isi kewiraan kelompok

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Negara dibelahan dunia mempunyai kebudayaan sendiri yang menjadi karakteristik atau ciri yang membedakan dengan Negara lain. Misalnya Negara matahari terbit yang menjunjung tinggi budaya dalam menggunakan bahasa, mereka menerapkan bahasanya dalam segala interaksi sehingga orang yang berkunjung ke negaranya mengharuskan untuk bisa berbahasa jepang. Begitupun Indonesia, suatu Negara yang terdiri dari beribu pulau, dan karenanya dijuluki sebagai Negara kepulauan. Pulau yang terbentang dari Sabang (utara pulau sumatera) sampai Merauke (selatan papua). Dengan banyaknya pulau – pulau di Indonesia, maka lahirlah berbagai kebudayaan yang sangat beragam. Sehingga kata “Bhineka tunggal ika” menjadi slogan Negara Indonesia, yang artinya berbeda tapi tetap satu. Ada puluhan, bahkan ratusan daerah yang memiliki kebudayaan berbeda tersebar di seluruh Indonesia. Sudah sepantasnya kita sebagai warga negara Indonesia memelihara kekayaan dan keragaman budaya di negeri sendiri, karena kalau bukan kita sendiri 1

Upload: moch-gannz-sandy-yudha

Post on 03-Jul-2015

194 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: isi kewiraan kelompok

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap Negara dibelahan dunia mempunyai kebudayaan sendiri yang

menjadi karakteristik atau ciri yang membedakan dengan Negara lain.

Misalnya Negara matahari terbit yang menjunjung tinggi budaya dalam

menggunakan bahasa, mereka menerapkan bahasanya dalam segala interaksi

sehingga orang yang berkunjung ke negaranya mengharuskan untuk bisa

berbahasa jepang. Begitupun Indonesia, suatu Negara yang terdiri dari beribu

pulau, dan karenanya dijuluki sebagai Negara kepulauan. Pulau yang

terbentang dari Sabang (utara pulau sumatera) sampai Merauke (selatan

papua). Dengan banyaknya pulau – pulau di Indonesia, maka lahirlah

berbagai kebudayaan yang sangat beragam. Sehingga kata “Bhineka tunggal

ika” menjadi slogan Negara Indonesia, yang artinya berbeda tapi tetap satu.

Ada puluhan, bahkan ratusan daerah yang memiliki kebudayaan berbeda

tersebar di seluruh Indonesia. Sudah sepantasnya kita sebagai warga negara

Indonesia memelihara kekayaan dan keragaman budaya di negeri sendiri,

karena kalau bukan kita sendiri yang melestarikannya, maka dalam kurun

waktu beberapa tahun ke depan kebudayaan itu akan terhapus dan tergantikan

dengan budaya glogalisasi. Bila hal itu terjadi, maka tidak ada lagi yang

membedakan negara Indonesia dengan negara-negara lain di dunia.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi terbesar di Indonesia. Di

dalamnya terdapat banyak daerah dengan kebudayaan berbeda. Cianjur

merupakan salah satu wilayah terluas di Jawa Barat. Kebudayaan pokoknya

adalah kebudayaan Sunda, sama seperti kebanyakan daerah di Jawa Barat.

Namun ada yang membedakan budaya Sunda Cianjur dengan budaya Sunda

Jawa Barat. Ideologi dan kehidupan para leluhur di Cianjur sedikit banyak

telah melahirkan kebudayaan Sunda yang khas, yang hanya berlaku di daerah

1

Page 2: isi kewiraan kelompok

Cianjur (ngaos, mamaos dan maenpo). Melalui uraian unsur budaya Cianjur,

kita bisa melihat persamaan juga perbedaan budaya Sunda daerah Cianjur

dengan budaya Sunda pada umumnya.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan unsur-unsur kebudayaan pada Kebudayaan Cianjur ?

C. Tujuan Penulisan

1. Memenuhi tugas mata kuliah pendidikan kewiraan pada Program Studi

Pendidikan Matematika Universitas Suryakancana Cianjur.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis unsur bahasa pada kebudayaan

Cianjur.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis unsur sistem pengetahuan pada

kebudayaan Cianjur.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis unsur sistem religi pada kebudayaan

Cianjur.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis unsur kesenian pada kebudayaan

Cianjur.

2

Page 3: isi kewiraan kelompok

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Wujud Hubungan Warga Negara Dengan Negara

Wujud hubungan antara warga negara dengan negara adalah berupa

peranan (role). Peranan tidak lain adalah tugas yang dilakukan dalam

kedudukan / status sebagai warga negara. Status yang dimaksud meliputi

status pasif, aktif, negative, dan positif. Dalam kaitannya dengan pelestarian

budaya maka peranan aktif lah yang menjadi landasan, yaitu aktivitas warga

negara untuk terlibat (berpartisipasi) dalam kehidupan bernegara.

B. Hak dan Kewajiban

Hak dan kewajiban WNI tercantum dalam UUD 1945 pasal 27 s/d 34.

1. Hak-hak warga negara :

Salah satu yang menjadi haknya warga negara adalah Hak untuk

mengembangkan dan memajukan kebudayaan kebudayaan nasional (ps.

32).

2. Kewajiban negara terhadap warga negara, diantaranya :

• Memajukan kebudayaan di tengah peradapan dunia dengan menjamin

kebebasan masyarakat dengan memelihara dan mengembangkan nilai-

nilai budayanya,

• Menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan

budaya nasional.

C. Pengertian Kebudayaan

1. Secara Etimologis

Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu ‘budayyah’ yang

merupakan jamak dari kata budhi yang artinya akal. Kebudayaan diartikan

sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal.

3

Page 4: isi kewiraan kelompok

2. Secara Konseptual

1. Edward B. Taylor

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang

didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat

oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.

2. Koentjaraningrat

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan

hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

3. Ki Hajar Dewantara

Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan

manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang

merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai

rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna

mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat

tertib dan damai.

3. Secara Operasional

Kebudayaan adalah seluruh hasil karya manusia yang melingkupi

pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat dan kemampuan lain yang

dihasilkan manusia dengan belajar.

D. Pengertian Antropologi

1. Secara Etimologis:

Antropologi, secara etimologis berasal dari kata Antropos, yang

berarti manusia dan logos yang berarti ilmu. Jadi antropologi adalah ilmu

tentang manusia.

4

Page 5: isi kewiraan kelompok

2. Secara Konseptual

1. Koentjaraningrat

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada

umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat

serta kebudayaan yang dihasilkan.

2. William A. Haviland

Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha

menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan

perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang

keanekaragaman manusia.

3. Secara Operasional

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan

keaneka ragaman,serta kebudayaannya.

E. Pengertian Masyarakat

1. Secara Etimologis

Masyarakat secara etimologi berasal dari bahasa Arab dengan kata

dasar syaraka (verb) atau syariek (noun) yang berarti teman. Dan dalam

bahasa Inggris kata masyarakat itu sepadan dengan kata Society yang

berasal dari kata Socius, artinya bergaul. Jadi, Masyarakat secara

kebahasaan dapat diartikan sebagai kelompok orang yang berteman dan

bergaul.

2. Secara Konseptual

1. Menurut JL Gillin (sosiolog) dan JP Gilin (antropolog)

Masyarakat adalah sekelompok orang yang satu sama lain

merasa terikat oleh kebiasaan tertentu, tradisi, perasaan, dan prilaku

yang sama.

5

Page 6: isi kewiraan kelompok

2. Menurut Koentjaraningrat

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi

sesuai dengan adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan,

dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

3. Menurut Selo Sumarjan (1974)

Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang

menghasilkan kebudayaan.

3. Secara Operasional

Masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi dan

terikat oleh kebiasaan, identitas dan adat istiadat yang sama.

6

Page 7: isi kewiraan kelompok

BAB III

DATA DAN METODOLOGI

Berdasarkan hasil studi pustaka melalui media cetak dan elektronik

dihasilkan data sebagai berikut :

A. Arti lambang cianjur

Simbol daerah Cianjur, memiliki arti

sebagai berikut :

Perisai, melambangkan ketangguhan fisik dan mental.

Warna dasar kuning emas

abadi.

Gunung segitiga berwarna hijau, melambangkan kesuburan.

Hamparan warna biru menunjukkan air yang

melambangkan kesetiaan dan ketaatan.

Dua tangkai padi bersilang masing-masing berbutir 17

melambangkan keentraman dan dinamika kehidupan

masyarakat yang dijiwai semangat Proklamasi

Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.

Simpul pita berwarna kuning emas, melambangkan

sufat persatuan dan kesatuan.

Motto Sugih Mukti, melambangkan kesejahteraan.

B. Ciri Khas Sistem Pengetahuan

Kearifan para leluhur Tatar Cianjur sangat mewarnai pandangan hidup

dan memberi arah perjalanan peradaban masyarakat Tatar Sunda pada

umumnya, serta masyarakat Cianjur khususnya. Sehingga sejak dulu

masyarakat Cianjur mempunyai filosofi yang melambangkan aspek

keparipurnaan, yaitu

Maos (membaca)

Ngaos (mengaji Al-Qur’an)

7

Page 8: isi kewiraan kelompok

Mamaos (menembang, bersenandung tembang Sunda/Cianjuran)

Maenpo (silat)

Ngibing (menari tradisional)

Namun yang lebih dikenal masyarakat pada umumnya hanyalah tiga

yaitu Ngaos, Mamaos, dan Maenpo.

MAOS : bisa dijabarkan dalam tiga kategori MACA (membaca untuk

mengetahui, memaknai, mengarifi dan mengaktualisasikannya dalam perilaku

keseharian), dalam wacana Sunda ada tiga kemampuan MACA, yaitu:

Maca Uga dina Waruga = mampu memahami kualitas diri sendiri,

kontemplasi, instropeksi diri.

Maca Uga Waruga Jagat = mampu memahami keadaan lingkungan hidup

makro. Menafakuri aya-ayat Kauniah.

Maca Uga dina Aksara = mampu memahami ilmu pengetahuan yang

tertulis dalam aksara/bahasa.

NGAOS : dalam idiomatika Sunda NGAOS selalu diartikan dengan

membaca Al-Qur’an atau mengaji. Setelah mampu “Ngaos” maka akan

tumbuh “Ngartos” (mengerti) dan insya-Alloh akan berujung pada “Rumaos”

(sadar diri).

MAMAOS : diartikan sebagai berkemampuan untuk bersenandung

dalam wanda tembang Sunda/Cianjuran. Bila dikaji dengan cermat, ternyata

Tembang Sunda/Cianjuran mengandung falsafah hidup yang sangat tinggi

baik dalam irama, ornamen lagunya maupun lirik susastranya. Tembang

Sunda Cianjuran telah menjadi karya seni klasik bernilai falsafah teramat

tinggi.

MAENPO : disebut pula kemampuan untuk bersilat, pencak silat,

ameng. Po berasal dari bahasa Cina poo = balas, membalas, saling balas;

sebab dalam bersilat akan “saling balas” yaitu menyerang dan

mempertahankan “tangtungan”. Salah satu peninggalan budaya luhur dari

masyarakat Cianjur adalah Maenpo atau pencak silat. Ilmu pencak silat sudah

8

Page 9: isi kewiraan kelompok

diwariskan turun temurun sejak sekitar akhir abad ke 19. Sampai saat ini, ada

4 tempat utama yang merupakan tempat terpenting dalam penyebaran aliran

maenpo yang ada di Cianjur. Tempat itu adalah: Pasar Baru yang merupakan

tempat dimana aliran Cikalong banyak dipelajari dan dikembangkan, Bojong

Herang di mana Sabandar banyak dikembangkan dan dipelajari dan di antara

kedua tempat ini ada daerah kaum yang merupakan tempat tokoh tokoh yang

belajar kedua aliran ini baik Cikalong maupun Sabandar. Tempat lain adalah

Cikaret yang merupakan tempat di mana aliran Kari berkembang. Kemampuan

bersilat menjadi tanda kemampuan diri dalam menghadapi bahaya serta

melatih kesabaran, kesadaran dan keberanian.

NGIBING : atau ngigel, atau berarti menari. Kemampuan untuk

memperlihatkan keselarasan etika, melatih keindahan bahasa tubuh

(kinestetika) dengan harmoni kehidupan. Dikenal idiomatik Sunda yaitu

NGIGELAN JEUNG NGIGELKEUN JAMAN, yaitu mampu menyelaraskan

diri dengan kehidupan global-mondial tanpa kehilangan jati diri. Tidak hanya

menjadi obyek tetapi juga bisa berperan menjadi subyek dalam percaturan

kehidupan manusia lokal, nasional maupun internasional.

Apabila filosofi tersebut diresapi, pada hakekatnya merupakan symbol

rasa keber-agama-an, kebudayaan dan kerja keras. Dengan keber-agama-an

sasaran yang ingin dicapai adalah terciptanya keimanan dan ketaqwaan

masyarakat melalui pembangunan akhlak yang mulia. Dengan kebudayaan,

masyarakat cianjur ingin mempertahankan keberadaannya sebagai masyarakat

yang berbudaya, memiliki adab, tatakrama dan sopan santun dalam tata

pergaulan hidup. Dengan kerja keras sebagai implementasi dari filosofi

maenpo, masyarakat Cianjur selalu menunjukan semangat keberdayaan yang

tinggi dalam meningkatkan mutu kehidupan. Liliwatan, tidak semata-mata

permainan beladiri dalam pencak silat, tetapi juga ditafsirkan sebagai sikap

untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang maksiat. Sedangkan peupeuhan

atau pukulan ditafsirkan sebagai kekuatan didalam menghadapi berbagai

tantangan dalam hidup.

9

Page 10: isi kewiraan kelompok

C. Fauna Khas Cianjur

Cianjur memiliki fauna khas yaitu ayam pelung. Ke-khas-an ayam

pelung ini adalah suara kokoknya yang berirama, lebih merdu dan lebih

panjang dibanding ayam jenis lainnya. Secara genetika ayam pelung

mempunyai beberapa perbedaan, yaitu

Badan: Besar dab kokoh (jauh lebih berat / besar dibanding ayam lokal

biasa)

Cakar: Panjang dan besar, berwarna hitam, hijau, kuning atau putih

Pial: Besar, bulat dan memerah

Jengger: Besar, tebal dan tegak, sebagian miring dan miring, berwarna

merah dan berbentuk tunggal

Warna bulu: Tidak memiliki pola khas, tapi umumnya campuran merah

dan hitam ; kuning dan putih ; dan atau campuran warna hijau mengkilat.

D. Kesenian Khas Cianjur

Di tempat kelahirannya, Cianjur, sebenarnya nama kesenian ini adalah

mamaos. Dinamakan Tembang Sunda Cianjuran sejak tahun 1930-an dan

dikukuhkan tahun 1962 ketika diadakan Musyawarah Tembang Sunda sa-

Pasundan di Bandung. Seni mamaos merupakan seni vokal Sunda dengan alat

musik kacapi indung, kacapi rincik, suling, dan atau rebab.

10

Page 11: isi kewiraan kelompok

Sejarah

Mamaos terbentuk pada masa pemerintahan bupati Cianjur RAA.

Kusumaningrat (1834—1864). Bupati Kusumaningrat dalam membuat lagu

sering bertempat di sebuah bangunan bernama Pancaniti. Oleh karena itulah

dia terkenal dengan nama Kangjeng Pancaniti. Pada mulanya mamaos

dinyanyikan oleh kaum pria. Baru pada perempat pertama abad ke-20

mamaos bisa dipelajari oleh kaum wanita. Hal ituTerbukti dengan munculnya

para juru mamaos wanita, seperti Rd. Siti Sarah, Rd. Anah Ruhanah, Ibu

Imong, Ibu O’oh, Ibu Resna, dan Nyi Mas Saodah.

Bahan mamaos berasal dari berbagai seni suara Sunda, seperti pantun,

beluk (mamaca), degung, serta tembang macapat Jawa, yaitu pupuh. Lagu-

lagu mamaos yang diambil dari vokal seni pantun dinamakan lagu pantun

atau papantunan, atau disebut pula lagu Pajajaran, diambil dari nama keraton

Sunda pada masa lampau. Sedangkan lagu-lagu yang berasal dari bahan

pupuh disebut tembang. Keduanya menunjukan kepada peraturan rumpaka

(teks). Sedangkan teknik vokal keduanya menggunakan bahan-bahan olahan

vokal Sunda. Namun demikian pada akhirnya kedua teknik pembuatan

rumpaka ini ada yang digabungkan. Lagu-lagu papantunan pun banyak yang

dibuat dengan aturan pupuh.

Pada masa awal penciptaannya, Cianjuran merupakan revitalisasi dari

seni Pantun. Kacapi dan teknik memainkannya masih jelas dari seni Pantun.

Begitu pula lagu-lagunya hampir semuanya dari sajian seni Pantun. Rumpaka

lagunya pun mengambil dari cerita Pantun Mundinglaya Dikusumah.

11

Page 12: isi kewiraan kelompok

Pada masa pemerintahan bupati RAA. Prawiradiredja II (1864—1910)

kesenian mamaos mulai menyebar ke daerah lain. Rd. Etje Madjid

Natawiredja (1853—1928) adalah di antara tokoh mamaos yang berperan

dalam penyebaran ini. Dia sering diundang untuk mengajarkan mamaos ke

kabupaten-kabupaten di Priangan, di antaranya oleh bupati Bandung RAA.

Martanagara (1893—1918) dan RAA. Wiranatakoesoemah (1920—1931 &

1935—1942). Ketika mamaos menyebar ke daerah lain dan lagu-lagu yang

menggunakan pola pupuh telah banyak, maka masyarakat di luar Cianjur (dan

beberapa perkumpulan di Cianjur) menyebut mamaos dengan nama tembang

Sunda atau Cianjuran, karena kesenian ini khas dan berasal dari Cianjur.

Demikian pula ketika radio NIROM Bandung tahun 1930-an menyiarkan

kesenian ini menyebutnya dengan tembang Cianjuran.

Peralatan

Peralatan musik yang digunakan dalam mamaos cianjuran adalah:

kacapi, suling dan rebab. Kacapi terbuat dari kayu yang keras dan kawat

tembaga. Bagian-bagiannya terdiri atas: papalayu, yaitu papan bagian atas;

pureut yaitu alat untuk menyetem (nyurupkeun) yang dipasang di bagian

depan; dan inang yaitu alat yang berbentuk kerucut atau limas yang

ditempatkan pada papalayu. Alat ini gunanya untuk merentangkan kawat

(dawai) dengan bagian tumpangsari yang berfungsi untuk menyetem

(melaras). Sedangkan, suling terbuat dari bambu tamiang. Bagian-bagiannya

terdiri atas: sumber (lubang suling bagian atas); suliwer (sutas tali yang

dilitkan pada bagian atas suling); lubang nada (lubang untuk menghasilkan

nada). Sementara, bagian-bagian rebab yang terbuat dari kayu dan kawat

terdiri atas: pucuk (bagian paling atas rebab); pureut (alat untuk menyetem

yang juga terdapat di bagian atas rebab); wangkis yang berfungsi sebagai

resonater; beuti cariang (bagian bawah wangkis); soko 9bagian paling bawah

rebab; dan tumpangsari (alat yang diikatkan pada dua buah kawat yang

12

Page 13: isi kewiraan kelompok

direntengkan). Kemudian, bagian penggesek terdiri atas pucuk, gandar, dan

bulu-bulu pengesat.

Pemain dan Busana

Pemain kesenian yang disebut sebagai mamaos cianjuran terdiri atas:

seorang pemain kacapi indung yang tugasnya adalah memberi pasieup,

narangtang, pangkat lagu, dan memngiri lagu baik mamaos mamupun

panambih; satu atau dua orang pemain kacapi rincik yang bertugas membuat

hiasan pada iringan kacapi indung ketika penembang membawakan wanda

panambih; sementara yang satunya lagi bertugas sebagai anggeran wilatan

(memberi batasan-batasan ketukan); seorang pemain suling yang bertugas

membuat hiasan-hiasan lagu di sela-sela kekosongan sekaran (vokal) dan

memberi lelemah sore (dasar nada); dan penembang yang membawakan

berbagai jenis lagu mamaos cianjuran. Sebagai catatan, lagu panambih hanya

dilantunkan oleh penembang wanita. Adapun busana yang dikenakan oleh

pemain laki-laki adalah baju taqwa, sinjang (dodot), dengan benggol sebagai

aksesorisnya. Sedangkan, pakaian yang dikenakan oleh para pemain

wanitanya adalah: kebaya, sinjang, dan selendang.

13

Page 14: isi kewiraan kelompok

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Pudarnya Kebudayaan Asli Cianjur

Cianjur pada masa lalu diingat orang karena tiga pilar budayanya,

yaitu ngaos, mamaos, dan maenpo. Ngaos adalah tradisi mengaji, mamaos

adalah tradisi mengisahkan petuah-petuah para leluhur yang diiringi alat

musik kecapi, dan maenpo seni tradisional pencak silat.

Ketiga pilar budaya itu hidup dan menjadi napas yang dihidupi

masyarakat Sunda di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, selama berabad-abad.

Ketiga pilar itu saling melengkapi dan menuntun masyarakat menjadi

bijaksana.

Ngaos mengajarkan keutamaan hidup dan mengedapankan watak baik

melalui penghayatan agama. Budaya ngaos ini terutama bisa dilihat di

14

Page 15: isi kewiraan kelompok

pesantren-pesantren dan kelompok pengajian yang jumlahnya tak terhitung di

Cianjur.

Mamaos memberikan pendidikan melalui kisah-kisah adiluhung

nenek moyang, sedangkan maenpo mengajarkan masyarakat Sunda-Cianjur

untuk menjadi ksatria, sekaligus kuat secara fisik. Kedua pilar budaya ini

pada zaman dulu dilestarikan di padepokan-padepokan.

Pilar budaya itu benar-benar menjadi panutan ketika masyarakat

Cianjur masih hidup tradisional. Kini, ketika modernisasi sudah sedemikian

masif, ketiga pilar budaya itu makin tergerus, hal ini dapat dilihat dari :

1. Semakin banyak pesantren yang jumlah santrinya terus berkurang.

2. Tiadak ada lagi padepokan maenpo yang namanya melegenda seperti

dulu. Saat ini seni bela diri dari Negara lain terlihat lebih populer

dikalangan kaum muda dibandingkan dengan seni bela diri asli Cianjur.

3. Tidak banyak lagi kaum muda yang menguasai seni mamaos. Dan juga

sulit mengharapkan ada penyelenggara pesta perkawinan yang

menampilkan mamaos, banyak yang lebih memilih dangdut atau

kesenian modern lainnya.

Penggalian, pelestarian, pembinaan, dan pengembangan seni budaya

di Kab. Cianjur belum ada konsep yang jelas. Kondisi itu membuat

perkembangan kegiatan seni budaya menjadi terseret oleh gempuran budaya

asing. Padahal dulu Cianjur sudah banyak melahirkan pelaku seni budaya

besar, sehingga perlu ada sinergi antara seniman, budayawan, pemerintah dan

berbagai pihal lainnya.

Saat ini belum terbangun sinergi antara berbagai pihak terkait

termasuk pemerintah dan para pelaku seni. Itu terjadi karena kurang

terbangunnya komunikasi antara berbagai pihak terkait.

15

Page 16: isi kewiraan kelompok

Produk seni budaya perlu ada proteksi, dan dukungan dari berbagai

kalangan, melalui komunikasi lintas sektor diharapkan bisa terbangun sinergi.

Sebab banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan seni budaya,

dan paling menentukan adalah kreatifitas para pelaku seni. Fasilitas atau

tempat berkumpul para pelaku seni, tempat itu perannya sangat penting untuk

membangun komunikasi, atau aktivitas lainnya.

B. Upaya untuk melestarikan kebudayaan Cianjur

1. Upaya yang dilakukan oleh Universitas Suryakancana Cianjur

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Suryakancana

Cianjur, Jawa Barat , melestarikan budaya Sunda dengan cara setiap

mahasiswa wajib mengambil mata kuliah seni budayaan sastra Sunda

dengan bobot dua SKS.

Selain itu, dalam upaya melestarikan buaya Sunda, dengan

dilaksanakan pula "Pagelaran Budaya Sastra Sunda Mangrupa Tarekah

Pikeun Ngaronjatkeun Kamampuh Mahasiswa Dina Widang Kasundaan".

Dalam pagelaran upaya melestarikan budaya dan sastra Sunda ini,

diantaranya ditampilkan kesenian Sunda berupa Sandiwara Sunda,

Layeutan, Mamaos Cianjuran, Sisindiran.

Kegiatan ini dengan tujuan sebagai bentuk evaluasi mata kuliah

seni budaya dan sastra Sunda, agar mahasiswa lebih memahami,

mengenal, mencintai seni budaya dan sastra Sunda, memiliki sikap,

tingkah laku, kepribadian sebagai calon guru yang memiliki nilai-nilai

sesuai dengan adat istiadat yang ada di masyarakat Sunda.

Hal ini pun sebagai bentuk implementasi Undang-undang No 19

Tahun 2005, Perda (Peraturan Daerah) Pemprov Jabar No. 5 Tahun 2003,

Perda Pemprov No 6 Tahun 2003 yang mengatur tentang Pelestarian dan

Pemeliharaan Budaya Sunda.

16

Page 17: isi kewiraan kelompok

2. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat

Salah satu upaya yang dilakuakn oleh masyarakat Cianjur untuk

melestarikan kebudayaa asli Cianjur yakni didirikannya Padepokan

Maenpo Bojongherang yang melakukan latihan, serta demonstrasi seni

maenpo diikuti oleh sejumlah siswa SD dan SMP. Pementasan seni

tradisional maenpo ini dimaksudkan untuk pengenalan seni tradisional

masyarakat Sunda. Pendirian Padepokan ini diharapkan bisa menarik

minat masyarakat Cianjur. Khususnya kalangan muda untuk ikut

melestarikan budaya Cianjur. Karena, kesenian suatu daerah akan bertahan

lama, jika generasi mudanya peduli dan mau menjaga kelestarian kesenian

ini. Kesenian tradisional akan berkembang tergantung dari minat generasi

mudanya, jika anak muda sekarang mau mencintai dan mempelajari

budaya sendiri, maka budaya tersebut tidak akan punah.

3. Upaya yang dilakukan oleh media masa

Insan pers diharapkan bisa lebih aktif menjalin kerjasama dengan

masyarakat dalam upaya melestarikan Seni Budaya Tradisional Daerah. Pers

dapat menggali potensi dan melestarikan seni budaya, termasuk yang ada di

Kabupaten Cianjur. Selain itu, pers dapat pula menginformasikan secara apik

dan menarik mengenai kebudayaan asli Cianjur melalui media masa, yang

kemungkinan seluruh masyarakat Cianjur dapat mengetahuinya dan

masyarakatpun tertarik untuk ikut serta secara langsung melestarikan

kebudayaan asli Cianjur. Diluar dari masyarakat Cianjur, pers dapat

menginformasikan kebudayaan Cianjur ini keluar daerah dan mungkin

sampai keluar negeri.

Kemampuan pers yang berada ditengah tengah masyarakat harus bisa

menjaga martabatnya sebagai insan pers dengan menyiarkan aktualitas

informasi dan komunikasi yang berkualitas.

4. Upaya yang dilakukan Pemerintah

17

Page 18: isi kewiraan kelompok

1. Mewadahi komunitas-komunitas kebudaya khususnya di Cianjur agar

lebih mengenal kebudayaanya sebagai upaya melestarikan

kebudayaan asli Cianjur.

2. Meningkatkan setiap potensi individu, rekonstruksi karakter

berbudaya dan mengajak secara bersama-sama dalam menjaga

kebudayaan asli Cianjur.

3. Mensosialisasikan keunggulan budaya Cianjur dalam rangka

memproteksi atau memfilter budaya asing yang negative,

4. Memberikan fasilitas atau tempat berkumpul para pelaku seni untuk

melestarika kebudayaan Cianjur, karena tempat itu perannya sangat

penting untuk membangun komunikasi, atau aktivitas lainnya.

5. Berbagai agenda seni budaya harus rutin dilaksanakan supaya dapat

memicu perkembangan seni budaya Cianjur.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kebudayaan di Cianjur memiliki beberapa ciri khas yaitu : a) Unsur

bahasa, dimana masyarakat Cianjur menggunakan bahasa sunda yang

halus dalam kesehariannya ; b) Cianjur juga memiliki makanan khas

seperti beras Pandan Wangi, manisan Cianjur dan tauco ; c) Sistem

pengetahuan, dimana masyarakat Cianjur telah mewarisi pandangan hidup

para leluhurnya, yaitu Ngaos, Maos, Mamaos, Maenpo, dan Ngibing ;

d)Kesenian, Kota Cianjur memiliki banyak kesenian dan tradisi yang

masih sering dijumpai pada zaman modern ini salah satunya yaitu

Cianjuran.

2. Saat ini kebudayaan di Cianjur sedang mengalami krisis, karena semakin

majunya perkembangan jaman, semakin tergerus pula kebudayaan asli

oleh kebudayaan yang berasal dari luar. Hal ini dapat terlihat dengan

kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari kebudayaan asli

Cianjur, mereka lebih tertarik pada kebudayaan luar.

18

Page 19: isi kewiraan kelompok

B. Saran

1. Kebudayaan yang dimiliki Cianjur sangatlah beragam dan potensial.

Sudah selayaknya generasi muda mulai mencintai dan melestarikan segala

kekayaan dan potensi yang tersedia di Cianjur.

2. Saat ini pemerintah Cianjur sudah melakukan upaya yang cukup untuk

melestarikan budaya Cianjur, hendaknya lebih ditingkatkan lagi

intensitasnya, sehingga rasa cinta generasi muda pada daerahnya tidak

akan mudah luntur.

3. Untuk melestarikan kebudayaan asli Cianjur semua pihak antara lain :

pemerintah, masyarakat, dan pelaku seni itu sendiri hendaknya

bekerjasama dalam melestarikan kebudayaan ini agar generasi muda saat

ini tertarik untuk mempelajari kebudayaan asli Cianjur karena generasi

muda merupakan penerus untuk melestarikan kebudayaan asli Cianjur.

19