kelompok 12
DESCRIPTION
tesTRANSCRIPT
GINGIVA
Gambaran Klinis Gingiva Sehat2,6
a. Warna. Gingiva normal berwarna merah muda, tetapi banyak bervariasi untuk tiap-tiap
orang. Adanya sel-sel melanin (melanosit) pada penduduk Afrika dan Asia adalah
normal. Warna gingiva dipengaruhi oleh:
1. Pasok vaskular
2. Ketebalan dan derajat keratinisasi epitel
3. Keberadaan sel-sel yang mengandung pigmen.
Pigmentasi terbentuk dari melanosit pembentuk pigmen. Meskipun demikian, variasi
pigmentasi tidak disebabkan karena variasi jumlah sel-sel tersebut tetapi merupakan
variasi genetic pada kapasitas produksi pigmen.
b. Ukuran. Ukuran gingiva menunjukkan jumlah total elemen seluler dan interseluler, serta
vaskularisasinya. Penyakit gingiva biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan ukuran
dari komponen mikroskopik. Adanya pertambahan ukuran gingiva merupakan tanda
adanya penyakit periodontal. Contohnya:
Hyperplasia gingiva atau gingiva enlargement
1
c. Kontur. Istilah ini mengacu khususnya untuk penampakkan festoon gingiva. Festoons
terbentuk dari pembesaran gingiva marginal yang sering terbentuk pada gigi caninus dan
premolar pada permukaan wajah. Kontur gingiva sangat bervariasi dan bergantung pada
bentuk maupun kesejajarannya dalam lengkung gigi, lokasi dan bentuk daerah kontak
proksimal, serta luas embrasure gingiva sebelah facial dan lingual. Marginal gingiva
mengelilingi gigi berbentuk menyerupai kerah baju dengan mengikuti pola seperti busur
(arcuate/scalloped) pada permukaan vestibular dan oral. Selama masa erupsi gigi
permanen, marginal gingiva lebih tebal dan memiliki protuberantia atau tonjolan. Gingiva
sehat memiliki permukaan halus dan bergelombang di depan tiap gigi. Gingiva sehat
menempati daerah interdental dengan tepat dan pas, berbeda dengan papilla gingiva yang
membengkak yang terdapat pada gingivitis, atau embrasure yang kosong pada penyakit
periodontal. Gusi yang sehat melekat erat pada tiap gigi, bentuknya meruncing seperti
ujung pisau pada tepi marginal gingiva bebas. Dilain pihak, gusi yang meradang memiliki
tepi yang menggembung atau bulat.
d. Konsistensi. Pada keadaan yang sehat, konsistensi gingiva kenyal, resilien, dan melekat
erat pada tulang di bawahnya. Konsistensi gingival cekat yang kaku dikarenakan lamina
proprianya mengandung banyak serat kolagen dan melekat ke mukoperiosteum tulang
alveolar. Sedangkan konsistensi gingival bebas yang kaku mengandung serat-serat
gingiva meskipun tidak melekat ke tulang alveolar.
e. Tekstur permukaan. Secara normal pada gingiva cekat terlihat adanya stippling atau
seperti kulit jeruk yang lembut dan tampak tidak beraturan di gingiva cekat. Hilangnya
stippling merupakan tanda adanya penyakit gingiva. Stippling terjadi karena proyeksi
lapisan papilar lamina propria, yang mendorong epitel menjadi tonjolan-tonjolan bulat
yang berselang-seling dengan pelekukan epitel. Pada awal masa erupsi gigi permanen,
stippling menunjukkan gambaran yang bergerombol dan lebih lebar 1/8 inchi, meluas
dari daerah marginal gingiva sampai ke daerah attached gingiva. Gingiva bebas memiliki
tekstur licin dan pada gingival interdental bagian tengah seperti kulit jeruk, dan bagian
tepinya licin. Terdapat dua bentuk perubahan tekstur permukaan yaitu perubahan
eksudatif yang dominan yaitu tekstur permukaan menjadi licin dan berkilat serta,
perubahan fibrotik dominan berupa tekstur permukaan padat dan bernodul-nodul.
Gingiva yang tidak sehat teksturnya membengkak dan seperti busa.
2
(Sumber :[internet]. Accesess on: 13 September 2013. Available from: http://www.google-image.dentistry.org
f. Kecenderungan perdarahan pada palpasi atau probing dengan tekanan lembut.
Gingiva yang sehat tidak akan berdarah pada saat sonde (probe) periodontal dimasukkan
ke dalam sulkus dengan hati-hati, atau bila gingiva bebas dipalpasi dengan jari. Sulkus
gingiva dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tidak berkeratin. Dasar sulkus terbentuk dari
perlekatan koronal dari epithelium jungsional. Epitelium sulkus diibaratkan sebuah
membrane semipermiabel yang dapat dilalui bakteri dan produk metabolitnya yang
berbahaya, memasuki jaringan gingiva.
Sumber :[internet]. Accesess on: 13 September
2013. Available from: http://www.google-
image.dentistrymolar.wordpress.com
3
(Sumber :[internet]. Accesess on: 13 September 2013. Available from: http://www.google-image. dc380.4shared.com
Anatomi dan Fisiologi Gingiva
Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi
linger (lidger) alveolar. Merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi, periodonsium,
dan dengan membentuk hubungan dengan gigi, Gingiva berfungsi melindungi jaringan di
bawah perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut. Gingiva tergantung
pada gigi-geligi; bila ada gigi geligi, gingiva juga ada dan bila gigi dicabut gingiva akan
hilang.
Seperti semua jaringan vital lainnya, gingiva dapat beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan, dan rongga mulut yang merupakan bagian pertama dari saluran
pencernaan dan daerah awal masuknya makanan dalam sistem pencernaan dapat
dianggap sebagai lingkungan yang relatif ‘ramah’. Jaringan rongga mulut terpapar
terhadap sejumlah besar stimulus. temperatur dan konsistensi makanan dan minuman,
komposisi kimiawi, asam dan basa sangat bervariasi. Jumlah bakteri dalam mulut cukup
besar dan variasinya tidak mungkin didefinisikan secara akurat. Selain itu rongga mulut
juga terpapar terhadap trauma dan iritasi dari manipulasi gigi dan kita hanya dapat
mengagumi ketahanan mukosa mulut dan efisiensi mekanisme pertahanan gingiva yang
mencakup :
1. Aliran saliva dan kandungan saliva misalnya lisosim, IgA
2. Pergantian sel dan deskuamasi permukaan
3. Aktivitas mekanisme imun
Pertautan antara gigi dan mukosa mulut yang disebut sebagai pertautan
dentogingiva adalah unik dan sangat peka. Ini adalah satu-satunya perlekatan pada tubuh
antara jaringan lunak dan jaringan klasifikasi yang terpapar terhadap lingkungan
eksternal. Pertautan ini merupakan jaringan yang sangat dinamis dengan mekanisme
perlindungannya sendiri.
Secara anatomis, Gingiva terbagi menjadi empat:1,2,6
4
1
2
4
1. Tepi gingival/ Gingiva Bebas (marginal gingiva)
Gingiva tepi merupakan gingiva yang paling luar,
mengelilingi gigi dan tidak melekat pada gigi,
berkedudukan sebagai gingival lunak pembentuk
sulkus gingiva.
Tepi gingiva membentuk cuff selebar 1-2 mm di
sekitar leher gigi dan dinding eksternal leher gingiva
yang mempunyai kedalaman 0-2 mm. Cuff dapat
dipisahkan dari gigi dengan menggunakan sonde
tumpul. Antara gigi-geligi dan tepi gingiva terdapat
papilla gingiva yang berbentuk konus, pemukaan
5
1
4
3
(Sumber :[internet]. Accesess on: 13 September 2013. Available from: http://www.google-image.dentistaroquetas.com)
3
(Sumber :[internet]. Accesess on: 13 September 2013. Available from: http://periobasics.com
labialnya seringkali mempunyai groove yang disebut sebagai sluice-way. Permukaan
tepi gingiva umumnya halus berbeda dengan daerah perlekatan gingiva, yang dibatasi
dengan groove gingiva bebas.
2. Sulkus gingiva
Sulkus gingiva merupakan cekungan yang mengelilingi gigi yang terletak antara gingiva
tepi dengan mahkota gigi. Cekungan ini dalam kondisi sehat kedalamannya 0,5-2 mm,
tapi beberapa peneliti berpendapat bahwa jika kedalaman gingiva lebih dari 3 mm,
gingiva dianggap memiliki patologi sehingga diperlukan perawatan.
Pendalaman sulkus ada 2 kategori yaitu tanpa diikuti oleh perpindahan epitel cekat
kearah apikal yang disebut dengan gingiva pocket dan diikuti perpindahan epitel cekat
kearah apikal disebut dengan periodontal pocket.
3. Papila interdental
Papila interdental merupakan bagian perluasan dari tepi gingiva bebas yang terletak di
antara dua gigi yang berdekatan. Papilla interdental dan gingiva bebas pada arah apikal
berbatasan dengan gingiva cekat. Daerah pertemuan tersebut membentuk garis imajiner
yang disebut gingiva groove. Gingiva bebas merupakan gingiva tepi yang berbatasan
dengan permukaan gigi, yang secara bersama-sama dengan permukaan gigi membentuk
sulkus gingiva dengan dasar pada daerah cementoenamel junction. Interdental gingiva
mewakili gingiva embrasure, dimana terdapat ruang interproksimal dibawah tempat
berkontaknya gigi. Interdental gingiva dapat berbentuk piramidal atau berbentuk seperti
lembah (col).
Permukaan vestibular dari gingiva interdental meruncing ke daerah kontak
interproksimal, sedangkan permukaan mesial dan distal sedikit konkaf. Bagian tepi dan
puncak papila interdental dibentuk oleh perluasan gingiva bebas dari daerah yang
berbatasan, sedangkan bagian tengahnya dibentuk oleh gingiva cekat.
4. Perlekatan gingiva (gingiva cekat/attached gingiva)
6
Merupakan bagian gingiva yang berada di bawah gingiva bebas dan melekat erat pada
tulang prosesus alveolaris dimana pada arah apikal berbatasan dengan mukosa pada
mukogingiva junction.
Perlekatan gingiva (attached gingiva) atau ‘mukosa fungsional’ meluas dari groove
gingiva bebas ke pertautan mukogingiva dimana akan bertemu dengan mukosa alveolar.
Mukosa alveolar adalah suatu mukoperiosteum yang melekat erat dengan tulang alveolar
di bawahnya. Pada pertautan mukogingiva, mukoperiosteum terpisah sehingga mukosa
alveolar dari periosteum melalui perantaran jaringan ikat longgar yang sangat vascular.
Jadi mukosa alveolar umumnya berwarna merah tua, berbeda dengan daerah perlekatan
gingiva yang berwarna merah muda. Permukaan perlekatan gingiva mempunyai
stippling yang mirip seperti kulit jeruk. Stippling ini umumnya sangat bervariasi.
Stippling terlihat lebih jelas pada permukaan fasial dan sering tidak terlihat pada usia
lanjut.
Lebar perlekatan gingiva bervariasi dari 0-9 mm. perlekatan gingiva biasanya terlebar
pada regio insisivus (3-5 mm) dan tersempit pada daerah kaninus dan premolar bawah.
Dahulu pernah dianggap bahwa beberapa perlekatan gingiva dibutuhkan untuk
mempertahankan kesehatan tepi gingiva dengan cara memisahkan tepi yang bebas dari
mukosa alveolar yang bergerak, tetapi ternyata hal ini tidak dijumpai pada mulut yang
bersih. Variasi lebar gingiva menimbulkan kontroversi tentang bentuk anatomi yang
kompatibel dengan kesehatan dan sudah banyak teknik yang diperkenalkan untuk
memperlebar daerah perlekatan yang dianggap terlalu sempit tanpa tergantung pada
apakah ada penyakit atau tidak. Sebenarnya selebar apapun daerah tersebut bahkan lebar
nol sekalipun tetap dianggap normal asalkan jaringan dalam keadaan sehat.
Tanda Mikroskopik dari Gingiva1,2,6,7
a. Epitel
Epitel berlapis gepeng dengan permukaan sedikit berkeratin, dan sel-selnya
diganti secara kontinu, cepat dan berasal dari sel basal. Fungsi utama epitel gingiva
adalah melindungi struktur yang berada dibawahnya, serta memungkinkan terjadinya
7
perubahan selektif dengan lingkungan oral. Perubahan
tersebut dimungkinkan oleh adanya proses proliferasi dan
diferensiasi.
Gingiva mempunyai lapisan karakteristik dari epithelium
skuamosa :
1. Sel-sel basal (stratum basale/ SB) atau sel formatif dari
lapisan sel kolumnar atau kuboidal.
2. Sel-sel prickle atau lapisan spinosa dari (stratum
spinosum/ SS) sel-sel polygonal.
3. Lapisan granular (stratum granulosum/ SG) dimana sel-selnya datar dan
mengandung banyak partikel keratohialin.
4. Lapisan kornifikasi (stratum korneum/ SC) di mana sel-selnya datar dan
tenggelam dan terkeratinisasi atau parakeratinisasi.
Laju kecepatan mitosis dari epithelium rongga mulut bervariasi dari daerah
satu ke daerah yang lain, dari kelompok usia yang satu ke kelompok usia yang lain.
Seperti semua sel epitel lainnya, sel-sel epithelium gingiva saling
berhubungan satu sama lain dan juga berhubungan dengan korium jaringan ikat di
bawahnya melalui penebalan pada periferi sel yang
disebut sebagai hemidesmosom. Epithelium bertautan
dengan korium di bawahnya melalui lamina basalis (BL)
yang tipis yang terbentuk dari kompleks protein-
mukopolisakarida yang permeable terhadap cairan.
Lamina basal terdiri atas lamina lusida (LL) dan lamina
densa (LD). Hemidesmosom (HD) dari sel-sel epitel basal mengikat lamina lusida.
Komposisi utama dari lamina lusida adalah laminin glikoprotein, sedangkan lamina
densa adalah berupa kolagen tipe IV. Lamina basal berhubungan dengan fibril-fibril
jaringan ikat dengan bantuan fibril-fibril penjangkar (anchoring fibrils/ AF).7
Berdasarkan aspek morfologis dan fungsionalnya, epitel ini dibedakan atas:
8
a) Epitel Mukosa Mulut / Epitel Oral (Oral/Outer Epithelium/ OE)
Epitel skuama berlapis yang berkeratin (keratinized) atau berparakeratin
(parakeratinized) yang membalut permukaan vestibular dan oral gingiva.
Lapisan ini terdiri dari beberapa lapisan yang berbeda:
o Lapisan basal yang kuboid
o Lapisan sel polygonal yang ‘spinous’
o Lapisan sel granular yang berupa sel yang pipih dengan granula keratin
yang basofil dan nucleus hiperkhromik yang mengeriput (lapisan sel ini
tidak selalu ada).
o Lapisan sel superficial yang berkeratin atau parakeratin.
Meluas dari batas mukogingiva ke krista tepi gingiva (crest gingiva margin),
kecuali pada permukaan palatal dimana epitel ini menyatu dengan epitel
palatum.
Lamina basal yang menyatukan epitel gingiva ke jaringan ikat gingiva bersifat
permeabel terhadap cairan, namun dapat menjadi penghalang bagi bahan
partikel tertentu.
Mempunyai rete peg yang menonjol ke arah lamina propria.
b) Epitel Sulkular/ Krevikular (Sulcular/ Crevicular Epithelium/ SE)
Mendindingi sulkus gingiva dan menghadap ke permukaan gigi tanpa melekat
padanya.
Merupakan epitel skuama berlapis yang tipis, tidak berkeratin, tanpa rete peg
dan perluasannya mulai dari batas koronal epitel penyatu sampai ke krista tepi
gingiva.
9
Bagian Bucco-lingual
Bertindak sebagai membrane semipermeabel yang dapat dirembesi oleh
produk bakteri masuk ke gingiva, dan oleh cairan gingiva yang keluar ke
sulkus gingiva.
c) Epitel Penyatu/ Jungsional (Junctional Epithelium/ JE)
Membentuk perlekatan antara gingiva dengan
permukaan gigi.
Berupa epitel skuama berlapis tidak berkeratin.
Pada usia muda epitel penyatu terdiri atas 3 – 4 lapis,
namun dengan bertambahnya usia lapisan epitelnya
bertambah menjadi 10 – 20 lapis.
Melekat ke permukaan gigi dengan bantuan lamina basal.
Pada jaringan ikat dibawahnya membentuk lamina densa dekat dengan email
ataupun sementum.
Panjangnya bervariasi antara 0,25 - 1,35 mm merentang dari dasar sulkus
gingiva sampai ± 1,0 mm koronal dari batas semento-enamel pada gigi yang
belum mengalami resesi.
Bila gigi telah mengalami resesi, epitel penyatu berada pada sementum.
Perlekatannya ke permukaan gigi diperkuat pula oleh serat-serat gingiva yang
mendukung gingiva bebas ke permukaan gigi, oleh sebab itu, epitel penyatu
dan serat-serat gingiva dianggap sebagai suatu unit fungsional yang
dinamakan unit dentogingiva.
Junction ini terdiri atas 3 zona:
o Zona apikal terdiri dari sel-sel germinal
o Zona pertengahan, terdiri dari sel-sel yang mempunyai sifat adhesive
10
o Zona koronal yang sangat permiabel.
b. Jaringan ikat
Istilah ini dipakai untuk menjelaskan komponen jaringan ikat gingiva. Lamina
Propria, terdiri dari jaringan ikat padat. Gingiva tidak mempunyai lapisan submukosa.
Memiliki dua lapisan:
1) Lapisan papilari (papillary layer) yang berada langsung dibawah epitel, yang
terdiri atas:
- Proyeksi papilari (papillary projection)
- Di selangselingi oleh rete peg epitel
2) Lapisan retikular (reticular layer) yang berlanjut ke periosteum tulang alveolar
Terdiri atas:
1) Bagian selular:
Fibroblas
Fibroblas (merupakan elemen utama, banyak dijumpai diantara bundel serat
serat), yang berfungsi:
Mensintesa serat-serat kolagen, serat-serat elastik, glikoprotein dan
glikosaminoglikans.
Dalam pengaturan degradasi (penghancuran) kolagen.
Sel mast
Makrofag
Limfosit, Sel plasma
2) Bagian interselular, suatu medium yang penting bagi perpindahan produk-
produk metabolisme, sel dan stimulus yang dibentuk oleh:
Serabut gingiva : kolagen, reticular, elastin
Substansi dasar (ground substance) : mengisi ruang antara serat-serat dan
sel-sel, amorf, dan mengandung banyak air. Komposisinya terdiri atas:
a) Proteoglikans (proteoglycans), terutama asam hialuronat (hyaluronic
acid)
b) Glikoprotein (glycoproteins), berupa:
11
Fibronektin, berfungsi mengikat fibroblas ke serat-serat dan
komponen matriks interseluler lainnya dan membantu adhesi dan
migrasi sel.
Laminin, berfungsi mengikatkan substansi dasar ke sel-sel epitel.
Pembuluh darah, limfe dan saraf
Jaringan gingiva kaya akan pasokan pembuluh darh yang terbentuk
dari pleksus arteriol, kapiler-kapiler dan vena kecil yang meluas dari epitel
sulkus kearah permukaan luar gingiva.2 Suplai darah pada gingiva melalui 3
jalan yaitu :1,6
a. Arteri yang terletak lebih superfisial dari periosteum, mencapai gingiva
pada daerah yang berbeda di rongga mulut dari cabang arteri alveolar
yaitu arteri infra orbital, nasopalatina, palatal, bukal, mental dan
lingual. Pembuluh ini saling bertautan pada gingival untuk membentuk
lingkaran kapiler pada papilla jaringan gingival antara rete peg
epithelial.
b. Pada daerah interdental percabangan arteri intrasepatal.
c. Pembuluh darah pada ligamen periodontal bercabang ke luar ke arah
gingival. Suplai saraf pada periodontal mengikuti pola yang sama
dengan distribusi suplai darah.
Drainase limfatik dimuai pada jaringan ikat dan berdrainase ke
nodus limfa regional; dari gingival mandibula ke nodus servikal,
submandibular dan submental; dari gingival maksila ke nodus limfa servikal
bagian dalam.1
Suplai saraf berasal dari cabang-cabang saraf trigeminus. Beberapa
ujung saraf dapat diidentifikasi pada jaringan ikat gingival sebagai tactile
corpuscle, dan reseptor temperature serta reseptor rasa sakit.1
12
Diagram arteriole menembus tulang alveolar interdental untuk mensuplai jaringan interdental (Kiri) dan Arteriole supraperiosteal melapisi tulang alveolar wajah, mengirimkan cabang di jaringan sekitarnya (Kanan). (Carranza, 2012)
c.
d.
e.
f.
g.
gambar : suplai darah pada gingiva.
Gambar Persarafan pada gingival.
c. Kelompok serat
Tersusun dalam beberapa kelompok:
13
Maxila
Mandibula
1. Kelompok utama, terdiri atas serat dentogingiva, alveologingiva, dentoperiosteal,
sirkular, dan transeptal (Tabel 1).
2. Kelompok sekunder yang terdiri atas serat periostogingiva, interpapilari,
transgingiva, intersirkular, intergingiva, dan semisirkular (Tabel 2).
TABEL 1
14
KELOMPOK SERAT ARAH RENTANGAN FUNGSI
1. Dentogingival Dari sementum merentang ke
arah lateral ke lamina propria.
Memberi dukungan
terhadap gingiva.
2. Alveologingival Dari periosteum krista alveolar
merentang ke arah koronal ke
lamina propria.
Melekatkan gingiva ke
tulang alveolar.
6. Dentoperiosteal Dari sementum dekat ke batas
sementum enamel merentang ke
periosteum krista alveolar.
a. Menjangkarkan gigi ke
tulang alveolar
b. Melindungi ligamen
periodontal
5. Sirkular Merentang mengelilingi gigi
koronal dari krista alveolar pada
daerah gingiva bebas dan gingiva
cekat.
Memelihara kontur dan
posisi tepi gingiva bebas.
7. Transeptal Dari sementum interproksimal
koronal dari Krista alveolar,
merentang pada daerah
interdental ke arah mesial dan
distal ke sementum dari gigi
tetangga.
a. Memelihara hubungan
antara gigi yang
bertetangga.
b. Melindungi tulang
interdental.
TABEL 2
15
16
KELOMPOK SERAT ARAH RENTANGAN FUNGSI
8. Periostogingiva Dari periosteum di sisi lateral
tulang alveolar merentang ke
gingiva cekat.
Melekatkan gingiva ke
tulang alveolar.
3. Interpapilari Diantara gingiva interdental
merentang dalam arah
oralvestibular.
Memberikan dukungan
terhadap gingiva
interdental.
4. Transgingiva Pada daerah gingiva cekat
merentang sepanjang lengkung
gigi diantara dan sekeliling gigi.
Memelihara susunan gigi
di dalam lengkung gigi.
9. Intersirkular Dari sementum pada sisi distal
gigi merentang ke arah bukal
dan lingual sekeliling gigi
tetangga dan insersi ke
sementum sebelah mesial dari
gigi berikutnya.
Menstabilkan gigi di
dalam lengkung gigi.
10. Intergingiva Pada daerah cekat persis
dibawah membrana basal epitel,
merentang dalam arah
mesialdistal.
Memberikan dukungan
dan membentuk kontur
gingiva cekat.
5. Semisirkular Dari sementum pada sisi mesial
gigi merentang ke arah distal dan
insersi pada sementum di sisi
distal gigi yang sama.
Belum diketahui.
Daftar Pusaka
1. Manson JD., Eley BM. 1993. Buku Ajar Periodonti. Ed 2. Outline of Periodontics.
Editor Suasianti Kentjana. Jakarta: Hipokrates.
2. Peter F. Fedi, Arthur R. Vernino, John L. Gray. 2004. Silabus Periodonti. Ed. 4.
Jakarta: EGC.
3. Nanci, Antonio. Dieter D. bosshard. 2006. Periodontology 2000. UK: Blackwell
Munksgaard.
4. Giannobile, William V. 2010. Periodontal Regeneratif Therapy. Jermany:
Quintessence Publishing.
5. Suryono. 2012. Bedah Dasar Periodonsia. Yogyakarta: Ash-Shaff.
6. Newman MG, Takei, Klokkevold, Carranza. Carranza’s Clinical Periodontology.
11th ed. W.B. Saunders Company : USA. 2012.
7. Http://www.dental.pitt.edu/informatics/periohistology/en/gu0203.htm
17