kelompok 1 - sistem pengaturan suhu - revisi
DESCRIPTION
makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah. semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lain.TRANSCRIPT
Rancang Bangun Inkubator Suhu sebagai Media Penetas Telur
Menggunakan Sensor Suhu LM35
Kelompok 1
Ronny Ari Setiawan ( 125060300111003 )
Ahmad Sirojuddin ( 125060300111013 )
Guntoro ( 125060300111018 )
Rifqa Asruroh Efnif ( 125060300111026 )
KEMENTERIAN RISET DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
MALANG
2015
1
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Rancang Bangun Inkubator Suhu sebagai Media Penetas Telur Menggunakan Sensor Suhu LM35”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Instrumentasi Elektronika.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan manfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan di kemudian hari.
Malang, 21 Oktober 2014
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai jenis teknologi telah banyak diciptakan untuk mempermudah manusia
dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu teknologi yang berkembang adalah teknologi
di bidang pengaturan suhu. Alat pengukur suhu sangat banyak diperlukan hampir di
semua aspek kehidupan manusia. Contohnya, pada suatu gudang penyimpanan sangat
penting diperhatikan suhu dari ruangan gudang tersebut untuk menyimpan barang dengan
baik. Pada ruang server komputer, juga dibutuhkan suhu tertentu agar bekerja dengan
baik. Begitu juga pada inkubator telur, suhu harus dijaga konstan agar proses penetasan
telur dapat berlangsung dengan baik. Parkhus dan Moutney (1998) menyatakan bahwa
telur akan banyak menetas jika berada pada temperatur antara 94 - 104°F (36 - 40°C).
Selama ini pengendali suhu pada penetasan telur ayam masih menggunakan
pengendali suhu secara manual ataupun elektrik. Pengontrol suhu atau dapat disebut juga
thermoregulator yang merupakan sebuah kesatuan untuk mengatur suhu di dalam sebuah
ruang penetas selama ini menggunakan thermostat dengan sebuah kapsul eter yang
terbuat dari plat kuningan, kepekaan alat ini terhadap suhu kurang responsif.
Berangkat dari hal tersebut, penulis ingin membuat inkubator telur dengan
pengaturan suhu menggunakan mikrokontroler ATmega8 sebagai pusat kendalinya,
sensor LM35 sebagai device yang dapat mendeteksi suhu, rangkaian pengondisi sinyal
untuk memperkuat sinyal masukan serta menghilangkan noise, LCD sebagai penampil
besar suhu yang ada pada inkubator, lampu pijar sebagai penghasil panas, dan driver
sebagai pengatur nyala dan matinya lampu secara otomatis.
Alat ini bekerja secara otomatis dan bekerja dengan prinsip sistem kontrol loop
tertutup. Sensor LM35 membaca nilai suhu yang ada pada ruang inkubator dan
mengirimkannya pada mikrokontroler. Besar suhu yang terbaca oleh LM35 dan nilai suhu
referensi (besar suhu yang diinginkan) kemudian dibandingkan. Jika nilai suhu pada
ruang inkubator lebih rendah dari pada nilai suhu referensi, maka lampu pijar akan
menyala untuk meningkatkan suhu lingkungan. Sebaliknya, jika suhu pada ruang
inkubator lebih tinggi dari pada nilai suhu referensi, maka lampu pijar akan mati.
Besarnya suhu dalam inkubator dan suhu referensi ditampilkan dalam display LCD.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknis pembuatan inkubator telur agar dapat mempertahankan suatu nilai
suhu tertentu?
2. Bagaimana membuat rangkaian pengondisi sinyal agar dapat memperkuat sinyal
keluaran sensor dan menghilangkan noise yang terdapat pada sinyal tersebut?
3. Bagaimana konversi nilai ADC ke nilai suhu agar pengguna dapat mengetahui nilai
suhu sebenarnya di dalam inkubator?
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Instrumentasi Elektronika pada Jurusan
Teknik Elektro Universitas Brawijaya.
2. Merancang sistem pengaturan suhu agar dapat mempertahankan suatu besaran nilai
tertentu dan menampilkannya pada pada display LCD.
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis, perancangan inkubator telur dapat menambah wawasan dan ilmu
mengenai elektronika serta menambah pengalaman dalam merancang suatu sistem
elektronika.
2. Bagi pelajar atau mahasiswa, makalah perancangan inkubator telur ini dapat dijadikan
sebagai sumber referensi dalam pembuatan inkubator telur atau pembuatan karya tulis
dengan bidang yang serupa.
3. Bagi masyarakat luas, makalah perancangan inkubator telur ini dapat dijadikan
sebagai buku pedoman bagi masyarakat yang ingin meningkatkan hasil usahanya pada
bidang peternakan dengan memanfaatkan inkubator telur.
1.5 Batasan Masalah
Dalam pembuatan tugas ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Range suhu yang dapat terjadi dalam inkubator adalah dari 33oC sampai 43oC.
2. Keluaran sensor dianggap linear dengan perubahan suhu, serta memiliki akurasi dan
presisi yang rendah.
3. Sensor suhu dianggap memiliki resolusi yang sangat tinggi sehingga dapat diabaikan
terhadap resolusi ADC.
4. Suhu inkubator akan otomatis turun ketika pemanas (dalam hal ini lampu pijar)
dimatikan.
4
5. Pembahasan secara mendetail terbatas pada rangkaian pengondisi sinyal dan
hubungan antara besar suhu inkubator dan nilai ADC. Adapun algoritma
pengontrolan, rangkaian driver, dan listing program dibahas sebatas garis besarnya
saja.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sensor, Transduser, dan Akuator
Transduser adalah suatu device yang mengubah suatu bentuk sinyal menjadi
bentuk sinyal yang lain. Transduser biasa disebut juga sebagai konverter energi. Hal ini
berarti bahwa sinyal masukan dari transduser mengandung energi, dan begitu pula
dengan keluarannya.
Oleh karena ada enam jenis sinyal – mekanik, termal, magnetik, elektrik, kimia,
dan radiasi (termasuk elektromagnetik dan cahaya) – segala device yang dapat merubah
satu jenis sinyal ke bentuk sinyal yang lain disebut transduser. Sinyal yang dihasilkan
dapat berupa bentuk sinyal secara fisik. Adapun device yang menghasilkan keluaran
berupa sinyal listrik disebut sebagai sensor. Hampir semua sistem pengukuran
menggunakan sinyal listrik sehingga menggunakan sensor. Sistem instrumentasi
elektronika memiliki keuntungan sebagai berikut :
1. Suatu sensor dapat didesain atau dirancang menggunakan benda-benda non elektrik,
asalkan dapat mengubah besaran sinyal masukan menjadi bentuk sinyal elektrik.
2. Besar sinyal yang diukur tidak harus besar, karena sinyal keluaran sensor dapat
dikuatkan secara elektrik.
3. Banyak rangkaian elektrik yang dapat mengondisikan atau memodifikasikan sinyal.
Bahkan beberapa jenis sensor terintegrasi dengan rangkaian pengondisi sinyal dan
dikemas dalam sebuah modul siap pakai.
4. Banyak perangkat elektronik yang dapat menampilkan data pada sebuah display LCD
atau monitor. Oleh karena itu, kita dapat mengolah data dalam bentuk teks, grafik, dan
diagram.
5. Sinyal elektrik dapat ditransmisikan dalam berbagai kondisi lingkungan. Bentuk
sinyal-sinyal lain seperti mekanik, hidrolik, atau tekanan udara sering kali hanya
sesuai dengan kondisi lingkungan tertentu.
Istilah transduser, sensor, dan aktuator sering kali rancu dan dianggap sama oleh
sebagian orang. Transduser merupakan device yang dapat mengubah suatu bentuk sinyal
menjadi bentuk sinyal lain. Sensor merupakan transduser yang didesain untuk membaca
nilai dari suatu sinyal dan mengubahnya menjadi suatu bentuk sinyal informasi. Adapun
aktuator merupakan transduser yang didesain untuk menghasilkan suatu aksi berdasarkan
sinyal masukan yang diberikan padanya (Webster, 2001).
6
2.2 Sensor Suhu LM35
Untuk mendeteksi suhu digunakan sebuah sensor suhu LM 35 yang dapat
dikalibrasikan langsung dalam skala derajat celcius. LM 35 ini berfungsi sebagai basic
temperature sensor, seperti tampak pada Gambar 1.
Gambar 1. LM 35 Basic Temperature Sensor
Sensor suhu LM35 mempunyai kelebihan antara lain, rentang suhu yang jauh
(antara -55 sampai +150 °C), low self-heating, sebesar 0.08 °C, beroperasi pada tegangan
4 sampai 30 V, rangkaian tidak rumit. Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan
sumber tegangan untuk beroperasi.
Vout dari LM 35 ini dihubungkan dengan ADC (Analog to Digital Converter).
Dalam suhu kamar (25oC) tranduser ini mampu mengeluarkan tegangan 250 mV dan 1,5
V pada suhu 150 oC dengan kenaikan sebesar 10 mV/oC (facstaff.bucknell.edu, 2014).
2.3 Rangkaian Pengondisi sinyal
Penguat operasional adalah rangkaian terpadu (IC) yang mempunyai lima buah
terminal dasar. Dua terminal untuk catu daya, dua yang lain digunakan untuk isyarat
masukan yang berupa masukan membalik (-) dan masukan tak membalik (+) serta satu
terminal untuk keluaran.
2.3.1 Penguat Membalik (Inverting Amplifier)
Penguat membalik merupakan suatu penguat di mana tegangan
keluarannya atau Vout mempunyai polaritas yang berlawanan dengan tegangan
masukan atau Vin. Rangkaian penguat membalik ditunjukkan pada Gambar 2.
7
Gambar 2 Penguat Membalik
Pada Op-amp ideal, selisih tegangan pada kedua terminal masukan sama
dengan nol. Oleh karena terminal masukan positif terhubung ke ground¸ maka
tegangan terminal masukan negatif juga bernilai nol. Oleh karena itu, besarnya
arus yang mengalir pada resistor Rin adalah :
I ¿=V ¿
R¿
Oleh karena impedansi masukan dari op-amp sangat besar, maka hampir
semua arus akan mengalir melalui Rf, dengan arah dari titik virtual ground
menuju titik output. Sehingga, besar tegangan pada output adalah :
V out=−I f∗R f
V out=−I¿∗R f
V out=−V ¿
R¿∗Rf
V out
V ¿=
−R f
R¿
(electronics-tutorials.ws, 2014).
2.4 Rangkaian ADC
ADC pada rancangan ini digunakan untuk mengubah masukan analog keluaran
sensor suhu yang sudah dikuatkan menjadi data digital 8 bit. Tipe ADC yang digunakan
adalah AD677 yang memiliki resolusi mencapai 16 bit ADC.
8
Gambar 3 IC AD677
AD677 adalah IC analog to digital converter yang memiliki resolusi 16 bit dan
keluaran berupa data serial. Device ini memiliki arsitektur sedemikian rupa sehingga
mampu mengkonversi ADC mencapai 100 kSPS (dengan total waktu konversi 10 μs).
Kelebihan lain yang dimiliki IC ini adalah dapat mengoreksi ketidak linearan dengan
metode autocalibration (Texas Instrument).
9
BAB III
PERANCANGAN
3.1 Spesifikasi Rancangan
Rancangan Inkubator Suhu sebagai Media Penetas Telur Menggunakan Sensor
Suhu LM35 memiliki spesifikasi sebagai berikut:
3.1.1 Plant
Plant adalah bagian (atau sub-sistem) kendali atau bagian yang
dikendalikan dan bisa merupakan peralatan, perangkat, atau proses yang
menghasilkan keluaran (output, hasil, produk, output signal) karena dikendalikan
oleh bagian pengendali. Dalam sistem ini plant adalah segala sesuatu yang ingin
diukur dan dipertahankan suhunya, yaitu suhu di dalam kotak inkubator telur.
3.1.2 Sensor
Sensor LM35 merupakan salah satu jenis sensor suhu. Sensor ini
difungsikan untuk mengubah besaran suhu menjadi tegangan. Prinsip kerja sensor
ini yaitu apabila LM35 mendeteksi adanya suhu, kemudian suhu yang ditangkap
oleh LM35 akan diubah menjadi tegangan. Sedangkan proses berubahnya suhu
menjadi tegangan dikarenakan di dalam LM35 ini terdapat termistor berjenis PTC
(Positive Temperature Coefisient), yang mana termistor inilah yang menangkap
adanya perubahan suhu. Prinsip kerja dari PTC ini adalah nilai resistansinya akan
meningkat seiring dengan meningkatnya temperature suhu. Resistansi yang
semakin besar tersebut akan menyebabkan tegangan output yang dihasilkan
semakin besar.
Berikut ini adalah karakteristik dan spesifikasi dari LM35.
1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan
suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC seperti
terlihat pada gambar 2.2.
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.
6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1
ºC pada udara diam.
7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC
10
Gambar 4 rangkaian LM35
3.1.3 Rangkaian Pengondisi Sinyal
Pengkondisi sinyal dibutuhkan dalam sistem karena tegangan keluaran
sensor suhu LM35 relatif kecil (dalam orde mV) sedangkan tegangan masukan
yang dibutuhkan blok sistem selanjutanya membutuhkan tegangan dengan orde
volt. Dalam perancangan ini penulis menggunakan rangkaian pengikut tegangan,
rangkaian penguat pembalik. Juga menggunakan rangkaian pembagi tegangan
dengan sebuah sumber tegangan sebesar 5V. Dan sebuah rangkaian penguat
penjumlah.
3.1.4 Mikrokontroler
Mikrokontroler yang digunakan dalam rancangan inkubator suhu ini yaitu
Mikrokontroler AVR ATmega8. ATmega8 merupakan salah satu jenis
mikrokontroler yang diproduksi oleh AVR. ATmega8 mempunyai 32 register
general-purpose, timer/counter dengan mode compare, interrupt internal dan
eksternal, serial UART, programmable Watchdog Timer, dan mode power
saving, ADC dan PWM internal.
3.1.5 LCD
LCD (Liquid Crystal Display) adalah suatu jenis media tampilan yang
menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. Untuk memasukkan data
digital yang dihasilkan ADC dan menampilkannya dalam LCD, maka dibutuhkan
Mikrokontroller ATmega8.
3.1.6 Aktuator
Aktuator adalah device yang dapat mengeluarkan sinyal kontrol ketika
ketika sistem mendeteksi adanya eror, yaitu adanya selisih antara nilai aktual
pada plan (dalam hal ini inkubator) dan nilai referensi yang diinginkan. Dalam
11
rancangan inkubator telur ini, lampu pijar digunakan sebagai aktuator untuk
meningkatkan suhu udara di ruang inkubator ketika suhu aktual lebih rendah dari
pada suhu referensi.
3.2 Diagram Blok
Blok diagram dari rancangan inkubator telur adalah sebagai berikut :
Gambar 5 Blok Diagram dari Rancangan Inkubator Telur
Suhu dalam ruang inkubator dibaca oleh sensor LM35. Hasil keluaran dari sensor
ini berupa sinyal analog yang memiliki nilai yang relatif kecil dan banyak terdapat noise.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu rangkaian pengondisi sinyal agar sinyal data ini
memiliki nilai yang lebih besar dan meredam noise yang terdapat pada sinyal tersebut.
Setelah dikuatkan, sinyal analog ini masuk ke rangkaian ADC agar diperoleh data
keluaran berupa sinyal digital. Hal ini diperlukan karena mikrokontroler tidak dapat
mengolah data yang masih berupa sinyal analog. Sinyal keluaran rangkaian ADC ini dan
nilai set poin kemudian dibandingkan. Jika terdapat selisih nilai, maka sistem
mengindikasikan adanya eror, yaitu ketidaksesuaian antara suhu ruang inkubator dengan
suhu yang diinginkan. Oleh karena itu, mikrokontroler akan menyalakan lampu pijar
sebagai penghasil sinyal kontrol agar terjadi kesesuaian antara suhu ruang inkubator
dengan suhu yang diinginkan. Nilai suhu aktual dengan nilai suhu referensi secara
bersama-sama ditampilkan pada sebuah display LCD.
3.3 Pemilihan dan Perancangan Sistem Sensor
Sensor adalah sesuatu yang digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan
lingkungan fisik atau kimia. Variabel keluaran dari sensor yang diubah menjadi besaran
listrik disebut transduser. Dalam sistem ini yang digunakan adalah sensur suhu karena
sistem ingin mengukur temperatur plant. Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk
mengubah besaran panas menjadi besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis
12
besarnya. Ada beberapa metode yang digunakan untuk membuat sensor ini, salah
satunya dengan cara menggunakan material yang berubah hambatannya terhadap arus
listrik sesuai dengan suhunya.
Untuk mendeteksi suhu digunakan sebuah sensor suhu LM 35 yang dapat
dikalibrasikan langsung dalam °C, LM 35 ini difungsikan sebagai basic temperature
sensor seperti pada Gambar 7.
Gambar 6 LM 35 Basic Temperature Sensor
Sensor suhu LM35 ini mempunyai kelebihan antara lain, rentang suhu yang jauh
(antara -55 sampai +150 °C), low self-heating, sebesar 0.08 °C, beroperasi pada tegangan
4 sampai 30 V, rangkaian tidak rumit. Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan
sumber tegangan untuk beroperasi.
Vout dari LM 35 ini dihubungkan dengan ADC (Analog To Digital Converter) atau
terhubung dengan rangkaian pengondisi sinyal terlebih dahulu. Dalam suhu kamar
(25oC) tranduser ini mampu mengeluarkan tegangan 250 mV dan 1,5 V pada suhu 150 oC
dengan kenaikan sebesar 10 mV/oC.
Jadi, sensor suhu yang dipilih untuk digunakan dalam sistem ini adalah LM35
dengan banyaknya kelebihan yang dimilikinya dibandingkan kekurangannya serta satuan
suhu yang akan diukur dalam oC.
Di sisi lain, sensor suhu memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah sensor
suhu LM35 hanya dapat membaca nilai suhu pada satu titik saja. Hal yang harus
dipertimbangkan dalam perancangan sistem sensor adalah, bahwa kotak inkubator
memiliki dimensi ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Suatu titik dalam ruang inkubator
bisa saja memiliki suhu yang berbeda dengan titik yang lain. Selain itu, jumlah telur yang
diinkubasi jumlahnya bisa lebih dari satu. Oleh karena itu, jumlah sensor suhu yang
digunakan dalam perancangan ini haruslah lebih dari satu dan ditempatkan sedemikian
rupa sehingga hasil pembacaan sensor secara keseluruhan merepresentasikan rata-rata
suhu dalam ruang inkubator.
13
Desain inkubator dalam perancangan ini menempatkan rak-rak telur yang akan
diinkubasi pada sisi bawah inkubator. Oleh karena itu, sensor-sensor juga ditempatkan
pada bagian dari sisi inkubator agar hasil pembacaan suhu mendekati nilai sebenarnya
dari suhu udara yang berada di sekeliling telur. Gambar tata letak rak telur dan
penempatan sensor suhu dalam ruang inkubator adalah sebagai berikut :
a b
Gambar 7. a) rancangan incubator tampak atas, b) rancangan incubator tampak samping
Sensor suhu berjumlah lima buah. Empat diantaranya ditempatkan pada titik-titik
sudut pada sisi bawah inkubator. Sedangkan satu sensor diletakkan di bagian tengahnya.
Misalkan hasil pembacaan suhu oleh empat sensor yang diletakkan pada sudut-sudut
ruang inkubator dinyatakan dengan Tsdt1, Tsdt2, Tsdt3, dan Tsdt4 dan hasil pembacaan sensor
yang diletakkan di tengah dinyatakan dengan Ttengah, maka nilai rata-rata suhu dalam
inkubator dapat dihitung menggunakan rata-rata terbobot, yang dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut :
T rata2=4∗T tengah+T sdt 1+T sdt 2+T sdt 3+T sdt 4
8
Dalam persamaan tersebut, bobot dari hasil pembacaan sensor tengah memiliki
nilai yang lebih besar dari pada hasil pembacaan sensor lainnya. Hal tersebut
berdasarkan pertimbangan bahwa sensor yang diletakkan di tengah hasil pembacaannya
lebih mendekati nilai suhu dalam inkubator secara keseluruhan.
3.4 Perancangan Rangkaian Pengondisi Sinyal dan Rangkaian ADC
Pada bagian awal telah disebutkan dalam batasan masalah, bahwa range suhu yang
dapat terjadi pada inkubator adalah 33 – 43 oC. Oleh karena sensitivitas sensor LM35
adalah 10 mV/oC, maka rentang sinyal tegangan yang keluar dari sensor adalah 330mV –
430mV. Sumber tegangan referensi ADC yang digunakan adalah 5V dan bit ADC yang
digunakan adalah 16 bit, sehingga tegangan maksimum adalah :
14
V i maks=2bit ADC−1
2bit ADC ∗V ref
V i maks=216−1
216 ∗5 volt
V i maks=4 ,999923706 volt
Gambar 8 Blok Diagram rancangan RPS
misalkan fungsi alih dari RPS adalah Vi = A*Vs + B, maka:
0 = A * 330mV + B ...(1)
4,9999237 V = A * 4300mV + B ...(2)
Dengan menggunakan metode eliminasi dan substitusi, didapatkan nilai A dan B sebagai
berikut :
A = 49,999237
B = -16,49997482
Oleh karena itu, kita membutuhkan suatu sistem instrumentasi dengan komponen sebagai
berikut :
1. Sebuah penguat pembalik dengan penguatan -50 kali.
15
00 V330 mV33OC
Nilai ADC65535
Vi
4,9999237 VVs
430 mVT
43OC
ADCRPSLM35
Gambar 9 Penguat Pembalik dengan gain -20 kali
Misalkan nilai Rin kita tetapkan terlebih dahulu, maka nilai Rf adalah :
R f=−A∗R¿
R f=−(−50 )∗1 k Ω
R f=50 k Ω
2. Sebuah rangkaian penghasil tegangan konstan 4 volt.
Gambar 10 Sebuah Penghasil Tegangan Konstan 4 volt
misalkan V sumber adalah 5 volt, dan nilai R1 adalah 1kΩ, maka besar dari R2 adalah :
V konstan=R2
R1+R2
5=R2
1k+R2
Dapat kita temukan bahwa nilai R2 = 4 kΩ.
3. Sebuah rangkaian penguat penjumlah.
16
50k
Gambar 11 Rangkaian Penguat Penjumlah
Jika nilai dari R3, R4, dan R5 kita buat sama, maka besar dari Vout adalah :
V out=V konstan+V i
Maka, rangkaian RPS secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
Gambar 12 Rangkaian Pengondisi Sinyal Secara Keseluruhan
Adapun untuk rangkaian ADC, kita perlu melakukan beberapa hal berikut :
1. Menghubungkan sinyal keluaran rangkaian pengondisi sinyal ke dalam pin V in (pin
10) pada IC AD677.
2. Menghubungkan pin SDATA (pin 3) ke dalam pin MISO mikrokontroler.
3. Menghubungkan pin CLK (pin 2) pada pin CLK mikrokontroler.
Hal yang perlu diketahui adalah bahwa IC AD677 berkomunikasi dengan mikrokontroler
dengan SPI.
17
Gambar 13 Rangkaian ADC
3.5 Perhitungan Resolusi Suhu dan Persamaan Konversi ADC
Untuk mengetahui resolusi pembacaan suhu yaitu dengan menggunakan persamaan
berikut ini
resolusi= ∆ suhu∆ nilai adc
= suhumaks−suhuminADC maks−ADC min
Maka resolusi dari pengukuran suhu pada rancangan alat kami yaitu
resolusi= ∆ suhu∆ nilai adc
= 43−3365535−0
= 1065535
=0,00015259
Telah diketahui bahwa keluaran dari sensor suhu adalah linier terhadap
masukannya. Nilai suhu minimum yang dapat terjadi adalah 33 oC yang mana setara
dengan nilai ADC = 0. Sedangkan nilai suhu maksimum yang dapat terjadi adalah 43 oC
yang mana setara dengan nilai ADC = 65536. Hubungan antara nilai ADC dengan suhu
digambarkan dalam grafik berikut.
18
Gambar 14 Grafik hubungan antara nilai ADC dengan
Persamaan umum untuk garis lurus untuk grafik tersebut adalah :
T=m∗nilaiADC+C
Besarnya gradien garis adalah :
m=rangesuhu
range¿=resolusi=0,00015259
Untuk nilai ADC = 0, maka dapat didapatkan nilai C :
33=0,00015259∗0+C
C=33
Sehingga persamaan konversi ADC adalah :
T=0,00015259∗nila iADC+33
3.6 Perancangan Display LCD
Pada perancangan ini, kita gunakan LCD Liquid Crystal ukuran 16x2. Adapun
antarmukanya dengan mikrokontroler ATmega8 adalah sebagai berikut :
Pin pada LCD Terhubung dengan
Pin 1 (VSS) Ground
Pin 2 (VDD) Sumber tegangan 5V
Pin 3 (VEE) potensiometer
Pin 4 (RS) PINB0
Pin 5 (R/W) ground
19
Pin 6 (EN) PINB1
Pin 11 (D4) PINB2
Pin 12 (D5) PINB3
Pin 13 (D6) PINB4
Pin 14 (D7) PINB5
Pin 15 (V+) Sumber tegangan 5V
Pin 16 (V-) ground
Gambar 15 Antar Muka Antara Mikrokontroler dengan LCD.
3.7 Cara Kalibrasi
Berdasarkan data sheet LM35, sensor ini sudah terkalibrasi oleh pabrik
pembuatnya dalam skala derajat celcius, sehingga sinyal keluaran sensor ini bisa
langsung dijadikan data input.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Inkubator telur merupakan alat yang berfungsi untuk mempertahankan kondisi
suhu tertentu yang sesuai dengan proses penetasa telur. Alat ini bekerja secara otomatis
dan bekerja dengan prinsip sistem kontrol loop tertutup. Sensor LM35 membaca nilai
suhu yang ada pada ruang inkubator dan mengirimkannya pada mikrokontroler. Besar
suhu yang terbaca oleh LM35 dan nilai suhu referensi (besar suhu yang diinginkan)
kemudian dibandingkan. Jika nilai suhu pada ruang inkubator lebih rendah dari pada nilai
suhu referensi, maka lampu pijar akan menyala untuk meningkatkan suhu lingkungan.
Sebaliknya, jika suhu pada ruang inkubator lebih tinggi dari pada nilai suhu referensi,
maka lampu pijar akan mati. Besarnya suhu dalam inkubator dan suhu referensi
ditampilkan dalam display LCD.
Oleh karena keluaran sensor LM35 relatif kecil, maka diperlukan suatu rangkaian
pengondisi sinyal untuk memperkuat sinyal serta menghilangkan noise yang terdapat
pada sinyal. Selain itu, diperlukan suatu alat pengubah sinyal analog menjadi sinyal
digital karena keluaran sensor akan diolah oleh mikrokontroler yang hanya dapat
memproses data-data digital.
Nilai suhu referensi (nilai suhu yang dipertahankan tetap) serta suhu aktual
inkubator telur ditampilkan dalam sebuah display LCD, agar pengguna dapat mengetahui
kondisi-kondisi dan memonitoring keadaan inkubator.
4.2 Saran
1. Akan lebih baik jika menggunakan lebih dari satu sensor suhu dan dipasang pada
beberapa titik karena suhu pada setiap titik pada ruang inkubator tidak sama.
2. Jika memungkinkan, inkubator perlu ditambahkan aktuator pendingin agar ketika suhu
melebihi nilai referensi, maka terdapat suatu aksi kontrol – berupa pendinginan – yang
dapat mempercepat mengembalikan suhu aktual ke nilai referensi.
21
DAFTAR PUSTAKA
electronics-tutorials.ws/opamp/opamp_2.html, diakses tanggal 23 Oktober 2014 pukul 22.31
facstaff.bucknell.edu/mastascu/elessonshtml/sensors/TempLM35.html, diakses tanggal 23
Oktober 2014 pukul 22.09
Parkust, C. R and Mountney. 1998. Poultry Meat and Egg Production. Van Nostrand
Reinhold. New
York.
sonoma.edu/users/o/ouj/classes/ES345/hw/design.pdf, diakses tanggal 23 Oktober pukul
22.53
Webster, John. G and Pallas-Areny, Ramon. 2001. Sensors and Signal Conditioning.
New York : John Wiley & Sons.
22
LAMPIRAN
A. Pertanyaan dan Jawaban dari Kelompok Lain
Pertanyaan Kelompok 2
1. Apakah bisa menggunakan penguatan op-amp yang lain kecuali penguat
pembalik? Kenapa tidak langsung menggunakan rangkaian instrumentasi atau
rangkaian lain?
Jawab :
Bisa menggunakan penguatan jenis lain, seperti penguat instrumentasi.
Alasan tidak menggunakan penguat instrumentasi :
Inkubator telur ini didesain dengan pertimbangan utama keekonomisan.
Sedangkan harga dari sebuah IC penguat instrumentasi bisa mencapai harga
ratusan ribu rupiah sehingga kurang ekonomis. Adapun untuk pem-filteran noise,
dapat dilakukan secara software pada mikrokontroler.
2. Ketika suatu objek yang akan diteliti dimasukkan ke dalam inkubator, otomatis
suhu dari luar akan masuk bersamaan dengan objek yang diteliti. Apakah suhu
dari luar tesebut dianggap noise oleh sensor ketika suhu di incubator sudah
ditetapkan pada temperature tertentu?
Jawab :
Noise adalah gangguan yang menyebabkan adanya selisih antara nilai hasil
pengukuran sebenarnya dengan nilai hasil pembacaan. Disebabkan oleh
fluktuasi-fluktuasi halus yang berasal dari lingkungan sensor atau internal
sensor.
Error merupakan selisih antara nilai besaran aktual (dalam hal ini suhu ruang
inkubator) dan nilai referensi (nilai suhu yang ingin dipertahankan tetap).
Ketika inkubator dibuka, suhu lingkungan luar masuk sehingga
menyebabkan perubahan suhu dalam inkubator. Hal ini disebut sebagai eror
oleh sistem, bukan noise
3. Lampu pijar digunakan sebagai actuator untuk menyesuaikan suhu ruangan.
Apakah bias menggunakan jenis lampu yang lain dan apa pertimbangan saudara
menggunakan lampu pijar?
Jawab :
Alasan menggunakan lampu, karena panas yang dipancarkan relatif lebih
merata dibanding dengan menggunakan pemanas jenis lain, seperti kawat
pemanas.
23
Alasan menggunakan lampu pijar, karena 90% energi lampu pijar diubah ke
panas dan 10% diubah ke energi cahaya. sedangkan lampu TL, 40% energi
diubah ke panas dan 60% energi diubah ke energi cahaya.
4. Apa yang terjadi jika nilai tegangan masukan ADC melebihi dari nilai tegangan
referensinya?
Jawab :
Maka hasil keluaran akan sama dengan nilai ADC maksimum.
5. Apakah terjadi error pada system anda? Bila ada, apa yang menyebabkan error
tersebut?
Jawab :
Semua sistem instrumentasi berpotensi terjadi eror.
Pada inkubator telur ini, penyebab eror :
Adanya pemanasan internal pada sistem instrumentasi.
Adanya sambungan-sambungan yang kurang fix antara komponen-komponen
dalam sistem
Adanya pengaruh-pengaruh dari luar seperti stray capacitance, medan
magnet, dan lain-lain.
Pertanyaan kelompok 3
1. Mengapa menggunakan ADC yang memiliki resolusi 16 bit?Jawab :Karena dengan resolusi 16 bit, hasil keluaran akan lebih teliti dan akurat.
2. Apabila terjadi error dan actuator mati, apakah ada pengingat atau alarm?Jawab :Pada perancangan ini belum ada, namun untuk pengembangannya hal tersebut bisa ditambahkan untuk mengatasi error dan actuator mati. Alarm akan berbunyi apabila suhu dalam incubator jauh lebih kecil yang disebabkan oleh actuator yang mati.
Pertanyaan Kelompok 4
1. Dalam alat tersebut, dimana peletakan sensor yang baik?
Jawab :
24
Peletakan sensor yang baik:
Diletakkan di tempat yang mana nilai suhunya dapat mewakili nilai suhu
seluruh ruang inkubator, yaitu di tengah-tengah ruang inkubator
Diletakkan di tempat yang mana nilai suhunya mendekati dengan nilai suhu
dari objek yang ingin dipertahankan, yaitu di dekat telur.
2. Apakah peletakan sensor yang salah dapat mempengaruhi keluaran sensor?
Jawab:,
Peletakan sensor yang salah dapat memengaruhi proses pembacaan sensor.
Untuk sensor suhu LM35, tidak ada aturan tertentu mengenai tata cara peletakan
sensor, seperti harus diletakkan pada sudut sekian, arah mata angin, dan lain-lain
3. Bagaimana cara kerja IC AD677?
Jawab :
Pin SAMPLE diberi logika HIGH, menandakan adanya permintaan untuk
membaca tegangan.
Sinyal (tegangan) dibaca melalui pin Vin
IC melakukan proses konversi. Selama proses tersebut, pin BUSY logika
HIGH
Untuk melakukan konversi, IC AD677 memerlukan pemicuan clock dari
mikrokontroler melalui pin CLK
Setelah proses selesai, IC AD677 mengirimkan hasilnya ke mikrokontroler
dengan komunikasi serial melalui pin SDATA.
Pin SCLK mengatur proses pengiriman data.
4. Bagaimana cara menampilkan hasil keluaran dari IC AD677 ke LCD?
Jawab :
IC ADC677 terhubung dengan mikrokontroler, pengiriman data menggunakan
komunikasi serial.
25
Mikrokontroler terhubung dengan LCD yaitu dengan menghubungkan pin-pin
data, pin enable, dan pin RS ke mikrokontroler dan melalukan suatu algoritma
pemrograman tertentu.
5. Bagaimana cara kerja komunikasi Antara IC AD677 dengan mikrokontroler?
Jawab :
Terjawab pada pertanyaan nomor 3.
Pertanyaan Kelompok 5
1. Bagaimana prinsip kerja sensor LM35 yang digunakan?
Jawab :
Pada sensor ini terdapat bagian yang meng-indra suhu lingkungan. Besarnya nilai
suhu yang terbaca diubah menjadi suatu nilai tegangan tertentu. Besarnya nilai
tegangan ini sebanding dengan nilai suhu yang diindra. Hubungan antara
masukan suhu dan keluaran tegangan adalah linier.
2. Bagaimana keluaran sensor LM35? Apakah sudah memenuhi yang diharapkan,
jelaskan!
Jawab:
Fungsi alih dari sensor LM35 adalah 10 mV/oC.
Nilai tersebut terlalu kecil jika langsung dihubungkan dengan masukan ADC.
Oleh karena itu, keluaran sensor perlu dikuatkan terlebih dahulu dengan
rangkaian pengondisi sinyal.
3. Bagaimana cara mengatasi noise yang terdapat pada sensor LM35
Jawab :
Perancangan inkubator telur pada makalah ini hanya menggunakan penguat
inverting yang tidak memiliki kemampuan dalam meredam noise. Oleh karena
itu, cara mengatasi noise dapat dilakukan dengan algoritma pemrograman dalam
membaca data masukan. Sebagai contoh, kita dapat melakukan sampling
sebanyak beberapa kali dan melakukan perhitungan rata-rata dalam membaca
data.
4. Berapakah jumlah sensor yang ideal untuk inkubator ini?
Jawab:
Jumlah sensor yang ideal untuk inkubator ini disesuaikan dengan ukuran
inkubator yang akan dirancang. Perancangan inkubator pada makalah ini
26
menggunakan lima buah sensor suhu yang diletakkan pada titik yang berbeda
pada ruang inkubator.
5. Jika suhu inkubator terlalu tinggi bagaimana cara yang cepat untuk mendapatkan
suhu ideal kembali
Jawab :
Dengan cara memadamkan lampu pemanas. Perlu diingat bahwa suhu lingkungan
umumnya memiliki nilai yang lebih rendah dari pada suhu dalam inkubator dalam
menetaskan telur. Dalam makalah ini, salah satu batasan masalah adalah bahwa
dalam perancangan ini penulis tidak menggunakan aktuator berupa pendingin
yang dapat menurunkan suhu dalam inkubator.
Pertanyaan Kelompok 6
1. Mengapa sensor suhu yang dipilih LM35? Dari krateristiknya, apakah ada
keunggulan dari sensor suhu yang lain?
Jawab:
Alasan memilih sensor LM35
LM35 memiliki keluaran sensor berupa sinyal analog, sehingga dapat diolah
menggunakan rangkaian pengondisi sinyal.
Sensor suhu lain seperti DHT11, DHT22, SHT11memiliki keluaran sinyal
berupa data serial, sehingga lebih sesuai untuk pembahasan mengenai
algoritma pemrograman atau teknik antarmuka.
Keunggulan :
Sudah terkalibrasi dalam skala derajad celcius.
Keluaran sensor linear (10 mV/oC
impedansi keluaran rendah
Low self heating
rentang suhu cukup lebar (-55 sampai 150 oC)
2. Apa contoh sesor yang dirancang menggunakan benda non elektrik?
Jawab :
Mechanical Temperature Sensors :
Thermometer
Bimetal
Electrical Temperature Sensors :
Thermistor (PTC, NTC)
27
Thermocouple
3. Apa contoh sensor suhu yang membutuhkan sumber tegangan untuk beroprasi?
Jawab :
Umumnya Sensor yang terhubung dengan device elektronika menggunakan
sumber tegangan untuk beroperasi, seperti LM35, DHT11, DHT22, SHT11, dan
lain-lain.
Adapun sensor yang tidak membutuhkan sumber tegangan untuk beroperasi
umumnya memiliki prinsip kerja berubahnya nilai resistansi terhadap perubahan
suhu.
Namun, untuk agar dapat dimanfaatkan, tetaplah kita harus menggunakan
rangkaian elektrik seperti rangkaian pembagi tegangan atau jembatan wheatstone.
4. Apakah yang dimaksud ketidaklihteran pada halaman 7? Bagaimana cara IC
AD677 mengoreksinya?
Jawab :
Ketidak linearan : suatu kondisi jika hubungan antara input dan outpun tidak
memenuhi kondisi sebagai berikut.
out = A*in + B
adapun IC AD677 memiliki fasilitas autocalibration dalam internal IC tersebut.
5. Bagaimana cara kalibrasi LM35?
Jawab :
IC AD677 memiliki fasilitas autocalibration, yaitu proses kalibrasi secara
otomatis dalam internal IC tersebut. pengguna hanya perlu mengaktifkan pin
CAL untuk memberikan instruksi pada IC untuk melakukan kalibrasi.
Pertanyaa Kelompok 7
1. Berapa suhu ideal dalam incubator?
Jawab :
Suhu ideal dalam inkubator haruslah sesuai dengan set poin yang diinginkan.
Adapun nilai set poin tergantung jenis telur yang dimasukkan.
2. Set point apa saja yang dilakukan?
Jawab :
Set poin dalam inkubator :
28
Hanya suhu, karena dalam perancangan ini, kita hanya ingin mempertahankan
suhu dalam inkubator, dan jenis sensor yang digunakan hanyalah sensor suhu.
Adapun untuk pengembangan, dapat kita tambahkan jenis sensor dan aktuator
untuk besaran-besaran lain, seperti kelembaban dan kadar karbon dioksida.
3. Apakah plant pada alat ini?
Jawab :
Plan pada alat ini : Ruangan dalam inkubator, karena benda yang ingin
dipertahankan suhunya adalah udara dalam inkuator.
4. Fitur apa saja yang diguakan dari ATMega8?
Jawab :
Fitur yang digunakan dari ATmega8 :
Komunikasi serial : untuk menerima masukan dari IC ADC
IO : untuk menampilakan nilai suhu inkubator dan set poin pada LCD
IO : terhubung dengan rangkaian driver untuk menyalakan dan mematikan
lampu pijar.
5. Apakah set point diatur pada LM35 ataukah ATMega8?
Jawab :
Pada perancangan inkubator ini, set poin yang digunakan diatur dalam program
yang dimasukkan ke dalam IC mikrokontroler.
Untuk pengembangan, dapat juga melakukan pengaturan set poin dari luar
inkubator tanpa memprogram ulang mikrokontroler, dengan tambahan alat berupa
tombol-tombol atau keypad.
Pertanyaan Kelompok 8
1. Pada LM35 apa yang dimaksud dengan dikalibrasi langsung? Jelaskan!
Jawab :
29
Terkalibrasi secara langsung dalam derajad celsius, sehingga pengguna dapat
menentukan fungsi alih yang menghubungkan besaran suhu yang diukur dengan
besarnya output tegangan.
2. Mengapa menggunakan menggunakan rangkaian ADC tambahan? Jelaskan
hubungannya dengan ATMega8!
Jawab :
ATmega8 -> sudah terdapat modul ADC.
Sistem -> menggunakan IC ADC.
Sebab:
Untuk meningkatkan resolusi pembacaan ADC.
ADC dalam ATmega8 -> 10 bit -> 1024
ADC dalam IC AD677 -> 16 bit -> 65536
Sehingga memiliki keuntungan berupa tingginya resolusi hasil pembacaan suhu
3. Mengapa menggunakan penguat pembalik/tidak menggunakan penguat lainnya?
Jawab :
Karena penguat pembalik hanya menggunak satu buah OP-AMP, tidak seperti IC
instrumentasi yang menggunakan tiga buah IC OP-AMP. Selain itu, IC
instrumentasi memiliki harga yang relatif mahal sehingga tidak ekonomis. Untuk
filter noise, kita dapat melakukannya secara software.
4. Bagaimana hubungan CMRR sehingga dapat mengurangi noise?
Jawab :
30
CMRR = 20 log (Ad/Acm)
5. Apa yang dimaksud dengan 32 register pada ATMega8?
Jawab :
General-Purpose Registers (GPR) dalam ATmega8 terdapat 32 buah yang
dikelompokkan menjadi 8, yaitu :
Accumulator register (AX). Digunakan untuk operasi aritmetika.
Base register (BX). Digunakan sebagai pointer pada data.
Counter register (CX). Digunakan untuk pergeseran / looping.
Data register (DX). Digunakan pada operasi aritmetika dan operasi
input/output..
Stack Pointer register (SP). Sebagai pointer pada puncak stack.
Stack Base Pointer register (BP). Digunakan sebagai pointer pada dasar stack.
Source Index register (SI). Digunakan sebagai pointer untuk sumber pada
operasi stream.
Destination Index register (DI). Digunakan sebagai pointer untuk tujuan pada
operasi stream.
B. Datasheet Komponen
LM35
31
32
AD677
33
34
35
LM358
36
37
ATMEGA8
38
39