadai.

Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Sedunia yang diselenggarakan pada

  bulan Juni 1972 di Stockholm, Swedia, dapat dianggap sebagai pengejawantahan

kesadaran masyarakat internasional akan pentingnya kerja sama penanganan masalah

lingkungan hidup dan sekaligus menjadi titik awal pertemuan berikutnya yang

membicarakan masalah pembangunan dan lingkungan hidup. Konferensi Stockholm

dengan motto Hanya Satu Bumi itu menghasilkan deklarasi dan rekomendasi yang dapat

dikelompokkan menjadi lima bidang utama yaitu permukiman, pengelolaan sumber 

daya alam, pencemaran, pendidikan dan pembangunan.

Deklarasi Stockholm menyerukan perlunya komitmen, pandangan dan prinsip

  bersama bangsa-bangsa di dunia untuk melindungi dan meningkatkan kualitas

lingkungan hidup umat manusia. Konsep lingkungan hidup manusia yang diperkenalkan

menekankan perlunya langkah-langkah pengendalian laju pertumbuhan penduduk,

menghapuskan kemiskinan dan menghilangkan kelaparan yang diderita sebagian besar 

manusia di negara berkembang. Konferensi Stockholm mulai berupaya melibatkan

seluruh pemerintah di dunia dalam proses penilaian dan perencanaan lingkungan hidup,

mempersatukan pendapat dan kepedulian negara maju dan berkembang bagi

  penyelamatan bumi, menggalakkan partisipasi masyarakat serta mengembangkan

 pembangunan dengan pertimbangan lingkungan.

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 20

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 21/42

 

Sehubungan dengan hal tersebut, Konferensi Stockholm mengkaji ulang pola

 pembangunan konvensional yang selama ini cenderung merusak bumi yang berkaitan

erat dengan masalah kemiskinan, tingkat pertumbuhan ekonomi, tekanan

kependudukan di negara berkembang, pola konsumsi yang berlebihan di negara maju,

serta ketimpangan tata ekonomi internasional. Indonesia hadir sebagai peserta konferensi

tersebut dan turut menandatangani kesepakatan untuk memperhatikan segi-segi

lingkungan dalam pembangunan.

Sebagai tindak lanjutnya, berdasarkan Keppres No. 16 Tahun 1972 Indonesia

membentuk panitia interdepartemental yang disebut dengan Panitia Perumus dan

Rencana Kerja Bagi Pemerintah di Bidang Lingkungan Hidup guna merumuskan dan

mengembangkan rencana kerja di bidang lingkungan hidup. Panitia yang diketuai oleh

Prof. Dr. Emil Salim selaku Men-Pan/Wakil Ketua Bappenas tersebut berhasil

merumuskan program kebijaksanaan lingkungan hidup sebagaimana tertuang dalam

Butir 10 Bab II GBHN 1973-1978 dan Bab 4 Repelita II. Keberadaan lembaga yang

khusus mengelola lingkungan hidup dirasakan mendesak agar pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup baik di tingkat pusat maupun di daerah lebih terjamin.

Tiga tahun kemudian, Presiden mengeluarkan Keppres No. 27 Tahun 1975.

Keppres ini merupakan dasar pembentukan Panitia Inventarisasi dan Evaluasi Kekayaan

Alam dengan tugas pokoknya adalah menelaah secara nasional pola-pola permintaan dan

 persediaan serta perkembangan teknologi, baik di masa kini maupun di masa mendatang

serta implikasi sosial, ekonomi, ekologi dan politis dari pola-pola tersebut.

Dalam periode ini telah dilakukan persiapan penyusunan perangkat perundangan

dan kelembagaan yang menangani pengelolaan lingkungan hidup. Penyusunan RUU

Lingkungan Hidup telah dimulai pada tahun 1976 disertai persiapan pembentukan

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 21

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 22/42

 

kelompok kerja hukum dan aparatur dalam pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan hidup. Pada periode ini beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan

lingkungan dihasilkan oleh berbagai instansi sektoral.

Di sejumlah perguruan tinggi, perhatian terhadap lingkungan hidup juga mulai

 berkembang antara lain dengan dibentuknya lembaga yang bergerak di bidang penelitian

masalah lingkungan, yakni Pusat Studi dan Pengelolaan Lingkungan IPB dan Pusat

Studi Lingkungan ITB. Pengelolaan lingkungan hidup pada periode ini masih berupa

langkah awal pemantapan kemauan politik sebagai persiapan untuk mewujudkan

gagasan-gagasan dari Konferensi Stockholm tersebut. Belum adanya lembaga khusus

serta perangkat peraturan perundangan yang menangani masalah lingkungan secara

komprehensif merupakan kendala yang perlu penanganan segera pada waktu itu.

Di dalam UU No. 4 Tahun 1982 antara lain menggariskan bahwa manusia dan

  perilakunya merupakan komponen lingkungan hidup. Karena itu, perlu adanya

 perpaduan antara aspek kependudukan ke dalam pengelolaan lingkungan hidup. Untuk 

itu, berdasarkan Keppres No. 25 Tahun 1983 tentang Kedudukan, Tugas Pokok,

Fungsi dan Tata Kerja Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup,

dibentuklah Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (Men-KLH)

dengan menterinya adalah Prof. Dr. Emil Salim. Pada periode KLH ini, telah ditetapkan

Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang AMDAL yang merupakan pedoman

 pelaksanaan suatu proyek pembangunan. Setiap proyek yang diperkirakan memiliki

dampak penting diharuskan melakukan studi analsis mengenai dampak lingkungan.

Sementara itu, kegiatan pembangunan yang makin pesat disertai makin meningkatnya

dampak terhadap lingkungan menuntut dibentuknya sebuah badan yang lebih bersifat

operasional.

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 22

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 23/42

 

Pada periode ini pula, seperangkat peraturan perundangan sebagai pelaksanaan

lebih lanjut dari UU No. 4 Tahun 1982 telah dihasilkan termasuk keputusan-keputusan

yang dikeluarkan oleh berbagai departemen yang berupa Pedoman dan Petunjuk Teknis.

Ketika Kabinet Pembangunan IV berakhir dan memasuki Kabinet Pembangunan V,

status Men-KLH tetap dipertahankan, dan Prof. Dr. Emil Salim diangkat kembali

menjadi menterinya. Dalam Periode KLH 1988-1993 ini yang nampak gencar dilakukan

adalah pemasyarakatan pembangunan berkelanjutan dan seluruh bidang kegiatan

kependudukan dan lingkungan hidup pada periode tersebut ditujukan untuk menopang

 pembangunan berkelanjutan ini juga berkaitan dengan penyelenggaraan Konferensi PBB

tentang Lingkungan Hidup dan Pengembangan atau yang lebih popular dengan sebutan

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro pada bulan Juni 1992.

Hasil-hasil dari konferensi ini sangat menekankan perlunya konsep pembangunan

  berkelanjutan untuk menjamin pemanfaatan sumber daya alam tidak hanya untuk 

 pembangunan di masa sekarang, melainkan juga untuk generasi yang akan datang. Di

dalam periode ini pula, muncul gagasan bahwa kependudukan dan lingkungan hidup

merupakan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Perubahan di bidang

kependudukan sangat berpengaruh dalam bidang lingkungan hidup. Demikian pula

sebaliknya, lingkungan dituntut untuk selalu memiliki daya dukung bagi kehidupan.

Karena itu, kebijaksaan yang dikembangkan dalam bidang kependudukan berbeda

dengan periode sebelumnya.

Masalah kependudukan tidak hanya dilihat dari segi demografi semata-mata

(seperti: fertilitas, mortalitas dan migrasi) melainkan lebih menekankan pada unsur 

kualitas. Penduduk yang banyak tidak selamanya dapat dianggap sebagai beban. Kalau

  berkualitas, mereka dapat dijadikan modal pembangunan. Dalam kebijaksanaan

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 23

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 24/42

 

tersebut, dijelaskan pula bahwa masalah kependudukan dipengaruhi pula oleh factor 

lingkungan hidup. Karena itu pengelolaan lingkungan hidup dilakukan sedemikian rupa

sehingga daya dukungnya dapat dipertahankan baik melalui pengaturan tata ruang,

 penerapan AMDAL. Rahabilitasi lingkungan seperti Program Kali Bersih (PROKASIH),

maupun pemanfaatan keanekaragaman hayati. Penegakan hukum mulai dikembangkan

dalam periode ini, terutama sejak Pelita V, dengan mulai dirintisnya kerjasama dengan

Kepolisian dan Kejaksaan Agung. Kasus-kasus penindakan terhadap industri yang

mencemari lingkungan sudah banyak dilakukan terutama yang berkaitan dengan

 pelaksaaan PROKASIH.

Produk hukum penting yang dihasilkan selama periode KLH 1988-1993 ini

antara lain di bidang kependudukan, RUU Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera telah disahkan DPR pada 21 Maret 1992, yang

kemudian diundangkan menjadi UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera pada tanggal 6 April 1992.

Sedangkan di bidang lingkungan hidup, telah dikeluarkan PP No. 20 Tahun 1990

tentang Baku Mutu Lingkungan dan disetujuinya RUU Penataan Ruang di DPR. Men-

KLH juga mengeluarkan Keputusan Menteri No. 03 Tahun 1991 tentang Baku Mutu

Limbah Cair. Seperti periode sebelumnya, berbagai kelemahan masih dihadapi baik 

dalam hal kebijaksanaan, kelembagaan dan peraturan perundangan, sumber daya

manusia maupun pendanaan. Hal ini bukan dikarenakan kegagalan pembangunan di

sektor lingkungan hidup ini, melainkan cenderung disebabkan karena semakin luas,

intensif dan kompleksnya permasalahan lingkungan yang dihadapi bersamaan dengan

makin pesatnya kegiatan pembangunan selama periode dasawarsa KLH tersebut.

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 24

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 25/42

 

Kemudian berdasarkan Keppres No. 23 Tahun 1990 dibentuk Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) yang bertugas melaksanakan pemantauan

dan pengendalian kegiatan-kegiatan pembangunan yang berdampak penting terhadap

lingkungan hidup. Pusat Studi Kependudukan (PSK) dan PSL ditumbuhkembangkan

 bukan hanya di perguruan tinggi negeri, tetapi juga di perguruan tinggi swasta. Saat itu

tercatat 35 PSK dan 67 PSL yang tersebar di berbagai perguruan tinggi di seluruh tanah

air. Keberadaan PSK dan PSL di setiap provinsi diharapkan akan dapat membantu

 pemerintah daerah dalam menangani persoalan lingkungan di daerahnya sesuai dengan

karakteristik sosial, ekonomi, budaya dan biogeofisik setempat.

Keragaman ini juga akan memperkaya khazanah bagi pengelola lingkungan di

tingkat pusat yang pada gilirannya berguna dalam pengembangan kebijaksanaan nasional

 pengelolaan lingkungan hidup. Pengembangan kelembagaan disertai upaya peningkatan

kualitas sumber daya manusia dilakukan melalui jalur pendidikan, khususnya

  pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup, kursus-kursus dan pelatihan serta

 pengembanan sistem dan penyebaran informasi kependudukan dan lingkungan hidup.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia ini tidak hanya terbatas pada aparat lembaga

 pemikir dan pengelola lingkungan, melainkan juga kepada aparat pendidik bahkan LSM

serta masyarakat luas secara menyeluruh.

3.2 Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Indonesia Era Reformasi

Reformasi membawa perubahan secara dramatis dalam sistem politik dan

ketatanegaraan di Indonesia, sejalan dengan itu, terjadi perubahan dalam sistem

kepemerintahan. Namun demikian, masalah lingkungan yang dihadapi masih berkisar 

  pada sumber daya alam, populasi dan kerjasama regional/internasional.

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 25

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 26/42

 

Jumlah penduduk yang meningkat memberikan tekanan yang lebih besar kepada sumber 

alam, salah satu dampaknya adalah kondisi kritis sumber daya air khususnya di pulau

Jawa. Hutan semakin menurun kualitas dan kuantitasnya akibat over exploitation dan

  pembakaran. Menyusutnya sumber daya hutan diikuti pula dengan menurunnya

keanekaragaman hayati, hal yang sama juga terjadi di lingkungan pesisir dan laut.

Kondisi ini diperburuk lagi dengan menurunnya kualitas udara akibat merebaknya

industrialisasi dan perlakuan yang tidak ramah kepada atmosfer seperti semakin

 banyaknya polusi yang berasal dari kendaraan bermotor.

Sementara itu, aktifitas manusia menghasilkan limbah domestik, dan masalah

ini mulai merambah perdesaan. Kepadatan perkotaan turut pula meningkatkan beban

 pencemaran pada lingkungan, dampak lain dari kepadatan kota adalah alih fungsi lahan

dari pertanian menjadi permukiman dan industri. Ledakan jumlah penduduk 

memunculkan kelas masyarakat miskin, yang diikuti dengan merebaknya permukiman

kumuh, masalah kesehatan, gelandangan, kriminalitas, dan berbagai masalah sosial

lainnya. Sementara itu, seiring dengan modernisasi, terjadi pergeseran nilai yang

  bersifat tradisional agraris menuju masyarakat era indusrti yang antara lain ditandai

dengan perubahan pranata sosial, perubahan nilai-nilai sosial. Perpindahan penduduk 

dari desa ke kota mengakibatkan turunnya ketahanan ekologis perdesaan dan menaikkan

tingkat kerentanan kota. Berbagai masalah sosial di atas berdampak pada melemahnya

kontrol sosial, dan cenderung diikuti timbulnya masalah sosial psikologi dalam

masyarakat. Sementara itu, keanekaragaman kelompok dan ketimpangan ekonomi

semakin mempertinggi persaingan dan konflik kepentingan.

Berkenaan dengan itu, maka sasaran pembangunan lingkungan diarahkan pada:

(i) peningkatan pengenalan jumlah dan mutu sumber daya alam serta jasa lingkungan

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 26

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 27/42

 

yang tersedia, (ii) pemeliharaan kawasan konservasi, (iii) peningkatan sistem

  pengelolaan lingkungan, (v) pengendalian pencemaran, terutama pada daerah padat

 penduduk dan pembangunan, (v) pengendalian kerusakan pantai, dan (vi) peningkatan

usaha rehabilitasi lahan kritis. Memperhatikan sasaran tersebut, maka kebijakan

lingkungan diarahkan pada 6 program pokok, yaitu: (i) inventarisasi dan evaluasi

sumber daya alam dan lingkungan hidup, (ii) penyelamatan hutan, tanah dan air, (iii)

  pembinaan dan pengelolaan lingkungan hidup, (iv) pengendalian pencemaran

lingkungan hidup,, (vi) rehabilitasi lahan kritis, dan (vi) pembinaan daerah pantai.

Periode reformasi ini relatif terjadi dalam kurun waktu yang sangat pendek 

(1998-1999) dan Kementerian Lingkungan Hidup mengalami dua periode

kepemimpinan, yaitu: Prof. Dr. Juwono Sudarsono (1998), dan dr. Panangian Siregar 

(1998-1999).

3.3 Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Indonesia Pasca Reformasi

Demi mengejar perolehan devisa negara baik pada tingkat pusat maupun daerah,

 pada era ini pemanfaatan sumber daya alam cenderung kurang memperhatikan kaidah-

kaidah pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan berkeadilan. Pemanfaatan

sumberdaya alam berorientasi pada kepentingan jangka pendek sehingga kurang dan

tidak efisien. Di lain pihak, adanya urgensi pemulihan ekonomi cenderung menjadi

sumber permasalahan.

Pada awal era ini teridentifikasi bahwa penyebab kerusakan lingkungan

  bersumber dari: (i) lemahnya penguatan dan dukungan politik untuk pelestarian

lingkungan dalam proses pengambilan keputusan, (ii) rendahnya sanksi yang dijatuhkan

kepada para pelanggar peraturan di bidang lingkungan, dan (iii) kemiskinan. Sebaran

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 27

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 28/42

 

dampaknya masih terpusat pada perusakan hutan dan lahan, pencemaran air, urbanisasi,

 perusakan & pencemaran laut & pantai, dan imbas dari lingkungan global.

Otonomi daerah telah merubah berbagai kewenangan bidang lingkungan yang

terbagi menjadi lebih besar di kabupaten/kota dibandingkan di tingkat nasional/provinsi.

Pemerintah pusat tidak lagi menjadi pelaksana, tetapi sebagai penyusun kebijakan

makro dan penetapan berbagai norma, standar, kriteria dan prosedur dalam pengelolaan

lingkungan hidup. Mengantisipasi berbagai implikasi penerapan otonomi daerah pada

  pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, langkah-langkah yang diambil

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup di antaranya adalah melakukan konsultasi

dengan sektor, daerah dan para mitra lingkungan untuk mensinergikan kewenangan,

mempertegas kembali komitmen penguatan lembaga lingkungan daerah, memperkuat

kapasitas lembaga lingkungan di daerah, dan pengembangan berbagai program strategis

seperti: Bumi Lestari, Prokasih, Adipura, Langit Biru, dan lain-lainnya.

Secara internal, langkah-langkah strategis yang diambil Kantor Menteri Negara

Lingkungan Hidup pada masa kepemimpinan Dr. Alexander Sonny Keraf adalah: (i)

menjaga dan meningkatkan hubungan kerja internal; (ii) memfokuskan langkah kerja

setiap unit kerja, (iii) merumuskan berbagai kriteria, indikator, baku mutu dan

 pedoman; dan (iv) melakukan inovasi bentuk-bentuk kerja sama antar sektor, antar dinas

dan stakeholders lainnya.

Strategi yang ditempuh Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) pada

era kepemimpinan Nabiel Makarim, MPA.MSM. ini adalah: (i) peningkatan dan

  perluasan aliansi strategis dalam rangka memperoleh dukungan dan kekuatan politik 

untuk pelestarian lingkungan, (ii) pemberdayaan masyarakat sadar dan aktif berperan

dalam proses pengambilan keputusan, (iii) pengembangan prinsip “good governance”

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 28

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 29/42

 

dalam pelestarian lingkungan hidup di kalangan pemerintah kabupaten/kota, (iv)

 peningkatan penaatan melalui penggunaan instrumen hukum dan instrumen lainnya, dan

(v) pengembangan kelembagaan dan peningkatan kapasitas.

Pada awal era ini terjadi penggabungan antara Badan Pengendalian Dampak 

Lingkungan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup menjadi Kementerian

 Negara Lingkungan Hidup.

3.4 Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Indonesia Saat Ini

Pengelolaan lingkungan pada era Kabinet Indonesia Bersatu yang dimulai pada

tahun 2004 menempatkan Ir. Rachmat Witoelar sebagai menteri pada Kementerian

  Negara Lingkungan Hidup. Visi, misi, strategi, tujuan, kebijakan, program, dan

kegiatan KNLH merupakan fokus uraian pada Profil Kementerian Negara Lingkungan

Hidup ini.   Namun selama 3 tahun berjalannya pemerintahan ini, pengelolaan akan

sumber daya alam dan lingkungan hidup tidak semakin membaik, malahan semakin

 bertambah parah. Hal ini dapat dilihat akan semakin banyaknya pengrusakan terhadap

lingkungan, penebangan hutan secara ilegal, pengerukan tambang pasir, pencemaran

limbah industri dan semakin parahnya polusi udara di nusantara ini. Itu semua tentu saja

akan sangat merugikan bagi bangsa ini secara keseluruhan, karena akibat perbuatan

tersebut akan mengakibatkan timbulnya dampak lingkungan secara kolektif seperti,

tanah longsor, gempa bumu, bahkan yang baru-baru ini terjadi adalah banjir yang

terjadi hampir di seluruh wilayah tanah air.

Untuk dapat mengetahui menenai dampak kolektif terhadap kerusakan

lingkungan, kita dapat melihatnya dari studi kasus mengenai banjir di jakarta yang

disebabkan karena faktor kerusakan lingkungan dan kependudukan.

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 29

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 30/42

 

3.5 Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan dan

Kependudukan

Jakarta sebagai kota metropolitan terbesar pertama di Indonesia, merupakan

 pusat pertumbuhan orde pertama yang telah menjadi “magnet” terkuat bagi penduduk di

daerah penyangga (hinterland ), terutama daerah perdesaan sekitar kota tersebut.

Keberadaan Kota Jakarta tersebut merupakan bagian dari daerah perkotaan (urban) di

Indonesia, khususnya di P.Jawa. Dalam keadaan demikian maka hal ini telah

menimbulkan proses migrasi desa-kota secara “gandeng-ceneng” (chain migration).

Secara makro, pertumbuhan penduduk perkotaan di P.Jawa terus berkembang sehingga

Jawa telah dijuluki sebagai urban island. Mereka datang ke Kota Jakarta karena di

tempat tersebut banyak pilihan untuk memperoleh berbagai kesempatan dalam upaya

memperbaiki kehidupannya. Mereka datang ke Kota Jakarta dengan berbagai motif,

meskipun motif ekonomi adalah unsur yang paling dominan. Mereka mempunyai

 persepsi dan harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada di daerah

asal, terutama perdesaan. Meskipun demikian, pesatnya pertumbuhan penduduk Kota

Jakarta selain disebabkan oleh proses migrasi, juga karena pertambahan alami. Kota

Jakarta itu sendiri telah berkembang dalam proses interaksi dari komponen keadaan

 penduduk, teknologi, lingkungan dan organisasi perkotaan sehingga telah melahirkan “

ecological urban complex”.

Sejalan dengan kondisi yang demikian maka di Kota Jakarta, seperti halnya

kota-kota metropolitan yang lain, muncul kamajemukan masyarakat. Sebagian dari

sekmen masyarakat yang majemuk tersebut adalah penduduk yang tinggal di daerah

 perkampungan kumuh baik yang legal maupun yang ilegal bahkan sampai di bantaran

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 30

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 31/42

 

sungai. Penduduk yang bermukim di kampung yang ilegal lazim disebut penduduk liar 

atau penduduk spontan atau squatters. Hal tersebut telah menjadi fenomena sosial yang

universal, artinya telah terjadi di banyak negara. Keberadaan masyarakat kumuh

tersebut merupakan realita sosial yang tidak dapat dihilangkan, sepanjang penduduk 

daerah penyangga Kota Jakarta masih hidup dalam kondisi marginal atau telah terjadi

 proses ketimpangan dalam kehidupan sosial-ekonomi. Pembangunan investasi yang

 bergerak pesat telah terjadi di Jakarta sehingga telah memperlebar jurang ketimpangan

dengan kondisi sosial-ekonomi daerah perdesaan. Oleh karena itu ketimpangan tersebut

telah menimbulkan proses migrasi, antara lain penduduk non-permanen pada strata

sosial-ekonomi bawah.

Pada tataran regional, adanya proses kaitan (lingkage) yang kurang harmonis

antara Kota Jakarta dengan daerah belakang telah berlangsung puluhan tahun.

Kehidupan mereka di Jakarta telah ditunjukkan oleh rendahnya kualitas pendidikan

migran non-permanen dan umumnya mereka bekerja sebagai buruh dan sebagian lain

 berusaha pada sektor informal. Sepanjang pekerjaan di sektor informal maupun buruh

murah masih ada demand  di masyarakat Jakarta dan dinilai secara ekonomi

menguntungkan, maka keberadaan mereka akan tetap ada. Pilihan mereka menjadi

tukang becak, menjadi pemulung, menjadi penjual pakaian bekas, penjaja makanan

murah, menjadi buruh Pabrik, menjadi pembantu rumah tangga, adalah pilihan jenis

 pekerjaan yang rasional dan menjadi tujuan mengingat tingkat kemampuan ekonomi dan

tingkat pendidikan mereka yang umumnya sangat rendah.

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 31

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 32/42

 

Oleh karena itu keberadaan penduduk marginal di lingkungan permukiman

kumuh Kota Jakarta merupakan suatu keniscayaan, dan tidak perlu dipertentangkan

dengan upaya pemerintah daerah Kota Jakarta yang ingin meningkatkan keindahan dan

kenyamanan lingkungan kota. Pemerintah Kota Jakarta tidak dapat melarang seseorang

yang ingin bermigrasi, karena hak asasi manusia telah melindunginya, walaupun

mereka seharusnya mematuhi perundang-undangan yang berlaku dan menghormati nilai-

nilai yang hidup pada masyarakat Kota Jakarta. Dalam hal ini kegiatan penduduk 

marginal di permukiman kumuh dapat dilihat sebagai sub-sistem dari sistem perkotaan

Surabaya. Penduduk migran non-permanen yang bermukim di daerah kumuh antara lain

 berada di sekitar bantaran sungai dan di kolong-kolong jembatan yang pada akhirnya

dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan mengurangi ketersediaan lahan serapan

air.

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 32

 Populasi penduduk di Jakarta melebihi jumlah

 penduduk di Negara Swis

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 33/42

 

Migran non-permanen yang banyak tinggal di daerah permukiman ilegal tersebut

sering disebut sebagai penduduk spontan atau disebut secara popular sebagai migran

musiman, ternyata masih terikat dengan kehidupan daerah asalnya. Oleh karena itu

sebagian besar dari mereka belum memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kota Jakarta.

Atas dasar pemilikan KTP Pemkot Jakarta telah membuat kebijakan dengan memberi

 prioritas dalam memperoleh atau memanfaatkan bantuan, fasilitas publik dan subsidi.

Meskipun ada kebijakan yang diskriminatif namun dalam kenyataan sebagian warga

musiman dapat ikut menikmatinya. Dalam hal ini terkesan bahwa pemerintah kota tidak 

ketat antara status kependudukan dengan hak-hak warganya. Aturan kependudukan

yang tidak diikuti oleh ketegasan dalam implementasinya, tentunya telah membuat

kondisi yang kondusif terjadinya migrasi masuk ke Jakarta, yang pada gilirannya

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 33

Banjir di 

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 34/42

 

menimbulkan berbagai masalah perkotaan, antara lain ketidakcukupan  penyediaan

  fasilitas sosial, munculnya konflik tanah, penurunan daya dukung lingkungan, dan

meningkatnya pengangguran.

Keberadaan migran non-permanen di permukiman kumuh yang menempati lahan

milik pemerintah atau milik publik, dapat dikategorikan sebagai hunian ilegal atau lazim

disebut hunian liar ( squatter ). Hal ini jelas telah menimbulkan konflik antara penghuni

dengan instansi yang bertanggung jawab atas lahan yang ditempatinya. Meskipun

mereka tinggal pada permukiman liar, namun mereka juga membentuk lembaga Rukun

Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW), bahkan sebagian dapat menikmati penerangan

listrik, ada pula yang punya telepon rumah, dan tetap membayar Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB). Mereka juga telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan. Kondisi yang demikian, jelas akan mempersulit bagi Pemkot Jakarta

maupun pemilik lahan untuk membebaskan permukiman demikian.

Munculnya permukiman liar dan permukiman yang tidak layak huni sebenarnya

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 34

 Pemukiman kumuh di pinggiran

 gedung-gedung di bilangan Menteng,

 Jakarta (atas)

 Kawasan pemukiman kumuh di

 pinggiran sungai Ciliwung 

(samping)

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 35/42

 

merupakan kelemahan managemen dalam mengelola tata ruang kota. Disamping itu

dengan pertumbuhan penduduk yang kian lama makin tidak terkendali yang pada

akhirnya membutuhkan lahan pemukiman baru akan mengakibatkan pengurangan daya

dukung lingkungan dan pengurangan terhadap daerah resapan air. Hal itu akan

menimbulkan dampak kolektif terhadap kondisi lingkungan hidup di Jakarta yang

semakin memburuk. Puncaknya saat awal musim hujan tahun 2007 kemarin, hujan

lebat telah membuat hampir seluruh kawasan Jakarta terendam banjir setinggi 1 – 2

meter. Banjir tersebut merupakan banjir yang terbesar selama kurun waktu 5 tahun

terakhir. Sepertinya banjir di Jakarta ini merupakan hasil investasi lama pemerintah dan

masyarakat, mengapa demikian ? hal ini karena lingkungan baik di Jakarta maupun di

daerah sekitarnya seperti Bogor, Depok dan Tangerang telah lama mengalami kerusakan

akibat pembangunan lahan industri dan pemukiman, penebangan kawasan hutan,

 pembuangan sampah yang tidak terkendali yang dilakukan oleh manusia. Dimana jika

hal tersebut dilihat secara analisis ilmiah, pengguanaan lahan-lahan resapan secara tidak 

terkendali dan tidak tepat guna telah mengakibatkan berkurangnya ketersediaan daerah-

daerah resapan air yang seharusnya berfungsi untuk menyerap dan menyimpan air dikala

hujan. Sehingga dari hal tersebut dapat terlihat betapa eratnya kaitan antara masalah

lingkungan hidup dengan masalah kependudukan dan lingkungan hidup.

Upaya telah dilakukan untuk mengurangi persoalan permukiman kumuh yaitu

dengan perbaikan kondisi lingkungan dan membuat rumah susun yang telah melibatkan

  partisipasi masyarakat . Upaya ini telah dinilai berhasil, meskipun belum mampu

menyelesaikan persoalan menyeluruh tentang permukiman kumuh yang cenderung

  bertambah sejalan dengan pertambahan penduduk pendatang yang ingin memperoleh

 perumahan murah. Banyak kendala yang dihadapi dalam penyediaan rumah layak huni

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 35

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 36/42

 

dalam hal ini adalah rumah susun bagi keluarga kurang mampu antara lain kekurangan

lahan kosong, rendahnya minat swasta untuk berinvestasi, dan harga tanah di Jakarta

yang sangat mahal. Meskipun untuk membangun rumah susun adalah sulit, namun bagi

kota metropolitan Jakatra nampaknya merupakan keharusan untuk memfasilitasinya.

Penduduk pendatang yang kurang selektif, meskipun telah memberi kontribusi

negatif terhadap kondisi lingkungan kota karena telah menciptakan permukiman kumuh

dengan segala implikasinya, namun terlepas dari itu semua sebenarnya mereka juga

memberi kontribusi positif bagi pembangunan kota. Kota Jakarta telah memperoleh

alokasi sumberdaya manusia dari daerah perdesaan. Sumber daya manusia asal

 perdesaan kendati kualitasnya adalah rendah, namun mereka telah menjadi bagian dari

ekosistem perkotaan yang secara langsung menyumbangkan jasa tenaga kerja murah,

dan menyediakan produksi skala rumah tangga, terutama sangat diperlukan bagi usaha

formal maupun masyarakat golongan menengah ke atas, baik sebagai tenaga kerja

maupun sebagai bagian dari segmen pasar, bahkan sebagai distributor komoditi

 pabrikan. Keberadaan permukiman kumuh yang dapat menyediakan perumahan murah,

 juga sangat membantu penduduk kota yang menginginkannya, misalnya buruh pabrik 

atau pegawai daerah golongan rendah yang memerlukan kamar sewaan ataupun

kontrakan yang relatif murah.

Secara umum, pada saat ini Kota Jakarta tengah menghadapi berbagai masalah

dalam tatanan masyarakat sebagai akibat ketidaksanggupan daya dukung sumberdaya

kota menghadapi pertumbuhan penduduk yang pesat, terutama masuknya migran non-

 permanen dalam skala besar dan telah berlangsung lama. Hal ini telah mengakibatkan

 persoalan yang terkait dengan permukiman kumuh, padahal Kota Jakarta merupakan ibu

kota negara yang menjadi kebanggaan masyarakat indonesia. Mengingat persoalan di

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 36

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 37/42

 

kota Surabaya terkait erat dengan daerah belakang maka hubungan harmonis dalam

tataran regional harus ditingkatkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengintegrasikan

kegiatan di mana pertumbuhan dan pendapatan, kesempatan kerja di perdesaan maupun

di kota-kota lain yang berdekatan adalah saling membantu dan saling bermanfaat.

Dengan keterpurukan kondisi ekonomi Indonesia selama ini maka persoalan yang

diakibatkan oleh isu tersebut diperkirakan akan berlanjut dalam tempo yang panjang.

Meskipun demikian, upaya untuk mengatasi maupun mereduksi persoalan harus tetap

diupayakan. Upaya mengatasi persoalan Kota Jakarta sebagai akibat masuknya migran

non-permanen yang datang dari berbagai daerah, tentu saja harus melibatkan kebijakan

makro baik pada tataran nasional maupun regional, selain kebijakan yang sifatnya mikro

atau spesifik. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan itu

diantaranya :

1. Melakukan pembangunan daerah asal migran

Distribusi penduduk mempunyai hubungan erat dengan proses pembangunan

yang telah berlangsung selama ini. Dengan kata lain bahwa migrasi penduduk dapat

dilihat sebagai akibat pembangunan. Mengingat bahwa orang akan selalu ingin

meningkatkan kehidupannya dengan mencari akses yang lebih baik, maka ada

kecenderungan bahwa orang akan melakukan migrasi dari daerah yang mempunyai

ketegori negatif menuju daerah yang masuk kategori positif. Oleh karena itu motif utama

migrasi ke daerah perkotaan akan dilatarbelakangi dengan alasan ekonomi di samping

ada alasan non-ekonomi. Sehingga daerah perdesaan sebaiknya meningkatkan perbaikan

  prasarana umum dalam bentuk jalan, pusat pelayanan masyarakat, penyediaan air 

 bersih, penyebaran sekolah dan pusat kesehatan. Dengan perbaikan pilihan-pilhan yang

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 37

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 38/42

 

dapat diperoleh di perdesaan maka akan membuat orang lebih berkeinginan untuk tetap

tinggal

2. Memfasilitasi mobilitas ulang-alik 

Penduduk yang bekerja di Jakarta asal kabupaten-kabupaten seputarnya

(hinterland) sebaiknya tidak tinggal di kota Jakarta tetapi cukup dengan melakukan

mobilitas ulang-alik, yaitu tetap tinggal di desa asalnya. Hal ini dapat terjadi apabila

sarana dan prasarana transportasi massal telah memadai. Sehingga akan mengurangi

tingkat kepadatan di kota Jakarta.

3. Melakukan perbaikan tata kota dan manajemen kota jangka panjang 

Dalam jangka panjang dan dalam skala yang lebih makro, bahkan pembangunan

di P. Jawa perlu dirancang dalam satu kosep pengelolaan “ Java City Island ”. Hasil

sensus penduduk menunjukkan adanya kecenderungan penduduk Jawa yang tinggal di

kota terus mengalami peningkatan. Dalam tahun 1961 dan tahun 2000, jumlah

 penduduk perkotaan di Jawa masing-masing mencapai 15, 6 % dan 48, 7 %. Dalam

tempo 39 tahun penduduk Jawa yang tinggal di kota telah naik 33, 1 %. Keharmonisan

 pembangunan perkotaan dapat terwujud manakala ada pengelolaan pembangunan Jawa

secara terintegrasi dan dibarengi dengan perancangan tata kota yang baik.

4. Perbaikan administrasi kependudukan

Kesempurnaan sistem administrasi kependudukan memegang peranan penting

dalam mendukung program kebijakan pengelolaan penduduk. Dengan penyempurnaan

sistem administrasi kependudukan maka data dasar kependudukan, antara lain tentang

mobilitas penduduk akan dapat diketahui secara akurat. Sehingga hal tersebut dapat

menjadi pedoman pemerintah di dalam pembuatan kebijakan makro maupun mikro.

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 38

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 39/42

 

5. Menghilangkan lingkungan kumuh

Kesalahan telah terjadi dimana pada saat pertama kali muncul hunian spontan

atau hunian ilegal di suatu tempat, namun terus dibiarkan keberadaannya bahkan

selanjutnya mendapat fasilitas publik. Seandainya sedini mungkin kontrol terhadap

lingkungan permukian dijalankan dengan penuh kedisiplinan, maka hunian ilegal dapat

dicegah perkembangannya. Sebagian dari penduduk musiman tersebut telah menempati

lahan bukan miliknya sehingga memperoleh predikat sebagai penghuni spontan, atau

ilegal atau liar. Dilihat dari kaidah hukum positif hal ini jelas melanggar. Kemudia jika

di lihat dari segi lingkungan hal tersebut akan merusak lingkungan dan mengurangi daya

dukung lingkungan.

6. Peningkatan lingkungan pemukiman kumuh

Strategi yang perlu dilakukan untuk mengatasi permukiman kumuh yang legal

adalah dengan program rumah susun, perbaikan kampung, dan konsolidasi tanah.

Sesuai dengan hakekat pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

 penduduk, maka program rumah susun bagi penduduk miskin kota, termasuk migran

non-permanen, harus tetap dikembangkan kendati banyak kendala yang dihadapi.

Dengan melaksanakan ke enam poin diatas, dalam rangka merehabilitasi dan

 perbaikan lingkungan diharapkan masalah-masalah lingkungan di Jakarta yang terkait

dengan pembangunan dan kependudukan dapat segera teratasi. Sehingga tidak perlu lagi

terjadi bencana-bencana seperti banjir dan tanah longsor yang mengakibatkan kerugian

 baik materil maupun jiwa manusia.

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 39

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 40/42

 

BAB IV

PENUTUP

1 Kesimpulan

Dari semua uraian diatas, maka penyusun mencoba memberikan suatu

kesimpulan bahwa lingkungan hidup tidak dapat di lepaskan dari tiga unsur yang

mempengaruhinya, yaitu kependudukan, lingkungan hidup dan pembangunan. Ketiga

unsur tersebut saling berkaitan satu sama lainnya antara kependudukan, lingkungan

hidup dan pembangunan guna mewujudkan konsep pembangunan berkelanjutan.

Pelaksanaan pembangunan perlu diusahakn agar tidak merusak tata lingkungan

hidup manusia, dilakukan dengan kebijaksanaan terpadu dan menyeluruh serta

memperthitungkan kebutuhan generasi yang akan dating. Kegiatan pembangunan akan

selalu mengakibatkan timbulnya perubahan terhadap lingkungan hidup, yang

 pengaruhnya akan menjalar ke seluruh jaringan system kehidupan. Dampak kegiatan

 pembangunan terhadap lingkungan hidup harus selalu diperhitungkan, ada dampaknya

yang negative dapat dicegah atau setidak-tidaknya ditekan seminimal mungkin.

Timbulnya dampak negative terhadap lingkungan hidup berarti timbulnya beban sosial

  bagi masyarakat, yang akhirnya akan merupakan beban pemerintah juga untuk 

memperbaiki keadaan.

Sehingga penggunaan sumber daya untuk kepentingan manusia yang dilakukan

semena-mena akan mengakibatkan penurunan untuk lingkungan hidup, yang pada

gilirannya akan menimbulkan akibat negative terhadap kehidupan itu sendiri. Oleh

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 40

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 41/42

 

karena itu kebijaksanaan pembangunan harus dilakukan serasi dan terpadu dengan

 pengelolaan lingkungan hidup.

4.2 Saran

Sebagai sebuah bangsa yang dikaruniai sumber daya alam dan lingkungan hidup

yang melimpah oleh Tuhan Yang Maha Esa, maka sudah sepatutnyalah kita bersyukur 

atas segala apa yang telah kita terima. Rasa syukur kitapun harus selalu di dukung oleh

semangat menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, agar selalu tercipta keserasian

dan kesimbangan lingkungan.

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 41

5/7/2018 Kelompok - Stukep - Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-stukep-isi 42/42

 

DAFTAR PUSTAKA

Danusaputro, Munadjat. 1982. Hukum Lingkungan. Binacipta, Bandung.

Afri. A, San. 2004. Dekonstruksi sosial Forestri. BIGRAF publishing, Yogyakarta.

Sa’id, Gumbira. 1987. Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup. Media Sarana

Press, Jakarta.

Ramdan. H dan Mulyana. Y. 2003. Konsepsi Pengelolaan Kawasan Lindung Jawa Barat.

Alqaprint, Bandung.

Mansyur, Cholil. Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa. Usaha Nasional, Surabaya.

Suratmo, Gunawan. 1991. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada

University Perss, Yogyakarta.

www.google.com

www.kcm.com

www.pikiranrakyat.com

www.rakyatmerdeka.co.id

Studi Kasus Banjir Di Jakarta Sebagai Dampak Kerusakan Lingkungan Dan Kependudukan 42