kelompok 8 (stres, adaptasi dan mekanisme pertahanan ego)

12
Mega Rani Wulandari 142310101086 Adaptasi Adaptasi merupakan penyesuaian diri individu untuk mengatasi stress yang dihadapi. Perawat dalam memberikan perawatan pada klien dapat beradaptasi atau terbebas dari konflik dan stress. Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuain diri antara lain : a. Menurut Soeharto Heerdjan (1987), penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan. b. Menurut W.A. Gerungan (1996), penyesuaian diri adalah mengubah sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). c. Maramis (1999), adaptasi merupakan pelaksanaan yang di dapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi stress. Tujuan Adaptasi 1. Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar. 2. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik 3. Menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif 4. Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional Dimensi Adaptasi

Upload: septyana-m-a

Post on 07-Jul-2016

273 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

det

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 8 (Stres, Adaptasi Dan Mekanisme Pertahanan Ego)

Mega Rani Wulandari

142310101086

Adaptasi

Adaptasi merupakan penyesuaian diri individu untuk mengatasi stress yang dihadapi. Perawat

dalam memberikan perawatan pada klien dapat beradaptasi atau terbebas dari konflik dan

stress. Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuain diri antara lain :

a. Menurut Soeharto Heerdjan (1987), penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang

tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan.

b. Menurut W.A. Gerungan (1996), penyesuaian diri adalah mengubah sesuai dengan

keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan

(keinginan diri).

c. Maramis (1999), adaptasi merupakan pelaksanaan yang di dapat sejak lahir atau

diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi stress.

Tujuan Adaptasi

1. Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.

2. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik

3. Menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif

4. Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional

Dimensi Adaptasi

a. Adaptasi Fisiologis

Adaptasi ini merupakan proses penyesuaian tubuh secara alamiah atau secara fisilogis

untuk mempertahankan keseimbangan dari berbagai faktor yang menimbulkan atau

mempengaruhi keadaan menjadi tidak seimbang. Adaptasi fisiologis dibagi menjadi

dua yaitu :

1) LAS (Local Adaptation Syndroma), yaitu apabila kejadiannya atau adaptasi

bersifat lokal seperti ketika daerah tubuh atau kulit terkena infeksi, maka akan terjadi

daerah sekitar kulit tersebut kemerahan,  bengkak, nyeri, panas, dan lain-lain yang

sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena.

Page 2: Kelompok 8 (Stres, Adaptasi Dan Mekanisme Pertahanan Ego)

2) GAS (General Adaptation Syndroma), yaitu reaksi lokal yang tidak dapat diatasi

dapat menyebabkan gangguan secara sistemik tubuh akan melakukan proses

penyesuaian. Pada adaptasi fisiologi melalui tiga tahap yaitu tahap alarm reaction,

tahap resistensi dan tahap akhir.

b. Adaptasi Psikologis

Adaptasi psikologis merupakan proses penyesuaian secara psikologis akibat stresor

yang ada, dengan memberikan mekanisme pertahanan dari dengan harapan dapat

melindungi atau bertahan diri dari serangan atau hal-hal yang tidak menyenangkan.

Dalam adaptasi secara psikologis terdapat dua cara untuk mempertahankan diri dari

berbagai stresor yaitu dengan cara melakukan koping atau penanganan diantaranya

berorientasi pada tugas (task oriented) yang di kenal dengan problem solving strategi

dan ego oriented atau mekanisme pertahanan diri. Seseorang yang menghadapi stress

akan mengalami kondisi-kondisi yang tidak mengenakkan secara psikis seperti

timbulnya rasa cemas, frustasi, terancam, tak tentram yang semuanya itu berdampak

pada munculnya suatu kontak konflik dalam jiwa mereka. dan konflik tersebut

diekspresikan dalam bentuk kemarahan atau ekspresi-ekspresi lain yang dapat

membuat orang tersebut merasa sedikit nyaman atau terlepas dari stress yang

dihadapinya.

c. Adaptasi Sosial Budaya

Adaptasi sosial budaya merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan

melakukan proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di

masyarakat, berkumpul dalam masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan. Setiap

lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan budaya masing-,masing. Antara

lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki  budaya berbeda-beda. Perbedaan

tersebut yang akhirnya menuntut setiap orang beradaptasi jika hal itu dapat dilakukan

dengan baik maka akan tercipta keseimbangan. Namun jika hal tersebut tidak dapat

dilakukan  bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika orang tersebut akan

mengalami stress.

d. Adaptasi Spiritual

Adaptasi spiritual merupakan proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan

perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan

Page 3: Kelompok 8 (Stres, Adaptasi Dan Mekanisme Pertahanan Ego)

agama yang dianutnya. Apabila mengalami stres, maka seseorang akan giat melakukan

ibadah, seperti rajin melakukan ibadah. Setiap agama dan kepercayaan mengandung

ajaran yang hendaknya harus dijalankan oleh penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya

juga harus turut andil dalammengatur perilaku manusia ini. Oleh karena itu dalam

rangka memenuhi ajaran-ajaran tersebut pasti terjadi perubahan dalam  perilaku

manusia.

Tahap-Tahap Adaptasi

a. Adaptif

Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat hidup eksis ia

harus senantiasa beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Dengan

penyesuaian diri ia akan mengalami perubahan-perubahan kearah yang lebih maju

(modern). Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya untuk dapat

menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang aktif melakukan

penyesuaian diri bila terganggu keseimbangannya, yaitu antara kebutuhan dan

pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak seimbang menjadi seimbang.

Bentuk ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu, gelisah, cemas,

kecewa, frustasi, pertentangan (conflict), dsb. Penyesuaian diri seseorang dengan

lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: jenis kelamin, umur,

motivasi, pengalam, serta kemampuan dalam mengatasi masalah. Dua bentuk

ketidakseimbangan yang perlu mendapat perhatian yaitu Frustasi dan konflik.

Pada umumnya frustasi dapat disebabkan karena:

Tertundanya pencapaian tujuan seseorang untuk sementara, atau untuk waktu yang

tidak menentu.

Sesuatu yang menghambat apa yang sedang dilakukan. Faktor penghambat dapat

dibedakan menjadi 2 yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen yaitu

semua faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang dapat berpengaruh positif

atau negatif. Contoh faktor interen yaitu keadaan jasmani dan rohani. Sedangkan

faktor eksteren yaitu semua faktor yang berasal dari luar dirinya, yang dapat

berpengaruh positif atau negatif. Faktor eksteren terbagi lagi menjadi tiga yaitu dari

lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

b. Konflik

Page 4: Kelompok 8 (Stres, Adaptasi Dan Mekanisme Pertahanan Ego)

Konflik (pertentangan) dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan dalam diri

individu. Salah satu contoh: ‘Seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan yang harus

dipilih satu, atau beberapa diantaranya’. Seseorang yang mengalami konflik dan tidak

segera diatasi, dapat menimbulkan gangguan perilaku. Beberapa contoh lain untuk

situasi konflik adalah sebagai berikut.

Approach-approach: Berhadapan dengan 2 pilihan yang menarik.

Avoidance-avoidance:Berhadapan dengan 2 pilihan yang tidak diinginkan.

Approach-avoidance: Satu pilihan menyenangkan dan satu pilihan tidak

menyenangkan.

Double approach avoidance conflict : banyak konflik, dan sebagainya

Dalam menghadapi frustasi dan/atau konflik, seseorang hendaknya memiliki kemampuan

(kecakapan) untuk menganalisis setiap stimulus. Frustasi dan/atau konflik dapat

diseimbangkan dengan berbagai cara. Trial and error (mencoba dan salah) merupakan salah

satu cara yang dapat membentuk ‘kebiasaan’ dan ‘mekanisme’. Ada bermacam-macam

mekanisme penyesuaian yang dapat dijadikan rambu-rambu sebagai berikut.

Agresi: yaitu menyerang obyek frustasi untuk mendapatkan kepuasan.

Menarik diri: yaitu menarik atau undur diri dari permasalahan.

Mimpi siang hari: yaitu untuk mencapai kepuasan dengan berkhayal.

Regresi: merupakan reaksi terhadap frustasi dan nampak pada anak-anak.

 Rasionalisasi: yaitu pembebasan atas suatu perilaku, bisa disebabkan oleh alasan

yang sebenarnya dari perilaku itu tidak diterima oleh masyarakat. Bentuk

rasionalisasi: Sougrapes, sweet lemon, kambing hitam.

Represi: situasi yang menimbulkan rasa bersalah ketakutan dsb. Lebih baik dilupakan.

Identifikasi: mendapatkan rasa harga diri dengan menempatkan diri pada tokoh yang

dikagumi. Identifikasi dapat terjadi pada kelompok/lembaga yang bisa menjadi

kebanggaannya, dapat juga di sekolah-sekolah.

Konpensasi: konpensasi dapat bersifat positif atau negatif.

Reaksi konversi: karena terjadi konversi ketegangan emosi kesan dari psikologis.

Seseorang yang tidak bisa mengatasi konfliknya mencoba mengatasi dengan sakit

kepala, sakit perut, dll.

c. Maladaptif

Page 5: Kelompok 8 (Stres, Adaptasi Dan Mekanisme Pertahanan Ego)

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya maladaptif:

Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bias merespon secara positif terhadap koreksi,

juga tidak dapat mengkritisi diri sendiri.

Tidak mampu kompetisi: Individu hanya mau berkompetisi dengan kawan yang jelas

dapat dikalahkan.

Adaptasi dilakukan ketika terjadi suatu disonansi dalam suatu sistem, artinya

ketidakseimbangan antara interaksi manusia dengan lingkungan, tuntutan lingkungan

yang berlebih atau kebutuhan yang tidak sesuai dengan situasi lingkungan. Dalam hal

ini, adaptasi merupakan suatu proses modifikasi kehadiran stimulus yang

berkelanjutan. Semakin sering stimulus hadir maka akan terjadi pembiasaan secara

fisik yang disebut sebagai habituasi dan terjadi pembiasaan secara psikis yang disebut

adaptai. Dalam kaitannya dengan adaptasi, proses pembiasaan ini bukan bersifat

mekanistik tetapi lebih merupakan antisipatif. Ketika seseorang mengalami proses

adaptasi, perilakunya diwarnai kontradiksi antara toleransi terhadap kondisi yang

menekan dan perasaan ketidakpuasan sehingga orang akan melakukan proses

pemilihan dengan dasar pertimbangan yang rasional antara lain memaksimalkan hasil

dan meminimalkan biaya. Salah satu teori beban lingkungan adalah teori adaptasi

stimulasi yang optimal ada 3 dimensi hubungan perilaku lingkungan yaitu:

1. Intensitas. Terlalu banyak orang atau terlalu sedikit orang disekililing kita,

akan membuat gangguan psikologis. Terlalu banyak orang meyebabkan

perasaan sesak (crowding) dan terlalu sedikit menyebabkan orang merasa

terasing (socialisolation).

2. Keanekaragaman. Keanekaragaman benda atau manusia berakibat terhadap

pemrosesan informasi. Terlalu beraneka membuat perasaan overload dan

kekurang anekaragaman membuat perasaan monoton.

3. Keterpolaan. Keterpolaan berkaitan dengan kemampuan memprediksi. Jika

suatu setting dengan pola yang tidak jelas dan rumit menyebabkan beban

dalam pemrosesan informasi sehingga stimulus sulit diprediksi, sedangkan

polapola yang sangat jelas menyebabkan stimulus mudah diprediksi.

Page 6: Kelompok 8 (Stres, Adaptasi Dan Mekanisme Pertahanan Ego)

Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV. Trans info

Medika

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Mekanisme pertahanan diri

Mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme penyesuaian ego, yaitu usaha untuk

melindungi diri dari perasaan tidak adekuat. Mekanisme pertahanan diri ini mempunyai

beberapa ciri, diantaranya (Maramis, 1990) :

a. Berfungsi hanya untuk melindungi atau bertahan dari hal-hal yang tidak mengenakkan

dan tidak langsung mengatasi masalah. Jadi, sifatnya hanya sementara.

b. Individu tidak menyadari bahwa mekanisme pertahanan diri tersebut sedang terjadi.

Jadi, mekanisme pertahanan diri bisa terjadi di luar kesadaran.

c. Mekanisme pertahanan diri sering kali tidak berorientasi pada kenyataan.

Di bawah ini ada beberapa mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan:

1. Penyangkalan

Menghindar ata menolak untuk melihat kenyataan yang tidak diinginkan dengan cara

mengabaikan atau menolak kenyataan tersebut. Misalnya, individu yang telah

terdeteksi secara akurat menderita AIDS akan mengatakan bahwa dirinya hanya sakit

flu biasa. Penyangkalan terhadap kenyataan merupakan pembelaan ego yang paling

sederhana dan primitif.

2. Proyeksi

Menyalahkan orang lain atas ketidakmampuan dirinya atas kesalahan yang ia perbuat.

Mekanisme ini digunakan untuk menghindari celaan dan hukuman yang mungkin

akan ditimpakan pada dirinya. Akan tetapi, mekanisme pembelaan diri ini tidak

realistis. Misalnya, seorang mahasiswa yang tidak lulus ujian, ia mengatakan bahwa

dirinya tidak lulus karena dosennya sentimen terhadap dirinya.

3. Represi

Menekan ke alam tidak sadar dan sengaja melupakan pikiran, perasaan dan

pengalaman yang menyakitkan. Individu yang menggunakan mekanisme represi

sebenarnya tengah menipu dirinya sendiri sebab ia hanya melindungi diri dari

masalah yang sebenarnya dapat diatasi secara lebih realistis. Misalnya, seoramg

remaja yang diputuskan cintanya oleh kekasihnya sengaja melupakan peristiwa

Page 7: Kelompok 8 (Stres, Adaptasi Dan Mekanisme Pertahanan Ego)

tersebut seolah tidak pernah terjadi. Setiap orang yang menyakan hal itu, ia biasanya

akan menjawab dengan perkataan: “Sudahlan tidak usah menanyakan itu lagi.”

4. Regresi

Kemunduran dalam hal tingkah laku yang dilakukan seseorang dalam menghadapi

stres. Misalnya, pengantin baru yang mengalami masalah dalam rumah tangganya

biasanya lari pulang ke rumah orang tuanya masing-masing. Dalam mekanisme

regresi, secara tidak sadar individu mencoba berperilaku seperti anak kecil dan

bergantung kepada orang lain serta tidak mau berpikir susah.

5. Rasionalisasi

Berusaha memberi alasan yang masuk akal terhadap perbuatan yang dilakukannya.

Meski tahu bahwa perbuatan yang ia lakukan sebenarnya tdak baik, ia berusaha agar

perbuatan/perilakunya tersebut dapat diterima. Misalnya, mahasiswa yang terlambat

datang ujian mengatakan ahwa jalanan macet total. Resonalisasi, menurut Marammis

(1990), mempunyai dua segi pembelaan, yaitu membantu kita membenarkan yang kita

lakukan dan menolong kita melunakkan kekecewaan yang berhubungan dengan cita-

cita yang tidak tercapai.

6. Fantasi

Keinginan yang tidak tercapai cenderung dipuaskan dalam imajinasi yang diciptakan

sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa yang kurang pandai senang berfantasi akan

mendapat cum laude. Fantasi dapat menjadi produktif, bisa juga sebaliknya. Fantasi

yang produktif dapat menjadi motivasi yang kuat dalam menyelesaikan masalah,

sedangkan fantasi yang non-produktif hanya dapat memuaskan khayalan sebagai

pengganti kekurangan tetapi tidak menimbulkan motivasi untuk berprestasi.

7. Pengalihan

Memindahkan perasaan yang tidak menyenangkan dari seseorang atau objek ke orang

atau objek lain yang biasanya lebih kurang berbahaya daripada objek semula.

Misalnya, seseorang yang tidak lulus ujian langsung membantig dan membuang

buku-bukunya. Mekanisme pengalihan pada dasarnya tidak menyelesaikan masalah,

bahkan cenderung menciptakan masalah baru. Misalnya, seorang pegawai

melampiaskan emosinya ke istrinya lantaran waktu di kantor ia dimarahi oleh

pemimpinnya.

8. Undoing

Melakukan tindakan atau komunikasi tertentu yang betujuan menghapus atau

meniadakan tindakan sebelumnya. Misalnya, dengan meminta maaf.

Page 8: Kelompok 8 (Stres, Adaptasi Dan Mekanisme Pertahanan Ego)

9. Reaction formation

Mengembangkan pola sikap ata perilaku tertentu yang disadari tetapi berlawanan

dengan perasaan dan keinginannya. Misalnya, seorang lelaki yang mencintai seorang

perempuan mengaku kalau ia membenci perempuan itu saat di tanya oleh temannya.

10. Kompensasi

Menutupi kekurangan dengan meningkatkan kelebihan yang ada pada dirinya.

Misalnya, mahasiswa yang kemampuan belajarnya kurang mencoba menekuni musik

karena musik merupakan kelebihannya.

11. Sublimasi

Penyaluran rangsangan/nafsu yang tidak tersalurkan kedalam kegiatan lain yang bisa

diterima oleh masyarakat. Misalnya, seseorang yang senang berkelahi disalurkan

kedalam bentuk olahraga tinju.

Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC