kelompok 12

24
GINGIVA Gambaran Klinis Gingiva Sehat 2,6 a. Warna. Gingiva normal berwarna merah muda, tetapi banyak bervariasi untuk tiap-tiap orang. Adanya sel-sel melanin (melanosit) pada penduduk Afrika dan Asia adalah normal. Warna gingiva dipengaruhi oleh: 1. Pasok vaskular 2. Ketebalan dan derajat keratinisasi epitel 3. Keberadaan sel-sel yang mengandung pigmen. Pigmentasi terbentuk dari melanosit pembentuk pigmen. Meskipun demikian, variasi pigmentasi tidak disebabkan karena variasi jumlah sel-sel tersebut tetapi merupakan variasi genetic pada kapasitas produksi pigmen. b. Ukuran. Ukuran gingiva menunjukkan jumlah total elemen seluler dan interseluler, serta vaskularisasinya. Penyakit gingiva biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan ukuran dari komponen mikroskopik. Adanya pertambahan ukuran gingiva merupakan tanda adanya penyakit periodontal. Contohnya: 1

Upload: eeviits

Post on 31-Jan-2016

39 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tes

TRANSCRIPT

Page 1: kelompok 12

GINGIVA

Gambaran Klinis Gingiva Sehat2,6

a. Warna. Gingiva normal berwarna merah muda, tetapi banyak bervariasi untuk tiap-tiap

orang. Adanya sel-sel melanin (melanosit) pada penduduk Afrika dan Asia adalah

normal. Warna gingiva dipengaruhi oleh:

1. Pasok vaskular

2. Ketebalan dan derajat keratinisasi epitel

3. Keberadaan sel-sel yang mengandung pigmen.

Pigmentasi terbentuk dari melanosit pembentuk pigmen. Meskipun demikian, variasi

pigmentasi tidak disebabkan karena variasi jumlah sel-sel tersebut tetapi merupakan

variasi genetic pada kapasitas produksi pigmen.

b. Ukuran. Ukuran gingiva menunjukkan jumlah total elemen seluler dan interseluler, serta

vaskularisasinya. Penyakit gingiva biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan ukuran

dari komponen mikroskopik. Adanya pertambahan ukuran gingiva merupakan tanda

adanya penyakit periodontal. Contohnya:

Hyperplasia gingiva atau gingiva enlargement

1

Page 2: kelompok 12

c. Kontur. Istilah ini mengacu khususnya untuk penampakkan festoon gingiva. Festoons

terbentuk dari pembesaran gingiva marginal yang sering terbentuk pada gigi caninus dan

premolar pada permukaan wajah. Kontur gingiva sangat bervariasi dan bergantung pada

bentuk maupun kesejajarannya dalam lengkung gigi, lokasi dan bentuk daerah kontak

proksimal, serta luas embrasure gingiva sebelah facial dan lingual. Marginal gingiva

mengelilingi gigi berbentuk menyerupai kerah baju dengan mengikuti pola seperti busur

(arcuate/scalloped) pada permukaan vestibular dan oral. Selama masa erupsi gigi

permanen, marginal gingiva lebih tebal dan memiliki protuberantia atau tonjolan. Gingiva

sehat memiliki permukaan halus dan bergelombang di depan tiap gigi. Gingiva sehat

menempati daerah interdental dengan tepat dan pas, berbeda dengan papilla gingiva yang

membengkak yang terdapat pada gingivitis, atau embrasure yang kosong pada penyakit

periodontal. Gusi yang sehat melekat erat pada tiap gigi, bentuknya meruncing seperti

ujung pisau pada tepi marginal gingiva bebas. Dilain pihak, gusi yang meradang memiliki

tepi yang menggembung atau bulat.

d. Konsistensi. Pada keadaan yang sehat, konsistensi gingiva kenyal, resilien, dan melekat

erat pada tulang di bawahnya. Konsistensi gingival cekat yang kaku dikarenakan lamina

proprianya mengandung banyak serat kolagen dan melekat ke mukoperiosteum tulang

alveolar. Sedangkan konsistensi gingival bebas yang kaku mengandung serat-serat

gingiva meskipun tidak melekat ke tulang alveolar.

e. Tekstur permukaan. Secara normal pada gingiva cekat terlihat adanya stippling atau

seperti kulit jeruk yang lembut dan tampak tidak beraturan di gingiva cekat. Hilangnya

stippling merupakan tanda adanya penyakit gingiva. Stippling terjadi karena proyeksi

lapisan papilar lamina propria, yang mendorong epitel menjadi tonjolan-tonjolan bulat

yang berselang-seling dengan pelekukan epitel. Pada awal masa erupsi gigi permanen,

stippling menunjukkan gambaran yang bergerombol dan lebih lebar 1/8 inchi, meluas

dari daerah marginal gingiva sampai ke daerah attached gingiva. Gingiva bebas memiliki

tekstur licin dan pada gingival interdental bagian tengah seperti kulit jeruk, dan bagian

tepinya licin. Terdapat dua bentuk perubahan tekstur permukaan yaitu perubahan

eksudatif yang dominan yaitu tekstur permukaan menjadi licin dan berkilat serta,

perubahan fibrotik dominan berupa tekstur permukaan padat dan bernodul-nodul.

Gingiva yang tidak sehat teksturnya membengkak dan seperti busa.

2

Page 3: kelompok 12

(Sumber :[internet]. Accesess on: 13 September 2013. Available from: http://www.google-image.dentistry.org

f. Kecenderungan perdarahan pada palpasi atau probing dengan tekanan lembut.

Gingiva yang sehat tidak akan berdarah pada saat sonde (probe) periodontal dimasukkan

ke dalam sulkus dengan hati-hati, atau bila gingiva bebas dipalpasi dengan jari. Sulkus

gingiva dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tidak berkeratin. Dasar sulkus terbentuk dari

perlekatan koronal dari epithelium jungsional. Epitelium sulkus diibaratkan sebuah

membrane semipermiabel yang dapat dilalui bakteri dan produk metabolitnya yang

berbahaya, memasuki jaringan gingiva.

Sumber :[internet]. Accesess on: 13 September

2013. Available from: http://www.google-

image.dentistrymolar.wordpress.com

3

(Sumber :[internet]. Accesess on: 13 September 2013. Available from: http://www.google-image. dc380.4shared.com

Page 4: kelompok 12

Anatomi dan Fisiologi Gingiva

Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi

linger (lidger) alveolar. Merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi, periodonsium,

dan dengan membentuk hubungan dengan gigi, Gingiva berfungsi melindungi jaringan di

bawah perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut. Gingiva tergantung

pada gigi-geligi; bila ada gigi geligi, gingiva juga ada dan bila gigi dicabut gingiva akan

hilang.

Seperti semua jaringan vital lainnya, gingiva dapat beradaptasi terhadap

perubahan lingkungan, dan rongga mulut yang merupakan bagian pertama dari saluran

pencernaan dan daerah awal masuknya makanan dalam sistem pencernaan dapat

dianggap sebagai lingkungan yang relatif ‘ramah’. Jaringan rongga mulut terpapar

terhadap sejumlah besar stimulus. temperatur dan konsistensi makanan dan minuman,

komposisi kimiawi, asam dan basa sangat bervariasi. Jumlah bakteri dalam mulut cukup

besar dan variasinya tidak mungkin didefinisikan secara akurat. Selain itu rongga mulut

juga terpapar terhadap trauma dan iritasi dari manipulasi gigi dan kita hanya dapat

mengagumi ketahanan mukosa mulut dan efisiensi mekanisme pertahanan gingiva yang

mencakup :

1. Aliran saliva dan kandungan saliva misalnya lisosim, IgA

2. Pergantian sel dan deskuamasi permukaan

3. Aktivitas mekanisme imun

Pertautan antara gigi dan mukosa mulut yang disebut sebagai pertautan

dentogingiva adalah unik dan sangat peka. Ini adalah satu-satunya perlekatan pada tubuh

antara jaringan lunak dan jaringan klasifikasi yang terpapar terhadap lingkungan

eksternal. Pertautan ini merupakan jaringan yang sangat dinamis dengan mekanisme

perlindungannya sendiri.

Secara anatomis, Gingiva terbagi menjadi empat:1,2,6

4

Page 5: kelompok 12

1

2

4

1. Tepi gingival/ Gingiva Bebas (marginal gingiva)

Gingiva tepi merupakan gingiva yang paling luar,

mengelilingi gigi dan tidak melekat pada gigi,

berkedudukan sebagai gingival lunak pembentuk

sulkus gingiva.

Tepi gingiva membentuk cuff selebar 1-2 mm di

sekitar leher gigi dan dinding eksternal leher gingiva

yang mempunyai kedalaman 0-2 mm. Cuff dapat

dipisahkan dari gigi dengan menggunakan sonde

tumpul. Antara gigi-geligi dan tepi gingiva terdapat

papilla gingiva yang berbentuk konus, pemukaan

5

1

4

3

(Sumber :[internet]. Accesess on: 13 September 2013. Available from: http://www.google-image.dentistaroquetas.com)

3

(Sumber :[internet]. Accesess on: 13 September 2013. Available from: http://periobasics.com

Page 6: kelompok 12

labialnya seringkali mempunyai groove yang disebut sebagai sluice-way. Permukaan

tepi gingiva umumnya halus berbeda dengan daerah perlekatan gingiva, yang dibatasi

dengan groove gingiva bebas.

2. Sulkus gingiva

Sulkus gingiva merupakan cekungan yang mengelilingi gigi yang terletak antara gingiva

tepi dengan mahkota gigi. Cekungan ini dalam kondisi sehat kedalamannya 0,5-2 mm,

tapi beberapa peneliti berpendapat bahwa jika kedalaman gingiva lebih dari 3 mm,

gingiva dianggap memiliki patologi sehingga diperlukan perawatan.

Pendalaman sulkus ada 2 kategori yaitu tanpa diikuti oleh perpindahan epitel cekat

kearah apikal yang disebut dengan gingiva pocket dan diikuti perpindahan epitel cekat

kearah apikal disebut dengan periodontal pocket.

3. Papila interdental

Papila interdental merupakan bagian perluasan dari tepi gingiva bebas yang terletak di

antara dua gigi yang berdekatan. Papilla interdental dan gingiva bebas pada arah apikal

berbatasan dengan gingiva cekat. Daerah pertemuan tersebut membentuk garis imajiner

yang disebut gingiva groove. Gingiva bebas merupakan gingiva tepi yang berbatasan

dengan permukaan gigi, yang secara bersama-sama dengan permukaan gigi membentuk

sulkus gingiva dengan dasar pada daerah cementoenamel junction. Interdental gingiva

mewakili gingiva embrasure, dimana terdapat ruang interproksimal dibawah tempat

berkontaknya gigi. Interdental gingiva dapat berbentuk piramidal atau berbentuk seperti

lembah (col).

Permukaan vestibular dari gingiva interdental meruncing ke daerah kontak

interproksimal, sedangkan permukaan mesial dan distal sedikit konkaf. Bagian tepi dan

puncak papila interdental dibentuk oleh perluasan gingiva bebas dari daerah yang

berbatasan, sedangkan bagian tengahnya dibentuk oleh gingiva cekat.

4. Perlekatan gingiva (gingiva cekat/attached gingiva)

6

Page 7: kelompok 12

Merupakan bagian gingiva yang berada di bawah gingiva bebas dan melekat erat pada

tulang prosesus alveolaris dimana pada arah apikal berbatasan dengan mukosa pada

mukogingiva junction.

Perlekatan gingiva (attached gingiva) atau ‘mukosa fungsional’ meluas dari groove

gingiva bebas ke pertautan mukogingiva dimana akan bertemu dengan mukosa alveolar.

Mukosa alveolar adalah suatu mukoperiosteum yang melekat erat dengan tulang alveolar

di bawahnya. Pada pertautan mukogingiva, mukoperiosteum terpisah sehingga mukosa

alveolar dari periosteum melalui perantaran jaringan ikat longgar yang sangat vascular.

Jadi mukosa alveolar umumnya berwarna merah tua, berbeda dengan daerah perlekatan

gingiva yang berwarna merah muda. Permukaan perlekatan gingiva mempunyai

stippling yang mirip seperti kulit jeruk. Stippling ini umumnya sangat bervariasi.

Stippling terlihat lebih jelas pada permukaan fasial dan sering tidak terlihat pada usia

lanjut.

Lebar perlekatan gingiva bervariasi dari 0-9 mm. perlekatan gingiva biasanya terlebar

pada regio insisivus (3-5 mm) dan tersempit pada daerah kaninus dan premolar bawah.

Dahulu pernah dianggap bahwa beberapa perlekatan gingiva dibutuhkan untuk

mempertahankan kesehatan tepi gingiva dengan cara memisahkan tepi yang bebas dari

mukosa alveolar yang bergerak, tetapi ternyata hal ini tidak dijumpai pada mulut yang

bersih. Variasi lebar gingiva menimbulkan kontroversi tentang bentuk anatomi yang

kompatibel dengan kesehatan dan sudah banyak teknik yang diperkenalkan untuk

memperlebar daerah perlekatan yang dianggap terlalu sempit tanpa tergantung pada

apakah ada penyakit atau tidak. Sebenarnya selebar apapun daerah tersebut bahkan lebar

nol sekalipun tetap dianggap normal asalkan jaringan dalam keadaan sehat.

Tanda Mikroskopik dari Gingiva1,2,6,7

a. Epitel

Epitel berlapis gepeng dengan permukaan sedikit berkeratin, dan sel-selnya

diganti secara kontinu, cepat dan berasal dari sel basal. Fungsi utama epitel gingiva

adalah melindungi struktur yang berada dibawahnya, serta memungkinkan terjadinya

7

Page 8: kelompok 12

perubahan selektif dengan lingkungan oral. Perubahan

tersebut dimungkinkan oleh adanya proses proliferasi dan

diferensiasi.

Gingiva mempunyai lapisan karakteristik dari epithelium

skuamosa :

1. Sel-sel basal (stratum basale/ SB) atau sel formatif dari

lapisan sel kolumnar atau kuboidal.

2. Sel-sel prickle atau lapisan spinosa dari (stratum

spinosum/ SS) sel-sel polygonal.

3. Lapisan granular (stratum granulosum/ SG) dimana sel-selnya datar dan

mengandung banyak partikel keratohialin.

4. Lapisan kornifikasi (stratum korneum/ SC) di mana sel-selnya datar dan

tenggelam dan terkeratinisasi atau parakeratinisasi.

Laju kecepatan mitosis dari epithelium rongga mulut bervariasi dari daerah

satu ke daerah yang lain, dari kelompok usia yang satu ke kelompok usia yang lain.

Seperti semua sel epitel lainnya, sel-sel epithelium gingiva saling

berhubungan satu sama lain dan juga berhubungan dengan korium jaringan ikat di

bawahnya melalui penebalan pada periferi sel yang

disebut sebagai hemidesmosom. Epithelium bertautan

dengan korium di bawahnya melalui lamina basalis (BL)

yang tipis yang terbentuk dari kompleks protein-

mukopolisakarida yang permeable terhadap cairan.

Lamina basal terdiri atas lamina lusida (LL) dan lamina

densa (LD). Hemidesmosom (HD) dari sel-sel epitel basal mengikat lamina lusida.

Komposisi utama dari lamina lusida adalah laminin glikoprotein, sedangkan lamina

densa adalah berupa kolagen tipe IV. Lamina basal berhubungan dengan fibril-fibril

jaringan ikat dengan bantuan fibril-fibril penjangkar (anchoring fibrils/ AF).7

Berdasarkan aspek morfologis dan fungsionalnya, epitel ini dibedakan atas:

8

Page 9: kelompok 12

a) Epitel Mukosa Mulut / Epitel Oral (Oral/Outer Epithelium/ OE)

Epitel skuama berlapis yang berkeratin (keratinized) atau berparakeratin

(parakeratinized) yang membalut permukaan vestibular dan oral gingiva.

Lapisan ini terdiri dari beberapa lapisan yang berbeda:

o Lapisan basal yang kuboid

o Lapisan sel polygonal yang ‘spinous’

o Lapisan sel granular yang berupa sel yang pipih dengan granula keratin

yang basofil dan nucleus hiperkhromik yang mengeriput (lapisan sel ini

tidak selalu ada).

o Lapisan sel superficial yang berkeratin atau parakeratin.

Meluas dari batas mukogingiva ke krista tepi gingiva (crest gingiva margin),

kecuali pada permukaan palatal dimana epitel ini menyatu dengan epitel

palatum.

Lamina basal yang menyatukan epitel gingiva ke jaringan ikat gingiva bersifat

permeabel terhadap cairan, namun dapat menjadi penghalang bagi bahan

partikel tertentu.

Mempunyai rete peg yang menonjol ke arah lamina propria.

b) Epitel Sulkular/ Krevikular (Sulcular/ Crevicular Epithelium/ SE)

Mendindingi sulkus gingiva dan menghadap ke permukaan gigi tanpa melekat

padanya.

Merupakan epitel skuama berlapis yang tipis, tidak berkeratin, tanpa rete peg

dan perluasannya mulai dari batas koronal epitel penyatu sampai ke krista tepi

gingiva.

9

Page 10: kelompok 12

Bagian Bucco-lingual

Bertindak sebagai membrane semipermeabel yang dapat dirembesi oleh

produk bakteri masuk ke gingiva, dan oleh cairan gingiva yang keluar ke

sulkus gingiva.

c) Epitel Penyatu/ Jungsional (Junctional Epithelium/ JE)

Membentuk perlekatan antara gingiva dengan

permukaan gigi.

Berupa epitel skuama berlapis tidak berkeratin.

Pada usia muda epitel penyatu terdiri atas 3 – 4 lapis,

namun dengan bertambahnya usia lapisan epitelnya

bertambah menjadi 10 – 20 lapis.

Melekat ke permukaan gigi dengan bantuan lamina basal.

Pada jaringan ikat dibawahnya membentuk lamina densa dekat dengan email

ataupun sementum.

Panjangnya bervariasi antara 0,25 - 1,35 mm merentang dari dasar sulkus

gingiva sampai ± 1,0 mm koronal dari batas semento-enamel pada gigi yang

belum mengalami resesi.

Bila gigi telah mengalami resesi, epitel penyatu berada pada sementum.

Perlekatannya ke permukaan gigi diperkuat pula oleh serat-serat gingiva yang

mendukung gingiva bebas ke permukaan gigi, oleh sebab itu, epitel penyatu

dan serat-serat gingiva dianggap sebagai suatu unit fungsional yang

dinamakan unit dentogingiva.

Junction ini terdiri atas 3 zona:

o Zona apikal terdiri dari sel-sel germinal

o Zona pertengahan, terdiri dari sel-sel yang mempunyai sifat adhesive

10

Page 11: kelompok 12

o Zona koronal yang sangat permiabel.

b. Jaringan ikat

Istilah ini dipakai untuk menjelaskan komponen jaringan ikat gingiva. Lamina

Propria, terdiri dari jaringan ikat padat. Gingiva tidak mempunyai lapisan submukosa.

Memiliki dua lapisan:

1) Lapisan papilari (papillary layer) yang berada langsung dibawah epitel, yang

terdiri atas:

- Proyeksi papilari (papillary projection)

- Di selangselingi oleh rete peg epitel

2) Lapisan retikular (reticular layer) yang berlanjut ke periosteum tulang alveolar

Terdiri atas:

1) Bagian selular:

Fibroblas

Fibroblas (merupakan elemen utama, banyak dijumpai diantara bundel serat

serat), yang berfungsi:

Mensintesa serat-serat kolagen, serat-serat elastik, glikoprotein dan

glikosaminoglikans.

Dalam pengaturan degradasi (penghancuran) kolagen.

Sel mast

Makrofag

Limfosit, Sel plasma

2) Bagian interselular, suatu medium yang penting bagi perpindahan produk-

produk metabolisme, sel dan stimulus yang dibentuk oleh:

Serabut gingiva : kolagen, reticular, elastin

Substansi dasar (ground substance) : mengisi ruang antara serat-serat dan

sel-sel, amorf, dan mengandung banyak air. Komposisinya terdiri atas:

a) Proteoglikans (proteoglycans), terutama asam hialuronat (hyaluronic

acid)

b) Glikoprotein (glycoproteins), berupa:

11

Page 12: kelompok 12

Fibronektin, berfungsi mengikat fibroblas ke serat-serat dan

komponen matriks interseluler lainnya dan membantu adhesi dan

migrasi sel.

Laminin, berfungsi mengikatkan substansi dasar ke sel-sel epitel.

Pembuluh darah, limfe dan saraf

Jaringan gingiva kaya akan pasokan pembuluh darh yang terbentuk

dari pleksus arteriol, kapiler-kapiler dan vena kecil yang meluas dari epitel

sulkus kearah permukaan luar gingiva.2 Suplai darah pada gingiva melalui 3

jalan yaitu :1,6

a. Arteri yang terletak lebih superfisial dari periosteum, mencapai gingiva

pada daerah yang berbeda di rongga mulut dari cabang arteri alveolar

yaitu arteri infra orbital, nasopalatina, palatal, bukal, mental dan

lingual. Pembuluh ini saling bertautan pada gingival untuk membentuk

lingkaran kapiler pada papilla jaringan gingival antara rete peg

epithelial.

b. Pada daerah interdental percabangan arteri intrasepatal.

c. Pembuluh darah pada ligamen periodontal bercabang ke luar ke arah

gingival. Suplai saraf pada periodontal mengikuti pola yang sama

dengan distribusi suplai darah.

Drainase limfatik dimuai pada jaringan ikat dan berdrainase ke

nodus limfa regional; dari gingival mandibula ke nodus servikal,

submandibular dan submental; dari gingival maksila ke nodus limfa servikal

bagian dalam.1

Suplai saraf berasal dari cabang-cabang saraf trigeminus. Beberapa

ujung saraf dapat diidentifikasi pada jaringan ikat gingival sebagai tactile

corpuscle, dan reseptor temperature serta reseptor rasa sakit.1

12

Diagram arteriole menembus tulang alveolar interdental untuk mensuplai jaringan interdental (Kiri) dan Arteriole supraperiosteal melapisi tulang alveolar wajah, mengirimkan cabang di jaringan sekitarnya (Kanan). (Carranza, 2012)

Page 13: kelompok 12

c.

d.

e.

f.

g.

gambar : suplai darah pada gingiva.

Gambar Persarafan pada gingival.

c. Kelompok serat

Tersusun dalam beberapa kelompok:

13

Maxila

Mandibula

Page 14: kelompok 12

1. Kelompok utama, terdiri atas serat dentogingiva, alveologingiva, dentoperiosteal,

sirkular, dan transeptal (Tabel 1).

2. Kelompok sekunder yang terdiri atas serat periostogingiva, interpapilari,

transgingiva, intersirkular, intergingiva, dan semisirkular (Tabel 2).

TABEL 1

14

Page 15: kelompok 12

KELOMPOK SERAT ARAH RENTANGAN FUNGSI

1. Dentogingival Dari sementum merentang ke

arah lateral ke lamina propria.

Memberi dukungan

terhadap gingiva.

2. Alveologingival Dari periosteum krista alveolar

merentang ke arah koronal ke

lamina propria.

Melekatkan gingiva ke

tulang alveolar.

6. Dentoperiosteal Dari sementum dekat ke batas

sementum enamel merentang ke

periosteum krista alveolar.

a. Menjangkarkan gigi ke

tulang alveolar

b. Melindungi ligamen

periodontal

5. Sirkular Merentang mengelilingi gigi

koronal dari krista alveolar pada

daerah gingiva bebas dan gingiva

cekat.

Memelihara kontur dan

posisi tepi gingiva bebas.

7. Transeptal Dari sementum interproksimal

koronal dari Krista alveolar,

merentang pada daerah

interdental ke arah mesial dan

distal ke sementum dari gigi

tetangga.

a. Memelihara hubungan

antara gigi yang

bertetangga.

b. Melindungi tulang

interdental.

TABEL 2

15

Page 16: kelompok 12

16

KELOMPOK SERAT ARAH RENTANGAN FUNGSI

8. Periostogingiva Dari periosteum di sisi lateral

tulang alveolar merentang ke

gingiva cekat.

Melekatkan gingiva ke

tulang alveolar.

3. Interpapilari Diantara gingiva interdental

merentang dalam arah

oralvestibular.

Memberikan dukungan

terhadap gingiva

interdental.

4. Transgingiva Pada daerah gingiva cekat

merentang sepanjang lengkung

gigi diantara dan sekeliling gigi.

Memelihara susunan gigi

di dalam lengkung gigi.

9. Intersirkular Dari sementum pada sisi distal

gigi merentang ke arah bukal

dan lingual sekeliling gigi

tetangga dan insersi ke

sementum sebelah mesial dari

gigi berikutnya.

Menstabilkan gigi di

dalam lengkung gigi.

10. Intergingiva Pada daerah cekat persis

dibawah membrana basal epitel,

merentang dalam arah

mesialdistal.

Memberikan dukungan

dan membentuk kontur

gingiva cekat.

5. Semisirkular Dari sementum pada sisi mesial

gigi merentang ke arah distal dan

insersi pada sementum di sisi

distal gigi yang sama.

Belum diketahui.

Page 17: kelompok 12

Daftar Pusaka

1. Manson JD., Eley BM. 1993. Buku Ajar Periodonti. Ed 2. Outline of Periodontics.

Editor Suasianti Kentjana. Jakarta: Hipokrates.

2. Peter F. Fedi, Arthur R. Vernino, John L. Gray. 2004. Silabus Periodonti. Ed. 4.

Jakarta: EGC.

3. Nanci, Antonio. Dieter D. bosshard. 2006. Periodontology 2000. UK: Blackwell

Munksgaard.

4. Giannobile, William V. 2010. Periodontal Regeneratif Therapy. Jermany:

Quintessence Publishing.

5. Suryono. 2012. Bedah Dasar Periodonsia. Yogyakarta: Ash-Shaff.

6. Newman MG, Takei, Klokkevold, Carranza. Carranza’s Clinical Periodontology.

11th ed. W.B. Saunders Company : USA. 2012.

7. Http://www.dental.pitt.edu/informatics/periohistology/en/gu0203.htm

17