kelompok 7 - sistem diagnosis lesi rongga mulut

10
Sistem Diagnosis Lesi Rongga Mulut Menggunakan Metode Certainty Factor OLEH KELOMPOK 7 Dewa Gede Adnyana Sutha Widja (1304505089) I Putu Sura Setyawan (1304505104) A.A. Risky Pramenda Dwijantara (1304505111) Made Bagus Winanda Radityatama (1304505116) KELAS C FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Upload: dewa-widja

Post on 19-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Sistem Diagnosis Lesi Rongga Mulut

TRANSCRIPT

Sistem Diagnosis Lesi Rongga Mulut

Menggunakan Metode Certainty Factor

OLEH KELOMPOK 7

Dewa Gede Adnyana Sutha Widja (1304505089)

I Putu Sura Setyawan (1304505104)

A.A. Risky Pramenda Dwijantara (1304505111)

Made Bagus Winanda Radityatama (1304505116)

KELAS C

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

Latar Belakang

Mulut merupakan organ yang penting bagi manusia, mulut digunakan untuk makan,

minum, dan berbicara. Jika mulut tidak sehat maka kegunaannya pun akan berkurang. Penyakit

gigi dan mulut menempati peringkat ke empat penyakit termahal dalam pengobatan (The World

Oral Health Report, 2003). Diagnosa ini menggunakan metode forward chaining, rule based

reasoning, dan certainty factor. Metode forward chaining digunakan karena mempunyai

kelebihan yaitu data baru dapat dimasukkan ke dalam tabel database inferensi dan

kemungkinan untuk melakukan perubahan aturan inferensi. Metode certainty factor sesuai

dipakai dalam sistem diagnosis lesi rongga mulut untuk mengukur sesuatu apakah pasti atau

tidak pasti dalam mendiagnosis penyakit sebagai salah satu contohnya perhitungan dengan

menggunakan metode ini dalam sekali hitung hanya dapat mengolah 2 data saja sehingga

keakuratan data dapat terjaga.

Landasan Teori

Lesi adalah istilah kedokteran untuk merujuk pada keadaan jaringan yang abnormal

pada tubuh. Hal ini dapat terjadi karena proses beberapa penyakit seperti trauma fisik, kimiawi,

dan elektris; infeksi, masalah metabolisme, dan otoimun. Kata lesi diturunkan dari bahasa Latin

yang berarti "cedera".

Lesi rongga mulut merupakan jaringan yang berada di sekitar daerah rongga mulut

yang fungsinya terganggu akibat penyakit atau trauma pada jaringan daerah rongga mulut,

sehingga jaringan pada rongga mulut tidak bisa bekerja dengan baik.

Jenis-jenis lesi pada rongga mulut antara lain RAS (Reccurent Apthous Stomatitis),

Traumatic Ulser, Geographic Tongue, Fissure Tongue, Angular Cheilitis, Lichen Planus, dan

Kanker Mulut. Jenis-jenis lesi tersebut yang akan dibahas dalam sistem pakar mendiagnosis

lesi rongga mulut.

a. Reccurent Apthous Stomatitis (RAS) merupakan stomatitis yang terjadi berulang pada

rongga mulut. Stomatitis atau dapat disebut juga sariawan adalah pembengkakan atau

peradangan yang terjadi di lapisan mukosa mulut. Aphthous berasal dari bahasa yunani,

yaitu aphta yang berarti ulceration atau luka (Hippocrates, 460-370 SM). Sariawan

memang bukan penyakit yang serius atau bahkan mengancam jiwa, tetapi kondisi ini

sangat mengganggu karena membuat susah untuk makan dan berbicara. Manifestasi

klinis dari RAS adalah ulser tunggal atau multipel, dangkal, bulat, lonjong dan sakit.

Sariawan bisa disebabkan oleh beberapa factor: seperti stres, luka di mulut, infeksi pada

mulut, mulut kering, perubahan imunitas, alergi makanan, alergi obat, akibat merokok,

siklus haid, atau minuman yang asam. Faktor pencetus beberapa borok aphthous

muncul pada subyek dengan predisposisi genetik. Mekanisme autoimun atau

hipersensitivitas kemungkinan juga dapat berpengaruh terhadap kejadian sariawan.

Namun terkadang sariawan juga merupakan tanda dari adanya suatu penyakit sistemik,

oleh karena itu penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat untuk mengetahui

penyebab penyakitnya, dan menentukan terapi yang sesuai.

b. Traumatik ulser adalah bentukan lesi ulseratif yang disebabkan oleh adanya trauma.

Traumatik ulser dapat terjadi pada semua usia dan pada kedua jenis kelamin. Lokasinya

biasanya pada mukosa pipi, mukosa bibir, palatum, dan tepi perifer lidah. Traumatik

ulser disebabkan oleh trauma berupa bahan-bahan kimia, panas, listrik, atau gaya

mekanik (Langlais & Miller, 2000). Penyebab traumatik dari ulserasi mulut dapat

berupa trauma fisik atau trauma kimiawi. Kerusakan fisik pada mukosa mulut dapat

disebabkan oleh permukaan tajam, seperti penggunaan kawat gigi, cengkeram atau tepi-

tepi protesa, peralatan ortodonti, kebiasaan menggigit bibir, atau gigi yang fraktur.Ulser

dapat diakibatkan oleh kontak dengan gigi patah, cengkeram gigi tiruan sebagian atau

mukosa tergigit secara tak sengaja. Luka bakar dari makanan dan minuman yang terlalu

panas umumnya terjadi pada palatum. Ulkus traumatik lain disebabkan oleh cedera

akibat kuku jari yang mencukil-cukil mukosa mulut (Lewis & Lamey , 1998; Langlais

& Miller, 2000).

c. Lidah geografik (Geographic tongue) adalah suatu kondisi kelainan yang terdapat pada

permukaan lidah. Lidah biasanya ditutupi oleh papila tipis dan berwarna merah muda

keputih-putihan yang menyerupai gambaran pulau-pulau. Gambaran pulau-pulau yang

muncul pada permukaan lidah dapat hilang dan muncul sebagai papila halus, merah,

dan sering dengan batas sedikit terangkat. Gambaran pulau-pulau tersebut seringkali

juga berpindah-pindah dan berubah-ubah. Dengan gambaran klinis pada lidah geografis

yang menyerupai pulau-pulau tersebut, sehingga secara keseluruhan pada permukaan

lidah mempunyai gambaran seperti peta. Kondisi tersebut sering sembuh dalam satu

area dan kemudian pindah (migrasi) ke bagian lain pada permukaan lidah.

d. Fissured tongue adalah kelainan anatomi lidah yang menyebabkan di permukaan lidah

banyak terdapat celah-celah, yang juga sering menyebabkan reaksi sensitif terhadap

makanan pedas, panas berbumbu atau dingin. Atau sering mengalami sensasi terbakar.

Penyebabnya yidak diketahui pasti. Para dokter maupun dokter gigi sepakat

menyatakan Fissured tongue sebagai variasi bentuk lidah, dan tidak berbahaya.

Kelainan ini bisa terjadi karena faktor genetik.

e. Angular cheilitis mengacu pada kondisi dimana terjadi peradangan pada sudut mulut.

Infeksi jamur dan bakteri diduga menjadi salah satu penyebab kondisi ini. Sudut mulut

yang mengalami peradangan biasanya akan nampak pecah-pecah dan menyakitkan.

Orang-orang dengan kondisi tertentu seperti sistem kekebalan tubuh rendah, menderita

diabetes mellitus, dan air liur yang selalu terkumpul di sudut mulut lebih rentan

mengalami angular cheilitis. Selain itu, kekurangan zat besi, vitamin B12, dan folat

juga menjadi faktor pemicu lain dari angular cheilitis. Luka dan rasa sakit di sudut

mulut merupakan gejala utama angular cheilitis. Luka ini berbentuk ruam merah atau

pembengkakan yang dapat menyebar di sekitar mulut. Jaringan mulut menjadi lunak

dan ketika mulut dibuka akan terjadi perdarahan. Dalam beberapa kasus, gejala ulserasi

(lesi inflamasi) dan keluarnya nanah juga dapat terjadi.

f. Lichen planus adalah lesi putih ataupun plak pada mukosa rongga mulut yang tidak

dapat dihapuskan dan tidak dapat dikategorikan sebagai salah satu lesi putih yang lain.

Lesi pada rongga mulut dapat disertai dengan lesi pada membrana mukosa yang lain

ataupun pada kulit terutama pada pergelangan tangan dan kaki. Lesi oral dari lichen

planus cenderung untuk lebih menetap daripada yang ada di kulit. Daerah yang paling

sering terkena adalah mukosa pipi. Lidah, bibir, palatum, gusi dan dasar mulut juga

dapat terkena. Penyebab dan gejala yang ditimbulkan yaitu terasa seperti terbakar pada

rongga mulut, sulit menelan, iritasi saat menggosok gigi, sensitif terhadap makanan

pedas atau panas.

g. Kanker mulut adalah kanker yang terdapat pada semua bangian mulut. Kanker mulut

dapat terjadi di bibir, gusi, lidah, dinding mulut, dan langit-langit mulut atau dasar

mulut. Kanker mulut adalah satu dari beberapa tipe kelompok kanker kategori kanker

kepala dan leher. Kanker mulut, kanker kepala dan leher lainnya sering memiliki

prosedur pengobatan yang sama. Penyebab dan gejala yang ditimbulkan yaitu bisul di

sekitar mulut yang tidak dapat disembuhkan, gumpalan atau penebalan kulit mulut,

noda putih atau kemerahan di dalam mulut, gigi tanggal, susunan gigi yang tidak rata,

nyeri pada lidah, nyeri atau kaku pada rahang, nyeri atau sulit untuk mengunyah, nyeri

atau sulit untuk menelan, sakit tenggorokan, perasaan seperti ada sesuatu yang

mengganjal di tenggorokan.

Certainty Factor (CF)

Certainty factor adalah suatu metode untuk membuktikan apakah suatu fakta itu pasti

ataukah tidak pasti yang berbentuk metric yang biasanya digunakan dalam sistem pakar.

Metode ini sangat cocok untuk sistem pakar yang mendiagnosis sesuatu yang belum pasti.

(David McAllister). Faktor kepastian (certainty factor) diperkenalkan oleh Shortliffe Buchanan

dalam pembuatan MYCIN. Certainty Factor (CF) merupakan nilai parameter klinis yang

diberikan. Terdapat hipotesis (H) dari pakar dan evidence/gejala (E) dari user.

CF[H,E]1 = CF[H]1 * CF[E]1

CFc (CF[H,E]1,CF[H,E]2) = CF1 + CF2 (1- CF1) ; jika CF1 dan CF2 keduanya posistif

CFc (CF[H,E]1,CF[H,E]2) = CF1 + CF2 (1+ CF1) ; jika CF1 dan CF2 keduanya negative

CFc (CF[H,E]1, CF[H,E]2) =

{ CF[H,E]1 + CF[H,E]2} / (1-min{| CF[H,E]1|,| CF[H,E]2|}) ; jika salah satu negatif

Kelebihan metode Certainty Factor adalah:

1. Metode ini cocok dipakai dalam sistem pakar untuk mengukur sesuatu apakah pasti

atau tidak pasti dalam mendiagnosis penyakit sebagai salah satu contohnya.

2. Perhitungan dengan menggunakan metode ini dalam sekali hitung hanya dapat

mengolah 2 data saja sehingga keakuratan data dapat terjaga.

Kekurangan metode Certainty Factor adalah:

1. Ide umum dari pemodelan ketidakpastian manusia dengan menggunakan numerik

metode certainty factor biasanya diperdebatkan. Sebagian orang akan membantah

pendapat bahwa formula untuk metode certainty factor diatas memiliki sedikit

kebenaran.

2. Metode ini hanya dapat mengolah ketidakpastian/kepastian hanya 2 data saja. Perlu

dilakukan beberapa kali pengolahan data untuk data yang lebih dari 2 buah.

Pembahasan

Sitem diagonsa lesi rongga mulut menggunakan metode certainty factor dengan

menggunakan bobot sesuai data tabel berikut:

No Pernyataan Bobot

1 Tidak 0

2 Sedikit Yakin 0.4

3 Cukup Yakin 0.6

4 Yakin 0.8

5 Sangat Yakin 1

Seseorang berkonsultasi pada sistem pakar untuk mengetahui apakah terkena penyakit RAS

(Reccurent Apthous Stomatitis) atau tidak. Sistem pakar mempunyai basis pengetahuan

sebagai berikut :

Rule :

IF sakit pada dinding rongga mulut

AND luka pada dinding rongga mulut

AND pernah berhenti merokok

AND alergi makanan

AND alergi obat-obatan

THEN RAS (Reccurent Apthous Stomatitis)

Langkah Pertama :

Pengguna konsultasi diberi pilihan jawaban yang masing-masing bobotnya sebagai berikut :

No Gejala Pernyataan Bobot Pernyataan

1 sakit pada dinding rongga mulut Yakin 0.8

2 luka pada dinding rongga mulut Yakin 0.8

3 pernah berhenti merokok Sedikit yakin 0.4

4 alergi makanan Sedikit yakin 0.4

5 alergi obat-obatan Sedikit yakin 0.4

Pakar menentukan nilai CF (Certainty Factor) untuk masing-masing gejala dengan bobot nilai

0.5

Kemudian dilanjutkan dengan penentuan nilai bobot user, setelah dilakukan dialog antar

sistem pakar dan user memilih jawabannya :

1. Sistem pakar : Apakah mengalami sakit pada dinding rongga mulut?

User : Yakin (CFuser = 0,8)

2. Sistem pakar : Apakah mengalami luka pada dinding rongga mulut ?

User : Yakin (CFuser = 0,8)

3. Sistem pakar : Apakah pernah berhenti merokok ?

User : Sedikit yakin (CFuser = 0,4)

4. Sistem pakar : Apakah ada alergi makanan ?

User : Sedikit yakin (CFuser = 0,4)

5. Sistem pakar : ada alergi obat-obatan ?

User : Sedikit Yakin (CFuser = 0,2)

Langkah Kedua :

Kaidah-kaidah atau rule tersebut kemudian dihitung nilai CF-nya dengan mengalikan Cfpakar

dengan Cfuser menjadi :

CF[H,E]1 = CF[H]1 * CF[E]1

= 0,8 * 0,5

= 0,4

CF[H,E]2 = CF[H]2 * CF[E]2

= 0,8 * 0,5

= 0,4

CF[H,E]3 = CF[H]3 * CF[E]3

= 0,4 * 0,5

= 0,2

CF[H,E]4 = CF[H]4 * CF[E]4

= 0,4 * 0,5

= 0,2

CF[H,E]5 = CF[H]5 * CF[E]5

= 0,4 * 0,5

= 0,2

Langkah ketiga :

Mengkombinasikan nilai CF dari masing-masing kaidah (rule)

CFcombine CF[H,E]1,2 = CF[H,E]1 + CF[H,E]2 * (1 – CF[H,E]1)

= 0,4 + 0,4 * (1 – 0,4)

= 0,64 ......... (old1)

CFcombine CF[H,E]old1,3 = CF[H,E]old1 + CF[H,E]3 * (1 – CF[H,E]old1)

= 0,64 + 0,2 * (1 – 0,64)

= 0,712 ......... (old2)

CFcombine CF[H,E]old2,4 = CF[H,E]old2 + CF[H,E]4 * (1 – CF[H,E]old2)

0,712 + 0,2 * (1 – 0,712)

= 0,769 ......... (old3)

CFcombine CF[H,E]old3,5 = CF[H,E]old3 + CF[H,E]5 * (1 – CF[H,E]old3)

= 0,769 + 0,2 * (1 – 0,769)

= 0,815 ......... (old4)

CF[H,E]old4 * 100% = 0,815 * 100%

= 81,5 %

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perhitungan certainty factor pada penyakit RAS

(Reccurent Apthous Stomatitis) memiliki persentase tingkat keyakinan 81,5 % . Begitu

seterusnya digunakan pada rule berikutnya sesuai formula yang telah dipaparkan pada landasan

teori diatas.

Pohon keputusan

Keterangan:

A01 = Apakah mengalami sakit pada dinding rongga mulut ?

A02 = Apakah mengalami luka pada dinding rongga mulut ?

A03 = Apakah pernah berhenti merokok ?

A04 = Apakah mengalami alergi makanan ?

A05 = Apakah mengalami alergi obat-obatan ?

A06 = Apakah pernah tergigit pada dinding rongga mulut ?

A07 = Apakah memakai kawat gigi ?

A08 = Apakah sakit pada bagian lidah ?

A09 = Apakah kekurangan vitamin B ?

A10 = Apakah merasa terbakar pada lidah ?

A11 = Apakah terbentuk garis-garis kurang lebih 1 cm pada lidah ?

M01 = RAS (Reccurent Apthous

Stomatitis)

M02 = Traumatic Ulser

M03 = Fissure Tongue

M04 = Geographic Tongue

M05 = Angular Cheilitis

M06 = Lichen Planus

M07 = Kanker Mulut

A12 = Apakah terbentuk gambar seperti pulau-pulau pada lidah ?

A13 = Apakah sakit pada sudut bibir ?

A14 = Apakah luka pada sudut bibir ?

A15 = Apakah sudut bibir pecah-pecah ?

A16 = Apakah terjadi pendarahan pada sudut bibir ?

A17 = Apakah merasa terbakar pada rongga mulut ?

A18 = Apakah sulit menelan ?

A19 = Apakah terjadi iritasi saat menggosok gigi ?

A20 = Apakah sensitif terhadap makanan pedas atau panas ?

A21 = Apakah terjadi bisul di sekitar mulut ?

A22 = Apakah terdapat gumpalan atau penebalan kulit pada mulut ?

A23 = Apakah terdapat noda putih atau merah pada mulut ?

A24 = Apakah terdapat gigi tanggal ?

A25 = Apakah susunan gigi tidak rata ?

A26 = Apakah terasa nyeri pada lidah ?

A27 = Apakah terasa nyeri pada rahang ?

A28 = Apakah mengalami kesulitan mengunyah ?

A29 = Apakah mengalami sakit pada tenggorokan ?

A30 = Apakah terasa seperti ada yang mengganjal di tenggorokan ?